Important Announcement
PubHTML5 Scheduled Server Maintenance on (GMT) Sunday, June 26th, 2:00 am - 8:00 am.
PubHTML5 site will be inoperative during the times indicated!

Home Explore Kumpulan Makalah Pengembangan Sistem Instruksional

Kumpulan Makalah Pengembangan Sistem Instruksional

Published by Hamdan Fauzi, 2021-01-16 14:35:42

Description: Kumpulan Makalah Pengembangan Sistem Instruksional

Search

Read the Text Version

REFERENSI http://download.garuda.ristekdikti.go.id/article.php?article=1233592&val=12640&tit le=INDENTIFIKASI%20PERILAKU%20DAN%20KARAKTERISTIK%20AWAL %20SISWA%20DALAM%20PROSES%20BELAJAR%20MENGAJAR%20PADA %20SEKOLAH%20DASAR%20FULL%20DAY%20SCHOOL Uno, Hamzah B., Desain Pembelajaran; Referensi Penting Untuk Guru, Dosen, Mahasiswa, Tutor Kursus, dan Trainer Pelatihan, Bandung: MQS Publishing, 2010. ___, Perencanaan Pembelajaran, cet. 5, (Jakarta: Bumi Aksara, 2009

MENULIS TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS (OBJECTIVES) Makalah Diajukan untuk Memenuhi Tugas Kelompok pada Mata Kuliah Pengembangan Sistem Instruksional Dosen Pengampu : Prof. Dr. Armai Arief, MA Kelompok 8 Disusun Oleh : Nur Hikmah (2019860012) Huuriyah (2019860022) Program Studi Magister Teknologi Pendidikan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Jakarta 2020

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Merumuskan tujuan instruksional dengan jelas, umumnya dianggap sebagai salah satu langkah pertama yang sangat penting dalam proses perencanaan kurikulum dan pelajaran yang sistematik. Menurut Sudjarwo (1984:36) Ada tiga fungsi dasar tujuan instruksional. Fungsi yang pertama dapat dipakai untuk membantu mendefinisikan arah instruksional secara umum dan sebagai dan sebagai petunjuk tentang materi pelajaran yang perlu dicakup. Kedua, memberikan pengarahan tentang metode/ mengajar yang sebaiknya diterapkan. Ketiga, membantu dan mempermudah pengukuran hasil belajar yang dituangkan dalam prosedur perencanaan dan penilaian. Menurut Sodjarwo (1984:38) Tujuan instruksional biasanya dibedakan menjadi dua, yakni maksud atau disebut juga Tujuan Instruksional Umum dan Tujuan Instruksional Khusus. Tujuan Instruksional Umun (TIU) yang istilah lainnya adalah “goal” atau “terminal objective” ruang lingkupnya luas dan merupakan pernyataan tentang perilaku akhir yang dapat dicapai oleh siswa setelah ia menyelesaikan satu unit pelajaran atau sub pokok bahasan. Jadi luas jangakauannya tergantung pada ruang lingkup kegiatan yang dilakukan. Tujuan Instruksional (TIK) yang istilah lainnya adalah sempit dibanding TIU dan merupakan hasil penjabaran dari TIU dalam bentuk perilaku spesifik.dengan kata lain dapat disebutkan bahwa TIK adalah kumpulan dari pernyataan yang lebih sempit dan terinci dibandingkan TIU yang biasanya dinyatakan dengan kata kerja yang operasional, sehingga memudahkan pengajar dalam mengukur hasil belajar. Dalam proses pembuatan TIK rincian pernyataannya didasarkan pada TIU. Tujuan Instruksional Khusus merupakan lanjutan dari tahap-tahap pengembangan instruksional yang diawali dari mengidentifikasi kebutuhan instruksional dan menulis Tujuan Instruksional Umum (TIU),selanjutnya melakukan analisis instruksional dan mengidentifikasi perilaku karakteristik awal siswa lalu setelah itu merumuskan Tujuan Instruksional Khusus. Berdasarkan paparan diatas dapat kita ketahui bahwa Tujuan Instruksional Khusus merupakan salah satu komponen pembelajaran yang sangat penting bagi jalanya proses kegiatan belajar mengajar, maka dalam makalah ini akan dibahas bagaimana perumusan Tujuan Instruksional Khusus. B. Rumusan Masalah 1. Apakah pengertian dari tujuan instruksional khusus? 2. Apa saja syarat-syarat dalam merumuskan tujuan instruksional khusus? 3. Apa saja komponen dalam merumuskan tujuan instruksional khusus? C. Tujuan 1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan tujuan instruksional khusus. 2. Untuk mengetahui perbedaan TIU dan TIK 3. Untuk mengetahui apa saja syarat-syarat dari tujuan instruksional khusus.

BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian Tujuan Instruksional Khusus (TIK) Menurut Atwi Suparman (2014:212) Tujuan Instruksional Khusus (TIK) merupakan terjemahan dari specific instructional objective. Literatur asing menyebutkannya pula sebagai objective, atau enabling objective, untuk membedakannya dengan general instructional objective, goal, atau terminal objective. Yang berarti tujuan instruksional umum (TIU) atau tujuan instruksional akhir. Dalam program applied approach (AA) yang telah digunakan di perguruan tinggi seluruh Indonesia TIK disebut sasaran belajar (sasbel) (Suparman, 2014:212). Sasbel menurut Soekartawi, Suhardjono dkk (1995: 41) adalah pernyataan tujuan instruksional yang sudah sangat rinci. sasaran belajar harus dituliskan dari segi kemampuan peserta didik. Artinya mengungkapkan perubahan apa yang diharapkan terjadi pada diri mahasiswa setelah mengikuti pengajaran pada satu pokok bahasan tertentu. Dick dan Carey (2000) (dalam Suparman, 2014:213) telah mengulas bagaimana Robert Mager mempengaruhi dunia pendidikan khususnya di Amerika untuk merumuskan TIK dengan sebuah kalimat yang jelas dan pasti serta dapat diukur. Perumusan tersebut berarti TIK diungkapkan secara tertulis dan diinformasikan kepada siswa atau mahasiswa dan pengajar mempunyai pengertian yang sama tentang apa yang tercantum dalam TIK. Perumusan TIK harus dilakukan secara pasti artinya pengertian yang tercantum di dalamnya hanya mengandung satu pengertian dan tidak dapat ditafsirkan kepada bentuk lain. Untuk itu TIK harus dirumuskan ke dalam kata kerja yang dapat dilihat oleh mata (Suparman, 2014:213). Menurut Soedjarwo (1995: 81) Penulisan sasaran belajar sedikitnya menyatakan tentang: a). Isi materi dan bahasan b). Tingkat penampilan yang diharapkan c). Prasyarat pengungkapan hasil kerja. Tentunya secara ideal diharapkan peserta didik mendapatkan perubahan secara menyeluruh, baik dalam pengetahuan (kognitif), sikap (afektif), maupun keterampilan (motorik). Tujuan instruksional dapat menjadi arah proses pengembangan instruksional karena di dalamnya tercantum rumusan pengetahuan, keterampilan dan sikap yang akan dicapai mahasiswa pada akhir proses instruksional. Keberhasilan siswa dalam mencapai tujuan tersebut merupakan ukuran keberhasilan sistem instruksional yang digunakan oleh pengajar. Berdasarkan apa yang telah dikemukakan diatas maka dapat disimpulkan bahwa Tujuan Instruksional Khusus merupakan suatu rumusan yang menjelaskan apa yang ingin dicapai, atau menjelaskan perubahan yang terjadi sebagai akibat dari apa yang dipelajari oleh siswa. 1. Tujuan Intruksional Umum (TIU) yaitu: Tujuan instruksional umum (TIU) adalah tujuan pengajaran yang perubahan prilaku siswa yang belajar masih merupakan perubahan internal yang belum dapat dilihat dan diukur 2. Tujuan instruksional khusus (TIK) adalah tujuan pengajaran dimana perubahan prilaku telah dapat dilihat dan diukur. Kata kerja yang menggambarkan perubahan

prilaku telah spesifik sehingga memungkinkan dilakukan pengukuran tanpa menimbulkan lagi berbagai perberdaan penafsiran PERBEDAAN TIU DAN TIK Perbedaan TIU TIK Perubahan Perilaku Masih brsifat internal Kata kerja yang diapakai belum dapat diukur perubahan prilaku telah Masih bersifat umum Penafsiran pada manusia dapat dilihat dan diukur contoh Bersifat khusus menggambarkan perubahan prilaku telah spesifik berbeda Tidak ada lagi perbedaan penafsiran Siswa akan siswa akan membuktikan menunjukkan sikap penghargaannya positif terhadap terhadapa seni tari kebudayaan nasional nasional dengan ikut membawakan suatu tarian dalam perpisahan kelas”. - TIK menurut beberapa tokoh: 1. Robert F. Magner (1962) Tujuan instruksional sebagai tujuan perilaku yang hendak dicapai atau yang dapat dikerjakan oleh siswa sesuai kompetensi. 2. Eduard L. Dejnozka dan David E. Kavel (1981) yang mendefinisikan tujuan instruksional adalah suatu pernyataan spefisik yang dinyatakan dalam bentuk perilaku yang diwujudkan dalam bentuk tulisan yang menggambarkan hasil belajar yang diharapkan 3. Fred Percival dan Henry Ellington (1984) yang mendefinisikan tujuan instruksional adalah suatu pernyataan yang jelas menunjukkan penampilan / keterampilan yang diharapkan sebagai hasil dari proses belajar. - MANFAAT TIK: 1. Kita dapat menentukan tujuan proses belajar mengajar 2. Menentukan persyaratan awal instruksional 3. Merancang strategi instruksional 4. Memilih media pembelajaran 5. Menyusun instrumen tes sebagai evaluasi belajar 6. Melakukan tindakan perbaikan pembelajaran.

PENTINGNYA MEMBUAT TUJUAN INSTRUKSIONAL 1. Guru mempunyai arah untuk: – Memilih bahan pelajaran, – Memilih prosedur (metode) mengajar. 2. Siswa mengetahui arah belajanya. 3. Setiap guru mengetahui batas-batas tugas dan wewenangnya mengajarkan suatu bahan sehingga diperkecil kemungkinan timbulnya celah (gap) atau saling menutup (overlap) antara guru 4. Guru mempunyai patokan dalam mengadakan penilaian kemajuan belajar siswa. 5. Guru sebagai pelaksana dan petugas-petugas pemegang keijaksanaan (decision maker) mempunyai kriteria untuk mengevaluasi kualitas maupun efisiensi pengajaran. BAGAIMANA MEMBUAT TIK YANG BENAR? RUMUS: TIK= ABCD? A (audience) adalah siswa yang belajar, B (behavior) adalah perubahan prilaku yang di inginkan terjadi, C (condition) adalah kondisi yang menimbulkan perubahan prilaku yang diinginkan, D (degree) adalah derajad ketercapaian perubahan yang diinginkan. LANGKAH-LANGKAH MEMBUAT TIK a. Membuat sejumlah TIU (tujuan instruksional umum) untuk setiap mata pelajaran/bidang studi yang akan diajarkan Di dalam kurikulum tahun 1975 maupun 1984, TIU ini sudah tercantum dalam buku Garis-Garis Besar Program Pengajaran. Dalam KTSP 2013 disebut KI dan KD. Sekolah/guru harus menjabarkan KD tersebut. Dalam merumuskan TIU digunakan kata kerja yang sifatnya masih umum dan tidak dapat diukur karena perubahan tingkah laku masih terjadi di dalam diri manusia (intern). b. Dari masing-masing TIU dijabarkan menjadi TIK yang rumusannya jelas, khusus, dapat diamati, terukur dan menunjukan perubahan tingkah laku. CONTOH TIK: 1. TIU: Mahasiswa mengerti cara mencari validitas suatu soal. TIK: Dengan diberikan beberapa jenis tes ujii validitas mahasiswa dapat menjelaskan beberapa bentuk uji instrument dengan benar. 1. TIU: Siswa memahami jenis-jenis sholat sunah TIK: Setelah membaca buku di perpustakaan (C) siswa (A) dapat menyebutkan macam-macam sholat sunah (B) minimal enam jenis (D) dengan benar. 2.

CONTOH RUMUSAN KATA KERJA DALAM TIU - Memahami teori evolusi - Mengetahui peredaan antara skor dan nilai. - Mengerti cara mencari validita - Menghayati perlunya penilaian yang tepat. - Menyadari pentingnya mengikuti kuliah dengan teratur. - Menghargai kejujuran mahasiswa dalam mengerjakan tes. CONTOH RUMUSAN KATA KERJA DALAM TIK dalam GTK KEMENDIKBUDDaftar Kata Kerja Opersional (KKO) dalam GTK Kemendikbud meliputi 3 ranah yaitu: 1. Ranah Afektif KKO Ranah Afektif dalam kurikulum 2013 menurut GTK Kemendikbud adalah menggunakan Teori Krathwohl yaitu sebagai berikut: 2. Ranah Kognitif KKO ranah Kognitif dala Kurikulum 2013 menurut GTK Kemendikbud menggunkan teori Bloom Revisi (Bloom – Anderson) adalah sebagai berikut:

C. Ranah Psikomotorik KKO ranah Psikomotorik dalam Kurikulum 2013 menurut GTK Kemendikbud menggunkan teori Simpson adalah sebagai berikut:

DAFTAR PUSTAKA Fauziyah, Syiffa. 2013. Merumuskan Tujuan Instruksional Khusus. Online, (http://syiffa93yuhu.blogspot.co.id/2013/09/merumuskan-tujuan-instruksional- khusus.html), di akses tanggal 29 September 2017. Suparman, Atwi. 2014. Desain Instruksional Modern : Panduan Para Pengajar dan Inovator Pendidikan (Edisi Keempat). Jakarta : Erlangga. Paliama, Andrew Fernando. 2008. Merumuskan Tujuan Instruksional. Online, (http://amboness.blogspot.co.id/2008/05/merumuskan-tujuan-instruksional- khusus.html), di akses tanggal 29 September 2017.

Pengembangan Bahan – Bahan Instruksional Desain di Abad 21 Dosen Pengampu : Prof. Dr. H. Armai Arief . MA. Disusun oleh: Yuniartha R Kurniawan (2019860011) Adynda Rosamanda Aisya ( 2019860014 ) PROGRAM MAGISTER TEKNOLOGI PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA 2019

BAHAN INSTRUKSIONAL Pendahuluan Dalam pembahasan mengenai desain pembelajaran maka kita akan bersinggungan banyak hal, terutama dalam menyiapkan desain yang tepat bagi peserta didik. Instruktional Desain atau yang lebih sering disebut dengan desain pembelajaran adalah sebuahteknologi untuk pengembangan pembelajaran yang melewati proses yang cukup panjang, sistematis dan adanya evaluasi dalam tercapainya sebuah gol atau tujuan pembelajaran, menurut Merrill, dalam Reclaiming instructional design (1996). Adapaun definisi lain dari teori Desain pembelajaran menurut Siemens adalah teori yang memberikan bantuan secara terbuka dalam membantu peserta didik dalam mengembangkan dan memahami tujuan pembelajaran (siemens, 2002). Ketika kita akan mengembangkan sebuah model atau desain pembelajaran maka kita harus mempersiapkan secara matang bahan atau material apa saja yang akan disiapkan. Pengertian Bahan Instrusional Salah satunya pembahasan dalam sebuah Instuksioanl Design adalah bahan instruksional. Pengertian bahan instruksional menurut Arsyad (2005) dalam Sihotang (2014), dikatakan bahwa bahan ajar atau instruksional adalah pengetahuan, keterampilan dan sikap yang harus diajarkan oleh guru dan dipelajari oleh siswa. Bahan ajar tersebut berisi materi pelajaran yang harus dikuasai oleh guru dan disampaikan kepada siswa. Masih menurut Sedangkan menurut Sanjaya (2008), menjelaskan bahwa bahan instruksional atau materi pembelajaran (instructional materials) adalah pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang harus dipelajari siswa dalam rangka mencapai standar kompetensi yang telah ditentukan. Adapaun jenis-jenis materi pembelajaran terdiri dari pengetahuan (fakta, konsep, prinsip, prosedur), keterampilan, dan sikap atau nilai. Sebelum kita membahas tentang material – material yang akan kita gunakan dalam membuat desain Instrusional, maka setidaknya ada empat komponen Desain Pembelajaran seperti: 1. Learning task ( target/ tujuan pembelajaran). 2. Supportive information ( sumber / bahan ). 3. Procedural information ( langkah – langkah dalam membuat desain ). 4. Part – task practice ( cara mengerjakan tugas yang diberikan ).

Masih menurut Sanjaya (2008), bahwa bahan instruksional merupakan salah satu bagian dari sumber belajar yang dapat diartikan sesuatu yang mengandung pesan pembelajaran, baik yang diniatkan secara khusus maupun bersifat umum yang dapat dimanfaatkan untuk kepentingan pembelajaran. Karwono (2018:159) yang di ambil dari AECT (AECT 1977), menjelaskan menerangkan bahwa Sumebr belajar adalah segala sesuatu dan dengan mana seseorang mempelajari sesuatu. Sumber belajar meliputi: pesan, orang, bahan, alat, Teknik dan latar. Untuk bahan belajar mempunyai pengertian adalah barang barang (lazim disebut media atau perangkat lunak/software) yang biasanya berisi berbagai pesan untuk disampaikan dengan menggunakan peralatan. Terkadang bahanitu sendiri sudah merupakan bentuk penyajian. Contohnya adalah buku teks, majalah, video, tape recorder, pembelajaran terprogram, film. Dengan kata lain bahan instruksioanl adalah segala bentuk bahan yang digunakan untuk membantu guru/instruktur dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran di kelas. Bahan yang dimaksud bisa berupa bahan tertulis maupun bahan tidak tertulis. Menurut Hajanto, dalam Sihotang (2014), bahan ajar mempunyai struktur dan urutan yang sistematis, menjelaskan tujuan instruksional yang akan dicapai, memotivasi peserta didik untuk belajar, mengantisipasi kesukaran belajar peserta didik sehingga menyediakan bimbingan bagi peserta didik untuk mempelajari bahan tersebut, memberikan latihan yang banyak, menyediakan rangkuman, dan secara umum berorientasi pada peserta didik secara individual (learner oriented). Biasanya, bahan ajar bersifat mandiri, artinya dapat dipelajari oleh peserta didik secara mandiri karena sistematis dan lengkap. Pemanfaatan Sumber Belajar Seperti dikatakan diatas bahwa bahan belajar bagaian dari sumber belajar, maka bahan belajar setidaknya mempengaruhi kompetensi guru sebagai salah satu sumber belajar. Karwono (karwono, 2018:158) yang di sadur dari Dijten Dikti, menjelaskan kemampuan guru yang bethubungan dengan pemanfaatan sumber belajar adalah: pertama, menggnakan sumber belajar dalm kegiatan sehari hari. kedua, mengenalkan dan menyajikan sumber belajar, ketiga, menerangkan peranan berbagai sumber belajar dalam pembelajaran, keempat, menyususn tugas tugas pengunaaan sumber belajar dalam bentuk tingkah laku, kelima, mencari sendiri bahan dari berbagai sumber,

keenam memilih bahan sesuai dengan prinsip dan teori belajar, ketujuh, menilai kekefektifan penggunaan sumber belajar sebagai bagian dari kegiatan pembelajarannya, kedelapan, merencanakan kegiatan penggunaaan sumber belajar secara efektif. Sedangkan menurut Hanafi, masih dalam Karwono (2018: 158), sumber belajar mempunyai fungsi sebgaai berikut: 1. Meningkatkan produktivitas Pendidikan, yaitu dengan jalan : a. Mempercepat laju belajar dan membantu guru untuk menggunakan waktu secara lebih baik. b. Mengurangi beban guru dalam menyajikan informasi, sehingga dapat lebih banyak membina dan mengembangkan gairah peseerta didik 2. Memberikan kemungkinan Pendidikan yang bersifat individual dengan jalan : a. Mengurangi control guru yang kaku dan tradisional b. Memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk belajar sesuai dengan kemapuannya. 3. Memberikan dasar yang lebih ilmiah terhadap pembelajaran dengan jalan: a. Perencanaan program pembelajaran yang lebih sistematis b. Pengembangan bahan pelajarannyang dilandasi penelitian 4. Lebih memantapkan pembelajaran dengan jalan: a. Meningkatkan kemapuan manusia dalam pengguanaan berbagai media komunikasi b. Penyajian data dan informasi secara lebih konkret. 5. Memungkinkan belajar secara seketika, karena: a. Mengurangi jurang pemisah anatar pelajaran yang bersifat verbal dan abstrak dengan realitas yang sifatnya konkret. b. Memberikan pengetahuan yang berfiat lanngsung. 6. Memunginkan penyajian yang bersifat luas: a. Pemanfaatan secara Bersama lebih luas tenaga atau kejadian yang langka. b. Penyajian informasi yang mampu menembus geografis. Keanekaragaan sumber belajar disekitar kehidupan peserta didik, baik yang didesain maupun non desain yang belum dimanfaatkan secara optimal dalm pembelajaran. Di era 80an guru

cenderung memanfaatkan buku teks dan guru sebagai sumber belajar utama, dan dari sekian banyaknya sumber belajar hanya buku teks yang banyak di mafaatkan (Karwono, 2018: 159). Sebagai pemanfaatan sumber belajar, guru di tuntut memiliki kemampuan khusus yang behubungan dengan pemanfaatan sumber belajar, yang menurut Dirjen Dikti yang di kutip oleh Sukarwo (2018:160) dikatakan bahwa guru haris mampu : 1. Menggunakan sumber belajar dalam keagiatan pembelajaran sehari hari. 2. Mengenalkan dan menyajikan sumber belajar. 3. Menerangkan peranan berbagai sumber belajar dalam pembelajaran. 4. Menyusun tugas tugas penggunaaan sumber belajar dalam bentuk tingkah laku. 5. Mencari sendiri bahan dari berbagai sumber 6. Memilih bahan sesuai dnegan prinsip dan teori belajar 7. Menilai keefektifan penggunaaan sumber belajar sebagai bagian dari kegiatan pembelajarannya. 8. Merencanakan kegiatan pengunaan sumber belajar secar efektif. Masih menurut Sukawo (2018:160), selain hal diatas, guru juga perlu memiliki kemapuan: a. Mengetahui proses komunikasi dalam proses belajar, yang bahannya diperoleh dari teori komunikasi dan psikologi pendidikan. b. Mengetahui sifat masing masing sumber belajar, baik secara fisik maupun sifat sifat yang di timbulkan oleh factor lain yang mempengaruhi sumber belajar tersebut. c. Memperolehnya, yaitu tahu benar di mana lokasi suat sumber dan bagaiaman cara memberikan pelayanannya. Tujuan dari hal tesebut diatas tidak lain sebagai penyadaran akan pentingnya kemanpuan kemapuan khusus yang harus dkembangkan jika di inginkan proses belajar mencapai saasran yang optimal. Bentuk kegiatan Instruksional dan Bahan Instuksioanlnya Suparman (Suparman, 2012: 283) membagi tiga bentuk pendekatan kegiatan instruksional, antara lain : 1. Sistem Pembelajaran Mandiri Pada sistem ini kegiatan instruksional, adalah kegiatan pengajar bertindak sebagai fasilator, sedanag siswa atau peserta didik belajar mandiri dnegan menggunakan bahan instruksional yang di desain khusus. Bentuk ini biasa disebut dengan sistem pembelajaran mandiri (independent instruction). Pada pembelajaran mandiri ini, bahan pembelajaran

yang digunakan siswa tersebut di pelajari tanpa tergantung oleh kehadiran pengajar. Adapun bahan instruksional tersebut berupa slaah satu atau kombiansi dari program media seperti bahan cetak, film, program radio, slide, program video, televisi, CD, computer, dan lainnya (Suparman, 2012: 284). Dalam proses pembelajaran ini pengajar hanya sesekali hadir, itupun bila peserta didik menbutuhkan. Pengajar bertindak sebagai fasilitator untuk mengontrol kemajuan siswa, memberi motivasi, memberi petunjuk untuk memecahkan kesulitan siswa, dan untuk menyelenggarakan tes. Umumnya mereka disebut tutor atau fasilitator. Pada kegiatan instruksional seperti ini prateknya banyak dilaksanakan pada pendidikan jarak jauh seperti di SMP Terbuka, Universitas Terbuka, dan program belajar jarak jauh lainnya sepetti di lembaga Pengembangan Perbankan. Pada pembelajaran mandiri ini bahan instruksional yang baisa disebut Modul Instruksional adalah suatu set bahan instruksional yang menurut Suparman (Suparman, 2012:284) merupakan bahan instruksional dalm kemasan terkecil dilihat dari lingkup isi, namun mengandung semua unsur dalam sistem sehingga dapat dipelajari secara terpisah dari modul yang lain. Sedangkan Sihotang (2014) dalam modul yang di dalamnya terdapat bahan belajar yang akan digunakan siswa, petunjuk untuk tutor, tes, dan petunjuk untuk siswa. Tiga komponen dalam pembuatan modul menurut Atwi, pertama, bahan belajar (learning material) yang akan di gunakan oleh para peserta dikdik: kedua, panduan belajar (study guide); dan ketiga, petunjuk untuk mengajar atau tutor (teacher or tutor manual) (Suparman, 2012:284). Pada komponen pertama dan kedua dapat satukan dalam satu modul, sedangkan pada komponen ketiga diperuntukan bagi tutor, ini jika dilakukan dalam sistem Pendidikan jarak jauh. Sehingga peran tuor dalam pembelajaran menggunakan model ini menajdi pengontrol kemajuan siswa srta memnabtu dlam memecahkan masalah yang dihadapi harus dilakukansecara insentif dan individual. Ha inilah membaut sebuah makna pembelajaran dikarenakan peranan tutor atau fasilitator dalam memberikan perhatiannya. Adapun ciri dari modul instruksional yang digunakan dalam pendketan SPM mempunyai ciri ciri: a. Self iInstruction, bahan dapat di pelajari sendiri oleh peserta didik. b. Self-explanatory power, bahan instruksional dapat menjelasan sendiri dengan Bahasa yang sederhana.

c. Self-paced learning, peserta didik dsapt mempelajari bahan sesuai dengan kemampuannya sendiri. d. Self-contained, bahan instruksional lengkap dnegan sendirinya. e. Induvidualized learning material, bahan instuksioanl di desain sesuai dengan kemampuan dan karakteristik peserta didik. f. Flexible and mobile learning material, bahan instruksional dapat di pelajri kapan saja. g. Communicative and interactive learning materials, bahan di desain dengan prinsip komunikasi yang efektif dan proses interaksi peserta didik. h. Multimedia computer-based material, bahan instruksional di desain berbasis termasuk kendayagunaan computer untuk diakses. i. Supported by tutorial, and study groups, bahan instruksional masih membutuhkan tutorial dan kleompok belajar. Atwi mengutip Prawiladilaga, Dewi Salma (2007:22) yang emnyatakan bahwa “Desain pembelajaran menerapkan berbagai macam teori seperti belajar, pembelajaran, komunikasi, psikologi, informasi, dan sebagaianya. Namun, yang paling menonjol dan mendasar adalah teori komunikasi, belajar dan pembelajaran (Suparman, 2012:285). Sistem pebelajaran ini memiliki kelebihan dan kekurangannya, antara lain : NO KELEBIHAN KEKURANGAN Biaya pembelajaran efisien, karena diikuti Biaya dan waktu Pengembangan tinggi 1 Sebagian besar peserta didik Kemajuan peserat didik di tentukan oleh Menuntut kedisipilinan yang tinggi 2 dari para peserta didik. individunya sendiri Untuk meningkatkan efektifitas, bahan Dalam masa pengembangannya, di instruksional dapat di reviu dan direvisi butuhan tim pendesain instruksional stiap saat dan bertahap. yang berketelampilan tinggi, mampu 3 Jika dikembangkan oleh pengajar internal bekerjasama secara insentif. proses nya menjadi bagian penting dalam peningkatan kualitas pendidikan Pesreta didik mendfapat umpan balik yang fasilitator di tuntut tekun dan sabar tertaur dalam proses belajarnya, karena senatiasa memantau proses belajar, 4 diintegrasikan ke dalam bahan membeikan motivasi, dan melayani instruksional. konsultasi peserta didik secara individual setiap kali di butuhkan.

Sistem Pembelajaran Mandiri tepat digunakan bila: a. Didesak kebutuhan menampung sejumlah besar peserta didik dlaam satu periode tertentu, yang tidak mungkin di atasai dengan pembelajaran tatap muka atau konvensional. b. Kekurangan tenaga pengajar ayang berkualitas tinggi untuk berfungsi sebagai pengajar tatap muka. c. Tersedia sejumlah tenaga pengembang instruksional yang mampu mengembangkan atau memproduksi bahan instruksional. d. Kemampuan peserta didik yang heterogen sehingga tidak mungkin diberikan pelajaran secara klasikal. 2. Sistem Pembelajaran Tatap Muka Pada pembelajaran tatap muka, pengajar bertindak sebagai penyaji bahan instruksional yang dikompilasi, dan peserta didik belajar dari pengajar dan bahan kompilasi tersebut. Pengkompilasian bahan instruksional ini atas dasar kesesuainnya denagn strategi instruksional. Pengajar dapat menambah atau mengurasi isi yang ada dalam bahan instruksional yang digunakan sesuai kebutuhan, hal ini dilakukan saat kegiatan kegiatan instructional berlangsung. Sihotang (2014) menjelaskan bahwa Kegiatan instruksional ini berlangsung dengan menggunakan pengajar sebagai satu-satunya sumber belajar dan sekaligus bertindak sebagai penyaji isi pelajaran. Pengajaran ini tidak menggunakan bahan belajar apapun, kecuali isi dari garis-garis materi dan jadwal pelajaran yang disampaikan pada permulaan pelajaran, adanya beberapa bahan transparansi, lembaran kertas yang berisi bagan, gambar, dan formulir-formulir isian yang digunakan dalam latihan selama proses pembelajaran. Siswa sebagai peserta didik mengikuti kegiatan instruksional tersebut dengan cara mendengarkan ceramah dari pengajar, mencatat, mengisi formulir, dan mengajarkan tugas-tugas yang diberikan oleh pengajar. Masih menurut Sihotang (2014) pengembang instruksional perlu membuat bahan-bahan dalam bentuk : a. Program pengajaran yang dibagikan kepada siswa pada permulaan pelajaran berisi:

1) Deskripsi singkat mengenai isi pelajaran; 2) Topik dan jadwal pelajaran yang akan disampaiakan untuk setiap pertemuan berlansung ( perlu dibuat bila terdiri dari lebih dari satu kali pertemuan) 3) Tugas-tugas yang diberikan ke siswa diharapkan diselesaikan siswa 4) Cara pemberian nilai hasil belajar siswa. b. Bahan-bahan dalam media transparansi, gambar, bagan, formulir isian, dan lain- lain. Bahan ini dapat dikumpulkan atau dibagikan kepada siswa selama proses pembelajaranran berlangsung. c. Strategi instruksional dan tes yang telah dikembangkan untuk digunakan oleh pengajar. Strategi instruksional tersebut acapkali diganti dengan garis-garis besar program pengajaran (GBPP) dan satuan acara pengajaran (SAP). Keduanya lebih popular bagi kalangan pengajar di Indonesia, baik pada tingkat pendidikan dasar dan menengah maupun pendidikan tinggi. Sistem pembelajaran kompilasi ini memiliki kelebihan dan kekurangannya, seperti di jelaskan oleh Atwi (Suparman; 2018: 287-288), antara lain: NO KELEBIHAN KEKURANGAN Bahan belajar yang kebetulan ada di 1 Biaya Pengembangan yang efisiens lapangan belum tentu sesuai benar dengan tujuan intsruksional. Bahan kompilasi mudah disesuaikan Karena bahan tersebut diambil dari dengan perkembangan pengetahuan berbagai sumber, maka konsistensi 2 dan teknologi yang dapat diperoleh antar bagian yang satu dengan yang lain melalui internet. be,um tentu terjamin. Bahan kompilasi tidak didesain secara 3- khusus urnuk pembelajaran, penggunaananya belum tentu mudah bagi peserta didik 3. SIstem Pembelajaran Kombinasi Pada sistem pembelajaran ini merupakan gabungan pembelajaran mandiri dengan tatap muka. Suatu perguruan tinggi dapat dimungkinkan menawarkan mata kuliahnya dengan mneggunakan pembelajaran mandiri, selebihnya pembeljaran tatap muka, selain itu dalam

satu mata kuliah pun dapat dilakukan pembelajrananya secara mandiri dan Sebagian tatap muka (Suparman, 2012:288). Macam macam Pengambangan Bahan Instruksional Dalam uraian sebelumnya di jelaskan ada tiga macam pendekatan instruksional yaitu Sistem Pembelajaran Mandiri, Sistem pembelajaran Tatap Muka, dan Sistem Pembelajaran Kombinasi, ketiganya membutuhkan bentuk bahan instruksional yang berbeda. Kemudian bagaiman cara pengembangan bahan instruksional tersebut? Ketiga memerlukan proses pengembangannya sendiri. Merujuk pada Atwi (Suparman: 2012;289), ada tiga macam pengembangan bahan instruksional, yaitu Pengembangan Bahan Instruksional Mandiri, Pengembangan Bahan Instruksional kompilasi, dan Pengembangan Bahan Instruksional Kombinasi. 1. Pengembangan Bahan Instruksional Mandiri Pada pengembangan bahan instruksional mandiri, yang biasa di sebut modul. Modul instruksional terdir dari dua macam bahan, yaitu: bahan belajar (learning material) yang akan digunakan peserta dan yang akan di gunakan oleh para tutor. Seperti di terangkan sebelumnya bahawa sistem pembelajaran mandiri ini tidak bergantung pada kehadiran pengajar, sehingga kehadiran pengajar bertumpu pada modul sebagai gurunya. Peserta didik dapat belajar secara mandiri tanpa tergantung kedhadiran pengajar. Dalam sihotang (Sihotang, 2018) diterangkan bahwa bahan bahan belajar mandiri mempunyai empat ciri pokok, yaitu: a. Modul mempunyai kalimat yang mampu menjelaskan sendiri. Uraian dalam modul itu jelas sehingga tidak perlu penjelasan tambahan dari pengajar atau sumber lain: b. Modul dapat dipelajari oleh peserta didik sesuai dengan kecepatan belajar masing- masing. Dalam modul setidaknya terdapat petunjuk kapan peserta boleh terus maju ke bagian berikutnya dan kapan harus mengulang mempelajari bahan belajar yang sama atau bahan yang lain. Peserta didik yang mampu belajar dengan cepat, dapat maju terus tanpa perlu mahasiswa lain yang lebih lambat. Sebaliknya mahasiswa yang lambat tidak perlu merasa tertinggal dan memburu kecepatan peserta didik yang lebih menyelesaikan pembahasan yang sedang berjalan; c. Dapat dipelajari oleh peserta didik menurut waktu dan tempat yang dipilihnya;

d. Mampu membuat peserta didik aktif melakukan sesuatu pada saat belajar, seperti mengerjakan latihan, tes atau kegiatan praktik. Dalam proses belajar, peserta didik tidak sekedar membaca buku, mendengarkan kaset audio/radio, melihat program video, televisi dan internet. Dalam perncanaan pembuatan bahan instuksional, tim pendesaian instruksional dengan strateginya dalam merancang bahan instruksional mandiri melakukan langkah Langkah sebagai berikut: 1. Memilih dan mengumpulkan berbagai bahan instruksional yang tersedia di lapangan dna relevan dengan strategi instruksional. Bahan-bahan tersebut berbentuk buku, bab tertentu dalam buku, atau kombinasinya dengan bahan non cetak atau audiovisual secara umum. 2. Mengubah dan mengadaptasikan bahan instruksional tersebut ke dalam bentuk bahan instruksional mandiri dengan mengikuti startegi instruksional yang telah disusun sebelumnya. Bila ternyata tidak ada yang sesuai, pengembang instruksional harus mulai menulis bahan belajar sendiri; c. Meneliti kembali konsistensi isi bahan belajar tersebut dengan strategi instruksional; d. Meneliti kualitas teknis dari bahan tersebut, yang meliputi tiga hal sebagai berikut: 1) Bahasa yang sederhana dan relevan; yakni sedapat mungkin modul yang dikembangkan menggunakan bahasa yang mudah dan konsisten dengan terminologi yang biasa digunakan dalam bidang pengetahuan yang bersangkutan. 2) Bahasa yang komunikatif; bahasa yang digunakan dalam modul disusun dengan bahasa yang mencerminkan pembicaraan langsung dari seorang pengajar atau pelatih kepada seorang peserta didik yang membacanya atau mendengarnya. Bahsa dalam modul tidak boleh terlalu formal, namun bukan bahsa percakapan sehari hari dan penempatan diri pengajar dengan peserta didik. 3) Desain fisik; desain fisik dari suatu modul, khususnya yang berbentuk media cetak, harus artistik, rapi, menarik dan diketik dengan jelas serta tidak terlalu rapat. Ushaakan modul menarik untuk dipelajari peserta didik dari baik dari cover maupaun tata layoiut dari halama modul. Sedangkan

desain fisik yang noncetak harus jelas dan enak bila didengar atau bila dilihat sebagai gambar haruslah jelas, tidak berbayang ataupun blur, sealin itu baik kualitas bahan bakunya, pengemasannya maupun kemudahan dalam menyimpannya. Kerjasama lintas ahli, baik pengajar, media, ahli Bahasa dapat dikolaborasikan sehinga menjadibahan instrukjsional mandiri yang sesuai dengan strategi instruksional. Karena bahan instrksional ini merupakan tulang punggung dalamsistem pembelajaran mandiri. 2. Pengembangan Bahan Instruksional Kompilasi Pada pembelajaran tatap muka tulang punggungnya pada bahan instruksional kompilasi dan pengajar, dan keduanya harus saling mengisi apa yang tidak ada di bahan instruksional diisi oelh pengajar. Sama halnya dengan bahan instruksional madiri, bahan kompilasi juga mengambil bahan yanga ada di lapangan yang relevan dengan strategi instruksional. Tidak perlu megubah bahan bahan yang ada, baik isi maupun formatnya. Sedangkan kekurangan yang ada ididsi oleh pengajar. Sehingga komplek-tidaknya kegiatan instraksional sangat tergantung pada relevansi bahan instruksional yang etrsedia di lapangan dengan strategi pembelajaran yang telah disusun sebelumnya. Adapun langkah Langkah yang dapat di gunakan oleh pendesain instruksional dalam mengembangkan bahan kopilasi, anatar lain: 1. Memilih dan mengumpulkan baha instruksional yang kebetulan tersedia di lapangan dan relevan dengan startegi instruksional. Bahan tersebut berbentuk media cetak, media non cetak, atau kombinasi keduanya. 2. Menyusun bahan tersbut sesuai dengan urutan tujuan instruksional dan urutan tahapan kegiatan instruksional yang terdapat dalam strategi instruksional, serta Menyusun program pengajarannya. 3. Mengidentifikasi bahan bahan yang tidak dapat di peroleh dari lapangan untuk di atasi dengan penyediaan bahan penyajian pengajar, misalnya dalam bentuk powwerpoint atau apliaksi presentasi lainnya. 4. Penyusunan petunjuk cara mempelajari bahan instrukstional yang dibagikan kepada peserta didik. 5. Menghimpun dan Menyusun bahan lain, bila diperlukan seperti gambar, bagan dan slainnya sebagai bahan presentasi. 6. Menyusun bahan penilaian dari hasil belajar dan kunci jawabannya.

3. Pengembangan Bahan Instruksional Kombinasi Merupakan Integrasi dari bahan insttuksional madiri dengan bahan instruksional tatap muka yang dikembangkan, di integrasikan, tidak dipisahkan namun tetap perlu dipertimbangkan keterpaduannya. Menurut Atwi Suparman (Suparman, 2012:292) bahan instruksional kombinasi dikembangkan berdasarkan keputusan awal tentang daftar program studi, matakuliah, kurikulum diklat atau mata pelajaran yang sedang digunakan sebagai bahan pembelajaran mandiri dan tatap muka. KESIMPULAN Ada tiga bentuk sistem kegiatan instruksional dan bentuk bahan instruksionalnya, yakni a. Sistem Pembelajaran mandiri dengan bentuk bahan instruksionalnya modul instruksional seperti yang digunakan dalam Pendidikan jarak jauh. b. sistem pembelajaran tatap muka dengan bentuk bahan instruksionalnya Kompilasi c. sistem pembelajaran kombinasi, denagn bentuk bahan instruksionalnya Kombinasi. Pengembangan setiap bentuk bahan instruksional perlu dilakukan oleh suatu kolaborasi team yang bekerjasama secara intensif. Kolabolasi itu terdiri dari berbagai ahli ahli lintas disiplin ilmu baik secar teori maupun praktik. Pengembangan bahan instuksional tidak bersifat “pasti”, namun dapat berkembang sesuai kebutuhan, jadi perlunya evelausi dan revisi sebelum ke lapaangan, dengan mengikuti prosedur evaluasi formatif yang melibatkan partisipasi peserta didik dan seluruh subsitem pembelajaran. PUSTAKA https://educationaltechnology.net/definitions-instructional-design/Merrill, M. D.; Drake, L.; Lacy, M. J.; Pratt, J. (1996). “Reclaiming instructional design” (PDF). Educational Technology. 36 (5): 5–7. Siemens, G. (2002). Instructional design in elearning. Retrieved January, 21, 2013. http://www.elearnspace.org/Articles/InstructionalDesign.htm Sihotang, Candra, Pengembangan Bahan Instruksional Makalah Desain Sistem Instruksional Pengembangan Bahan Instruksional, Program Studi Teknologi Pendidikan Program Pasca Sarjana Universitas Negeri Medan 2014.

http://candrasihotang.blogspot.com/2014/09/pengembangan-bahan- instruksional.html Karwono, Prof.Dr. H., Dr. Heni Mularsih, M.M.,M.Psi, belajar dan Pembelajaran serta sumber Pemanfaatn Sumber Belajar. Jakarta. Rajawali Press, 2018. Suparman,M. Atwi, Panduan Para Pengajar & Inovator Pendidikan. Desain Instuksional Modern. Jakarta. Erlangga 2012.


Like this book? You can publish your book online for free in a few minutes!
Create your own flipbook