Important Announcement
PubHTML5 Scheduled Server Maintenance on (GMT) Sunday, June 26th, 2:00 am - 8:00 am.
PubHTML5 site will be inoperative during the times indicated!

Home Explore Asal Usul Nama Bantul

Asal Usul Nama Bantul

Published by SPEGASALIBRARY, 2023-08-06 15:44:07

Description: Asal-usul nama Bantul berasal dari Kisah Seorang Ki Ageng Mangir. Di mata Mataram, Mangir dikenal sebagai tokoh yang memberontak karena dituduh ingin melepaskan diri dari Mataram. Dia meninggal di tangan Panembahan Senopati yang sebenernya merupakan mertuanya sendiri. Panembahan Senopati mengatur skenario dengan menjebak Ki Ageng Mangir dengan mengirimkan anak sulung, untuk mengikat Mangir dengan cara menyamar sebagai penari tayub. Strateginya berhasil dan kemudian dia meminta Ki Ageng Mangir untuk mau datang menghadap ayahandanya. Namun saat menghadap dan sujud di depan Panembahan Senopati, kepalanya dibenturkan ke batu gilang tempat duduk sang raja.
Siapa sebenarnya Ki Ageng Mangir tidak ada catatan yang jelas. Dalam Babad Mangir disebutkan setidaknya ada tiga tokoh yang menggunakan nama Mangir. Trah Mangir ini dalam babad diceritakan berasal dari Brawijaya V yang berputra Radyan Alembumisani. Alembumisani ini melarikan diri dari Majapahit ke arah barat bersama istrinya.

Keywords: legenda

Search

Read the Text Version

["\u201cApa kabar, Mertalaya? Lama kita tak berjumpa,\u201d sapa Panembahan Senapati dengan penuh keceriaan. \u201cKabar saya baik, Sinuhun,\u201d jawab Tumengung Mertalaya sambil memberi hormat. \u201cBagaimana rencana kita dulu, Mertalaya? Apakah berhasil?\u201d tanya Panembahan Senapati. \u201cBenar, Sinuhun. Kedatangan saya sekarang ini untuk menyampaikan masalah itu. Putri Sinuhun, Rara Pembayun, sekarang telah diperistri oleh Ki Ageng Mangir,\u201d jawab Tumengung Mertalaya. \u201cBagus\u2026, Mertalaya, strategi kita berjalan sesuai dengan rencana. Mudah-mudahan Pembayun dapat melaksanakan tugasnya dengan baik.\u201d Panembahan Senapati berkata dengan penuh kegembiraan. Panembahan Senapati benar-benar merasa sangat puas setelah mendengar laporan dari Ki Sandiguna alias Tumengung Mertalaya. Beliau memerintahkan Tumenggung Mertalaya agar terus mengawasi Ki Ageng Mangir Wonoboyo. Setelah tiga bulan lebih, Rara Kasihan mulai merasa gelisah karena teringat tugasnya tersebut. Akan tetapi, Rara Kasihan juga sudah merasa sangat menyayangi Ki Ageng Mangir Wonoboyo. Namun, sebagai seorang putri 39","Panembahan Senapati, tugas utamanya mengambil senjata andalan Ki Ageng Mangir Wonoboyo. Oleh karena itu, pada suatu malam diungkapkanlah rahasia yang selama ini disimpannya. \u201cKangmas Mangir, belum tidur?\u201d sapa Rara Kasihan. \u201cOh\u2026, Adinda Rara Kasihan. Belum Adinda, udara malam ini terasa panas sekali,\u201d sahut Ki Ageng Mangir Wonoboyo. \u201cKangmas\u2026, apa Kangmas Mangir bahagia menikah denganku?\u201d tanya Rara Kasihan. \u201cAdinda\u2026, Adinda\u2026, pertanyaanmu itu aneh bagiku,\u201d jawab Ki Ageng Mangir Wonoboyo sambil tersenyum. \u201cMengapa tidak dijawab, Kangmas?\u201d tanya Rara Kasihan sambil menunjukkan muka masam. \u201cJawabannya sudah pasti bahagia, Adinda,\u201d sahut Ki Ageng Mangir Wonoboyo. \u201cApa benar Kangmas akan tetap merasa bahagia kalau mengetahui asal-usul keluargaku?\u201d tanya Rara Kasihan lagi. \u201cAdindaku sayang, aku sudah tahu sejak dulu kalau Adinda anak seorang seniman tayub. Aku tidak peduli dengan hal itu,\u201d jawab Ki Ageng Mangir Wonoboyo mencoba meyakinkan istrinya. 40","\u201cKangmas Mangir salah. Aku bukan anak seorang seniman tayub. Aku ini sebenarnya seorang putri,\u201d kata Rara Kasihan dengan raut muka serius. \u201cO\u2026, Adinda seorang putri ya\u2026?\u201d sahut Ki Ageng Mangir Wonoboyo sambil mengajak bercanda istrinya. \u201cMaaf Kangmas, aku bicara sebenarnya. Aku ini memang seorang putri dari Kerajaan Mataram,\u201d kata Rara Kasihan menegaskan. \u201cKalau begitu, apa Adinda ini putri dari Panembahan Senapati?\u201d Ki Ageng Mangir Wonoboyo balik bertanya kepada Rara Kasihan. \u201cBenar Kangmas, aku ini putri sulung Panembahan Senapati. Namaku yang sebenarnya adalah Rara Pembayun. Aku ditugasi ayahku untuk mengambil senjata andalan Kangmas, tombak Baru Klinting,\u201d jawab Rara Kasihan yang tidak lain nama samaran Rara Pembayun. \u201cApa\u2026? Adinda putri sulung Panembahan Senapati, Rara Pembayun!\u201d seru Ki Ageng Mangir Wonoboyo sambil bangkit dari tempat duduknya. Ki Ageng Mangir Wonoboyo tentu saja sangat terkejut setelah mengetahui bahwa ternyata Rara Kasihan sebenarnya Rara Pembayun, putri sulung Panembahan 41","Senapati, musuhnya selama ini. Akan tetapi, Ki Ageng Mangir Wonoboyo juga merasa bangga karena mampu mempersunting seorang putri dari orang tersohor dan sakti mandraguna. Setelah emosinya mereda, Ki Ageng Mangir Wonoboyo mendekati, Rara Pembayun. \u201cAdinda Pembayun, siapa pun kamu, aku tetap menyayangimu,\u201d kata Ki Ageng Mangir Wonoboyo dengan suara mesra. \u201cMaafkan aku, Kangmas. Aku telah berbohong kepada Kangmas selama ini,\u201d sahut Rara Pembayun sambil mengusap air matanya. \u201cAndinda Pembayun, pasti aku maafkan dirimu. Aku sudah telanjur sangat menyayangimu,\u201d jawab Ki Ageng Mangir Wonoboyo menghibur istrinya. \u201cSekarang aku pasrah dengan Kangmas. Aku siap mendapatkan hukuman jika dianggap bersalah,\u201d kata Rara Pembayun dengan menangis sesenggukan. \u201cTidak, tidak, Adinda.... Aku tidak mungkin menghukummu. Bahkan, jika Panembahan Senapati meminta Adinda untuk membunuhku, aku akan ikhlas menerimanya,\u201d jawab Ki Ageng Mangir Wonoboyo meyakinkan ketulusan cintanya kepada Rara Pembayun. 42","\u201cKangmas Mangir, aku tidak mungkin membunuhmu. Aku sudah telanjur mencintaimu sekarang,\u201d kata Rara Pembayun kepada suaminya. \u201cSudah\u2026, sudah\u2026, Adindaku\u2026.. Berhentilah engkau menangis. Mari kita pikirkan apa yang harus kita lakukan sekarang?\u201d ajak Ki Ageng Mangir Wonoboyo kepada istrinya. \u201cKangmas, bagaimana kalau kita berdua menghadap ayahku. Nanti aku akan memintakan ampun kepada Ayahanda agar Kangmas diampuni,\u201d kata Rara Pembayun. \u201cHmmm, baiklah kalau itu keinginan Adinda,\u201d jawab Ageng Mangir Wonoboyo dengan kening berkerut. Pertimbangan inilah yang kemudian mendorong keputusannya melaksanakan permintaan Rara Pembayun agar menemui ayahandanya yang tidak lain Panembahan Senapati di Kerajaan Mataram. Ki Ageng Mangir Wonoboyo dan Rara Pembayun dengan beberapa punggawa berangkat menuju Kerajaan Mataram. Sebagai seseorang yang telah melakukan pemberontakan, perasaan Ki Ageng Mangir Wonoboyo tetap tidak merasa nyaman. Bahkan, senjata andalannya, tombak Baru Klinting, berkali-kali memberi bisikan gaib agar Ki Ageng Mangir Wonoboyo membatalkan rencananya pergi ke Mataram. 43","44","Ketika sampai di suatu desa, Ki Ageng Mangir Wonoboyo meminta rombongannya beristirahat sebentar. \u201cAdinda Pembayun, kita istirahat di sini dulu ya,\u201d pinta Ki Ageng Mangir Wonoboyo kepada istrinya. \u201cBaik, Kangmas. Aku juga sudah merasa lelah,\u201d jawab Rara Pembayun. Di desa tersebut, Ki Ageng Mangir Wonoboyo mengemukakan keraguannya kepada Rara Pembayun. Apakah benar Panembahan Senapati nanti akan mengampuninya? \u201cDinda Pembayun, bagaimana kalau kita kembali saja ke Mangiran?\u201d tanya Ki Ageng Mangir Wonoboyo kepada istrinya. \u201cKangmas Mangir, mengapa berubah pikiran?\u201d Rara Pembayun balik bertanya kepada suaminya. \u201cSaya tidak yakin, Dinda, kalau Panembahan Senapati akan memaafkan saya,\u201d jawab Ki Ageng Mangir Wonoboyo dengan suara lirih. \u201cPercayalah kepadaku, Kangmas Mangir. Ayahanda orang baik. Ayahanda pasti bersedia memaafkan Kangmas.\u201d Rara Pembayun mencoba meyakinkan suaminya. \u201cAkan tetapi, firasat saya tidak seperti itu, Dinda,\u201d jawab Ki Ageng Mangir Wonoboyo dengan suara agak keras. 45","\u201cKangmas sudah tidak memercayai saya lagi. Baik, saya izinkan Kangmas kembali ke Mangiran, tetapi saya tetap akan melanjutkan perjalanan ke Kota Gede,\u201d jawab Rara Pembayun dengan nada lebih tinggi. \u201cMaafkan saya, Dinda, kalau tadi bicara sedikit keras. Bukannya saya tidak percaya kepada Dinda, melainkan saya merasa tidak akan dimaafkan oleh ayah Dinda Pembayun jika sampai di Mataram nanti,\u201d jawab Ki Ageng Mangir Wonoboyo dengan suara lemah lembut. \u201cSekarang keputusan Kangmas bagaimana? Apakah akan tetap melanjutkan perjalanan ke Kota Gede?\u201d tanya Rara Pembayun kepada suaminya. \u201cSaya akan tetap meneruskan perjalanan ke Kota Gede Dinda meskipun hati kecil saya terasa nyaman jika sampai di sana nanti,\u201d jawab Ki Ageng Mangir Wonoboyo. \u201cKalau Kangmas Mangir masih ragu, lebih baik pulang saja ke Mangiran,\u201d saran Rara Pembayun kepada suaminya. \u201cTidak, Dinda. Saya ikut Dinda ke Kota Gede. Saya siap dengan segala risiko yang akan saya hadapi nanti,\u201d jawab Ki Ageng Mangir Wonoboyo dengan penuh keyakinan. \u201cNah, begitu, Kangmas. Kangmas Mangir harus yakin jika akan pergi ke Kota Gede. Saya pasti akan melindungi 46","Kangmas di sana nanti,\u201d jawab Rara Pembayun mencoba meyakinkan suaminya. \u201cIya, Dinda. Lagi pula perjalanan kita sudah jauh. Rasanya sayang juga kalau harus kembali ke Mangiran,\u201d jawab Ki Ageng Mangir Wonoboyo. \u201cBenar, Kangmas, perjalanan kita sudah hampir sampai Kota Gede. Lebih baik kita melanjutkan perjalanan ke sana,\u201d jawab Rara Pembayun mengiyakan suaminya. Terjadi sedikit pertengkaran terjadi antara Ki Ageng Mangir Wonoboyo dan Rara Pembayun sehingga istirahatnya memakan waktu sampai berhari-hari untuk mendapatkan kesepakatan. Firasat Ki Ageng Mangir Wonoboyo memang tidak mengada-ada sebab senjata saktinya, Baru Klinting, selalu mengingatkan risiko yang akan dihadapi jika sampai Mataram nanti. Akan tetapi, karena rasa cintanya yang begitu besar kepada istrinya, Ki Ageng Mangir Wonoboyo tetap melanjutkan perjalanan ke Kota Gede, Mataram tanpa memedulikan peringatan Baru Klinting. Sementara itu, Rara Kasihan yang sebenarnya Rara Pembayun itu sudah telanjur dikenal sebagai penari tayub sehingga warga desa sekitar situ pun banyak yang mengenalnya sebagai Rara Kasihan, seorang penari tayub. Demikianlah, akhirnya desa tempat 47","beristirahatnya rombongan Ki Ageng Mangir Wonoboyo dan Rara Pembayun itu diberi nama Desa Kasihan yang letaknya berada di Kabupaten Bantul. Wilayah Kasihan tersebut sekarang menjadi nama salah satu kecamatan di Kabupaten Bantul. Selanjutnya, sesampainya di Kota Gede, Ki Ageng Mangir Wonoboyo segera menghadap Panembahan Senapati sebagai baktinya kepada sang ayah mertua. Dalam tradisi keraton disyaratkan bahwa ketika akan menghadap raja yang sekaligus mertuanya, semua jenis senjata haruslah ditanggalkan. Akhirnya, menghadaplah Ki Ageng Mangir Wonoboyo ke hadapan Panempahan Senapati tanpa membawa senjata tombak Baru Klinting. *** 48","Biodata Penulis Nama lengkap\t :\t Aji Prasetyo, S.S. Telp kantor\/ponsel\t: \t(0274) 562070\/081226272842 Pos-el \t : \[email protected] Akun Facebook \t : \tAji Prasetyo Alamat kantor \t : \tJalan I Dewa Nyoman Oka 35, Kecamatan Gondokusuman, Yogyakarta 55224 Bidang keahlian \t : \tLinguistik\/Bahasa Riwayat pekerjaan\/profesi (10 tahun terakhir): 1.\t 2012\u20132016: Tenaga Teknis di Balai Bahasa Daerah Istimewa Yogyakarta 2.\t 2006\u20132012: Tenaga Teknis di Kantor Bahasa Sulawesi Tenggara 49","Riwayat Pendidikan Tinggi dan Tahun Belajar: 1.\t S-1: FIB UGM Jurusan Sastra Indonesia (1996--2002) Judul Buku dan Tahun Terbit (10 Tahun Terakhir): 1.\t Afiks Pembentuk Nomina dalam Bahasa Muna Dialek Mawasangka (2010) Informasi Lain: Lahir di Semarang, 2 November 1976. Menikah dan dikaruniai tiga anak. Saat ini menetap di Yogyakarta. Terlibat di berbagai kegiatan di bidang kebahasaan, beberapa kali menjadi pemakalah di berbagai seminar tentang kebahasaan dan kesastraan.","Biodata Penyunting Nama \t : Setyo Untoro Pos-el \t : [email protected] Bidang Keahlian\t: Penyuntingan Riwayat Pekerjaan\t 1.\tStaf pengajar Jurusan Sastra Inggris, Universitas Dr. Soetomo Surabaya (1995\u20142001) 2.\tPeneliti, penyunting, dan ahli bahasa di Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa (2001\u2014 sekarang) Riwayat Pendidikan\t 1.\tS-1 Fakultas Sastra Universitas Diponegoro, Semarang (1993) 2.\tS-2 Linguistik Program Pascasarjana Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta (2003) Informasi Lain \t\t\t Lahir di Kendal, Jawa Tengah, 23 Februari 1968. Pernah mengikuti sejumlah pelatihan dan penataran kebahasaan dan kesastraan, seperti penataran penyuluhan, penataran penyuntingan, penataran semantik, dan penataran leksikografi. Selainitu, ia juga aktif mengikuti berbagai seminar dan konferensi, baik nasional maupun internasional. 51","Biodata Ilustrator Nama lengkap\t :\t Azka Devina Ponsel\t :\t 081321600090 Pos-el\t:\[email protected] Bidang keahlian\t:\t Desain grafis, ilustrasi Riwayat pendidikan: 1.\t 2002--2008: SD Negeri Nilem I Bandung 2.\t 2008--2011 : SMP Negeri 34 Bandung 3.\t 2011--2014 : SMA Negeri 22 Bandung 4.\t 2014--sekarang : Institut Teknologi Bandung Informasi lainnya: Lahir di Bandung pada tanggal 17 Desember 1995 52"]


Like this book? You can publish your book online for free in a few minutes!
Create your own flipbook