Important Announcement
PubHTML5 Scheduled Server Maintenance on (GMT) Sunday, June 26th, 2:00 am - 8:00 am.
PubHTML5 site will be inoperative during the times indicated!

Home Explore JURNAL PERIKANAN TROPIS VOL 2 NO 1

JURNAL PERIKANAN TROPIS VOL 2 NO 1

Published by Irwandi Aw, 2017-05-16 13:05:27

Description: JURNAL PERIKANAN TROPIS VOL 2 NO 1

Search

Read the Text Version

Jurnal Perikanan Tropis Available online at:Volume 2, Nomor 1, 2015 http://utu.ac.id/index.php/jurnal.htmlISSN: 2355-5572unsur-unsur pertumbuhan setelah digunakan pada fase sebelumnya dan pada akhirnya setelahhari ke 12 masa inkubasi, isolat TPL memasuki fase kematian, hal ini ditandai denganpenurunan bobot biomassa hingga 0,528 ± 0,025 g. Srikandace et al. (2007) menyatakan bahwa pada kondisi media dengan jumlah nutrisiterbatas, laju pembiakan menjadi berkurang dan beberapa sel mengalami kematian. MenurutKusumaningtyas et al. (2010) media PDB yang digunakan pada tahap inkubasi isolat kapangmengandung sumber karbon yang berasal dari kentang dan dextrose. Sumber karbonmerupakan komponen terpenting dalam media pertumbuhan, karena sel-sel mikroba sebagianbesar terdiri dari unsur-unsur karbon dan nitrogen. Sehingga apabila unsur karbon sudah tidakada, maka pertumbuhan sel-sel mikroba terhambat sehingga terjadi kematian.3.5. Aktivitas Antibakteri Kapang Endofit Antibakteri merupakan sifat dari suatu bahan yang menunjukkan efek penghambatanterhadap pertumbuhan bakteri. Penghambatan pertumbuhan bakteri dibedakan menjadi 2 sifat,yaitu bakterisidal dan bakteriostatik. Suatu bahan disebut bersifat bakterisidal jika mampumembunuh bakteri, sedangkan bakteriostatik hanya menghambat pertumbuhan bakteri (Lay1994). Ekstrak kasar etil asetat media pertumbuhan kapang TPL2 yang dipanen pada hari ke 9dilakukan pengujian aktivitas antibakteri terhadap bakteri Pseudomonas aeruginosa,Staphylococcus aureus, dan Staphylococcus epidermidis. Hari ke 9 inkubasi merupakan faseeksponensial atau fase awal stasioner dari kapang TPL2. Simanjuntak et al. (2002) telahmembuktikan bahwa produk metabolit sekunder mulai dihasilkan kapang dengan intensitasterbesar pada akhir fase eksponensial atau awal fase stasioner (saat beberapa sumber nutrisimulai terbatas). Aktivitas antibakteri ekstrak kasar etil asetat isolat kapang TPL2 dapat dilihatpada Gambar 4. 98

Jurnal Perikanan Tropis Available online at:Volume 2, Nomor 1, 2015 http://utu.ac.id/index.php/jurnal.htmlISSN: 2355-5572Keterangan: S. aureus P. aeruginosa S. epidermidis KloramfenikolGambar 4 Aktivitas antibakteri ekstrak kasar etil asetat isolat TPL2 (rata-rata ± SD; data 2 ulangan). Bakteri uji yang digunakan merupakan bakteri yang dapat menyebabkan terjadinyainfeksi pada kulit, mulut, ataupun pada saluran pencernaan. Lannete et al. (1995)mengungkapkan Pseudomonas aeruginosa adalah bakteri Gram-negatif yang akan bekerja aktifpada luka infeksi baik di mulut maupun di jaringan tubuh yang lain ketika mengalami luka.Staphylococcus epidermidis dan Staphylococcus aureus sebagai bakteri flora normal akanmenghasilkan senyawa toksin yang dapat menyebabkan terjadinya infeksi jika habitatnormalnya terganggu (Torabinejad dan Walton 2009). Hasil uji aktivitas antibakteri menunjukkan bahwa ekstrak kasar media TPL2 hanyamemiliki aktivitas antibakteri pada konsentrasi 2 mg ekstrak yang digunakan. dengan diameterzona hambat pada bakteri Staphylococcus aureus, Staphylococcus epidermidis, danPseudomonas aeruginosa secara berturut-turut 4 mm, 6 mm, dan 6 mm. Secara umum diameterzona hambatan mengalami peningkatan seiring dengan peningkatan konsentrasi yangdiberikan. Menurut Ariyanti et al. (2012), semakin tinggi konsentrasi suatu bahan antibakterimaka aktivitas antibakterinya akan semakin kuat. Perbedaan zona hambat yang terbentuk disebabkan sifat dari tiap bakteri yang berbeda-beda serta perbedaan kepekaan pada bakteri terhadap ekstrak tersebut. Bakteri Streptococcusmutans, Staphylococcus aureus, dan Staphylococcus epidermidis merupakan bakteri Gram-positif sedangkan bakteri Pseudomonas aeruginosa merupakan bakteri Gram-negatif.Perbedaan antara kedua jenis bakteri ini didasarkan pada perbedaan komposisi dan struktur 99

Jurnal Perikanan Tropis Available online at:Volume 2, Nomor 1, 2015 http://utu.ac.id/index.php/jurnal.htmlISSN: 2355-5572dinding sel pada bakteri Gram-positif dan Gram-negatif. Struktur dinding sel bakteri Gram-positif lebih sederhana, yaitu berlapis tunggal dengan kandungan lipid yang rendah (1-4%)sehingga memudahkan bahan bioaktif masuk ke dalam sel. Struktur dinding sel bakteri Gram-negatif lebih kompleks, yaitu berlapis tiga terdiri dari lapisan luar lipoprotein, lapisan tengahlipopolisakarida yang berperan sebagai penghalang masuknya bahan bioaktif antibakteri, danlapisan dalam berupa peptidoglikan dengan kandungan lipid tinggi (11-12%) (Jawetz et al.2001). Faktor terhambatnya pertumbuhan bakteri tidak hanya dikarenakan adanya kerusakandinding sel oleh senyawa antibakteri, akan tetapi dapat terjadi karena adanya perubahanmolekul protein atau asam nukleat, penghambatan kerja enzim yang akan mengakibatkanterganggunya metabolisme atau matinya sel serta penghambatan sintesis asam nukleat danprotein sehingga menyebabkan kerusakan total (Pelczar dan Chan 2008). Suatu antibiotikmemiliki kriteria kekuatan daya antibakteri berdasarkan besar zona hambat yang terbentuk.Diameter zona hambat <5 mm dikategorikan lemah, zona hambat 5-10 mm dikategorikansedang, zona hambat 10-20 mm dikategorikan kuat dan zona hambat 20 mm atau lebihdikategorikan sangat kuat (Davis dan Stout 1971). Ekstrak media TPL2 pada konsentrasi 2 mgmenunjukkan aktivitas daya hambat ekstrak tergolong sedang terhadap ketiga bakteri.4. Kesimpulan Isolat kapang yang diisolasi dari daun terong pungo (Solanum sp.) menggunakan mediaPDA air laut berjumalah 8 isolat (TPL1, TPL2, TPL3, TPL4, TPL5, TPL6, TPL7, TPL8). IsolatTPL2 menjadi isolat terseleksi dari hasil uji antagonisme. Ekstrak kasar media broth isolatkapang TPL2 memiliki aktivitas antibakteri terhadap bakteri Staphylococcus aureus,Staphylococcus epidermidis, dan Pseudomonas aueruginosa.Daftar PustakaAriyanti NK, Darmayasa IBG, Sudirga SK. 2012. Daya hambat ekstrak kulit daun lidah buaya (Aloe barbadensis Miller) terhadap pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus ATCC 25923 dan Escherichia coli ATCC 25922. Jurnal Biologi. XVI(1):1-4.Arnold AE, Mejia LC, Kyllo D, Rojash EI, Maynard Z, Robbins N, Herre EA. 2003. Fungal Endophytes Limit Pathogen Damage In a Tropical Tree. Proceedings of The National Academy of Sciences. 100(26): 15649–15654. DOI: 10.1073/pnas.253483100.Azevedo JL, Junior WM, Pereira JO, Araujo WL. (2000). Endophytic microorganisms: a review on insect control and recent advances on tropical plants. Eletronic Journal of Biotechnology. 3:40-65 100

Jurnal Perikanan Tropis Available online at:Volume 2, Nomor 1, 2015 http://utu.ac.id/index.php/jurnal.htmlISSN: 2355-5572Bharathidasan R, Paneerselvam A. 2011. Isolation and identification of endophytic fungi from Avicennia marina in Ramanathapuram district, Karankadu, Tamilnadu, India. European Journal of Experimental Biology. 1(3):31-36.Carlile J, Watkinson SC, Gooday GW. 2001. The Fungi. Ed ke-2. UK (GB): Elsevier Academic Press. 106-110.Davis WW, Stout TR. 1971. Disc plate methods of microbiological antibiotic assay. Journal of Microbiology. 22(4): 659-665.Deshpande JD, Joshi M. 2011. Antimicrobial resistance : The global public health challenge. International Journal of Student Research, 1 (2).Gandjar I, Samson RA, Vermeulen, Oetari A, Santoso I. 2000. Pengenalan Kapang Tropik Umum. Jakarta (ID): Yayasan Obor Indonesia. 20-34, 62-72, 120.Gandjar I, Sjamsuridzal W, Oetari A. 2006. Mikologi Dasar dan Terapan. Jakarta (ID): Yayasan Obor Indonesia.Hardjito L. 2008. Antibacterial and topoisomerase-I inhibitor activities of the coastal ethnomedicinal plant terong pungo (Solanum sp.). Journal of Microbiology Indonesia, 2(2).Holo H, Nilssen, Ness IF. 1991. Lactococcin A, a new bacteriocin from Lactococcus lactis subsp. cremoris: isolation and characterization of the protein and its gene. Journal of Bacteriology. 38: 79-87.Isabella PM, Costa W, Maia LC, Cavalcanti MA. 2012. Diversity of leaf endophytic fungi in mangrove plants of Northeast Brazil. Brazilian Journal of Microbiology. 1165-1173.Jawetz E, Melnick JL, Adelberg EA. 2001. Mikrobiologi Kedokteran. Nani W, penerjemah. Jakarta (ID): Salemba Medika. Terjemahan dari: Medical Microbiology. 196-198.Kharwar RN, Verma VC, Kumar A, Gond SK, Harper JK, Hess WM, Lobkowosky EM, Ren Y, Strobel CA. 2009. Javanicin, an antibacterial Naphtaquinone from an endophytic fungus of Neem, Chloridium sp. Journal of Current Microbiology. 58:233-238Kusumaningtyas E, Natasia M, Darmono. 2010. Potensi metabolit kapang endofit rimpang lengkuas merah dalam menghambat pertumbuhan Escherichia coli dan Staphylococcus aureus dengan media fermentasi PDB dan PDY. Prosiding Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner. 819-824.Lannete EH, Balows A, Hausler WJ, Shadomy HJ. 1995. Manual of Clinical Microbiology. Ed ke-4. Washington DC (US): American Society for Microbiology 450-459, 972-976.Liberra, K. and Lindequist, U. (1995). Marine fungi: A prolific resource of biologically active natural products. Journal of Pharmazie. 50(9):583-588.Mathan S, Subramanian V, Nagamony S, Ganapathy K. 2013. Isolation of endophytic fungi from marine algae and its bioactivity. International Journal of Research in Pharmaceutical Science. 4(1): 45-49.Nursid M, Pratitis A, Chasanah E. 2010. Kultivasi kapang MFW-01-08 yang diisolasi dari ascidia Aplidium longithorax dan uji aktivitas sitotoksinya terhadap sel kanker payudara T47D. Jurnal Pascapanen dan Bioteknologi Kelautan dan Perikanan. 5(2):103-110.Pradana GS, Ardyati T, Lukman QA. 2013. Eksplorasi kapang antagonis dan kapang patogen tanaman apel di lahan perkebunan Apel Poncokusumo. Jurnal Biotropika 1 (1): 14-18.Pivkin MV, Kuznetsova TA, Sova VV. 2006. Marine fungi and their metabolites; Dalnauka:Vladivostok. p. 133.Samuel P, Prince L, Prabakaran P. 2011. Antibacterial activity of marine derived fungi collected from South East Coast of Tamilnadu, India. Journal of Microbiology and Biotechnology Research 1(4): 86-94. 101

Jurnal Perikanan Tropis Available online at:Volume 2, Nomor 1, 2015 http://utu.ac.id/index.php/jurnal.htmlISSN: 2355-5572Simanjuntak P, Melliawati R, Soekmanto A, Parwati T, dan Bustanussalam, 2002. Pengembangan Bahan Baku Zat Bioaktif Anti Malaria dari Kapang Endofit Tumbuhan Obat Indonesia. Laporan Teknik Penelitian Puslit Biotek-LIPI.Srikandace Y, Hapsari Y dan Simanjuntak P. 2007. Seleksi mikroba endofit Curcuma zedoaria dalam memproduksi senyawa kimia antimikroba. Jurnal Ilmu Kefarmasian Indonesia. 5(2): 77-84.Strobel G, Daisy B, Castillo U, Harper J. 2004. Natural products from endophytic microorganisms. Journal of Natural Products. 65:257-268.Sudantha IM, Abadi AL. 2007. Identifikasi jamur endofit dan mekanisme antagonismenya terhadap jamur Fusarium oxysporum f. sp. Vanillae pada tanaman vanili. Jurnal Agroteksos. 17(1): 23-38.Srikandace Y, Hapsari Y dan Simanjuntak P. 2007. Seleksi mikroba endofit Curcuma zedoaria dalam memproduksi senyawa kimia antimikroba. Jurnal Ilmu Kefarmasian Indonesia. 5(2): 77-84.Torabinejad M, Walton RE. 2009. Principles and Practice of Endodontic. Ed ke-4. Philadelphia (US): Sounders company. 58-63.Pelczar MJ, Chan ESC. 2008. Dasar-Dasar Mikrobiologi 2. Hadioetomo, Penerjemah. Jakarta (ID): UI-Press. Terjemahan dari: Elements of Microbiology. 99-156, 447-508. 102

Jurnal Perikanan Tropis Available online at:Volume 2, Nomor 1, 2015 http://utu.ac.id/index.php/jurnal.htmlISSN: 2355-5572 MANIPULASI TEGANGAN LISTRIK PADA SALINITAS YANG BERBEDA TERHADAP PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN HIDUP BENIH IKAN KERLING (Tor tambroides) Farah Diana1, Lisma Sari 11Program Studi Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Teuku Umar, Aceh Barat Korespondensi :[email protected] Abstrak Ikan kerling (Tor tambroides) merupakan salah satu jenis ikan yang mempunyai nilaiekonomis penting khususnya bagi masyarakat Aceh, Jawa Barat, dan Sumatra Utara. Salinitasdan daya hantar listrik diketahui dapat mempengaruhi fishiologi ikan. Penelitian ini bertujuanuntuk mengetahui kelangsungan hidup dan laju pertumbuhan benih ikan kerling (Tortambroides). pada salinitas yang berbeda dengan Perlakuan Pemberian Tegangan Listrik.Parameter yang diamati pada penelitian ini adalah kelangsungan hidup, laju pertumbuhanharian, pertumbuhan panjang mutlak dan laju pertumbuhan biomassa. Hasil penelitianmenunjukan bahwa tegangan listrik pada salinitas yang berbeda 0,3,5,7 ppt yang dilakukanselama 30 hari pemeliharaan benih ikan kerling terhadap kelangsungan hidup, laju pertumbuhanharian, dan laju pertumbuhan biomassa , menunjukan hasil yang tidak tidak berbeda nyata padasemua perlakuan. Manipulasi tegangan listrik pada salinitas yang berbeda memberikan hasilyang berbeda nyata pada parameter laju pertumbuhan panjang mutlak, kelangsungan hidupmemiliki kisaran nilai ±83,33 – 100%, laju pertumbuhan harian memiliki kisaran nilai ±0,40 –0,71%, pertumbuhan panjang mutlak memilki kisaran nilai ±1,30 – 2,27% sedangkan lajupertumbuhan biomassa memilki kisaran nilai ±0,102 – 0,183 gram.Kata kunci : Ikan kerling, kelangsungan hidup, pertumbuhan, tegangan arus listrik1. Pendahuluan Ikan Kerling (Tor tambroides) merupakan salah satu jenis ikan yang mempunyai nilaiekonomis penting khususnya bagi masyarakat Aceh, Jawa Barat dan Sumatera Utara. Ikankerling tersebar di Sumatera, Kalimantan, dan Jawa. Ikan kerling di Indonesia memiliki nama-nama lain di setiap daerah seperti:, Ikan Garing (Sumatera Barat), Ikan Batak (Sumatera Utara),Iken Pedih (Gayo), Ikan Semah (Palembang), Ikan Lomi (Kalimantan), Ikan dewa (JawaBarat), Ikan Kancra bodas, Kencara (Kuningan Jawa Barat), Ikan Tambra, Tombro (Jawa),Ikan Kelah, Ikan Sultan (Malaysia), Ikan Mahseer (Internasional). Jenis-jenis dari ikan kerlingitu sendiri yang memiliki genus yang sama yaitu genus Tor ada empat jenis yaitu Tordouronensis, Tor tambra, Tor soro dan Tor tambroides. Pada saat ini ketersediaan benih daninduk ikan kerling masih mengandalkan hasil tangkapan dari alam untuk dilakukanpemeliharaan dan pembesaran. Pemeliharaan ikan kerling masih mengalami kendala, salahsatunya adalah pertumbuhan yang relatif lambat, pertumbuhan yang lambat pada ikan kerlingdipengaruhi oleh lingkungan dan kandungan protein pakan di alam rendah. Salinitas sebagai salah satu parameter kualitas air secara langsung berpengaruhterhadap metabolisme tubuh ikan, terutama proses osmoregulasi. Osmoregulasi merupakan 103

Jurnal Perikanan Tropis Available online at:Volume 2, Nomor 1, 2015 http://utu.ac.id/index.php/jurnal.htmlISSN: 2355-5572upaya pengadaptasian organisme di perairan agar proses fisiologi dapat berjalan normal. Halini akan terjadi pada saat keseimbangan konsentrasi garam cairan tubuh denganlingkungannya dapat dipelihara dan dijaga. Semakin tinggi salinitas, semakin tinggi tekananosmotik air (Boyd, 1982). Tingkat tekanan osmotik yang diperlukan oleh ikan berbeda-beda. Salah satu aspek fisiologi ikan yang dipengaruhi oleh salinitas adalah tekanan osmotikdan konsentrasi ion dalam cairan tubuh (Holiday, 1969). Ikan yang dipelihara pada kondisisalinitas yang sama dengan konsentrasi ion dalam darah dan konsentrasi ion media akan lebihbanyak menggunakan energi untuk pertumbuhan sehingga pertumbuhannya menjadi cepat. Nybakken (1988) menyatakan air yang bersalinitas lebih tinggi, memiliki konduktivitasyang lebih tinggi pula. Hal tersebut disebabkan air bersalinitas mengandung garam-garamelektrolit yang bermuatan negatif lebih tinggi, sehingga daya hantar listriknya meningkat.Mackee and Wolf (1963) dalam Boyd (1982) menyatakan darah ikan air tawar memilikitekanan osmotik sekitar 6 atm atau setara dengan 7000 mg/l sodium klorida (NaCl). Selainitu, aplikasi pemanfaatan tegangan listrik di kegiatan budidaya selama ini hanya digunakansebagai anestesi ikan untuk metode transportasi kering. Penggunaan tegangan listrik mampumenimbulkan efek pada jaringan hidup. Oleh karena itu, pendekatan lingkungan berupaperlakuan manipulasi tegangan listrik pada media air yang berbeda salinitas, diharapkanmempercepat pertumbuhan ikan kerling lebih cepat dan optimal.2. Metode Penelitian2.1. Waktu dan TempatPenelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret hingga April 2015 di laboratorium FakultasPerikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Teuka Umar2.2. Alat dan Bahan PenelitianAlat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah toples, alat medan listrik,lempeng alumium, instalasi aerasi, rol, timbangan digital, thermometer, pH meter,refraktometer, tandon, benih, pakan dan kaporit.2.3. Metode PenelitianPenelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL), masing-masing dengantiga taraf perlakuan. Faktor A (Faktor pemberian medan listrik 10 volt) dan Faktor B (Faktorperbedaan salinitas air) yaitu 0 ppt (kontrol) hal ini berdasarkan salinitas yang ada dihabitatnya,3 ppt, 5 ppt dan 7 ppt. Setiap perlakuan dilakukan tiga kali ulangan, sehingga dihasilkan 12 unitpercobaan. Sedangkan parameter yang diamati adalah laju pertumbuhan dan kelangsunganhidup. 104

Jurnal Perikanan Tropis Available online at:Volume 2, Nomor 1, 2015 http://utu.ac.id/index.php/jurnal.htmlISSN: 2355-55723. Hasil dan Pembahasan3.1. Kelangsungan hidup Hasil perhitungan ANOVA menunjukkan bahwa perlakuan pada salinitas yang berbedatidak berpengaruh nyata terhadap kelangsungan hidup benih ikan kerling. Manipulasi tegangan listrik pada salinitas yang berbeda tidak berpengaruh nyataterhadap kelangsungan hidup benih ikan kerling, hal ini dilihat dari hasil uji statistik yangmenunjukkan bahwa pada taraf kepercayaan 95% (Ftabel 0,05) lebih besar dari pada Fhitung. 100 83,33 Kontrol 3 ppt 83,33 83,33 5 ppt 7 pptGambar 1. Persentase rata-rata kelangsungan hidup ikan kerling (Tor tambroides) dengan manipulasi tegangan listrik pada salinitas yang berbeda Berdasarkan hasil statistik dapat kita lihat bahwa kelangsungan hidup tertinggi terdapatpada perlakuan 7 ppt yaitu 100%, selanjutnya perlakuan 3 ppt, 5 ppt dan control yaitu 83,33%.Kematian benih ikan kerling terjadi pada awal pemeliharaan, benih ikan kerling diduga tidakdapat menyesuaikan diri dengan perlakuan yang diberikan, sehingga beberapa benih yang tidakdapat bertahan dan mati, benih yang mati terjadi karena melompat keluar dari wadahpemeliharaan pada hari ke 15,18 dan 19.3.2. Laju Pertumbuhan Hasil perhitungan ANOVA menunjukkan bahwa perlakuan pada salinitas yang berbedatidak berpengaruh nyata terhadap persentase laju pertumbuhan harian benih ikan kerling.Manipulasi tegangan listrik pada salinitas yang berbeda tidak berpengaruh nyata terhadappersentase laju pertumbuhan harian yang dihasilkan. Hal ini dilihat dari hasil uji statistik yangmenunjukkan bahwa pada taraf kepercayaan 95% (Ftabel 0,05) lebih besar dari pada Fhitung,sehingga dinyatakan tidak berbeda nyata. 105

Jurnal Perikanan Tropis Available online at:Volume 2, Nomor 1, 2015 http://utu.ac.id/index.php/jurnal.htmlISSN: 2355-5572 0,48 0,4 Kontrol 3 ppt 0,56 5 ppt 0,71 7 pptGambar 2. Persentase rata-rata laju pertumbuhan harian ikan kerling (Tor tambroides) dengan manipulasi tegangan listrik pada salinitas yang berbeda.3.1. Parameter Kualitas Air Parameter yang dilihat pada penelitian ini meliputi suhu dan pH. Hasil pengukurankualitas air selama masa pemeliharaan tersaji pada tabel dibawah ini :Tabel 1. Parameter Kualitas Air Perlakuan Parameter P0 P1 P2 P3 Kisaran Optimal Suhu (oC) 27-28 27-29 27-28 27-29 25-29 (KPPL,1992) pH 6,3-6,5 5,8-6,3 6,0-6,3 6,0-6,3 6,8-8 (Haetami, 2004) Suhu media pemeliharaan selama penelitian berkisar antara 27 - 29 ºC, Kisaran suhu inidapat dikatakan optimal bagi kehidupan dan pertumbuhan benih ikan kerling. Nilai pH selamapemeliharaan berkisar antara 5,8 – 6,5, Nilai pH pada wadah pemeliharaan mengalamikecenderungan turunnya nilai pH pada akhir pemeliharaan. Menurunnya nilai pH tersebutdikarenakan semakin meningkatnya buangan metabolisme (keadaan yang cenderung asam)seiring dengan meningkatnya padat tebar. Selain itu, penurunan pH disebabkan olehmeningkatnya CO2 akibat respirasi benih ikan kerling. Data hasil penelitian tegangan listrik pada salinitas yang berbeda 0, 3, 5, 7 ppt yangdilakukan selama 30 hari pemeliharaan ikan Kerling terhadap kelangsungan hidup, lajupertumbuhan harian dan laju pertumbuhan biomassa, menunjukkan hasil yang tidak berbedanyata pada semua perlakuan. Namun memberikan hasil yang berbeda nyata pada parameterpertumbuhan panjang mutlak. Ikan dapat merespon arus listrik karena memiliki organ electroreceptor. Secara umum,electroreceptor merupakan pengembangan dan modifikasi gurat sisi atau Lateral line.Menurut Albert dan Crampton (2006), Electroreceptor merupakan sensor. Pada indera 106

Jurnal Perikanan Tropis Available online at:Volume 2, Nomor 1, 2015 http://utu.ac.id/index.php/jurnal.htmlISSN: 2355-5572pendengaran, informasi dari elektrosensori diatur menggunakan waktu dan frekuensi isyarat.Pada indera penglihatan, informasi dari elektrosensori ditransmisikan hampir secaralangsung. Pada indera penciuman, rasa, dan pendengaran intensitas yang dirasakan darirangsangan elektrik meningkat dengan semakin dekatnya jarak dengan sumber rangsangan.Sedangkan pada indera peraba, input dari elektrosensori menyampaikan informasi tentangbentuk dan tekstur elektrik dari objek pada lingkungan sekitar. Menurut Fathony (2004), medan dan arus listrik pada frekuensi rendah apabilaberinteraksi dengan jaringan biologik dapat menyebabkan efek fisiologik maupun psikologik.Menurut Nair (1989) dalam Rasmawan (2009), mekanisme interaksi medan listrik denganbenda hidup berupa induksi medan dan juga arus listrik pada jaringan biologi. Induksi padabenda hidup disebabkan adanya muatan-muatan listrik bebas yang terdapat pada ion kayacairan seperti darah, getah bening, syaraf, dan otot yang dapat terpengaruh gaya yang dihasilkanoleh muatan-muatan dan aliran arus listrik. Jika tubuh menyerap intensitas medan listrikdan magnetik yang relatif cukup, maka hal ini akan merangsang sistem syaraf dan otot-ototdalam tubuh. Hal inilah yang menyebabkan kinerja dari sistem pertumbuhan ikan Maskokidapat meningkat lebih cepat bila dibandingkan dengan pemeliharaan biasa. Namun, ikan jugadapat mengalami stress jika pengunaan arus listriknya berlebihan karena Fathony (2004)menyatakan arus listrik pada intensitas yang rendah pun, akan berpengaruh pada aktivitasmodulasi di dalam otak maupun sifat syaraf. Laju pertumbuhan dapat dilihat dari tiga parameter yaitu laju pertumbuhan harian,pertumbuhan panjang mutlak, dan laju pertumbuhan biomassa. Analisa data (ANOVA) padaselang kepercayaan 95% (p<0,05) data laju pertumbuhan harian dan biomassa memberikanhasil yang tidak berbeda nyata terhadap semua perlakuan yang telah dilakukan, sedangkanpertumbuhan panjang mutlak memberikan hasil yang berbeda nyata. Uji BNT menunjukkanbahwa antara perlakuan 5 ppt berbeda sangat nyata terhadap perlakuan kontrol (0 ppt), nilaiperbedaan tersebut berkisar ±0,957 terhadap selang kepercayaan BNT 99% sedangkanperlakuan 7 ppt hanya berbeda nyata terhadap perlakuan kontrol pada selang kepercayaan 95%. Tingkat kelangsungan hidup benih ikan kerling yang dipelihara selama 30 hari berkisarantara 83,33-100%. Dari analisa data (ANOVA) pada selang kepercayaan 95% (p<0,05),diperoleh hasil bahwa kontrol (0 ppt) dan perlakuan (3, 5, dan 7 ppt) tidak berbeda nyataterhadap tingkat kelangsungan hidup benih ikan kerling. Dari histogram tingkat kelangsunganhidup ikan kerling, nilai tertinggi diperoleh kontrol (0 ppt) sebesar 100%. Hal ini diduga 107

Jurnal Perikanan Tropis Available online at:Volume 2, Nomor 1, 2015 http://utu.ac.id/index.php/jurnal.htmlISSN: 2355-5572karena pemberian arus listrik pada media 0 ppt, tidak memberikan pengaruh yang kostanterhadap benih ikan kerling tersbut. Salinitas juga dapat digunakan sebagai kontrol penyakit saat toleransi ikan yangdibudidayakan lebih tinggi daripada parasit (Watanabe, 2000). Misalnya pada budidayaikan channel catfish yang diberi garam 2 ppt dapat menurunkan parasit Ichthyophthiriusmultifilis (Johnson, 1976 dalam Arista, 2001). Hal ini, dapat dilihat dari ikan hasil penelitiansama sekali tidak menunjukkan gejala sakit yang disebabkan oleh parasit. Berbeda denganbudidaya tradisional yang rawan parasit. Parasit yang ditemukkan pada saat pengematan adalahargulus. Hasil Pengukuran kualitas air pada pemeliharaan ikan kerling selama penelitian(Gambar 5 dan 6). Suhu pada media pemeliharaan sebesar 27 - 29oC. Kisaran suhu ini dapatdikatakan optimal bagi ikan family ciprinidae. Hal tersebut sesuai dengan pernyataanLesmana (2001), Ikan yang bersifat herbivora ini hidup baik pada suhu 19-28oC dengan suhuoptimal 24-29oC. Sedangkan nilai pH pada media pemeliharan berkisar antara 5,8-6,5, nilai pHpada setiap wadah perlakuan berubah – berubah seiring terjadinya peningkatan amoniak didalam wadah tersebut.4. Kesimpulan dan Saran4.1. Kesimpulan Manipulasi tegangan listrik pada salinitas yang berbeda pada ikan kerling memberikanpengaruh nyata terhadap pertumbuhan panjang mutlak, akan tetapi tidak memberikan pengaruhnyata pada parameter uji lainnya. Dilihat dari tingkat kelangsungan hidup ikan kerlingtergolong sangat baik walaupun tidak berbeda nyata, persentase kelangsungan hidup ikankerling yang tinggi terdapat pada perlakuan 7 ppt berkisar 100%.4.2. Saran Perlu dilakukan penelitian lanjutan tentang manipulasi tegangan listrik pada salinitasyang berbeda yang dikombinasikan dengan konsentrasi nilai protein pakan pada ikan.Daftar PustakaAbun, T, Aisjah. D, Rusmana. K, Haetami. 2004. Pengaruh Cara Pengolahan Ikan Tuna (Thunnus atlanticus) Terhadap Kandungan Gizi Dan Nilai Energi Metabolisme Pada Ayam Pedaging. Laporan Penelitian Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran. 45 hlm.Albert, J. S and W. G. R. Crampton. 2006. Electroreception and Electrogenesis. In: Evans, H and J. B. Claiborne. The Physiology of Fishes Third edition. CRC Taylor and Francis. Boca Raton. London. New York. p; 430-460. 108

Jurnal Perikanan Tropis Available online at:Volume 2, Nomor 1, 2015 http://utu.ac.id/index.php/jurnal.htmlISSN: 2355-5572Albert, J. S. and W. G. R. Crampton. 2006. Electroreception and Electrogenesis. In: Evans, H and J. B. Claiborne. The Physiology of Fishes Third Edition. CRC Taylor and Francais. Boca Raton. London. New York.Anutha K and Johnson D. 1976. Aquaculture and Coastal Management in Tasmania. Ocean and Coastal Management. Vol. 33, Nos 1 – 3, pp. 167 – 192.Arista, F. 2001. Pengaruh Salinitas 3 ppt dan Kesadahan Moderat terhadap Produksi Ikan Hias Maskoki Carrasius auratus Lin. di dalam Sistem Resirkulasi. Program Studi Budidaya Perairan. Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor.Arnaya, I. N. 1980. Studi Electrical Fishing dan Kemungkinan Pengembanganya. Bogor: Jurusan Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan. Fakultas Perikanan dan ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor. 145 halBarades, E. 2008. Pembenihan Ikan Batak (Tor soro) di Instalasi Riset Perikanan Budidaya Air Tawar Bogor Jawa Barat. Usulan Praktik Umum. Universitas Lampung. Bandar Lampung.Boyd, Glaude E. 1982. Water Quality Management For Pond Fish Culture. Amsterdam. Oxford. New York. Elsevier Scientific Publishing Company. p; 19-32.Cholik,et.al.,2005. Akuakultur Tumpuan Harapan Masa Depan Bangsa. PT. Victoria Kreasi Mandiri. Jakarta.Effendie M.I. 1979. Metode Biologi Perikanan. Yayasan Dewi Sri. Bogor. 112 Hal.Fathony, M. 2004. Radiasi Elektromagnetik dari Alat Elektronik dan Efeknya bagi Kesehatan. Http://www.tempo.co.id./medika/arsip/092001/pus-3.htm.(5 Februari 2010).Gunarso, W. 2003. Tingkah Laku Ikan dalam Hubungannya dengan Metode dan Taktik Penangkapan. Jurusan Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Fakultas Perikanan IPB, Bogor.Haryonoet.al.,2005. Pengenalan Jenis Ikan Tambra yang Bernilai Komersial Tinggi dan Telah Rawan Punah untuk Mendukung Domestikasinya. Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia. 15 hal.Haryono.2006. Aspek Biologi Ikan Tambra (Tor tambroides Blkr) yang Eksotik dan Langka Sebagai Dasar Domestikasi.Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia. Bogor. 7(2):195- 198.Haryono. 2007. Tambra, Ikan Kancra dari Pegunungan Muller. Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia.Holiday. 1969. Eksperimental rearing of Nile tilapia fry (Oreochromis niloticus) for salt water culture. ICLARM Technical Report 14. p.28.Huisman, E.A.1987. Principles of fish Production. Departemen of Fish culture and Fisheries Wageningen Agricultural University, Wageningen. Netherlands. P: 57-122.Kanginan, Marthen. 1995. Fisika 2000 3 A SMU Kelas 3 Semester 1. Cimahi : Erlangga.KPPL. 1992. Booklet Masalah Perkotaan dan Lingkungan. Jakarta: Kantor Pengkajian Perkotaan dan Lingkungan (KPPL) DKI Jakarta.Lamarque P. 1990. Electrophysiology of fish in electric fields. In: Cowx IG, Lamarque P (eds). Fishing with Electricity, Applications in Freshwater Fisheries Management. Oxford, England: Fishing News Books, Blackwell Scientific Publications. pp 4‒33.Lesmana, D. S. dan Iwan D. 2001. Budidaya Ikan Hias Air Tawar Populer. Jakarta: Penebar Swadaya.Mudjiman, A. 2001. Makanan Ikan. Penerbit : Penebar Swadaya, Jakarta.Nair PKR. 1989. An introduction to agroforestry. Kluwer Academic Publihers in cooperation with ICRAF. Netherlands. 109

KETENTUAN PENULISANRuang LingkupArtikel yang diusulkan untuk diterbitkan di Jurnal Perikanan Tropis (JPT) belum pernahdipublikasikan secara tertulis pada jurnal atau majalah ilmiah manapun. Jurnal PerikananTropis memuat artikel ilmiah yang berkaitan dengan perikanan dalam artian luas (budidayaperairan, perikanan tangkap, pengolahan hasil perikanan, manajemen sumberdaya perairan,ilmu kelautan, sosial ekonomi perikanan), ilmu perairan, maupun masalah-masalah lainnyayang relevan dengan masalah perikanan, serta tinjauan buku dalam bidang-bidang tersebut.Jurnal Perikanan Tropis terdaftar resmi pada Pusat Dokumentasi dan Informasi Ilmiah (PDII)Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) dengan nomor ISSN: 2355-5572.BahasaNaskah yang dimuat dalam jumal ilmiah ini menggunakan Bahasa Indonesia, Bahasa Malaysiaatau Bahasa Inggris yang baik dan benar. Penggunaan istilah-istilah mengacu pada kaidah yangbenar.Pengetikan NaskahNaskah diketik menggunakan perangkat lunak pengolah kata Microsoft Word dengan ukurankertas A4 dengan jarak 1,5 spasi dengan huruf Times New Roman ukuran 12. Tata letakhalaman tegak (portrait) dengan jarak sembir (margin) kiri 3,5 cm; kanan, atas dan bawah 3 cm.Panjang naskah antara 15-20 halaman termasuk gambar dan tabel. Naskah dan CV penulisdikirim ke Redaksi dalam bentuk Softcopy pada sebuah CD (Compact Disk) atau dikirim viaemail.Isi Naskah dan Sistematika Penyajian1. Artikel ditulis dengan gaya esai, menggunakan sub-judul untuk masing-masing bagian, kecuali bagian latarbelakang atau pendahuluan.2. Artikel hasil penelitian meliputi : (a) Judul; (b) Nama lengkap penulis (tanpa gelar), lembaga ataua filiasinya, dan korespondensi peneliti (email); (c) Abstrak dalam Bahasa Indonesia atau Bahasa Inggris (maks. 250 kata), 1 spasi; (d) Kata kunci; (e) Pendahuluan (tanpa judul, termasuk tujuan penelitian) (f) Metode penelitian, (g) Hasil/Temuan dan Pembahasan, (i) Kesimpulan (j) Daftar Pustaka; dan (k) Lampiran (jika ada).3. Artikel bukan hasil penelitian meliputi: (a) Judul; (b) Nama lengkap penulis (tanpa gelar), lembaga atau afiliasinya, dan korespondensi peneliti (email); (c) Abstrak dalam Bahasa Indonesia atau Bahasa Inggris (maks. 150 kata); (d) Kata kunci; (e) Pendahuluan (tanpa judul); (f) Isi Bahasan; (g) Referensi.4. Referensi disajikan secara alfabetis dan kronologis, dengan urutan Nama, tahun, judul buku, kota penerbit, nama penerbit (Judul dicetak miring).Judul dan Nama PengarangJudul harus berupa ungkapan dalam bentuk kalimat pendek yang mencerminkan isi penelitianatau artikel konseptual/kajian. Jika penulis lebih dan seorang, hendaknya diurutkan dimulaidengan penulis utama/sesuai dengan kode etik penulisan.Tabel dan GambarTabel dan gambar diberi judul singkat dan jelas. Setiap tabel dan gambar diberi nomor urut(1,2,3,…dst). Nomor dan judul tabel berada diatas, sedangkan untuk gambar berada di bawah.Bilagambar berupa foto, maka kualitas foto harus baik. Agar memudahkan proses editing,dianjurkan gambar di”group”

Daftar Rujukan (Daftar Pustaka)Daftar Rujukan yang ditampilkan hanya yang dikutip saja. Penulisan daftar rujukan mengikutikode etik penulisan ilmiah pada umumnya dan disusun menurut abjad nama penulis.PenerbitanNaskah dan CV penulis dikirim ke alamat Redaksi dalam bentuk Softcopy pada sebuah CD(Compact Disk) atau dikirim via email ke [email protected] dengan CC ke [email protected] ditulis dalam bentuk narasi yang menjelaskan identitas penulis, minat penelitian dankepakaran. Naskah yang diterima akan di telaah oleh Mitra Bestari yang akan menyetujui ataumenolak penerbitannya. Penulis yang naskahnya disetujui, maka harus mengirimkan lembarAssignment of Copyright (Persetujuan Hak Cipta) ke Redaksi. Naskah akan diterbitkan dalamedisi cetak dan online.


Like this book? You can publish your book online for free in a few minutes!
Create your own flipbook