STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL TINDAKAN FISIOTERAPI DADA (Dipandang dari Belakang) A.3b: Lobus atas kiri – segmen posterior A.3c: lobus atas kiri - segmen posterior (posisi lain) 47
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL TINDAKAN FISIOTERAPI DADA B : Middle Lobes B.1a: Lobus tengah kanan (Perhatikan : pasien ¾ bagian badannya terlentang) 48
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL TINDAKAN FISIOTERAPI DADA B.1b: Lingula (Perhatikan : pasien ¾ bagian badannya terlentang) Lingula (dipandang dari belakang) C : Lower Lobes C.1a: Kedua lobus bawah – Segmen anterior 49
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL TINDAKAN FISIOTERAPI DADA C.2.b: (Posisi lain anterior Basal Segmen) C.1c: Kedua lobus bawah – segmen posterior (Perhatikan : bantal di bawah perut dan lutut, kepala tanpa bantal) 50
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL TINDAKAN FISIOTERAPI DADA C.1d : Lobus bawah kanan – segmen posterior (posisi dimodifikasi untuk penekanan khusus) C.1e : Kedua lobus bawah – segmen posterior (dengan beberapa bantal di bawah perut) 51
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL TINDAKAN FISIOTERAPI DADA C.2a : Lobus bawah kanan – segmen lateral C.2b: Lobus bawah kiri – segmen lateral dan Lobus bawah kanan – segmen kardiak (medial) 52
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL TINDAKAN FISIOTERAPI DADA C.3a: Lobus bawah – segmen superior 5) Minta klien mempertahankan posisi selama 10-15 menit. Pada orang dewasa, pengaliran setiap area memerlukan waktu. Anak-anak, prosedur ini cukup 3-5 menit. 6) Selama 10-15 menit drainase pada posisi ini, lakukan perkusi dan vibrasi dada atau gerakan iga di atas area yang didrainase. Memberikan dorongan mekanik yang bertujuan memobilisasi sekresi pada jalan napas. 7) Setelah drainase pada posisi pertama, minta klien duduk dan batuk. Tampung sekresi yang dikeluarkan dalam sputum pot. Jika klien tidak bisa batuk, harus dilakukan pengisapan. Setiap sekresi yang dimobilisasi ke dalam jalan napas harus dikeluarkan melalui batuk atau pengisapan sebelu klien dibaringkan pada posisi drainase selanjutnya. Batuk akan sangat efektif bila klien duduk dan membungkuk ke depan. 8) Minta klien istirahat sebentar, bila perlu. Periode istirahat sebentar di antara drainase postural dapat mencegah kelelahan dan membantu klien menoleransi terapi dengan lebih baik. 9) Minta klien minum sedikit air. Menjaga mulut tetap basah sehingga membantu ekspetorasi sekresi. 10) Ulangi langkah 3 hingga 9 sampai semua area tersumbat yang dipilih telah terdrainase. Setiap tindakan tidak lebih dari 30-60 menit. Drainase postural digunakan hanya untuk mengalirkan area yang tersumbat dan berdasarkan pada pengkajian individual. 53
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL TINDAKAN FISIOTERAPI DADA 11) Ulangi pengkajian dada pada setiap bidang paru. drainase Memungkinkan anda mengkaji kebutuhan selanjutnya atau mengganti program drainase. 12) Cuci tangan. Mengurangi transmisi mikroorganisme. b. Fase Kerja Perkusi/ Clapping: 1) Ikuti protokol standar umum dalam intervensi keperawatan seperti perkenalkan diri perawat, pastikan identitas klien, jelaskan prosedur dan alasan tindakan, cuci tangan. 2) Tutup area yang akan dilakukan perkusi dengan handuk atau pakaian tipis untuk mencegah iritasi kulit dan kemerahan akibat kontak langsung. 3) Anjurkan klien untuk tarik napas dalam dan lambat untuk meningkatkan relaksasi 4) Jari dan ibu jari berhimpitan dan fleksi membentuk mangkuk. 5) Secara bergantian lakukan fleksi dan ekstensi pergelangan tangan secara cepat untuk menepuk dada. 6) Perkusi pada setiap segmen paru selama 1-2 menit. 7) Perkusi tidak boleh dilakukan pada daerah dengan struktur yang mudah cedera seperti mamae, sternum,kolumna spinalis, dan ginjal. 8) Cuci tangan c. Fase Kera Vibrasi : 1) Ikuti protokol standar umum dalam intervensi keperawatan seperti perkenalkan diri perawat, pastikan identitas klien, jelaskan prosedur dan alasan tindakan, cuci tangan. 54
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL TINDAKAN FISIOTERAPI DADA 2) Letakkan tangan, telapak tangan menghadap ke bawah di area dada yang akan didrainase, satu tangan di atas tangan yang lain dengan jari-jari menempel bersama dan ekstensi. Cara lain tangan bisa diletakkan secara bersebelahan. 3) Anjurkan klien tarik napas dalam dan lambat untuk meningkatkan relaksasi 4) Selama masa ekspirasi, tegangkan seluruh otot tangan dan lengan serta siku lalu getarkan, gerakkan ke arah bawah. Perhatikan agar gerakan dihasilkan dari otot-otot bahu.Hentikan gerakan jika klien inspirasi. 5) Vibrasi selama 3 - 5 kali ekspirasi pada segmen paru yang terserang. 6) Setelah setiap kali vibrasi ,anjurkan klien batuk dan keluarkan sekresi ke tempat sputum. 7) Cuci tangan 55
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL TINDAKAN FISIOTERAPI DADA PERHATIAN Ketika melakukan fisioterapi dada, beberapa hal penting untuk Dokumentasi diperhatikan, yaitu: 1. kebersihan alat dan tangan; 2. pemberian oksigen selama drainase postural; 3. gunakan pengharum ruangan jika sputum berbau busuk; serta 4. area paling atas paru-paru ditangani terlebih dahulu. Beberapa hal yang perlu didokumentasikan adalah sebagai berikut: 1. Jumlah, warna, kekentalan, dan karakter sputum; 2. Nadi klien; 3. Bunyi napas klien; serta 4. Jam, hari, tanggal, respon pasien. 4. Latihan dan Tugas 4.1. Demonstrasikan kembali tindakan fisioterapi dada pada teman anda 4.2. Baca berbagai referensi tentang fisioterapi dada 56
Annisaa F U, M. Kep., Ns.Sp.Kep.MB Modul SISTEM KARDIOVASKULAR: 1 PEMASANGAN ELEKTROKARDIOGRAM (EKG) 1. Kemampuan Akhir yang Diharapkan Setelah dilakukan demonstrasi, diharapkan mahasiswa mampu: a. Memahami tujuan pemasangan EKG b. Memahami jenis sadapan c. Melakukan pemeriksaan jantung dengan EKG d. Melakukan dokumentasi hasil EKG 2. Teori Singkat Sistem konduksi listrik merangsang dan mengkoordinasikan kontraksi otot jantung. Sinyal kelistrikan yang terjadi dapat dideteksi melalui elektroda logam yang diletakkan pada ekstremitas dan dinding dada. Elektrokardiogram (EKG) merupakan rekaman grafik potensial listrik yang dihasilkan oleh jantung. EKG terdiri dari 6 sadapan ekstremitas di bidang frontal dan 6 sadapan dada atau prekordium di bidang transversal. Sadapan ekstremitas diletakkan pada pergelangan tangan dan kaki menggunakan kabel dengan label dan warna sebagai berikut: - Right Arm (RA) merah - Left Arm (LA) kuning - Left Leg (LL) hijau, dan - Right Leg (RL) hitam sebagai grounding. Potensial listrik antara RA dengan LA direkam dalam Lead I. Potensial listrik antara RA dengan LL direkam dalam Lead II. Sedangkan potensia listrik antara LA dengan LL direkam dalam Lead III. 57
Sumber: www.mediceine.mcgill.ca Ketiga Limb Lead disebut sebagai “Segitiga Einthoven’s”. Ketiga Unipolar Lead lainnya yang disebut Augmented Extremity Leads terdiri dari: - Augmented Voltage Right (aVR) - Augmented Voltage Left (aVL) - Augmented Voltage Feet (aVF) Sumber: davidge2.umaryland.edu Enam sadapan di dada atau Prekordial Lead diberi label dan diletakkan pada area sebagai berikut: - Sadapan V1 di ruang interkosta ke-4 dekstra garis sisi sternum - Sadapan V2 di ruang interkosta ke-4 sinistra garis sisi sternum - Sadapan V3 di ruang di antara sadapan V2 dan V4 - Sadapan V4 di ruang interkosta ke-5 sinistra garis midklavikula - Sadapan V5 sejajar V4 di garis aksila anterior 58
- Sadapan V6 sejajar V4 dan V5 di garis midaksila Sumber: instrumentasi.lecture.ub.ac.id 3. Pelaksanaan Praktikum a. Alat-alat yang dibutuhkan dalam prosedur pemasangan EKG meliputi: o Mesin EKG o Elektroda isap dan ekstremitas o Elektrolit jelly o Kasa/ kapas o Kapas beralkohol b. Tahapan prosedur pemeriksaan EKG meliputi: o Anjurkan klien untuk berbaring dengan relaks. o Jelaskan tujuan dan prosedur pemeriksaan o Minta klien untuk membuka pakaian bagian dada. o Minta klien untuk melepas sementara perhiasan atau aksesoris yang mengandung logam o Bersihkan permukaan kulit pada kedua pergelangan tangan dan kaki dengan kapas beralkohol o Berikan keempat elektroda ekstremitas dengan EKG jelly secukupnya lalu pasang di tempat yang sudah dibersihkan o Hubungkan kabel penghubung klien dengan elektroda ekstremitas o Bersihkan permukaan kulit di dada dengan kapas alkohol 59
o Berikan keenam elektroda prekordial dengan EKG jelly secukupnya dan pasang di tempat yang sesuai dan sudan dibersihkan o Hubungkan kabel penghubung klien dengan elektroda prekordial o Nyalakan mesin dan lakukan perekaman EKG 12 Lead o Hentikan alat dan tulis identitas klien meliputi: nama, usia, jenis kelamin, dan tanggal pemeriksaan. 4. Latihan a. Setiap mahasiswa melakukan pemeriksaan EKG dengan teman peer dan dokumentasikan hasilnya. b. Sebutkan area pemasangan sadapan pada gambar berikut ini: Letak sadapan: V1: …………………………… V2: …………………………… V3: …………………………… V4: …………………………… V5: …………………………… V6: …………………………… 5. Tugas a. Perhatikan video yang menyajikan tentang pemeriksaan EKG dan diskusi atau tanyakan kepada pembimbing praktikum terkait hal- hal yang belum jelas. b. Bacalah beberapa referensi yang membahas tentang EKG 60
Annisaa F U, M. Kep., Ns.Sp.Kep.MB Modul SISTEM KARDIOVASKULAR: 2 TERAPI CAIRAN INTRAVENA 1. Kemampuan Akhir yang Diharapkan Setelah dilakukan demonstrasi, diharapkan mahasiswa mampu: o Memahami tujuan terapi cairan melalui intravena o Melakukan penghitungan kebutuhan cairan o Melakukan penghitungan balance cairan o Mendemonstasikan pemberian terapi cairan 2. Teori Singkat Memasukkan cairan atau obat langsung melalui pembuluh darah vena dalam jumlah dan waktu tertentu dengan menggunakan infus set. Tujuan pemberian terapi intravena yaitu untuk mempertahankan atau mengganti cairan tubuh, elektrolit, vitamin, protein, kalori, nitrogen pada klien yang tidak mampu mempertahankan asupan cairan melalui oral; memenuhi keseimbangan asam basa; memenuhi volume darah; menyediakan saluran akses obat. Gangguan cairan tubuh yang terjadi dapat berupa perubahan volume cairan, konsentrasi, dan komposisi. Pada perubahan volume cairan dapat terjadi defisit volume cairan atau dehidrasi dan kelebihan volume cairan. Sedangkan pada perubahan konsentrasi dapat berupa hipernatremi dan hiponatremi, serta hipokalemi dan hiperkalemi. Pada kondisi dehidrasi, tingkat kehilangan cairan dibagi menjadi ringa, sedang, dan berat. Dimana dehidrasi ringan jika seseorang kehilangan 1-2 liter air atau 2% dari berat badan. Dehidrasi sedang jika seseorang kehilangan 3-5 liter air atau 5% dari berat badan. Sedangkan dehidrasi berat jika seseorang kehilangan 5-10 liter air atau 8% dari berat badan. 61
Berikut ini rumus dehidrasi: Rumus dehidrasi = BB sebelum sakit – BB sesudah sakit x 100% BB sebelum sakit Kebutuhan rehidrasi seseorang dapat dihitung dengan menggunakan rumus berikut ini: • BB 10 kg pertama = 1 liter cairan • BB 10 kg kedua = 0,5 liter cairan • BB >> 10 kg = 20 ml x sisa BB Terapi cairan yang diberikan melalui intravena menggunakan infus, maka dihitung dengan rumus sebagaia berikut: Rumus tetesan infus: Jumlah cairan x faktor tetes (20 tts) Lama pemberian x 60’ Atau ∑ kolf X 7 Pemantauan keseimbangan cairan perlu dipantau dengan menghitung balance cairan. Asupan cairan atau intake meliputi infus, minum, cairan dalam makanan, oksidasi metabollik/ air metabolik (AM), obat, albumin dll. Sedangkan luaran cairan atau ouput seperti urine 24 jam, feses, insensible water loss (IWL), muntah, dll. • Rumus (AM) = 5 cc/kgBB/hari • Rumus urine output = 0,5 – 1 cc/kBB/jam • Rumus IWL: IWL = (15 x BB)/ 24 jam • Rumus IWL kenaikan suhu: IWL = [(10% x cairan masuk) x jumlah kenaikan suhu]/24 jam + IWL normal 62
3. Pelaksanaan Praktikum 3.1. Persiapan memasang infus: Persiapan yang dilakukan meliputi persiapan pasien dan alat. Persiapan pasien dengan memberi penjelasan tentang prosedur yang akan dilakukan. Adapun persiapan alat yaitu: • Standar infus • Cairan infus dan infus set sesuai kebutuhan • Jarum / wings needle/ abocath sesuai dengan ukuran yang dibutuhkan • Perlak dan tourniquet • Plester dan gunting • Bengkok • Sarung tangan bersih • Kassa seteril • Kapas alkohol dalam tempatnya 3.2. Penatalaksanaannya ➢ Mencuci tangan ➢ Memberitahu tindakan yang akan dilakukan ➢ Mengisi selang infuse ➢ Membuka plastic infus set dengan benar ➢ Tetap melindungi ujung selang steril ➢ Menggantungkan infus set dengan cairan infus dengan posisi cairan infus mengarah keatas ➢ Menggantung cairan infus di standar cairan infus ➢ Mengisi cairan infus pada chamber dengan cara menekan (isi kurang lebih 1/3 bagian chamber) ➢ Mengisi selang infus dengan cairan yang benar, pastikan tidak ada udara di dalam selang infus ➢ Menutup ujung selang dan tutup dengan mempertahankan kesterilan ➢ Cek adanya udara dalam selang ➢ Pakai sarung tangan 63
➢ Memilih posisi yang tepat untuk memasang infuse ➢ Meletakkan perlak dan pengalas ➢ Memilih vena yang tepat dan benar ➢ Memasang tourniquet ➢ Deninfeksi vena dengan alcohol dari atas kebawah dengan sekali hapus ➢ Buka abocath apakah ada kerusakan atau tidak, pertahankan area steril ➢ Menusukan abocath pada vena yang telah dipilih ➢ Memperhatikan adanya darah dalam kompartemen darah dalam abocath lalu tarik sebagian needle ➢ Lepas tourniquet ➢ Masukkan semua bagian kanul dan lepaskan needle ➢ Sambungkan abocat dengan ujung selang yang telah terlebih dahulu dikeluarkan cairannya sedikit, dan sambil dibiarkan menetes sedikit ➢ Memberikan plester pada ujung abocath tapi tidak menyentuh area penusukan untuk fiksasi ➢ Membalut dengan kassa betadinsteril dan menutupnya dengan kassa steril kering ➢ Memberi plester dengar benar dan mempertahankan keamanan abocath agar tidak tercabut ➢ Mengatur cairan tetesan infus sesuai kebutuhan pasien ➢ Alat-alat di bereskan dan perhatikan bagaimana respon pasien dan cuci tangan ➢ Dokumentasikan tindakan yang dilakukan 4. Latihan 4.1. Ny G usia 34 tahun masuk RS dengan keluhan muntah-muntah sudah 5 kali dalam sehari. Pasien terlihat lemah, turgor kulit kurang elastis, dan mata cekung. BB sebelum sakit 47 kg dan BB saat ini 45 kg. Berapakah tingkat kehilangan cairan Ny G? 4.2. Pasien usia 30 tahun dengan dehidrasi, BB saat dikaji 56 kg, Tb 165 cm. Berapa kebutuhan cairan pasien? 64
4.3. Tn Y usia 37 tahun dengan BB 60 kg dirawat post laparatomi. Terpasang drain dgn produksi 80 cc dan NGT terbuka dgn produksi 120 cc berwarna kuning kehijauan. Pasien mendapat terapi RL 500 cc/8 jam (atau 1500 cc/24 jam), obat injeksi 100 cc. pasien terpasang kateter dengan jumlah urine 1500 cc. Hitung balance cairan pasien? 5. Tugas 5.1. Baca buku atau referensi terkait keseimbangan cairan dan elektrolit 5.2. Simak video tentang pemberian terapi intravena 65
Annisaa F U, M.Kep., Ns.Sp.Kep.MB Modul SISTEM KARDIOVASKULAR: 3 PENGAMBILAN DARAH ARTERI DAN ANALISIS GAS DARAH 1. Kemampuan Akhir yang Diharapkan Setelah dilakukan demonstrasi, diharapkan mahasiswa mampu: o Memahami tujuan pengambilan darah arteri o Melakukan pemeriksaan tes Allen o Mendemonstasikan pengambilan darah arteri o Menginterpretasi hasil analisis gas darah 2. Teori Singkat Analisa gas darah (AGD) merupakan suatu pemeriksaan melalui pengambilan darah arteri. Pemeriksaan Gas Darah Arteri (GDA) atau Analisis Gas Darah arteri (AGD) adalah salah satu jenis pemeriksaan darah yang dilakukan dengan cara mengambil darah arteri dengan teknik tertentu yang bertujuan untuk mengkaji gangguan keseimbangan asam-basa, yang disebabkan oleh gangguan respiratorik atau gangguan metabolik atau keduanya. Pemeriksaan gas darah arteri yang memungkinkan untuk pengukuran pH (dan juga keseimbangan asam basa), oksigenasi, kadar karbondioksida, kadar bikarbonat, saturasi oksigen, dan kelebihan atau kekurangan basa. Tujuan pemeriksaan gas darah arteri yaitu untuk mengetahui keseimbangan asam basa tubuh (pH) untuk mengetahui bila darah terlalu asam (asidosis) atau basa (alkalosis), mengetahui fungsi pertukaran gas di alveoli, dan mengetahui tekanan O2 & CO2 di darah. Mengetahui apakah tekanan oksigen dalam darah terlalu rendah (hipoksia), atau karbon dioksida terlalu tinggi (hiperkarbia) akibat gangguan metabolisme atau pernapasan. Tujuan khusus pemeriksaan gas darah arteri adalah mengetahui, pH darah, tekanan 66
parsial Karbondioksida (PCO2), bikarbonat (HCO3-), base excess/ deficit, tekanan oksigen (PO2), kandungan oksigen (O2), dan saturasi oksigen (SO2). Indikasi dilakukan pemeriksaan gas darah arteri adalah pada kondisi- kondisi seperti pasien dengan penyakit obstruksi paru kronik (COPD), edema pulmonal, Acute Respiratory Distress Syndrom (ARDS), infark miokard, pneumonia, syok, pasca pembedahan Coronary Arteri Baypass Graft (CABG), resusitasi cardiac arrest, pasien dengan perubahan status respiratori, dan anestesi yang terlalu lama. Lokasi pengambilan darah arteri dapat dilakukan melalui arteri radialis atau ulnaris, arteri brakhialis, arteri femoralis, arteri tibialis posterior, arteri dorsalis pedis. Gambar: arteri femoralis Gambar: arteri dorsalis pedis Arteri femoralis atau brakhialis sebaiknya tidak digunakan jika masih ada alternatif lain, karena tidak mempunyai sirkulasi kolateral yang cukup untuk mengatasi bila terjadi spasme atau trombosis. Sedangkan arteri temporalis atau axillaris sebaiknya tidak digunakan karena adanya risiko emboli otak. 67
3. Pelaksanaan Praktikum 3.1.Test Allen’s Perlu dilakukan Allen tes terlebih dahulu untuk pengambilan darah arteri melalui arteri radialis. Minta klien untuk mengepalkan tangan dengan kuat, berikan tekanan langsung pada denyutan arteri radialis dan ulnaris dari salah satu pergelangan tangan klien, minta klien untuk membuka tangannya, lepaskan tekanan pada arteri, observasi warna jari-jari, ibu jari dan tangan. Jari-jari dan tangan harus memerah dalam 15 detik, warna merah menunjukkan test allen’s positif. Apabila tekanan dilepas, tangan tetap pucat, menunjukkan test allen’s negatif. Jika pemeriksaan negatif, hindarkan tangan tersebut dan periksa tangan yang lain. Gambar. Tes Allen’s 3.2. Persiapan Persiapan yang dilakukan meliputi persiapan pasien, persiapan alat dan bahan. Adapun persiapan pasien meliputi penjelasan prosedur dan tujuan dari tindakan yang dilakukan, penjelasan bahwa dalam prosedur pengambilan akan menimbulkan rasa sakit, dan komplikasi yang mungkin timbu. Komplikasi yang dapat ditimbulkan meliputi, perdarahan atau pembengkakan di area suntikan, penggumpalan darah di bawah kulit (hematom), pusing, pingsan, dan infeksi pada area kulit yang disuntik. Persiapan Alat dan Bahan 1. Antiseptik (alkohol) untuk membersihkan permukaan kulit dari mikroorganisme dan mengurangi kemungkinan infeksi. 2. Kassa steril (sterile gauze pads) ukuran 2x2 cm untuk menyediakan hemostatis mengikuti tindakan. 68
3. Spuit yang steril 3 cc untuk menusuk kulit dan arteri serta menampung darah dari arteri. Jarum ukuran 22 atau 25 (untuk anak-anak) dan nomor 20 atau 21 untuk dewasa. 4. Penutup jarum (gabus atau karet) 5. Heparin dengan perbandingan 1:1000 untuk mencegah pembekuan darah arteri. 6. Obat anastetik local, jika diperlukan 7. Termometer 8. Wadah (kontainer) untuk spesimen agar darah tetap dingin sampai dites di laboratorium guna mencegah gas tersuspensi di spesimen. Gunakan Es jika diperlukan 9. Label spesimen untuk memastikan keakuratan tes dan untuk dokumentasi. 10. Sarung tangan untuk melindungi tangan perawat dari terpapar darah klien. 11. Pengalas untuk mencegah pengotoran linen. 12. Bengkok 13. Handuk kecil 14. Plester dan Gunting 3.3. Prosedur Tindakan 1. Atur posisi klien agar nyaman 2. Identifikasi tempat penusukan 3. Posisikan klien dengan lengan ekstensi dan telapak tangan menghadap ke atas 4. Letakkan pengalas 5. Pakai sarung tangan 6. Palpasi arteri radial dan brakial dengan jari tangan. Tentukan daerah pulsasi maksimal 7. Lakukan Tes Allen 69
• Lakukan penekanan pada kedua denyutan radialis dan ulnaris dari salah satu pergelangan tangan pasien sampai denyutannya hilang. Tangan menjadi pucat karena kurangnya sirkulasi ke tangan. • Lepaskan tekanan pada arteri ulnaris. Jika tangan kembali normal dengan cepat, hasil tes dinyatakan positif dan penusukan arteri dapat dilakukan pada pergelangan tangan tersebut. • Jika setelah dilakukan pelepasan tekanan pada arteri ulnaris tangan tetap pucat, artinya sirkulasi ulnaris tidak adekuat. Hasil tes dinyatakan negatif dan pergelangan tangan yang lain harus dites. • Bila hasil tes pada kedua pergelangan tangan adalah negatif, arteri femoralis harus dieksplorasi. 8. Stabilisasikan arteri radial dengan melakukan hiperekstensi pergelangan tangan; stabilisasi arteri brakialis dengan melakukan hiperekstensi siku 9. Desinfeksi daerah penusukan disekitar pulsasi maksimal dengan kapas alkohol dengan gerakan sirkuler dari dalam ke luar atau dengan usapan satu arah 10. Pegang kapas alkohol dengan jari tangan dan palpasi pulsasi lagi. 11. Pertahankan jari tangan di daerah proksimal dari daerah penusukan. Masukkan jarum dengan sudut 45-90o (sesuai dengan lokasi) langsung ke dalam arteri 70
Gambar. Pungsi Arteri radialis 12. Perhatikan masuknya darah ke dalam spuit yang terlihat seperti ”denyutan”. Hentikan menusukkan jarum lebih jauh bila terlihat ”denyutan” ini 13. Pertahankan posisi dan tunggu sampai terkumpul 2-4 ml (atau sesuai kebutuhan) darah ke dalam spuit 14. Letakkan kapas alkohol di atas daerah penusukan dan tarik jarum; lakukan penekanan sesegera mungkin dengan menggunakan kapas alkohol tersebut. 15. Keluarkan udara dari spuit; lepaskan jarum dan buang 16. Tusukkan ujung jarum ke dalam gabus 17. Pasang label identitas (nama pasien, tanggal, jam, suhu tubuh saat pengambilan, ruangan) di spuit 18. Pelihara kontinuitas penekanan selama 5 menit (atau selama 10 menit bila klien menerima antikoagulan) 19. Bersihkan daerah penusukan dengan kapas alcohol Gambar: penekanan arteri 71
20. Monitor tempat penusukan terhadap adanya perdarahan dengan melakukan inspeksi dan palpasi 21. Lakukan balutan tekan (pressure dressing) jika perdarahan berlanjut 22. Bereskan peralatan dan lepaskan sarung tangan 3.4. Interpretasi Analisis Gas Darah Sebelum melakukan interpretasi gas darah arteri, perlu diketahui nilai normal atau acuan dari komponen yang diniali, meliputi: Komponen dinilai Nilai normal pH 7,35 – 7,45 pO2 80 -100 mmHg pCO2 35 – 45 mmHg HCO3 22 -27 mEq?L BE 0 ± 2 mEq/L Saturasi O2 95% atau lebih Kondisi dimana pH darah <7,35 disebut sebagai kondisi asidosis sedangkan pH darah >7,45 dsiebut sebagai alkalosis. Interpretasi hasil analisis gas darah dapat mengacu pada kolom berikut ini: 72
4. Latihan 1.1. Sebutkan area penusukan pada pengambilan darah untuk AGD pada gambar berikut ini: 1.2. Lakukan interpertasi pada hasil AGD berikut ini Data Interpretasi pH: 7,30 ………………………………… pCO2: 50 mmHg ………………………………… HCO3: 27 mmHg ……………………………….. BE : +2 Sat O2: 96% pH: 7,48 pCO2: 30 mmHg HCO3: 27 mmHg BE : +2 Sat O2: 95% pH :7,60 PaO2 : 90 mmHg PaCO2 : 35 mmHg HCO3 : 30 mEq/L BE : +4 SaO2 : 96% 5. Tugas a. Simak kembali video tentang pemeriksaan Allen tes dan pengambilan darah arteri b. Bacalah buku atau referensi terkait keseimbangan asam dan basa, serta interpretasi hasil AGD 73
Annisaa F U, M. Kep., Ns.Sp.Kep.MB Modul SISTEM KARDIOVASKULAR: 4 PENGKAJIAN FISIK SISTEM KARDIOVASKULAR 1. Kemampuan Akhir yang Diharapkan Setelah dilakukan demonstrasi, diharapkan mahasiswa mampu: a. Melakukan anamnesis b. Melakukan inspeksi dada c. Melakukan palpasi dada d. Melakukan perkusi batas jantung e. Melakukan auskultasi suara jantung 2. Teori Singkat Jantung merupakan salah satu organ penting yang berfungsi untuk memompakan darah ke seluruh tubuh. Umumnya ukuran jantung manusia sebesar kepalan tangan. Jantung terletak di dalam rongga thoraks, dimana 1/3 bagian berada di dekstra dan 2/3 bagian ada di sinistra dari midline sternum. Bagian atas jantung disebut dengan basis sedangkan bagian bawah disebut dengan apeks. Jantung memiliki empat ruangan yaitu atrium dekstra dan sinistra serta ventrikel dekstra dan sinistra. Ruang antara ventrikel dekstra dan sinistra dipisahkan oleh sekat yang disebut interventrikular septum. Sedangkan, ruang antara atrium dengan ventrikel dipisahkan oleh katup atrioventrikular. Katup atrioventrikular yang memisahkan atrium dekstra dengan ventrikel dekstra disebut katup trikuspid. Katup atrioventrikular yang memisahkan atrium sinistra dengan ventrikel sinistra disebut katup bikuspid atau mitral. 74
3. Pelaksanaan Praktikum 3.1. Anamnesis 1. Kaji keluhan utama klien untuk mengidentifikasi apakah keluhan mengarah pada adanya gangguan kardiovaskular atau tidak. 2. Jika terdapat keluhan nyeri dada, kaji lebih dalam pencetus, kualitas, lokasi atau penyebaran, skala nyeri, dan durasi nyeri. 3. Kaji riwayat kesehatan klien seperti pola aktivitas dan istirahat serta riwayat penyakit teradahulu. Tanyakan juga riwayat penyakit keluarga. 4. Kaji adanya faktor-faktor risiko penyakit kardiovaskular. Misalnya pengkajian faktor risiko terjadinya infark miokard dalam kurun waktu 10 tahun mendatang dengan menggunakan model perhitungan faktor risiko Framingham Risk Sroce (FRS). Dimana model perhitungan FRS memperkirakan berdasarkan prediktor seperti gender, usia, kadar kolesterol total, kadar HDL, tekanan darah sistolik, pengobatan hipertensi, dan status merokok. Selain itu, pengkajian faktor risiko juga dapat dilakukan dengan pendekatan model perhitungan Jakarta Cardiocascular Scoreyang memperkirakan berdasarkan prediktor gender, usia, tekanan darah, indeks massa tubuh, riwayat merokok, diabetes mellitus, dan aktivitas fisik. Hasil perhitungan jika skor -7 sampai 1 menunjukkan risiko rendah penyakit jantung, jika skor 2 – 4 menunjukkan risiko sedang penyakit jantung dan jika skor ≥5 menujukkan risiko tinggu penyakit kardiovaskular (Kusmana, 2002). 3.2. Inspeksi o Inspeksi adannya xantelasma pada area kelopak mata, dan arcus senilis pada kornea. Gambar: Xantelasma Arcus senilis Sumber: en.em.wikipedia.org Sumber: medicalnewstoday.com 75
o Inspeksi warna kulit, kaji adanya sianosis, pallor, ekimosis, dan eritema serta cek suhu permukaan kulit. Inspeksi adanya clubbing finger dan spoon nail pada jari. Inspeksi adanya Osler’s node dan Jane way lesions pada jari dan telapak tangan. Sumber: www.resus.com.au o Inspeksi adanya varises dan edema pada ekstremitas. Jika terdapat edema, lakukan pitting edema dan beri penilaian. Sumber: labicenter.org o Inspeksi adanya peningkatan vena jugularis pada area leher sebelah kanan. Pemeriksaan Jugular Venous Pressure (JVP) mencerminkan tekanan hidrostatik di atrium kanan, nilai normalnya kurang dari 9 cmH2O 3.3. Palpasi 76
o Lakukan palpasi pada area “five keys landmark”. Letakkan tangan kanan pemeriksa pada inter costa ke-2 dextra untuk meraba katup aorta, inter costa ke-2 dan ke-3 sinistra untuk meraba katup pulmonal. o Lakukan palpasi pada area midklavicula inter costa ke-5 sinistra dan daerah epigastrik untuk meraba daerah apeks. Sumber: geekymedics.com Gambar: Area pulsasi o Palpasi beberapa area pulsasi seperti radialis, brakhialis, temporalis, dll untuk mengidentifikasi kekuatan, irama, dan frekuensi nadi. Nilai Kekuatan 0 Tidak ada pulsasi 1 Pulsasi redup 2 Pulsasi sedikit berkurang 3 Pulsasi teraba normal 4 Pulsasi menendang 3.4. Perkusi o Perkusi dilakukan untuk mengetahui batas jantung. Melalui perkusi dapat memberikan gambaran adanya pembesaran jantung. 77
o Tempatkan jari tengah tangan non dominan pemeriksa pada garis aksila anterior sinistra. o Ketukkan jari pada falang distal dengan menggunakan jari tangan dominan. o Lanjutkan perkusi pada ruang interkosta ke-5 sinistra di atas midklavikula dan batas sternum sinistra o Ulangi gerakan tersebut di interkosta ke-2 dan ke-3 sinistra thoraks. Sumber: Sherman college 3.5. Auskultasi o Letakkan stetoskop di interkosta ke-2 dekstra akan terdengar suara katup aorta o Letakkan stetoskop di interkosta ke-2 sinistra garis midklavikula akan terdengar suara katup pulmonal o Letakkan stetoskop di interkosta ke-4 sinistra garis sternum akan terdengar katup trikuspid o Letakkan stetoskop di interkosta ke-5 sinistra garis midklavikula akan terdengar katup mitral atau bagian apeks jantung o Identifikasi adanya suara jantung tambahan seperti Gallop dan Murmur 4. Latihan 4.1. Jelaskan kemungkinan temuan data normal dan abnormal pada pengkajian sistem kardiovaskular di bawah ini: Pengkajian Hasil normal Hasil abnormal Inspeksi: …………………………… ………………… 1. Warna kulit …………………………… ………………… 2. Warna kuku 78
Pengkajian Hasil normal Hasil abnormal 3. Kondisi ………………………….... ………………… …………………………… ………………… ekstremitas Palpasi: …………………………… …………………. Letak iktus kodis Perkusi: perkusi …………………………… …………….......... 1. Suara …………………………… …………………. …………………. jantung perkusi …………………………… …………………. 2. Suara …………………………… paru Auskultasi: ……………………………. ………………….. 1. Suara jantung …………………………… …………………. 2. Suara paru 4.2. Sebutkan letak dan nama katup pada gambar dibawah ini: …………………………………………………………… …………………………………………………………… …………………………………………………………… …………………………………………………………… …………………………………………………………… 5. Tugas 5.1. Perhatikan video yang menyajikan tentang pemeriksaan fisik thoraks dan diskusi atau tanyakan kepada pembimbing praktikum terkait hal- hal yang belum jelas. 5.2. Setiap mahasiswa melakukan pemeriksaan fisik sistem kardiovaskular minimal kepada 1 orang anggota keluarga dan dokumentasika hasilnya. 79
Modul Nuraini, S.Kep., Ners., M.Kep. 1 p.MB SISTEM HEMATOLOGI: ANAMNESIS DAN PEMERIKSAAN FISIK SISTEM HEMATOLOGI 1. Kemampuan Akhir yang Diharapkan Setelah dijelaskan, mahasiswa diharapkan mampu melakukan anamnesis dan pemeriksaan fisik sistem hematologi. 2. Teori Singkat Skenario : Ners Fulan akan melakukan anamnesis dan pemeriksaan fisik pada pasien dengan gangguan sistem haematologi. Minimal questions : 1. Apa itu anamnesis dan Apa itu pemeriksaan fisik ? 2. Langkah-langkah dalam melakukan anamnesi dan pemeriksaan fisik ? 2.1. Anamnesis Anamnesa adalah : Cara pemeriksaan yang dilakukan dengan wawancara baik langsung pada pasien (Auto anamnese) atau pada orang tua atau sumber lain (Allo anamnese). 80% untuk menegakkan diagnosa didapatkan dari anamnese. Sebelum kita melakukan pemerikaan fisik, maka terlebih dahulu kita harus mekakukan komunikasi dengan pasien yang biasa dikenal dengan anamnesis (history taking). Anamnesis penting sebelum pemeriksaan fisik dilakukan dan dapat membantu pemeriksa di dalam mengarahkan diagnosis penyakit. Begitu pentingnya anamnesis ini, sehingga kadang- 80
kadang pemeriksaan fisik belum dilakukan diagnosis sudah dapat diprediksi. 2.2. Pemeriksaan Fisik Pemeriksaan fisik adalah pemeriksaan tubuh untuk menentukan adanya kelainan-kelainan dari suatu sistem atau suatu organ tubuh dengan cara inspeksi (melihat), palpasi, perkusi dan auskultasi. Pada umumnya pemeriksan dilakukan secara berurutan dari inspeksi sampai auskultasi. Tujuan pemeriksaan fisik hematologi adalah untuk menentukan status kesehatan klien, mengidentiikasi masalah klien dan mengambil data dasar untuk menentukan rencana tindakan keperawatan. 3. Pelaksanaan Praktikum STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL TINDAKAN ANAMNESIS DAN PEMERIKSAAN FISIK SISTEM HEMATOLOGI PENGERTIAN Anamnesis dan pemeriksaan fisik adalah bagian dari pengkajian TUJUAN yang merupakan suatu usaha yang dilakukan oleh perawat dalam menggali permasalahan dari klien meliputi usaha pengumpulan data PERSIAPAN tentang status kesehatan seorang klien secara sistematis, menyeluruh, akurat, singkat dan berkesinambungan 1. Membuat penilaian klinis tentang perubahan status kesehatan klien dan pelaksanaannya. 2. Mengevaluasi hasil asuhan keperawatan. 3. Mengumpulkan informasi yang relevan yang akan membentuk dasar perencanaan,implementasi, dan evaluasi sistemik keperawatan 4. Mengkaji secara umum dari status keadaan pasien 5. Mengkaji fungsi fisiologis dan patologis atau gangguan 6. Mengenal secara dini adanya masalah keperawatan klien baik aktual maupun resiko 7. Mengidentifikasi penyebab masalah keperawatan 8. Menyusun data dasar ( database) mengenai kebutuhan,masalah kesehatan dan respon klien terhadap masalah. 9. Menambah,mengkonfirmasi serta mengidentifikasi diagnosis keperawatan 1. Alat 81
Tahap Kerja a. Meteran, Timbangan BB, Penlight, Steteskop, 1. Ananmnesis Tensimeter/spighnomanometer, Thermometer, Arloji/stopwatch, Refleks Hammer, Otoskop, Handschoon Langkah- bersih ( jika perlu), tissue, buku catatan perawat. langkahnya b. Alat diletakkan di dekat tempat tidur klien yang akan di periksa. 2. Lingkungan a. Pastikan ruangan dalam keadaan nyaman, hangat, dan cukup penerangan. Misalnya menutup pintu/jendala atau skerem untuk menjaga privacy klien 3. Klien (fisik dan fisiologis) a. Bantu klien mengenakan baju periksa jika ada dan anjurkan klien untuk rileks. a. Jelaskan prosedur tindakan b. Mencuci tangan c. Menjalin Hubungan Tras 1) Mengucapkan salam, berjabatan tangan dan memperkenalkan diri 2) Melakukan komunikasi terapeutik d. Melakukan Inform Consent e. Mengumpulkan Data Pribadi 1) Nama, umur, agama, alamat dan pekerjaan 2) Asal usul pasien f. Mengumpulkan Data Keluhan Utama 1) Menanyakan keluhan utama dan berusaha memastikannya g. Menggali Riwayat Penyakit 1) Menggali riwayat penyakit sekarang dengan keterangan yang teratur sedapat mungkin secara kronologis berkenaan dengan perkembangan penyakit yang diderita, mulai dari timbulnya gejala sampai sekarang. 2) Melakukan anamnesis sistem organ yang berkaitan • Sistem kulit • Sistem saraf dan indera • Sistem otot, tulang dan sendi • Sistem endokrin • Sistem respirasi • Sistem kardiovaskuler • Sistem reproduksi 3) Memperluas anamnesis yang kemungkinan berkaitan dengan sistem lain 4) Menggali riwayat penyakit sekarang dan dahulu untuk menilai hubungan antara penyakit sekarang dengan penyakit yang dahulu. 5) Menelusuri tentang riwayat pengobatan sebelumnya 6) Menelusuri penyakit keluarga dan lingkungan dengan: b) Menanyakan apakah ada anggota keluarga yang 82
menderita/pernah menderita gangguan yang sama. c) Menanyakan kedekatan dengan anggota keluarga yang sakit tersebut. 7) Melakukan cek silang. 8) Menarik kesimpulan dari anamnesis 9) Menentukan Diagnosis Differential 2. Pemeriksaan fisik Sistem Hematologi Langkah- a. Membaca Basmalah langkahnya b. Pasien dibaringkan mendatar, kepala disanggah 1 bantal, pemeriksa berada disebelah kanan pasien c. Melihat penampilan umum dari kepala sampai ujung kaki. Perhatikan apakah pasien pucat, ikterus, ada tanda-tanda perdarahan dan bekas garukan. d. Kepala/Wajah 1) Perhatikan rambut, kedua belah mata dan mulut. 2) Catat apakah ditemukan anemia (pucat, ikterus, injeksi dan perdarahan) e. Tangan = Perhatikan secara cermat: 1) Koilonikia kuku, inspeksi lipatan palmaris untuk menunjukkan kepucatan. 2) Periksa nadi pasien. Takikardi dapat ditemukan pada pasien anemia. 3) Apabila terdapat purpura, perhatikan luas dan distribusinya (dari petekia sampai ekimosis). 4) Petekia teraba atau tidak. Purpura yang teraba menunjukkan vaskulitis sistemik. 5) Perhatikan adanya kelainan arthritis rematoid atau arthritis gout. f. Thorax = Lakukan pemeriksaan auskultasi paru dan jantung g. Pemeriksaan Abdomen 1) Pasien dibaringkan mendatar lagi. 2) Periksa abdomen secara cermat terutama untuk menentukan splenomegali, hepatomegali, kelenjar para-aorta, kelenjar inguinal dan adanya massa pada testis h. Pasien disuruh duduk tegak dan lakukan pemeriksaan kelenjar dari arah belakang. Usahakan mengidentifikasi setiap kelompok kelenjar dengan jari-jari tangan. 1) Mula-mula lakukan palpasi kelenjar submental yang terletak tepat di bawah dagu, lalu kelenjar submandibula yang teraba di bawah sudut rahang. 2) Palpasi rantai juguler yang terletak anterior dari m. sternokleidomastoideus dan kemudian kelenjar triangularis posterior yang terletak di bagian posterior m. sternokleidomastoideus. 3) Palpasi regio oksipital untuk menentukan kelenjar oksipital. 4) Selanjutnya periksa kelenjar post aurikuler di belakang telinga dan pre aurikuler di depan telinga. 83
INTERPREST 5) Pemeriksa berpindah ke depan pasien. Mintalah pasien untuk ASI sedikit mengangkat bahu, lalu pemeriksa meraba fossa supraklavikula dan nodus supraklavikula pada dasar m. sternomastoideus. 6) Periksa kelenjar aksila dengan cara mengangkat lengan pasien dan dengan tangan kiri lakukan palpasi pada aksila kanan. Pemeriksa meraba dengan jari-jarinya setinggi mungkin ke dalam aksila. Pemeriksaan pada aksila kiri dilakukan sebaliknya. i. Nyeri Tekan Tulang 1) Pasien tetap di dalam posisi tegak. 2) Lakukan ketokan pada tulang belakang dengan kepalan tangan untuk menentukan nyeri tekan tulang. 3) Tekan dengan lembut pada sternum dan kedua klavikula dengan pangkal telapak tangan. 4) Kemudian periksa bahu dengan menekannya kearah satu sama lain dengan kedua tangan. j. Tungkai 1) Inspeksi tungkai apakah terdapat memar, pigmentasi atau bekas garukan. Purpura yang menonjol (teraba) ditemukan pada purpura Henoch-Schonlein. 2) Perhatikan adanya ulkus pada tungkai, biasanya di atas maleolus medial atau lateral k. Pada dugaan trombositopenia atau gangguan fragilitas kapiler maka dilakukan tes pembendungan (Tes Tourniquet/ Rumple Leede) l. Membaca Hamdalah m. Rapihkan Alat bila : a) Pemeriksaan Hb→bila nilainya < 5 g/dl→indikasi dilakukan tranfusi meski tidak ada gejala b) Pemeriksaan Hct →bila nilaninya >70 % indikasi dilakukan flebotomi segera c) Hitung platelet→bila nilainya < 10.000.mm2 maka risiko terjadi perdarahan spontan, bila nilainya < 50.000/mm2 maka risiko perdarahan meningkat pada trauma dan pembedahan, bila > 2.000.000mm2 maka terdapat risiko thrombosis d) Hitung neutrofil→ bila nilainya <5oo.mm2 maka terdapat risiko tinggi infeksi e) Protrombine time (PT)→Bila nilainya <1,5x control maka tidak ada peningkatan risiko perdarahan, tetapi bila <2,5 x control dapat terjadi risik perdarahan spontan. Pada PTT →Bila nilainya<1,5x control maka ada penigkatan risiko perdarahan, bila 2,5 kontrol maka risiko tinggi adanya perdarahan spontan. f) Waktu perdarahan→ bila nilainya >20 menit maka terdapat risiko perdarahan spontan g) Antitrombin III→Bila nilainya <50% maka terdapat risiko terjadi 84
thrombosis spontan TERMINASI 1. Evaluasi kegiatan yang dilakukan sesuai dengan tujuan yang Dokumentasi diharapkan (subjektif dan objektif) 2. Simpulkan hasil kegiatan 3. Berikan reinforcement positif pada pasien dan keluarga 4. Lakukan kontrak untuk kegiatan selanjutnya 5. Akhiri kegiatan 6. Cuci tangan 1. Catat hasil tindakan dalam catatan keperawatan 4. Latihan dan Tugas 4.1. Demonstrasikan kembali pengkajian fisik pada sistem hematologi pada teman anda 4.2. Baca berbagai referensi tentang pengkajian fisik pada sistem hematologi 85
Modul Nuraini, S.Kep., Ners., M.Kep. 2 p.MB SISTEM HEMATOLOG: TES TOURNIQUET (RUMPLE LEEDE) 1. Kemampuan Akhir yang Diharapkan Setelah dijelaskan, mahasiswa diharapkan mampu mendemonstrasikan ulang pemeriksaan tes tourniquet. 2. Teori Singkat Skenario : Ners Fulan akan melakukan tes tourniquet (rumple leede) pada pasien dengan gangguan sistem haematologi. Minimal questions : 1. Apa itu tes tourniquet (rumple leede) ? 2. Langkah-langkah dalam melakukan tes tourniquet (rumple leede)? 3. Hasil dari tes tourniquet (rumple leede) ? 2.1. Pendahuluan Manifestasi perdarahan yang paling sering ditemukan pada DBD ialah perdarahan kulit , Uji Tuorrniquet positif , memar dan perdarahan pada tempat pengambilan darah vena. Uji Tourniquet merupakan tes yang sederhana untuk melihat gangguan pada vaskuler maupun trombosit. Tes ini akan positif bila ada gangguan pada vaskuler dan trombosit. Uji Tourniquet sebagai manifestasi pedarahan kulit paling ringan dapat dinilai sebagai uji presumtif, oleh karena tes ini positif pada hari-hari pertama demam pada 53 % penderita DBD tanpa renjatan yang dirawat di Bagian anak Rumah Sakit Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta dalam tahun 86
1985-1986. Petekie merupakan manifestasi perdarahan yang paling sering dijumpai , yaitu pada 51% penderita. 2.2. Tujuan Pemeriksaan ini bertujuan untuk menilai ketahanan dinding pembuluh darah. Jika alirah darah di bendung, tekanan intrakapiler akan meningkat. Jika dinding pembuluh darah tidak mampu menahan peningkatan ini akan terjadi petekhiae. 2.3. Alat Alat yang dibutuhkan pada tindakan tes tourniquet yaitu, sphygmomanometer, stetoskop, dan timer. 2.4. Cara Kerja 1. Pasang manset spygmomanometer dan ukur tekanan darah. 2. Pertahankan tekanan diantara tekanan sistolik dan diastolik selama 5 menit. 3. Setelah 5 menit, lepaskan manset dan tunggu sampai tanda bendungan menghilang. 4. Periksa daerah lengan bawah dan hitunglah petekhiae dalam suatu area berdiameter 5 cm. 2.5. Dasar Teori Tes tourniquet (Rumpel-Leede) adalah suatu tes untuk menguji ketahanan dari dinding pembuluh darah. Tes ini merupakan sebuah Cara diagnosis klinis untuk menentukan kecenderungan hemoragik pada pasien. Tes ini juga berguna untuk mengetahui bila adanya trombositopenia. Tes ini merupakan bagian dari alogaritma WHO untuk mendiagnosis deman Dengue. Tekanan manset pada spignomanometer dipertahankan antara tekanan sistolik dan diastolik selama 5 menit. Tes ini akan bernilai postif bila ditemukannya peteki >10 pada lingkaran dengan diameter 5 cm. 87
Beberapa studi mengatakan bahwa tes ini mempunyai spesifitas tinggi tetapi mempunyai sensitifitas rendah. ada beberapa faktor yang dapat menghasilkan positif palsu, seperti: wanita yang premenstrual dan postmenstrual, atau kulit yang sedang mengalami luka terbakar. Rumple leed test adalah salah satu cara yang paling mudah dan cepat untuk menentukan apakah terkena demam berdarah atau tidak. Rumple leed adalah pemeriksaan bidang hematologi dengan melakukan pembendungan pada bagian lengan atas selama 10 menit untuk uji diagnostik kerapuhan vaskuler dan fungsi trombosit. Prinsip Pemberikan pembebanan pada kapiler selama waktu tertentu sehingga terhadap kapiler diciptakan suasana anoksia dengan adanya bendungan aliran darah vena. Terhadap anoksia dan penambahan tekanan internal akan terlihat sejauh mana kemampuan kapiler dapat bertahan. Jika ketahanan kapiler turun akan timbul CD petechiae CD di kulit. Jika ketahanan kapiler luntur (dinding kapiler kurang kuat) pembendungan 6ena menyebabkan darah menekan dinding kapiler. Dinding kapiler yang oleh suatu sebab kurang kuat atau adanya trombositopenia akan rusak oleh pembendungan tersebut. Darah dari dalam kapiler akan keluar dan merembes ke dalam jaringan sekitarnya sehingga tampak sebagai bercak Etitik merah kecil pada permukaan kulit yang dikenal sebagai peteki. Fungsi bendungan untuk menimbulkan hambatan terhadap aliran darah balik di lengan dan juga sehingga mengembang di permukaan kulit dan menjadi lebih jelah terlihat. Hal yang perlu diperhatikan ialah bendungan tidak boleh terlalu ketat dan tidak boleh berlangsung lama. Bembendungan yang ketat dan berlangsung lama dapat menimbulkan hemokonsentrasi. Prosedur pemeriksaan Rumple leed tes yaitu : 1. Pasang ikatan sfigmomanometer pada lengan atas dan pump sampai tekanan 100 mmHg (jika tekanan sistolik pesakit 100 mmHg, pump sampai tekanan ditengah-tengah nilai sistolik dan diastolic). Biarkan 88
tekanan itu selama 5 – 10 menit (jika test ini dilakukan sebagai lanjutan dari test IVY, 5 menit sudah mencukupi). 2. Lepas ikatan dan tunggu sampai tanda-tanda statis darah hilang kembali. Statis darah telah berhenti jika warna kulit pada lengan yang telah diberi tekanan tadi kembali lagi seperti warna kulit sebelum diikat atau menyerupai warna kulit pada lengan yang satu lagi (yang tidak diikat). 3. Cari dan hitung jumlah peteqhiae yang timbul dalam lingkaran bergaris tengah 5 cm kira-kira 4 cm distal dari fossa cubiti Catatan : 1. Jika ada >10 peteqhiae dalam lingkaran bergaris tengah 5 cm kira-kira 4 cm distal dari fossa cubiti test Rumple Leede dikatakan positif. Seandainya dalam lingkaran tersebut tidak ada peteqhiae, tetapi terdapat peteqhiae pada distal yang lebih jauh daripada itu, test rumple leede juga dikatakan positif. 2. Warna merah didekat bekas ikatan tensi mungkin bekas jepitan, tidak ikut diikut sebagai peteqhiae 3. Pasien yg “tek” darahnya tdk diketahui, tensimeter dapat dipakai pada “tek” 80 mmHg 4. Pasien tidak boleh diulang pada lengan yang sama dalam waktu 1 minggu 5. Derajat laporan : a. (-) = tidak didapatkan peteqhiae b. (+1) = timbul beberapa peteqhiae dipermukaan pangkal lengan c. (+2) = timbul banyak peteqhiae dipermukaan pangkal lengan d. (+3) = timbul banyak peteqhiae diseluruh permukaan pangkal lengan dan telapak tangan muka dan belakang e. (+4) = banyak sekali peteqhiae diseluruh permukaan lengan, telapak tangan dan jari, muka dan belakang Ukuran normal : negative atau jumlah peteqhiae tidak lebih dari 10 89
2.6. Hasil, Pembahasan, dan Kesimpulan Seseorang dikatakan positif untuk tes tourni1uet jika jumlah peteqhiae ≥ 10 . Tes tourniquet adalah penghitungan kasar kerapuhan kapiler. Tes tourniquet positif dapat disebabkan oleh ketahanan dinding pembuluh darah yang kurang dan trombositopenia. Karena fungsi platelet adalah untuk mempertahankan integritas kapiler, maka derajat trombositopenia akan berkolerasi dengan tes tourniquet yang ditunjukkan oleh terjadinya perdarahan (bleeding time). Jika tes tourniquet ini positif pada pasien dengan trombositopenia, maka diagnosis yang paling sering dari gejala ini adalah DBD. Jika hanya trombositopenia, berarti platelet di dalam kapiler sedikit sehingga tidak mampu menahan integritas kapiler, jadi kapiler pecah dan terjadilah perdarahan semenit dibawah kulit dan muncul seperti tanda luka atau bintik2 merah dipermukaan kulit yang dikenal sebagai peteqhiae. Jika ada > 10 peteqhiae dalam lingkaran bergaris tengah 5 cm kira-kira 4 cm distal dari fossa cubiti test Rumple Leede dikatakan positif. Seandainya dalam lingkaran tersebut tidak ada peteqhiae, tetapi terdapat peteqhiae pada distal yang lebih jauh daripada itu, test Rumple Leede juga dikatakan positif. Karna merah didekat bekas ikatan tensi mungkin bekas jepitan, tidak ikut sebagai peteqhiae. Pada hasil praktikum yang telah dilakukan, tes tourniquetnya negative (normal) karena hanya terdapat 3 peteqhiae dalam lingkaran berdiameter 5 cm di daerah lengan bawah. Tes tourniquet positif jika ditemukan jumlah peteqhiae > 10. 90
3. Pelaksanaan Praktikum STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL TINDAKAN TES TOURNIQUET (RUMPLE LEEDE) PENGERTIA suatu tes untuk menguji ketahanan dari dinding pembuluh darah N TUJUAN 1. menentukan kecenderungan hemoragik pada pasien. 2. mengetahui bila adanya trombositopenia 3. mendiagnosis deman Dengue Tahap Kerja 1. Pra Analitik Persiapan 1. Cek catatan perawatan Perawat 2. Ceek catatan medis klien 3. Cuci tangan Alat Dan Tensi meter Bahan Stetoskop Timer/ stopwatch/ jam tangan Spidol Buku catatan Persiapan 1. Kaji identitas klien untuk mengetahui Benar pasien Pasien 2. Kaji kondisi klien agar lebih Memahami kondisi pasien 3. Atur posisi Pasien Senyaman Mungkin Prinsip 1. Pembendungan tidak boleh terlalu ketat dan tidak boleh berlangsung lama. 2. Pembendungan yang ketat dan berlangsung lama dapat menimbulkan hemokonsentrasi 2. Analitik orientasi 1. Berikan salam, Pelaksanaan 2. panggil klien/keluarga dengan namanya 3. Jelaskan tujuan, 4. prosedur dan lama tindakan pada keluarga/pasien 5. anjurkan klin untuk bertanya 1. Pasang Manset tensimeter pada lenga atas, carilah tekanan sistolik (TS)dan tekanan diastolik (TD) 2. Buat lingkaran pd bagian volar lengan bawah a. Radius 3 cm b. Titik pusat terletak 2 cm dibawah garis lipatan siku. 3. Pasang lagi tensimeter dan buatlah tekanan sebesar ½ x (TS+TD). Pertahankan tekanan ini selama 5-10 menit 4. Longgarkan manset lalu perhatikan ada tidaknya Petechie dalam lingkaran yang telah di bulatkan. 91
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL TINDAKAN TES TOURNIQUET (RUMPLE LEEDE) 3. Paska Analitik Interprestasi bila : ❖ < 10 ptechie : rumple leed negative. ❖ > 10 ptechie : rumple leed positif. Terminasi 7. Evaluasi kegiatan yang dilakukan sesuai dengan tujuan yang Dokumentasi diharapkan (subjektif dan objektif) 8. Simpulkan hasil kegiatan 9. Berikan reinforcement positif pada keluarga 10. Lakukan kontrak untuk kegiatan selanjutnya 11. Akhiri kegiatan 12. Cuci tangan 2. Catat hasil tindakan dalam catatan keperawatan 4. Latihan dan Tugas 4.1. Baca kembali materi terkait pemeriksaan tes tourniquet 4.2. Simak video tentang prosedur tindakan tes tourniquet 92
Modul Nuraini, S.Kep., Ners., M.Kep. 3 p.MB SISTEM HEMATOLOG: TRANSFUSI 1. Kemampuan Akhir yang Diharapkan Setelah diajarkan, mahasiswa diharapkan mampu mendemonstrasikan kembali praktik pemberian transfusi darah. 2. Teori Singkat Skenario : Ners Fulan akan melakukan pemasangan infus dan transfusi darah pada pasien dengan gangguan sistem haematologi. Minimal pertanyaan: 1. Apa itu transfusi darah ? 2. Langkah-langkah dalam melakukan transfusi darah ? 2.1. Definisi Transfusi darah merupakan tindakan keperawatan yang di lakukan pada klien yang membutuhkan darah dan/atau produk darah dengan cara memasukkan darah melalui vena dengan menggunakan set transfusi. Pemberian transfusi darah digunakan untuk memenuhi volume sirkulasi darah, memperbaiki kadar hemoglobin dan protein serum. Tindakan ini dapat dilakukan pada pasien yang kehilangan, seperti pada operasi besar, perdarahan post partum, kecelakaan, luka bakar hebat, dan penyakit kekurangan kadar Hb atau kelainan darah. Tindakan transfusi darah juga bisa dilakukan pada pasien yang mengalami defisit cairan atau curah jantung menurun. Dalam pemberian darah harus di perhatikan kondisi pasien, kemudian kecocokan darah melalui nama pasien, label darah, golongan darah, dan 93
periksa warna darah (terjadi gumpalan atau tidak), homogenitas (bercampur rata atau tidak). 2.2.Tujuan Transfusi Darah a. Meningkatkan volume darah sirkulasi (setelah pembedahan, trauma atau heragi). b. Meningkatkan jumlah sel darah merah dan untuk mempertahankan kadar hemoglobin pada klien anemia. c. Memberikan komponen seluler tertentu sebagai terapi sulih (misalnya: faktor pembekuan untuk membantu mengontrol perdarahan pada pasien hemofilia). 2.3. Penyimpanan Darah Penyimpanan produk darah dalam kantung plastik khusus yang mengandung koagulan seperti sitrat, dextrosa dan fosfat. Darah disimpan dalam suhu 4-6 oC. Lama penyimpanan tergantung jenis pengawet. 2.4. Macam Komponen Darah Pembuatan Komponen Darah dan Derivat Plasma • Donor - Resipien 94
a. DARAH UTUH (WB) 1) Deskripsi : • Volume 350 ml WB mengandung : ➢ 350 ml darah donor ➢ 63 ml larutan pengawet antikoagulan ➢ Hb ± 12 g/dl; Hct 35-45% ➢ Tidak terdapat faktor koagulasi labil (f. V dan VIII) 2) Indikasi : • Perdarahan akut dengan hipovolemia • Transfusi Tukar (Exchange transfusion) • Pengganti darah merah endap (packed red cell) saat memerlukan transfusi sel darah merah 3) Kontraindikasi : Resiko overload cairan misalnya pada anemia kronik & gagal jantung 4) Resiko Infeksi : • Tidak steril • Dapat menularkan infeksi pada eritrosit atau plasma yang tidak terdeteksi pemeriksaan rutin (HIV-1 dan HIV-2, hepatitis B dan C, virus hepatitis lain, syphilis, malaria, TORCH dan Chagas disease). 95
5) Penyimpanan : • Suhu +2° hingga +6°C, dapat terjadi perubahan komposisi akibat metabolisme sel darah merah • Maksimal penyimpanan WB di Bank Darah 3 minggu • Harus segera ditransfusikan 30 menit setelah keluar dari tempat penyimpanan 6) Perhatian : • Golongan darah harus sesuai (ABO dan RhD compatible) • Dilarang memasukkan obat-obatan ke dalam kantong darah • Waktu transfusi maksimal 4 jam b. DARAH ENDAP ( PRC) 1) Deskripsi : • Volume 150-250 ml eritrosit dengan jumlah plasma yang minimal • Hb ± 20 g/100 dl ( ≥ 45 g/unit) • Hct 55-75% 2) Indikasi : • Pengganti sel darah merah pada anemia • Anemia karena perdarahan akut (setelah resusitasi cairan kristaloid atau koloid) 3) Perhatian : • Resiko infeksi dan cara penyimpanan sama dengan WB • Pemberian sama dengan WB • Penambahan infus cairan NS 50-100 ml dengan infus set-Y memperbaiki aliran transfusi • Waktu transfusi maksimal 4 jam kecuali pasien dengan Congestive Heart Failure, AKI (Acute Kidney Injury dan Chronic Kidney Disease) 4) Resiko Infeksi : • Tidak steril 96
Search
Read the Text Version
- 1
- 2
- 3
- 4
- 5
- 6
- 7
- 8
- 9
- 10
- 11
- 12
- 13
- 14
- 15
- 16
- 17
- 18
- 19
- 20
- 21
- 22
- 23
- 24
- 25
- 26
- 27
- 28
- 29
- 30
- 31
- 32
- 33
- 34
- 35
- 36
- 37
- 38
- 39
- 40
- 41
- 42
- 43
- 44
- 45
- 46
- 47
- 48
- 49
- 50
- 51
- 52
- 53
- 54
- 55
- 56
- 57
- 58
- 59
- 60
- 61
- 62
- 63
- 64
- 65
- 66
- 67
- 68
- 69
- 70
- 71
- 72
- 73
- 74
- 75
- 76
- 77
- 78
- 79
- 80
- 81
- 82
- 83
- 84
- 85
- 86
- 87
- 88
- 89
- 90
- 91
- 92
- 93
- 94
- 95
- 96
- 97
- 98
- 99
- 100
- 101
- 102
- 103
- 104
- 105
- 106
- 107
- 108
- 109
- 110
- 111
- 112
- 113
- 114
- 115
- 116
- 117
- 118
- 119
- 120
- 121
- 122
- 123
- 124
- 125
- 126
- 127
- 128
- 129
- 130
- 131
- 132
- 133
- 134
- 135
- 136
- 137
- 138