Important Announcement
PubHTML5 Scheduled Server Maintenance on (GMT) Sunday, June 26th, 2:00 am - 8:00 am.
PubHTML5 site will be inoperative during the times indicated!

Home Explore Megafon Raksasa

Megafon Raksasa

Published by sdnsatucepiring, 2021-04-03 16:06:17

Description: Megafon Raksasa

Search

Read the Text Version

Megafon Raksasa Mut Somaly Ung Keamesa

Setiap malam, seekor burung raksasa menukik tajam menangkap serangga- serangga untuk dijadikan makan malam. Burung itu sebesar babi betina. Matanya merah seperti api. Paruhnya setajam tombak. Sayapnya membentuk bayangan yang menakutkan. 1

Semua serangga cemas. Suatu hari, mereka berkumpul untuk mendiskusikan masalah ini. ’Kita harus melemparinya dengan bola-bola tanah,’ usul uir Uir. ’Jangan,’ sela belalang. ’Kita harus membuat api untuk mengusirnya.’ ”Tapi api bisa membakar sawah!’ jawab lebah. 2

Tidak ada satu pun usul yang dapat diterima. Selang beberapa lama, seekor jangkrik keluar dari megafon yang tergeletak di tanah. ’Aku punya ide bagaimana cara mengusir burung itu,’ katanya kepada para serangga. 3

”Kita harus membuat sesuatu yang lebih besar daripada burung itu. Bagaimana kalau kita berkumpul dan membentuk megafon raksasa? Jika berteriak bersama, kita akan menghasilkan suara bising dan membuat burung itu kabur ketakutan.” 4

Semua serangga setuju dengan ide jangkrik. Malam itu, jangkrik meminta semua berkumpul bersama membentuk sebuah megafon. Serangga yang berbadan besar dan memiliki suara kuat berdiri di belakang. Serangga yang berbadan kecil dan memiliki suara melengking berdiri di depan. 5

Akhirnya, burung raksasa datang. Ia mengitari megafon itu. Serangga-serangga sangat ketakutan dan mulai terbang memisahkan diri satu sama lain. Burung raksasa itu menangkap beberapa serangga untuk makan malamnya. 6

Keesokan malamnya, para serangga berkumpul kembali. Kali ini, mereka mulai berteriak. Namun, mereka tidak berteriak bersamaan. Burung itu langsung terbang menuju mereka dan merusak megafon serangga. Para serangga jatuh ke tanah dan beberapa di antara mereka terluka. 7

Setelah itu, banyak serangga yang tidak mau ikut serta lagi dalam rencana itu. Jangkrik menyemangati mereka: ”Teman- teman! Kalau tidak mencoba, kita semua akan mati. Ayo, jangan takut.” 8

’Kali ini, tunggu aba-abaku,’ teriaknya. ’Aku akan berteriak, ‘Krik! Krik! Krik!’ Setelah itu, kita semua harus berteriak nyaring, pada saat yang sama.’ 9

Malam berikutnya, burung raksasa terbang ke desa lagi. Burung itu melihat megafon di tempat yang sama seperti malam sebelumnya. Ia tahu bahwa megafon itu terbuat dari serangga-serangga kecil, jadi si burung terbang langsung menuju megafon. 10

Jangkrik memberi aba-aba: ’Krik! Krik! Krik!’ Serangga-serangga bersuara bising bersamaan, seperti seekor raksasa yang buas: ’Ngiung! Ngiung! Ngoung! Ngoung! Ho! Ho! HMM! HMM! ’Ngiung! Ngiung! Ngoung! Ngoung! Ho! Ho! HMM! HMM!’ 11

Burung raksasa itu terkejut. Suara bising itu menyakitkan telinganya dan ia pun langsung pergi. Serangga-serangga bersorak. ’Kita berhasil! Kita berhasil mengusirnya bersama-sama!’ 12

Brought to you by Let’s Read is an initiative of The Asia Foundation’s Books for Asia program that fosters young readers in Asia. booksforasia.org To read more books like this and get further information about this book, visit letsreadasia.org Original Story េម្រកយូ ក្ស, illustrator: Mut Somaly Ung Keamesa. Released under CC BY-NC 4.0. This work is a modified version of the original story. © The Asia Foundation, 2020. Some rights reserved. Released under CC BY-NC 4.0. For full terms of use and attribution, http://creativecommons.org/licenses/by-nc/4.0/ Contributing translators: Dina Begum


Like this book? You can publish your book online for free in a few minutes!
Create your own flipbook