RANCANGAN KURIKULUM MERDEKA pembelajaran dari rumah di masa pademi diharapkan dapat memperkecil kesenjangan COVID-19 dilaksanakan, sumber pembelajaran kualitas belajar. dalam jaringan sangat dibutuhkan baik oleh pendidik maupun oleh peserta didik. OECD Meskipun Bahasa Inggris perlu diajarkan sejak (2020c) melakukan pendataan sumber- jenjang SD, namun dalam jangka pendek sumber pembelajaran daring dari berbagai mata pelajaran ini belum dapat menjadi mata negara dan dikembangkan oleh pemerintah pelajaran wajib. Menurut data Dapodik, saat dan masyarakat, yang dapat diakses secara ini hanya sekitar 4% satuan SD/MI di Indonesia terbuka. Namun demikian, mayoritas sumber yang mengajarkan mata pelajaran Bahasa belajar yang telah dikurasi kualitasnya Inggris. Sebagaimana yang diperlihatkan Tabel tersebut menggunakan Bahasa Inggris 1, di beberapa kabupaten/kota proporsi SD sebagai bahasa pengantarnya. Sehingga, yang mengajarkan mata pelajaran Bahasa ketika guru dan peserta didik kurang memiliki Inggris cukup tinggi. Di beberapa kabupaten/ kemampuan Bahasa Inggris, sumber-sumber kota tersebut, Bahasa Inggris merupakan mata belajar yang sebenarnya berpotensi untuk pelajaran yang diwajibkan sebagai muatan memitigasi ketertinggalan pembelajaran lokal. Dengan demikian, beberapa pemerintah (learning loss) tetap tidak dapat diakses. daerah sudah melakukan inisiatif untuk Sementara untuk satuan pendidikan yang menguatkan Bahasa Inggris di jenjang SD. telah menyelenggarakan pembelajaran Bahasa Sementara itu, di DKI Jakarta Bahasa Inggris Inggris, sumber-sumber belajar tersebut dapat tidak menjadi satu mata pelajaran tersendiri diakses dengan lebih leluasa. Oleh karena melainkan terintegrasi dalam muatan lokal itu, menguatkan kemampuan berbahasa Pendidikan Lingkungan dan Budaya Jakarta Inggris di mayoritas sekolah dasar di Indonesia (PLBJ). Tabel 3.1. Provinsi dan Kabupaten/Kota Dengan SD/MI Yang Mengajarkan Mata Pelajaran Bahasa Inggris 30 Persen Atau Lebih No Provinsi Kabupaten/Kota Jlm SD Jml SD % 1 Prov. Bali Kab. Badung 278 Bhs. Inggris 75% 2 Prov. Bali Kota Denpasar 227 66% 3 Prov. Jawa Tengah Kab. Temanggung 434 208 58% 4 Prov. Papua Barat Kota Sorong 80 150 40% 5 Prov. Jawa Timur Kab. Tulungagung 631 252 36% 6 Prov. Jawa Tengah Kab. Magelang 602 32 33% 229 199 KAJIAN AKADEMIK KURIKULUM UNTUK PEMULIHAN PEMBELAJARAN 51
RANCANGAN KURIKULUM MERDEKA No Provinsi Kabupaten/Kota Jlm SD Jml SD % Kab. Pati 678 Bhs. Inggris 33% 7 Prov. Jawa Tengah Kota Batu 79 30% 8 Prov. Jawa Timur Kota Tangerang 445 223 30% 9 Prov. Banten Kab. Kudus 422 30% 10 Prov. Jawa Tengah Kab. Berau 166 24 30% 11 Prov. Kalimantan 135 Timur 125 49 Data empiris menunjukkan bahwa proporsi berlatih membiasakan diri untuk mengamati SD yang sudah mengajarkan mata pelajaran atau mengobservasi, mengeksplorasi, dan Bahasa Inggris masih relatif rendah melakukan kegiatan yang mendorong sehingga, mengubah statusnya menjadi kemampuan inkuiri lainnya yang sangat mata pelajaran wajib merupakan kebijakan penting untuk menjadi fondasi sebelum mereka yang terlalu terburu-buru. Oleh karena itu, mempelajari konsep dan topik yang lebih Kemendikbudristek mengembangkan peta jalan spesifik di mata pelajaran IPA dan IPS yang pendidikan Bahasa Inggris yang merumuskan akan mereka pelajari di jenjang SMP. strategi untuk menyiapkan Bahasa Inggris sebagai mata pelajaran wajib, termasuk Pembelajaran berbasis inkuiri merupakan penyiapan tenaga pendidik dan berbagai pendekatan dimana peserta didik ditantang pendukung pembelajaran lainnya. Dengan untuk mengumpulkan dan menganalisis demikian, dalam jangka waktu menengah, mata informasi, kemudian melakukan review berdasarkan pengetahuan yang dimiliki, pelajaran ini akan menjadi mata pelajaran wajib mencari keterkaitan, mengenali pola dan di SD. secara perlahan membangun pemahaman akan suatu konsep. Dalam pendekatan ini, Ilmu Pengetahuan Alam dan Sosial (IPAS) di pendidik berperan sebagai fasilitator untuk jenjang SD merupakan mata pelajaran yang membangun pemahaman peserta didik. ditujukan untuk membangun kemampuan Dengan pendekatan inkuiri, peserta didik literasi sains dasar. Muatan ini merupakan secara bertahap dan mandiri membangun fondasi untuk menyiapkan peserta didik pemahaman dan memperdalam prinsip- mempelajari ilmu pengetahuan alam dan ilmu prinsip yang sedang dipelajari (Murdoch, pengetahuan sosial yang lebih kompleks di 2015, Constantinou et al., 2018). Bila merujuk jenjang SMP. Ketika mempelajari lingkungan pada teori perkembangan anak yang dipakai sekitarnya, peserta didik di jenjang SD melihat dalam pengembangan Kurikulum Merdeka, fenomena alam dan sosial sebagai suatu maka usia SD merupakan masa strategis untuk fenomena yang terintegrasi, dan mereka mulai mengembangkan kemampuan inkuiri anak. 52
RANCANGAN KURIKULUM MERDEKA Mata pelajaran IPA dan IPS dijadikan satu literasi dan numerasi, maka mata pelajaran menjadi Ilmu Pengetahuan Alam dan Sosial Informatika, yang sebelumnya merupakan mata (IPAS) karena dasar dari kedua mata pelajaran pelajaran pilihan dalam Kurikulum 2013, mulai ini adalah pengembangan keterampilan inkuiri diwajibkan dalam Kurikulum Merdeka di jenjang atau dikenal juga sebagai kemampuan berpikir SMP dan SMA Kelas X, dan kemudian menjadi ilmiah. salah satu mata pelajaran pilihan di kelas XI dan XII. Selain itu, tidak dapat dipungkiri bahwa berbagai masalah di dunia ini seringkali Pertimbangan mewajibkan mata pelajaran tidak dapat dipecahkan hanya dari sudut Informatika juga didasari oleh data empiris yang pandang satu bidang ilmu tertentu. Untuk telah diperoleh melalui uji coba implementasi keberlanjutan planet bumi ini, maka masalah kurikulum dalam Program Sekolah Penggerak perlu dipecahkan dengan mempertimbangkan (PSP). Dari 573 satuan SMP yang mengikuti PSP aspek alam, ekonomi, sosial dan kesejahteraan untuk kelas VII pada Tahun Ajaran 2021/2022, manusia (Atkisson, 2008). Saat membahas sebanyak 542 (sekitar 95%) SMP mengajarkan tentang dampak perilaku manusia terhadap mata pelajaran Informatika di sekolah mereka. lingkungan, atau dampak iklim dan peristiwa Tingginya angka tersebut mengindikasikan geologi terhadap manusia, misalnya. Untuk bahwa mewajibkan Informatika di jenjang SMP membantu anak berpikir secara holistik, adalah kebijakan yang siap diimplementasikan. belajar berpikir dari berbagai perspektif dan Namun demikian, perlu diperhatikan juga 5% mengembangkan kemampuan inkuiri mereka, sisanya yang belum siap untuk mengajarkan serta untuk mengurangi beban jam belajar Informatika. Masalah yang dihadapi 31 satuan peserta didik, maka pelajaran IPA dan IPS pada SMP tersebut adalah tidak ada guru yang siap Fase B dan dijadikan satu menjadi IPAS. untuk mengampu mata pelajaran Informatika. Mata pelajaran Informatika di jenjang SMP Menghadapi situasi kurangnya guru menjadi wajib yang sebelumnya merupakan Informatika di jenjang SMP, Pemerintah mata pelajaran pilihan dalam Kurikulum 2013. menetapkan keputusan bahwa mata pelajaran Pertimbangan utamanya adalah karena literasi Informatika SMP dan SMA Kelas X dapat digital yang banyak dipelajari melalui mata diampu oleh guru yang mempunyai kualifikasi pelajaran Informatika menjadi kebutuhan akademik atau sertifikat pendidik bidang penting saat ini. Selain itu, Informatika ilmu komputer, informatika, MIPA, atau guru mengajarkan keterampilan yang tidak hanya yang selama ini mengampu Bimbingan TIK relevan untuk pengguna komputer dan (Kepmendikbudristek Nomor 162 Tahun teknologi digital, tetapi juga kemampuan 2021 tentang Program Sekolah Penggerak). berpikir komputasi (computational thinking) Keputusan tersebut sesuai dengan prinsip yang membangun keterampilan menyelesaikan fleksibilitas, namun tetap memperhatikan masalah (problem solving), berpikir logis, kualitas pembelajaran yang berfokus pada sistematis, mengolah dan menggunakan data, penguatan kompetensi. Perancangan kurikulum serta kemampuan berpikir sistem (system Informatika SMP dan SMA Kelas X pun dilandasi thinking). Mengingat pentingnya kemampuan- dengan kesadaran akan adanya tantangan kemampuan tersebut untuk mengembangkan KAJIAN AKADEMIK KURIKULUM UNTUK PEMULIHAN PEMBELAJARAN 53
RANCANGAN KURIKULUM MERDEKA ketersediaan guru ini. Untuk membantu guru mereka dapat mempertimbangkan kebutuhan yang relatif baru mengajar mata pelajaran ini, peserta didik. pemerintah menyediakan buku panduan guru dan beragam contoh silabus/alur pembelajaran Pembebasan pengaturan muatan lokal ini serta modul ajar. sesuai dengan prinsip fleksibel. Menyadari bahwa setiap daerah dan satuan pendidikan Muatan lokal dapat dikembangkan dalam memiliki visi misi pendidikan yang mungkin bentuk yang lebih beragam, tidak harus berbeda dengan daerah/satuan pendidikan menjadi satu mata pelajaran yang berdiri lainnya, maka menjadi wewenang daerah untuk sendiri. Dalam Kurikulum 2013, muatan lokal menentukan bagaimana muatan pelajaran merupakan satu mata pelajaran. Kebijakan yang berbasis pada konteks lokal tersebut tersebut diubah dalam Kurikulum Merdeka, diorganisir dan diajarkan kepada peserta didik. di mana muatan lokal dapat diajarkan melalui Berdasarkan umpan balik yang diperoleh dari tiga cara yang dapat dipilih oleh satuan uji coba kurikulum ini di Sekolah Penggerak, pendidikan, yaitu mengintegrasikan muatan sebagian besar sekolah mengajarkan muatan lokal ke dalam mata pelajaran yang sudah lokal sebagai mata pelajaran tersendiri karena ada, mengintegrasikan muatan lokal ke dalam telah diatur oleh Pemerintah Daerah masing- projek penguatan profil pelajar Pancasila, masing, dan sisanya mengintegrasikan muatan atau mengembangkan mata pelajaran khusus lokal dalam mata pelajaran lain atau dalam muatan lokal seperti halnya dalam Kurikulum projek penguatan profil pelajar Pancasila. 2013. PIlihan ini diberikan kepada satuan pendidikan dan/atau pemerintah daerah agar 2. Wewenang satuan pendidikan untuk mengembangkan kurikulum operasional Kebijakan ini merefleksikan amanat Peraturan dalam pembagian wewenang antara Pemerintah Nomor 57 Tahun 2021 tentang pemerintah pusat dan satuan pendidikan dalam Standar Nasional Pendidikan khususnya Pasal hal pengembangan kurikulum merupakan 38 yang menyatakan bahwa kerangka dasar kebijakan yang semakin banyak diterapkan di kurikulum dan struktur kurikulum menjadi berbagai negara, bahkan negara-negara yang landasan bagi pengembangan kurikulum yang sebenarnya jauh lebih kecil daripada Indonesia lebih operasional di tingkat satuan pendidikan. (UNESCO, 2017a). Pemerintah Pusat hanya mengatur muatan pembelajaran yang wajib diajarkan di satuan Berbeda dengan Kurikulum 2013 yang pendidikan beserta beban belajar untuk mengatur jumlah jam pelajaran per minggu, masing-masing muatan tersebut dalam satu Kurikulum Merdeka menetapkan target jam tahun ajaran (untuk pendidikan formal) atau satu pelajaran yang terakumulasi dalam satu fase (untuk pendidikan kesetaraan). Fleksibilitas tahun. Hal ini dilakukan untuk memberikan 54
RANCANGAN KURIKULUM MERDEKA keleluasaan kepada satuan pendidikan untuk Kurikulum Merdeka memiliki keleluasaan mengatur jadwal kegiatan pembelajaran untuk mengorganisasikan pembelajarannya, secara lebih fleksibel. Sebagai contoh, saat tidak lagi diarahkan untuk menggunakan ini sebagian sekolah menggunakan sistem pendekatan tematik. Dengan kata lain, satuan belajar dalam satuan semester, namun ada pendidikan SD dapat menstruktur muatan yang menggunakan sistem catur wulan dan pelajarannya menggunakan mata pelajaran blok dengan rentang waktu yang berbeda. ataupun melanjutkan penggunaan pendekatan Perbedaan ini sedikit banyak mempengaruhi tematik namun menyesuaikan dengan Capaian jumlah hari belajar per tahun. Pengurangan Pembelajaran. atau perubahan jumlah jam belajar juga terjadi sebagai dampak dari situasi bencana Kebijakan pengembangan kurikulum yang terpaksa harus menghentikan kegiatan operasional di satuan pendidikan ini pembelajaran untuk beberapa waktu. sebenarnya sudah diinisiasi dalam Kurikulum 2006 yang dikenal juga sebagai Kurikulum Amanat Peraturan Pemerintah Nomor 57 Tahun Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Dengan 2021 yang mengatur pembagian wewenang demikian kebijakan tentang pengembangan tentang kurikulum berimplikasi pada dua kurikulum operasional dalam Kurikulum hal. Pertama, satuan pendidikan dan/atau Merdeka ini merupakan kelanjutan dari pemerintah daerah dapat menambahkan kebijakan yang sudah ada. Besarnya negara muatan pelajaran sesuai dengan konteks Indonesia dengan beragam konteks budaya lokal, visi misi dan karakteristik satuan dan lingkungan menjadi salah satu alasan pendidikan, dan kebutuhan peserta didik. utama pentingnya kontekstualisasi kurikulum Kedua, satuan pendidikan dapat mengatur di tingkat satuan pendidikan. Dalam konteks pengorganisasian pembelajaran baik berbasis yang sangat beragam ini, kurikulum yang mata pelajaran, menggunakan unit-unit tematik tersentralisasi (centralized curriculum) bukan atau terintegrasi. Namun demikian, untuk saja tidak efektif, tetapi juga secara alami tiga mata pelajaran yaitu Pendidikan Agama tidak dapat dilakukan. Satuan pendidikan dan dan Budi Pekerti, Pendidikan Pancasila dan pendidik akan selalu melakukan penyesuaian Kewarganegaraan, dan Bahasa Indonesia, dengan situasi yang dihadapinya. Sehingga satuan pendidikan tidak diperkenankan mengontrol penuh proses pembelajaran melalui untuk meleburnya menjadi unit pelajaran kurikulum tersentralistik adalah upaya yang dengan nama yang berbeda. Kebijakan ini tidak akan efektif (OECD 2020a; Valverde et banyak dilakukan di berbagai negara untuk al., 2002) sebagaimana yang dijelaskan pada menguatkan jati diri bangsa (Porter & Polikoff, bagian Kerangka Kurikulum di awal bab ini. 2008). Evaluasi terhadap implementasi Kurikulum Kebijakan ini selaras dengan semangat Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) atau Merdeka Belajar dan prinsip fleksibilitas Kurikulum 2006 dan Kurikulum 2013 dalam pengembangan kurikulum. Berbeda menunjukkan bahwa pengembangan kurikulum dengan Kurikulum 2013 di mana kurikulum di satuan pendidikan masih banyak yang SD menggunakan pendekatan tematik, sekadar formalitas untuk memenuhi tuntutan satuan pendidikan yang menggunakan administrasi yang berujung pada salah satu KAJIAN AKADEMIK KURIKULUM UNTUK PEMULIHAN PEMBELAJARAN 55
RANCANGAN KURIKULUM MERDEKA kriteria penilaian akreditasi sekolah. Akibatnya, Berdasarkan evaluasi tersebut, kebijakan terkait dokumen kurikulum satuan pendidikan yang kurikulum operasional yang perlu dikuatkan dihasilkan tidak benar-benar digunakan sebagai adalah penyederhanaan dokumen kurikulum referensi perencanaan pembelajaran dan tidak operasional sebagai output dari proses benar-benar mencerminkan pembelajaran perancangan dan refleksi pembelajaran di yang sebenarnya terjadi. Setelah ditelaah lebih satuan pendidikan (dan proses ini lebih penting mendalam, nampak bahwa salah satu faktor untuk dilakukan setiap satuan pendidikan penting yang menyebabkan tidak efektifnya daripada produknya). Dengan kata lain, pengembangan kurikulum satuan pendidikan dokumen yang perlu dihasilkan dari proses adalah karena pengembangan kurikulum pengembangan kurikulum satuan pendidikan satuan pendidikan ini lebih berfokus pada tidak menjadi beban kerja yang berlebihan, format dokumen yang harus diisi oleh sekolah, sesuai kebutuhan satuan pendidikan sehingga yang dinilai membebani guru terlalu berat. bermanfaat bagi mereka, dan mencerminkan Karena fokus pada format dokumen, maka proses pembelajaran yang diharapkan atau terjadi penyeragaman dokumen kurikulum sesuai dengan prinsip pembelajaran dan satuan pendidikan. Hal ini bertentangan asesmen. dengan prinsip yang paling mendasar dalam pengembangan kurikulum satuan pendidikan, Selain itu, belajar dari tantangan yang dihadapi yaitu keleluasaan setiap satuan pendidikan KTSP dan Kurikulum 2013, strategi yang untuk mengembangkan kurikulumnya sesuai dilakukan untuk membantu satuan pendidikan keunikan masing-masing. mengembangkan kurikulum operasional sekolah, pemerintah menyediakan panduan Selain itu, melalui diskusi kelompok dan beberapa contoh konkrit dokumen terpumpun (DKT), pimpinan sekolah dan kurikulum operasional sekolah. Contoh- guru menyampaikan bahwa tantangan dalam contoh tersebut bervariasi formatnya untuk pengembangan kurikulum operasional juga menunjukkan bahwa tidak ada tuntutan diakibatkan banyaknya aturan-aturan yang penyeragaman dokumen. Penilaian kualitas mengikat sehingga sulit untuk mengembangkan kurikulum operasional perlu merujuk pada kurikulum yang otentik dan kontekstual kesesuaian antara kurikulum operasional karena aturan tersebut harus dipenuhi. Aturan dengan kriteria yang bersifat prinsip, bukan tentang jam pelajaran, asesmen dan penilaian teknis. Prinsip yang dimaksud adalah (Gabriel & hasil belajar siswa, serta aturan administrasi Farmer, 2009; Glatthorn et al., 2019): berpusat lainnya yang diseragamkan membuat satuan pada peserta didik, kontekstual, esensial, pendidikan memiliki ruang gerak yang sempit akuntabel (berbasis data dan logis) , dan untuk mengembangkan kurikulum. melibatkan berbagai pemangku kepentingan. 56
RANCANGAN KURIKULUM MERDEKA 3. Struktur kurikulum dibagi menjadi intrakurikuler dan projek penguatan profil pelajar Pancasila Struktur kurikulum dalam Kurikulum Merdeka konten tidak bertambah, sesuai dengan prinsip dibagi menjadi dua kegiatan utama, yaitu: (1) perancangan kurikulum. kegiatan pembelajaran intrakurikuler yang merupakan kegiatan rutin dan terjadwal Projek penguatan profil pelajar Pancasila berdasarkan muatan pelajaran yang terstruktur, tidak menggantikan pendekatan pembelajaran dan (2) kegiatan pembelajaran melalui projek berbasis projek (project-based learning) untuk penguatan profil pelajar Pancasila. yang sudah diterapkan oleh sebagian guru. Kebaruan dalam pembagian dua kegiatan ini Projek-projek tersebut bisa jadi berbasis merujuk pada prinsip fokus pada kompetensi mata pelajaran atau sebagai unit pelajaran dan karakter peserta didik melalui dua hal. terintegrasi dari dua atau lebih mata pelajaran. Pertama, untuk menguatkan pendidikan Guru tetap dapat meneruskan pembelajaran karakter, pembelajaran yang berorientasi penuh inkuiri yang mendukung penguatan dan pada kompetensi fundamental dan karakter pengembangan kompetensi tersebut. Projek perlu menjadi bagian dari struktur kurikulum ini dirancang sebagai upaya untuk menguatkan agar mendapatkan perhatian penuh baik dari pengembangan profil pelajar Pancasila dengan pendidik maupun peserta didik (OECD, 2020a). enam dimensinya: beriman, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berakhlak mulia, Kedua, projek penguatan profil pelajar mandiri, berkebinekaan global, bergotong Pancasila yang memberikan kesempatan royong, bernalar kritis, dan kreatif. Khusus kepada peserta didik untuk mengeksplorasi untuk pembelajaran yang ditujukan untuk isu-isu kontemporer seperti masalah penguatan profil pelajar Pancasila ini memang lingkungan/pemanasan global dan gaya diarahkan untuk berbentuk projek, tidak kuliah/ hidup berkelanjutan, kebinekaan dan ceramah satu arah, dan tidak terjadwal secara toleransi, kesehatan fisik dan mental rutin dalam daftar mata pelajaran seperti halnya termasuk kesejahteraan diri (wellbeing), dan mata pelajaran (intrakurikuler). sebagainya. Namun demikian, isu-isu ini tidak diajarkan sebagai mata pelajaran tersendiri Pembelajaran berbasis projek memberikan dan menambah beban belajar, melainkan kesempatan kepada siswa untuk sebagai unit pembelajaran yang interdisipliner, mengeksplorasi suatu topik, isu, atau masalah tanpa terikat dengan Capaian Pembelajaran tanpa ada sekat-sekat disiplin ilmu atau batasan mata pelajaran ataupun materi yang sedang antar mata pelajaran. Hal ini dinilai sangat dipelajari dalam mata pelajaran. Projek ini sesuai untuk pengembangan kompetensi Abad pun tidak menambah jam pelajaran. Total jam 21 serta nilai-nilai atau karakter (OECD, 2018) pelajaran yang ditempuh siswa sama dengan sesuai dengan apa yang dirumuskan dalam Kurikulum 2013. Bedanya, projek dalam profil pelajar Pancasila. Ki Hadjar Dewantara Kurikulum Merdeka mengambil waktu sekitar (2013) juga menekankan bahwa mempelajari 20 hingga 30% dari total jam pelajaran per pengetahuan saja tidak cukup, peserta didik tahun. Dengan demikian, meskipun kompetensi perlu menggunakan pengetahuan tersebut dan karakter dikuatkan, muatan pelajaran atau dalam kehidupan nyata, di mana mereka dapat berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya. KAJIAN AKADEMIK KURIKULUM UNTUK PEMULIHAN PEMBELAJARAN 57
RANCANGAN KURIKULUM MERDEKA Pendekatan pembelajaran yang mendekatkan multikulturalisme masyarakat lokal, Indonesia, peserta didik dengan dunia nyata tidak hanya dan dunia; (3) kearifan lokal yang berkaitan berguna untuk menerapkan ilmu pengetahuan, dengan budaya lokal dan perkembangannya; tetapi juga menguatkan pemahaman peserta (4) kewirausahaan yang berkaitan dengan didik akan ilmu pengetahuan yang telah kemampuan menyelesaikan masalah (problem dipelajarinya, membangun minat belajar yang solving); (5) bangunlah jiwa dan raganya lebih mendalam, serta kepedulian terhadap berkaitan dengan kesehatan fisik dan mental lingkungan sekitarnya. (kesejahteraan atau well being); (6) berekayasa dan berteknologi untuk membangun NKRI; dan Pencapaian profil pelajar Pancasila tidak cukup (7) suara demokrasi yang berkaitan dengan hanya mengandalkan proses belajar-mengajar pengembangan kemampuan menjadi warga dalam program intrakurikuler. Pembelajaran negara dan dunia di alam demokrasi. intrakurikuler yang dilakukan secara rutin memiliki keterbatasan untuk menerapkan Pembelajaran berbasis projek biasanya pembelajaran yang sangat kontekstual, berlangsung untuk rentang waktu yang dan intrakurikuler juga memiliki Capaian bervariasi, bisa satu minggu namun bisa Pembelajaran yang harus dicapai sehingga juga berlangsung sepanjang satu semester tidak dapat fokus sepenuhnya pada nilai-nilai bergantung pada tujuan, ruang lingkup, dalam profil pelajar Pancasila. Sementara itu, dan kompleksitasnya. Kegiatan ini biasanya projek dilakukan di luar jadwal pelajaran rutin, meliputi proses menginvestigasi/meneliti lebih fleksibel dan tidak seformal kegiatan atau melakukan eksperimen untuk menjawab pembelajaran intrakurikuler, dan tidak harus pertanyaan yang otentik, menarik, dan berkaitan erat dengan Capaian Pembelajaran kompleks bagi peserta didik (Murdoch, 2020). mata pelajaran apapun. Target capaiannya Oleh karena itu, alokasi waktu jam pelajaran adalah profil pelajar Pancasila sesuai dengan untuk projek penguatan profil pelajar Pancasila tahap perkembangan peserta didik. Situasi ditetapkan per tahun, agar satuan pendidikan belajar yang seperti ini dinilai efektif untuk dapat mengatur alokasi waktu untuk mendorong pengembangan karakter dan menyelenggarakan dua projek (SD, SMP) atau kompetensi yang mendalam (Miller, 2018). tiga projek dalam setahun (SMA). Pemerintah menetapkan tujuh tema untuk Projek penguatan profil pelajar Pancasila projek dan satuan pendidikan dapat adalah suatu kebaruan yang signifikan dalam memilih tema-tema tersebut yang jumlahnya Kurikulum Merdeka sebab sebelumnya disesuaikan dengan jenjang pendidikan. pembelajaran berbasis projek tidak diatur oleh Ketujuh tema tersebut berlaku untuk beberapa pemerintah tetapi mengandalkan inisiatif guru tahun ke depan dan dapat diganti oleh untuk menggunakan pendekatan tersebut. Pemerintah berdasarkan evaluasi dan relevansi Perancangan pembelajaran berbasis projek tema dengan perkembangan zaman. Tujuh bukanlah hal yang sederhana dan mudah tema yang dapat dipilih tersebut adalah dilakukan. Oleh karena itu, pemerintah perlu tema-tema yang berkaitan dengan isu-isu membantu satuan pendidikan melalui pelatihan, kontemporer, yaitu: (1) gaya hidup berkelanjutan pendampingan, penyediaan panduan yang yang berkaitan dengan masalah lingkungan dan dapat digunakan guru untuk memfasilitasi pemanasan global; (2) bhineka tunggal ika yang pembelajaran ini, dan juga contoh-contoh berkaitan dengan spiritualitas, toleransi dan konkrit bagaimana projek dirancang dan dinilai. 58
RANCANGAN KURIKULUM MERDEKA Berdasarkan hasil monitoring dan evaluasi uji kewirausahaan juga digunakan namun dengan coba kurikulum di Sekolah Penggerak, contoh- pengembangan yang berbeda. Di SMP ini contoh projek ini memberikan inspirasi kepada projek penguatan profil pelajar Pancasila guru untuk mengembangkan projek sesuai dilaksanakan dengan mengintegrasikan dengan konteks masing-masing. beberapa mata pelajaran dalam pembelajaran intrakurikuler. Sebagai contoh, kegiatan Di salah satu SD di Bandung Barat, Provinsi membuat teks prosedur (mata pelajaran Bahasa Jawa Barat, kepala sekolah menyampaikan Indonesia) digabungkan dengan olahraga dan bahwa ia mengunduh contoh projek dengan prakarya digabungkan, dibuat seolah-olah tema kewirausahaan. Ia kemudian mengajak seperti acara TV Masterchef, sebuah kompetisi para guru dan sekelompok mahasiswa LPTK memasak. Teks prosedur merupakan unsur setempat untuk memodifikasi contoh tersebut mata pelajaran Bahasa Indonesia, memasak agar lebih relevan dengan konteks dan olahan merupakan unsur mata pelajaran sesuai dengan karakter peserta didik mereka Prakarya, untuk unsur mata pelajaran Olahraga dengan latar belakang keluarga petani dan dinilai dari gizinya pada masakannya, dan unsur peternak. Hasilnya, siswa di sekolah tersebut mata pelajaran Matematika dinilai dari waktu mengeksplorasi produksi susu sapi sesuai yang digunakan dalam memasak. dengan keunggulan daerahnya. Di SMP di wilayah yang sama, tema yang sama yaitu 4. Mata Pelajaran Pilihan pembelajar sepanjang hayat (lifelong learner). Dengan memilih, peserta didik belajar untuk Memberikan pilihan terkait mata pelajaran memegang kendali atas proses belajarnya kepada satuan pendidikan dan peserta didik secara mandiri, termasuk menentukan tujuan merupakan salah satu strategi yang dianjurkan personal, memotivasi diri untuk belajar, untuk menghindari kepadatan kurikulum menyusun strategi, dan berperilaku yang dan sejalan dengan prinsip fleksibilitas mengarah pada pencapaian tujuan tersebut. (OECD, 2020a). Dalam Kurikulum Merdeka, Woolfolk menekankan bahwa choice, atau memberikan pilihan mata pelajaran juga kesempatan untuk menentukan pilihan, adalah mencerminkan semangat Merdeka Belajar yang hal yang sangat penting dalam membangun memberikan fleksibilitas dan otonomi lebih kemampuan belajar secara mandiri (self- besar kepada satuan pendidikan dan peserta regulated learning). Dengan demikian, didik. Pilihan ini juga semakin menguatkan kurikulum perlu memberikan kesempatan untuk wewenang satuan pendidikan untuk memilih kepada peserta didik sesuai dengan mengembangkan kurikulum operasional yang minat, bakat, dan aspirasi masing-masing. sesuai dengan konteks, karakteristisk, serta kebutuhan belajar peserta didik. Beberapa mata pelajaran perlu menjadi mata pelajaran wajib atas pertimbangan perannya Dari perspektif teori belajar (Eggen & Kauchak, dalam mencapai Tujuan Pendidikan Nasional, 2016; Woolfolk, 2017), memberikan pilihan membangun jati diri bangsa, serta perannya kepada peserta didik merupakan strategi untuk membangun kompetensi untuk menjadi KAJIAN AKADEMIK KURIKULUM UNTUK PEMULIHAN PEMBELAJARAN 59
RANCANGAN KURIKULUM MERDEKA dalam mengembangkan kompetensi yang pelajaran dalam empat kelompok disiplin ilmu: fundamental untuk hidup secara produktif MIPA, IPS, Bahasa, dan Prakarya & Vokasi. sebagai warga negara (Porter & Polikoff, Kelompok ini meneruskan sistem peminatan 2008). Atas pertimbangan tersebut, dalam yang telah dilakukan sejak lama dalam sistem Kurikulum Merdeka beberapa mata pelajaran pendidikan Indonesia sebagaimana yang diwajibkan di seluruh jenjang dan jenis diperlihatkan dalam Gambar 3.4. Menelusuri pendidikan,sementara beberapa mata sejarah sistem penjurusan/peminatan di jenjang pelajaran, terutama di SMA/MA, dapat menjadi SMA sejak setelah kemerdekaan Republik pilihan yang disesuaikan dengan minat, bakat, Indonesia, sistem ini telah diterapkan dengan serta aspirasi individu. menggunakan tipologi yang sama, yaitu disiplin ilmu yang pada umumnya dibagi menjadi Pemilihan mata pelajaran di SMA/MA kelas jurusan/kelompok atau program peminatan: XI dan XII diatur berdasarkan kelompok Bahasa, IPA (atau disebut sebagai Ilmu Pasti disiplin ilmu. Dalam Kurikulum Merdeka, dan Ilmu Alam pada Kurikulum 1950), dan IPS. siswa SMA/MA menentukan pilihan mata Gambar 3.13. Sejarah Peminatan SMA di Indonesia (Sumber: Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi, 2017) 60
RANCANGAN KURIKULUM MERDEKA Perubahan kurikulum nasional dari waktu seleksi inilah kemudian yang secara empiris ke waktu tidak banyak mengubah tipologi menjadikan program peminatan serupa dengan ini meskipun ada pembagian yang lebih tracking system. Sistem jalur yang diterapkan di detail, misalnya pada Kurikulum 1984 yang banyak negara pada jenjang SMA melestarikan memisahkan antara penekanan pada mata kesenjangan kesempatan pendidikan antar pelajaran Fisika (program A1) dan Biologi siswa di sekolah sebab jalur-jalur tersebut pada (program A2) dari disiplin ilmu pengetahuan kenyataannya tidak bernilai setara (Oakes cit. alam. Mekanisme pemilihannya juga sama, Arum et al., 2015). Dalam konteks Indonesia, yaitu setiap individu mengikuti satu program. jalur atau peminatan IPA cenderung dinilai Setiap program memiliki jalur masing-masing, lebih baik daripada yang lain, dan hal ini bukan dan siswa tidak dapat belajar lintas jalur. Dalam saja oleh siswa dan orang tua, tetapi juga oleh Kurikulum 2013 siswa boleh mengambil mata perguruan tinggi. Untuk masuk ke perguruan pelajaran lintas minat, namun pada hakikatnya tinggi, lulusan dari peminatan IPA memiliki lebih mereka tetap dikategorikan masuk dalam salah banyak peluang untuk memilih program studi satu program peminatan. Sebagai contoh, siswa dan perguruan tinggi yang dituju (misalnya dari program IPA dapat mengikuti satu mata syarat masuk ke Akademi Militer adalah lulusan pelajaran dari program IPS. Namun demikian dari program peminatan IPA), diikuti dengan siswa tersebut tetap dianggap sebagai siswa lulusan dari IPS, kemudian yang paling terbatas program IPA. opsinya adalah lulusan dari Bahasa. Hal inilah yang mendorong kesenjangan kesempatan Indonesia memiliki sejarah panjang pendidikan karena jalur yang dipilih siswa, menerapkan sistem jalur (tracking system) ataupun terpaksa ditempuh oleh siswa sebagai pada jenjang SMA. Setelah siswa berada konsekuensi adanya seleksi, mempengaruhi di suatu jalur (track) IPA, IPS, atau Bahasa, kesempatan belajar mereka berikutnya. maka sulit bagi mereka untuk berpindah jalur. Akibatnya, program peminatan yang dipilih Sistem jalur (tracking system) juga dikritik peserta didik (atau dipilihkan untuknya) dapat dapat membuat peserta didik merasa berdampak panjang hingga program studi kemampuan akademiknya rendah. Akibatnya, yang dapat mereka akses di perguruan tinggi. terbangun pola pikir yang tidak bertumbuh Istilah tracking system merupakan metode (fixed mindset), yaitu percaya bahwa dirinya yang digunakan untuk mengelompokkan siswa tidak dapat mencapai prestasi akademik menurut kemampuannya, yang biasanya dinilai sebagaimana teman-temannya di program melalui laporan hasil belajar, tes, atau bahkan peminatan yang dianggap lebih baik atau lebih persepsi dirinya tentang kemampuannya (Arum, bergengsi. Mereka yang tidak masuk program Beattie, & Ford, 2015). IPA kemudian merasa dirinya tidak berbakat Matematika, padahal kompetensi tersebut Meskipun program peminatan selama ini sebenarnya dapat dibangun (OECD, 2021). memberikan peluang kepada siswa untuk menentukan pilihan jalur yang akan mereka Di sisi lain, peminatan merupakan rancangan tempuh, namun seringkali proses seleksi kurikulum yang memberikan fleksibilitas untuk dilakukan oleh sekolah karena peminat suatu peserta didik usia remaja yang sudah mulai program, biasanya IPA, terlalu banyak. Proses mengeksplorasi minat, bakat, dan aspirasi KAJIAN AKADEMIK KURIKULUM UNTUK PEMULIHAN PEMBELAJARAN 61
RANCANGAN KURIKULUM MERDEKA mereka. Mereka mulai perlu mendalami bidang- selama di SMA tanpa harus terburu-buru bidang ilmu yang ingin mereka tekuni. Artinya, mengambil keputusan segera sebelum masuk menghilangkan peminatan di jenjang SMA SMA seperti yang perlu dilakukan dalam bukanlah opsi yang sejalan dengan prinsip Kurikulum 2013. Memperdalam sekurang- rancangan Kurikulum Merdeka yang fleksibel kurangnya dua disiplin ilmu, lulusan SMA juga dan fokus pada kompetensi. Oleh karena itu, diharapkan memiliki kompetensi yang lebih dalam Kurikulum Merdeka peminatan ini tidak holistik atau menyeluruh. dihapuskan, namun sistemnya yang diubah. Kurikulum yang memberikan kesempatan Dalam Kurikulum Merdeka, peminatan dimulai siswa untuk memilih perlu dirancang dengan pada kelas XI, berbeda dengan Kurikulum 2013, memperhatikan kesiapan satuan pendidikan namun serupa dengan beberapa kurikulum serta karakteristik mata pelajaran. Memberikan nasional sebelumnya, misalnya Kurikulum pilihan mata pelajaran yang lebih beragam 1984, Kurikulum 2004, dan Kurikulum 2006 tentu membutuhkan sumber daya manusia (lihat Gambar 3.4). Pengelompokan mata guru serta infrastruktur yang lebih besar. pelajaran berdasarkan disiplin ilmu masih Selain itu, sistem pemilihan mata pelajaran dilakukan dalam Kurikulum Merdeka, di mana juga perlu dibangun di setiap sekolah dan ada 4 kelompok mata pelajaran pilihan yaitu: guru, terutama guru BK yang diharapkan Matematika dan IPA (MIPA), IPS, Bahasa, memainkan peranan baru dalam memfasilitasi dan Vokasi & Prakarya. Bedanya dengan siswa untuk mata pelajaran ini. Hal ini bukan kurikulum-kurikulum nasional sebelumnya, perubahan yang sederhana, oleh karena itu dalam Kurikulum Merdeka peminatan tidak pemerintah memberikan dukungan kepada lagi menjadi program yang tersekat-sekat satuan pendidikan, salah satunya dengan melainkan pemilihan mata pelajaran sesuai memberikan beberapa contoh kebijakan dan minat, bakat, dan aspirasi siswa. Siswa memilih mekanisme pemilihan mata pelajaran yang empat mata pelajaran minimal dari dua dapat diadaptasi dan diadopsi oleh sekolah- kelompok mata pelajaran pilihan. Dengan kata sekolah, atau menjadi inspirasi bagi mereka lain, siswa tidak lagi memilih program melainkan dalam mengembangkan sistem tersebut. memilih mata pelajaran, maka tidak ada lagi track atau jalur di mana siswa dikelompokkan. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa perubahan struktur kurikulum secara umum Dalam Kurikulum Merdeka, pemilihan mata selaras dengan prinsip perancangan kurikulum, pelajaran dari dua atau lebih kelompok di mana struktur kurikulum melanjutkan upaya mata pelajaran pilihan akan memberikan yang telah mulai pada kurikulum-kurikulum kesempatan kepada seluruh siswa untuk nasional sebelumnya yaitu fokus pada mengembangkan kompetensi yang dipelajari kompetensi dan karakter, fleksibel, merujuk dari sekurang-kurangnya dua disiplin ilmu. pada hasil kajian, dan sedapat mungkin Masing-masing disiplin ilmu memiliki ciri khas sederhana agar dapat diimplementasikan yang mengembangkan kompetensi dan sesuai dengan kesiapan pendidik dan satuan kemampuan berpikir yang berbeda-beda. Hal pendidikan. Sesuai juga dengan prinsip ini memberikan kesempatan untuk siswa terus perancangan kurikulum, apabila perubahan mengeksplorasi minat, bakat, dan aspirasinya yang dibutuhkan adalah perubahan yang 62
RANCANGAN KURIKULUM MERDEKA kompleks, maka opsi yang dipilih bukanlah untuk mengimplementasikan kurikulum ini. menghindarinya, namun memberikan bantuan Di antara contoh-contoh yang dibutuhkan kepada pendidik untuk secara bertahap adalah beragam contoh projek penguatan dapat mengimplementasikannya. Oleh profil pelajar Pancasila dan mekanisme karena itu, pemerintah perlu bergotong pengaturan pemilihan mata pelajaran di SMA royong dengan pendidik, satuan pendidikan, yang merupakan komponen yang baru dalam dan masyarakat untuk mengembangkan struktur Kurikulum Merdeka. contoh-contoh yang memandu pendidik 5. Perubahan Struktur Kurikulum Menurut Jenjang dan Jenis Pendidikan Empat perubahan utama dalam struktur sistem dan komputasional melalui mata kurikulum secara umum telah dijelaskan pada pelajaran Informatika yang diwajibkan. bagian sebelumnya, yaitu adanya perubahan status mata pelajaran, penguatan wewenang • SMA: peminatan tidak berupa program satuan pendidikan dan pendidik untuk yang tersekat-sekat atau sistem jalur mengembangkan kurikulum operasional, (tracking system) melainkan pemilihan pembagian struktur kurikulum menjadi dua mata pelajaran mulai kelas XI. yaitu intrakurikuler dan projek penguatan profil pelajar Pancasila, dan adanya mata • SMK: struktur kurikulum yang lebih pelajaran pilihan. Berikut ini adalah kesimpulan sederhana dengan dua kelompok mata perubahan struktur kurikulum spesifik untuk pelajaran, yaitu Umum dan Kejuruan. setiap jenjang dan jenis pendidikan: Praktek kerja lapangan menjadi mata pelajaran wajib minimal 1 semester. Siswa • PAUD: penguatan pembelajaran melalui dapat memilih mata pelajaran di luar kegiatan bermain dan penguatan dasar- program keahliannya. dasar literasi terutama untuk membangun minat dan kegemaran membaca. • SLB: penguatan pembelajaran yang disesuaikan dengan karakteristik siswa • SD: penguatan fondasi literasi dan untuk menguatkan kecakapan hidup dan numerasi serta kemampuan berpikir secara kemandirian. inkuiri dengan mengintegrasikan ilmu pengetahuan alam dan ilmu pengetahuan • PKBM: satuan unit pembelajaran sosial menjadi satu mata pelajaran, disebut menggunakan sistem satuan kredit IPAS (Ilmu Pengetahuan Alam dan Sosial). kompetensi (SKK). Struktur kurikulum Bahasa Inggris semakin dianjurkan untuk pendidikan kesetaraan terdiri mata mulai diajarkan di jenjang SD. pelajaran kelompok umum dan kelompok pemberdayaan dan keterampilan berbasis • SMP: penguatan kompetensi teknologi profil pelajar Pancasila. digital termasuk kemampuan berpikir KAJIAN AKADEMIK KURIKULUM UNTUK PEMULIHAN PEMBELAJARAN 63
RANCANGAN KURIKULUM MERDEKA E. Prinsip Pembelajaran dan Asesmen Prinsip Pembelajaran dan Asesmen adalah Pemerintah hanya mengatur prinsip dari bagian dari kerangka kurikulum yang pembelajaran dan asesmen. Artinya, tidak ada utamanya merujuk pada Standar Proses arahan yang preskriptif atau aturan yang konkrit dan Standar Penilaian dari Standar Nasional tentang bagaimana guru harus membuat Pendidikan. Prinsip Pembelajaran dan Asesmen perencanaan, mengajar, dan melakukan dirumuskan untuk menjadi rujukan bagi asesmen. Dengan demikian, pembelajaran dan seluruh pemangku kepentingan yang berkaitan asesmen dapat beragam sesuai dengan kondisi dengan pembelajaran dan asesmen, terutama dan konteks pembelajaran di masing-masing guru, pimpinan sekolah, dan termasuk juga kelas dan satuan pendidikan, namun semuanya pengembang kurikulum dan perangkat ajar. berlandaskan pada prinsip-prinsip yang sama. Di satuan pendidikan, Prinsip Pembelajaran Hal ini sejalan dengan semangat Merdeka dan Asesmen perlu menjadi landasan dalam Belajar dan prinsip perancangan kurikulum merancang kebijakan dan praktik pembelajaran yang fleksibel dan memberikan otonomi dan asesmen kelas. kepada satuan pendidikan dan guru. Prinsip Pembelajaran dan Asesmen dirancang Pendekatan kebijakan yang mengatur prinsip dengan pertimbangan bahwa menentapkan pembelajaran dan prinsip asesmen dalam Capaian Pembelajaran saja tidak cukup untuk Kurikulum Merdeka juga digunakan di beberapa dapat mencapai karakter dan kompetensi negara, seperti Finlandia yang memuat prinsip yang perlu dikembangkan dalam setiap pembelajaran dan prinsip asesmen dalam diri pelajar Pancasila. Karakter juga secara dokumen kurikulum mereka (Finnish National efektif terbangun melalui pengalaman belajar, Board of Education, 2014), Selandia Baru interaksi antara guru dan siswa, peraturan dan (https://nzcurriculum.tki.org.nz/Principles), pembiasaan (routine) dalam kelas, dan strategi dan salah satu negara bagian di Kanada yaitu pengelolaan kelas (classroom management). Ontario (Ontario Ministry of Education, 2010). Selain itu, apa yang dinilai dari kegiatan Dalam dokumen National Core Curriculum for belajar yang siswa alami serta bagaimana hasil Basic Education 2014, pemerintah Finlandia asesmen digunakan untuk kepentingan belajar memaparkan secara komprehensif asesmen mereka pun akan mempengaruhi karakter yang diharapkan untuk diimplementasikan siswa, terutama sikap mereka terhadap belajar di sekolah. Paparan ini tidak menjelaskan dan perkembangan pola pikir bertumbuh teknik-teknik asesmen yang perlu diikuti guru, (growth mindset) (OECD 2021a). Oleh karena melainkan pemahaman tentang pentingnya itu, aktivitas pembelajaran dan asesmen perlu asesmen untuk membangun budaya yang dirancang dan dikelola dengan baik, sehingga mendukung pembelajaran. Untuk mencapai pemerintah perlu memberikan panduan yang hal tersebut, bab asesmen dalam dokumen tidak bersifat teknis namun berupa prinsip- standar Finlandia tersebut menjelaskan prinsip agar para pendidik dapat memahami prinsip-prinsip asesmen yang perlu melandasi apa yang diharapkan dari pembelajaran dan kebijakan dan praktik asesmen di sekolah dan asesmen yang mereka rancang dan terapkan. kelas. Demikian pula dalam dokumen kebijakan 64
RANCANGAN KURIKULUM MERDEKA asesmen, evaluasi, dan pelaporan hasil belajar yang baru dan relearning adalah penguatan yang dikeluarkan pemerintah Ontario, Canada. hal yang telah dipelajarinya. Sementara itu, Pemerintah Ontario menetapkan prinsip-prinsip unlearning adalah suatu proses belajar hal baru asesmen beserta konteks pembelajarannya. yang mengoreksi hal yang semula dipahami atau merombak konstruksi pemahaman Belajar dari strategi yang dilakukan negara mereka (Eggen dan Kauchak, 2016). Proses maju tersebut, Kemendikbudristek menerbitkan learning, relearning, dan unlearning ini tidak Panduan Pembelajaran dan Asesmen sebagai sebatas proses yang terjadi di ruang kelas; pegangan guru untuk mendapatkan gambaran setiap peserta didik mengkonstruksikan yang lebih konkrit dan sebagai inspirasi untuk pemahamannya melalui berbagai proses belajar mengembangkan pembelajaran dan asesmen. baik belajar di ruang kelas, luar kelas, bahkan Hal-hal yang disampaikan dalam panduan juga di luar sekolah, sehingga tahap capaian tersebut sama sekali tidak mengikat sebagai pemahaman anak-anak di kelas yang sama bisa aturan, melainkan berupa contoh-contoh yang berbeda-beda, meskipun usia mereka relatif dapat diikuti atau dimodifikasi. sama. Hal ini melandasi prinsip pembelajaran yang perlu memperhatikan keberagaman, Prinsip pembelajaran yang dikembangkan bukan saja keragaman antar daerah atau tidak lepas dari pengaruh pandangan satuan pendidikan, tetapi juga antar individu Pendidikan Ki Hajar Dewantara, terutama peserta didik. tentang Panca Dharma dan sistem among. Panca Dharma adalah pandangan bahwa Oleh karena pemahaman yang telah dimiliki pendidikan adalah untuk transfer budaya antar (existing understanding) setiap individu peserta generasi yang memajukan budaya, namun didik bisa jadi bervariasi, maka asesmen tetap dengan identitas khas bangsa menuju formatif menjadi penting karena asesmen ke arah keseluruhan hidup kemanusiaan. ini, atau dikenal juga sebagai asesmen kelas Pendidikan harus memberikan kemerdekaan (classroom assessment), memberikan informasi pada anak-anak menuju kepada keluhuran tentang kompetensi atau pemahaman yang dan kebahagiaan hidup. Sistem among adalah telah dicapai peserta didik. Umpan balik model pembelajaran yang menerapkan nilai- pembelajaran adalah komponen yang sangat nilai dengan memberi keteladanan (ing ngarso penting dalam asesmen formatif karena sung tulodo), membangun kemauan (ing digunakan oleh pendidik dan peserta didik madyo mangun karso), dan mengembangkan dalam menilai diri mereka dan satu sama lain. kreativitas peserta didik dalam proses Pendidik kemudian dapat memodifikasi rencana pembelajaran (tut wuri handayani) (Dewantara, pembelajaran dan aktivitas belajar peserta 2013). didik berdasarkan hasil umpan balik asesmen formatif tersebut (Lambert dan Lines, 2000). Selaras dengan Capaian Pembelajaran, Prinsip Singkatnya, umpan balik dari asesmen formatif Pembelajaran dan Asesmen juga dipengaruhi digunakan sebagai landasan untuk merancang oleh teori belajar konstruktivisme. Menurut teori pembelajaran termasuk tujuan, materi, dan ini, proses belajar adalah proses konstruksi dan aktivitas yang akan dilakukan. Oleh karena itu, rekonstruksi pemahaman yang berlangsung proses pembelajaran dan asesmen formatif terus menerus. Proses pembelajaran ini dikenal adalah dua hal yang saling berkaitan erat, dan sebagai learning, relearning, dan unlearning. hal ini dinyatakan dalam Prinsip Pembelajaran Proses learning adalah proses belajar suatu hal dan Asesmen. KAJIAN AKADEMIK KURIKULUM UNTUK PEMULIHAN PEMBELAJARAN 65
RANCANGAN KURIKULUM MERDEKA 1. Pembelajaran sesuai tahap capaian peserta didik Kurikulum Merdeka menekankan pentingnya dan menjadi bahan pertimbangan pendidik keterkaitan pembelajaran dengan asesmen, dalam menentukan apakah individu-individu terutama asesmen formatif, sebagai suatu peserta didik tersebut siap untuk mempelajari siklus belajar. Menurut Black dan rekan-rekan materi yang lebih kompleks. Dengan (2002), asesmen formatif adalah segala demikian, pembelajaran yang berorientasi bentuk asesmen yang tujuan utamanya adalah pada kompetensi membutuhkan asesmen untuk meningkatkan kualitas proses belajar yang bervariasi dan berkala. Pendekatan peserta didik. Tujuan utamanya adalah untuk pembelajaran seperti inilah yang sangat pembelajaran, bukan untuk kepentingan dikuatkan dalam Kurikulum Merdeka. akuntabilitas, sertifikasi, ataupun meranking capaian peserta didik, guru, dan satuan Terkait Prinsip Pembelajaran dan Asesmen, pendidikan. Asesmen formatif dengan demikian teori konstruktivisme juga menekankan ditentukan oleh tujuannya, bukan instrumen pentingnya keselarasan antara asesmen atau mekanismenya. Bentuk atau instrumen dua dengan tujuan pembelajaran yang ingin atau lebih asesmen bisa serupa, namun apabila dicapai. Keselarasan atau alignment ini tujuan salah satu asesmen tersebut untuk bermakna bahwa metode pembelajaran menentukan kenaikan kelas, misalnya, maka dan asesmen harus diselaraskan dengan asesmen tersebut bukan asesmen formatif, capaian pembelajaran yang diinginkan. melainkan asesmen sumatif. Oleh karena itu, Jika tujuan pembelajaran yang ditetapkan Prinsip Asesmen dalam Kurikulum Merdeka adalah membentuk peserta didik yang tidak menekankan pada metode yang konkrit, kreatif, maka metode pembelajaran yang melainkan pada tujuan serta fungsi asesmen dirancang harus memfasilitasi munculnya ide sebagai umpan balik untuk meningkatkan atau gagasan baru, sehingga penilaian yang kualitas pembelajaran. dipilih memfasilitasi respon yang bervariasi dan lebih otentik. Asesmen otentik dinilai Berdasarkan fungsi asesmen formatif sesuai untuk menilai kompetensi esensial tersebut, Prinsip Pembelajaran dan Asesmen dan untuk memantau keterampilan berpikir menekankan pentingnya pengembangan yang kompleks, di mana materi yang dipelajari strategi pembelajaran sesuai dengan tahap peserta didik dikaitkan dengan konteks riil. capaian belajar peserta didik atau yang dikenal Penilaian otentik dikembangkan berdasarkan juga dengan istilah teaching at the right level. pemahaman bahwa untuk menjadi kompeten, Pembelajaran ini dilakukan dengan memberikan setiap peserta didik perlu memiliki kecakapan materi pembelajaran yang bervariasi sesuai dalam merespon, memecahkan masalah, dan dengan pemahaman peserta didik. Tujuan dari mengambil langkah terhadap isu-isu yang nyata diferensiasi ini adalah agar setiap anak dapat terjadi di dunia. Oleh karena itu, pembelajaran mencapai kompetensi yang diharapkan dan perlu dirancang sedemikian rupa agar dasar dari penentuan materi pembelajaran kompetensi tersebut terbangun melalui tugas- tersebut adalah asesmen formatif. Asesmen tugas yang bermakna dan relevan dengan formatif juga digunakan secara berkala untuk dunia nyata, dan asesmen perlu dirancang memantau perkembangan setiap peserta didik untuk memantau kemampuan tersebut. 66
RANCANGAN KURIKULUM MERDEKA Penilaian otentik dapat dilakukan melalui Kebijakan untuk mengatur prinsip-prinsip berbagai teknik penilaian seperti penilaian dalam melakukan pembelajaran dan asesmen produk, penilaian projek, penilaian unjuk kerja, tanpa petunjuk atau aturan yang lebih teknis dan penilaian portofolio. selaras dengan upaya untuk mendorong pengembangan kurikulum operasional Prinsip pembelajaran dan asesmen yang di satuan pendidikan. Apabila praktik dirancang berlaku untuk seluruh jenjang dan pembelajaran dan asesmen terlalu dibatasi oleh jenis pendidikan, termasuk pendidikan anak regulasi di tingkat nasional, satuan pendidikan usia dini (PAUD). Dalam salah satu prinsip akan mengalami kesulitan untuk secara kreatif pembelajaran dinyatakan bahwa pembelajaran dan leluasa mengembangkan kurikulum dan dirancang dengan mempertimbangkan tahap aktivitas pembelajaran yang kontekstual, perkembangan sehingga pembelajaran menjadi bermakna, relevan, dan menyenangkan bagi bermakna dan menyenangkan. Di tingkat PAUD, peserta didik. Salah satu tantangan dalam hal ini dikaitkan dengan kegiatan bermain- pengembangan pembelajaran yang kontekstual belajar. Menurut Sahlberg dan Doyle (2019), dalam Kurikulum 2013 adalah karena arahan bermain adalah hal yang esensial bagi anak tentang pembelajaran dan asesmen yang untuk mengembangkan diri, karena melalui cukup terperinci. Sebagai contoh, penilaian bermain mereka belajar tentang diri mereka hasil belajar peserta didik dalam Kurikulum sendiri dan dunia sekitar mereka. Berdasarkan 2013 diatur terperinci dan menuntut guru untuk kajian yang dilakukan Sahlberg dan Doyle, melakukan penilaian yang begitu banyak, reformasi kurikulum PAUD pada kurun waktu karena adanya pemisahan antara pengetahuan 5 tahun terakhir di beberapa negara seperti dan keterampilan. Selain itu, kriteria kompetensi Amerika Serikat mengarah pada penguatan minimum (KKM) yang menentukan apakah kegiatan bermain. World Bank (2017) juga seorang peserta didik dianggap layak untuk menekankan bahwa perkembangan kognitif melanjutkan pembelajaran pun diatur cukup anak usia dini akan lebih optimal apabila ketat, dengan menggunakan skor angka kegiatan mereka dipenuhi dengan eksplorasi, (rentang 1-100) dan penilaian deskriptif. bermain, dan berinteraksi dengan teman Penghitungan skor atau nilai akhir semester sebayanya dan juga dengan orang dewasa pun diatur oleh pemerintah pusat. Tantangan yang mengasuh mereka, yaitu orang tua dan yang dialami inilah yang ingin diselesaikan guru. melalui Kurikulum Merdeka, sesuai dengan semangat Merdeka Belajar. F. Perangkat Ajar yang berlaku dalam pembelajaran. Satuan pendidikan yang tidak menggunakan buku teks Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2017 tentang utama akan dikenai sanksi administratif berupa Sistem Perbukuan mengatur dalam Pasal peringatan tertulis, penangguhan bantuan 65 bahwa buku teks utama yang diterbitkan pendidikan, penghentian bantuan pendidikan, oleh Pemerintah Pusat wajib digunakan satuan pendidikan sesuai dengan kurikulum KAJIAN AKADEMIK KURIKULUM UNTUK PEMULIHAN PEMBELAJARAN 67
RANCANGAN KURIKULUM MERDEKA perekomendasian penurunan peringkat dan/ modul ajar, video pembelajaran, serta bentuk atau pencabutan akreditasi, penghentian lainnya. Tujuannya adalah untuk membantu sementara kegiatan penyelenggaraan satuan pendidik yang membutuhkan referensi atau pendidikan, atau pembekuan kegiatan inspirasi dalam pengajaran. Oleh karena itu, penyelenggaraan satuan pendidikan. Dalam selain buku teks utama dan buku panduan guru, Peraturan Pemerintah Nomor 57 Tahun 2019 Pemerintah Pusat juga menyediakan contoh- Pasal 53 kemudian menyatakan bahwa contoh modul ajar, contoh-contoh silabus selain menggunakan buku teks utama yang yang menjelaskan alur tujuan pembelajaran, disediakan pemerintah, satuan pendidikan contoh-contoh panduan projek penguatan profil dapat menggunakan buku teks pendamping pelajar Pancasila, contoh-contoh kurikulum dan/atau buku nonteks yang telah disahkan operasional, contoh-contoh asesmen kelas oleh Pemerintah Pusat. untuk keperluan diagnostik kesiapan peserta didik, bahkan contoh-contoh mekanisme Kedua peraturan tersebut menunjukkan bahwa pengaturan pemilihan mata pelajaran untuk buku teks utama wajib digunakan pendidik. kelas XI dan XII. Namun demikian, proses pembelajaran yang diatur dalam Peraturan Menteri Pendidikan Ada tiga perangkat ajar yang baru dan Kebudayaan Nomor 22 Tahun 2016 dikembangkan dalam Kurikulum Merdeka, tentang Standar Proses Pendidikan Dasar yaitu contoh-contoh modul ajar, alur tujuan dan Menengah, dinyatakan bahwa buku teks pembelajaran, dan projek penguatan profil pelajaran digunakan untuk meningkatkan pelajar Pancasila. Modul ajar merupakan efisiensi dan efektifitas pembelajaran, pengembangan dari rencana pelaksanaan sementara sumber belajar dapat berupa pembelajaran (RPP) yang dilengkapi dengan buku, media cetak dan elektronik, alam panduan yang lebih terperinci, termasuk sekitar, atau sumber belajar lain yang relevan. lembar kegiatan siswa dan asesmen untuk Dengan demikian, dua hal dapat disimpulkan mengukur ketercapaian tujuan pembelajaran. dari peraturan-peraturan tersebut, yaitu: (1) Disebut sebagai modul karena perangkat buku teks utama wajib digunakan, namun ini dapat digunakan secara modular. fungsinya dapat sebagai salah satu referensi Dengan adanya modul ajar ini, guru dapat pembelajaran bagi pendidik dan peserta menggunakan perangkat yang lebih bervariasi, didik; dan (2) buku teks bukanlah satu-satunya tidak hanya buku teks pelajaran yang sama sumber belajar. sepanjang tahun. Modul ajar tidak hanya dikembangkan oleh Pemerintah namun juga Peraturan tersebut menjadi landasan yuridis dapat dikembangkan oleh guru, komunitas untuk perancangan perangkat ajar yang pendidikan, penerbit, serta lembaga, pakar, merupakan salah satu kebaruan dalam ataupun praktisi lainnya di Indonesia. Dengan Kurikulum Merdeka. Perangkat ajar merupakan menggunakan modul ajar diharapkan proses berbagai sumber dan bahan ajar yang belajar menjadi lebih fleksibel karena tidak digunakan oleh guru dan pendidik lainnya tergantung pada konten dalam buku teks, dalam upaya mencapai profil pelajar Pancasila kecepatan serta strategi pembelajaran juga dan Capaian Pembelajaran. Termasuk dalam dapat sesuai dengan kebutuhan peserta perangkat ajar adalah buku teks pelajaran, didik, sehingga diharapkan setiap siswa 68
RANCANGAN KURIKULUM MERDEKA dapat mencapai kompetensi minimum yang untuk menggunakan contoh-contoh yang ditargetkan. disediakan. Penyediaan contoh-contoh ini merupakan bagian dari prinsip perancangan Contoh-contoh alur tujuan pembelajaran (ATP) kurikulum yang sederhana dan mudah atau urutan pembelajaran adalah komponen diimplementasi. Sebagaimana yang dianjurkan untuk menyusun silabus. ATP diharapkan dalam Standar Proses di mana peserta didik dapat membantu satuan pendidikan dan diharapkan untuk belajar dari beragam sumber, pendidik mengembangkan langkah-langkah Pemerintah membantu menyediakan sumber- atau alur pembelajaran berdasarkan Capaian sumber tersebut bagi pendidik yang kesulitan Pembelajaran yang telah ditetapkan. mengakses ataupun mengembangkan sumber Sebagaimana yang telah dijelaskan dalam belajar. Dengan demikian, diharapkan seluruh bagian 3 tentang Capaian Pembelajaran, peserta didik dapat membangun kebiasaan kompetensi yang perlu dicapai dalam setiap dan kemampuan untuk tidak terpaku pada satu mata pelajaran ditetapkan dalam satuan fase. buku teks pelajaran sepanjang tahun. Setiap fase memiliki rentang waktu yang berbeda, ada yang dua sampai tiga tahun, Perangkat ajar didistribusikan melalui platform namun ada juga yang satu tahun. Urutan digital yang dikembangkan Kemendikbud atau alur pembelajaran kemudian ditetapkan Ristek agar dapat diakses lebih luas dalam oleh pendidik sesuai dengan kecepatan jangka waktu yang cepat. Selain itu, pengguna dan kebutuhan belajar peserta didik. Namun perangkat ajar juga akan lebih mudah untuk demikian, berdasarkan umpan balik selama memilih perangkat ajar sesuai dengan perancangan Kurikulum Merdeka dilakukan kebutuhannya dalam platform tersebut. Namun didapat bahwa sebagian guru masih kesulitan demikian, menyadari bahwa akses internet dan dalam mengembangkan alur pembelajaran perangkat digital belum merata, perangkat ajar berdasarkan CP tanpa merujuk pada buku juga didistribusikan melalui diska lepas (flash teks yang biasanya sudah memandu mereka disk) agar dapat diakses offline atau tanpa langkah-langkah pembelajaran. Oleh karena itu, jaringan internet dan juga dalam bentuk bahan agar guru tidak kembali berpatokan hanya pada cetak yang tidak membutuhkan perangkat buku teks, pemerintah menyediakan contoh- digital. contoh alur tujuan pembelajaran yang dapat dipilih guru ataupun menjadi referensi untuk Strategi pengembangan platform digital mereka mengembangkan sendiri ATP sesuai serta beragam perangkat ajar ini sejalan kebutuhan peserta didik. dengan rekomendasi UNESCO (2020) tentang pembukaan akses berbagai sumber Contoh-contoh diberikan untuk dapat atau referensi pembelajaran atau dikenal digunakan langsung ataupun sebagai referensi sebagai open educational resources yang menginspirasi satuan pendidikan dan (OER). OER merupakan salah satu upaya pendidik dalam mengembangkan modul ajar untuk meningkatkan pemerataan kualitas mereka sendiri serta perangkat ajar lainnya, pembelajaran, yaitu dengan membuka akses sesuai konteks dan kebutuhan peserta didik. guru untuk mendapatkan berbagai sumber Dengan kata lain, pendidik memiliki keleluasaan pembelajaran yang berkualitas. OER juga untuk membuat sendiri dan tidak ada kewajiban menjadi pendorong penggunaan konten KAJIAN AKADEMIK KURIKULUM UNTUK PEMULIHAN PEMBELAJARAN 69
RANCANGAN KURIKULUM MERDEKA secara inovatif serta pengembangan ilmu atau referensi pembelajaran ataupun membuat pengetahuan serta strategi pembelajaran sendiri modul ajar adalah bentuk kemerdekaan yang efektif (UNESCO & Commonwealth of untuk guru yang dikuatkan dalam Kurikulum Learning, 2019). Platform teknologi digital dapat Merdeka. meningkatkan akses secara lebih inklusif, lebih cepat, dan lebih murah (UNESCO, 2020). Dalam Menurut data yang dikumpulkan UNESCO, saat platform ini, guru tidak hanya dapat mengakses ini jenis-jenis OER yang tersedia di seluruh perangkat ajar, namun juga memberikan umpan dunia berbentuk buku teks yang dapat diakses balik untuk perangkat ajar yang digunakannya. terbuka (open textbooks), materi atau paparan kuliah, multimedia, audio, ilustrasi, animasi, Memberikan akses terbuka agar guru dapat tugas-tugas, dan kuis. Materi-materi tersebut menggunakan berbagai sumber pembelajaran dikelola oleh pemerintah termasuk pengaturan merupakan bagian dari memberikan hak untuk menggunakan dan memodifikasi kemerdekaan bagi guru; sebagaimana perangkat tersebut agar dapat disesuaikan yang disampaikan UNESCO (2020) dalam isi dan tujuan penggunaannya. Hak untuk rekomendasi pada negara-negara terkait OER: menggunakan sesuai dengan kebutuhan dan “as part of academic and professional freedom, tujuan guru (yang bisa jadi berbeda dengan teachers should be given the essential role in tujuan dituliskannya materi tersebut oleh the choice and adaptation of teaching material, penulisnya) adalah faktor yang sangat penting the selection of textbooks and the application dalam OER, yang mendorong terjadinya of teaching methods.” (sebagai bagian dari pengembangan materi secara terus menerus. kemerdekaan akademik dan profesional, guru Adaptasi dan modifikasi ini juga dibutuhkan sepatutnya diberikan peran yang esensial untuk mendorong penggunaan materi secara untuk menentukan dan mengadaptasi materi inovatif, yang pada akhirnya mendorong proses pembelajaran, memilih buku teks, dan pembelajaran yang juga inovatif. mengaplikasikan metode pembelajaran). Kesempatan untuk membuat pilihan sumber G. Kesimpulan peserta didik; (3) fleksibel; (4) selaras; (5) bergotong royong; dan (6) memperhatikan Bab 3 menjelaskan kerangka berpikir di hasil kajian dan umpan balik. Bagian-bagian balik rancangan Kurikulum Merdeka. Proses lain dalam bab ini merupakan elaborasi tentang perancangan yang dilakukan lebih dari 2 bagaimana prinsip-prinsip tersebut diterapkan tahun ini senantiasa mengacu pada prinsip- dalam merancang aspek-aspek kurikulum. prinsip rancangan (design principles) yang Aspek-aspek utama yang dijelaskan dalam disepakati dan dirujuk dari berbagai kajian bab ini adalah kerangka kurikulum, Capaian dan praktik baik di konteks yang beragam. Pembelajaran, struktur kurikulum, prinsip Setiap pengambilan keputusan, baik kecil pembelajaran dan asesmen, serta perangkat maupun besar, perancangan kurikulum selalu ajar. merujuk pada enam prinsip, yaitu: (1) sederhana, mudah dipahami dan diimplementasikan; (2) fokus pada kompetensi dan karakter semua 70
RANCANGAN KURIKULUM MERDEKA Melanjutkan upaya yang telah diinisiasi struktur kurikulum yang diatur oleh pemerintah kurikulum-kurikulum nasional sebelumnya, tidak hanya tentang pembelajaran intrakurikuler Kurikulum Merdeka fokus pada kompetensi. atau mata pelajaran, tetapi juga pembelajaran Konsekuensinya, muatan pelajaran perlu yang dirancang untuk menguatkan kompetensi disederhanakan dan dikurangi agar peserta dan karakter yang dirumuskan dalam profil didik memiliki lebih banyak waktu untuk Pelajar Pancasila. Perbedaan utama lainnya ada mempelajari suatu konsep secara mendalam. pada SMA/MA, di mana program peminatan Strategi yang dilakukan adalah dengan digantikan dengan sistem pemilihan mata merancang Capaian Pembelajaran (CP) yang pelajaran pada kelas XI dan XII. diatur dalam fase-fase dan dirumuskan dalam bentuk naratif yang merangkaikan kemampuan Perubahan-perubahan yang cukup pengetahuan, sikap, dan keterampilan. Dalam mendasar tersebut perlu dijembatani setiap CP juga dirumuskan karakteristik dari dengan berbagai panduan dan contoh yang setiap mata pelajaran termasuk domain atau membantu satuan pendidikan dan pendidik elemen pembentuk mata pelajaran tersebut mengimplementasikannya secara efektif. Atas sehingga menjadi lebih terlihat kompetensi dasar prinsip fleksibilitas, Pemerintah tidak dan/atau konsep utama apa yang dipelajari banyak mengatur dalam bentuk petunjuk teknis peserta didik dan berkembang dari satu fase ke atau pedoman-pedoman yang mengikat, tetapi fase berikutnya. melalui berbagai contoh yang dapat diadaptasi oleh satuan pendidikan dan pendidik. Dengan Demikian pula dengan struktur kurikulum, demikian, tidak hanya buku teks pelajaran dan beberapa aspek masih terus melanjutkan panduan yang disediakan oleh pemerintah, Kurikulum 2013. Jumlah jam pelajaran total per tetapi juga beragam contoh modul ajar, tahun tidak berubah untuk setiap jenjangnya. pengaturan alur pembelajaran (ATP atau alur Namun demikian, alokasi jam pelajaran dalam tujuan pembelajaran), contoh bagaimana Kurikulum Merdeka diatur per tahun, tidak projek penguatan profil pelajar Pancasila lagi per minggu. Satuan pendidikan memiliki diterapkan di satuan pendidikan, dan contoh wewenang untuk mengatur kegiatan belajar kurikulum operasional yang dikembangkan sehari-hari sesuai dengan konteks dan satuan pendidikan. Kesemuanya dapat diakses kebutuhan belajar peserta didik. Beberapa melalui platform yang dikembangkan oleh mata pelajaran pun berubah, misalnya Kemendikbud Ristek dan diakses oleh seluruh penggabungan IPA dan IPS di SD, penguatan pendidik. Untuk pendidik yang kesulitan mata pelajaran Bahasa Inggris di SD, serta mengakses secara daring, Pemerintah juga perubahan status mata pelajaran Informatika menyediakan perangkat ajar tersebut dalam menjadi wajib di SMP. diska lepas (flash disk) dan bahan cetak. Berbeda dengan Kurikulum 2013, dalam struktur Perancangan Kurikulum Merdeka tidak Kurikulum Merdeka ada dua kegiatan utama berhenti saat kurikulum ini mulai diterapkan yang wajib dilakukan siswa, yaitu pembelajaran di sekolah-sekolah yang mengikuti Program intrakurikuler dan pembelajaran melalui projek Sekolah Penggerak (PSP) dan SMK Pusat yang ditujukan untuk menguatkan pencapaian Keunggulan (SMK PK) sejak Tahun Ajaran profil pelajar Pancasila. Dengan demikian 2021/2022 yang lalu. Melalui uji coba pada PSP KAJIAN AKADEMIK KURIKULUM UNTUK PEMULIHAN PEMBELAJARAN 71
RANCANGAN KURIKULUM MERDEKA dan SMK PK tersebut, umpan balik diperoleh hasil belajar tidak hanya bergantung pada dan digunakan sebagai referensi untuk desain kurikulumnya saja tetapi juga sangat melakukan reviu terhadap berbagai komponen bergantung pada strategi implementasinya. kurikulum. Beberapa revisi dilakukan Untuk memberi dampak pada hasil belajar, berdasarkan umpan balik tersebut diantaranya kurikulum harus dapat mempengaruhi perilaku beberapa penyesuaian terhadap isi Capaian seluruh aktor terkait dalam sistem pendidikan. Pembelajaran dan buku teks serta beberapa Tidak hanya mengubah perilaku guru dan panduan. Monitoring dan evaluasi akan terus orang tua, tetapi juga pimpinan sekolah, serta dilakukan untuk memastikan keselarasan pembuat kebijakan di tingkat daerah maupun antara kurikulum yang secara resmi dikeluarkan nasional yang tidak berinteraksi langsung oleh pemerintah (intended curriculum) dengan dengan peserta didik namun berkontribusi kurikulum yang benar-benar dipelajari oleh secara tidak langsung melalui kebijakan yang siswa (attained curriculum). mereka hasilkan dan terapkan. Oleh karena perspektif sistem ini penting untuk digunakan Bab ini hanya membahas tentang rancangan dalam memastikan efektivitas kurikulum Kurikulum Merdeka. Keberhasilan kebijakan prototipe, strategi implementasi kurikulum kurikulum untuk meningkatkan kualitas disampaikan lebih mendalam pada Bab 4. 72
04 Implementasi Kurikulum Merdeka Secara Terbatas A. Pendahuluan Gambar 4.14. Sebaran Satuan Pendidikan Pelaksana Program Sekolah Penggerak Berdasarkan Jenjang Kurikulum Merdeka telah diimplementasikan (n=2.499) secara terbatas pada 2.499 satuan pendidikan peserta Program Sekolah Penggerak dan 901 Sumber: Direktorat Jenderal GTK, Kemendikbud Ristek SMK dari Program SMK Pusat Keunggulan (SMK PK), 75% diantaranya merupakan Penerapan Kurikulum Merdeka secara terbatas sekolah-sekolah negeri dan sisanya ditujukan untuk tiga hal. Pertama, sebagai swasta. Implementasi terbatas ini dilakukan bagian dari proses penyempurnaan kurikulum menyebar pada kualitas sekolah yang sehingga memiliki dampak paling optimal beragam. Dilihat dari kategori sekolahnya, dalam mengurangi risiko learning loss dan 6% sekolah merupakan tahap I (poor), 50,77% meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia merupakan sekolah pada tahap II (fair), 25,1% di masa yang akan datang. Kedua, untuk merupakan tahap sedang (good) dan sisanya menghasilkan praktik-praktik baik bagi guru 13,1% pada tahap IV atau (excellent)1. Dari serta kepala sekolah yang berpengalaman status kewilayahannya, kurikulum Merdeka dalam mengadopsi kurikulum yang kemudian dilaksanakan di 111 kab/kota. Pada 111 kab/ dapat diimbaskan pada sekolah lainnya. Ketiga, kota tersebut tersebar baik dari kawasan pendekatan adaptasi kurikulum secara terbatas tertinggal, non tertinggal, maupun daerah dan bertahap juga ditujukan untuk memberikan khusus (kabupaten dengan desa tertinggal ruang kepada daerah untuk mempersiapkan terbanyak menurut Permendes PDTT No. 18 SDM selama fase adopsi untuk memberikan tahun 2019). Dilihat dari sebarannya 96,1% merupakan kawasan non tertinggal dan 3,9% merupakan kawasan tertinggal. Sementara dilihat dari jenjangnya dapat dilihat tabel di bawah. Implementasi kurikulum secara terbatas ini akan diperluas secara bertahap dari tahun ke tahun. 1 Kategorisasi berasal dari proxy awal satuan pendidikan 73
IMPLEMENTASI KURIKULUM MERDEKA SECARA TERBATAS penguatan kurikulum yang akan digunakan di Pada SMK PK jumlah kepala sekolah, guru masa yang akan datang. dan siswa yang sudah dilatih berasal dari perwakilan setiap satuan pendidikan yang Dalam Program Sekolah Penggerak (PSP) terpilih untuk menjadi SMK PK. Pada sekolah dan SMK PK, penguatan SDM di satuan non PSP dan SMK PK, Kemendikbud juga telah pendidikan. Sebagaimana pandangan menyiapkan penguatan Kapasitas SDM melalui Boundersa (2016) yang melihat pelatihan Program Guru Penggerak. dan pendampingan dianggap metode paling efektif dalam meningkatkan pengetahuan Uraian ini akan mendeskripsikan implementasi dan keterampilan guru pada tingkat satuan kurikulum dalam empat aspek, yaitu: a) rencana pendidikan, maka kedua upaya tersebut juga pembelajaran, b) Proses belajar dan asesmen, dilakukan pada PSP dan SMK PK. Pelatihan c) Persepsi, serta d) hambatan dan dukungan. dan pendampingan dalam konteks PSP dan Rencana pembelajaran adalah sebuah roadmap SMK PK ditujukan untuk memberikan gagasan bagi guru tentang bagaimana proses belajar tentang kurikulum alternatif serta melatih akan dilakukan secara efektif dan menyusun guru mengimplementasikan gagasan tersebut strategi bagaimana pembelajaran tersebut akan dalam bentuk latihan dan praktik dengan mendapatkan umpan balik terkait hasil belajar metode belajar secara kolaboratif. Fokus siswa. Pemahaman ini dianggap penting penguatan kompetensi SDM dalam kurikulum agar pendidik mampu berefleksi terhadap ditekankan pada tiga hal yaitu: a) Pelatihan pelaksanaan kurikulum merdeka telah sesuai dan pendampingan dalam pembelajaran yang dengan karakteristik tingkat satuan pendidikan. berprinsip pada differentiated learning atau Deskripsi proses dan asesmen belajar akan Teaching at The Right Level (TaRL); b) Pelatihan melihat praktik yang dilakukan oleh guru dan dan pendampingan terkait pedagogik dan kepala sekolah dalam menerapkan kurikulum penilaian agar guru/pendidik PAUD mampu Merdeka apakah sudah sesuai dengan harapan menerapkan pembelajaran dengan prinsip atau justru sebaliknya. Deskripsi perspsi TaRL, dan c) Pelatihan dan pendampingan memberi perhatian pada pandangan kepala dalam mengoptimalkan aplikasi digital untuk sekolah dan guru dalam mengimplementasikan memudahkan SDM satuan pendidikan. Saat Kurikulum Merdeka. Selanjutnya, uraian tentang ini, jumlah peserta yang telah dilatih Kurikulum hambatan dan dukungan akan mendeskripsikan Merdeka berjumlah 19.086 yang berasal dari tantangan yang dialami kepala sekolah dan kepala sekolah, guru, dan pengawas sekolah. guru, serta dukungan yang mereka butuhkan selama proses belajar. B. Implementasi Kurikulum Merdeka secara Terbatas Pada Program Sekolah Penggerak Evaluasi implementasi kurikulum bertujuan satuan pendidikan yang terpilih dalam untuk mendapatkan informasi tentang proses Program Sekolah Penggerak. Informasi penerapan Kurikulum Merdeka pada tingkat tersebut diperlukan untuk menganalisis 74
IMPLEMENTASI KURIKULUM MERDEKA SECARA TERBATAS apakah satuan pendidikan tertentu sudah terhadap kurikulum yang mereka jalankan dapat mempraktikkan kurikulum di satuan tersebut. Dalam Program Sekolah Penggerak, pendidikannya. Evaluasi implementasi evaluasi implementasi kurikulum ini dilakukan kurikulum juga bertujuan untuk mengetahui dengan tiga cara yaitu, survei cepat, wawancara bagaimana persepsi kepala sekolah dan guru singkat, dan studi etnografi. 1. Metode Penajam Paser Utara, Kab. Banyu Asin, dan Kab Deli Serdang. Survei dan Wawancara Singkat Etnografi Metode evaluasi implementasi melalui survei (survei populasi) dilakukan di 2.499 satuan Studi etnografi dilakukan dalam evaluasi proses pendidikan. Total responden guru yang mengisi dan konteks perubahan Program Sekolah survei adalah 8.262 responden sementara total Penggerak. Evaluasi ini ditujukan untuk melihat kepala sekolah yang mengisi survei sebanyak proses perubahan yang terjadi pada tingkat 1.713. Berdasarkan karakteristik wilayahnya satuan pendidikan dalam upaya meningkatkan tingkat keterisian non-tertinggal adalah 96,2% mutu pembelajaran sebagai akibat serta dan kawasan tertinggal adalah 3,8% atau konteks yang melatarbelakangi perubahan sudah proporsional jika dibandingkan dengan tersebut. sebaran populasi pelaksana program Sekolah Penggerak. Responden berasal dari unsur guru Evaluasi proses dan konteks perubahan dan kepala sekolah dilatih selama 74 JP untuk dilakukan pada sepuluh kota/kabupaten menggunakan Kurikulum Merdeka dalam peserta Program Sekolah Penggerak. Pemilihan program sekolah penggerak. Sesuai dengan lokasi penelitian didasarkan pada beberapa intervensi programnya, responden berasal dari pertimbangan, antara lain: (1) keterwakilan guru kelas I, IV, VII, dan X. Program Sekolah daerah tertinggal dan non-tertinggal; (2) Penggerak memberikan intervensi pada kelas- keterwakilan daerah Indonesia barat, tengah, kelas tersebut dengan tujuan agar siswa dapat dan timur; (3) keterwakilan daerah urban dan diukur dalam kurun waktu tiga tahun masa rural; serta (4) jumlah dan keragaman jenjang studi di sekolah yang sama. Survei dilakukan satuan pendidikan peserta Program Sekolah secara daring (online) dengan menyebarkan Penggerak di kabupaten/kota tersebut. Studi secara langsung kepada responden di setiap etnografi ini dilakukan di Kab. Asahan (SMPN 1 grup Program Sekolah Penggerak dan melalui Bandar Pasir Mandoge), Kab. Agam (SLB Baso), kanal-kanal yang dimiliki oleh direktorat teknis Kab. Lampung (TKN 3 Krui dan SDN 19 Krui), seperti Direktorat SD, Direktorat SMP, Direktorat Kota Bandung (SMA IT Miftahul Khoir dan SLBN SMA, Direktorat PAUD dan Direktorat PMPK. Cicendo), Kota Gresik (SD NU Almustaniroh), Dalam studi ini juga dilakukan triangulasi data Kab. Sintang (SDN 23 Menyumbung), Kota melalui wawancara singkat yang dilakukan Ternate (SMP 1 Kota Ternate), Kab Manggarai di 10 kabupaten kota yaitu di tiga wilayah Timur (SMPN 4 Poco Ranaka, SMAN 3 Poco tertinggal yaitu di Kab. Keerom, Kab. Supiori, Ranaka), Kota Bitung (PAUD Imanuel Manembo- dan Kab Sumba Timur, dan tujuh wilayah non nembo), Lombok Timur (SMA 1 Sikur). tertinggal yaitu: Kota Metro, Kab Nagan Raya, Kota Sorong, Kab. Bolaang Mongondow, Kab KAJIAN AKADEMIK KURIKULUM UNTUK PEMULIHAN PEMBELAJARAN 75
IMPLEMENTASI KURIKULUM MERDEKA SECARA TERBATAS 2. Temuan Studi pengaruh yang besar terhadap motivasi belajar siswa yang pada akhirnya akan berdampak Perencanaan Pembelajaran pada hasil belajar siswa (OECD, 2008). Untuk itu, memahami karakteristik satuan pendidikan Kurikulum Merdeka berupaya memberikan dari mulai kondisi geografi, budaya, sosial layanan pendidikan yang berpihak pada siswa. dan ekonomi menjadi langkah penting dalam Untuk itu, dalam setiap aktivitasnya kurikulum membuka wawasan kepada guru untuk lebih berupaya memberikan ruang kepada guru mengenal siswanya. untuk berefleksi melalui berbagai hal agar kurikulum sesuai dengan kebutuhan siswa. Dalam Program Sekolah Penggerak, hampir Aktivitas refleksi harus terjadi dalam setiap seluruh sekolah (94%) baik dari wilayah tahapan dari mulai perencanaan sampai tertinggal maupun non-tertinggal sudah dengan asesmen. melakukan asesmen karakteristik satuan pendidikan. Angka ini cukup signifikan Pada tahap persiapan, pembelajaran mengingat di Indonesia asesmen diagnostik dalam kurikulum merdeka dimulai dengan belum menjadi acuan sebagian besar guru di perencanaan-perencanaan yang dilakukan oleh Indonesia dalam menentukan pembelajaran. satuan pendidikan sebelum menyelenggarakan (World Bank, 2021). pembelajaran. Dalam kurikulum merdeka, perencanaan pembelajaran dituangkan dalam Gambar 4.15. Persentase Guru di Sekolah Penggerak yang empat aspek penting. Pertama pengumpulan Melakukan Asesmen Diagnostik Berdasarkan Kategori data karakteristik satuan pendidikan yang akan Wilayah digunakan dalam penyusunan modul-modul selanjutnya. Kedua, Kurikulum Operasional Sumber: PSKP, 2021 Satuan Pendidikan (KOS). Ketiga, penyusunan modul ajar (Silabus). Keempat, penyusuan Dari hasil wawancara yang dilakukan, proses modul Projek Penguatan Profil Pelajar memahami karakteristik satuan pendidikan Pancasila. masih dalam proses adaptasi yang memberikan harapan besar. Dimana, meskipun guru belum Sebelum merencanakan pembelajaran, memahami sepenuhnya terkait kurikulum sangat penting bagi kepala sekolah dan tetapi mereka sudah mulai menyesuaikan guru, untuk memahami karakteristik satuan pendidikan sehingga dapat memberikan layanan pendidikan yang kontekstual, berpihak kepada siswa, serta memastikan tidak ada anak yang tertinggal dalam proses belajar. Untuk itu aktivitas asesmen karakteristik satuan pendidikan menjadi penting untuk membuka kesadaran bahwa pada latar belakang siswa yang berbeda memerlukan layanan yang berbeda. Dalam studi yang dilakukan oleh OECD latar belakang siswa memberikan 76
IMPLEMENTASI KURIKULUM MERDEKA SECARA TERBATAS penyelenggaraan pendidikan dari hasil Hasil analisis ini diharapkan digunakan dalam asesmen karakteristik satuan pendidikan. menyusun kurikulum operasional satuan pendidikan yang kontekstual dan relevan Kendala yang dihadapi sekolah ketika bagi siswa untuk meningkatkan hasil belajar menyusun Kurikulum Operasional Satuan siswa yang pada akhirnya akan menghasilkan Pendidikan adalah kami bersama komite profil pelajar pancasila. Untuk itu, langkah pembelajaran masih belum terlalu selanjutnya setelah menyusun karakteristik memahami tentang kurikulum operasional satuan pendidikan yaitu menyusun Kurikulum itu sendiri. Akan tetapi tetap berusaha Operasional Satuan Pendidikan (KOS). untuk membuatnya dengan mengikuti contoh yang ada sambil menyesuaikan Kurikulum Operasional Satuan Pendidikan keadaan yang sesuai dengan karakteristik (KOS) memuat seluruh perencanaan proses satuan pendidikan yang kami bina saat ini belajar yang akan diselenggarakan oleh satuan (TK Mekar Kuncup Pituala, Kolaka Timur). pendidikan agar satuan pendidikan memiliki pendoman pembelajaran. Komponen dalam Setelah sekolah mengumpulkan asesmen KOS diharapkan dapat menjadi dokumen acuan karakteristik peserta didik, diharapkan satuan refleksi bagi semua unsur pendidikan di satuan pendidikan juga membuat analisis terkait latar pendidikan sehingga satuan pendidikan dapat belakang peserta didik dari berbagai aspek. tetap menyesuaikan dinamika perubahan dan kebutuhan siswa. Gambar 4.16. Persentase Satuan Pendidikan yang Telah Menyusun Kurikulum Operasional Satuan Pendidikan berdasarkan Jenjang (n= 1.594 Kepala Sekolah) Sumber: PSKP, 2021 Data di atas menunjukan bahwa proses dinas pendidikan. Secara nasional, total satuan adaptasi dalam perencanaan kurikulum secara pendidikan yang telah menyelesaikan dokumen umum telah dilakukan terutama pada jenjang baik yang sudah ditetapkan maupun yang SD, SMP dan SMA juga SLB yang sebagian belum ditetapkan mencapai 79,9%. Sementara besar telah menetapkan dokumen KOS pada yang masih dalam proses penyusunan KAJIAN AKADEMIK KURIKULUM UNTUK PEMULIHAN PEMBELAJARAN 77
IMPLEMENTASI KURIKULUM MERDEKA SECARA TERBATAS berjumlah 19,76% dan sisanya sebanyak 0,3% dari capaian pembelajaran yang telah sama sekali belum menyusun KOS. Dilihat ditetapkan oleh kementerian pendidikan, dari jenjangnya, PAUD merupakan jenjang serta memuat karakteristik siswa yang terbanyak yang masih melakukan proses ada pada sekolah kami utamanya pada penyusunan. Tingginya satuan pendidikan yang mata pelajaran muatan lokal. Dalam sudah menyusun dokumen KOS menunjukan penyusunan kurikulum operasional kami bahwa adaptasi dalam perencanaan mengadakan rapat dengan guru-guru pembelajaran sudah terjadi meskipun belum di tiap tingkatan kelas dan kami juga sempurna. mengundang pengawas pembina, untuk memberikan saran dan masukan untuk Proses penyusunan KOS di tingkat satuan terhadap kurikulum operasional. Dalam pendidikan cukup beragam. Meskipun sejumlah kurikulum operasional kami memuat kepala sekolah dan guru telah mendapatkan beberapa hal seperti karakteristik siswa, pelatihan terkait Kurikulum Merdeka, namun di visi dan misi sekolah beban belajar serta sejumlah daerah penyusunan KOS dilakukan capaian pembelajaran dan modul ajar dengan beragam strategi. Di Kabupaten Kolaka, yang sementara di susun oleh guru-guru. Sulawesi Tengah penyusunan KOS diawali (UPT SDN 221 Inpres Labbumesang, dengan bimtek secara virtual yang diinisiasi Sulawesi Selatan) oleh P4TK. Bimtek tersebut ditujukan guna mendapatkan informasi yang lebih detail Selama penyusunan KOS, sekolah mulai sehingga sekolah lebih percaya diri dalam menerapkan prinsip demokrasi deliberatif menyusun kurikulum operasional. Namun yang melibatkan seluruh unsur dari mulai demikian, di sejumlah daerah lain penyusunan orang tua, guru, komite sekolah dan dinas KOS tanpa melibatkan P4TK melainkan melalui pendidikan (pengawas). Pelibatan seluruh diskusi di lingkup internal yang diinisiasi unsur ini memungkinkan sekolah menyusun langsung oleh kepala sekolah dan guru komite rencana pembelajaran tidak hanya berdasarkan pembelajaran. persepsi atau harapan yang mungkin timbul dari kepala sekolah atau sebagian guru saja Sekolah kami sudah menyusun kurikulum tetapi memungkinkan pembelajaran yang operasional yang sudah disahkan dan mengakomodir seluruh kalangan di satuan ditandatangani oleh kepala Dinas pendidikan. Dari hasil survei yang dilakukan, Pendidikan Kabupaten Takalar. Dalam 99% kepala sekolah terlibat dalam penyusunan penyusunan kurikulum operasional kami KOS, sebanyak 98% satuan pendidikan melibatkan semua guru tiap tingkatan melibatkan guru, dan 91% melibatkan komite kelas utamanya guru yang yang pernah sekolah, sebanyak 86% melibatkan pengawas. mengikuti Diklat komite pembelajaran. Sementara hanya 57% satuan pendidikan Dalam kurikulum operasional kami yang melibatkan orang tua dan 35% satuan mengambil acuan pendidikan yang melibatkan siswa dalam proses penyusunan KOS. 78
IMPLEMENTASI KURIKULUM MERDEKA SECARA TERBATAS Gambar 4.17. Persentase Guru Cara Menyusun Rencana Pembelajaran (n= 8.262) Sumber: PSKP, 2021 Persiapan implementasi Kurikulum Merdeka masukan dari orang tua siswa. Hal ini juga juga terlihat dari cara guru menyusun modul tampak dari hasil survei keterlibatan orang ajar. Sebagian besar guru melakukan proses tua pada jenjang PAUD keterlibatan orang tua adaptasi dengan mengadopsi modul dari mencapai 77,46% sementara pada jenjang SLB Kemendikbudristek kemudian disesuaikan sebanyak 64,29%. dengan konteks lokalnya. Hanya sedikit guru yang mengadopsi keseluruhan contoh modul Studi ini juga menunjukkan bahwa sebagian ajar untuk diterapkan di sekolah masing- besar guru-guru memanfaatkan hasil asesmen masing. Hal yang menarik adalah sebagian karakteristik siswa sebagai pertimbangan guru mulai berproses, mencoba mengasah utama dalam penyusunan modul ajar. Selain hal kreativitas dan nalar kritisnya dengan mencoba tersebut, pertimbangan guru dalam menyusun menyusun modul ajar sendiri. Pada jenjang pembelajaran dihasilkan dari diskusi dengan Dasmen, guru yang menyusun modul ajar berbagai guru, mempelajari contoh-contoh sendiri berada pada kisaran angka 15% yang diberikan dari platform guru berbagi, sementara pada PAUD dan SLB lebih tinggi dan sedikit diantaranya memperoleh inspirasi yaitu 21,99% dan 29,09%. Dari hasil wawancara, penyusunan modul pembelajaran dari RPP guru-guru PAUD dan SLB melakukan banyak sebelumnya. improvisasi berdasarkan kebutuhan dan KAJIAN AKADEMIK KURIKULUM UNTUK PEMULIHAN PEMBELAJARAN 79
IMPLEMENTASI KURIKULUM MERDEKA SECARA TERBATAS Gambar 4.18. Persentase Satuan Pendidikan yang Mengimplementasikan Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (n= 1.594) Sumber: PSKP, 2021 Sebagian besar sekolah juga telah mulai dapat dipahami oleh siswa. Keputusan terkait mempersiapkan pelaksanaan Proyek pengorganisasian pembelajaran merupakan Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5). Dalam hasil strategi guru untuk menerapkan konsep kurun waktu semester terakhir, sebagian besar dalam bidang studi yang akan diajarkan kepada satuan pendidikan sudah memiliki tim projek siswa. pengembangan. Namun demikian, baru sedikit sekolah yang telah mengembangkan modul projek. Di SLB misalnya, total sekolah yang sudah memiliki tim projek sebanyak 84%, sementara sekolah yang sudah menyusun projek baru sekitar 54%. Implementasi Pembelajaran Gambar 4.19. Presentase Kepala Sekolah Janjang Dasmen terkait Pilihan dalam Melakukan Pendekatan Salah satu fase penting dalam proses Pengorganisasian Pembelajaran di Sekolah (n=1.594) belajar mengajar adalah pengorganisasian pembelajaran. Saat ini sekolah memiliki Sumber: PSKP, 2021 cara-cara yang beragam dalam mengimplementasikan pengorganisasian Dalam menerapkan metode belajar, guru pembelajaran. Sebagian besar memang masih sudah mulai melakukan metode yang lebih melakukan pengorganisasian pembelajaran fleksibel. Cara-cara ini sangat berdampak berdasarkan mata pelajaran, naum cara- pada terciptanya suasana kelas yang cara kombinasi dan kolaborasi antar-mata menyenangkan. Menurut hasil studi pelajaran sudah mulai banyak dilakukan. Pengorganisasian pembelajaran di beberapa sekolah didasarkan oleh hasil refleksi guru atas kemampuannya agar materi yang disampaikan 80
IMPLEMENTASI KURIKULUM MERDEKA SECARA TERBATAS yang dilakukan oleh Reigeluth dan Merill yang menampilkan gambar yang menarik. (Munawaroh, 2017) cara guru mengajar Cara ini tampak efektif dalam mendorong sangat mempengaruhi hasil belajar siswa. antusiasme mereka untuk berpikir kritis Dalam studi tersebut menyebutkan metode mengenai gambar yang ada di bahan belajar yang menciptakan proses belajar ajar tersebut (Wawancara Guru Fitri, yang menyenangkan secara tidak langsung 20/09/2021). (PSKP, 2021). mempengaruhi hasil belajar siswa sehingga menghasilkan pembelajaran yang lebih Selain melalui metode yang fleksibel suasana bermakna. Hal ini sejalan dengan studi yang menyenangkan juga tampak pada etnografi yang dilakukan dalam program penerapan kegiatan Projek Penguatan sekolah penggerak: Profil Pelajar Pancasila (P5). P5 merupakan aktivitas pembelajaran yang bermakna untuk Sikap siswa dalam pembelajaran mewujudkan enam dimensi profil pelajar tergantung pada metode yang digunakan pancasila. Kegiatan ini sudah dilakukan oleh oleh guru. Siswa terlihat bersemangat sebagian besar sekolah. Sekolah biasanya ketika pembelajaran menggunakan memilih tema berdasarkan pada keinginan proyektor untuk menyajikan materi dan siswa dan potensi wilayahnya. Misalnya di melakukan pembelajaran di luar kelas PAUD Imanuel Manembo-nembo, P5 dilakukan dibanding di dalam kelas (Observasi dengan cara membuat abon ikan karena kota Kelas Guru Fitri, 11/09/2021). Ketika Bitung memiliki potensi ikan yang berlimpah. menggunakan metode ceramah, Hal ini juga menjadikan sekolah lebih mandiri siswa bagian depan semangat dalam dalam hal pendanaan (PSKP, 2021). Berbeda mendengarkan, namun siswa yang dengan PAUD Imanuel Manembo-nembo, duduk di bagian belakang terlihat bosan, di SMAN 1 Sikur, P5 memiliki program yang bermain dan bersenda gurau (Observasi disebut ‘SI ASIK SMANSIK (Pengolahan Kelas Guru Idris, 19/09/2021). Interaksi Sampah Holistik SMAN 1 Sikur). Kegiatan ini antar sesama siswa dalam pembelajaran dilakukan dengan mengolah sampah organik baik, dalam metode kelompok siswa menjadi pupuk. Setelah menjadi pupuk, berdiskusi satu sama lain, namun ada juga siswa melakukan proses pemanfaatan pupuk yang memilih mengerjakan tugas secara dengan melakukan penanaman di dalam pot. individu meskipun sedang bekerja dalam Proses pemanfaatan tersebut dilaksanakan kelompok. Ketika mengerjakan tugas di sebuah tempat khusus bernama ‘Green yang sifatnya individu untuk mengetahui House’ yakni tempat pembudidayaan tanaman. pemahaman siswa pada materi tertentu, Setelah pemanfaatan, siswa diarahkan untuk maka siswa mengerjakan soal secara mengemas hasil produk dengan membuat mandiri. Dalam pelaksanaan PSP ini, siswa desain penjualan berbasis komputer. Kegiatan terlihat tertarik dengan bahan ajar PSP ini merupakan kolaborasi antara guru IPA, IPS, IT dan Bahasa Indonesia. KAJIAN AKADEMIK KURIKULUM UNTUK PEMULIHAN PEMBELAJARAN 81
IMPLEMENTASI KURIKULUM MERDEKA SECARA TERBATAS Gambar 4.20. Persentase Sekolah Yang Sudah Mengimplementasikan Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila Berdasarkan Jenjan dan Status Wilayah (n= 1.713) Sumber: PSKP, 2021 Pembelajaran yang berpihak pada murid peserta didik. Asesmen diagnostik dapat juga ditandai dengan bagaimana guru membantu guru dalam memahami pengetahuan menerapkan assessment for learning, yaitu dan keterampilan siswa sebelum memulai proses penilaian siswa yang digunakan sebagai pembelajaran. Asesmen diagnostik biasanya acuan pembelajaran. Sebelum melakukan disebut assessment for learning karena tujuan pembelajaran, diharapkan guru melakukan utama dari asesmen ini akan dijadikan acuan asesmen diagnostik atau pra-penilaian pada dan tujuan pembelajaran bagi guru. Gambar 4.21. Persentase Guru yang Melakukan Asesmen Diagnostik Berdasarkan Jenjang dan Status Wilayah (n=8.262) Sumber: PSKP, 2021 82
IMPLEMENTASI KURIKULUM MERDEKA SECARA TERBATAS Pada sekolah penggerak hampir seluruh guru proses belajar guru berkeliling pada setiap sudah menggunakan asesmen diagnostik. kelompok untuk menyesuaikan. Sementara Kondisi ini merata di seluruh jenjang baik di cara yang lebih rumit dilakukan oleh SLB kawasan tertinggal maupun non tertinggal. Cicendo. (lihat box). Saat ini satuan pendidikan Secara nasional hanya 2,72% guru yang belum baru beradaptasi untuk menerapkan konsep menggunakan asesmen diagnostik untuk assessment for learning di semester pertama, pembelajaran. Pada dekade sebelumnya tentu saja hasilnya belum terlihat signifikan. asesmen diagnostik tidak terlalu populer Namun jika hal ini menjadi budaya baru, di di kalangan guru di Indonesia, padahal hal sejumlah negara assessment for learning ini cukup penting untuk menentukan arah telah teruji membantu siswa - terutama yang pembelajaran. Penggunaan asesmen diagnostik memiliki nilai rendah - untuk meningkatkan secara masif menunjukan adanya perubahan hasil belajarnya secara signifikan (Cambridge ke arah yang lebih positif. Guru akan semakin asesmen for education, 2021). Idealnya asemen memahami kebutuhan belajar siswa. formatif dan sumatif juga menjadi bahan refleksi bagi guru sehingga guru memiliki target dan Dalam studi etnografi, asesmen diagnostik penyesuain berbeda tergantung kepada dilakukan baik dengan cara sederhana kebutuhan siswanya. Adaptasi ini tentu tidak maupun cara-cara yang lebih kompleks. Cara dapat serta merta menjadi kebiasaan baru asesmen diagnostik yang relatif sederhana tetapi perlu pembiasaan dalam waktu yang dilakukan di SMAN 1 Sikur. Guru bertanya lama agar guru dapat lebih memaknai manfaat secara lisan kepada peserta didik, kemudian assessment for learning untuk meningkatkan guru mengelompokan murid berdasarkan kualitas proses pembelajaran. kemampuan dan cara belajarnya. Dalam Praktik Baik Asesmen Diagnostik SLBN Cicendo SLBN Cicendo merupakan sekolah luar biasa yang berada di kota Bandung. Sekolah berupaya menerapkan prinsip pembelajaran yang berfokus dan berorientasi pada kebutuhan siswa secara holistik terutama dalam mempersiapkan pembelajaran yang tepat untuk peserta didik berdasarkan hambatan yang dimiliki. Proses layanan pendidikan untuk anak di SLB dimulai dari penyelenggaraan asesmen yang komprehensif dan tidak terdapat di sekolah umum, meliputi asesmen perkembangan dan asesmen akademik. Asesmen perkembangan mencakup aspek kognitif, motorik, emosi sosial, komunikasi, serta riwayat ketunaan. Asesmen akademik meliputi kemampuan dalam beradaptasi dengan materi pembelajaran. Selanjutnya, sekolah melakukan tes Bera dan audiogram untuk mengetahui ambang batas kemampuan pendengaran anak kerjasama dengan Bandung Hearing Aid. Selain itu juga tes psikologi yang dilaksanakan atas kerjasama sekolah dengan Lembaga Psikologi. Keragaman siswa direspon dengan pelaksanaan asesmen yang komprehensif agar didapatkan informasi yang utuh, sehingga perancangan pembelajaran sesuai dengan kebutuhan anak. Berdasarkan hasil asesmen tersebut, maka lahirlah program KAJIAN AKADEMIK KURIKULUM UNTUK PEMULIHAN PEMBELAJARAN 83
IMPLEMENTASI KURIKULUM MERDEKA SECARA TERBATAS pembelajaran individual dimana guru mengembangkan pembelajaran berfokus kepada kebutuhan, hambatan, potensi, dan kemampuan siswa. Setelah didapatkan informasi yang lengkap tentang kondisi anak, guru merumuskan program dan aplikasi kurikulum yang tepat untuk anak dan menempatkan anak sesuai mental age dan kemampuannya. Dampak positif di lingkungan sekolah juga pelaksanaan kurikulum sekolah penggerak turut memberikan persepsi yang positif terutama dalam Projek Pengutaan Profil Pelajar pada kurikulum yang digunakan secara Pancasila, memberikan nuansa yang lebih terbatas. Sejumlah guru mengaku bahwa positif. Dalam berbagai mata pelajaran P5 kurikulum memberikan nuansa baru untuk mampu meningkatkan antusiasme guru dan meningkatkan kolaborasi antara sesama peserta didik dalam pembelajaran. Selain itu guru. Selain itu guru juga merasa bahwa kegiatan pembelajaran yang dilakukan secara kurikulum yang dilakukan sangat berpijak berkelompok dan tidak hanya di ruang kelas pada peserta didik dan merangsang kreativitas juga menjadi kebiasaan baru yang semakin dan keterampilan bernalar kritis. Dalam studi menguat di sekolah (PSKP, 2021). etnografi yang dilakukan oleh PSKP (2021), Gambar 4.22. Persepsi Guru terhadap Program Sekolah Penggerak (n=8.262) Sumber: PSKP, 2021 Selain berbagai capaian di atas, terdapat heran karena selama lebih dari tujuh dasawarsa sejumlah hambatan yang masih menjadi guru tidak diberikan kebebasan dalam kendala sekolah untuk mengimplementasikan implementasi pembelajaran melainkan menjadi kurikulum. Pemahaman yang belum utuh sangat bergantung kepada aturan-aturan yang menjadi bottle neck dalam menyelenggarakan sangat ketat (Pratiwi, Solihin dkk, 2019). Selain pembelajaran. Meskipun sudah dilatih pemahaman yang belum utuh, pembelajaran sebelumnya guru sering kali bingung apakah dengan Tatap Muka Terbatas (PTMT) menjadi yang telah diterapkan sudah sesuai dengan hambatan khususnya di wilayah non tertinggal. harapan kurikulum atau belum. Hal ini tidak Guru kesulitan mengimplementasikan 84
IMPLEMENTASI KURIKULUM MERDEKA SECARA TERBATAS pembelajaran bermakna di luar ruang kelas Dalam hasil wawancara kami, guru kesulitan dengan alokasi waktu yang minim dan tingginya dalam menyelesaikan berbagai modul karena kekhawatiran akan COVID-19. Sehingga ketiadaan listrik dan internet. Terbatasnya pembelajaran juga dirasakan guru kurang ruang kelas yang aman juga menjadi kendala optimal. Di sisi lain, pada kawasan tertinggal dalam pembelajaran masih dirasakan di wilayah kurangnya sarpras masih menjadi kendala. tertinggal. Gambar 4.23. Grafik Hambatan Implementasi Kurikulum (n=1.713) Sumber: PSKP, 2021 Agar pemahaman terhadap kurikulum lebih menyelenggarakan kurikulum yang berpihak utuh, sebagian guru baik di wilayah tertinggal kepada murid. Selain itu perangkat ajar dan maupun non-tertinggal mengharapkan dukungan orang tua juga menjadi salah adanya pendampingan yang cukup intensif satu yang dibutuhkan oleh sekolah untuk dari pelatih ahli. Hal ini cukup penting untuk memudahkan mereka mengimplementasikan memberikan fasilitator pada guru dalam pembelajaran. berbagi pengetahuan dan pengalaman dalam KAJIAN AKADEMIK KURIKULUM UNTUK PEMULIHAN PEMBELAJARAN 85
IMPLEMENTASI KURIKULUM MERDEKA SECARA TERBATAS Gambar 4.24. Grafik Dukungan Yang dibutuhkan Satuan Pendidikan (n=1.713) Sumber: PSKP, 2021 Praktik Adptasi Implementasi Kurikulum Kawasan Tertinggal SMP N 4 Poco Ranaka, Kab. Manggarai Timur, NTT SMP N 4 PocoRanaka berada di kawasan tertinggal yang rawan dengan ancaman bencana longsor. Sekolah ini terletak di Desa Watu Lanur, Kampung Adat Kedel, Kecamatan Poco Ranaka, Kabupaten Manggarai Timur. Letaknya yang berada di lereng perbukitan membuat lokasi gedung-gedung di sekolah ini tersebar dan tidak merata. SMP 4 Poco Ranakan memiliki sejumlah ruang kelas memprihatinkan, seperti plafon yang bolong serta meja dan kursi yang terbatas. Kondisi perpustakaan sebagai penunjang pembelajaran ternyata tidak jauh berbeda. Buku tidak tertata rapi karena keterbatasan rak buku. Selain itu, laboratorium tidak berfungsi karena tidak adanya perawatan. Instalasi listrik juga baru ada belum lama ini. Sejak sekolah terpilih menjadi sekolah Penggerak, kepala sekolah merasa bersyukur dan menjadikan cambuk untuk meningkatkan layanan sekolah. Kepala sekolah merangkul semua guru untuk bisa maju bersama-sama. Guru-guru juga merespon dengan positif. Mulanya guru mengeluhkan perubahan menuju Sekolah Penggerak. Mereka tampak kebingungan dengan implementasi modul ajar dan bagaimana menyiasati program digitalisasi sekolah. Namun proses adaptasi itu mengalami kemajuan. Sejak menjadi sekolah penggerak, para guru di SMPN 4 Poco Ranaka menjadi terbiasa hal-hal baru yang ditawarkan oleh program, pembelajaran yang lebih fleksibel dan media ajar yang lebih beragam proses kegiatan belajar mengajar dalam kurikulum PSP dianggap lebih menarik. Metode diskusi dan belajar di luar ruang kelas juga sering menjadi metode yang digunakan guru. Dalam prosesnya, siswa menjadi lebih antusias dan merasa 86
IMPLEMENTASI KURIKULUM MERDEKA SECARA TERBATAS lebih terlatih berpikir kritis dan berani mengemukakan pendapat dalam menanggapi permasalahan yang dihadirkan oleh guru untuk tugas kelompok. Hal yang paling menarik dalam kurikulum ini adalah pembelajaran berbasis projek. Projek Penguatasn Profil Pancasila yang pertama dipilih adalah kunjungan ke rumah adat Manggarai. Gagasan tersebut muncul karena dorongan sejumlah faktor yang pertama adalah karena kedekatan masyarakat manggarai dengan tokoh adat setempat yang kedua adalah dorongan melestarikan budaya setempat pada generasi muda sehingga menjadi pribadi yang bangga dengan identitas budayanya. Dua faktor tersebut akhirnya menjadi pertimbangan bersama dalam rapat guru saat menentukan tema P5. Projek pertama ini dilakukan melalui kolaborasi sejumlah guru PKn, guru Bahasa Indonesia, guru IPS, dan guru Seni Budaya. Tokoh adat dan masyarakat menyambut gembira gagasan tersebut, hal ini terlihat dari antusias masyarakat dan tokoh adat yang menjadi fasilitator untuk mengajarkan adat kepada siswa. Dalam prosesnya,siswa diminta untuk datang ke rumah adat kemudian tokoh adat akan menjelaskan terkait benda pusaka ataupun falsafah adat manggarai dan siswa diminta menuliskan kembali dengan bahasa Indonesia dan guru akan melakukan proses tanya jawab setelahnya. Selama projek dilakukan. siswa terlihat sangat antusias dalam belajar. Antusisme ini mendorong satuan untuk terus berkreasi menciptakan projek yang baru setiap sebulan. Semangat tersebut terlihat dalam diskusi dalam refleksi oleh guru sepulang sekolah. Dalam salah satu keputusan yang telah diambil, diputuskan target projek berikutnya yaitu: pada bulan Oktober akan dilakukan Projek Bulan Bahasa dan untuk bulan November, di bidang kewirausahaan yang bertemakan Bazaar Rakyat. (Studi Etnografi, PSKP, 2021) C. Implementasi Terbatas Pada Program SMK Pusat Keunggulan Sebagaimana evaluasi implementasi Kurikulum Kurikulum Merdeka di SMK dan persepsi Merdeka pada PSP, evaluasi implementasi kepala sekolah terhadap penerapan kurikulum kurikulum pada program SMK PK bertujuan tersebut. Evaluasi implementasi kurikulum pada untuk mendapatkan informasi tentang proses program SMK PK dilakukan melalui dua metode penerapan Kurikulum Merdeka di sekolah- yaitu metode survei dan wawancara singkat sekolah yang terpilih dalam program tersebut. pada satuan pendidikan terpilih. Evaluasi ini akan memotret penerapan KAJIAN AKADEMIK KURIKULUM UNTUK PEMULIHAN PEMBELAJARAN 87
IMPLEMENTASI KURIKULUM MERDEKA SECARA TERBATAS 1. Metode melalui jejaring dinas pendidikan provinsi dan group SMK- PK. Pengisian survei dilakukan Studi Implementasi kurikulum di SMK PK selama dua bulan yang menjaring data persepsi dilakukan oleh Pusat Standar dan Kebijakan terhadap kurikulum merdeka. Responden yang melalui studi wawancara singkat Penelitian mengisi survey sebesar 47% atau 421 SMK PK. dilakukan di 21 satuan pendidikan pada 3 Provinsi yaitu Provinsi Banten (wilayah Kota Dua langkah di atas menunjukkan bahwa Cilegon, Kab. Serang, dan Kab. Pandeglang), studi implementasi kurikulum secara Provinsi Jawa Barat (Kota Bandung), dan terbatas pada program SMK PK relatif lebih Provinsi Jawa Tengah (wilayah Kota Tegal, Kab. terbatas dibandingkan studi implementasi Tegal, dan Kab. Brebes). Evaluasi kurikulum ini PSP. Dibutuhkan proses studi yang lebih dilakukan melalui metode Diskusi Kelompok komprehensif untuk menghasilkan temuan Terpumpun (DKT) pada kepala sekolah dan yang konklusif. Namun, sebagaimana akan wakil kepala sekolah bidang kurikulum. Dalam dijelaskan kemudian. hasil wawancara studi juga dilakukan observasi singkat untuk dan survei yang dilakukan secara umum melihat keterlaksanaan SMK PK. menunjukkan satuan pendidikan telah memulai pelaksanaan Kurikulum Merdeka sangat Sementara pada metode survei pendalaman beragam. Di beberapa SMK, proses adaptasi lebih banyak ditekankan kepada persepsi kurikulum berlangsung relatif cepat, sementara kepala sekolah terhadap kurikulum SMK PK. di beberapa SMK yang lain, proses adaptasi Pertanyaan dikirimkan melalui instrumen yang berjalan lebih lambat. disebarkan kepada 901 satuan pendidikan yang merupakan populasi dari SMK PK. Survei dilakukan melalui metode online dan disebar 2. Temuan Studi adaptasi untuk menyempurnakan implementasi dari gagasan kurikulum merdeka (Joko, Proses penyebarluasan gagasan dimulai pada Ulumudin, Setiyawan,dkk, 2021). aktivitas IHT (in house training) yang dilakukan oleh Komite Pembelajaran di setiap satuan Sama seperti pada sekolah penggerak, secara pendidikan. Karena adaptasi dimulai dari kelas umum struktur Kurikulum Merdeka terbagi 10 maka komite pembelajaran merupakan menjadi dua aspek penting yaitu: (1) kegiatan guru pada tingkat kelas yang sama. Komite intrakurikuler berupa tatap muka dalam kelas; Pembelajaran memiliki tugas untuk melakukan (2) kegiatan projek penguatan profil pelajar diseminasi pada guru lain yang mengampu pancasila (P5). Pada kegiatan intrakurikuler, kelas 10. Proses adaptasi dimulai dengan pembelajaran di SMK PK menekankan pada membuat perangkat pembelajaran yang model pembelajaran berbasis projek serta sesuai dengan kaidah baru dengan konsep melakukan kolaborasi antar mata pelajaran “Merdeka Belajar” dan “Merdeka Mengajar. yang menarik dan inovatif. Dalam hal mengukur Meskipun kurikulum ini sudah dimulai namun satuan pendidikan masih membutuhkan proses 88
IMPLEMENTASI KURIKULUM MERDEKA SECARA TERBATAS hasil belajar siswa, SMK PK menggunakan tiga pembelajaran dirancang untuk mendorong asesmen yaitu asesmen diagnostik, formatif dan peserta didik agar lebih aktif, disiplin, kreatif, asesmen sumatif. percaya diri, dan tangguh, serta mandiri sesuai dengan Profil lulusan SMK yang memiliki Dalam masa adaptasi, sekolah menilai bahwa kepribadian sesuai dengan nilai-nilai “Generasi Kurikulum Merdeka pada SMK PK merupakan Yang Berprestasi dan Berakhlak Mulia”. kurikulum lanjutan yang secara operasional dikembangkan secara mandiri oleh satuan Dalam SMPK PK, Pelaksanaan Asesmen hasil pendidikan dengan melakukan berbagai belajar siswa ditekankan kepada capaian penyesuaian sesuai dengan konteks satuan keterampilan non-teknis (soft skills), karakter, pendidikan dan sumber daya yang tersedia. dan kesiapan kerja serta keterampilan teknis Sebagian besar SMK PK telah menggunakan (hard skills) yang sesuai dengan kebutuhan Kurikulum Merdeka untuk kelas X, sebagian industri. Implementasi Asesmen SMK PK SMK juga menggunakan dua dokumen yaitu dilakukan dalam proses pembelajaran pada dokumen Kurikulum Operasional Satuan (KOS) kegiatan harian, tengah semester dan akhir Pendidikan yang mengacu pada spektrum semester. Sama seperti program sekolah keahlian dan struktur kurikulum paradigma baru penggerak, asesmen pada SMK PK berfungsi bagi peserta didik di kelas X, dan dokumen sebagai asemen for learning. Penilaian hasil Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) belajar dilakukan lebih komprehensif yaitu yang mengacu pada spektrum keahlian dan menilai sikap, pengetahuan dan keterampilan. struktur kurikulum 2013 revisi Tahun 2018 bagi Dari ketiga penilaian akhirnya digabungkan peserta didik kelas XI, XII, dan XIII. Pada SMK untuk memperoleh nilai akhir semester, dimana PK baik KOS maupun KTSP dikembangkan pada nilai raport tersebut terdiri dari nilai sikap, dengan memperhatikan masukan sesuai pengetahuan dan keterampilan. kompetensi yang diharapkan DU/DI. Saat ini dokumen KOS telah dijadikan pedoman/ acuan Asesmen hasil belajar diarahkan pada dalam melaksanakan proses pembelajaran pencapaian keterampilan softskill dalam bentuk yang bermuara pada perwujudan pelajar yang pengamatan/observasi langsung guru mata sesuai dengan profil pelajar Pancasila, dan pelajaran saat proses pembelajaran dengan dikembangkan sesuai kebutuhan dan konteks instrumen observasi dan rubrik penilaian. Nilai- sekolah. nilai yang diangkat dalam parameter penilaian adalah Profil Pelajar Pancasila dan Karakter Pada sejumlah SMK, Kurikulum Merdeka tidak Kerja. Untuk asesmen hardskill dilakukan dalam hanya diimplementasikan di kelas X tetapi bentuk unjuk kerja/uji praktik/project melalui juga telah diimplementasikan di kelas XI lembar kerja peserta didik atau jobsheet yang dan XII dengan mengintegrasikan sejumlah disertai rubrik penilaiannya, mengacu budaya indikator capaian pembelajaran dan RPP industri serta aspek teknis berupa hardskill dengan menyusun berbagai kolaborasi dari dengan dilakukannya Uji sertifikasi siswa sesuai beberapa model pembelajaran. Implementasi standar DU/DI melalui LSP-P1/LSP-P3 dan program ini dilakukan satuan pendidikan Sertifikasi yang relevan lainnya. untuk meningkatkan kompetensi, karakter, dan budaya kerja siswa SMK. Kurikulum dan proses KAJIAN AKADEMIK KURIKULUM UNTUK PEMULIHAN PEMBELAJARAN 89
IMPLEMENTASI KURIKULUM MERDEKA SECARA TERBATAS Pada asesmen akhir dilakukan bersama-sama melalui aktivitas asesmen formatif dan asesmen dengan pihak DU/DI sehingga pengguna sumatif. lulusan diberi kesempatan untuk menguji peserta didik, jika ditemukan kompetensi yang Sebanyak 99% responden menyatakan belum memenuhi standar minimal industri maka setuju bahwa kurikulum merdeka yang peserta didik diberikan kesempatan satu kali dilaksanakan di sekolah dapat menjawab dalam uji kompetensi berikutnya. Sementara kebutuhan masa depan siswa. Sebesar 99% asesmen hasil belajar yang berkaitan dengan responden menyatakan setuju bahwa dengan keterampilan non teknis/soft skill dilakukan oleh adanya kurikulum merdeka, guru memiliki guru melalui metode observasi baik selama kemerdekaan belajar dalam menentukan materi pembelajaran di luar proses pembelajaran, ajar sesuai dengan kebutuhan pasar kerja. sedangkan asesmen yang berkaitan dengan keterampilan teknis/hard skill yang diperoleh Gambar 4.25. Persepsi Guru bahwa Kurikulum Merdeka Menjawab kebutuhan murid (kiri) dan Persepsi Bahwa Kurikulum Merdeka Guru memiliki Kemerdekaan Mengajar (kanan) n= 421 Sumber: Direktorat SMK Persepsi positif di atas sejalan dengan semakin kompetensi keahlian bagi siswa, 66% SMK PK beragamnya metode pembelajaran yang telah melaksanakan program teaching factory digunakan di SMK PK. Survei yang dilakukan dengan dunia kerja, dan 67,53% SMK PK telah oleh Direktorat vokasi menunjukkan 87.35% melakukan project based learning bersama SMK PK telah melakukan program magang dunia kerja. D. Kesimpulan segi kondisi geografi, kurikulum ini juga dapat diimplementasikan oleh sekolah yang berada Kurikulum Merdeka telah diimplementasikan di kawasan tertinggal maupun di perkotaan. secara terbatas pada Program Sekolah Temuan dari studi menunjukan sejumlah Penggerak dan SMK Pusat Keunggulan. praktik baik terjadi baik di sekolah dengan Implementasi terbatas tersebut telah menyasar sarana dan prasarana memadai maupun di berbagai jenjang, seperti: SLB, PAUD, SD, SMP, SMA, dan SMK baik swasta maupun negeri. Dari 90
IMPLEMENTASI KURIKULUM MERDEKA SECARA TERBATAS sekolah yang memiliki sejumlah keterbatasan. kurikulum memberikan ruang bagi guru untuk Dalam praktik baik yang dilakukan oleh satuan memberikan pembelajaran yang kontekstual pendidikan, Kurikulum Merdeka mendorong yang berpihak pada murid. Kurikulum yang guru untuk senantiasa memberikan strategi fleksibel dan mengasah kreativitas dapat pembelajaran yang berpihak kepada peserta meningkatkan hasil belajar siswa. Kedepan didik. Pada dasarnya tidak ada kurikulum yang kurikulum ini juga dapat menjawab tantangan sesuai dengan kebutuhan semua guru dan zaman yang terus berkembang karena peserta didik di Indonesia. Namun, fleksibilitas guru dapat fleksibel mengubah strategi dalam hal mengajar dan mengembangkan pembelajaran sesuai dengan kebutuhan siswa strategi pembelajaran yang terdapat dalam dan perkembangan zaman. KAJIAN AKADEMIK KURIKULUM UNTUK PEMULIHAN PEMBELAJARAN 91
05 Rancangan Implementasi Kurikulum Merdeka Pada bab ini diuraikan mengenai rekomendasi Bab 3 menjelaskan rancangan Kurikulum untuk mengimplementasikan Kurikulum Merdeka dan disampaikan bahwa pemerintah Merdeka di satuan pendidikan di Indonesia pusat hanya menetapkan kompetensi yang dalam rangka pemulihan pembelajaran. Para dituju (Capaian Pembelajaran) dan struktur pemangku kepentingan terkait perlu memahami dasar kurikulum yang relatif longgar. Dengan dan menyadari bahwa perubahan kurikulum demikian, satuan pendidikan memiliki merupakan suatu proses besar yang kompleks, keleluasaan untuk mengembangkan kurikulum. dan memiliki beberapa tantangan dari berbagai Desain kurikulum yang memberikan fleksibilitas aspek seperti kompetensi guru, situasi dan tersebut juga perlu diikuti dengan implementasi konteks lokal, serta pengaruh dari kebijakan- yang memberikan fleksibilitas kepada satuan kebijakan lainnya yang terkait pendidikan. pendidikan. Oleh karena itu itu Bab 5 ini Proses pemaknaan kebijakan dan kemampuan menjelaskan kerangka berpikir yang melandasi adaptasi dari berbagai pemangku kepentingan strategi implementasi Kurikulum Merdeka terkait menjadi aspek kunci untuk menyiapkan untuk memulihkan pembelajaran dengan implementasi Kurikulum Merdeka secara struktur sebagai berikut. Bagian A menjelaskan efektif, yaitu implementasi yang memberikan kerangka teori implementasi yang diadaptasi dampak positif terhadap hasil belajar dari teori sistem ekologi yang dicetuskan oleh peserta didik. Untuk itu, Kemendikbudristek Bronfenbrenner dan disesuaikan oleh OECD memberikan pilihan bagi satuan pendidikan (2020) untuk menjelaskan faktor-faktor yang untuk menggunakan kurikulum yang sesuai berkaitan dan mempengaruhi implementasi dengan kondisi dan kesiapan masing-masing kurikulum. Model sistem ekologi tersebut satuan pendidikan itu sendiri. Adapun membantu dalam menganalisis tantangan tiga pilihan kurikulum yang disiapkan oleh implementasi kurikulum dari berbagai level Kemendikbudristek dalam rangka pemulihan sistem serta dalam mengidentifikasi peran pembelajaran meliputi Kurikulum 2013 (secara masing-masing aktor dari level yang berbeda, penuh), Kurikulum Darurat (Kurikulum 2013 yang dapat mendukung proses implementasi yang disederhanakan), dan Kurikulum Merdeka. kurikulum. Bersamaan dengan diluncurkannya kebijakan pemulihan pembelajaran ini, Kemendikbudristek Dalam Bagian A juga disampaikan teori juga menyediakan sistem informasi tentang proses pemaknaan (sensemaking) kebijakan kurikulum-kurikulum di atas dan sebuah pendidikan (Spillane, 2014) yang dipengaruhi platform bernama Platform Merdeka Mengajar faktor internal individu, faktor situasi dan sebagai dukungan untuk membantu satuan konteks lokal, serta faktor dukungan yang pendidikan memahami kebijakan ini. didapat oleh pendidik dan satuan pendidikan 92
RANCANGAN IMPLEMENTASI KURIKULUM MERDEKA untuk mengimplementasikan kurikulum. sesuai dengan tahap kesiapan masing-masing Selanjutnya bagian B menjelaskan konteks tanpa harus mengimplementasikannya secara pandemi COVID-19 yang menambah seragam, dan (3) dukungan implementasi kompleksitas implementasi kurikulum. diberikan sesuai kebutuhan satuan pendidikan Konteks ini penting sekali untuk disadari, dan pendidik. Dalam masa pemulihan mengingat implementasi Kurikulum Merdeka pembelajaran akan dilaksanakan monitoring, dilakukan pada masa yang tidak “normal”. evaluasi dan perbaikan terhadap implementasi Setelah itu Bagian C menjelaskan strategi kebijakan terkait beserta komponen- kunci untuk implementasi Kurikulum Merdeka komponennya. Hasil dari proses monitoring berdasarkan kerangka teori dan konteks saat dan evaluasi (monev) kemudian akan menjadi ini, dan dengan merujuk pula pada prinsip- bahan pertimbangan untuk penetapan prinsip perancangan kurikulum yang telah kebijakan pendidikan nasional di masa disampaikan pada Bab 3 Kajian Akademik mendatang. Namun demikian, monev juga ini. Ada tiga prinsip yang melandasi strategi dilakukan untuk membantu satuan pendidikan implementasi kurikulum, yaitu: (1) Kurikulum bergerak dari tahap implementasi satu ke tahap Merdeka merupakan pilihan, sehingga tidak berikutnya, sehingga implementasi benar-benar ada kewajiban untuk satuan pendidikan menjadi bagian dari perbaikan terus menerus mengimplementasikannya sebagai upaya (continuous improvement). pemulihan pembelajaran, (2) Implementasi kurikulum adalah proses belajar untuk satuan pendidikan dan pendidik, sehingga perlu A. Kerangka Teori Implementasi Kurikulum Implementasi perubahan kebijakan memperhatikan kompleksitas implementasinya pendidikan, termasuk kurikulum, adalah di tingkat lokal, yaitu di tingkat daerah, satuan suatu proses yang kompleks. Perancang pendidikan, dan di kelas. kebijakan perlu memperhatikan kompleksitas karena keberhasilan suatu kurikulum tidak Spillane (2004) menggunakan analogi hanya ditentukan oleh desain kurikulum permainan “pesan berantai” untuk menjelaskan tersebut tetapi juga oleh pengelolaan proses implementasi kebijakan dari pemerintah perubahan (change management) serta pusat hingga ke guru. Pemain di ujung strategi yang digunakan untuk mendukung kiri membisikkan pesan kepada orang di satuan pendidikan dan pendidik sebelahnya, dan kemudian orang ke-2 tersebut mengimplementasikannya. Menurut Stephen melanjutkan ke orang ke-3, dan seterusnya Ball dan rekan-rekan (2012), perubahan- hingga mencapai orang terakhir. Pemenang dari perubahan kebijakan termasuk kurikulum permainan beregu ini adalah kelompok yang seringkali tidak menghasilkan perubahan dapat menghantarkan pesan dengan deviasi nyata di ruang-ruang kelas di satuan atau penyimpangan isi yang paling sedikit. pendidikan karena pembuat kebijakan tidak Akan tetapi, dalam implementasi kebijakan di satuan pendidikan, permainan pesan berantai KAJIAN AKADEMIK KURIKULUM UNTUK PEMULIHAN PEMBELAJARAN 93
RANCANGAN IMPLEMENTASI KURIKULUM MERDEKA ini lebih rumit. Satuan pendidikan dan pendidik Dalam kajiannya tentang bagaimana sekolah- sebagai orang ke-3 dari permainan tadi juga sekolah di Amerika Serikat merespon reformasi menerima pesan dari pihak lain, tidak hanya kebijakan, Anthony Bryk dan rekan-rekan dari orang pertama (pemerintah pusat). Pesan- (2015) menyimpulkan bahwa implementasi pesan itu datang dari pemerintah daerah, orang kebijakan dalam konteks yang berbeda akan tua murid, masyarakat, bahkan juga peserta selalu menimbulkan reaksi dan respon yang didik. Mereka menyampaikan harapan, keluhan, berbeda. Hal ini terjadi sebagai dampak dari dan pandangan yang mengharapkan satuan interaksi antara kebijakan yang datang dari pendidikan untuk menyesuaikan kebijakan luar sekolah dengan kebijakan, praktik, tradisi, dengan kebutuhan mereka. Inilah salah satu dan budaya yang sudah berjalan di sekolah. analogi yang digunakan untuk menjelaskan Proses adaptasi kebijakan seringkali akan kompleksitas implementasi kurikulum. menimbulkan konflik dan masalah baru di satuan pendidikan, dan hal ini pada hakikatnya Menurut pengamatan Stephen Ball dan adalah bagian dari proses belajar (Bryk et al., rekan-rekan (2012), seringkali masalah 2015). Namun demikian, pemerintah sebaiknya implementasi diselesaikan melalui pembuatan tidak membiarkan satuan pendidikan sendiri kebijakan baru tanpa mengubah strategi melewati proses belajar yang penuh dinamika implementasinya secara signifikan. Hal ini tersebut. Sebaliknya, dukungan harus terus dilakukan karena pembuat kebijakan berasumsi diberikan agar proses yang terjadi di satuan bahwa rancangan kebijakan sedemikian pendidikan tersebut menghasilkan luaran yang kuat pengaruhnya untuk mengelola perilaku diharapkan, yaitu implementasi kebijakan yang guru yang menerapkan kebijakan tersebut, secara nyata berdampak positif pada kualitas tanpa peduli bagaimana kebijakan tersebut pembelajaran. diperkenalkan dan dikelola implementasinya. Kegagalan kebijakan membuat perubahan di Dinamika dan problem baru yang muncul akibat satuan pendidikan dianggap sebagai kegagalan diperkenalkan dan diimplementasikannya desain, bukan kegagalan implementasi. kebijakan baru pun berbeda-beda sesuai Sementara menurut Taylor (1997 cit. Ball et al., konteks satuan pendidikan masing-masing. 2012), respon tersebut juga dilakukan karena Di saat yang sama, dukungan untuk pemerintah merasa bahwa membuat kebijakan melancarkan proses implementasi juga adalah hal yang paling memungkinkan dibutuhkan dari berbagai pihak atau pemangku untuk dilakukan di bawah kendali mereka, kepentingan dalam sistem pendidikan. Untuk sementara hal-hal yang terjadi di akar rumput memahami konteks serta dukungan dari berada di luar kendali mereka. Hal ini lah yang pemangku kepentingan yang dimaksud, mendorong apa yang disebut “the more things pendekatan sistem ekologi digunakan untuk change, the more they remain the same” memvisualisasikannya. Bagian 1.1 menjelaskan (semakin banyak perubahan, semakin banyak kerangka teori sistem ekologi di area yang sama saja) (Wilcox et al., 2017). Karena implementasi kebijakan. perubahan terus dilakukan namun strategi implementasi yang justru menjadi problemnya tidak pernah diselesaikan. 94
RANCANGAN IMPLEMENTASI KURIKULUM MERDEKA 1. Pendekatan Sistem Ekologi Gambar 5.26. Pendekatan Sistem Ekologi Untuk Implementasi Kurikulum (OECD, 2020) Implementasi kebijakan pendidikan sering dianggap sebagai suatu proses linear satu arah, Gambar 5.1 memperlihatkan lapisan-lapisan yaitu top-down (pemerintah pusat memberikan sistem yang memberikan pengaruh langsung arahan kepada daerah, satuan pendidikan, dan maupun tidak langsung terhadap keberhasilan kemudian kepada pendidik) ataupun bottom- implementasi kurikulum untuk mencapai tujuan up (pendidik melakukan inisiatif perubahan utamanya, yaitu pengembangan karakter dan yang kemudian ditingkatkan skalanya hingga kompetensi peserta didik secara optimal. berujung pada perubahan kebijakan di tingkat Dalam gambar tersebut, peserta didik menjadi pusat). Pakar (Ball et al., 2012; Bjork, 2016; Bryk pusat (center) dari kebijakan kurikulum karena et al., 2015; Viennet & Pont, 2017) mengkritik sejatinya seluruh kebijakan pendidikan pandangan tersebut, dan berpendapat bahwa mengarah pada keberhasilan peserta didik. implementasi kebijakan adalah interaksi proses Prinsip berpusat pada peserta didik ini yang kompleks antara kebijakan dari pusat, digunakan baik dalam perancangan desain respon dari akar rumput (satuan pendidikan), kurikulum dan juga implementasinya. serta dinamika yang berlangsung sebagai reaksi dari masyarakat, tokoh politik, dan orang Mikrosistem. Terletak pada lapisan kedua, tua yang diamplifikasi oleh saluran-saluran mikrosistem adalah hal-hal yang paling media. berkaitan langsung dengan pembelajaran peserta didik. Terkait kurikulum, mikrosistem Oleh karena implementasi perubahan kurikulum adalah interaksi antara peserta didik, merupakan proses yang dinamis, non-linear, pendidik, dan materi pelajaran. Faktor dan dipengaruhi oleh banyak pemangku individu pendidik, yaitu kompetensinya, nilai- kepentingan. OECD (2020) mengembangkan nilai serta keyakinannya, serta pengalaman model sistem ekologi untuk memahami pihak-pihak yang turut berpengaruh dalam keberhasilan implementasi perubahan kurikulum serta interaksi antar pemangku kepentingan di berbagai level. Model ini diadaptasi dari teori Bronfenbrenner tentang pengaruh lingkungan sosial yang saling berkaitan terhadap perkembangan individu. Model sistem ekologi untuk menjelaskan implementasi kurikulum digambarkan sebagaimana diperlihatkan dalam Gambar 5.1 berikut ini. KAJIAN AKADEMIK KURIKULUM UNTUK PEMULIHAN PEMBELAJARAN 95
RANCANGAN IMPLEMENTASI KURIKULUM MERDEKA personalnya pun termasuk dalam mikrosistem. Wilcox et al., 2017). Budaya ini biasanya juga Kapasitas ini akan mempengaruhi bagaimana ditunjukkan dengan kuatnya kolaborasi antar pendidik mengimplementasikan kurikulum di guru dan kemampuan mereka bekerja sebagai kelasnya. Termasuk juga dalam mikrosistem tim yang juga menjadi faktor pendorong adalah praktik yang dilakukan guru serta implementasi kurikulum (Cheung & Wong, proses yang berlangsung dalam kegiatan 2012; OECD, 2019). Yang juga berdampak belajar intrakurikuler dan projek penguatan positif pada implementasi inovasi pendidikan profil pelajar Pancasila. Interaksi antara guru di satuan pendidikan adalah keterbukaan dan dengan siswa dan antar siswa di kelas juga rasa percaya antara pendidik dengan orang tua menjadi faktor yang mempengaruhi perubahan (Mapp & Kuttner, 2013). pendekatan pembelajaran ketika kurikulum baru diimplementasikan. Sebagai contoh, dalam Eksosistem. Sistem yang lebih luar, yaitu suasana kelas di mana guru menempatkan diri eksosistem, adalah representasi dari sebagai sumber ilmu pengetahuan dan siswa pemerintah daerah dan pemerintah pusat serta adalah konsumen ilmu pengetahuan tersebut, kebijakan-kebijakan pendidikan yang secara pembelajaran yang mendorong nalar kritis dan langsung berpengaruh pada implementasi kreatif akan sulit terbangun (Sahlberg, 2020). kurikulum, dan dalam konteks Indonesia adalah Standar Nasional Pendidikan (SNP) khususnya Mesosistem. Lapisan pengaruh berikutnya Standar Kompetensi Lulusan, Standar Isi, adalah mesistem, yaitu aspek-aspek kolektif Standar Proses, dan Standar Penilaian. dalam satuan pendidikan. Mesosistem ini Keempat standar tersebut menjadi rujukan menjadi perhatian banyak pakar dalam kajian dalam perancangan kurikulum, sebagaimana implementasi kurikulum (misalnya Ball et al., yang dijelaskan dalam Bab 3. Contoh lain 2012; Bryk et al., 2015; Wilcox et al,, 2017). kebijakan yang perlu selaras (aligned) dengan Kesiapan sekolah untuk berinovasi salah implementasi kurikulum antara lain adalah satunya ditentukan oleh kepemimpinan yang tentang beban kerja guru yang mungkin efektif di mana kepala sekolah serta jajarannya berubah sebagai akibat dari perubahan membangun budaya belajar di kalangan struktur kurikulum, penggunaan dana bantuan guru-guru dan berbagai strategi digunakan operasional sekolah (BOS) yang perlu selaras untuk mentransformasi pembelajaran di kelas. dengan kegiatan pembelajaran intrakurikuler Kepemimpinan yang menguatkan pembelajaran dan projek penguatan profil pelajar Pancasila, di kalangan guru akan menimbulkan rasa termasuk juga penerimaan peserta didik aman untuk mencoba berinovasi dan baru yang perlu berubah sebagai akibat mengimplementasikan kurikulum baru (Bryk et perubahan struktur kurikulum di SMA/MA. al., 2015; OECD, 2019; Wilcox et al., 2017). Apabila kebijakan-kebijakan ini tidak selaras dengan arah kebijakan Kurikulum Merdeka, Faktor mesosistem lain yang juga penting maka implementasi kurikulum juga akan adalah komunikasi dan budaya kerja di satuan terhambat atau tidak sesuai dengan tujuan pendidikan. Budaya kerja yang terbuka, saling yang diharapkan. percaya, serta kolaborasi antar pendidik yang kuat, misalnya, dinilai penting dalam Termasuk juga dalam eksosistem adalah implementasi kurikulum (Bryk et al., 2015; peran masyarakat termasuk universitas, 96
RANCANGAN IMPLEMENTASI KURIKULUM MERDEKA organisasi non-profit, industri, serta pihak- muatan dan proses belajar, salah satunya pihak yang mendampingi pemerintah baik melalui unit pelajaran yang terintegrasi. Dengan di tingkat pusat maupun daerah. Mereka pengurangan beban belajar harapannya berperan dalam memberikan dukungan melalui tingkat kelelahan baik fisik maupun mental peningkatan kapasitas guru serta dukungan anak-anak muda di Jepang dapat menurun. bentuk lainnya seperti sarana dan prasarana Namun demikian perubahan ini tidak selaras pembelajaran yang kemudian mempengaruhi dengan paradigma pemangku kepentingan proses pembelajaran dan implementasi yang utama, yaitu orang tua bahkan juga kurikulum di satuan pendidikan. Organisasi- guru. Bagi guru dan juga orang tua, hal yang organisasi ini juga ada yang berperan sebagai paling utama dalam pendidikan menengah, perantara (intermediary) antara institusi sekolah terutama jenjang SMA, adalah kompetensi dengan keluarga yang menjadi penting yang dibutuhkan untuk dapat bersaing masuk untuk membangun pemahaman yang sama perguruan tinggi yang terbaik. Oleh karena itu, antara orang tua dan guru tentang perubahan kebijakan yang meringankan beban belajar kurikulum dan implikasinya terhadap siswa tersebut justru dianggap kontraproduktif. pembelajaran peserta didik (Lopez et al., 2005). Ketidakselarasan antara kebijakan kurikulum dengan paradigma merupakan tantangan Makrosistem. Sebagai bagian terluar makrosistem dalam perubahan kurikulum. dalam sistem berlapis dari model ekologi, makrosistem adalah ideologi budaya dan sosial Kronosistem. Dalam konteks implementasi serta keyakinan yang mempengaruhi sistem kurikulum, kronosistem berkaitan dengan pendidikan, proses pembelajaran, dan juga konteks waktu (OECD, 2019). Waktu lingkungan belajar peserta didik. Pandangan adalah hal yang sangat esensial dalam masyarakat tentang peran pendidikan serta melakukan perubahan kurikulum karena diskursus publik yang dominan tentang guru membutuhkan waktu untuk memproses pendidikan yang ideal dapat mempengaruhi perubahan yang disampaikan pada mereka. proses pemaknaan kurikulum di satuan Tanpa adanya waktu yang mencukupi, guru- pendidikan. Sebagai contoh, keselarasan antara guru merasa frustasi dan menolak perubahan paradigma guru, orang tua, dan masyarakat (Cheung & Wong, 2012; Wilcox et al., 2017). tentang kemampuan apa yang penting Untuk membangun rasa percaya diri dan untuk dikembangkan peserta didik akan rasa nyaman untuk mengimplementasikan mempengaruhi keberlangsungan kebijakan perubahan, waktu adalah aset yang perlu kurikulum baru (Bjork, 2016). dimanfaatkan secara strategis oleh pembuat kebijakan (Tikkanen et al., 2017). Dalam studinya tentang relaksasi kebijakan kurikulum di Jepang, Bjork (2016) menemukan Setiap lapis sistem memberikan pengaruh baik bahwa kebijakan yang sebenarnya secara langsung maupun tidak langsung serta ditujukan untuk penguatan kompetensi dan berinteraksi satu sama lain dan mempengaruhi kesejahteraan (well-being) generasi muda implementasi kurikulum. Waktu juga tidak selaras dengan paradigma pemangku mempengaruhi hubungan atau interaksi dalam kepentingan tersebut tentang pendidikan. sistem dan antara sistem yang makro dengan Kurikulum tersebut dirancang untuk merelaksasi yang lebih mikro. Misalnya, implementasi KAJIAN AKADEMIK KURIKULUM UNTUK PEMULIHAN PEMBELAJARAN 97
RANCANGAN IMPLEMENTASI KURIKULUM MERDEKA kurikulum dapat dipengaruhi oleh konteks komprehensif, tidak hanya menargetkan proses pandemi COVID-19 sehingga setelah pandemi yang berkaitan langsung dengan pembelajaran berakhir, moda pembelajaran dan interaksi di kelas. Menggunakan perspektif sistem antara guru dan siswa berubah. Implementasi ekologi ini, perancang kurikulum dapat kurikulum juga mungkin berubah. Oleh karena memahami faktor-faktor yang mempengaruhi itu, penting untuk menyertakan konteks waktu pemahaman, penerimaan, serta keputusan dalam strategi dan analisis implementasi pendidik dan juga pimpinan satuan pendidikan kurikulum dari waktu ke waktu. dalam merespon kebijakan baru yang perlu mereka implementasikan. Proses ini dikenal Pendekatan sistem ekologi untuk implementasi sebagai sense-making process atau proses kurikulum (OECD, 2020) berguna untuk pemaknaan kebijakan (Spillane, 2004). mengidentifikasi masalah implementasi serta menentukan strategi implementasi yang lebih 2. Proses Pemaknaan Kurikulum tersebut pun terus berdinamika dari waktu ke waktu atau yang disebut dengan pengaruh dari Pakar sepakat bahwa guru adalah pusat kronosistem dalam pendekatan sistem ekologi dari implementasi perubahan kurikulum, (Gambar 5.1). sebagaimana siswa adalah pusat dari proses pembelajaran (Kneen et al., 2021; Spillane et al., Spillane dan rekan-rekan (2002) 2002). Ketetapan, peraturan, serta dokumen mengembangkan kerangka teori untuk kebijakan lainnya yang dikeluarkan oleh memahami proses pemaknaan (sensemaking) pemerintah akan melewati proses pemaknaan yang dilakukan oleh para pelaku kebijakan oleh satuan pendidikan dan pendidik (Ball, di tingkat lokal. Menurut mereka, ada tiga 2005). Kompleksitas proses implementasi di pengaruh terhadap pemaknaan kebijakan, tingkat satuan pendidikan terjadi sejak para yaitu: (1) interpretasi yang dilakukan setiap pelaku kebijakan di tingkat lokal (guru, kepala individu (individual cognition) yang terjadi sekolah, pemerintah daerah) menginterpretasi ketika individu mempelajari kebijakan atau memaknai kebijakan (Spillane et al., 2002). dengan dipengaruhi oleh pengetahuannya, Proses pemaknaan (sensemaking) kebijakan pengalaman, nilai-nilai, serta keyakinannya menjadi semakin kompleks dengan adanya tentang tujuan pendidikan, makna perdebatan, kesepakatan, dan kompromi pembelajaran, serta peran mereka sebagai antar berbagai pihak baik di dalam satuan pendidik; (2) interpretasi yang dilakukan karena pendidikan maupun antara satuan pendidikan pengaruh situasi (situated cognition) atau dengan pemerintah daerah dan/atau pusat interaksi individu dengan situasi di sekitarnya, dan juga antara pemerintah dan masyarakat. sesuai dengan konteks tempat ia bekerja; Oleh karena itu, satu kebijakan pendidikan dan (3) peran representasi pembuat kebijakan dari pusat sebenarnya tidak pernah tunggal, yang membantu dalam proses interpretasi, melainkan melahirkan kebijakan-kebijakan yang memfasilitasi proses pemahaman kebijakan beragam karena adanya proses interpretasi dan negosiasi tersebut (Ball, 2005). Satu kebijakan 98
RANCANGAN IMPLEMENTASI KURIKULUM MERDEKA tersebut. Termasuk dalam representasi tersebut terpengaruh oleh pandangan tersebut adalah pelatihan dan peran pemerintah daerah atau khawatir akan kehilangan legitimasi dalam mendampingi proses implementasi publik apabila mereka tetap melaksanakan kebijakan. Kerangka Spillane dan rekan-rekan arahan pemerintah untuk mengimplementasi ini selaras dengan kerangka teori sistem kurikulum (Ball et al., 2012). Ketika memaknai ekologi (OECD, 2020) yang membagi faktor suatu kebijakan, pendidik tidak semata-mata pengaruh implementasi kurikulum menjadi menggunakan kognisinya atau pemahaman beberapa lapisan (lihat Gambar 5.1). pribadinya tentang isi kebijakan tersebut. Mereka juga mempertimbangkan lingkungan Kerangka tentang proses pemaknaan kebijakan di sekitarnya serta situasi yang kompleks dan oleh guru tersebut setidaknya menunjukkan dinamis yang harus mereka hadapi setiap hari dua hal besar. Pertama, guru adalah pihak yang (Lipsky, 1981; Wilcox et al., 2017). memiliki kuasa atau kendali (agency). Dengan kendalinya tersebut, secara aktif mereka Guru dengan kuasa (agency) yang dimilikinya dapat memaknai dan mengambil keputusan menjadikan mereka sebagai birokrat akar bagaimana kebijakan yang sampai di tangan rumput (street-level bureaucrats) (Lipsky, 1980). mereka akan direspon. Mereka memiliki kuasa Sebagai birokrat akar rumput, guru lah yang untuk menentukan apakah kebijakan tadi akan pada akhirnya dapat menilai apakah Capaian dilaksanakan sesuai dengan arahan pemerintah Pembelajaran telah digunakan dan secara sepenuhnya, akan dimodifikasi sesuai dengan efektif dapat mengembangkan kompetensi situasi dan konteks yang mereka hadapi, atau siswa, menentukan apakah projek penguatan akan didiamkan saja seolah-olah berubah profil pelajar Pancasila perlu diimplementasikan padahal masih melakukan praktik yang sama sebagaimana yang dianjurkan, dan seterusnya. (Kneen et al., 2021; Spillane, 2004; Wilcox et al., Keputusan-keputusan yang mereka buat 2017). pada akhirnya menjadi kebijakan yang diimplementasikan secara nyata, atau yang Kedua, meskipun proses pemaknaan disebut Stephen Ball (2005) sebagai kebijakan kebijakan dilakukan oleh guru di tingkat yang sebenarnya. satuan pendidikan, proses ini tidak hanya mengandalkan sumber daya yang ada di satuan Keputusan-keputusan yang dibuat oleh pendidikan (mesosistem), tetapi juga dukungan birokrat akar rumput tidak selalu sejalan pemerintah dan organisasi lainnya (eksosistem) atau mendukung kebijakan pusat. Namun yang dapat membantu guru memahami demikian, hal ini tidak dapat selalu dianggap kebijakan kurikulum yang baru tersebut. Pada sebagai penolakan atau kesengajaan untuk sisi sebaliknya, tantangan dan hambatan menentang dan mengacuhkan arahan. Lipsky implementasi kurikulum juga demikian, dapat (1980) dan Spillane (2004) menjelaskan terjadi akibat pengaruh eksosistem dan bahwa profesi pelayan publik seperti guru, makrosistem. Sebagaimana yang dijelaskan perawat, pekerja sosial, polisi, dan pekerjaan pada bagian sebelumnya, pandangan negatif lain yang berinteraksi langsung dengan masyarakat terhadap perubahan kurikulum, masyarakat seringkali tidak dapat memenuhi misalnya, dapat mempengaruhi proses ekspektasi pemerintah pusat dalam hal sensemaking ketika guru dan kepala sekolah implementasi kebijakan akibat situasi yang KAJIAN AKADEMIK KURIKULUM UNTUK PEMULIHAN PEMBELAJARAN 99
RANCANGAN IMPLEMENTASI KURIKULUM MERDEKA mereka hadapi. Mereka harus berhadapan implementasi secara taat (implementation dengan berbagai kejadian yang membutuhkan fidelity) menuju implementasi dengan integritas kemampuan improvisasi dan kemahiran (implementation integrity) (OECD, 2020). untuk dapat memberikan respon cepat, Semula satuan pendidikan dan guru diharapkan sementara kebijakan yang diarahkan untuk untuk mengimplementasikan kebijakan dengan mereka patuhi dirancang dengan asumsi mematuhi sepenuhnya arahan yang teknis bahwa pekerjaan mereka tersebut stabil dan dan konkret, namun pendekatan itu semakin monoton. Maka dari itu, keputusan yang dibuat ditinggalkan oleh banyak negara. Berdasarkan oleh birokrat akar rumput seringkali berbeda berbagai penelitian yang menunjukkan bahwa dengan apa yang diinginkan pemerintah pendekatan top-down seperti tidak memberikan pusat karena kompleksitas situasi yang hasil yang diharapkan, maka pendekatan yang harus dihadapi guru seringkali menuntut digunakan adalah memberikan keleluasaan mereka untuk mengabaikan kebijakan, kepada satuan pendidikan dan pendidik untuk memodifikasinya, mengubah arahnya, atau mengadaptasi kebijakan dari pemerintah pusat mengimplementasikannya hanya di permukaan sesuai dengan konteks masing-masing dan yang kasat mata saja (Spillane et al., 2002) tetap selaras (kongruen atau sebangun) dengan tujuan dan prinsip-prinsip yang ditetapkan (Bryk Perubahan yang terlalu banyak dan et al., 2015; OECD, 2019). Dengan kata lain, harus dilakukan dalam waktu yang terlalu arah kebijakan implementasi kurikulum yang cepat menyebabkan guru frustasi dalam berkembang saat ini adalah pendekatan yang mengimplementasikan suatu kebijakan baru. memberikan kewenangan atau kendali (agency) Rasa putus asa dan kelelahan yang dirasakan kepada kepala sekolah dan guru di satuan oleh birokrat akar rumput ini membawa pendidikan. Langkah ini pula yang menjadi dampak negatif yang lebih signifikan. Dalam pilihan strategi untuk implementasi Kurikulum keadaan terpaksa untuk melakukan perubahan Merdeka, yaitu memberikan pilihan kepada dan kesulitan untuk mengimplementasikan satuan pendidikan (dijelaskan lebih mendalam kurikulum, satuan pendidikan dan guru dengan di bagian 3 Bab 5). agency yang mereka miliki akan cenderung mencari jalan yang paling mudah untuk Implikasi dari pemahaman tentang teacher menerapkan kurikulum. Cara yang mudah agency dan proses sensemaking kebijakan ini biasanya adalah pendekatan yang nyaris perlu direspon oleh pembuat kebijakan. serupa dengan praktik-praktik yang sudah Pemerintah pusat perlu memberikan ruang pernah dilakukan atau status quo (Tyack & kepada pendidik dan satuan pendidikan Cuban, 1997; Wilcox et al., 2017), sehingga pada untuk mengimplementasikan perubahan akhirnya kebijakan baru tidak menghasilkan kurikulum secara fleksibel (Kneen et al., perubahan apapun di ruang kelas. 2021) serta memberikan waktu untuk mereka untuk memaknai kurikulum (Spillane, 2004). Menyadari agency yang dimiliki para birokrat Satuan pendidikan dan guru perlu diberikan akar rumput serta tantangan implementasi wewenang, tanggung jawab, sekaligus ruang kurikulum di berbagai negara dari waktu untuk menyesuaikan implementasi kurikulum ke waktu, tren strategi implementasi dengan konteks dan situasinya di tingkat lokal. kebijakan pendidikan saat ini bergerak dari Konteks yang dimaksud tidak sebatas pada 100
Search
Read the Text Version
- 1
- 2
- 3
- 4
- 5
- 6
- 7
- 8
- 9
- 10
- 11
- 12
- 13
- 14
- 15
- 16
- 17
- 18
- 19
- 20
- 21
- 22
- 23
- 24
- 25
- 26
- 27
- 28
- 29
- 30
- 31
- 32
- 33
- 34
- 35
- 36
- 37
- 38
- 39
- 40
- 41
- 42
- 43
- 44
- 45
- 46
- 47
- 48
- 49
- 50
- 51
- 52
- 53
- 54
- 55
- 56
- 57
- 58
- 59
- 60
- 61
- 62
- 63
- 64
- 65
- 66
- 67
- 68
- 69
- 70
- 71
- 72
- 73
- 74
- 75
- 76
- 77
- 78
- 79
- 80
- 81
- 82
- 83
- 84
- 85
- 86
- 87
- 88
- 89
- 90
- 91
- 92
- 93
- 94
- 95
- 96
- 97
- 98
- 99
- 100
- 101
- 102
- 103
- 104
- 105
- 106
- 107
- 108
- 109
- 110
- 111
- 112
- 113
- 114
- 115
- 116
- 117
- 118
- 119
- 120
- 121
- 122
- 123
- 124
- 125
- 126
- 127
- 128
- 129
- 130