Important Announcement
PubHTML5 Scheduled Server Maintenance on (GMT) Sunday, June 26th, 2:00 am - 8:00 am.
PubHTML5 site will be inoperative during the times indicated!

Home Explore BUNGA RAMPAI UMUM

BUNGA RAMPAI UMUM

Published by Aar Asqolani, 2020-10-01 23:12:45

Description: BUNGA RAMPAI UMUM

Search

Read the Text Version

- Menyenangkan: proses pembelajaran yang dilakukan dalam suasana bebas dan nyaman untuk mencapai tu- juan pembelajaran. - Kontekstual: proses pembelajaran yang terkait dengan tuntutan lingkungan alam dan sosial-budaya. - Berpusat pada anak: proses pembelajaran yang dilaku- kan sesuai dengan karakteristik, minat, potensi, tingkat perkembangan, dan kebutuhan anak. Karakteristik anak dalam proses pembelajaran per- lu diketahui dan dipahami oleh pendidik. Hal ini bertujuan agar penyampaian materi ajar dilakukan sesuai dengan cara belajar anak, yaitu visual, auditori atau kinestetik. Satu anak juga dapat memiliki cara belajar perpaduan dari dua atau tiga cara belajar tersebut. Pada saat PJJ, pendidik dituntut untuk lebih kreatif dan inovatif dalam proses penyampaian materi belajar kepada peserta didik. Cara-cara lama melalui ceramah satu arah, pemberian tugas, berpusat kepada guru (teacher centered) perlu diubah dengan cara yang lebih efektif dan tidak mem- bosankan sehingga pembelajaran yang dilakukan benar-be- nar sesuai dengan karakteristik dan kebutuhan siswa (stu- dent centered). Selain menjadi pengajar dan sumber belajar, pendidik juga menjadi motivator, fasilitator, innovator dan mitra belajar peserta didik. 42

Dalam konteks kemajuan pembangunan di Indonesia dimana saat ini belum semua wilayah terhubung sarana in- ternet dan telekomunikasi, akses kepemilikan telepon pintar hanya mencapai 66,3% (Kominfo, 2017), sehingga proses pembelajaran perlu mempertimbangkan kedua pendekatan daring ataupun luring. Berbagai pendekatan belajar tersebut perlu dilihat sebagai pilihan atas cara-cara proses pembelajaran tidak hanya Pembelajaran Tatap Muka (PTM), tapi juga PJJ. Per- lu diingat bahwa tidak ada satu cara tertentu yang berlaku umum bagi semua kondisi dan karakteristik anak, serta situ- asi keluarga anak. Perpaduan antara dua pendekatan perlu dilakukan, atau disebut dengan blended learning (Graham & Bonk, 2006) Blended Learning (Pembelajaran Kombinasi) Blended Learning diartikan sebagai pendekatan pem- belajaran yang menggabungkan berbagai cara penyampaian, model pengajaran, dan gaya pembelajaran. Model ini adalah kombinasi pengajaran langsung (tatap muka) dan pengaja- ran secara daring. Perpaduan berbagai model saat PJJ dapat membuat proses PJJ lebih efektif dan bervariasi. Berikut adalah model blended learning yang dapat diadopsi dalam proses PJJ. 43

Tabel 1. Model Blended Learning Model Blended Learning Deskripsi proses dan adopsi model saat PJJ 1. Rotation Model Sumber: https://sites.google.com/site/ Model ini dilakukan dimana peserta blendclass/home didik berotasi dari proses belajar tan- pa teknologi yaitu menerima instruksi guru, belajar/tugas mandiri atau kelompok kecil terbatas, dan menggu- nakan teknologi secara daring. Model ini dapat menjadi pilihan PJJ, dimana saat daring, guru dapat memberikan instruksi atau bimbingan dan dilan- jutkan dengan model gunjung atau guling. Sumber: https://sites.google.com/site/ Model rotasi dimana peserta didik blendclass/home memperoleh bimbingan atau instruksi secara daring sebagai bekal melaku- kan praktik atau mengembangkan proyek. Model ini dapat diadopsi saat PJJ dimana instruksi atau bimbingan dan praktik yang dapat dilakukan se- cara mandiri memiliki porsi yang sama kuat dan seimbang Sumber: https://sites.google.com/site/ Masing-masing peserta didik mem- blendclass/home peroleh bimbingan atau instruksi secara daring kemudian secara indi- vidu atau kelompok kecil melakukan intervensi praktik atau proyek. Model ini dapat diadopsi saat PJJ dimana pembelajaran diberikan kepada mas- ing-masing peserta didik disesuaikan dengan kebutuhan, minat dan kondisi anak. 44

Model Blended Learning Deskripsi proses dan adopsi model saat PJJ 2. Flex Model Sumber: https://www.khanacademy.org/ Model ini mengedepankan fleksibeli- partner-content/ssf-cci/sscc-intro-blend- tas proses belajar anak dari daring ke luring dan sebaliknya, sesuai dengan ed-learning waktu dan kebutuhan. Dukungan dan bimbingan dapat diberikan tidak ha- nya dari guru namun juga dari orang tua/wali, keluarga atau teman melalui kerja kolaborasi. Model ini dapat diadopsi dalam proses PJJ dimana ada perpaduan yang fleksibel dan adaptif antara daring dan luring 3. Self Blended Model Perpaduan antara proses belajar dar- ing secara individu ditambah dengan tambahan proses belajar luring. Pe- serta didik dapat memilih salah satu pendekatan atau perpaduan berbagai model belajar dan guru dapat diakses secara daring. Sumber: https://sites.google.com/site/ blendedlearningbu 4. Enriched virtual model Model ini memperlakukan daring secara penuh dan hanya melakukan luring jika dibutuhkan sebagai suple- men. Model ini cocok diadopsi untuk PJJ di wilayah dengan akses internet yang baik serta kondisi setiap anak dan keluarga yang memadai untuk melakukan daring Sumber: https://sites.google.com/site/ blendedlearningbu 45

Pemecah Kebekuan Proses PJJ juga dapat mengalami kebekuan seperti halnya saat PTM, dimana peserta didik tidak merespon per- tanyaan dan arahan yang diberikan guru. Sehingga pemecah kebekuan berupa permainan, nyanyian, video lucu, pantun, dan kegiatan lain secara singkat agar suasana kembali cair dan tidak membosankan. Berikut adalah contoh pemecah kebekuan yang dilakukan saat PJJ daring melalui kulwap. Gambar 4. Contoh pemecah kebekuan saat kulwap. Sumber: Plan Indonesia Penutup Penyesuaian proses PTM menjadi PJJ tentu memer- lukan dukungan dari berbagai pihak, termasuk orang tua/ wali, keluarga, dan masyarakat. Proses pembelajaran anak juga dapat dilakukan dalam kelompok kecil terbatas, dima- na anak dapat belajar bersama teman sebaya. Melihat kebu- tuhan, minat dan kondisi setiap anak yang berbeda, maka proses pembelajaran pun perlu disesuaikan dan tidak dapat diseragamkan. Untuk meningkatkan efektivitas dan mengu- rangi kebosanan dalam proses PJJ, berbagai pilihan model 46

belajar dapat diadopsi termasuk memperkaya materi pe- mecah kebekuan. DAFTAR PUSTAKA Graham. C.R. dan Curtis J. Bonk. (2006). Handbook of Blended Learning: Global Perspective, Local Design. John Wiley & Sons, Inc.: United States of America. Infografis survey Kominfo (2017): http://indonesiabaik.id/ infografis/663-masyarakat-indonesia-memiliki-smart- phone-8. Diakses: 30 Juli 2020. Permendikbud Nomor 22 tahun 2016 tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah. Kemdikbud Surat Edaran Mendikbud Nomor 4 Tahun 2020 tentang Pelaksa- naan Kebijakan Pendidikan dalam masa Darurat Penyeba- ran Corona Virus Disease 2019 (COVID-19). Surat Edaran Nomor 4 Tahun 2020 tentang Pelaksanaan Kebija- kan Pendidikan dalam masa Darurat Penyebaran Corona Virus Disease 2019 (COVID-19). Surat Edaran Sesjen Kemdikbud Nomor 15 Tahun 2020 tentang Pedoman Penyelenggaraan Belajar dari Rumah dalam masa Darurat Penyebaran Corona Virus Disease 2019 (COVID-19). 47

Ida Ngurah – National Project Manager untuk program pengurangan risiko bencana dan spesialis teknis Pendidikan di masa Darurat di Plan Indonesia. Lulusan S2 Ilmu Lingkun- gan Universitas Gadjah Mada Yogyakarta. Bekerja di sektor kemanusiaan sejak tahun 2005 di berbagai wilayah Indone- sia. Penyusun buku fasilitator sekolah dan e-learning seko- lah aman Bencana bersama Pustekkom Kemdikbud   “Pandemi Covid-19 membuat orang mengarungi badai yang sama, namun tidak dalam perahu yang sama. Pendidikan memampukan kita membuat perahu yang laik layar dalam badai apapun.” (Ida Ngurah) 48



STRATEGI PEMBELAJARAN JARAK JAUH GURU TANG- GUH DI DAERAH 3T Oleh: Adhimas Wahyu Agung Wijaya Spesialis Pendidikan di Wahana Visi Indonesia Pendahuluan Menjadi guru di daerah 3T (terdepan, terpencil, dan ter- tinggal) bukanlah hal yang mudah dilakukan karena diper- lukan kreavitas dalam keterbatasan akses sarana-prasarana dan teknologi. Namun demikian, guru di daerah 3T memi- liki semangat dalam keterbatasan untuk tetap mengajar siswa-siswanya. Berbagai upaya tetap dilakukan di tengah keterbatasan, baik Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) baik secara daring mau- pun luring. Dalam pelaksanaanya, strategi pembelajaran yang diterapkan oleh guru menjadi sedikit lebih bebas den- gan adanya dukungan kebijakan “Merdeka Belajar”, sehingga guru-guru dapat membuat RPP (Rencana Pelaksanaan Pem- belajaran) yang lebih singkat. Di awal pandemi, guru di daerah 3T lebih banyak menggunakan pembelajaran luring dan sebagian kecil lain- nya menggunakan pembelajaran daring melalui bantuan te- knologi. “Kami hanya menjalankan tugas kami sebagai guru, 50

jika sebelumnya murid datang ke sekolah mencari ilmu, dalam masa pandemi covid-19 tugas kamilah untuk datang kepada mereka membawa ilmu itu”, ujar salah seorang guru dari Kabupaten Nagekeo yang tetap semangat mengajar pe- serta didik (Wahana Visi Indonesia, 2020). Pembelajaran Bermakna di Masa Pandemi Pembelajaran bermakna dilakukan dengan meng- hubungkan pengetahuan awal, kehidupan-sehari siswa dan materi yang akan dipelajari siswa. Dengan pembelajaran bermakna, ilmu pengetahuan yang didapat siswa dapat ber- tahan lebih lama dalam memori jangka panjang mereka (Au- subel, 2012). Untuk menciptakan sebuah pembelajaran menjadi pembelajaran bermakna, maka dalam proses pembelajaran dilaksanakan secara interaktif, komunikatif dan reflektif. Dalam prosesnya, banyak guru di daerah 3T mengajar siswa untuk dapat belajar secara reflektif. Dengan pembelajaran reflektif, guru dapat mengetahui sejauh mana pengetahuan siswa, seberapa penting dan menarik materi pembelajaran itu bagi siswa. Apabila siswa dapat menjelaskan dengan ka- ta-katanya sendiri apa yang telah dipelajarinya, maka siswa tersebut sudah dapat disebut melakukan proses internal- isasi pengetahuan dan refleksi terhadap materi yang telah dipelajari. 51

Dalam masa pandemi, tingkat kecepatan memahami pelajaran dari masing-masing siswa mungkin berbeda cuk- up jauh, karena dipengaruhi kondisi psikologis siswa dan dukungan orang tua kepada siswa untuk belajar. Oleh sebab itu, apabila dimungkinkan guru sebaiknya tetap bijak dalam mengelola pembelajaran dan menyesuaikan dengan kapasi- tas memori siswa/kemampuan siswa dalam belajar, meng- ingat siswa beradaptasi dari belajar di sekolah ke belajar dengan beberapa keterbatasan di rumah. Walaupun penge- tahuan yang dikuasai siswa masih terbatas, namun apabila siswa merasa senang dalam belajar, maka pengetahuan yang masih sedikit itu akan terinternalisasi atau masuk ke dalam memori jangka panjang anak, sehingga bermanfaat untuk masa depan mereka kelak. Strategi Pembelajaran Jarak Jauh yang Menyenangkan Kondisi belajar yang tidak ideal dalam masa pandemi memaksa guru untuk memutar otak dan menggunakan sum- ber daya yang ada di sekitar mereka, termasuk di antaranya pembelajaran yang reflektif. Ada beberapa hal baik yang su- dah dicoba diterapkan oleh guru-guru di daerah 3T. Perta- ma, menggali sumber belajar di sekitar tempat tinggal siswa yang sekaligus dapat mengasah karakternya. Tujuannya untuk membuat pembelajaran menjadi lebih dekat dengan siswa, menonjolkan ciri khas daerah, dan membuat pembe- 52

lajaran menjadi lebih menyenangkan. Misalnya, pendidikan karakter dengan spirit Kulababong di Sikka pada dua nilai utama (keutamaan) yang harus ditumbuhkembangkan men- jadi karakter peserta didik, yakni toleransi dan tanggung- jawab (Wahana Visi Indonesia, 2018). Materi pembelajaran dapat bersumber dari adat is- tiadat, kearifan lokal, tarian daerah, kerajinan tangan, lagu daerah, cerita rakyat, dan sistem kepercayaan, namun tetap berpedoman kepada kurikulum nasional ataupun kurikulum darurat. Contoh lain misalnya salah seorang guru di Mang- garai Timur. Beliau mengajarkan siswa untuk mengenali he- wan dan tumbuhan di sekitar rumah dan pengaruhnya terh- adap musim (Wahana Visi Indonesia, 2020). Dengan media pembelajaran dari lingkungan sekitar siswa, mereka akan dapat belajar dimana pun berada dan proses pembelajaran menjadi menyenangkan. Dengan alat dan media pembelajaran yang sederhana, guru juga dapat melakukan pembelajaran berbasis proyek dan pembelajaran berbasis masalah. Tujuan dari pembela- jaran ini adalah untuk mengasah kemampuan berpikir kritis siswa. Pembelajaran ini dapat dilaksanakan dengan prakti- kum sederhana misalnya dengan memanfaatkan barang-ba- rang bekas menjadi sebuah produk misalnya kapal sederha- na. Salah satu praktikum dilakukan oleh salah seorang guru di SDK Wae Mata Manggarai Barat yang mengajarkan pem- 53

belajaran campuran homogen dan heterogen kepada siswa- siswa pada masa pandemi, namun tetap dengan memper- hatikan protokol kesehatan. Respon positif siswa terhadap proses pembelajaran didapatkan melalui jurnal siswa (Wa- hana Visi Indonesia, 2020). Ada beberapa hal positif dalam proses pembelajaran jarak jauh ini, yaitu komunikasi antara guru dan orang tua menjadi lebih baik dan orang tua sema- kin mendukung belajar anaknya, sehingga anak semakin nyaman untuk belajar. Guru juga dapat memadukan pembelajaran dengan gerakan dan lagu, sehingga siswa mempunyai kemampuan mengingat (memori) jangka panjang yang lebih baik. Sela- ma ini gerak dan lagu lebih banyak dilakukan untuk PAUD sedangkan berkurang ketika siswa melanjutkan ke SD, SMP, dan SMA. Hal ini dilaksanakan oleh salah satu sekolah damp- ingan Wahana Visi Indonesia di Kalimantan Barat dengan mengusung tema besar Sekolah Hijau. Ibu Esnawati, salah satu orang guru di SDN 5 Angan Tembawang mengajarkan gerak dan lagu dalam proses pembelajaran baik dalam ke- giatan awal, kegiatan inti, maupun kegiatan akhir khusus- nya ketika mengajar literasi. Nilai khas sekolah juga dapat dilakukan dengan gerakan harmoni sesama, harmoni diri, dan harmoni alam seperti yang dilakukan di Kabupaten Singkawang ini. 54

Gambar 1. Gerak harmoni alam, harmoni diri dan harmoni sesama di salah satu sekolah di Singkawang. Sumber: dokumen Wahana Visi Indonesia. Pembelajaran tematik juga dapat dilaksanakan da- lam proses pembelajaran jarak jauh dapat dan tetap meng- hubungkan hal yang terdekat dengan siswa, misalnya belajar tentang nasi goreng. melalui materi tersebut, siswa dapat be- lajar bahasa Indonesia (dengan membuat teks prosedur ba- hasa Indonesia), matematika (menghitung kalori nasi goreng dan menghitung biaya membuat nasi goreng), IPA (belajar kandungan gizi/ nutrisi dari nasi goreng), keterampilan (be- lajar membuat nasi goreng yang enak) dan TIK (Teknologi, Informasi dan Komunikasi) dengan cara membuat videonya. Topik dari pembelajaran tematik ini bisa disesuaikan den- gan sumber-sumber lokal di daerah masing-masing. Dengan segala upaya menerapkan strategi belajar yang menarik dan menyenangkan, semangat guru untuk berkolab- orasi dan berkoordinasi dengan rekan sesama guru, praktisi, 55

dan dinas pendidikan menjadi hal yang sangat perlu diapre- siasi pada masa pandemi ini. Misalnya, di Kabupaten Jayaw- ijaya ada program radio LABEWA (Lagu dan Belajar Anak Wamena). Program tersebut bertajuk “Belajar di RRI” un- tuk anak SMP/sederajat dan “Labewa-Lagu dan Belajarnya anak Wamena” untuk anak-anak usia Sekolah Dasar. Kedua Program siaran ini bermuatan edukatif (pelajaran dan infor- masi pencegahan COVID-19) dan rekreatif (hiburan). Kedua Program belajar tersebut menghadirkan guru dari beberapa sekolah untuk mengajar di studio dan dipancarkan melalui siaran RRI setiap hari Senin-Jumat selama bulan Maret-Juni 2020. Di Sentani Jayapura, juga dilakukan pendampingan untuk guru-guru agar dapat menguasai teknologi agar dapat mendampingi siswa-siswa. Untuk daerah 3T kolaborasi ban- yak dilaksanakan dengan media radio dan aplikasi pengiri- man pesan (WA). Hal ini membuktikan dengan segala keter- batasan, kolaborasi masih dapat dilaksanakan dengan baik. Gambar 2. Siaran radio Labewa di Wamena dalam rangka Belajar Dari Rumah (BDR) Sumber dokumen: Wahana Visi Indonesia. 56

Walaupun banyak praktik baik yang telah dilakukan oleh guru, pemberian umpan balik (feedback) adalah hal ter- akhir yang masih perlu ditingkatkan kapasitasnya oleh mer- eka pada masa pandemi. Ada tiga macam umpan balik efektif yang bisa diberikan oleh guru kepada murid, yaitu umpan balik tujuan belajar yang sudah dipahami oleh siswa, ump- an balik terhadap kemajuan belajar siswa, dan umpan balik konsekuensi. Umpan balik konsekuensi membantu mencari tahu apa yang dikuasai oleh siswa dan mengarahkannya dan mencari tahu strategi belajar yang tepat untuk siswa (Hattie & Timperley, 2007). Misalnya, dalam literasi, siswa dapat membaca dengan cukup baik dan lancar tetapi belum mempunyai pemahaman yang baik, maka umpan balik yang diberikan oleh guru adalah bagaimana cara meningkatkan pemahaman siswa. Dalam penerapan strategi belajar, fleksilibitas menja- di hal yang penting. Misalnya, ketika sekolah menerapkan pembelajaran luring untuk sementara waktu di daerah 3T melalui radio, namun seiring kompetensi guru terhadap te- knologi daring yang meningkat, guru dapat melaksanakan kombinasi pembelajaran luring dan daring secara bersa- maan. Fleksibilitas ini juga dapat dilaksanakan untuk meli- hat keefektifan siswa dalam belajar. Misalnya, pemberian tu- gas atau belajar melalui permainan yang lebih efektif untuk dilaksanakan. 57

Gambar 3. Siswa SDI Daleng melakukan presentasi dalam PJJ di Manggarai Barat Sumber : Wahana Visi Indonesia Gambar 4. Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) Penjas Menyenangkan di SDI Daleng Manggarai Barat Sumber: Wahana Visi Indonesia 58

Penutup Pada masa pandemi, guru di daerah 3T dengan segala keterbatasan tetap berjuang untuk membantu memberikan pendidikan untuk anak-anak dengan interaktif agar pembe- lajaran menjadi bermakna bagi peserta didik. Pembelajaran dapat dilaksanakan dengan menarik dan menyenangkan dengan pembelajaran berbasis pendidikan karakter, strategi pembelajaran berbasis proyek, dan pembelajaran interaktif melalui gerakan/lagu. Namun demikian, pembelajaran perlu tetap mendapatkan dukungan dari semua pihak baik guru dan pemerintah daerah, karena tantangan mengajar di daer- ah 3T tentu saja bukan hal yang mudah bagi guru maupun siswa. Persiapan ekstra perlu dilakukan oleh guru misalnya ketika guru melakukan PJJ perlu memetakan lokasi tempat tinggal siswa dan berkomunikasi dengan intensif dengan orang tua. Dengan dukungan dari semua pihak termasuk orang tua, maka tugas mengajar guru akan menjadi lebih ringan dan anak-anak mendapatkan hasil belajar yang mak- simal dari strategi pembelajaran yang sudah disiapkan oleh guru. 59

DAFTAR PUSTAKA Ausubel, D. P. (2012). The Acquisition and Retention of Knowledge: A Cognitive View. Springer Science and Business Media. Hattie, J., & Timperley, H. (2007). The Power of Feedback. Review of Educational Research, 77(1),81-112. Wahana Visi Indonesia (2018). Panduan Praktis Pendidikan Karakter Kontekstual. Tangerang Selatan: Wahana Visi In- donesia. Wahana Visi Indonesia. Kumpulan RPP Merdeka Belajar di Daerah 3T dalam Masa Pandemi Covid-19. Tangerang Selatan: Wa- hana Visi Indonesia. Wahana Visi Indonesia. (2020a). Buku Saku Dukungan Psikososial Bagi Guru dan Siswa Tangguh di Masa Pandemi Covid-19. Tangerang Selatan: Wahana Visi Indonesia. Wahana Visi Indonesia. (2020b). Menjadi Orang Tua Tangguh di Masa Pandemi Covid-19. Tangerang Selatan: Wahana Visi Indonesia. Wahana Visi Indonesia. (2020c). Guru Tangguh di Tengah Pan- demi. Tangerang Selatan: Wahana Visi Indonesia 60

Adhimas Wahyu Agung Wijaya (Adhi) bekerja sebagai Spesialis Pendidikan Wahana Visi Indonesia. Wahana Visi In- donesia (WVI) adalah yayasan sosial kemanusiaan Kristen yang bekerja untuk membuat perubahan yang berkesinam- bungan pada kehidupan anak, keluarga dan masyarakat yang hidup dalam kemiskinan. Saat ini WVI juga melakukan program dukungan pendidikan dalam masa pandemik un- tuk sekolah dampingan di beberapa daerah 3T di Indonesia seperti beberapa kabupaten di Kalimantan Barat, NTT dan Papua. Adhi mempunyai pengalaman bekerja sebagai spesi- alis pendidikan, praktisi pendidikan, fasilitator/trainer, dan penulis, setelah sebelumnya menjadi guru di Papua Barat. Bidang pekerjaan yang menjadi fokusnya meliputi pendi- dikan karakter kontekstual untuk pendidikan dasar, litera- si dan numerasi, kurikulum, pendidikan IPA dan penelitian pendidikan. Walaupun sudah pernah menulis untuk peneli- tian, tetapi terlibat menulis untuk buku bunga rampai ada- lah pengalaman pertama baginya. Penulis telah menyelesaikan sarjana pendidikan di Universitas Negeri Malang dan Magister Pendidikan dengan fokus Kurikulum di Universitas Queensland, Australia. 61

“Pembelajaran yang menyenangkan akan meningkatkan motivasi belajar dan tersimpan dalam memori jangka panjang anak.” (Adhimas Wijaya) 62



PENGATURAN WAKTU SEBAGAI WUJUD EFEKTIVITAS DIRI DI MASA PANDEMI Oleh: Melania Niken Larasati Staf/Peneliti di Yayasan Ruangguru Pendahuluan Pada bulan Maret 2020, angka kasus Covid-19 mulai meningkat, sehingga berbagai langkah preventif diambil pe- merintah pusat serta daerah. Salah satu langkah besar yang diambil adalah penutupan (sementara) sekolah serta kam- pus untuk jangka waktu yang belum ditentukan pada saat itu. Semua pengajaran diselenggarakan secara jarak jauh, atau dikenal dengan sebutan Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ). Tenaga pendidik dituntut untuk mengubah metode pengajaran dalam waktu singkat dan sistem pengajaran kon- vensional hampir tidak dapat diterapkan lagi. Survei Yayasan Ruangguru (2020) menunjukkan 4 kendala utama yang di- alami guru-guru, yaitu i) sarana penunjang tidak memadai, ii) penyesuaian pedagogis, iii) manajemen waktu dan efikasi diri, dan iv) motivasi dan kolaborasi. Mengacu pada matrix pembagian waktu oleh Stephen Covey, sesi ini akan mengajak guru-guru melakukan analisa kondisi pembelajaran saat ini dan alokasi dalam 4 kuadran 64

matrix pembagian waktu dengan 2 dimensi pengukuran, ur- gensi dan kepentingan. Kuadran 1 merujuk pada tuntutan yang mendesak untuk segera di selesaikan. Kuadran 2 mer- upakan tuntutan yang penting, namun tidak harus disele- saikan dalam waktu dekat. Kuadran 3 adalah pekerjaan yang datang secara mendadak, namun tidak memiliki ting- kat kepentingan tinggi. Sedangkan kuadran 4 terfokus pada pekerjaan dengan tingkat kepentingan dan urgensi rendah. Dalam melaksanakan PJJ seringkali tanpa disadari guru terjebak dalam kuadran 3 atau 4, menyelenggarakan kegia- tan belajar mengajar yang banyak menyita waktu dan tena- ga dengan hasil kurang maksimal. Ruangguru berkomitmen untuk dapat terus mendukung terlaksananya PJJ yang efektif melalui platform LMS Ruangkelas yang tersedia gratis bagi seluruh guru dan murid di Indonesia. Berbagai fitur juga ditawarkan secara gratis untuk mempermudah guru dalam memberikan bahan ajar dan tugas untuk penilaian siswa/i. Sebagai salah satu tokoh utama dalam memperkuat bangsa menghadapi pandemic Covid-19, guru harus terus didukung dalam menjalankan peran dan tugasnya dalam memberikan pendidikan kepada anak-anak Indonesia. Kendala Yang Dialami Guru Selama PJJ Dalam riset yang dilakukan tim Yayasan Ruangguru (Yayasan Ruangguru, 2020) terhadap guru-guru di seluruh 65

wilayah Indonesia, ditemukan 4 tantangan utama dalam pelaksanaan PJJ. Pertama, kurangnya sarana penunjang pelaksanaan PJJ seperti smartphone atau gadget baik milik guru maupun siswa/orang tua. Jaringan yang stabil juga ma- sih menjadi kendala di beberapa wilayah, ditambah dengan keterbatasan guru dan siswa dalam pembelian kuota inter- net. Kedua, guru-guru juga kesulitan melakukan penyesuaian kurikulum yang awalnya sudah dipersiapkan sebelum tahun akademik dimulai. Melakukan perubahan signifikan secara mendadak pada sistem pembelajaran yang sudah dijalank- an selama puluhan tahun bukanlah hal mudah. Guru-gu- ru dituntut untuk dapat menciptakan aktivitas pembela- jaran jarak jauh yang informatif, namun juga menarik dan menyenangkan, sedangkan kebanyakan guru-guru belum pernah mendapatkan informasi mengenai teknik pembe- lajaran digital. Diwaktu yang sama, guru-guru tetap harus melaksanakan penilaian dan evaluasi terhadap hasil belajar siswa, yang akan menentukan capaian siswa di akhir tahun akademik. Kedua tantangan di atas yang kemudian berdampak pada tingkat kepercayaan diri guru dalam pengajaran, serta tingkat motivasi belajar siswa yang menjadi kendala ketiga dan keempat. Masih banyak guru yang merasa kekurangan informasi dan referensi dalam mengadakan pembelajaran digital yang kreatif dan interaktif. Pada akhirnya, terjadi 66

penurunan keterlibatan dan partisipasi siswa dalam proses pembelajaran. Sebagian besar tantangan yang dialami para pendi- dik menuntut penyelesaian melalui keterampilan pemba- gian waktu yang baik. Dalam risetnya, SMERU menemukan bahwa selama pandemi, guru dituntut untuk menyesuaikan waktu kerja mereka agar bisa berkomunikasi secara ru- tin dengan murid dan orang tua. Persepsi kesibukan guru dipengaruhi oleh beberapa hal, seperti banyaknya waktu yang dibutuhkan untuk menyiapkan materi pengajaran dan melakukan penilaian, adanya waktu di luar jam sekolah un- tuk mengunjungi murid atau berkomunikasi dengan orang tua, serta adanya beban untuk mengerjakan pekerjaan guru dan rumah tangga secara bersamaan.” (SMERU, 2020, p. 6) Manajemen Waktu Sebagai Wujud Efektivitas Diri Mengatur waktu dengan baik adalah salah satu cara untuk mewujudkan efektivitas diri. Hal tersebut memu- dahkan kita dalam mengelola diri, menyelesaikan peker- jaan, hingga melakukan hal di luar pekerjaan dengan lebih teratur. Kuadran manajemen waktu oleh Eisenhower yang dipopulerkan Stephen Covey (Covey, 1989) memperkenal- kan kuadran aktivitas yang dapat membantu kita menen- tukan prioritas dan mengelola waktu dengan lebih baik. Dalam kuadran manajemen waktu Eisenhower, kita diajak 67

menilai aktivitas berdasarkan skala kepentingan dan waktu. Aktivitas ini dapat membantu guru-guru dalam melakukan langkah-langkah praktis sederhana yang dapat mengatasi kendala dalam PJJ, utamanya dalam pengaturan waktu dan prioritas kegiatan. Gambar 1. Matrix Pembagian Waktu Eisenhower Terdapat 4 kuadran utama yang dibagi berdasarkan tingkat kepentingan sebuah tugas dan tanggung jawab, dan seberapa mendesak nya untuk diselesaikan (Gambar 1). Dalam laman Eisenhower (Eisenhower, 2011) pembagian karakteristik setiap kuadran adalah sebagai berikut: • Kuadran 1 terdiri dari tugas dan tanggung jawab yang mendesak dan memiliki tingkat kepentingan tinggi. Tu- gas-tugas yang masuk dalam kuadran 1 pada umumn- ya harus dikerjakan di hari yang sama. Sebagai pendi- dik, kegiatan yang masuk kedalam kuadran 1 misalnya 68

pengerjaan laporan kegiatan sekolah atau memasukkan nilai anak didik. • Kuadran 2 terdiri dari tugas dan tanggung jawab yang harus diutamakan karena jika ditekuni dapat mengem- bangkan komitmen dan disiplin. Hal-hal yang harus dilaksanakan dalam kuadran 2 sudah terjadwal sebel- umnya, memudahkan kita untuk mengatur beban kerja sehingga menimalisir risiko stress. Tugas dan tanggu- ng jawab guru yang dapat terjadwal dan masuk dalam kuadran 2 antara lain; merancang aktivitas pembela- jaran jarak jauh, melakukan evaluasi kegiatan belajar mengajar yang sudah berjalan, dan mengikuti berbagai macam pelatihan peningkatan kompetensi ajar. Beber- apa hal tersebut sebaiknya sudah diberikan alokasi waktu, dan dengan menjalankan kegiatan ini maka akan membantu menghindari tugas dan tanggung jawab mendadak yang harus dilaksanakan. • Kuadran 3 merupakan limpahan tugas dan tanggung jawab yang belum dapat diselesaikan dalam kuadran 1 dan 2, sehingga terdiri dari hal-hal yang belum men- jadi prioritas dan umumnya merupakan kegiatan yang kurang produktif. Revisi laporan yang berulang mer- upakan contoh kegiatan yang masuk kedalam kuadran 3, karena merupakan dampak dari kurangnya perenca- naan pada saat membuat laporan di awal. Pemberian 69

tugas yang berlebihan kepada anak didik juga menjadi bentuk kegiatan kurang produktif. Hal ini disebabkan karena kurang matangnya perencanaan program pem- belajaran, sehingga guru-guru bergantung pada pembe- rian tugas. • Kuadran 4 adalah tugas dan tanggung jawab yang se- baiknya dieliminasi karena tergolong tidak produktif, tidak mendesak, dan tidak penting. Kegiatan di kuadran 4 umumnya berbentuk distraksi yang perlu dieliminasi untuk memastikan manajemen waktu yang efisien, mis- alnya menonton TV atau mengobrol di WhatsApp den- gan kerabat disaat jam mengajar. Menerapkan Kuadran Manajemen Waktu Untuk Efisien- si Pembelajaran Jarak Jauh Gambar 2. Rangkuman Langkah-langkah Setiap Kuadran 70

Langkah-langkah praktis serta penyusunan prioritas kembali dapat diterapkan para guru untuk meningkatkan efektivitas manajemen waktu masa PJJ (Gambar 2). seorang guru dapat menilai kembali seluruh kesibukan, tugas dan tanggung jawab yang saat ini dijalankan, serta dialokasikan ke dalam kuadran 1 – 4. Prioritas pertama sebaiknya fokus pada kegiatan dalam kuadran 2, dimana tugas dan tanggu- ng jawab yang harus dilaksanakan sudah terjadwal dan ter- dapat alokasi waktu untuk perencanaan yang matang. Tugas dan tanggung jawab yang masuk kedalam kuadran 1, dapat menjadi prioritas kedua. Walaupun mende- sak, namun kegiatan dalam kuadran 1 sebaiknya tidak men- jadi kebiasaan karena dapat memicu stress dan membentuk kebiasaan kurang baik dalam mengatur waktu. Langkah praktis yang dapat diambil guru untuk memastikan PJJ yang efektif dan menarik sebagai berikut. a. Mencari sumber informasi dan bahan ajar yang sudah disesuaikan dengan kondisi PJJ. Misalnya, laman ber- samahadapikorona.com (Kemendikbud, 2020) yang disusun oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dan kerjasama dengan berbagai pihak untuk dapat menyediakan panduan dan materi ajar yang relevan. b. Melakukan perencanaan pembelajaran dalam jangka waktu yang cukup. Misalnya, pembuatan kurikulum dan 71

rencana belajar untuk 2 minggu s.d. 1 bulan ke depan untuk memastikan kompetensi inti dan kompetensi dasar pembelajaran tetap terlaksana. c. Melakukan komunikasi aktif dengan seluruh komponen pengajaran, termasuk kepala sekolah dan orang tua mu- rid untuk memastikan kendala-kendala di lapangan sep- erti jangkauan dan akses internet, diketahui dan dapat dicarikan solusi terbaik. Dengan mengetahui dan mengalokasikan tugas dan tanggung jawab sesuai kuadran matriks manajemen waktu, maka diharapkan para guru dapat melaksanakan PJJ dengan lebih efektif, dan memiliki waktu persiapan yang cukup un- tuk memastikan pengajaran yang menarik. Penutup Melihat situasi pandemi saat ini, akan sulit untuk men- getahui kapan kegiatan belajar mengajar dapat kembali ke situasi normal. Seluruh komponen pendidikan, baik pe- merintah maupun sektor swasta saat ini sedang berkolab- orasi untuk bisa mendukung pembelajaran jarak jauh yang menarik dan tetap edukatif. Dukungan terhadap para pendi- dik Indonesia sangat dibutuhkan, baik dalam bentuk sarana maupun prasarana. 72

Tidak dapat dipungkiri juga bahwa sebagian guru juga menjalankan peran ganda sebagai pendidik dan orang tua. Persiapan PJJ membutuhkan waktu dan persiapan yang leb- ih ekstensif dibandingkan dengan pembelajaran normal. Hal ini menjadi tanggung jawab bagi para guru yang di satu sisi harus mengajar anak didiknya, dan di sisi lain, juga harus hadir sebagai orang tua yang mendampingi pembelajaran anak-anaknya. Matriks manajemen waktu diharapkan dapat hadir se- bagai solusi praktis dan mudah untuk diterapkan agar dapat memberikan waktu persiapan lebih banyak sehingga tugas dan tanggung jawab pendidik dapat dilakukan secara pro- duktif dan memberikan hasil pengajaran yang maksimal dan sesuai. 73

 DAFTAR PUSTAKA Covey, S. (1989). 7 Habits of Highly Effective People. New York: Free Press. Eisenhower. (2011). Eisenhower.me. Retrieved from https:// www.eisenhower.me/eisenhower-matrix/ Kemendikbud. (2020). Bersama Hadapi Korona. Retrieved from https://bersamahadapikorona.kemdikbud.go.id/ma- teri-materi-pengayaan-pendukung-belajar-dari-rumah/ SMERU. (2020). You are here Depan » Belajar dari Rumah: Potret Ketimpangan Pembelajaran pada Masa Pandemi COVID-19 Belajar dari Rumah: Potret Ketimpangan Pembelajaran pada Masa Pandemi COVID-19. Jakarta: SMERU. Yayasan Ruangguru. (2020, July). Hasil Survei Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ). 74

“Belajar secara daring memang menjadi tantangan, namun juga bisa meningkatkan efektivitas proses belajar dan mengasah pelajar dan pengajar yang kreatif, eksploratif, dan maju. Ini adalah saatnya kita semua menyambut pembelajaran sebagai kesempatan berkembang bersama.” (Melania Niken L) 75



MEMULIHKAN PENURUNAN KEMAMPUAN SISWA SAAT SEKOLAH DIBUKA KEMBALI Oleh: Florischa Ayu Tresnatri Peneliti The SMERU Research Institute Pendahuluan Pandemik COVID-19 telah mengakibatkan sekolah ditutup dalam waktu yang lama. Para siswa pun terpaksa melaksanakan Belajar dari Rumah (BDR) selama lebih dari tiga bulan akibat penutupan sekolah sejak Maret 2020. BDR yang dilaksanakan oleh siswa bervariasi. Siswa yang belajar di sekolah negeri yang berlokasi di wilayah desa, khususnya di luar Pulau Jawa, rentan mengalami penurunan kemam- puan belajar. Selain karena terbatasnya akses terhadap alat komunikasi dan internet, hal tersebut turut disebabkan oleh terbatasnya pemberian pengajaran, tugas, maupun ump- an balik yang tidak setiap hari dilakukan oleh guru kepada kelompok siswa tersebut. Di sisi lain, siswa dengan kemam- puan di atas rata-rata cenderung memiliki akses terhadap fasilitas yang lebih baik selama Belajar dari Rumah, dan bahkan didampingi oleh orang tua yang berpendidikan lebih tinggi dan lebih rutin berkomunikasi dengan guru. (Alifia et al. 2020) 77

Variasi praktik BDR tersebut menghasilkan ketimpan- gan kesempatan belajar siswa. Dengan kata lain, siswa den- gan lingkungan yang kurang mendukung kegiatan belajar dari rumah akan mengalami penurunan kemampuan bela- jar dan tertinggal dari siswa berstatus sosio-ekonomi tinggi yang memiliki sistem pendukung yang baik selama belajar dari rumah. Ketimpangan kemampuan belajar tersebut sesung- guhnya sudah diamati bahkan sebelum penutupan sekolah selama pandemi COVID-19 ini. Hanya saja, jika tidak dilaku- kan upaya apapun untuk menangani penurunan kemam- puan belajar akibat BDR ini, terutama saat sekolah dibuka kembali, maka ketimpangan tersebut akan semakin besar dan bahkan akan terakumulasi hingga siswa menempuh jen- jang pendidikan yang lebih tinggi. Hal ini dikarenakan ketika siswa kembali masuk sekolah, terdapat beberapa pengeta- huan dan keterampilan yang siswa tidak dapatkan akibat proses BDR yang tidak optimal. Jika siswa tidak diajarkan sesuai dengan kemampuan belajarnya pada titik tersebut, maka siswa tidak akan dapat memahami materi ajaran baru yang diberikan di sekolah, terutama jika materi baru tersebut membutuhkan pemaha- man terhadap materi yang dipelajari selama BDR. Keterting- galan siswa ini akan terakumulasi seiring dengan mening- katnya kelas atau jenjang pendidikan yang ditempuh oleh 78

siswa. Dampaknya, dalam jangka panjang, mereka berpoten- si mengalami kesulitan saat bersaing di dunia kerja. Penelitian yang dilakukan oleh Andrabi, et al. (2020) mengukur dampak dari penutupan sekolah selama 3,5 bu- lan akibat bencana alam gempa bumi di Pakistan. Hasiln- ya membuktikan bahwa empat tahun setelah gempa bumi tersebut, infrastruktur, tingkat ekonomi, dan kesehatan tel- ah pulih kembali, namun, tingkat pembelajaran siswa masih terdampak. Hasil ujian dari siswa di daerah yang terdampak gempa bumi tertinggal sebanyak 1,5 hingga 2 tahun jika dibandingkan dengan siswa yang tidak terdampak oleh gem- pa bumi. Kehilangan pembelajaran ini lebih lanjut akan menga- kibatkan pendapatan siswa lebih rendah sebesar 15% pada setiap tahunnya ketika siswa dewasa. Ironisnya, penutupan sekolah hanya berkontribusi sebanyak 10% terhadap ketim- pangan hasil ujian. Mayoritas justru disebabkan oleh siswa yang tidak dapat mengejar ketertinggalan terhadap kuriku- lum saat siswa bersekolah kembali. Oleh karena itu, upaya untuk memitigasi penurunan dan ketimpangan kemampuan belajar sangatlah penting untuk dilakukan saat sekolah dib- uka kembali untuk pembelajaran tatap muka. Bagian selan- jutnya akan menjelaskan upaya-upaya yang dapat dilakukan untuk mencapai tujuan tersebut. 79

Upaya Mitigasi Penurunan Kemampuan Belajar Beatty et al. (2020) memetakan upaya-upaya un- tuk memitigasi penurunan kemampuan siswa yang dapat dilakukan saat sekolah dibuka kembali. Pertama, adakan pertemuan dengan orang tua siswa untuk memberi penjela- san tentang rencana membuka kembali sekolah. Melibatkan orang tua dan mendapatkan kerja sama mereka sejak awal sangatlah penting. Jika pertemuan dalam kelompok kecil di- anggap terlalu berisiko, maka pertemuan dapat dilakukan secara daring atau dengan melakukan kunjungan dari ru- mah ke rumah. Kedua, lakukan asesmen diagnostik pembelajaran pada semua siswa saat masuk sekolah kembali. Asesmen diagnostik dilakukan untuk memetakan kemampuan semua siswa di kelas secara cepat lalu mengelompokkan siswa ber- dasarkan tingkat pembelajaran siswa. Dengan demikian, guru dapat menyesuaikan materi pembelajaran dengan ke- mampuan siswa. Sekolah dapat melakukan asesmen diagnostik berba- sis aplikasi atau komputer untuk siswa kelas 4 ke atas. Untuk siswa kelas bawah (kelas 1, 2, dan 3), guru perlu melakukan asesmen literasi dan numerasi dasar secara perorangan. Apabila asesmen diagnostik tidak tersedia, guru dapat 80

menggunakan asesmen untuk kelas yang lebih rendah, mis- alnya soal tes kelas 4 diujikan kepada siswa kelas 5. Ketiga, lakukan diferensiasi pengajaran. Pengalaman siswa belajar dari rumah bisa jadi berbeda-beda, sehingga penurunan kemampuan siswa dalam satu kelas bisa sangat bervariasi. Siswa perlu mendapat pengajaran sesuai den- gan tingkat pembelajarannya saat ini. Pengajaran berbeda kemudian dilakukan kepada siswa yang dikelompokkan ber- dasarkan hasil asesmen diagnostik dengan menyesuaikan kemampuan dan kebutuhan belajar siswa pada masing-mas- ing kelompok. Untuk mencapai pengajaran terdiferensiasi ini, tentu membutuhkan penyesuaian kurikulum/bahan ajar. Penye- suaian ditujukan agar guru dapat fokus kepada pemulihan penurunan kemampuan siswa ketimbang memenuhi target kurikulum yang tinggi. Keempat, lanjutkan asesmen low stakes (asesmen yang tingkat pertaruhannya rendah seperti tes diagnostik) secara berkala sepanjang tahun ajaran. Untuk melacak perkem- bangan pembelajaran, siswa harus menjalani asesmen low stakes tersebut secara berkala. Siklus asesmen sebaiknya pendek di awal, misalnya, setiap dua minggu sekali. Sedapat mungkin, gunakan instrumen asesmen yang dapat diband- ingkan dari waktu ke waktu. 81

Kelima, tekankan pada upaya menciptakan kemajuan dalam pembelajaran (berdasarkan titik awal kemampuan siswa, bukan berdasarkan standar kurikulum). Fokuslah pada perbaikan kemampuan literasi dan numerasi. Penilaian perkembangan siswa hendaknya tidak mengacu kepada stan- dar kurikulum, melainkan peningkatan dari tingkat pembe- lajaran siswa saat masuk sekolah kembali. Ketika menyusun rencana untuk memulihkan penurunan kemampuan siswa, ingatlah bahwa menetapkan target yang terlalu tinggi dapat menimbulkan tekanan baru pada guru dan siswa. Keenam, sadari bahwa model pembelajaran campuran (tatap muka dan jarak jauh) akan makin sering dilakukan di masa depan, khususnya di daerah padat penduduk. Ban- yak siswa yang masih harus belajar dari rumah. Siswa yang terpapar atau tinggal bersama orang dewasa yang terpapar, serta gelombang pandemik berikutnya, dapat menyebabkan siswa harus tetap berada di rumah. Banyak orang tua yang mungkin memilih untuk melarang anaknya ke luar rumah (termasuk ke sekolah). Oleh karena itu, pemerintah dan sekolah perlu melakukan investasi untuk mengembangkan sistem pembelajaran campuran yang lebih melibatkan orang tua. Ketujuh, pantau dengan cermat kondisi guru dan siswa, terutama untuk mengenali tanda-tanda adanya tekanan psi- kologis. Semakin lama sekolah ditutup, masalah yang timbul 82

bisa jadi lebih berat. Di tingkat SMP dan SMA, guru bimbin- gan konseling dapat memimpin upaya ini. Di tingkat SD, pe- merintah daerah dapat menyediakan konselor yang melaku- kan kunjungan ke sekolah-sekolah dan rumah-rumah. Asesmen Diagnostik dan Pengajaran Terdiferensiasi Kunci keberhasilan dalam memitigasi penurunan ke- mampuan belajar terletak pada asesmen diagnostik dan pengajaran terdiferensiasi. Cilliers (2020) menegaskan bahwa penambahan jam belajar di sekolah untuk menga- tasi penurunan kemampuan siswa tidak akan efektif tanpa penyederhanaan kurikulum/bahan ajar ataupun pengajaran terdiferensiasi. Bagaimana asesmen diagnostik dan pengajaran ter- diferensiasi dilakukan? Kementerian Pendidikan dan Ke- budayaan (2020) mengeluarkan panduan pelaksanaan asesmen diagnostik bagi guru. Pada dasarnya, guru harus mengidentifikasi materi asesmen dengan mempertimbang- kan dua hal utama, yaitu: 1) topik yang perlu dipahami oleh siswa pada jenjang kelas saat ini, dan 2) pengetahuan yang perlu dikuasai oleh siswa dari jenjang kelas sebelumnya yang menjadi prasyarat dasar agar siswa dapat mengikuti pembelajaran di jenjang kelas saat ini. Dari materi-materi tersebut, guru menyusun 10 soal sederhana, dimana 8 soal merupakan prasyarat dasar dan 2 soal lainnya terkait den- 83

gan pengajaran baru (Gambar 1). Gambar 1. Sepuluh Soal dalam Asesmen Diagnostik Sumber: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan 2020 Soal asesmen selanjutnya diberikan kepada semua siswa di kelas. Hasil asesmen diagnostik akan digunakan untuk membagi siswa menjadi 3 kelompok yaitu, 1) siswa dengan rata-rata kelas yang akan diajar oleh guru kelas, 2) siswa 1 semester di bawah rata-rata yang mendapatkan pe- lajaran tambahan dari guru kelas, dan 3) siswa 2 semester di bawah rata-rata yang akan dititipkan ke guru kelas di bawah, atau dibuatkan kelompok belajar yang didampingi orang tua ataupun pendamping lainnya yang relevan. Lakukan penga- jaran terdiferensiasi kepada 3 kelompok tersebut dan laku- kan penilaian terhadap topik yang sudah diajarkan sebelum memulai topik pembelajaran baru. Olah hasil asesmen ter- baru tersebut lalu kelompokkan kembali siswa ke dalam 3 kelompok berdasarkan hasil asesmen terbaru. Proses ini diulang hingga siswa mencapai tingkat kompetensi yang di- harapkan. 84

Praktik pengajaran terdiferensiasi berbasis asesmen ini telah terbukti efektif dalam meningkatkan hasil belajar, terutama bagi anak berkemampuan rendah untuk mengejar ketertinggalan belajarnya. Di India, praktik pengajaran ter- diferensiasi telah dilaksanakan melalui Teaching at the Right Level (TaRL). Praktik TaRL melalui program balsakhi di India ter- bukti sukses dalam meningkatkan hasil belajar anak berke- mampuan rendah. Balsakhi pada dasarnya merupakan per- empuan muda lulusan SMP/SMA yang menjadi sukarelawan desa dan dilatih dalam waktu singkat untuk mengajar siswa kelas 2, 3, dan 4 SD yang mengalami ketertinggalan dalam belajar dibandingkan teman-teman sekelas mereka. Ber- dasarkan asesmen diagnostik, Balsakhi mengelompokkan siswa berdasarkan kebutuhan belajar, ketimbang usia atau- pun jenjang kelas. Balsakhi akan mengajar 15–20 anak (yang mengalami ketertinggalan dalam belajar) di ruang kelas re- medial terpisah selama 2 jam per hari di luar waktu belajar reguler selama 4 jam. Pengajaran difokuskan kepada kompe- tensi inti yang semestinya sudah dipelajari siswa di kelas 1 dan 2, seperti kemampuan numerasi dasar dan literasi. Ke- giatan remedial dilaksanakan di ruangan apa pun yang ter- sedia (kelas kosong, tempat bermain, bahkan lorong sekolah bila perlu). Program ini meningkatkan nilai ujian siswa sebe- sar 0,14 standar deviasi pada tahun pertama dan 0,28 stan- 85

dar deviasi pada tahun kedua, dengan peningkatan nilai ter- tinggi pada mata pelajaran matematika. Para siswa dengan kemampuan paling rendah yang menjadi sasaran program ini mendapatkan manfaat paling besar. Pelaksanaan TaRL di India turut memberikan pelaja- ran bahwa ketika pengajaran terdiferensiasi hendak dilak- sanakan oleh guru di sekolah, maka pemberian pelatihan saja kepada guru tidak akan cukup untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Para guru butuh untuk diberi bimbingan den- gan target yang jelas, dibantu untuk memahami data pem- belajaran siswa, dan didukung oleh pembimbing yang kuat (dari pegawai pemerintahan atau pengawas sekolah) yang juga memberikan bantuan di sekolah secara terus-menerus, lalu dikumpulkan untuk berbagi tentang pembelajaran dan tantangannya. Jika hal ini dilakukan, maka hasil pembelaja- ran siswa akan meningkat. Selain itu, penting untuk menga- lokasikan waktu khusus bagi guru untuk melakukan penga- jaran terdiferensiasi, sehingga guru terbebas dari tekanan mencapai target kurikulum reguler. Penutup Saat kegiatan belajar tatap muka dilaksanakan kem- bali setelah sekian lama siswa BDR dengan kondisi belajar yang beragam, siswa harus beradaptasi dan berpotensi men- galami penurunan kemampuan belajar. Penurunan kemam- 86

puan pembelajaran tersebut dialami secara berbeda dimana siswa miskin dengan orang tua berpendidikan rendah akan semakin jauh tertinggal ketika sekolah ditutup, dibanding- kan dengan siswa yang orang tuanya berpendidikan tinggi. Hal ini pun berisiko untuk terakumulasi sepanjang waktu, sehingga siswa akan tertinggal selama masa pendidikannya, bahkan hingga saat bekerja nanti. Oleh karena itu, upaya-up- aya mitigasi penurunan pembelajaran siswa wajib untuk dilaksanakan. Asesmen diagnostik dan pengajaran terdifer- ensiasi sesuai dengan tingkat pembelajaran siswa merupa- kan kunci untuk memulihkan penurunan kemampuan bela- jar siswa. 87

DAFTAR PUSTAKA Alifia, U., Barasa, A.R., Bima, L., Pramana, R.P., Revina, S., Tresna- tri, F.A. (2020). Belajar dari Rumah: Potret Ketimpangan Pembelajaran pada Masa Pandemi COVID-19. The SMERU Research Institute. http://smeru.or.id/sites/default/files/ publication/cp01_covidpjj_in_0.pdf. Andrabi, T., Daniels, B., Das, J. (2020). Human Capital Accumu- lation and Disasters: Evidence from the Pakistan Earth- quake of 2005. RISE Working Paper Series. https://doi. org/10.35489/BSG-RISE-WP_2020/039 . Beatty, A., Pradhan, M., Suryadarma, D., Tresnatri, F.A., Dhar- mawan, G.F. (2020). Memulihkan Penurunan Kemampuan Siswa Saat Sekolah di Indonesia Dibuka Kembali: Pedoman bagi Pembuat Kebijakan. Program RISE di Indonesia, The SMERU Research Institute. http://rise.smeru.or.id/sites/ default/files/publication/Recovering%20Learning%20 Loss%20Note%20%28ID-EN%29_.pdf. Cilliers, J. (2020). How to Support Students When Schools Re- open?. RISE Insight Series. https://doi.org/10.35489/ BSG-RISE-RI_2020/018. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. (2020). Buku Saku Asesmen Diagnosis Kognitif Berkala. https://bersa- mahadapikorona.kemdikbud.go.id/wp-content/up- loads/2020/07/FINAL-Buku-saku-Asesmen-Kognitif-Ber- kala.pdf. 88

Florischa adalah seorang peneliti kuantitatif untuk program RISE (Research on Improving Systems of Educa- tion) di Indonesia, The SMERU Research Institute. Dalam program RISE, Florischa memimpin studi terkait peningka- tan peran aktif orang tua dalam pendidikan anak. Florischa turut terlibat dalam studi-studi pendidikan lainnya, yaitu, i) evaluasi dampak kebijakan zonasi terhadap hasil belajar siswa, ii) Belajar dari Rumah selama pandemi COVID-19, dan iii) memulihkan penurunan kemampuan siswa akibat penu- tupan sekolah selama pandemi COVID-19. Florischa mendapatkan gelar Sarjana Teknik dari pro- gram Teknik Industri di Institut Teknologi Bandung (ITB) pada tahun 2016. Selama menempuh pendidikan di ITB, Florischa beberapa kali memenangi kompetisi yang berkai- tan dengan keilmuan Teknik Industri baik di tingkat nasion- al maupun internasional. Selain itu, Florischa juga terpilih menjadi salah satu Young Leaders for Indonesia, suatu fo- rum kepemimpinan bergengsi di Indonesia, yang diinisiasi oleh McKinsey & Company. Tidak lama setelah mendapatkan gelar sarjana, mulai dari awal tahun 2017 hingga akhir ta- hun 2018, Florischa menempuh pendidikan magister di The 89

Australian National University, jurusan International and Development Economics dengan didanai oleh beasiswa pen- didikan Indonesia dari Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP). Florischa dianugerahi penghargaan Helen Hughes Prize selama 2 tahun berturut-turut oleh The Australian National University, atas pencapaiannya sebagai mahasiswa terbaik di program International and Development Econom- ics.   90


Like this book? You can publish your book online for free in a few minutes!
Create your own flipbook