Important Announcement
PubHTML5 Scheduled Server Maintenance on (GMT) Sunday, June 26th, 2:00 am - 8:00 am.
PubHTML5 site will be inoperative during the times indicated!

Home Explore Seikat Utopia

Seikat Utopia

Published by Jariah Publishing, 2023-02-05 04:32:35

Description: Ebook - Seikat Utopia - Jariah Publishing

Search

Read the Text Version

ini udah ada yang nempatin?” tanyaku pada orang yang duduk di seberang meja, dia menggeleng menandakan bahwa meja itu kosong dan dengan riang aku menempati meja tersebut. Semua teman-teman di kelasku sudah berdatangan. Berselang beberapa menit guru pun datang dan tak lama setelah itu, anak yang membuatku kesal ikut masuk dengan wajah kebingungan. “Silahkan duduk” kata guruku setelah melihat dia kebingungan. “Kursi di depan masih kosong kan?” Tanya guru kepadaku. “Iya, Bu” jawabku singkat. “Kamu bisa duduk bareng Tiana” perintah guru kepadanya, dia pun berjalan ke arahku. Aku merengut dan tidak perduli akan kehadirannya. Hari pertama masuk hanya diawali dengan perkenalan dan permainan. Permainan tersebut mengharuskan kami berkelompok dengan teman sebangku. Aku pun terpaksa berkelompok dengannya. Di tengah asiknya permainan, kami mulai berbicara seperti menanyakan nama, asalnya dari mana, dan alasan masuk ke sekolah ini. Seminggu telah berlalu, aku semakin mengenalnya dan waktu itu aku mulai menyadari bahwa ada yang berbeda dengannya. 47

“Boleh tanya gak?” tanyaku karena sudah terlalu penasaran. Dia mengangguk kemudian berkata, “Apa?” “Kenapa kamu tuh selalu nunduk kalau lagi jalan, awalnya aku pikir kamu tuh pemalu anaknya, tapi kayanya nggak deh” “Oooh, soal itu,” dia mengangguk mengerti dan seolah sudah tak terkejut lagi dengan pertanyaanku. “Iyaa soal itu.” “Aku rabun jauh.” Seketika aku mengerti gerak-geriknya selama seminggu ini aku mengenalnya, begitupun dengan alasan ia tidak membalas senyumku tempo hari. “Kamu sadar gak sih waktu MOS kemarin aku sempat senyumin kamu?” tanyaku lagi kepadanya yang terlihat terkejut akan pernyataanku. “Loh kapan?” tanyanya sambil tertawa. “Adaaa, pokoknya waktu itu deh aku senyum dan kamu balas dengan muka datar, doang.” Dia hanya tertawa mendengar hal tersebut sambil meminta maaf kepadaku. Dari kejadian itu aku belajar jangan 48

menilai sesuatu hanya dari apa yang kamu lihat, bisa saja terdapat fakta yang tidak kamu ketahui darinya. Don’t judge book from the cover 49

Be Yourself Oleh : Ulan Fadhilah Septiany Rasa syukur itu tidak bisa dinilai dengan apa pun, karena rasa syukur itu ketika kita diberikan sesuatu oleh Tuhan baik ujian ataupun kebahagiaan, tinggal kita sebagai hamba merenungi dan mensyukuri pemberian Tuhan kepada kita. Tapi kenyataannya bersyukur itu tidak semudah “katanya.” Ya, karena sering kali kita mendapat ujian, cobaan, musibah, kegagalan, hingga ekspektasi yang menyeberang jauh dari realita. Hidup memang seperti itu. Sungguh, Allah lebih tahu dan telah menyiapkan rencana yang terbaik untuk kita selaku hamba-Nya. Salah satunya ialah dengan bersyukur atas apa yang ada pada dirimu sendiri. Karena kepercayaan diri adalah sikap penting yang harus dimiliki oleh setiap manusia. Terdapat banyak manfaat bila kamu memiliki rasa percaya diri, seperti membantumu dalam bersosialisasi dengan lingkungan sekitar, bisa lebih menghargai diri sendiri, lebih siap dalam menjalani berbagai tantangan dalam kehidupan, sampai membuat dirimu merasa lebih tenang atau damai. Habiskan waktu untuk memahami siapa dirimu, bagaimanapun juga satu-satunya 50

orang yang akan benar-benar hidup bersamamu adalah dirimu sendiri. Mencintai diri sendiri bisa jadi butuh perjuangan yang lebih berat dibandingkan mencintai orang lain karena kita terlalu sibuk memikirkan orang lain, keluarga dan orang orang terdekat kita, tapi apakah kamu telah mencintai dirimu sendiri? Apakah kamu mencintai hal-hal yang ada pada dirimu baik itu kelebihan maupun kekuranganmu? Pada dasarnya, tiap manusia memiliki kekurangan dan kelebihannya masing-masing dan manusia tidak ada yang sempurna. Mulailah mencoba menerima kekurangan yang ada dalam diri, dengan begitu kamu akan bisa lebih mudah untuk berdamai dengan dirimu sendiri. Lebih baik kamu fokus untuk menonjolkan kelebihan yang dimiliki. Saat kamu merasa telah membuat kesalahan, selalu ingat bahwa itu adalah bagian dari kekurangan diri yang dapat menjadi pelajaran, sehingga untuk ke depannya bisa kamu ubah menjadi kelebihan yang kamu punya. Jangan berusaha tampil sempurna. Tampil apa adanya dan jadi diri sendiri. Karena kita diciptakan unik dengan kelebihan masing-masing. Satu hal yang perlu diingat adalah satu-satunya orang yang bisa menjadi penyemangatmu adalah 51

dirimu sendiri, bukan orang lain. Salah satu cara yang bisa kamu lakukan supaya dirimu jadi lebih semangat adalah dengan membiasakan diri untuk memberi afirmasi untuk diri sendiri. Bila kebiasaan baik ini bisa kamu terapkan, maka kamu bisa mengubah pikiran negatif atas dirimu dan menggantinya dengan pemikiran yang positif. Mulailah dengan memuji dirimu sendiri. Karena kepercayaan diri itu akan meningkat saat seseorang sedang dipuji. Pujian kecil akan sangat berpengaruh dalam kepercayaan diri. Agar rasa percaya dirimu bisa meningkat, kamu terus menambah wawasan. Bukan hanya bisa meningkatkan rasa percaya diri, tapi dengan memiliki banyak wawasan akan membuat orang lain mengubah cara pandang mereka atas dirimu. Kamu bisa mencoba berbagai macam hal, mulai dari membaca banyak buku pengetahuan, menonton tontonan yang bersifat edukatif, sampai sering berdiskusi dengan teman-temanmu. Setiap manusia terkadang memiliki kecenderungan untuk membandingkan dirinya dengan orang lain, mulai dari penampilan fisik, sampai pencapaian yang berhasil diraih. Hal ini bisa menjadi kebiasaan buruk yang kemudian berdampak 52

pada menurunnya rasa percaya diri. Selalu ingatkan diri sendiri bahwa setiap orang memiliki jalan hidup juga prosesnya masing-masing dan hidup sebenarnya bukanlah sebuah kompetisi. Cintai dirimu dan hargai dirimu. Lakukan hal yang membuat nilai dirimu bertambah. Lakukan itu bukan untuk mendapat pujian dari orang lain, tetapi murni karena kamu memang berhak memperolehnya. Kita harus mampu mencintai diri kita lebih dahulu, baru kita bisa membagi cinta itu untuk orang lain. Tapi jangan sampai berlebihan sehingga kamu menjadi sombong. Percaya diri dan kesombongan itu berasal dari dua tempat yang berbeda. Kepercayaan diri berasal dari dalam diri, sedangkan kesombongan berasal dari kekosongan yang ada dalam diri. Itu sebabnya orang percaya diri tidak terlalu memperdulikan apa kata orang, tidak asal ikut-ikutan trend. Mereka sadar akan keunikan sendiri dan memproyeksikannya ke dunia di luar diri mereka. Sementara itu kesombongan muncul karena seseorang butuh sesuatu yang berasal dari luar diri untuk mengakui kehebatan mereka. Itu sebabnya orang sombong akan mencari pasangan yang bisa mereka manipulasi untuk 53

melayani kebutuhan mereka tersebut. Orang yang sombong sesungguhnya adalah orang yang merasa dirinya insecure. Mereka menyadari ada yang kurang dari dalam diri mereka, namun menyangkalnya. Karena itulah orang sombong sering memanfaatkan sesuatu yang bersifat materialistis untuk menunjukkan bahwa dirinya berharga. Mereka mencari pacar yang dapat dibanggakan di hadapan orang lain, bukan demi cinta. Menurut saya, mencintai diri sendiri adalah sebuah proses yang akan terus berjalan beriringan dengan setiap hembusan nafasku. Itu berarti, selama masih hidup, aku akan terus berjuang untuk mencintai diriku dan menjadi versi terbaik dari diriku. Kita harus menerima kenyataan bahwa kita adalah manusia biasa yang tidak akan pernah bisa sempurna, tapi kita bisa jadi berbeda. Tidak sulit untuk jadi seseorang yang berbeda. Kamu cukup mencintai dirimu, dan itu akan membuatmu berbeda. 54

Cerita Random Nama: Muhtadi Nama saya Muhtadi, biasa dipanggil Muhtadi juga, lahir pada tanggal 17 Januari 2004 di Bone. Masa kecil saya tidak jauh beda dengan anak-anak kecil yang lainnya. Pada masa masih bayi, saya diasuh oleh Nenek dari Ibu, beliau sangat sayang kepada saya. Beranjak pada umur 2 tahun saya baru bisa berbicara, dan yang lucunya pada saat itu baru bisa ngomong selalu memanggil ayah dan ibuku dengan diawali kata “Mbek”. Jadi mbek bapak atau mbek ibu. Itu kata nenek, saya sendiri juga tidak tahu apa sebabnya, mungkin karena dengar dari suara kambing di belakang rumah bapak, saya juga tidak tahu sampai sekarang. Setelah saya berumur 6 tahun, saya masuk sekolah Taman Kanak-kanak. Waktu TK saya sangat pendiam dan selalu mengalah, dan sangat senang dengan pelajaran menggambar juga berhitung. Pada masa-masa TK saya sudah mandiri, berangkat dari rumah ke sekolah sendiri tanpa diantar orang tua seperti anak-anak lainnya, saya tidak pernah menangis seperti teman-teman yang lainnya. Setelah melewati masa Taman Kanak-Kanak, saya pindah ke Makassar karena ayah saya terangkat PNS di Makassar dan melanjutkan pendidikan Sekolah Dasar pada 55

umur 7 tahun, waktu itu saya sudah bisa membaca, jadi pada saat pelajaran membaca, saya tidak pernah disuruh maju ke depan kelas untuk membaca seperti teman-teman yang lainnya. Itu membuat saya salah sangka pada guru yang mengira kalau saya tidak dianggap oleh guru, sampai akhirnya saya tidak mau sekolah lagi. Ketika saya berumur 10 tahun atau pada saat kelas 4 SD, saya sering memperhatikan sepupu saya yang sedang membuat dekorasi pengajian. Saya selalu memperhatikan dan selalu bertanya apa nama alat yang sedang dipegangnya, apa fungsinya, hingga saya merasa sangat ingin untuk mencoba membuat dekorasi pengajian dan akhirnya saya diajarkan oleh sepupu saya pada kelas 1 MTS untuk membuat dekorasi pengajian sampai saya bisa membuat sendiri. Kelas 2 MTS saya mulai tertarik dengan pelajaran agama, karena sepupu saya dari pesantren, maka dari itu saya dimasukkan juga ke pesantren yang ada di Sengkang Kab. Wajo (Pontren As‟adiyah Pusat). Kebetulan sepupu saya juga lumayan pintar masalah ilmu agama, saya pun banyak bertanya-tanya tentang ilmu agama kepada beliau sampai saat ini. Semasa duduk di bangku MTs saya memanfaatkan waktu yang ada untuk bekerja di masjid dekat pesantren selalu 56

mengumandang azan dan alhamdulillah bisa menanggung sedikit beban orang tua untuk membiayai selama saya berpesantren. Walaupun ayah saya seorang PNS sedangkan ibu saya hanyalah seorang Ibu Rumah Tangga dan saudara saya banyak, sehingga orang tua terkadang kesulitan dalam membiayai sekolah kami. Memasuki kelas 3 MTS saya agak bingung untuk melanjutkan ke sekolah mana yang seharusnya saya pilih, tapi pada saat itu saya memutuskan untuk kembali dan memilih tetap mondok di pesantren selama 3 tahun. Tepatnya di Pondok Pesantren As „Adiyah pusat Sengkang yang didirikan oleh Al-Alimu Allamah KH. H. Muh. As‟ad Al-Bugisy untuk belajar ilmu agama. Sampai pada akhirnya saya sangat senang di pesantren karena terlalu banyak teman yang gokil dan makannya hanya tahu tempe serta terong, itupun tidak ada rasanya manis atau pedas. Karena susah senang kami selalu bersama. Itulah yang saya rasakan selama 3 tahun. Setelah dipenghujung masa pesantren saya ingin sekali kuliah dengan Jurusan Dakwah dan Komunikasi, karena saya sangat penasaran dengan Dakwah dan Komunikasi, selain itu juga saya ingin menjadi seorang pengusaha. Tetapi, di samping itu juga saya ingin kuliah di Jurusan Pendidikan Agama Islam, karena saya bercita-cita ingin menjadi guru agar ilmu yang sudah saya 57

dapatkan dari guru-guru saya dapat bermanfaat untuk orang lain. Akhirnya saya memutuskan untuk mengambil jurusan Bahasa dan Sastra Arab, alhamdulillah-Nya orang tua saya sangat setuju dengan keputusanku karena mereka juga lebih menyarankan untuk mengambil Jurusan Bahasa Arab. Walaupun orang tua saya tidak menuntut harus mengambil jurusan itu, artinya orang tua saya memberi kebebasan pada saya. Sebenarnya saya juga ingin masuk di jurusan Pendidikan Agama Islam, tetapi orang tua saya kurang setuju dengan itu, dan saya pun menurutinya. Selama kuliah di Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar tepatnya Fakultas Adab dan Humaniora Prodi Bahasa dan Sastra Arab. Saya pulang balik Sudiang Gowa (Samata) selama ini, entah sampai kapan yang jelas tidak ada kata jenuh ataupun lelah demi masa depan yang indah. Walaupun selama sebulan kuliah saya pernah jatuh sekali dari motor tetapi alhamdulillah saya baik-baik saja. Walaupun saya kuliahnya di Makassar itu tidak menghalangi saya mengikuti pertandingan bola di Bone. Ketika ada pertandingan, sepupu saya selalu menghubungiku bahwa ada pertandingan sepak bola di kampung atau ada acara syukuran panen. Saya pasti akan segera pulang kampung 58

untuk ikut partisipasi, karena saya sangat suka jikalau berbicara mengenai kampung saya yang suasananya, orang- orangnya, dan sejarahnya yang sangat luar biasa. Entah mengapa jika saya berada di kampung perasaan saya terasa lebih tenang ada ketenangan dalam diri saya. Semasa menduduki kelas 3 MA ada kisah menarik yang pernah saya alami. Pada saat itu ada kegiatan Hari Santri pada tanggal 22 Oktober 2021 yang di mana semua dari lembaga sekolah diwajibkan mengikuti pawai Hari Santri di Lapangan Merdeka Sengkang. Pada saat itu semua diharuskan menggunakan pakaian serba putih dan saya sendiri yang tidak menggunakan pakaian serba putih di karenakan baju muslim putih saya basah. Namun, saat itu saya tetap mengikuti pawai santri walaupun tak berwarna putih dan saya menyelinap masuk di tengah-tengah barisan agar tak terlihat dari pandangan guru-guru. Tibalah giliran barisan saya jalan, saya masih menunduk ketakutan karena tidak berpakaian putih dengan cara berjalan membungkuk agar tak terlihat. Ketika barisan saya cukup jauh tetap saja saya ketahuan dan guru telah melihat hingga akhirnya saya lari dari barisan dan terjadi kejar- kejaran antara guru dan saya. Di tengah kejar-kejaran saya terjatuh lalu saya pun ditangkap kemudian dihukum disuruh push up dan membersihkan selokan. 59

Begitu banyak pengalaman yang saya alami dan tidak terlupakan yaitu ketika saya mengikuti lomba Pekan Ilmiah Nasional yang diselenggarakan oleh IAIN Bone waktu itu. Saya mengikuti cabang lomba Fahmil Alqur‟an atau lebih dikenal cerdas cermat Alqur‟an. Namun, pada saat itu belum rezeki saya karena tersingkirkan pada babak semifinal. Saya tetap bersyukur juara atau tidaknya itu tidak penting, menang, dan kalah dalam sebuah pertandingan itu sudah sangat biasa yang terpenting adalah pengalaman yang sangat berharga yang belum tentu orang lain bisa mendapatkannya. Kegiatan itu berlangsung selama satu minggu, ada berbagai macam lomba religi seperti hafalan 30 juz, lagu-lagu islami, kaligrafi kontemporer, dan masih banyak lomba yang lainnya. 60

Lelaki dan Perjuangan Oleh : Muhammad Syahrul Muhaimin Azis Ini merupakan kisah seorang anak sulung dari 3 bersaudara yang sangat menginginkan kedua orang tuanya bahagia karena dirinya. Aku adalah anak lelaki sulung dari tiga bersaudara, seorang anak yang dilahirkan oleh seorang ibu yang sangat mulia. Sebuah kesyukuran besar bagiku lahir dalam keluarga yang penuh kebahagiaan. Baru saja aku tamat dan menyelesaikan pendidikan tingkat Madrasah Ibtidaiyah di suatu kampung atau daerah yang dipenuhi beragam kisah yang telah terjadi dan kelak akan menjadi kenangan. Subuh 07 Juli 2017 langit yang masih gelap dan kaca jendela rumah yang dipenuhi embun yang dingin, aku masih tidur di atas tempat tidur kemudian dibangunkan oleh ibu. Setelah aku bangun aku pun salat Subuh terlebih dahulu kemudian mandi lalu mengemas semua barang-barang yang telah disiapkan sebelum tidur, mulai dari sebuah koper yang 61

berisikan pakaian yang akan dipakainya di suatu tempat yang begitu mulia yaitu pondok pesantren. Setelah semua barang yang akan aku bawa ke pondok pesantren sudah siap, di saat itu pula semua keluarga besarku berkumpul di rumah karena tidak semua keluarga ikut mengantarku ke pesantren. Sebelum berangkat aku terlebih dahulu berpamitan kepada kakek, nenek, dan keluarga lainnya yang berada di rumah disertai suasana yang mengandung kesedihan. Suara klakson mobil yang dikemudikan oleh ayahku berbunyi sebagai penanda bahwa aku telah berangkat bersama kedua orang tua dan 2 saudara ke pondok pesantren yang disertai niat agar diriku di sana akan menciptakan suatu kepribadian yang lebih baik kelak. Semoga niat ini diijabah. Sepanjang perjalanan entah mengapa rasa sedih itu sering muncul dalam diriku, tapi dengan sekuat mungkin aku menahan agar air mataku tidak menetes. Karena ketika tetesan air mata ini keluar maka bukan hanya diriku saja yang merasa kesedihan, namun akan berdampak kepada orang tuaku yang mengantarku dalam perjalanan ini. Setelah menempuh kurang lebih 3 jam perjalanan, gerbang pesantren yang akan kutempati pun telah terlihat. 62

Sebelum aku melewati gerbang, kemudian ayah berkata \"Jadi setiap sebelum masuk ini Nak, bacaki dulu bismillah dan ingat niat tujuan awalnya masuk di sini\". Bismillaahirrahmaanirrahiim, semoga niatku menuntut ilmu karenamu ini ya Allah engkau ridai dan hasil dari segalanya akan menjadi senyum dan rasa syukur sebagai tanda kebahagiaan orang tuaku kelak, maka berikanlah aku kemudahan pemahaman dan jauhkanlah aku dari rasa malas. Harapan dan doaku dalam hati. Selang beberapa waktu akupun tiba di pesantren yang terlebih dahulu diawali dengan mengikuti acara ramah tamah dengan Ketua Yayasan Pondok Ustaz A.G Prof. Nasaruddin Umar, M.A menyampaikan pidatonya yang membuat rasa sedih ini terbakar dengan kobaran motivasi yang disampaikan olehnya. Ada satu ungkapan yang saya tangkap dari Ustaz A.G Prof. Nasar beliau berkata \"Anak-anakku, berada di tempat ini tanpa kalian sadari kalian sudah menjadi malaikat. Malaikat-malaikat kecil Allah yang kelak akan membahagiakan kedua orang tua masing-masing di dunia terlebih lagi di akhirat\". 63

Setelah seminggu berada di pondok pesantren dan berproses menjadi santri, mulai dari bangun subuh, belajar, pengajian, dan pembelajaran lainnya yang menjadikanku kadang terbebani dikarenakan tidak terbiasa dengan semua itu. Di sini kita betul-betul dididik untuk hidup mandiri dan disiplin. Singkat cerita, tiga tahun aku menjalani kehidupan dengan berbagai rintangan, susah senang, perih dan tawa. Aku dapat menyelesaikan pendidikan Madrasah Tsanawiyahku di pondok pesantren dengan hasil yang memuaskan. Tapi itu semua belum cukup membayar satu tetes keringat usaha dan kerja keras kedua orang tua saya. Maka dari itu aku pun berniat melanjutkan pendidikan tingkat Madrasah Aliyah yang merupakan sekolah unggulan di bawah naungan langsung kementerian agama, yang sebelum masuk terlebih dahulu mengikuti seleksi nasional dan kuota siswa yang diterima waktu itu 24 laki laki dan 24 perempuan dan itu sangat terbatas dengan banyaknya pendaftar. Orang tuaku setuju dan sangat mendukungku untuk mendaftar di sekolah tersebut, walaupun ada rasa pesimis di dalam diriku waktu itu. Seketika pun aku teringat suatu kutipan 64

dalam buku yang pernah aku baca “Bahwa jika seandainya usaha telah maksimal namun masih juga merasakan kegagalan, maka pandanglah kegagalan tersebut dengan pandangan iman. Terkadang kita dihadapkan dengan situasi atau hal yang paling tidak disukai, tapi di dalamnya selalu ada proses untuk belajar lalu membuat sadar bahwa setiap perjalanan yang dilalui, senang ataupun sedih semua adalah pendidikan bagi jiwa, yang akan menyadarkan bahwa kita ini hanya bisa berencana selebihnya ada di genggaman Allah.” Setelah mengikuti semua proses tes. Tibalah hari penentuan dan pengumuman nama-nama siswa yang lulus. Dengan rasa ketegangan dan kurang meyakinkan aku memasukkan e-mail dan nomor tes unduk mengecek sembari berdoa. \"Bismillahirrahmaanirrahim... apa pun hasil yang aku peroleh nantinya, sudah menjadi takdir-Mu ya Allah. Dan pilihan-Mulah yang terbaik bagi setiap hamba-Mu\". Seketika kuklik \"Cek\" Selamat kepada Muhammad Syahrul Muhaimin Azis Anda dinyatakan lulus dan melakukan pendaftaran ulang. Dari rasa yang kurang meyakinkan terjawab dengan hasil yang meyakinkan tersebut. Aku langsung bersujud sebagai bentuk syukur terhadap Allah yang 65

telah memberikan begitu banyak nikmat-Nya terhadap hamba yang fakir dan hina ini. Dan Inilah tanda bahwa pesimis itu tidak pantas bagi orang yang ingin berjuang demi mewujudkan suatu impian dan cita citanya asalkan ada usaha yang ia lakukan, karena semua urusan dan hasil di tangan Tuhan dan sudah ditetapkan dengan takdir masing masing insan. 66

Perjuangan yang Terjeda Oleh : Sitti Chalidiyah Apa mungkin harapan dan cita-citaku dapat tercapai? Pertanyaan yang selalu terlintas di pikiranku yang menghantuiku sampai detik ini. Aku yang tidak pernah memikirkan masa depanku, seketika berubah semenjak diriku menginjak bangku Madrasah Aliyah Negeri 3 Program Keagamaan Makassar (MANPK Makassar). Bangku aliyah yang berbasis asrama adalah tempat aku berubah dari masa bodoh amat, ke masa overamat tentang masa depan. Satu- satunya anak perempuan dan anak terakhir yang sangat manja memberanikan diri untuk pisah tempat tinggal dengan orang tua demi mencapai harapan dan cita-cita. Walaupun orang tuaku sangat berat hati melepasku untuk tinggal asrama, namun karena harapan dan cita-cita yang begitu besar menjadikan orang tuaku hatinya luluh untuk melepasku. Hari pertama masuk asrama adalah langkah awalku untuk mengejar cita-cita. Asrama MANPK adalah tempat paling nyaman untuk belajar yang pernah kurasakan dalam hidup, selalu bisa merasakan ketulusan hati dari para ustaz yang mengajar. Sesuatu yang disampaikan dari hati, maka 67

sampainya juga akan di hati. Para ustaz menjelaskan dengan cara baik dan mudah dipahami, menanamkan ilmu, mendidik akhlak dan mengajarkan hikmah kehidupan. Dari sanalah aku merasakan perubahan drastis dalam hidupku. Ilmu dan bimbingan yang setiap saat diberikan oleh para Asatiz menjadikanku lebih berpikir dewasa dan memulai untuk memikirkan masa depan. Tibalah pada suatu ketika, aku mengikuti acara Pelepasan Santri MANPK ke Al-Azhar Kairo Mesir. Pada acara tersebut sangat banyak nasihat dan motivasi dari para Asatiz dan kakak kelas yang akan berangkat, menjadikanku lebih termotivasi untuk melanjutkan pendidikan di Al-Azhar Kairo Mesir. Ya, berkuliah di Al-Azhar adalah harapan dan cita-citaku. Pada tanggal 19 Agustus 2022 pendaftaran Al-Azhar Kairo Mesir terbuka. Tanpa perasaan ragu, segera kulakukan pendaftaran dan memenuhi segala persyaratan. Tepat pada tanggal 23 Agustus 2022, aku dinyatakan lulus berkas. Tahap selanjutnya yaitu tes tulis (Ikhtibar Tashfiyah) dan tes wawancara (Wawasan Kebangsaan). Tes Ikhtibar Tashfiyah pada tanggal 25 Agustus 2022 dan dinyatakan lulus pada tanggal 28 Agustus 2022. Tahap selanjutnya yaitu tes 68

wawancara Wawasan Kebangsaan pada tanggal 30 Agustus 2022, di mana hari itu bertepatan dengan jadwal PBAK UIN Alauddin Makassar sehingga dengan perasaan takut dan bimbang tetap kujalani kedua kegiatan ini dalam sehari. Pada keadaan ini aku mengira akan kesulitan karena melakukan 2 kegiatan yang sama pentingnya, namun Allah Swt. Begitu baik memudahkan segala urusan hamba-Nya. Aku yang saat itu khawatir tidak mendapat izin ujian, namun pada tanggal 30 Agustus 2022 pukul 07.30 WITA di saat para mahasiswa baru berbaris di lapangan, aku mencoba meminta izin untuk keluar barisan karena ingin mengikuti pengarahan ujian dan alhamdulillah diberi izin bahkan dijaga oleh kakak pendamping. Aku pun mengikuti pengarahan itu sampai pukul 10.00 kemudian lanjut mengikuti PBAK. Setelah itu jadwal tes wawancaraku pun keluar. Aku dijadwalkan ujian pada tanggal 30 Agustus pukul 13.00 WITA, Hatiku saat itu mulai tidak tenang kembali. Aku terus terusan berpikir cara meminta izin pada siang hari. Setelah itu tibalah pukul 13.00 WITA, setelah salat Zuhur seluruh mahasiswa baru diarahkan masuk ke kelas, namun aku meminta izin untuk mencari tempat ujian yang jaringannya mendukung. Aku diizinkan di 69

lantai 4 Fakultas Adab dan Humaniora dengan didampingi oleh kakak pendamping lagi. Di tengah menunggu giliran tesku, seorang dosen bernama H. Muh. Nur Akbar Rasyid, M.Pd., M.Ed., Ph.D. beliau selaku WD. III Bidang Kemahasiswaan & Kerjasama berjalan di dekatku lalu menghampiri dan berkata: \"Kenapa ini Nak di luar, kenapa tidak masuk ruangan?\" Aku pun menjawab \"Iya afwan ustadz lagi ikut ujian\" Beliau bertanya \"Ujian apa Nak\". Aku pun menjawab \"Ujian Tes Mesir Ustaz\". Setelah itu \"Oh iya. Jaringannya Nak aman?, Nyaman ujian di sini?\" Belum sempat kujawab beliau melanjutkan pertanyaannya \"Ayo ke ruanganku saja, di sana ada wifi, takutnya nanti jaringannya bermasalah mengganggu ujianmu\" dan kujawab \"Iye tidak apa-apa Ustaz, alhamdulillah jaringannya bagus.\" Lalu beliau berkata, \"Tidak apa-apa Nak, ayo saja ke sana.\" 70

setelah itu beliau berbicara dengan kakak pendamping tadi \"Boleh Nak kubawa adiknya dulu, Nanti kalau selesai Jemput di ruanganku, atau nanti saya bawa naik\" Kakak pendamping itu berkata \"Iya siap Ustaz\" dengan perasaan tidak enak, Aku pun ikut dengan beliau dan menjalani ujianku di ruangan beliau yang dilengkapi segala fasilitas, wifi yang lancar bahkan beberapa bungkus roti dan teh beliau juga sediakan. Aku pun menjalani ujian wawancara dengan tenang. Ujianku telah selesai, aku pun kembali ke ruangan untuk mengikuti PBAK. Selang beberapa hari, pengumuman kelulusan pun keluar. Alhamdulillah ala kulli Hal dengan rasa haru dan syukur aku dinyatakan lulus jalur non-beasiswa. Namun karena satu dan lain hal menyebabkan aku tidak dapat melanjutkan tahapan ini sehingga dengan sangat berat hati dan dengan perasaan sedih aku menangis, harus melepaskan kelulusan itu dan merelakan harapan dan cita-citaku. Aku saat itu sangat down. Aku merasa sangat putus asa karena harapan dan cita-cita yang selangkah lagi dapat kugapai namun semesta berkata lain. 71

Namun, semua itu tidak membuatku larut dalam kesedihan karena aku yakin bahwa jika hal tersebut takdirku maka aku pasti dapat mencapainya, mungkin saat ini belum waktunya atau mungkin Allah menyuruhku agar bersabar terlebih dahulu. Perjuanganku yang terjeda akan kulanjutkan suatu saat nanti karena aku tidak akan menyerah begitu saja setelah gagal sebelumnya. Aku yakin segala yang terjadi padaku adalah yang terbaik karena ini kehendak Allah SWT. 72

Berproses dalam Organisasi Oleh : Muhammad Zulfadli Senin di pagi hari, pada 19 Juni 2019, merupakan perdana bagi saya dan teman-teman mengikuti upacara di salah satu Madrasah Aliyah di Kota Parepare tepatnya MAN 2 Kota Parepare yang menjadi awal kutemukan bahwa dengan berorganisasi, begitu banyak hal yang tidak akan didapatkan di ruang formal. Kurangnya literasi informasi, khususnya pada informasi dalam berorganisasi membuat saya merasa tertarik menjadi bagian dalam orang-orang yang aktif mengikuti beberapa wadah organisasi yang ada sekolah ini. • Masa Taaruf Siswa Madrasah (MATSAMA) Masa taaruf siswa madrasah atau matsama adalah masa seluruh siswa baru mengikuti rangkaian acara yang dilaksanakan selama tujuh hari satu malam. Kegiatan ini merupakan awal bagi saya dalam melihat keaktifan para panitia pelaksana yang mengkoordinir jalannya kegiatan dengan aman dan kondusif. 73

Dalam kegiatan ini, saya benar-benar dibuat kagum oleh kinerja para panitia yang mampu mengarahkan kami yang jumlahnya kurang lebih 400 orang siswa dengan kompeten dan penuh semangat. Hal ini, merupakan awal bagi saya dalam menilai kinerja lapangan para siswa siswi yang menjadi panitia pelaksana dalam kegiatan perdana ini. Masa Menjadi Anggota Pada waktu perkenalan lingkungan serta lembaga- lembaga organisasi yang dipaparkan kakak-kakak pengurus di MATSAMA, saya tertarik bergabung dalam sebuah organisasi bernama Ambalan Al-Mahajirin MAN 2 Kota Parepare. Alasan terkuat bagi saya dalam memilih Ambalan Al- Muhajirin sebagai tempat dalam mengembangkan kemampuan dan pemahaman berorganisasi ialah karena sikap kepemimpinan yang ditunjukkan oleh para pengurus yang meyakinkanku untuk bergabung bersama mereka. • Masa Menjadi Pengurus Kurang lebih setahun mendapatkan bimbingan dan arahan serta materi dan praktik dari kakak-kakak pengurus selama menjadi anggota, membuat saya dan teman-teman 74

mampu melanjutkan tongkat estafet kepemimpinan dalam mengemban amanah menjadi pengurus organisasi selama satu periode. Di masa ini kita dituntut lebih dalam mengembangkan organisasi ini sehingga dapat mengharumkannya, baik pada lingkup internal terlebih lagi pada eksternal madrasah. Sayangnya pada masa kepengurusan ini belum sempat kami melakukan banyak hal, terjadi sebuah peristiwa yang membatasi kami dalam melaksanakan banyaknya program-program kerja. Peristiwa itu dikenal dengan Pandemi Covid-19, yang membuat seluruh kegiatan belajar mengajar dan organisasi vakum selama hampir dua tahun yang memaksa kami mengakhiri masa kepengurusan dengan penuh rasa kecewa dan ditutup dengan kegiatan yang disebut Laporan Pertanggungjawaban pada 28 Oktober 2021. 75

“Ikuti Kata Hatimu” Oleh : Fendi Irfain “Kebahagiaan hanya untuk mereka yang berani, kebahagiaan bukan untuk orang yang senang berada pada nyamannya, tetapi kebahagiaan ada pada orang yang berani meninggalkan zona nyaman, lalu keluar mengambil resiko atas hidupnya” Sejujurnya saya merasa tidak percaya diri ketika ingin menceritakan kisah hidup saya kepada orang lain. Menurut saya ini merupakan hal yang bersifat pribadi dan orang lain tidak perlu tahu tentang itu. selain itu, apa yang saya alami ataupun lalui sejauh ini masih belum pantas diceritakan tidak ada yang menarik pada diri saya pribadi sehingga saya bisa mengatakan hal tersebut. Kisah ini dimulai saat beberapa waktu lalu ketika saya lulus dari SMA dan sampai pada waktu di mana kita harus memilih untuk lanjut kuliah atau tidak. Waktu itu saya masih terus berpikir tentang jurusan yang akan saya ambil di perguruan tinggi. 76

Banyak dari teman-teman saya yang minta waktu kepada guru kami agar bisa ngobrol dan meminta saran untuk memantapkan jurusan apa yang nanti akan dipilihnya. Selepas dari itu, saya melihat teman-teman sudah menemukan apa yang mereka cari, sudah mendapat saran yang sesuai dengan yang mereka inginkan, kemudian banyak dari mereka telah membulatkan tekad serta sudah membuat keputusan yang pasti. Melihat teman-teman yang sudah mempunyai pilihan, sedangkan saya yang saat itu masih bingung tentang keputusan apa yang akan diambil. Berpikir bahwa ini mungkin merupakan jalan satu-satunya yang lebih efektif daripada saya pikirkan sendiri terus-menerus. Tapi tidak seperti teman yang lain, saya malah menjadi lebih dilema dan tidak mendapatkan apa yang saya inginkan. Saat itu saya merasa ingin menyerah dengan segala ketidakpastian. Sudah tidak ingin banyak memilih dan apa yang direkomendasikan oleh guru saya yaitu mengambil jurusan olahraga saja. Tetapi, di sisi lain hati saya belum ikhlas untuk mengambil keputusan itu. Karena saya berprinsip bahwa “Ketika kita mengerjakan suatu hal yang kita tidak inginkan 77

atau tidak kita sukai maka kita juga tidak akan menikmati saat menjalaninya”. Maka dari itu saya mengurungkan niat untuk mengambil jurusan tersebut dan lebih memilih kata hati. Sampai pada waktu saya mulai terpikir bahwa saya ini senang belajar bahasa dan merasa bahwa hampir setiap ujian bahasa saya mendapatkan nilai yang bagus. Delapan bulan sebelum tamat saya menghabiskan waktu dengan mengikuti kursus bahasa Inggris yang dibuka oleh guru saya sendiri di SMA. Saya benar-benar menyukai dan fokus selama 6 bulan terakhir belajar di sana, setiap pertemuan saya selalu excited mengikutinya dan merasa ketika setiap saya selesai mengikuti kursus otak saya selalu penuh dengan apa yang disampaikan, seakan-akan saya menguasai pelajarannya. Selain itu, saya selalu merasa kagum ketika ada seseorang yang fasih dalam berbicara menggunakan bahasa asing, makanya saya mengidolai salah satu pahlawan Indonesia, diplomat terkenal yaitu K.H. Agus Salim yang mampu menguasai 7 bahasa Internasional yaitu bahasa Belanda, Inggris, Jerman, Arab, Turki, Perancis, dan Jepang. Di samping itu, beliau juga 78

seorang yang paham agama sehingga bagi saya beliau merupakan sosok yang inspiratif. Pengalaman saya pun dulu ketika tamat SMP, meminta izin kepada orang tua untuk bisa melanjutkan pendidikan ke pondok pesantren tapi tidak diberi izin. Waktu itu merasa sedikit kecewa terhadap keputusan orang tua yang awalnya memberi izin, sehingga saya pun telah menyiapkan berbagai persiapan seperti formulir, berkas-berkas yang diperlukan dan sebagainya. Tetapi ternyata berbanding terbalik atas apa yang saya harapkan waktu itu. Saya dari dulu memang sudah ingin belajar tentang agama, belajar tentang Al-Qur‟an, dan sebagainya. Berangkat dari pengalaman saat itu, saya menggabungkan keduanya bahwa alasan pertama saya suka belajar bahasa dan yang kedua saya ingin belajar agama pula. Maka saat itu satu-satunya hal yang keluar dari pikiran saya adalah bahwa saya mesti mengambil jurusan “Bahasa Arab” yang bisa mewadahi kedua keinginan saya tersebut. Nah, ketika keputusan saya telah bulat, sepupu saya yang seorang dosen di UNM menawarkan beasiswa dan jalur bebas tes untuk kuliah di sana, tapi hal ini bertentangan dengan 79

keinginan saya pribadi. Mendengar hal itu orang tua pun mengiyakan tawaran itu. Di sinilah titik dilemanya, di satu sisi saya enggan membantah kedua orang tua, tetapi di sisi lain hal itu bertentangan dengan keinginan saya. Kembali saya berdoa kepada Tuhan untuk membukakan hati orang tua saya agar ia bisa rida terhadap apa yang saya pilih. Yang membuat kejadian ini berbeda dengan waktu saya tamat SMP adalah saya pribadi sudah merasa cukup dewasa untuk bisa memilih jalan hidup sendiri, sudah cukup dewasa untuk bersikap prinsipil, sudah cukup dewasa untuk bertanggung jawab atas setiap keputusan yang saya ambil. Maka dari itu, saya merasa berhak menolak atas apa yang dikatakan oleh orang tua dan tetap pada pilihan yang saya pilih. Percaya bahwa man jadda wa jadda, karena inilah yang terbaik bagi saya. Itulah apa yang bisa saya tuliskan di kertas ini, semoga prinsip dan keteguhan hati saya tidak lekang oleh waktu. Begitu pula dengan teman-teman, semoga kita semua memiliki semangat yang kuat sehingga bisa mewujudkan apa yang kita impikan, karena kita yang memegang seratus persen tanggung jawab atas hidup yang jalani bukan orang lain. 80

Pengalaman di Pondok Pesantren Oleh : Asmaul Husna Kisah ini menceritakan tentang suka-duka kehidupan di pondok pesantren yang di luaran sana, banyak yang berpikiran hidup di pondok itu seperti penjara yang melarang kebebasan dan banyak sekali peraturannya. Namun, kenyataannya semua itu tidak benar. Di sini saya akan menceritakan pengalaman selama tinggal di pondok pesantren. Sewaktu SMA saya memilih masuk ke pondok pesantren. Namun, pada saat itu saya masih belum ada rencana masuk pondok, tetapi tiba waktunya saya ternyata memilih masuk pondok pesantren. Orang tua dan keluarga mereka mengantarku ke pondok pesantren dan pada hari pertama rasanya sudah sangat rindu pengen pulang, merasa sedih sekali bahkan ingin menangis. Hal itu disebabkan karena kebiasaan sering kumpul bersama keluarga. Tetapi, hal itu harus kita lewati dan perlahan hari demi hari rasa itu akan menjadi kebiasaan yang membuat kita 81

mandiri, serta harus fokus untuk bisa belajar jauh dari keluarga demi untuk menuntut ilmu. Jadi, perlahan-lahan mendorong kita untuk lebih percaya diri dan bisa melawan rasa rindu itu. Seiring berjalannya waktu, bahkan sudah hampir sebulan rasa sedih itu mulai hilang karena ada banyak teman di asrama dan mulai berinteraksi dengan guru. Namun, walaupun mulai nyaman tinggal di pesantren terkadang ada rasa ingin pulang untuk selalu bersama orang tua. Tetapi, hal yang harus selalu di tanamkan dalam diri bahwa ini harus kita lawan demi sebuah tujuan. Saya berada di pesantren selama 3 tahun, ada banyak pengalaman yang tidak bisa saya lupakan. Bagi saya pondok pesantren memberikan pelajaran yang sangat berarti yang mengajarkan kita tentang hidup mandiri yang jauh dari orang tua, saudara, keluarga bahkan kerabat dekat kita. Mungkin kita tidak bisa merasakan secara langsung kasih sayang dari orang tua. Namun, di pondok pesantren kita juga bisa merasakan kasih sayang dari guru dan kebersamaan dengan teman-teman di asrama yang sudah seperti keluarga sendiri. 82

Di pondok pesantren kegiatannya yang begitu sangat teratur yang dimulai dari pukul 03.00 WITA kami salat Tahajud dulu dilanjut ke mesjid untuk salat Subuh berjamaah dan mengaji. Setelah itu, saya bersiap-siap untuk berangkat ke madrasah dan pulang dari madrasah lanjut merapikan barang untuk persiapan mengaji sore. Hidup di pondok itu sebenarnya menyenangkan karena kerjaan kita hanya belajar, mengaji, makan, dan tidur. Namun, banyak sebagian orang yang tidak betah tinggal di pesantren, begitu juga dengan saya awalnya. Tapi alhamdulillah, akhirnya saya betah karena semua teman baik-baik yang membuat sebuah kebersamaan semakin erat. Waktu terus berjalan hingga akhirnya saya lulus dari pondok pesantren. Susah senang saya sudah rasakan selama 3 tahun tinggal di pondok pesantren. Saya bangga menjadi santri di pesantren, karena di sana saya sedikit tahu tentang ilmu agama dan bangga jadi santri. Karena hanya di pesantren, saya diajarkan untuk hidup sederhana. Bisa merasakan kenikmatan kebersamaan yang tidak bisa saya dapatkan di luar sana. Saya dididik untuk menjadi manusia yang lebih berguna di hari kelak nanti, dan dari pesantren 83

saya tahu bahwasanya ilmu dunia serta akhirat harus seimbang agar kita tidak salah dalam memilih jalan. 84

Lost Oleh :Khairunnisa Fitria K Kepalaku berdenyut memikirkan perlombaan yang akan kuhadapi dan ada dua perlombaan yang akan kuikuti. Aku ditunjuk oleh ustazahku untuk mewakili suatu kecamatan dalam perlombaan Hafizul Qur‟an dan Tilawatil Qur‟an. Selain itu, setelah berlomba aku harus sima‟an Alqur‟an disaksikan oleh para ustazah dan para santri hafizah. Aku tak ingin orang-orang terdekatku kecewa kepadaku karena tak bisa menjadi juara. Aku selalu merasa tak bisa diandalkan dalam hal apa pun, tetapi ada banyak orang yang selalu memberikanku support dan meyakinkan bahwa aku bisa melalui semuanya dengan baik. Ada kedua orang tuaku, saudara-saudara, ustazah, dan sahabat- sahabatku. Farahdila adalah salah satu sahabat yang selalu men- support-ku, kami berdua selalu curhat-curhatan. Farah ditunjuk sebagai sekretaris dalam kepengurusan asrama putri sedangkan aku ditunjuk sebagai ketua divisi bahasa. Sudah 4 tahun Farah mondok, tetapi pada tahun ke-4 ada yang aneh 85

dengannya. Farah selalu pulang ke rumahnya dikarenakan sakit dan selalu menghayal. Pada suatu malam ketika rapat kepengurusan tepat satu minggu sebelum aku pergi berlomba Farah duduk di sampingku. “Niss tolong ambilin aku air dong” ucapnya kepadaku dengan wajah yang pucat dan suara yang lemah “Kamu kenapa Far? Sakit?” kataku dengan suara berbisik. Sambil memberikannya sebotol air yang telah disediakan untuk pengurus, tetapi Farah hanya membalasnya dengan senyuman. Setelah rapat selesai Farah tiba-tiba berbaring di pahaku dengan suara nafas yang terengah-engah. Aku kembali bertanya kepadanya “Kamu sakit ya Far?” tanyaku. Farah hanya terdiam, aku berinisiatif menyentuh dahinya, benar saja suhu tubuhnya sangat tinggi. Tanpa basa-basi aku langsung meminta tolong kepada divisi kesehatan untuk mengambilkan obat. Tetapi, Farah dengan sigap menolak untuk diambilkan obat. “Aku gak papa kok cuma demam seperti biasa nanti juga sembuh sendiri” ucapnya dengan suara yang sangat lemah. 86

“Tapi Far, kamu demam,” jawabku khawatir. “Mau makan obat apa aja gak bakal sembuh pasti nanti balik lagi sakitnya.” Jawabnya sambil bangun dari pangkuanku lalu merapikan jilbabnya. Belum sempat aku menjawab perkataannya Farah sudah menyambung ucapannya. “Niss minggu depan kamu udah pergi lomba kan?” tanyanya dengan senyuman. “Iya nihh aku takut pasti lawanku pada jago semua.” Jawabku. “Ga kok kamu juga jago jangan minder, kamu pasti bisa, semangat ya, apa pun nanti hasilnya itu yang paling terbaik buat kamu. Kamu kan udah berusaha semaksimal mungkin untuk lomba ini, usaha ga akan menghinati hasil, percaya deh sama aku, pokoknya kamu semangat yaa.” Ucapnya sambil memegang kedua tanganku. “Makasih banyak ya Far kamu selalu support aku, dan ngeyakinin aku kalau aku bisa.” Jawabku dengan mata yang berkaca-kaca menahan air mata. 87

“Iyaa sama-sama, oh iya besok aku mau pulang lagi Nis, mungkin ga akan balik lagi, aku udah ga kuat, kamu jangan rindu yaa.” Ucapnya dengan suara yang bergetar. “Loh kok ga balik lagi? Kamu mau pindah?” Jawabku bingung. “Aku rasa gitu sih.” Jawaban Farah ini membuatku bingung. Belum sempat aku bertanya kepadanya, Farah sudah beranjak pergi ke catering untuk makan malam. Aku pun hanya bisa merangkulnya agar tak jatuh karena tubuhnya sedang lemah. Keeseokan harinya Farah pamit kepadaku dengan hanya membawa satu tas saja. “Aku pamit ya Nis, mama sama papaku udah ada di depan gerbang, kamu baik-baik ya di tempat lomba nanti semangat!” ucapnya dengan senyum khasnya. “Kamu beneran pindah Far?” Jawabku dengan air mata yang sudah tak terbendung lagi. “Ga kok bercanda doang haha.” Jawabnya dengan ketawa. “Ih aku kira beneran tau.” Jawabku kesal. “Hahaha mana ada orang pindah cuma bawa barang satu tas doang.” Jawabnya. 88

“Hm ya udah kamu hati-hati ya, cepat sembuh.” Jawabku. “Iyaa by by, i will miss you.” Ucapnya lalu beranjak keluar dari asrama. Tak terasa hari perlombaan pun telah tiba. Aku pergi dengan perasaan yang gugup, namun alhamdulillah aku mendapatkan juara. Selang satu minggu, aku pergi ke perlombaan yang kedua dan alhamdulillah lagi-lagi aku mendapatkan juara. Langsung saja aku mengirim pesan kepada Farah, tetapi nomornya tak pernah aktif. “Mungkin dia masih sakit jadi tak bisa bermain handphone.” Pikirku positif. Tiga minggu telah berlalu, telah sampai jadwalku untuk sima‟an Alqur‟an, dengan semangat aku menghafal dan melantunkan tiap-tiap ayat Alqur‟an. Tinggal satu juz lagi lalu selesai, tetapi angin bertiup begitu kencang, awan hitam menyelimuti langit, serta petir yang suaranya begitu menggelegar. Daun-daun, debu, dan pasir berhamburan ke dalam masjid yang kutempati sima‟an. Aku pun berhenti sejenak karena situasi yang tidak kondusif. Selang beberapa menit badai telah usai aku pun melanjutkan hafalanku, tetapi baru saja aku mengambil mic tiba-tiba ustazah menghampiriku ke depan dan meminjam mic 89

yang sedang kugenggam. Dengan gemetar ustazah mengambil mic dengan tangan kanan sedang tangan kiri beliau memegang handphone, “Baru saja anak kita, saudari kita atas nama Farahdila berpulang ke rahmatullah.” Ucap ustazah dengan air mata yang berlinang di pipi. Keadaan di dalam masjid pun menjadi riuh dengan suara tangisan dan ucapan innalillahi wa innailaihi raji’un. Aku hanya terdiam tak percaya sampai ustazah melanjutkan ucapannya. “Marilah kita bersama-sama membacakan surah Al-fatihah kepada almarhumah Farah semoga amal ibadahnya serta seluruh pengabdiannya kepada pondok pesantren ini menjadi pahala di sisi Allah swt. Al-fatihah” sambung ustazah. Orang yang dalam msjid pun terdiam sejenak lalu mengirimkan Al-Fatihah kepada Farah. Seketika aku tertunduk lalu meneteskan air mata mengingat semua kenangan bersama Farah selama ini. Salah satu sahabatku, salah satu penyemangatku, salah satu orang yang memahami keadaanku kini telah tiada. Kami pun pergi melayat kerumah Farah dan sima‟anku ditunda hingga besok. Dengan langkah kaki yang gemetar aku masuk ke dalam rumah duka, seketika sesak menyerang dadaku serta tangis yang tak terbendung lagi 90

melihat Farah yang sudah baring tak bernyawa ditutupi kain putih. Kubuka kain penutup wajahnya dan melihat wajahnya untuk terakhir kalinya. Kulihat wajahnya tampak berseri-seri dalam hatiku berkata, “Kamu udah ga sakit lagi Far, udah ga tersiksa lagi, nanti kita ketemu ya di sana.” Sedihnya lagi, katanya mamanya Farah yang sudah dua hari sembuh dari sakitnya dan sudah siap kembali ke pondok dengan penuh semangat. “Mah besok aku mau pulang ke pondok yah soalnya masih banyak hafalan yang belum mumtaz aku juga udah rindu banget sama teman teman di pondok.” Kata almarhumah. Namun takdir berkata lain. Beberapa hari sebelum Farah meregang nyawa dia beberapa kali mandi dalam sehari katanya biar bersih kalau sudah pergi nanti. Ketika Farah sakaratul maut, di situlah badai datang dan ketika almarhumah telah pergi badai pun berhenti. Mamanya menangis sesenggukan ketika menceritakan tentang anak bungsunya tersebut. Hari demi hari pun berlalu, aku harus terbiasa tanpa ada sosok Farah walaupun terkadang rindu ini tak bisa kutahan. Tetapi aku sadar bahwa ini adalah takdir Allah kita 91

tak bisa mengubahnya, bagaimanapun caranya. Perpisahan selalu mengajarkan kita untuk menyadari bahwa setiap detik bersama orang yang kita sayangi adalah anugerah yang tak boleh kita sia-siakan. Selamat jalan Farah tenang di alam sana... 92

Evaluasi Oleh : Muhammad Sultan Fauzan Hasanuddin Azzaky Kisah ini dimulai ketika dua orang insan dipertemukan dalam satu ikatan cinta yang biasa kita sebut pernikahan. Kemudian dianugerahi seorang insan cilik yang bernama Muhammad Sultan Fauzan Hasanuddin Azzaky dengan sebutan nama ciliknya Ocang. Tidak terasa anak itu tumbuh dewasa yang insha Allah menjadi seorang akademisi dan diharapkan bisa berguna bagi lingkungan. Sekarang anak itu telah menduduki bangku sekolah menengah pertama di MTs Negeri 2 Makassar dan berencana melanjutkan studinya di Pondok Modern Darussalam Gontor Pusat. Saat di pondok ia sangat menikmati masa-masa kesehariannya bersama para teman-temannya di bangku kelas 1 Intensif B. Ia menemukan banyak sifat kepribadian masing- masing insan seperti orang yang karakternya lucu, lugu, aktif berorganisasi, suara yang cempreng, bahkan yang malas, dan yang pintar berbicara. Ocang memiliki seorang teman yang bernama Teguh, dia adalah teman Ocang sejak dari masa SMP mereka sering bersama. 93

Di waktu menjelang terbitnya matahari dibarengin dengan suara masjid berkumandang. Namun, mereka berdua masih menikmati secangkir kopi yang telah dibuatnya. Hal itu menyebabkan mereka berdua dihukum oleh pembina rayon karena keterlambatan. Pondok punya peraturan yang harus ditaati dan tugas kita adalah belajar disiplin. Mereka berdua diberi hukuman membersihkan halaman masjid agar tidak terkesan kumuh dan kotor. Di pondok tidak ada cleaning service, semua pekerjaan kebersihan dilakukan oleh santri termasuk Ocang dan Teguh. Di halaman masjid biasanya jadi sasaran empuk buat para tamu tiduran. Oleh karena itu, halaman masjid wajib untuk dibersihkan. Setelah membersihkan halaman masjid mereka berdua kembali ke rayon untuk mengaji bersama teman-teman rayon. Setibanya mereka berdua di sana ternyata telah disambut oleh kakak ketua pembina rayon dan menampar mereka berdua karena keterlambatannya. Setelah itu, mereka langsung ke tempat di mana semua teman-temannya duduk untuk mengaji bersama. 94

Pada pukul 19.30 WIB seluruh santri dipersilahkan untuk mengganti pakaiannya agar bisa menghadiri acara Panggung Gembira. Pukul 20.00 WIB acara dimulai dan antrian mulai memadati pintu masuk yang dijaga ketat. Hingga akhirnya pintu pun terbuka dan para santri pun memasuki ruangan acara panggung gembira. Acara yang diawali dengan pembukaan dan nyanyian di barisan belakang serta barisan depan dengan tarian Aceh yang sangat bagus. Bagian tengah ada penyanyi juga, bagian pinggir alat musik dan penari-penari yang gerakannya lucu. Semua itu ditampilkan oleh para santri kelas 6 dan semuanya memakai kostum yang berwarna-warni. Namun, acara membosankan menurut mereka berdua, ketika pada baca puisi dan cerita anoman yang memakai bahasa Arab karena Ocang dan Teguh sebelumnya bukan alumni dari pesantren, makanya mereka berdua tidak paham dan tidak bisa menikmati. Acara selesai pada pukul 23.50 WIB dan hujan deras tiba-tiba mengguyur, menyebabkan penonton dan panitia merayakan kesuksesan acaranya dengan bernyanyi bersama. Saat mereka berdua akan kembali ke rayon, ternyata Teguh kehilangan sendal atau anak santri biasa menyebutnya 95

Ghosob. Ini hal yang biasa bagi santri karena supplier sendal dari Koperasi Pelajar cuma satu jadi modelnya semua sama. Maka dari itu kita santri harus menggunakan kantong sendal, tapi di situ kondisinya Teguh tidak membawa kantong sendalnya karena menurutnya itu sangat ribet. Sesampainya di rayon lagi-lagi mereka berdua dihukum karena terlambat dengan hukuman yang membuat mereka gemetaran yaitu dibawa ke dalam kamar pembina dan dipukul. Mereka berdua tidak terima akan pemukulan tersebut karena menurut mereka tidak logis bila terlambat sebentar saja dipukul seperti itu, bagaimana kalau terlambatnnya lama, bisa- bisa mereka berdua dibantai oleh pembinanya. Karena mereka berdua tidak terima dipukul mereka juga membalasnya dengan pukulan, tetapi pada saat itu ustaz keamanan datang dan memisahkan mereka berempat. Akibatnya mereka berempat dikenai hukuman mengaji di depan kantor pengasuhan sampai pada pukul 04.00 WIB. Pada pukul 01.26 WIB teman dari kakak pembina rayon itu datang dan tiba-tiba membuka paksa sarung Ocang dan Teguh karena mereka pun tidak terima bahwasanya teman angkatan mereka dipukul oleh adik kelasnya sendiri. 96


Like this book? You can publish your book online for free in a few minutes!
Create your own flipbook