Ragam Bahasa Indonesia Penulis: Repto Cholidin ISBN 978-602-478-949-7 Editor: Lilik Fatkhu Diniyah Penata Letak: @timsenyum Desain Sampul: @kholidsenyum Copyright © Pustaka Media Guru, 2019 iv, 94 hlm, 14,8 x 21 cm Cetakan Pertama, Januari 2019 Diterbitkan oleh CV. Cipta Media Edukasi Grup Penerbit Pustaka MediaGuru (Anggota IKAPI) Jl. Dharmawangsa 7/14 Surabaya Website: www.mediaguru.id Dicetak dan Didistribusikan oleh Pustaka Media Guru Hak Cipta Dilindungi Undang‐Undang Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta, PASAL 72
Prakata P uji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah Yang Maha Mengetahui karena hanya dengan rida‐Nya penyusunan buku yang berisi kumpulan peribahasa, pantun, dan ungkapan (frasa idiomatis) dapat terselesaikan. Terima kasih penulis sampaikan kepada semua pihak yang telah membantu proses penyusunan dan penerbitan buku ini. Berdasar pada kandungan mata pelajaran bahasa Indonesia sekolah dasar, mengenai peribahasa, pantun, dan ungkapan yang ada kaitannya dengan proses belajar mengajar, penggunaannya dalam kehidupan sehari‐hari maka penulis mencoba menyusun buku ini dengan mengumpulkan dari berbagai sumber. Buku ini mencakup peribahasa dan artinya, ilustrasi dari peribahasa tertentu, pantun, pesan yang terkandung dalam pantun, dan ungkapan (frasa idiomatis) beserta artinya. Diharapkan dengan membaca buku ini dapat menambah pengetahuan bagi peserta didik, membantu guru sekolah dasar dalam PKBM, dan memperkaya koleksi bagi pemerhati bahasa. Penulis Ragam Bahasa Indonesia | iii
Daftar Isi Prakata ....................................................................................... iii Daftar Isi ..................................................................................... iv Bab I Peribahasa ................................................................... 1 Bab II Ilustrasi dan Peribahasa ......................................... 45 Bab III Pantun ..................................................................... 61 Bab IV Pesan Pantun ......................................................... 67 Bab V Ungkapan (Frasa Idiomatis) ................................... 79 Daftar Pustaka ......................................................................... 93 Profil Penulis ............................................................................ 94 iv | Repto Cholidin
Bab I Peribahasa P eribahasa adalah susunan kata atau kelompok kata yang susunannya tetap, ringkas, dan padat. Kalimat dalam peribahasa berisi perumpamaan, nasihat, atau aturan tingkah laku. Berikut ini contoh peribahasa beserta artinya. A 1. Ada air ada ikan. Di mana kita tinggal, di situlah kita mendapat rezeki. 2. Ada gula, ada semut. Di mana terdapat sesuatu yang menarik, pastilah banyak orang yang akan berkumpul di situ. 3. Ada hujan ada panas, ada hari boleh balas. Untuk membalas dendam terhadap seseorang tentu akan datang juga masanya. 4. Ada ubi ada talas, ada budi ada balas. Budi baik akan memperoleh balasan yang baik pula. 5. Ada udang di balik batu. Jika seseorang kelihatannya berbuat baik, belum tentu hatinya tulus. Bisa jadi ia memiliki maksud‐maksud tertentu atau tersembunyi. 6. Ada rotan ada duri. Tiap‐tiap sesuatu ada buruknya atau kesukarannya. Ragam Bahasa Indonesia | 1
7. Ada sampan hendak berenang. Ada yang ringan mencari yang berat. 8. Adat hidup tolong‐menolong, adat mati jenguk‐ menjenguk. Hendaklah kita tolong‐menolong dalam segala hal. 9. Adat muda menanggung rindu, adat tua menahan ragam. Orang muda harus sabar, bila menginginkan sesuatu/cita‐ cita. 10. Adat rimba raya, siapa berani ditaati. Manusia yang tidak mempergunakan akalnya, hanya mempergunakan kekerasan atau kepuasan saja. 11. Adat sepanjang jalan, cupak sepanjang betung. Mengerjakan sesuatu, hendaklah menurut aturan yang berlaku. 12. Adat tua menanggung ragam. Makin tua makin banyak menanggung cobaan hidup. 13. Adat teluk timbunan kapal. Orang miskin wajar kalau minta tolong pada orang kaya. 14. Air jernih ikannya jinak. Negeri yang makmur rakyatnya pun juga tenteram. 15. Air mata jatuh ke perut. Berduka cita yang tidak kentara, dikeluhkan sendiri saja. 16. Air pun ada pasang surutnya. Keadaan orang itu tidak tetap, ada kalanya senang ada kalanya susah. 17. Air yang tenang kadang berbuaya. Jangan dikira orang yang tenang/pendiam itu baik. 18. Air tenang menghanyutkan. Orang yang pendiam biasanya banyak pengetahuannya. 2 | Repto Cholidin
19. Air bercucuran atap, jatuhnya ke pelimbahan juga. Sifat atau tingkah laku anak biasanya mengikuti sifat atau tingkah laku orang tuanya. 20. Air di daun keladi. Memberi nasihat atau ajaran yang sia‐sia. 21. Air beriak tanda tak dalam. Orang yang banyak berbicara biasanya tidak berilmu. 22. Air susu dibalas dengan air tuba. Kebaikan dibalas dengan kejahatan. 23. Akal akar berpulas tak patah. Orang pandai tak akan habis akalnya, sekalipun ia ada dalam kesusahan. 24. Alu patah lesung hilang. Ditimpa kemalangan terus menerus. 25. Ambil patinya, buang ampasnya. Dari setiap perkataan, ambillah faedahnya dan pisahkan yang benar dan salah. 26. Anak dipangku dilepaskan, beruk dirimba disusukan. Anak sendiri disia‐siakan anak orang lain diperhatikan. 27. Anak badak dihambat‐hambat. Janganlah dengan sengaja mencari bahaya. 28. Anak baik menantu molek. Selalu mendapat keuntungan. 29. Angan‐angan mengikat tubuh. Pikiran yang banyak menyusahkan diri kita. 30. Angin berputar, ombak bersabung. Hal yang amat sukar dan tidak mudah diselesaikan karena banyak sangkut pautnya. Ragam Bahasa Indonesia | 3
31. Angin tak dapat ditangkap, asap tak dapat digenggam. Tidak mungkin merahasiakan hal‐hal yang ganjil. Rahasia tak selamanya dapat disembunyikan, suatu saat akan terbongkar. 32. Angus tiada berapi, karam tiada berair. Sangat susah karena ditimpa musibah terus menerus. 33. Angguk bukan, geleng iya. Orang yang tidak jujur, lain yang dikatakannya, tetapi lain yang tersimpul di dalam hatinya. 34. Anjing diberi makan nasi bilakan kenyang. Tak ada faedahnya kita berbuat kebajikan kepada orang jahat. 35. Anjing galak babi berani. Sama‐sama beraninya. 36. Anjing menyalak tiada menggigit. Mulut besar, tetapi penakut. 37. Apa gunanya merak mengigal di hutan. Tak ada gunanya orang menunjukkan kepandaiannya di hadapan orang bodoh. 38. Arah bertukar jalan. Cita‐cita sama, tetapi cara mencapainya berbeda jalan. 39. Arang habis besi binasa, tukang bekerja penat saja. Suatu hal yang tidak menguntungkan bahkan merugikan. 40. Asal ada, kecil pun pada. Bersenang hatilah dengan apa yang kita peroleh walaupun hanya sedikit. 41. Asam di darat, ikan di laut bertemu dalam belanga. Walaupun berlainan negeri, jika berjodoh maka akan kawin juga. 4 | Repto Cholidin
42. Asam di gunung, garam di laut akhirnya bartemu juga. Kalau memang sudah jodoh di mana saja pasti akan bertemu. 43. Awak sakit (kurus) daging menimbun. Seseorang yang selalu mengatakan kekurangan, padahal ia banyak harta bendanya. 44. Awal dikenal, akhir tidak. Tiada menimbang akan baik buruknya. 45. Ayam bertelur di padi mati kelaparan. Orang yang selalu kekurangan, meskipun penghasilannya besar. B 46. Bagai air di daun talas. Tidak mempunyai kehendak yang tetap. 47. Bagai air titik ke batu. Memberi nasihat baik kepada orang yang jahat terlalu susah masuknya. 48. Bagai alu pencukil duri. Mengerjakan sesuatu yang sukar dikerjakan. 49. Bagai anjing beranak enam. Orang yang kurus sekali. 50. Bagai anjing mengunyah tulang. Seseorang yang selalu marah dengan mulut mengomel/bersungut‐sungut. 51. Bagai anjing menyalak di ekor gajah. Orang yang hina atau orang yang miskin melawan orang berkuasa atau orang kaya. Ragam Bahasa Indonesia | 5
52. Bagai aur dengan tebing. Hidup rukun dan selalu saling membantu. 53. Bagai api dengan asap. Dua orang yang sangat akrab hubungannya, saling sayang‐ menyayangi, dan tidak terpisahkan. 54. Bagai ayam termakan rambut. Seseorang tersengal‐sengal karena napasnya sesak. 55. Bagai ayam mati di lumbung. Seseorang yang sengsara (mati/binasa/celaka) dalam keadaan yang serba kecukupan. 56. Bagai ayam tertelur di lumbung padi. Seseorang yang sangat bahagia tanpa khawatir kekurangan sesuatu dalam hidupnya. 57. Bagai batu jatuh ke lubuk. Seseorang pergi yang tak mungkin kembali karena perginya jauh. 58. Bagai balam dengan ketitiran. Selalu berselisih, tidak dapat bersatu. Dua orang yang selalu bertengkar, masing‐masing membanggakan dirinya. 59. Bagai berpijak bara hangat. Orang yang gelisah karena tertimpa kemalangan. 60. Bagai bulan kesiangan. Wajah yang pucat karena kurang tidur atau sakit. 61. Bagai bumi dengan langit. Dua hal yang sangat jauh sekali perbedaannya. 62. Bagai bunga dadap, sungguh merah berbau tak sedap. Sesuatu yang tampaknya indah, baik, bagus, menarik, tetapi sebenarnya biasa‐biasa saja. 6 | Repto Cholidin
63. Bagai diiris dengan sembilu. Sakit hati amat sangat. 64. Bagai gadis jolong bersubang. Seseorang yang sombong karena baru mendapatkan kekayaan. 65. Bagai gunting makan di ujung. Tidak diduga sebelumnya bahwa akhirnya melakukan pekerjaan yang tidak baik (merugikan). 66. Bagai intan diikat dengan tembaga. Tidak sepadan. 67. Bagai jawi makan dimamah dahulu baru ditelan. Sebelum melakukan sesuatu pekerjaan, haruslah dipikirkan terlebih dahulu dalam‐dalam. 68. Bagai kambing yang dimandikan. Seseorang yang sangat malas mengerjakan suatu hal pekerjaan karena pekerjaan tersebut kurang disenangi. 69. Bagai kapal kehilangan kemudi. Sesuatu perbuatan tanpa tujuan karena tak ada pedoman hidup yang dapat membantunya. 70. Bagai kejatuhan bulan. Mendapat rezeki yang sangat menyenangkan, membahagiakan, dan hormat. 71. Bagai kerakap di atas batu, hidup segan mati tak mau. Hidup sengsara dan sangat menderita. 72. Bagai kera diberi kaca. Memberi suatu barang kepada orang bodoh yang tidak tahu mempergunakannya. 73. Bagai kucing dibawakan lidi. Seorang anak yang ketakutan karena dimarahi orang tuanya. Ragam Bahasa Indonesia | 7
74. Bagai kucing lepas senja. Perihal anak muda sering keluar malam. 75. Bagai kumbang putus tali. Sesuatu yang berjalan lancar tanpa ada halangan apa pun. 76. Bagai lampu kehabisan minyak. Kehidupan seseorang yang makin sengsara, makin bertambah miskin/kekurangan. 77. Bagai lima belas dengan tengah tiga puluh. Dua persoalan yang sama besar. 78. Bagai memakai baju dipinjam. Keadaan yang dibuat‐buat sehingga canggung tampaknya. 79. Bagai mencari kutu dalam ijuk. Mengerjakan sesuatu yang sangat sulit atau tidak akan menghasilkan apa‐apa. 80. Bagai menghitung bulu kucing. Mengerjakan suatu pekerjaan yang amat sulit dan jelas tidak ada manfaatnya. 81. Bagai pinang dibelah dua. Dua orang yang wajahnya hampir sama (mirip) 82. Bagai rambut dibelah tujuh. Sulit sekali. 83. Bagai serbuk dengan api. Suatu keadaan yang mudah dipertemukan. 84. Bagai siang dan malam. Dua hal yang sangat jauh berbeda sehingga tidak akan mungkin untuk dapat disatukan. 85. Bagai si lumpuh pergi merantau. Sulit dilaksanakan dan tiada mendatangkan hasil. 8 | Repto Cholidin
86. Bagai telur di ujung tanduk. Terancam bahaya. 87. Bahasa menunjukkan bangsa. Dari percakapan seseorang dapat diketahui asal‐usulnya. 88. Bangau, bangau, minta aku leher, badak, badak, minta aku daging. Janganlah iri hati dengan kelebihan orang lain. 89. Barang siapa menggali lubang akan terperosok sendiri. Siapa yang membuat kesalahan orang lain akhirnya dia sendiri yang kesusahan. 90. Bau busuk tiada berbangkai. Celaan‐celaan yang tidak benar, karena tidak terbukti. 91. Bayang‐bayang sepanjang badan, selimut sepanjang tubuh. Pengeluaran harus disesuaikan dengan pendapatan/ penghasilan. 92. Bekarja bahu‐membahu. Bekerja bersama‐sama untuk mencapai hasil yang baik. 93. Belakang parang pun jika diasah niscaya tajam. Orang yang bodoh, jika rajin belajar akan menjadi orang yang pintar juga. 94. Belalang telah menjadi elang. Orang bodoh dan hina telah menjadi orang besar dan mulia. 95. Berakit‐rakit ke hulu, berenang‐renang ke tepian. Lebih baik bekerja keras dahulu, supaya nanti tinggal memetik buahnya. 96. Belum beranak sudah ditimang. Berkhayal sesuatu yang belum jelas dimilikinya. Ragam Bahasa Indonesia | 9
97. Belum bertaji sudah berkokok. Belum kuat sudah sumbar. 98. Belum bertaji hendak bertarung. Belum mempunyai kekuatan sudah ingin bersaing. 99. Belum dipanjat asap kemenyan. Dikatakan dari seseorang anak muda yang belum pernah kawin. 100.Belum tahu dipedas lada. Masih muda, belum merasakan pahit getirnya kehidupan. 101. Berapa berat mata memandang, berat juga bahu memikul. Yang melihat hanya dapat berkata, yang mengerjakan yang merasakan betapa beratnya pekerjaan itu. 102. Berani karena benar, takut karena salah. Orang yang bersalah itu senantiasa dalam ketakutan. 103. Berat sama dipikul, ringan sama dijinjing. Susah dan senang sama‐sama merasakan. 104.Berdiang di abu dingin. Minta pertolongan kepada orang yang miskin. 105. Berdikit‐dikit lama‐lama menjadi bukit. Sesuatu yang sedikit jika kumpulkan akan menjadi banyak jumlahnya. 106.Bergantung di akar yang rapuh. Minta perlindungan pada orang lain yang lemah. 107. Bergantung pada rambut sehelai. Keadaan sulit yang sangat mencemaskan. 108.Bermain api hangus, bermain air basah. Semua pekerjaan akan mengalami akibat (risiko). 10 | Repto Cholidin
109.Bermain air basah, bermain api letup. Pekerjaan yang baik atau buruk akan mendapatkan pahala atau hukuman. 110. Beriak tanda tak dalam, berguncang tanda tak penuh. Banyak berbicara, tetapi tidak berilmu. 111. Berjalan sampai ke batas, berlayar sampai ke pulau. Kita harus berusaha sekeras‐kerasnya untuk mencapai suatu maksud. 112. Berjalan peliharakan kaki, berkata peliharakan lidah. Mengerjakan sesuatu hendaklah berhati‐hati karena jika sudah salah tak dapat diperbaiki lagi dan kata‐kata yang salah atau jelek tak mudah ditarik kembali. 113. Berguru kepalang ajar, bagai bunga kembang tak jadi. Belajar harus sungguh‐sungguh, jangan setengah‐setengah karena tidak akan bermanfaat bagi kita. 114. Berjenjang naik, bertangga turun. Segala sesuatu dikerjakan menurut aturan yang lazim. 115. Berkata peliharakan lidah, berjalan peliharakan kaki. Berhati‐hatilah kalau kita mengatakan sesuatu, jangan sampai salah. 116. Berkata di bawah‐bawah, mandi di hilir‐hilir. Hendaklah kita berbudi bahasa yang halus, tingkah laku yang sopan supaya orang lain sayang kepada kita. 117. Berkayuh sampai ke hilir. Menyudahkan dua tiga pekerjaan dalam satu waktu. 118. Berkemudi di haluan, bergilir ke buritan. Terbalik, ayah yang menurut perkataan anaknya atau suami yang menurut perintah istrinya. 119. Berkeringat air laut. Memberi nasihat kepada orang yang tidak mau dinasihati. Ragam Bahasa Indonesia | 11
120. Berpadang luas beralam lapang. Orang yang sabar. 121. Bersatu kita teguh bercerai kita runtuh. Kekuatan ada jika kita bersatu dan kita akan kalah jika saling bertengkar. 122. Bertegang urat leher. Tidak mau mengalah dalam pertengkaran. 123. Besar berudu di kubangan, besar buaya di lautan. Tiap orang dihormati di lingkungannya sendiri. 124. Besar pasak daripada tiang. Besar pengeluaran daripada penghasilannya. 125. Besar kapal besar gelombang. Makin tinggi kedudukan makin banyak pula rintangan yang akan menimpa diri. 126. Besar periuk, besar keraknya. Besar pendapatan, besar pengeluaran. 127. Bertepuk sebelah tangan tiada akan berbunyi. Segala sesuatu itu hanya mungkin terjadi, oleh karena itu dua pihak ikut serta, baik mengenai perselisihan maupun mengenai kejahatan. 128. Biar lambat asal selamat, tak lari gunung dikejar. Sesuatu yang sudah pasti jangan digesa‐gesakan agar hasil yang diperoleh lebih baik lagi. 129. Biar badan penat, asal hati senang. Kalau hati senang, segala susah payah tak terasa. 130. Biar jatuh terletak, jangan jatuh terhempas. Lebih baik minta berhenti sendiri daripada dipecat karena kesalahan atau sangkaan yang tidak baik. 12 | Repto Cholidin
131. Biar lebur binasa, selangkah berpantang surut. Berani, tak mau mundur. 132. Biar miskin asal cerdik, terlawan juga orang kaya. Pengetahuan dan kepandaian itu lebih berharga daripada harta. 133. Biar lebur binasa, selangkah berpantang surut. Berani, tak mau mundur. 134. Biarpun setandan bagai kelapa, namun untung berlain‐ lain. Nasib manusia itu tidak sama. 135. Biduk satu, nahkoda dua. Ada dua pemimpin sehingga pekerjaan menjadi tidak lancar karena ada kehendak yang berlainan. 136. Bintang di langit dapat dibilang, tapi arang di mukanya ia tak sadar. Kesehatan atau kekurangan orang lain dapat diketahuinya, tapi kesehatan dirinya tak diinsyafi. 137. Buah jatuh tak jauh dari pohonnya. Sifat anak biasanya tidak jauh berbeda dari sifat ibu‐ bapaknya. 138. Buah jatuh ke pangkalnya. Tabiat orang tua turun kepada anaknya juga. 139. Buang sampah tinggal intinya. Barang sesuatunya kita pakai yang baik, yang buruk kita buang. 140.Bukan salah bunda mengandung, salah oleh badan buruk pinta. Menyesali untung yang malang. 141. Bulan naik matahari naik. Mendapat keuntungan yang berlipat ganda. Ragam Bahasa Indonesia | 13
142. Bulat air karena pembuluh, bulat kata kerena mufakat. Sesuatu soal harus diperbincangkan bersama‐sama dahulu. 143. Bumi dipijak, langit dijunjung. Mengerjakan dan menjunjung tinggi segala perintah dan nasihat. 144.Buruk muka, cermin dibelah. Kita yang bersalah, orang lain yang disalahkan. Tidak mau mengakui kesalahan sendiri. C 145. Cacing hendak menjadi ular naga. Orang yang rendah berlagak meniru kelakuan orang yang tinggi atau orang miskin meniru kelakuan orang kaya. 146.Cempedak berbuah nangka. Memperoleh lebih dari yang diharapkan. 147. Cepat kaki, ringan tangan. Selalu bersedia untuk menolong orang lain dengan cepat dan cermat. 148.Cuaca di langit tanda akan panas, gabah di hulu tanda akan hujan. Barang sesuatu pasti ada tandanya. D 149.Dahulu bajak daripada jawi. Mengerjakan suatu pekerjaan dengan tidak menurut urutan yang lazim, yang penting tidak didahulukan. 150. Dalam laut boleh diduga, dalam hati siapa tahu. Kita tidak dapat mengetahui pikiran dan isi hati seseorang. 14 | Repto Cholidin
151. Dalam pisang setandan, sebuah ada juga yang tidak baik. Dalam satu keluarga itu, seorang ada juga yang tidak baik. 152. Datang tampak muka, pergi tampak punggung. Datang dan pergi harus sama baiknya, secara sopan santun. 153. Datang tak berjemput, pulang tak berantar. Atas kemauannya sendiri. 154. Datar bagai lantai papan, licin bagai dinding cermin. Sangat adil. 155. Dapat durian runtuh. Mendapat keuntungan yang besar sekali. 156. Daripada berputih tulang lebih baik berputih mata. Lebih baik mati daripada menanggung malu. 157. Daripada hidup bercermin bangkai, lebih baik berkalang tanah. Daripada hidup menanggung malu, lebih baik mati dengan nama yang masih dihormati. 158. Dekat mencari babu, jauh mencari suku. Dalam soal yang penting atau sulit, orang berdamai dengan keluarga yang terdekat lebih dahulu. 159. Di mana bunga berkembang, di situ kumbang banyak. Di mana terdapat gadis cantik, ke situ banyak datang pemuda. 160.Di mana lalang habis, di situ api padam. Mati itu tak dapat ditentukan, jika umur sudah sampai, di mana saja kita mati. 161. Di mana tanah dipijak, di situ langit dijunjung. Hendaklah kita hidup menurut adat dari suatu negeri di mana kita berada. Ragam Bahasa Indonesia | 15
162. Dimandikan dengan air segeluk. Diberi pertolongan yang tidak mencukupi. 163. Di luar bagai madu, di dalam bagai empedu. Perbuatannya kelihatan baik, tapi di hatinya sangat buruk. E 164.Enak makan dikunyah, enak kata diperkatakan. Sesuatu hal haruslah diperbincangkan terlebih dahulu. 165. Esa hilang, kedua terbang. Seseorang yang tetap hatinya mengerjakan sesuatu pekerjaan yang berbahaya, tetapi besar faedahnya, terutama untuk nusa dan bangsa. G 166.Gajah di pelupuk mata tak tampak, kuman di seberang lautan tampak. Kesalahan sendiri tak kelihatan walaupun besar, kesalahan orang lain diketahui walaupun kecil. 167.Gajah mati meninggalkan gading, harimau mati meninggalkan belang. Walaupun telah meninggal, orang yang banyak jasanya akan selalu dikenang. 168.Gali lubang tutup lubang. Tak habisnya utang yang lama dibayar, utang baru dibuatnya, begitulah seterusnya. 169.Garam di laut, asam di gunung, dalam belanga bertemu juga. Kalau sudah jodoh, pasti kawin juga, walaupun berasal dari negeri yang berjauhan. 16 | Repto Cholidin
170. Gayung bersambut, kata terjawab. Tiap‐tiap perkataan itu ada jawabannya, tapi dengarkanlah lebih dahulu. 171. Genggam‐genggam bara, terasa hangat dilepaskan. Mengerjakan sesuatu dan segera menghentikannya bila terasa berat sehingga hasilnya tak tercapai. 172. Guru kencing berdiri, murid kencing berlari. Murid biasanya mencontoh gurunya maka guru sebaiknya jangan memberi contoh yang buruk. H 173. Habis kapak berganti beliung. Perihal kerajinan dan kekuatan seseorang yang bekerja. 174. Habis kelahi, silat teringat. Setelah pekerjaan selesai, barulah teringat caranya yang lebih baik. 175. Habis manis sepah dibuang. Jika barang atau seseorang tidak ada manfaatnya lagi, biasanya dilupakan. 176.Hancur badan dikandung tanah, budi baik terkenang juga. Walaupun kita sudah mati, kebajikan kita tak mudah dilupakan orang. 177. Harapkan guntur di langit, air di tempayan dicurahkan. Terlalu mengharapkan keuntungan yang belum pasti, tetapi yang sudah di tangan disia‐siakan. 178. Hari baik dibuang‐buang, hari buruk dikejar‐kejar. Orang yang tidak dapat memanfaatkan waktu dengan baik. Ragam Bahasa Indonesia | 17
179. Hari panas dapat berlindung, miskin ke mana disurukkan. Jangan malu‐malu mengakui kekurangan atau ketiadaan kita supaya mendapat pertolongan. 180.Harimau mati meninggalkan belang, gajah mati meninggalkan gading, manusia mati meniggalkan nama. Orang yang baik‐baik tingkah laku, budi pekerti dan bahasanya, lama setelah meninggal tetap dikenang orang. 181. Harimau pulang kena penjara, pelanduk kecil menolakkan mara. Orang kecil itu kadang‐kadang dapat menolong orang besar dan berkuasa. 182. Hati bagai pelepah, jantung bagai jantung pisang, telinga bagai telinga rawan. Dikatakan dari orang yang tidak mempunyai perasaan halus, tak tahu membedakan buruk dan baik. 183. Hati gajah sama dilapah, hati kuman sama dicacah. Penghasilan besar atau kecil sama‐sama dirasakan. 184.Hati tak lepas, dendam tak sudah. Belum puas. 185. Hidup berkerat rotan. Memutuskan hubungan selama‐lamanya. 186.Hidup dikandung adat, mati dikandung tanah. Hendaklah kita hidup menurut adat yang baik. 187. Hidup sebagai roda, sekali ke atas, sekali ke bawah. Nasib manusia itu tiada tetap berubah‐ubah, yang kaya menjadi miskin yang miskin menjadi kaya. 188.Hidup segan mati tak mau. Tak ada gairah hidup, senantiasa merana dan sengsara. 18 | Repto Cholidin
189.Hilang binai boleh dicari, hilang budi badan celaka. Istri yang meninggal dapat diganti, akal yang hilang mendatangkan celaka. 190.Hilang tak tentu rimbanya, mati tak tentu kuburnya. Tak berketentuan, belum ada kepastiannya. 191. Hilir mudik saja. Tidak mempunyai pekerjaan. 192. Hujan emas di negeri orang, hujan batu di negeri sendiri, baik juga di negeri sendiri. Bagaimanapun bagusnya negeri orang, masih lebih senang kita hidup di negeri sendiri. 193. Hujan tak berbalik ke langit. Tak dapat diubah lagi. I 194.Ia memperlihatkan giginya. Ia menggunakan kekuasaannya. 195. Ibarat ayam tiada mengais tiada makan. Kalau ingin makan bekerjalah dahulu. 196.Ibarat menggenggam bara, terasa panas dilepaskan. Melepaskan pekerjaan setelah dirasakan makin berat. 197. Ikan bergantung, kucing tunggu. Kesal melihat barang yang diingini, tetapi tak mungkin didapat. 198.Ikan terlihat jala tiba. Seseorang yang arif bijaksana dapat mengerti apa maksud dari perkataan seseorang yang dikeluarkan. 199.Ikhtiar menjalani, untung menyudahi. Setiap orang harus berusaha sedapat‐dapatnya, berhasil dan tidaknya terserah kepada Tuhan. Ragam Bahasa Indonesia | 19
200.Ilmu yang tiada diamalkan bagai pohon yang tiada berbuah. Ilmu yang tiada diajarkan/ditularkan kepada orang lain sebenarnya tiada berguna. 201. Indah kabar dari rupa. Kabar mengenai sesuatu, lazimnya selalu lebih bagus dari kenyataannya. 202.Intan tetap intan walau dalam mulut anjing. Kebaikan seseorang akan selalu tetap baik walau dalam keadaan yang kurang baik. 203.Ingat akan ilmu padi, kian berisi kian runduk. Makin tinggi kedudukan orang, makin ia merendahkan diri kepada siapa saja. J 204.Jangan bercermin di air keruh. Janganlah mencontoh yang buruk. 205.Jangan berjinak‐jinak dengan ular yang berbisa. Janganlah bergaul dengan orang yang jahat, lambat laun kita tentu dijahatinya. 206.Jangan melihat ke atas, melihat ke bawah. Jangan membandingkan orang tinggi atau orang kaya dengan kita. 207.Jangan patah arang. Jangan putus asa. 208.Jatuh ditimpa tangga. Ditimpa kecelakaan. 209.Jauh di mata, dekat di hati. Walau berjauhan serasa berdekatan kalau senantiasa berkirim‐kirim surat. 20 | Repto Cholidin
210. Jauh panggang dari api. Jawaban yang jauh berbeda dari apa yang ditanyakan. 211. Jika pandai meniti buih selamat badan di seberang. Cita‐cita akan tetap tercapai jika pandai berusaha tak mudah berputus asa, serta sangat berhati‐hati. 212. Jika tak ada rotan, akar pun berguna. Jika tak ada barang yang baik, yang jelek pun dapat dipakai. K 213. Kabar jauh dengar‐dengarkan, kalau dekat pikir‐pikir. Segala kabar yang kita dengar, harus diselidiki daluhu. 214. Kacang lupa kulitnya. Seseorang yang dikemudian hari menjadi kaya dan lupa bahwa ia dulunya miskin. 215. Kain basah kering di pinggang. Orang yang telah habis hartanya karena merugi atau karena kena bencana. 216. Kaki naik kepala turun. Berusaha sekeras‐kerasnya. 217. Kaki sudah terlangkah, tangan sudah terjembakan. Telah telanjur berbuat kesalahan. 218. Kalah membeli menang memakai. Membeli dengan harga mahal, tetapi barangnya awet. 219. Kalah jadi abu menang jadi arang. Yang kalah dan menang sama saja, sama‐sama menanggung kerugian. 220.Kalau ada angin bertiup, tak akan pohon bergoyang. Suatu keajaiban sudah tentu ada penyebabnya. Ragam Bahasa Indonesia | 21
221. Kalau langit hendak menimpa bumi, bolehkah ditahan dengan telunjuk? Yang kecil, bodoh, lagi lemah itu tak mungkin dapat menghindarkan diri dari kemauan atau siksaan orang‐ orang besar lagi berkuasa. 222. Kalau pandai meniti buih, selamat badan ke seberang. Jika keras kemauan untuk mengerjakan sesuatu yang sukar, niscaya maksud tercapai. 223.Kalau pandai menyencang akar, mati lalu ke pucuknya. Mengerjakan sesuatu yang sukar dikerjakan. 224.Kalau tak ada api masak akan ada asap. Jika ada berita tentu ada peristiwa. 225.Karam berdua basah seorang. Dua orang yang berbuat kejahatan, tetapi seorang yang kena hukum. 226.Karena tak kenal maka tak sayang. Kalau belum diketahui, belumlah dapat mengatakan buruk baiknya, jadi harus mengenal dahulu. 227.Kasihkan anak tangan‐tangani, kasihkan istri tinggal‐ tingalkan. Kalau sayang anak dan istri jangan dimanjakan. 228.Kasih tak sampai. Belum puas. 229.Kasih ibu sepanjang jalan, kasih anak sepanjang penggalah (galah). Kasih ibu kepada anaknya tidak ada bandingannya dan tidak ada habisnya, tetapi kasih sayang anak kepada ibunya tidak demikian, kadang hanya sedikit saja dan kadang tak ada sama sekali. 22 | Repto Cholidin
230.Kata yang lemah lembut itu, anak kunci hati segala manusia. Kata yang lemah lembut itu dapat mendamaikan orang dan membuka hatinya. 231. Katak hendak menjadi lembu. Orang kecil yang ingin hidup seperti orang besar. Orang miskin atau orang bodoh yang hendak meniru kelakuan orang kaya, akibatnya dia sendiri akan binasa. 232.Ke bukit sama didaki, ke lurah sama dituruni. Senang dan susuh dilakukan bersama‐sama. 233.Kecil‐kecil anak, kalau sudah besar menjadi onak. Ketika anak kita masih kecil, tingkah lakunya lucu dan kita beri kasih sayang, tetapi jika ia menjadi besar dan tidak baik kelakuannya maka susahlah kita. 234.Kecil teranja‐anja, besar terbawa‐bawa, sudah tua beruah tidak. Harus dibiasakan dari kecil berbuat baik, karena kebiasaan itu sukar menghilangkannya. 235.Keledai hendak dijadikan kuda. Orang yang dungu atau bodoh akan disamakan dengan orang yang cerdas dan pintar. 236.Ke mana kelok lilin, ke sana arah angin bertiup. Ke mana arah langkahnya situ seberanya tujuannya. 237.Ke mana kelok lilin, ke sana kelok loyang. Orang yang meminjamkan uang dan ingin memungut laba dari pinjamannya, maksudnya tak mungkin dihalangi. 238.Keras bagai batu, tinggi bagai langit. Seseorang yang tidak mengindahkan perintah atasannya. 239.Keras ditakik, lunak disudu. Baiklah sederhana supaya jangan dipermainkan orang. Ragam Bahasa Indonesia | 23
240.Kerbau dipegang talinya, manusia dipegang mulutnya. Manusia itu harus menepati janjinya. 241. Ketika ada sama dimakan, waktu tak ada sama ditahan. Berbahagia atau menderita dialami bersama. 242.Kita semua mati, tapi kubur masing‐masing. Tiap‐tiap orang mempunyai bakat sendiri‐sendiri sehingga berlain‐lainlah kejadiannya. L 243.Laba sama dibagi, rugi sama diterjuni. Sama‐sama untung dan sama‐sama rugi. 244.Lain di bibir lain di hati. Apa yang dikatakan tidak mewakili hatinya. 245.Lain dulang lain kaki, lain orang lain hati. Masing‐masing orang lain pendapat, perasaan, dan kehendak. 246.Lain ladang, lain belalang, lain lubuk, lain ikannya. Setiap negeri mempunyai adat‐istiadatnya yang berbeda‐ beda. 247.Lain luka lain dibebat. Yang didapat lain yang dimaksudkan. 248.Laksana katak, sedikit hujan banyak bermain. Orang yang suka membesar‐besarkan perkara kecil. 249.Lancar kaji karena diulang, pasah jalan karena diturut. Barang sesuatunya harus dikerjakan berulang‐ulang supaya paham. 250.Laut yang mana tak berombak, bumi yang mana yang tak tertimpa hujan? Tak ada seorang pun yang belum pernah berbuat kesalahan, walaupun hanya sekali saja. 24 | Repto Cholidin
251. Lebih baik mati berkalang tanah, daripada hidup bercermin bangkai. Lebih baik mati daripada hidup menanggung malu. 252.Lebih manusia karena akal, lebih burung karena sayap. Hendaklah manusia mempergunakan akalnya, karena akal itulah kelebihannya dari makhluk yang lain. 253.Lempar batu sembunyi tangan. Orang yang berbuat tidak baik kepada orang lain kemudian berpura‐pura tidak tahu. 254.Lepas dari mulut harimau, jatuh ke mulut buaya. Lepas dari suatu kesulitan, datang lagi kesulitan yang lain. 255.Licin bagai belut. Tak akan mudah ditipu orang karena cerdiknya. 256.Lidah biawak. Orang yang bersikap tak tentu, memihak lawan dan kawan 257.Lidah tak bertulang. Orang mudah mencela orang lain dengan tidak dipikir lebih dulu. 258.Lubuk akal tepian ilmu. Kepada yang pandai kita bertanya. 259.Luka kaki dapat diobati, luka di hati apa obatnya. Kekecewaan atau hati yang tersinggung susah hilangnya. 260.Luka sembuh, bekasnya tinggal juga. Dua orang bercedera walaupun telah berbaik, tiadalah akan dapat seperti sediakala. 261. Lupa ketinggalan, terlelap kemalingan. Siapa yang lengah dan lalai, tentu akan menderita. 262.Lurus bak tabung. Orang yang tak pernah berdusta ataupun menipu. Ragam Bahasa Indonesia | 25
M 263.Madu dalam tong, rembesnya pun madu juga. Anak yang baik‐baik itu akan baik juga. 264.Mahal dibeli, sukar dicari. Barang yang sukar sekali untuk didapatkan. 265.Makan hati berulam jantung. Sangat sedih melihat kelakuan suami atau anak yang tiada senonoh. 266.Makin banyak orang, makin banyak niat. Pendapat dan kemauan orang itu tidak sama. 267.Maksud hati memeluk gunung, apa daya tangan tak sampai. Mempunyai cita‐cita yang tinggi, tetapi tidak mampu mencapainya. 268.Malang tak boleh ditolak, mujur tak boleh diraih. Manusia tak dapat berdaya apa‐apa terhadap nasibnya yang baik atau yang buruk. 269.Malu bertanya sesat di jalan, berdayung perahu hanyut. Jika kita segan bertanya maka akan rugi sendiri karena persoalan yang dihadapi tidak ditemukan jalan keluarnya. 270.Manikam itu jikalau ditelan, pahit jangan lekas dimuntahkan. Orang baik‐baik itu jika jatuh miskin dan hina sekalipun akan tetap baik budi pekertinya dan halus budi bahasanya. 271. Manis jangan lekas ditelan, pahit jangan lekas dimuntahkan. Kata‐kata manis/sanjungan dan pujian jangan cepat dipercayai, sebaliknya kata‐kata keras/kritik jangan cepat ditolak sebab biasanya bermaksud baik. 26 | Repto Cholidin
272. Manusia dipegang mulutnya, binatang dipegang talinya. Harus hati‐hati mengeluarkan perkataan karena perkataan itulah yang akan dipegang orang. 273.Mara jangan dipukat, rezeki jangan ditolak. Jangan menolak rezeki walaupun sedikit dan jangan mencari‐cari kesusahan. 274.Masuk kandang kambing mengembik, masuk kandang kerbau menguak. Ke mana kita pergi/berada, hendaklah menjunjung tinggi adat‐istiadat negeri. Harus menyesuaikan diri. 275.Mati kesturi karena baunya. Orang yang akhirnya merugi hanya karena kelebihannya. 276.Melepas anjing terjepit, setelah lepas ia menggigit. Tak tahu membalas budi. Kebaikan orang dibalas dengan kejahatan. 277.Meludah naik ke langit, menimpa muka sendiri. Bersaing dengan orang yang lebih berkuasa/kaya dari kita, kita sendiri yang akan mendapat kesusahan. 278.Membasuh arang di muka. Menghilangkan malu (noda). 279.Membasuh muka dengan air liur. Memperbanyak kesalahan pada diri sendiri. 280.Meminta dedak kepada orang mengubik. Meminta pertolongan kepada orang yang lemah. 281. Mencabik baju di dada. Membuka keburukan keluarga sendiri kepada orang lain. 282.Mencari jejak dalam air. Mengerjakan pekerjaan yang jelas tidak mungkin dapat selesai. Ragam Bahasa Indonesia | 27
283.Mencari kutu dalam ijuk. Mengerjakan suatu pekerjaan yang sangat sulit. 284.Mendapat durian runtuh. Mendapat rezeki yang banyak yang tak disangka‐sangka. 285.Menebus buluh serumpun. Membinasakan kaum keluarganya sendiri. 286.Menegakkan benang basah. Mengerjakan sesuatu yang akan sia‐sia 287.Menepuk air di dulang, terpercik muka sendiri. Membuka rahasia keluarga, diri sendiri yang ikut rugi. 288.Mengabul mata orang. Menipu atau membuat bodoh orang. 289.Mengembang ketiak amis. Membuka keburukan keluarga sendiri kepada orang lain. 290.Menggantung anak ayam. Mengerjakan sesuatu yang sia‐sia. 291. Menggantung asap, mengukir langit. Pekerjaan yang sia‐sia belaka. 292.Mengusir asap meninggalkan api. Karena mengharapkan keuntungan yang besar, tetapi belum tentu membuang keuntungan yang telah ada walaupun kecil. 293.Menjadi alas bubur. Kita yang menanggung segala kejelekannya. 294.Menjilat air liur. Mencabut janjinya sendiri kepada orang lain. 295.Menohokkan lembing ke semak. Membelanjakan uang dengan percuma. 28 | Repto Cholidin
296.Menumbuk di lesung, bertanak di periuk. Menurut aturan atau kebiasaan. 297.Memasang pelita di siang hari. Melakukan pekerjaan yang sia‐sia. 298.Mujur sepanjang hari, malang sepanjang mata. Kemalangan itu kerap kali mendadak datangnya, sebab itu kita harus berhati‐hati. 299.Mulut bau madu tapi pantat bau sengat. Manis kata‐katanya tetapi jahat hatinya. 300.Mulutmu harimaumu. Kata‐kata yang pedas sering kali mencelakakan diri kita, oleh karena itu berhati‐hatilah atau pikirkan dahulu sebelum kita mengatakan. 301. Murah di mulut, mahal di timbangan. Berjanji itu mudah, tetapi menepatinya tidaklah mudah. 302.Musang berbulu ayam. Orang jahat yang berpura‐pura baik. Berpura‐pura menolong namun niat sebenarnya menjerumuskan. Menyembunyikan kepalsuan di balik kepandaian. 303.Musuh dalam selimut. Musuh yang terdapat dalam kawan sendiri. N 304.Nasi sudah jadi bubur. Kesalahan atau kebodohan yang sangat disesalkan karena tidak dapat diperbaiki lagi O 305.Orang kantuk disodori bantal. Mendapatkan sesuatu yang memang diharap‐harapkan. Ragam Bahasa Indonesia | 29
306.Orang lapar diberi nasi, orang haus diberi air. Mendapatkan sesuatu yang sangat dibutuhkan. P 307.Pagar makan tanaman. Orang yang dipercaya menjaga, malah ia sendiri yang merusaknya. 308.Pahit dahulu, manis kemudian. Untuk menghindarkan macam‐macam kesukaran, hendaklah dijanjikan terlebih dahulu tentang upah dan sebagainya. 309.Pahit di luar, manis di dalam. Perkataan yang keras atau kasar, tapi maksudnya baik. 310. Panas setahun dihapuskan oleh hujan sehari. Kebaikan yang sudah lama dihapus oleh kesalahan yang sedikit saja. 311. Pandai berminyak air. Orang yang pandai mempergunakan barang yang kurang harganya, tetapi baik juga hasilnya. 312. Patah tumbuh hilang berganti. Kalau yang tua berhenti, yang muda menggantikannya. 313. Patah tumbuh hilang berganti, pusaka turun kepada yang muda. Yang hilang itu ada gantinya, orang tua akan digantikan oleh anaknya. 314. Pikir itu pelita hati. Dengan pikiran seseorang akan memperoleh kebaikan yang diinginkan. 30 | Repto Cholidin
315. Pikir dahulu, sesal kemudian tiada berguna. Supaya tidak menyesal diakhirnya, segala sesuatu itu harus dipikirkan/dikerjakan dengan sebaik‐baiknya. 316. Pucuk dicinta, ulam tiba. Mendapatkan sesuatu yang sangat dibutuhkan atau diharap‐harapkan. 317. Putus benang dapat dihubung, putus arang susah sekali. Perselisihan antara saudara sendiri mudah berbaik kembali, tetapi persengketaan dengan orang lain sukar untuk diselesaikan. R 318. Raja adil raja disembah, raja lalim raja disanggah. Pimpinan yang adil dan bijaksana disenangi, pimpinan yang kejam dilawan. 319. Rajin pangkal pandai, hemat pangkal kaya. Jika ingin pandai rajin‐rajinlah belajar dan jika ingin kaya hematlah dan berhati‐hati. 320.Ringan sama dijinjing, berat sama dipikul. Seiya‐sekata. 321. Rupa harimau hati tikus. Rupanya gagah berani tetapi penakut. S 322.Sakit kepala panjang rambut, patah selera banyak makan. Pura‐pura tidak suka atau tidak mau. 323.Sambil berdiang nasi masak. Sambil mengerjakan sesuatu pekerjaan, selesai pula pekerjaan yang lain. Ragam Bahasa Indonesia | 31
324.Sambil menyelam minum air. Melakukan beberapa pekerjaan sekaligus. 325.Sampan ada, pengayuh tidak. Alat untuk mengerjakannya tidak lengkap, ada‐ada saja, kekurangannya. 326.Sebab nila setitik, rusak susu sebelanga. Hanya karena kesalahan kecil maka seluruhnya menjadi rusak pula. 327.Sebagai abu di atas tunggul. Sulit sekali, mudah jatuh. 328.Sebagai embun ditimpa panas matahari. Hilang lenyap seketika. 329.Sebagai memasuki jaring laba‐laba. Makinn lama makin sulit, akhirnya tak dapat lepas lagi. 330.Sebagai membangunkan ular tidur. Musuh yang telah diam, jangan diganggu. 331. Sebagai seludang menolak mayang. Jangan melepaskan tanggungan atau meninggalkan kewajiban sebelum sempurna. 332.Seberat‐berat beban, laba jangan ditinggalkan. Meskipun suatu pekerjaan berat dan sukar, kita usahakan dengan menyelesaikannya, karena mengingat keuntungan yang besar. 333.Seberat‐berat mata memandang, berat juga bahu memikul. Lebih berat yang menderita daripada yang hanya memandang saja. 334.Seciap bagai ayam, sedencing bagai besi. Seia sekata, sehina semalu. 32 | Repto Cholidin
335.Sedia payung sebelum hujan. Bersiap‐siap sebelum kesulitan diri. 336.Seekor kerbau berkubang, sekandang kena luluknya. Jika seseorang bersalah maka seluruh kerabatnya akan ikut dipersalahkan. 337.Sehari selembar benang, lama‐lama jadi sehelai kain. Perbuatan orang yang sabar dan tak lekas putus asa, lama‐ lama berhasil juga. 338.Sekali lancung keujian seumur hidup tak dipercaya. Sekali berbuat kesalahan selamanya tak akan dipercaya lagi. 339.Sekali merengkuh dayung, dua tiga pulau terlampau. Dapat menyelesaikan dua tiga macam pekerjaan pada waktu yang sama. 340.Selangkah berpantang surut, setapak berpantang mundur. Keras hati dan berani menghadapi apa saja. 341. Seligi tajam bertimbal, ujung pangkal mengenai. Ke mana saja beruntung. 342.Semanis‐manis gula, ada pasir di dalamnya. Kata‐kata yang manis biasanya mengandung tipu muslihat. 343.Sembahyang berwaktu, janji berketika. Sesuatu ada batasnya, janganlah melewati batas. 344.Sengasara membawa nikmat. Kerap kali kemelaratan dan sesusahan itu membawa bahagia. 345.Sepandai‐pandai membungkus, yang busuk berbau juga. Bagaimana pandainya menyembunyikan perbuatan yang jahat, akhirnya ketahuan juga. Ragam Bahasa Indonesia | 33
346.Sepandai‐pandai mencencang, landasan juga yang akan habis. Sebaik‐baik orang menumpang akan merugikan juga kepada orang yang ditumpangi. 347.Seorang makan cempedak semua kena getahnya. Satu orang yang bersalah yang lain dipersalahkan juga. 348.Sepandai‐pandai tupai melompat sesekali jatuh juga. Sepandai‐pandai seseorang, sekali waktu ada salah juga. 349.Seperti pinggan dengan mangkuk, salah sedikit sudah terantuk. Dalam keluarga besar kesalahan dan perselisihan itu terjadi di antara mereka itu sudah biasa. 350.Seperti orang buta kehilangan tongkat. Seseorang yang kebingungan karena kehilangan cara menolong diri sendiri. 351. Seperti air dalam kolam. Seseorang yang tenang sikap dan tingkah lakunya. 352.Seperti air pembasuh kaki. Hadiah yang merupakan barang murah Seperti anak ayam kehilangan induk. Menderita kesukaran karena ditinggalkan oleh pemimpinnya. 353.Seperti anjing terpanggang ekor. Orang yang mendapat kesusahan besar dan ke sana kemari minta pertolongan. 354.Seperti anjing berebut tulang. Orang yang tamak, yang suka memperebutkan harta benda orang lain. 34 | Repto Cholidin
355.Seperti anjing dengan kucing. Tidak pernah rukun. 356.Seperti api makan sekam. Niat jahat yang dipendam sehingga tidak ketahuan oleh siapa pun, menunggu saat yang baik untuk dilaksanakan. 357.Seperti api di dalam sekam. Menjalankan suatu kejahatan dengan diam‐diam. 358.Seperti ayam pulang ke lesung. Kembali ke tempat yang disenangi. 359.Seperti biduk dikayuh ke hilir. Menyuruh orang mengerjakan sesuatu pekerjaan yang memang disukakan. 360.Seperti cacing kepanasan. Orang yang gelisah. 361. Seperti duri dalam daging. Hati sangat luka karena kata‐kata yang menyakitkan. 362.Seperti durian dengan mentimun. Orang yang mempunyai sifat yang berbeda. 363.Seperti embun di ujung rambut. Kasih sayang yang tidak tetap selamanya, sekali akan hilang. 364.Seperti harimau menyembunyikan kukunya. Orang yang binasa karena ilmunya atau pangkatnya. 365.Seperti ikan dalam belat. Tidak merdeka, ke mana pergi terhalang buat. 366.Seperti ikan kena tuba. Pada suatu waktu penduduk sekampung dan senegeri diserang penyakit. Ragam Bahasa Indonesia | 35
367.Seperti ilmu padi, makin berisi makin runduk. Orang yang budiman makin merendahkan diri. 368.Seperti itik pulang petang. Jalannya tak benar. 369.Seperti kambing dihalau ke hilir. Seseorang yang enggan disuruh mengerjakan sesuatu pekerjaan yang tidak disukai. 370.Seperti kambing harga tiga kupang. Orang kecil baru berkuasa biasanya membanggakan diri. 371. Seperti katak di bawah tempurung. Seseorang yang amat sedikit pengetahuannya dan sangat kurang pemandangannya. 372.Seperti kayu dimakan bubuk. Berangsur‐angsur merusakkan atau merugikan kita, dengan tidak diketahui. 373.Seperti kejatuhan bulan. Mendapat keuntungan yang luar biasa. 374.Seperti kera kena belacan. Orang yang sangat gelisah karena perasaannya sangat terganggu oleh suatu hal. 375.Seperti kerbau dicocok hidung. Seseorang yang bodoh dan bersifat menurut saja. 376.Seperti kerbau mandi. Tiada bersih dan tiada memakai sabun. 377.Seperti kijang lepas ke rimba. Orang yang pulang ke negerinya, bila merasa senang tak akan merantau lagi. 378.Seperti kucing dengan tikus. Musuh besar. 36 | Repto Cholidin
379.Seperti kuda lepas dari pingitan. Berbuat apa‐apa yang tercela, sesudah lepas dari ikatan karena sekarang merasa bebas. 380.Seperti lalat di ekor kerbau. Menurut kepada orang yang membawanya. 381. Seperti layang‐layang putus talinya. Seseorang yang putus pengharapan dan menyerah kepada nasib. 382.Seperti lebah, mulut membawa madu, pantat membawa sengat. Orang yang suka menolong, tetapi perkataannya menyakitkan hati. 383.Seperti minyak dengan air. Orang yang tidak sepaham tentu tiada dapat bersatu. 384.Seperti musang berbulu ayam. Pura‐pura berbuat baik untuk menutupi kejelekannya. 385.Seperti orang buta kehilangan tongkat. Hilang akal, tak tentu apa yang akan diperbuat. 386.Seperti orang mabuk gadung. Orang yang habis kekuatannya, pucat lesu karena menderita sakit. 387.Seperti otak udang. Orang yang bodoh. 388.Seperti parang bermata dua. Orang yang tidak jujur, pengkhianat yang tak dapat dipercaya. 389.Seperti pinang dibelah dua. Dua orang yang sangat mirip/serupa. 390.Seperti pohon bambu ditiup angin. Bagus tingkah lakunya, tak mudah dipengaruhi orang lain. Ragam Bahasa Indonesia | 37
391. Seperti telur di ujung tanduk. Dalam keadaan yang sangat sulit. 392.Serigala berbulu domba. Orang yang nampaknya bodoh dan penurut tetapi batinnya jahat. 393.Sesal dahulu pendapatan, sesal kemudian tak berguna. Sesuatu yang akan dikerjakan, pikirkanlah dahulu baik buruknya supaya jangan menyesal kemudian. 394.Sesat di ujung jalan, balik ke pangkalan jalan. Jika kita ketahui perbuatan salah, hendaklah kembali pada jalan yang benar. 395.Setali tiga uang. Sama saja. 396.Setinggi terbang bangau akhirnya kembali ke kubangan juga. Sejauh‐jauh orang merantau akhirnya pulang ke kampung asalnya juga. 397.Sia‐sia menjaring angin. Pekerjaan yang sia‐sia, tak mendapatkan hasil. 398.Si cebol merindukan bulan. Orang yang menghendaki sesuatu yang mustahil. 399.Siapa yang menggali lubang, akan terperosok lubang sendiri. Dia yang berbuat, dia pula yang terkena akibat. 400.Sudah banyak makan kerak. Sudah banyak pengalaman hidup. 401.Sudah diludah, dijilat lagi. Yang telah dihina dimuliakan lagi. 402.Sudah jadi abu arang. Telah rusak sama sekali. 38 | Repto Cholidin
403.Sudah jatuh tertimpa tangga. Orang yang selalu tertimpa kemalangan bertubi‐tubi. 404.Sudah ketinggalan zaman. Dikatakan dari sesuatu yang masih kuno. 405.Sudah lama makan garam. Sudah banyak pengalaman dan penanggungan. 406.Sudah lulus, maka hendaklah melantai. Telah mendapat kecelakaan, barulah hendak berhati‐hati. 407.Sudah seasam segaram. Sudah tidak ada kekurangannya. 408.Sudah tahu asam garamnya. Sudah diketahui keadaan yang sebenarnya. T 409.Tahu diangin turun naik. Mengetahui betul perubahan keadaan yang baik atau buruk. 410.Tahu makan, tahu simpan. Hati‐hati memegang rahasia, supaya jangan terbuka. 411. Tajam pisau karena diasah. Orang menjadi pandai karena rajin belajar. 412. Tak ada gading yang tak retak. Tak ada sesuatu yang sempurna, walaupun sedikit sekali, cacatnya itu pasti ada. 413. Tak ada kubangan yang berkodok. Tiap‐tiap negeri ada celanya atau noda. 414.Tak ada laut yang tidak berombak. Tiap‐tiap pekerjaan itu ada bahaya atau kesulitannya. Ragam Bahasa Indonesia | 39
415. Tak air hujan ditampung. Usaha untuk menyampaikan suatu maksud, sekalipun akan menjual harta benda untuk biayanya. 416.Tak akan harimau makan anaknya. Betapa marah atau ganasnya seorang ayah kepada anaknya, ia tak akan membinasakannya. 417. Tak akan bayang‐bayangnya sendiri. Senantiasa dalam ketakutan karena perbuatannya sendiri. 418.Tak lekang oleh panas tak lapuk oleh hujan. Tetap tegar walaupun dalam hidupnya banyak cobaan. 419.Takutkan hantu terpeluk bangkai. Takut rugi sedikit, jadi susah atau rugi besar. 420.Takut titik lalu tumpah. Takut salah sedikit malah rugi besar. 421. Tak usah itik diajar berenang. Mengajar orang yang sudah tahu tak ada gunanya. 422.Tambah air tambah sagu. Tambah pekerjaan tambah penghasilan. 423.Tangan singkat hendak mengulur. Orang yang tak berkemampuan hendak menolong. 424.Tangan mencencang, bahu memikul. Barang siapa yang berbuat kesalahan maka dia sendirilah yang menanggung akibatnya. 425.Tebal kulit muka. Tiada bermalu, tiada perasaan. 426.Telah menjadi darah daging. Sesuatu yang telah melekat dan menjadi kebiasaan pada seseorang. 40 | Repto Cholidin
427.Telah berurat berakar. Telah menjadi kebiasaan sehinngga sulit untuk diubah. 428.Tempat makan jangan diberaki. Janganlah kita bernoda kepada siapa pun yang banyak kebajikannya kepada kita. 429.Tegak sama tinggi, duduk sama rendah. Sama tinggi derajatnya atau kedudukannya. 430.Terapung sama hanyut, terendam sama basah. Sehidup semati meskipun banyak mendapat cobaan. 431. Terapung tak hanyut, terendam tak basah. Perkara yang belum selesai. 432.Terbakar kampung kelihatan asap, terbakar hati siapa tahu. Kita tidak dapat mengetahui isi hati orang lain. 433.Tercorang arang di dahi. Mendapat malu karena perbuatan kita. 434.Terikat kaki tangan. Tak dapat bergerak karena di bawah kekuasaan orang lain. 435.Terlampau lurus kurus, terlampau cerdik terkedik. Orang yang lurus dan sabar kerap kali payang karena diperdayakan orang. Orang yang cerdik pun kerap kali pula terkena cerdiknya. 436.Terpijak arang hitam tampak. Seseorang yang berbuat jahat pasti akan mendapat hukuman. 437.Tertangkup sama termakan tanah, terlentang sama terminum air. Sama‐sama susah dan sama‐sama senang. 438.Tertungging bagi kodok dalam lubang. Seseorang yang menderita berbagai kesukaran. Ragam Bahasa Indonesia | 41
439.Tiada terpisah antan dan beras. Tiada tentu lawan atau kawan. 440.Tiap‐tiap celaka ada gunanya. Orang yang telah celaka tentu akan insaf dan lebih berhati‐ hati supaya tak terulang lagi. 441.Tiba di mata dipejamkan, tiba di perut dikempiskan. Seseorang yang tidak adil, orang lain dihukumnya berat, tapi jika keluarganya dikukumnya ringan sekali. 442.Tidak laku diakad. Sesuatu yang tak ada harganya lagi. 443.Tidak terkajang batu di pulau. Tidak melayani kehendak hati orang banyak. 444.Timbang berat sebelah. Perbuatan seseorang yang tidak adil 445.Tinggal kulit pembungkus tulang. Sangat kurus. 446.Titian bisa lapuk, janji bisa mungkir. Jangan terlalu percaya pada janji seseorang karena kerap kali janji itu tidak ditepati. 447.Tungkunya tak berasap. Perihal orang yang miskin, yang tak bisa menanak nasi. 448.Turutkan rasa binasa, turutkan hati mati. Seseorang yang hancur karena menuruti hawa nafsunya. U 449.Uang gampang dicari, sahabat susah didapat. Jika bersahabat harus hati‐hati, timbang‐menimbang supaya jangan tersinggung hatinya. 42 | Repto Cholidin
450.Udang tak tahu di bungkuknya. Orang yang tak tahu akan kekurangannya. 451. Ular bukan, ikan pun bukan. Belum dapat dipastikan, apa orang itu jahat atau tidak. 452.Umpan habis, ikan tak kena. Susah payah, yang tidak mendatangkan hasil. 453.Umur setahun jagung, darah setampuk pinang. Orang yang masih muda belum banyak pengalaman. 454.Untung melambung, malang menimpa. Tak putus dirundung malang. 455.Utang emas dapat dibayar, utang budi dibawa mati. Budi bahasa yang baik tetap jadi kenangan, baik orangnya masih hidup maupun sudah meninggal. 456.Utang jiwa dibayar dengan jiwa. Siapa yang berbuat jahat, jahat pula pembalasannya. 457.Utang sebanyak gulu. Terlalu banyak utang. W 458.Waktu itu uang. Pergunakan waktu itu sebaik‐baiknya jangan disiakan. Y 459.Yang dimakan rasa, yang dilihat rupa, yang didengar bunyi. Segala sesuatu itu diperlukan menurut buktinya. 460.Yang elok budi, yang indah bahasa. Budi bahasa yang baik itulah yang dapat menyelamatkan kita. Ragam Bahasa Indonesia | 43
Z 461.Zaman beralih, musim bertukar. Sesuatu itu tidak tetap pada suatu martabat, tetapi selalu berubah, sesuai dengan kehendak zaman dan kodrat llahi. 44 | Repto Cholidin
Search