Daftar ISI SAJIAN UTAMA 8 Keselarasan Neraca Sumber Daya Alam dengan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development Goals) dan Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) 16 Peranan Badan Informasi Geospasial dalam Percepatan Tata Ruang ARTIKEL 20 Pengembangan Kawasan Bandar Kayangan 26 Maar, Warisan Bumi di sekitar Gunung Lamongan 37 Pemodelan Dinamika Spasial KEK MANDALIKA GEOTEKNOLOGI 45 Manfaat Software Pemodelan Dinamika Spasial versi 1.2.0 54 Pengembangan Sistem Model FEWEAS dalam Skala Besar 58 Inovasi Atlas Audio Taktual: Peta Suara Bagi Disabilitas Netra BEDAH WILAYAH 62 Potensi IJEN 70 Masih Tentang Ciliwung Fenomena Alam 74 Atraksi Alam Di Kompleks Pegunungan Bromo - Tengger - Semeru 82 Cagar Alam Gunung Gamping, sebongkah batu yang masih tersisa 85 Kawah Putih yang Eksotis di Bandung Selatan GGEEOOtatannggkkaassVVool.l.35--22001178 11
Catatan Tangkas Membayangkan film-film fiksi dimana seseorang memasuki sebuah rumah lalu memberi perintah untuk menyalakan TV dan AC, bahkan mengecek jadwal dan perintah lainnya sungguh menakjubkan. Saat ini layanan seperti di film tersebut hampir bisa dinikmati oleh masyarakat lewat produk seperti google home. Google home adalah sebuah speaker cerdas yang memungkinkan pengguna untuk mengucapkan perintah suara dan berinteraksi dengan layanan online melalui asisten pribadi cerdas Google yang disebut Asisten Google. Produk layanan suara ini tentu memberi kemudahan dalam pelayanan, teruatama bagi mereka yang sangat sibuk, namun menjadi bumerang karena masyarakat menjadi malas membaca. Isu rendahnya literasi masyarakat ini menjadi tema menarik yang dibahas dalam Lokakarya Geoliterasi untuk Negeri: Peran Atlas untuk Mendukung Wawasan Kenusantaraan dan Geoliterasi Pendidikan Nasional, Bogor 30 November 2018. Istilah literasi berkembang sesuai dengan kemajuan zaman, bukan hanya menekankan pada kemampuan membaca dan menulis namun telah merambah pada aspek gambar dan ruangan atau kami coba kenal sebagai geoliterasi. Geoliterasi adalah kemampuan memahami, menganalisis dan mengambil keputusan atas objek atau peristiwa yang terjadi di atas, dibawah dan pada permukaan bumi. Kebutuhan informasi geospasial saat ini sudah merambah pada berbagai kehidupan kita sehari-hari. Masyarakat menggunakan informasi geospasial untuk kebutuhan yang beragam misal untuk kebutuhan navigasi saat mengendarai, pencarian area bisnis yang tepat, untuk game, ketahanan pangan dan produktivitas pertanian, transportasi, kelautan dan sebagainya. Pemanfaatan informasi geospasial termasuk atlas telah memberikan penghematan yang luar biasa. Laporan konsultan bisnis dan ekonomi Alpha Beta untuk google menunjukkan bahwa servis geospasial telah memberikan dampak keuntungan bukan saja bisnis dan sosial tetapi juga kebutuhan perorangan. Keuntungan yang diperoleh dari memanfaatkan servis geospasial bersifat harian, yang nilainya luar biasa. Walau secara kuantitatif sulit dihitung, tetapi diprediksi sekitar 12% perjalanan bisnis di dunia bisa dihemat. Oleh karena itu semangat geoliterasi harusnya terus dipupuk dan dijadikan standar dalam pendidikan nasional. Wawasan kebangsaan dengan sendirinya akan lebih mudah disosialisasikan manakala masyarakat punya pemahaman geospasial yang utuh tentang wilayah NKRI. Sebagai bagian dari masyarakat, BIG melalui Pusat Pemetaan Tata Ruang dan Atlas (PPTRA) berupaya memberikan produk-produk yang berguna dalam meningkatkan geoliterasi masyarakat. Selama periode 2018 produk seperti peta tata ruang wilayah terekomendasi, berbagai atlas tematik serta kajian dinamika spasial pada wilayah pertumbuhan telah diselesaikan. Semakin banyak masyarakat dan perguruan tinggi yang memanfaatkan produk tersebut maka semakin baik produk tersebut teruji. Hal ini perlu karena salah satu isu yang kami alami adalah bagaimana melakukan uji petik atas produk BIG, sejauh mana akurasi dan informasinya dapat dipertanggungjawabkan. Produk BIG bukan hanya peta dasar tetapi juga ada berbagai peta tematik dan atlas serta kajian dinamika spasial pada kawasan ekonomi khusus dan kawasan industri. Salah satu upaya penyebarluasan produk PPTRA dan sekaligus sebagai sarana peningkatan geoliterasi staf PPTRA maka alhamdulillah buletin Geotangkas masih dapat kami terbitkan. Mudah-mudahan keinginan kami ini gayung bersambut dengan keinginan masyarakat yang haus akan produk tematik informasi geospasial. Selama membaca. Kepala Pusat Pemetaan Tata Ruang dan Atlas, BIG Dr. Ir. Mulyanto Darmawan, M.Sc. 2 GEGOEtOantagnkgaksaVsoVl.o5l.-32-0210917 2
Kawah Ijen, Jawa Timur Sumber : PPTRA-BIG GGEEOOtatnagnkgaksasVoVlo.l3. 5- 2- 0210719 33
Kompleks Bromo, Jawa Timur Sumber : PPTRA-BIG 44 GGEOEOtatnagnkgaksaVsoVlo. l5. 3- 2-0210917
KOMPLEK S BROMO Dini hari hingga terik, jalur sekitar penanjakan Bromo tak pernah sunyi. Dari berbagai sudut penanjakan, tersaji panorama alam pagi amat memukau bagi siapa saja yang menikmatinya. Kombinasi bentangan kaldera dan deretan gunung-gunung api Bromo Tengger Semeru menjadi bukti tanda kebesaran Tuhan Yang Maha Esa yang harus selalu disyukuri GGEOEOtatnagnkgaksaVsoVlo. 5l. 3- 2-0210917 5 5
Pelabuhan Grajagan, Banyuwangi Sumber : PPTRA-BIG 6 6 GGEOEOtatnagnkgaksaVsoVlo. 5l. -32-0210917
PELABUHAN GRAJAGAN Pelabuhan Grajagan Banyuwangi saksi bisu menggeliatnya perekonomian lokal berbasis kelautan. Nelayan dan pekerja sektor perikanan memperoleh nilai ekonomi dari komoditas laut. Mari menjaga laut untuk kesejahteraan bersama. GGEEOOttaannggkkaassVVooll..35--22001179 77
Sajian Utama Keselarasan Neraca Sumber Daya Alam dengan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development Goals) dan Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) Oleh: Sri Eka Wati Pentingnya Neraca Sumber Daya Alam Kekayaan alam yang ada merupakan sumber sumber daya alam dan lingkungan hidup serta utama dalam memenuhi kebutuhan hidup manusia. memperkuat perencanaan pembangunan daerah Pemanfaatannya ditujukan untuk sebesar-besarnya yang berkelanjutan. kemakmuran rakyat, sebagaimana tercantum dalam pasal 33 UUD 1945. Meskipun demikian, Sebagai bentuk tindak lanjut atas SEB dimaksud, penggunaannya harus diawasi dan dikontrol agar Badan Informasi Geospasial (BIG) dan Kementerian/ kekayaan alam yang tersedia dapat digunakan secara Lembaga terkait menyusun Standar Nasional berkelanjutan. Indonesia (SNI) Penyusunan Neraca Spasial Sumber Daya Alam. SNI yang ditetapkan pada tahun 2015 Salah satu instrumen dalam pengawasan ini memberikan gambaran secara teknis tentang kekayaan alam dan perencanaan pembangunan tahapan operasional dalam menyusun neraca adalah neraca sumberdaya alam. Hal ini diperkuat spasial sumber daya alam. SNI tersebut melingkupi dengan Undang-undang (UU) Nomor 26 Tahun 2007 4 (empat) bagian (BSN, 2015), yaitu: tentang Penataan Ruang yang menegaskan bahwa pemanfaatan ruang mengacu pada fungsi ruang yang • Bagian 1 : Sumber Daya Air (SNI ditetapkan dalam rencana tata ruang dilaksanakan 6728.1:2015) dengan mengembangkan penatagunaan tanah, air, udara, dan sumber daya alam lain. • Bagian 2 : Sumber Daya Hutan (SNI 6728.2:2015) Neraca sumber daya alam (NSDA) sebagai instrumen spasial dalam penyelenggaraan penataan • Bagian 3: Sumber Daya Lahan (SNI ruang dan pengelolaan lingkungan hidup mampu 6728.3:2015) menggambarkan kondisi terkini sumber daya alam (SDA) terkait lokasi dan luasannya. Melalui • Bagian 4: Sumber Daya dan Cadangan NSDA, akan dapat diketahui kuantitas awal SDA Mineral dan Batubara (SNI 6728.4:2015 yang dinyatakan sebagai aktiva, pemanfaatannya yang dinyatakan sebagai pasiva, serta saldo akhir SNI Penyusunan Neraca Spasial Sumber Daya yang dinyatakan dalam bentuk surplus atau defisit. Alam menjadi pedoman bagi setiap pihak yang Kondisi akhir, baik surplus maupun defisit nantinya berkepentingan dalam analisis lingkungan hidup. akan mempengaruhi pengambilan kebijakan terkait Keluaran (output) yang dihasilkan dapat digunakan pengelolaan lingkungan hidup di suatu wilayah. untuk mengidentifikasi ada/tidaknya degradasi lingkungan, kesesuaian perkembangan tata Pentingnya penyediaan informasi NSDA di suatu guna lahan dengan Rencana Tata Ruang Wilayah wilayah didukung dengan hadirnya Surat Edaran (RTRW), serta analisis interaksi antara manusia Bersama (SEB) Menteri Dalam Negeri Republik dan lingkungan hidup. Lebih lanjut, neraca spasial Indonesia dan Kepala Badan Informasi Geospasial sumber daya alam dapat menjadi masukan dalam Nomor 660/2367/SJ/83.KA/RT/6/2012 perihal menjawab isu-isu lingkungan global sehingga dapat Penyusunan NSDA Daerah. Melalui SEB dimaksud, diambil langkat tepat untuk menjamin keberlanjutan pemerintah daerah dihimbau untuk menyusun lingkungan hidup. NSDA Daerah dalam rangka mendukung pengelolaan 8 8 GGEOEOtatnagnkgaksaVsoVlo. 5l. 3- 2-0210917
Sajian Utama Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (TPB) atau Sustainable Development Goals (SDGs) Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (TPB) dokumen Transforming Our World: the 2030 Agenda atau Sustainable Development Goals (SDGs) for Sustainable Development. Sebagai agenda global adalah pembangunan yang menjaga peningkatan 2030, TPB/SDGs terdiri atas 4 pilar dan 17 tujuan kesejahteraan ekonomi masyarakat secara untuk periode pelaksanaan tahun 2015-2030 (lihat berkesinambungan, pembangunan yang menjaga Tabel 1). Seluruh tujuan dirinci kedalam 169 target keberlanjutan kehidupan sosial masyarakat, yang akan dicapai sedangkan capaian dari masing- pembangunan yang menjaga kualitas lingkungan masing target dirumuskan dalam 475 indikator hidup serta pembangunan yang menjamin keadilan nasional TPB/SDGs Nasional (Kementerian PPN/ dan terlaksananya tata kelola yang mampu menjaga Bappenas, 2017). peningkatan kualitas hidup dari satu generasi ke generasi berikutnya (Kementerian PPN/Bappenas, 2017). SDGs ditetapkan dalam Sidang Umum PBB bulan September 2015 dan tertuang dalam Gambar 1. Tujuan dalam Sustainable Development Goals (SDGs) (Sumber: https://sustainabledevelopment.un.org) Tabel 1. Pilar dan Tujuan dalam Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (TPB) atau Sustainable Development Goals (SDGs) No. Pilar Tujuan 1. Pembangunan Sosial 1. Tanpa kemiskinan 2. Pembangunan Ekonomi 2. Tanpa Kelaparan 3. Kehidupan sehat dan sejahtera 3. Pembangunan Lingkungan 4. Pendidikan berkualitas 5. Kesetaraan Gender 4. Pembangunan Hukum dan Tata Kelola 1. Energi bersih dan Terjangkau 2. Pekerjaan layak dan pertumbuhan ekonomi 3. Industri, Inovasi, dan Infrastruktur 4. berkurangnya kesenjangan 5. kemitraan untuk mencapai tujuan 1. Air bersih dan sanitasi layak 2. Kota dan pemukiman yang berkualitas 3. Konsumsi dan produksi yang bertanggungjawab 4. Penanganan perubahan iklim 5. Ekosistem lautan 6. Ekosistem daratan 1. Perdamaian, keadilan, dan kelembangaan yang tangguh Sumber: Kementerian PPN/Bappenas, 2017 GGEEOOttaannggkkaassVVool.l.35--22001179 99
Sajian Utama Sebagai komitmen internasional, TPB/SDGs Pengendalian dan Evaluasi Pembangunan Daerah, menjadi salah satu acuan dalam pembangunan, Tata Cara Evaluasi RRPJPD dan RPJMD, serta Tata baik pembangunan nasional maupun pembangunan Cara Perubahan RPJPD, RPJMD dan RKPD bahkan daerah, mulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan, menegaskan bahwa dalam menyusun RPJMD, pemantauan, evaluasi, dan pelaporan. Pada tingkat ada 10 (sepuluh) prinsip yang harus diperhatikan, nasional, Rencana Pembangunan Jangka Menengah yaitu: transparan, responsif, efisien, akuntabel, Nasional (RPJMN) 2015-2019 menjadi acuan bagi partisipatif, terukur, berkeadilan, berwawasan setiap Kementerian/Lembaga (K/L) dalam menyusun lingkungan, dan berkelanjutan. Prinsip berwawasan Rencana Strategis K/L dan Rencana Pembangunan lingkungan berarti bahwa RPJMD yang disusun Jangka Menengah Daerah (RPJMD). RPJMN 2015-2019 harus mampu menggambarkan ketersediaan SDA merupakan tahap ketiga dari Rencana Pembangunan di daerah, potensi, serta pemanfaatannya. Untuk Jangka Panjang (RPJP) 2005-2025. Dengan demikian, menjawab ketersediaan, potensi, dan pemanfaatan target pencapaian TPB/SDGs dalam RPJM 2015-2019 SDA maka penyusunan NSDA menjadi penting untuk dan Rencana Kerja Pemerintah (RKP) direalisasikan dilaksanakan. dalam bentuk rumusan kebijakan, program kegiatan, indikator yang terukur, dan sumber pembiayaannya. Neraca Sumber Daya Alam dalam Sustainable Penyelarasan antara TPB/SDGs dengan RPJPN Development Goals (SDGs) dan RPJMN diperkuat dengan terbitnya Peraturan Presiden (Perpres) Republik Indonesia Nomor 59 Salah satu pilar dalam TPB/SDGs adalah Tahun 2017 tentang Pelaksanaan Pencapaian Tujuan pembangunan lingkungan (lihat Tabel 1). Enam Pembangunan Berkelanjutan (TPB). Integrasi TPB/ tujuan dalam pilar pembangunan lingkungan SDGs kedalam rencana pembangunan nasional dan tersebut dijabarkan melalui 56 target. Jika ditelaah daerah dapat dilihat pada Gambar 2. pada masing-masing target, maka beberapa indikator yang muncul memiliki keterkaitan dengan sumber Berdasarkan gambar no. 2, terlihat bahwa daya alam, khususnya sumber daya air, hutan, dan prinsip pembangunan berkelanjutan harus selaras lahan (lihat Tabel 2). dengan dokumen perencanaan. Permendagri No. 86 Tahun 2017 tentang Tata Cara Perencanaan, BERKELANJUTAN RPJPN VISI & MISI APBN PELAKSANAAN RPJMN PRESIDEN APBD PROGRAM ▶ RKP RENSTRA K/L RPJMD RKPD RPJPD RENSTRA SKPD VISI & MISI KEPALA DAERAH Gambar 2. Integrasi TPB/SDGs dalam Dokumen Perencanaan Pembangunan (Sumber: Kementerian PPN/Bappenas, 2017) 1010 GEGOEtOantagnkgaksaVsoVl.o5l.-32-0210917
Sajian Utama Tabel 2. Tujuan, Target, dan Indikator Nasional dalam SDGs yang Terkait Neraca Sumber Daya Alam TUJUAN TARGET INDIKATOR NASIONAL Pada tahun 2030, secara signifikan Tingkat water stress: proporsi pengambilan (withdrawal) air meningkatkan efisiensi penggunaan air di tawar terhadap ketersediannya semua sektor, dan menjamin penggunaan dan pasokan air tawar yang berkelanjutan untuk mengatasi kelangkaan air, dan secara Air Bersih dan Sanitasi signifikan mengurangi jumlah orang yang Layak menderita akibat kelangkaan air Pada tahun 2030, menerapkan pengelolaan Jumlah stasiun hidrologi dan sumber daya air terpadu di semua tingkatan, klimatologi yang dilakukan termasuk melalui kerjasama lintas batas yang updating dan revitalisasi. tepat Kota dan Permukiman Pada tahun 2030, memperkuat urbanisasi Rasio laju peningkatan yang Berkelanjutan yang inklusif dan berkelanjutan serta konsumsi tanah dengan laju kapasitas partisipasi, perencanaan pertumbuhan penduduk penanganan permukiman yang berkelanjutan dan terintegrasi di semua negara Proporsi ruang terbuka perkotaan untuk semua, Pada tahun 2030, menyediakan ruang menurut kelompok usia, jenis publik dan ruang terbuka hijau yang aman, kelamin dan penyandang inklusif dan mudah dijangkau terutama disabilitas untuk perempuan dan anak, manula dan penyandang difabilitas Ekosistem Daratan Pada tahun 2020, menjamin pelestarian, 1. Kawasan hutan sebagai restorasi dan pemanfaatan berkelanjutan persentase dari total luas dari ekosistem daratan dan perairan darat lahan serta jasa lingkungannya, khususnya ekosistem hutan, lahan basah, pegunungan 2. Proporsi tutupan hutan dan lahan kering, sejalan dengan kewajiban terhadap luas lahan berdasarkan perjanjian internasional keseluruhan Sumber: Kementerian PPN/Bappenas, 2017 Indikator-indikator yang tercantum dalam Tabel hidrologi dan klimatologi yang dilakukan updating 2 diatas menuntut ketersediaan data terkait sumber dan revitalisasi. Data terkait jumlah stasiun hidrologi daya air, hutan, dan lahan. Data maupun informasi ini dapat didukung oleh proses pemutakhiran data yang dibutuhkan dapat diperoleh dari hasil analisis pos duga air yang dilakukan pada saat penyusunan neraca sumber daya alam. Sebagai contoh, untuk neraca sumber daya air. Pemutakhiran data pos menghindari terjadinya kelangkaan air, maka perlu duga air dilakukan melalui survei lapangan dengan dihitung tingkat water stress (proporsi pengambilan menggunakan data lokasi pos duga air yang berasal air tawar terhadap ketersediaannya). Terkait hal ini, dari Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) maupun neraca sumber daya air telah mengakomodir dengan Dinas Pengelolaan Sumber Daya Air (Dinas PSDA). melakukan perhitungan terhadap potensi (aktiva) Dalam survei tersebut, selain dilakukan pencatatan dan penggunaannya (pasiva) (lihat Gambar 3). koordinat geografis pos duga air, juga dilaksanakan inventarisasi pos duga air yang masih berfungsi Kemudian, salah satu indikator nasional untuk ataupun rusak. menggambarkan penerapan pengelolaan sumber daya air secara terpadu adalah jumlah stasiun GGEEOOttaannggkkaassVVooll..35--22001179 1111
Sajian Utama Aliran Permukaan Peta Batas Peta RBI Peta Hidroklimatologi WS/DAS/SubDAS (Pos duga air, stasiun curah Data Debit Sungai hujan dan iklim) Kebutuhan Air RKI (Rumah tangga, perkotaan dan industri) Data Debit Tidak Data Curah Tidak >= 10 Tahun Hujan Peta Penutup Lahan >= 10 Tahun Kebutuhan Air Irigasi Ya Peta Isohyet Ya Kebutuhan Air Kebutuhan Air Peta Pasiva Peternakan Metode HUjan Analisa Regional Limpasan Kebutuhan Air Perikanan Lengkungan kekerapan/ Debit Runtut Waktu Peta Kerja Rangking diatas 10 tahun Kebutuhan Air Pemeliharaan Sungai Debit Andalan Debit andalan 95% Debit andalan 80% Peta Indeks Pemakaian Air Peta Aktiva Overlay Peta Neraca Sumberdaya Air Gambar 3. Alur Penyusunan Neraca Spasial Sumber Daya Air (Sumber: BSN, 2015) Selanjutnya, terkait target untuk memperkuat lahan dirinci menjadi 103 kelas yang disesuaikan urbanisasi yang inklusif dan berkelanjutan, dengan SNI Klasifikasi Penutup Lahan-Bagian 1: Skala indikator nasional yang dibutuhkan adalah rasio Kecil dan Menengah (BSN, 2014). Beberapa kelas laju peningkatan konsumsi tanah dengan laju penutup lahan merepresentasikan ruang publik dan pertumbuhan penduduk. Data laju konsumsi tanah ruang terbuka hijau, antara lain: hutan kota, jalur dapat diartikan sebagai laju perubahan penutup hijau dan taman kota sehingga informasi mengenai lahan non terbangun menjadi lahan terbangun. lokasi dan luasannya dapat di-extract melalui peta Hal ini tentunya terkait dengan kebutuhan lahan penutup lahan. (land demand) untuk mengakomodir bertambahnya jumlah penduduk dan kebutuhannya akan ruang. Terkait ekosistem daratan, dibutuhkan data kawasan hutan dan proporsi luas hutan terhadap Data perubahan penutup lahan dapat diperoleh luas lahan keseluruhan. Peta kawasan hutan skala dari neraca sumber daya lahan. Perubahan penutup 1:250.000 tersedia di Kementerian Lingkungan Hidup lahan dari non terbangun menjadi lahan terbangun dan Kehutanan. Peta yang sama digunakan dalam dapat dibangun melalui analisis tumpang tindih menyusun neraca sumber daya hutan, khususnya (overlay) antara dua peta penutup lahan dalam dua untuk mengidentifikasi fungsi kawasan hutan. waktu berbeda, yaitu aktiva (peta penutup lahan tahun awal) dan pasiva (peta penutup lahan tahun Disisi lain, proporsi luas hutan terhadap akhir) (lihat Gambar 4). luas lahan keseluruhan dapat diambil melalui hasil interpretasi penutup lahan dalam kawasan Indikator nasional terkait target penyediaan hutan maupun pada area penggunaan lain (APL). ruang publik dan ruang terbuka hijau juga dapat Interpretasi yang dilakukan tentunya juga mengacu diperoleh melalui analisis neraca sumber daya lahan. kepada SNI Klasifikasi Penutup Lahan-Bagian 1: Skala Dalam penyusunan neraca sumber daya lahan untuk Kecil dan Menengah (BSN, 2014). skala kabupaten/kota (1:25.000), kelas penutup 1212 GGEEOOtatnangkgaksasVVool.l5. 3- -22001197
Sajian Utama Penutupan lahan Penutupan lahan tahun awal (t0) [SNI tahun awal (t0) [SNI 7645.1:2014 7645.1:2014 Kawasan Hutan Kawasan Areal Kawasan Areal Kawasan Hutan Penggunaan Lainnya Penggunaan Lainnya [APL] [APL] Peta Aktiva Peta Pasiva Overlay Peta Neraca Sumber Daya Lahan Gambar 4. Analisis Perubahan Penutup Lahan Neraca Sumber Daya Alam untuk Mendukung mendukung perikehidupan manusia, mahluk Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) lain, dan keseimbangan antar keduanya. b. daya tampung lingkungan hidup adalah Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) adalah kemampuan lingkungan hidup untuk rangkaian analisis yang sistematis, menyeluruh, menyerap zat energi, dan /atau komponen dan partisipatif untuk memastikan bahwa prinsip lain yang masuk atau dimasukkan ke Pembangunan Berkelanjutan telah menjadi dasar dalamnya. dan terintegrasi dalam pembangunan suatu wilayah dan/atau Kebijakan, Rencana, dan/atau Program Dalam UU tersebut dinyatakan pula bahwa untuk (Kemendagri, 2018). Dalam konteks penyusunan menentukan DDDT serta cadangan sumber daya rencana pembangunan daerah, khususnya RPJMD, alam, maka perlu dilakukan inventarisasi lingkungan pemerintah daerah diwajibkan untuk melaksanakan hidup. Inventarisasi tersebut dimaksudkan untuk penyusunan KLHS. memperoleh data dan informasi mengenai sumber daya alam, yang meliputi: Permendagri No. 7 Tahun 2018 mengatur tentang Pembuatan dan Pelaksanaan KLHS dalam a. potensi dan ketersediaan Penyusunan Dokumen Perencanaan. Pada pasal b. jenis yang dimanfaatkan 15 disebutkan bahwa KLHS dimanfaatkan untuk c. bentuk penguasaan penyusunan dokumen RPJMD dan penyusunan d. pengetahuan pengelolaan Rencana Aksi Daerah (RAD) TPB. Pada pasal e. bentuk kerusakan selanjutnya dinyatakan bahwa bagian dari KLHS yang f. konflik dan penyebab konflik yang timbul digunakan dalam RPJMD adalah: akibat pengelolaan a. gambaran umum kondisi daerah b. permasalahan dan isu strategis daerah Berdasarkan penjelasan diatas, terlihat bahwa c. tujuan NSDA dapat dimanfaatkan untuk mendukung d. sasaran strategis penyusunan KLHS (lihat Gambar 5). Informasi tentang potensi, pemanfaatan, dan saldo SDA Salah satu aspek yang harus tergambarkan dapat diperoleh melalui analisis NSDA. Data dan dalam kondisi umum daerah adalah aspek geografis informasi mengenai potensi dan pemanfaatan dan demografis. Didalamnya mencakup analisis SDA menjadi bagian dari inventarisasi sumber Daya Dukung dan Daya Tampung (DDDT) untuk daya alam yang digunakan untuk menentukan pembangunan daerah. Dalam Undang-undang No. DDDT. Selanjutnya, DDDT akan menjadi bagian tak 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan terpisahkan dalam menggambarkan kondisi umum Lingkungan Hidup, yang dimaksud dengan Daya daerah pada dokumen KLHS. Bagian dari KLHS Dukung dan Daya Tampung adalah sebagai berikut: yang menggambarkan kondisi umum daerah akan menjadi masukan untuk menyusun Bab Gambaran a. daya dukung lingkungan hidup adalah Umum Kondisi Daerah dalam dokumen RPJMD. kemampuan lingkungan hidup untuk GGEEOOtatnanggkkasasVVool.l3. 5- -22001179 m13
Sajian Utama INTEGRASI KLHS RPJMD DALAM DOKUMEN RPJMD NSDA KEBIJAKAN UMUM PEMBANGUNAN KEBIJAKAN UMUM PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN BERKELANJUTAN DOKUMEN RPJMD LAPORAN KLHS RPJMDKONDISI UMUM DAERAH BAB II GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH CAPAIAN INDIKATOR TPB BAB III GAMBARAN KEUANGANDAERAH KONDISI PENCAPAIAN TPB BAB IV PERMASALAHAN DAN ISU-ISU STRATEGIS DAERAH PEMBAGIAN PERAN SKENARIO PEMBANGUNAN BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN BERKELANJUTAN BAB VI STRATEGI, ARAHAN KEBIJAKAN DAN PROGRAM PEMBANGUNAN ISU STRATEGIS, PERMASALAHAN, SASARAN STRATEGIS BAB VII KERANGKA PENDANAAN PEMBANGUNAN DAN PROGRAM PERANGKAT DAERAH Gambar 5. Integrasi KLHS RPJMD kedalam Dokumen RPJMD Kesimpulan Pembangunan Berkelanjutan (TPB). Selanjutnya, Penyusunan Neraca Spasial Sumberdaya Alam NSDA juga dapat dimanfaatkan dalam proses (NSDA) perlu dilaksanakan secara terintegrasi penyusunan dokumen Kajian Lingkungan Hidup yang melibatkan semua pihak baik pusat maupun Strategis (KLHS), khususnya untuk memberikan daerah. Melalui NSDA, akan dapat diidentifikasi gambaran mengenai kondisi umum daerah. potensi SDA daerah, early warning akan kondisi SDA Hal-hal yang tergambar dalam KLHS, kemudian daerah, pengendalian dan perlindungan ekosistem menjadi bagian yang terpisahkan dalam dokumen dan kawasan, serta perencanaan pembangunan perencanaan, khususnya RPJMD (Rencana berkelanjutan. Pembangunan Jangka Menengah Daerah). Data dan informasi yang diperoleh melalui analisis NSDA menjadi bagian penting yang mendukung target yang akan dicapai dalam Sustainable Development Goals (SDGs) atau Tujuan Penulis 1 adalah Surveyor Pemetaan Muda, BIG 1414 GEGOEOtatnagnkgaksaVsoVlo. 5l. -32-0210917
Sajian Utama Daftar Pustaka Badan Standarisasi Nasional. 2014. SNI Klasifikasi Penutup Lahan-Bagian 1: Skala Kecil dan Menengah. Jakarta: Badan Standarisasi Nasional Badan Standarisasi Nasional. 2015. Standar Nasional Indonesia (SNI) Penyusunan Neraca Spasial Sumber Daya Alam. Jakarta: Badan Standarisasi Nasional Kementerian Dalam Negeri. 2017. Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 86 Tahun 2017 tentang Tata Cara Perencanaan, Pengendalian dan Evaluasi Pembangunan Daerah, Tata Cara Evaluasi RRPJPD dan RPJMD, serta Tata Cara Perubahan RPJPD, RPJMD dan RKPD. Jakarta: Kementerian Dalam Negeri Kementerian Dalam Negeri. 2018. Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2018 tentang Pembuatan dan Pelaksanaan Kajian Lingkungan Hidup Strategis dalam Penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah. Jakarta: Kementerian Dalam Negeri Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas. 2017. Pedoman Penyusunan Rencana Aksi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (TPB)/Sustainable Development Goals (SDGs). Jakarta: Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas. 2017. Ringkasan Metadata Indikator Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (TPB)/Sustainable Development Goals (SDGs) Indonesia. Jakarta: Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas Internet Peraturan Presiden (Perpres) Republik Indonesia Nomor 59 Tahun 2017 tentang Pelaksanaan Pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (TPB). https://www.kemenkopmk.go.id/content/peraturan-presiden- no-59-tahun-2017. Diakses pada tanggal 19 Oktober 2018, pukul 16.12 WIB Sustainable Development Knowledge Platform. https://sustainabledevelopment.un.org/?menu=1300. Diakses pada tanggal 11 Oktober 2018, pukul 15.51 WIT Undang-undang Republik Indonesia Nomor 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup. http://jdih.menlh.go.id/pdf/ind/IND-PUU-1-2009-UU%20No.%2032%20Th%202009_Combine.pdf. Diakses pada tanggal 22 Oktober 2018, pukul 09.35 WIB GGEEOOttaannggkkaassVVooll..35--22001179 1155
Sajian Utama Peranan Badan Informasi Geospasial dalam Percepatan Tata Ruang Oleh: Ryan Pribadi, Chintia Dewi Semenjak diterbitkan Peraturan Pemerintah ruang, bukan hanya sekadar supporting system. Pasal pembinaan tersebut juga meminta BIG melakukan (PP) No 8 Tahun 2013 tentang Ketelitian Peta capacity building aspek perpetaan atau informasi geospasial pada pemerintah dan pemerintah daerah. Rencana Tata Ruang, dimana dalam salah satu Secara operasional, unsur pemeriksaan yang pasalnya mewajibkan seluruh peta rencana tata dilakukan secara bertahap mulai dari sumber data hingga album peta. Sumber data yang digunakan ruang yang disusun untuk dikonsultasikan kepada adalah Peta RBI dengan skala yang disesuaikan dengan outputnya. Untuk peta RTRW Nasional, Badan Informasi Geospasial (BIG), maka disinilah RTRW Provinsi, RTRW Kabupaten dan RTRW Kota, telah tersedia data peta RBI Skala 1:50.000. Namun letak peran penting BIG. Penyusunan peta rencana untuk RTRW Kota, masih terdapat beberapa pulau yang belum tersedia RBI Skala 1:25.000. Untuk tata ruang mulai dari sumber data hingga album pemutakhiran atau untuk unsur peta RTR yang belum tersedia peta RBI, maka diperkenankan peta harus melewati proses asistensi dan supervisi menggunakan citra satelit yang sudah dikoreksi geometris atau foto udara seperti yang dilakukan yang dalam hal ini dilaksanakan di Pusat Pemetaan untuk penyusunan Peta Rencana Detail Tata Ruang atau Peta Rencana Tata Ruang Kawasan Strategis Tata Ruang dan Atlas. Adapun peta rencana tata yang memiliki skala besar pada bagian intinya. ruang yang dimaksud terdiri dari Peta Rencana Tata Mengingat kebutuhan data peta dasar yang sangat mendesak dan cepat, maka diperlukan Ruang Wilayah Nasional, Peta Rencana Tata Ruang berbagai upaya percepatan oleh BIG terutama pada unsur-unsur peta dasar. Untuk kebutuhan Wilayah Provinsi, Peta Rencana Tata Ruang Wilayah peta rencana tata ruang skala menengah hingga kecil, data RBI sudah tersedia di BIG. Namun data Kabupaten, Peta Rencana Tata Ruang Kota, Peta tersebut perlu dilakukan pemutakhiran khususnya unsur tutupan lahan, jalan, sungai atau batas Rencana Detail Tata Ruang, Peta Rencana Tata Ruang administrasi. Untuk peta rencana tata ruang skala besar, ketersediaan peta RBI masih minim dibanding Kawasan Strategis Nasional, Peta Rencana Tata luasnya wilayah Indonesia. Pada tahun 2015, BIG melakukan pengadaan Citra Satelit Resolusi Tinggi Ruang Kawasan Strategis Provinsi, Peta Rencana Tata (CSRT) yang mencakup hampir seluruh wilayah Indonesia. Saat ini untuk sebagian wilayah sudah Ruang Kawasan Strategis Kabupaten, Peta Rencana selesai koreksi geometrisnya, namun pada sebagian wilayah lain masih dalam proses pengolahan. Data Tata Ruang Kawasan Ekonomi Khusus dan lainnya. CSRT yang sudah dikoreksi tersebut bisa didapatkan tak berbayar (gratis) yang kemudian dapat Peran BIG cukup nyata dalam penyelenggaraan dimanfaatkan pemerintah daerah menjadi peta garis sesuai dengan spesifikasi teknis pemetaan yang penataan ruang, terutama pada konteks pembinaan dikeluarkan BIG. aspek perpetaan sesuai dengan PP No. 8 Tahun 2013 Tentang Ketelitian Peta Rencana Tata Ruang yang merupakan turunan dari UU No. 26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang. Dalam peran atau tugas tersebut seperti tercantum dalam PP 8/2013, BIG melakukan pembinaan teknis perpetaan dalam penyusunan tata ruang terhadap instansi pemerintah dan pemerintah daerah. Pembinaan teknis tersebut dalam bentuk 1. Penerbitan pedoman, standar, spesifikasi teknis serta sosialisasinya 2. Pemberian bimbingan, supervisi dan konsultasi 3. Pemberian pendidikan dan latihan, 4. Perencanaan, penelitian dan pengembangan 5. Pemantauan dan evaluasi. Dari amanat PP tersebut terlihat bahwa BIG sangat berperan aktif dalam aspek perpetaan penataan 1616 GGEOEOtatnagnkgaksaVsoVlo. 5l. 3- 2-0210917
Sajian Utama Data yang dikumpulkan hingga pertengahan terhadap IG-nya, 42,6% RTRW bermasalah pada IGD, tahun 2018, dari 1393 RDTR yang masuk, 581 dan 10,5% belum melakukan asistensi. diantaranya memiliki kondisi citra satelit yang belum dikoreksi dan 812 sudah memiliki citra satelit yang Berdasarkan dari data dan fakta di atas terlihat telah terkoreksi. Dari 581 citra satelit yang belum bahwa untuk penyusunan peta rencana tata ruang dikoreksi tersebut, 268 diantaranya citra yang dimiliki cukup banyak mengalami kendala terutama pada belum sesuai dengan spesifikasi dan 313 citra sudah ketersediaan data. Untuk mengatasinya Pusat sesuai spesifikasi namun belum terkoreksi geometris. Pemetaan Tata Ruang Atlas BIG melakukan upaya- Dari 812 citra satelit yang sudah dikoreksi, 442 upaya percepatan dalam proses asistensi supervisi diantaranya belum dilakukan digitasi dan atau masih peta Rencana Tata Ruang. Beberapa upaya yang dalam proses penyusunan peta dasar dan 370 sudah sudah dilakukan dari tahun ke tahun antara lain selesai peta dasar. Dari 370 data yang sudah selesai penyelenggaraan klinik asistensi dan supervisi. Secara peta dasar ini, sejumlah 132 masih proses menuju aktif tim teknis BIG mendatangi pemerintah daerah peta tematik, 61 sudah tahap peta rencana dan 177 untuk melaksanakan asistensi dan supervisi secara sudah rekomendasi. Jika dikalkulasi dari 1393 data intensif. Hal ini dilakukan agar terjadi peningkatan RDTR yang masuk, baru 12,7% yang rekomendasi, status capaian misalnya dari tahap sumber data naik 193 RDTR pada tahapan integrasi IGT terhadap IGD menjadi peta dasar, peta dasar menjadi peta tematik dan 1023 RDTR bermasalah pada IGD. dan seterusnya. Upaya juga dilakukan dengan menambah sumberdaya manusia sebagai tenaga Untuk skala menengah, khususnya peta RTRW pemeriksa sehingga memungkinkan semakin banyak Kabupaten/Kota yang berjumlah 514, 54 diantaranya jumlah peta rencana tata ruang yang terverifikasi, belum asistensi, 219 peta dasar belum sesuai serta terlebih mengingat momentum revisi RTRW sudah 241 peta dasar sudah sesuai. Dari 241 peta dasar yang mulai terutama periode tahun 2017-2018 ini. Untuk sudah sesuai, 66 diantaranya peta dasar sudah sesuai daerah-daerah lain juga diberlakukan asistensi namun masih belum berlanjut ke proses selanjutnya, online untuk meningkatkan efektivitas waktu dan 37 peta sedang proses peta tematik dan rencana, menambah frekuensi pendampingan petanya. serta 138 sudah rekomendasi. Jika dikalkulasi dari Langkah-langkah tersebut terbukti cukup jitu dalam keseluruhan RTRW yang masuk maka 26,8% sudah meningkatkan jumlah peta yang terekomendasi rekomendasi, 20% RTRW berproses integrasi IGT untuk tiap tahunnya. Perolehan Rekomendasi Peta Rencana Tata Ruang dalam kurun waktu Tahun 2015-2018 Jenis RTR 2015 2016 2017 2018 RDTR 35 52 37 120 RTRW Kab/Kota 4 8 18 40 RTRW Provinsi 3 RTRWN 3 1 6 RTR Lainnya 2 3 1 Sumber : Tim database PPTRA melalui situs tataruang.big.go.id GGEEOOttaannggkkaassVVool.l.35--22001179 1177
Sajian Utama Selain bantuan yang bersifat pembinaan, pada Dengan demikian perlu dilakukan sinkronisasi tahun 2018 ini BIG juga melakukan bantuan teknis diantaranya dengan melakukan revisi pada pada penyusunan peta diantaranya terdiri dari 100 lampiran PP No 8 Tahun 2013 untuk klasifikasi serta peta RDTR dan 50 RTRW (Provinsi/Kabupaten dan pewarnaannya. Kota). Melalui kegiatan ini diharapkan target untuk rekomendasi di tahun 2018 sekitar 200-250 dapat Pembagian tugas antara Kementerian Agraria tercapai. dan Tata Ruang dan BIG dalam proses asistensi rencana tata ruang daerah adalah dalam aspek Penyusunan peta rencana tata ruang menjadi substansi dan teknis perpetaannya. Secara prinsip satu kesatuan dengan peraturan daerah. Dengan bahwa informasi geospasial rencana tata ruang demikian, penyusunan peta tersebut tidak bisa harus mengikuti substansinya, artinya peta rencana dipisahkan dari regulasi dan peraturan perundangan tata ruang yang dibuat harus menggambarkan isi yang menyertainya. Pada tahun 2018 terdapat rencananya. Untuk itu maka aspek asistensi idealnya perubahan Peraturan Penyusun Substansi RTRW harus mencakup kedua hal tersebut. Skema berikut dan RDTR yaitu Permen PU No. 15,16,17 tahun ini menggambarkan pembagian peran tersebut 2009 menjadi Permen ATR/BPN No.1 Tahun 2018 dalam asistensi dan pendampingan daerah. serta Permen PU No. 20 Tahun 2011 menjadi Permen ATR/BPN No.6 Tahun 2018. Dengan adanya Tahapan asistensi akan dimulai dari data, baik perubahan ini juga secara otomatis akan merubah data spasial maupun non spasial, namun ketika klasifikasi atau nomenklatur pemetaan pada peta masuk pada tahap analisis, maka akan terdapat rencana serta unsur pewarnaan atau kartografinya. perbedaan dalam metode maupun prosesnya. Saat ini Kementerian ATR/BPN juga telah melakukan Metode dan proses spasial, sesuai dengan amanat penyusunan sistem basis data untuk peta rencana PP 8/2013 akan menjadi tugas BIG dalam melakukan pada tingkat RTRW Provinsi, Kabupaten dan Kota. asistensi dan pembinaannya. Dokumen dan Peta Rencana Analis Data Kemen ATR Masukan Dokumen dan Peta Struktur Ruang Regional Ekonomi dan sektor Dokumen dan Peta Pola Ruang Sosial Data Non Budaya unggulan Spasial Proses spasial, menterjemahkan dari analisis menjadi peta rencana Kependudukan Regional Pembiayaan pembangunan Peta Rencana Analis SDA dan Fisik Data BIG Peta Struktur Ruang Lingkungan Masukan Peta Pola Ruang Peta Tematik Sumber Data dan Peta Tematik Potensi Peta Dasar Kesesuaian dengan peta dasar, Peta Tematik Status struktur database, dan kartografis Penulis 1 adalah Kepala Bidang Pemetaan Tata Ruang, Penulis 2 adalah Surveyor Pemetaan Pertama, BIG 18 18 GEGOEtOantgaknagskVasolV.o5l.-320- 129017
GeoFoto Gambar 1. Situs Gunung Padang (Foto : PPTRA-BIG) Situs megalitikum yang layak menjadi wisata anda adalah Gunung Padang di Cianjur. Di puncak bukit berketinggian 885 m dpal, terserak bantuan berbentuk heksagonal. Ayo kita naik ke Gunung Padang.... GGEEOOttaannggkkaassVVooll..53--22001197 1199
Artikel PENGEMBANGAN KAWASAN BANDAR KAYANGAN Oleh : Roswidyatmoko Dwihatmojo Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 13 Tahun 2017 tentang Perubahan Atas PP Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN) menyebutkan bahwa Bandar Kayangan sebagai salah satu kawasan andalan dengan sektor unggulan berupa perikanan laut, pariwisata, industri, perdagangan dan jasa serta panas bumi. Kawasan andalan merupakan bagian dari kawasan budidaya, baik di ruang darat maupun ruang laut yang pengembangannya diarahkan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi bagi kawasan tersebut dan kawasan di sekitarnya. PP tersebut menetapkan Bandar Kayangan di Kabupaten Lombok Utara sebagai kawasan andalan nasional untuk kegiatan industri, perdagangan, jasa dan kelautan. Terdiri atas pelabuhan yang dilengkapi kota metropolitan dengan industri dan kilang minyak. Peraturan Pemerintah tersebut akan segera ditindaklanjuti dengan Peraturan Daerah (Perda). Gambar 1. Lokasi Kawasan Bandar Kayangan Bandar Kayangan memiliki letak yang Bandar Kayangan sesuai PP No. 13 Tahun 2017 sangat strategis dan mempunyai peluang untuk Pasal 36 telah memenuhi kriteria pengembangan dikembangkan menjadi “International Global Hub pelabuhan utama antara lain: Port”. Bandar Kayangan akan dibangun Global Hub Bandar Kayangan yang merupakan pelabuhan utama 1. berhadapan langsung dengan ALKI dan/ modern. Pelabuhan modern bisa dirapati kapal atau jalur pelayaran internasional dengan panjang 500 meter dengan kedalaman 35 meter. Pembangunan Kawasan Bandar Kayangan 2. berfungsi sebagai simpul utama pendukung ini diharapkan mampu memberikan nilai ekonomi pengembangan produksi kawasan andalan yang lebih optimal pada jalur Alur Laut Kepulauan ke pasar internasional Indonesia (ALKI) II. 3. berada di luar kawasan lindung. 2020 GEGOEOtatnagnkgaksaVsoVlo. 5l. -32-0210917
Artikel Menurut Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (2016) bahwa usulan pengembangan Bandar Kayangan sebagai kota baru didasari adanya kebutuhan untuk memiliki pusat ekspor dan impor. Pusat ini diharapkan mampu melayani kapal pada ALKI II serta kebutuhan akan kawasan industri pada jalur yang dilintasi khususnya oleh negara-negara di Asia dan Eropa sebagai pusat transhipment sebelum didistribusikan ke negara pasar. Pembangunan Bandar Kayangan diarahkan sebagai strategi industri dan perdagangan antar bangsa yang berorientasi pada pemanfaatan sumberdaya yang berasal dari negara lain (outward looking). Poros Maritim Dunia Bandar Kayangan memiliki lokasi strategis terhadap jalur pelayaran nasional maupun dunia. Keberadaan Selat Lombok sebagai jalur alternatif bagi kapal berukuran sangat besar (extra-largeships) yang akan melintasi perairan Indonesia. Saat ini lebih dari 85% perdagangan internasional dibawa oleh kapal laut, dan 40% melintasi perairan Indonesia. Lebih dari 90% melewati jalur Selat Malaka sedangkan sisanya menempuh jalur baru termasuk Selat Lombok. Kapal yang melintasi Selat Lombok mencapai 40 buah kapal per hari khususnya kapal berukuran besar dan sangat besar. Kapal berukuran besar dan sangat besar ini sudah tidak efisien lagi bila berlayar melalui Selat Malaka karena kedalaman lautnya yang sudah tidak memadai untuk kapal berukuran besar tersebut. Gambar 2. Rute Perdagangan Kapal Internasional dan Lokasi Strategis Maritim Dunia Sumber : Jean Paul Rodrigue (2017) Keberadaan ALKI II memberikan pengaruh terhadap wilayah yang dilewati seperti Pulau Lombok. Sebagai jalur perdagangan dan pelayaran internasional, ALKI II yang mencakup Selat Lombok, Selat Makassar, dan Laut Sulawesi menjadi penting dalam posisinya sebagai jalur pendukung utama dari Selat Malaka yang sudah amat padat. ALKI II yang melintang dari utara ke selatan merupakan jalur ekonomi bagi negara-negara di utara seperti Jepang dan Korea. Pengembangan Bandar Kayangan Perencanaan pembangunan akan dilaksanakan dengan pendekatan Tematik, Holistik, Integratif, dan Spasial (THIS) untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi sasaran agenda prioritas nasional. Peran IG dalam perencanaan pembangunan telah merubah paradigma pendekatan sektoral menjadi pendekatan yang lebih THIS dalam proses perencanaan dan pengambilan keputusan. Indonesia sedang bergerak menuju sistem perencanaan yang lebih tersinkronisasi dan komprehensif (Bappenas, 2018). Kota baru Bandar Kayangan diharapkan memiliki keunggulan kompetitif untuk industri dan perdagangan jasa. Selain itu dirancang menjadi ”world most liveable city” termasuk sistem transportasi dan energi non fosil yang digunakan. Pemerintah Kabupaten Lombok Utara sudah menjamin ketersediaan lahan 7.000 Ha yang dibutuhkan untuk pembangunan Global Hub Bandar Kayangan. Kondisi saat ini tersedia lahan kosong sampai dengan 10.000 Ha dengan rincian 1.000 Ha untuk pelabuhan, 3.000 Ha untuk industri, 1.000 Ha untuk Central Business District (CBD) dan 5.000 Ha untuk hunian termasuk untuk sarana prasarana dan ruang terbuka hijau (Pemerintah Provinsi NTB, 2017). GGEEOOttaannggkkaassVVooll..35--22001179 2211
Artikel Bandar Kayangan akan dikembangkan menjadi tahun 2017 pada tiga (3) kawasan unggulan antara kota baru yang dibagi dalam enam (6) zona lain; pelabuhan internasional, pengilangan minyak, eksklusif berkelas internasional yakni (1) pelabuhan dan kawasan industri. Selanjutnya pada tahun internasional, (2) pengilangan minyak, (3) industri, 2019, akan dilakukan pengembangan kawasan (4) kawasan perdagangan dan pusat kota, (5) permukiman, kawasan perdagangan dan pusat permukiman, dan (6) wisata. Bandar Kayangan kota, serta kawasan pariwisata. Pengembangan diproyeksikan mampu bersaing dengan kota bandar Bandar Kayangan beserta kota pelabuhan berkelas dunia seperti Dubai, Hongkong dan Singapura. internasional sejalan dengan Program Nawacita Pembangunan Bandar Kayangan diharapkan mampu yang menjadikan Indonesia sebagai salah satu poros mendorong pertumbuhan ekonomi Kawasan Timur maritim dunia. Indonesia. Pengembangan tahap pertama dimulai Gambar 3. Pengembangan Kota Bandar Kayangan FUNGSI YANG DIRENCANAKAN Ring 2 Ring 3 Supplier Support Ring 1 Ekonomi Local : Vendor • Agrikultur Material Handling Hospitality • Peternakan • Perikanan LNG KEGIATAN UTAMA Warehouse Nature Recreation DRIVER OIL (PORT) Logistik REFINE Csnteen Pemukiman Umum RING 1 KEG. RING 2 RY LAINNYA RING 3 Local Labor Fasos Fasum Medical Center DRIVER FUNGSI PRIMER FUNGSI SEKUNDER FUNGSI TERSIER CORPORATE REALM LOCAL REALM Gambar 4. Konsep Pengembangan Bandar Kayangan 2222 GEGOEOtatnagnkgaksaVsoVlo. 5l. -32-0210917
Artikel Pengembangan Bandar Kayangan menerapkan berimplikasi pada kebutuhan permukiman prinsip Public Private People Partnership (4P) dan perdagangan jasa. Fokus pengembangan dalam berinvestasi (Pemerintah Provinsi NTB, kawasan berupa peningkatan manajemen dan 2016). Masyarakat dilibatkan dalam investasi dan kegiatan perkotaan. penyediaan infrastruktur. Lahan yang dimiliki 4. Tahap Ketiga (2029-2033) masyarakat tidak sekadar dibeli namun mereka Pada tahap ketiga pengembangan lanjutan juga dilibatkan dalam wadah koperasi sehingga dengan fokus pada empat Kawasan utama, masyarakat bisa memperoleh manfaat dari yakni: pengembangan Kawasan Industri pengembangan Bandar Kayangan. seluas 728 Ha, Kawasan CBD seluas 300 Ha, Residential Area seluas 672 Ha, dan Kawasan Pengembangan Bandar Kayangan difokuskan Mix Used seluas 300 Ha. Kegiatan perkotaan pada tiga kegiatan utama, yakni: pelabuhan global mulai tumbuh karena terjadi aglomerasi jumlah hub, kilang minyak (oil refinery), dan industri penduduk yang disertai oleh tumbuh dan perakitan dan pengolahan. Ketiga kegiatan utama berkembangnya kegiatan jasa, perdagangan, tersebut akan didukung kegiatan penunjang lainnya, dan pariwisata. yakni: perdagangan dan jasa (CBD), residential 5. Tahap Keempat (2034-2038 ) area, dan pariwisata. Pengembangan kota Bandar Pada tahap ini embrio tumbuh dan Kayangan, akan dibagi kedalam lima Tahapan berkembangnya “smart city” Kota Bandar Kegiatan, yakni: Kayangan sebagai “international global hub”. 1. Tahap Persiapan (2017-2018) Peran Informasi Geospasial dalam Pengembangan Bandar Kayangan Pada tahapan persiapan akan dilaksanakan IG memiliki peran penting dalam proses penyiapan RDTR dan Peraturan Zonasi. Apabila perencanaan. Menurut UU Nomor 4 Tahun 2011 tentang Informasi Geospasial disebutkan payung hukum sudah ada maka dilakukan IG merupakan alat bantu dalam perumusan kebijakan, pengambilan keputusan, dan/atau proses perizinan lokasi serta pembebasan pelaksanaan kegiatan yang berhubungan dengan ruang kebumian. IG sangat berguna sebagai sistem lahan. Penyusunan dan penyiapan DED untuk pendukung pengambilan kebijakan dalam rangka mengoptimalkan pembangunan di bidang ekonomi, kawasan pelabuhan, kawasan kilang minyak, sosial, budaya, dan ketahanan nasional, khususnya dalam pengelolaan sumberdaya alam, penyusunan dan kawasan industri. rencana tata ruang, perencanaan lokasi investasi dan bisnis perekonomian, penentuan garis batas 2. Tahap Pertama (2019-2023) wilayah, pertanahan, dan kepariwisataan. Tahap awal pengembangan akan dikonsentrasikan pada pelabuhan (586 Ha), kilang minyak (564 Ha), dan industri (1212 Ha). Kegiatan tersebut merupakan “core business” Bandar Kayangan yang diharapkan akan memberikan multiplier effect yang luas terhadap kegiatan lainnya. 3. Tahap Kedua (2024-2028) Pada tahap ini dilanjutkan pengembangan seluas 2.000 Ha yang diharapkan mampu menyerap 200.000 tenaga kerja yang GGEEOOttaannggkkaassVVooll..35--22001179 2233
Artikel Gambar 5. Peta Rencana Pola Ruang Kabupaten Lombok Utara Bencana Gempa Bumi (2018) menyatakan pertumbuhan ekonomi NTB pada kuartal III semakin terkontraksi akibat bencana. Gempa bumi yang melanda Lombok dan Pertumbuhan awalnya yang diperkirakan positif, sekitarnya berpengaruh terhadap kondisi kembali terkontraksi sekitar 0%. Pertumbuhan tahun perekonomian Provinsi Nusa Tenggara Barat. sebelumnya 0,11% dari PDB. Angka kemiskinan Menurut rilis Badan Nasional Penanggulangan per Maret 2018 masih mencapai 737.460 orang. Bencana (BNPB) per 1 Oktober 2018 dampak gempa Angka tersebut diperkirakan meningkat dengan menyebabkan 564 korban meninggal dunia, 1.584 adanya gempa. Gempa Lombok berdampak pada luka, 445.343 jiwa mengungsi dan 149.715 unit angka pertumbuhan ekonomi, peningkatan angka rumah rusak, serta kerusakan 3.818 unit fasum kemiskinan, inflasi, dan jumlah pengangguran. dan fasos. Total kerugian bencana gempa Lombok mencapai Rp12,15 triliun. Angka itu mencakup Kerusakan terparah akibat gempa berada kerusakan bangunan sebesar Rp10,15 triliun dan di Kabupaten Lombok Utara. Adanya bencana kerugian ekonomi sebesar Rp2 triliun (BNPB, 2018). menyebabkan pengembangan Bandar Kayangan sedikit terhambat karena fokus pengembangan Pertumbuhan ekonomi pada kuartal II adalah rekonstruksi dan rehabilitasi pasca gempa. mengalami kontraksi minus 0,37%, yang disebabkan dari anjloknya sektor pertambangan. Bappenas Penulis adalah Kasubag TU Inspektorat, BIG 2424 GEGOEOtatnagnkgaksaVsoVlo. 5l. -32-0210917
Artikel Referensi: Bappenas. (2018). Pemodelan Dinamika Spasial dalam Mendukung Perencanaan Pembangunan Nasional. Disampaikan dalam FGD Model Dinamika Spasial Kawasan Bandar Kayangan. 7 Juni 2018. Jakarta. Bappenas. (2018). Akibat Gempa Lombok, Ekonomi NTB Diperkirakan Melambat. Dikutip dari http://finansial.bisnis.com/read/20180831/9/833877/akibat-gempa-lombok-ekonomi-ntb- diperkirakan-melambat. [Diakses 10 Oktober 2018]. BNPB. (2018). BNPB Sebut Total Kerugian Gempa Lombok Capai Rp12 Triliun. Dikutip dari https://www.cnnindonesia.com/ekonomi/20180910124912-532-329123/bnpb-sebut-total- kerugian-gempa-lombok-capai-rp12-triliun. [Diakses 2 Oktober 2018] Pemerintah Provinsi NTB. (2017). Merajut Harapan di Bandar Kayangan. Buletin NTB Bersaing Edisi III Maret Tahun 2017 : Hal 4-7. Mataram. Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman. (2016). Laporan Tahunan Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman. Jakarta. Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat. (2016). Rencana Pengembangan Kawasan Kota Baru Bandar Kayangan. Jakarta. Pemerintah Republik Indonesia. (2017). Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 2017 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional. Pemerintah Republik Indonesia. (2017). Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2017 tentang Sistem Perencanaan dan Penganggaran Pembangunan Nasional. Rodrigue, Jean Paul. (2017). The Geography of Transport Systems. Dikutip dari https://transportgeography. org/ [Diakses 3 Oktober 2018]. GGEEOOttaannggkkaassVVooll..35--22001179 2255
Artikel Maar Warisan Bumi di sekitar Gunung Lamongan Oleh: Fakhruddin Mustofa Gambar 1: Danau Ranu Bedali (Foto : PPTRA-BIG) Puluhan lubang-lubang menganga berdiameter kurang lebih 100-800 meter terdapat di sekitar Gunung Lamongan. Lubang itu terbentuk bukan karena digali tangan manusia atau mesin penggali , tetapi oleh proses vulkanik yang telah berlangsung ribuan tahun masa lampau. Dalam ilmu kebumian dikenal dengan istilah ‘maar’. Puluhan lubang berisi air menjadi danau alami yang elok, berair jernih penuh ikan dan sumber irigasi. Di lubang sisi lain ada yang berwarna hijau tosca karena pengaruh kimiawi setempat, sementara beberapa lubang yang lain mengering menjadi hutan dan ladang. Ranu, demikian penduduk lokal menyebutnya, menjadi bagian penting denyut kehidupan warga sekitar Gunung Lamongan. Tak berlebihan bila penulis menyebutnya sebagai warisan bumi ‘maar’ yang perlu dijaga untuk kesejahteraan warga sekitarnya. 2626 GGEEOOtatannggkkaassVVool.l5. 3--22001197
Artikel Gunung Lamongan dan Lingkungan sekitarnya, ranu telah menjadi bagian penting dalam Sekitarnya kehidupan masyarakat di Klakah dan Tiris. Sebut saja misalnya Ranu Klakah, Ranu Pakis, dan Ranu Bedali. Mendengar toponim ‘Lamongan’, ingatan Fenomena Terbentuknya Maar sebagian besar dari kita kemungkinan akan tertuju pada sebuah nama kabupaten di Jawa Timur yaitu Bagaimana puluhan lubang-lubang menganga Kabupaten Lamongan. Toponim yang sama antara atau kawah maar itu terbentuk? Maar merupakan Lamongan sebagai nama kabupaten dan Lamongan sebuah gunungapi yang terbentuk akibat proses sebagai nama gunungapi menyebabkan terjadi pengeluaran magma dari dapur magma yang pemahaman praktis yaitu Gunung Lamongan berada dangkal, relatif kecil, tetapi bertekanan kuat. di Kabupaten Lamongan. Ternyata tidak, puncak Dampak dari dapur magma yang relatif kecil, maka Gunungapi Lamongan pada ketinggian 1.671 m umumnya hanya satu kali terjadi letusan/erupsi dpal sampai wilayah dataran kakinya (volcanic eksplosif saja maka aktivitas gunungapi maar foot plain) berada di 2 kabupaten yaitu Lumajang langsung mati. Itulah yang menyebabkan jenis dan Probolinggo. Dalam konteks geomorfologi gunung ini tergolong monogenesis. Akibat letusan regional Jawa Timur, Gunung Lamongan berada di akan meninggalkan depresi berupa lubang-lubang antara Kompleks Pegunungan Tengger Semeru dan atau kawah yang kemudian terisi oleh air tanah Kompleks Gunung Argopuro. Beberapa sumber lain dan air hujan. Kondisi bibir kawah dan disekitarnya menyebut nama gunung ini sebagai ‘Lemongan’. seperti tanggul melingkar dengan kemiringan lereng Sumber dari Peta Rupabumi BIG menulis yang tidak terlalu curam, tidak seperti tipe strato toponim puncaknya dinamakan ‘Tarublamongan’. atau gunungapi yang tinggi menjulang berbentuk Penambahan kata ‘Tarub’ mengacu pada puncak kerucut. kerucut G. Lamongan tua di sisi utara yang bernama Gunung Tarub. Sutikno Bronto (2010) menyebutkan bahwa maar merupakan tipe gunungapi yang memotong Tulisan sederhana ini tidak mengupas kondisi batuan dasar di bawah muka air tanah dan fisik dan sejarah letusan G. Lamongan, namun membentuk kerucut berpenampang landai yang menelisik lebih jauh tentang fenomena keruangan tersusun oleh rempah gunung api berbutir halus maar yang terdapat di lereng bawah sampai dataran hingga kasar, mempunyai diameter kawah yang kaki G. Lamongan. Pusat Vulkanologi dan Mitigasi bervariasi antara 100-3.000 meter. Beberapa kawah Bencana Geologi menyebutkan bahwa G. Lamongan terisi air membentuk danau kawah. Saat magma cukup unik sebab disekitarnya terdapat kurang lebih yang panasnya ratusan-ribuan derajat bersentuhan terdapat 64 pusat erupsi yang terdiri atas 37 kerucut dengan air tanah akan terjadi ledakan uap yang kuat. vulkanik dan 27 maar. Banyaknya pusat letusan Kondisi tersebut umumnya dikenal dengan letusan tersebut menandakan bahwa aktivitas magma tipe freatomagmatik, dimana terjadi interaksi/ dalam perut bumi sekitar G. Lamongan cukup aktif kontak yang kuat magma dengan air tanah yang pada masa lampau, mendesak ke atas membentuk berada atau terkandung pada zona permeabilitas. kerucut-kerucut gunungapi berukuran kecil. Kini, Interaksi menghasilkan tekanan yang kuat sebagai kerucut vulkanik berukuran kecil yang relatif tidak salah satu pemicu terjadinya erupsi, melontarkan aktif dan kenampakan maar berupa danau atau ranu material batuan diatasnya hingga terbentuk kawah. dapat dilihat di sekitar G. Lamongan. T. Bachtiar, seorang geograf, mengibaratkan Hamparan kerucut vulkanik dan maar akan dengan kalimat sederhana bagaimana proses terlihat jelas bila kita berada di puncak G. Lamongan. tersebut terjadi. Maar terbentuk ibarat kita memasak Dari puncaknya, maar akan terlihat seperti kolam- air dalam teko atau cerek yang tertutup rapat. kolam karena sebagian besar memang terisi air. Ketika mendidih, air membentuk uap bertekanan Namun apabila akan meneliti atau sekadar melihat tinggi. Bila kekuatan tekanan uap melebihi kekuatan beberapa objek tersebut secara langsung, tak perlu penutupnya, maka tutup teko itu akan terlempar. khawatir karena infrastruktur jalan di Kecamatan Itulah ibarat proses yang terjadi pada gunungapi Klakah di Lumajang dan Tiris di Probolinggo cukup maar. memadai untuk menuju beberapa danau maar atau ranu tersebut. Sebagai catatan selama penulis melakukan perjalanan singkat ke Klakah dan GGEEOOtatnangkgaksasVoVlo.l3. 5- 2- 0210719 2277
Artikel Gambar 2: Ilustrasi penampang sebuah gunungapi maar (Sumber: Museum Gunungapi Merapi) Puluhan maar yang terdapat disekitar G. Lamongan membuktikan dan menandakan bahwa pada masa lampau aktivitas magma sangat intensif sehingga menimbulkan erupsi yang dahsyat. Kini, bekas-bekas letusan tersebut masih bisa dilihat berupa danau kawah atau ranu. Mengingat keunikan maar dan letaknya yang berdekatan di sekitar G. Lamongan, maka sangat perlu bagi kita semua untuk melindunginya. Aspek Geospasial Maar Secara geospasial atau keruangan, sebaran maar dapat dilihat setidaknya dari dua hasil pemetaan yaitu pemetaan geologi dan pemetaan dasar rupabumi (Peta RBI). Pemetaan geologi yang dihasilkan dari Badan Geologi (1986) menunjukkan sebaran maar. Perhatikan warna kuning saja pada peta geologi tersebut. Warna kuning menunjukkan areal dari kenampakan maar, sedangkan bila ada warna kuning ditengahnya ada warna putih berbentuk bulat menandakan bahwa maar tersebut terisi air. Dari puncak G. Lamongan, keberadaan maar berada kurang lebih pada radius antara 2,5-17 Km. Tulisan ini tidak mengupas sisi geologi atau batuan dari peta tersebut secara mendalam, tetapi dari peta geologi tersebut tergambar secara keruangan sebaran kompleks maar di sekitar G. Lamongan. Kompleks maar menjadi karakteristik alam yang cukup dominan, unik, dan khas yang sangat jarang dimiliki oleh wilayah lain dalam jumlah banyak. Mungkinkah keunikan dan kekhasan ini akan hilang oleh pembangunan? Tentu tidak mudah menjawabnya. Tetapi, cukup kesungguhan dari semua pihak terutama pemerintah dan penduduk setempat untuk memahami dan mengerti karakter alam warisan bumi, untuk kemudian diambil kebijakan pelestarian lingkungan yang tepat melalui berbagai aturan dan operasional penerapannya. 2828 GGEEOOtatannggkkaassVVool.l.53--22001197
Artikel Gambar 3: Warna kuning pada peta menunjukkan kenampakan maar (Sumber: PVMGB) Pemetaan berikutnya diperoleh dari Peta RBI skala 1:25.000. Penulis mengambil sampel dua sheet peta yang banyak memuat informasi ranu atau maar yaitu sheet Klakah dan Tiris. Informasi yang diperoleh cukup lengkap antara lain aksesibilitas, kontur, toponim ranu, dan penutup lahan dari maar (ranu) dan sekitarnya. Pada umumnya, akses menuju ranu cukup mudah, walaupun ada sebagian kecil ranu lain harus ditempuh melalui jalan setapak. Pada umumnya, ranu-ranu berada di Kecamatan Klakah, Ranuyoso, Ranuagung, ketiganya masuk Kabupaten Lumajang. Ranu-ranu lain berada di Kecamatan Tiris, Kabupaten Probolinggo. Ketinggian tempat sekitar ranu cukup bervariasi, misalnya yang agak rendah kurang lebih 220 m dpal di sekitar Ranu Pakis, sampai kurang lebih pada ketinggian 600 m dpal di sekitar Ranu Kembar. Untuk informasi mengenai tutupan lahan sekaligus toponimnya sangat menarik untuk diungkap. Data dan informasi sebagian besar toponim ranu dari Peta RBI dan hasil survei lapangan serta citra satelit resolusi tinggi, disajikan dalam tabel 1 sebagai berikut: GGEOEOtatnagnkgaksaVsoVlo. l3. 5- 2-0210719 2299
Artikel Tabel 1. Sebaran ranu di sekitar G. Lamongan No Nama Ranu (Maar) LS Koordinat Letak (Kec, Kab) Tutupan Lahan 70 59’ 54” BT 1 Ranu Pakis 70 59’ 08” Klakah, Lumajang Berair 2 Ranu Klakah 80 00’ 31” 1130 16’ 22” Klakah, Lumajang Berair 3 Ranu Lading 70 56’ 59” 1130 16’ 17” Klakah, Lumajang Berair 4 Ranu Yoso 70 56’ 42” 1130 18’ 45” Ranuyoso, Lumajang Kebun 5 Ranu Air 70 57’ 03” 1130 15’ 55” Ranuyoso, Lumajang Semak belukar 6 Ranu Bedali 1130 19’ 21” Ranuyoso, Lumajang Berair 70 55’ 39” 1130 16’ 16” 7 Ranu Gunungparang 70 56’ 08” Ranuyoso, Lumajang Tegalan 8 Ranu Wurung 80 00’ 29” 1130 18’ 39” Ranuyoso, Lumajang Tegalan 9 Ranu Kembarsalak 80 02’ 31” 1130 18’ 50” Ranuagung, Lumajang Berair 10 Ranu Wurung/Legung 70 56’ 39” 1130 19’ 25” Ranuagung, Lumajang Berair 11 Ranu Semokah 70 57’ 02” 1130 18’ 25” Tiris, Probolinggo Semak belukar 12 Ranu Kembar (1) 70 57’ 06” 1130 20’ 42” Tiris, Probolinggo Semak belukar 13 Ranu Kembar (2) 70 55’ 58” 1130 21’ 50” Tiris, Probolinggo Semak belukar 14 Ranu Katak 70 56’ 30” 1130 22’ 09” Tiris, Probolinggo Tegalan 15 Ranu Gedang 70 57’ 03” 1130 21’ 79” Tiris, Probolinggo Berair 16 Ranu Segaran 70 57’ 54” 1130 22’ 49” Tiris, Probolinggo Berair 17 Ranu Betok 70 58’ 36” 1130 23’ 43” Tiris, Probolinggo Berair 18 Ranu Agung 70 59’ 23” 1130 23’ 35” Tiris, Probolinggo Berair 19 Ranu Segaranmerah 70 59’ 45” 1130 23’ 26” Tiris, Probolinggo Berair 20 Ranu Segaranduwes 1130 23’ 48” Tiris, Probolinggo Berair 1130 24’ 36” Dari 20 sampel jumlah ranu tersebut, sebanyak terutama rencana tata ruang wilayah. Contoh 8 ranu (40%) tidak berair dan berubah menjadi berikut memberikan gambaran tentang kondisi Ranu tutupan lahan dan atau penggunaan lahan lain. Yoso yang telah berubah menjadi kebun. Nama Ranu Potensi keterisian air hingga menjadi danau/ Yoso sebagai danau sekaligus menjadi nama Desa ranu seperti semula cukup kecil. Beberapa faktor Ranuyoso dan nama Kecamatan Ranuyoso. Lokasi penyebab secara umum antara lain sedimentasi ke danau/ranu hanya berjarak 300 meter sebelah timur ranu, imbuhan air tanah dan air permukaan menipis Kantor Kecamatan Ranuyoso. Kondisi cukup kontras bahkan cenderung tidak ada, dan intervensi manusia dengan Ranu Bedali yang terletak disebelahnya untuk penggunaan lahan pertanian/perkebunan masih terdapat air. Gambar citra satelit perekaman cukup intensif, disamping faktor pertumbuhan tahun 2013 dibawah ini sebagai gambaran umum vegetasi alami yang cepat. Menurut pendapat berubahnya Ranu Yoso yang dulunya berair, kini penulis, walaupun air tidak lagi terdapat pada 8 ranu menjadi kebun. Dari sumber perekaman citra tahun tersebut, bentukan fisik berupa maar tersebut perlu 2002, Ranu Yoso ini juga sudah tidak berair. Contoh dilestarikan karena menjadi ajang pembelajaran lain adalah kompleks ranu di Kecamatan Tiris yang ilmu kebumian dan lingkungan alam bagi generasi sudah tidak berair lagi dari hasil interpretasi citra muda. Fenomena ini sekaligus menjadi bukti nyata satelit perekaman tahun 2013. Pada perekaman adanya warisan bumi/alam di sekitar G. Lamongan tahun 2009, ketiga ranu ini juga sudah tidak berair. Pemetaan kembali tutupan lahan cukup penting mengingat aspek penutupan lahan terkait erat dengan strategi pengembangan wilayah, 3030 GGEEOOtatannggkkaassVVool.l5. 3--22001197
Artikel Gambar 4. Ranu Yoso masih berair dari peta yang diinput dari foto udara tahun 1994 dan disurvei tahun 1999 Ranuyoso Ranu Bedali (Pusat Kecamatan) Ranu Yoso Gambar 5. Dari citra satelit tahun 2013, Ranu Yoso sudah tidak berair Ranu Katak Ranu Kembar Ranu Semokah Gambar 6. Dari citra satelit tahun 2013, Ranu Semokah, Ranu Kembar, Ranu Katak di Kec Tiris sudah kering dan menjadi tutupan lahan lain GGEEOOtatnangkgaksasVoVlo.l3. 5- 2- 0210719 3311
Artikel Gambar 7. Ranu Semokah, Ranu Kembar, Ranu Katak di Kec Tiris masih berair dari peta yang diinput dari foto udara tahun 1994 dan disurvei tahun 1999 Pemanfaatan Danau Maar di sisi selatan Ranu Pakis dan sebelah barat Ranu Pakis. Sektor kedua yaitu perikanan darat berupa Danau maar atau ranu tidak semata-sama budidaya tambak ikan keramba di danau maupun hanya berbentuk lubang menganga saja. Banyak untuk sekadar memancing ikan. Usaha perikanan fungsi dan manfaat penting bagi warga sekitar banyak membangkitkan sektor ekonomi lokal. Salah terutama di Kecamatan Klakah, Ranuyoso, satu indikatornya adalah pasokan ikan di warung- Ranuagung di Lumajang dan Kecamatan Tiris, warung sekitar Klakah berasal dari keramba yang Probolinggo. Sektor pertanian, perikanan, dan dibudidayakan di ranu-ranu. Selain itu, banyak ibu- pariwisata adalah tiga sektor utama manfaat ranu ibu berdagang ikan terlihat waktu pagi sampai sore bagi penduduk disekitarnya. Ketiganya memberi di sisi ranu, misalnya di Ranu Klakah dan Ranu Pakis. dampak positif terutama peningkatan kemakmuran dan perekonomian masyarakat sekitar. Dampak terbesar adalah apabila terjadi penyusutan bahkan pendangkalan ranu sampai Dari sektor pertanian, beberapa ranu menjadi tutupan lahan lain maka akan sangat merupakan sumber air irigasi untuk pertanian berpengaruh pada penduduk yang menggantungkan setempat. Sebagai contoh di Ranu Klakah dan Ranu hidup pada air ranu. Untuk itu, menjaga kelestarian Pakis yang dikelola Dinas Pekerjaan Umum Sumber alam ranu termasuk menjaga pasokan airnya Daya Air/Pengairan Provinsi Jawa Timur. Kedua ranu merupakan tugas kita bersama, minimal kita dapat tersebut menyuplai air untuk sawah terutama di mempertahankan keberadaan air pada 12 ranu. sekitar Kecamatan Klakah. Air mengalir cukup deras melalui outlet menuju saluran irigasi yang berada 3232 GGEEOOtatnagnkgaksasVoVlo.l5. 3- 2- 0210917
Artikel Gambar 8. Keramba ikan di tengah Ranu Klakah (Foto : PPTRA-BIG) Gambar 9. Keramba ikan di tengah Ranu Pakis (Foto : PPTRA-BIG) GGEEOOtatannggkkaassVVool.l.35--22001179 3333
Artikel Gambar 10. Saluran irigasi dari outlet Ranu Pakis (Foto : PPTRA-BIG) Sektor ketiga adalah pariwisata alam. Panorama alam ranu merupakan salah satu pesona wisata yang dimiliki Kecamatan Klakah, Ranuyoso, Ranuagung, dan Tiris. Latar belakang Gunung Lamongan, sejuknya udara, dinding terjal lereng ranu, dan pesona air ranu berwarna hijau tosca, merupakan beberapa keunggulan pesona alam ranu tersebut. Beberapa ranu yang terlihat untuk kegiatan wisata antara lain Ranu Segaran, Ranu Bedali, Ranu Agung, dan Ranu Klakah. Wisata ke ranu juga menjadi bagian penting promosi wisata Kabupaten Lumajang dan Probolinggo kepada wisatawan luar daerah. Gambar 11. Pesona Ranu Segaran (Sumber : www.pantura7.com) 3434 GGEEOOttaannggkkaassVVooll..53--22001197
Artikel Tinjauan Perlindungan Maar dan Kebijakannya Keunikan danau kawah maar menjadi perhatian serius para pengambil kebijakan dan pemerhati kebumian. Dalam Peraturan Pemerintah RI Nomor 13 Tahun 2017 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional, terdapat istilah maar pada Pasal 60 Ayat 2b. Bila dirunut lebih jauh hubungan maar dengan pasal sebelumnya, diperoleh informasi seperti tabel berikut: Pasal Tabel 2. Tinjauan peraturan perundangan tentang maar Pasal 51 Keterangan Pasal Pasal 52 Ayat 5 Menyebutkan bahwa salah satu kawasan lindung nasional adalah kawasan lindung geologi. Kawasan lindung geologi terdiri atas: 1. kawasan cagar alam geologi 2. kawasan rawan bencana alam geologi (point ini dihapus pada peraturan perubahan) 3. kawasan yang memberikan perlindungan terhadap air tanah Pasal 53 Ayat 1 Kawasan cagar alam geologi sebagaimana dimaksud Pasal 60 Ayat 2 Pasal 52 terdiri atas: 1. kawasan keunikan batuan dan fosil 2. kawasan keunikan bentang alam 3. kawasan keunikan proses geologi Kawasan keunikan bentang alam sebagaimana dimaksud Pasal 53 Ayat 1 ditetapkan dengan kriteria: 1. memiliki bentang alam gumuk pasir pantai 2. memiliki bentang alam berupa kawah, kaldera, maar, leher vulkanik, dan gumuk vulkanik 3. memiliki bentang alam goa 4. memiliki bentang alam ngarai/lembah 5. memiliki bentang alam kubah 6. memiliki bentang alam karst Berdasarkan tabel di atas, cukup jelas bahwa maar merupakan sebuah bentang alam yang unik dan menjadi bagian penting dalam upaya penetapan kawasan cagar alam geologi. Dari aturan tersebut sebenarnya cukup jelas ada upaya untuk mempertahankan dan melindungi maar dan fenomena keunikannya. Fenomena kompleks maar berupa ranu-ranu di sekitar G. Lamongan dapat menjadi salah satu yang bisa dipertimbangkan untuk ditetapkan sebagai kawasan yang dilindungi, bisa semacam geopark. Implikasinya adalah penetapan pola ruang yang berupaya melindungi maar agar terjaga dan tidak berubah secara fisik. Dalam Peraturan Daerah Kabupaten Lumajang Nomor 2 Tahun 2013 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Lumajang Tahun 2012-2032, telah ada upaya untuk melindungi kawasan berupa penetapan kawasan lindung geologi (Pasal 37). Tetapi, upaya untuk melindungi maar belum maksimal karena hanya ada dua kriteria kawasan lindung geologi yang ditetapkan yaitu kawasan rawan bencana alam geologi dan kawasan imbuhan air tanah (Pasal 43). Artinya, belum ada penetapan kriteria lain berupa kawasan cagar alam geologi berupa keunikan bentang alam maar. Upaya pemerintah setempat terhadap ranu lebih pada sektor wisata yaitu menjadikan ranu sebagai tempat pariwisata alam (Pasal 51 Ayat 3). Sektor perlindungan dan pariwisata merupakan dua hal yang berbeda namun keduanya dapat saling bersinergi dengan tetap mengedepankan keberlanjutan alam dan lingkungannya. GEGOEOtatnagnkgaksaVsoVlo. 3l. -52-0210719 3535
Artikel Tinjauan berikutnya yaitu kebijakan Pemerintah Kabupaten Probolinggo yang tertuang dalam Peraturan Daerah Kabupaten Probolinggo Nomor 3 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Probolinggo Tahun 2010-2029. Pada Pasal 30 peraturan tersebut sudah tertuang ada dua kawasan lindung geologi yaitu kawasan cagar alam geologi dan kawasan rawan bencana alam geologi. Khusus untuk kawasan cagar alam geologi hanya menyebut keunikan bentang alam kaldera Tengger di Taman Nasional Bromo- Tengger-Semeru. Hal ini sudah tepat karena panorama dan pesona kaldera Tengger telah mendunia. Tetapi, Probolinggo sebenarnya mempunyai keunikan bentang alam lainnya yang perlu diangkat menjadi kawasan cagar alam geologi yaitu keunikan bentang alam maar di sekitar G. Lamongan. Oleh Pemkab Probolinggo, ranu-ranu dijadikan kawasan wisata alam. Saran ke Depan Berdasarkan narasi-narasi di atas, penulis dengan segala keterbatasannya memberikan masukan agar keunikan bentang alam maar dilindungi dari perubahan tutupan lahan dan meminimalkan terjadinya sedimentasi. Perubahan dari ranu yang berair menjadi tata guna lahan lain dapat berdampak pada penurunan daya tarik ranu maar dan berpengaruh pada mata pencaharian masyarakat sekitar. Perlu pencegahan dan perlindungan dari semua pihak, baik pemerintah daerah, penduduk, dan ahli kebumian. Perlindungan terhadap keunikan bentang alam maar dapat diarahkan menjadi bagian kawasan lindung geologi, terintegrasi dengan sektor pariwisata untuk kesejahteraan masyarakat dan keberlanjutan lingkungan alam. Referensi: Bronto.S. 2013. Geologi Gunungapi Purba. Badan Geologi. Bandung. Mulyaningsih. S. 2015. Vulkanologi. Penerbit Ombak. Yogyakarta. Verstappen. H. 2014. Garis Besar Geomorfologi Indonesia. UGM Press. Yogyakarta. Peraturan Pemerintah RI Nomor 13 Tahun 2017 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional Peraturan Daerah Kabupaten Lumajang Nomor 2 Tahun 2013 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Lumajang Tahun 2012-2032 Peraturan Daerah Kabupaten Probolinggo Nomor 3 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Probolinggo Tahun 2010-2029 Dokumen Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kabupaten Probolinggo http://www.vsi.esdm.go.id/index.php/gunungapi/data-dasar-gunungapi/530-g-lamongan?start=2, diakses 15 Oktober 2018 jam 13.32. http://www.pikiran-rakyat.com/kolom/2018/07/07/situ-gunung-kawah-gunung-api-maar-426968, diakses 10 Oktober 2018 jam 11.05. http://mgm.slemankab.go.id/tag/gunung-api-maar/, diakses 15 Oktober 2018 jam 10.27. http://wanderingvertexes.blogspot.com/2017/02/gunung-lamongan-by-franz-wilhelm.html, diakses 07 Oktober 2018 jam 09.43. https://www.pantura7.com/2017/12/29/air-ranu-segaran-tercemar-pestisida-warga-resah/ Penulis adalah Surveyor Pemetaan Muda, BIG 3636 GGEEOOtatnagnkgaksasVoVlo.l5. 3- 2- 0210917
Artikel PEMODELAN DINAMIKA SPASIAL KEK MANDALIKA oleh : I Made Dipta Sudana, S.T Gambar 1. Pelabuhan Ikan Teluk Awang (Sumber : Survei Lapangan 2018) Indonesia terkenal dengan negara kepulauan kawasan Indonesia. Hampir di setiap wilayah di yang memiliki garis pantai terpanjang kedua di Indonesia memiliki daerah yang berpotensi sebagai dunia. Pantai di Indonesia berpanorama indah, destinasi pariwisata. Namun banyak permasalahan didukung oleh iklim tropis sehingga menjadikan yang terjadi di masing-masing daerah tersebut yang Indonesia sebagai salah satu tujuan wisata pantai menyebabkan kawasan pariwisatanya tidak maju yang terkenal di dunia. Salah satu destinasi wisata sepesat Bali. Mulai dari tidak adanya akses yang dunia di Indonesia adalah Bali, sebuah pulau yang baik sampai pada promosi yang kurang membuat hampir seluruh kawasannya menjadi kawasan wisatawan tidak berani mengambil risiko atau tujuan pariwisata sehingga tingkat perekonomian bahkan berniat untuk berkunjung kesana. Bali tumbuh dengan pesat. Pariwisata di Bali menjadi sektor pendorong perekonomian daerah bahkan Tidak dapat dipungkiri bahwa kurangnya nasional. Sektor pariwisata mampu menghidupkan perhatian pemerintah daerah maupun pusat sektor lainnya seperti perdagangan dan jasa terhadap kawasan yang memiliki potensi pariwisata bahkan sektor properti yang memperluas lapangan menjadi dasar dari tiap masalah yang ada. Dukungan pekerjaan di daerah tersebut. Pariwisata menjadi dari pemerintah dirasa masih kurang untuk membuat sektor unggulan yang cocok untuk mendorong daerah destinasi pariwisata baru. Harapan datang perekonomian di wilayah Indonesia lainnya yang di tahun 2011 dengan diterbitkannya Peraturan memiliki keindahan alam dan budaya seindah Bali. Pemerintah No 50 Tahun 2011 berupa Rencana Induk Pembangunan Pariwisata Nasional 2010-2025. Keindahan alam dan budaya Indonesia tidak hanya berada Bali saja, namun tersebar di seluruh GGEEOOtatannggkkaassVVool.l.35--22001179 3377
Artikel Peraturan tersebut metetapkan 50 Destinasi pesat dibayar dengan kerusakan lingkungan yang Pariwisata Nasional (DPN), 88 Kawasan Strategis besar pula. Pengembangannya harus disesuaikan Pariwisata Nasional (KSPN), dan 222 Kawasan dengan kemampuan daya dukung dan daya tampung Pengembangan Pariwisata Nasional (KPPN) yang yang ada. Melihat hanya dari sisi kapital ekonomi berpotensi untuk segera dikembangkan. tanpa mengetahui tentang sumberdaya alam, sosial dan lingkungannya, tidaklah patut untuk dilakukan. Kawasan Strategis Pariwisata Nasional (KSPN) merupakan kawasan yang memiliki fungsi utama KSPN Pantai Selatan Lombok dan sekitarnya atau memiliki potensi untuk pariwisata nasional merupakan salah satu dari tiga KSPN yang yang mempunyai pengaruh penting dalam satu atau diprioritaskan untuk selesai dibangun pada lebih aspek, seperti pertumbuhan ekonomi, sosial tahun 2019. KSPN ini masuk ke dalam rencana dan budaya, pemberdayaan sumber daya alam, pengembangan destinasi pariwisata yang dikenal daya dukung lingkungan hidup, serta pertahanan dengan sebutan ‘Bali Baru’. Pengembangan destinasi dan keamanan. KSPN ini diharapkan mampu pariwisata baru ini semakin terlihat jelas dengan memberikan efek pertumbuhan ekonomi ke wilayah ditetapkannya Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) sekitarnya. Pengembangan KSPN harus dapat Mandalika yang berada di dalam KSPN melalui meningkatkan pertumbuhan ekonomi dengan tetap Peraturan Pemerintah Nomor 52 Tahun 2014 sebagai memperhatikan keberlanjutan lingkungan wilayah KEK Pariwisata. tersebut. Jangan sampai pertumbuhan ekonomi yang Gambar 2. Peta KSPN Pantai Selatan Lombok Sekitarnya (Sumber : Lampiran III PP No 50 Tahun 2011) 3838 GGEEOOtatnangkgaksasVVolo.l5. 3- 2- 2001197
Artikel Gambar 3. Pengerjaan Lokasi Stall Kuliner dan Cindera Mata di KEK Mandalika (Sumber : Survei Lapangan 2018) Saat ini investasi dari pihak swasta di akses ke destinasi wisata di sekitar Lombok Tengah KEK Mandalika terus mengalir sejalan dengan dan Lombok Timur lebih cepat dijangkau. Banyak pembangunan infrastruktur oleh pemerintah di pilihan-pilihan rute wisatawan baru yang muncul pusat maupun daerah. Pembangunan infrastruktur dan hal tersebut memudahkan para wisatawan tersebut tentu akan memberikan dampak ke dalam mengatur jadwal liburan mereka. ruang dan lingkungan sekitar sehingga diperlukan perencanaan pembangunan terkait ruang dengan Saat ini, perkembangan destinasi wisata melihat kemampuan wilayahnya. Perencanaan pantai di Pulau Lombok mulai ke arah pantai pembangunan haruslah dilaksanakan dengan selatan. Berpindah dari awalnya terpusat di Tiga Gili pendekatan Tematik, Holistik, Integratif, dan (Trawangan, Air, Meno) menuju ke arah selatan yaitu Spasial (THIS). Dalam konteks tersebut, khususnya kawasan Kuta dan sekitarnya. Dari Pantai Sekotong pendekatan spasial, maka dibutuhkan suatu kegiatan sampai Pantai Pink di ujung tenggara Pulau Lombok yang mampu memberikan hasil skenario dari merupakan destinasi wisata alam pantai yang tidak rencana yang sudah disusun, kemungkinan dampak, kalah dengan pantai di Pulau Bali. Pantai Kuta serta rekomendasi terkait apa yang harus dilakukan. yang menjadi tempat ritual budaya Bau Nyale yang Pemanfaatan informasi geospasial keruangan terkenal dengan legenda Putri Mandalika, menjadi sebagai salah satu solusi kegiatan sehingga tujuan pusat dari perkembangan destinasi baru yang ada di dari pengembangan KEK Mandalika ini dapat sekitar pantai selatan Pulau Lombok. tercapai. Pariwisata di Nusa Tenggara Barat khususnya di Pulau Lombok memiliki tren yang semakin meningkat. Peningkatan jelas terlihat terjadi di Lombok Tengah yang pada tahun 2011 meresmikan Bandara Internasional Lombok. Pemindahan Bandara dari Kota Mataram ke Lombok Tengah membuat GEGOEtOantagnkgaksaVsoVl.o3l. -52-0210719 3939
Artikel Gambar 4. Taman KEK Mandalika (Sumber : survei lapangan 2018) Tidak dapat dipungkiri bahwa ragam pilihan Hal tersebut dapat dilihat dari masuknya investasi wisata turut mempengaruhi keinginan dan lama dan pembangunan yang sedang berlangsung secara berlibur seseorang ke Pulau Lombok. Tumbuhnya pesat di dalam kawasan maupun di sekitar KEK destinasi wisata baru yang diiringi dengan Mandalika. pembangunan infrastruktur di kawasan pariwisata membuat destinasi wisata dapat dengan nyaman Pembangunan yang akan dilaksanakan di dalam dikunjungi wisatawan. Kenyamanan tersebut kawasan lebih kepada pembangunan fasilitas dan memberi dampak pada peningkatan tren wisatawan sarana akomodasi yang menambah kenyamanan baik mancanegara maupun lokal yang berkunjung ke berkunjung ke sana. Rencana pembangunan Lombok. Target jumlah wisata yang telah ditetapkan objek wisata baru berupa sirkuit internasional di tahun 2017 yaitu sekitar 3,5 juta wisatawan dapat telah mencapai tahap MoU dengan Prancis. dengan mudah terlampaui (Dispar NTB). Pembangunan di kawasan sekitar KEK lebih kepada pembangunan infrastruktur pendukung seperti Melihat adanya tren positif terhadap sektor akses jalan dan penyediaan tempat pengolahan pariwisata maka wajar bila pemerintah menjadikan sampah terpadu. Pembangunan ini tentunya harus kawasan tersebut menjadi suatu kawasan strategis sesuai dengan rencana yang mengedepankan tidak pariwisata nasional. Kawasan ini diharapkan mampu hanya peningkatan perekonomian namun juga menjadi pemicu pergerakan ekonomi wilayah yang keberlanjutan lingkungan. ada disekitarnya atau bahkan di tingkat nasional. 4040 GEGOEOtantagnkgaksaVsoVl.o5l. -32-0210917
Artikel Pada tahun 2018, Pusat Pemetaan Tata pariwisata nasional menganalisis perubahan Ruang dan Atlas mengadakan kegiatan Pemodelan penggunaan lahan dan sumberdaya strategis. dinamika spasial KEK Mandalika untuk mengetahui Sumberdaya strategis meliputi unsur demografi, dampak sosial, ekonomi, lingkungan dan spasial sosial-ekonomi, infrastruktur, serta kebijakan pengembangan KEK Mandalika. Kegiatan tersebut penataan ruang wilayah khususnya terkait bertujuan untuk memahami dinamika spasial dengan pengelolaan kawasan pariwisata sebagai sumberdaya (alam dan strategis) kawasan strategis faktor-faktor yang mendorong perubahan lahan pariwisata nasional melalui pemanfaatan IGT dalam kawasan tersebut. Hasil akhirnya berupa untuk mencapai tujuan utama pembangunan skenario pengembangan KSPN Mandalika melalui KEK Mandalika. Sasaran dari kegiatan ini adalah pemanfaatan IGT yang menggunakan model sistem teridentifikasinya dampak pembangunan KEK spasial dinamis. Hasilnya untuk mendukung tujuan Mandalika dan tersedianya basis data dan informasi utama pembangunan KEK Mandalika melalui geospasial dinamika sumberdaya KEK Mandalika di integrasi variabel ekonomi, sosial dan lingkungan Kabupaten Lombok Tengah. Cakupan wilayah dari serta dampak perubahan penggunaan lahan secara kegiatan ini berada pada Kabupaten Lombok Tengah, spasial. Skenario tersebut diharapkan dapat menjadi Provinsi Nusa Tenggara Barat. bahan pertimbangan dalam menentukan langkah pembangunan selanjutnya di sekitar KEK Mandalika. Secara garis besar kegiatan ini menggunakan dua buah konsep dinamika wilayah yaitu sistem dinamis Di awal kegiatan, dilakukan Focus Group dan spasial dinamis. Sistem dinamis digunakan Discussion (FGD) yang bertujuan untuk untuk memodelkan secara lebih menyeluruh terkait mengumpulkan informasi terkait pengembangan KEK arus pergerakan sosial, ekonomi, dan lingkungan Mandalika dan rencana pengembangan infrastruktur dengan hasil akhir berupa kebutuhan lahan yang pendukung KEK Mandalika. Acara ini mengundang diperlukan dalam pembangunan. Di lain sisi, konsep Kementerian/Lembaga atau pemerintah pusat yang spasial dinamis menentukan ketersediaan lahan terkait guna menyaring isu strategis dan kebijakan dan memodelkan pergerakan perubahan lahan rencana pembangunan yang ada di wilayah KEK menggunakan metode cellular automata. Kedua Mandalika. Hasil FGD berupa rumusan isu masalah konsep tersebut diintegrasikan sehingga mampu terkait fokus pengembangan infrastruktur yang memprediksi nilai sosial ekonomi dan lingkungan akan dilakukan serta kendala yang dihadapi seperti serta perubahan lahan yang akan terjadi. masalah air bersih dan persampahan. Model dinamika spasial kawasan strategis Gambar 5. FGD KEK Mandalika di Jakarta (Sumber : laporan kegiatan 2018) GEGOEOtatnagnkgaksaVsoVlo. l3. 5- 2-0210719 4141
Artikel Data yang dipakai dalam kegiatan ini berupa Citra Satelit Resolusi Tinggi (CSRT) untuk kawasan Lombok Tengah beresolusi temporal dalam 2 tempo waktu yaitu T0 (aktiva) dan T1 (pasiva). CSRT untuk T0 menggunakan citra GeoEye 1 di tahun 2009/2010, sedangkan untuk T1 menggunakan citra Pleiades tahun 2015. Setelah dilakukan koreksi, keduanya diinterpretasi sehingga menghasilkan data tutupan lahan di tahun T0 dan T1. Klasifikasi pada interpretasi dibuat sesuai dengan SNI 7645-1:2015 (klasifikasi penutup lahan) dengan skala pemetaan untuk kabupaten yaitu 1:50.000/1:25.000. Gambar 6. Citra Satelit Kabupaten Lombok Tengah Tahun 2010 (kiri) dan Tahun 2015 (kanan) (Sumber : laporan kegiatan 2018) Setelah aktivitas interpretasi selesai maka perlu dilakukan uji hasil interpretasi. Pengujian ini dilakukan dengan menghitung nilai Overall Accuracy dan Koefisien Kappa. Nilai Overall Accuracy diperoleh dengan membandingkan jumlah tutupan lahan hasil interpretasi yang benar dengan keseluruhan tutupan lahan. Pengujian hasil interpretasi menghasilkan Overall Accuracy sebesar 91,38% dengan Koefisien Kappa sebesar 89,69%. Kegiatan uji akurasi terhadap hasil interpretasi dilakukan bersamaan dengan kegiatan koordinasi ke Pemerintah Daerah Kabupaten Lombok Tengah dan Provinsi NTB. Gambar 7. Contoh Perubahan Penggunaan Lahan Interpretasi T0 (kiri), Interpretasi T1 (tengah) dan Kenampakannya di Lapangan (kanan) (Sumber : survei lapangan 2018) 4242 GGEOEOtatnagnkgaksaVsoVlo. l5. 3- 2-0210917
Artikel Tutupan lahan hasil dari interpretasi CSRT T0 wisatawan menjadi parameter. Penting dalam dan T1 dianalisis spasial dengan metode tumpang subsistem ini. Dukungan infrastruktur seperti akses tindih (overlay). Metode tersebut memperlihatkan jalan dan tersedianya air bersih juga berpengaruh perubahan tutupan lahan yang terjadi di wilayah terhadap jumlah wisatawan yang akan berkunjung. kegiatan. Perubahan tersebut dihitung luasannya dengan satuan Hektar (Ha) dan ditampilkan Selain sistem dinamis disiapkan juga spasial dalam bentuk tabel diskonto aktiva-pasiva sesuai dinamis untuk menjawab dimana akan terjadi dengan SNI 6728-3:2015 (Penyusunan Neraca perubahan ruang akibat dari pembangunan di Spasial Sumber Daya Alam). Diketahui perubahan wilayah KEK Mandalika. Salah satu konsep untuk penggunaan lahan yang paling banyak mengalami menjawab hal tersebut adalah ketermenarikan penurunan luas lahan adalah sawah dengan padi spasial. Ketermenarikan spasial dapat diartikan terus menerus (-470,91 Ha) dan lahan terbuka lain sebagai suatu ukuran/nilai kuantitatif yang (-112,04 Ha). Sedangkan penggunaan lahan yang mencerminkan kemenarikan suatu area (lahan) paling banyak mengalami peningkatan luas lahan untuk tujuan pemanfaatan tertentu. Menganut adalah bangunan permukiman desa (425,09 Ha) dan konsep Von Thunen yang menerangkan bahwa daya bangunan non permukiman lain (100,85 Ha). Selama tarik lahan merupakan resultante/perbandingan 5 tahun luas perubahan tutupan lahan yang terjadi efek positif (manfaat) dan efek negatif (effort/upaya di Kabupaten Lombok Tengah kurang dari 1% luas yang diperlukan). wilayahnya. Terdapat juga faktor pendorong dari lahan Sistem dinamis digunakan dalam kegiatan di sekitarnya yang biasa disebut dengan driving ini untuk memodelkan dinamika sosial-ekonomi factor. Perubahan yang terjadi pada suatu lahan bisa dan aktivitas penduduk serta dampaknya pada terpengaruhi oleh penggunaan lahan di sekitarnya. lingkungan. Sistem menghasilkan besaran nilai Salah satu driving factor pada penggunaan lahan secara dinamis dari waktu ke waktu. Tahapan yang yang mudah ditemui adalah jalan. Keberadaan perlu dilakukan untuk menyusun sistem dinamis jalan turut mempengaruhi lahan kosong/pertanian adalah konseptualisasi sistem, penyusunan struktur disekitarnya untuk berubah, baik menjadi model (causal loop diagram), evaluasi struktur permukiman ataupun bangunan non-permukiman model, formulasi model (stock flow diagram), lainnya. Pada tiap driving factor diberikan bobot analisis perilaku dan evaluasi model, validasi yang ditentukan besarannya secara empiris dengan model, simulasi dan penyusunan skenario alternatif, melihat kesesuaian pola suatu driving factor perumusan kebutuhan pengembangan, perumusan terhadap suatu jenis penggunaan lahan. strategi pemenuhan kebutuhan, dan terakhir yaitu perumusan program prioritas. Dalam kegiatan ini yang dipakai sebagai driving factor berupa jalan arteri dan kolektor, pusat kota, Agar lebih sederhana maka sistem dinamis pada kelerengan, dan objek wisata. Memakai objek kegiatan ini diuraikan ke dalam beberapa subsistem wisata sebagai driving factor karena objek wisata dinamis. Subsistem yang dibuat yaitu subsistem turut mendorong area sekitarnya untuk mengalami kependudukan, subsistem sumberdaya (lahan), perubahan penggunaan lahan yang mendukung subsistem pariwisata, subsistem infrastruktur objek wisata tersebut seperti perdagangan, dan akomodasi, subsistem lingkungan, subsistem penginapan, dan pelayanan jasa. Adanya KEK industri mikro, kecil, dan menengah, serta subsistem Mandalika juga dijadikan driving factor yang akan ekonomi. Subsistem tersebut dianggap sudah mendorong lahan disekitar KEK untuk berubah. mampu menggambarkan dinamika dari variabel yang terkait dengan pembangunan di sekitar KEK Selain driving factor terdapat juga planning Mandalika. factor yang dapat mengakomodir perencanaan dan kebijakan terkait ruang pada masa yang akan datang. Subsistem tematik dari kegiatan ini adalah Rencana tata ruang wilayah yang telah dibuat dapat subsistem pariwisata. Subsistem tersebut digunakan dijadikan sebagai planning factor. Dalam kegiatan ini untuk melihat pengaruh sektor unggulan pariwisata yang dipakai dalam planning factor adalah rencana terhadap kemajuan dari perekonomian di wilayah tata ruang kawasan sekitar KEK Mandalika yang telah kegiatan ini. Pada subsistem ini memperhitungkan disusun oleh Kementerian ATR/BPN. Rencana tata penambahan jumlah wisatawan akibat pengaruh ruang kawasan KEK Mandalika membagi kawasan KEK dan kemunculan objek wisata baru lainnya. menjadi dua yaitu kawasan inti dan kawasan Penambahan tersebut dibatasi oleh kemampuan dan penyangga. daya dukung dari wilayah sekitarnya. Kemampuan dari sarana akomodasi dan pelayanan terhadap GEGOEtOantagnkgaksaVsoVl.o3l.-52-0210719 4343
Artikel Sistem dinamis dan spasial dinamis kemudian terjadi seperti biasa. Skenario yang kedua dengan diintegrasikan menjadi satu pemodelan kawasan. memasukkan rencana tata ruang sebagai intervensi Sistem dinamis berperan dalam pemberian besaran atau faktor pembatas terhadap dinamika perubahan kebutuhan alokasi ruang dan spasial dinamis lahan. Bila dalam rencana tata ruang wilayahnya memberikan alokasi ruang yang tersedia. Perubahan stok atau alokasi wilayah permukiman sudah terisi ruang yang telah terjadi diperhitungkan sebagai semua pada suatu tahun maka di tahun berikutnya feedback yang masuk kembali ke dalam sistem tidak akan ada lagi perubahan lahan ke permukiman. dinamis untuk dihitung lagi nilainya. Pemodelan Skenario ketiga yaitu dengan membuat investasi akan terus berlangsung dalam jangka waktu tahun terhadap sektor pariwisata optimis. Skenario optimis yang telah ditentukan sebelumnya. Pembatasan dapat terbagi lagi menjadi sesuai besaran investasi perubahan ruang di suatu tahun dapat dilakukan yang diskenariokan akan masuk bisa 30 % atau sesuai dengan skenario yang telah ditentukan. 50% dan 100%. Dalam skenario masuknya investasi optimis 100% maka pengembangan infrastruktur Setelah kedua sistem model selesai dibuat yang mendukung pariwisata berjalan semua tanpa maka perlu dilakukan verifikasi dan validasi terhadap ada pembatas. Alternatif skenario lainnya dapat pemodelan. Verifikasi merupakan pengecekan berkembang sesuai isu atau kebijakan yang akan terhadap alur atau logika berpikir dari sistem dinamis dilakukan terhadap KEK Mandalika seperti kebijakan apakah sesuai dengan aturan yang ada. Pemeriksaan pengembangan wisata budaya, wisata ramah kesesuaian konsep pemikiran dengan struktur lingkungan dan sebagainya. subsistem yang dibuat dilakukan dalam verifikasi model. Validasi model diperlukan untuk mengetahui Pemodelan akan menghasilkan hasil dinamika keakuratan pemodelan yang dibuat dengan sistem yang berbeda pada tiap skenarionya dan masing- nyata yang dimodelkan. Validasi dilakukan dengan masing tentu punya kelebihan dan kekurangannya cara membandingkan hasil dari pemodelan dengan sendiri. Banyaknya skenario yang dibuat akan historis dinamika perubahan lahan dan dampak semakin memudahkan pembuat kebijakan untuk sosial, ekonomi, dan lingkungan. mengambil keputusan dalam mengarahkan pengembangan KEK ini ke arah yang dituju dengan Pemodelan dalam kegiatan ini nantinya lebih efektif dan efisien. Sesuai dengan tujuan di akan menggunakan beberapa alternatif skenario awal, maka KEK Mandalika ini seharusnya memberi diantaranya yaitu Business As Usual (BAU), skenario dampak positif terhadap sosial, ekonomi, dan optimis dengan ditaatinya rencana tata ruang lingkungan baik di wilayah kabupaten setempat atau wilayah yang ada, dan skenario pengembangan dari bahkan di tingkat nasional. investasi dan infrastruktur destinasi wisata. Skenario BAU memodelkan dengan mengikuti keadaan yang Gambar 8. Gambaran dinamika spasial yang terjadi di Kabupaten Lombok Tengah menggunakan skenario optimis 30% (Sumber : survei lapangan 2018) Penulis adalah Surveyor Pemetaan Pertama, BIG 4444 GEGOEtaOngtaknagskVaosl.V5ol-.230-129017
Geo-Teknologi Manfaat Software Pemodelan Dinamika Spasial versi 1.2.0 Oleh: Noor Adhi Sakti Bentuk permukaan bumi saat ini terjadi karena keserasian antar keduanya sehingga kelestarian adanya kombinasi berbagai proses fisik yang terjadi lingkungan tetap terjaga dan peningkatan ekonomi dipermukaan bumi seperti gempa bumi, letusan di KEK berkembang pesat. gunungapi, lapukan batuan, transportasi sedimen serta perubahan aliran sungai. Manusia juga Tahun 2009 Presiden Susilo Bambang termasuk salah satu agen yang berperan dalam Yudhoyono telah mengesahkan Undang-undang No merubah bentuk permukaan bumi hingga seperti 39 Tahun 2009 tentang Kawasan Ekonomi Khusus sekarang dengan penambahan populasi penduduk, (KEK) dan dilanjutkan pengesahan Peraturan perluasan lahan pertanian dan perkebunan, Pemerintah tentang Penyelenggaraan Kawasan penebangan hutan, penambangan sumberdaya Ekonomi Khusus ditahun 2011. Dalam undang- mineral serta pembangunan perkotaan dan kawasan undang tersebut dijelaskan KEK merupakan kawasan industri. Semua proses tersebut berpengaruh pada dengan batas tertentu dalam wilayah hukum Negara tutupan lahan yang ada di masa sekarang. Penutup Kesatuan Republik Indonesia yang ditetapkan lahan (land cover) merupakan material yang ada untuk menyelenggarakan fungsi perekonomian dan dipermukaan bumi baik yang berasal dari material memperoleh fasilitas tertentu. Secara garis besar biologis (vegetasi) maupun material fisik (batuan, KEK merupakan kawasan yang memiliki peraturan lahan terbuka, lahan terbangun, dan lain lain). ekonomi khusus yang cenderung lebih bebas Sedangkan penggunaan lahan merupakan gambaran dibanding dengan peraturan ekonomi yang berlaku manusia dalam memanfaatkan dan mengelola dalam suatu negara. Sehingga proses investasi dari berbagai sumberdaya yang ada di permukaan bumi. luar negeri cenderung akan dipermudah. Mempelajari penggunaan lahan juga termasuk Dipermudahnya proses investasi dari luar maka mempelajari mengenai hubungan antara tutupan sangat dimungkinkan KEK akan tumbuh secara lahan dan penggunaan lahan alami dengan pesat dan akan berpengaruh ke wilayah sekitarnya. perubahannya terhadap ruang dan waktu, sosial, Hal tersebut secara langsung juga akan berdampak budaya, kondisi politik, lingkungan dan proses pada perubahan penggunaan lahan yang intensif. ekologi. Perubahan penggunaan lahan dan tutupan Untuk itu seiring berkembangnya kawasan tersebut lahan sangat erat kaitannya dengan dinamika spasial. perlu disiapkan regulasi yang mengatur mengenai Perubahan penggunaan lahan masa kini sangat penggunaan lahan. Sebenarnya selain KEK terdapat dipengaruhi oleh aktivitas manusia. juga kawasan-kawasan cepat tumbuh lainnya seperti Pusat Kegiatan Strategis Nasional (PKSN), Perubahan penggunaan lahan akan Lokasi Prioritas serta daerah-daerah lain yang sudah memberikan dampak terhadap kondisi ekonomi ditetapkan sebagai daerah prioritas pembangunan. dan lingkungan disuatu daerah, dimana antara aspek ekonomi dan fisik pada umumnya saling Dalam membuat regulasi agar dapat seimbang berkebalikan. Disinilah diperlukan peran manusia antara perkembangan ekonomi dan kondisi dalam menentukan regulasi untuk menjaga lingkungan, perlu melalui kajian ilmiah yang mampu keseimbangan antara dua aspek tersebut. Salah satu menjelaskan dampak dari beberapa skenario contoh adalah adanya kebijakan pembangunan KEK perencanaan. Tujuannya untuk menjamin regulasi (Kawasan Ekonomi Khusus). Aspek ekonomi dan fisik yang tepat dalam perencanaan kawasan diperlukan terutama perubahan penggunaan lahan dalam KEK model yang mampu menggambarkan hubungan merupakan dua hal yang tidak terhindarkan. Perlu antara proses ekonomi, sosial budaya dengan dinamika perubahan penggunaan lahan yang terjadi. GEGOEtOatnagnkgaksaVsoVlo. 3l. -52-0210719 4455
Geo-Teknologi Badan Informasi Geospasial (BIG) melalui Pusat Pemetaan Tata Ruang dan Atlas (PPTRA) telah mengembangkan sebuah aplikasi pemodelan dinamika spasial yang telah terintegrasi dengan model sistem dinamis yang dinamakan “Sistem Spasial Dinamis Versi 1.2.0”. Proses dinamika ekonomi, sosial, budaya dan politik nantinya akan diproses pada model sistem dinamis. Output dari model sistem dinamis nantinya akan menjadi input pada model dinamika spasial yang diolah dengan aplikasi “Sistem Spasial Dinamis Versi 1.2.0”. Gambar 1. Jendela Utama Software Pemodelan Dinamika Spasial Versi 1.2.0 Data utama yang digunakan dalam pemodelan menggunakan perangkat lunak (software) ini adalah data penggunaan lahan terbaru (tahun akhir) dan data Pola Ruang dari Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW). Data penggunaan lahan terbaru dijadikan kondisi eksisting yang akan diprediksi perubahannya ditahun yang akan datang. Data pola ruang dari RTRW berfungsi sebagai kontrol dalam pemodelan sehingga hasil model nantinya akan sejalan pola ruang yang telah disusun. Tersedia juga untuk input data penggunaan lahan awal yang berfungsi untuk menghitung neraca lahannya serta membantu dalam memprediksi perubahan penggunaan lahan kedepan. Gambar 2. Tampilan menu data 4646 GGEOEOtatnagnkgaksaVsoVlo. 5l. 3- 2-0210917
Geo-Teknologi Gambar 3. Tampilan window input data Penggunaan Lahan dan Pola Ruang RTRW Adanya fenomena dinamika spasial tentunya tidak terlepas dari keberadaan faktor pendorong. Faktor pendorong yang dimasukkan dalam model adalah faktor yang diwujudkan dalam bentuk data spasial. Klasifikasi faktor pendorong yang diinput ada dua yaitu Interval Jarak dan Formal Nominal (gambar 5). Untuk data Interval Jarak, data yang diinput nantinya akan dirubah menjadi raster yang dihitung jarak pixelnya terhadap objek tertentu. Contoh data untuk faktor pendorong Interval Jarak adalah jarak terhadap jalan, sungai atau objek titik lain. Sedangkan data Formal Nominal, data yang di input akan diubah menjadi raster dengan nilai pixel sesuai dengan kelas pada shapefile/data yang di input, sehingga dalam proses ini kita harus memilih atribut/kolom yang berisi data yang diinginkan. Data untuk Klasifikasi Formal Nominal biasanya menggambarkan kondisi suatu area/luasan seperti kelas kemiringan lereng dan penutup lahan. Gambar 4. Pilihan menu Faktor yang terdiri dari Driving Factors dan Planing Factors Gambar 5. Tampilan window input data Driving Factors GGEEOOttaannggkkaassVVool.l.35--22001179 4477
Geo-Teknologi Data Driving Factors nantinya juga bisa dikelola tingkat intervensinya terhadap penggunaan lahan tertentu. Secara standar sebenarnya model sudah memberikan bobot berdasar perhitungan statistik, namun jika hasil hitungan tersebut dirasa tidak sesuai, kita bisa memberikan nilai intervensi dengan bobot yang kita inginkan. Gambar 6. Window input bobot intervensi Driving Factors Selain dengan adanya Driving Factors, dinamika spasial juga dipengaruhi oleh faktor perencanaan/ Planing Factors. Planing Factor merupakan faktor-faktor perencanaan yang pada tahun tertentu akan memperbaharui pola spasial suatu jenis penggunaan lahan. Planing Factor juga akan mempengaruhi Driving Factor dan berdampak pada perubahan nilai kemenarikan. Gambar 7. Window input bobot intervensi Planing Factors Skenario pemodelan merupakan rancangan strategi yang mencakup investasi dan alih fungsi lahan dalam sistem dinamis serta asumsi dan batasan dalam perhitungan model dinamika spasial. Hasil skenario tersebut menghasilkan peta forecast kondisi penggunaan lahan di masa depan yang disertai berbagai ukuran ekonomis dan kebutuhan alih fungsi lahan serta gambaran pola perubahan penggunaan lahannya secara spasial. Dalam menjawab suatu permasalahan, skenario disusun dengan cara trial and error hingga hasil model dapat mencapai tujuan. 4848 GGEOEOtatnagnkgaksaVsoVlo. 5l. 3- 2-0210917
Search