menyebabkan Ia menjadi seorang yang kuat dan memiliki daya tahan tubuh tinggi. Sejak kecil Mira tidak pernah menderita sakit parah, kecuali pada saat kuliah, 2 minggu aku sempat terbaring di rumah sakit karena gejala tifus. Hal ini yang menyebabkan orang tuaku percaya untuk melepas aku jauh dari mereka. Sejak SMU, Mira sudah tinggal jauh dari mereka, begitupun masa kuliah ia lewati sendiri di Bandung. Mira terbiasa untuk melakukan perjalanan (traveling) sendiri. Dalam waktu 1 minggu ia bisa melakukan perjalanan ke 2-3 kota sekaligus. “Kebiasaan jalan-jalan ini sering aku lakukan di masa kuliah dan masa awal aku bekerja”. Sebagian besar orang di sekitarnya menilai bahwa Mira adalah orang yang keras dan kuat baik fisik maupun mental dengan disertai emosi yang meledak-ledak. Menjalani hidup sebagai anak sulung dari 4 bersaudara yang terbiasa hidup sendiri semakin membentuk karakternya yang keras. Hubungan Mira dengan keluarga tidak begitu dekat. Hubungan yang terjalin antara Mira dengan mereka tidak pernah lebih dari sekedar menelpon kalau ia membutuhkan uang, mengucapkan selamat apabila salah satu dari mereka merayakan ulang tahun dan pulang ke rumah untuk merayakan Paskah dan Natal bersama. “Sebagian besar hidupku, aku habiskan bersama teman-teman dalam kegembiraan dan pesta-pesta setiap akhir pekan”. Kehidupan malam menjadi rutinitas Mira dari hingar bingar musik, rokok, alkohol sudah sangat akrab dengan seorang Mira. Satu-satunya ketenangan yang Mira rasakan adalah ketika ia membaca buku di kamar sendirian. “Satu-satunya hobiku dari kecil yang masih bisa aku lakukan sampai sekarang adalah membaca” katanya. Mira memiliki banyak sekali teman dari berbagai kalangan dan latar belakang. Ia merupakan orang yang sangat mudah bergaul, semua orang
merasa senang berada di dekatku dan aku pun menyadari betul bahwa aku ini teman yang menyenangkan dan dapat diandalkan. Aku selalu bisa menjadi pendengar yang baik, mampu melindungi dan selalu bisa mencari solusi untuk setiap permasalahan yang mereka hadapi. Seringkali aku merasa bahwa aku bisa menjalani segala sesuatu seorang diri, tanpa bantuan siapapun. Satu bulan sebelum Natal 2005 Mira mulai sering merasa kecapean luar biasa. Jarak antara kediamannya yang ada di daerah Jaksel dengan kantor di Cikarang bukan faktor penyebabnya, karena perjalanan itu ditempuh dalam waktu kurang lebih 30 menit dalam bis kantor yang nyaman. Selain itu ia seringkali mengeluh mengalami sakit pada persendian kaki di pagi hari, nafsu makan berkurang, muntah-muntah dan dada sakit setiap kali menarik nafas panjang. Satu bulan rasa sakit itu semakin hebat tapi ia tidak pernah mencoba untuk memeriksakan diri ke dokter. Dua hari setelah pulang untuk merayakan Natal, Mira mulai mengalami sakit kepala yang luar biasa. Semua orang khawatir akan kondisinya yang semakin memburuk, karena terlihat pucat dan lemah. Selama tiga hari sesudah itu ia istirahat di rumah namun tak kunjung sembuh. Akhirnya ia memutuskan untuk untuk istirahat di Bandung. Ia pun melakukan pemeriksaan ke dokter praktek yang kemudian menyarankan untuk periksa ke lab, karena Mira diduga terserang Hepatitis. Hasil lab sangat mengejutkan, Hemoglobin (Hb)nya sangat rendah yaitu 4,1, padahal batas normal Hb untuk perempuan adalah 12. Saat itu juga aku masuk ke rumah sakit untuk opname. Dokter yang menanganinya adalah dokter internis dan menyatakan bahwa ia menderita anemia hemolitik, suatu jenis anemia yang kekurangan Hemoglobin (keping darah merah) Segera setelah itu aku langsung ditransfusi darah,
Hb-ku naik sampai 9,6 dan kesakitannya mulai berkurang. Sehari 3 kali Mira diambil darah untuk diperiksa, dan setiap hari Hb-nya terus menurun dan Hb-nya terus pecah. Hal ini menjadi pertanyaan semua orang termasuk dokter yang menangani. Kemudian dokter menyarankan orang tuanya untuk berkonsultasi juga dengan dokter hematologist, dokter internis dengan keahlian khusus bagian darah. Kembali aku dites dan harus menunggu 3 hari sampai keluar hasilnya. Akhirnya hasil tes itu keluar dan aku dinyatakan positif menderita Systemic Lupus Erythematosus (SLE), suatu jenis penyakit yang masih jarang didengar dan dimengerti oleh orang awam. Aku yang selalu banyak tahu dari hobi membaca saat itu juga mengetahui bahwa penyakit yang aku derita ini penyakit yang sangat langka dan berbahaya. Aku tidak tahu persis seberapa berbahayanya, tapi dari informasi yang pernah aku baca dulu sekali, penyakit ini berbahaya. Saat itu juga aku langsung minta untuk dicarikan buku tentang SLE. Semalaman aku diam sendiri membaca buku di ranjang rumah sakit, mengetahui dan menyadari ganasnya penyakit yang aku derita. Ada banyak org di luar kamarku, tapi aku memilih diam sendiri dalam penderitaan yang pelan-pelan merasuki tubuhku. Rasa sakit yang dirasakan oleh tubuhku tidak berarti apa-apa dibandingkan sakit yang tiba-tiba menghantam perasaanku. Dari sekian banyak penyakit di dunia, kenapa harus penyakit ini? Dari banyaknya perempuan, kenapa harus aku? Pertanyaan-pertanyaan itu terus menerus berputar-putar di kepalaku dan tidak pernah bisa menemukan jawabannya. Systemic Lupus Erythematosus ini adalah penyakit menahun, artinya seumur hidup aku terus bersama dengan penyakit ini. SLE adalah penyakit
autoimun. Aku mengalami kelainan antibodi. Antibodi yang mestinya berfungsi untuk menjaga tubuh dari serangan virus, bakteri atau kuman, dalam tubuhku menjadi sangat aktif sehingga dia tidak bisa membedakan benda asing dan organ tubuh sendiri. Antibodi dalam tubuhku menyerang darah terutama Hemoglobin. Itulah penyebabnya kenapa kadar hemoglobinku turun terus. Yang paling menyedihkan belum ada obat yang bisa menyembuhkan Lupus, obat yang ada hanyalah untuk menekan kinerja antibodi agar tidak terlalu aktif. Hidup aku selanjutnya harus tergantung pada obat. Jangankan untuk menemukan obat, mencari tahu apa penyebab penyakit ini saja belum ditemukan. Lagi-lagi selalu muncul pertanyaan, kenapa harus aku???? Predikat baru sebagai odapus (orang yang hidup dengan lupus) membuat aku sejenak ingin menghilang dari tatapan semua orang yang mengasihani aku. Aku yang keras, aku yang kuat, aku yang selalu bisa jadi andalan org lain kini harus terbaring tak berdaya dan selalu dikelilingi oleh orang-orang yang siap untuk membantu. Untuk bangun dari tempat tidur saja aku tidak mampu. Sejak awal di diagnosis SLE, tidak pernah ada setetes air mata pun. Tapi ketika suatu malam aku menyadari bahwa aku akan selalu butuh orang lain untuk melindungi aku, maka pecah sudah pertahanan air mataku. Aku tidak bisa menerima bahwa saat ini aku harus menyandarkan diri kepada org lain, aku tidak lagi bisa hidup untuk aku sendiri, aku bukan aku yang dulu lagi. Itu adalah hal yang paling aku benci!!!!! Dominikus Evan Wisnu Aji
Kehidupan dari Seorang Albert Givanno Cahyo Utomo si Paling PALING Albert Givanno Cahyo Utomo atau biasa dipanggil Albert adalah seorang pelajar yang berasal dari Jakarta. Albert lahir di Jakarta tanggal 28 Oktober 2006 di keluarga yang harmonis. Ibu Albert bernama Jeannette Mila Hardiani Cahyaningrum dan ayahnya bernama Kristian Agung Utomo. Ibu Albert adalah seorang Dokter Spesialis Anak di Rumah Sakit Ibu dan Anak Tambak, Rumah Sakit St. Carolus, dan juga Rumah Sakit Brawijaya Durentiga. Sedangkan ayahnya adalah seorang Business Development di PT. Veolia Water Technologies Indonesia. Albert juga memiliki satu kakak yang bernama Clara Emily Regina Utomo yang bersekolah di SMA Kolese Gonzaga juga di kelas XI IPA 2. Albert juga sebenarnya memiliki kakak yang bernama Sonia Utomo ia lahir tahun 2003 tetapi sayangnya pada umur 1 tahun ia meninggal. Albert juga memiliki kedua pasang kakek dan nenek yang sampai sekarang masih sehat. Kakek dan nenek Albert dari sisi ayahnya tinggal persis di sebelah rumahnya, sedangkan kakek dan nenek dari sisi ibunya masih tinggal di Surakarta/Solo.
Albert ketika kecil sempat tinggal di Surakarta atau lebih dikenal dengan kota Solo bersama Kakek dan neneknya sebelum akhirnya ia mulai bersekolah. Albert memasuki TK di Jakarta pada sekolah TK Tarakanita 1 dan berlanjut sampai di SD di Tarakanita 1 juga, SMP ia masuk di sekolah Pangudi Luhur. Albert memiliki beberapa talenta seperti bermain piano dan gitar, Albert juga memiliki beberapa prestasi yaitu dalam camping pramuka mendapatkan juara pertama ia juga memenangkan lomba menggambar saat SD. Albert dari kecil memiliki hobi dalam fotografi, mendengarkan musik, menonton film dan juga serial TV dengan berbagai genre. Terutama film atau serial TV yang bergenre superhero, romcom, dan sitcom, beberapa film favoritnya adalah Logan (2017), Scott Pilgrim vs. the World (2010), dan Good Time (2017). Sedangkan untuk genre kesukaannya adalah POP, Classic, dan Hip Hop, lagu favoritnya adalah The End of the World - Skeeter Davis dan Eventually - Tame Impala. Kehidupan keseharian Albert sebelum pandemi COVID-19 dan ketika pandemi COVID-19 sangat berbeda, menurutnya keseharian ketika pandemi terasa jauh lebih membosankan dibandingkan dengan keseharian sebelum pandemi. Albert kini menjalani hidupnya dengan normal sebagai murid di SMA, tahun ini bulan Oktober ia akan bertambah umur menjadi 16 tahun. Farrel Timothy Reagan Mokolensang
Marcella Kasih Terkasih Marcella Kasih lahir pada 19 Mei 1971 di Jakarta. Saat ini ia menjalani profesi sebagai flavorist di Mane. Awalnya Marcella tidak terpikirkan untuk menjadi flavorist, karena awal cita-citanya menjadi guru. Semasa kecilnya Marcella bersekolah di TK Paskalis, Jakarta Pusat. Pada saat TK Marcella suka bermain masak-masakan, tetapi saat ini malah tidak suka memasak. Marcella melanjutkan pendidikannya di SD Paskalis, Jakarta Pusat, di sana Marcella menjadi dirigen saat upacara bendera. Saat kelas 5, ayah Marcella Kasih pensiun dari pekerjaanya dan sejak itu kondisi ekonomi keluarganya menurun. Setelah lulus SD, Marcella Kasih melanjutkan pendidikannya ke SMP Marsudirini, Matraman. Di SMP kondisi ekonomi keluarga semakin menurun ditambah kondisi kesehatan ayahnya yang menurun. Marcella berusaha untuk tetap menjaga nilai rapor dan berhasil lulus ujian dengan nilai yang baik sehingga dapat diterima di SMA Santa Ursula dengan biaya masuk yang relatif rendah. Konsekuensinya, akibat harus mengejar nilai, waktu bermainnya harus dikorbankan. Ternyata di SMA Santa Ursula ada peristiwa yang menarik. Di semester 1 kelas 10 Marcella diminta melanjutkan SMA ke Australia karena akan dibiayai kuliah di sana oleh tantenya. Hal ini merupakan pilihan yang berat karena Marcella masih ingin bersekolah di SMA Santa
Ursula, tapi tidak ada pilihan karena orang tua Marcella tidak bisa membiayai kuliahnya. Awalnya, kehidupan di Australia menyenangkan dan semuanya berjalan lancar, tapi saat memasuki akhir semester, tante Marcella berubah pikiran dan tidak meminta Marcella kembali ke Indonesia. Atas bantuan suster kepala SMA Santa Ursula, Marcella diizinkan kembali bersekolah di sana, namun harus melakukan ulangan umum kenaikan kelas sendirian dan diberi waktu belajar hanya dua minggu. Marcella berhasil naik kelas dengan nilai fisika 5 yang sekarang 50. Kelas 11 dan kelas 12 dilalui dengan ketidakpastian karena bingung bagaimana melanjutkan kuliah sebab hanya mampu ke universitas negeri. Ternyata ada kesempatan untuk masuk universitas negeri tanpa tes di IPB. Karena hampir tidak ada yang tertarik mengambil program ini, maka Marcella bisa masuk IPB. Marcella masuk IPB dan di sana Marcella pertama kali mengalami diskriminasi untuk pertama kalinya, syukurnya di Ursula kondisi keragamannya di IPB. Walaupun ada diskriminasi, Marcella masih bisa beradaptasi. Marcella awalnya bingung pekerjaan apa yang ia akan kerjakan, akan tetapi setelah magang, ia mendapat ide untuk menjadi flavorist. Sekarang Marcella sudah menikah dan mempunya dua anak. Marcella bekerja di PT Mane sebagai flavorist dan juga berjualan sayur dan pisang. Felix Sugestian
Gabriel Si Pekerja Keras Gabriel Igane Gusti Agung, atau biasa dipanggil Gabriel, lahir di Jakarta pada 8 Oktober 2000. Ia merupakan anak kedua dari tiga bersaudara, lahir dari pasangan Depe dan Susan. Awalnya Gabriel tinggal di Mampang Prapatan sebelum akhirnya berpindah tempat tinggal ke Jatipadang. Hobinya adalah bermain bola. Cita-cita Gabriel masih belum diketahui. Sekarang Gabriel masih berkuliah di Universitas Indonesia jurusan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP UI). Pendidikannya dimulai pada umur 5 tahun di TK Tarakanita 2. Setelah lulus dari TK, ia bersekolah di SD Tarakanita 2 pada tahun 2006-2012. Setelah lulus SD, Gabriel masuk ke SMP Tarakanita 1 pada tahun 2012-2015. Gabriel dikenal sebagai siswa yang cerdas. Gabriel berhasil lulus SMP dengan nilai tertinggi pada ujian praktek komputer. Setelah itu ia melanjutkan pendidikannya ke SMA Kolese Gonzaga pada tahun 2015-2018. Ketika duduk di bangku SMA, Gabriel sering terlibat dalam aktivitas dan kegiatan di SMA Kolese Gonzaga, contohnya seperti senator, divisi acara Jambore, ketua Gonzaga Lustrum Festival, pemeran teater Festival Kaum Muda. Gabriel juga berpartisipasi sebagai author buku Goresan Anak Senja oleh Tim Penulis Kolese Gonzaga, yang diterbitkan di LUSTRUM V Kolese Gonzaga. Pada kelas 12 semester 1, ia berhasil
meraih Summa Cumlaude dengan rata rata nilai >90 dan pada kelulusannya ia meraih Magna Cumlaude dengan rata rata nilai >88. Setelah lulus SMA, Gabriel memutuskan untuk masuk ke Universitas Indonesia dan mengambil ilmu politik. Gabriel ingin masuk ke Universitas Indonesia karena termasuk salah satu universitas terbaik di Indonesia, dilihat dari jurusan yang ada dan akreditasinya. Di awal kuliah, Gabriel memiliki kesibukannya di Unit Kegiatan Mahasiswa Pecinta Alam Universitas Indonesia, di divisi paralayang. Selain itu, Gabriel juga menjadi anggota dari BEM FISIP UI selama 3 tahun yaitu pada 2019-2021. Di tahun pertamanya, Gabriel menjadi staff departemen seni budaya. Sedangkan di tahun kedua, Gabriel maju menjadi kepala departemen seni budaya. Kemudian di tahun ketiga, Gabriel menjadi koordinator bidang kreasi mahasiswa. Gabriel juga pernah berkesempatan magang di Komisi III DPR RI pada bulan Agustus - Desember 2021. Sedangkan kesibukan yang kini sedang Gabriel jalani yaitu menyelesaikan tugas karya akhir (TKA) dan magang di Business Development Shopee Indonesia sejak April 2022. Gabriel sekarang juga tergabung dan aktif dalam komunitas yaitu Komunitas Musik FISIP UI dan Garuda Reject. Meskipun memiliki banyak kesibukan, Gabriel tetap mempunyai cara untuk membagi waktu yaitu dengan membuat time table dan skala prioritas. Genoveva Pasha Gusti Kinasih
Sasia Si Gadis Pemalu yang Tangguh Ia memiliki nama lengkap Arthesia Amelie Worontikan, akrab dipanggil Sasia. Ia lahir di Jakarta, 13 Juli 2006. Sekarang, ia berusia 15 tahun. Ia adalah anak pertama dari 3 bersaudara, ia mempunyai 2 adik yang masih duduk di bangku SMP dan SD bernama Keisia dan Casval. Meski masih berusia sangat muda namun sudah memiliki banyak prestasi. Berikut adalah perjalanan hidupnya. Sasia mengawali pendidikannya dengan masuk TK Don Bosco. Kemudian, ia melanjutkan pendidikan di SD Tarakanita 1. Setelah lulus SD, ia melanjutkan pendidikannya di SMP Tarakanita 5. Setelah lulus SMP, Sasia kemudian melanjutkan pendidikannya di SMA Kolese Gonzaga. Sasia merupakan orang yang berprestasi dalam bidang seni, khususnya gambar dan menari balet. Ia pernah memenangkan beberapa lomba menggambar, mewarnai serta kejuaraan balet pada saat ia kecil. Sasia merupakan anak yang pemalu, namun dibalik itu semua ia merupakan anak yang tangguh. Ia merasakan titik terendah hidupnya saat persiapan Ujian Nasional saat SD, ia merasa akan gagal dan tidak percaya
diri. Ia takut bahwa ia akan mendapatkan nilai yang jelek dan nantinya akan tidak lulus. Sasia terus belajar dan berusaha untuk melakukan yang terbaik pada saat ujian. Namun, usaha tidak akan menghianati hasil. Sasia berhasil lulus dan mendapatkan nilai yang bagus. Masuk ke jenjang SMP dan nilai - nilainya juga cukup baik dan diatas rata - rata. Saat kelulusan SMP, Sasia berhasil lulus dengan nilai rata - rata 80 - 90an. Sekarang ini, Sasia sedang melanjutkan studinya di SMA Kolese Gonzaga. Ia merasa senang dan nyaman di Gonzaga. Selain itu, nilai - nilai akademiknya juga cukup baik. Ia juga mampu bersosialisasi dengan baik disana. Gianfranca Alessa
Keaktifan Winda di dalam organisasi Giovanna Winda Kurniawan atau yang biasa dipanggil Winda adalah anak dari pasangan bapak Thomas Erwin dan ibu Poejowati. Winda lahir pada Jakarta, 4 April 2005. Winda memiliki satu adik laki-laki yang bernama David. Saat ini Winda sedang menjalankan sebagai mahasiswa di SMA Kolese Gonzaga dan winda mengambil jurusan IPA. Sebelum Winda masuk kedalam SMA Kolese Gonzaga, ia pernah bersekolah di SD Katolik Ricci 2 kemudian bersekolah SMP Santa Ursula Saat Winda menduduki bangku SMP, Winda mencoba untuk mendaftar menjadi sebagai anggota osis, tetapi sayangnya ia tidak dapat diterima untuk masuk kedalam anggota pengurus osis. Tetapi dia tidak berhenti dan menyerah sampai disitu saja. Ia tetap melangkah maju, dan ia masuk kedalam banyak kepanitiaan seperti, panitia biografi, panitia yearbook, dan panitia acara kelulusan sekolah. Ia dapat menjalankan kegiatan ini dengan santai, dan tenang. Menurutnya menjadi panitia itu seru sekali, karena kita bisa bekerjasama dengan berbagai orang, dan kita bisa belajar bagaimana cara berorganisasi. Dimasa kepanitiaannya tentu ia pernah mengalami kegagalan, dan ia menerima semua masukan atau kritikan orang lain terhadap dia, dia ingin belajar dari kesalahannya, dan membuat kesalahan menjadi kesuksesan.
Winda ingin masuk ke dalam SMA Kolese Gonzaga, karena ia ingin masuk kesekolah yang memiliki banyak organisasi, kegiatan, dan event yang diadakan. Winda telah mengikuti banyak kegiatan di SMAnya seperti panitia packing gonzfest 2021, Inzaga menjadi wakil kelompok, dan Gonzgift menjadi ketua dalam kelas untuk menjalankan proses kegiatan tersebut. Ia harus merancang proses jalannya kegiatan gonzgift dan harus memanage uang dalam berbelanja. Baginya mengikuti kegiatan di gonzaga itu merupakan hal yang disukai, karena ia dapat bekerja sama dengan teman temannya, dan bisa mendapatkan teman baru. Menurut Winda kegiatan yang paling dia sukai adalah Inzaga, karena Inzaga merupakan kegiatan yang dimana kita bisa bonding bersama teman teman seangkatan dan kakak kelas, ia bisa lebih terbuka terhadap satu sama yang lain, dan mereka juga meng supportnya untuk menjadi yang terbaik. Winda juga memiliki target atau bucket list dalam bersekolah di Gonzaga ini yaitu, dia ingin lebih aktif lagi, dia ingin mengikuti lebih banyak kegiatan lagi seperti pendamping MIG, masuk ke dalam panitia Gonzfest, dan masuk kedalam summa cumlaude. Ditahun ini Winda mengikuti kepanitiaan ekspedisi dan ia dipilih menjadi wakil koordinator di bidang ekspedisi.Panitia ekspedisi merupakan panitia yang mempersiapkan atau mempacking merchandise untuk orang orang yang membelinya. Ia juga mendaftar sebagai pendamping divisi di dalam MIG, saat melakukan tes, ia menghadapi kesulitan dalam mengerjakannya, dia bingung saat menjawab pertanyaan. Tetapi winda tetap berjuang dan pantang menyerah agar ia dapat selesai tepat waktu dan dapat keterima di dalam pendamping divisi di MIG.
Anak pertama dari pasangan Thomas dan Poejowati ini juga menjabat sebagai seksi acara di dalam Misdinar gereja. Winda dan bersama teman temannya membimbing anak anaka misdinar wilayah 7 saat menjalankan tugas misdinarnya. Saat bulan april ia menjalankan tugasnya sebagai misdinar di saat kamis putih dan jumat agung. Ia bercerita bahwa banyak waktunya yang terpakai karena kesibukan organisasinya. Bagi Winda organisasi dan kegiatan bukanlah suatu beban, tetapi Winda mengatur waktu dengan baik ia selalu membuat jadwal, dan tetap semangat dalam menjalankan setiap kegiatannya. Johanes Baptista Marcell Wibawanto
Pilot Veteran John Brata Lahir di Bogor, Jawa Barat, pada 8 Februari 1941, Setelah menempuh pendidikan dasar hingga lulus Sekolah Menengah Atas (SMA) di kota kelahirannya pada 1962, langsung mendaftar ke Akademi Angkatan Laut (AAL) di Surabaya. Diterima menjadi angkatan ke-12 yang dikenal dengan Morokembangan 12 (Morolas). Pada awalnya bercita-cita menjadi personel Korps Komando Operasi (KKO) pada era Presiden Sukarno. Namun cita-cita menjadi bagian dari korps yang kini bernama Marinir itu berubah haluan ketika pada tahun 1963 terpilih untuk menempuh pendidikan sebagai kadet di sekolah penerbangan Angkatan Laut Amerika Serikat (AS). Pada awal 1964, belajar bahasa Inggris di Ibu Kota Amerika Serikat, Washington D.C selama dua bulan. Kemudian pada Maret tahun yang sama mulai menempuh pendidikan di United States Naval Air Training Command di Pensacola, Florida. Selama di Florida, sempat latihan terbang menggunakan pesawat Mentor T 34 B/C dan T 28 Trojan Fighter Bomber Full Aerobatic. Setahun di Amerika, pada 1965 pulang kampung ke Indonesia, Sempat akan dikirim untuk menjalani pendidikan lanjutan ke Uni Soviet namun batal karena terjadi pergantian rezim di tanah air akibat tragedi 1965,
Kemudian mohon izin keluar sebagai kadet ALdan melamar ke Angkatan Kepolisian Republik Indonesia (AKRI) pada 1966, Setelah diterima, pada 1968 masuk ke Akademi Penerbangan edo esia (API) di Curung, Tangerang untuk mengikuti Commercial | ios Licence (CPL) Course. Bergabung di angkatan sebelas dan lulus io da 1969 dan langsung memulai karier sebagai pilot AKRI. Sempat diperbantukan di Merpati Nusantara Airlines (MNA) pada 1971. Mulai terbang sebagai pilot perintis di Irian Jaya (Irja) yang kini bernama Papua dengan pesawat DHC 6 Twin Otter series 200/300. Setelah empat tahun bertugas di Irja, pada 1975 kembali ke Jakarta. Di Ibu Kota Indonesia, diberi amanah untuk menerbangkan VC 8 Vicker Viscount. Selain itu juga diberi kepercayaan menerbangkan Fokker 27 dan 28. Berbagai jenis pesawat yang pernah diterbangkan selama berdinas sejak perwira pertama hingga menengah adalah Single Engine Cessna 180, 205 dan 206. Cessna Twin Engine 402, Aero Commander 500A 560 A FP 680, Beechcraft SH 18 Piper Cheyene dan Grumman Mallard Amphibi. Selain menerbangkan pesawat, juga pernah terjun statis dan mendarat di laut. Selain terbang dan terjun juga pernah mengalami kecelakaan pesawat sebanyak dua kali. Pertama, crash onTO di Enarotali DHC 6 Twin Otter di Semarang, Jawa Tengah. Kedua di Palembang, Sumatera Selatan.
Setelah berdinas selama 30 tahun di Polri dan berhasil meraih 36 ribu jam terbang, akhirnya pensiun pada 1996 dengan pangkat terakhir Kolonel. Setelah pensiun, dia sempat menjadi penerbang sipil hingga 2006. Jonathan Justin Brata
Doppio Angelo Marcel Pattinasarane, Anak yang Si Paling Atlet Doppio Angelo Marcel Pattinasarane Lahir pada 9 Mei 2006 di Jakarta, di RS.Budi Kemuliaan. Sekarang ini dia masih menjadi siswa di SMA CItra Berkat Tangerang. Doppio dari kecil memiliki hobi untuk berolahraga, terutama sepak bola/futsal. Doppio memulai pendidikannya di TK Strada Indriyasana. Semasa TK nya Doppio suka sekali bermain sepak bola sampai Ia mendapatkan peran sebagai wasit dalam pertunjukan sepak bola yang dibawakan kelasnya. Saat TK Doppio juga meraih dua penghargaan yaitu Drumband juara umum dan tari papua juara harapan 1. Kemudian setelah lulus dari TK, Doppio melanjutkan pendidikan nya di SD Strada Wiyatasana, karena ia suka sekali dengan sepak bola, saat kelas 3 Ia pun mencoba mengikuti ekstrakurikuler futsal. Pada awal iya mengikuti ekstra futsal, Ia masih belum terampil dalam penguasaan bola dan cara menendangnya pun Ia masih salah. Doppio sering kali berbuat kesalahan dalam mengikuti ekstra futsal, tetapi Ia tetap berusaha untuk menjadi pemain yang baik. Karena ketekunannya saat latihan, Ia pun akhirnya bisa terpilih menjadi salah satu pemain dalam tim futsal SD Strada Wiyatasana saat kelas 5.
Setelah lulus SD, Doppio melanjutkan pendidikannya di SMP Strada Marga Mulia. Semenjak SMP Doppio tiba-tiba mempunyai ketertarikan terhadap basket dari yang berawal mencoba bermain basket, menjadi suka bermain basket hingga sekarang. Kehidupan keseharian Doppio semenjak pandemi Covid 19 menjadi sangat berbeda, menurutnya keseharian ketika pandemi ia merasa menjadi lebih malas dan sering telat masuk zoom kelas dan mengumpulkan tugas agak telat. Tetapi saat Ia memasuki SMA dia mencoba untuk memperbaiki dirinya dengan mengumpulkan tugas tepat waktu dan bangun pagi. Tadinya ia ingin masuk ke gonzaga tetapi karena keluarganya ingin pindah ke tangerang, maka pilihan Doppio menjadi berubah karena letak tinggalnya yang sangat jauh dari gonzaga. Kenneth Renardo Patty
Biografi Divto Henli Si Pekerja Keras Divto lahir pada 5 Oktober 2005 di Jakarta. Ia merupakan anak kedua dari dua bersaudara. Remaja yang bernama lengkap Divto Henli Posumah ini memiliki jarak 8 tahun antara kakaknya. Kakak yang bernama Gerald ini sangat menyayangi adiknya. Divto tumbuh seperti anak biasanya. Dan Divto juga mempunyai kedua orangtua yang sangat baik. Orangtua divto adalah seorang pengusaha restoran masakan Manado. Dari beberapa tahun yang lalu, restoran yang Ia miliki sudah sangat ramai pembeli. Resep masakan yang diberi oleh ibu Divto sampai sekarang masih banyak digemari oleh orang - orang termasuk saya. Karena banyaknya pembeli, Ia sampai ikut mengantar pesanan dengan sepeda motor kesayangannya. Bicara mengenai motor kesayangannya, Divto juga memiliki hobi terhadap motor. Ia juga mendalami tentang motor terutama bagian mesin. Remaja satu ini ternyata memang senang jika mempunyai motor yang kencang. Oleh karena itu dia mendalami pengetahuan - pengetahuan tentang mesin. Selain itu, Ia juga sering bermain game. Game yang Ia mainkan ialah Mobile Legends. Divto merupakan teman semasa saya SMP. Saya mengenal Divto sebagai pribadi yang baik dan gigih. Ia selalu bekerja keras demi mencapai apa yang dia mau. Contohnya Ia bekerja mengantar pesanan, agar dapat
membeli aksesoris pada motornya. Divto juga tidak mudah putus asa jika mengalami masalah. Berdasarkan pendapat teman saya, Divto adalah orang yang sangat baik dan mau membantu sesama. Ia selalu mau mejemput temannya dan menemani temannya dikala membutuhkan bantuan. Memang, orang ini sangat baik. Divto juga selalu menceritakan pengalamannya pada kita, dan dia memang terlihat terbuka sekali pada kita. Marcello Danendra
Warren, Membangun Prestasi Dengan Konsistensi Pemuda bernama asli Benedictus Warren Nugraha yang lebih dikenal dengan sapaan akrab Warren ini lahir di Depok pada tanggal 5 Mei 2006. Ia merupakan anak bungsu dari pasangan Yohanes Hariman Nugraha dan Susiana. Ia juga memiliki seorang kakak perempuan bernama Prisca Ayahnya merupakan seorang pegawai kantoran dan ibunya seorang ibu rumah tangga yang juga berprofesi sebagai penjual makanan siap saji. Tentu saja hal itu membuat Warren dan saudari perempuannya hidup berkecukupan. Meski begitu ia tidak tumbuh menjadi pribadi yang sombong dan hedonis. Warren juga dikenal sebagai sosok yang loyal dan baik hati terhadap teman-temannya. Masa kecilnya ia habiskan dengan dengan menempuh pendidikan taman kanak-kanak hingga sekolah dasar di Sekolah Charitas Jakarta. Ia merupakan pribadi yang cerdas, kerja keras, rajin, dan bertalenta. Hal tersebut ia tunjukan dengan selalu konsisten berada di peringkat 10 besar selama menempuh pendidikannya di sekolah dasar.Tak hanya itu, Ia juga mahir memainkan piano sebagai talentanya yang seakan-akan alami. Ia mengungkapkan, Ia beruntung orang tuanya memberikan Ia banyak
kesempatan untuk belajar banyak kemampuan, sehingga saat ini ia memperoleh banyak manfaatnya. Sejak kecil, Ia selalu diajarkan untuk menjadi pribadi yang bertanggung jawab dan bisa diandalkan oleh orang lain. Orangtuanya selalu menerapkan prinsip \"kebebasan yang bertanggung jawab\". Contohnya, orangtuanya hampir tidak pernah melarangnya untuk bermain bersama teman baik secara offline maupun online selama Ia dapat bertanggung jawab dengan dirinya sendiri dan nilai akademiknya. Bertanggung jawab adalah sikap yang selalu ia bawa hingga saat ini. Beranjak remaja Warren menempuh pendidikannya di Sekolah Menengah Pertama Charitas, Konsistensi yang sudah tumbuh dalam dirinya membuat ia tetap mengokohkan peringkatnya di 10 besar seperti ia lakukan kembali saat masih di sekolah dasar. Pencapaian terbesarnya adalah pada saat kelulusan Sekolah Menengah Pertama dimana Ia mendapat peringkat 10 besar pararel. Ia kemudian melanjutkan pendidikan Sekolah Menengah Atasnya di SMA Kolese Gonzaga.Konsistensi dan ketekunan yang Ia bangun sejak kecil membantunya untuk masuk melalui jalur prestasi. Di awal masa pandemi,Ia dan keluarganya mengalami keterpurukan ekonomi karena penurunan pendapatan dan juga kakak perempuannya yang ingin masuk ke jenjang perguruan tinggi,akhirnya keluarganya memutuskan untuk menutup toko dan harus berjualan secara online.Sikap saling membantu yang ia terapkan dengan keluarganya perlahan membuat keadaan ekonominya kembali stabil.Ia memahami
kondisi ekonomi keluarganya dan membantu dengan apa yang ia bisa, seperti membantu Ibunya mempersiapkan produk-produk yang akan dijualnya. Konsistensi dan bertanggung jawab adalah dua hal yang membuatnya berhasil melewati badai ketidakpastian. Bahkan sampai sekarang Ia terus berusaha konsisten terhadap kebiasaan belajarnya yang ia bangun sejak dahulu. Hal itu berhasil memberikan buah yang manis terhadap hasil belajarnya pada tahun awal di SMA Kolese Gonzaga dimana ia mendapatkan predikat summa cumlaude. Michael Daniswara Pratomo
Pragya Sang Peraih Prestasi Pragya Anastasia Meijile Purba atau yang lebih kerap dikenal Gya adalah seorang pelajar berprestasi asal Indonesia. Lahir pada 2 Mei 2004, kini Gya telah berumur 18 tahun. Ia lahir dan tumbuh besar di Jakarta. Gya merupakan anak sulung dari dua bersaudara. Meski baru berusia muda, Gya sudah memiliki banyak prestasi dalam berbagai bidang. Berikut adalah perjalanan hidupnya. Sejak kecil, Gya tumbuh di keluarga yang mencukupi dalam segi finansial sehingga ia dapat bersekolah di sekolah swasta. Saat berusia 3 tahun, ia memulai pendidikan di TKK Tirtamarta BPK-PENABUR yang berada di daerah Pondok Indah, Jakarta Selatan. Setelah lulus Taman Kanak Kanak, ia melanjutkan perjalanan studi nya di institusi yang sama untuk Sekolah Dasar dan Sekolah Menengah Pertama. Kemudian ia mengambil langkah baru saat menempuh pendidikan Sekolah Menengah Atas di SMA Kolese Gonzaga. Gya memiliki bakat dalam akademik. Ia berhasil meraih nilai nilai yang luar biasa saat Ujian Nasional SD dan SMP. Ia merupakan pekerja keras yang tidak mudah menyerah. Kerja keras yang besar sungguh tidak mengkhianati hasil.
Bukan hanya bidang akademik, Gya juga memiliki bakat dalam berorganisasi dan bersosialisasi. Ia kemudian mengambil bagian menjadi Senator Lingkungan Hidup dan Sosial Gonzaga pada tahun 2021 hingga 2022. Disana, ia belajar banyak hal baru. Memulai hal baru mungkin tidak mudah, tapi Gya berani untuk keluar dari zona nyaman dan mengembangkan bakat yang ia miliki. Sekarang, Gya sudah berumur 18 tahun dan sudah menuju kelulusan SMA. Sudah tiba saatnya ia mencari perguruan tinggi untuk menuntut ilmu. Banyak tantangan yang harus dilaluinya seperti mencari perguruan tinggi yang tepat, jurusan yang ia minati, dan berbagai hal lainnya. Perjalanan hidup Gya hingga saat ini sungguh menginspirasi dengan banyaknya lika liku yang harus dihadapi. Gya merupakan sosok yang berprestasi sejak dini. Tapi tidak dapat dipungkiri bahwa prestasi yang didapatkan nya merupakan hasil kerja keras nya sendiri. Semua usaha yang dilaluinya terbayar dengan hasil yang memuaskan. Priyasha Kalyani Ulina Purba
Wahyu Nugraningsih Sang Pendobrak Keterbatasan Wahyu Nugraningsih adalah sosok wanita asal desa Klampok, Banjarnegara yang berhasil merantau ke kota. Sosok yang akrab dipanggil sebagai “Ayu” ini lahir di Surakarta, 14 November 1979 dan dibesarkan di Banjarnegara, Jawa Tengah. Ayah beliau bernama Nyoto Susanto yang bekerja sebagai supir. Sedangkan Siti Sudji Mudjirah, ibu dari Ayu tidak bekerja dan menjadi ibu rumah tangga. Ayu memiliki dua adik, perempuan dan laki-laki. Ia juga memiliki seorang kakak angkat laki-laki. Sejak kecil, beliau gemar membaca. Orang tua Ayu membesarkannya untuk menjadi anak sulung perempuan yang mandiri sehingga tidak bergantung pada orang lain secara finansial. Sehingga dalam perjalanan hidupnya, beliau terus berusaha untuk meringankan beban orang tuanya dengan meraih berbagai prestasi. Selain itu, ia juga dibiasakan untuk bepergian seorang diri. Beliau bersekolah formal dari Taman Kanak-kanak hingga SMK. Sesudah itu, beliau pergi jauh dari rumahnya di Klampok untuk bekerja karena orang tuanya tidak mampu membiayai. Tidak Pernah Membayar uang Sekolah semasa SMP Ayu adalah sosok yang cerdas dan aktif. Semasa SMP, beliau gemar sekali mengikuti kegiatan-kegiatan di sekolah seperti ekskul Drum band, Pramuka, Palang Merah Remaja (PMR), Voli, dan Dewan Penggalang. Dewan Penggalang sendiri merupakan kumpulan dari ketua-ketua regu yang dilatih secara khusus untuk menjadi pemimpin. Beragam kegiatan
dicobanya, pengalaman dikoleksinya. Walaupun ada dari kegiatan tersebut yang bukan merupakan keahliannya, beliau tetap ingin mencobanya. Ayu memang aktif secara non-akademis di sekolahnya. Namun, hal itu tidak membuatnya meninggalkan prestasi akademiknya. Beliau tetap giat belajar untuk mendapatkan ilmu. Semangatnya dibuktikan dengan prestasinya di masa SMP. Di mana beliau selalu mendapatkan peringkat kedua di angkatan selama tiga tahun. Selain prestasi dan kegiatan sekolah, beliau juga memiliki pengalaman berharga lainya semasa SMP. Ayu dipercayai menjadi ketua OSIS di SMP. Kemudian, beliau juga berpartisipasi dalam Napak Tilas di mana berjalan selama tiga hari melintasi Banjarnegara mengikuti rute perjuangan Jenderal Sudirman. Keaktifannya dan kemampuannya yang seimbang ini membuat Ayu selalu mendapatkan beasiswa angkatan selama bersekolah di SMP tersebut. Dengan itu, beliau berhasil meringankan pekerjaan orang tuanya dengan keringanan biaya sekolahnya. Juara 1 Siswa Teladan di Kabupaten Banjarnegara Ayu telah aktif dalam mengikuti berbagai kegiatan di sekolah dan juga menjaga stabil nilai akademiknya. Sehingga, ia berkesempatan untuk mengikuti berbagai lomba. Lomba PMR, Pramuka, Drum band, Matematika, dan lain-lain. Tidak selalu menjadi juara, tetapi pengalamannya begitu berharga. Salah satu penghargaan paling terkenang adalah mendapatkan juara pertama siswa teladan tingkat Kabupaten Banjarnegara. Tentu beliau berhasil mendapatkannya karena perjuangannya mengimbangi bidang akademis dan non akademis sehingga dapat menjadi teladan. Karena menjadi juara pertama tingkat kabupaten, Ayu berkesempatan untuk mewakili kabupaten Banjarnegara dalam lomba siswa teladan tingkat provinsi Jawa Tengah. Selain itu, beliau
juga memenangkan juara 2 lomba pramuka di kabupaten Jawa Tengah. Juga merupakan suatu kebanggaan besar, Ayu memperoleh nilai ujian akhir tertinggi kedua di Kabupaten Banjarnegara. Dari segala pengalamannya berprestasi, mengikuti lomba dan kegiatan semasa sekolahnya, Ayu mendapatkan banyak hal baru. Lomba-lomba yang beliau ikuti membuatnya berpengalaman untuk pergi keluar kota di usianya yang muda. Sehingga, sejak SMP Ayu sudah terbiasa untuk bepergian ke luar kota sendiri seperti ke rumah kakek, nenek, paman, bibi yang jauh misalnya di Solo. Terkadang juga, kemenangannya dalam lomba-lomba mendapatkan hasil yang dapat ditabung dan membantu keluarganya. Sekolah Tingginya Terancam Di masa akhir SMP-nya, Ayu mulai mempersiapkan sekolah tinggi lanjutannya. Ayahnya bekerja sebagai supir kala itu. Dan pada waktu itu, ayahnya mengalami kecelakaan sehingga kehilangan pekerjaannya. Saat itu adalah masa terendah dalam hidup Ayu. Di mana beliau sedang berusaha untuk mengejar sekolah tinggi. Tetapi, ayahnya tidak mampu untuk membiayai sekolah tinggi. Di tengah keterpurukan itu, ada seorang saudara yang ingin membiayai sekolah untuk Ayu. Maka, beliau mencari sekolah tinggi yang dapat langsung bekerja setelah lulus. Akhirnya, pada tahun 1994 Ayu bersekolah di STM Telkom Purwokerto. Memasuki Dunia Pekerjaan Setelah lulus dari STM Telkom pada tahun 1997, Ayu mendapatkan pekerjaan pertamanya. Beliau bekerja di Jakarta sebagai surveyor di PT. Bangtelindo. Kemudian saat kontraknya dengan pekerjaan tersebut sudah
habis, beliau sempat pulang kembali ke Klampok. Tak lama kemudian, Ayu mendapatkan pekerjaan di suatu perusahaan Outsourcing yang membawanya ke Surabaya. Bekerja, Kuliah dan Mengurus Anak dalam Waktu Bersamaan Setelah berpengalaman tiga tahun bekerja, pada tahun 2000 akhirnya Ayu dapat berkuliah D3 Public Relation di Universitas Tujuh Belas Agustus, Surabaya. Di masa bekerja itu pula, Ayu bertemu dengan sosok pria bernama F.X. Krisdiastoro yang kelak akan menjadi pasangan hidupnya. Pada tahun 2001, Ayu pun menikah dengan Kris. Kris berkeyakinan agama Katolik sedangkan Ayu menganut agama Kristen Protestan. Walau berbeda agama, hal itu tetap disetujui kedua belah pihak yang tidak keberatan. Pada bulan Juli tahun 2002, lahir putri pertama mereka yaitu Mikayla Almadevi. Sejak itu pula, Ayu dan keluarga kecilnya rajin beribadah di Gereja Katolik walau belum sepenuhnya aktif berkegiatan di gereja Katolik. Semasa berkuliah dan berkeluarga, Ayu tetap rajin bekerja. Ayu kemudian lulus Diploma 3 pada tahun 2003. Beliau memperoleh prestasi yaitu menjadi lulusan terbaik sehingga mendapatkan beasiswa untuk melanjutkan Sarjana tingkat 1. Dengan segala pertimbangannya, beliau pun memutuskan untuk berhenti bekerja dan melanjutkan kuliah S1 sambil mengurus anak dan keluarga. Beliau memutuskan berhenti bekerja karena ingin mengurus dan membesarkan anak sendiri. Setelah dua tahun berkuliah S1, beliau lulus pada tahun 2005. Dan pada tahun 2006, keluarga kecil itu dianugerahi putri kedua yaitu Ruth Nayla Ayu Veda.
Mengimani Katolik Sejak tahun 2011, Ayu mulai aktif berkegiatan dalam Gereja Katolik khususnya di Gereja Santo Paulus Depok. Beliau mengikuti koor gereja dan aktif dalam kegiatan-kegiatan di lingkungan sekalipun saat itu beliau masih menganut agama Kristen. Suatu keputusan besar dalam hidupnya, pada tahun 2013 Ayu memantapkan dirinya untuk mengimani Katolik. Maka, beliau pun mengikuti Katekis. Setelah mengikuti ragam kegiatan dan penguatan iman Katolik, Ayu pun resmi menjadi anggota gereja Katolik pada tahun 2004. “Dalam keterbatasan, tidak menyerah dan tetap berusaha bangkit.” Hidup Wahyu Nugraningsih merupakan perjalanan panjang yang penuh makna di setiap momennya. Dari kehidupannya yang berlatar belakang desa, hidup cukup dan terbatas, beliau meraih banyak prestasi dan menggali kemampuan hingga ke kota. Latar belakangnya tidak menghalanginya untuk mendobrak keterbatasan itu melainkan terus terdorong untuk berjuang membuktikan kemampuan beliau. Hidup serba terbatas salah satunya dalam hal finansial, Ayu tetap berjuang mencari jalan untuk meraih kesuksesan. Mendapat keringanan biaya semasa sekolah melalui prestasi-prestasi yang dimilikinya salah satunya. Itulah mengapa, Wahyu Nugraningsih menjadi sosok wanita pendobrak keterbatasan. Ruth Nayla Ayu Veda
Argatria Si Tak Kenal Lelah Argatria Michelle Gracia Gultom, atau biasa dipanggil Arga. Ia merupakan salah satu tokoh yang saya kagumi. Tahun ini ia akan menginjak usia 22 tahun pada 28 September nanti. Arga memiliki banyak hal yang ia sukai seperti, menari, menyanyi, menjelajah hal baru, olahraga Yoga dan banyak hal lagi. Sekolah yang ia tempati setiap jenjang berbeda-beda, saat ia TK ia berada di Sangtimur, SD di Penabur Bintaro, SMP di Penabur 7 dan pada jenjang terakhir ia bersekolah di SMAN 78. Saat ia masih sekolah, Arga memiliki berbagai prestasi yang bisa dihitung banyak. Di usianya yang masih 10 tahun atau kelas 3-4 SD ia dapat dipilih menjadi Dokter Cilik, dimana ia bertugas untuk membantu warga sekolah yang sakit. Beliau juga menjadi salah satu siswa yang disukai banyak guru karena sikapnya yang sopan, pintar dan aktif di sekolah. Saat menduduki SMP, ia masih aktif dalam sekolah dan menjadi siswa teladan yang digemari banyak murid. Ia menjadi sekretaris OSIS, panitia cup, lomba-lomba menari dan banyak hal lagi. Lalu, pada usia 15 tahun ia diterima di SMAN 78, disana ia mengikuti program akselerasi sehingga tahun SMAnya hanya 2 tahun. Sejak kecil Arga memang sudah bercita-cita menjadi dokter karena terinspirasi oleh Ayahnya yang merupakan seorang dokter juga. Saat mengikuti SNM ia tidak diterima karena pilihan perguruan tinggi negeri nya kurang pas untuk dirinya. Akhirnya ia belajar dengan keras untuk
mendapatkan hasil yang memuaskan saat UTBK nanti, tapi hasilnya tetap gagal. Ia masih tidak bisa mendapatkan kuliah yang ia inginkan. Saat itu ia diterima di salah satu jurusan ITB, namun tekad kerasnya akan menjadi dokter masih kuat sehingga ia menolak penerimaan tersebut. Arga pun belajar terus menerus untuk dapat menjadi mahasiswa di fakultas kedokteran. Hingga akhirnya ia diterima di Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin di Makassar lewat jalur mandiri. Saat itu ia sangat senang namun merasa sedih juga karena harus berpisah dengan keluarganya yang berada di Jakarta. Tahun pertama ia menjadi mahasiswa baru di FK UNHAS sangat berat untuknya karena lingkungan yang sangat berbeda. Ia tinggal di rumah, kamar, kota dan sekolah yang berbeda, belum lagi jauh dari keluarganya yang berada di Pulau Jawa sedangkan ia berada di Sulawesi. Hari pertama ia menjadi mahasiswa baru disana ia sangat takut karena kakak tingkatnya yang cukup galak dan ospek yang lumayan keras. Namun, Arga berkata bahwa semua ini termasuk jalan ia menuju cita-citanya menjadi dokter sehingga ia tidak takut dan tetap menjalaninya dengan penuh semangat. Pada tahunnya yang kedua dan ketiga ia mengikuti salah satu program yang ada di kampusnya yaitu AMSA (Asian Medical Student Association). Ia menjalani berbagai seleksi seperti membuat campaign dan mengajak lingkungan sekitar untuk tahu akan penyakit yang ia pilih. Saat itu ia memilih penyakit epilepsi sebagai topik dari campaignnya karena ia harap bahwa orang-orang tidak akan meremehkan epilepsy dan tahu bagaimana cara menolong orang yang terkena gejala tersebut. Hasil campaignnya yang memuaskan ia dapat dipilih menjadi anggota dari
AMSA, Tidak hanya menjadi anggota AMSA, ia juga dipilih menjadi BEM fakultasnya sehingga ia berkontribusi banyak dalam kegiatan-kegiatan medikal di lingkungannya. Saat ini ia sedang menjalani coass di rumah sakit Makassar, selama masa coass nya ia merasa sangat lelah namun senang juga karena dapat terjun langsung pada bidang cita-citanya. Ia belajar banyak hal mulai dari kesulitan setiap orang itu berbeda hingga pentingnya kesederhanaan. Sandrica Marito Danielle Gultom
Nadya si Penikmat Hidup Nadya Valensia, seorang Gemini kelahiran Tangerang, 21 Mei 1999. Ia merupakan anak pertama dari dua bersaudara. Sebagai seorang kakak, ia terkadang suka menjahili adiknya dengan berbagai tingkah konyol. Ia merupakan lulusan Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Imajinasinya sangat luas, sehingga terkadang tidak terpikirkan oleh manusia normal pada umumnya. Berawal dari keputusasaannya karena gagal saat tes SBMPTN, ia diarahkan untuk masuk ke Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Ia bukannya bodoh karena gagal di tes SBMPTN, ia mengatakan bahwa ia hanya kurang beruntung. Nyatanya ia berhasil masuk ke Universitas Sanata Dharma di gelombang ke-9 dengan sekali tes. Untungnya keputusasaannya kali ini dapat dibilang menjadi jembatan bagi kehidupannya. Ia merupakan mahasiswa yang cukup aktif dalam berorganisasi. Ia mengikuti kegiatan kepanitiaan di kampusnya. Bidang kepanitiaan yang sering ia dapat adalah dana usaha. Kemampuannya dalam berdagang dapat dilihat saat ia berjualan nasi bakar untuk dana acaranya. Seperti mahasiswa pada umumnya, kehidupannya di perantauan tergolong agak membosankan. Ia hanya pergi kuliah, belajar, mengerjakan tugas, dan
rapat. Kehidupannya terlihat santai tetapi tersusun dengan baik. Ia memiliki kemampuan untuk mengatur waktu dan menikmati hidup dengan baik. Ada kalanya ia rindu dengan rumah. Ia akan merindukan rumah saat ia sedang tidak ada uang. Ia akan menelpon orang-orang di rumah untuk melepas rindunya. Ia bisa saja menelpon hanya untuk menemaninya makan malam. Saat orang tua dan adiknya makan di luar, ia terkadang meminta untuk dipesankan makanan yang sama. Selain agar merasa ada bersama orang tua dan adiknya, ia mengatakan hal itu juga untuk menekan pengeluarannya. Saat ia jenuh, ia sering pergi jalan-jalan untuk meredakan kejenuhannya. Ia juga sering mengerjakan tugasnya di tempat lain seperti kos temannya atau kafe. Ia tidak memiliki cara khusus untuk membagi waktu. Ia hanya menyesuaikan jadwalnya agar tidak bentrok. Sekarang ia tengah sibuk dengan pekerjaannya. Namun ia masih bisa menyisihkan waktunya untuk menjalankan hobinya. Ia suka mengoleksi foto dari Winwin WayV. Veronica Kezia C.H
Valiant Joshua Pranata,Anak Bertalenta yang Rendah Hati Valiant Joshua Pranata merupakan seorang anak yang memiliki talenta yang beragam. Valiant Joshua Pranata yang biasa dipanggil Joshua lahir di Surabaya, Jawa timur pada 29 November 2006. Dia adalah anak ke dua dari empat bersaudara. Ayahnya adalah seorang desainer produk teh dan kopi dan ibunya adalah seorang guru bahasa Inggris. Pada tahun 2010 Joshua bersama dengan keluarganya pindah ke Jakarta. Pada masa kecilnya Joshua merupakan anak yang pendiam. Ketika beliau memulai perjalanan pendidikannya, seringkali dia merasa malu dan minder. Walaupun dengan kekurangannya, dia memiliki rasa penasaran yang tinggi. Pada masa pendidikannya di sekolah dasar beliau selalu berusaha untuk menghasilkan yang terbaik untuk dirinya dan keluarganya. Selama bersekolah Joshua seringkali mengikuti berbagai macam ekstrakulikuler di berbagai macam bidang mulai dari bidang akademik dan juga non-akademik. Beliau selalu memiliki ambisi untuk mencapai suatu tujuan. Beliau memiliki kelebihan yaitu rajin dan optimis, dengan kelebihannya, beliau mudah dalam belajar dan mengerjakan tugas-tugas yang diberikan. Seiring berjalanya waktu beliau mulai berani untuk lebih aktif dan lebih bersosialisasi dengan teman-temannya. Beliau dilihat sebagai anak
yang baik hati, ramah, dan pintar. Beliau suka untuk membantu teman-temannya yang kesulitan di sekolah. Oleh karena sifat nya yang suka membantu, beliau memiliki banyak teman di sekolahnya. Pada akhir kelas 4 SD beliau berambisi untuk dapat mendapatkan prestasi, akan tetapi keinginannya belum tercapai walaupun sudah memiliki ekspektasi yang besar. Beliau merasa sedih dan kecewa atas hasil yang diberikan.Akan tetapi beliau tidak mau untuk menyerah. Beliau bangkit, dan beliau melihat kesalahannya dimasa lalu untuk diperbaiki. Beliau membuat sebuah komitmen untuk di tahun kelima ini yaitu untuk “Setidaknya atau minimal saya harus mendapat juara 3 atau diatasnya”. Di tahun itu, Beliau sangat serius dalam belajar agar bisa mencapai mimpi beliau, serta membanggakan kedua orang tuanya. Setengah semester telah dilewati, dan hasilnya sangat memuaskan. Untuk lebih memaksimalkan, orang tua beliau memberikan les atau tambahan diluar sekolah agar beliau bisa lebih maksimal lagi. Akhirnya usaha beliau membuahkan hasil yang memuaskan. Beliau memperoleh peringkat 3 di kelasnya. Beliau merasa senang karena dapat membanggakan kedua orang tuanya dan dapat mencapai komitmen yang beliau buat selama satu tahun. Setelah beliau bisa mencapai ekspektasi dan komitmennya, hal tersebut membuat beliau untuk ingin mencapai prestasi lagi untuk kedepannya yang lebih baik dari sebelumnya. Akhirnya di kelas 6 dimana tahun terakhir di SD, beliau berusaha untuk mendapat prestasi lagi. Beliau tidak berhenti puas pada prestasi sebelumnya. Selama perjalanannya di tahun ini beliau mengikuti berbagai macam lomba dan olimpiade di sekolahnya. Hal tersebut memotivasi beliau untuk lebih rajin belajar dan serius.
Perjuangannya tidak sia-sia. Beliau mendapatkan prestasi peringkat kedua dalam Olimpiade Ilmu Pengetahuan Alam tingkat kecamatan. Tidak hanya prestasi pada bidang akademik, beliau juga mendapatkan prestasi di bidang sikap dan sosial. Tentunya untuk mencapai suatu prestasi akan selalu ada banyak rintangan. Terkadang beliau seringkali kurang percaya diri dan mudah putus asa. Akan tetapi dengan adanya dorongan dari keluarga, beliau dapat melewati rintangan yang ada. Pada saat saat wisuda dan kelulusan, beliau merasa yakin dan percaya diri untuk mendapat prestasi. Dan akhirnya beliau mendapatkan prestasinya. Dengan berbagai prestasi yang dicapai beliau,beliau sama sekali tidak menyombongkan prestasinya. Beliau tetap rendah hati dan mau membantu teman-temannya yang kesulitan. Pada tahun berikutnya beliau masuk ke jenjang SMP di SMP Penabur Pondok Indah, yang sama seperti sekolah beliau saat di SD.Pada jenjang ini beliau merasakan sesuatu yang berbeda dimana pada awalnya kehidupan di SMP terlihat mudah bagi beliau untuk dijalani, tetapi semakin lama beliau mulai merasakan kesusahan. Beliau menyadari bahwa SMP tidak sama dengan SD, beliau berusaha lebih keras lagi pada jenjang SMP. Ada beberapa pengalaman dimana beliau tidak bisa memenuhi ekspektasinya dalam ulangan, serta tugas dan hasilnya kurang memuaskan. Karena terlalu fokus dengan nilainya beliau menjadi kurang dalam bersosialisasi dengan teman-temannya ,seperti pada masa SD nya. Walaupun pada akhirnya beliau mendapatkan peringkat kedua pada tahun itu, beliau merasa kurang dalam pertemanan nya. Pada tahun 2019, beliau memulai tahun keduanya di jenjang SMP. Di tahun ini beliau ingin meraih prestasi yang berbeda. Tidak hanya di
bidang akademik tetapi juga di bidang non akademik. Beliau mulai mengikuti ekstrakurikuler non akademik yaitu basket. Dengan kemauan yang tinggi, beliau dapat mengatur waktu belajarnya dan juga waktu berlatih olahraga. Seiring berjalannya waktu beliau ditawarkan untuk mengikuti keanggotaan OSIS oleh gurunya. Akan tetapi beliau menolak untuk mengikuti OSIS dikarenakan ingin tetap fokus dengan prestasi. Setelah berbagai latihan, akhirnya beliau menjadi anggota tim basket di sekolahnya dan ikut dalam berkompetisi.Akhirnya beliau dan juga teman-temannya mendapatkan peringkat kedua dalam kompetisi basket. Hal tersebut tentunya membuat Joshua bangga dan juga kedua orang tuanya bangga atasnya. Pada tahun ini juga,Beliau mendapatkan prestasi peringkat pertama di kelasnya. Beliau menyadari bahwa “usaha tidak menghianati hasil.” Di tahun terakhir di SMP, dimana memasuki pembelajaran online dikarenakan adanya pandemi. Beliau memerlukan waktu untuk dapat beradaptasi dengan kondisi yang ada. Walaupun segala sesuatu dilakukan secara online seperti, ulangan, tugas, dll. Beliau tetap mengutamakan kejujuran. Menurut beliau ketika segala sesuatu dikerjakan tanpa kejujuran sama saja sia-sia. Meskipun pembelajaran dilakukan secara online tidak mempengaruhi beliau dalam berteman. Beliau juga seringkali membantu teman-temanya dalam mempersiapkan ujian nasional dan ujian sekolah dengan melakukan tutor secara online. Akhirnya ketika mengakhiri jenjang SMP, beliau mendapatkan juara kedua di kelasnya. Beliau merasa puas dengan hasil yang diperolehnya pada jenjang SMP.
Dari Biografi Joshua, terdapat nilai yang dapat diambil dari perjalanan kehidupannya yaitu, untuk selalu berusaha serta memberikan yang terbaik dan tetap rendah hati dan peduli terhadap siapapun. Victorio Caleb Pranata
Nestor Hutasoit Si Pemalas tetapi Cerdas Namanya Nestor Rawikara Sotarduga Hutasoit. Ia biasa dipanggil dengan nama Nestor. Nestor lahir di Kota Jakarta, Provinsi DKI Jakarta, pada tanggal 19 Oktober 2005. Ia lahir di Rumah Sakit Harapan Kita, Jakarta. Nestor merupakan anak pertama dari tiga bersaudara. Nestor kecil merupakan anak yang terbilang cukup aktif. Dapat dilihat dari kulit tubuhnya yang memiliki banyak luka yang menandakan bahwa ia adalah anak yang suka bertualang dan cukup aktif. Hari-hari masa kecil dihabiskannya untuk berpetualang dan bermain bersama teman-temannya. Hal tersebut dilakukannya karena pada saat itu kedua orangtuanya sama sama bekerja dan cukup sibuk. Saat itu, ibu Nestor bekerja di sebuah perusahaan swasta dan ayahnya bekerja di bidang logistik. Memasuki jenjang pendidikan TK ( Taman Kanak - kanak), Nestor menjadi anak yang cukup aktif dan sulit untuk dikontrol sehingga terkadang perilakunya sering menyimpang. Saat Nestor masih duduk di bangku TK ( Taman Kanak - kanak), kedua orangtuanya sering dipanggil oleh Kepala Sekolah. Hal tersebut disebabkan oleh perilaku Nestor yang cukup nakal saat di sekolahnya. Maka dari itu, kedua orangtuanya sampai tidak heran apabila Kepala Sekolah menelepon atau memanggil ke sekolah. Nestor kecil juga sangat dekat dengan sepupunya. Saking
dekatnya, ia selalu menyempatkan dirinya untuk ke rumah Kakeknya sepulang sekolah untuk bermain dengan sepupunya. Setelah menempuh pendidikan selama dua tahun di TK ( Taman Kanak - kanak). Nestor melanjutkan pendidikan SD ( Sekolah Dasar ) di SD Sumbangsih, Jakarta. Saat duduk di bangku Sekolah Dasar, perilaku Nestor berubah menjadi lebih terkontrol dibanding masa TKnya. Di sekolah tersebut, Nestor memiliki cukup banyak teman karena sifatnya yang mudah bergaul dengan orang baru. Selama duduk di bangku Sekolah Dasar, Nestor menoreh banyak prestasi dari kelas 1 - 6. Prestasi yang ia dapat mulai dari menjadi rangking 1 dengan konsisten dari kelas 1 - 6 hingga menjadi siswa dengan nilai UN ( Ujian Nasional) tertinggi di angkatan. Memasuki SMP, Nestor juga memiliki beberapa prestasi seperti mendapat peringkat 3 saat kelas 7, lolos seleksi OSN IPS meskipun harus gugur di babak selanjutnya. Di luar pendidikan formal, Nestor juga menjadi anak yang cukup berprestasi. Prestasi non - akademik yang didapatkan Nestor di luar pendidikan formal antara lain adalah memenangkan lomba paduan suara gereja dengan menjadi juara 1 dan memenangkan lomba menciptakan lagu bersama temannya dengan meraih juara 1. Selain beberapa prestasi non - akademik tersebut, Nestor juga menorehkan prestasi gemilang dalam ajang beladiri. Dalam ajang beladiri jenis kempo, ia meraih medali di kempo tingkat KYU III dan KYU II. Banyak memori dalam perjalanan kehidupan Nestor dari waktu ke waktu. Namun yang paling berkesan untuknya adalah momen saat ia menjalani kegiatan Live In saat masih duduk di bangku kelas 8 ( kelas 2
SMP). Live In merupakan suatu hal yang baru baginya. Nestor sangat bersemangat karena kegiatan live in dilaksanakan di rumah warga ( pedesaan) dengan berpasangan bersama teman yang telah dipilihnya sebelum hari dimana kegiatan live in dilaksanakan. Kebetulan pemilihan rekan untuk per - rumahnya bebas jadi hal itu menjadi salah satu faktor mengapa kegiatan live in sangat berkesan baginya. Kegiatan live in juga semakin seru baginya dengan banyaknya aktivitas di alam bersama teman - temannya. Selain kegiatan live in, kegiatan study tour juga menjadi kegiatan yang cukup berkesan baginya. Letak keseruan pada kegiatan tersebut menurut Nestor adalah ketika menyusuri jalan malioboro bersama teman - temannya di malam hari. Kebetulan saat berjalan - jalan di Jalan Malioboro tersebut seluruh siswa - siswi diberi kebebasan untuk dengan bebas tanpa pengawasan langsung dari para guru dengan tempo waktu yang telah ditentukan. Maka dari itu, dengan banyaknya momen - momen di kelas 8 ( kelas 2 SMP) menjadikan kelas 8 salah satu kelas terbaik sepanjang masa sejauh ia menempuh pendidikan formal menurutnya. Saat Nestor baru saja masuk kelas 7 ( kelas 1 SMP), ia mengalami salah satu pengalaman pahit dalam hidupnya. Tiba - tiba salah satu bapak yang merupakan pegawai tata usaha sekolah memanggilnya di saat ia sedang menjalani kegiatan ekskul basket. Nestor dipanggil oleh bapak pegawai tata usaha sekolah karena ibunya mendesak agar segera memanggil Nestor dan segera mengangkat telepon dari ibunya. Dalam saluran telepon tersebut, ia diberitahu oleh ibunya bahwa neneknya telah wafat dan Nestor disuruh oleh ibunya agar segera pulang ke rumah dan
bersama keluarganya berangkat ke Cepu, Blora untuk melayat neneknya tersebut. Kemudian, momen yang membuatnya merasa hampa/surut lainnya adalah ketika ia harus menerima kenyataan pahit dalam kisah asmaranya. Nestor ditolak oleh pujaan hatinya saat menyatakan perasaan cintanya. Kenyataan pahit tersebut sempat membuatnya sedih berkepanjangan dan juga membuatnya kehilangan gairah/semangat dalam hidup. Namun, Nestor segera bangkit dengan dukungan teman - teman di sekitarnya yang senantiasa menemani dan mendukungnya. Selain dua momen tersebut, momen yang membuatnya surut adalah ketika sekolah sedang rutin mengadakan ujian namun Nestor sering mempersiapkan atau mengerjakan soal- soal ujian dengan tidak maksimal. Hal tersebut terjadi disebabkan oleh kebiasaan dirinya yang seharusnya waktu digunakan untuk belajar ujian namun digunakan untuk bermain gawai dan nonton film/series. Rasa malas atau kemalasan kerap mengontrol dirinya yang dimana sering menjadi bumerang bagi dirinya ketika sekolah sering mengadakan ujian. Yeremia Haganta Kaban
Search