Keseharian di Sekolah Karya : Faras Arkananta Suatu pagi saya bangun untuk berangkat ke sekolah. Sebelum ke sekolah, saya mandi, pakai seragam, sarapan hingga jam 06.00 WIB. Tepat jam 06.00 WIB saya berangkat ke sekolah. Tiba di sekolah, saya menyimpan tas di kelas, yaitu di kelas 5 dan menunggu teman-teman saya, yaitu Tengku, Fathan, Gibran, dan yang lainnya datang. Ketika teman-teman saya sudah datang, kami biasanya bermain macam-macam permainan, di antaranya basket, benteng dan lain-lain. | 91
Bel masuk berbunyi, tiba saatnya untuk masuk ke kelas. Sebelum masuk ke kelas, kami semua berbaris di depan kelas dan menyanyikan lagu Indonesia Raya, kemudian kami masuk ke kelas dan berdoa bersama. Setelah berdoa saya dan teman- teman belajar Matematika sampai jam 09.20 WIB, kemudian istirahat makan sampai jam 09.40 WIB. Kami masuk kembali ke kelas lalu belajar IPS sampai jam 10.45 WIB, dilanjut dengan pelajaran seni rupa sampai jam 12.00 WIB. Selesai belajar, kami istirahat makan siang dan salat zuhur berjamaah, setelah itu diperbolehkan pulang ke rumah. Tiba di rumah, saya berganti pakaian, istirahat sebentar, lalu keluar bermain | 92
sepeda bersama teman-teman rumah, salah satunya bernama Zain. Setelah puas bermain, saya pulang ke rumah, mandi kemudian salat Asar, istirahat hingga waktu salat Magrib. Kemudian bermain HP dilanjut salat Isya. Setelah itu bermain HP kembali hingga jam 21.00 WIB, kemudian pergi tidur. Itulah cerita keseharian saya dari pagi bangun tidur hingga malam menjelang tidur. | 93
| 94
Desa Seribu Kayu Karya : Ghaniyah Arsy Gustiana Pagi itu hujan. Terdengar suara kaki yang sedang berlari. Tiga anak itu ingin pergi ke sekolah. “Ayo teman-teman, cepat! nanti kita telat nih...” kata Mawar. “Tapi lihat dulu jembatannya, licin gak?” ucap Gagah. “Sudah, hati-hati saja!” jawab Melati. Lalu mereka sudah sampai di jembatan. Jembatan itu terbuat dari batang pohon yangkuat. | 95
“Licin! Sudah, hati-hati saja!”, ucap Mawar. Lalu mereka pun melewati jembatan itu dengan hati-hati. Dan akhirnya mereka sampai di sekolah. Sekolah itu terbuat dari kayu yang kuat dan memanggung. Sesampainya di kelas, mereka menunggu bapak guru bernama Pak Soetarto. Beberapa menit kemudian Pak Soetarto datang. “Selamat pagi Pak Soetarto”, ucap semua murid. Pak Soetarto memulai pelajarannya. “Anak-anak, hari ini Pak Soe akan bercerita tentang kendaraan, terutama kendaraan beroda dua dan beroda empat,” | 96
Ketiga anak itu belajar di sekolah dengan semangat walaupun bajunya basah kuyup. Hujan pun berhenti, matahari pun bersinar. Anak-anak sekolah sudah pulang. Di rumah Melati, “Ibu sedang apa?” ucap Melati. “Ibu ingin masak ikan tetapi tidak ada kayu,” jawab ibu. “Ya sudah Bu, aku akan mencari kayu itu,” kata Melati sambil membuka pintu lalu keluar rumah. Saat di luar, Melati melihat Gagah dan Mawar. “Gagah...! Mawar...! Yuk cari kayu!” kata Melati. | 97
“Yuk! Kebetulan kami sedang bosan,” ucap Gagah. Akhirnya mereka mencari kayu di hutan. Mereka sudah terbiasa pergi ke hutan. Saat mereka ada di hutan, mereka mendengar suara “Broom...! Broom...!” Suara itu sangat kencang. “Teman-teman, itu suara apa?” tanya Mawar sambil terkejut. “Hewan buas kali?” “Nggak, itu petir!” “Kan ini tidak mendung, gimana sih?” “Ya sudah, mending kita lihat!” Mereka pun melihat, dan ternyata mobil hitam terjebak karena terkena tanah yang basah. | 98
“Aaaaa...! Benda hitam besar?” mereka bingung. “Yuk kita dekati!” ucap Gagah. Saat mereka ingin mendekat, ada seorang bapak yang keluar dari mobil itu dan ia berkata, “Aduh, salah jalan, gimana ya...” Lalu ibunya yang duduk di belakang mobil itu keluar juga, “Gimana nih?” Dan satu anak laki-laki keluar juga, ”kenapa tidak ada sinyal?” Lalu Mawar, Melati, dan Gagah mendekati keluarga tersebut. “Permisi Pak, ini benda besar hitam ini apa ya?” tanya Gagah. | 99
“Hahaha... masa nggak tahu!” kata anak laki-laki itu. “Ini, kami dari kota, ingin ke rumah nenek. Kami ingin lewat jalan pintas, tetapi kami tersesat, mobil kami juga terjebak,” jawab bapak itu. “Baik Pak, kami akan menolong,” ucap Gagah. Lalu kami melihat seorang bapak tukang kayu yang selalu menebang pohon beserta seekor sapi miliknya yang sering digunakan untuk membantunya mengangkut hasil penebangan kayunya. “Pak! Kami minta tolong! Ada benda hit...” “Psssst...! mobil kali!” potong Mawar. | 100
“Maksudku, ada mobil yang terjebak Pak! Tolong bantu kami mendorong mobil itu,” kata Gagah. “Oke...” kata bapak penebang kayu. Lalu bapak penebang kayu menyambungkan tali sapi ke mobil yang terjebak. Setelah mereka berusaha keras mendorong dan menarik mobil, akhirnya mabil tersebut bisa terbebas dari jebakan tanah becek. “Terima kasih ya semuanya...” kata bapak pemilik mobil. “Tidak masalah,” kata Mawar. “Waah...” kata anak kota. “Yuk! Kita pulang Nak...” kata ibu. “Ibu! Lihat! Di bukit itu ada rumah yangterbuatdarikayu!” kata anakkota. | 101
“Wow...” kata ibu. “Dik, itu semua terbuat dari kayu ya?” tanya ibu. “Iya. Yuk, kalau ingin melihat lebih dekat!” kata Gagah. Mereka pun mengangguk dan mengikuti ketiga anak tersebut. “Wah... bagaimana... opps...! Mak- sudku siapa yang bikin?” tanya anak kota itu. “Oh itu yang buat ayahku,” jawab Mawar. “Kami bersama-sama membangun rumah-rumah ini!” kata Melati. | 102
“Waah, mereka giat ya, Bu!” kata anak kota. “Yuk! Ke dalam rumah kami,” kata Mawar. Di dalam rumah Mawar semua terbuat dari kayu. “Waah, mereka betah ya tanpa elektronik,” kata anak kota itu. Lalu anak kota itu menjelajahi Desa Seribu Kayu. Mereka sangat terpesona dengan keindahan itu. Saat matahari mulai terbenam, anak kota dan keluarganya pulang. “Bye! Dadah! Semoga berjumpa lagi!” kata anak kota itu bersamaan dengan melajunya mobil perlahan-lahan mening- galkan Desa Seribu Kayu. Mawar, Melati | 103
dan Gagah melambaikan tangan membalas ucapan perpisahan tersebut. “YA, AMPUN! KAYUNYA!” teriak Melati seketika seakan-akan baru mengingat sesuatu yang terlupa. “ADUH!,” teriakGagah panik. “Teman-te...” belum selesai Melati berkata, Mawar dan Gagah sudah berlari kabur meninggalkannya. “IIH! TEMAN-TEMAN...!” teriak Melati seraya mengejar teman-temannya yang kabur. Sementara itu di Kota... Anak kota itu sudah mulai masuk sekolah dan bertemu dengan teman- temannya di sekolah. Dengan semangat | 104
anak kota itu berbagi cerita tentang liburannya ke Desa Seribu Kayu. | 105
| 106
Main HP Karya : Janeeta Ghina Baskoro Pada pagi hari, Dita semangat sekali karena Dita ingin bertemu dengan guru- guru yang baik. Setelah sampai di sekolah, lima menit lagi bel sekolah berbunyi. Lalu Dita bertemu dengan teman dekatnya bernama Ghina dan kemudian bermain-main bersamanya. Keesokan harinya... “Hmmm... hari ini hari Sabtu. Apa yang ingin aku lakukan ya? AHA…! Aku vc (voice call) Ghina ah...,” seraya mengambil | 107
HP dan mengaktifkan vc untuk meng- hubungkannya dengan Ghina. “Ah… kok nggak bisa?” gumam Dita keheranan. “Oh iya, aku belum beli kuota,” gumam Dita menyadari di mana letak permasalahannya. “KRIIINGGG!” Bel sekolah berbunyi. “Hhhh... rasanya cepat sekali waktu berjalan. Sudah hari Senin lagi,” desah Dita. “Iya nih, rasanya cepat sekali hari Senin,” kata Ghina. “Anak-anak ayo kita belajar,” kata Bu Guru Riska. “Haduuh, belajar Matematika lagi. Oh iya, aku sudah mengerjakan PR dong, | 108
kalau kamu sudah mengerjakan PR atau belum?” tanya Ghina pada Dhita. “Kamu sudah mengerjakan PR? Boong kamu...” kata Dhita tidak percaya. “Aku belum...” lanjut Dhita lesu. “Memangnya kamu ngapain aja hari Minggu kemarin?” tanya Ghina. “Hmm... hari Minggu kemarin aku ngapain aja ya...?” kata Dita seraya berpikir mencoba mengingat kembali. Tring! Tiba-tiba teringat oleh Dita, “Oh iya, aku ingat, hari Minggu aku mandi, sarapan, bermain, sampai jam 10.00 WIB, kemudian tidur siang sampai jam 15.00 WIB, kemuidan main game sampai jam 18.00 WIB, | 109
lalu mandi, makan, main HP, lalu malamnya aku tidur sampai pagi,” cerita Dita. “Hhhh... pantas, kebanyakan tidur dan main HP, aku beri saran ya. Jangan main HP terus ya, nanti mata kamu rusak,” kata Ghina mengingatkan Dita. Beberapa bulan kemudian... “Dita! Kamu kok pakai kacamata? Oh, pasti kamu main HP setiap hari ya?” tanya Ghina. “Iya, kok kamu tahu?” tanya Dita. “Saran aku lagi ya, jangan main HP lama- lama,” kata Ghina sambil tersenyum. | 110
Kucing dan Kambing Karya : Karissa Putri Nareswari Pada suatu hari seekor kucing mencari makan. Lalu dia bertemu dengan seekor kambing yang mencari makan. Si kuicng pun mendekati si kambing. “Hai kambing, kamu sedang mencari makan ya?” tanya kucing. “Iya,” jawab kambing. Lalu tanpa sengaja, mereka bertemu dengan orang yang memberi mereka makan. “Terima kasih ya Allah,” kata kambing dan kucing. | 111
Mereka pun asyik makan dengan lahap. Kambing makan rumput dan kucing makan ayam pemberian orang tersebut. | 112
Indonesiaku Karya : Muhammad Tama Nurrysio Aku lahir di Indonesia. Aku masih ingat, saat aku kecil, Indonesia masih sejuk dan pemandangannya indah. Pada waktu itu elektronik belum berkembang dan alat transportasi belum banyak yang meng- gunakan. Pada saat itu Indonesia belum begitu maju, jalanan tidak terlalu macet, tidak banyak sampah, dan tidak banyak pembunuhan alias damai. Dan setelah beberapa tahun, Indonesia berbeda sekali, semakin buruk, banyak sampah, banyak pembunuhan, | 113
banyak polusi dan macet. Indonesia pada masa itu menurun. Masyarakat pada masa itu tidak nyaman dan Presiden kebingu- ngan. Indonesia kebingungan dan tidak bisa apa-apa. Presiden ingin membantu, tapi itu semua sia-sia. Orang asing yang ber- pariwisata menurun. Kejadian ini terjadi selama dua setengah tahun. Setelah itu, sekarang Indonesia mulai berkembang drastis, semua itu sudah berkurang sedikit demi sedikit. Elektronik sekarang semakin maju. Orang asing yang berpariwisata juga meningkat drastis. Sekarang sudah ada Mass Rapid Transit (Moda Raya Terpadu) yang disingkat menjadi MRT. Dan jika ada masalah, Indonesia bisa memperbaiki kelasahan | 114
tersebut dengan cepat. Kini Indonesia semakin maju dan anak-anak Indonesia dapat menciptakan inovasi-inovasi yang tidak kalah dengan negara yang maju lainnya. Presiden juga bisa banyak membantu masyarakat. Aku senang sekali pada Indonesia. aku cinta Indonesia. Indonesia dapat memperbaiki kesalahannya. Pemandangan negara Indonesia sangatlah indah. Aku bangga menjadi anak Indonesia. Aku cinta Indonesiaku. | 115
| 116
Gita dan Sheila Karya : Naila Adinda Calista Gita dan Sheila adalah teman dekat. Mereka selalu berdua. Pada suatu hari ada murid baru yang bernama Chika. Semua murid di sekolah sangat senang, kecuali Gita. “Mengapa Gita tidak senang?” tanya teman-temannya. Lalu Sheila menjawab, “Apa kamu takut kalau aku tidak menemanimu lagi?” “Benar,” kata Gita memasang wajah murung. | 117
“Aku tidak akan menjauhimu Gita,” kata Sheila. “Apakah benar?” tanya Gita ragu. “Benar!” jawab Sheila percaya diri. Lima hari kemudian Gita merasa kalau Sheila mulai berbeda. Sheila ber- perilaku sangat beda. Dia mulai menjauhi Gita, dan Sheila hanya bermain bersama Chika. Gita percaya kalau Sheila ber- perilaku seperti itu hanya sehari, dan besok Sheila akan berperilaku normal. Ternyata esok harinya Sheila tetap berperilaku berbeda. Gita mulai sedih dan kesal dengan Chika. Setiap Gita memanggil Sheila. Sheila tidak menjawab ataupun | 118
tersenyum. Gita mulai mencari cara supaya Sheila ingin bermain bersama Gita lagi. Keesokan harinya Gita membawa makanan kesukaan Sheila, yaitu ice cream. Gita juga menempelkan surat dibungkus ice cream-nya. Isi suratnya adalah permintaan maaf dan permohonan supaya Sheila ingin bermain lagi bersama Gita. Gita berencana memberikan ice cream itu ke Sheila saat istirahat. Waktu istirahat tiba, Gita memberikan ice cream itu ke Sheila. Setelah membaca suratnya Sheila menyesal dan akhirnya mereka bertiga baikan dan menjadi sahabat. | 119
| 120
Liburan Keluarga Karya : Raden Roro Pavita Vallya Wijanarko Pada suatu hari keluarga Keysha merencanakan liburan keluarga. Mereka memutuskan untuk liuran ke Ancol dan menginap di Ancol yang sedang ada acara marathon bertema Barbie. Kemudian Keysha menyauti ayahnya, ”jika aku tidak menang gimana?” kemudian ayahnya menyauti. “Tenang di acara marathon ini kalua tidak menang tetap akan mendapat medali Barbie.” “Oke,” sahut Keysha. Mereka akan pergi pada tanggal 1 November. | 121
Pada sore harinya, ibu menyunruh Keysha dan adeknya untuk mengemas barang barang atau packing. Kemudian Keysha akhirnya packing sendiri dan adeknya dibantu ibu. Akhirnya Keysha dan adiknya disuruh tidur. Dan akhirnya, mereka tertidur. Sebelum tidur mereka dibacakan dongeng dan berdoa sebelum tidur. Keesokan harinya, mereka langsung pergi. Keysha menyaut, ”Yeayy!! Akhirnya kita bisa liburan!” Di perjalanan Keysha dan adeknya tertidur Karena perjalanannya sangat jauh. Akhirnya mereka dibangunkan oleh ibu karena sudah sampai di lokasi. Mereka bermai di Dufan sebelum check in. | 122
Akhirnya mereka check in di hotel. Mereka beristirahat supaya mereka tidak cepat kelelahan saat lari. Dan akhirnya mereka lari. Mereka menggunakan seragam Baerbierun-nya. Dan mereka akhirnya selesai. Malamnya mereka tertidur, karena sangat kelelahan. Tetapi Keysha hanya menonton TV. Dan akhirnya Keysha tertidur dan bangu kesiangan. Paginya Keysha berenang. Sang ayah dan adek juga ikut berenang. Ibu hanya menunggu di kursi sambil melihat Keysha, adek, dan ayah berenang. Kemudian mereka mandi dan akhirnya sarapan. Setelah makan, mereka bermain di taman. | 123
Dan akhirnya mereka check out, mereka sedih karena liburan telah berakhir. Mereka tidak bisa melupakan liburan ini. Dan akhirnya mereka sekolah kembali. Keysha menceritakan pengalaman selama liburan itu kepada teman-teman dan gurunya. | 124
Nenek dan Robot Karya : Tengku Iskandarsyah Suatu hari hidup seorang nenek. Nenek itu mendapat sebuah paket. Ketika nenek itu membukanya, dia sangat kaget. Isinya adalah sebuah robot yang memakai baterai. Nenek itu cepat-cepat membeli baterai untuk robot yang dia dapat. Tiga menit berlalu, nenek itu sudah sampai rumahnya. Nenek itu memasang baterai di robot tersebut, dan robot itu pun bergerak. Ketika nenek itu duduk di sofa, robot itu mengambilkannya minum, nenek itu tersenyum senang. “Robot ini sangat baik,” kata nenek itu. | 125
Dua bulan berlalu, nenek itu sudah menganggap robot itu seperti anaknya sendiri. Robot itu membersihkan halaman rumah. Nenek itu merasa senang karena robot itu. Tiga bulan berlalu, robot itu sudah mulai lemah, nenek itu khawatir dan pergi ke Amerika Serikat dan hidup bahagia di sana. Robot itu sedih karena ditinggal sendirian, namun robot itu tetap saja melakukan pekerjaannya seperti biasa. Suatu hari nenek itu berkunjung ke Museum Robot. Dia jalan-jalan di dalam museum tersebut dan menemukan robot yang sama dengan robot yang ada di rumahnya. Nenek itu pun teringat akan | 126
robotnya dan memutuskan untuk pulang kembali kerumahnya. Dua hari kemudian, nenek itu sudah sampai di rumah. Saat nenek itu membuka pintu dia menemukan robot itu sudah tergeletak di lantai, nenek terkejut dan sedih sekali sampai dia pingsan. Tiga menit kemudian nenek itu pun menghembuskan nafas terakhirnya, dia meninggal. | 127
| 128
Misteri Hilangnya Ibu Karya : Yoriza Davina Maharani Pada suatu hari, ada anak bernama Marry. Dia baru pulang dari fieldtrip sekolah. Pada saat itu jam tujuh malam. Ibunya berkata bahwa ibu akan menjemput Marry sehabis fieldtrip di sekolah. Ternyata yang menjempult Marry adalah Ayah Marry. Ia bertanya kepada ayahnya, “Yah, Ibu kemana?” ”Ibu ke pasar, Nak,” jawabnya. ”Kok, ke pasar sampai malam begini?” tanya Marry kembali. | 129
”Kan ibu ke pasar malam, Nak.” jawab ayahnya lagi. Keesokan harinya sepulang sekolah, itu adalah hari ulang tahun Marry, 6 Oktober 2017. Marry melihat terdapat box berwarna cokelat bertuliskan “Kado Ultah untuk Marry dari Ayah”. Marry langsung membukanya. Di dalamnya terdapat buku berwarna biru tua bertuliskan “Lily”, nama ibunya. Marry langsung membacanya. Di akhir buku tersebut ada tuisan ”Pada hari itu aku harus pergi ke suatu goa atau jika tidak anakku akan dihantui” dan tercantum tanggal 5 Oktober 2017’ itu adalah hari di mana hilangnya ibu. Setelah satu bulan ibu menghilang, Marry diasuh oleh nenek dan ayahnya. | 130
Karena merasa kesepian, Marry selalu datang ke kamar sang ibu untuk mencari tahu, mengapa ibunya menghilang? Karena tidak menemukan apa pun, Marry memberanikan diri untuk bertanya lagi kepada sang ayah di saat ayahnya pulang dari kantor. Jam tujuh malam, ayahnya pulang. Marry langsung bertanya, ”Ke mana ibu?” ”Ayah benar-benar tidak tahu Nak.” ”Lalu mengapa ayah memberiku buku ibu?” Marry kembali bertanya. “Karena ayah pikir itu dapat mem- bantumu Nak,” jawab ayahnya lagi. Setelah satu tahun berlalu hari ini adalah ulang tahun Marry yang ke-13. Marry | 131
mendapat Kado pulpen dari neneknya. Di pulpen itu terdapat tulisan ‘Lily-025’, Marry langsung ke rumah 025 di kompleksnya. Marry teringat bahwa itu adalah rumah teman ibunya yang bernama Sally. Sesampainya di rumah itu, Marry men- ceritakan kepada Sally tentang ibunya. Sally langsung memberi Marry sebuah botol minum aneh yang berlumuran darah. Marry meneliti botol minum tersebut dan menemukan tulisan “Goa Mist” ditutupnya. Marry langsung pergi ke Goa Mist untuk mencari klu. Sesampainya disana, Marry mendapati bahwa ibunya sudah meninggal. Marry pun langsung pulang sembari menangis tersedu-sedu. | 132
| 133
| 134
| 135
Jadi leader saat pramuka Memulai pelajaran dengan berdoa Walau pulang dengan sepeda lama Tetap semangat menggapai cita-cita ❖ Menulis Halus ❖ Puisi ❖ Pantun ❖ Cerita Bergambar ❖ Cerpen | 136 SD Avicenna Cinere Jl. Flamboyan Blok F Cinere, Depok 16514 Telp. (021) 7546953, 7547516 – Faks. (021) 7537981 http//:www.sekolah-avicenna.sch.id
Search
Read the Text Version
- 1
- 2
- 3
- 4
- 5
- 6
- 7
- 8
- 9
- 10
- 11
- 12
- 13
- 14
- 15
- 16
- 17
- 18
- 19
- 20
- 21
- 22
- 23
- 24
- 25
- 26
- 27
- 28
- 29
- 30
- 31
- 32
- 33
- 34
- 35
- 36
- 37
- 38
- 39
- 40
- 41
- 42
- 43
- 44
- 45
- 46
- 47
- 48
- 49
- 50
- 51
- 52
- 53
- 54
- 55
- 56
- 57
- 58
- 59
- 60
- 61
- 62
- 63
- 64
- 65
- 66
- 67
- 68
- 69
- 70
- 71
- 72
- 73
- 74
- 75
- 76
- 77
- 78
- 79
- 80
- 81
- 82
- 83
- 84
- 85
- 86
- 87
- 88
- 89
- 90
- 91
- 92
- 93
- 94
- 95
- 96
- 97
- 98
- 99
- 100
- 101
- 102
- 103
- 104
- 105
- 106
- 107
- 108
- 109
- 110
- 111
- 112
- 113
- 114
- 115
- 116
- 117
- 118
- 119
- 120
- 121
- 122
- 123
- 124
- 125
- 126
- 127
- 128
- 129
- 130
- 131
- 132
- 133
- 134
- 135
- 136
- 137
- 138
- 139
- 140
- 141
- 142
- 143
- 144
- 145
- 146