Important Announcement
PubHTML5 Scheduled Server Maintenance on (GMT) Sunday, June 26th, 2:00 am - 8:00 am.
PubHTML5 site will be inoperative during the times indicated!

Home Explore Under The Rainbow

Under The Rainbow

Published by nazilafauza03, 2021-10-15 02:32:10

Description: Coba coba

Search

Read the Text Version

DREAMERPIXX

prolog.. \"Pelangi itu indah An, walaupun hanya muncul sekejap, dia tetap memberi kesan menakjubkan bagi siapapun yang melihatnya, sebagai pengingat agar manusia bisa menggunakan waktu mereka sebaik mungkin. Karena apa? Hidup itu cuma sekali\" Orang bilang, kehilangan itu lumrah. Kita sebagai manusia hanya perlu menerima alur hidup yang sudah tuhan siapkan. Kamu bilang pelangi itu indah dan hanya muncul sekejap tidak untuk menetap. Dan baru saja aku sadari, bahwa kamu lah pelangi itu. Seseorang berpesan padaku \"sudahi sedihmu, karena kamu akan segera menghadapi kehilangan yang selanjutnya, berilah semua itu wajar. Kita hanya manusia. Hanya bisa berserah diri ketika semua ini sudah terjadi\" Berilah dirimu paham, semua ini hanya perlu kita bumbu i dengan kata \"wajar\". Karena setiap pertemuan akan selalu berakhir dengan perpisahan.

\"Bukan jahat yang dimaksud semesta, dia baik. Dia hanya ingin menunjukkan alur terbaik dalam hidup kita. Hanya saja, kita yang terkadang kurang paham akan hal tersebut. Dan melulu menyalahkan segalanya pada semesta\"

Awal Altair Raya Pradana, bukan main ketika bunda juga ayah memberinya nama sebagus itu. Berharap buah hati menjadi bintang pertama yang amat terang, juga bisa sekuat dan seberani sang elang yang terbang untuk menggapai tujuan hidup. Altair, sesuai namanya. Bintang paling terang. Ia sang penggemar kata. Tak banyak bicara, namun senyumnya mampu meredam asa. \"An, kamu tau gak kalau pelangi itu punya banyak warna?\" Sore itu, aku dan Altair sedang menikmati udara sejuk sehabis hujan di pelataran rumah sambil menikmati suasana sore di hari selasa ini. Aku, tergelak bukan main mendengar pertanyaan konyol altair. Siapa sih yang gak tau kalau pelangi punya banyak warna -pikirku. \"Tapi gak semua orang tau makna disetiap warnanya\" Aku hanya diam mendengar setiap kata yang terucap dari bibir lelaki itu. \"Lihat itu, warna merah melambangkan kasih sayang, lalu ada warna kuning melambangkan kecerian dan semangat. Begitu juga dengan setiap manusia yang hidup, mereka juga punya cerita masing-masing dalam hidup ini\" dia menunjuk pelangi tersebut yang perlahan mulai memudar diatas langit. \"Jadi?\" Tanyaku \"Jangan pernah menilai seseorang tanpa tahu apa yang sebenarnya terjadi pada mereka. Dan kamu lihat itu, pelanginya mulai memudar\" \"Walaupun hanya muncul sekejap, pelangi tetap memberikan kesan yang menenangkan bagi siapapun yang melihatnya, mengingatkan manusia untuk menggunakan waktu mereka dengan baik\" sambungnya dengan senyum yang tenang \"Sesuka itu kamu sama pelangi?\" Tanyaku \"Nggak sih, aku lebih suka kamu\" jawabnya \"Dih.. jelek banget gombalnya\" \"HAHAHAHAHAHA\" kami tertawa setelahnya Drtt.. drt.... Tawa kami tertunda ketika mendapati ponsel altair berdering.

Hening untuk sesaat setelah altair mengangkat telfon yang kutahu dari ibunda tercintanya. \"kenapa? Kok diem aja?\" Tanyaku \"Aku diem gaboleh emang?\" aku tuh suka sebal sama dia, kalau aku nanya pasti dia selalu nanya balik. \"aku tuh tanya kamu, kok malah tanya balik?\" Aku merotasikan kedua bola mataku, sudah hafal aku dengan perilakunya. Dan kutebak sehabis ini dia akan tertawa. \"ahahhahaha\" Jackpot, tepat sekali. Tebakanku benar dan tak meleset. Selalu dengan tawa menyebalkan itu, tapi aku suka. Selalu suka apa yang ada dalam dirinya. Bahkan tawa menyebalkan itu. Aneh sekali. \"Bunda? kenapa? bukannya kamu sudah izin tadi kalau mau ke rumahku?\" \"Iya sudah, bunda minta aku pulang. Soalnya si mona kabur, tau sendiri kamu kalau si mona udah kabur, satu rumah bakal pusing hahaaa\" Mona itu nama kucingnya altair, kucing betina yang lagi pengen kawin(lagi). Jadi wajar saja kalau sering kabur-kaburan. Pasti untuk mencari jantan yang bisa ia ajak tidur. Haduh dasar mona. \"Bye an, aku pulang dulu ya. Bilangkan terimakasih pada mama, pudingnya selalu enak\" \"Iyaaaa, udah sana pulang. Keburu si mona bunting nanti\" \"Besok pagi ku jemput, kita berangkat bareng. Jangan kesiangan, byeee\" Ya, kan emang biasanya dia yang jemput. Astagaaa -batinku Semoga si mona cepat pulang deh, masa mau bunting lagi? Padahal baru dua minggu yang lalu aku mengurus proses persalinannya. Sebenarnya, aku juga punya kucing. Namanya jantan, sejujurnya dia kucing betina tapi Altair ngotot \"pokoknya dia sudah aku kasih nama, namanya jantan, jangan protes okay\" Aku tanya, \"dia kan betina, kenapa namanya jantan?\" Dengan enaknya dia jawab \"Ya gapapa biar beda, tetanggaku saja namanya agus tapi orangnya juga betina, eh perempuan maksudku\" sungguh tidak masuk akal kalau menurutku. Tapi jantan mati ketika dalam perjalanan pulang sehabis main di rumah mona. Jantan terlindas mobil sedan yang tidak bertanggung jawab. Ditinggal begitu saja saat jantan tengah sekarat di jalanan komplek sore itu.

Cerita jantan Sore itu aku sedang menyiram bunga milik mama yang baru dibeli dari pasar dua minggu yang lalu. Kegiatan tersebut kutunda, ketika bima anak pak selamet tetangga sebelah rumahku berlari dan memberi tahuku bahwa jantan tengah sekarat di depan rumahnya. \"KAK ANNA!!! JANTAN SEKARAT KAK, TERLINDAS MOBIL SEDAN DI DEPAN RUMAHKU!!\" Aku terkejut bukan main. Ku hampiri jantan, dan benar saja dia tengah megap- megap sekarat disana dan setelah itu menghembuskan napas terakhirnya. Setelah tragedi itu, jantan dikuburkan di depan rumahku. Setiap sore aku selalu mengunjungi makamnya dan bercerita kalau mona jadi pendiam karena ditinggalkan sahabat terdekatnya. Dua hari setelah pemakaman jantan, aku masih menangis kala mengingat darahnya yang mengalir di depan rumah pak selamet. Aku enggan makan kalau tidak dibelikan soto babat di perempatan depan sekolah. Dan alhasil altair selalu kerepotan ketika membujukku makan. \"Sudahlah an, jangan menangis terus. Kasian jantan, kasian aku juga. Masa setiap kamu mau makan harus aku belikan dua porsi soto babat?\" \"Ya itu namanya kamu gak ikhlas al, udahlah kamu pulang aja. Jangan kesini lagi kalau cuma mau mengomel\" \"Iyaa aku pulang, jangan lupa dimakan sotonya\" setelahnya, altair keluar dari kamarku, sebelum menutup pintu dia berkata \"An, sudahi sedihmu. Karena kamu akan menghadapi kehilangan yang selanjutnya, berilah semua itu wajar. Kita hanya manusia. Hanya bisa berserah diri ketika semua itu sudah terjadi, okay...\" \"Bye.. aku pulang dulu\" langkah kaki menjauh dari depan pintu kamarku dan setelahnya berganti dengan suara deru motor yang menjauhi pelataran rumah ku. Rumah kembali sepi, karena mama dan ayah sedang pergi ke kebun nenekku. Ketika ku tanya, \"mau kemana? Kita ini lagi berduka ma\" Dan kata ayah \"kebun nenek, petik jeruk, disana sedang panen. Sudah kamu di dalam kamar saja nanti al kesini\". Sudah gila rupanya, rumah ini sedang berduka akibat ditinggal buntelan berbulu bernama Jatan, dan mereka malah mau petik jeruk di kebun nenek. Hhh... jantan yang malang, aku rindu kamu. Kamu meninggal dengan keadaan perawan, semoga bisa mendapat kucing berkelamin jantan idamanmu di surga.

Ini Mona dan Jantan

Elegi esok pagi \"ANNAAAAA BANGUNN\" Itu pasti mama, beliau selalu membangunkanku dengan suranya yang khas di pagi hari. Ketika ku tanya \"ma, kenapa sih selalu bangunkan anna pakai teriakan?\" Dan dengan santainya mama menjawab \"ya habisnya kamu kalau tidur sudah seperti orang mati, gak bangun bagun. Kalau mama tega pun sudah mama siram pakai air panas\" kejam sekali mama ku :(. begitulah rutinitas pagi ku, selalu dengan mama yang teriak di pagi hari. \"Iya mama... ini sudah bangun, sudah siap berangkat ke sekolah\" \"Nah begitu dong anak gadis mama, yasudah hati-hati berangkatnya, bilang altair jangan ngebut bawa motornya\" pesan mama padaku. \"Siap, assalammualaikum\" aku keluar gerbang rumah setelah mengecup punggung tangan mama. Ku dapati altair yang sudah siap di depan gerbang rumahku bersama vespa matic tersayangnya. \"Selamat pagi tuan putri\" sapa altair dengan senyum seindah bunga milik mama yang mekar pagi ini. \"Selamat pagi juga pangeran\" sapa ku balik padanya. \"Sudah siap dengan hari ini?\" Ku anggukkan kepalaku sebagai jawaban atas pertannyaanya barusan. Tanpa ku tau apa yang akan terjadi selanjutnya diantara kami. 10 menit kami tempuh untuk sampai di sekolah. Iya, hanya 10 menit karena altair mengendari vespa nya dengan kecepatan penuh. Untung saja aku tidak ada riwayat penyakit jantung, pikirku. Ctak. \"Ihh apasih?\" Aku menggerutu ketika dia menyentil jidatku seenaknya. \"Diem aja?\" \"Aku sudah pernah bilang, jangan ngebut. Lupa?\" \"hehe, maaf tadi aku pikir bakalan telat An\" \"Mana ada telat? Ini saja masih pukul enam lewat dua puluh lima menit. Kamu tuh emang usil, mau ngerjain aku kan?\" \"Abisnya kamu lucu kalau cemberut\" \"Udah ahh, ak mau keluar\" ucapku dan berjalan keluar dari kelas. \"Mau kemanaa???\" \"Toilet, kenapa? Ikut?\" \"Nggak lah\" ********************

Tepat pukul empat sore semua murid keluar dari kelas nya, setelah 9 jam menempuh pembelajaran di sekolah. Namun, lain halnya dengan Altair dan Anna yang baru saja menyelesaikan jadwal piket mereka. \"Al, kita mampir toko buku dulu ya\" \"Mau beli apa?\" \"Ada novel baru, aku mau beli. Biar kita bisa baca bareng kaya waktu itu di depan rumah\" Hening beberapa saat, karena mereka berdua sedang membersihkan meja dan bersiap untuk segera pulang. ************** \"Al?\" Panggilku, karena merasa tidak mendapat respon tas pertanyaanku tadi. \"An, hari ini pulang sama Hisyam dulu ya\" \"Kenapa?\" \"Mona kabur lagi, aku harus cari dia. Kamu tunggu hisyam di gerbang depan ya, aku sudah bilang dia untuk ajak kamu pulang bareng\" \"Oh gitu..\" \"Iya maaf ya, aku pulang duluan. Kamu bilang Hisyam jangan ngebut di jalan. Kalau kamu lecet aku tebas titit dia nanti\" ucapnya terakhir kali sebelum lari meninggalkan ku sendirian di dalam kelas. \"Aneh\" pikirku, karena tidak biasanya dia seperti ini. Rumah kami satu komplek seharusnya dia bisa mengantarku. Entahlah, mungkin mona kaburnya ke Amerika. Jadi dia menyusul sebelum mona naik pesawat rombongan menuju Amerika dengan kucing lain. Sudahlah masa bodoh saja, lagian aku sudah lapar dan ingin cepat pulang. ************ Aku sudah sampai di depan rumah, setelah 20 menit menempuh perjalanan dari sekolah. Hisyam itu anak komplek sebelah, putranya pak Soleh. \"An, aku pamit pulang dulu ya. Titip salam buat mama, bilang saja dari Hisyam ganteng\" \"Ada ada aja, iya nanti aku sampaikan. Terimakasih Hisyam\" \"Yoi, assalamualaikum\" pamitnya dan melesat pergi bersama motor merah nya. \"Waalaikumussalam\" jawabku Aku memasuki pelataran rumahku dengan berjalan gontai, entah kenapa lemas sekali badanku \"mungkin karena tadi aku lari 10 kali keliling lapangan\", pikirku. iya kebetulan hari ini ada jadwal mata pelajaran olahraga dengan materi berlari keliling lapangan sebanyak 10 kali. \"Assalamualaikum\" ucapku ketika membuka pintu rumah \"Waalaikumussalam, loh kamu sendirian? Al nya mana nak?\" Tanya mamaku \"Al tadi ada urusan, jadi aku pulang sama Hisyam\" \"Mama sudah masak makanan buat kalian sebenarnya, yasudah nanti antarkan ke rumah Tante Sarah ya\" pinta mama padaku, Tante Sarah itu nama bundanya Altair. \"mah, badanku sakit semua. Minta mbak Laras saja ya yang antarkan\"

\"Kamu sakit? Wajah mu pucat. Yasudah kalau begitu kamu istirahat, nanti biar mbak saja yang antarkan\" Kami punya satu asisten rumah tangga, namanya mbak Laras. Dia sudah bekerja lama di rumah kami. Terhitung sejak aku ada di dunia ini. Kira-kira 18 tahun. Aku menaiki tangga menuju kamarku di lantai dua. Dan bergegas untuk mandi juga berganti pakaian. Dan rupanya, mandi adalah pilihan yang salah. Karena setelahnya suhu tubuhku mendadak naik. Mama sudah panik bukan main, terakhir kali aku drop. Dokter memintaku untuk rawat inap di rumah sakit seminggu lamanya. \"Ma, Anna ngga kenapa kenapa. Cuma kecapean aja, mama gausah panik\" ujarku \"Sudah kamu istirahat saja, biar mama telfon ayahmu. Kita ke rumah sakit malam ini\" \"Ngga usah ma, nanti ayah panik. Aku ngga papa, cuma butuh sedikit istirahat. Mama juga istirahat di kamar\" ucapku \"Yasudah, kalau kamu butuh sesuatu bilang mama ya. Kamu istirahat, besok jangan sekolah dulu\" \"Iya\" \"Selamat malam, tidur yang nyenyak nak\" Jujur saja kepalaku sakit bukan main. Kupejamkan mataku untuk menghalau rasa sakitnya. Dan ketika aku mulai mengantuk, aku baru saja teringat satu hal yang membuat mataku melotot. \"oh astaga besok ada presentasi bahasa\" dan ketika ku ingat, kelompokku belum menyiapkan bahan presentasinya. Segera aku bangkit dari ranjang dan berjalan pelan menuju meja belajar. Hhhh sungguh malam yang singkat, karena aku menyiapkan segalanya dengan panik dan hanya bermodalkan satu sumber yang menurutku sudah benar-benar akurat untuk presentasi kelompok besok. pukul 2 pagi segala materi untuk presentasi sudah selesai. Aku mengirimkannya pada Hisyam, dia sekelompok denganku. \"Hisyam, materi untuk presentasi sudah aku kerjakan.\" \"loh, kok kamu yang kerjakan An?\" \"iya, maaf ya besok aku tidak bisa ikut presentasi karena sakit\" \"Astaga anna, cepat sembuh. bukannya tadi masih baik-baik aja?\" \"haha iya nih mungkin masuk angin, terimakasih Hisyam\" \"Yasudah istirahat saja, ini sudah hampir pagi. Maaf jadi kamu yang bikin materi presentasi nya\" \"iya Hisyam\"

Alarm pagi ku berbunyi, bukan jam wecker ku bukan juga alarm dari ponselku. Tapi teriakan mama di pagi hari tepat di sebelah telingaku. \"BAGUN AN, sudah pagi. Gimana? Masih pusing Ndak?\" \"Ma, Anna sudah bilang jangan teriak. Anna dengar kok\" protesku \"Iya iya, gimana? Mau ke dokter saja?\" \"Nggak usah, udah enakan kok\" \"Yasudah, mama sudah siapkan makanan. Jangan lupa diminum obatnya\" Hari Rabu ini terasa membosankan, karena aku hanya berbaring saja di ranjang. Dan tumben sekali tidak ada pesan masuk dari Altair. Biasanya dia yang selalu membangunkan aku di pagi hari dengan pesan randomnya. ******************** Langit sudah mulai gelap, jam dinding menunjukkan pukul lima sore. Demi tuhan, kenapa mama malah pergi ke rumah temannya untuk arisan alih-alih merawat anak gadisnya yang terkapar di atas ranjang. Demam sialan, batinku. \"Oh iya, presentasi nya\" aku menghubungi Hisyam. Hitung-hitung agar tidak bosan. \"Halo\" \"Hai Hisyam, tadi presentasi nya lancar?\" \"Puji syukur lancar An, Bu Tina bilang materinya bagus. Dan kita dapat nilai tambahan\" \"Hah beneran?\" Heranku \"Iyaaaa bener, oiya Al sakit ya? Dia absen hari ini\" tanya Hisyam \"Loh? Masa? Aku nggak terima pesan apapun dari dia sejak pagi\" \"Lha... aneh banget\" \"Oke Hisyam makasih ya\" \"Iya an, cepat sembuh\" Haduh kemana saja altair ini? Apa mungkin mona belum pulang? Atau mungkin altair ikut menyusul Mona ke Amerika? Tidak akan ada habisnya kalau aku hanya berandai- andai saja. Lebih baik aku ke rumah altair dan memastikan. \"Loh neng mau kemana?\" Tanya mbak Laras ketika aku menuruni tangga \"Mau ke rumah Al sebentar, dia gak ada kabar sejak pagi\" \"Neng kan masih sakit. Di telfon saja ya mas Al nya\" pinta mbak laras \"Sudah An telfon mbak, tapi di reject terus\" \"Yasudah, tapi jangan lama-lama ya. Nanti diomelin mama\" \"Iya mbak\" ******************* Tok tok tok... Satu kali ketuk, tidak ada jawaban. Tok tok tok Dua kali ketuk, juga tetap tidak ada jawaban dari sang pemilik rumah.

Dan ketika tanganku hendak mengetuk pintu untuk yang ketiga kalinya. Bunda keluar serta menyambut kedatangan ku. \"Loh Anna, ayo masuk. Diluar dingin, mama mu bilang kamu demam\" \"Iya bunda\" \"Kok sudah keluyuran? Badanmu masih hangat nak\" bunda itu seperti altair persis sekali. Mereka selalu khawatir padaku. \"Hehe. Oiya, kata Hisyam hari ini Al juga absen, dia sakit?\" Tanyaku Pertanyaan ku terhalau oleh kemunculan altair dari lantai dua. Dengan pakaian yang terbilang cukup rapi dari aku yang hanya mengenakan kaos juga celana training. \"Bun tau tas yang aku simpan di lemari?\" Tanya Al pada bundanya, dan dia terkejut kala pandangan mata kami bertemu. \"Loh, An? Kok disini?\" \"Aku yang harusnya tanya ke kamu kan? Kenapa gaada kabar? Kamu sakit? Tadi Hisyam bilang kamu juga absen\" tanyaku bertubi-tubi \"Bunda Carikan dulu, Anna Altair kalian perlu bicara\" kata bunda sebelum naik ke lantai dua. Altair membawaku ke atap rumahnya, sambil melihat langit senja yang entah kenapa sore ini berpadu dengan indahnya pelangi yang hadir tanpa hujan sebelumya. \"Pelanginya indah Al\" \"Anna, kata mama kamu sakit? Kenapa malah kesini?\" Tanyanya \"Aku khawatir sama kamu, kemarin pamitnya mau cari Mona. Tapi sampai pagi pun gak ada kabar\" \"Aku kemarin telfon kamu\" \"Iya, mau ku angkat tapi sudah kamu matikan\" sebalku \"Hehe\" \"Dari pagi juga telfon ku cuma kamu reject, kenapa sih?\" Bukannya menjawab, altair malah diam. Hingga kami berdua tenggelam dalam keheningan di sore ini.. \"An, aku mau pamit\" senyumku memudar setelah Al melepaskan tautan jemarinya pada tanganku. \"Ha? Pamit cari Mona lagi? Ayo aku temani, heran banget aku. Kenapa dia suka kabur\" \"Bukan itu\" elaknya. \"Kamu tuh iseng Al, aku gaakan percaya\" keukeuh ku. \"Ke Amerika, bunda dan ayah ingin aku lanjutkan studi disana\" enteng sekali bicaranya. Aku mulai merasakan sesak dalam dadaku, aku tau ini serius karena dia enggan menatap mataku. Itulah kebiasaan altair. Enggan menatap mata lawan bicara jika topiknya serius dan sensitif seperti ini.

\"Berapa lama?\" \"Entahlah..\" Kalimatnya menggantung, kini dia menatap mataku dengan nanar. Seakan tahu dan paham kesedihan yang aku rasakan \"Lama kah?\" \"Bisa dibilang begitu, 7 tahun. Sanggupkah kamu?\" Sanggup yang dimaksud adalah menunggunya kembali \"Pasti tak akan\" \"Siapa bilang? Aku sanggup Al, entah itu sampai 1000 tahun yang akan datang\" \"Jangan An, aku nggak mau jadi penghambat mimpimu. Kamu bilang ingin jadi arsitek dan bisa membuat gedung megah di tengah kota\" Kamu bukan penghambat, kamu itu hidupku. Siapa yang mengingatkanku pada mimpiku ketika aku hampir menyerah kala mama dan ayahku hampir berpisah dulu? Siapa yang selalu mendukung aku untuk selalu turut serta dalam kompetisi di luar kota? Itu kamu Al. Kamu bilang selalu ingin berjuang bersama? Lalu kenapa kamu menyerah? \"Bagaimana dengan mimpi kita?\" \"Lanjutkanlah mimpimu, begitupun aku yang akan menyambung mimpi di negeri pamanku. Aku akan merajut cita ku disana, bekerja, juga menemukan seseorang yang kurasa cocok untuk hidupku\" \"Bukan itu Altair\" \"Lalu apa Anna? Lupakanlah mimpi kita bersama, jalan kita sudah berbeda \" \"Ku kira kau menganggapku rumah selama 5 tahun ini altair, ku tentang segala ucapan mama dan ayah karena... ku kira kita rumah dari masing-masing\" \"Rumah bisa hancur kapan saja anna, maafkan aku, demi kebaikanku dan kebaikanmu, lupakanlah mimpi kita. Maaf aku meruntuhkan segalanya saat ini\" \"Selamat altair, selamat atas segalanya. Lekaslah pergi, tak akan lagi ku simpan harap ku untukmu\" Aku memutuskan untuk pergi dari tempat itu, hancur sudah pertahanan ku. Aku menangis tersedu kala bunda bertanya \"Anna kenapa nak?\" Aku tak mengindahkan panggilan bunda ketika aku berlari keluar rumahnya. Tangisku pecah di dalam kamarku, hingga mbak Laras dan mama bertanya ada apa denganku. Seandainya dia memberi tahuku lebih awal. Aku akan jauh lebih tenang dan tidak akan meraung-raung seperti orang gila di dalam kamar. Kenapa dia malah beralasan \"mencari Mona\" disaat dia harus mengurus kepindahan nya. Dan ternyata bukan Mona yang pergi ke Amerika, tapi dia sendiri yang memutuskan untuk pergi ke Amerika. Sudah lelah aku menangis ber jam-jam lamanya. Dan kini Pukul 11 malam, ponselku berdering dan menampilkan nama Altair dii sana.

\"Untuk apa jika singgah namun tak ada kata sungguh yang mengiringinya\" Baru saja kurasa kemarin kau ucapkan hal itu padaku. Ketika ku minta kejelasan dari 'kita'. Dan kini kau sendiri yang mengingkari hal itu. ************** \"Halo\" sapanya di seberang sana \"Tak pa, bila tak mau bicara\" \"An, aku pamit ya\" sudah kuduga dia akan mengatakan ini \"Aku pergi, jangan cari aku\" \"Kenapa? Secepat ini?\" \"Ku kira kau tak mau berbicara An\" \"Jangan cari aku, biarkan aku yang menemukan jalanku untuk pulang padamu\" \"Al..\" Aku cukup terkejut dengan ucapannya itu. Jika begitu, apakah ada kemungkinan kamu kembali lagi padaku? \"Tunggu aku An, jangan lupakan aku. Karena disana aku akan selalu mengingatmu\" dia memotong ucapanku, mata ku panas seketika. Terdengar suaranya menggantung, seperti sedang menahan tangis. \"Anna, aku berangkat. Salamkan pada ayah juga mama, bahagia selalu salam manis dari Altair\" Tit... tit.. Malam itu , seorang Altair Raya Pradana yang datang sebagai penyembuh luka ku. Selamat... kau berhasil membangkitkan rasa sakit itu kembali bahkan menjadi berjuta kali sakitnya. Karena, semakin singkat suatu cerita semakin dalam luka yang tertoreh. Singkat saja, layaknya swastamita, hadirnya banyak dinanti orang, singgahnya tak lama, namun keindahannya patut disambut. Seperti itu juga dia, indah yang hadirnya tak lama, indah yang tak pernah bisa digapai raganya, namun setidaknya aku pernah bersorai menyambut kedatangannya.

epilog jika kamu bilang, aku harus merelakan atas dasar kata \"wajar\" yang selalu kau tanamkan. Aku tidak sekuat itu. Ketika orang bilang \"jika kamu mencintai seseorang, maka lepaskanlah\" Aku tidak setegar itu. Karena nyatanya kamu adalah duniaku


Like this book? You can publish your book online for free in a few minutes!
Create your own flipbook