Important Announcement
PubHTML5 Scheduled Server Maintenance on (GMT) Sunday, June 26th, 2:00 am - 8:00 am.
PubHTML5 site will be inoperative during the times indicated!

Home Explore udah jadi satu

udah jadi satu

Published by benedettanedra, 2022-05-17 09:26:41

Description: udah jadi satu

Search

Read the Text Version

Riodin Harahap, Pemuda yang Mengikuti Jalur Hidup Sampai Tua Riodin Harahap, sebuah anak termuda dari 4 bersaudara yang lahir di Bandung pada 10 November 1969. Beliau seperti orang biasa, memiliki hidup yang berwarna tetapi sama unik dengan orang lain. Lahir dari seorang Brigadir Jenderal dan bersama saudara-saudaranya. Beliau mempelajari banyak hal pada hidupnya, dari yang pahit ke yang manis, dari yang benar ke yang salah. Tetapi, ini jendela kepada pandangan salah satu dari jutaan orang di Indonesia pada masanya. Kejadian Penting Memasuki kelas 3, beliau dan keluarganya memilih untuk pindah ke Jakarta. Pada saat, itu mereka membeli rumah di Lebak Bulus. Beliau akhirnya masuk ke SD Santa Maria, dimana beliau menjalani jenjang SDnya. Pada kenaikan ke kelas 5, bapak dari beliau meninggal dunia, tetapi karena umur yang masih sangat muda efeknya tidak terlalu terasa. Walaupun pasti ada rasa sedih, efek-efek yang terlihat sangat sedikit. Beliau pun lanjut ke tingkatan SMP di Santa Maria juga, tetapi akibat pindah rumah ke daerah Bangka, masuk tahun ke 2 beliau pindah ke SMPN 13. Tidak lama kemudian beliau terkena penyakit leukimia dan terpaksa berobat ke Belanda selama 8 bulan. Pulang-pulang ke Jakarta, beliau menyelesaikan susulan dan tugas dan akhirnya lulus SMP.

Beliau memilih untuk masuk ke SMAN 46, di Jalan Masjid Blok A. Pada masanya, beliau tidak terlalu kesusahan di sekolah. Walaupun nilai mungkin kurang bagus beliau bisa mengikuti pelajaran dengan mudah akibat pernah SMP di Santa Maria. Pada masanya, perbedaan pendidikan sekolah swasta dengan negeri sangat besar, akibatnya beliau sudah mempelajari banyak hal dari kurikulumnya. Pada zaman itu, lebih tepatnya SMA di tahun 80an belum ada konsep IPA/IPS. Adanya A1, A2, A3. Saat masuk kelas 2 beliau memilih A2 yaitu biologi, tetapi beliau masih harus berobat leukimianya dan karena itu pasti bakal ada banyak hari sekolah yang hilang karena harus berobat. Akibat itu, ibu beliau menyarankan untuk mengambil A3 saja karena khawatir A2 bakal terlalu sulit apabila ada banyak pelajaran yang terlewatkan. Saat di SMAN 46, beliau memiliki banyak teman dari sekolah tersebut. Pulang sekolah, mereka sering ribut dengan sekolah lain seperti STM yang berada di sekitar. Awalnya beliau masih ikut ribut, tetapi lari-lari dari polisi dan dimarahi oleh saudaranya, beliau memilih untuk bermain di tempat yang beda kalau pulang sekolah. Beliau dan 4 temannya akhirnya memilih untuk nongkrong-nongkrong saja dan main ke bengkel. Akibat memiliki saudara laki yang jauh lebih tua, beliau memiliki banyak teman yang sudah memiliki bengkel, jadi seringkali pulang sekolah beliau main ke bengkel dan main-main mobil. Masa SMA pun berlalu dan akhirnya beliau memilih untuk kuliah interior design. Beliau lumayan menyukai sekolah itu tetapi keluarganya kurang mendukungnya, memang pada masanya sekolah design merupakan sesuatu yang dianggap aneh. Bukan hanya itu, tetapi sekolah design itu mahal dengan banyak hal yang harus dibeli dan akhirnya beliau memilih untuk mencoba sekolah hukum di Universitas Pancasila. Beliau langsung

diterima di Hukum Universitas Pancasila, tetapi ada satu masalah. Apabila beliau memilih hukum juga, maka keempat bersaudara akan sekolah hukum semua. Dengan itu, ibu beliau menyarankan untuk sekolah ekonomi di Universitas Pancasila. Pada akhir 80an dan awal 90an, bank-bank di Indonesia lagi hebat-hebatnya, jadi beliau setuju dan akhirnya keterima di Ekonomi Universitas Pancasila. Hidup sebagai mahasiswa pada masa 90an merupakan sesuatu yang susah dipahami orang sekarang. Duit jaman dulu mudah didapatkan, tetapi bernilai sangat besar, itu karena subsidi yang dilakukan pemerintahannya Presiden Soeharto. Hasilnya, bapak saya lebih sering lagi main ke bengkel dan menambah lagi hobi main ke disko dan berbagai rekreasi lainnya. Tetapi, tetap paling sering beliau main di bengkel, sampai beliau pun sering mengikuti drag race di timnya sebagai mekanik. Saat masa beliau drag racing, beliau biasanya yang mengatur strategi untuk setiap balapannya. Memilih ban apa, memonitor mesin, dll. Beliau juga menyiapkan mobil-mobil lain untuk mengikuti pertandingan yang sama. Drag race nya berbentuk sistem gugur, jadi beliau juga menyiapkan mobil dan pembalap bayangan untuk menjadi kambing hitam pada pertandingan. Tidak hanya drag racing, tetapi beliau juga sering bersama saudara paling tuanya Rizal Harahap, bermain ke disko-disko keliling Jakarta. Tetapi, selama ini beliau masih seorang mahasiswa dan masih memiliki tanggung jawab di Universitas. Satu hari, beliau mendapat kabar bahwa salah satu teman mainnya sudah mulai menulis skripsi. Akibat itu, beliau mulai fokus di Universitas dan menyelesaikan semua SKS yang diperlukan dalam waktu 1 setengah tahun. Beliau pun mulai menulis skripsi, dan saat menulis skripsi bab-bab awal yang mudah cepat selesai dan jadinya beliau merasa puas dengan

kemajuan yang dibuat. Akibatnya, beliau mulai lagi main-main seperti sebelumnya, sekarang lebih sering lagi dan dengan lebih banyak orang. Tanpa terasa waktu berjalan dengan cepat, beliau pulang ke rumah dan kebetulan sebuah surat dari Universitas Pancasila datang ke rumahnya. Beliau membaca suratnya dan kaget saat membaca bahwa apabila beliau tidak menyelesaikan skripsi dalam satu tahun, maka beliau akan di DO. Beliau panik dan langsung lanjut menulis skripsi lagi, kali ini banyak juga teman beliau yang terdesak membuat skripsi, jadinya mereka bisa saling membantu dan memberi kritikan untuk menyelesaikan sisa skripsi. Akhirnya beliau lulus dan mendapat kerja di bank. Tak lama kerja di bank, Indonesia terkena krisis moneter 1998, dan kantor beliau di likuidasi. Setelah pindah-pindah kerja beberapa kali beliau akhirnya menetap pada sebuah anak perusahaan Telkom bernama Sypuma. Disitu beliau menemukan sebuah wanita yang akhirnya menjadi istrinya. Akhirnya, setelah hidup yang penuh pindah-pindah dan penuh perubahan. Beliau akhirnya memiliki kerja tetap, dan juga membangun sebuah keluarga. Pada 2006, istri beliau melahirkan sebuah anak bernama Akhtar Primora Harahap, dan anak tersebut sekarang sedang menulis biografi ini. Beliau sekarang memiliki posisi VP di perusahaan yang sama. Akhtar Primora Harahap

Britain Reinard dengan Jutaan Keahlian Pada 1 Mei 2006, Britain Reinard Alessandro Lukito dilahirkan di Jakarta, tepatnya Britain dilahirkan di Rumah Sakit Puri Cinere. Britain adalah anak kedua dari 3 bersaudara, memiliki kakak perempuan yang berbeda 4 tahun dengannya bernama Sheryl Alethea Elizabeth Hermione. Britain juga memiliki adik perempuan yang berbeda 10 tahun, bernama Gwendolyn Felicitas Savannah. Ayah Britain bernama Heru Lukito dan Ibu Britain bernama Agnes Rumondor. Saat Britain masih kecil, iya sangat menyukai bermain bola kaki dan bersepeda. Britain suka bermain bola dan bersepeda setiap hari hingga larut malam dan lupa waktu. Saat Britain masih 1-3 SD ia senang sekali belajar hingga nilainya bagus-bagus tetapi saat Britain menyentuh kelas 4 disitulah ia mulai terganggu dalam hal akademik dan senang sekali bermain dan berolahraga. Gadget mengganggunya dari akademik, bersepeda, dan bola kaki pun menjadi hobinya yang dia tidak bisa lepas. Ia sangat suka bermain bola dengan teman-teman kompleksnya dan pada akhirnya orang tua Britain memberi batas waktu untuk dia bermain, yaitu jam 6 sore. Britain juga suka menonton bola, ia mendukung tim yang didukung bapaknya sejak dia sudah lahir, yaitu Manchester City. Britain sangat mengagumi salah satu pemain dari tim tersebut yaitu Kun Aguero. Kun Aguero membuat Britain ingin makin fokus dalam bola dan ingin jago sepertinya. Namun Britain

adalah orang yang sangat gampang bosan, saat menyentuh kelas 5 Britain melupakan bola tendang, ia malah suka bermain bola basket hingga ekskul basket juga. Bisa dibilang Britain sangat cupu dalam bola basket tetapi ia terus mencoba agar bisa bermain dengan jago. Kalau dibandingkan saat Britain bermain bola kaki, ia jauh lebih baik dalam bermain bola kaki. Datanglah SMP, Britain sekolah di SMP Charitas Jakarta. Britain adalah orang yang kaku kepada orang-orang baru, namun ia berusaha untuk bersosialisasi, dan sekalinya ia berhasil bersosialisasi, sifat dia langsung berubah menjadi extrovert. Britain sangatlah semangat sekolah di SMP Charitas Jakarta. Ia melanjutkan hobinya yaitu bermain basket namun ia kebanting dengan teman-temannya yang lain tetapi ia tidak putus asa dan terus melatih dirinya. Di kelas 7 Britain sangat ingin berorganisasi, dan akhirnya hal itu pun tercapai ia bisa menjadi bagian dari OSIS dan kepanitian Charitas Youth Festival. Ia ada di bagian seksi dokumentasi, dan dokumentasi adalah hal yang Britain tidak kenali sebelumnya. Ia mulai melatih dirinya dalam dokumentasi dan mencoba untuk mengambil hasil foto yang bagus. Menyentuh kelas 8, rasa penasaran Britain sebagai anak remaja mulai menumbuh, ia ingin mencoba hal-hal yang bisa dibilang tidak baik untuknya. Namun Britain suka cerita ke mamanya dan tidak ingin mengecewakan orang tuanya. Pada kelas 8 Britain keluar dari ekskul basket karena ia merasa bahwa dia tidak dihargai disitu. Namun Britain pun masih sangat dan bahkan lebih sering bermain dan berlatih basket dibanding saat dia masih ekskul basket. Britain ingin menunjukkan bahwa ia lebih baik dari yang dilihat orang-orang. Di kelas 8 Britain lanjut berorganisasi ia menjadi panitia Charitas Sport and Art, CHART, dan menjadi bagian dari OSIS untuk periode kedua. Bahkan Britain sempat di wawancara untuk menjadi calon ketua osis, tetapi Britain mengundurkan diri dari hal tersebut karena ia merasa tidak siap. Datanglah COVID-19

dan Britain merasa ia menjadi sangat malas dengan adanya sekolah online. Selama lockdown Britain merasa hidupnya sangat tidak teratur dan sangat tidak sehat. Kerjaannya hanya tidur, main game, mandi, dan makan. Britain menjadi sangat jarang olahraga dan itu sangat tidak baik untuknya, Kelas 9 untuk Britain adalah hal yang sangat hampa dan tidak ada menarik-menariknya. Namun ketika Gonzaga membuka pendaftaran untuk murid baru, Britain baru mulai produktif lagi karena ia sangat ingin diterima di SMA Kolese Gonzaga. Setelah melewati tes dan wawancara dari Gonzaga akhirnya Britain pun diterima. Britain merasa sangat senang dan mulai ingin hidup produktif. Selama di Gonzaga, Britain menjadi lebih giat dan lebih senang bersosialisasi. Walaupun selama ini ia belum menemukan hobinya lagi namun ia lagi proses untuk menjadi Britain yang paling baik, ia ingin menjadi orang yang baik dan tulus kepada semua orang. Alexander Dhimas Yudistira

Joanne Halim, antara Hobi atau Prestasi Joanne Kathleen Halim, atau yang lebih akrab dikenal dengan Joanne sekarang berada pada kelas 10. Ia sekarang sedang menempuh pendidikan di SMA Kolese Gonzaga. Ia memutuskan untuk memilih untuk mengambil jurusan IPS. Joanne merupakan orang asli Jakarta yang lahir pada tanggal 25 Oktober 2005. Seperti pada umumnya, tentu saja setiap orang memiliki hobi yang beragam, Joanne pun kurang lebih juga memiliki hobi, hobinya adalah memasak dan bermusik, salah satu contoh alat musik yang ia menghabiskan waktu untuk memainkannya adalah Piano. Maka tidak heran jika ia bercita cita untuk bekerja di bidang entertainment khususnya sebagai musisi. Selain sebagai musisi ia juga bercita-cita untuk menjadi chef. Joanne memiliki cita-cita sebagai musisi karena ia terinspirasi dari publik figur yang cukup ternama dan terkenal di tanah air. Joanne sangat menyukai dan menikmati menonton banyak musisi. Salah satunya adalah Maudy Ayunda, Maudy adalah musisi yang menginspirasi Joanne sehingga ia memiliki cita-cita sebagai musisi. Selain karya Maudy sebagai musisi, Joanne juga mengagumi sifat peduli dia terhadap sesama umat manusia. Selain suka membantu, Joanne juga mengagumi kecerdasan yang Maudy miliki, selain itu Joanne mengagumi foundation untuk anak anak yang dibuat oleh Maudy, dan semua yang dia lakukan tidak banyak gimik, dan

tidak banyak pencitraan, walau kurang aktif di sosial media tetapi ia berprestasi, sehingga Maudy menjadi panutan Joanne. Joanne juga bercita-cita sebagai chef karena tidak terlepas dari publik figur ternama yang juga menginspirasi dia, Chef Renatta. Chef Renatta adalah chef berasal Indonesia yang Joanne mengagumi sehingga Joanne memiliki cita cita untuk menjadi seorang chef. Joanne suka menonton cara Chef Renatta bermasak, selain itu juga, Joanne sendiri suka memasak, sering kali ia juga menghabiskan luang waktu itu bermasak. Joanne beberapa prestasi yang sampai sekarang tak dapat ia lupakan yaitu sebagai pelopor sociopreneur. Joanne pada waktu itu kepikiran membuat charity untuk menyumbang ke gereja katedral dan karena hal tersebut membuat dampak. Menurut Joanne dampak yang dapat dirasakan adalah kebahagian yang dirasakan oleh yang di bantu maupun untuk Joanne sendiri. Walaupun donasi yang dilakukan oleh Joanne tidak dipublikasikan, tetapi aksi tersebut di dengarkan oleh sekolah dia pada zaman dia masih SMP, sehingga ia diberi apresiasi sebagai Pelopor Sociopreneur. Menurut Joanne untuk melakukan kebaikan tidak perlu diketahui banyak orang melainkan, banyak orang bisa merasakan kebaikan yang ia beri. Selain sebagai pelopor sociopreneur, Joanne juga membanggakan prestasi yang dapat ia raih sehingga masih dapat ia inget adalah sebagai osis sebagai bendahara, dan koordinator divisi komdok, prestasi yang ini tak dapat dilupakan karena usaha dan tenaga yang ia beri tidak dikit. Ia kenangkan prestasi ini bukan karena jabatan yang ia dapat melainkan

cobaan dan pengalaman yang baru. Karena lulus tahap seleksi, dan selama menjalani seleksi ia merasa under pressure dan ia merasa bangga karena bisa melewati itu semua, dengan jerih payah, dan mendapatkan lebih mengenal banyak orang serta menambah pengalaman. Tentu saja dengan adanya prestasi yang ia dapatkan, makan ia juga dapat dukungan yang melimpah, dukungan tersebut berasal dari, teman-teman terdekat dia, keluarga, dan pacar. Mereka membantu dengan cara memberi dukungan, support, dan doa. serta ada beberapa sahabat dekat dia yang memberi tahu apa yang kurang dan apa yang dapat dibenarkan dari diri sendiri. Selain dukungan, Joanne juga harus mengorbankan waktu maupun kegiatan diluar sekolah yang ia nikmati. Ketika Joanne sedang berjuang untuk merebut posisi ia sebagai bendahara, Joanne mengikuti les ballet, dan jam les nya sore, sedangkan kegiatan osis juga pulang sore, sehingga ia memutuskan untuk berhenti les ballet. Walaupun Joanne sudah melakukan ballet sejak ia kecil, namun ballet harus dikorbankan agar tercapai tujuan dan harapan dia sebagai inti osis ketika SMP. Perjuangan yang ia lakukan berjalan selama setahun. Banyak sekali hambatan yang dialami ia dalam memperjuangkan tujuan dia, salah satunya adalah dengan padatnya jadwal. Banyak sekali kegiatan dan aktivitas diluar jam sekolah yang harus ia melalui, sebagian kegiatan ia bersumber dari organisasi sekolah, dan sebagiannya lagi kegiatan di luar sekolah. Namun, dengan adanya jadwal yang mengurangi waktu istirahatnya, ia masih dapat memetik pelajaran, seperti pentingnya menjadwalkan aktivitas dan tujuan dalam sehari agar semuanya dapat terorganisir dengan baik, sehingga tidak ada kewajiban yang tertinggal. Selain itu,

Joanne merasa dengan ada jadwal yang begitu padatnya, dapat berdampak karena, dapat mengisi luang waktu yang ada, sehingga luang waktu tersebut dapat digunakan untuk melakukan kegiatan yang produktif. Biasanya jika Joanne memiliki luang waktu ia bermain Piano, memasak, karaoke, serta belajar memainkan gitar. Prestasi bukan lah satu satunya yang ia banggakan dalam hidupnya, ekspektasi pun pernah tercapaikan. Dan Joanne dapat meraih ekspektasinya dengan adanya dukungan dan dorongan dari orang sekitarnya. Masuk band merupakan salah satu dari sekian banyak ekspektasi yang telah terpikirkan olehnya. Selain menjadi anggota dari band, ia pun memenangkan peringkat kedua dalam lomba band. Bangga, senang, dan lebih bersemangat yang dirasakan Joanne ketika sebuah ekspektasi yang berada dalam benak pikirannya terwujud. Tentu saja, tiap orang akan dalam fase dimana ekspektasi tidak tercapai alias mengalami kegagalan, sama halnya dengan Joanne, ia pernah mengalami kegagalan dalam terwujudnya ekspektasinya. Pasrah adalah perasaan dan pikiran yang muncul saat ia gagal dalam mewujudkan ekspektasinya. Ia merasa bahwa tidak ada yang dapat dilakukan kembali jika sudah gagal. Ia pernah berekspektasi diterima di LKI dan diterima sebagai panitia sebuah festival. Ia merasakan bahwa apa yang dilakukan sangat sia sia dan juga ia merasa bahwa dengan dia tidak terima merupakan sebuah tanda bahwa itu bukan waktunya. Merelakan dan pasrah adalah tindakan yang dilakukan oleh Joanne. Dengan Joanne merasa sedih karena tidak terwujudnya ekspektasinya, ia pun juga merasa bahwa ia berada pada titik terendahnya, dimana setiap perasaan campur aduk, dan tidak merasa puas dengan

hasilnya, serta merasa kurang aktif. Namun ia masih mempunyai harapan untuk memutar balikan situasi, dengan adanya dukungan dan motivasi ia pun terus berusaha. Walaupun hasilnya tetap tidak memuaskan diri, tapi ia percaya bahwa untuk meraih hasil yang memuaskan serta membanggakan perlu usaha dan waktu yang tidak singkat. Pesan kesan dari menulis biografi ini adalah, sangat seru, namun terkadang bingung dengan cara mengarang untuk menjadikan sebuah kalimat dari hasil wawancara, dan juga senang karena dapat belajar untuk menulis dan mengarang, semoga kedepannya dengan adanya sebuah project ataupun tugas yang berupa tulisan maupun karangan dapat dilakukan dengan lebih baik. Alfonsus Christopher Umarhadi

Perempuan Gigih, Aletha Namanya adalah Aletha Anjani, akrabnya dipanggil Aletha, ia sekarang berumur 18 tahun dan ia lahir di Jakarta, 30 Januari 2004. Ia mempunyai tiga hobi yaitu menari, menyanyi dan membaca. Ia mulai membaca baru-baru ini saat pandemi karena ia merasa bosan dengan gadget. Ia adalah anak pertama dari dua bersaudara. Adik perempuannya bernama Ammara Ailani, yang masih menduduki bangku SMA. Kedua orang tuanya bernama Priyo Aditomo dan Ventina Aditomo. Sama seperti adiknya, Aletha masih menduduki bangku SMA kelas 3 di SMA Labschool Kebayoran. Ia TK di sekolah Karang Mekar karena orang tuanya ingin mencari sekolah yang dekat dengan rumah nenek. Dilanjut dengan SD, ia bersekolah di Yasporbi Pasar Minggu dan SMP di Garuda Cendekia. Ia mulai mendapatkan prestasi-prestasinya saat memasuki Sekolah Menengah Pertama baik itu akademik maupun non-akademik. Akademik, ia mendapatkan rank 1 atau 2 untuk 3 tahun dan mendapatkan nilai ujian sekolah tertinggi pada mata pelajaran Matematika dan juga mendapatkan jalur prestasi masuk SMA. Diluar akademik, prestasi non-akademik yang ia dapatkan adalah berpartisipasi dalam acara the 60th anniversary of the Diplomatic Relations of Indonesia and

Japan bersama The Resonanz children’s choir dan ikut serta berpartisipasi dalam acara IMF di Bali pada tahun 2018 lalu. Di SMA, ia mulai fokus dengan akademik maka dari itu ia memutuskan untuk berhenti kegiatan di luar akademik karena ingin fokus dan takut tidak bisa membagi waktu. Ia hanya mengikuti kegiatan yang ada di dalam sekolah saja yaitu kegiatan kepanitiaan seperti Skyavenue, Skybattle, Skylite. Ia juga mengikuti ujian IELTS dan mendapatkan nilai 7. Ammara Ailani

Jiwa Ambisi Putri Aurelia Bernama lengkap Putri Aurelia Romauli Pasaribu, lahir pada 18 Juni 2005 di Bekasi, dan merupakan anak tunggal dari ayah ibunya. Ayahnya bernama lengkap Fransiskus Pasaribu dan ibunya Risnauli Martalena Panggabean. Putri selalu disenangi sekitarnya karena pandai bersosialisasi dan ramah. Selain itu, hobi dan kelebihan yang dimiliki Putri juga sangat banyak dan beragam. Salah satunya adalah musik, Putri suka bermain alat musik seperti gitar dan piano selain itu ia juga pandai bernyanyi, bahkan sedari kecil sudah banyak mengikuti ekskul dan kegiatan koor di Gereja. Putri juga menyukai olahraga contohnya bermain basket dan sepak bola. Kini Putri bersekolah di SMA Kolese Gonzaga, kesibukannya sebagai murid Gonzaga adalah belajar. Selain belajar, ia juga dicalonkan sebagai ketua kelas yang menjadikan Putri harus bertanggung jawab atas teman-teman sekelasnya. Sedari kecil pun Putri sudah dipercayai untuk menjadi pemimpin dalam lingkungan kecil sekolah. Seperti ketua regu pramuka, ketua kelas, dan lainnya. Karena ketertarikannya dengan bidang hukum, Putri sering menantang dirinya untuk berbicara di depan banyak orang dan terlibat dalam kegiatan apapun dimana ia bisa membantu atau berkontribusi sehingga mendorongnya menjadi pribadi yang aktif.

Kepandaiannya dalam berbicara secara spontan membuatnya tertarik pada bidang yang melibatkan berbicara di depan orang banyak. Seperti pengacara, reporter, dan lain-lain. Selain itu, Putri juga suka berhitung. Sedari kecil Putri dengan mudah dapat menyelesaikan persoalan matematika yang cukup rumit, bahkan tidak memiliki kesulitan dalam mata pelajaran fisika. Hal ini membuat orang tua Putri mendukungnya untuk menjadi IT, akuntan, dan pekerjaan yang menyangkut dengan komputer. Namun disayangkan Putri kurang menyukai bidang itu, Putri mudah bosan dengan pekerjaan yang monoton. Selain itu, Putri kurang menyukai pelajaran yang melibatkan hafalan, seperti geografi, sosiologi, dan sejarah, itu mengapa Putri tertarik dengan jurusan IPA. Namun kekurangan Putri sendiri adalah tidak konsisten dan mudah putus asa. Di tengah perjalanannya menjadi murid jurusan IPA seringkali Putri merasa tidak mampu dan ingin pindah jurusan. Namun sadar dengan tujuan dan kerja keras yang telah dilaluinya, maka perjalanannya sebagai murid Gonzaga juga ia gunakan untuk menjadi introspeksi terhadap dirinya. Kini tugasnya adalah untuk belajar dengan baik dan mencari pengalaman sebanyak mungkin. Dari yang sudah kita baca mengenai kelebihan, kekurangan, dan latar belakang Putri Aurelia, kita bisa mengambil sisi positifnya yaitu berani mengambil risiko dalam keputusan yang dihadapi untuk dapat terus berkembang. Seperti yang dilakukan Putri, ikut serta dalam organisasi kecil maupun besar tentu membutuhkan keberanian dan tanggung jawab yang besar. Mengorbankan rasa takut untuk pengalaman berarti yang bisa kita gunakan saat sudah besar nanti, seperti memimpin kelompok atau meningkatkan kemampuan berbicara di depan orang banyak. Namun lebih pentingnya apabila kerja keras tersebut juga

dibarengi dengan konsistensi dan sifat pantang menyerah. Dengan begitu, tujuan dan kerja keras kita pasti akan terbayar. Annamaria Keisha

Anatasia Ratih and The Law of Attraction Anastasia Ratih adalah wanita yang kuat dan independen dibandingkan perempuan usianya. Meskipun kehidupannya seperti manusia biasa, ia telah meraih kesuksesan dalam hidup, bukan kesuksesan seperti kekayaan atau popularitas. Namun, kesuksesan dalam mencari kedamaian dan memahami ajaran Law Of Attraction yang mendirikan pribadi Ratih menjadi seorang yang independen. Masa Kecil Ia dilahirkan pada tanggal 18 April 1972 di Jakarta. Masa kecil Ratih kurang menyenangkan baginya. Kedua orang tua beliau tidak mendidiknya dan kedua saudaranya untuk berkomunikasi. Sehingga Ratih merasa ia tidak memiliki saudara. Orang tua beliau sangat menginginkan mereka untuk saling berkomunikasi. Tapi menurut Ratih, mereka sama sekali tidak mendidik beliau dan saudaranya untuk berkomunikasi. Sehingga Ratih merasa semua sudah terlambat dan ia telah melalui kehidupan masa kecilnya seperti anak tunggal. Ia tidak mendapat proteksi dari seorang kakak laki-laki dan ia tidak merasakan keseruan bermain dengan seorang adik laki-laki. Mereka tidak saling membenci atau bermusuhan, namun mereka, khusus nya Ratih, merasa seperti orang asing yang tinggal dalam satu rumah.

Kehidupan Sekolah Sekolah pertama Ratih adalah TK Strada, sebagai anak yang ceria, Ratih memiliki banyak teman. Ia telah mengikuti ekstrakurikuler menari dan sempat tampil di sebuah acara sekolah. Menurutnya, kehidupan sekolahnya pada masa taman kanak-kanak lumayan baik. Tetapi, tidak semua masa sekolah seorang anak menyenangkan. Ketika ia masuk sekolah dasar, beberapa hal membuatnya kurang menyukai kehidupan sekolahnya. Pada masa sekolah dasarnya, Ratih bukanlah anak yang menonjol. Ia tidak pernah diundang untuk mengikuti lomba, tampil di acara-acara sekolah, dan lain-lain. Ratih juga tidak memiliki banyak teman. Seperti sekolah-sekolah pada umumnya, pergaulan dalam sekolah dasar Ratih memiliki standar-standar tertentu. Bagi Ratih, standar untuk mengikuti sebuah pergaulan pertemanan yang baik yaitu memiliki penampilan yang cantik dan merupakan anak dari keluarga yang kaya raya. Keluarga Ratih bukanlah keluarga yang berekonomi keatas, ketika Ia masuk sekolah Ia tidak diberi uang saku. Sehingga beliau sering kali mencuri uang dari ibunya. Ia harus mencuri uang orang tuanya supaya ia bisa pulang dari sekolah, karena ia menggunakan angkutan umum. Selain itu, menurut Ratih, ia bukanlah anak yang menarik secara fisik. Ia merasa penampilannya saat ia menduduki bangku sekolah dasar tidak menawan. Beliau merasa terganggu akan hal-hal tersebut. Ia merasa ia tidak memiliki standar-standar tersebut sehingga ia tidak memiliki banyak teman. Ketika masuk sekolah menengah pertama, Ratih pindah ke Amerika untuk sementara. Di Amerika, Ratih merasa lebih baik. Ia memiliki teman

lebih banyak daripada saat ia menduduki sekolah dasar. Di sekolahnya yang baru, Ratih menjadi anak yang lebih baik. Ia menjadi semakin pintar dan rajin, sehingga nilai-nilai nya menaik. Ia meraih rangking pertama dikelas, sehingga ia diberi buku sebagai hadiah prestasinya. Ketika kembali ke Indonesia, nilai Ratih menurun lagi. Namun, ia menjadi salah satu anak populer karena ia mendapatkan kekasih pertamanya pada SMP kelas 3. Setelah masuk SMA, Ratih memiliki banyak teman dan menjadi seorang ekstrovert. Ia merasa bahagia pada masa SMA karena banyak hal yang menyenangkan. Setelah lulus SMA, Ratih melanjutkan pendidikannya di Solo, Jawa Tengah. Ia melanjutkan pendidikannya sampai S2. Selama kuliah Ratih memiliki banyak teman sehingga kehidupannya tidak membosankan. Kehidupan Dewasa Selama kuliah ia sudah memiliki pekerjaan, yaitu seorang guru freelance. Ia sudah memiliki lumayan banyak pengalaman kerja. Pekerjaan yang Ratih ambil pertama kali setelah lulus kuliah adalah Biro Iklan. Kesehatan mental Ratih sangat buruk ketika bekerja di sana. Atasan Ratih sering kali memarahinya, itu membuat Ratih mengeluarkan air mata setiap hari. Ia berhenti dari pekerjaan itu dikarenakan adanya krisis moneter, sehingga ia di PHK. Ratih sangat membenci semua orang pada pekerjaan itu, maka Ia sangat bersyukur ia tidak bekerja di tempat itu lagi. Pekerjaan yang Ratih ambil selanjutnya yaitu guru freelance, dan akhirnya ia menjadi seorang guru di Binawan. Namun pekerjaan itu tidak begitu menyenangkan baginya karena ia mengalami perkelahian dengan carmuk. Ratih mengenal suami masa depannya saat bekerja, ia bernama Andi. Ratih merasa Andi adalah orang yang akan memberinya

kebahagiaan pada masanya. Sehingga Ratih ingin menikahinya dan merencanakan keluarga bersama nya. Kedua orang tua Ratih tidak merestui pernikahan mereka, sehingga Ratih dan Andi harus merencanakan pernikahan lari. Ratih dan ibunya memiliki permasalahan yang sangat besar karena Ratih membantah nasehat orang tuanya. Ratih merasa ia dimusuhi ibunya sendiri sampai bertahun-tahun karena hal ini. Setelah menikah, kehidupan Ratih sangat buruk. Ketika ia mengandung anaknya, sang suami tidak pernah menemaninya, sehingga Ratih sering kali merasa stress ketika hamil. Suami Ratih bukanlah suami yang baik, hal itu membuat Ratih ingin menceraikannya. Saat hari melahirkan, Ratih merasa kelelahan, maka itu ia melahirkan dengan metode sesar. Ratih memberi nama anak perempuan satu-satunya, Diandra. Ratih pada saat itu memiliki harapan jika setelah anaknya lahir, suaminya akan lebih mempedulikan keluarganya. Namun Ratih salah, tidak lama kemudian Ratih menceraikan Andi. Ratih sangat menyesali menikahi Andi, hubungannya dengan orang tuanya, terutama ibunya, hancur. Kehidupannya juga sangat memburuk ketika ia menikahi Andi. Namun Ratih sangat bersyukur, semua keburukan ini memiliki sebuah kebaikan, yaitu ia diberi hadiah seorang anak perempuan yang kemudian menemaninya selama kehidupan Ratih. Setelah bercerai, masalah kehidupan Ratih meringan. Ia merasa lebih baik menjadi seorang janda. Namun, hidup tidak selalu suka dan pasti ada beberapa duka. Ketika bekerja di perusahaan yang menurut Ratih sangat baik, ia mengalami PHK. Ratih mengalami depresi karena ia merasa ia tidak bisa membiayai keluarganya, ia merasa sangat bingung karena ia sangat takut akan kehabisan biaya. Karena itu, Ratih terpaksa untuk sementara pindah dan tinggal di rumah kedua orang tuanya. Ratih

berjanji untuk tidak akan tinggal bersama mereka karena ia tidak akur dengan kedua orang tuanya, ditambah lagi ia bermusuhan dengan ibunya. Kesehatan mental Ratih sangat buruk, sehingga pada acara tahun baru, Ratih tidak merayakannya. Meskipun Ratih akhirnya Ratih mendapatkan pekerjaan kecil-kecilan, kehidupan Ratih tidak tenang, ibunya sering kali melacak kamarnya dan menggosipkannya kepada pembantu Ratih. Selain itu, anaknya sering berkelahi dengan ibunya, sebab itu, pembantu Ratih sering memberi laporan kepada Ratih ketika Ratih bekerja. Semua itu membuat Ratih muak dan akhirnya berencana untuk mengontrak di daerah sekitar. Ratih memohon izin kepada ayahnya, meskipun diperbolehkan, ayah Ratih memberitahu kepada ibu Ratih, beliau tidak menerima berita tersebut dengan senang. Kedua orang tua Ratih mengajak Ratih dan anaknya untuk berunding. Ibu Ratih mengancam Ratih jika ia meninggalkan mereka lagi, Ratih adalah anak yang buruk. Ratih merasa kesal, namun itu bukan pertama kali ia membantah orang tuanya. Karena Ratih tidak ingin ada laporan dari pembantunya lagi, Ratih akhirnya pindah ke sebuah kontrakan sementara. Sebelum semua hal ini terjadi, Ratih sudah membeli sebuah unit apartemen di Ciputat yang bernama City Light, ia membelinya sebelum ia di PHK dari pekerjaannya. Apartemen yang ia beli pada masa itu belum jadi, maka Ratih menunggu hari jadi apartemen tersebut selama berada di kontrakan yang ini. Sebelum pindah ke apartemen, pembantu Ratih resign sehingga apartemen merasa lebih lega. Ratih akhirnya memiliki tempat tinggal yang baik. Ratih merasa aman dan nyaman disana. Mengenal Law of Attraction Ratih akhirnya menemukan pekerjaan di kantor di perusahaan Rusdiono, namun upahnya disana tidak mencukupi kehidupan sehari-hari

Ratih. Karena itu, Ratih pindah pekerjaan ke perusahaan bernama AHP. Ratih merasa lebih senang dan sangat bersyukur akan pekerjaan yang ia miliki. AHP memberikannya upah yang jauh lebih banyak. Sehingga Ratih dapat menggunakan uang sisanya untuk bersenang-senang. Ratih merasa inilah pekerjaan yang akan ia miliki hingga masa pensiunnya. Akan tetapi, kejadian yang ia sangat takuti terjadi padanya. Ratih diberhentikan dari pekerjaannya. Ratih sekali lagi mengalami depresi. Ia sangat lemah akan hal pekerjaan, karena pekerjaan adalah sesuatu yang membuat Ratih dan keluarga kecilnya bisa bertahan hidup. Ratih telah mencoba berbagai hal untuk mendapatkan pekerjaan kantoran lagi, namun ia merasa pesimis karena umurnya yang sudah tidak lagi muda. Jadi selama ia mencari pekerjaan kantoran, ia bekerja sebagai guru freelance. Ratih merasa sudah sangat lama ia mencari pekerjaan kantoran, sehingga ia menyerah dan akhirnya hanya bekerja sebagai guru freelance. Meskipun ia merasa menyerah, ia bersyukur karena jika ia bekerja freelance ia bisa menjaga anaknya dan bisa menghabiskan waktu banyak di rumah. Ketika Ratih sedang bersantai menggunakan hpnya, Ratih menemukan sebuah aplikasi yang menarik. Aplikasi tersebut menarik karena aplikasi tersebut menawarkan sebuah pekerjaan yang bisa menginvestasikan uang. Cara kerja aplikasi tersebut adalah melakukan tugas yang diberikan. Selanjutnya, pengguna dapat menghasilkan uang yang bisa ditarik tunai. Dalam aplikasi itu, pengguna juga dapat menaikkan tingkat supaya tunai yang dihasilkan semakin besar nominalnya. Akan tetapi, pengguna harus membayar sesuai tingkat yang ingin diambil, tingkat yang paling tinggi seharga 8 juta rupiah. Ratih merasa aplikasi tersebut adalah jalan keluarnya dari kemiskinan. Awalnya, menggunakan aplikasi tersebut dengan lancar, uang yang diperoleh

benar-benar bisa ditarik tunai. Ratih sangat bahagia karena menurutnya, aplikasi ini bisa membuatnya keluar dari pekerjaannya dan membuatnya menjadi orang kaya raya sesuai impiannya. Karena Ratih sudah sangat mempercayai aplikasi tersebut, Ratih mengambil keputusan untuk menghabiskan seluruh tabungannya yang senilai 8 juta rupiah untuk membeli tingkat tertinggi aplikasi tersebut. Beliau berjuang sekuat tenaga untuk mencairkan tabungannya. Setelah perjuangannya yang keras, Ratih akhirnya membeli tingkat tertinggi tersebut. Namun seketika, aplikasi yang ia pikir tidak akan mengecewakannya melakukan hal sebaliknya. Aplikasi tersebut tidak bisa digunakan lagi. Ratih merasa sangat gugup dan menanyakan admin aplikasi tersebut, akan tetapi admin dari aplikasi tersebut tidak membantunya sama sekali. Ratih merasa sangat sedih, ia telah tertipu. Beliau menghabiskan tabungannya sia-sia. Ratih mengalami depresi lagi, tabungan tersebut merupakan tabungan cadangan supaya ketika bulan sepi akan pekerjaan, ia memiliki uang untuk bertahan hidup. Ratih bukanlah wanita yang termasuk golongan kaya akan keuangan, maka menurutnya, 8 juta rupiah adalah segalanya. Ratih sangat kecewa dan sangat bingung akan apa yang ia akan lakukan selanjutnya. Ratih merasa seperti ini untuk waktu yang lumayan lama. Kesehatan mental Ratih sangat buruk, hal itu menyebabkan lingkungan di sekitar beliau menjadi buruk baginya dan bagi orang di sekitarnya. Selain itu, ia juga melampiaskan segala kesedihannya kepada anak satu-satunya, anaknya pun merasa sedih. Beliau juga sempat memiliki niat untuk menutup usianya.

Akan tetapi, suatu saat, ia menemukan sebuah ajaran yang lingkungan dan keluarga Ratih tidak pernah ajarkan, Law of Attraction. Law of Attraction adalah sebuah hukum yang menyebutkan bahwa apapun yang kita pikirkan, kita akan menarik hal tersebut ke dalam diri. Inti dari hukum ini terletak kepada apa yang kita pikirkan. Apakah itu baik atau buruk. Awalnya, Ratih menganggap Law of Attraction hal yang hanya orang-orang berpikiran sangat pintar yang bisa melakukan hukum tersebut. Maka itu, Ratih mulai mencari dan memaknai Law of Attraction. Beliau memulai pembelajarannya dengan aplikasi TikTok dari seorang user yang sudah dapat menyebarkan hukum Law of Attraction. Beliau melakukan Law of Attraction secara sedikit demi sedikit terlebih dahulu, seperti memikirkan makanan atau barang yang hilang di rumah, lalu kerinduan akan seseorang, sampai akhirnya keinginan pekerjaan. Berdasarkan Ratih, ia memikirkan suatu hal yang ia inginkan, lalu melupakannya untuk sementara waktu, dan pada akhirnya ia akan mendapatkan hal yang ia inginkan. Berawal dari hal yang kecil, namun perlahan-lahan semua hal yang ia inginkan diberikan kepadanya. Ratih menerapkan Law of Attraction ke dalam kehidupannya. Selain itu, Ratih juga memahami salah satu ajaran Law of Attraction, yaitu Law of Detachment. Law of Detachment merupakan pernyataan jika kita mau memanifestasikan keinginan kita, kita harus melepaskan beberapa hal, begitu pula dengan jalur apa yang kita harus ambil untuk menempuh hal tersebut, seperti pepatah “You Win Some, You Lose Some” yang berarti “Anda memenangkan beberapa, Anda kehilangan beberapa”. Ratih memaknai dan mempelajari hukum tersebut. Dengan hukum tersebut, Ratih menjadi lebih baik mengatasi kekecewaan seperti rusaknya barang, penolakan, dan lain-lain. Law of Detachment membantu Ratih melalui

kehilangan tabungannya untuk bertahan hidup. Beliau akhirnya dapat merelakan uang tersebut setelah sekian lamanya ia bersedih. Dari peristiwa yang membuat Ratih sedih berat, beliau merasa ada alasan baik mengapa ia diberi kesulitan seperti itu. Menurut beliau, Ratih kehilangan uang tabungannya supaya ia bisa memahami ajaran Law Of Attraction. Hukum tersebut membuat Ratih menjadi pribadi yang sangat independen dan baik dibanding dirinya yang dulu. Ratih tidak lagi meratapi nasibnya, mulai bersyukur atas apa yang ia miliki, mencintai anaknya dengan cara yang benar, berpikir lebih positif, tidak terlalu tergantung pada orang lain, bisa mengontrol emosinya dengan baik, bahkan, Ratih kini sering kali membantu banyak orang tanpa ragu-ragu. Law of Attraction membantunya mendapat kehidupan yang lebih baik. Dan akhir-akhir ini, Ratih memperoleh pekerjaan yang menyediakannya upah jauh lebih banyak dari sebelumnya. Ratih ingin mengajarkan banyak orang akan Law of Attraction, ia kini perlahan-lahan memberikan ajaran kepada teman dekatnya, ia memanifestasikan ia mengajarkan lebih banyak orang akan Law of Attraction. Law of Attraction telah mengubah pandangannya pada kehidupan beliau yang sesungguhnya sangat indah ini. Annisa Giselle Diandra Wijaya

Kehidupan Anis Ardianti, si Ibu Rumah Tangga yang Hebat Anis Ardianti atau sering dipanggil sebagai Dian adalah anak pertama dari M. Arfan dan Martuti. Ia lahir pada 8 Agustus, 1978 di Aceh. Sebenarnya, Dian adalah keturunan Jawa dan Palembang yang tinggal di Palembang semasa kecilnya. Namun, lahir di Aceh karena Ibunya adalah seorang pegawai negeri (bidan) yang sedang bertugas ke Aceh. Setelah berusia 2 minggu, Dian sudah dibawa kembali ke Palembang. Semasa kecilnya, ia tinggal di Palembang bersama keluarga besarnya. Namun, pada sekitar tahun 1983, Dian pindah ke Depok karena Bapaknya yang berpindah pekerjaan ke Jakarta. Dian memiliki 3 adik, Winartania, Devy Listia, dan Adhitya Afrianne. Pada masa kecil mereka gemar bermain lompat tali, bentengan, dan galaksin. Tidak lama setelah pindah ke Depok, Dian mulai bersekolah di SD Tugu VI Depok. Pada awal-awal masa SD, Dian masih berbicara dengan bahasa Palembang pada teman-temannya karena belum terbiasa dengan bahasa Indonesia. Dian melanjutkan sekolahnya pada SMPN 184 Jakarta dan SMAN 14 Jakarta. Dian adalah murid terpadu yang pandai pada bidang IPA. Maka, untuk kuliah, ITB adalah impiannya sejak lama. Walaupun orang tuanya menginginkan Dian untuk masuk Universitas Indonesia saja, Dian tetap

tidak merubah pikirannya dan ingin berkuliah di ITB. Setelah belajar dengan keras, Dian pun berhasil dan sukses menjadi mahasiswa ITB jurusan Teknik Kimia. Dian memulai studinya di ITB pada tahun 1995. Selama di ITB, Ia mendalami Teknik Kimia dan lulus S1 pada tahun 2000. Setelah lulus dari ITB, Dian melanjutkan hidupnya sebagai jurnalis. Ia bekerja sebagai jurnalis untuk detik.com pada tahun 2001. Di saat bekerja sebagai jurnalis, Dian bertemu dengan Hartawan Candra Malik. Mereka mulai bekerja bersama di Jawa Pos pada tahun 2002. Setelah bersama untuk 2 tahun mereka menikah pada 13 Desember 2003. Pada 3 September 2004, anak pertama dari Dian, Abra Bumandhala Byoma lahir. Setelah kelahiran Bima, Dian memutuskan untuk berhenti bekerja dan menjadi ibu rumah tangga agar dapat selalu dengan anak tersayangnya. Setelah memiliki anak dan memutuskan untuk tetap di rumah sebagai ibu rumah tangga, Dian mulai belajar memasak untuk keluarganya. Memasak dan membuat kue menjadi hobinya. Pada saat ini, mereka tinggal di Solo, Jawa Tengah. Karena hobinya untuk membuat kue, Dian membuka bakery pertamanya “Blonjo Kue” di dekat rumahnya. 2 Tahun setelah Bima lahir, anak kedua dari Dian dan Candra lahir. Arane Langit Manikmaya lahir pada 5 Agustus 2006. Pada saat ini, bakerynya masih berlangsung dan ia sering bekerja membawa anak-anaknya ke tokonya. Namun, pada tahun 2010 mereka berpindah dan kembali ke Depok. Pada 14 Oktober 2010, anak ke-3 mereka pun terlahir. Lalu, anak ke-4 lahir pada 12 April 2013. Kini Dian memiliki 4 anak. Sejak sekitar tahun 2018, Dian mulai memiliki hobi untuk berlari. Setiap pagi ia berlari pagi dari jam 5 pagi. Setelah memiliki hobi berlari untuk cukup lama, ia memutuskan untuk mengikuti marathon. Salah satu

hal yang sangat dibanggakan oleh Dian adalah saat ia Finish Borobudur Marathon 2018 yang berupa race pertamanya dan berlangsung selama 42.195Km. Namun, Dian terpaksa untuk berhenti melakukan hobinya pada tahun 2019 karena ia hamil anak ke-5. Pada 14 Agustus 2019, Aksara Wihaya Giri. Namun, pada saat Dian hamil, Ia masih memiliki banyak hobi yang bisa ia lakukan. Dian sangat berminat pada bidang menjahit dan tanam-menanam. Karena ia tidak dapat berlari selama hamil, ia mendalami hobinya dalam menjahit banyak hal seperti baju, dress, tas, dan lain-lain. Di antara projek-projek menjahitnya, Dian juga memiliki hobi untuk menonton dorama jepang dan anime bersama anak-anak dan suaminya. Pada saat ini Dian masih bekerja sebagai ibu rumah tangga dengan 5 anak tersayangnya dan melanjutkan hidup sebagai pelari, penjahit, dan ibu dari 5 anak yang hebat. Arane Langit Manikmaya

Perjuangan Fredrick Mannuel Fredrick Mannuel Panggabean atau dikenal dengan Fred adalah anak kedua dari dua bersaudara. Kakak dari Fred bernama Reynard Gaberial. Fred lahir pada tanggal 13 April 2006 di Jakarta Selatan. Ia sekarang berumur 16 tahun, ia bersekolah di SD Ora et Labora Panglima Polim, SMP ia bersekolah di Garuda Cendekia, kemudian sekarang dia bersekolah di SMA Tirtamarta Pondok Indah. Saat kecil Ia sangat senang bermain bola bersama teman-temannya, tetapi semakin dewasa Fred lebih senang bermain basket karena diajak oleh teman-temannya. Ia merupakan siswa yang aktif saat di sekolah. Saat SD ia mengikuti ekskul futsal dan nyanyi. Kemudian saat SMP ia memasuki Osis, mengikuti ekskul basket, dan menjadi salah satu penyanyi yang dikenal di angkatannya karena Ia memiliki suara yang sangat bagus. Kemudian saat SMA sekarang ia baru memasuki OSIS SMA Tirtamarta, untuk memasuki osis tidaklah mudah, tetapi ia dapat memenuhi harapan para penguji. Tetapi dibalik ini semua, Fred tidak mudah untuk menjalankan hidupnya pada akhir-akhir ini. Semua dimulai saat beberapa hari setelah dia memasuki SMP Garuda Cendekia pada tahun 2017, Ayahnya

meninggal dunia dikarenakan stroke atau serangan jantung. Fred sangat dekat dengan ayahnya, tetapi ia tidak bisa berbuat apa-apa saat melihat ayahnya menghembuskan nafas terakhirnya. Kemudian Fred tinggal bersama Ibu dan kakaknya, Tetapi kesedihan Fred tidak berakhir sampai situ. Dengan kepergian Ayahnya, Ibu Fred mengalami stres karena kepikiran suaminya. Menurut Ia ini memicu kanker kepada Ibunya. Pada suatu hari setelah 1 tahun meninggalnya ayah dari Fred, Ia sedang beristirahat saat sekolah, Kemudian seorang guru mendatanginya. Gurunya terlihat panik dan membawa Fred ke ruang guru. Kemudian Ia memberikan hp kepada Fred karena kakaknya telpon. Ia memberikan kabar buruk bahwa Ibunya meninggal dunia. Menurut dia ini semua adalah ujian yang diberikan oleh Tuhan, Fred mengatakan “dunia pasti tidak akan adil tetapi setidaknya apa yang sudah diajarkan akan aku gunakan untuk hal” yang baik dan berusaha untuk membanggakan orang tua saya”. Arivodamar Naryama Arsantyo

Co-Founder Kanakata Raden Roro Rully Larasati yang biasa dikenal dengan nama Rully adalah seorang Co-Founder Kanakata Creative. Beliau dilahirkan di Balikpapan pada tanggal 26 Desember 1977. Masa kecil Rully dilalui di Balikpapan dan Jakarta. Setelah beliau dilahirkan di Balikpapan kemudian beberapa tahun setelahnya beliau pindah ke Jakarta. Dari beliau duduk di PG hingga Sekolah Dasar kelas 4 beliau besar di Jakarta. Dikarenakan ayah dari Ibu Rully pindah kerja ke Balikpapan, sehingga mau tidak mau ia harus mengikuti orang tuanya dan melanjutkan Sekolah Dasar di Balikpapan. Ketika SMP beliau kembali ke Jakarta dan meneruskan pendidikannya di SMP Tarakanita 4. Selama beliau duduk di Sekolah Menengah Pertama, beliau mempunyai cita-cita menjadi dokter karena ia tidak pernah mengalami kesulitan di pelajaran apapun sejak SD. Tetapi saat masuk Sekolah Menengah Atas di SMA Santa Ursula cita-cita menjadi dokter kandas begitu saja. Nilai yang sebelumnya baik-baik saja menjadi sangat sulit untuk diraih karena persaingan di SMA sangat ketat dan berbeda dengan sekolah-sekolah sebelumnya. Saat itu beliau nyaris tidak naik kelas, tetapi karena kegigihan dan kerja kerasnya akhirnya beliau bisa naik kelas dan masuk jurusan bahasa. Pada masa itu, jurusan bahasa dianggap sebagai anak-anak buangan dan tidak pintar. Jurusan A1 atau yang sekarang dikenal dengan jurusan

IPA yang menjadi favorit di kala itu dan tidak semua sekolah mempunyai jurusan bahasa. Di Jakarta kalau tidak salah, kurang dari 10 sekolah yang memiliki jurusan bahasa. Untungnya, pada saat itu suster kepala sekolah memberikan semangat secara khusus kepada anak kelas A4. Suster mengatakan “Kelas A4 tidak perlu berkecil hati. Tidak ada istilah anak buangan. Semua orang punya potensi masing-masing.” Motivasi yang diberikan suster membuat beliau menjadi lebih pede dan mengubah cita-cita menjadi wartawan. Ketika masuk kuliah pilihan pertama beliau adalah Ilmu Komunikasi UI dan pilihan kedua adalah Sastra Jerman UI. Keberuntungan berpihak pada jurusan Sastra Jerman. Beliau pun menjalani dunia perkuliahan ini walaupun sebenarnya ia agak sedikit merasa buntu. Pokoknya belajar dulu saja sembari mencari peluang di sela-sela perkuliahan. Saat kuliah, beliau diajak oleh temannya untuk mengikuti tes masuk marching band dengan iming-iming pasti akan mengikuti kompetisi di Belanda. Akhirnya beliau ikut tes baca not balok. Setelah itu beliau lolos dan bergabung dalam komunitas marching band UI. Setelah berlatih kurang lebih 1 tahun, beliau berangkat ke Prancis untuk kunjungan kebudayaan dan Belanda mengikuti lomba. Suatu kebanggaan karena mendapatkan juara 2 serta bisa menginjakkan kaki di Eropa. Beliau berhasil lulus setelah 5 tahun berlalu di Universitas Indonesia. Begitupun dengan cita-cita menjadi wartawan yang tidak kandas. Waktu itu sedang ada lowongan pekerjaan di Femina. Beliau daftar dan diterima kerja di sana. Awalnya orang tua dari Rully tidak setuju dengan pilihan menjadi wartawan. Mengingat jam kerja yang tidak menentu dan faktor keamanan yang tidak terlalu terjamin. Nyatanya,

begitu bekerja menjadi wartawan gaya hidup, tantangannya tidak seberat menjadi wartawan koran harian atau media televisi. Selama menjadi wartawan, beliau belajar banyak. Bisa bertemu orang banyak, belajar menulis dengan cepat, bekerja dengan tenggat waktu, bertemu dengan banyak public figure (seperti pak Ahok, Nadine Chandrawinata, Titi Kamal, Candil Seurieus, dan masih banyak lainnya), menonton konser, dan wawasan semakin bertambah sehingga kemampuan dalam menulis terasah. Pengalaman wawancara beliau bisa pergi ke luar negeri, mendapat liputan ke Jepang, Australia, Singapore, Malaysia, Thailand, dan ke beberapa tempat di Indonesia. Salah satunya adalah NTT. Setelah 7 tahun berkarier, beliau memutuskan untuk resign karena mau mengurus anak. Tetapi selama di rumah, beliau tetap menjadi pekerja freelance, penulis lepas, mengedit novel, dan menerjemahkan novel. Beberapa bulan setelah resign, beliau dipanggil lagi sama bos di Femina untuk kembali bekerja karena bos beliau masih melihat potensi Rully untuk bekerja. Beliau memutuskan untuk bekerja kembali di Femina dan masuk di media digital. Setelah kembali bekerja selama 4 tahun, beliau memutuskan keluar lagi dan membangun usaha dengan mantan rekan kerja di Cita Cinta Femina Group. Sejak 2015, beliau mempunyai usaha sendiri di bidang penerbitan yang bernama Kanakata dan masih berjalan hingga saat ini. Setelah resign, beliau tidak menyesal atas pilihan tersebut. Tetapi lebih kepada tekanan karena tadinya punya karier, ada identitas sebagai wartawan. Sempat sedikit malu karena menjadi ibu rumah tangga. Lalu mulai malas menjawab pertanyaan “Menyesal tidak resign dari kantor?”. Kenyataannya, melihat pertumbuhan anak di rumah lebih penting dibandingkan harus meninggalkan anak di rumah. Saat ini, beliau sedang menjalani kehidupannya dengan perasaan senang. “Life is never easy” kata

beliau. Ini adalah hidup. Manusia pada akhirnya mempunyai hakikat harus bekerja dan bergerak. Jadi harus di gas terus. Beliau tidak bisa membandingkan perasaan senangnya saat masih kerja kantoran atau punya bisnis. Masing-masing dari pekerjaanya itu mempunyai kelebihan dan kekurangan. Terkadang ada kerinduan untuk kerja kantoran, temannya banyak, jaringannya luas, malas atau tidak malas bekerja pasti dapat gaji. Sedangkan kalau punya bisnis, pemikirannya tidak bisa seperti itu. Eagles fly alone. Pengusaha diibaratkan sebagai elang. Dia harus menjalani dan menghadapinya sendiri. Kalau malas, duit tidak ada yang datang. Tantangannya saat ini kalau jadi pebisnis tidak pasti. Kalau sudah bergerak kadang kliennya tidak kunjung datang. Bagaimanapun juga harus lebih giat dan kreatif untuk mencari cara-cara baru agar bisnisnya dapat berjalan terus. Benedetta Nedra Widiarto

Catherine Imanuela Shanita, Bertubuh Mungil tetapi Penuh Semangat Catherine Imanuela Shanita, merupakan seorang mahasiswi dari Universitas Diponegoro, ia biasanya akrab dipanggil Catherine. Catherine adalah anak tertua dari sepasang suami-istri bernama Petrus Harjono dan Margaretha Mila Rafany dan ia mempunyai 1 orang adik. Catherine lahir di Depok, tepatnya pada tanggal 2 Mei 2002. Ia lahir di Rumah Sakit Sumber Bahagia, Depok. Catherine dikenal sebagai orang yang ceria, dan aktif. Kegiatan yang menjadi hobinya adalah membaca buku dan bermain alat musik, ia jago dalam bermain piano dan beberapa kali menjadi organis di gerejanya. Catherine memulai pendidikannya di TK Permata Bunda, Cimanggis. Setelah lulus TK, ia melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi, yaitu SD, dan ia bersekolah di SD Mardi Yuana Depok pada saat itu. Pada saat masih SD, ia mengikuti Marching Band dan ikut ke dalam Paduan Suara di sekolahnya. Setelah menempuh Ujian Nasional, ia pun lanjut naik ke tingkat SMP. SMP Regina Pacis Bogor merupakan sekolah yang dia tuju setelah dia lulus dari SD. Dia memutuskan untuk masuk ke sekolah yang jauh dari rumahnya, yaitu di Bogor karena ia ingin mencari suasana baru, sekolah yang baru, dan teman-teman serta lingkup sosial yang baru pula, sekaligus melatih dirinya menjadi lebih mandiri, dengan cara berangkat dan pulang dari sekolah sendiri tanpa harus di antar-jemput

oleh orang tua. Di masa SMP nya, ia mengikuti kegiatan Paduan Suara di sekolahnya. Lanjut ke masa SMA, Catherine memutuskan untuk melanjutkan pendidikannya di sekolah yang sama, yaitu SMA Regina Pacis Bogor. Di masa SMA nya, ia mengikuti beberapa perlombaan Paduan Suara dan berhasil mendapatkan juara 1 di perlombaan Pakuan Choir Competition. Setelah melewati masa yang menyenangkan dan menegangkan karena harus menghadapi ujian akhir, akhirnya Catherine lulus dengan nilai yang cukup memuaskan pada tahun 2020. Catherine pun lulus dari SMA, dan bersamaan dengan itu, pandemi Covid-19 pun juga berlangsung. Catherine memutuskan untuk mengikuti ujian di Universitas Diponegoro, Semarang dan diterima. Ia awalnya berkuliah dengan mengambil jurusan Teknik Kimia, namun karena satu dan lain hal Catherine berpindah jurusan ke Akuntansi Perpajakan. Saat ini, ia mengikuti Paduan Suara di kampusnya walaupun dengan cara online, dikarenakan sampai saat ini masih berada dalam pandemi Covid-19. Kegiatan sehari-harinya sekarang seakan berubah semenjak adanya pandemi Covid-19 ini, contohnya seperti aktivitas kuliahnya yang harus dilakukan secara online dengan bantuan aplikasi-aplikasi online. Pandemi COVID-19 juga merubah beberapa hal di hidupnya, seperti menjadi lebih introvert, karena semuanya sekarang serba online, kita tidak diperkenankan untuk bertemu teman atau keluarga terlebih dahulu, apalagi sebagai mahasiswa baru yang harus mencari teman baru pula, ia merasakan kesulitan untuk beradaptasi, namun menurutnya semua ini harus dilalui karena merupakan bentuk dari adaptasi dirinya terhadap situasi yang sedang terjadi sekarang ini. Hingga sekarang, Catherine masih menunggu pemberitahuan dari kampusnya tentang kapan kampus akan dibuka kembali seperti biasa karena sekarang situasinya sudah

hampir normal. Rencananya untuk masa depan adalah berusaha untuk mencari pengalaman yang baru, mencari tahu segala sesuatu yang bisa berguna untuk masa depannya agar mendapatkan pekerjaan yang layak, dan bisa menjadi orang yang sukses dan berguna bagi sesama. Benedictus Kevin Adi Yudhistira

Harrel beniam Oppier si Pebasket Handal Ia adalah Harrel Beniam Oppier, ia lahir di Jakarta, 22 September 2005. Ia lahir dari keluarga berkecukupan, orangtuanya bernama Arthur oppier dan Nofta Leberina Nanlohy. Ia merupakan anak kedua dari 2 bersaudara, ia memiliki kakak bernama Hanna. Dari kecil Harrel menjadi anak yang periang dan aktif, ia bersekolah di Asisi Jakarta dari TK hingga SMP. Selama Harrel bersekolah, ia sama seperti murid lainnya. Harrel mempunyai banyak teman dan sangat aktif. Namun saat SD kelas 3, ia tidak naik kelas karena nilai di kelas kurang baik. Harrel tinggal kelas dan sekarang ia bergaul dengan adik kelas nya. Selama ia bergaul bersama angkatan dibawahnya, ia mengenal olahraga basket. Saat kelas 6 SD, Harrel mulai mencoba bermain basket. Saat itu ada class meeting, semua kelas bertanding untuk memenangkan perlombaan antar kelas. Harrel pun mengikuti lomba basket dan ia sangat bangga karena ia bisa menembak bola dari jauh dan masuk ke dalam ring basket. Sejak itulah kecintaan Harrel akan olahraga basket mulai muncul.

Masa SMP pun tiba, Harrel semakin giat bermain basket. Ia sering bermain dengan teman sekelas dan kakak kelas, dan ia mengikuti ekstrakurikuler basket. Disini Harrel mendapat pengalaman yang kurang menyenangkan. Harrel sering dibully karena cara dia bermain basket masih acak-acakan dan skill yang dia punya masih kurang. Dia kerap dipanggil “Nafas badak” dan “Bar Bar” oleh kakak kelas yang suka membully dia. Saat kelas 8, Harrel terpilih menjadi pemain di lomba basket Gonzfest dan Tarsat Cup. Ia sangat bersemangat dan senang saat itu, di Gonzfest dia sangat berharap dimainkan oleh pelatih, namun ia sama sekali tidak dimainkan saat itu. Harrel pun mengikhlaskan itu dan berharap saat Tarsat Cup dimainkan pelatih. Tarsat Cup pun datang, Harrel sangat bersemangat karena ia yakin akan dimainkan di Tarsat Cup. Asisi sangat bagus bermain di Tarsat Cup, disitu Asisi tidak pernah kalah sekali pun. Harrel yang menyaksikan sekolahnya menang dan tidak pernah kalah makin berharap dimainkan oleh pelatihnya, namun dari game pertama dia masih belum pernah dimainkan. Hari final pun tiba, Asisi melawan tuan rumah yaitu Tarakanita 1. Harrel pun dimainkan oleh pelatih, ia sangat senang saat itu. Namun setelah berlarian dan baru mendapat bola, pelatihnya tiba-tiba menggantinya dengan pemain lain. Harrel sangat bingung dan langsung merasa rendah saat itu, ia bingung karena ia baru dimainkan dan 30 detik setelah itu langsung digantikan oleh pemain lain. Sedangkan teman nya yang bernama Ben selalu menjadi pemain andalan Asisi, Ben selalu bermain di setiap game dan babak. Namun hal itu ia hiraukan sementara dan bersenang-senang karena sekolahnya baru saja memenangkan kejuaraan Tarsat Cup. Hari demi hari

berlalu, Harrel berlatih basket supaya skillnya dalam basket bisa meningkat. Ia pun bergabung dengan salah satu klub basket, club itu bernama ”Victoria Basketball Club”. Pertama kali dia masuk ke club itu dia langsung merasa kaget dan tercengang. Harrel merasa skill basketnya masih sangat jauh dibawah rata rata pemain di club Victoria. Setiap latihan Harrel merasa sulit beradaptasi dengan klub barunya, ia merasa tertinggal jauh dengan skill yang dimiliki oleh teman teman club nya. Harrel tidak pernah menyerah, meski cara bermain nya masih acak acakan dan tidak beraturan, ia tetap berlatih dengan giat. Pandemi COVID-19 tiba, sekolah tidak mengadakan kegiatan pembelajaran tatap muka. Di saat ini Harrel melihat kesempatan untuk berkembang. Ia mulai berlatih konsisten setiap minggu di lapangan basket dekat komplek nya. Seringkali ia mengajak Ben dan teman-temannya untuk bermain dan berlatih basket bersama. Proses berkembang Harrel mulai terlihat. Ia sering kali bermain di kejuaraan wilayah mewakili klub nya. Ia dikenal sebagai pemain yang memiliki dribble dan handling bola yang bagus. Saat ini ia masih bermain di club Victoria Basketball Club. Ia tetap berlatih keras walau ia tahu kalau dia adalah pemain andalan dan sering dikagumi pemain lain. Pencapaian tertinggi yang Harrel dapat sampai saat ini adalah memenangkan kejuaraan Ignite Sport. Memenangkan kejuaraan ini sulit, karena ini adalah kompetisi 3 lawan 3. Jadi Harrel dan tim nya harus bekerjasama dengan baik untuk memenangkan kejuaraan itu. Kerjasama

tim itu terwujud karena mereka berhasil memenangkan kejuaraan itu dan membawa pulang hadiah sebesar 1 juta rupiah. Sekarang ia bersekolah di SMAN 79 Jakarta. Harrel masih bermain basket dan mengembangkan bakatnya di permainan basket untuk mencapai cita-citanya yaitu menjadi pemain basket profesional. Motivasi Harrel semangat berlatih basket adalah mengingat dahulu ia pernah iri melihat temannya (Ben) bermain di kejuaraan wilayah sedangkan Harrel masih dibully oleh kakak kelasnya. Dengan motivasi itu ia makin semangat berlatih dan bermain basket. Benedictus Nichoulas Sulistyo Paulus

Alexander Dhimas Manusia Penuh Semangat Pada 17 Agustus 2006 Alexander Dhimas Yudistira dilahirkan di Jakarta Utara, tepatnya di Rumah Sakit Pantai Indah Kapuk. Alexander Dhimas Yudistira memiliki kakak yang umurnya berbeda 1 tahun, kakak dari Alexander Dhimas bernama Maria Serafina Nadhisaputri. Kedua orang tua dari Alexander Dhimas dan Maria Serafina Nadhisaputri bernama Trisna Yudhianto Prakoso dan Maria Mirasari. Sewaktu Dhimas masih kecil ia sangat suka bermain bola kaki, seringkali ia bermain bola hingga larut malam. Orang tua Dhimas pun heran kenapa bocah kecil ini sangat suka bermain bola sampai tidak tahu waktu. Sewaktu Dhimas bersekolah di tingkat SD, Dhimas sangat senang bersosialisasi, ia adalah bocah yang sangat tidak bisa diam ketika sedang kelas. Bocah yang sangat petakilan namun juga aktif. Di semasa Dhimas masih SD ia tidak suka belajar kecuali materi olahraga. Ia sangat menyukai olahraga, saat kelas 3 SD ia mulai serius dengan olahraga basket. Sejalannya waktu, saat Dhimas menyentuh SMP Dhimas mulai makin serius dalam olahraga basket dia dapat banyak apresiasi dari turnamen-turnamen basket di sekolah-sekolah SMP. Kemudian, beberapa bulan setelah Dhimas menyentuh kelas 8 ada virus yang bernama COVID-19. Dhimas bingung harus ngapain karena ia

selalu melakukan aktivitas di rumah dan jarang keluar kamar karena pandemi ini. Dhimas naik ke kelas 9 secara online dan makin kesini Dhimas makin sering tidur dan tidak berolahraga. Beberapa bulan saat Dhimas di kelas 9, ia mulai berolahraga dan mulai bermain basket lagi dan hidup sehat. Dhimas sering beraktivitas diluar rumah seperti berolahraga basket bersama teman-teman SMP nya. Dhimas terus berolahraga seminggu 2 kali saat ia kelas 9. Tahun terakhir Dhimas di SMP membuat Dhimas sedih, karena ia tidak bisa merasakan bagaimana rasanya benar-benar menjadi kakak kelas di SMP nya. Dhimas sangat ingin merasakan duduk di bangku kelas 9 yaitu kelas di lantai teratas di SMP nya. Setelah selesai Ujian, Dhimas berencana untuk mencari SMA yang cocok untuknya, ternyata Dhimas memilih SMA Kolese Gonzaga. Ketika libur kenaikan kelas, Dhimas menjadi kurang aktif dalam berolahraga dan hidup sehat. Ia lebih sering pergi bersama teman-temanya, bergaul, dan bersosialisasi. Tapi, baiknya Dhimas bergaul dan bersosialisasi dengan teman-temannya yang akan masuk ke SMA Kolese Gonzaga juga. Dhimas menjadi akrab dan dekat dengan teman barunya sebelum memasuki SMA. Setelah libur kenaikan kelas, Dhimas dan teman-teman angkatannya di SMA Kolese Gonzaga berkesempatan untuk merasakan MIG 2021. Setelah pekan MIG selesai, saya dan Dhimas menjadi dekat dan berteman dengan teman-teman lainnya. Sampai sekarang di kelas 10 Semester 2 di SMA Kolese Gonzaga, saya, Dhimas dan teman-teman lainnya masih akrab dan menjadi teman yang baik. Sekarang Dhimas dengan saya dan teman teman yang lain sedang menjalankan sekolah dan Dhimas dan teman temannya akan menjalankan sekolah dengan cara bersama. Britain Reinard Allesandro Lukito

Nadhine si Aktif Dia temanku namanya adalah Nadhine Vricilya Caesarya Sihombing, biasa dipanggil Nadhine. Dia lahir di Jakarta pada tanggal 1 Agustus 2006. Dia bersekolah saat SD di Slamet Riyadi. Dan saat SMP dia bersekolah di SMP Marsudirini. Dia memiliki hobi yaitu membaca buku, mendengarkan musik dan melakukan sesuatu yang baru atau bisa disebut try something new. Kesibukkan yang baru baru ini dia lakukan adalah berlatih basket, mengerjakan rangkaian tugas, dia juga sering membaca buku, dia juga senang mencari hal baru, dan kesibukkan yang paling sering dia lakukan adalah rapat acara . Prestasi yang telah diraih selama bersekolah di Gonzaga ini adalah mendapatkan summa cumlaude dan mendapatkan beasiswa. Dia cukup aktif di Gonzaga, mengikuti berbagai komunitas yaitu ZEST, musik, amnesty, media sosial. Bahkan dalam kelas 10 ini dia sudah mengikuti kepanitian dalam suatu kegiatan di Gonzaga yaitu menjadi kepanitiaan di LKI 2022, yakni menjadi Wakil Koordinator Acara Gonzaga Charity Raffle. Saat SMP dia sering mengikuti perlombaan basket, hingga akhirnya dia dipercaya oleh sekolah untuk mewakili sekolah dalam beberapa perlombaan basket di luar sekolah. Sampai sekarang dia juga masih sering mengikuti pelatihan basket.

Nadhine sendiri juga memiliki motto hidup yaitu “JALANIN AJA DULU”, dia selalu berfikir bahwa setiap hal yang ada harus dijalankan dahulu. Dari dulu dia sangat menginginkan seorang adik, karena dia adalah anak tunggal dia selalu merasa kesepian karena harus sendirian saat dirumah. Dia juga pernah mengikuti live in saat SMP, dan saat itu dia mendapatkan sebuah keluarga yang memiliki seorang adik kecil. Dia sedih, karena yang selama ini dia inginkan tidak bisa tercapai namun bisa ditemukan di keluarga ini. Dia menghabiskan banyak waktunya dengan bermain bersama adik tersebut. Dia benar-benar bahagia sekali saat bisa bermain bersama adik dan keluarga tersebut. Dia sempat menangis, dan berfikir bahwa kenapa dia gak dilahirkan dan dibesarkan di panti asuhan?. Sejak kecil dia merasa kurang mendapatkan kasih sayang, karena orangtua dia bekerja, maka dari kecil dia selalu merasa sendiri. Saat itu Mama dia sempat keguguran, dan akhirnya memutuskan untuk berhenti bekerja. Dari setelah itu dia banyak menghabiskan banyak waktu bersama mamanya dengan bahagia. Tapi, saat itu dia sudah mulai bersekolah, sekolah yang membuat dia merasa nyaman karena dia tidak merasa sendirian dan juga dia bisa bertukar cerita banyak dengan teman-temannya. Saat kembali ke rumah dia merasa seperti biasa saja dan dia mulai merasakan hidupnya berubah sejak awal pandemi. Karakter dari mamanya yang membuat dia mulai memahaminya, dia sering dimarahi, dipukul. Dari situ dia lebih memilih untuk menghabiskan waktu bersama temannya diluar. Dan itu terus terjadi sampai dia dirumah kebiasaan yang selalu dia lakukan terasa seperti biasa. Namun, dari sikap itu dia berusaha untuk bersikap dewasa. Dia menghadapi semua masalah tersebut, walau terkadang semua sikap itu

terasa menyakitkan. Bahkan, dia juga sering menyakiti dirinya. Namun, dia juga selalu memprioritaskan orang lain daripada diri dia sendiri. Caecilia Andrea Mirani

Michelle Audreyla, Kehidupan Pasang Surut Michelle Audreyla Silaen atau biasa dipanggil Michelle oleh orang-orang disekitarnya memiliki hobi bernyanyi dan bermain musik. Ia lahir di kota Bandung pada tanggal 6 Agustus 2006 dari pasangan Richard Chrisbianto Silaen dan Lilis Armida Ratna Simanjuntak. Michelle memiliki seorang kakak bernama Michael Christian Marojahan Silaen yang selisih umurnya 2 tahun lebih tua dari adiknya. Kedua orang tuanya berprofesi sebagai pengusaha sejak mereka masih kecil. Ia pertama kali masuk sekolah di tahun 2012-2018 di SD Pangudi Luhur Jakarta. Kemudian setelah lulus melanjutkannya ke SMP Pangudi Luhur dari tahun 2018-2021. Dan kemudian melanjutkan sekolah lagi di SMA Kolese Gonzaga Jakarta. Di SMA ini ia mengikuti kegiatan komunitas yaitu surga (suara gonzaga). Disaat perjalanan ia memasuki SD sampai SMA ini, ia mempunyai beberapa prestasi. Saat SD ia mendapat ranking 5 besar setiap tahunnya, paduan suara juara 3 di SD Desa Putra. Di SMP, ia memenangkan juara 3 lomba paduan suara di SMP Penabur ajang Internasional mewakilkan Pangudi Luhur Youth Choir, dan masih banyak lagi.

Di balik itu semua, disaat mulai pandemi COVID-19 tahun 2020, ia mengalami hidup yang berat. Hubungan dengan keluarganya mulai berkurang, ia merasa kesepian, merasa tidak mempunyai tujuan hidup, sering berpikir berlebihan (overthinking), ia merasa kehilangan dirinya sendiri. Ia juga seringkali berpikir bahwa dirinya merasa tidak dibutuhkan oleh sekitarnya (feeling unwanted), merasa bahwa dirinya sebagai beban di lingkungan keluarga dan pertemanannya. Ia juga pernah dilecehkan dalam bentuk body shaming oleh temannya. Ia memikirkan bahwa dirinya tidak layak untuk hidup sehingga berpikir untuk mengakhiri hidupnya dengan cara menyakiti diri sendiri (self harm). Tetapi disaat ia berada di bawah, ia berpikir bahwa ada alasan untuk dia tetap bertahan hidup. Di benaknya, alasan ia untuk tetap bertahan hidup adalah Tuhan. Ia merasa bahwa dirinya tidak pernah dekat dengan Tuhan, sehingga ia mencoba untuk mendekatkan dirinya kepada Tuhan. Ia berpikir bahwa “Tuhan tidak akan memberi banyak cobaan jika hambanya tidak mampu” katanya. Maka dari itu, ia percaya bahwa ia mampu melewati cobaan atau hal itu semua. Selain mengingat Tuhan, ia juga melakukan beberapa hal untuk tetap bertahan hidup, yaitu dengan cara mencintai diri sendiri. Ia mencintai dirinya sendiri dengan berolahraga, melakukan hobi atau kegiatan yang ia sukai, dan sebagainya. Kehidupannya juga sekarang mulai mengalami perubahan dari sebelumnya. Ia menjadi semakin percaya diri, bisa menenangkan diri dan pikirannya dari hal-hal yang buruk dan dapat menemukan cara untuk menyelesaikan masalah dengan baik. Clea Adrienne Wikhova

Mira dan Lupusnya Mira Sylvania Setianingrum atau yang kerap dipanggil Mira ini lahir di Kuningan, 1 Februari 1982. Mira adalah anak pertama dari pasangan Antonius Sunarso dan Nining Syahrini. Beliau memiliki 3 orang saudara kandung 2 diantaranya adalah laki-laki dan 1 perempuan. Mira menjalani studi S1 Fakultas Hukum di Universitas Padjadjaran. Sebelum menjalani studinya beliau bersekolah di TK, SD, dan SMP Yos Sudarso Kuningan. Mira pernah bilang “Aku menjalani hidup yang biasa-biasa aja di tengah keluarga yang sederhana. Tidak ada hal yang istimewa yang terjadi selama 24 tahun aku menjalani hidup, hidup aku lurus-lurus aja, sampai pernah suatu kali aku menantang Tuhan untuk kasih sesuatu yang luar biasa biar hidup aku tidak membosankan. Sebagaimana kebanyakan orang lain aku juga hidup dalam mimpi-mimpi, berharap suatu saat menjadi orang kaya dan hidup bersama dengan orang-orang yang aku cintai.” Mira bukan orang yang pintar sekali tapi dalam setiap jenjang pendidikan Mira akan berusaha dan menjadi yang terbaik. Setelah lulus kuliah Mira bekerja sebagai Legal Officer di salah satu developer di Cikarang. “Masih tetap tidak ada yang istimewa setelah aku bekerja dan menghasilkan uang sendiri” kata Mira. Mira lahir di sebuah desa kecil yang masih sangat alami, bersih dan berudara sejuk. Kondisi ini yang


Like this book? You can publish your book online for free in a few minutes!
Create your own flipbook