Important Announcement
PubHTML5 Scheduled Server Maintenance on (GMT) Sunday, June 26th, 2:00 am - 8:00 am.
PubHTML5 site will be inoperative during the times indicated!

Home Explore Aidit Dua Wajah Dipa Nusantara

Aidit Dua Wajah Dipa Nusantara

Published by Fiyyano e-Library, 2023-06-14 11:44:57

Description: Judul : Aidit: Dua Wajah Dipa Nusantara
Penulis : Tim Buku Tempo
Penerbit : Perpustakaan Populer Gramedia
Tahun : 2015
Edisi : 3

Deskripsi :
Selama bertahun-tahun orang mengenalnya sebagai "orang jahat". Pria gugup dengan wajah dingin dan bibir yang selalu diolesi asap rokok. Ia adalah Dipa Nusantara Aidit yang dikenal lewat film Pengkhyanatan G30S/PKI. Di layar perak kita ngeri membayangkan sosoknya: seorang lelaki penuh tipu muslihat, dengan bibir bergetar memerintahkan pembunuhan massal 1965. Siapakah Aidit? Memimpin PKI di usia 31 tahun, ia hanya membutuhkan waktu satu tahun untuk melambungkan partai tersebut ke dalam kategori empat partai besar di Indonesia pada Pemilu 1955. PKI diklaim memiliki 3,5 juta pendukung dan menjadi partai komunis terbesar di dunia. setelah Partai Komunis di Uni Soviet dan Republik Rakyat Cina. Aidit memimpikan Indonesia tanpa kelas, namun hancur dalam badai tahun 1965. Setelah itu, seperti Peristiwa G30S, hal itu menjadi mitos belaka.

Search

Read the Text Version

I A i d it d e kat d e n g a n yang bergerilya di Jakarta pada masa Wika n az yang pendudukan Jepang hingga kembalinya I m e m i m p i n p e rj u a n g a n Belanda. Sukarno dan Hatta bahkan P K I bawa h ta n a h d i mengenalnya dengan b aik sejak ' 11 1 periode awal Angkatan Barn Indonesia Barat. Buku-buku di Asrama Menteng 31. 11 berte m a M a rx i s m e d a n sos i a l i sm e m e nj a d i Menteng 3 1 dulunya hotel bernama '! b a ca a n uta m a n y a . Schomper I. Setelq.h Belanda pergi pada 1942 tempat itu menjadi salah I satu basis perlawanan anak muda. Di Jqi' tempat yang kini berubah nama menj adi Gedung Joang I 45 itu , Aidit dan teman-teman mendapat gemblengan 1 1I dari bapak bangsa seperti Bung Karno, Bung Hatta, Amir Sj arifuddin, Achmad Soebardjo, dan Ki Hajar Dewantara. Budayawan dan penerjemah Oey Hay Djoen mengatakan, Hatta amat menyukai Aidit yang cerdas dan berani. \"Belakangan, ketika Aidit mulai terlibat dengan kelompok kiri, Hatta marah , \" uj arnya. Maklum, Aidit dekat dengan Wikana, yang memimpin pe1juangan PKI bawah tanah di Jawa Barat. Buku-buku bertema Marxisme dan sosialisme menj adi bacaan utamanya. Aidit dan Wikana kian rapat setelah Laksamana Maeda, pimpinan Angkatan Laut Jepang di Indonesia, mendirikan sekolah Dokuritsu Juku (Asrama Kemerdekaan). Saat itu se­ kitar setahun sebelum proklamasi. Wikana menj adi kepala sekolah tersebut. Aidit, M.H. Lukman, Sidik Kertapati, Chalid Rasjidi, dan puluhan pemuda lain menjadi siswa. Nishijima, salah seorang pengasuh sekolah ini, mengatakan, \"Meski tak menyelesaikan kuliah, pelajar sekolah ini ikut berperan dalam mendirikan Republik\" (Tempo, Agustus 1987). Sekolah ini memanfaatkan fasilitas Kaigun (Angkatan Laut Jepang) di belakang Komando Angkatan Laut Gunung ( } r , 1 1 1 q 1\\ 1 1 1 l i 1 d o 1 H \" , 1 o 1 · I > N . /\\ 1 d 1 1

Sahari, Jalan Defenci van de Bosch-kini Bungur Raya. D i Gedung sekolah inilah diam-diam Aidit, Chalid Rasjidi, dan Salam Joang 45. membentuk organisasi semi-militer yang beraksi menyerang tentara-tentara Jepang dengan nama Banteng Merah. D u l u asra m a m a h a s i swa Setelah proklamasi kemerdekaan, pada awal September, tem pat para aktivis Menteng 3 1 membentuk Angkatan Pemuda Indonesia pemuda (API). Wikana mereka pilih sebagai ketua. Sekretarisnya berkum pu l AM. Hanafi. \"Bang Amat (D.N. Aidit) menj adi Ketua API termasuk Jakarta Raya,\" ujar Murad, yang terdaftar sebagai anggota A i d it . API dengan nomor 13. API segera menjadi momok bagi Jepang, lalu Sekutu yang datang kemudian. Di bidang keorganisasian mereka membentuk Barisan R akyat yang mengorganisasi para petani. Sidik juga mencatat sebuah pengalaman menarik tentang Aidit sewaktu di lapangan Ikada-sekarang Monas-pada 19 September 1945. Ketika itu API bersama barisan buruh dan

t a 1 1i m · i n pra k:: u:::.ai s buah r a p a :t raksa ·a u n t ul n w 1 1 1 1 1 1j 1 1 k k a n d u kungan rakyat kepada para pimpinan negara. Tapi, hingga waktu yang direncanakan, Bung Karno tak juga muncul. Massa yang datang sejak pagi mulai marah. Tiba-tiba, di bawah todongan moncong senapan tentara Jepang yang me­ ngelilingi Ikada, Aidit bersama Suryo Sumanto naik podium. Mereka mengajak massa menyanyikan lagu perjuangan, antara lain Darah Rakyat, Padamu Negeri, dan Maju Tak Gentar. Massa pun tenang kembali hingga Bung Karno tiba. Rapat di lapangan Ikada membuat tentara Jepang naik darah. Mereka merazia Asrama Menteng 31. Para pemimpin API, termasuk Aidit, M.H. Lukman, Sidik Kertapati, dan A.M. H anafi, mereka bawa ke penjara Jatinegara. Aidit dan teman-teman berhasil menyogok penjaga penj ara dan kabur. Dan sejak itu aktivitas Menteng 31 berhenti. Aidit kembali ke jalan, memimpin API Jakarta melakukan serangan-serangan \"kecil\" terhadap tentara Netherlands Indies Civil Administration (NICA) yang datang membonceng sekutu pada 28 September 1945. Para aktivis API bermarkas di tepi Jalan Kramat R aya. Sebuah gerbong trem sengaja mereka taruh di depan pos untuk bersembunyi saat membidik patroli sekutu. Hampir setiap jip sekutu yang melaju dari Markas Batalion X di Lapangan Banteng menuju Jatinegara mereka tembaki. Kalau dikejar, mereka berpencar melarikan diri ke perkampungan Kramat Pulo. Itu terj adi berulang-ulang hingga tentara Sekutu meledakkan markas APL Puncak aktivitas \"bawah tanah\" Aidit pada periode se­ kitar kemerdekaan adalah pada 5 November 1945. Ketika itu Aidit bersama Alizar Thaib memimpin sekelompok pemuda menyerbu pos pertahanan Koninklijke Nederlands-Indische Leger atau Tentara Kerajaan Hindia-Belanda. Namun 38 Orang Kiri I n donesia: D , N , Aidit,

1 1 1 ' rdrn H i n I , k q J ·r • o l t ntara l nggri yan be r p a :l roli cl ·n a n li m a t r u k. Se kitar 3 0 aktivis tertangkap, termasuk Aidit. Tentara Inggris menyerahkan mereka ke Belanda, yang lalu membuang mereka ke Pulau Onrust, di gugusan Kepulauan Seribu, utara Jakarta. Aidit bebas tujuh bulan kemudian, setelah kesepakatan Hoge Voluwe di Belanda pada 24 April 1946. Ketika itu ibu kota negara sudah pindah ke Yogyakarta. Cuma sehari di Jakarta, dia lalu menyusul teman-temannya ke Yogya, me­ numpang kereta dari Karawang. ■ Aidit d a n Revol usi 1 94 5 39

Bera kh i r Seperti M u sso M u s s o meng u ba h paham revo l u s i oner Dipa N u santara Aidit menjadi a k s i . Kedu anya tel a h mencoba, keduanya gaga l . KEDATANGAN Musso dari Rusia membangkitkan gairah revolusi Dipa Nusantara Aidit. Ia begitu terkesan pada gagasan Musso, \"Jalan Baru bagi Republik\" . Menurut arsitek pemberontakan PK.I di J-awa dan Sumatera pada 1926 itu, yang kemudian dilibas Belanda, seluruh kekuatan sosialis komunis harus disatukan. Untuk merebut kekuasaan, PK.I tak boleh bergerak sendiri. Pada pertengahan 1948 itu, Aidit muda ditugasi meng­ koordinasi seksi perburuhan partai. Padahal umurnya baru 25 tahun, banyak yang lebih senior dan berpengalaman . Posisi strategis ini merupakan kepercayaan besar bagi lelaki tamatan sekolah dasar itu. Musso mencela Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus. Menurut dia, revolusi itu justru merupakan kegaga lan besar 'kaum revolusioner. Kepemimpinan nasional jatuh ke tangan individu yang ditudingnya bor:juis: Sukarno- Hatta. B u kan ke ge nggaman ]m u m proletar, b u ru h , dan t a n i . i i a p i n i

diyakini Aidit. Baginya, kehadiran Musso menjanjikan aksi, D.N Aidit. bukan sekadar angan revolusi. P i d ato s e b a g a i Ketua CC PKI, Hanya sebulan setelah Aidit menerima jabatan 1 955- koordinator seksi perburuhan partai, tepatnya pada dini hari 18 September 1948, tiga letusan pistol menyalak di kesunyian Kota Madiun, Jawa Timur. Massa yang menyebut dirinya kaum revolusioner bergerak. Puluhan ribu buruh dan tani merangsek mengambil alih kekuasaan pemerintah di daerah-daerah. Musso mencoba mendirikan apa yang disebutnya \"Soviet Republik Indonesia\". Madiun, Magetan, Cepu, Blora, dan sejumlah kota di Jawa Tengah dan Jawa Timur dikuasai massa PK.I. Bendera merah bergambar palu arit ditancapkan di banyak tempat. Sukarno meminta rakyat memilih: dirinya atau Musso, yang dicapnya sebagai pengkhianat Republik. Musso balik menuduh Sukarno-Hatta sebagai kolaborator imperialis. Ini fase penting sekaligus genting bagi karier politik Aidit. Aksi massa revolusioner di lapangan berujung getir. Mayoritas pemimpin partai tertangkap, lalu dihukum

tembak. Menurut Suripno, seorang pentolan partai yang berakhir di ujung bedil, gerakan gagal karena sepi dukungan rakyat. Layu dalam dua pekan. Pengalaman itu terasa semakin pahit bagi Aidit. Mentor yang digugu, Musso, tewas ditembak tentara. Sempat ter­ tangkap di Yogyakarta, Aidit cukup beruntung lepas karena tak dikenali. Belakangan, setelah jadi Ketua Comite Central PKI, Aidit menyebut peristiwa itu sekadar \"permainan anak­ anak\" (kin d ersp el). Ia menuduh Mohammad Hatta, perdana menteri saat itu, sebagai pihak yang memprovokasi. Amerika Serikat dicu,rigai di belakang pemerintah untuk melawan \"bahaya merah\". Dari Yogyakarta, Aidit \"hijrah\" ke Jakarta, dan dikabar­ kan kabur ke Beijing, Cina. Namun, menurut buku karangan Murad Aidit, sang abang bersembunyi di daerah pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta Utara. Ia memakai nama samaran Ganda. Bergerak dalam senyap, bersama beberapa yang tersisa, Aidit mencoba membangun kembali partai yang terserak. Aidit masih setia pada ige Musso. Lewat penerbitan Bintang Merah, ia menyebarkan lagi paham revolusioner dan anti­ imperialis. Ia kerap mencantumkan nama \"Alamputra\" di bawah tulisannya. Tiga tahun berlalu, karier politik Aidit makin moncer. Ia \"mengkudeta\" kelompok PKI tua, Alimin dkk, yang dinilai melakukan banyak kesalahan. Tan Ling Djie, anggota senior politbiro, didepak karena perbedaan pandangan politik. Didukung sejumlah aktivis muda dalam Kongres V PKI, 1951, ia berhasil mencapai posisi Ketua Comite Central PKI. Aidit terus di puncak kekuasaan itu hingga tak lama setelah Gerakan 30 September 1965. Seperti Musso, Aidit berakhir diterjang peluru. ■

Tiga Sekawan The Three M usketeers Aidit, L u kman, dan Njoto bah u ­ memba h u mem besarkan partai. Karena perempuan, Nj oto ters i s i h . MADI U N , 19 September 1948. Revolusi memakan anak sendiri. Sebelas pemimpin teras PKI tewas. Musso, Amir Sjarifuddin, dan Maroeto Daroesman ditembak mati di Desa Ngalihan, Solo. Partai limbung, tercerai-berai. Tiba-tiba muncul tiga anak muda, Aidit, Njoto, dan Lukman, bagaikan Th e Thre e Musk e t e ers. Mereka muncul menjadi tulang punggung partai. Ketiganya menghidupkan partai-dan bisa membuat lebih besar. Mereka kemudian dikenal sebagai trisula PKI: Sekretaris Jenderal, Wakil Sekjen I , dan Wakil Sekjen II. Kisah persahabatan-dan konflik-tiga sahabat itu me­ narik dikenang. Dipa Nusantara Aidit pertama kali bertemu dengan Mohamad Hakim Lukman pada 1943 di Menteng 31, Jakarta. Bekas Hotel Schomper itu terkenal sebagai sarang para pemuda aktivis kemerdekaan. Mereka bergabung dengan G ra k a n I ndonesia Merdeka . Aidit t iga tah u n leb i h muda

Trio Kom u n i s . daripada L u k m a n , y a n g k t i k a i t u ba ru 23 ta h u n . A i. d i t Lukman, D.N. kemudian menjadi Ketua Dewan Politik Gerakan Indonesia A i d it, d a n Merdeka, dan Lukman anggota. Njoto, 1962. Sejak itu, Aidit dan Lukman menjadi akrab dan seolah ditakdirkan melakoni sejarah hidup yang sama. Keduanya pada 1944 terpilih masuk Barisan Pelopor Indonesia­ kumpulan 100 pejuang paling setia kepada Bung Karno. Ke­ duanya pernah dijebloskan ke penjara Jatinegara oleh Polisi Militer Jepang karena ikut menggerakkan demonstrasi di Lapangan Ikada pada 19 September 1945. Keduanya juga per­ nah ditangkap dan ditawan di Pulau Onrust, Jakarta Utara, selama tujuh bulan. Keduanya bersama memilih jalan komunis dan berguru ke tokoh-tokoh komunis senior. Saat menjadi penghuni Menteng, mereka misalnya menjalin kontak dengan Widarta, penanggung jawab organisasi bawah tanah PKI Jakarta.

Wida1ta adalah kawan akrab Wikana, pemimpi11 P IG Jawa Barat yang terkenal cerdas. Aidit dan Lukman terkesan pada Wikana. Sampai-sampai, setelah bebas dari Onrust, mereka men­ cari Wikana di Yogyakarta. Di Yogya saat itu, pemimpin PKI Sardjono, eks Digulis, baru saja memindahkan kantor pusat PKI di Jalan Boemi 29, Solo, ke Jalan Bintaran, Yogyakarta. Aidit dan Lukman kemudian tinggal di Yogya. Mereka meng­ hidupkan kembali majalah dwibulanan Bintang Merah. Di sinilah keduanya lalu bertemu Njoto. Njoto saat itu 19 tahun. Pemuda berkacamata tebal itu adalah wakil PKI Banyuwangi dalam Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP). Sejak itulah terjalin persahabatan antara Aidit, Njoto, dan Lukman. Saat KNIP bersidang di Malang pada Maret 1947, Aidit terpilih menjadi Ketua Fraksi PKI, Njoto memimpin Badan Pekerja KNIP. Aidit, Njoto, dan Lukman kemudian masuk Komisi Penterjemah PKI di awal 1948, yang tugasnya menerjemahkan Manifes Partai Komunis karya Karl Marx dan Friedrich Engels. Pada Agustus 1948, tiga serangkai ini sama-sama men­ jadi anggota Comite Central PKI. Aidit mengurus agraria, Lukman di sekretariat agitasi dan propaganda, sedangkan Njoto menjalin relasi dengan badan-badan perwakilan. Hingga pecahlah geger Madiun.... Aidit sempat tertangkap, tapi dibebaskan karena tak ada yang mengenalnya. Ibarruri Putri Alam, putri sulung Aidit, melukiskan, ayahnya bisa lolos ke Jakarta dengan menyamar menjadi pedagang Cina. \" Rambutnya digundul habis, Papa ikut iring-iringan konvoi barang. \" Njoto dan Lukman, kemudian menyusul Aidit ke Jakarta. Di Jakarta, trio Aidit-Lukman-Njoto ditempa. \"Mereka menggodok orientasi partai , \" kata Sumaun Utomo, lahir 1922, bekas . Ketua Lembaga Sejarah CC PKI, mengenang. 4

Terbunuhnya banyak kader dalam Peristiwa Madiun mem­ buat mereka hams mandiri. \"Mereka jadi independen karena tak punya lagi tempat bertanya,\" kata Murad Aidit dalam bukunya, Aidit Sang Leg enda. Mereka diam-diam memperluas j aringan P K I di Jakarta dengan membentuk Onder Seksi Comite di tingkat kecamatan. Adapun organisasi dijalankan lewat sistem komisariat di Comite Central. Situasinya sulit karena setiap kabinet alergi komunisme. Sampai-sampai itu membuat trio Aidit-Lukman-Njoto hams bersembunyi dengan menyamar. Aidit dan Lukman bahkan pernah disiarkan pergi ke Cina pada 1949. Padahal itu hanya bualan belaka untuk mengecoh pengejaran. Ada yang bilang sesungguhnya mereka ke Medan. Ada yang bilang ke Jakarta. \"Mereka sering menginap di mmah seorang kawan di Kemayoran, \" tulis sejarawan Prancis, Jacques Leclerc, dalam Aidit dan Partai pada Tahun 1 950. Dalam situasi serba repot itu, Aidit dan Lukman justm nekat kembali menerbitkan Bintang Merah pada 15 Agustus 1950. Dua pekan sekali m.ereka meluncurkan stensilan Suara Rakjat, embrio Harian Rakjat yang menjadi koran terbesar dengan oplah 55 ribu per hari. Njoto bergabung di redaksi pada Januari 1951. Dua tahun kemudian, tiga sahabat kelompok Bintang Merah ini memimpin partai. Aidit menjadi sekretaris jen­ deral, Lukman wakil sekjen I, dan Njoto wakil sekjen II G aba­ tan ini diganti menjadi ketua dan wakil ketua pada 1959). Sebagai ketua, Aidit memelototi politik secara umum. Lukman, yang j ago main sepak bola, memimpin Front Persatuan. Umsan agitasi dan propaganda kini diemban Njoto. Tak cuma berorganisasi, untuk meluaskan jaringan, m e reka m e n dirikan sekolah, dari tingkat dasar sampai u n i ve r itas. .,JJ_

D.N. Aidit (te n g a h) bersama Njoto (kedua dari k i ri) dan Lukman (pa l i ng kanan), Kemayoran, J a k a rta, 1 9 5 5 . Usaha itu berbuah. Pada Pemilihan Umum 1955, PKl menclok di urntan keempat. Hasil itu membuat Aidit optimistis partainya bisa meraih posisi nomor satu sebelum 1 975. \"Asalkan keadaan berjalan normal,\" kata Murad meng­ utip ucapan kakak nya.

Kenyataannya, cita-cita itu terempas . Tragedi 1965 me­ nguak cerita bahwa tiga sekawan itu, meski di luar tampak guyub, ternyata tidak melulu solid. Aidit dan Njoto, misalnya, amat berbeda pendapat soal teori revolusi. Aidit percaya kup yang didukung sedikitnya 30 persen tentara bisa bermutasi menjadi revolusi. Aidit saat itu, menurut Manai Sophiaan (almarhum)-dalam sebuah tulisannya-terinspirasi oleh kudeta di Aljazair pada Juni 1965. Saat itu Kolonel Houri Nj oto ters i n g k i r k a re n a Boumedienne mengambil alih kekua­ p u nya p a c a r o ra n g saan dari tangan Presiden Ben Bella. Rusia. Namanya Rita. Ga ra-ga ra i t u l a h Sebaliknya, Njoto justru mem­ selu ru h posisi tingginya pertanyakan kesahihan teori itu. o l e h Aidit d i p retel i . Bahkan, dalam wawancaranya de­ ngan koresponden Asahi Shimbun di Jakarta pada 2 Desember 1965- dua pekan sebelum ia dinyatakan \"hilang\"-ia tak yakin Gerakan 30 September dapat dikate­ gorikan sebagai kudeta yang bisa menj adi revolusi. \" Revolusi siapa melawan siapa?\" _kata Njoto. Ia bahkan menyangsikan premis Letnan Kolonel Untung soal Dewan Jenderal bisa membenarkan kup. Soetarni, istri Njoto-yang pada 2010 berusia 82 tahun­ ingat, sesungguhnya menjelang petaka 1965 suaminya yang pandai main musik dan dandy sudah disingkirkan Aidit. Masalahnya adalah kedekatan Njoto dengan Sukarno. Njoto kerap menulis naskah pidato si Bung. Sukarno pernah menyebut Njoto sebagai Marhaen sejati. Aidit malah melihat Njoto \"dipakai\" Sukarno. \"Di mata Sukarno, Nj oto pertama­ tama adalah nasionalis, baru komunis,\" kata Aidit saat itu. Tapi, menurut Sumaun, Njoto tersingkir karena punya pacar orang Rusia. Namanya Rita. Gara-gara itulah seluruh p o s i s i dip reteli o l eh A i d i t . Tidak eti , menurut Aid i t , Cl r ;mn K i ri l r 1 d n n , , � l . 1 · I ) N A i d i t

seorang pentolan partai yang sudah berkeluarga memiliki pacar.. Saat ditanyai Tempo bagaimanakah sesungguhnya hubungan Njoto dan Rita, Soetarni tak menyembunyikan hal itu. I a mengaku semula tidak menaruh curiga kepada Rita. Mereka bahkan kerap bertukar suvenir. Rita mengiriminya kosmetik, Soetarni membalasnya dengan batik. Hingga datanglah sepucuk surat dari Rusia. Isinya: perempuan 20- an tahun itu jatuh cinta dan ingin menikahi suaminya. Soetarni jelas marah. Tapi anak ningrat Solo itu cuma bisa menumpahkannya kepada salah satu pamannya. \"Njoto tahu kalau saya marah. I a kemudian minta maaf, \" kata Soetarni. Njoto akhirnya disidang CC. Ia dipecat dari Biro Agitasi dan dari kursi Pemimpin Redaksi Harian Rakjat. \"Hal itu di­ lakukan karena bila dibiarkan akan merusak partai di mata orang lain, \" kata Sumaun. \" Three Musketeers\" retak. Lalu terjadilah tragedi 1965. . . . ■





P L!:LU Tl WA 45 ta hun l a lu itu tetap aja masih menja d i tan­ da t�nya keluarga besar Aidit: apa sebenarnya peran Aidit dalam peristiwa Gerakan 30 September 1965 itu? Peran Aidit dalam \"kup\" 30 September 1965 memang masih misteri. Sejumlah sejarawan, juga sejumlah kalangan militer, yakin PKI dalang penculikan dan pembunuhan tujuh jenderal Angkatan Darat. Karena PKI terlibat, maka Aidit pun, sebagai Ketua Comite Central, dituding sebagai otaknya. Murad Aidit, adik kandung Aidit, berkisah. Pada \"malam berdarah\" itu tak ada tanda-tanda atau kesibukan khusus di rumah Aidit. \"Malah saya dipesan mematikan lampu,\" kata Murad. Menjelang \"peristiwa Gerakan 30 September\" itu, Murad memang menginap di rumah Aidit di Pegangsaan Barat, Jakarta Pusat. Rumah Aidit sepi. \"Sampai sekarang saya lebih bisa menerima tragedi itu karena ada pengkhianat dalam tubuh PKI, \" katanya. Dia tidak yakin abangnya yang memerintahkan pembunuhan para jenderal. Aidit mengawali \"karier politiknya\" dari Asrama Menteng 31, asrama yang dikenal sebagai \"sarang pemuda garis keras\" pada awal kemerdekaan. Di tempat ini berdiam, antara lain, Anak Marhaen Hanafi (pernah menjadi Duta Besar Republik Indonesia untuk Kuba), Adam Malik, dan Sayuti Melik (pengetik naskah Proklamasi). Para penghuni Menteng 31 sempat menculik Sukarno dan memaksa si Bung memproklamasikan kemerdekaan Indonesia-sesuatu yang kemudian ditolak Bung Karno. Di kelompok Menteng 31, Aidit sangat dekat dengan Wikana, seorang pemuda sosialis. Aidit disebut-sebut juga berperan dalam pemberontakan PKI di Madiun pada 1948. Pascapemberontakan yang gaga} itu, ia sempat dijebloskan ke penjara Wirogunan, Yogya. Ketika terjadi agresi Belanda, ia kabur dari penjara dan tinggal di Cina. Tentang kepergiannya ke Cina ada pendapat 52

lain. Ada yang menyebut bahwa sebenarnya ia hanya Presiden mondar-mandir Jakarta-Medan. Sukarno dan Aidit. Yang pasti, pada pertengahan 1950, Aidit, yang saat itu berusia 27 tahun \"muncul\" lagi. Bersama M.H. Lukman, Membicarakan 30 tahun, Sudisman, 30 tahun, dan Njoto, 23 tahun, ia tentang memindahkan kantor PKI dari Yogyakarta ke Jakarta. Bisa m e m p e rsenjatai dibilang, dalam kurun waktu inilah karier politik Aidit peta n i dan sesungguhnya dimulai. buruh untuk perta h a n a n Momentum konsolidasi partai terjadi ketika meletus negara, Januari kerusuhan petani di Tanjung Morawa, Sumatera Utara, 6 Juni 1953. Kerusuhan yang digerakkan kader PKI itu 1965. menjatuhkan kabinet Wilopo. Kesuksesan ini memompa semangat baru ke tubuh partai tersebut. Bersama \"kelompok muda\" partai, Aidit menyingkirkan Gerakan 3 0 September 53

t o koh-tokoh lama partai . Pada Kongre PKI 1954, pengurus PKI beralih ke generasi muda. Tokoh partai semacam Tan Ling Djie dan Alimin disingkirkan. Pada kongres itu, Aidit dikukuhkan menjadi Sekretaris Jenderal PKI. Aidit lantas meluncurkan dokumen perjuangan partai berjudul \"Jalan Baru Yang Hams Ditempuh Untuk Memenangkan Revolusi\". Aidit juga membangun aliansi kekuatan dengan Partai Nasional Indonesia (PNI) untuk memperkuat PKI. PNI di­ pilih karena, selain sama-sama anti-Barat, juga ada figur Sukarno yang bisa dipakai mengatasi tekanan lawan-lawan politik mereka. Puncak kerj a sama terjadi pada masa Sidik Dj oj osukarto memimpin PNI. Saat itu disepakati bahwa PNI tidak akan mengganggu PKI dalam rangka membangun partai. Menurut Ganis Harsono, seorang diplomat senior Indonesia dalam otobiografinya, Cakrawala Po,litik Era Sukarno, strategi ini berhasil \"menyandera\" Bung Karno. Ada kesan bahwa Bung Karno berdiri di depan PKI, sekaligus memberi citra PKI pendukung revolusi Bung Karno dan Pancasila. Kerj a keras Aidit membuahkan basil. Pada Pemilu 1955, PKI masuk \"emp�t besar\" setelah PNI, Masyumi, dan Nahdlatul Ulama. Di masa ini PKI menjadi partai komunis terbesar di negara non-komunis dan partai komunis terbesar ketiga di dunia setelah Rusia dan Cina. PKI terns maju. Pada tahun itu juga partai ini me­ nerbitkan dokumen perj uangan \"Metode Kombinasi Tiga Bentuk Perjuangan\". Bentuk pertama, perjuangan gerilya di desa-desa oleh kaum buruh dan petani. Kedua, perjuangan revolusioner oleh kaum buruh di kota-kota, terutama kaum buruh di bidang transportasi. Ketiga, pembinaan interisif di kalangan kekuatan bersenjata, yakni TNI. Pada 1964, PKI membentuk Biro Chusus yang langsung

b i ro i n i. rn. · n 1 a t a ngka11 situasi u nt u k m er e b u t k e k u a a a n Aidit Berbicara dan i nfiltrasi ke tubuh TNI . Biro Chusus Central (demikian Di Depan namanya) dipimpin Sj am . Kamaruzaman. Tak sampai Massa. Program setahun, Biro Chusus berhasil menyelusup ke dalam TNI, T u r b a P K I , 1 9 6 r. . khususnya Angkatan Darat. Pada Juli 1 9 6 5 , seiring dengan merebaknya kabar kesehatan Bung Karno memburuk, suhu politik Tanah Air makin panas pula. Sebuah berita dari dokter RRC yang merawat Presiden datang: Bung Karno akan lumpuh atau meninggal dunia. Di Jakarta bertiup rumor menyengat, muncul Dewan Jenderal yang hendak menggulingkan Bung Karno. Dalam Buku Putih G30S/PKIyang diterbitkan Sekretariat Negara pada 1994, disebutkan bahwa Aidit kemudian me­ nyatakan, gerakan merebut kekuasaan hams dimulai jika tak 55

ingin didahului Dewan Jenderal. Gerakan itu dipi mpinnya sendiri. Ada pun Sjam ditunjuk sebagai pemimpin pelaksana gerakan. Saat diadili Mahkamah militer, Sjam mengaku dipanggil Aidit pada 12 Agustus 1965. Dalam pertemuan itu, ia diberi tahu bahwa Presiden sakit dan adanya kemungkinan Dewan Jenderal mengambil tindakan bila Bung Karno mangkat. Me­ nurut Sjam, Aidit memerintahkan dia meninjau \"kekuatan kita\". Sejak 6 September 1965, Sjam lantas menggelar rapat-rapat di rumahnya dan di rumah Kolonel A Latief (Komandan Brigade I nfanteri I Kodam Jaya). Di rapat ini hadir Letnan Kolonel Untung (Komandan Batalion I Kawal Kehormatan Resimen Cakrabirawa) dan Mayor Udara Sudjono (Komandan Pasukan Pengawal Pangkalan Halim Perdanakusuma). Rapat terakhir, 29 September 1965, menyepakati gerakan dimulai 30 September 1965 dengan Untung sebagai pemimpinnya. Dalam wawancara dengan majalah D&R, 5 April 1999, A Lati,ef menyatakan, Gerakan 30 September dirancang untuk menggagalkan upaya kup Dewan Jenderal. \"Kami dengar ada pasukan di foar Jakarta yang didatangkan dalam rangka defile Hari Angkatan Bersenjata dengan senjata lengkap. Ini apa? Mau defile saja, kok, membawa peralatan berat,\" kata Latief. Karena merasa bakal terjadi sesuatu, para perwira tersebut, yang mengaku terlibat karena loyal kepada Sukarno, memilih menjemput \"anggota\" Dewan Jenderal untuk dihadapkan ke Sukarno. Menurut Latief gerakan itu diselewengkan oleh Sjam. \" Rencananya akan dihadapkan hidup-hidup untuk men­ clear-kan masalah, apakah memang benar ada Dewan Jenderal, \" katanya. Tapi, malam hari, saat pasukan Cakrabirawa pimpinan Letnan Satu Dul Arief, anak buah 56

U ntung, al a u berangkat menuj u rumah para j endera l , tiba-tiba, ujar Latief, Sjam datang. \"Bagaimana kalau para jenderal ini membangkang, menolak diajak menghadap Presiden,\" kata Dul Arief. Sjam menjawab, para jenderal ditangkap. Hidup atau mati. Keesokan harinya, Dul Arief melaporkan kepada Latief dan Jenderal Soepardjo bahwa semua telah selesai. \"Mula­ mula mereka saya salami semua, tapi kemudian Dul Arief bilang semua jenderal mati. Saya betul-betul kaget, tidak begitu rencananya,\" kata Latief yang mengaku tidak kenal dengan Aidit. Aidit sendiri belum pernah memberi pernyataan tentang hal ini. la ditangkap di Desa Sambeng, Solo, Jawa Tengah, pada 22 November 1965 malam, dan esok paginya ditembak mati. Sebelum ditangkap pasukan pimpinan Kolonel Yasir Hadibroto, Aidit dikabarkan sempat membuat pengakuan sebanyak 50 lembar. Pengakuan itu jatuh ke Risuke Hayashi, koresponden koran berbahasa Inggris yang terbit di Tokyo, Asahi Evening News. Menurut Asahi, Aidit mengaku sebagai penanggung jawab tertinggi peristiwa \"30 September\". Rencana pem­ berontakan itu sudah mendapat sokongan pejabat PKI lainnya serta pengurus organisasi rakyat di bawah PKI. Alasan pemberontakan, mereka tak puas dengan sistem yang ada. Rencana kup semula disepakati 1 Mei 1965, tetapi Lukman, Njoto, Sakirman, dan Nyono-semuanya anggota Comite Central-menentang. Alasannya, persiapan belum selesai. Akhirnya, setelah berdiskusi dengan Letkol Untung dan sejumlah pengurus lain pada Juni 1965, disepakati mulai Juli 1965 pasukan Pemuda Rakyat dan Gerwani dikumpulkan di Pangkalan Halim Perdanakusuma. Pertengahan Agustus, sekembalinya dari perjalanan ke Aljazair dan Peking, Aidit kembali melakukan pertemuan 1

.1 raha�ia den f a n Lu J m a n , N)oto, : U rigjen oepa rdj o, L b 1 1 I . · t kol Untung. PKI mendapat info bahwa tentara, ata p r i n tah 58 Menteri Panglima Angkatan Darat Jenderal Achmad Yani, akan memeriksa PKI karena dicurigai mempunyai senj ata secara tidak sah. \"Kami terpaksa mempercepat pelaksa­ naan coup d'etat,\" kata Aidit. Akhirnya, dipilih tanggal 30 September. Dalam buku Bayang-bayang PKI yang disusun tim Institut Studi Arus Informasi (1999), diduga Aidit tahu adanya peristiwa G30S karena ia membentuk dua organisasi: PKI legal dan PKI ilegal. Biro Chusus adalah badan PKI tidak resmi. Sjam bertugas mendekati tentara dan melaporkan hasilnya, khusus hanya kepada Aidit. Hanya, ternyata, tak semua \"basil\" itu dilaporkan Sjam. Tentang besarnya peran Aidit dalam peristiwa 30 September ditampik Soebandrio. Menurut bekas Wakil Perdana Menteri era Sukarno ini, G30S didalangi tentara dan PKI terseret lewat tangan Sjam. Alasan Soebandrio, sejak isu sakitnya Bung Karno merebak, Aidit termasuk yang tahu kabar tentang kesehatan Bung Karno itu bohong. Waktu itu, kata Soebandrio, Aidit membawa seorang dokter Cina yang tinggal di Kebayoran Baru. Soebandrio dan Leimena, yang juga dokter, ikut memeriksa Sukarno. Kesimpulan mereka sama: Bung Karno cuma masuk angin. Soebandrio dalam memoarnya, Kesaksianku Tentang G-30-S, menyesalkan pengadilan yang tidak mengecek ulang kesaksian Sjam. Menurut Soebandrio, ada lima orang yang bisa ditanya: Bung Karno, Aidit, dokter Cina yang ia lupa namanya tersebut, Leimena, dan dirinya sendiri. Menurut Soebandrio, pada Agustus 1965 kelompok \"bayangan Soeharto\" (Ali Moertopo cs) sudah ingin secepatnya me­ mukul PKI. Caranya, mereka melontarkan provokasi- Orang Kiri I ndonesia: D . N . Aidit

p i:ovokasi 1 1 1 1 L 1 i l m c n d o ro n g P KI mendahului memukul .A: n g katan Darat. Njoto membantah pernyataan Aidit. Menurut Njoto, \" Hubungan PKI dengan Gerakan 30 September dan pembunuhan Jenderal Angkatan Darat tidak ada. Saya tidak tahu apa pun, sampai-sampai sesudah terjadinya , \" katanya dalam wawancara dengan Asahi Ev ening News. Keterangan Njoto sama dengan komentar Oey Hay Djoen, mantan anggota Comite Central. \"Kami senma tidak tahu apa yang terjadi,\" kata dia. Presiden Sukarno sendiri menyatakan Gestok (Gerakan Satu Oktober)-demikian istilah Bung Karno-terjadi karena keblingernya pemimpin PKI, lihainya kekuatan Barat atau kekuatan Nekolim (Neo-Kolonialisme dan Imperialisme), serta adanya \"oknum yang tidak benar\". Misteri memang masih melingkupi peristiwa ini. \"Me­ nurut kami, PKI memang terlibat, tapi terlibat seperti apa?\" kata Murad. Setelah puluhan tahun tragedi itu. berlalu, per­ tanyaan itu belum menemukan jawabannya. Setidaknya bagi Murad dan anggota keluarga Aidit yang lain. ■ Gerakan 30 September

, ..-�· Malam Terakhir �� Setelah Lam pu Depan D i mati ka n I M a l a m te ra k h i r s e be l u m \" p e rg i ''. A i d it m a s i h I m e n e r i m a ta m u d a n b e rte n g k a r d e n g a n i st r i n ya . I' Sete l a h itu, g e l a p. I JARUM jam menunjuk angka 21.30. Bocah enam setengah I tahun itu merosot turun dari ranjang ibunya. Sudah pukul setengah sepuluh malam. Dentang jam dinding di ruang tengah membuatnya makin terjaga pada malam itu, Jumat Pahing, 30 September 1965. Ilham, bocah itu, menyelinap ke ruang tamu. Ayahnya, Dipa Nusantara Aidit, tengah asyik mengobrol dengan Hardoyo, mantan Ketua Consentrasi Gerakan Mahasiswa Indonesia (CGMI), organisasi mahasiswa onderbouw Partai Komunis Indonesia (PKI). Pembicaraan berlangsung serius. Wajah keduanya menegang. Beberapa kali keduanya terpaksa menghentikan pembicaraan tatkala Ilham berseliweran di ruang tamu. Ketika Hardoyo pamit, Ilham melihat ayahnya mengantar tamunya hingga ke teras. Setelah itu, Aidit berbalik masuk rumah, mengunci pintu depan, dan menghalaunya ke kamar tidur. \"Ham, larut malam begini kau belum juga tidur,\" kata

Aidit. Ketua Comite Central (CC) PKI itu meraih tangan Rumah D.N. Ilham dan menggandengnya menuju kamar. Aidit di Pegangsaan Ilham hafal. Jika sudah tidak ada tamu, biasanya ayah­ ya n g D i bakar nya berganti baju dan masuk ruang kerjanya. \"Kalau tidak Massa . membaca, ya menulis, sampai pagi,\" cerita Ilham, anak lelaki kedua Aidit yang lahir di Moskow, 18 Mei 1959, kepada Tempo. Hardoyo bukan satu-satunya tamu malam itu. Sebelum­ nya, ada beberapa orang lainnya. Ilham tak ingat siapa. Tapi, seperti pernah dikatakan Hardoyo kepadanya-Hardoyo sudah meninggal pada Desember 2006-tetamu yang datang malam itu adalah orang-orang Partai, para pemimpin buruh, juga petani . Rumah Aidit memang tak pernah sepi dari tamu. Menurut cerita adik Aidit, Murad, di bagian kiri rumah ada semacam paviliun yang sengaja digunakan sebagai Po ko Pemuda Rakyat. Beruntung karena posisi rumah A .I . u , t1.u . Lt J_ \\_ i

abangnya di Jalan Pegangsaan Barat 4, Cikini, Jakarta Pusat-sekarang Kantor Partai Golkar DKI Jakarta-ber­ ada di poj o k . Para tamu p u n tak ragu datang k e rumah Aidit. Sebab, ada satu tanda pasti bila sang Comandante ada di rumah dan bersedia menerima tamu: lampu serambi depan menyala. \"Dia sendiri yang selalu menyalakan dan mematikan lampu itu,\" cerita Murad. ••• JAM terns berdetak. Tapi Ilham belum pulas juga. Dia tetap terjaga sembari membolak-balikkan badan di ranjang. Iri nian dia melihat abangnya, Iwan, dan adik kembarnya, Irfan, mendengkur nikmat. Dia malah dikagetkan oleh deru mesin jip memasuki pe­ lataran rumah. Terdengar derap sepatu bergegas mendekat. Dia juga mendengar derik pintu depan dibuka, menyusul be­ berapa saat kemudian. Dia menangkap suara ibunya bernada tinggi ketika berbicara dengan si tamu. Karena penasaran, dia mengendap-endap ke\"ruang depan. Ilham tak ingat seluruh pembicaraan . Namun dia melihqt ibunya membentak dua orang berseragam militer warna biru di depan rumah. \"Ini sudah malam ! \" \"Maaf, tapi ini darurat. Kami hams segera,\" jawab si tamu tak diundang. \"Sebentar. Akan saya panggilkan,\" ibunya menjawab kesal, berbalik dan memanggil ayahnya di ruang kerja. Ilham yang kepergok berada di ruang tengah ikut kena damprat. \"Kamu, anak kecil, tidur kamu. Sudah malam begini masih kelayapan.\" Ilham tak bergerak dan tetap berada di ruang tengah. Ia mendengar kedua orangtuanya berdebat. Lalu dia melihat 62 0 1 , 1 1 1 q K i r i l 1 1 d 0 1 H ' · , i . 1 : I L N /\\ 1 d i l

ayahnya menemui tamu itu.. \"Segeralah bersiap, Bung, waktu kita terbatas,\" kata si prajurit. Aidit kembali ke kamar tidur, membuka lemari baju, memasukkan beberapa pakaian dan buku ke dalam tas. Ia sempat terlihat ragu. Ilham melihat ayahnya meletakkan tas dan kembali ke ruang depan, berbicara selintas dengan pen­ jemputnya. Lalu Aidit kembali ke kamar dan ribut dengan Ke l u a rg a D.N. Aidit. Soetanti. \"Ibu ngotot minta ayahnya tak usah berangkat ke Dari k i ri ­ k a n a n : l lya, Istana, malam-malam,\" kisah Ilham. Namun ayahnya tetap A i d it memangku pergi. l rfan, lwa n, Soetanti Sebelum meninggalkan rumah, Aidit mencium kening memangku l l ha m istrinya. Dia juga mengangkat tubuh Ilham dan mengusap d a n l ba rruri, d i G a l ur, rambutnya. Kepada Murad, dia berpesan agar mengunci Ta n a h T i n g g i , J a k a rta, 1 9 6 2 . pagar. \"Matikan lampu depan,\" perintah Aidit kepada Murad. ••• � ,�1�t; , 63 , M , i l i 1 1 1 1 l l ' l c l is l 1 1 1

K E M A N A se�ungguhnya Aidit pergi malam itu, d a n apa s,\\ja yang dilakukan, masih belum ada satu versi jawaban yang pasti hingga kini. Dalam kesaksian Mayor Udara Sudjono di Mahkamah Militer Luar Biasa (Mahmilub), dialah yang menjemput Aidit di rumahnya-bukan Cakrabirawa. Lalu Sudjono mem­ bawanya ke rumah Sjam Kamaruzaman, Kepala Biro Chusus PKI di Jalan Salemba Tengah, Jakarta M en u rut Victor Pusat. Di tempat itu, sudah menunggu sejumlah anggota Biro Chusus-biro ini M i ros l a v F i e, p e n u l i s dibentuk Aidit tanpa setahu pengurus pusat (CC) PKI. b u k u Kudeta 1 Oktober Sebuah Studi Menurut Victor Miroslav Fie, pe­ nulis buku Kudeta 1 Oktober 1965: tentang Konspirasi, Sebuah Studi t entang Konspirasi, di rumah Sjam, Aidit melakukan eek ter­ d i r u r:n a h Sj a m, Aid i t akhir Gerakan 30 September. Dia juga m e l a k u ka n e e k t e ra k h i r G e ra k a n 3 0 S e pt e m b e r. dipertemukan dengan Mayor Jenderal Pranoto Reksosamodro, perwira tinggi yang dekat dengan Presiden Sukarno. Kepada Pranoto, Aidit menawarkan posisi sebagai Menteri/Panglima Angkatan Darat menggantikan Jenderal Aehmad Yani. Selain itu, Aidit menyampaikan konsep Dekrit Dewan Revolusi yang harus diteken malam itu dan disiarkan pagi 1 Oktober 1965. Setelah itu, reneananya, Aidit bertemu Sukarno di rumah Komodor Susanto di Halim Perdanakusuma. Ske­ narionya, Aidit akan memaksa Sukarno membersihkan Dewan Jenderal, lalu memintanya mengundurkan diri sebagai presiden. Pertemuan dengan Sukarno gagal. Sebagai gantinya, Aidit mengutus Brigadir Jenderal Soepardjo menemui Sukarno, yang juga berada di Halim, namun di tempat terpisah.

Versi lain tertulis dalam surat Aidit ke Stlkarno, t ·r­ tanggal 6 Oktober 1965. Menurut surat itu, malam 30 September 1965, ia dijemput Cakrabirawa untuk rapat darurat kabinet di Istana Negara. Tapi dia malah dibawa ke Jatinegara dan Pangkalan Udara Halim Perdanakusuma. Di Halim, Aidit ditempatkan di rumah keeil, dan diberi tahu akan ada penangkapan terhadap anggota Dewan Jenderal. Esok harinya, Aidit mendapat kabar bahwa Sukarno memberi restu terhadap penyingkiran Dewan Jenderal. Lalu Aidit diminta ke Yogyakarta dengan pesawat untuk mengatur kemungkinan evakuasi Sukarno. Kota itu dianggap tempat yang tepat untuk markas pemerintahan sementara. Tidak jelas mana yang lebih benar. Hingga kini pun tidak ada kejelasan apa saja yang terjadi pada Aidit setelah dia meminta Murad mematikan lampu depan sebelum me­ ninggalkan rumah di Pegangsaan. Pihak keluarga hanya tahu beberapa tahun kemudian, bahwa Aidit pernah dibawa ke Halim. Yang lainnya, gelap. ■ 65

Kawa n Ketua ke Daera h Bas is A i d i t m e n g g e l a r ra pat p a rta i d i t i g a kota d a l a m s e h a r i . A d a ya n g b i l a n g i t u ko n s o l i d a s i , a d a j u g a ya n g m e n ye b u t n ya p e n ye l a m a ta n d i r i b e l a k a . Perburuan PKI. Apa rat LANGIT masih gelap saat pesawat Dakota T-443 menyentuh landasan Pangkalan Angkatan Udara Adisutjipto, Yogyakarta. 1:I1 memeri ksa rumah untuk !], 11 mencari Pesawat penting, dengan orang penting di dalamnya. Maka, a n ggota l 'I PKI, Solo 1965. di pagi buta itu, 2 Oktober 1965, sej umiah perwira AU ber-

gegas ke terminal. Ada Gubernur Akademi Angkatan Udara Komodor Udara Dono Indarto, j uga lima perwira AU ber­ pangkat mayor. \"Apakah tuj uan kedatangan Yang Mulia ke Yogyakarta?\" tanya Komodor Udara Dono Indarto saat menyambut sang tamu di ruang VIP pangkalan. Sosok yang dipanggil Yang Mulia itu, pria berumur 42 tahun, menj awab singkat. \"Situasi di Jakarta panas. Saya diperintahkan oleh Bung Karno untuk mempersiapkan, karena kemungkinan Bung Karno akan ke Yogyakarta,\" katanya. Ia adalah Dipa Nusantara Aidit, Menteri Koordinator/Wakil Ketua MPRS dan juga Ketua Comite Central PKI. Ia ditemani dua sekretarisnya, Waluj o dan Kusno. Lawatan orang nomor satu PKI ini ke Yogyakarta dan Jawa Tengah pada saat seperti itu tentu saja mengundang beragam tafsir. \" Kawan Ketua mendatangi daerah basis, \" kata Ngadiyanto, anggota DPRD Jawa Tengah dari PKI, soal lawatan itu. Dua daerah itu memang basis partai berlambang palu arit ini. Menurut bekas Ketua Lembaga Sej arah CC PKI Sumaun Utomo, selain untuk konsolidasi, kedatangan ini buat menyelamatkan diri. \"Karena tidak banyak yang bisa di­ lakukan pada saat itu , \" kata yang lahir pada 1922 itu kepada Tempo pada 2007. Saat itu, terkesan Angkatan Udara menangkap kedatang­ an Aidit ini sebagai tugas negara, bukan partai. Angkatan Udara pun menawarkan untuk mengantarkannya ke Kepala Daerah Yogyakarta Sri Paku Alam. Tapi Aidit memilih pergi ke rumah Ketua Comite Daerah Besar (CDB) PKI Yogyakarta, Sutrisno. Salah satu perwira di pangkalan, Mayor Sunaryo, mengantarnya dengan mobil Morris; satu mobil pengawal ikut di belakangnya. Sebelumnya, sej umlah perwira men u ulkan Aidit diantar mobil di nas Angkatan 67

Udara. Rc n ca n a i n i b a t a l ka r n a D o n o I n d a rt m u o h drn y a . Dalam pe1jalanan k e rumah Sutrisno, d u a kali rombongan Aidit kesasar. Awalnya ke rumah Ketua Partai Nahdlatul Ulama, lalu ke rumah Ketua Partai Nasionalis Indonesia. Tak jelas benar apakah ini sengaja atau memang karena ketidaktahuan. Dalam buku Menyingkap Kabut Halim 1 965 memang diungkapkan: tak seorang pull' dari para pengantar itu tahu rumah Sutrisno. Tapi kedatangan orang pusat yang tak dijemput pejabat daerah memang menjadi tanda tanya sendiri di benak orang-orang Angkatan Udara. Menurut Victor Miroslav Fie, di kota Yogyakarta Aidit Hasil bertemu dengan pimpinan PKI setempat. Sempat dibahas Pertem u a n kemungkinan membentuk kelompok bersenjata untuk Solo. mendukung Dewan Revolusi Untung, meski itu tak jadi di­ Mendukung G30S dan laksanakan karena dianggap tidak mungkin. Pertemuan be­ Dewan berapa jam itu akhirnya memutuskan bahwa PKI setempat Revo l u s i , Solo )I 1965. akan melancarkan aksi-aksi massa untuk membela Bung

K a m o . P 'rl · 1 1 1 1 1 a 1 1 l \\ ; 1 uya berhn r u ng b b rapa )an1.. ·t ' l a h itu, Aid i t betto l a k k e Semarang. Wakil Ketua I CC PKI M.H. Lukman dan pemimpin PKI Jawa Tengah dikabarkan mengadakan pertemuan darurat di Semarang. Menurut Victor Miroslav Fie, pertemuan ini penting karena menghasilkan sikap politik PKI yang me­ nyatakan Gerakan 30 September adalah masalah internal Angkatan Darat dan partai tak ada sangkut-pautnya dengan gerakan itu. Tugas utama partai kini melakukan konsolidasi kekuatan untuk menangkal serangan dari lawan-lawan politik partai dan Presiden. Seusai pertemuan, petang itu juga Aidit dilaporkan me­ luncur ke Boyolali. Seorang eks anggota Gerakan Siswa Nasional Indonesia Boyolali, Jungkung, mengaku pernah melihat Aidit di jalan raya Boyolali, justru akhir Oktober 1965. Pria ini, yang lahir pada 1946, awalnya dihampiri dua orang yang mengendarai VW Kodok, yang belakangan diketahui adalah Aidit dan Wakil Gubernur Jawa Tengah Suyatno Atmo. \"Si Mbah (panggilan untuk Aidit) menanyakan jalan menuju kantor Bupati Boyolal i , \" kata Jungkung. Bupati Boyolali saat itu, Suwali, memang kader partai. Pada hari yang sama, Aidit melaju ke Solo. Ia bertemu dan menggelar rapat dengan petinggi partai, termasuk Wali Kota Solo yang juga kader, Utomo Ramelan. Dalam rapat ini, Aidit dikabarkan gagal mendapatkan dukungan kolega partainya untuk menerima hasil keputusan pertemuan Semarang. Bertolak belakang dengan hasil Semarang, pertemuan Solo justru mendukung operasi Gerakan 30 September beserta tujuan-tujuannya. Partai juga hams melancarkan perjuangan bersenjata untuk mendukung gerakan yang dipimpin Letnan Kolonel Untung, merebut kekuasaan pemerintah setempat dan membela partai. Menurut Victor

Miro lav Fie, perb daan k p u tu an rnaran , dan ' lo i 1 1 ilah yang menyebabkan pendukung partai terbel ah : golongan radikal dan moderat. Yang juga belum jelas dari rangkaian peristiwa ini adalah bagaimana Aidit bisa melakukan rapat di Yogyakarta, Semarang, dan Solo dalam waktu sehari. Dalam keadaan genting ini, Politbiro PKI bertemu di Blitar, Jawa Timur, 5 Oktober 1965. Soal pertemuan ini memang simpang-siur. Bekas anggota CC PKI, R ewang, mengaku tak tahu soal pertemuan itu. \"Oktober 1965, saya masih di Jakarta,\" kata Rewang kepada Tempo. Bekas Ketua Lembaga Sejarah CC PKI Sumaun Utomo tegas menyangkal adanya pertemuan itu. \"Saat itu semua pengurus elite PKI masih di Jakarta dan sibuk menyelamatkan diri. Secara tek­ nis, tidak mungkin anggota Politbiro berkumpul di Blitar,\" katanya. Menurut Victor Miroslav Fie, memang tak semua elite partai hadir. Selain Aidit, cuma ada M.H . Lukman, Wakil Ketua I CC PKI yang juga Wakil Ketua DPR Gotong-royong. Pertemuan itu untuk menyusun pernyataan Politbiro PKI soal Gerakan 30 September dan juga surat Aidit yang akan disampaikan kepada Presiden Sukarno. Dalam surat tertariggal 6 Oktober yang diyakini ditulis di Blitar, Aidit menyampaikan versinya soal peristiwa 30 September. Malam itu, ia mengaku dijemput tentara ber­ pakaian Pengawal Presiden Cakrabirawa untuk rapat darurat , I kabinet. Tapi mobil yang membawanya justru meqgarah I ke daerah Pangkalan Udara Halim Perdanakusuma, bukan Istana Negara. Dari para penahannya, i a mendapat informasi soal rencana menangkap orang yang disebut terlibat Dewa� . Jenderal. Informasi tambahan lainnya, Presiden dikabarkan memberi restu gerakan ini. Keesokan harinya, masih menurut surat itu, Aidit diminta berangkat ke Yogyakarta dengan pesawat yang disediakan

Wald l p rd ; 1 1 1, n M · 11. t -ri mar D h a n i , u n n 1 l. ru u g · 1 t 1 1 r kemungkinan vakua i Presiden ke Yogyakarta. Kota i n i dianggap tepat untuk markas pemerintahan sementara. Dalam surat tersebut, Aidit juga menyampaikan permintaan maaf karena tak bisa datang dalam rapat kabinet di Bogor karena pesawat AURI yang akan mengantarnya rusak . Surat itu diakhiri dengan enam usul untuk menyelesaikan D a l a m s u ra t te rta n g g a l krisis politik akibat penculikan 6 O kto be r ya n g d i ya k i n i dan pembunuhan para jenderal d itu l i s d i B l ita rl A i d it Angkatan Darat tersebut. PKI m e ny a m pa i k a n ve rs i n ya t et ap b e r anggapan Gerakan soa l pe ristiwa 3 0 30 September itu adalah soal Septem ber. internal di tubuh Angkatan Da­ rat. Aidit mengaku tak tahu sebelumnya soal gerakan tersebut \"sehingga tidak dapat menyalurkan potensi revolusi ke arah yang wajar\". Kepada Presiden, Aidit menyampaikan usul agar peristiwa itu diselesaikan Presiden secara politik . Aidit menyerahkan surat itu kepada Lukman dan meng­ instruksikan agar dia kembali ke Jakarta. Di Ibu Kota, Lukman diminta menghubungi Njoto dan menyampaikan surat tersebut untuk diserahkan kepada Presiden secara pribadi. Bila kabinet bersidang pada 6 Oktober di Bogor, Njoto diminta hanya membacakan salah satu poin yang berisi usul penyelesaian peristiwa Gerakan 30 September secara politik . Njoto memang bisa bertemu dengan Presiden. Di depan sidang kabinet, Presiden memberi Njoto kesempatan untuk menyampaikan pandangan PKI. Ada cerita sendiri soal gagalnya Aidit datang dalam rapat kabinet di Istana Bogor. Mulanya, datang radiogram kepada komandan Skuadron Pendidikan B Mayor Udara Sugiantoro, 5 Oktober 1965. Isinya, ada permintaan agar dikirim sebuah

pe a w a t Mentor ke Pa ngkal a n An 1 katan U l b ra l ' a 1 1 1 1 � a 1 1 1 Solo, dan pilotnya menghadap ke komandan pa 1 1g k a l a 1 1 . Mayor Udara Sugiantoro melaporkan radiogram i tu ke Gubernur Akademi Angkatan Udara Komodor Udara Dono Indarto. Tak lama kemudian, Sugiantoro bersama Kapten Udara Suwandi Sudjono melesat dengan dua pesawat Mentor ke Panasan, Solo. Sesampai di pangkalan, ia menghadap ke Perj a l a n a n Te ra kh i r A i d it 1 . JAKA RTA 2. YOGYAKA RTA 3. SEMARANG • A i d it berto l a k • Tiba d i bandara • A i d it berg a b u n g d a r i Jaka rta p u k u l pada 2 Oktober dengan pem i m p i n 01 .30 WIB pada 2 1 965 d i n i h a r i . P K I Jawa Te n g a h yang Oktober 1 96 5 . • A i d it p e r g i ke mengadakan perte m u a n • N a i k Pesawat rumah Ketua CDB d a r u rat, 2 O ktober 1 96 5 . Da kota T - 443 PKI Yogyakarta, • Rapat menghasilkan dari Pa n g k a l a n Sutrisno. s i ka p po l it i k y a n g Angkatan • Berte m u d e n g a n m enyatakan Gerakan U d a ra H a l i m pet i n g g i p a r t a i d a n 30 September adalah Perd a n a ku s u m a memutuska n bahwa masa l a h internal m e n uj u Pa n g k a l a n PKI setempat a k a n Ang katan Darat dan PKI A n g katan U d a ra m e l a n carka n a ks i ­ ta k a d a sang kut-pautnya A d i sutji pto. aksi massa untuk dengan gerakan itu. membela Presiden • Tugas utama partai ki n i S u karno. melakukan konsolidasi. 72 Orang K i ri I n dones i a : D . N . Aidit

k < 1 1 1 : 1 1 1 c l 1 1 1 1 pa 1 1 � k a l a n , Kolonel D el a ra unyoto. 1 1g i a 1 1 t o ro pun d i l > · r i inst ruksi mengantar seorang pejabat, yang tak disebutkan namanya, ke Pangkalan Angkatan Udara Semplak, Bogor. Atas desakan Mayor Sugiantoro yang ingin tahu siapa pe­ jabat \"misterius\" itu, Kolonel Sunyoto pun buka kartu. Orang­ nya tak lain adalah Aidit. Tahu perkembangan Gerakan s. SOLO 6. B L I TA R 4 . BOYOLALI • Aidit menggelar • Pada 5 Oktober • Aidit d i l a porkan rapat dengan 1 965, Po l it b i ro PKI datang ke kota i n i peti nggi partai, menggelar rapat. pada 2 Oktober t e r m a s u k Wa l i 1 965, tapi a g e n d a nya Kota Solo Utomo • Perte m u a n itu t a k j e l a s be n a r. Ramelan, 2 Oktober 1 96 5 . u nt u k m e ny u s u n • Ada yang mengaku pernyataan • Ra pat j u stru Po l it b i ro P K I melihat Aidit di soal Gerakan 30 Boyo l a l i j u stru a k h i r m e n d u ku n g September dan Oktober. Waktu operasi Gerakan juga surat Aidit itu, Aidit hendak 30 September kepada Presiden bertemu dengan dan partai harus S u karno. kader partai yang mela ncarkan j a d i B u pati Boyo l a l i, perj u a n g a n • Bekas a n g g ota CC Suwa l i . bersenjata u n t u k mendukung P K I , Rewang, ta k 7. SOLO g e r a k a n Let n a n ta h u perte m u a n Kolonel U ntung itu. • Pada 1 0 November, merebut kekuasaan • Bekas Ketua di suatu tempat di pemerintah Solo, A i d it menulis setempat dan Lembaga i n struksi ke semua membela partai. Sej a r a h CC PKI CBD partai. Sumaun Utomo menyangkal • Pada 2 2 Novemb r a d a nya perte m u a n itu. 1 965, A i d it d i tan k . q 1 Setelah Peristiwa G30S ,

30 eptember d i J a ka rta m el a l u i rad i o , Ll ' i a u t M1 1 1 t •g ; 1 s m e n ol a k i n struksi i t u . \" I n i perintah , \" bentak Kolonel Sunyoto wak:tu itu. \"Saya hanya tunduk pada perintah atasan saya langsung di Akademi Angkatan Udara,\" kata Mayor Sugiantoro. Suasana tegang karena keduanya sama-sama teguh pen­ dirian. Pesawat Mentor itu pun kembali lagi ke Yogyakarta,

cbm 1 : i k : u l a p · n erbangan ke Bogor. D i tengah gencarnya usaha perburuan terhadap tokoh dan simpatisan PKI yang dilakukan pasukan Soeharto, Aidit masih sempat mengeluarkan instruksi. Menurut Victor Miroslav Fie, salah satu instruksinya adalah yang dibuat pada 10 November. Dalam surat yang terdiri atas 11 item itu, Aidit menyampaikan \"wasiat\" setelah melihat perkembangan ,

l·c a d a a n . M e r uj u l p a d a b u l u wa rtawa n TV JU 1 1 ' 1 1 u ro Subroto, Dewan Revolusi PKI: Menguak Kegagala n nya Mengkomuniskan Indonesia, mungkin surat itu ditulis dari tempat persembunyian Aidit di daerah Kerten atau Sambeng, sama-sama di Solo. Dalam \"wasiat terakhirnya\" itu, Aidit mengakui kerusakan fatal pada partai akibat Gerakan 30 September, R e n ca n a p u n d i s u s u n . D a n b e n a r, se kitar p u k u l se be l a s s i a ng, A i d it m u n c u l d i ru ma h itu , m� Q u m pa ng ve sp,.:t S ri H a rto. Se kita r pykul se !ll b i l a n ma la m , Letnan N i n g Prayitno m �m i m p i n pasuk� n B r ig it IV me n g g e rebek r u m a h m i l i k bekJ§ i p�gawai PJ KA it' o. Ya s l r me n g' �was i nya d ari j a u h . · A l wi S h a h a b, wa rtawa n g a e k ya n g ka la itu sed a n g m e l i p u t d i So l o, me n U l i s a1 l1i ha r i a n RepUblika, wa �t u di�l�ebe k Ai dit h)f;)�,, ..-.- � i di aalam Pr��!to s:� d i ri y h Yasi r itu saat dari �i� kan1�t A lemari . Pray itno ked e r pada mul anya, tap i segera meng uas ai aknead·d·r<.u�: ,>n�Si.�g - Seteng ah uj u k G . �]JN·. • >< mem °¼· . mem b d ia bawa A i d it ke m a rkas mere ka d i Loj i b u at�p:el�ni ig,Paitkuujaung a Ya sui.l.�i � en �. : �rrog.a si A mid !a:l,Ini �. !rl sbi a r nya, nsat a�r�ai'ii�lea tu i1 1 rem­ te rt s sete ba l 50 h a la nya , a i n, h a nya d l a ya n g berta ng g u n g jawa b ata.s pe ristiwa G30S. Saya ng, me n u rut Yas i r, Pa ng da m Di po nego ro ke m u d ia n 'memba ka r doku me n itu . E nta h baga i ma n , kores po n d en As ening New a, R'\"i\\s·u' ke H''a'i:.tyc /· a> 's h i, berhas it me n- daJ�tka n b�cor ngakuan Ai ko ra n nya . ,s,t M· · e nje la n g d i ri ( h a ri . Yasi r ke b i n g u p.,, g0a n , sel a nj ut nya haru s ba ga i ma na . ,'/St : < Aid it berka l i-ka l i m i nta be rte m u de ng a n Pres i de n S u ka rn o. Ya s i r ta k. m a u . \"J i k,:i'. d i sera h ka n da �(mg e m 1,1_ta rba l i kka n fakta se- J;s:t:w�\\· .., h i n g g a persoa l a ya aka n j a d i la i n;' kata Ya s,r e pe rti d i ku tip Abd u l Gafur d afam bu ku nya, Siti Ha h Soeflarto: Utama ln(ior:igsia.

tn '�k.i s ' 1 1 1 1 , n s 1 1 d a l r d i p · rh i t u 1 1 k a n nya . u ra t i l l i ju ra n1 ' 1 1g­ i ya ra t l a.I.1 kc ru u n g k i n a n A i d it m e n c a r i p e r l i n d u nga n ke RRC. J ika itu tetjadi, petinggi PKI diminta menjamin ke­ l angsungan partai, mempertahankan daerah basis di Jawa, menghindari perlawanan frontal, serta teror dan sabotase hendaknya dij alankan sistematis untuk perang urat saraf. Surat itu j uga mengisyaratkan optimisme bahwa Sosro- Akh i rnya, pad a pag i buta keeso ka n h ari nya, Yas.i r m embawa Aid it me- ; W n i ng g � l ka n So lo mJhuju Ba tat. Mereka mJ h g g u n a ka n ti g a bu a h j i p. Ai�d it ya ng d i bo rgo l berad a di j .i p tera khi r bers ama Ya s i r. Sa at terang ' ta n a h i ri n g� ifi h g a n hu tiba d i Boyo i i l i . Ta n pa sepe n g eta h u a n d u a j i p perta ma, Ya si r m e m be lo k m as u k ke .. M a r ka s Bata l i o n Te kadnya bu l at. \"Ada s u m u r?'' ta nya nya kepada �bealya�k1a�0n;[gri sn o, �oma n d a n bata l ion . men u nj u k se b u a h s u m u r tua di ru ma h nya . 'l Ke sa na Yas i r m �1>r· n bawa ta ha n a n nya.{','' D i te pj s u m u r, dia me m pe r- ,, s i l a ka n Aidit m e ng ucap ka ri pesa n te ra khi r, ta p i A id lt ma la h be ra p i-api p i d } .a o lni _e u 9,t Y s <:I a nm,··•·� .-- m b anak buah ma rah . ..·•···· M a ka f ,d or! > Q. ... e n g a n , .·•·• · . · ·. '· a ir •·•• ,,: c-, dada' ber l u ba hg tu b u h g e m pa l M e �te ri Koo rdi na s i se ka l ig u s Wa ki l Ketu a MPR� i t u t�f11::l n g kal ma s u k s u m u r. 24 NOV E M B E R 1 9651 p u ku l r so reu Yas i r berte m u Soeharto di Ged u n g A g u n g , Yog y a ka r ta . Sete l a h m e l a po r ka n p e ke rj a a n nya, te r m a s u k kep utu sa n nya memb u n u h A id it, sa ng k e l membera n i kan d i ri be r- tanya: \"Apa ka h ya n g B a pa k ma ks u d ka n d e n g a n be reskan it u s e pe r t i se kara n g i n i, f>ak?\" Sl?�h a rt9 ters e nyu m . ■ Setelah Peristiwa G30S 77

yang diyakini sebagai nama samaran untuk Sukarno-belum meninggalkan PKJ . Dalam sidang terakhir , Kabinet Dwikora, 6 Oktober, Sukarno bisa meyakinkan kabinet untuk menerima usul Aidit. Tapi perkembangan yang terjadi kemudian berujung pada kekalahan PKJ. Selang 12 hari setelah \"surat wasiat\" itu, Aidit ditangkap anak buah Komandan Brigade Infanteri 4 Kodam Diponegoro Kolonel Yasir Hadibroto. Itulah akhir karier dan hidupnya. ■

Kuburan Rahasia Sumur Mati Aidit konon di k u b u rkan di Boyo la l i, Jawa Tenga h . Anaknya pernah berziarah ke sana. HAMPARAN tanah berkerikil itu ditumbuhi labu siam dan ubi jalar. Pohon mangga dan jambu biji menaunginya di kanan-kiri. Hanya itu. Tak ada satu pun penanda yang me­ nunjukkan bekas sumur di pekarangan belakang gedung tua itu. Dulu, bangunan ini adalah bagian dari kompleks markas Batalion 444 TNI Angkatan Darat di Boyolali-sebuah kota kabupaten sekitar 25 kilometer di sebelah barat Solo, Jawa Tengah. Meski tak berbekas, banyak orang meyakini, di sepetak halaman itu pernah ada sebuah sumur tua tempat jenazah Dipa Nusantara Aidit, Ketua Umum Central Comittee PKJ, dikuburkan pada 23 November 1965. Salah satunya Mustasyar Nahdlatul Ulama Boyolali, Tamam Saemuri, lahir pada 1936. Pada suatu malam di tahun berdarah 1965, dia bertemu Kolonel Yasir Hadibroto dalam sebuah rapat organisasi m a a di pendapa kabupaten. Saat itu Tamam muda adalah

Tempat a k t ivi� e ra ka n P c m u d a A J1 ·· o r , o rga fl' i a i y, 1. u • b a 1 1 y a k Terakhir Aidit. terlibat dalam \"operasi pembersihan\". Kepada Tempo akhir Sumur tua di September 2007, dia bercerita bahwa dalam pertemuan Boyo l a l i, Jawa itu Yasir mengumumkan pasukannya telah menembak Te n g a h . mati Aidit beberapa hari sebelumnya. \"Eksekusinya subup­ subuh,\" Tamaro menirukan Yasir. Seakan meneguhkan u�apan kepada lawan bicaranya, Yasir menunjukkan jam tangan yang dia kenakan. \"Ini arloji Aidit,\" katanya. Sewaktu didesak menceritakan bagaimana pucuk pimpinan PKI itu tewas, Yasir berujar, \"Dia diberondong senapan AK sampai habis 1 magasin. \" Sejumlah sumber lain membenarkan cerita Tamam. Setelah puluhan tahun, cerita itu sampai juga ke telinga putra Aidit, Ilham. Tujuh tahun lalu dia memutuskan datang sendiri ke tempat yang diduga sebagai pusara ayahnya. \"Sejak lulus kuliah sampai 1998, saya selalu mencari kuburan Ayah dengan sembunyi-sembunyi,\" katanya akhir September 2007. Saat itu dia hanya berbekal sepotong informasi dari

kora 1 1 ha l i w1 1 A i d i l l 1 • w ; 1 s l i t • rn b a k di Uoyo l a l i . B rbil a n kawan d ka t ; 1ya l i nya d i a tanyai, tapi tak ada satu pun yang tahu na ib Aid it e l epas meninggalkan Ibu Kota. Menemukan makam Aidit bukan perkara mudah, bahkan bagi anaknya. Ada upaya sistematis untuk membuat peristirahatan terakhir Aidit dilupakan orang. Sumur tua itu, misalnya, sampai dua kali diuruk batu setelah November 1965. Kompleks gedung markas Batalion 444 juga dibongkar dan kini hanya menyisakan sebuah gedung tua. Gedung itu sekarang digunakan sebagai mes pegawai Komando Distrik Militer (Kodim) Boyolali. Batalion 444 dikenal sebagai kesatuan tentara prokomunis. Salah satu komandan kompinya adalah Letnan Kolonel Untung Syamsuri, yang kemudian memimpin operasi pen­ M e ne m u ka n m a ka m culikan sejumlah jenderal pada malam A i d it b u ka n p e r k a ra 30 September. Tahun-tahun menjelang m u d a h , ba h ka n 1965, Boyolali juga dikenal sebagai basis bagi a n a knya . Ada PKI Jawa Tengah. Dalam Pemilu 1955 u pa y a s i stem at i s dan pemilihan kepala daerah dua tahun u ntu k m e m b u a t p e r� sesudahnya, PKI meraih kemenangan i s t i ra h ata n t e ra k h i r besar di sana. A i d it d i l u p a k a n ora n g . Pencarian Ilham baru berbuah ketika sebuah lembaga swadaya masyarakat lokal di Boyolali menghubunginya dan menceritakan temuan mereka. \"Mereka mengetahui lokasi ini dari sumber-sumber kredibel yang terlibat langsung dalam pembunuhan anggota PKI saat itu,\" kata Ilham. Tempo mendatangi lokasi itu akhir September 2007. Dan seorang penghuni di mes Kodim membenarkan pekarangan belakang gedung itu disebut-sebut sebagai lokasi kuburan Aidit. K u b u ra n 81

mmmmtmeeaeenenumtgDnegkomrbihoalekiaernnmemkadtkseudab.anrriuLmsaiaeubmbptbbaeibbuatnkuaatngakhng,skkjasiuetsaamurusnmatmab,rspntuu,ue\"ayrlrmhauak-thutkabuenatluapaarcranemuiuttnyluaaddap..iiwekt\"auScPahtatareaauhgarswpaatnnanalysbtaehaitegrtu,reiatlk.gmaadSeenpasipsigeepaocrltetaarenmbabnmgenegahrpgbktuuueauysnrrnlaanuainnhpyinynagaagai terancam. Kolonel Yasir H a d i broto (kanan). Menembak mati Aidit. lndon<•sia: D . N . Aidit

Tak sampai 1 0 0 meter dari sana, a d a sebuah lokasi lain yang juga disebut-sebut berhubungan dengan Aidit. Di sanalah, konon, Wakil Ketua Majelis MPR Sementara itu ditembak mati. Pekarangan tersebut bagian dari satu rumah berarsitektur tua yang sekarang menjadi gedung Bank Pembangunan Daerah Jawa Tengah. \"Jadi, setelah ditembak di sana, baru jenazahnya di­ masukkan ke sumur di sebelahnya, \" kata Ilham kepada Tempo. Pada 1965, rumah itu digunakan sebagai Sekolah Pendidikan Guru. Lokasinya tak j auh dari Pasar Boyolali, yang berhadap-hadapan dengan markas polisi militer Kodim Boyolali dan gedung yang dulu digunakan sebagai Sekretariat PKJ. Mbah Jungkung, seorang pensiunan pegawai negeri setempat yang banyak mengetahui ihwal kej adian pada masa itu, membenarkan kisah Ilham. Bahkan, menurut dia, gedung sekolah itu dahulu dij adikan semacam kamp tahanan. Para anggota dan simpatisan PKJ dikumpulkan di situ sebelum dieksekusi. ••• KETIKA akhirnya berdiri d i samping pusara ayahnya pada 2003 lalu, Ilham mengaku tak kuasa menahan getaran hatinya. \"Naluri saya mengatakan memang di sinilah tempatnya, \" katanya dengan suara tercekat. Putra Aidit itu juga mengaku memendam keinginan untuk memindahkan jenazah ayahnya ke tempat yang layak. \"Tapi mungkin belum bisa sekarang,\" katanya pelan. \"Kami harus bersabar.\" ■

Keluarga Besar Aidit Sesudah M a l a m H o ro r i t u Dari s e b u a h keh i d u p a n ya n g s entosa, kel u a rg a D . N . A i d it l u l u h - l a nta k sete l a h h o ro r 3 0 S e pte m b e r 1 965. A n a k d a n i stri pem i m p i n Pa rta i Kom u n i s I n d o n e s i a itu cera i - bera i . D u a a n a k g a d i s n ya m e nj a d i e ks i l d a n b e rp i n d a h d a r i satu n e g a ra ke n egara l a i n . A b d u l l a h A i d it (Ayah D.N. Aid it) J E N A Z A H NYA M E M B U S U K T I G A H A R i Malam 3 0 September 1965, Abdullah menginap d i rumah D.N. Aidit di Jalan Pegangsaan Barat 4, Jakarta Pusat. Dia melihat anak sulungnya, D.N. Aidit, dibawa pergi tiga orang tentara bersama pengawal pribadi bernama Kusno. Pada 1965 itu, Abdullah sudah pindah dari Belitung ke Jakarta karena menjadi Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia. Banyak orang _ mengira dia wakil dari Masyumi karena saat itu ada dua anggota Dewan dengan nama yang mirip. Yang satu dari Masyurni bernama Aidid, yang lain Abdullah Aidit yang ke Senayan karena kiprahnya dalam o rgani a i N u rul Islam.

BdmSieoelerintutDugamann.Nsgatuih..,hAiisttiiutdgriaitmncytauaaskc,iuhyknauaynndag:jauIpnwdeguarangp,iupIlteraamfnangnbp,,aanddptaeunmamdIiklaihtina.anmAke.bplBduulueaarlrlugadnahetnudIgnaaalgruni, Keluarga Abd u l la h JAAlhI\"aaliMabghkdridaaieitaurmSrdtyileiatliakautAkhSeahaimkedkdbkleeiauaeemtktrnrkaktauameniepndbr.peiniumaaalyikdnhkea-aamatdjlteeiiTbraamneiennaamsagkzadskparsadhukoatata.alynnnisKamegmenhoajmgaraetajdlbieeenienncmagrujdneipcpnemuairagtra-mpuaclsuruaudbtdcn.mieu\"arLktnaTlaaueyhinnabgKggk,aasea\"nkaubSmgennaeairgybB,uk\"oeupmrnakIaaatyaandakathr,aia.. Aidit. (kiri­ r8PauyeemalrihdtaMunahnnyegaani,tuukAMrebukmedtonuustMldoelaniruahigrnajCakdthteauarrAhbeeirnasdunaailkgt,iMStk.paeaDulreBitihasreaa.laihktTb,uhiungiirnsagntgryaistatauakhmseAudebnbnuadianmnutgluAelganabahneldtkuWaAelpltiaaidkkhdiait,i; kanan belakang) M u rad A i d it, D . N . A i d it, Abd u l la h A i d it, Asahan A i d it, Sobron A i d it, dan Basri Aid it. (depa n ) Putri dan p u tra D.N . Aid it.


Like this book? You can publish your book online for free in a few minutes!
Create your own flipbook