Important Announcement
PubHTML5 Scheduled Server Maintenance on (GMT) Sunday, June 26th, 2:00 am - 8:00 am.
PubHTML5 site will be inoperative during the times indicated!

Home Explore Materi Bab 2.2

Materi Bab 2.2

Published by ilva.safiroh, 2022-01-24 23:45:07

Description: Materi Bab 2.2

Search

Read the Text Version

KEGIATAN PEMBELAJARAN 3 KEGIATAN PEMBELAJARAN 3 PETA KONSEP STRATEGI DAN BENTUK PERJUANGAN BANGSA INDONESIA DALAM UPAYA MEMPERTAHANKAN KEMERDEKAAN DARI ANCAMAN SEKUTU DAN BELANDA Strategi dan Bentuk Perjuangan Strategi dan Bentuk Perjuangan Bangsa Indonesia dalam Upaya Bangsa Indonesia dalam Upaya Mempertahankan Kemerdekaan Mempertahankan Kemerdekaan dari Ancaman Sekutu dari Ancaman Belanda Strategi Perjuangan Bangsa Indonesia Bentuk Perjuangan Bangsa Indonesia dalam Upaya Mempertahankan dalam Upaya Mempertahankan Kemerdekaan dari Ancaman Belanda Kemerdekaan dari Ancaman Belanda Perundingan Perang Konflik Daerah Palagan Jomerto

TUJUAN PEMBELAJARAN 1) Peserta didik dapat menganalisis penyebab terjadinya Palagan Jomerto 2) Peserta didik dapat menganalisis dampak terjadinya Palagan Jomerto AKTIVITAS PEMBELAJARAN 1) Stimulus Bacalah artikel di bawah ini! Pada tanggal 18 September 1948, PKI melakukan pemberontakan di Madiun, Jawa Timur. Mereka bersenjata, bergerak untuk menguasai kantor-kantor pemerintahan, bank, dan juga kantor telepon. Mereka menduduki markas Sub-Teritorial Comando (STC), markas Staf Pertahanan Djawa Timur (SPDT), markas Corps Polisi Militer (CPM), dan kantor polisi, serta menawan beberapa orang anggota TNI. Untuk menghadapi pemberontakan PKI di Madiun itu, Kabinet Hatta dalam sidangnya tanggal 19 September memutuskan untuk menghadapinya dengan kekuatan senjata. Markas Besar Tentara segera menyusun rencana operasi. Namun, tidak hanya TNI yang berperan sebagai alat untuk mengatasi pemberontakan PKI di Madiun, tetapi juga Mobrig (Mobile Brigade Polisi). Mobile Brigade Polisi merupakan pasukan khusus kepolisian yang diikutsertakan dalam tugas-tugas operasi militer. Pasukan Mobile Brigade Polisi memiliki tingkat mobilitas yang tinggi, dengan persenjataan relatif lebih lengkap dibandingkan dengan kesatuan polisi lainnya. Kegiatan Pembelajaran 3 71

Mobile Brigade Polisi dapat disebut juga Polisi Istimewa. Dalam upaya mempertahankan kemerdekaan dari ancaman Belanda, Mobrig memiliki keterlibatan. Pasukan ini ditugaskan untuk ikut serta dalam tugas operasi menumpas Pemberontakan PKI Madiun. Untuk menumpasnya, pasukan yang ditugaskan adalah Mobile Brigade Keresidenan Surabaya dan Mobile Brigade Besar Jawa Timur. Dalam MBB Jawa Timur, di dalamnya terdapat Mobile Brigade Keresidenan Besuki yang hijrah akibat Perundingan Renville, dari Jawa Tengah tergabung juga Mobile Brigade yang memiliki persenjataan relatif lengkap, terlatih, serta mempunyai loyalitas yang tinggi terhadap pemerintah RI Yogyakarta. Upaya yang dilakukan pertama kali adalah membentuk satuan tugas, yang terdiri dari Mobile Brigade Besar Jawa Timur. Seluruh pasukan terlibat pertempuran dengan pasukan komunis. Namun, karena kekuatan pemberontak yang tidak seimbang maka mereka memilih untuk mundur. Selang beberapa saat, Mobile Brigade mendapatkan perlawanan yang mampu memukul mundur pasukan komunis pemberontak, dan rangkaian pertempuran lainnya yang berhasil, akhirnya membuat Madiun kembali dikuasai oleh Mobile Brigade. Pada 2 Oktober 1948, Ponorogo yang dipertahankan oleh komunis diserang oleh Mobile Brigade. Selang waktu yang singkat, Ponorogo berhasil direbut kembali. Setelahnya, pasukan komunis yang merasa tidak terima jika dikalahkan, kembali menyerang Ponorogo, yang berakhir dengan kegagalan. Ponorogo kembali dapat dipertahankan 72 E- Modul Sejarah Lokal Indonesia Untuk Kelas XI SMA Semester 2

oleh Pasukan Mobile Brigade, hingga terjadilah Agresi Militer Belanda 2 pasca Perundingan Renville. 2) Identifikasi Masalah Kota Ponorogo merupakan kota yang berhasil direbut kembali (setelah Madiun), pasca Pemberontakan Komunis Madiun pada 18 September 1948. Pasukan Mobile Brigade kemudian ditugaskan untuk melakukan pencarian terhadap orang-orang yang dicurigai terlibat dalam pemberontakan, sambil mengumpulkan informasi. Mereka juga bertugas menjalankan penugasan operasi pasifikasi dan tinggal di Ponorogo selama beberapa waktu sampai Belanda melancarkan agresi militer, yang membuat Pasukan Mobile Brigade Polisi hijrah menuju Besuki. Bagaimana hijrah (long March) yang dilakukan oleh Pasukan Mobile Brigade? Apakah terdapat peristiwa yang terjadi selama menuju tujuan kantung gerilya? 3) Pengumpulan data Temukan informasi yang berasal dari mana pun, yang bisa kamu akses. Bisa internet, majalah, koran, jurnal, atau artikel terkait dengan identifikasi masalah yang telah kamu temukan 4) Analisis data Diskusikan hasil dari kumpulan data yang telah kamu temukan bersama dengan teman-temanmu 5) Pembuktian/verifikasi Kegiatan Pembelajaran 3 73

Bentuk Perjuangan Bangsa Indonesia Dalam Upaya Mempertahankan Kemerdekaan Dari Ancaman Belanda Dalam Bentuk Palagan Jomerto 1. Palagan Jomerto a. Situasi Umum Perundingan Renville yang berlangsung di Jakarta, menuai berbagai macam permasalahan. Salah satunya adalah kesalahan tafsir oleh kedua negara, Belanda beranggapan bahwa Indonesia telah melanggar gencatan senjata yang telah ditandatangani, sementara Indonesia juga menganggap Belanda yang telah melanggar kesepakatan gencatan senjata. Tidak terjadi titik temu di antara keduanya. Bersamaan dengan itu, mendekati persetujuan gencatan senjata, Belanda mencoba dengan sekuat tenaga menduduki hampir semua senjata kecamatan yang sebelumnya tidak pernah mereka kuasai dan pihak Belanda bermaksud memanfaatkan situasi dimana pemberontakan PKI. Musso, PKI Madiun telah menusuk pemerintah RI dari belakang, sehingga pada tanggal 19 Desember 1948 Belanda mengerahkan seluruh kekuatan yang diperkirakan jumlah 15 kompi dengan seluruh kekuatannya untuk mengadakan agresi militer yang kedua. Serangan diawali di Kota Yogyakarta, yang pada saat itu merupakan Ibukota Indonesia. Akhirnya menjadikan kota tersebut dikuasai oleh Belanda. Demikian pula Kota Ponorogo, yang dipertahankan oleh pasukan polisi termasuk Batalion 3 dan badan-badan perjuangan lainnya, telah jatuh ke tangan Belanda sehingga menyebabkan Batalion 3 mundur ke Desa Jarak. 74 E- Modul Sejarah Lokal Indonesia Untuk Kelas XI SMA Semester 2

Berdasarkan perintah dari Mobile Brigade Besar Jawa Timur, pasukan diharuskan kembali ke daerah-daerah yang ditinggalkan termasuk Batalyon 3 yang berasal dari Besuki. Sejak itulah di pasukan polisi dengan seluruh keluarganya melakukan perjalanan jauh yang dikenal dengan istilah “Wingate” yang dimulai dari Desa Jarak (Ponorogo), dipimpin langsung oleh AIP TK. I Soekari menuju Daerah Maesan (Bondowoso) yang pernah ditinggal dengan jalan kaki tepatnya tanggal 10 Januari 1949, dengan AIP TK. I Soekari sebagai komandan Batalion 3 dengan pasukan ± 250-300 orang, bhayangkari 17 orang dan anak-anak 8 orang meninggalkan Desa Jarak dengan jalan kaki menelusuri rute gerilya (sekarang) dengan keadaan medan yang berat pasukan tak dapat bergerak dengan cepat sesuai dengan perintah, sehingga menghindari kontak senjata langsung agar segera sampai di tempat tujuan. Dengan anggota pasukan yang melibatkan ibu-ibu dan anak-anak, perjalanan long march yang dilakukan tidak dapat segera sampai di tempat tujuan. Pada tanggal 15 Januari 1949, rombongan pasukan tiba di Desa Sawo, Ponorogo. Keesokan harinya tiba di Desa Tugu. Selanjutnya memasuki Kabupaten Trenggalek, rombongan melewati Desa Gumblek dan Tumpak Palem. Akhirnya pada tanggal 20 Januari 1949, rombongan berhasil memasuki Kabupaten Blitar, melewati Desa Kalidawir, Wadung, Ngeni, dan Ringinrejo. Hingga pada tanggal 25 Januari, tiba di Malang. Mereka harus melewati Tempursari, Bantur, Klepu, Tretes, Sumberculeng, Sumberurip untuk bisa sampai ke Desa Penanggal, Lumajang. Perjalanan dilakukan pada siang hari. Dengan pertimbangan lebih memudahkan perjalanan, karena jika dilakukan malam hari diperlukan Kegiatan Pembelajaran 3 75

penerangan yang akan membutuhkan biaya lebih besar. Hal tersebut tidak memungkinkan, karena fasilitas yang kurang memadai. Perjalanan malam hari juga tidak menguntungkan, karena mereka nantinya akan mengurangi waktu istirahat. Apalagi di dalam rombongan ini terdapat para ibu dan anak- anak, yang sangat membutuhkan waktu untuk istirahat pada malam hari sebelum melakukan long march keesokan harinya (wawancara dengan bapak M. Soekari dalam Nawiyanto,dkk.,2018;86). Pada tanggal 3 Februari 1949, pasukan tiba di Desa Penanggal, Lumajang. Keesokan harinya tiba di Desa Tunjung Rejo. Ketika tiba di Desa Tunjung Rejo, Lumajang yang akan menyeberangi jembatan kereta api Keting, terpaksa para pasukan terhenti beberapa saat mengingat jembatan kereta api Keting sedang dijaga Tentara KNIL pada saat berorientasi medan untuk mencari jalan lain untuk dapat melintasi Sungai Keting yang jadi perbatasan Kabupaten Lumajang dan Jember, komandan batalion menyaksikan 7 (tujuh) gerbong kereta api yang memuat tentara Belanda lengkap dengan persenjataannya timbul firasat bahwa pasti tentara Belanda KNIL akan dihadapkan dengan kita. Demikianlah pendapat Bapak Soekari sebagai Komandan Batalion 3 yang memimpin long march. Agen Polisi III Mangkuhardjo yang kebetulan ada hubungan keluarga dengan petinggi (kades) Tunjung Rejo mendapat perintah dari Dan Yon untuk mengadakan pendekatan kepada petinggi agar tentara KNIL yang bertugas di Jembatan Keting untuk tidak menghalangi gerakan pasukan menyeberangi Jembatan Keting. Pihak petinggi menyadari bahwa seandainya pasukan polisi yang menyeberang mengadakan perlawanan kepada tentara KNIL pasti bisa dilumpuhkan tetapi akibatnya Desa Tunjungrejo menjadi 76 E- Modul Sejarah Lokal Indonesia Untuk Kelas XI SMA Semester 2

sasaran Tentara KNIL dalam membalas dendamnya. Sebagai kelanjutan dari pembicaraan petinggi Tunjungrejo dengan pihak Belanda, Komandan yang disertai Agen Polisi III Mangkuhardjo orang pertama yang memasuki Jembatan Keting dengan maksud akan menjumpai Komandan Pasukan Belanda tetapi pihak KNIL sudah meninggalkan pos penjagaan ke arah timur dan tidak berhasil ditemui oleh komandan pasukan polisi, selanjutnya rombongan mengikuti menyeberangi Jembatan Keting. Setelah komandan Batalion 3 pasukan polisi mengikuti perkembangan situasi selama long march sampai Desa Tunjungrejo mengubah taktik dengan gerakan taktis pada malam hari, dan secara mendadak pulalah mengubah arah timur melewati Kencong, diubah ke arah utara melewati Sariono menghindari pertempuran sebagai prinsip gerakan pasukan ini merupakan salah satu langkah perubahan arah dari rencana semula setelah melewati Jembatan Keting menelusuri bagian utara Kabupaten Jember yaitu melewati Desa Sariono-Darungan-Badehan dan Desa Jomerto Kecamatan Patrang Kabupaten Jember. Menurut rencana semula, rombongan tidak singgah di Desa Jomerto dan berusaha untuk menyeberangi dan menembus jalan raya Rembangan- Jember pemandian, tetapi karena medan yang sulit dan cukup melelahkan sehingga rombongan berhenti di Desa Jomerto. Pada tanggal 11 Februari 1949 dengan maksud dengan maksud untuk istirahat karena akan meneruskan perjalanan ke daerah Maesan (Bondowoso) (yang direncanakan akan tiba di Desa Sucolor pada tanggal 15 Februari 1949). Kegiatan Pembelajaran 3 77

b. Jalannya Peristiwa Di tengah kesunyian, terlihat orang berjalan sedang memasuki Desa Jomerto yang terkadang berhenti sejenak melihat keadaan seolah-olah ada yang diawasi dan diamati. Mereka terlihat berbincang tetapi tidak ada yang mengetahui isi dari perbincangan tersebut. Satu di antara mereka sudah mengenal Desa Jomerto, sehingga arah perjalanan mereka cukup lancar, Roemah mereka tujuan adalah Roemah Pak Yakup, yang didatangi sambil mengetuk pintu lalu mengatakan bahwa ini anaknya yang sudah sekian bulan berada di dalam hutan dan sudah lama tidak bertemu dengan bapak “ini putranya sangat kangen” kata-kata ini diulang sampai tiga kali, dan baru terdengar suara Pak Yakup dalam “mari-mari nak silakan masuk ke dalam”. Rupanya Pak Yakup sudah mengenal dengan kode yang digunakan oleh pejuang, yang setiap hari dengan maksud untuk istirahat selama dalam perjalanan. Dengan pertemuan yang menggembirakan Pak Yakup lupa bahwa di sebelah Rumahnya berdiam seorang kepala desa yang bernama Pak Sujak yang ditunjuk oleh NICA sebagai mata-mata. Dari pertemuan itu, Pak Yakup baru mengerti bahwa di antara kedua orang tersebut adalah Pak Basuki dari Caraka pasukan polisi pejuang yang akan memasuki Desa Jomerto. Dalam pertemuan itu telah terjadi dialog singkat yang di antara lain dikemukakan oleh Pak Basuki: “pasukan yang sedang memasuki perjalanan jauh ini, sebenarnya tidak bertujuan untuk menetap di Desa Jomerto karena ingin segera mencapai sasaran daerah kantong di sekitar Daerah Maesan Bondowoso. Namun, teman-teman cukup lelah maka atas nama komandan kami mohon berkenan atas kesediaan masyarakat Jomerto untuk menerima kami sekadar untuk istirahat sejenak”. 78 E- Modul Sejarah Lokal Indonesia Untuk Kelas XI SMA Semester 2

Dan secara spontan Pak Yakup mengatakan sanggup setelah kedua caraka meninggalkan Roemah Pak Yakup menuju ke induk pasukan dengan penuh keyakinan Desa Jomerto merupakan desa yang sangat ketat dan aman untuk istirahat, hampir semua anggota rombongan menyambut gembira bahwa mereka akan memasuki Desa Jomerto dan akan beristirahat, kecuali Komandan Batalion yang sejenak tertegun seolah-olah ada suatu pikiran yang terlintas dalam benaknya, ada firasat yang kurang baik tetapi sebagai komandan pasukan yang konsekuen dan bertanggungjawab atas segala apa yang diucapkan sebagai perintah untuk memasuki Desa Jomerto (Kepolisian Resort Jember,1992;11). Sekali pun dukungan logistik sudah lama habis selama perjalanan, rupanya mereka sudah terbiasa di tempat keadaan selama mereka hidup di hutan-hutan dengan penuh tantangan. Sambutan rakyat Jomerto, ditandai dengan suguhan ala kadarnya berupa ubi rebus, kacang, ketela, dan hasil bumi lainnya. Demikian besar pengorbanan rakyat Jomerto untuk menjamin saudara-saudaranya yang dalam keadaan kesulitan ketika melakukan perjalanan jauh. Di tengah-tengah kesibukan pertemuan, komandan batalion memanggil komandan-komandan seksi lalu memerintahkan untuk mengatur penempatan tempat-tempat peristiwa yang disediakan oleh para penduduk Jomerto. Dan seksi senjata berat menempati wakaf (mushola) yang berada di antara Roemah yang ditempati oleh rombongan guna memberi perlindungan. Di luar dugaan, Kepala Desa Jomerto, Sudjak yang semula berada di tengah-tengah pertemuan bersama para anggota batalion, berusaha menyelinap meninggalkan Desa Jomerto menuju ke arah selatan ke Kota Kegiatan Pembelajaran 3 79

Jember yang tidak seberapa jauh dari Desa Jomerto. Sikap menjamin para tamunya yang dikatakakan olehnya memiliki niat untuk melaporkan kedatangan pasukan polisi yang berada di daerahnya. Namun, ternyata pihak Belanda telah memperkirakan bahwa pasukan-pasukan perjuangan yang akan kembali ke kantung daerah asal sebelum hijrah terutama pasukan yang berasal dari daerah Besuki. Desa Jomerto yang nampak tenang dengan dingin yang mencekam, 29 hari sudah tepatnya tanggal 11 Februari 1949 kesatuan long march setelah melakukan tugas berjalan jauh dengan melalui medan yang beraneka ragam kriteria kritisnya baik yang dilalui siang maupun malam hari dengan cuaca tidak menentu, bervariasi dingin dan panas. Di samping itu, komandan pasukan telah memberikan bekal kepada anggota seluruh perintahnya yaitu: a. Memegang teguh disiplin pasukan b. Memelihara terus keutuhan pasukan c. Sedapat mungkin menghindari pertempuran selama dalam perjalanan d. Harus selamat di basis gerilya dan siap melaksanakan gerilya untuk waktu yang panjang (Kepolisian Resort Jember,1992;13) Jadi, jelaslah Jomerto bukan tujuan long march melainkan daerah Maesan (Bondowoso) daerah asal kantung gerilya menjadi tujuan. Desa Jomerto yang semula nampak tenang, tiba-tiba dikagetkan oleh bunyi suara letusan senjata yang datang dari arah timur dan diikuti oleh rentetan letusan senjata sebagai tembakan balasan dan sejak itulah bertambah gencar tembakan yang berasal dari arah timur dan selatan. Tembakan yang berasal dari arah pemukiman penduduk yang ditempati oleh para pasukan polisi saat itu KNIL menjadi panik karena tidak menduga karena adanya 80 E- Modul Sejarah Lokal Indonesia Untuk Kelas XI SMA Semester 2

perlawanan gencar dan disusul korban berjatuhan dari pihak KNIL. Namun demikian, AIP TK.I Soekari selaku Komandan Batalion 3 pada saat terjadinya peristiwa, mencoba mencari kontak dengan baris depan tetapi cuaca tidak memungkinkan ditambah tembakan-tembakan yang tidak teratur arah datangnya. Pasukan yang dapat dihubungi hanya barisan belakang yang terdiri dari Ibu Bhayangkari bagian logistik dan anak-anak untuk segera mengubah ke arah barat. Kelompok komando memindahkan posisinya ke arah barat di luar kampung guna berhubungan dengan unsur yang masih terlibat pertempuran yang sengit. Makin siang keadaan pertempuran makin menjadi, tembakan-tembakan makin gencar dilancarkan tetapi tembakan pasukan sendiri makin terdengar menghilang ke utara. Dalam hal ini pasukan polisi berhasil melepaskan diri dari operasi dalam, sementara komando bergerak ke arah barat dan mengambil Kampung Durjo untuk lokasi konsolidasi kesatuan sementara konsolidasi berlangsung Dan Yon bersama beberapa anggota mendekati daerah bekas daerah pertempuran dengan tujuan untuk mengoper keadaan dan mencari kemungkinan korban belum sempat memasuki kampung Jomerto (bekas daerah pertempuran) telah mendapat tembakan dari arah depan. Ternyata Belanda masih menduduki Desa Jomerto. Komandan Batalion bersama beberapa orang anggota kembali ke Kampung Durjo dan memutuskan untuk melanjutkan perjalanan long march (Kepolisian Resort Jember,1992;14). Di tengah-tengah berkecamuknya pertempuran antara pasukan polisi dan tentara KNIL dengan tembakan yang tidak terarah, sehingga membingungkan pihak KNIL yang baru akan memasuki ajang pertempuran sebagai bala bantuan yang datang dari arah sebelah timur dan arah selatan Kegiatan Pembelajaran 3 81

hadir seorang penduduk Jomerto bernama Pak Soekarni yang digiring oleh tentara KNIL yang baru datang, dengan maksud untuk menunjukkan kedudukan pasukan Polri. Pak Soekarni adalah penduduk Jomerto yang menerima kedatangan pasukan polisi. Setelah Pak Soekarni mengetahui tentara KNIL melampiaskan amarahnya dengan penduduk dengan cara menyiksa banyak korban maka dengan cara paksa, Pak Soekarni diminta untuk menunjukkan kedudukan pasukan polisi dan dengan spontan Pak Soekarni menunjukkan tempat di mana para KNIL sedang mengamuk menyiksa dan membunuh penduduk Desa Jomerto. Kiranya kabut di Desa Jomerto belum hilang, sehingga mengaburkan pandangan maka ditunjukkan tempat itu. Oleh karena itu, tanpa pikir panjang Tentara KNIL yang baru datang langsung melancarkan tembakan dengan gencar dan dari posisi lain juga membalas tembakan sehingga terjadilah baku tembak antar tentara KNIL, sedangkan Pak Soekarni berhasil lolos dari pertempuran dan menuju ke arah timur ke Desa Klungkung. Pertempuran antara Tentara KNIL berlangsung cukup lama hingga sore hari dengan memakan banyak korban jiwa. Untuk sementara, pasukan polisi berkonsolidasi di Desa Dorjo dan malam harinya melanjutkan perjalanan menuju arah utara. Tahap konsolidasi berikutnya terjadi di Desa Langsat Kecamatan Arjasa Kabupaten Jember. Sewaktu perjalanan terhambat gerakan operasi pihak Belanda di daerah Arjasa dan inilah, gerakan long march dilanjutkan hingga tempat tujuan daerah Maesan/Bondowoso, sedangkan para anggotanya dikembalikan ke pos masing-masing untuk melakukan aktivitas perjuangan (Kepolisian Resort Jember,1992;16). 82 E- Modul Sejarah Lokal Indonesia Untuk Kelas XI SMA Semester 2

c. Dampak adanya Peristiwa Jomerto Peristiwa Jomerto terjadi pada 11 Februari 1949, merupakan peristiwa perjuangan Mobrig (sekarang Brimob) bersama masyarakat Jomerto dalam mempertahankan kemerdekaan. Dalam peristiwa ini, menewaskan 13 anggota Mobrig dan 20 masyarakat sipil (Jupriono,dkk.,2018;509). Berikut merupakan rincian nama korban jiwa dalam peristiwa tersebut: No. Anggota Mobile Masyarakat Jomerto/Umur Brigade/Pangkat 1. S. Kusnadi/Pegawai P. Jakub/50 Tahun Negeri 2. Suradji/ A.P. TK. I P. Muati/37 Tahun 3. Surono/A.P. TK. II B. Muati/27 Tahun 4. Moedjasmedi/A.P. TK. III Abdura/18 Tahun 5. Achmad/A.P. TK. III Sarmo/28 Tahun 6. Wintjono/A.P. TK. III P. Munawar/37 Tahun 7. Asbari/A.P. TK III P. Durachman/45 Tahun 8. Soebari/A.P. TK. III Zainal/ 16 Tahun 9. Moh. Said/A.P. TK. III … 10. Basuki/A.P. TK. III P. Sarodan/50 Tahun 11. Sasono/A.P. TK. II P. Sanan/40 Tahun 12. Kasim/A.P. TK. III P. Biya/35 Tahun 13. Sarwono/Anggota TRIP P. Soemar/45 Tahun Bondowoso 14. P. Sarito/30 Tahun 15. P. Paritmo/35 Tahun Kegiatan Pembelajaran 3 83

No. Anggota Mobile Masyarakat Jomerto/Umur Brigade/Pangkat 16. P. Rip/30 Tahun 17. P. Mukti/45 Tahun 18. P. Dulla/25 Tahun 19. P. Salim/30 Tahun 20. P. Sanigwar/33 Tahun 21. Etti/7 bulan (korban cacat tubuh) Selain terdapat korban jiwa yang tidak sedikit, terdapat pula saksi yang terlibat langsung ketika Peristiwa Jomerto terjadi, sebagai berikut: No. Nama Saksi Para Ibu Nama Saksi Pelaku Bhayangkari yang Peristiwa Jomerto/Pangkat terlibat/Alamat 1. Ny. Basiran/Tanggul, M. Soekari/Brigjen Pol Jember 2. Ny. Ridwan/Tanggul, Mangkuharjo/Kolonel Pol Jember 3. Ny. Aspan Hp./Letkol Pol Soedharmo/Situbondo 4. Ny. Ngusman/Surabaya Moegiyono/Letkol Pol 5. Ny. MA. Soedir/Letkol Pol ARoeman/Bondowoso 6. Ny. Katidjo/ Bondowoso Soetono/Mayor Pol 84 E- Modul Sejarah Lokal Indonesia Untuk Kelas XI SMA Semester 2

No. Nama Saksi Para Ibu Nama Saksi Pelaku Bhayangkari yang Peristiwa Jomerto/Pangkat terlibat/Alamat 7. Ny. Sanidin/ Bondowoso Giran/Mayor Pol 8. Ny. Usman/ Bondowoso Slamet/Mayor Pol 9. Ny. Rachmad/ Sutikno/Mayor Pol Bondowoso 10. Umar Sidiq/Mayor Pol 11. Musian/Kapten Pol 12. Arsad/ Kapten Pol 13. Moenadji/ Kapten Pol 14. Aswadi Subagio/ Kapten Pol 15. M. Ridwan/Lettu Pol 16. Soekardi/Letda Pol 17. Soerman/Peltu 18. Kadis/Peltu 19. Haeruddin/Peltu 20. Soekarno/Peltu 21. Sasmito/Peltu 22. Sasmiddin/Peltu 23. Mabia/Peltu 24. Mohammad/Peltu 25. Sukardiman/Peltu 26. Saleh/Peltu Kegiatan Pembelajaran 3 85

No. Nama Saksi Para Ibu Nama Saksi Pelaku Bhayangkari yang Peristiwa Jomerto/Pangkat terlibat/Alamat 27. Abd. Basar/Peltu 28. Seniddin/Peltu 29. Soetopo/Peltu 30. Naaman/Peltu 31. Suprapto/Peltu 32. Djasmono/Peltu 33. ARoeman/Koptu 34. Katimin/Peltu 35. Gatot Mulyasin/Peltu “Palagan Jomerto” merupakan monumen yang dibangun untuk mengabadikan peristiwa yang pernah terjadi di desa tersebut, sebagai bentuk upaya untuk mengingat perjuangan Mobrig dan masyarakat Jomerto ketika berjuang mempertahankan kemerdekaan. Maka, sebagai upaya untuk mengenang dan mengingat para korban jiwa dalam Peristiwa Jomerto. Sekitar 20 orang anggota yang gugur pada saat itu. Setiap tahun para anggota Kepolisian Resor Jember mengadakan upacara dan bersih-bersih di sekitar monumen Palagan Jomerto sebagai bentuk mengenang jasa para pahlawan yang telah berjuang dalam Peristiwa Jomerto. Dengan adanya monumen tersebut, diharapkan dapat memberikan edukasi bagi warga sekitar, dan bisa memberikan suri tauladan bagi generasi muda untuk tetap menghargai, mengenang jasa para pahlawan yang telah gugur. Setiap tahunnya, dalam 86 E- Modul Sejarah Lokal Indonesia Untuk Kelas XI SMA Semester 2

rangka peringatan Hari Pahlawan, Polres Jember mengadakan upacara di Sumber: Jember.info Palagan Jomerto sekaligus memberikan santunan kepada keluarga yang telah ditinggalkan oleh pelaku sejarah Peristiwa Jomerto. Kegiatan Pembelajaran 3 87

Berikut merupakan gambar Palagan Jomerto: Sumber: Dokumentasi Pribadi 88 E- Modul Sejarah Lokal Indonesia Untuk Kelas XI SMA Semester 2

Kegiatan Pembelajaran 3 89 Sumber: Dokumentasi Pribadi

Sumber: Dokumentasi Pribadi 90 E- Modul Sejarah Lokal Indonesia Untuk Kelas XI SMA Semester 2

Kesimpulan Tulislah hasil dari diskusi bersama dengan teman-temanmu di bawah ini! ………………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………………… …………………………………………………………………………………………. ......................................................................................................................................... ......................................................................................................................................... Kegiatan Pembelajaran 3 91

RANGKUMAN Rangkuman • Perundingan Renville yang berlangsung di Jakarta, menuai berbagai macam permasalahan. Salah satunya adalah kesalahan tafsir oleh kedua negara, Belanda beranggapan bahwa Indonesia telah melanggar gencatan senjata yang telah ditandatangani, sementara Indonesia juga menganggap Belanda yang telah melanggar kesepakatan gencatan senjata. Tidak terjadi titik temu di antara keduanya. • Bersamaan dengan itu, mendekati persetujuan gencatan senjata, Belanda mencoba dengan sekuat tenaga menduduki hampir semua senjata kecamatan yang sebelumnya tidak pernah mereka kuasai dan pihak Belanda bermaksud memanfaatkan situasi dimana pemberontakan PKI. Musso, PKI Madiun telah menusuk pemerintah RI dari belakang, sehingga pada tanggal 19 Desember 1948 Belanda mengerahkan seluruh kekuatan yang diperkirakan jumlah 15 kompi dengan seluruh kekuatannya untuk mengadakan agresi militer yang kedua. • Serangan diawali di Kota Yogyakarta, yang pada saat itu merupakan Ibukota Indonesia. Akhirnya menjadikan kota tersebut dikuasai oleh Belanda. Demikian pula Kota Ponorogo, yang dipertahankan oleh pasukan polisi termasuk Batalion 3 dan badan-badan perjuangan lainnya, telah jatuh ke tangan Belanda sehingga menyebabkan Batalion 3 mundur ke Desa Jarak. • Berdasarkan perintah dari Mobile Brigade Besar Jatim, pasukan diharuskan kembali ke daerah-daerah yang ditinggalkan termasuk Batalyon 3 yang berasal dari Besuki. • Batalion 3 dengan pasukan ± 250-300 orang, bhayangkari 17 orang dan anak-anak 8 orang meninggalkan Desa Jarak dengan jalan kaki menelusuri rute gerilya (sekarang) dengan keadaan medan yang berat pasukan tak dapat bergerak dengan cepat sesuai dengan perintah, sehingga menghindari kontak senjata langsung agar segera sampai di tempat tujuan. • Perjalanan dilakukan pada siang hari. Dengan pertimbangan lebih memudahkan perjalanan, karena jika dilakukan malam hari 92 E- Modul Sejarah Lokal Indonesia Untuk Kelas XI SMA Semester 2

diperlukan penerangan yang akan membutuhkan biaya lebih besar. Hal tersebut tidak memungkinkan, karena fasilitas yang kurang memadai. Perjalanan malam hari juga tidak menguntungkan, karena mereka nantinya akan mengurangi waktu istirahat. Apalagi di dalam rombongan ini terdapat para ibu dan anak-anak, yang sangat membutuhkan waktu untuk istirahat pada malam hari sebelum melakukan long march keesokan harinya • Menurut rencana semula, rombongan tidak singgah di Desa Jomerto dan berusaha untuk menyeberangi dan menembus jalan raya Rembangan-Jember pemandian, tetapi karena medan yang sulit dan cukup melelahkan sehingga rombongan berhenti di Desa Jomerto. • Pasukan Mobile Brigade langsung menuju Roemah P. Yakup, mengatakan kode yang sudah dimengerti oleh keduanya. • Pasukan Mobile Brigade memutuskan beristirahat karena menganggap bahwa Desa Jomerto merupakan desa yang aman. • Di luar dugaan, petinggi Sudjak yang semula berada di tengah- tengah mereka secara menyelinap meninggalkan Desa Jomerto untuk melaporkan kedatangan pasukan polisi yang berada di daerahnya, ternyata pihak Belanda telah memperkirakan bahwa pasukan- pasukan perjuangan yang akan kembali ke kantung daerah asal sebelum hijrah terutama pasukan yang berasal dari daerah Besuki. • Desa Jomerto yang awalnya tenang berubah menjadi tidak kondusif karena adanya rentetan letusan senjata. • Komandan pasukan yang telah diberikan perintah untuk menghindari kontak senjata dengan Belanda, memutuskan untuk mengubah rute jalan yang akan mereka lalui. • Pasukan bantuan dari pihak Belanda datang untuk membantu Pasukan KNIL menyerang Desa Jomerto, tetapi terjadi tembakan yang tidak terarah sehingga membingungkan pasukan Belanda yang baru datang, sehingga terjadi baku tembak yang tidak bisa dihindarkan lagi • Pasukan Mobile Brigade yang tadi sudah mengubah rute perjalanan, berhasil menghindari adanya pertempuran tersebut, dan menuju ke tempat tujuannya yaitu Bondowoso Kegiatan Pembelajaran 3 93

unsur infanteri sebagai intinya, dapat berdiri sendiri atau merupakan bagian dari komando yang lebih besar lagi Infiltrasi: Penyusupan; perembesan; campur tangan Intimidasi: Tindakan menakut-nakuti (terutama untuk memaksa orang atau pihak lain berbuat sesuatu) gertakan; ancaman KNIL: het Koninklijke Nederlands(ch)-Indische Leger, atau secara harafiah: Tentara Kerajaan Hindia Belanda. Meskipun KNIL melayani pemerintahan Hindia Belanda, banyak di antara anggota-anggotanya yang adalah penduduk bumiputra di Hindia Belanda dan orang-orang Indo- Belanda, bukan orang-orang Belanda. Kolone: Barisan tentara yang diatur sebagai lajur (makin ke belakang makin melebar); sekumpulan barisan Kolonel: Pangkat perwira menengah TNI peringkat pertama dalam ketentaraan, satu tingkat di bawah brigadier jenderal TNI, laksamana pertama TNI, dan marsekal pertama TNI, satu tingkat di atas letnan kolonel (tanda pangkatnya tiga bunga melati emas yang ditempatkan di bahu baju) Kompi: Bagian dari batalion, terdiri atas 150-200 orang, dipimpin oleh seorang berpangkat kapten Komunis: 118 E- Modul Sejarah Lokal Indonesia Untuk Kelas XI SMA Semester 2

Penganut paham komunisme Letnan Kolonel: Pangkat perwira menengah peringkat kedua dalam ketentaraan, satu tingkat di bawah kolonel, satu tingkat di atas mayor, tanda pangkatnya dua bunga melati emas yang ditempatkan di bahu baju Mariniers Brigade: Korps Marinir Belanda ( Bahasa Belanda : Korps Mariniers ) adalah komponen infanteri elit dari Angkatan Laut Belanda . Unit ini berspesialisasi dalam operasi khusus , beroperasi dalam kondisi yang sangat ekstrem dan perang amfibi. Korps Mariniers adalah pasukan reaksi cepat yang dapat dikerahkan ke lokasi mana pun di dunia dalam waktu maksimal 48 jam. Moto mereka adalah Qua Patet Orbis (\"Sejauh Luasnya Dunia\") . Markas: Tempat kedudukan pemimpin tentara (pandu, badan perjuangan, dan sebagainya) Mayor: Pangkat perwira menengah peringkat terendah dalam ketentaraan, satu tingkat di bawah letnan kolonel, satu tingkat di atas kapten (tanda pangkatnya satu bunga melati emas yang ditempatkan di bahu baju) Mitraliur: Senapan mesin Mobrig (Mobile Brigade) sebagai ganti Pasukan Polisi Istimewa sekarang berganti nama menjadi Brimob (Brigade Mobile): Kesatuan operasi khusus yang bersifat paramiliter milik Polri. Korps Brimob juga dikenal sebagai salah satu unit tertua yang ada di dalam Glosarium 119

organisasi Polri. Beberapa tugas utamanya adalah penanganan terorisme domestik, penanganan kerusuhan, penegakan hukum berisiko tinggi, pencarian dan penyelamatan (SAR), penyelamatan sandera, dan penjinakan bom (EOD). Korps Brigade Mobil juga bersifat sebagai komponen besar di dalam Polri yang dilatih untuk melaksanakan tugas-tugas anti-separatis dan anti-pemberontakan, sering kali bersamaan dengan operasi militer. NICA: Disebut dengan Nederlandsch Indië Civiele Administratie atau Netherlands- Indies Civiele Administration (disingkat NICA; lit. \"Pemerintahan Sipil Hindia Belanda\") yang merupakan organisasi semi militer yang dibentuk pada 3 April 1944 yang bertugas mengembalikan pemerintahan sipil dan hukum pemerintah kolonial Hindia Belanda selepas kapitulasi pasukan pendudukan Jepang di wilayah Hindia Belanda (sekarang Indonesia) seusai Perang Dunia II (1939 - 1945). Ofensif: Serangan Otonom: Berdiri sendiri dengan pemerintahan sendiri Pamflet: Surat selebaran Pengakuan De facto: Pengakuan negara lain atas suatu negara merdeka dengan berdasarkan pada kenyataan kalo negara yang diakui kemerdekaannya itu memang sudah punya syarat berdirinya suatu negara seperti adanya rakyat, wilayah, dan pemerintah yang berdaulat 120 E- Modul Sejarah Lokal Indonesia Untuk Kelas XI SMA Semester 2

Perang Gerilya: Perang gerilya adalah perang dilakukan secara sembunyi-sembunyi, berpindah-pindah dan penuh kecepatan. Gerilya merupakan salah satu strategi perang dalam perjuangan para pejuang dalam rangka merebut dan mempertahankan kemerdekaan bangsa Indonesia Plebisit: Pemungutan suara umum di suatu daerah untuk menentukan status daerah itu Radikal: Secara mendasar (sampai kepada hal yang prinsip); amat keras menuntut perubahan (undang-undang, pemerintahan); maju dalam berpikir atau bertindak Resimen: Pasukan tentara yang terdiri atas beberapa batalion yang biasanya dikepalai oleh seorang perwira menengah SEAC (Southeast Asia Command): Badan yang didirikan pada tahun 1943 oleh Sekutu untuk melaksanakan dan mengawasi seluruh operasi militer Sekutu di kawasan Asia Tenggara untuk menggantikan American-British-Dutch- Australian Command (ABDACOM) pasca jatuhnya Hindia Timur Belanda dan Singapura. Spionage: Spionase adalah suatu praktik pengintaian, memata-matai untuk mengumpulkan informasi mengenai sebuah organisasi atau lembaga yang dianggap rahasia tanpa mendapatkan izin dari pemilik yang sah dari informasi tersebut Glosarium 121

SWPC (South West Pacific Command): Nama yang diberikan kepada komando militer tertinggi Sekutu di Teater Pasifik Barat Daya pada Perang Dunia II. Komando tersebut merupakan salah satu dari empat komando Sekutu utama dalam Perang Pasifik. SWPA melingkupi Filipina, Kalimantan, Hindia Belanda (kecuali Sumatra), Timor Leste, Australia, Teritorial Papua dan Nugini, dan bagian barat dari Kepulauan Solomon. Komando tersebut utamanya terdiri dari pasukan Amerika Serikat dan Australia, meskipun pasukan Belanda, Filipina, Britania dan Sekutu lainnya juga bertugas dalam SWPA. Taktis: Secara taktik; dengan siasat UNCI (United Nations Commission for Indonesia): Komisi lanjutan yang diberikan tugas dari komisi sebelumnya sekaligus mengawasi penyerahan wilayah Indonesia ke pemerintah republik dan melapor secara rutin ke Dewan Keamanan. Selain itu, UNCI sekaligus memantau pemilu dan menjamin kebebasan berkumpul, berbicara, dan pers. UNCI dibentuk setelah Komisi Tiga Negara dianggap gagal mendamaikan Indonesia dengan Belanda, dengan diberikan otoritas yang lebih luas. Komisi ini memainkan peranan penting dalam membawa kedua pihak ke dalam Konferensi Meja Bundar, dimana Belanda akhirnya mengakui kedaulatan Indonesia. 122 E- Modul Sejarah Lokal Indonesia Untuk Kelas XI SMA Semester 2

BIODATA PENULIS BIODATA PENULIS Ilvatus Safiroh, lahir 24 Mei 1998 di Jember. Menyelesaikan pendidikan di TK Puspita PGRI, Sekolah Dasar di SD Negeri Sidomekar 5, Sekolah Menengah Pertama di SMP Negeri 1 Semboro, Sekolah Menengah Atas di SMA Negeri 2 Tanggul, dan kini tengah menempuh pendidikan S1 di jurusan Pendidikan Sejarah, Universitas Jember. Selain itu, pada saat SMA aktif dalam kegiatan pramuka. Pada saat di perkuliahan, aktif berpartisipasi dalam Himpunan Mahasiswa Prodi atau KMP sebagai ketua departemen akademik selama 1 periode. Pernah mendapatkan pendanaan PKM di LP2M Universitas Jember dengan judul Stikel Basa (Stik Lemuru Beraneka Rasa) dan untuk pertama kali membuat karya berupa e-modul.


Like this book? You can publish your book online for free in a few minutes!
Create your own flipbook