Important Announcement
PubHTML5 Scheduled Server Maintenance on (GMT) Sunday, June 26th, 2:00 am - 8:00 am.
PubHTML5 site will be inoperative during the times indicated!

Home Explore 2445-5867-1-PB

2445-5867-1-PB

Published by rindaaul utamii, 2023-04-16 00:54:21

Description: 2445-5867-1-PB

Search

Read the Text Version

PENGARUH KONDISI STRESS TERHADAP COPING STRESS PADA ATLET PROVINSI KALIMANTAN TIMUR SEBELUM MENGHADAPI PEKAN OLAHRAGA NASIONAL Maya Fitria Ningsih Universitas 17 Agustus 1945 Samarinda Fakultas Psikologi ABSTRACT The purpose of this research is to knowns that is there an impact between stress conditions with the tendency of coping stress strategy of athletes in quarantine time. Stress conditions divided into three levels : high, medium, and low. While coping stress strategy used are problem focused coping and emotion focused coping. So there are two impacts that would be tested in this research : 1) stress level with problem focused coping and 2) stress level with emotion focused coping. This research applied to East Borneo athletes that would participating in Pekan Olahraga Nasional XIX 2016. The number of subject in this research are 26 athletes from eight sports that would be compete in Pekan Olahraga Nasional XIX 2016. This research used purposive sampling method because there are several categories determined by the researcher. The analysis technique used in this research is One Way ANOVA. The research result shows that there is no impact toward stress level with the tendency in choosing coping stress strategy. In the impact of stress levwl toward problem focused coping there is 0,055 F value and significant value 0,946 while the impact of stress level toward emotion focused coping there is 0,299 F value and significant value 0,745. Keyword : Stress Level, Problem Focused Coping, Emotion Focused Coping, Athletes BAB I PENDAHULUAN Provinsi Kalimantan Timur A. Latar Belakang Masalah (Kaltimprov.go.id). Setiap atlet memiliki tujuan yang Beberapa atlet juga harus tetap bekerja sama, yaitu mengukir prestasi terbaik di ajang yang mereka ikuti. Maka dari itu selain menjadi seorang atlet profesional. atlet dituntut untuk meningkatkan profesionalisme dan memfokuskan diri Hal ini dikarenakan tuntutan ekonomi selama masa pelatihan sebelum pertandingan. Hal ini dengan harapan untuk memenuhi kebutuhan hidup. Tidak dapat mencapai tujuan yang telah ditargetkan baik dari diri sendiri maupun setiap event dapat menunjang kehidupan dari para pelatih dan instansi olahraga. sehari-hari atlet. Tetapi tidak semua atlet di Indonesia hanya berprofesi sebagai atlet, sebagian Hal ini tentu saja dapat memberikan besar dari mereka adalah pekerja dan pelajar. Hal ini tidak hanya dirasakan efek yang kurang baik, selain karena dapat penulis, saat menjadi atlet di usia sekolah. Dari 34 cabang olahraga dan 507 atlet dari menurunkan tingkat fokus terhadap even kontingen Kalimantan Timur terdapat 69 orang atlet pelajar dan alumni SKOI yang akan dihadapi, juga dapat menimbulkan burnout atau kelelahan secara fisik pada atlet yang sedang menjalani masa karantina. Waktu yang ada digunakan untuk melakukan latihan intensif dan bekerja sehingga mengorbankan waktu istirahat yang juga menjadi faktor penentu kondisi tubuh selain makanan bergizi dan kesehatan pribadi (Syamsul, 2011). Universitas 17 Agustus 1945 Samarinda Page 1

Setiap atlet memliki keinginan dan stressor tersendiri bagi atlet. Seperti yang tuntutan untuk dapat meraih prestasi yang dilansir dari Kaltim Post pelatih Kempo terbaik dalam setiap ajang yang diikutinya. Kaltim, menyatakan untuk menambah Keinginan dan tuntutan tersebut target menjadi empat keping emas, hal ini sebenarnya memiliki tujuan yang sama juga diharapkan agar dapat membantu maka dari itu atlet perlu melakukan latihan KONI Kalimantan Timur untuk yang intensif untuk mencapai tujuan mempertahankan posisi lima besar. tersebut. Menurut Alderman (dalam Herman, 2011), bahwa penampilan atlet Adanya target-target yang ditetapkan dapat ditentukan oleh beberapa faktor oleh provinsi maupun setiap cabang antara lain: Faktor kesegaran jasmani yang olahraga dapat menjadi motivasi atau meliputi; sistem kardiovaskuler-respiratori, tantangan tersendiri namun juga bisa daya tahan, kekuatan, kecepatan, power, menjadi tekanan bagi atlet yang koordinasi, kelenturan dan kelincahan, dan menjalaninya. sebagainya. Faktor keterampilan meliputi; koordinasi gerak, keindahan gerak, waktu Selain tuntutan dari luar diri atlet reaksi, dan sebagainya. Faktor pembawaan terkadang ada kendala fisik yang dialami fisik seperti; segi-segi antrophometrik atlet selama masa pelatihan yang juga antara lain tinggi dan berat badan, panjang menjadi sumber stress bagi atlet. Menurt lengan, tungkai, lebar bahu, kemampuan Giriwijoyo dalam Parwata (2015) atlet gerak, dan lain sebagainya. Faktor harus dapat untuk cepat bisa beradaptasi psikologi dan tingkah laku meliputi; motif- dengan program pelatihan yang sedang motif berprestasi, intelegensi, aktualisasi dilaksanakan atau program yang sedang diri, kemandirian, agresivitas, emosi, diprogramkan, dari aktivitas kerja maupun percaya diri, motivasi, semangat, rasa aktivitas berolahraga. Dengan pembebanan tanggung jawab, rasa sosial, hasrat ingin yang maksimal dalam jangka waktu yang menang dan sebagainya. lama maka otot-otot tubuh pada titik tertentu tidak bisa merespon atau otot tidak Tuntutan dari luar diri atlet adalah mampu berkontraksi, otot mengalami target dari organisasi olahraga yang kelelahan saat program pelatihan. mewadahi cabang olahraga yang ada dan target tiap cabang olahraga dari daerah Kondisi tertekan atas kelelahan fisik yang diikuti atlet. Di Indonesia organisasi yang dialami atlet terlihat dari kondisi olahraga yang ada untuk semua cabang yang dialami oleh atlet bali (Tribun Bali, olahraga adalah Komite Olahraga Nasional 2016) yang menyatakan bahwa lima persen Indonesia (KONI). atlet mengalami cedera fisik dan 85 persen atlet PON Bali dalam kondisi stress, hal ini Setiap KONI Provinsi memiliki target- terjadi karena adanya over training target yang harus dicapai oleh atlet- syndrome. Over training syndrome adalah atletnya. KONI Kalimantan Timur pada kondisi kelelahan seorang atlet, baik secara ajang Pekan Olahrga Nasional (PON) XIX fisik maupun mental yang disebabkan yang akan diadakan di Jawa Barat kondisi latihan yang berlebihan. Di memiliki target mempertahankan posisi Kalimantan Timur sendiri, pada hari lima besar. Hal ini tentu saja membuat pertama Pusat Pelatihan Daerah, tim medis cabang olahraga yang ada di bawah sudah menerima sembilan atlet yang naungan KONI Kalimantan Timur juga berkonsultasi masalah kesehatan. Yang berupaya untuk mewujudkan target menjadi keluhan adalah nyeri pada anggota tersebut. tubuh dan nyeri ulu hati (Tribun Kaltim, 2016). Selain tuntutan dari organisasi olahraga, tuntuan dari tiap cabang olahraga Kondisi yang tidak mendukung yang diikuti atlet pun menjadi hal yang stabilitas latihan atlet juga menjadi faktor perlu diperhitungkan untuk menjadi pemicu stress karena mengganggu jadwal dan fokus selama masa pelatihan. Seperti Universitas 17 Agustus 1945 Samarinda Page 2

yang dilansir dari Riau Pos kondisi cuaca Coping stress yang baik dibutuhkan setiap yang tidak menentu dalam sepekan terakhir individu untuk menghadapi masalah yang turut mempengaruhi pemusatan latihan dihadapinya tidak terkecuali atlet yang (TC) berjalan yang dilakukan atlet akan menghadapi kejuaraan. Seperti yang panahan. Pasalnya saat latihan di siang hari dinyatakan Parwata (2015) seorang atlet kondisinya terlalu panas dan sore hari menjalani latihan yang keras melebihi sering hujan, sehingga proses latihan batas-batas kemampuan fisiologi dan terpaksa dihentikan. Sementara itu, psikologis mereka. Disamping itu atlet sejumlah atlet khususnya cabang olahraga mendapatkan tekanan baik secara atletik tidak fokus latihan beberapa hari professional dan dari lingkungan terakhir. Penyebabnya karena kondisi sekitarnya menjadikan tekanan yang lintasan lari GOR 17 Desember yang ramai komplek, dan mengarah menjadi stress. digunakan masayarakat umum berolahraga Sementara menurut Markam (2003) stress (Lombok Post, 2015). adalah suatu keadaan dimana beban yang dirasakan seseorang tidak sepadan dengan Kendala-kendala yang terjadi di atas kemampuan untuk mengatasi beban itu. dapat meningkatkan kondisi stress yang Bartsc dan Evelyn dalam Kholidah dan dialami oleh atlet. Hal ini dikarenakan Alsa (2012) menyatakan stress adalah adanya faktor-faktor yang tidak mampu ketegangan, beban yang menarik seseorang untuk ditangani secara langsung sehingga dari segala penjuru, tekanan yang dapat menjadi penghambat dalam dirasakan pada saat menghadapi tuntutan peningkatan kualitas atlet dalam masa atau harapan yang menantang kemampuan karantina. Menurut Syamsul (2011) secara seseorang untuk mengatasi atau mengelola fisik dan psikologi tidak mungkin bagi hidup. seorang atlet untuk selalu siap pada setiap jadwal pertandingan. Selain persiapan Selama peneliti melakukan observasi, fisik, harus pula disiapkan persiapan peneliti melihat ada peningkatan terhadap mental. Salah satu bagian dari persiapan waktu pelatihan dan intensitas pelatihan mental adalah menentukan strategi yang untuk meningkatkan kualitas atlet. Hal ini tepat untuk pertandingan. sangat lumrah dilakukan untuk mengurangi potensi kegagalan yang akan terjadi di Selain penanganan penggantian pertandingan yang akan diikuti. Tetapi hal strategi dari para pelatih untuk mengganti ini tentu saja tidak cukup, perlu adanya metode pelatihan yang berkedala dengan penanggulangan secara internal dari dalam cuaca dan kondisi lapangan serta bantuan diri atlet untuk melakukan adaptasi medis untuk meminimalisir kondisi terhadap kondisi yang dihadapi oleh atlet. kelelahan fisik pada atlet, atlet perlu Karena tuntutan yang ada dari luar dan diri melakukan adaptasi terhadap masalah yang atlet dapat berdampak pada kondisi stress ada pada lingkungan dan diri atlet itu yang juga dapat memicu kecemasan dalam sendiri. Maka dari itu dari dalam diri atlet diri atlet, maka atlet perlu melakukan perlu adanya strategi coping stress yang coping stress yang tepat agar adaptasi yang baik dan tepat dalam menanggapi hal-hal dilakukan dapat memberikan dampak yang tersebut agar tidak berpengaruh terhadap positif bagi atlet maupun lingkungan penurunan teknik pada masa pelatihan sekitarnya. sehingga dapat berpengaruh positif terhadap performa pada saat pertandingan. Dari penjabaran di atas peneliti melihat banyaknya kondisi yang tidak Coping stress adalah cara untuk terelakkan yang dihadapi atlet selain menghadapi stress, hal ini selalu dilakukan seperti tuntutan lingkungan seperti individu untuk dapat bertahan dalam pekerjaan dan belajar, tuntutan profesi menghadapi tekanan-tekanan yang sebagai atlet, dan kendala kondisi dirasakan, baik tekanan seperti tuntutan lingkungan pelatihan yang kurang dari dalam diri maupun tuntutan sosial. Page 3 Universitas 17 Agustus 1945 Samarinda

kondusif. Maka dari itu strategi coping Adapun tujuan dari penelitian ini stress yang tepat dirasa perlu dilakukan adalah sebagai berikut : atlet sebagai adaptasi untuk mengahdapi a. Melihat kondisi stress yang dialami stress tersebut. Dalam penelitian ini peneliti ingin melihat apakah kondisi yang atlet PON XIX Jawa Barat Kontingen tidak terelakkan itu mempengaruhi kondisi Kalimantan Timur baik secara fisik stress dan kecenderungan dalam memilih maupun mental. strategi coping stress. b. Melihat kecenderungan pemilihan B. Rumusan Masalah coping stress pada atlet PON XIX Jawa Barat Kontingen Kalimantan Adapun rumusan masalah yang Timur. ingin diketahui dari penelitian ini adalah c. Mengetahui apakah kondisi stress sebagai berikut: memiliki pengaruh yang signifikan a. Apakah atlet PON XIX Jawa Barat terhadap pemilihan coping stress pada atlet PON XIX Jawa Barat Kontingen Kontingen Kalimantan Timur Kalimantan Timur. merasakan stress? b. Apakah atlet PON XIX Jawa Barat BAB II TINJAUAN PUSTAKA Kontingen Kalimantan Timur memiliki kecenderungan untuk A. Atlet memilih coping stress dalam Sukadiyanto dalam Aliffahmawati menghadapi stress selama masa karantina? (2015) menyatakan bahwa atlet atau c. Apakah konidisi stress mempengaruhi olahragawan adalah seorang yang atlet PON XIX Jawa Barat Kontingen menggeluti (menekuni) dan aktif Kalimantan Timur memilih coping melakukan latihan untuk meraih prestasi stress? pada cabang olahraga yang dipilihnya. C. Manfaat Penelitian Jadi atlet adalah olahragawan yang Adapun manfaat penelitian yang secara aktif melakukan pelatihan untuk akan dilakukan adalah sebagai berikut : meraih prestasi pada cabang olahraga yang a. Subjek penelitian. Melalui hasil diminati. Dalam penelitian ini atlet yang dipilih masih dalam kondisi training atau penelitian ini subjek dapat mengetahui pelatihan di Pusat Pelatihan Daerah tentang kondisi stress yang dihadapi Kalimantan Timur untuk mengikuti dari yang dapat terlihat dari tingkatan kejuaraan Pekan Olahraga Nasional ke stress yang akan diukur dan melihat XIX yang akan diadakan di Jawa Barat apakah coping stress yang dilakukan pada September 2016. tepat atau tidak untuk stress yang B. Coping Stress dihadapi. 1. Definisi Coping Stress b. Pelatih. Hasil penelitian ini dapat menjadi pelajaran bagi para pelatih Lazarus dan Folkman (dalam agar dapat memberikan pelatihan yang Intani dan Surjaningrum, 2010) lebih intensif dan lebih memberikan menyatakan coping mengarah pada support secara psikologis kepada atlet usaha aktif untuk menguasai, agar dapat meningkatkan motivasi mengurangi atau menoleransi tuntutan dalam berprestasi. yang disebabkan oleh stress. Hal ini c. Penelitian selanjutnya. Agar penelitian diperjelas oleh Lazarus dan Folkman ini dapat dijadikan referensi dan (1984) yang menyatakan psikologi bermanfaat untuk perkembangan olahraga telah menetapkan coping psikologi pada umumnya dan sebagai usaha perilaku dan kognitif psikologi olahraga khususnya pada dari seorang atlet untuk mengatur masa yang akan datang. secara spesifik tuntutan dari dalam D. Tujuan Penelitian maupun luar terkait hubungannya dengan olahraga (Besharat, 2010). Universitas 17 Agustus 1945 Samarinda Page 4

Lazarus dan Folkman juga positif dengan segala macam kesulitan yang dihadapinya (Khoirunnisa’ dan menyatakan strategi coping stress adalah merupakan sebuah perubahan Jannah, 2014). kognitif dan perilaku secara konstan Dalam penelitian ini, subjek dalam upaya untuk mengatasi tuntutan tertuju pada atlet yang ada pada masa internal dan atau eksternal khusus karantina di Pusat Pelatihan Daerah yang melelahkan atau melebihi PON XIX Jawa Barat. sumber individu (Wibawa dan 2. Indikator Coping Stress Widiasavitri, 2013). Lazarus dan Folkman membagi Coping stress adalah cara penyelesaian masalah menjadi dua mengatasi stress menurut Wade dan yaitu Problem Focused Coping dan Travis (2007) coping yang berhasil Emotion Focused Coping (dalam bukan berarti menghilangkan semua Intani dan Surjaningrum, 2010): stress. Orang yang sehat menghadapi a. Problem Focused Coping, yaitu masalah, menyelesaikannya, dan perilaku penyelesaian masalah melaluinya, namun masalah-masalah yang berpusat pada masalah. tersebut tetap penting jika orang Individu akan mengatasi masalah tersebut ingin menguasai keterampilan dengan aktivitas penyelesaian coping yang akan menetap dalam diri langsung, mempelajari cara-cara mereka. Sementara Bolger atau keterampilan yang baru. mendefinisikan coping sebagai aksi Lazarus menunjukkan indikator kepribadian dibawah tekanan, dan yang ada adalah sebagai berikut teori menyebutkan bahwa coping (Aldwin dan Revenson dalam harus dipandang sebagai proses Prayascitta, 2010): kepribadian. Kepribadian dapat 1) Instrumental action (tindakan mempengaruhi pemilihan stretegi secara langsung) coping secara langsung dengan 2) Cautiousness (kehati-hatian) membatasi atau memfasilitasi 3) Negotiation (perundingan) penggunaan strategi khusus, atau b. Emotional Focused Coping, yaitu secara tidak langsung dengan perilaku penyelesaian masalah mempengaruhi sifat dan tingkat yang berpusat pada emosi keparahan stressor yang dialami atau digunakan untuk mengatur respon efektifitas coping yang digunakan emosional terhadap stress tanpa (Smith dan Flachsbart dalam mengatasi sumber masalah. Mawarpury, 2013). Lazarus menunjukkan indikator Menurut Mawarpury (2013) yang ada adalah sebagai berikut coping dipandang sebagai mediator (Aldwin dan Revenson dalam antara stress dan hasil adaptasi. Prayascitta, 2010) Coping mengacu pada usaha kognitif 1) Escapism (pelarian diri dari dan perilaku untuk menguasai, masalah) mengurangi atau mentoleransi tuntutan 2) Minimalization internal dan/atau eksternal yang (meringkankan beban diciptakan oleh siatuasi transaksi yang masalah) penuh stress. Penggunaan stretegi 3) Self blame (menyalahkan diri coping juga dipengatuhi oleh tipe sendiri) kepribadian dan tipe tekanan yang 4) Seeking meaning (mencari dihadapi. arti) Luthar, dkk menyatakan resiliensi Menurut Wade dan Travis (2007) mengacu pada kemampuan seseorang ada beberapa cara untuk mengatasi untuk mampu beradaptasi secara stress yaitu dengan cara mendinginkan Universitas 17 Agustus 1945 Samarinda Page 5

kepala, memecahkan masalah, stress). Corbin dan Welk memikirkan kembali masalah, mendefinisikan stress adalah sebagai mendapatkan dukungan sosial, dan suatu respon yang tidak spesifik sembuh dengan membatu orang lain. (adaptasi secara umum) yang dikeluarkan oleh tubuh untuk tetap Wade dan Travis (2007) menjaga keseimbangan dari fungsi mengemukakan ada beberapa strategi fisiologis (dalam Wibawa dan untuk menurunkan tingkat stress: Widiasavitri, 2013). a. Strategi Fisik b. Strategi yang Berorientasi Crider, Goethal, Kavanough, dan Solomon (dalam Marwing, 2011) Terhadap Masalah menyatakan bahwa stress merupakan c. Strategi Kognitif suatu pola tertentu yang diperoleh dari d. Strategi Sosial reaksi psikologis dan fisiologis yang mengganggu dan timbul dari stimulus- Coping stress memiliki berbagai stimulus tertentu di lingkungan macam pilihan untuk individu agar individu sehingga mengancam dapat melakukan adaptasi seperti kebutuhan-kebutuhan utamanya dan problem focused coping dan emotion memaksa individu untuk melakukan focused coping yang dinyatakan coping sesuai dengan kemampuan Lazarus dan Folkman. Empat strategi yang dimiliki. yang dinyatakan Wade dan Travis yaitu strategi fisik, stretegi yang Menurut Wade dan Travis (2007), berorientasi pada masalah, strategi penggunaan kata stress secara populer kognitif, dan strategi sosial. mencakup konflik berkepanjangan, C. Stress tekanan terus-menerus yang sepertinya 1. Definisi Stress tidak dapat dikendalikan, atau gangguan-gangguan kecil yang Lazarus dan Folkman membuat individu tertekan. mengartikan stress secara luas adalah sebagai sebuah hubungan antara Markam (2003) mendefinisikan seseorang dengan lingkungannnya stress adalah suatu keadaan dimana yang dinilai melebihi kemampuan dan beban yang dirasakan seseorang tidak mengancam hidupnya (Wibawa dan sepadan dengan kemampuan untuk Widiasavitri, 2013). Lazarus juga mengatasi beban itu. Wiramihardja menyatakan dalam Manktelow (2007) (2005) menyatakan stress adalah stress adalah suatu kondisi atau respon organisme untuk menyesuaikan perasaan yang dialami ketika diri dengan tuntutan-tuntutan yang seseorang menganggap bahwa berlangsung. Tuntutan-tuntutan ini “tuntutan-tuntutan melebihi sumber bisa jadi berupa hal-hal yang faktual daya sosial dan personal yang mampu saat itu, bisa jadi juga hal-hal yang dikerahkan seseorang.” baru mungkin akan terjadi, tetapi dipersepsi secara aktual. Menurut Sarafino dalam Mariyanti dan Wicaksana, kondisi stress dapat Citrawati (2011) mengemukakan berlanjut menjadi gangguan mental stress merupakan keadaan ketika dan perilaku, namun dapat pula tidak lingkungan menuntut individu untuk karena tergantung pada kuat lemahnya merasakan adanya kesenjangan antara status mental atau kepribadian tuntutan lingkungan dengan sumber seseorang (dalam Kholidah dan Alsa, daya yang bsersifat bioloigis, 2012), Bartsch dan Evelyn (2005) psikologis, atau sosial. Semua menyatakan stress adalah ketegangan, stimulus yang dapat menimbulkan beban yang menarik seseorang dari stress dapat berupa lingkungan, segala penjuru, tekanan yang perubahan fisik, atau sosial yang disebut sebagai stressor (sumber Page 6 Universitas 17 Agustus 1945 Samarinda

dirasakan pada saat menghadapi sekunder (secondary appraisal). tuntutan atau harapan yang menentang Dimana penilaian ini dilakukan secara kemampuan seseorang untuk kognitif saat individu merespon mengatasi atau mengelola hidup sebuah stress yang dihadapi. (dalam Kholidah dan Alsa, 2012) Wade dan Travis (2007), Mawarpury (2013) menyatakan menyatakan sumber stress yang stress merupakan keadaan sakit secara mengganggu kehidupan seseorang fisik dan psikologis yang merupakan yaitu: masalah pekerjaan, kebisingan, salah satu indikator utama dalam duka dan kehilangan, kemiskinan, kesehatan mental. Stress psikologis ketidakberdayaan dan status rendah dan kesejahteraan dapat dipengaruhi oleh masyarakat, lingkungan sekitar, Menurut Sarafino (Smet dalam dan ketahanan individu secara mental Widiani, 2011) membedakan sumber- dalam menghadapi kecemasan dan sumber stress terbagi menjadi tiga depresi. Sementarara menurut bagian yaitu: Husdarta (dalam Aliffahmawati, 2015) a. Sumber-sumber stress di dalam diri stress yaitu tekanan atau sesuatu yang terasa menkan dalam diri seseorang. seseorang, Perasaan tertekan ini disebabkan oleh b. Sumber-sumber stress di dalam banyak faktor yang berasal dari dalam dirinya maupun dari luar. keluarga, 2. Jenis-Jenis Stress c. Sumber-sumber stress di dalam Quick dan Quick (dalam komunitas, Almasitoh, 2012) mengkategorikan Coleman dkk berpendapat bahwa jenis stress menjadi dua, yaitu: 1) sumber stress dapat dikategorikan Eustress, adalah akibat positif yang menjadi tiga, yaitu frustasi, konflik, ditimbulkan oleh stress yang berupa dan tekanan. Sementara secara timbulnya rasa gembira, perasaan spesifik, menurut Singgih dalam bangga, menerima sebagai tantangan, Aliffahmawati (2015) sumber stress merasa cakap dan mampu, pada atlet dapat dibedakan menjadi meningkatnya motivasi untuk dua macam yaitu: berprestasi, semangat kerja tinggi, a. Sumber stress dari dalam diri atlet produktivitas tinggi, timbul harapan (internal) untuk dapat memenuhi tuntutan b. Sumber stress dari luar diri atlet pekerjaan, serta meningkatnya (eksternal) kreativitas dalam situasi kompetitif. 2) Menurut Husdarta dalam Distress, adalah akibat negatif yang Aliffahmawati (2015) sumber stress merugikan dari stress, misalnya bisa berada dari dalam diri atlet perasaan bosan, frustasi, kecewa, misalnya: perasaan takut gagal, ragu- kelelahan fisik, gangguan tidur, mudah ragu akan kemampuan yang marah, sering melakukan kesalahan dimilikinya, perasaan kurang latihan dalam pekerjaan, timbul sikap keragu- maksimal dan sebagainya. Serta dari raguan, menurunnya motivasi, luar diri atlet misalnya: pengaruh meningkatnya absensi, serta timbulnya penonton, ketidakhadiran keluarga, sikap apatis. lingungan pertandingan yang asing 3. Penyebab Stress baginya, ketidakhadiran pelatih, rangsangan yang membingungkan dan Lazarus dan Folkman (1984) yang sebagainya. juga menjadi penyebab dari tingkat stress adalah penilaian primer Dari penjelasan diatas dapat (primary appraisal) dan penilaian ditarik kesimpulan bahwa stressor dapat dibagi menjadi dua yaitu dari Universitas 17 Agustus 1945 Samarinda luar dan dalam diri individu. Faktor dari luar individu seperti faktor Page 7

lingkungan dan tuntutan sosial dan pikiran tidak karuan, bingung, pesimis, dari dalam individu seperti yang detak jantung lebih keras, keringat dinyatakan Lazarus dan Folkman yaitu dingin, sering ke toilet, rasa capek, penilaian primer (primary appraisal) mudah tersinggung. dan penilaian sekunder (secondary appraisal). Stress adalah segala aksi dari 4. Kondisi atau Gejala yang Timbul tubuh manusia terhadap segala Akibat Stress rangsangan baik yang berasal dari lur maupun dari dalam tubuh itu sendiri Menurut Manktelow (2007) stress yang dapat menimbulkan bermacam- bisa melemahkan sistem kekebalan macam dampak yang merugikan mulai tubuh. Hal ini menjelaskan mengapa dari menurunnya kesehatan sampai kita mudah terkena infeksi (termasuk pada dideritanya suatu penyakit flu) ketika stress. Stress memperparah (Tarwaka dalam Fitri, 2013) gejala-gejala penyakit yang memiliki komponen kekebalan otomatis seperti Davis dan Newstroom rematik. Stress juga menyebabkan menyatakan burnout merupakan suatu sakit kepala dan iritasi lambung, dan situasi dimana individu menderita sekarang ini dinyatakan bahwa ada kelelahan kronis, kebosanan, dan kaitan antara stress dan kanker. menarik diri dari pekerjaan (Rulin dalam Prestiana dan Purbandini, Menurut Giriwijoyo, kelelahan 2012). Menurut Bunker, burnout (fisik) ialah menurunnya kapasitas adalah suatu kondisi yang dipenuhi kerja (fisik) yang disebabkan oleh oleh rasa jenuh sehingga banyak karena melakukan pekerjaan. energi dan tenaga terbuang sia-sia. Menurunnya kapasitas kerja berarti Dalam dunia olahraga, burnout menurunnya kualitas dan kuantitas merupakan suatu hal yang berdampak kerja/gerak fisik. Bila lingkupnya buruk karena dapat mempengaruhi dipersempit pada kualitas gerakan, prestasi (performance dan prestasi maka kelelahan ditujukan oleh menurun) (Gunarsa dalam Primita dan menurunnya kualtias gerak (dalam Wulandari, 2014). Parwata, 2015). Kondisi yang ditimbulkan oleh Pines dan Aronson (dalam stress secara fisiologi seperti Manktelow, 2007) menjelaskan gangguan pencernaan, berdebar-debar, burnout adalah kondisi kelelahan fisik, keringat dingin, sementara secara emosional, dan mental yang psikis sangat beragam dan gangguan disebabkan oleh keterlibatan jangka emosi, motivasi kurang, dan pikiran panjang dalam situasi yang menuntut yang tidak menentu. secara emosional. D. Hubungan Antara Stress dan Coping Stress Pada Atlet Aspek fisiologis dari stress yang Lazarus dan Folkman (dalam Intani dijabarkan oleh Hans Selye dalam dan Surjaningrum, 2010) menyatakan Wade dan Travis (2007) terjadi dalam coping mengarah pada usaha aktif untuk tiga tahapan yaitu: menguasai, mengurangi atau menoleransi a. Fase alarm (the alarm phase) tuntutan yang disebabkan oleh stress. b. Fase penolakan (the resistance Lazarus dan Folkman membagi penyelesaian masalah menjadi : pase) a. Problem Focused Coping, dan c. Fase kelelahan (the exhaustion b. Emotional Focused Coping. Lazarus dan Folkman mengartikan phase) stress secara luas adalah sebagai sebuah Menurut Harsono dalam hubungan antara seseorang dengan Aliffahmawati (2015) akibat yang ditimbulkan stress antara lain: badan Page 8 gemetaran, berjalan mondar-mandir, Universitas 17 Agustus 1945 Samarinda

lingkungannnya yang dinilai melebihi pemilihan strategi coping stress pada kemampuan dan mengamcam hidupnya atlet yang akan mengikuti Kejuaraan (Wibawa dan Widiasavitri, 2013). Lazarus Pekan Olahraga Nasional ke XIX juga menyatakan dalam Manktelow (2007) Jawa Barat Kontingen Kalimantan stress adalah suatu kondisi atau perasaan Timur. yang dialami ketika seseorang menganggap bahwa “tuntutan-tuntutan BAB III METODOLOGI melebihi sumber daya sosial dan personal PENELITIAN yang mampu dikerahkan seseorang.” A. Tipe Penelitian Sukadiyanto menyatakan (dalam Tipe penelitian yang akan digunakan Aliffahmawati, 2015) atlet atau olahragawan adalah seorang yang dalam penelitian ini adalah tipe mixed menggeluti (menekuni) dan aktif method dengan menggabungkan cara melakukan latihan untuk meraih prestasi kuantitatif dan kualitatif. pada cabang olahraga yang dipilihnya. Peneliti memilih mixed method adalah Dalam penelitian ini peneliti melihat untuk memperkaya hasil penelitian karena bahwa untuk mencapai tujuan, atlet perlu penelitian dilakukan dengan jumlah yang melakukan berbagai usaha yang telah terbatas. Selain itu hal ini juga agar tidak diprogramkan dalam masa pelatihan untuk menutup kemungkinan-kemungkinan yang meminimalisir kegagalan. Tetapi selain tidak ada pada penelitian yang dilakukan usaha yang harus dilakukan atlet, atlet juga peneliti, maka dari itu pandangan subjek mengalami tekanan dari berbagai faktor juga diperlukan. baik dari luar diri atlet maupun dari dalam B. Subjek Penelitian diri atlet. Maka dari itu atlet perlu 1. Populasi melakukan coping terhadap stress yang dihadapinya sebagai bentuk adaptasi dari Dalam penelitian ini, populasi kondisi yang tidak terelakkan dan harus yang diambil oleh peneliti adalah atlet dihadapi oleh atlet tersebut. yang akan mengikuti Pekan Olahraga E. Kerangka Konseptual Nasional XIX Jawa Barat. Pada penelitian ini, ada 8 cabang olahraga Penelitian ini akan menggunakan yang ikut berpartisipasi pada subjek atlet pada masa karantina yang akan penelitian ini dan akan mengikuti diukur skala tingkat stressnya setelah itu Pekan Olahraga Nasional XIX Jawa melihat persentase stress yang dialami Barat. Jumlah atlet yang menjadi atlet. Tingkat Dari tingkat stress tersebut populasi adalah sebanyak 142 atlet. kita dapat melihat apakah ada 2. Sampel kecenderungan atlet memilih coping dalam menghadapi stress yang dialaminya. Teknik sampling yang akan F. Hipotesis digunakan adalah nonprobability sampling yaitu teknik pengambilan Adapun dugaan sementara yang sampel yang tidak memberikan terdapat pada penelitian ini adalah sebagai peluang yang sama bagi setiap unsur berikut. (anggota) populasi untuk dipilih Ho :Tidak ada pengaruh yang signifikan menjadi anggota sampel. Teknik ini meliputi sampling sistematis, sampling pada kondisi stress terhadap kuota, sampling insidental, sampling pemilihan strategi coping stress pada purposive, sampling jenuh, sowball atlet yang akan mengikuti Kejuaraan sampling. (Sugiyono, 2011). Dari Pekan Olahraga Nasional ke XIX kelima teknik yang ada dalam Jawa Barat Kontingen Kalimantan nonprobability sampling, peneliti akan Timur. menggunakan teknik penelitian Ha : Adanya pengaruh yang signifikan sampling purposive dalam penelitian pada kondisi stress terhadap ini. Sampling purposive adalah teknik Universitas 17 Agustus 1945 Samarinda Page 9

penentuan sampel dengan sumber daya sosial dan personal yang mampu dikerahkan seseorang.” pertimbangan tertentu. (Sugiyono, D. Teknik Analisa Data Untuk pengujian hipotesis, peneliti 2011). akan menggunakan teknik analisa data One Way Anova dengan menggunakan C. Variabel Penelitan dan software SPSS16 (Statistical Product and Service Solution Versi 16). Pengukurannya Sementara untuk data kualitatif peneliti melakukan observasi dan 1. Coping Stress (Variabel Y) wawancara kepada subjek penelitian untuk mengetahui kendala yang dihadapi oleh Lazarus dan Folkman (dalam Intani subjek penelitian. Hasil dari observasi dan wawancara digunakan sebagai data dan Surjaningrum, 2010) menyatakan deskriptif yang menggambarkan kondisi selama masa pelatihan berlangsung. coping mengarah pada usaha aktif BAB IV HASIL PENELITIAN untuk menguasai, mengurangi atau DAN PEMBAHASAN menoleransi tuntutan yang disebabkan A. Hasil Penelitian Dari hasil uji normalitas menggunakan oleh stress. Hal ini diperjelas oleh Kolmogorov-Smirnov dihasilkan nilai Lazarus dan Folkman (1984) yang signifikansi tingkat stress sebesar 0,200 dan coping stress sebesar 0,200. Karena menyatakan psikologi olahraga telah signifikansi untuk kedua variabel lebih besar dari 0,05 maka dapat disimpulkan menetapkan coping sebagai usaha bahwa data tingkat stress dan coping stress berdistribusi normal. Hal ini menunjukkan perilaku dan kognitif dari seorang atlet bahwa populasi data berdistribusi normal. untuk mengatur secara spesifik Pada hasil uji linieritas nilai signifikansi pada Deviation from Linearity tuntutan dari dalam maupun luar sebesar 0,001. Karena signifikansi kurang dari 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa terkait hubungannya dengan olahraga antara variabel tingkat stress dan coping stress tidak memiliki hubungan yang linier. (Besharat, 2010). Lazarus dan Untuk pengujian homogenitas data Folkman juga menyatakan strategi dapat dilihat pada output Test of Homogeneity of Variance memiliki nilai coping stress adalah merupakan signifikansi 0,220. Karena signifikansi lebih dari 0,05 maka dapat disimpulkan sebuah perubahan kognitif dan ketiga tingkat stress memiliki varian yang sama, yang berarti tidak ada perbedaan perilaku secara konstan dalam upaya antara ketiga tingkat stress tersebut terhadap coping stress. untuk mengatasi tuntutan internal dan Dari hasil pengujian pengaruh tingkat atau eksternal khusus yang melelahkan stress terhadap problem focused coping terdapat nilai signifikansi sebesar 0,946, atau melebihi sumber individu sementara pengaruh tingkat stress terhadap emotion focused coping terdapat nilai (Wibawa dan Widiasavitri, 2013). signifikansi sebesar 0,745. Pada penelitian Dalam penelitian ini peneliti Page 10 menggunakan skala yang berdasarkan pada strategi coping problem focused coping dan emotion focused coping yang dijabarkan oleh Lazarus dan Folkman untuk melihat kencenderungan atlet dalam melakukan coping terhadap stress yang dihadapi. 2. Stress (Variabel X) Lazarus dan Folkman mengartikan stress secara luas adalah sebagai sebuah hubungan antara seseorang dengan lingkungannnya yang dinilai melebihi kemampuan dan mengancam hidupnya (Wibawa dan Widiasavitri, 2013). Lazarus juga menyatakan dalam Manktelow (2007) stress adalah suatu kondisi atau perasaan yang dialami ketika seseorang menganggap bahwa “tuntutan-tuntutan melebihi Universitas 17 Agustus 1945 Samarinda

ini nilai signifikan adalah 0,05. Maka dari Primita dan Wulandari (2014) itu dapat disimpulkan bahwa tidak ada menyatakan bahwa dalam olahraga, latihan hubungan antara tingkat stress dengan mental sama pentingnya dengan latihan focus coping yang dipilih oleh subjek fisik. Ini mendukung adanya penekanan penelitian. bahwa faktor psikologis dalam olahraga B. Pembahasan mempunyai peran penting. Prestasi atlet banyak ditentukan oleh faktor psikologis, Dari penelitian ini dapat disimpulkan gejala-gejala psikologis yang biasanya bahwa tidak ada pengaruh antara tingkat menyebabkan prestasi atlet menurun yaitu stress dengan pemilihan coping pada rasa jenuh, kelelahan, tertekan, stress, subjek penelitian yaitu atlet yang akan kecemasan, ketakutan akan gagal, emosi mengikuti Pekan Olahraga Nasional yang meledak-ledak, dan keyakinan akan kontingen Provinsi Kalimantan Timur. Hal kemampuan dari diri sendiri. Hal ini juga ini dapat dilihat dari nilai signifikansi yang ditemukan peneliti selama observasi. tingkat stress terhadap problem focused Beberapa atlet mengeluhkan rasa jenuh coping sebesar 0,946 sementara terhadap serta makin padatnya jadwal latihan emotion focused coping sebesar 0,745. menjadi tekanan bagi mereka, sehingga Nilai tersebut diatas lebih besar dari 0,05 muncul gejala-gejala secara psikologis dengan demikian Ho diterima dan Ha yang merujuk pada stress. ditolak yang berarti tidak ada pengaruh yang signifikan pada tingkat stress Selain itu kelelahan atau burnout pada terhadap pemilihan strategi coping stress atlet juga menjadi stress tersendiri apalagi pada atlet yang akan mengikuti Kejuaraan apabila atlet mengalami cidera dengan Pekan Olahraga Nasional ke XIX Jawa waktu yang sempit, mereka akan tetap Barat Kontingen Kalimantan Timur. berlatih sehingga cedera yang diderita memiliki kemungkinan sembuh yang lebih Dari hasil wawancara yang juga lama atau cedera bertambah parah. Peranan dilakukan oleh peneliti terkadang ada pelatih juga tidak kalah penting untuk situasi dimana atlet tidak mampu untuk membuat atlet tetap berfikir positif. Pikiran menyelesaikan masalahnya secara sehat yang positif merupakan dasar untuk hal ini terkait jadwal yang makin ketat dan berprestasi lebih tinggi. Dengan demikian teman sekelompok/pasangan terlebih kekuatan temtal akan terjaga sehingga apabila teman sekelompok atau pasangan mendorong kekuatan fisik untuk dapat merupakan senior sehingga mereka segan berprestasi (Syamsul, 2011). untuk memberitahukan ketidakseragaman yang dialami. Pada penelitian ini ditemukan bahwa tidak adanya pengaruh yang signifikan Menurut Luthar dkk (dalam pada tingkat stress terhadap pemilihan Khoirunnisa’ dan Jannah, 2014) atlet yang strategi coping stress pada atlet yang akan mampu mengatasi berbagai setiap mengikuti Kejuaraan Pekan Olahraga gangguan, tuntutan, kecemasan, dan Nasional ke XIX Jawa Barat Kontingen berbagai macam kesulitannya tentu akan Kalimantan Timur, hal ini dapat memiliki prestasi yang lebih baik dari disebabkan oleh jumlah sampel yang mereka yang tidak mampu mengatasinya, terbilang sedikit, sempitnya waktu maka dari itu kedekatan dengan pelatih penelitian, dan subjek harus melakukan juga menjadi salah satu faktor bagi self report atau menilai diri sendiri dimana keberhasilan atlet untuk mengelola emosi hal ini bisa menimbulkan bias dalam negatif mereka, karena beberapa pelatih pengisian skala kondisi stress dan coping yang dipilih bukanlah pelatih mereka dari stress. tempat asal sehingga sukar bagi mereka untuk mengkomunikasikan kendala yang Pengambilan strategi coping stress mereka hadapi. yang tepat juga dapat terjadi apabila adanya ikatan atau kedekatan antara pelatih Universitas 17 Agustus 1945 Samarinda Page 11

dan atletnya. Seperti pada penelitian Putri Dari hasil pengujian pengaruh tingkat (2007) yang menyatakan bahwa semakin stress terhadap problem focused coping baik intimasi pelatih dengan atletnya maka terdapat nilai signifikansi sebesar 0,946, akan diikuti dengan semakin menurunnya sementara pengaruh tingkat stress terhadap tingkat kecemasan atlet. Hal ini emotion focused coping terdapat nilai berpengaruh positif terhadap prestasi atlet, signifikansi sebesar 0,745. Pada penelitian karena atlet dapat melakukan coping stress ini nilai signifikan adalah 0,05. Maka dari dengan cara mereduksi stress yang dialami itu dapat disimpulkan bahwa tidak ada melalui berbicara dengan pelatih. hubungan antara tingkat stress dengan C. Keterbatasan Penelitian focus coping yang dipilih oleh subjek penelitian. Adapun keterbatasan dalam B. Saran melakukan peenlitian ini adalah sebagai berikut : Adapun saran yang dianjurkan oleh 1. Jumlah aitem skala yang banyak dapat peneliti kepada para pembaca adalah sebagai berikut: memungkinkan subjek penelitian 1. Subjek penelitian. Dari hasil penelitian menjadi merasa lelah dan jenuh untuk menjawab. ini dapat dilihat bahwa kondisi stress 2. Jumlah akhir sampel yang digunakan yang dialami oleh atlet tidak memiliki sedikit hal ini dikarenakan adanya kecenderungan dalam pemilihan skala yang tidak terisi penuh sehingga strategi coping stress. Hal ini dapat tidak dapat digunakan untuk menunjukkan bahwa tidak semua menghitung data. kondisi stress yang di alami oleh atlet 3. Karena adanya perbedaan jadwal dapat diselesaikan dengan cara yang latihan pada tiap cabang olahraga, sesuai. Maka dari itu disarankan agar skala yang disebarkan diisi sendiri atlet dapat lebih memahami kondisi oleh subjek tidak pada satu waktu. stress dan tidak segan untuk meminta 4. Subjek penelitian tidak diawasi dalam bantuan apabila dirasa berat untuk melakukan pengisian skala dan menghadapinya sendiri. melakukan penilaian pada diri sendiri. 2. Pelatih. Untuk para pelatih disarankan 5. Waktu penelitian yang kurang agar dapat lebih memperhatikan sehingga banyak aitem yang gugur perilaku atlet yang akan bertanding. dalam uji validitas aitem yang Karena ciri-ciri stress dapat dilihat dilakukan oleh peneliti. dari perilaku individu dan tidak semua atlet dapat mengenali dan memilah BAB V SIMPULAN DAN SARAN kondisi stress yang mereka alami, maka peran pelatih sebagai mediator A. Simpulan sangat dibutuhkan untuk dapat Dari hasil uji normalitas menggunakan mereduksi kondisi stress atlet. 3. Penelitian selanjutnya. Agar dapat Kolmogorov-Smirnov dapat disimpulkan menjadi penelitian yang lebih baik bahwa data tingkat stress dan coping stress lagi, akan lebih baik apabila pada berdistribusi normal. Pada hasil uji penelitian selanjutnya dapat linieritas disimpulkan bahwa antara menambah jumlah subjek penelitian. variabel tingkat stress dan coping stress Karena dalam penelitian ini jumlah tidak memiliki hubungan yang linier. subjek termasuk sedikit, maka dari itu Untuk pengujian homogenitas data output perlu ada pertimbangan-pertimbangan Test of Homogeneity of Variance tertentu yang dapat menjadi landasan menunjukkan bahwa ketiga tingkat stress untuk penelitian selanjutnya agar hasil memiliki varian yang sama, yang berarti yang didapat lebih memuaskan. tidak ada perbedaan antara ketiga tingkat stress tersebut terhadap coping stress. Page 12 Universitas 17 Agustus 1945 Samarinda

DAFTAR PUSTAKA Jawa Barat Siap Menjadi Penyelenggara Terbaik Pekan Olahraga Nasional XIX 69 Atlet Pelajar dan Alumni SKOI Masuk 2016 (2015, 15 Januari). Badan Tim PON Kaltim (2016, 05 Februari). Pendidikan dan Pelatihan Daerah Kaltimprov.go.id [on line]. Diakses Provinsi Jawa Barat [on line]. Diakses pada tanggal 27 September 2016 dari pada tanggal 13 Juni 2016 dari http://www.kaltimprov.go.id/berita-69- http://badiklatda.jabarprov.go.id/indekx. atlet-pelajar-dan-alumni-skoi-masuk- php/en/berita-umum/546-jawa-barat- tim-pon-kaltim.html siap-menjadi-penyelenggara-terbaik- pekan-olah-raga-nasional-xix-2016 Aliffahmawati, Nurmalita Ruwi. (2015). Tingkat Kecemasan Dan Stress Pada Kempo Pede Tatap PON (2015, 11 Atlet Tenis Lapangan PON Remaja I Desember). Kaltim Post [on line]. Surabaya Tahun 2014. Skripsi. Diakses pada tanggal 15 Juni 2016 dari Pendidikan Kepelatihan Olahraga http://kaltim.prokal.co/read/news/25211 Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas 6-kempo-pede-tatap-pon Negeri Yogyakarta. Khoirunnisa’ & Jannah, Miftakhul. (2014). Almasitoh, Ummu Hany. (2011). Stres Hubungan Antara Regulasi Emosi dan Kerja Ditinjau Dari Konflik Peran Konsentrasi Terhadap Resiliensi pada Ganda dan Dukungan Sosial Pada Atlet Renang. Jurnal Character Vol. 3 Perawat. Jurnal Psikologi Islami Vol. 8 No. 2. No. 1. Kholidah, Enik Nur & Alsa, Asmadi. /anggar-target-satu-emas-di-pon-xix2016 (2012). Berfikir Positif untuk Atlet PON Tak Fokus Latihan Lintasan Menurunkan Stress Psikologis. Jurnal Psikologi Volume 39, No. 1, 67-75. Lari Dipakai Masyarakat Olahraga (2015, 31 Mei). Lombok Post [on line]. Lazarus, Richard S. & Folkman, Susan. Diakses pada tanggal 15 Juni 2016 dari (1984). Stress, Appraisal, and Coping. http://www.lombokpost.net/2016/05/31/ New York: Springer. atlet-pon-tak-fokus-latihan/ Azwar, Syaifuddin. (2015). Metode Manktelow, James. 2009. Worklife : Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Mengendalikan Stress. Erlangga. Belajar. Fitri, Azizah Musliha. (2013). Analisis Mariyanti, Sulis & Citrawati, Anisah. Faktor-Faktor Yang Berhubungan (2011). Burnout pada Perawat yang Dengan Kejadian Stres Kerja pada Bertugas di Ruang Rawat Inap dan Karyawan Bank. Jurnal Kesehatan Rawat Jalan RSAB Harapan Kita. Masyarakat Vol. 2 No. 1. Jurnal Psikologi Volume 9, No. 2 48- Hari Pertama Puslatda PON Sembilan 59. Atlet Konsultasi Medis (2016, 2 April). Tribun Kaltim [on line]. Diakses pada Markam, Suprapti Slamet I.S. Sumarmo. tanggal 15 Juni 2016 dari 2003. Pengantar Psikologi Klinis. http://kaltim.tribunnews.com/2016/04/0 Jakarta: UI Press. 2/hari-pertama-puslatda-pon-sembilan- atlet-konsultasi-medis Marwing, Arman. (2011). Problem Herman. (2012). Psikologi Olahraga. Psikologis dan Strategi Coping Pelaku Jurnal ILRA Volume 1, No. 2 1-7. Upacara Kematian Rmbu Solo’ di Intani, Fara Sofah & Surjaningrium, Toraja. Jurnal Psikologi Islam Vol. 8, Endang R. (2010). Coping Stretegy No. 2 209-229. pada Mahasiswa Salah Jurusan. Jurnal Insan Media Psikologi Vol. 12, No. 02 Mawarpury, Marty. (2013). Coping 119-126. Sebagai Prediktor Kesejahteraan Psikologis : Studi Meta Analisis. Universitas 17 Agustus 1945 Samarinda Psycho Idea, Tahun 11 No. 1 38-47. PON Jawa Barat Harus Jadi PON Prestasi Maluku (2016, 7 Juni). Rakyat Maluku [on line]. Diakses pada tanggal 21 Juli Page 13

2016 dari 18/sumbar-hanya-targetkan-raih-16- http://rakyatmaluku.fajar.co.id/2016/06/ medali-pada-pon-xix2016-jabar.html 07/pon-jawa-barat-harus-jadi-pon- Sundayana, Rostina. (2014). Statistika prestasi-maluku/ Penelitian Pendidikan. Bandung: Prayascitta Putri. (2010). Hubungan Alfabeta Antara Coping Stress dan Dukungan Syamsul, Muhammad W.A. (2011). Sosial Dengan Motivasi Belajar Remaja Mengenal Lompat Tinggi Galah. Yang Orangtuanya Bercerai. Skripsi. Jakarta Timur: PT. Wadah Ilmu. Universitas Sebelas Maret Surakarta. Target Lima Besar PON XIX Bisa Primita, Hannah Yukhi & Wulandari, Tercapai Dengan Dukungan Semua Dyah Astorini. (2014). Hubungan Pihak (2016, 27 Juni). Dispora News antara Motivasi Berprestasi dengan [on line]. Diakses pada tanggal 21 Juli Burnout pada Atlet Bulutangkis di 2016 dari Purwokerto. Jurnal Psycho Idea Vol. 12 http://www.dispora.info/berita-target- No. 1. lima-besar-pon-xix-tercapai-dengan- Putri, Yetisa Ika. (2007). Hubungan dukungan-semua-pihak.html Antara Intimasi Pelatih – Atlet dengan Target Medali di PON XIX Jabar (2016, 1 Kecemasan Bertanding pada Atlet Juni). Detik Sumsel [on line]. Diakses Ikatan Pencak Silat Indonesia (IPSI) pada tanggal 21 Juli 2016 dari Semarang. Skripsi. Universitas http://detiksumsel.com/target-medali-di- Diponegoro. Semarang. pon-xix-jabar/ Softball Putri Target Emas di PON XIX Tuntutan Target di PON XIX, 85 Persen (2016, 20 Februari). Tabengan.com [on Atlet Bali dalam Kondisi Stress (2016, line]. Diakses pada tanggal 21 Juli 2016 28 Mei). Tribun Bali [on line]. Diakses dari pada tanggal 15 Juni 2016 dari http://www.tabenga.com/17190/power- http://bali.tribunnews.com/2016/05/28/t game/2016/02/softball-putri-target- untutan-target-di-pon-xix-85-persen- emas-di-pon-xix.html/ atlet-bali-dalam-kondisi-stress? Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Wade, Carole dan Travis, Carol. (2007). Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Psikologi Edisi Kesembilan Jilid 2. Bandung: Alfabeta. Erlangga. Sulteng Target Posisi 25 PON XIX di Wibawa, Nyoman Adi Krisna & Bandung (2016, 3 Juni). Metro Sulawesi Widiasavitri, Putu Nugrahaeni. (2013). [on line]. Diakses pada tanggal 21 Juli Hubungan Antara Gaya hIdup Sehat 2016 dari dengan Tingkat Stress Siswa Kelas XII http://www.metrosulawesi.com/article/s SMA Negeri di Denpasar Menjelang ulteng-target-posisi-25-pon-xix-di- Ujian Nasional Berdasarkan Strategi bandung Coping Stress. Jurnal Psikologi Sumanti : KONI Minut Target 10 Besar di Udayana Vol. 1, No. 1 138-150. PON XIX Jabar (2016, 19 Mei). Tonsea News [on line]. Diakses pada tanggal 21 Juli 2016 dari http://tonseanews.com/sumati-koni- minut-target-10-besar-di-pon-xix-jabar/ Sumbar Hanya Targetkan Raih 16 Medali pada PON XIX/2016 Jabar (2016, 7 Juni). Gala Media News [on line]. Diakses pada tanggal 21 Juli 2016 dari http://m.galamedianews.com/arena/946 Universitas 17 Agustus 1945 Samarinda Page 14


Like this book? You can publish your book online for free in a few minutes!
Create your own flipbook