Pembelajaran Sosial dan Emosional Penulis Modul: Rusiati Yo, S.Psi., M.Pd Jilly Pingkan Kaunang, S.Si-Teol. KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN, RISET DAN TEKNOLOGI DIREKTORAT JENDERAL GURU DAN TENAGA KEPENDIDIKAN DIREKTORAT KEPALA SEKOLAH, PENGAWAS SEKOLAH DAN TENAGA KEPENDIDIKAN 2022
Bahan Ajar Pendidikan Program Guru Penggerak Paket Modul 2: Praktik Pembelajaran yang Berpihak pada Murid Modul 2.2. “Pembelajaran Sosial dan Emosional” Edisi Ketiga Edisi Kesatu (September 2020): ● Caesilia Ika W, M. Psi., Psikolog ● Mega Tala Harimukthi, S.Psi., M.Psi., Psikolog ● Oscarina Dewi Kusuma, S.Pd., M.Pd ● Rusiati Yo, S.Psi., M.Pd ● Tania Savana Sari, S.Psi.,M.Psi., Psikolog Edisi Kedua (Juni 2021): ● Rusiati Yo, S.Psi., M.Pd Edisi Ketiga (Januari 2022): ● Jilly Pingkan Kaunang, S.Si-Teol. ● Rusiati Yo, S.Psi., M.Pd Editor: Direktorat Kepala Sekolah, Pengawas Sekolah dan Tenaga Kependidikan, Kemdikbudristek _______________________________________________________________ _____________________________ Hak Cipta © 2022 pada Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan Dilindungi Undang-undang Diterbitkan oleh Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi
Lembar Pengesahan Tahapan Nama Tanda Tangan Tanggal Review Dr. Rita Dewi Suspalupi, M.Ak. Verifikasi Dr. Kasiman, M.T. Validasi Dr. Praptono, M.Ed.
Kata Pengantar Direktur Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan Pemimpin sekolah, dalam berbagai literatur, disebut berperan besar dalam menentukan keberhasilan sekolah karena ia mempunyai tanggung jawab dalam menyinergikan berbagai elemen di dalamnya. Seorang pemimpin sekolah yang berkualitas akan mampu memberdayakan seluruh sumber daya di ekosistem sekolahnya hingga dapat bersatu padu menumbuhkan murid-murid yang berkembang secara utuh, baik dalam rasa, karsa dan ciptanya. Tak dipungkiri, pemimpin sekolah merupakan salah satu aktor kunci dalam terwujudnya Profil Pelajar Pancasila. Untuk dapat menjalankan peran-peran tersebut, seorang pemimpin sekolah perlu mendapatkan pendidikan yang berkualitas sebelum ia menjabat. Program Pendidikan Guru Penggerak (PPGP), sebagai bagian dari rangkaian kebijakan Merdeka Belajar episode kelima, didesain untuk mempersiapkan guru-guru terbaik Indonesia untuk menjadi pemimpin sekolah yang berfokus pada pembelajaran (instructional leaders). Melalui berbagai aktivitas pembelajaran dalam PPGP, kandidat kepala sekolah masa depan diharapkan dapat memiliki kompetensi dalam pengembangan diri dan orang lain, pengembangan pembelajaran, manajemen sekolah serta pengembangan sekolah. Kami memiliki harapan besar agar lulusan PPGP dapat mewujudkan standar nasional pendidikan untuk menjamin mutu pendidikan di seluruh wilayah negeri ini, di mana keberpihakan pada murid menjadi orientasi utamanya. Upaya pemenuhan kandidat kepala sekolah yang lebih optimal menuntut penyesuaian pada desain pembelajaran PPGP. Karena itu, terhitung dari angkatan kelima durasi program diefisiensikan dari sembilan menjadi enam bulan. Selain itu, PPGP juga menerapkan diferensiasi proses untuk peserta di daerah yang memiliki akses terbatas, baik dari segi transportasi maupun telekomunikasi. Namun, terlepas dari moda penyampaian yang beragam, para Calon Guru Penggerak (CGP) di seluruh Indonesia sama-sama mempelajari materi-materi bekal kepemimpinan dengan sistem on-the-job learning di mana selama belajar, guru tetap menjalankan perannya di sekolah sekaligus Modul 2.2 - Pembelajaran Sosisal dan Emosional | 1
menerapkan pengetahuan yang didapat dari ruang pelatihan ke dalam pembelajaran di kelas. Pendekatan pembelajaran juga tetap menggunakan siklus inkuiri yang sarat dengan refleksi dan praktik langsung, baik bersama sesama CGP maupun rekan sejawat di sekolah. Pendampingan di lapangan juga tetap menjadi kunci dari keberhasilan implementasi konsep di kelas atau sekolah CGP. Tentu saja, seluruh upaya tersebut tidak akan berhasil tanpa peran berbagai tim pendukung yang telah bekerja keras dan berkontribusi positif mewujudkan penyelesaian bahan ajar ini serta membantu terlaksananya PPGP. Kami mengucapkan terima kasih dan apresiasi setinggi-tingginya kepada para pengembang modul, tim digitalisasi, serta fasilitator, pengajar praktik dan instruktur. Semoga Allah Yang Mahakuasa senantiasa memberkati upaya yang kita lakukan demi transformasi pendidikan Indonesia. Amin. Jakarta, Januari 2022 Direktur Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan, Dr. Iwan Syahril, Ph.D. 2 | Modul 2.2 - Pembelajaran Sosisal dan Emosional
Surat dari Instruktur Bapak/Ibu CGP, selamat datang dalam modul 2.2 Pembelajaran Sosial dan Emosional (PSE). Modul ini merupakan bagian dari Paket Modul 2 yang bertujuan menguatkan paradigma dan praktek pembelajaran yang berpihak pada murid. Dalam modul 2.1, Bapak/ Ibu belajar bagaimana mendesain pengalaman belajar dan lingkungan belajar dengan menanggapi atau merespon kebutuhan belajar murid agar murid dapat mencapai tujuan pembelajarannya. Dalam modul 2.2 ini, Bapak/Ibu akan belajar bagaimana menciptakan pengalaman dan lingkungan belajar yang memperhatikan kebutuhan sosial dan emosional murid. Mengapa PSE semakin mendesak untuk kita terapkan dan praktikkan? Kita tentu memahami serta menyadari pentingnya perkembangan murid secara holistik;bukan hanya intelektual, tetapi juga fisik, emosional, sosial, dan karakter. Meningkatnya jumlah kasus perundungan, tawuran, penyalahgunaan obat-obatan terlarang, pernikahan usia dini dan kehamilan di bawah usia, murid yang memiliki motivasi belajar rendah hingga putus sekolah, murid dengan gangguan emosional seperti stres, kecemasan, depresi, bahkan kasus bunuh diri pada usia remaja, menunjukkan masih lemahnya perkembangan sosial dan emosional para murid kita. Maka, pembelajaran yang dapat menumbuhkan kompetensi sosial dan emosional murid adalah sebuah urgensi dalam proses pendidikan kita. Sebagai pendidik dan tenaga kependidikan yang memilih untuk menjadi pendidik, yang mendampingi murid di sekolah sepanjang hari, kita patut memikirkan bagaimana menuntun mereka untuk mencapai kodratnya, bagaimana membimbing mereka agar dapat mengeksplorasi dan mengaktualisasikan seluruh potensi dalam dirinya setinggi- tingginya, baik sebagai manusia maupun sebagai anggota masyarakat, hingga dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaannya. Modul 2.2 - Pembelajaran Sosisal dan Emosional | 3
Di sinilah letak urgensi PSE untuk mendorong tumbuh kembang murid secara holistik. Pembelajaran yang mampu menciptakan pengalaman belajar bagi murid untuk menumbuhkan dan melatih lima Kompetensi Sosial dan Emosional (KSE), yaitu: kesadaran diri, manajemen diri, kesadaran sosial, keterampilan berelasi, dan pengambilan keputusan yang bertanggung jawab. Dalam modul ini, kita akan mengeksplorasi PSE melalui empat indikator yaitu, pengajaran eksplisit, integrasi dalam praktek mengajar guru dan kurikulum akademik, penciptaan iklim kelas dan budaya sekolah, serta penguatan KSE pendidik dan tenaga kependidikan (PTK) melalui keteladanan, proses belajar, dan kolaborasi dengan seluruh komunitas sekolah. Bapak/Ibu CGP, lima KSE bukanlah sesuatu yang baru bagi Bapak/Ibu. Contohnya, saat mempelajari modul-modul PGP ini, Bapak/Ibu sedang menerapkan lima KSE. Lewat fase mulai dari diri dan berbagai refleksi dalam pembelajaran, Bapak/Ibu diajak untuk menerapkan KSE kesadaran diri. Dengan mengatur diri agar dapat menjalankan tugas sebagai CGP sekaligus sebagai guru di sekolah, Bapak/Ibu menerapkan KSE manajemen diri. Dengan membangun pemahaman tentang konteks kelas dan sekolah sebelum menerapkan pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh dalam pelatihan, Bapak/Ibu menerapkan KSE kesadaran sosial dan pengambilan keputusan yang bertanggung jawab. Dengan berkolaborasi dengan sesama rekan CGP, rekan sejawat, dan pemimpin di sekolah maupun komunitas, Bapak/Ibu menerapkan KSE keterampilan berelasi. Melalui pembelajaran dalam modul 2.2 ini, kami berharap Bapak/Ibu semakin memahami konsep dan implementasi PSE yang lebih sistematik, holistik, kolaboratif dalam ekosistem sekolah. Selamat belajar, berubah, berbagi, dan terus tergerak dan bergerak untuk kemajuan pendidikan Indonesia! Salam hangat, Rusiati Yo & Jilly Pingkan Kaunang 4 | Modul 2.2 - Pembelajaran Sosisal dan Emosional
Daftar Isi Hlm. Kata Pengantar Direktur Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan................................. 1 Surat dari Instruktur ......................................................................................................... 3 Daftar Isi............................................................................................................................ 5 Daftar Gambar .................................................................................................................. 6 Daftar Diagram ................................................................................................................. 6 Daftar Tabel ...................................................................................................................... 6 Capaian yang Diharapkan ................................................................................................. 7 Glosarium........................................................................................................................ 12 Pembelajaran 1 - Mulai Dari Diri ..................................................................................... 1 Pembelajaran 2a - Eksplorasi Konsep............................................................................... 3 Pembelajaran 2b – Eksplorasi Konsep – Forum Diskusi ................................................. 29 Pembelajaran 3 - Ruang Kolaborasi................................................................................ 36 Pembelajaran 4 - Demonstrasi Kontekstual ................................................................... 40 Pembelajaran 5 – Elaborasi Pemahaman ....................................................................... 42 Pembelajaran 6 - Koneksi Antarmateri .......................................................................... 44 Pembelajaran 7 - Aksi Nyata........................................................................................... 46 Surat Penutup ................................................................................................................. 48 Daftar Pustaka ................................................................................................................ 49 Lampiran ......................................................................................................................... 51 Profil Penulis Modul ....................................................................................................... 53 Modul 2.2 - Pembelajaran Sosisal dan Emosional | 5
Daftar Gambar Gambar 1. Pembelajaran Sosial Emosional Kolaboratif Seluruh Komunitas Sekolah CASEL 7 Gambar 2. Teknik STOP 15 Gambar 3. Teknik Praktik Kesadaran Penuh 17 Gambar 4. Pembelajaran Sosial Emosional Pendidik dan Tenaga Pendidikan 27 Daftar Diagram Diagram 1. Hasil Pencapaian Penerapan Pembelajaran Sosial dan Emosial 5 Diagram 2. Kesadaran Penuh (Mindfulness) memperkuat Kompetensi Sosial dan Emosional 19 Daftar Tabel Tabel B.2a : Kerangka Kompetensi Sosial dan Emosional (CASEL) Tabel B.2b : Kegiatan Kompetensi Sosial dan Emosional Tabel D : Indikator Penerapan Pembelajaran Sosial dan Emosional Tabel 3.1 : Ide Implementasi Pembelajaran Sosial dan Emosional untuk Murid Tabel 3.2 : 5 Ide Penguatan Kompetensi Sosial dan Emosional untuk Pendidik dan Tenaga Kependidikan 6 | Modul 2.2 - Pembelajaran Sosisal dan Emosional
Capaian yang Diharapkan Kompetensi Lulusan yang Dituju Modul ini diharapkan berkontribusi untuk mencapai kompetensi lulusan sebagai berikut: 1. Guru Penggerak secara aktif menetapkan tujuan, membuat rencana, dan menentukan cara untuk mencapainya dalam meningkatkan kompetensi dan kematangan dirinya 2. Guru Penggerak memahami pentingnya mengetahui kebutuhan belajar dan lingkungan yang memfasilitasi seluruh individu di sekolah agar dapat meningkatkan kompetensinya secara aman dan nyaman 3. Guru Penggerak memfasilitasi guru lain dalam merancang alur dan tujuan pembelajaran yang berorientasi pada masa depan. Capaian Umum Secara umum, profil kompetensi yang ingin dicapai dari modul ini adalah: 1. Guru Penggerak mampu secara aktif menetapkan tujuan, membuat rencana, dan menentukan cara untuk mencapainya dalam meningkatkan kompetensi dan kesejahteraan psikologis (well-being) 2. Guru Penggerak paham dan mampu menciptakan lingkungan belajar yang aman dan nyaman sehingga seluruh individu di sekolah dapat meningkatkan kompetensi akademik dan kesejahteraan psikologis (well-being) secara optimal Capaian Khusus Secara khusus, modul ini diharapkan dapat membantu Calon Guru Penggerak untuk mampu: 1. Menjelaskan pentingnya Pembelajaran Sosial dan Emosional untuk menciptakan lingkungan belajar yang aman dan nyaman agar seluruh individu di sekolah dapat Modul 2.2 - Pembelajaran Sosisal dan Emosional | 7
meningkatkan kompetensi akademik dan kesejahteraan psikologis (well-being) secara optimal. 2. Menjelaskan bagaimana penerapan konsep pembelajaran sosial dan emosional berdasarkan kerangka kerja CASEL (Collaborative for Academic, Social and Emotional Learning) yang bertujuan untuk mengembangkan 5 (lima) kompetensi sosial dan emosional (KSE), yaitu: kesadaran diri, manajemen diri, kesadaran sosial, keterampilan berelasi, dan pengambilan keputusan yang bertanggung jawab. 3. Mempraktikkan konsep kesadaran penuh (mindfulness) sebagai dasar pengembangan 5 (lima) kompetensi sosial dan emosional (KSE). 4. Mengimplementasikan Pembelajaran Sosial dan Emosional berbasis kesadaran penuh (mindfulness) melalui pengajaran eksplisit, integrasi dalam praktek mengajar dan kurikulum akademik, penciptaan iklim kelas dan budaya sekolah, dan penguatan kompetensi sosial dan emosional pendidik dan tenaga kependidikan (pendidik dan tenaga kependidikan) di sekolah. Isi Modul Modul ini berisikan materi tentang: 1. Penjelasan tentang urgensi Pembelajaran Sosial dan Emosional untuk menciptakan lingkungan belajar yang aman dan nyaman agar seluruh individu di sekolah dapat meningkatkan kompetensi akademik dan kesejahteraan psikologis (well-being) secara optimal. 2. Penjelasan tentang Pembelajaran Sosial Emosional berdasarkan kerangka CASEL yang bertujuan mengembangkan 5 (lima) Kompetensi Sosial dan Emosional (KSE) yaitu: kesadaran diri, manajemen diri, kesadaran sosial, keterampilan berelasi, dan pengambilan keputusan yang bertanggung jawab. 3. Penjelasan tentang kesadaran penuh (mindfulness) sebagai dasar dalam penguatan 5 (lima) Kompetensi Sosial Emosional (KSE). 8 | Modul 2.2 - Pembelajaran Sosisal dan Emosional
4. Empat indikator dalam implementasi pembelajaran sosial emosional di kelas dan sekolah, yaitu: pengajaran eksplisit, integrasi dalam praktek mengajar guru dan kurikulum akademik, penciptaan iklim kelas dan dan budaya sekolah, dan penguatan PSE Pembelajaran Sosial dan Emosional pendidik dan tenaga kependidikan (pendidik dan tenaga kependidikan) di sekolah. Modul 2.2 - Pembelajaran Sosisal dan Emosional | 9
Ringkasan Alur Belajar MERDEKA Mulai dari diri (2JP) - Merefleksikan pengalaman diri dalam menghadapi sebuah krisis pribadi dan pengaruh krisis tersebut bagi dirinya sebagai pendidik. - Merefleksikan pengalaman seorang murid yang memiliki pemahaman diri, ketangguhan, dan kemampuan membangun hubungan yang positif dengan orang lain dan pengaruhnya terhadap pembelajarannya. Eksplorasi Konsep (6JP) - Mengeksplorasi pentingnya Pembelajaran Sosial dan Emosional untuk menciptakan lingkungan belajar yang aman dan nyaman agar seluruh individu di sekolah dapat meningkatkan kompetensi akademik dan kesejahteraan psikologis (well-being) secara optimal. - Mengeksplorasi konsep Pembelajaran Sosial dan Emosional berdasarkan kerangka kerja CASEL (Collaborative for Academic, Social and Emotional Learning) yang bertujuan untuk mengembangkan 5 (lima) Kompetensi Sosial dan Emosional (KSE) yaitu: kesadaran diri, manajemen diri, kesadaran sosial, keterampilan berelasi, dan pengambilan keputusan yang bertanggung jawab. - Mengeksplorasi pemahaman tentang konsep kesadaran penuh (mindfulness) sebagai dasar penguatan 5 Kompetensi Sosial dan Emosional (KSE). - Mengeksplorasi implementasi pembelajaran sosial emosional di kelas dan sekolah melalui 4 indikator, yaitu: pengajaran eksplisit, integrasi dalam praktek mengajar guru dan kurikulum akademik, penciptaan iklim kelas dan budaya sekolah, dan penguatan kompetensi sosial dan emosional pendidik dan tenaga kependidikan (PTK) di sekolah. - Forum Diskusi: Menganalisis konsep 5 KSE (kesadaran diri, pengelolaan diri, kesadaran sosial, keterampilan relasi, dan pengambilan keputusan yang bertanggung jawab) yang berbasis kesadaran penuh dalam 5 contoh kasus. 10 | Modul 2.2 - Pembelajaran Sosisal dan Emosional
Ruang Kolaborasi (6JP) Mendiskusikan dan menyusun inisiatif program penguatan kompetensi sosial dan emosional bagi murid dan rekan sejawat di sekolah. Demonstrasi Kontekstual (2JP) Mendemonstrasikan pemahaman tentang implementasi pembelajaran Kompetensi Sosial dan Emosional dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Elaborasi Pemahaman (2JP) Setelah memahami konsep kunci dan implementasi pembelajaran sosial emosional berbasis kesadaran penuh melalui pembelajaran mandiri dan gotong royong, CGP akan mengelaborasikan pemahaman tersebut lebih lanjut melalui tanya-jawab dan diskusi. Koneksi Antarmateri (2JP) CGP mengambil makna dari pengalaman yang berkaitan dengan pembelajaran 5 (lima) kompetensi sosial dan emosional 1. membuat kesimpulan tentang perubahan pengetahuan, keterampilan, sikap sebagai pemimpin pembelajaran yang berpihak pada murid setelah mempelajari pembelajaran sosial dan emosional 2. membuat koneksi materi pembelajaran sosial dan emosional dengan modul- modul sebelumnya. Aksi Nyata Membagikan pemahaman tentang implementasi pembelajaran sosial emosional melalui 4 indikator yaitu: pengajaran eksplisit, integrasi dalam praktek mengajar guru dan serta kurikulum akademik, penciptaan iklim kelas dan sekolah, dan penguatan kompetensi sosial dan emosional rekan sejawat di sekolah kepada rekan sejawat atau komunitas, dan merefleksikannya. Modul 2.2 - Pembelajaran Sosisal dan Emosional | 11
Glosarium Pembelajaran Sosial Pembelajaran yang dilakukan secara kolaboratif oleh seluruh dan Emosional komunitas sekolah. Proses kolaborasi ini memungkinkan anak dan pendidik dan tenaga kependidikan di sekolah memperoleh dan menerapkan pengetahuan, keterampilan dan sikap positif mengenai aspek sosial dan emosional agar dapat: 1. memahami, menghayati dan mengelola emosi (kesadaran diri) 2. menetapkan dan mencapai tujuan positif (manajemen diri) 3. merasakan dan menunjukkan empati kepada orang lain (kesadaran sosial) 4. membangun dan mempertahankan hubungan yang positif (keterampilan membangun relasi) 5. membuat keputusan yang bertanggung jawab. (pengambilan keputusan yang bertanggung jawab) CASEL Singkatan dari Collaborative for Academic and Social Emotional Learning adalah sebuah kerangka pembelajaran sosial emosional yang didirikan tahun 1995 oleh sekelompok pendidik, psikolog, di antaranya Daniel Goleman (perintis konsep Kecerdasan Emosional) untuk mengupayakan pembelajaran 5 Kompetensi Sosial Emosional di pendidikan K - 12 Well-being Kesejahteraan psikologis; sebuah kondisi individu yang memiliki sikap yang positif terhadap diri sendiri dan orang lain, dapat membuat keputusan dan mengatur tingkah lakunya sendiri, dapat memenuhi kebutuhan dirinya dengan menciptakan dan mengelola lingkungan dengan baik, memiliki tujuan hidup dan membuat hidup mereka lebih bermakna, serta berusaha mengeksplorasi dan mengembangkan dirinya. MIndfulness Kesadaran penuh, yaitu kesadaran yang muncul ketika seseorang memberikan perhatian secara sengaja pada 12 | Modul 2.2 - Pembelajaran Sosisal dan Emosional
kondisi saat sekarang dilandasi rasa ingin tahu (tanpa menghakimi) dan kebaikan Kompetensi Sosial Kompetensi yang berhubungan dengan pengetahuan, dan Emosional keterampilan, dan sikap mengenai aspek sosial dan emosional. Ada 5 kompetensi sosial dan emosional, yaitu : kesadaran diri, manajemen diri, kesadaran sosial, keterampilan berelasi, dan pengambilan keputusan yang bertanggung jawab. Kelima kompetensi sosial emosional ini ditemukan dalam program pengembangan anak dan remaja yang terbukti efektif untuk menumbuhkan kecerdasan emosional. Kesadaran diri Kemampuan untuk memahami perasaan, emosi, dan nilai- Manajemen diri nilai diri sendiri, dan bagaimana pengaruhnya pada perilaku diri dalam berbagai situasi dan konteks kehidupan. Kemampuan untuk mengelola emosi, pikiran, dan perilaku diri secara efektif dalam berbagai situasi dan untuk mencapai tujuan dan aspirasi. Kesadaran sosial Kemampuan untuk memahami sudut pandang dan dapat berempati dengan orang lain termasuk mereka yang berasal dari latar belakang, budaya, dan konteks yang berbeda-beda. Kemampuan untuk membangun dan mempertahankan Keterampilan berelasi hubungan-hubungan yang sehat dan suportif. Pengambilan Kemampuan untuk mengambil pilihan-pilihan membangun Keputusan yang yang berdasar atas kepedulian, kapasitas dalam Bertanggung Jawab mempertimbangkan standar-standar etis dan rasa aman, dan untuk mengevaluasi manfaat dan konsekuensi dari bermacam-macam tindakan dan perilaku untuk Modul 2.2 - Pembelajaran Sosisal dan Emosional | 13
kesejahteraan psikologis (well-being) diri sendiri, masyarakat, dan kelompok. Pengajaran Murid memiliki kesempatan yang konsisten untuk secara eksplisit KSE menumbuhkan, melatih, dan merefleksikan kompetensi sosial dan emosional dengan cara yang sesuai dan responsif dengan perkembangan budaya Integrasi KSE dalam Tujuan Kompetensi Sosial dan Emosional diintegrasikan ke praktek mengajar dalam konten pembelajaran dan strategi pembelajaran guru dan kurikulum pada materi akademik, musik, seni, dan pendidikan jasmani akademik Penciptaan iklim Lingkungan belajar di seluruh sekolah dan kelas mendukung kelas dan budaya pengembangan kompetensi sosial dan emosional, responsif sekolah secara budaya, dan berfokus pada upaya membangun hubungan dan komunitas Penguatan Pendidik dan tenaga kependidikan memiliki kesempatan Kompetensi Sosial secara teratur untuk mengembangkan kompetensi sosial dan Emosional dan, emosional, dan budaya yang dimiliki, berkolaborasi satu pendidik dan tenaga sama lain, membangun hubungan saling percaya, dan kependidikan di memelihara komunitas yang erat sekolah (Adult SEL) 14 | Modul 2.2 - Pembelajaran Sosisal dan Emosional
Pembelajaran 1 - Mulai Dari Diri Kutipan untuk hari ini “Sebagai seorang pendidik, jadilah seperti air. Teguh pendiriannya namun juga siap untuk menyesuaikan diri dalam menjalani proses belajar” (Itje Chodidjah) Durasi: 2 JP Moda: Mandiri/Asinkron Tujuan Pembelajaran Khusus: CGP merefleksikan kompetensi sosial dan emosional dirinya maupun murid Bapak/Ibu Calon Guru Penggerak, Selamat datang dalam fase pertama pembelajaran kita. Mari kita merefleksikan pengalaman kita berkaitan dengan kompetensi sosial dan emosional. Bacalah setiap pertanyaan ini dengan seksama dan refleksikan dengan keterbukaan dan kedalaman. Selamat berefleksi! Tugas 1a. Refleksi Kompetensi Sosial dan Emosional 1. Selama menjadi pendidik, Anda tentu pernah mengalami sebuah peristiwa yang dirasakan sebagai sebuah kesulitan, kekecewaaan, kemunduran, atau kemalangan, yang akhirnya membantu Anda bertumbuh menjadi pribadi yang lebih baik dari sebelumnya. a. Apa kejadiannya, kapan, di mana, siapa yang terlibat, apa yang membuat Anda memilih merefleksikan peristiwa tersebut, dan bagaimana kejadiannya? b. Bagaimana Anda menghadapi krisis tersebut (coping)? Bagaimana Anda dapat bangkit kembali (recovery) dan bertumbuh (growth) dari krisis tersebut? 1 | Modul 2.2 - Pembelajaran Sosisal dan Emosional
c. Gambarkan diri Anda setelah melewati krisis tersebut. - Apa hal terpenting yang telah Anda pelajari dari krisis tersebut? - Bagaimana dampak pengelolaan krisis tersebut terhadap diri Anda dalam menjalankan peran sebagai pendidik? 2. Sebagai pendidik, Anda tentu pernah bertemu murid yang memiliki pemahaman diri, ketangguhan, atau kemampuan membangun hubungan yang positif dengan orang lain. Setujukah Anda bahwa faktor-faktor tersebut membantu ia menjalani proses pembelajaran dengan lebih optimal di sekolah? Jelaskan jawaban Anda dengan bukti atau contoh yang mendukung. 3. Dari kedua refleksi di atas, apa yang dapat Bapak/Ibu simpulkan tentang hubungan antara kompetensi sosial dan emosional dengan keberhasilan dalam pengelolaan krisis Anda dan pembelajaran murid Anda? 4. Apa yang Anda harapkan untuk pembelajaran selanjutnya, baik bagi diri Anda maupun murid-murid Anda? Uraikan alasan Anda. Harapan bagi diri sendiri Harapan bagi murid-murid Anda Terima kasih Bapak/Ibu CGP sudah meluangkan waktu untuk melakukan refleksi dengan mendalam. Kami berharap, proses refleksi ini memberikan Anda pengalaman belajar yang bermakna bagi diri Anda. Sampai jumpa di pembelajaran berikutnya! Peran Fasilitator: Mendorong CGP untuk membangun kebiasaan menuliskan refleksi yang reflektif dengan bersikap terbuka, menyelam dan mendalam dalam menjawab pertanyaan karena proses pembelajaran sosial dan emosional dimulai dengan kesadaran dan pengenalan diri yang baik Ingatkan kembali beberapa hal berikut: 1. Refleksi itu milik Anda. Hasil pertumbuhannya untuk Anda sendiri sebagai calon pemimpin pembelajaran. CGP diharapkan membangun kebiasaan hidup yang reflektif 2 | Modul 2.2 - Pembelajaran Sosisal dan Emosional
2. Menuliskan refleksi perlu dilakukan dengan tenang. Ingat modul 1.2 mengenai thinking slow. Artinya, ketika Anda menulis refleksi, Anda perlu memberikan ruang pada hati dan pikiran secara pribadi. Tidak hanya “nyolek”, tapi saya sangat mendorong Anda untuk meluangkan waktu untuk diam, menyelam dan mendalam 3. Menulis refleksi bukan untuk dibaca dan dinilai fasil. Seorang Pemimpin Pembelajaran melakukan sesuatu refleksi karena tahu refleksi adalah proses pembelajaran yang akan dampaknya akan sangat besar bagi murid-muridnya 4. Hasil refleksi sebaiknya memunculkan sebuah perasaan dan pemahaman baru yang menguatkan ketika dibaca kembali karena ditulis secara mendalam dari sudut pandang pribadi. Pembelajaran 2a - Eksplorasi Konsep Kutipan untuk hari ini “Mendidik pikiran tanpa mendidik hati, adalah bukan pendidikan sama sekali” (Aristoteles, Filsuf) Durasi: 4 JP Moda: Mandiri Tujuan Pembelajaran Khusus: 1. CGP dapat menjelaskan urgensi Pembelajaran Sosial dan Emosional untuk menciptakan lingkungan belajar yang aman dan nyaman agar seluruh individu di sekolah dapat meningkatkan kompetensi akademik dan kesejahteraan psikologis (well-being) secara optimal. 2. CGP dapat menjelaskan konsep Pembelajaran Sosial dan Emosional berdasarkan kerangka kerja CASEL (Collaborative for Academic, Social and Emotional Learning) yang bertujuan untuk mengembangkan 5 (lima) Kompetensi Sosial dan Emosional (KSE) yaitu: kesadaran diri, manajemen diri, kesadaran sosial, keterampilan berelasi, dan pengambilan keputusan yang bertanggung jawab. 3. CGP dapat mendemonstrasikan pemahaman tentang konsep kesadaran penuh (mindfulness) sebagai dasar pengembangan 5 kompetensi sosial emosional (KSE). 3 | Modul 2.2 - Pembelajaran Sosisal dan Emosional
4. CGP dapat menjelaskan bagaimana implementasi pembelajaran sosial emosional di kelas dan sekolah melalui 4 indikator, yaitu: pengajaran eksplisit, integrasi dalam praktek mengajar guru dan kurikulum akademik, penciptaan iklim kelas dan budaya sekolah, dan penguatan pembelajaran sosial emosional pendidik dan tenaga kependidikan (PTK) di sekolah. A. Latar belakang Selamat datang dalam fase eksplorasi konsep yang pertama! Bapak/Ibu CGP, dalam fase Mulai dari Diri, kami mengajak Anda untuk merefleksikan hubungan kompetensi sosial dan emosional dengan peran Anda sebagai pendidik dan dengan pembelajaran murid. Mengapa Anda diajak untuk merefleksikan hubungan tersebut? Dalam penelitian tentang Pembelajaran Sosial dan Emosional: • Guru yang memiliki kompetensi sosial dan emosional yang baik lebih efektif dan cenderung lebih tangguh dan merasa nyaman di kelas karena mereka dapat bekerja lebih baik dengan murid. • Adanya keterkaitan antara kecakapan sosial dan emosional yang diukur ketika TK dan hasil ketika dewasa di bidang pendidikan, pekerjaan, aktivitas kriminal, dan kesehatan mental. Pembahasan di atas sejalan dengan peran pendidik yang disampaikan Ki Hajar Dewantara. Pendidik adalah penuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak- anak, agar mereka sebagai manusia dan anggota masyarakat dapatlah mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya. Pemikiran KHD tersebut mengingatkan bahwa tugas pendidik sebagai pemimpin pembelajaran adalah menumbuhkan motivasi mereka untuk dapat membangun perhatian yang berkualitas pada materi dengan merancang pengalaman belajar yang mengundang dan bermakna. Kita merencanakan secara sadar pengetahuan, keterampilan dan sikap yang dibutuhkan murid-murid untuk mewujudkan kekuatan (potensinya). Pembelajaran yang memberikan mereka pengalaman untuk dapat mengeksplorasi dan mengaktualisasikan 4 | Modul 2.2 - Pembelajaran Sosisal dan Emosional
seluruh potensi dalam dirinya setinggi-tingginya, baik sebagai manusia maupun anggota masyarakat agar dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan. Kesadaran akan proses pendidikan yang dapat menuntun tumbuh kembang murid secara holistik sudah menjadi perhatian pendidik sejak lama. Kesadaran ini berawal dari teori Kecerdasan Emosi Daniel Goleman, dikembangkanlah CASEL (Collaborative for Academic, Social and Emotional Learning) pada tahun 1995 (www.casel.org) sebagai konsep Pembelajaran Sosial dan Emosional (PSE). Konsep PSE berdasarkan berdasarkan kerangka CASEL tersebut dikembangkan Daniel Goleman bersama sekelompok pendidik, peneliti, dan pendamping anak. Pembelajaran sosial emosional berbasis penelitian ini, bertujuan untuk mendorong perkembangan anak secara positif dengan program yang terkoordinasi antara berbagai pihak dalam komunitas sekolah. Secara lengkap, hasil penelitian tentang manfaat penerapan pembelajaran sosial dan emosional adalah sebagai berikut: Diagram 1. Hasil Pencapaian Penerapan Pembelajaran Sosial dan Emosial Dengan mencermati diagram hasil penelitian tentang Pembelajaran Sosial dan Emosional, kita semakin memahami urgensi penerapan pembelajaran sosial dan emosional. Mengintegrasikan Pembelajaran Sosial dan Emosional di kelas, tidak hanya akan berpotensi menghasilkan pencapaian akademik yang lebih baik, namun juga 5 | Modul 2.2 - Pembelajaran Sosisal dan Emosional
memberikan pondasi yang kuat bagi murid untuk dapat sukses dalam berbagai area kehidupan mereka di luar akademik, termasuk kesejahteraan psikologis (well-being) secara optimal. Apa itu Well-being? Sejak beberapa dekade terakhir, well-being menjadi perhatian para praktisi dan akademisi pendidikan. Apa yang dimaksud dengan well-being? Well-being berbeda dengan welfare meskipun sama-sama diterjemahkan menjadi “kesejahteraan” dalam Bahasa Indonesia. Menurut kamus Oxford English Dictionary, well-being dapat diartikan sebagai kondisi nyaman, sehat, dan bahagia. Well-being adalah sebuah kondisi individu yang memiliki sikap yang positif terhadap diri sendiri dan orang lain, dapat membuat keputusan dan mengatur tingkah lakunya sendiri, dapat memenuhi kebutuhan dirinya dengan menciptakan dan mengelola lingkungan dengan baik, memiliki tujuan hidup dan membuat hidup mereka lebih bermakna, serta berusaha mengeksplorasi dan mengembangkan dirinya. Noble and McGrath (2016) menyebutkan bahwa well-being murid yang optimal adalah keadaan emosional yang berkelanjutan (relatif stabil) yang ditandai dengan: sikap dan suasana hati yang secara umum positif, relasi yang positif dengan sesama murid dan guru, resiliensi, optimalisasi diri, dan tingkat kepuasan diri yang tinggi berkaitan dengan pengalaman belajar mereka di sekolah. B. Definisi Pembelajaran Sosial dan Emosional Pembelajaran Sosial dan Emosional (PSE) adalah pembelajaran yang dilakukan secara kolaboratif oleh seluruh komunitas sekolah. Proses kolaborasi ini memungkinkan anak dan pendidik dan tenaga kependidikan di sekolah memperoleh dan menerapkan pengetahuan, keterampilan dan sikap positif mengenai aspek sosial dan emosional agar dapat: 1. Memahami, menghayati, dan mengelola emosi (kesadaran diri) 2. Menetapkan dan mencapai tujuan positif (pengelolaan diri) 3. Merasakan dan menunjukkan empati kepada orang lain (kesadaran sosial) 4. Membangun dan mempertahankan hubungan yang positif (keterampilan berelasi) 5. Membuat keputusan yang bertanggung jawab. (pengambilan keputusan yang bertanggung jawab) 6 | Modul 2.2 - Pembelajaran Sosisal dan Emosional
Kerangka kompetensi pembelajaran sosial dan emosional CASEL menggunakan pendekatan yang sistematis yang menekankan pada pentingnya menciptakan lingkungan belajar yang tepat serta terkoordinasi untuk meningkatkan pembelajaran akademik, sosial, dan emosional semua murid. Pendekatan pembelajaran sosial dan emosional melalui Gambar SEQ Gambar \\* ARABIC 1. Pembelajaran Sosial Emosional Kolaboratif Seluruh Komunitas Sekolah CASEL kemitraan/kerjasama sekolah-keluarga-komunitas untuk membentuk lingkungan belajar dan pengalaman yang bercirikan hubungan/relasi yang saling mempercayai dan berkolaborasi, kurikulum dan instruksi belajar yang jelas dan bermakna, dan evaluasi secara berkala. 7 | Modul 2.2 - Pembelajaran Sosisal dan Emosional
B.2. Kompetensi Sosial dan Emosional (KSE) Tabel B.2a. Kerangka Kompetensi Sosial dan Emosional (CASEL) Kerangka Kompetensi Sosial dan Emosional (CASEL) Definisi Contoh Kesadaran Diri: ● Dapat menggabungkan identitas pribadi dan identitas sosial kemampuan untuk memahami Mengidentifikasi kekuatan/aset diri dan budaya Mengidentifikasi emosi-emosi dalam diri perasaan, emosi, dan nilai-nilai ● Menunjukkan integritas dan kejujuran Dapat menghubungkan perasaan, pikiran, dan diri sendiri, dan bagaimana ● nilai-nilai Menguji dan mempertimbangkan prasangka pengaruhnya pada perilaku diri ● dan bias Memupuk efikasi diri dalam berbagai situasi dan ● Memiliki pola pikir bertumbuh Mengembangkan minat dan menetapkan arah konteks kehidupan. tujuan hidup ● ● ● ● Manajemen Diri: kemampuan ● Mengelola emosi diri untuk mengelola emosi, ● Mengidentifikasi dan menggunakan strategi- pikiran, dan perilaku diri strategi pengelolaan stres secara efektif dalam berbagai ● Menunjukkan disiplin dan motivasi diri situasi dan untuk mencapai ● Merancang tujuan pribadi dan bersama tujuan dan aspirasi ● Menggunakan keterampilan merancang dan mengorganisir ● Memperlihatkan keberanian untuk mengambil inisiatif ● Mendemonstrasikan kendali diri dan dalam kelompok Kesadaran Sosial: kemampuan ● Mempertimbangkan pandangan/pemikiran untuk memahami sudut orang lain pandang dan dapat berempati ● Mengakui kemampuan/kekuatan orang lain dengan orang lain termasuk ● Mendemonstrasikan empati dan rasa welas mereka yang berasal dari latar kasih belakang, budaya, dan konteks ● Menunjukkan keprihatinan atas perasaan orang yang berbeda-beda lain Memahami dan mengekspresikan rasa syukur ● 8 | Modul 2.2 - Pembelajaran Sosisal dan Emosional
● Mengidentifikasi ragam norma sosial, termasuk dengan norma-norma yang menunjukkan ketidakadilan Keterampilan Berelasi: ● Berkomunikasi dengan efektif kemampuan untuk ● Mengembangkan relasi/hubungan positif membangun dan ● Memperlihatkan kompetensi kebudayaan mempertahankan hubungan- ● Mempraktikkan kerjasama tim dan pemecahan hubungan yang sehat dan suportif masalah secara kolaboratif ● Dapat melawan tekanan sosial yang negatif ● Menunjukkan sikap kepemimpinan dalam kelompok ● Mencari dan menawarkan bantuan apabila membutuhkan ● Turut membela hak-hak orang lain Pengambilan Keputusan yang ● Menunjukkan rasa ingin tahu dan keterbukaan Bertanggung Jawab: pikiran kemampuan untuk mengambil ● Mengidentifikasi/mengenal solusi dari masalah pilihan-pilihan membangun pribadi dan sosial yang berdasar atas kepedulian, ● Belajar membuat keputusan beralasan/masuk kapasitas dalam diakal, setelah menganalisis informasi, data, dan mempertimbangkan standar- fakta standar etis dan rasa aman, ● Mengantisipasi dan mengevaluasi konsekuensi- dan untuk mengevaluasi konsekuensi dari tindakannya manfaat dan konsekuensi dari ● Menyadari bahwa keterampilan berpikir kritis bermacam-macam tindakan sangat berguna baik di dalam maupun di luar dan perilaku untuk lingkungan sekolah kesejahteraan psikologis (well- ● Merefleksikan peran seseorang dalam being) diri sendiri, masyarakat, memperkenalkan kesejahteraan psikologis (well- dan kelompok being) diri sendiri, keluarga, dan komunitas Mengevaluasi dampak/pengaruh dari seseorang, ● hubungan interpersonal, komunitas, dan kelembagaan Jika kita analisis lebih lanjut, 5 Kompetensi Sosial dan Emosional yang telah kita bahas berhubungan erat dengan 6 (enam) dimensi Profil Pelajar Pancasila. Sebagai contoh, ketika seorang murid perlu mengeluarkan ide yang baru dan orisinil untuk memecahkan masalah (dimensi kreatif) diperlukan juga kemampuan bernalar kritis 9 | Modul 2.2 - Pembelajaran Sosisal dan Emosional
untuk melihat permasalahan yang ada. Dalam situasi tersebut, murid tersebut menerapkan kesadaran diri dan manajemen diri. Selanjutnya, solusi yang dihasilkannya juga perlu mempertimbangkan akhlak kepada makhluk hidup lain yang dapat dimunculkan dari dimensi beriman, bertakwa kepada Tuhan yang Maha Esa dan berakhlak mulia. Dalam situasi tersebut, ia menerapkan KSE kesadaran sosial dan keterampilan berelasi. Dalam mewujudkan solusinya, ia pun perlu melibatkan orang lain dengan tetap menghargai keragaman latar belakang yang dimiliki (dimensi gotong royong dan berkebhinekaan global). Dalam tahap ini, ia menerapkan KSE kesadaran sosial, keterampilan relasi, dan pengambilan keputusan yang bertanggung jawab. Tugas B.2 Berdasarkan pembelajaran 5 Kompetensi Sosial dan Emosional yang telah Anda baca, pelajari Tabel B.2b. Gambar Kegiatan KSE dan jawablah pertanyaan berikut: 1. Apa KSE yang dapat diterapkan dalam kegiatan tersebut? 2. Bagaimana kegiatan tersebut dapat membantu murid untuk mengembangkan KSE tersebut? (Kolom 2 Baris 1 adalah contoh untuk Anda) Tabel B.2b. Kegiatan Kompetensi Sosial Emosional KSE dan Penjelasan Kegiatan Melibatkan murid dalam (Contoh) membuat keyakinan kelas ● Kesadaran diri: murid atau peraturan sekolah untuk menciptakan memberikan nilai lingkungan sekolah yang yang diyakininya aman dan nyaman berkaitan dengan lingkungan kelas dan sekolah 10 | Modul 2.2 - Pembelajaran Sosisal dan Emosional
Memberikan kesempatan ● Kesadaran sosial: pada murid untuk murid membaca buku mempertimbangkan pilihannya dalam suasana pendapat temannya. yang kondusif ● Pengambilan Memberikan kesempatan keputusan yang pada murid untuk bertanggung jawab: merefleksikan proses belajar membuat pembelajaran yang sudah keputusan yang diikuti (Misalnya; apa yang beralasan disukai/mudah/menantan berdasarkan logika g/ingin dipelajari lebih setelah menganalisis lanjut sebelum informasi melanjutkan pembelajaran berikutnya) 11 | Modul 2.2 - Pembelajaran Sosisal dan Emosional Mengadakan dialog interaktif tentang bagaimana membangun tanggung jawab/etika dalam penggunaan media sosial
Memberikan fleksibilitas pada murid untuk mengerjakan tugas yang pilihannya terlebih dahulu Memberikan kesempatan pada murid untuk mengelola sebuah kegiatan (literasi, seni dan olahraga, dll.) Kaitan dengan Standar Nasional Pendidikan Pembelajaran Sosial dan Emosional berupaya menciptakan lingkungan dan pengalaman belajar yang menumbuhkan 5 kompetensi sosial dan emosional yaitu kesadaran diri, manajemen diri, kesadaran sosial, keterampilan berelasi dan pengambilan keputusan yang bertanggung jawab. Pembelajaran 5 KSE tersebut akan dapat menghasilkan murid-murid yang berkarakter, disiplin, santun, jujur, peduli, responsif, proaktif, mendorong anak untuk memiliki rasa ingin tahu tentang ilmu pengetahuan, sosial, budaya, dan humaniora. Semua ini selaras dengan Standar Kompetensi Lulusan dan Standar Isi dalam Standar Nasional Pendidikan. C. Kesadaran Penuh (mindfulness) sebagai dasar penguatan 5 (lima) Kompetensi Sosial dan Emosional Bapak/Ibu CGP, apakah akrab dengan istilah mindfulness? Mungkin ada yang sudah sering mendengar tetapi ada pula yang belum pernah mendengar sama sekali. Sebelum membahas kesadaran penuh (mindfulness) ini secara mendalam, coba kita pikirkan sejenak; apa yang ada dalam kepala kita saat menonton film atau membaca buku kesukaan? Apakah masih dapat mengingat alur ceritanya sampai saat ini? 12 | Modul 2.2 - Pembelajaran Sosisal dan Emosional
Bagaimana dengan emosi yang muncul saat itu ketika melihat karakter utamanya menangis, mengalami kemalangan, ataupun berbahagia, dan kita turut menangis, berteriak, dan tertawa? Lalu, sebagai seorang pendidik; dalam pertemuan guru rutin saat kepala sekolah maupun guru lain mengemukakan pendapat atau mengumumkan kegiatan sekolah yang akan datang dan kita mendengarkan dengan seksama setiap informasi yang diberikan. Contoh lain adalah ketika mempersiapkan materi pembelajaran, kita memperhatikan alur yang akan dibawakan, langkah untuk mengeksekusi rancangan, dan penilaian. Kemudian pada saat di kelas kita mengamati proses belajar murid: gerak-gerik, raut wajah, bahkan sesederhana cara murid memandang saat materi sedang diberikan. Situasi-situasi dimana kita mengarahkan sepenuhnya perhatian pada kegiatan yang sedang dilakukan, seperti menonton film, menyimak apa yang sedang dibicarakan, mengobservasi sekeliling kita, mengajar di kelas, mendengar penyampaian informasi dalam pertemuan guru, bahkan membaca modul ini, dan memunculkan rasa ingin tahu apa adanya dengan rasa penghargaan - kita mengalami kesadaran penuh atau mempraktikkan mindfulness. C.1. Prinsip Kesadaran Penuh (Mindfulness) Bapak/Ibu CGP, coba mengingat kembali saat kita berada dalam kondisi yang menekan; entah karena tuntutan yang terlalu besar atau terlalu banyak, beban kerja bukannya berkurang malah semakin menumpuk, pimpinan sekolah tidak dapat berkompromi, rekan kerja menolak bekerja sama, murid dinilai tidak mendengarkan, bahkan keadaan dalam pasangan ataupun anggota keluarga lain memiliki tuntutan yang berbeda lagi. Kita dapat berada dalam situasi-situasi tersebut secara sekaligus ataupun hanya beberapa saja. Sebagai guru, skenario demikian tidaklah terelakkan. Untuk itu, berhadapan dengan situasi dan kondisi demikian dapat menjadi pemicu munculnya emosi kuat seperti frustasi, marah, stres, dan berbagai campuran emosi lainnya yang mungkin tidak 13 | Modul 2.2 - Pembelajaran Sosisal dan Emosional
dapat kita identifikasi. Emosi-emosi kuat yang muncul ini mempengaruhi diri kita secara sadar dan tidak sadar; dapat terlihat dari bagaimana kita memandang dan merespon orang lain dalam sebuah interaksi, efektivitas pekerjaan, hingga pada keputusan- keputusan hidup yang diambil. Pada umumnya, seorang manusia dewasa yang tidur kurang lebih 8 jam perhari, memiliki 6000 pikiran dalam sehari (Tseng and Poppenk, 2020). Bayangkan betapa sibuknya pikiran kita. Karena sangat cair, pikiran dapat bergerak ke masa depan dan menimbulkan perasaan khawatir. Pikiran juga dapat bergerak ke masa lalu yang seringkali menimbulkan perasaan menyesal. Pikiran berada dalam situasi terbaiknya jika terfokus pada situasi saat ini dan masa sekarang. Peran praktik kesadaran penuh (mindfulness) dapat membantu Anda dalam menyikapi, memproses, dan merespon permasalahan yang dihadapi untuk fokus pada situasi saat ini - bukan pada kekhawatiran akan masa yang akan datang ataupun penyesalan akan masa yang telah berlalu. Kesadaran penuh itu sendiri dapat diartikan sebagai kesadaran yang muncul ketika seseorang memberikan perhatian secara sengaja/sadar pada kondisi saat sekarang. Dilandasi rasa ingin tahu (tanpa menghakimi) dan kebaikan (dalam Hawkins, 2017, hal. 15) yang sebenarnya telah ada dalam diri manusia secara alami tanpa perlu diajarkan ataupun ditumbuhkan. Akan tetapi pikiran merupakan bagian diri kita yang seringkali sulit dikendalikan. Sehingga kesadaran penuh yang sebenarnya telah dimiliki secara alami mengalami hambatan untuk benar-benar dialami. Peran praktik kesadaran penuh (mindfulness) akan sangat terlihat disini. Akan tetapi, perlu diingat bahwa praktik kesadaran penuh (mindfulness) bukan sebagai solusi pemecahan masalah, melainkan praktik yang membantu Anda dalam menyikapi, memproses, dan merespon permasalahan yang dihadapi untuk fokus pada situasi saat ini - bukan pada kekhawatiran akan masa yang akan datang ataupun penyesalan akan masa yang telah berlalu. Menurut Hawkins (2017), cara yang paling efektif untuk memahami kesadaran penuh (mindfulness) adalah dengan ‘mengalaminya’ sendiri. Bagaimana supaya kita dapat mengalami kesadaran penuh? Jawabannya adalah dengan berlatih. 14 | Modul 2.2 - Pembelajaran Sosisal dan Emosional
Bapak/Ibu CGP, pada bagian ini kita akan mengeksplorasi bagaimana praktik- praktik kesadaran penuh memperkuat Kompetensi Kesadaran Sosial (KSE). Anda dapat membaca kembali penjelasan 5 KSE di bagian sebelumnya. C.2. Praktik Kesadaran Penuh (Mindfulness) Pada prinsipnya praktik kesadaran penuh merupakan segala aktivitas yang kita lakukan secara sadar. Apapun bentuk aktivitasnya - yang ditekankan adalah perhatian yang diberikan saat melakukan aktivitas tersebut. Meski demikian, terdapat juga praktik-praktik terpadu yang dikemas secara khusus untuk membantu kita. Praktik paling mendasar dan sederhana adalah melatih dan menyadari napas. Salah satu teknik melatih napas adalah Teknik STOP. Teknik ini dapat dilakukan kapan saja dan di mana saja, dan tanpa membutuhkan peralatan. Gambar SEQ Gambar \\* ARABIC 2. Teknik STOP Anda dapat melihat cara mempraktikkan teknik STOP melalui video tutorial dalam tautan di bawah ini: Video tutorial praktik STOP: https://drive.google.com/file/d/1sm62B3_BW0F1kvFGTSHoMc0C9Q1SIBhj/view?usp =sharing 15 | Modul 2.2 - Pembelajaran Sosisal dan Emosional
Selain itu, ada pula beberapa teknik lainnya yang dapat disesuaikan dengan kebiasaan dan hobi Anda, seperti: 16 | Modul 2.2 - Pembelajaran Sosisal dan Emosional
Gambar 3. Teknik Praktik Kesadaran Penuh C.3. Praktik Kesadaran Penuh Memperkuat 5 Kompetensi Sosial Emosional (KSE) Ketika Bapak/Ibu hendak mengimplementasikan kompetensi kesadaran diri, manajemen Diri, kesadaran sosial, keterampilan berelasi, dan pengambilan keputusan yang bertanggung Jawab, praktik kesadaran penuh ini menjadi fondasinya. Mempraktikkan kesadaran penuh membawa fokus kita kembali pada saat ini, yang dimana akan memberikan Anda waktu dan kesempatan untuk mengenal emosi, perasaan, dan pikiran apa adanya, tanpa penilaian dan penghakiman, namun dengan kepedulian. Pengenalan dan penerimaan emosi, perasaan, dan pikiran yang sedang dialami, akan membuat Anda mampu mengidentifikasi cara pengelolaan yang tepat. Indikasi pencapaian kompetensi kesadaran diri dan manajemen diri sudah terlihat. Selanjutnya, emosi yang telah dikenali, diterima, dan dikelola akan menumbuhkan empati dan pikiran yang terbuka untuk memahami orang lain dan situasi di luar diri Anda dengan sikap yang netral. Hal ini membuka ruang yang luas bagi suatu 17 | Modul 2.2 - Pembelajaran Sosisal dan Emosional
relasi positif dapat terjalin. Dengan sendirinya, kompetensi kesadaran sosial dan keterampilan berelasi semakin terasah. Tidak berhenti sampai disitu saja; saat Anda akan mengambil keputusan- keputusan - baik keputusan hidup yang besar, memilih metode pengajaran, merancang kegiatan sekolah, memberi konsekuensi pada murid, dan bentuk-bentuk keputusan lain - dengan kesadaran penuh menjadi dasar bagi Anda membuat rancangan yang akan membawa kebaikan, pertimbangan-pertimbangan berdasarkan nilai moral dan etika, memikirkan konsekuensi, yang dimana Anda akan memiliki rasa bertanggung jawab atas setiap keputusan yang dibuat apapun hasilnya. Melatih dan menumbuhkan kesadaran penuh akan membantu individu untuk lebih terhubung dengan diri dan orang lain. Hal ini akan menjadikannya lebih responsif dalam hubungan interpersonal dan pengambilan keputusan. Gambar 5 memperlihatkan kerangka Pembelajaran Sosial Emosional berbasis kesadaran penuh dalam mewujudkan kesejahteraan psikologis (well-being) yang diadaptasi dari piramida K-For-Catanese (dalam Hawkins, 2017). Penerapan pembelajaran sosial dan emosional berbasis kesadaran penuh secara terhubung, terkoordinasi, aktif, fokus, dan eksplisit, dapat mendukung terwujudnya well-being ekosistem sekolah. 18 | Modul 2.2 - Pembelajaran Sosisal dan Emosional
Diagram SEQ Diagram \\* ARABIC 2. Kesadaran Penuh (Mindfulness) D. Implementasmi peemmpbeelrakjuaraatnKsoosmiapl edtaennesmi SoosisoinaallddainkeElams odsainosneaklolah Bapak/Ibu CGP, seperti kita pelajari sebelumnya, Pembelajaran Sosial dan Emosional adalah pembelajaran yang dilakukan secara kolaboratif oleh seluruh komunitas sekolah yang memungkinkan anak dan pendidik dan tenaga kependidikan di sekolah memperoleh dan menerapkan pengetahuan, keterampilan dan sikap positif mengenai 5 Kompetensi Sosial dan Emosional. Mulai dari pengajaran secara eksplisit di kelas hingga kemitraan dengan keluarga dan komunitas untuk terus mengupayakan proses kolaboratif dan berkelanjutan. Indikator penerapan KSE dapat dilihat dalam tabel di bawah ini: Tabel D. Indikator Penerapan Pembelajaran Sosial dan Emosional 19 | Modul 2.2 - Pembelajaran Sosisal dan Emosional
KELAS Pengajaran eksplisit: Murid memiliki kesempatan yang konsisten untuk menumbuhkan, melatih, dan merefleksikan kompetensi sosial dan emosional dengan cara yang sesuai dan responsif dengan perkembangan budaya Pembelajaran akademik yang terintegrasi KSE: Tujuan Kompetensi Sosial dan Emosional diintegrasikan ke dalam konten pembelajaran dan strategi pembelajaran pada materi akademik, serta musik, seni, dan pendidikan jasmani Pelibatan dan Suara murid: Seluruh warga sekolah menghormati dan meningkatkan berbagai perspektif dan pengalaman murid, dengan melibatkan murid sebagai pemimpin, pemecah, dan pembuat keputusan SEKOLAH Iklim kelas dan sekolah yang mendukung: Lingkungan belajar di seluruh sekolah dan kelas mendukung pengembangan kompetensi sosial dan emosional, responsif secara budaya, dan berfokus pada upaya membangun hubungan dan komunitas Berfokus pada KSE pendidik dan tenaga kependidikan (PTK): Pendidik dan tenaga kependidikan memiliki kesempatan secara reguler untuk mengembangkan kompetensi sosial, emosional budaya mereka sendiri, berkolaborasi satu sama lain, membangun hubungan saling percaya, dan memelihara komunitas yang erat Kebijakan yang mendukung: Kebijakan dan praktik pendisiplinan dengan instruksi yang jelas, restorative, sesuai dengan perkembangan anak dan diterapkan secara adil Dukungan terintegrasi yang berkelanjutan: Pembelajaran sosial dan emosional terintegrasi dengan mulus ke dalam rangkaian dukungan akademik dan perilaku dengan 20 | Modul 2.2 - Pembelajaran Sosisal dan Emosional
menyediakan kesempatan untuk memastikan semua kebutuhan murid terpenuhi Pelibatan kemitraan dengan orangtua: Keluarga dan Pendidikan dan tenaga kependidikan sekolah memiliki kesempatan yang regular dan bermakna untuk membangun hubungan dan berkolaborasi untuk mendukung perkembangan sosial, emosional dan akademik, murid Kemitraan dengan komunitas: KELUARGA & Pendidik dan tenaga kependidikan dan mitra masyarakat KOMUNITAS menyelaraskan istilah, strategi, dan komunikasi yang sama seputar pengupayaan dan inisiatif terkait KSE, termasuk kegiatan di luar sekolah Terbentuk sistem dalam upaya continuous improvement: Data implementasi dan artefak dikumpulkan dan digunakan untuk memantau progress menuju tujuan dan terus meningkatkan semua system, praktik baik, dan kebijakan terkait PSE dengan fokus pada kesetaraan Dari tabel indikator tersebut, kita dapat melihat bahwa penerapan pembelajaran sosial dan emosional tidak hanya mencakup ruang lingkup kelas dan sekolah, namun juga melibatkan keluarga dan komunitas. Hal ini sejalan dengan prinsip pendidikan Tri Sentra (Tiga Pusat Pendidikan) salah satu gagasan Ki Hajar Dewantara yang menerangkan bahwa pendidikan berlangsung di tiga lingkungan yaitu, keluarga, sekolah, dan masyarakat. Dalam modul 2.2 ini, kita secara khusus membahas 4 indikator pembelajaran sosial dan emosional yang berkaitan dengan kelas dan sekolah, yaitu: 1. Pengajaran eksplisit 2. Integrasi dalam praktek mengajar guru dan kurikulum akademik 3. Penciptaan iklim kelas dan budaya sekolah 4. Penguatan KSE pendidik dan tenaga kependidikan (PTK) di sekolah 21 | Modul 2.2 - Pembelajaran Sosisal dan Emosional
Selanjutnya kita akan membahas tiap indikator dengan contoh penerapannya. D.1. Pengajaran Eksplisit Implementasi PSE dengan pengajaran eksplisit memastikan murid memiliki kesempatan yang konsisten untuk menumbuhkan, melatih, dan berefleksi tentang kompetensi sosial dan emosional dengan cara yang sesuai dan terbuka dengan keragaman budaya. Pengajaran eksplisit KSE dapat dilaksanakan dalam bentuk kegiatan kokurikuler dan ekstrakurikuler. Pendidik dapat menggunakan berbagai proyek, acara atau kegiatan sekolah yang rutin untuk mengajarkan kompetensi sosial dan emosional secara eksplisit. Berikut adalah berbagai contoh RPP untuk menggambarkan pengajaran eksplisit 5 KSE. Silahkan cermati dan berikan refleksi Anda setelah mempelajari RPP tersebut. D.1a. Kesadaran diri: Kesadaran Diri KBM.pdf Refleksi D.1a: 1. Sebelumnya saya berpikir…., ternyata….. 2. Ide pembelajaran baru atau menarik akan saya terapkan dalam adalah: D.1b. Manajemen diri: Manajemen Diri KBM.pdf Refleksi D.1b: 1. Sebelumnya saya berpikir…., ternyata….. 2. Ide pembelajaran baru atau menarik akan saya terapkan dalam adalah: D.1c. Kesadaran Sosial: Kesadaran Sosial KBM.pdf Refleksi D.1c: 22 | Modul 2.2 - Pembelajaran Sosisal dan Emosional
1. Sebelumnya saya berpikir…., ternyata….. 2. Ide pembelajaran baru atau menarik akan saya terapkan dalam adalah: D.1d. Keterampilan Berelasi: Keterampilan Berelasi KBM.pdf Refleksi D.1d: 1. Sebelumnya saya berpikir…., ternyata….. 2. Ide pembelajaran baru atau menarik akan saya terapkan dalam adalah: D.1e. Pengambilan Keputusan yang Bertanggung Jawab: Pengambilan Keputusan yang Bertanggung Jawab KBM.pdf Refleksi D.1e: 1. Sebelumnya saya berpikir…., ternyata….. 2. Ide pembelajaran baru atau menarik akan saya terapkan dalam adalah: D.2. Integrasi dalam Praktek Mengajar Guru dan Kurikulum Akademik Untuk mengintegrasikan KSE dalam praktek mengajar guru dan kurikulum akademik, tujuan Kompetensi Sosial Emosional dapat diintegrasikan ke dalam konten pembelajaran dan strategi pembelajaran pada materi akademik, serta musik, seni, dan pendidikan jasmani. Berikut adalah contoh RPP TK - SMP yang disusun untuk memberikan gambaran bagaimana integrasi KSE dalam 3 bagian Kegiatan Belajar Mengajar (KBM), yaitu: 23 | Modul 2.2 - Pembelajaran Sosisal dan Emosional
1. Pembukaan hangat: antara lain dengan memberikan kesempatan pada murid untuk berbicara, mendengarkan aktif, memungkinkan interaksi, menciptakan rasa memiliki, dapat menumbuhkan salah satu kompetensi sosial dan emosional 2. Kegiatan inti yang melibatkan: antara lain dengan melakukan diskusi akademik, pembelajaran kooperatif, project-based learning, refleksi diri dan penilaian diri, pemberian suara dan pilihan 3. Penutupan optimistik: antara lain dengan refleksi, apresiasi, dan cara- cara positif lainnya untuk memperkuat pembelajaran Mari belajar bersama dan buatlah refleksi. ● RPP TK: https://drive.google.com/file/d/1qt9CB2qLazGscZXqP3Y- 0yV9KaYNtTTc/view?usp=sharing ● RPP SD https://drive.google.com/file/d/1uLgqoj-ZbT4LXWwuyutuqqeywtuS9eGl/view ● RPP SMP https://drive.google.com/file/d/1e5REnbcx60aQH4OZ3fGaSwIbCceJZh- y/view?usp=sharing Refleksi D.2: 1. Sebelumnya saya berpikir…., ternyata….. 2. Ide pembelajaran baru atau menarik akan saya terapkan di kelas saya adalah: 24 | Modul 2.2 - Pembelajaran Sosisal dan Emosional
D.3. Menciptakan Iklim Kelas dan Budaya Sekolah Indikator ketiga dalam implementasi pembelajaran sosial dan emosional adalah menciptakan iklim kelas dan budaya sekolah. Salah satu upaya mengubah lingkungan sekolah (iklim kelas dan sekolah), adalah melalui praktik guru dan gaya interaksi mereka dengan murid, atau dengan mengubah peraturan dan harapan sekolah. Dalam modul 1.4 kita sudah membahas bagaimana membangun keyakinan kelas dan peraturan sekolah. Di sini kita akan membahas lebih lanjut bagaimana praktik mengajar guru dan gaya interaksi guru dengan murid. Lingkungan yang memprioritaskan kualitas relasi antara guru dan murid adalah salah satu indikator utama dalam penciptaan iklim kelas dan budaya sekolah. Kualitas relasi guru dan murid yang tercermin dalam sikap saling percaya akan berdampak pada ketertarikan dan keterlibatan murid dalam pembelajaran. Sikap saling percaya akan menumbuhkan perasaan aman dan nyaman bagi murid dalam mengekspresikan dirinya. murid-murid akan lebih berani bertanya, mencari tahu, berpendapat, mencoba, berkolaborasi sehingga mereka memiliki kesempatan untuk mengembangkan kompetensi dirinya secara lebih optimal. Selain kualitas relasi guru dan murid, lingkungan kelas yang aman dan positif juga dapat diciptakan melalui berbagai kegiatan pembelajaran yang dapat merangkul keberagaman dan perbedaan, melibatkan murid, dan menumbuhkan optimisme. Menurut Sri Wahyaningsih, Pendiri Salam (Sanggar Anak Alam) Yogyakarta, yang diwawancarai September 2021, lingkungan sekolah yang aman dan nyaman adalah lingkungan yang membangun persepsi bahwa setiap orang memiliki potensi yang berbeda-beda dan orang lain adalah mitra, bukan saingan. Tugas pendidik adalah membantu anak-anak menemukan jati diri dan mengembangkan potensinya. Persepsi tersebut akan mendorong kentalnya kolaborasi antar murid, guru, maupun orang tua. “Orang tua akan ikut mendukung teman-teman anaknya, karena tidak dilihat sebagai 25 | Modul 2.2 - Pembelajaran Sosisal dan Emosional
saingan anaknya. Guru-guru pun menjadi lebih produktif dan suportif, saling mendorong rekan sejawat untuk mengembangkan diri.” Sebagai penutup, mari kita tonton video tentang contoh penerapan ketiga indikator pembelajaran sosial dan emosional sehari di kelas dan sekolah berikut ini: (Catatan: video masih dalam proses). Naskah video terlampir: https://docs.google.com/document/d/1HKphZKRiN5VOnUiedCpB0WRpeRSkepH0/edit Tugas D3.1 Apa refleksi Anda setelah menonton video tersebut: 1. Sebelumnya saya berpikir…., ternyata….. 2. Ide pembelajaran baru atau menarik akan saya terapkan di kelas saya adalah: 3. Yang ingin saya perdalam lebih lanjut adalah: Kaitan dengan Standar Nasional Pendidikan Implementasi pembelajaran sosial dan emosional selaras dengan Standar Proses dalam SNP kita. Integrasikan 5 KSE dalam pengajaran eksplisit maupun integrasi dalam konten dan strategi pembelajaran terkait dengan perencanaan proses dan pelaksanaan proses pembelajaran. Refleksi yang dilakukan guru maupun murid mendorong proses penilaian hasil belajar dan pengawasan proses pembelajaran. D.4. Penguatan Kompetensi Sosial dan Emosional Pendidik dan Tenaga Kependidikan (PTK) di Sekolah “Guru yang memiliki kompetensi sosial emosional yang baik biasanya akan lebih bersikap positif di dalam kelasnya.” Bapak/Ibu CGP, kita tentunya sepakat dengan ungkapan tersebut. Selain dari interaksi dengan teman-temannya, murid-murid kita akan belajar dari interaksi mereka dengan para pendidik dan tenaga kependidikan (PTK) di sekolah. Oleh sebab itu, penguatan kompetensi sosial dan emosional pendidik dan tenaga kependidikan di sekolah menjadi salah satu indikator penting dalam pembelajaran sosial emosional di sekolah. Pendidik dan tenaga kependidikan perlu memiliki kesempatan secara reguler untuk mengembangkan kompetensi sosial, emosional dan budaya mereka sendiri, 26 | Modul 2.2 - Pembelajaran Sosisal dan Emosional
berkolaborasi, membangun hubungan saling percaya dan memelihara komunitas yang erat. Berikut langkah-langkah yang dapat dilakukan untuk memperkuat pembelajaran sosial emosional pendidik dan tenaga kependidikan di sekolah: Gambar SEQ Gambar \\* ARABIC 4. Pembelajaran Sosial Emosional 1. Memodelkan (mePnejanddiitdeilkaddaann):TMeennadguakuPnegnpdeinddikidaikndan tenaga kependidikan dalam memodelkan kompetensi dan pola pikir di seluruh komunitas sekolah dengan murid, keluarga murid, mitra komunitas, dan satu sama lain. Ini dapat meliputi: ● Menerapkan kompetensi sosial emosional dalam peran dan tugas ● Menciptakan budaya mengapresiasi ● Menunjukkan kepedulian 2. Belajar: pendidik dan tenaga kependidikan merefleksikan kompetensi sosial dan emosional pribadi dan mengembangkan kapasitas untuk mengimplementasikan kompetensi sosial dan emosional. Kegiatan ini dapat meliputi: ● Membiasakan merefleksikan kompetensi sosial dan emosional pribadi ● Berkolaborasi di tempat kerja 27 | Modul 2.2 - Pembelajaran Sosisal dan Emosional
● Mempelajari kemungkinan adanya bias terkait dengan literasi budaya ● Mengembangkan pola pikir bertumbuh ● Memahami tahapan perkembangan murid ● Meluangkan waktu untuk melakukan self-care (perawatan diri) ● Mengagendakan sesi berbagi praktik baik 3. Berkolaborasi: menciptakan struktur berbentuk komunitas pembelajaran profesional atau pendampingan sejawat bagi pendidik dan tenaga kependidikan untuk berkolaborasi tentang cara mengasah strategi untuk mempromosikan KSE di seluruh sekolah. Kegiatan dapat meliputi: ● Membuat kesepakatan bersama-sama ● Membuat komunitas belajar profesional ● Membuat sistem mentoring rekan sejawat ● Mengintegrasikan kompetensi sosial emosional dalam pelaksanaan rapat guru Kaitan dengan Standar Nasional Pendidikan Penguatan kompetensi sosial dan emosional pendidik dan tenaga kependidikan selaras dengan Standar Kompetensi Pedagogik, Kepribadian dan Sosial Guru. Guru mendapatkan penguatan untuk menguasai karakteristik peserta didik dari aspek sosial, kultural emosional, serta menampilkan diri sebagai pribadi yang mantap, stabil, arif dan dewasa. Berdasarkan penjelasan tentang langkah-langkah penguatan KSE bagi pendidik dan tenaga kependidikan di sekolah: 1. Tentukan satu rencana yang akan Anda terapkan untuk penguatan KSE diri Anda. Berikan alasan Anda memilih langkah tersebut! Refleksi D.4a Bentuk Penguatan KSE Diri Alasan 28 | Modul 2.2 - Pembelajaran Sosisal dan Emosional
2. Manakah langkah penguatan kompetensi yang penting bagi rekan pendidik dan tenaga kependidikan di sekolah Anda saat ini? Berikan alasan Anda memilih langkah tersebut! Refleksi D.4b Bentuk Penguatan KSE Rekan Sejawat Alasan Peran Fasilitator: ● memberikan motivasi dan dorongan pada CGP untuk mengerjakan tugas B.2 ● memotivasi CGP untuk dapat menonton video praktik STOP dalam melakukan praktik mandiri ● memastikan CGP untuk mengakses tautan-tautan contoh RPP khususnya di bagian D ● memastikan CGP mengerjakan refleksi pembelajaran setelah setiap poin pembahasan di bagian D Catatan: Tugas B.2 mengacu pada gambar dalam Tabel B.2b. Kolom 2 baris pertama adalah contoh bagi CGP, dan dilanjutkan dengan gambar-gambar lainnya. Setiap gambar dapat mengandung lebih dari satu KSE sehingga CGP perlu mengelaborasi jawabannya. Pembelajaran 2b – Eksplorasi Konsep – Forum Diskusi Kutipan untuk hari ini Dialog tidak dapat terjadi tanpa kerendahan hati –Paulo Freire- Durasi: 2 JP Moda: Diskusi Daring Asinkron Tujuan Pembelajaran Khusus: CGP dapat menunjukkan pemahaman tentang penerapan 5 kompetensi sosial - emosional (kesadaran diri, manajemen, kesadaran 29 | Modul 2.2 - Pembelajaran Sosisal dan Emosional
sosial, keterampilan berelasi dan pengambilan keputusan yang bertanggung jawab) yang berbasis kesadaran penuh. Pertanyaan pemantik untuk diskusi: 1. Apakah masalah-masalah yang dialami Bapak Eling? 2. Berdasarkan penjelasan 5 KSE yang sudah Anda pelajari sebelumnya, bagaimana saran Anda bagi Bapak Eling? Selamat datang kembali dalam pembelajaran kita! Bapak/Ibu CGP akan mendapatkan kesempatan untuk mendiskusikan penerapan 5 KSE yang dibutuhkan dalam sebuah kasus bersama para CGP lain. Tujuan dalam diskusi adalah pengembangan gagasan dan pencapaian pemahaman bersama, sehingga dapat memperkuat pemahaman konsep yang lebih baik. Sebelum Anda melakukan diskusi pada waktu yang telah ditentukan, mohon untuk membaca aturan untuk forum diskusi berikut ini: Aturan forum diskusi tertulis: Sebelum kita melanjutkan sesi diskusi, ada beberapa hal yang perlu kita lakukan agar diskusi dapat berjalan dengan efektif dan produktif: 1. Setiap CGP harus menjawab pertanyaan berkaitan dengan kasus Bapak Eling. 2. Diskusi ini bertujuan untuk mengembangkan pemahaman bersama penerapan kompetensi sosial dan emosional dalam suatu situasi. 3. Sikap terbuka dan rasa ingin tahu menjadi nilai dasar dari proses diskusi ini. 4. Membangun pendapat dengan mempertimbangkan tanggapannya terhadap respon/jawaban CGP lain. Bapak/Ibu CGP, mari kita baca kasus-kasus yang ada di bawah ini. Buatlah refleksi dari setiap kasus terlebih dahulu sebelum membaca kasus berikutnya. Anda juga dapat merujuk kembali pada pembahasan Pembelajaran 2a. 30 | Modul 2.2 - Pembelajaran Sosisal dan Emosional
Search