Important Announcement
PubHTML5 Scheduled Server Maintenance on (GMT) Sunday, June 26th, 2:00 am - 8:00 am.
PubHTML5 site will be inoperative during the times indicated!

Home Explore KUMPULAN BIOGRAFI IPS 3

KUMPULAN BIOGRAFI IPS 3

Published by kue pai, 2022-05-16 12:02:45

Description: KUMPULAN BIOGRAFI IPS 3

Keywords: bografiips3terkece

Search

Read the Text Version

I

Kompilasi Biografi X IPS 3 @ 2022 Seluruh Siswa/i XIPS 3 General Manager (azek): Jean Gaby Desain sampul: siapa lgi kalo bkn TEREE uwaww Pengumpul isi: Nadhine & Godiva Penyusun isi: Nadhine & Satrio Perwajahan isi: Satrio Beban: Joseph Tarigan Teks Biografi oleh Seluruh Siswa/i X IPS 3 Penerbit PT XIPS-3 Kece Abis Press SMA Kolese Gonzaga Building, Lt. 2 Jl. Pejaten Barat 10 A, Jakarta Selatan 12550 Belum jadi anggota IKAPI Diterbitkan pertama kali oleh PT XIPS-3 Kece Abis Press Mei 2022 Cetakan Pertama: Mei 2022 Hak cipta tidak dilindungi Undang-undang. Tapi tetep dilarang mengutip atau memperbanyak seluruh atau sebagian isi buku ini tanpa izin tertulis dari Penerbit. canda.. ISBN: 978-979-22-7880-4 Dicetak oleh Percetakan PT XIPS-3 Kece Abis, Jakarta Isi di luar tanggung jawab Percetakan

DAFTAR ISI Daftar Isi…………………………………………………………………….. I-II Kehidupan F……………………………………………………………………. 1 Siwi, Anak Rantau yang pemberani………………………………………….. 2-3 Jotham, si Batman dari Solo…………………………………………………. 4-6 Petualangan Prestasi Menari Vendo………………………………………….. 7-8 Julius Sumarlan, pejuang dari kampung……………………………………. 9-10 Joanne Kathleen Halim Hidup Penuh Diterminasi……………………………. 11 Joseph Tarigan, lelaki dermawan dari Cibubur………………………………...12 Caecilia Dwiyani: Teguran yang Menjadi Cambuk untuk Lebih Maju…….13-15 Giri Penghuni BinJay……………………………………………………… 16-18 Perjuangan Hidup……………………………………………………………... 19 Nic dan Prestasinya dalam Sepak Bola……………………………………. 20-21 Abel Penghuni Depok……………………………………………………... 22-23 Pelayanan Untuk Seluruh Umat Gereja…………………………………….24-25 PERJUANGAN SEORANG JEANICE……………………………………26-27 Prestasi dan Pencapaian Inspiratif Shanti Purwanti Arulanandam…………28-31 Bangkit Meski Berkali-Kali Jatuh…………………………………………. 32-34 I

Brandon Lelaki Pondok Cabe………………………………………………35-36 Gibran Suka Perbedaan?………………………………………………………. 37 Marcel Imanuel………………………………………………………………... 38 Lika-Liku Seorang Sekretaris…………………………………………………. 39 Sidhi Karmawan, Seorang Pedagang Sukses di Bawen…………………… 40-41 Biografi Singkat Nikole…………………………………………………….42-43 Cerita Singkat Kehidupan Gibran…………………………………………. 44-45 Abigail Betti Sortalena Simatupang : Menjadi Inspirasi Tanggung Jawab……... 46-47 Samuel Si Anak Ajaib ……………………………………………………... 48-49 KSG (Kehidupan Seorang Grace)…………………………………………. 50-52 Ambisi Bertualang Diadaptasi, Malla Meidianna…………………………. 53-54 Pasang Surut Kehidupan Renata…………………………………………... 55-57 Mario : Konsisten untuk Masa Depan……………………………………... 58-59 Teresa Giacinta Allegra : si gadis nyeni dari Timur Jakarta………………..60-67 Perjuangan Valencia Stevie Febriani Hendarin……………………………. 68-71 Ella, Bukan Seorang Perempuan Super…………………………………….72-82 II

Kehidupan F Farrel Timothy Reagan Mokolensang atau biasa dipanggil Farrel adalah Siswa Kolese Gonzaga. Farrel lahir 15 tahun yang lalu tepatnya pada 2 Februari 2007 di Jakarta. Walau lahir di Jakarta, pada masa kecilnya dia tinggal di Manado dengan keluarganya. Kedua dari kakeknya masih hidup tetapi kedua dari neneknya sudah meninggal. Kakek dari ibunya tinggal di Jakarta dengan Farrel sedangkan kakek dari Ayahnya tinggal di Manado dengan beberapa saudara. Farrel merupakan anak pertama dari tiga bersaudara, dia mempunyai dia adik perempuan, adik yang pertama adalah Tania Mokolensang yang lahir pada tahun 2009, adik yang kedua adalah Talia yang lahir pada 2018. Ibunya bernama Tirsa Rorimpandey bekerja sebagai ibu rumah tangga sedangkan ayahnya bernama Ferdinand Mokolensang bekerja sebagai supervisor di perusahaan Ferrero. Farrel mempunyai hobi seperti menonton film genre yang dia sukai adalah superhero, sci-fi, drama, comedy dll, tetapi film favorit Farrell adalah Interstellar (2014) dan serial favoritnya adalah Brooklyn 99. Ia juga suka mendengarkan musik, musik favoritnya adalah Believer - Imagine Dragons. Farrel juga mempunyai talenta seperti Komputer dan Fotografi. Farrel hanya menjalankan satu tahun di TK dan sekolah nya adalah SD Katolik 01 St. Theresia Manado dimana sekolahnya adalah campuran dari TK, SD, SMP dan SMA. Saat di TK dia jarang menjalaninya karena sering pergi dari Manado ke Jakarta. Farrel menjalankan satu semester Sekolah Dasar (SD) di Makasar, untuk kelas satu semester dua sampai kelas empat Farrel sekolah di Manado, dan kelas lima sampai kelas enam farrel bersekolah di SD Pangudi Luhur Jakarta. Farrel melanjutkan Sekolah Menengah Pertama (SMP) di SMP Pangudi Luhur Jakarta, lalu melanjutkan Sekolah Menengah Atas (SMA) di SMA Kolese Gonzaga. Farrel menganggap dirinya sebagai orang yang cukup terbuka dalam aspek sosial, saat SD ia mempunyai cukup banyak teman tetapi saat SMP sampai saat ini farrel mempunyai circle yang lebih kecil. Disusun oleh: Albert Givanno Cahyo Utomo 1

Siwi, Anak Rantau yang pemberani Emiliana Siwi Cahyaningrum yang lebih dikenal dengan nama panggilan, Siwi. Ia lahir di Jakarta, pada tanggal 10 Januari 2006, yang berarti saat ini usianya menginjak 16 tahun. Siwi merupakan seorang anak tunggal perempuan yang lahir dari pasangan suami-istri, yang bernama Hermina Setyawati dan Silvester Ferdinan Sea. Tetapi ayahnya telah tiada pada saat ia masih bayi berumur 10 bulan. Ibu nya bekerja sebagai guru di sekolah SMP Tarakanita 5. Ia tinggal bersama Ibu, mba (yang mengasuh) dan om nya. Siwi merupakan temanku dari TK hingga saat ini. Saat TK sampai SD saya dan siwi bersekolah di SD yang sama yaitu, SDS Slamet Riyadi, Cijantung, Jakarta Timur. Lalu saat SMP saya dan siwi juga melanjutkan ke sekolah yang sama yaitu, SMP Tarakanita 5, dan saat di smp ini ia pernah mengikuti lomba cheerleading tetapi tidak jadi mengikuti lomba karena adanya pandemi covid-19. Saat ini ia sekolah di SMK Tarakanita Pius X Magelang. Siwi mengambil jurusan tata boga di SMK, karena ia memiliki minat untuk menjadi chef dan membuat cafe pada saat ia besar nanti. Ia juga memiliki hobi olahraga bulu tangkis, renang, ngefangirl kpop grup atau idol dan membaca novel. Siwi juga memiliki bakat dalam bela diri yaitu, taekwondo. Ia sudah belajar taekwondo sejak kelas 4 SD, yang berarti sudah 6 tahun lamanya. Ia juga pernah mengikuti turnamen 1 vs 1 taekwondo dan memenangkan medali perak dan perunggu. Hal yang memotivasi ia untuk mengikuti taekwondo adalah keseruan saat latihan ataupun saat mengikuti lomba dan dapat membantu teman-teman yang sedang kesulitan atau dalam bahaya melalui taekwondo ini. Kendala yang pernah ia alami selama mengembangkan bakatnya adalah pada sada saat iya kelas 6, karena ia harus berhenti selama kurang lebih setahun untuk fokus pada ujian-ujian kelulusan. Ia juga berusaha sebisa mungkin untuk membanggakan orang tuanya, lewat akademik maupun non akademik. Walaupun sempat tertunda selama kurang lebih setahun lamanya, ia tidak pernah menyerah untuk mengembangkan bakatnya, buktinya saat ini ia sudah memegang sabuk merah. Saat kecil ia dan saya selalu bermain bersama, apalagi pada saat kami kelas 6 SD kami sekelas dan duduk berdekatan. Bahkan saking dekatnya, kami sampai mempunyai musuh yang sama hingga sekarang, dia merupakan anak laki-laki yang selalu mengganggu kita. Tetapi dengan begitu saya, siwi dan dia menjadi sangat dekat, akibat banyak sekali pertengkaran yang kami lalui. 2

Siwi memiliki kepribadian yang baik, ia merupakan teman yang sangat setia kawan. Selain setia kawan ia juga perhatian dengan lingkungan sekitarnya dan selalu bisa menjadi support system untuk teman-temannya. Tetapi walaupun begitu ia juga pasti memiliki kelemahan, yaitu emosi yang tinggi dan terlalu mudah percaya dengan orang lain terlebih yang sudah dekat dengannya sehingga ia memiliki trauma. Maka dari itu saat ini siwi berusaha untuk tidak mudah percaya dengan orang lain dan ia berusaha untuk menghadapi rasa trauma yang ia alami. Siwi sempat mengalami beberapa hal yang berat untuk ia lalui sendirian, tetapi Siwi berusaha untuk bangkit kembali dengan bantuan orang-orang disekitarnya walaupun memang susah serta membutuhkan waktu yang lama untuk memulihkan rasa traumanya. Selain itu Siwi juga memiliki pengalaman yang menyenangkan, karena ia memiliki banyak teman laki-laki Walaupun ia bisa menjadi support system bagi teman-temannya, tetapi ia juga memiliki support system selain teman-temannya dan keluarganya, yaitu Kpop. Ia sudah menyelami dunia perkpopan selama 4 tahun lamanya, karena menurutnya menyukai kpop bukan hanya untuk kesenangan saja tetapi kpop juga bisa mengajarkan kita banyak hal melalui karya-karyanya. Disusun oleh : Arsenia Mary Clearezta Nirwasitta Putri 3

Jotham, si Batman dari Solo Orang ini adalah salah satu kerabat di SMA yang dilahirkan dalam kondisi sehat dengan nama Jotham Ananda Yosianto. Jotham diambil dari nama Raja Yotam, lalu dimodifikasi sedikit agar terlihat dan terdengar lebih keren. Meski begitu, ada saja kerabat-kerabatnya yang menjuluki Jotham dengan panggilan “Batman” ”Betmen”, karena kemiripan namanya dengan kota asal sang superhero berkostum kelelawar itu sendiri, Gotham City. Pada Tahun 2022, Jotham berumur 16 tahun. Sekitar 16 tahun yang lalu Jotham lahir di Solo pada tanggal 23 April 2006. Ia dilahirkan dari sepasang orang tua yang bernama Imanuel Haryanto dan Maria Agata. Jotham merupakan anak sulung dari 2 bersaudara. Ayahnya bekerja di Badan Pemeriksa Keuangan di bidang auditorium. Sejak lahir, Jotham Pada umur 3 tahun, pindah ke Semarang karena perpindahan lokasi kerja ayahnya. Sebagai awal kehidupan sekolah Jotham, ia masuk ke sebuah TK yang bernama Taman Putra. Tidak banyak yang ia ingat semasa ini, tetapi ada satu kejadian yang masih mampu ia ceritakan. Pada masa awal-awal masuk sekolah, saat waktunya orangtua dari siswa sudah tidak boleh menemani anak mereka lagi, Jotham tergopoh-gopoh berlari mengambil tas dan kabur ingin pulang dengan mengejar ibunya. Ia takut akan sekolah yang dulunya terbiasa di rumah. Lanjut ke jenjang SD, Jotham bersekolah di SD Srondol Wetan 2. Di SD ini, hanya terdapat 2 kelas untuk 1 angkatan. Hal ini membuat Jotham dan teman-temannya merasa bersatu karena main dengan yang itu itu saja. Hobi Jotham adalah bermain bola dan benteng. Prestasi-prestasi yang diraih Jotham antara lain: ● Juara 2 Lomba Drumband Provinsi, Jotham memegang posisi Bass Drum. ● Juara 1 Lomba Sepak Takraw Kecamatan pada Pekan Olahraga Pelajar Daerah (POPDA). ● Partisipan Lomba Sepak Takraw Kota. Jotham menyebut teman-temannya dengan istilah OP atau Overpowered, yang berdasarkan tantangan sulitnya Jotham bersaing untuk mendapatkan juara kelas. Kabarnya, juara kelas di sekolahnya dikatakan telah berhasil masuk ke SMA terbaik se-Semarang, SMA 3 Semarang. 4

Saat UN, Jotham memiliki pengalaman lucu nan mengecewakan. Saat ingin menulis essay, karena jawabannya panjang dan kolom yang disediakan tidak cukup, ia melanjutkan jawabannya di belakang kertas. Namun sayangnya, jawaban-jawaban tersebut tidak dapat dipindai dengan baik oleh komputer. Alhasil, ia mendapat NEM 23,8. Setelah kelas 6, baru habis sunat, Jotham berpindah ke Cirendeu, Tangerang Selatan karena perpindahan lokasi kerja ayahnya lagi. Total ia telah berpindah 2 kali dan menempati 3 kota. Tetapi, saat perpindahan pertama dari Boyolali ke Semarang, rasanya biasa saja karena masih ada kemiripan antar daerah. Kalau kata Jotham, “boso Jowo lah intine.” Lalu, pada saat perpindahan kedua dari Semarang ke Tangerang Selatan, ia mengalami sedikit culture shock. Memasuki masa SMP, Jotham bersekolah di SMP 3 Tangsel yang kerap dijuluki “One”. Julukan tersebut dibuat karena nama sebelumnya dari SMP 3 Tangsel, yaitu SMP 1 Tangsel. “One” dibaca dengan harfiah “One”, bukan “Wan’’. “Maklum lah, orang Ciputat mana bisa basa enggres”, seru Jotham. Awal masuk, Jotham kaget dengan perbedaan suasana dan sifat anak-anak di SD nya dengan SMP yang baru saja ia datangi. Teman-teman di sekolah barunya cenderung lebih liar. Saat Jotham baru diajak bermain futsal, ia juga terkejut saat melihat ternyata futsal di lingkungannya menggunakan uang untuk taruhan. Padahal di SD, futsal yang ia biasa ikuti merupakan murni permainan dan kesenangan. Jotham sempat kesulitan juga dalam berbahasa, karena yang dulunya ia terbiasa berbicara dengan bahasa Jawa, lalu harus mengubah kebiasaan itu menjadi berbahasa Indonesia yang ke ciputat-ciputat. Pada masa kelas 7, Jotham berpartisipasi di OSIS, menjabat sebagai Wakil Ketua. Jotham juga tidak jarang menjadi panitia dokumentasi dan bangga atas jepretan-jepretan dari kamera Sony A6000 Tantangan bersaing teman-teman Jotham dalam akademik menjadi menurun sehingga membuat Jotham menjadi juara kelas pada saat itu. Jotham bahkan menganggap mudah sekali. Sayangnya, kemudahan itu membuat Jotham sombong. Saat kelas 8, ia merasa puas dan memilih tidak belajar, menganggap semua sudah dalam kontrol, dan terlalu santai. Tidak disangka, ternyata Jotham turun drastis ke peringkat 40. Jotham sempat berkutat dalam masalah cukup besar saat itu. Jotham dan teman temannya membuat suatu acara dan tidak diizinkan oleh salah satu guru. Karena marah, Jotham malah menyebut dia “anjing” secara diam-diam. Tidak disangka, ada yang mengadu ke guru yang bersangkutan. Jotham di hampiri oleh guru tersebut, dicekik, dan diminta ke ruang BK. 5

Teman-teman Jotham di SMP sedikit. Ia merasa tidak cocok karena mayoritas dihuni oleh jamet. Pandemi COVID-19 terjadi, nilai Jotham semakin anjlok dan mendapat banyak nol karena jarang mengerjakan tugas, tidak pernah belajar. Sampai-sampai saat rapotan, guru yang mendampingi Jotham saat itu menyuruh ia ke rumahnya. Di tengah masa-masa itu, Jotham sudah mantap untuk mengikuti tes masuk SMA Kolese Gonzaga. Ia ingin masuk Gonz atas pengetahuan dari kakak sepupunya yang kebetulan kemarin baru lulus. Di Gonz, ia merasa sudah bahagia dikelilingi lingkungan yang sejauh ini positif. Harapannya, semoga Jotham bisa gondrong dengan lancar, dan tidak masuk moderator. Disusun oleh: Attariq Muhammad Gibran 6

Petualangan Prestasi Menari Vendo Heavendo Mahaputra Senopathy yang biasa dipanggil Vendo lahir 16 tahun yang lalu pada tanggal 17 Oktober 2005. Ia dibesarkan di Kota DKI Jakarta, dalam hidupnya Vendo berpindah tempat dikarenakan orang tuanya, yaitu Tigrisda Tiar, ibunya dan I Gusti Ngurah Senopathy, ayahnya, keduanya memiliki aktivitas yang padat di berbagai kota lain dikarenakan banyak dinas. Semasa ia berpindah-pindah tempat tinggal, Vendo ingin fokus menari. Pada tahun 2010-2012, Vendo dan keluarganya pindah ke Batam, ia meneruskan kehidupan sekolah dia, pada tahun itu ia masih TK. Di Batam Vendo sekolah di Globe Kindergarten. Pada pertengahan 2012 ia balik kembali ke Jakarta dan melanjutkan sekolah SDnya di Staryza Primary School. Saat ia naik kelas 3 ia pindah ke BalikPapan dan melanjutkan sekolah dengan cara online. Vendo kembali ke Jakarta saat ia kelas 4, tak lama ia pindah ke Bali karena ibunya memiliki bisnis resmi di sana. Balik kembali ke Jakarta dan pindah ke sekolah homeschool. Sejak ia lulus SD, ia menemukan bakat yang ia ingin kembangkan. Dari hobi menjadi hasratnya, dari kecil Vendo memang suka menari namun ia ingin mengembangkan bakatnya. Sejak lulus SD, ia mengikuti komunitas menari di APF(Animal Pop Family), dalam komunitas tersebut ia mengikuti banyak pentas, lomba, ujian akhir dan showcase. Dengan banyaknya pengalaman menari di panggung, ia mengambil kesempatan untuk mengikuti crew menari. Salah satu kenalan dari Komunitas APF mengajaknya untuk mengikuti suatu audisi. Pertunjukan pertama yaitu di MNC, Vendo, memulai karirnya sebagai penari latar melangkah lebih dekat kedalam industri kinerja. Seiring berjalannya waktu, Naura sedang mempersiapkan konser dongeng ke-3. Vendo, dengan penuh semangat mengikuti audisi dan diterima. Konser dengan sekitar 4.000 penonton di Jakarta dan di Bandung. Pada tahun 2018, Vendo di recruit sebagai Official Crew DNAU. Karena dia sudah menjadi anggota kru resmi, dia telah tampil di banyak pertunjukan. Para kru tari pun memutuskan untuk mengikuti beberapa kompetisi, bahkan ada juga yang kompetisi internasional seperti HHI (Hip Hop International), dengan bakatnya yang menarik dalam usia yang muda, mereka mendapatkan peringkat ke-4. Melanjutkan karirnya, ia bergabung dengan DNAU di konser Naura \"Konser Dongeng 4\". Sebelum konser dongeng dilaksanakan,dia mengajukan diri menjadi kru panggung (Liaison Officer) untuk konser Neona. 7

Sejak pandemi dimulai, pekerjaan dan pertunjukannya benar-benar menurun, dia tidak memiliki kinerja apa pun. Namun, di tengah pandemi, ia mulai tampil lagi secara virtual seperti home concert bersama Naura dan artis lainnya. Tak lama Naura bertambah tua dan genre lagunya berubah menyebabkan perbedaan gaya menari kru DNAU. Untuk membangun kembali kekompakan krunya, vendo dan teman-temannya memutuskan untuk mengikuti kompetisi Pocari Bintang SMA 2021. Vendo dan teman krunya berhasil memasuki top 7 dan meraih juara ke-2 dalam kompetisi tersebut. Tidak berhenti disitu, Vendo melanjutkan prestasinya dengan mengikuti beberapa pertunjukan seperti tampil di stadion jakarta, mengiringi yura yunita, dan lain-lain. Tidak hanya prestasi menarinya saja, Vendo berpartisipasi kembali dalam casting iklan, sejak kecil ia casting dan tidak pernah diterima namun dengan pengalaman prestasi yang ia miliki sudah lebih banyak, ia akhirnya diterima dalam iklan Telkomsel dan hal tersebut menjadi prestasi pertamanya secara individual tanpa jalur artis lainnya. Disusun oleh: Aura Marliashya Alisiana 8

Julius Sumarlan, pejuang dari kampung Julius Sumarlan atau bisa dipanggil Marlan/pak Marlan/ mas Marlan/Lek Lan lahir di Wonogiri pada 30 Juni 1958 adalah seorang pengusaha Pepaya dan Jeruk sekaligus pemilik kebun Pepaya dan Jeruk di Karawang. Sebelum menjadi pengusaha, ia pernah kerja di salah satu perusahaan BUMN yaitu Indosat. Marlan lahir dari seorang ayah bernama Paulus Parto Sentono atau dipanggil Parto dan Ibunya bernama Lusia Sarinem atau dipanggil Sarinem. Marlan merupakan anak ke 4 dari 4 bersaudara. Anak pertama atau kakak pertama Marlan bernama Purnomo. Namun sebelum Marlan lahir, Purnomo sudah meninggal. Anak kedua bernama Benediktus Sumarno Hadi atau dipanggil Marno. Anak ketiga bernama Anastasia Sumarni atau dipanggil Marni. Pada awalnya, kedua orang tuanya adalah muslim abangan lalu menjadi katolik dengan nama baptis Paulus dan Lusia. Marlan merupakan orang kampung yang lahir dari keluarga petani yang sederhana. Kedua orang tuanya yang bernama Parto dan Sarinem merupakan petani miskin di desa terpencil di Wonogiri. Saking miskinnya, ia dan keluarganya dulu sangat sulit mencukupi kebutuhan pangan dan sandang. Di tengah masa-masa sulit, kedua orang tuanya berjualan bahan makanan seperti singkong, kedelai, jagung, kacang ijo dan lain-lain. Meskipun keluarga sederhana, pak Parto dan keluarganya sangat mementingkan pendidikan. Maka meskipun kondisi ekonominya tidak baik pak Parto tetap mengusahakan agar anak-anaknya dapat sekolah. Pada masa SD karena kondisi ekonomi yang sangat sulit maka fasilitas pendidikan juga sangat minim. Anak-anak kelas 1-2 SD di kampung seperti ia masih menggunakan sabak dan belum menggunakan buku tulis sebagai alat pembelajaran di sekolah. Atas bantuan kakaknya yang merantau dan kerja di Jakarta, Marlan dapat menyelesaikan pendidikan sampai dengan SMEA(setingkat SMK/SMA). Masa SMP merupakan masa yang paling berat di hidupnya karena harus berjalan kaki sejauh 5 KM ke sekolah tanpa alas kaki setiap hari. Perjuangan itu menjadi lebih berat pada saat musim hujan, karena harus menyebrangi sungai yang besar dan sering kehujanan sepanjang jalan. Meskipun banyak kesulitan dan tantangan, ia tidak merasa menderita. Bahkan, ia masih bisa berprestasi di SMP terbukti dengan ditunjuknya ia untuk mewakili sekolah dalam lomba cerdas cermat dan lomba menyanyi. Tantangan berat seperti itu membentuk karakternya menjadi lebih baik, dan berguna untuk perjalanan hidup selanjutnya. 9

Selama sekolah, Marlan telah banyak berprestasi di banyak perlombaan dan kegiatan lainnya. Saat SD, ia pernah mewakili sekolah camping pramuka siswa SD seluruh kecamatan dan lomba karawitan. Saat SMP, ia pernah mewakili sekolah lomba nyanyi dan lomba cerdas cermat. Saat SMEA, ia pernah mewakili sekolah lomba mengarang dan menyanyi. Setelah lulus SMEA, ia pergi ke Bandung pada akhir 1976 saat berusia 18 tahun untuk mencari pekerjaan. Marlan sempat tinggal di Bandung kurang lebih 10 bulan. Di Bandung, ia kerja dengan menjajakan discount card selama 1-2 bulan namun tidak berhasil dengan baik. Ia juga pernah kerja di asrama mahasiswa. Setelah itu ia berhasil diterima di Perum Telkom di Bandung namun ditugaskan di Jakarta. Setelah itu, ia dipindahkan ke Indosat. Sambil kerja ia kuliah di Atmajaya Jakarta jurusan Administrasi Niaga. Sebelum kuliah ia juga kursus bahasa inggris, bahasa jepang, komputer, akuntansi, dan lain-lain. Karena itu, ia semakin dipercaya di dunia kerja dan kariernya semakin membaik. Apalagi setelah ia menyelesaikan kuliahnya. Tidak jarang ia diberi tugas keluar negeri untuk pertemuan mewakili perusahaannya. Pada tahun 2006, ia memulai usaha perkebunan pepaya dan jeruk bersama kakaknya di Karawang. Dari liku-liku hidup yang sudah dilalui, Marlan merasa sangat beruntung karena kemurahan Tuhan. Kemurahan Tuhan itu terwujud melalui kasih sayang banyak orang yang dirasakan sepanjang perjalanan hidupnya. Yang paling ia syukuri adalah memiliki keluarga yang cukup bahagia dengan istri dan keempat anaknya. Disusun oleh: Bernardus Basta Widayadi 10

Joanne Kathleen Halim Hidup Penuh Diterminasi Joanne Kathleen Halim atau yang biasa dipanggil Joen oleh teman-temannya. Lahir pada tanggal 25 Oktober 2005. Keluarga Joen terdiri dari mama, papa, Joen dan kokonya. Mama Joen bernama Monica, papa Joen bernama Rhomy dan kokonya Joen bernama Fabian. Joen masuk playgroup sampai sd di Regina Pacis Jakarta dan menduduki smpnya di Santa Maria. Setelah itu akhirnya dia diterima di SMA Kolese Gonzaga. Joen mempunyai beberapa prestasi yang dia gapai dan dicakup sebagai berikut, kelas 7 Joen masuk dan diterima menjadi anggota osis divisi olahraga setelah itu dia di kelas 8 masuk menjadi osis divisi inti bendahara dan koordinator dokumentasi dan komunikasi, setelah itu dia di kelas 8 dan 9 ia diberikan apresiasi menjadi pelopor sociopreneur dan pada kelas 9 dia juara 3 bisnis plan sociopreneur dan mendapatkan prestasi non akademik terbaik.dan yang terakhir yaitu juara 3 padus seluruh Jakarta Pusat. Tetapi semua prestasi dan apresiasi ini itu datang dengan biaya tekad dan pengorbanan. Pengorbanan dalam waktu yang seharusnya dipakai untuk istirahat atau berjalan-jalan dengan dia pakai untuk mengejar deadline,berlatih,dan editing osis,dll.Jadi kesimpulannya dia harus mengetahui prioritas dan melakukan lebih atau extra effort dibandingkan orang lain. Perjalanan Joen pun tidak selalu lancar,terdapat juga jalan yang berbatu.Dari umpama tersebut saya mau memberitahu Joen pun memiliki titik terendah dalam kehidupan bukan hanya pengalaman yang baik dan senang-senang saja.Pada saat pemilihan ketua osis Joen tidak berhasil terpilih dan ini telah mengganggu Joen karena kegagalan tersebut.Tetapi meskipun begitu,ia tetap berjuang dan bersyukur.Setelah itu, Joen juga mempunyai pengalaman yang berkesan dan paling menyenangkan yaitu mengikuti winter camp sama teman-teman ke China karena itu merupakan terakhir kali ia dapat berjalan-jalan sebelum covid. Disusun oleh : Bintang Setyaputra Wijaksana 11

Joseph Tarigan, lelaki dermawan dari Cibubur Joseph Paulus Pengapul Tarigan atau biasa dipanggil Joseph. Joseph lahir di Menteng, Jakarta pada 22, September 2006. Kini Joseph tinggal di Cibubur. Ia adalah, anak kedua dari 2 bersaudara, ia memiliki kakak perempuan. Joseph ini adalah anak yang cukup pintar dan berprestasi. Tahun ini ia berumur 16 dan tak lama lagi sudah ia menaiki kelas 11. Ia sekolah di sekolah SMA Kolese Gonzaga. Di kelas 10 ini ia sudah bisa mendapatkan Summa cum laude, itu yang membuktikan bahwa ia anak yang cukup pintar. Joseph juga sering membantu teman-temannya dalam pelajaran. Joseph di sekolah juga mengikuti kepanitiaan.Kepanitiaan yang ia ikuti itu keamanan dan perlengkapan. Ia memiliki pengalaman yang berkesan selama sekolah di SMA Gonzaga, yaitu saat Gonzcare dan PTM. Ia juga memiliki hobi, yaitu bermain sepak bola. Joseph cukup pandai bermain sepak bola dan ia bermain sepak bola dari SD. Saat ini ia bermain di posisi back, ketika ia menjadi back tidak ada musuh yang bisa melewatinya. Selain hobby bermain bola Joseph memiliki hobi lain yaitu tidur. Keseharian Joseph di rumah biasanya bermain game yang ada di rumahnya, tidur, belajar dan memelihara kelinci peliharaan. Kelinci ini adalah peliharaan yang sangat ia sayang. Ia sudah menganggap kelinci ini seperti keluarga, walaupun kelincinya suka mengrusak barang-barangnya tetapi ia tetap sayang. Joseph ini ketika di sekolah sikapnya terkadang suka di luar ekspektasi. Dari mukanya ia terlihat seperti anak yang anteng dan baik, tetapi tidak. Ia di kelas biasanya tidak bisa diam. Ia orangnya asik dan suka bercanda, ia pun juga memiliki banyak teman di sekolah. Disusun oleh: Brandon Prihantoro 12

Caecilia Dwiyani: Teguran yang Menjadi Cambuk untuk Lebih Maju Caecilia Dwiyani, Ibu dari anak tunggal perempuan yang sedang berada di tingkat SMA dan sekarang beliau berumur 52 tahun. Beliau merupakan perempuan independen yang bekerja demi keluarga, suka membantu orang lain yang sedang kesusahan, dan selalu berusaha untuk tidak mementingkan pandangan orang sekitar. Beliau sekarang adalah seorang senior manajer akuntansi di sebuah perusahaan yang didirikan oleh William Soerjadjaja. Beliau biasa dipanggil dengan nama Sisil, walaupun tulisan namanya Caecilia. Beliau lahir di Sleman, Jogja pada tanggal 5 Februari 1970, lahir dari keluarga yang sangat sederhana di desa, ayah beliau merupakan seorang PNS guru SD dan ibunya adalah seorang ibu rumah tangga. Ibu beliau tidak mempunyai pendidikan formal sama sekali, sehingga menjadi buta huruf. Beliau adalah anak ke-2 dari 6 bersaudara, sehingga di namanya ada kata “Dwi” yang artinya dua dalam bahasa Sansekerta. Ketika masih kecil beliau hidup di sebuah kampung yang tidak ada listrik dan kendaraan. Saat pergi ke sekolah, beliau pergi ke sekolah dengan jalan kaki. Sewaktu di tingkat SD beliau sering kena marah oleh guru kelas, karena sering tidak bisa menjawab ketika ditanya. Sewaktu kelas 5, guru wali kelas beliau adalah seorang Bapak Guru yang terkenal galak, dan karena sering menjadi sasaran teguran dari guru beliau menjadi takut kepada gurunya. Hal ini menjadi titik balik buat beliau untuk belajar lebih keras karena takut dengan Bapak Guru tersebut. Namun akhirnya beliau berhasil membuktikan bahwa beliau mampu dan pada saat itu berhasil mewakili sekolah untuk pemilihan murid teladan tingkat kecamatan. Saat di bangku SMP, beliau selalu mendapatkan peringkat 1 di sekolah (SMP di kampung) dan berhasil mendapatkan nilai yang bagus ketika ujian nasional (waktu itu disebut Ebtanas/Evaluasi Belajar Tahap Akhir Nasional). Waktu dulu karena beliau hidup di kampung dan kebanyakan mata pencaharian penduduknya adalah petani, maka tingkat ekonomi di sana rata-rata bisa dibilang lemah, jadi kebanyakan anak-anak disana bersekolah di sekolah kejuruan, waktu itu masih ada Sekolah Pendidikan Guru atau biasa disebut dengan SPG. Oleh saudara-saudaranya, beliau diharapkan masuk sekolah SPG, tetapi tidak tahu mengapa, tiba-tiba saja beliau ingin sekolah di SMA, dan karena alasan tersebut kakak serta kakak 13

sepupu beliau, mengarahkan untuk mendaftar di SMA negeri unggulan di kota Yogyakarta. Karena nilai ujian beliau bagus, beliau pun bisa masuk ke sekolah tersebut. Di tingkat SMA beliau harus berjuang untuk menyesuaikan diri dengan teman-temannya yang berasal dari kota dan kebanyakan dari keluarga berada, di mana teman-teman beliau adalah anak-anak yang pintar dan penampilannya sangat trendi dibandingkan dengan beliau yang dari desa dan berasal dari ekonomi kurang mampu. Namun, beliau bersyukur karena mendapatkan teman-teman yang baik dan bisa menerima apa adanya, tidak membeda-bedakan kemampuan ekonomi, ras, dan agama. Banyak teman-teman beliau yang baik sekali, sehingga saat beliau tidak memiliki kalkulator, ketika ulang tahun diberi hadiah kalkulator, ketika tas beliau rusak, dibelikan tas sekolah oleh temannya, beliau juga sering dipinjami buku-buku dengan imbalan beliau harus mau belajar bersama mereka. Bahkan, sewaktu kelas 3 SMA ada teman beliau yang mengajak untuk mengikuti les privat bersamanya, sehingga beliau beruntung karena bisa belajar tanpa harus mengeluarkan biaya. Sebetulnya di waktu SMA, ada perasaan rendah diri (minder) karena beliau mengendarai sepeda saat pergi sekolah, sedangkan teman-temannya menaiki sepeda motor atau mobil. Hanya ada beberapa orang yang naik sepeda, namun akhirnya perasaan rendah diri tersebut hilang karena tidak ada seorang pun yang merendahkannya. Bahkan, teman-teman beliau secara bergiliran minta untuk dibonceng memakai sepeda ketika pulang sekolah. Jadi perasaan minder itu timbul karena takut akan ada penolakan dari orang lain atau takut direndahkan yang ternyata tidak betul. Sewaktu kelas 1 semester 1 SMA beliau mendapatkan peringkat ke-34, karena berat bagi beliau yang dari desa untuk menyesuaikan diri di tengah anak-anak yang pintar-pintar dan berasal dari golongan ekonomi menengah ke atas. Namun, ketika semester 2, beliau berusaha untuk menaikkan prestasi dan untungnya berhasil masuk ke peringkat 19 dari 44 anak. Ketika kenaikan ke kelas 2 SMA, beliau memilih jurusan ilmu sosial supaya tidak terlalu berat persaingannya, karena yang masuk jurusan IPA (Fisika dan Biologi) adalah anak-anak yang pintar. Ketika masuk jurusan ilmu sosial, beliau bisa meraih rangking 2 dari 44 anak, benar-benar sebuah prestasi bagi beliau karena untuk meraih itu beliau harus belajar di tengah kesulitan ekonomi, di mana beliau juga harus membantu mencari tambahan uang saku dengan berjualan makanan di koperasi sekolah. Setiap pulang sekolah beliau belanja makanan kering untuk dibungkus dengan plastik kecil-kecil atau saat pagi-pagi sekali beliau belanja kue basah di pasar dan menjualnya di koperasi sekolah. Karena sekolah beliau berada di kota, beliau tinggal sendiri dengan cara indekos. Sejak itu, beliau harus mandiri dengan cara memasak sendiri, mencuci sendiri, dan setrika baju sendiri. Karena tidak mampu membayar biaya listrik beliau menyetrika dengan menggunakan arang dan lampu menggunakan lampu teplok, beliau juga harus mencari 14

tambahan uang saku, hal ini melatih beliau untuk bisa mandiri dan tahan menghadapi tantangan. Memasuki masa kuliah tahun ke-2, beliau mengalami perbaikan ekonomi, karena beliau bisa mendapatkan beasiswa dari PT. Indah Kiat Pulp and Paper, anak perusahaan dari Sinar Mas Group sampai lulus. Selain itu beliau juga menjadi guru les matematika, akuntansi dan menjadi asisten dosen di sebuah perguruan tinggi swasta terkenal di Yogyakarta. Setelah lulus kuliah, beliau sangat bersyukur karena kebaikan Tuhan, dengan berusaha, berkat Tuhan selalu datang, sehingga beliau pun bisa lulus tepat waktu dan sudah mendapatkan pekerjaan sebulan sebelum wisuda. Dari semua pengalaman yang pernah beliau lewati dan alami, kejadian yang paling beliau ingat adalah ketika kelas 5 SD, di mana beliau sering dimarahi dan ditegur oleh guru kelas, sehingga beliau sadar untuk belajar lebih keras dan bisa menjadi yang terbaik di kelas. Beliau selalu berusaha dan melakukan yang terbaik. Bagi beliau sendiri cibiran dari orang lain akan menjadi cambuk untuk menjadi lebih baik dan pantang menyerah. Namun keberhasilan beliau tidak hanya untuk dirinya sendiri, tetapi juga untuk keluarga beliau. Beliau senang bisa membantu orang tua dan juga saudara-saudaranya yang membutuhkan bantuan, sehingga paling tidak, bisa membantu perekonomian keluarga besar juga. Dan karena sewaktu kuliah beliau bisa mendapatkan beasiswa, maka sekarang ketika beliau mempunyai penghasilan yang cukup, beliau berbagi untuk menyisihkan beasiswa ke almamaternya bersama teman-teman satu angkatan beliau. Jadi karena dulu beliau pernah merasakan hidup susah, beliau menjadi punya rasa empati terhadap anak yang seperti beliau dulu, punya kemampuan akademis tetapi kesulitan secara ekonomi. Sampai sekarang pun, beliau masih bekerja dan masih berbagi kepada adik-adik kelas di almamater perguruan tinggi bersama teman-teman angkatannya. Disusun Oleh: Brigitta Julia Cahyani 15

Giri Penghuni BinJay Gibran Giri Dhyaksa adalah seorang siswa di SMA Kolese Gonzaga. Ia biasanya dipanggil dengan nama panggilan Giri. Giri lahir pada tanggal 22 Juli 2006 pada pukul enam sore. Pada saat itu, orang tua Giri harus berpindah-pindah rumah sakit karena sedang berada di situasi kekurangan uang dan akhirnya menetap di rumah sakit yang dimiliki oleh seorang teman dari orang tuanya agar bisa merawat Giri. *Pada foto diatas, tokoh berada di posisi kanan.” Giri adalah anak keempat dari empat bersaudara dan tinggal dengan kedua orang tuanya. Nama orang tua Giri adalah Toto Bagiyo dan Siska Andanti. Orang tuanya selalu mengajarkannya pelajaran-pelajaran hidup yang tidak diajarkan di sekolah seperti cara menjadi manusia yang baik dan rela mengasihi dan cara berpikir dengan terbuka dan kritis. Selain orang tuanya, kakak-kakak Giri juga selalu ada disisinya dan sangat ia idolakan. Nama kakak-kakaknya, dari urutan yang paling tua nama mereka adalah, Risang Seno Sidik, Dhimas Aryo Satwiko, dan Igor Pramono Suryo. Giri mengikuti jejak-jejak mereka selama hidupnya, dari mengikuti sekolah yang sama, hingga mempunyai kegemaran yang sama. Pada masa kecil Giri, saat sekitar 2-4 tahun, orang tuanya sangat sibuk dengan pekerjaannya masing-masing. Ibunya mengajar sebagai dosen di Universitas Atma Jaya dan ayahnya sibuk membangun infrastruktur sebagai seorang insinyur sipil. Giri lebih banyak menghabiskan waktu dan hari-harinya di rumah dengan asisten rumah tangga yang selalu ada di rumahnya. Namun semakin ia bertumbuh besar, Giri semakin sadar bahwa, walaupun ia tidak menghabiskan banyak waktu bersama orang tuanya, mereka akan selalu berusaha untuk membuat setiap momen bersamanya menjadi momen-momen yang indah. Pada saat Giri masuk sekolah untuk pertama kalinya, Ia dikenal sebagai anak yang tidak terlalu menyukai sekolah. Ia sering menangis jika ditinggal di sekolahnya. Giri hanya sering mengikuti permainan-permainan di sekolahnya dan menjadi pasif saat pelajaran dimulai. Beberapa tahun kemudian, Giri memulai tingkat SD. Saat SD, Giri termasuk salah satu anak yang pintar di sekolahnya dan sudah berkali-kali ia mendapatkan peringkat pertama di kelasnya dan meraih prestasi di berbagai lomba yang diadakan di sekolahnya. Giri lulus SD dengan rasa kecewa, karena nilainya tidak sesuai dengan ekspektasinya. Walaupun nilainya bagus, ia tidak berada di peringkat atas di angkatannya. Dari situ ia belajar bahwa bakat atau kemampuan yang sudah ada atau sudah tumbuh di dalam diri kita, bisa dikalahkan oleh kerja keras. 16

Pada masa SMP, Giri bersekolah di sekolah swasta dengan nama SMP Pembangunan Jaya Bintaro. Giri tidak berambisi menjadi murid yang spesial di SMP. Ia hanya ingin menjadi murid yang biasa saja dan lulus dengan nilai yang memuaskan. Namun, Giri menyadar bahwa itu adalah kesalahan yang besar karena sekolahnya mempunyai banyak program non-akademik dan akademik yang bisa ia ikuti sesuai minat dan bakatnya. Hingga, pada suatu hari, guru musiknya memaksanya untuk menjadi pengiring musik di sebuah drama musikal. Walaupun Giri tidak mahir dalam bidang seni apalagi musik, ia tetap menerima tawaran tersebut. Giri diberikan posisi pemain angklung toel bersama empat orang lain. Ia tidak sadar pada saat itu bahwa tawaran tersebut bisa merubah jalan hidupnya. Setelah berperan di drama musikal tersebut, Giri mendapat banyak ajakan untuk mengisi acara sekolah dan lomba-lomba. Sejak itu, Giri mulai menghabiskan sebagian besar waktunya di sekolah. Ia mulai menghabiskan lebih banyak waktu melakukan hal-hal yang berhubungan dengan musik dan bergabung dengan kegiatan yang berhubungan dengan musik. Di saat-saat itu juga Giri bertemu dengan teman-teman terdekatnya yang sampai saat ini masih mengerjakan project-project kesenian bersamanya. Mereka semua sering kali dipanggil oleh sekolah untuk mengisi acara di sekolahnya. Pada saat yang bersamaan, Giri juga mulai bermain musik di gerejanya. Ia mengisi acara untuk pertama kalinya pada misa malam natal dan mengisi peran sebagai pemeran bass di orkestra. Selain di bidang musik, Giri juga aktif dalam OSIS dan ekskul futsal. Tetapi, karena mengalami sebuah cedera dimana pergelangan tangannya tergeser, ia terpaksa berhenti bermain futsal. Karena Giri tidak mengikuti ekskul futsal lagi, ia mendapatkan banyak waktu kosong. Giri menggunakan waktu itu untuk belajar lebih giat lagi, untuk menggapai nilai yang lebih tinggi, dan menambah waktu istirahat agar ia tidak kelelahan dari kegiatan-kegiatannya yang lain. Beberapa bulan setelah kakak laki-lakinya, Igor, harus berangkat ke Jerman untuk melanjutkan studinya di bidang sosial ekonomi, pandemi Covid 19 dimulai. Pada awalnya, pandemi tersebut sangat menjatuhkan Giri, karena ia tidak dapat melakukan hobi-hobi kesukaannya. Namun karena tidak bisa keluar rumah, Giri menghabiskan waktunya di rumah belajar teknik audio untuk membantu bandnya terus berkarya. Beberapa bulan kemudian, ia mendaftar dirinya di SMA Kolese Gonzaga. Giri sudah mengejar untuk masuk Gonzaga sejak ia SMP. Giri belajar dan bekerja keras setiap hari untuk mempersiapkan ujian seleksi masuk Gonzaga. Selama ujian, Giri berhasil menjawab soal dengan mudah dan hasilnya sesuai harapan. Awalnya, Giri sangat percaya diri bahwa ia akan diterima di Gonzaga. Namun, ketika Giri periksa di website Gonzaga, ia dinyatakan tidak diterima. Itu adalah salah satu momen paling rendah di hidupnya karena ia baru saja dihadapi dengan kegagalan yang menurutnya sangat besar. Tetapi pada siang hari, ia mendapat email yang menyatakan bahwa ia telah lulus. Diinformasikan oleh moderatornya, bahwa telah ada 17

masalah dengan server jadi semua siswa dinyatakan tidak lulus. Pada saat itu pikiran Giri diisi dengan rasa kaget dan senang. Pada pertengahan Juli, Giri harus melewati Masa Inkorporasi Gonzaga atau MIG. Ia belajar tentang SMA Kolese Gonzaga dan nilai-nilainya. Menurut Giri, sekolah ini sangat unik karena ada nilai-nilai yang sangat berarti seperti 4CHS. Selain itu, ia juga menyukai bahwa di Gonzaga juga ada banyak kegiatan dan juga tidak ada senioritas. Ini pengalaman yang sangat baru baginya. Setelah beberapa minggu di Gonzaga, Giri mendaftarkan dirinya ke dalam panitia Gonzfest, lebih tepatnya di bidang Audio Visual. Di sana ia mendapat banyak pengalaman dan kenalan baru. Sampai saat ini, Giri adalah seorang pekerja keras yang ambisius dalam studinya dan orang yang peduli terhadap teman-temannya. Ia adalah orang yang sangat berarti bagi orang-orang terdekatnya. Disusun oleh: Christabel Amadhea 18

Perjuangan Hidup Felicia Jasmine Nada atau yang kerap disapa Nada adalah anak kedua dari dua bersaudara. Nada lahir pada tanggal 30 Desember 2005 Di daerah Depok. Nada memiliki dua Orangtua dan Satu kakak. Maminya yang bernama Henny Massang dan Papi Alfons dan kakaknya yang bernama Patricia. Nada dari kecil sudah Pintar semenjak TK Nada memiliki banyak penghargaan terutama Nyanyi Karena Nada suka bernyanyi, Nada juga tidak pintar di NonAkademik saja namun di akademik di TK nya yaitu TK Mardi Yuana Depok ia juga pintar karena dari kecil Nada banyak yang Support terutama kakaknya. Beranjak ke SD Nada melanjutkan sekolahnya di SD Mardi Yuana Nada Dari kelas 1 hingga lulus selalu mendapatkan peringkat di kelasnya. Lanjut ke SMP Mardi Yuana Nada juga masuk ke kelas unggulan di Kelas 8 namun nilai tingginya tidak cukup mendapat banyak pujian dikarenakan Kakak Nada yang nilainya lebih tinggi dari Nada Sehingga Nada kadang mendapatkan ejekan. Di SMP Nada sering sekali down dikarenakan nilai yang kurang baik.Nada seringkali mendapatkan support dari lingkungannya namun Nada terkadang tidak merespon support tersebut.Sampai Nada pun terkadang menyendiri dan tidak mau diganggu. Setelah Nada lulus SMP Nada melanjutkan sekolahnya di SMA KOLESE GONZAGA dan mengambil jurusan IPA. Dibalik penderitaan yang dia jalani Nada juga bekerja keras untuk menggapai cita citanya dengan belajar, rajin, dan patuh. Cita cita terbesar nya adalah sekolah di New York City guna membanggakan Orang Tuanya dan Keluarganya. Disusun oleh : Christover Apriliano Korompis 19

Nic dan Prestasinya dalam Sepak Bola Nicolas River Estey atau yang biasa dikenal dengan Nic, dilahirkan pada hari Sabtu, 12 Agustus 2006 di RS Medistra, Jakarta. Nic merupakan anak bungsu dari dari pasangan Joshua Michael Estey dan Dianthus Saputra Estey. Nic memiliki 2 orang kakak perempuan yang bernama Xenia dan Diva. Sekarang, Nic sedang menjalankan pendidikan formalnya di bangku kelas 10 SMA Kolese Gonzaga. Di sekolah yang sekarang, Nic banyak melakukan aktivitas sekolah sesuai kesukaan dan hobinya, seperti menyaksikan anime, membaca manga, dan membaca novel. Namun, kegiatan yang banyak membuahkan hasil dan prestasi dari Nic ada dalam bidang olahraga. Penggambaran sifat Nic adalah seorang yang cukup optimis. Nic akan tetap bersukacita dan memikirkan yang terbaik dari keadaannya. Selain itu Nic juga senang berbicara dengan orang lain. Karena Nic senang berbicara dengan orang lain, sifat Nic ini dapat dikategorikan sebagai orang yang ekstrovert. Nic juga seorang yang mudah berbaur dengan lingkungan baru yang Nic tempati. Secara singkat, kehidupan pendidikan Nic dimulai dari jenjang TK. Dimana Nic menjalankan pendidikan TK di Green School di Bali. Nic melanjutkan pendidikan SD nya disaat Nic telah pindah ke Jakarta dan menempuh pendidikan SD di Springfield yang berada di Raffles Hills, Cibubur. Kedua masa pendidikan Nic saat itu menggunakan kurikulum Cambridge yang memasuki kategori Internasional. Bagi Nic, masa transisi sekolah Internasional ke Nasional menjadi masa yang penuh tantangan karena Nic harus bisa mengadaptasikan dirinya lagi. Selanjutnya, Nic melanjutkan pendidikan SMP di SMP Santa Maria. Masa pendidikan yang dijalankan Nic sekarang adalah jenjang SMA dan Nic menempuh SMA sekarang di SMA Kolese Gonzaga. Selama masa pendidikan yang ditempuh, Nic merupakan seorang yang aktif dalam kegiatan non-akademik bidang olahraga. Nic menjalankan kegiatan sepak bola ini dimulai dari saat berumur 6 tahun. Mama Nic (Dianthus Saputra Estey) mendaftarkannya pada Sekolah Sepak Bola (SBB) sebagai langkah awalnya meraih prestasi-prestasi pada bidang olahraga ini. Nic begitu menyukai olahraga sepak bola yang membuatnya terus semangat menempuh segala perjalanannya dalam sepak bola. Selama masa penempuhannya dalam sepak bola ini, Nic telah mengikuti banyak sekali perlombaan. Dan Nic telah mengikuti perlombaan sepak bola yang secara besar sebanyak 17 kali. Diantaranya adalah Liga Hansaplast Topskor 2020, IJSL Festival Sepakbola 20

2020 10th Anniversary kota Tangerang Selatan, Singacup 2018, IJSL Pre Gothia Cup 2018, Hut Gor Soemantri Brodjonegoro 2018, GMSB cup 2017, Indhihome Grassrotts Festival 2017, IJSL 2016, dan JSSL Singapore International Cup 2015. Dalam seluruh perlombaan yang diikutinya, juara yang prestasi yang sudah diraih adalah Juara 1 PSSI Piala Soeratin 2021, Juara 1 GJL cup 2020, Juara 2 Festival Pagustas 2018, Juara 2 IJL 2017, Juara 3 Malaysia Borneo Football cup 2017, Juara 1 festival Kancil Mas 2016, Juara 3 Maesa Junior Championship 2016,dan Juara 1 Asia Youth Cup 2014. Setelah menempuh kegiatan sepak bola ini selama 10 tahun ini, Nic memutuskan untuk melepas dan berhenti mengikuti kegiatan sepak bola ini. Ia merasa perjalanan ke tempat latihan sepak bola memerlukan waktu dan Nic lebih memerlukan waktu luang untuk fokus pada masa SMA sekarang. Sampai sekarang, Nic masih memiliki hobi bermain sepak bola walau latihan yang Nic lakukan sudah tidak seintens dulu. Walaupun Nic berhenti melakukan kegiatan sepak bolanya secara serius, Nic mulai mengikuti kegiatan olahraga lainnya. Dan saat ini, Nic rutin mengikuti olahraganya dalam bentuk Muay Thai. Disusun oleh: Gabriella Gratia Andhesca 21

Abel Penghuni Depok Christabel Amadhea adalah seorang siswa SMA Kolese Gonzaga. Ia lahir di Jakarta pada tanggal 4 Januari 2007. Ia seharusnya lahir pada minggu natal, tapi Ia tidak mau keluar dari rahim, sehingga harus dipaksa keluar melalui operasi Caesar. Ia tinggal di sebuah rumah di Depok bersama keluarganya. Rumahnya tidak besar, tetapi bisa memuat semua orang di keluarganya. Keluarga Abel terdiri dari empat orang. yang pertama, adalah ayahnya yang bernama Basuki Setiogroho. Abel tidak terlalu dekat dengan ayahnya, karena setiap hari ayahnya berangkat kerja ke Jakarta pada pagi hari dan pulang pada malam hari saat Abel tertidur. Karena itu, mereka jarang bertemu. Ibunya bernama Dhiene Marshiasandy, beliau adalah seorang ibu rumah tangga yang mengurus anak-anaknya untuk mengisi kegiatan sehari- harinya. Abel lebih dekat dengan ibunya dibandingkan dengan ayahnya. Dan anggota keluarga terakhirnya adalah, adiknya yang Bernama Nicholas Tristan Setiogroho. Dari semua anggota keluarganya, Abel paling dekat dengan adiknya. Sifat adiknya merupakan kebalikan dari Abel, tetapi walaupun mereka berbeda, mereka selalu ada untuk satu sama lain. Beberapa anggota keluarga lain yang signifikan dan berpengaruh dalam hidup Abel adalah nenek, kakek, dan bibinya. Neneknya mempunyai kepribadian yang ketat. Menurut Abel, neneknya mempunyai tampang yang menyeramkan. Tetapi, neneknya adalah orang yang selalu membelikan barang yang Abel inginkan. Kakek Abel mempunyai kepribadian yang pendiam dan tidak sering berbicara. Tetapi beliau selalu mendengarkan cerita-cerita Abel. Lalu, bibinya adalah seseorang yang seru, Abel biasanya menonton film sepulang dari sekolah bersamanya. Abel tidak mengingat banyak kejadian di masa TK. Menurutnya, masa-masa itu hanya diisi ingatan-ingatan dan kejadian yang tidak menyenangkan yang Ia tidak ingin ingat. Tetapi, Abel bertemu dengan teman pertamanya di TK, namanya adalah Jeremy, biasa dipanggil JJ. JJ mempunya kepribadian yang sensitif, biasanya Ia marah ketika ada hal yang tidak Ia suka. Tetapi, saat itu terjadi Abel selalu ada untuk menangkapnya. Pertemanan mereka masih berjalan sampai sekarang. JJ merupakan bagian penting dari hidup Abel. Selanjutnya, Abel masuk ke tingkat SD. Ia tidak menyukai masa ini, bukan karena sekolah atau pelajarannya tetapi karena hal-hal yang terjadi seiring masa SDnya. Kelas satu sangat mudahnya. Karena Abel sudah mengikuti les di Kumon dari umur 4. Selain itu, Ia juga mengikuti kelas ballet, jadi jadwalnya sudah padat dari dia kecil. Pada saat Ia naik ke kelas dua, Abel mulai mendapatkan mimpi buruk yang terus terjadi selama hampir satu tahun. Pada 22

saat ini juga, orang tua Abel mengetahui bahwa Abel memiliki bakat kepintaran. Karena itu, mereka memaksa Abel untuk belajar setiap saat. Walaupun maksud mereka baik, pada akhirnya Abel tidak menyukai paksaan itu. Hal ini terjadi sampai Abel merasa takut ketika berada di dekat orang tuanya. Karena keadaan rumahnya tidak menyenangkan, sekolah menjadi rumah kedua baginya. Karena, orang yang benar-benar dekat dengannya berada disana. Saat wisuda, Ia menangis karena harus meninggalkan teman-teman dekatnya. Lanjut ke masa SMP. Abel mengikuti tes untuk SMP Santa Ursula, tetapi tidak diterima. Jika diterima pun Ia mungkin tidak akan masuk karena sekolah itu begitu jauh dari tempat tinggalnya. Lalu, Ia masuk ke SMP Regina Pacis Bogor. Bogor juga jauh dari Depok, tetapi Bogor jauh lebih menarik dari Depok. Abel merasa nyaman di Bogor karena udaranya sangat segar di pagi hari, apalagi jika dibandingkan dengan Depok yang begitu padat. Pada awalnya, Ia merasa takut. Karena Abel bukanlah orang yang banyak berbicara dan mahir dalam urusan berkenalan dengan orang baru. Tetapi pada akhirnya Ia kenal dengan banyak orang dan bertemu dengan beberapa orang yang masih menjadi teman dekatnya sampai sekarang. Kelas tujuh dan delapan merupakan masa-masa yang menyenangkan. Dia memenangkan beberapa lomba dan keluar dari zona nyaman dengan berkenalan dan mempunyai banyak teman. Menurutnya, masa-masa ini adalah masa paling indah di hidupnya. Ketika pandemi datang ke Indonesia dan sekolah berubah menjadi online, dari awal Abel sudah bisa merasakan kalau masa pandemi tidak akan menyenangkan. Karena saat sekolah biasa saja Ia tidak senang dengan orang tuanya, apalagi saat sekolah offline dimana mereka semua akan berada di rumah bersama-sama. Setahun berlalu dan Abel masuk SMA Kolese Gonzaga. Seperti di SMP, Ia merasa malu dan takut untuk berkenalan dengan orang baru. Tetapi Gonzaga ternyata lebih ramah daripada yang Ia kira. Menurutnya Gonzaga adalah tempat yang baik dan memberikan kesempatan bagi muridnya untuk menjadi dekat dengan satu sama lain. Walaupun hanya beberapa bulan, Ia sudah mendapat banyak teman dekat. Sekarang, Abel sedang mencoba untuk menjadi lebih baik. Abel sedang mencoba untuk berkembang dan keluar dari zona nyaman dengan mulai menemukan teman–teman dekat di luar kelasnya dan mendaftarkan diri ke dalam organisasi dan panitia di sekolah. Ia menjadi bagian penting di hidup orang-orang yang menjadi keluarga dan teman dekatnya, tetapi kadang kala Ia lupa akan peran dan dampak yang Ia berikan kepada orang di sekitarnya. Disusun oleh: Gibran Giri Dhyaksa 23

Pelayanan Untuk Seluruh Umat Gereja RP Donatus Kusmartono SCJ atau yang sering disebut sebagai Romo Tono sekarang berkarya di Kapel Immanuel kompleks Rumah Sakit Myria, Palembang. Beliau lahir di Jogja pada tanggal 22 April 1964 dan pada saat berumur 1,5 tahun beliau berpindah ke Lampung bersama keluarganya dikarenakan ayahnya dipanggil oleh keuskupan untuk mengajar di Lampung. Nama beliau sendiri juga bisa dibilang lumayan unik dikarenakan huruf D dari Donatus sendiri berarti 4, yang menandakan sebagai anak ke 4 dan nama Kus dari Kusmartono sendiri diambil dari nama ibunya, Yosephine Kustinah. Pada saat beliau bertumbuh, ia didampingi oleh banyak anggota keluarga, beliau merupakan anak ke 4 dari 8 bersaudara, kakak beliau bernama Agustina Siti Sudaryani dan dilanjuti oleh Bernadus Kusmaryono dan Carolus Borromeus Kusmaryanto SCJ. Adik beliau bernama Fransiskus Xaverius Kusmaryadi SCJ, Natalis Kusmargono, Theresia Siti Sudaryanti, dan yang paling muda adalah Veronica Siti Sudarti. Ayahnya, Yohanes Sudarmo bekerja sebagai Kepala Sekolah di Lampung dan ibunya, Yosephine Kustinah bekerja sebagai ibu rumah tangga. Pada saat menempuh sekolah dasar di SD Adiluwih, beliau harus berjalan kaki sejauh 4 kilometer untuk bersekolah tiap harinya. Pada saat SMP, beliau berdinamika di SMP Xaverius Kalirejo dan beliau tinggal di asrama. Pada saat itu, ada guru yang merupakan guru ayahnya dan istri dari guru tersebut merupakan guru ibunya. Pada saat SMA, beliau sekolah di SMA Xaverius 1 Palembang (Seminari menengah Santo Paulus Palembang). Pada awalnya orangtuanya tidak percaya kepada beliau dikarenakan belum pernah berbicara mengenai keinginan menjadi romo serta beliau hanya ikut ikutan dari kakak beliau. Pada saat pendaftaran dan pada saat beliau diterima, beliau dipercayai oleh orangtuanya dan beliau mulai serius dalam pembelajaran. Beliau juga mengikutinya dikarenakan tergerak oleh peraturan pemerintah yang melarang misionaris masuk ke indonesia sehingga ia berfikir jika misionaris sudah berumur, siapa yang menggantikannya? Sehingga beliau terdorong hatinya untuk melayani gereja. Pada saat menempuh pendidikan SMA, semua anak seminari dimasukkan ke dalam jurusan Bahasa. Beliau sendiri merasa tidak nyaman untuk belajar di seminari dikarenakan beliau unggul di bidang matematika. Setelah menamatkan seminari menengah, beliau masuk ke novisiat di Gisting selama 1 tahun dan setelah selesai masa novisiat, beliau melanjutkan untuk kuliah di FTW (Fakultas Teologi Wedabhakti Yogyakarta) program S1 di IKIP Sanata Dharma; pada saat ia menjalani kuliah, anehnya beliau lebih banyak mendapat filsafat. Setelah itu beliau melanjutkan program imamat. Di antara S1 dengan program imamat, ada 1 tahun masa orientasi pastoral 24

(TOP). Setelah Lulus Ad Audiendas beliau masuk masa Diakonat. Ia juga mempunyai motivasi dari keinginannya untuk bekerja membaktikan diri bagi pelayanan gereja khususnya dan masyarakat pada umumnya melalui hidup sebagai seorang imam / pastor. Setelah beliau menyelesaikan masa diakonat beliau ditahbiskan menjadi Imam pada 29 November 1993 di gereja Santo Yoseph Palembang. Beliau merasa sangat bersyukur karena mendapatkan karunia begitu agung yang memungkinkan ikut dalam tugas penggembalaan Tuhan Yesus Kristus. Tugas pertama beliau bertempat di Paroki Kristus Raja Tugumulyo Ogan Komering Ilir, Sumatera Selatan. Beliau mendapatkan tugas untuk mendirikan paroki yang baru. Beliau belum mempunyai pengalaman dan itulah yang menjadi tantangan tersendiri sebagai Imam muda yang baru berkarya. Pada paroki baru yang beliau buat, ia gagal untuk mempersatukan 2 kelompok besar umat yang bermentalitas yang berbeda mengenai keuangan. Beliau berusaha untuk menyelesaikan masalahnya dengan saling menukar pemimpin. Dengan kebijakan tersebut para pemimpin saling sharing dan memimpin kelompok satu sama lain dan berhasil. Setelah beliau menjadi romo, beliau merasa enjoy dalam arti senang dan bisa menikmati panggilan sebagai imam dan lancar lancar dalam karyanya. Setelah 14 tahun Imamat, sambil menjalani tahun sabatikal, beliau menyelesaikan S2 di Cardinal Stritch University of Milwaukee, United States of America. Pada saat itu beliau belajar mengenai leadership pendidikan, beliau mendapatkan nilai a semua padahal beliau belum pernah mempunyai pengalaman mengenai pendidikan. Beliau masih bisa mengikuti seluruh program dan hasilnya bagus dan memuaskan. Pada saat ini, beliau bertugas sebagai ketua Yayasan Musi Palembang yang menyelenggarakan Universitas Katolik Musi Charitas Palembang. Serta beliau memimpin perayaan ekaristi setiap jam 6 pagi di Kapel Immanuel kompleks Rumah Sakit Myria. Kesibukan beliau sekarang adalah memimpin yayasan dalam menyelenggarakan Universitas Katolik Musi Charitas secara full time. Beliau harus mendampingi karyawan untuk merubah mentalitas dengan gaya pelayanan hybrid, supaya bekerja tidak hanya manual saja tetapi menggunakan teknologi informasi yang memadai. Beliau juga merupakan sosok yang tidak lupa dengan keluarga, beliau pulang dan bertemu dengan keluarganya setiap 2 minggu sekali dan dilakukan secara rutin. Disusun oleh : Gregorius Pranaya Aji Damarjati 25

PERJUANGAN SEORANG JEANICE Jeanice Eliana Setyono atau yang lebih akrab dipanggil Jeanice, lahir di Jakarta pada tanggal 5 April tahun 2005 (5 April 2005). Ia adalah anak tunggal. Jeanice suka menghabiskan waktunya dengan cara bermain biola, jalan-jalan di taman, dan membaca buku. Ia bercita-cita menjadi seorang data scientist atau yang masuk dalam ranah marketing dan entrepreneurship. Masa kecil Jeanice berliku-liku dan penuh tantangan. Hobi dan proses pembelajarannya sangat didukung oleh kedua orang tuanya, tetapi ia sering merasa kesepian karena ia anak tunggal. Ia berasal dari SDK 6 Penabur. Pengalaman yang sangat berkesan baginya saat kelas 6 adalah ketika ia mengikuti lomba pertamanya sewaktu kelas 3 di Singapura, yaitu IMC (International Mathematics Contest). Saat itu, ia berangkat tanpa orang tuanya dan bersama rombongan yang terpilih untuk mewakili Indonesia dalam lomba ini. Tentunya, ia merasa gugup karena kegiatan ini adalah pengalaman pertamanya bepergian dalam rombongan, tetapi juga semangat karena kegiatan ini membuka peluang baginya untuk berteman dengan banyak orang seperti rombongannya dan juga siswa dari negara lain yang ikut berpartisipasi dalam lomba tersebut. Kegiatannya saat masih menduduki bangku SD dipenuhi dengan lomba matematika dan pelatihan, terkadang diminta wawancara untuk sebuah majalah. Ia juga pertama kali berpartisipasi dalam Olimpiade Matematika saat duduk di bangku SD kelas 6. Olimpiade yang ia ikuti diselenggarakan di Thailand dan Jakarta karena kebetulan, Jakarta sedang menjadi tuan rumah. Saat SMP, semakin banyak kegiatan yang ia ikuti. Ia memasuki SMP Santa Theresia. Ia mulai ikut camp leadership dan menjadi OSIS dengan jabatan bendahara. Ia juga mengikuti webinar-webinar dengan tema seperti baca kilat, self discovery, dan lain-lain. Ketika SMP ini, ia semakin mendapatkan banyak kesempatan untuk mengikuti olimpiade. Untuk ikut olimpiade, Jeanice pertama-tama berpartisipasi dalam KSN (Kompetisi Sains Nasional). Dari lomba itu, ia mengikuti seleksi dari KSN dan terpilih untuk mewakili Indonesia. Seleksi yang ia ikuti sulit dan kadang bisa membutuhkan waktu sampai sebulan hingga tidak masuk sekolah. Opsi lain yang ia pertimbangkan adalah daftar sendiri, namun biaya yang diperlukan cukup mahal. Pengalaman yang ia dapatkan selain lombanya sendiri, ada pengalaman berinteraksi dengan penduduk negara yang menjadi tuan rumah sehingga bisa merasakan dan melihat budaya-budaya di negara-negara lain. Berikutnya, ia memasuki ACS (Anglo Chinese School) di Jakarta Timur. Selain berprestasi dalam bidang akademik, Jeanice juga mendirikan sebuah organisasi non-profit 26

yang fokus dalam ranah edukasi dan self discovery. Awal mula bisa mendirikan organisasi ini adalah karena ia terinspirasi oleh kakak kelasnya yang menjalani organisasi. Sambil pelan-pelan mengamati, ia merasa penasaran dan akhirnya mendaftar di organisasi kakak kelasnya. Namun, ia tidak diterima karena sibuk dan kurang pengalaman menjawab wawancara yang sifatnya seperti wawancara mencari kerja. Tetapi, ia mengikuti program entrepreneurship dari Wardaya. Awalnya hanya untuk mengembangkan ilmu tapi di akhir program, ia diminta untuk membuat projek berupa sebuah lomba yang dana untuk pendaftarannya akan dikumpulkan untuk sumbangan. Setelah itu, ia akhirnya mendirikan Bright Sprouts sekaligus mengadakan lombanya. Orang seperti Jeanice adalah contoh sosok teladan yang patut diteladani. Ia selalu gigih dan memiliki tekad bulat untuk mencapai apa yang ia inginkan. Menurut Jeanice, semua orang pasti bisa jika mereka berusaha. Hal inilah yang membuat Jeanice semangat untuk belajar dan mengikuti lomba dan organisasi. Disusun oleh: Handra Tangi Wiguna 27

PRESTASI DAN PENCAPAIAN INSPIRATIF SHANTI PURWANTI ARULANANDAM Shanti Purwanti Arulanandam, lahir sebagai anak dari Ibu Heni Purwanti Arulanandam dan Bapak Arulanandam Ragunathan pada tanggal 13 April 2006 ini telah menginspirasi banyak orang dalam bidang kepanitiaan berkat sikap kepemimpinannya serta keterampilannya yang tinggi.Shanti merupakan pribadi yang ramah, rendah hati, kreatif, cerdas, dan berbakat. Nama Shanti Purwanti sendiri berasal dari bahasa Sanskerta yang memiliki makna begitu indah. Makna nama dari Shanti adalah kedamaian, ketenangan, kebahagiaan, dan ketentraman. Sedangkan makna dari Purwanti berarti pribadi yang berbakat, cerdas, dan kreatif. Makna nama dari Shanti ini pun mencerminkan kepribadiannya. Tanggal 13 April 2006 adalah tanggal dimana Shanti tiba di dunia ini dan memulai masa kehidupannya. Ia lahir pada hari Kamis jam 04.30 WIB bertempat di Apotik Esti. Ia terlahir sebagai anak dari keluarga Bapak Arulanandam Ragunathan yang memiliki darah kebangsaan India dan Ibu Heni Purwanti Arulanandam yang berasal dari Tasikmalaya dengan memiliki empat orang saudara yakni Toza, Saras, Lakshmi, dan Arya. Satu Tahun sebelum adik Shanti yang ke-dua lahir, Ayah Shanti menyetujui untuk menetap di Indonesia, membeli rumah dan mendirikan perusahaannya di Indonesia. Tak lama kemudian mereka pada akhirnya pindah dan menetap di Indonesia. Pada saat inilah kehidupan awal masa kecil Shanti dimulai. Pada saat Shanti berumur 4 tahun, Ia bersekolah di TK Tarakanita. Pada saat itu Shanti belum bisa berbahasa Indonesia dengan fasih dan lancar, Ia belajar kata demi kata. Sampai akhirnya Shanti memiliki seorang teman. Menurut Shanti, Masa TK adalah masa dimana Shanti merasa senang. Shanti mempunyai banyak sekali kenangan ketika Ia bermain dengan teman-teman di sekolah, jalan-jalan dengan keluarga, dan bermain dengan adik-adiknya. Semasa kehidupan masa kecilnya, shanti Merasa senang walaupun terdapat beberapa konflik dalam keluarganya pada saat itu. Selesai sudah masa TK Shanti, kemudian ia memasuki masa Sekolah Dasar (SD). Saat masa-masa SD, Shanti tidak memiliki teman saat pertama kali masuk kelas. Tetapi Shanti berhasil beradaptasi sehingga ia memiliki sahabat yang mau menemaninya selama 4 tahun. Shanti dan sahabat-sahabatnya sering pergi jalan-jalan, nonton di bioskop, ke tempat bermain, dan ke rumah mereka untuk bermain. Shanti menginjak bangku kelas 6 SD pada tahun 2018. Tahun ini menjadi tahun dimana Shanti mengalami gejolak-gejolak kehidupan dan tahun dimana Ia harus fokus belajar untuk mempersiapkan Ujian Nasional. Shanti merasa sangat senang selama di sekolah karena ia memiliki banyak teman-teman dan dapat membagi waktunya, walaupun ia memiliki 28

banyak tugas dan ulangan yang harus diselesaikan. Ia juga mengisi waktu luang dengan belajar untuk mempertahankan nilai, mempersiapkan diri untuk menghadapi Ujian dan melakukan kegiatan-kegiatan yang positif. Shanti menyadari bahwa waktu harus digunakan dengan sebaik mungkin. Menurutnya setiap detik, menit, dan jam adalah momen yang sangat berharga. Setibanya Shanti di bangku SMP, Shanti memulai masa kehidupan SMP dengan mengikuti perlombaan kejuaraan nasional gymnastic di Surabaya. Shanti telah mengikuti Klub Komunitas Gymnastic sejak kelas 6, saat itu ia berlatih untuk mengikuti beberapa kompetisi di Jakarta. Ia telah meraih banyak prestasi dalam bidang ini dan telah membawa pulang begitu banyak medali yang membanggakan. Shanti senang dan bangga terhadap dirinya sendiri, Ia merasa bahwa semua hasil kerja kerasnya telah terbayarkan dengan hasil pencapaiannya. Pribadi Shanti yang tekun dan giat membuatnya menjadi lebih fokus akan pelajaran yang ada di sekolah, dan selalu memperjuangkan nilai rata-rata yang ia miliki. Shanti belajar dengan susah payah setiap malam agar ia dapat mendapatkan nilai yang memuaskan. Shanti dapat menentukan prioritas terbaik dalam membagi waktu antara belajar dan bermain. Shanti mendisiplinkan dirinya sendiri dan menjaga komitmennya. Shanti berjuang mengalahkan diri sendiri dan melakukan pengorbanan. Shanti mengatakan bahwa semua kerja keras akan setimpal. Ia akan merasakan bahwa semua kerja keras yang telah ia lakukan akan terbayarkan di kemudian hari. Pada tahun 2021 Shanti memasuki masa SMA. Pada masa awal SMA, tepatnya saat Shanti menduduki bangku kelas sepuluh, Shanti memiliki pemikiran bahwa ia tidak akan aktif semasa SMA dan ia hanya ingin menikmati masa SMA dengan kesenangan. Namun pemikiran Shanti berubah secara drastis ketika ia bertemu dengan pendamping divisinya yakni Stevie pada saat MIG. Shanti mengikuti MIG dan mendapatkan banyak sekali pelajaran. Shanti sangat berterimakasih kepada Stevie karena telah mengajarkannya banyak hal untuk menjadi lebih aktif, rajin, dan berani. Sesaat setelah MIG selesai, pendaftaran untuk kepanitiaan Gonzfest 2021 telah dibuka dan Shanti memiliki keinginan untuk menjadi panitia dan memenuhi komitmennya yakni menjadi lebih aktif dalam berorganisasi, sehingga ia memutuskan untuk mendaftar menjadi salah satu panitia di bidang Poster. Shanti memilih bidang kepanitiaan lomba - poster karena ia ingin terus bertumbuh di tengah-tengah pandemi, berpartisipasi dalam memaksimalkan dan menyukseskan acara Gonzfest, Shanti merasa sangat takut saat ia pertemuan pertama kepanitiaan dilaksanakan. Shanti merasa sangat takut dengan kakak kelas karena ia merasa tidak percaya diri dan belum mengenal satu sama lain, namun Shanti lalui semua itu dengan penuh kerja keras dan rasa syukur. Shanti belajar banyak sekali ilmu di kepanitiaan Poster. Shanti menemukan pengalaman baru saat ia menjadi panitia. Pengalaman tersebut adalah saat shanti diberi kesempatan untuk berbicara di depan umum dan ditantang untuk menjadi berani, dan bersosialisasi dengan pihak lain di luar sekolah. Pada akhirnya, Shanti menjalani semua 29

hal dan semakin terbiasa dengan lingkungan dan kebiasaan barunya. Shanti dan panitia lainnya melaksanakan tugas mereka setiap selasa,kamis dan jumat serta jika ada rapat, pre record atau live penilaian mereka latihan setiap hari. Semua kerja keras Shanti dalam kepanitiaan ini akhirnya terbayarkan saat Gonzfest 2021 berlangsung dan acara tersebut dapat berjalan dengan lancar. Shanti bersyukur karena telah diberi kesempatan untuk menjadi panitia. Begitu banyak ilmu yang Shanti dapatkan ketika berdinamika bersama teman-teman panitia menjadi pelajaran dan bekal untuknya di masa depan. Shanti berhasil berpartisipasi dengan baik dalam memaksimalkan dan menyukseskan acara gonzfest. Shanti dapat terus bertumbuh di tengah-tengah pandemi dan dapat belajar mengembangkan potensi yang ada dalam dirinya untuk belajar berorganisasi serta berlatih memiliki pemikiran terstruktur. Setelah pengalaman kepanitiaan Shanti dalam Gonzfest, shanti memiliki niat untuk kembali pasif. Namun niat tersebut kembali terbantahkan lagi saat diadakannya rangkaian acara Inzaga. Meskipun Shanti merasa masa bodo dengan Inzaga dan tidak memiliki ketertarikan untuk berpartisipasi secara aktif dalam rangkaian acara ini, namun ia tidak bisa lari dari sifat kepemimpinan dan jiwa inisiatifnya yang tinggi. Shanti tergabung ke dalam kelompok dinamika yang ketua dan wakilnya kurang berkompeten serta kurang aktif. Melihat kondisi tersebut Shanti memiliki inisiatif yang tinggi untuk aktif dalam berdinamika dan membantu memimpin kelompok tersebut. Shanti terpilih menjadi ketua Inzaga Final Project (IFP) berkat keaktifannya dalam berdinamika dan dukungan dari teman-teman sekelompoknya. Shanti bingung dengan apa yang harus ia lakukan, ia masih tidak percaya diri untuk memimpin kegiatan yang besar. Meskipun rasa takut dan tidak percaya diri menyelimuti Shanti, namun ia berhasil melawan rasa tersebut dan menjalankan tugasnya dengan penuh kerja keras. Sebuah pencapaian yang membanggakan bagi Shanti. Shanti dan teman-teman berjuang dengan sangat keras dalam menyelesaikan IFP. Mulai dari membuat tema, tatanan acara, dokumentasi, dan sebagainya telah mereka lalui dengan penuh kerja keras. Setelah perjuangan mereka selesai, mereka pada akhirnya menghasilkan suatu karya yang indah dan memuaskan. Tiba saatnya bagi Shanti dan teman-teman untuk menampilkan karya hasil kerja keras mereka kepada seluruh angkatan. Shanti terharu akan respon dari orang-orang, tidak disangka respon dari orang-orang sangatlah baik dan mereka menyukai karya tersebut. Inzaga telah selesai, kemudian Shanti mengikuti Latihan Kepemimpinan Ignatian (LKI) pada 14 Januari 2022. Shanti diterima setelah mengikuti tes dan wawancara. Namun pada saat LKI, Shanti kurang berinisiatif dan pasif, Ia menyesal dan merasa rugi karena ketidakaktifannya saat LKI. Teman-temannya memandang bahwa pada saat Inzaga Shanti sangatlah aktif, namun pada saat LKI shanti tidak menunjukan banyak inisiatif dan terdiam pasif. Shanti merasa malu dan takut, Teman-temannya lebih aktif jauh dibandingkan Shanti. Setelah dinamika beberapa hari, Shanti dan teman-temannya diberitahu bahwa seorang pemimpin bukan hanya memimpin dan merangkul teman, namun juga bisa memiliki sifat 30

kepemimpinan ignatian dimana harus bisa memiliki inisiatif lebih dan kompeten yang tinggi. Pada akhirnya semangat Shanti terbangun dan ia pun mulai berani menjadi aktif dan berinisiatif. Shanti dan teman-temannya diberikan tugas dinamika, dan Shanti mengajukan diri sebagai wakil koordinator bidang design. Setelah melewati banyak kegiatan sebagai panitia, Shanti terpilih menjadi panitia inti sebagai bendahara dua Masa Inkoperasi Gonzaga 2022. Sebuah pencapaian baru yang tinggi dan membanggakan baginya. Pada awalnya shanti ingin menolak, namun ia bertekad pada dirinya sendiri dan berkata pada dirinya sendiri “kapan lagi kesempatan seperti ini datang, jangan sia-siakan kesempatan emas”. Tidak lama kemudian, pendaftaran kepanitiaan komunitas GENRE telah dibuka. Shanti mengirimkan portofolionya dan ia pun diterima menjadi bagian dari bidang design komunitas tersebut. Shanti berpesan bahwa jika ada kesempatan yang diberikan, jangan lewatkan kesempatan tersebut dan gunakan kesempatan tersebut dengan semaksimal mungkin agar pada akhirnya penyesalan tidak akan menghantui kita. Shanti belajar banyak dari kepanitiaan dan mendapatkan begitu banyak pengalaman baru. Shanti senang dapat melewati segala proses seleksi kepanitiaan dengan kerja keras. Tes tertulis, wawancara, dan membuat portofolio telah menjadi pengalaman seleksi penuh jerih payah yang pernah Shanti alami dan lewati. Meskipun ia sempat merasa kecewa saat melakukan tes wawancara karena ia tidak melakukannya dengan semaksimal mungkin, namun ia memiliki semangat juang yang tinggi untuk bangkit dan mencoba lagi. Perjalanan prestasi dan pencapaian Shanti Purwanti Arulanandam tidak berhenti sampai di sini saja. Masih banyak hal yang akan Shanti lewati dan alami di kemudian hari. Sekarang, Shanti sedang melaksanakan tugasnya sebagai panitia dari komunitas GENRE untuk menyiapkan design keperluan komunitas dan mengerjakan beberapa proyek lainnya. Sedangkan untuk MIG, Shanti sedang menjalani rapat-rapat dan berdinamika bekerjasama dengan angkatan 34 dan rekan-rekan lainnya untuk mempersiapkan penyelenggaraan rangkaian acara MIG yang akan dilaksanakan pada bulan Juli 2022 mendatang. Disusun oleh : Heavendo Mahaputra.S. 31

Bangkit Meski Berkali-Kali Jatuh Lahir pada 27 November 1977, dengan nama Bony Fancius. Ia lahir sebagai anak pertama dari Paulus Soegeng Soebardji dan Ida Cornellia. Namanya sendiri terinspirasi dari nama seorang Uskup bernama Bonifasisus yang kisah wafatnya jsutru ketika ia sedang mewartakan Injil lalu dibunuh oleh orang-orang kafir. Hal tersebut yang sering menyadarkan mengapa Ia, Bony Fancius suka sekali untuk membaca ayat-ayat di Kitab Suci. Ia merupakan anak pertama dari dua bersaudara. Ia memulai pendidikan TK hingga kelas 1 SD di sebuah sekolah katolik bernama Regina Pacis. Kemudian di kelas 2 SD, Ia berpindah ke sekolah swasta milik angkatan darat. Selama masa Sekolah Dasar, ia meraih banyak prestasi. Ia selalu berada dalam peringkat 3 besar di sekolah tersebut. Ketika lulus SD, NEM yang didapatinya termasuk ke dalam 10 besar dari seluruh SD yang masuk di wilayah tersebut. Di bangku SMP, ia mulai masuk ke dalam suatu organisasi yang disebut sebagai OSIS. Dalam organisasi tersebut, ia menjabat sebagai wakil ketua OSIS. Dengan bergabung dalam organisasi tersebut, ia mempunyai pengalaman bertemu dan berbicara kepada banyak orang. Masa SMP ini, Ia juga tidak pernah keluar dari 3 besar di kelas paralel. Pada akhir masa-masa SMP, ia mendapat juara umum di sekolahnya. Masuk ke masa-masa SMA dimana ia lebih banyak mengenal dan mengikuti beberapa organisasi. Ia aktif sebagai anggota maupun pengurus di dalam salah satu organisasi gereja yaitu Muda Mudi Katolik. Menariknya, di SMA ia juga mengikuti satu organisasi yang cukup aktif yaitu Paskibra. Hingga di tahun 1995, ia berhasil menjadi Pasukan 17 saat Upacara Kemerdekaan di Istana Merdeka. Namun dengan banyaknya kegiatan yang diikuti, ia tidak bisa mengimbangi dengan kegiatan belajarnya. Alhasil, terjadi penurunan prestasi yang luar biasa, tepatnya di kelas 2 SMA. Dengan kesadaran dan semangatnya, ia berhasil mengejar dan mengembalikkan prestasi-prestasinya. Untuk sekali lagi, ia kembali berhasil mendapat NEM terbaik dan masih masuk dalam 10 besar di sekolahnya. Masuk di masa-masa akan masuk ke Perguruan Tinggi, ia mengalami tantangan dalam hidupnya. Ia mendapat tawaran untuk berkuliah di luar negeri. Tawaran tersebut didapat dari sepupunya yang juga tinggal di luar negeri yaitu Amerika, yang artinya semua biaya hidup disana akan dibantu biayai oleh sepupunya tersebut. Bony Fancius pun mencari-cari beasiswa untuk berkuliah disana. Beruntungnya, ia bisa mendapat kesempatan beasiswa tersebut. Sehingga nantinya di tahun pertama, ia bisa untuk tidak membayar uang kuliah. Namun sayangnya, ia mendapat berita buruk bahwa usaha sepupunya di Amerika itu bangkrut. Sehingga, ia harus merelakan impiannya untuk berkuliah di Amerika. Sangat disayangkan 32

juga, ia sama sekali tidak mempunyai back-up untuk mengambil ujian masuk perguruan tinggi. Keadaan tersebut membuat Bony Fancius sangat kebingungan hingga sempat berpikir untuk tidak meneruskan kuliah. Untungnya, masih ada program beasiswa di salah satu Universitas yaitu Bina Nusantara (Binus). Dengan kondisi pasrah, ia berusaha semaksimal mungkin untuk mengikuti tes beasiswa tersebut. Pada akhirnya, ia berhasil mendapat beasiswa tersebut dan berkuliah di Binus University. Ia mengikuti banyak organisasi-organisasi dan juga menemukan hobi-hobi yang baru. Salah satu organisasi yang aktif diikuti adalah Keluarga Mahasiswa Katolik. Kemudian ia juga aktif dalam Senat Mahasiswa, HIMTEK (Himpunan Mahasiswa Teknologi Komputer), dan Forum Komunikasi Antar Organisasi sebagai pengganti Senat dikarenakan pemilihan ketua Senat saat itu yaitu tahun 1998 sedang kisruh. Pada tahun tersebut memang kondisi di Jakarta sedang tidak baik, kerusuhan terjadi dimana-mana dan lengsernya Presiden Soeharto. Ia, Bony Fancius pun juga termasuk dalam salah satu pendemo di masa itu. Kemudian ia sempat membentuk suatu organisasi yaitu Forum Komunikasi UKMHMJ (Unit Kegiatan Mahasiswa dan Himpunan Mahasiswa Jurusan) dan sekaligus menjabat sebagai ketua organisasi tersebut. Salah satu kegiatan awal organisasi tersebut adalah mereka berhasil mengumpulkan dana untuk menolong para korban kerusuhan di tahun itu. Teman-teman/korban kerusuhan yang saat itu ditolong adalah sekitar 80 mahasiswa Binus University yang kondisinya ekonominya sudah parah. Lalu dengan banyaknya organisasi yang diikuti, Bony Fancius menjadi suka untuk berkumpul dengan teman mahasiswa lainnya dan bahkan ia jadi mengenal dirinya yang ternyata menyukai musik. Ia mengenal cara bermain berbagai alat musik dan belajar secara otodidak. Pada masa ini, memang banyak organisasi yang diikuti namun ia berhasil mengatur waktu antara belajar dan kegiatan organisasi. Saat masa pengerjaan skripsi, dimana ia harus membuat suatu perangkat keras ( hardware ) berbasis teknologi informasi juga, ia harus menghadapi kenyataan bahwa biayanya tentu besar. Ia mendapat dukungan dari rektor universitas langsung dan juga oleh dosen pembimbingnya. Dengan dukungan pihak kampus, bahkan ia sampai dihubungkan dengan perusahaan-perusahaan luar negeri agar dapat lebih mudah mendapat alat yang dibutuhkan. Sehingga ia tidak mengeluarkan uang sepeser pun dan skripsinya pun mendapatkan nilai yang sempurna. Pada hari kelulusan, ia mendapat suatu penghargaan yaitu “Best of The Best Student” dari pihak kampus. Penghargaan tersebut diperuntukkan bagi mahasiswa yang aktif dalam berorganisasi namun tetap mendapatkan nilai Cum Laude. Ia juga mendapat uang cash yang nilainya sama dengan biaya kuliahnya yaitu dalam kurun waktu 3 setengah tahun; lebih cepat dari umumnya yang biasanya 4 tahun. Setelah lulus kuliah, ia langsung mendapatkan pekerjaan di sebuah perusahaan Information Technology ( IT ) yang memiliki banyak klien di industri perbankan dan keuangan. Baru saja 2 minggu masuk kerja di perusahaan tersebut, ia sudah diterjunkan dalam sebuah proyek IT yang rumit dan bahkan hal baru di Indonesia saat itu. Namun akhirnya ia mendapatkan bantuan dari para ahli dari Amerika langsung; dimana pusat laboratorium produk itu memang disana. Setelah 4 bulan bekerja di proyek ini, akhirnya ia berhasil menyelesaikannya; bahkan kantornya memberikan komisi atas jasanya dengan nilai yang sangat besar untuknya saat itu; hingga ia bisa membeli sebuah mobil dan membantu uang kuliah adiknya. Selama karir kerjanya, ia sering sekali menghadapi tantangan-tantangan teknis dan hal-hal teknis yang 33

baru, dan selalu saja perusahaan tempat ia bekerja mendukungnya hingga sampai keliling beberapa negara Eropa, beberapa negara Asia dan juga Amerika untuk mengajar dan belajar; bahkan membuat buku-buku teknis untuk product dan solusi IT yang spesifik. Jadi secara tidak langsung, ia malah beruntung sekali bisa belajar banyak hal. Setelah 3,5 tahun bekerja, belajar dan melalang buana ke berbagai negara, namun akhirnya ia tetap saja memilih untuk mencari jodoh hidupnya seorang asli Indonesia. Bahkan akhirnya ia menikah dengan seorang adik dari teman Gereja dahulu, saat masa SMA , saat ia aktif di Muda-Mudi Katolik. Pada pertengahan tahun 2003, ia menikah dan dikaruniakan 2 anak perempuan serta seorang anak laki-laki; dan memang ketiga anaknya inilah yang selalu saja membuat dirinya untuk selalu menjadi pejuang dalam hidupnya. Hingga saat ini seorang Bony Fancius, adalah orang yang tidak pernah berhenti belajar; baik belajar untuk mengembangkan ilmunya dalam bidang teknologi digital dan juga belajar terus untuk mendalami Kitab Suci. Setiap hari Ia selalu berusaha juga mengajak anak-anaknya untuk membaca dan merenungkan Firman Allah dalam Kitab Suci dan berharap bekal inilah yang juga kan menguatkan anak-anaknya selalu dalam kebenaran dan kekudusan. Disusun Oleh : Jean Gabriel Alexandrea Christie 34

Brandon Lelaki Pondok Cabe Brandon Trandishel Prihantoro atau yang biasa di panggil Brandon, seorang remaja yang lahir pada 3 Agustus 2006 di Bintaro, Tangerang Selatan. Di keluarga Brandon ia 3 bersaudara, ia adalah anak paling kecil atau anak bungsu di keluarga nya, Brandon mempunyai 2 kakak perempuan yang kembar, jarak usia Brandon dengan kakak kakak perempuan nya cukup jauh, sehingga kakak nya sudah mulai mencari pekerjaan sementara Brandon masih menduduki bangku SMA tepatnya kelas 10, ia bersekolah di SMA Kolese Gonzaga. Brandon saat ini sedang mengikuti hobinya barunya yaitu Baseball, ia mengikuti salah komunitas baseball di sekolah nya baseball Gonzaga. Ia menekuni dan menyukai hobi ini baginya hobi sudah menjadi rutinitas di dalam kehidupan nya, dengan munculnya hobi baru ini membuat kehidupan nya semakin padat yang dimana ia juga harus menjalani studi di SMA Kolese Gonzaga. Tetapi dengan hobi ini dan padat nya aktivitas beliau, ia masih bisa meraih prestasi di sekolah nya. Di sekolahnya ia dapat meraih beberapa prestasi yang dimana salah satunya adalah Summa Cumlaude, prestasi ini di raih ketika ia berhasil meraih nilai rata rata di atas 90 di rapot kelas 10 nya. Ini suatu kebanggaan baginya, karena ia memperoleh hal ini dengan sebuah kerja keras yang ia lakukan dan berikan semasa ia di kelas 10. Dengan ini menunjukan bahwa Brandon adalah anak yang cukup pintar di sekolahnya, di sekolah nya Brandon juga dikenal sebagai anak yang lucu. Suasana kelas menjadi seru ketika ada kehadiran nya di kelas X IPS 3, Brandon juga suka membantu teman teman nya yang kesulitan dalam belajar. Di luar prestasi dan hobi yang dimiliki oleh Brandon ia memiliki kesibukan tersendiri di rumah nya, kesibukan nya yaitu memelihara anjing, anjingnya bernama Rolex dan Bozzy ia sangat sayang sekali 2 anjing tersebut. Sampai di suatu waktu ia tidur bersama anjing nya, walaupun nya cukup nakal ia tetap sayang terhadap kedua anjing nya itu. Ia bisa menunjukan rasa kepedulian nya terhadap hewan hewan yang ia pelihara, selain itu ia juga memelihara kura kura namun kura - kura nya mati 1, itu menjadi sebuah pelajaran baginya. Kesibukan lain di kehidupan nya adalah bersih bersih kamar dan tidur. Terlepas dari itu Brandon juga suka ikut dalam kepanitiaan di sekolah nya. Kepanitiaan yang ia ikuti adalah Dokumentasi dan Pendamping Divisi, ia mengikuti kepanitiaan ini untuk mencoba hal yang baru terutama menjadi seorang pendiv atau pendamping divisi dan juga sebagai Dokumentasi ia juga cukup mahir dalam fotografi. Jadi ia memilih kepanitiaan itu untuk menambah pengalaman di dalam kehidupan nya ini. 35

Pengalaman berkesan selama bersekolah di SMA Kolese Gonzaga yang sudah dirasakan oleh Brandon Trandishel, pengalaman tersebut adalah Gonzaga Care, ia sangat berkesan karena hal itu adalah sebuah pengalaman baru baginya, ia bisa melakukan pekerjaan bersih bersih dan membuat nya tahu bagaimana cara melakukan hal tersebut. Selain itu Brandon juga pernah mengikuti perlombaan saat Gonzaga Festival 2021, baginya hal ini sebuah kebanggaan karena bisa mewakilkan sekolah nya di perlombaan tersebut. Jadi itu lah pengalaman berkesan dan juga kehidupan Brandon Trandishel Prihantoro lelaki Pondok Cabe. Disusun oleh : Joseph Paulus Pengapul Tarigan 36

Gibran Suka Perbedaan? Attariq Muhammad Gibran atau yang sering disapa dengan Bastian, Atta, Gibby, dan Gibran merupakan anak pertama dari dua bersaudara yang lahir pada 2 Desember 2005 di Jakarta. Pada saat bayi, Bastian tinggal bersama keluarganya di daerah Jakarta Selatan, lalu saat ingin masuk jenjang pendidikan Taman Kanak-Kanak, keluarga Bastian memutuskan untuk pindah tempat tinggal ke daerah Depok. Setelah itu Bastian memulai karir pendidikan di Taman Kanak-Kanak di TK Tunas Islam. Pada saat TK, Bastian hanya menempuh 1 tahun pendidikan di Taman Kanak-Kanak(akselerasi). Saat TK, Bastian pernah berprestasi di bidang fashion show saat hari Kartini, karena busananya yang sangat totalitas. Setelah itu Bastian masuk ke jenjang Sekolah Dasar. Bastian bersekolah di SD Tunas Iblam. Kehidupan SD Bastian sangat menyenangkan, karena saat SD ia senang sekali menonton National Geographic, sehingga Ilmu Pengetahuan Alam merupakan pelajaran favorit Bastian saat SD, Bastian merupakan anak yang cerdas. Buktinya ia terpilih untuk mewakili SD Tunas Islam dalam olimpiade matematika. Sudah 6 tahun Bastian di SD, akhirnya ia menghadapi Ujian Nasional (UN). Ia mendapat hasil UN yang memuaskan. Karena saat Ujian Nasional SD ia mendapat nilai yang memuaskan, hal itu memperbolehkan ia untuk masuk ke SMPN 85 Jakarta. Karena ia bisa masuk ke sekolah yang bisa disebut sebagai sekolah favorit di DKI Jakarta, yaitu SMPN 85 Jakarta. Hal tersebut membuat dirinya menjadi sombong dan merasa lebih daripada teman-teman SD nya. Masa-masa di SMP Bastian sangat suram, banyak sekali masalah yang ia alami. Seperti teman-temannya yang menjauhi dia, terkena banyak masalah hingga masuk ruang BK, dan faktor internal lainnya. Namun dari kejadian-kejadian tersebut, bastian belajar agar bisa menjadi pribadi yang lebih baik. Setelah lulus dari jenjang pendidikan SMP, Bastian pun memutuskan untuk melanjutkan pendidikannya di SMA Kolese Gonzaga. Bastian yang dulu bukanlah yang sekarang. Bastian di SMA menjadi pribadi yang lebih baik, ia mulai mengasah kemampuan dirinya lewat kegiatan-kegiatan yang diadakan oleh sekolah. Bagi Bastian, SMA bukan hanya sekedar pendidikan, namun juga masa dimana seorang remaja mencari pengalaman tentang percintaan. Akhir-akhir ini Bastian sedang jatuh cinta dengan anak kelas sebelah, yang membuat hari-hari di sekolah menjadi berwarna. Harapan Bastian di masa SMA ini ia bisa berdinamika dan mendapat nilai yang terbaik dan tentunya lulus tepat waktu. Impiannya setelah SMA adalah menjadi mahasiswa Universitas Gadjah Mada. Sekian perjalanan hidup dari seorang pelajar SMA Kolese Gonzaga yang selalu belajar dari masa lalu yang ia alami. Jatuh bangun manis pahit dari ia lahir hingga di titik sekarang akan menjadi cerita baginya. Penulis: Jotham Ananda Y 37

Marcel Imanuel Marcel Imanuel lahir pada 8 Maret tahun 2001 di Jakarta. Dia menghabiskan hampir seumur hidupnya tinggal bersama neneknya yang biasa dipanggil Popo. Dari waktu dia yang habiskan bersama neneknya, dia belajar untuk bersabar dan menjadi orang yang penyayang. Setelah bersama selama 20 tahun lebih, dia tetap menjadi orang yang menjaga dan mengurus neneknya. Marcel tumbuh besar di dalam rumah yang religius dan biasanya selalu bersama neneknya. Pada masa kecil, dia sering bermain di luar rumah bersama teman-temannya bersepeda atau bermain di kali. Dia bersekolah di SD negeri yang dimana dia menjadi minoritas karena dia menjadi salah satu orang dari sedikitnya orang yang beragama non-Islam di sekolahnya. Dengan dikitnya hal yang dapat dilakukan, dia merasa bahwa sekolah adalah satu-satunya hal yang dapat menjadi hiburan Akibat dari ini, dia terpaksa menjalankan aktivitas-aktivitas yang biasa dilakukan oleh orang Islam yang ada di sekolahnya. Dia pernah terpaksa untuk melakukan doa bersama teman-teman Islam di kelasnya sampai jam 6 sore. Hal ini membuat neneknya khawatir dan menelpon pihak sekolah. Dia pernah sekali ditinggal di rumah sendiri oleh neneknya dan diberi uang saku yang ia gunakan untuk bermain di warnet bersama teman-temannya. Dia juga menghabiskan waktunya bersama teman-temannya bermain di kali. Menjelang masa SMP, dia mendapatkan banyak teman-teman baru yang sama sepertinya. Hal ini membuat dia merasa tidak sendiri dan mempunyai teman banyak. Dengan banyaknya teman-teman yang sekarang dia miliki, dia melakukan lebih banyak aktivitas bersama dan tidak begitu memperhatikan sekolah. Menjelang SMK, dia mengembangkan ketertarikan untuk teknologi komputer. Pada masa SMK, dia mengambil jurusan teknik komputer dan kembali melakukan yang terbaik untuk sekolah. Hasil dari nilai-nilai yang lumayan baik, dia dapat memasuki universitas yang dia inginkan. Dari sini, perjalanan hidupnya akan semakin menjadi menarik. Mendapatkan juara kelas di SMK jurusan teknik komputer. Untuk hidup, yang menjadi inspirasi dia adalah Konfusius. Kita dapat melihat mengapa Konfusius adalah sosok yang dapat diteladani. Dia adalah manusia yang bijak dan memiliki jiwa altruisme yang tinggi. Penulis, Karel Augustino Taberi 38

Lika-Liku Seorang Sekretaris Aurelius Pradipa Sean Alphafiano mulai dikenal sejak menjadi sekretaris I Senat SMA Kolese Gonzaga dengan sapaannya Aurel. Memiliki ayah bernama Agustinus Nugroho Gatot Subroto serta ibu yang bernama Filumena Shanty Renetyo. Pendidikannya diawali di TK Mardi Yuana Depok sampai SMP Mardi Yuana Depok. Sekarang ia masih menempuh pendidikannya di SMA Kolese Gonzaga kelas XI IPA 2. Aurel mengisi hari-harinya dengan hobinya yaitu menulis (blog dan skenario film), fotografi, dan membaca. Berbagai organisasi dan kepanitiaan telah diikuti Aurel. Hingga sekarang ia menjabat sebagai sekretaris I Senat SMA Kolese Gonzaga. Aurel melewati banyak lika-liku di masa lalunya. Aurel yang dulu merasa bahwa orang lain lebih keren dari dirinya dan selalu tidak menjadi dirinya sendiri. Namun, ia percaya bahwa ia bisa mencapai mimpi-mimpinya. Kesulitannya itu dilewati hingga ia menjadi Aurel yang sekarang. Ia masuk SMA Kolese Gonzaga dan itu sudah diimpikan dari kelas 6 SD. Di balik pencapaiannya, ia juga pernah gagal misalnya gagal dalam tes tertulis LKI 2021, tes tertulis pendamping divisi MIG 2021. Itu semua dilewati hingga ia menjadi TOP 3 Calon Ketua Senat SMA Kolese Gonzaga dan menjabat sebagai Sekretaris I. Kegagalannya yang membawa ia seperti sekarang. Ia mengevaluasi diri dan melihat apa yang bisa di improve atau ditingkatkan. Menjabat sebagai sekretaris I menjadikan senat kesibukan utamanya. Aurel memiliki hobi dalam fotografi. Ia mulai menyukainya sejak kelas 8 SMP, terutama di Januari 2019. Saat itu ia mengikuti study tour ke Bali, dan mulai mencoba membuat video dokumenter dan foto-foto hal-hal yang ada di Bali. Ditambah saat itu ia cukup mengidolakan Kevin Anggara yang suka bikin video dan foto. Setelah mencoba, ternyata hasilnya lumayan bagus menurutnya. Sejak saat itu, ia coba lakukan terus menerus dan mendalami lagi ilmu-ilmu foto dan video. Ia sampe tertarik untuk belajar semuanya sendiri dari platform YouTube. Menurutnya dengan melakukan hobinya ia jadi bisa mendokumentasikan segala peristiwa yang ia alami. Namun, ada kesulitan dalam menjalani hobinya yaitu ia tidak memiliki kamera. Berawal di tahun 2008 dimana ia mempunyai kamera Canon IXUS 80 IS milik ayahnya yang sekarang tidak bisa dipakai. Efek sampingnya, ia tidak bisa mempraktekkan beberapa ilmu fotografi secara langsung. Hal tersebut ia atasi dengan meminjam kamera orang lain untuk belajar dokumentasi. Misalnya untuk mendokumentasikan petugas misdinar, dokumentasi kegiatan, dll. Sembari untuk menjalankan tugas, ia juga belajar menguasai kamera profesional. Ditengah kesibukannya, ia selalu mempunyai cita-cita untuk memajukan dunia pertelevisian Indonesia. Seperti membuat acara-acara TV yang bisa menyajikan karya anak bangsa. Ia selalu berpesan kepada orang-orang disekitarnya untuk tetaplah menjadi pribadi yang cuek dengan hal yang tidak bisa dikendalikan tapi bisa menjadi orang yang peduli dengan hal yang bisa dikendalikan. Disusun Oleh: Kayla Anandita 39

Sidhi Karmawan, Seorang Pedagang Sukses di Bawen Lahir di Danupayan, Temanggung saat siang hari di tanggal 1 Juli 1976. Nama ibu nya Sri Umamah, ayahnya Margono. Sidhi lahir dengan nama panjang Sidhi Karmawan. Arti dari Sidhi adalah cahaya/terang, arti Karmawan adalah perbuatan. Apabila dirangkai, arti namanya menjadi perbuatan yang gemilang. Saat masih balita, Sidhi suka makan makanan pedas. Sidhi mulai masuk sekolah tahun 1979 sebagai siswa titipan di Taman Kanak-kanak Sedyo Maju. Sidhi menjadi siswa titipan dikarenakan umurnya yang belum mencukupi syarat masuk TK. Tahun 1982, ia mulai masuk ke tingkat SD di SDN Danupayan. Saat duduk dibangku Sekolah Dasar, Sidhi dikenal sebagai murid pintar. Ia juga rajin membuat kerajinan tangan, mulai dari pesawat berbahan botol bekas lotion dan bambu. Pernah ada masalah saat Sidhi masih kelas 5 SD. Saat itu, guru Prakarya nya mengadakan tugas kerajinan tangan dari bambu. Sidhi membuat wadah alat tulis apik yang terbuat dari bambu. Ia pun mendapat nilai sempurna. Namun, ada satu temannya yang mengaku-ngaku kalau kerajinan milik Sidhi itu adalah miliknya. Sehingga, saat ada lomba festival pameran seni, nama Sidhi tidak tercantum sebagai pembuat karya wadah alat tulis tersebut, namun temannya. Sidhi sempat kecewa berat, namun tak pernah putus asa untuk terus berkarya. Mata pelajaran favorit Sidhi saat itu adalah IPA, IPS, Prakarya, dan Olahraga. Lulus SD dan mulai masuk SMP pada tahun 1989 di SMPN 1 Bulu. Sidhi mendapatkan guru yang baik dan ramah. Pada awal masuk SMP, nilai Sidhi tidak terlalu bagus. Ia masih sulit untuk memahami materi yang disampaikan gurunya. Namun lama kelamaan, Sidhi menjadi mudah memahami materi karena sering bertanya ke guru, menyimak gurunya dengan baik, dan rajin membuat tugas. Alhasil, saat di kelas 8 dan 9, nilai Siddhi naik drastis. Ia sering masuk 10 besar, bahkan mendapat peringkat 1 saat kelulusan SMP dengan nilai akhir yg nyaris sempurna. Guru menggambarnya Sidhi saat SMP adalah orang asli Magelang. Ia sering menceritakan tentang STM 1 Magelang. Sidhi tertarik untuk mengambil jurusan mekanik otomotif. Banyak guru SMP Sidhi yang menyayangkan hal tersebut, karena nilai Sidhi yang nyaris sempurna, Sidhi malah memilih masuk STM. Akhirnya, Sidhi pun masuk STM 1 Magelang pada tahun 1992. Prestasinya di SMA sangat bagus, sampai dijadikan proyek pendidikan sistem ganda pada zamannya. Sidhi sering melakukan praktik AC mobil ataupun bus di New Armada. Ia juga pernah dikirim ke Yamaha sebagai siswa magang di bagian mekanik. Pernah juga dikirim ke pameran SMK se Jawa Tengah di Klaten. Sidhi lulus SMK tahun 1995 dengan prestasi yang membanggakan. 40

1 tahun setelah lulus SMK, Sidhi sempat bekerja di sparepart otomotif di Solo. Lalu tahun 1996, Sidhi memutuskan untuk melanjutkan kuliah di Akademi Teknologi Otomotif Nasional di Jogja. Sidhi mengambil jurusan Teknik Otomotif. Dari sini, Sidhi mengetahui cara merancang mesin dari nol hingga jadi mesin siap pakai. Harapannya, Sidhi bisa masuk ke perusahaan Bimantara Timor. Sayangnya pada tahun 1997, perusahaan tersebut malah bangkrut akibat krisis moneter. Pada tahun 1998, saat terjadi demo Soeharto, Sidhi ikut demo sebagai mahasiswa demonstran. Lulus kuliah tahun 2001, banyak perusahaan yang bangkrut akibat krisis moneter yang terjadi saat itu. Hal tersebut membuat Sidhi kesulitan mencari kerja. Karena sulit mencari kerja yang sesuai dengan keahliannya, Sidhi akhirnya mendapat pekerjaan di Lembaga Pengembangan SDM di Depok Sawangan sebagai mentor dan asisten mentor. Sempat jadi pembicara sebagai motivator perusahaan, salah satunya Perusahaan Kiki, dan pembicara motivator kepada siswa/i di Santa Maria Monica Bekasi tahun 2007. Karena termotivasi dari pekerjaannya sebagai mentor, Sidhi ingin punya usaha kecil. Lalu, tanpa sengaja Sidhi bertemu dengan Indarti di rumah teman adiknya. Lama-lama Indarti memulai usaha, lalu Sidhi keluar dari pekerjaan dan memulai bisnis bersama. Sidhi dan Indarti pun menikah pada tahun 2009. Sidhi dan Indarti mencari pinjaman sana-sini untuk memulai usaha. Pertama kali, mereka berjualan aksesoris yg hits pada zamannya seperti jepitan rambut, gantungan kunci, casing HP, dsb.Tak lama kemudian, mereka membuka usaha di Bawen. Dari bisnis aksesoris, beralih ke bisnis kuliner. Pada tahun 2010, saat itu yg dijual adalah nasi dan aneka lauk pauk. Sempat buat cabang usaha, sempat menambah variasi jualan juga. Mereka pun juga mulai berjualan kue-kue tradisional dan snack dari tahun ke tahun. Usaha yang mereka lakukan sempat mengalami jatuh bangun. Pernah pada sekitar tahun 2016, ada orang yang iri dengan usaha Sidhi dan Indarti. Orang itu pun mengirim sihir gelap, yang mengakibatkan Sidhi jatuh sakit yang tidak normal. Sihir tersebut akhirnya diusir sehingga Sidhi sembuh dan bisa menjalankan usahanya lagi. Meski dikirim sihir, Sidhi dan Indarti tidak membalasnya. Hingga saat ini, usaha kuliner yang di buka Sidhi dan istrinya di Bawen, membuahkan hasil yang bagus. Tetapi hingga saat ini juga, Sidhi dan Indarti belum juga dikaruniai seorang anak. Meski begitu, Sidhi dan Indarti dikenal keluarga dan kliennya sebagai orang yang baik hati, suka membantu, dan penyayang. Disusun oleh Margaretha Nichles Prita Reichella 41

Biografi Singkat Nikole Nicole Gabriella Vali atau biasa di sapa Nikol, Kole. Lahir di Jakarta, 04 September 2006. Nikole merupakan anak tunggal. Saat ini Nikole duduk di bangku kelas 10 SMA. Nikole bersekolah di SMA Taraknita 1. Nikole tinggal di Pamulang, Tangerang Selatan. Karena banyaknya kegiatan Nikole yang lebih sering dilakukan di daerah Jakarta Selatan sedangkan rumah nya berada di Pamulang jarak ke sekolah dan untuk bemain dengan teman - teman Nikole cukup jauh. Namun itu sudah menjadi kebiasaan dan rutinitas. Nikole memilki zodiak Virgo. Nikole memiliki hobi menyanyi, jalan - jalan, main gitar, dan memasak. Nikole merupakan siswi yang lumayan aktif dalam berorganisi. Nikole memang sudah tertarik dengan hal yang berbau organisasi, dan punya sifat sosial yang tinggi. Jadi jika ada kesempatan untuk ikut organisasi, Nikole akan memanfaatkannya dengan baik. Maka dari itu Nikole masuk kepengurusan OSIS baik di SMP maupun SMA, serta mauk organisasi di gereja. dari situ Nikole mulai diberi kepercayaan untuk membantu pelaksanaan acara tahunan sekolah maupun acara tahunan gereja. Mulai dari SMP Nikole sudah aktif dalam berorganisasi, tidak hanyak di lingkungan sekolah Nikole juga aktif berorganisasi di lingkungan gerejannya. Di SMP, Nikole ikut dalam kepanitiaan di gereja sebagai divisi logistik dalam perayaan natal di GBK tahun 2019. Masuk dalam kepengurusan OSIS sebagai sie kesenian periode 2019 -2020. Menjadi anggota dalam divisi design untuk acara cup sekolah tahun 2019. Masuk SMA Nikole masuk kepengurusan OSIS dan bergabung dalam sie kewirausahaan. Nikole juga membantu sekaligus menjadi panitia pensi sekolah dalam bagian merch dengan tujuan mencari dana. Dan hingga saat ini pun Nikole masih aktif dalam berorganisasi di lingkungan SMA maupun di luar. Selain dari kepanitiaaan yang Nikole ikuti dia juga pernah menjadi captain cheerleaders di SMP nya. Di luar sekolah Nikole juga tertarik untuk mencoba hal baru. Selain keatifan Nikole dalam berorganisasi Nikole juga memiliki jiwa kewirausahaan dan bisnis. Karena kedua orang Nikole yang memiliki bisnis sendiri, Nikole pun terpengaruh dan tertarik untuk ikut membuka bisnisnya sendiri. Awalnya Nikole membuka bisnis di bidang busana. Nikole suka sekali dengan busana dan Nikole mencoba memanfaatkan kesukaanya agar bisa menghasilkan sesuatu. Nikole lalu membuka thrift shop bernama “thriftmetoday”. Awalnya semua berjalan lancar, namun seiring berjalannya waktu, bisnis tersebut mulai sepi dan Nikole pun tidak bisa melanjutkannya. Satu tahun kemudian Nikole membuka bisnis di bidang kuliner. Ibu Nikole juga membuka bisnis di bidang kuliner, bakery lebih tepatnya. Nikole pun sudah mengetahui dasar yang diperlukan untuk membuat kue. Nikol pun mulai mencoba membuat kue sendiri dan ternyata hasilnya lumayan bagus dan rasanya enak 42

walaupun banyak yang gagal pada mulanya. Tetapi semuannya pasti tidak instan dan butuh proses. Nikole tidak pantang menyerah saat mengalami kegagalan dan terus berusaha untuk mencapai hal itu. Akhirnya setelah segala usaha yang Nikole lakukan, Nikole berhasil mendapat hasil yang memuaskan. Akhirnya Nikole pun memutuskan untuk membuka bisnis baru di bidang kuliner bernama “tinytaart”. Nikole pun menjual kue tersebut dan ternyata peminatnya tidak sedikit. Nikol pun menekuni bisnis yang sedang dijalankan ini. Nikol sangat senang melakukannya sehingga sesibuk dan sepadat apapun pesanannya, Nikol tetap menjalankannya dengan senang hati. Awalnya pembeli dari tinytart hanya teman - teman terdekat atau hanya orang - orang yang kenal atau memiliki relasi yang cukup dekat dengan Nikole. Sekarang pembelinya sudah banyak dari semua kalangan, tidak hanya orang - orang terdekat saja tetapi sudah meluas dan sudah jauh lebih maju dari sebelumnya. Pastinya juga semua orang jika berusaha dengan sungguh - sungguh akan mencapai hal tersebut. Kemampuan Nikole dalam membuat kue serta menghiasnnya juga sudah semakin maju. Tinytart ini dibuat oleh Nikole seorang diri, dari mulai membuat, menghias, mempacking, dll. Semuanya dilakukan oleh Nikole sendiri, terkadang ibu Nikole juga ikut membantu jika sedang ada waktu luang. Cara pemesanan kue di tinytart juga berdasarkan apa yang diminta oleh pemesan, jadi bukan dengan cara PO. Jadi disini Nikole mempunyai kemampuan “time manegemet” yang baik dalam membagi waktu antara sekolah dan berjualan. Ditulis oleh : Maria Godiva Guntoro 43

Cerita Singkat Kehidupan Gibran Attariq Muhammad Gibran atau yang biasa disapa dengan Gibran oleh teman-temanya lahir pada tanggal 2 Desember di Jakarta dan saat ini tinggal di Jakarta. Sekarang Ia berumur 16 tahun dan sedang duduk di bangku SMA di sekolah SMA Kolese Gonzaga. Semasa hidupnya di sekolah dasar ia pindah ke Depok untuk tinggal di rumah neneknya. Sekarang Ia tinggal di daerah Beji, Depok bersama dengan keluarganya, Gibran juga memiliki adik laki-laki yang berumur 2 tahun lebih muda. Awal cerita kehidupan Gibran dimulai dari masa-masanya duduk di bangku TK dan SD. Gibran bersekolah di sekolah bernama Tunas Iblam di daerah dekat rumahnya. Pengalaman hidup dimana Gibran paling banyak belajar adalah saat ia masuk ke sekolah SMA Kolese Gonzaga selama kurang lebih 9 bulan karena ia belajar cara bersosialisasi dan juga cara berperilaku di masyarakat. Gibran juga banyak belajar bahwa hal-hal yang dahulu ia pikirkan benar ternyata bisa salah di mata orang lain, ia juga belajar bahwa ada beberapa hal yang awalnya Gibran pikir tidak berguna, padahal hal tersebut harus dilakukan. Gibran bercerita bahwa semasa ia duduk di banku SD ia masih merasa senang dan tidak ada hal-hal sedih satupun, tetapi ketika Gibran masuk SMP ia bercerita bahwa dulu saat ia masih duduk di bangku SMP ia merasa bahwa dirinya lebih superior daripada teman-temannya di Depok karena ia merasa bahwa bersekolah di Jakarta memiliki kasta yang lebih tinggi, maka dari itu Gibran menjadi orang yang norak, sombong dan juga bisa dibilang sok asik. Gibran juga bercerita bahwa saat SMP ia pernah masuk ke ruangan BK karena omongan dan bercandaan yang tidak tahu batas, karena itu banyak orang yang tidak menyukainya, tetapi Gibran tidak kesal dengan orang-orang tersebut karena dia tahu bahwa dirinya layak untuk dibenci karena sikapnya. Saat naik ke kelas 8 walaupun Gibran sudah sedikit berubah tetap saja banyak orang yang tidak menyukainya, ia juga menyatakan bahwa ia selalu mengintrospeksi diri setelah bermain dengan teman-temannya dan merefleksikan apakah dia perlu untuk memperbaiki sesuatu untuk kedepannya. Saat ada pandemi covid-19 ia mengalami banyak masalah saat masuk ke kelas 9 dan nilainya mengalami penurunan yang cukup drastis. Setelah 2 pengalaman tersebut membuat Gibran jauh lebih hati-hati dan juga bisa lebih baik dalam pengolahan emosi. Saat saya bertanya “Kapan sih kayak momen dimana tuh lu merasa at you highest “ Gibran mengatakan bahwa momen tersebut adalah di semester lalu atau semester satu kelas 10, tetapi hal tersebut juga membuatnya sombong dan menjauhi teman-teman SMP nya. Gibran juga bercerita momen terlucunya yang masih diingat sampai sekarang yaitu pada masa SMP nya Gibran dan teman-temannya membawa rokok elektrik atau yang biasa dikenal dengan vape disitu Gibran dan teman-temanya mencoba vape tersebut, beberapa hari 44

kemudian ada dua orang dari temannya itu merokok di depan kelas 7, setelah itu mereka berdua dipanggil ke ruang BK dan ditanyakan siapa saja yang sudah melakukan hal-hal tersebut, mereka berdua mengatakan bahwa totalnya ada 8 orang dan beruntungnya hanya Gibran yang tidak disebut oleh temannya tersebut karena ia sedang izin ke pernikahan kakak sepupunya wisuda. Ketika iya mendengar berita tersebut ia merasa ketakutan kalau berita tersebut akan sampai ke orangtuanya, tetapi hal tersebut tidak pernah terjadi dan dia sangat berterimakasih pada Tuhan kalau dia sudah diselamatkan dari masalah tersebut. Menurut Gibran hal yang paling ia banggakan dari diri sendiri adalah bahwa ia bangga memiliki kepribadian yang ingin selalu mencoba banyak hal seperti pada masa SMA ini ia sudah mencoba banyak hal mulai dari baseball hingga masuk ke beberapa kepanitiaan di SMA Kolese Gonzaga ini. Ia juga memiliki hobi yaitu bersepeda dan ia juga bangga dengan pencapaian yaitu bersepeda dari daerah Depok ke Ancol dengan total 92 KM. Disusun oleh : Michael Narmada Benito Yudhanto 45

Abigail Betti Sortalena Simatupang : Menjadi Inspirasi Tanggung Jawab Abigail atau yang lebih sering dipanggil dengan nama Abel, lahir di Jakarta Pusat pada 21 Mei 2003. Tepatnya di Rumah Sakit YPK. Abel lahir sebagai anak pertama dari Benjamin Simatupang dan Titis P. Saraswati. Ayahnya berganti-ganti pekerjaan, mulai dari Delloite, publisher komik sampai sekarang ini di kantor pajak. Sedangkan ibunya adalah seorang ibu rumah tangga. Abigail tinggal bersama ayah, ibu, nenek dan adiknya bernama Milka. Ketika masih kecil, mereka tinggal di daerah Jati Raya. Namun ketika Abel berumur 8 tahun, keluarganya pindah ke Komplek Samudera Indonesia, Pasar Minggu. Sebagai anak pertama, Abel merasa tidak ada ekspektasi yang harus dipenuhi. Cuman, terkadang Abel merasa punya rasa tanggung jawab. Misalnya, Abel sering merasa tidak enak jika ia pergi tanpa perencanaan sebelumnya. Pendidikan awal Abel dimulai di Sanggar Bobo (sekarang bernama TK Talenta). Abel adalah anak yang penyayang dan lincah. Hal itu dapat dilihat dan didengar dari cerita orangtuanya dan foto-foto mengenai masa kanak-kanak Abel. Selama TK, Abel mengikuti berbagai kegiatan seperti lomba dan pentas nari, outbond, berenang, dan lain-lain. Gairahnya dalam menari semakin bertambah ketika Abel dimasukkan ke sanggar ballet saat berumur 5 tahun. Karena ballet juga, Abel mengonsumsi konten-konten terkait tari. Contohnya menonton acara realita ‘Dance Moms’ di televisi. Setelah TK selesai, pendidikan selanjutnya adalah sekolah dasar yang dimulai pada tahun 2009. Abel dimasukkan di Tirtamarta BPK Penabur Pondok Indah sampai SMP nanti. Di sekolah dasar, Abel menjelajahi berbagai hal dan mulai memikirkan cita-citanya. Abel mulai merasa senang di bidang gambar. Hal itu dikarenakan banyak teman-temannya di SD yang suka menggambar. Sampai waktu Abel SMP, Abel ikut ekskul manga dan mengikuti les menggambar yang bertahan sebentar. Tetapi, lama-kelamaan, Abel makin merasa bahwa ia biasa saja dalam hal menari dan menggambar. Tidak menguasai, tapi tidak buruk juga (menengah). Hobi yang sekarang berkembang menjadi passionnya adalah membaca dan menulis. Abel mulai menjelajahi dunia membaca dan menulis sejak sekolah dasar. Mulai dari membaca serial fiksi Geronimo dan Thea Stilton ketika SD, sampai buku fiksi maupun nonfiksi untuk remaja. Menulis mengenai kesehariannya di buku diary adalah langkah pertama Abel dalam passion menulisnya. Lalu ketika Abel duduk di bangku SMP, Abel mulai mempublikasikan tulisan-tulisannya ke media sosial. Entah itu menulis mengenai curahan hatinya, mengungkapkan perasaan, ataupun hanya sekedar essay singkat. Pada akhirnya, Abel menikmati membaca dan menulis. Menurutnya, itulah passion. Selain menemukan passionnya di SMP, Abel juga mulai mencoba ikut organisasi sekolah dalam hal ini OSIS dan menjadi panitia berbagai acara di sekolah. Bagi Abel, hal-hal seperti itu sangat bermanfaat. Antara lain melatih keterampilan dalam berorganisasi, menambah komunikasi antar orang lain dan tentunya menjadi pengalaman baru. Abel lulus dari SMP di 46


Like this book? You can publish your book online for free in a few minutes!
Create your own flipbook