G20 Ajang untuk Tunjukkan Peran Indonesia di Kancah Internasional Oleh : Astuti Rahayu )* Indonesia terpilih menjadi Presidensi Forum G20. Forum tersebut memiliki arti penting karena menjadi ajang untuk menunjukkan peran vital Indonesia di kancah internasional. Sejak era orde lama, Indonesia memiliki posisi yang cukup baik di dunia internasional. Walau berstatus sebagai negara berkembang tetapi banyak presiden dan perdana menteri negara lain yang mengangkat topi pada pemimpin Indonesia. Pemerintah kita menganut politik bebas aktif sehingga bisa secara bebas dengan negara-negara lain, walau memiliki prinsip kenegaraan yang berbeda-beda. Peran Indonesia di kancah internasional makin dikuatkan saat menjadi Presidensi G20. Pada acara internasional itu, Indonesia menjadi tuan rumah, dan merupakan suatu kehormatan besar, karena baru pertama kali negara yang berstatus masih berkembang (bukan superpower) ditunjuk menjadi presidensi. Kepercayaan ini wajib dibalas dengan perlakuan baik selama G20 berlangsung. Menteri Keuangan Sri Mulyani menyatakan bahwa presidensi G20 akan menjadi ajang bagi Indonesia untuk menunjukkan perannya dalam memimpin forum global untuk mengatasi berbagai tantangan dan isu di tingkat dunia. Indonesia bertekad untuk mengatasi tantangan global yang masih akan muncul dan mencari solusi terbaik. 48 | Peluang dan Tantangan Presidensi G20 Indonesia Ditengah Konflik Global
Sri Mulyani melanjutkan, saat menjadi presidensi G20, Indonesia juga memastikan semua negara serta mendorong reformasi kebijakan yang mendukung pertumbuhan ekonomi yang lebih kuat, berkelanjutan, seimbang, dan inklusif pasca pandemi. Oleh karena itu, presidensi G20 mengusung tema recover together, recover stronger. Dalam artian, diharap pandemi akan segera berlalu sehingga akan fokus pada recovery dan perbaikan ekonomi. G20 adalah ajang untuk menunjukkan peran Indonesia di kancah internasional. Sungguh suatu kehormatan ketika ditunjuk menjadi presidensi, karena tidak semuanya mendapatkan kesempatan emas ini. Berarti Presiden Jokowi dianggap mampu untuk menjadi pemimpin dan menyelanggarakan G20 dengan lancar, walau masih situasi pandemi. Peran Indonesia di dunia internasional sangat bagus karena saat ada audensi dengan banyak pemimpin negara lain, baik di G20 maupun forum lain, pemerintah kita tidak dikucilkan. Di kancah internasional, pertemuan bukan sekadar ajang kumpul-kumpul, melainkan sebuah momen kolaborasi agar bisa sembuh bersama dari corona dan efeknya. Di kancah pergaulan internasional, Indonesia dihargai dan disambut baik oleh pemimpin negara lain. Mereka menghargai dan mau bersahabat dengan Presiden Jokowi, dan menyambut baik ajakan untuk recovery bersama-sama. Pandemi terjadi secara global dan satu-persatu negara nyaris tumbang, tak hanya yang miskin dan berkembang tetapi juga negara maju. Untuk mengatasi dampak pandemi maka memang harus ada kerja sama yang bagus. Pemimpin negara lain mengagumi inisiatif Indonesia untuk melakukan recovery bersama-sama, karena saat pandemi tidak boleh egois. Di dunia internasional, pemerintah kita menunjukkan bahwa kerja sama dan saling membantu itu penting, agar semua selamat dari corona. G20 tetap diselenggarakan meskipun masih pandemi karena acara ini sangat penting, sebagai frum internasional yang mempersatukan anggotanya untuk saling bekerja sama. Indonesia merasa terhormat ketika jadi presidensi karena dianggap mampu menyelenggarakan G20. Dalam kancah internasional, peran Indonesia juga penting, dan dihormati oleh banyak pemimpin negara lain. )* Penulis adalah pemerhati masalah internasional/kontributor citizen Journalism Peluang dan Tantangan Presidensi G20 Indonesia Ditengah Konflik Global | 49
G20 Bawa Komitmen Energi Hijau Oleh : Cindy Ramadhani )* Konferensi Tingkat Tinggi Group of Twenty (KTT G20) membawa komitmen untuk mengganti ke energi hijau alias lebih ramah lingkungan. Ajang G20 juga menjadi momentum untuk menunjukkan bahwa Indonesia sudah siap untuk mengganti sumber energi ke energi hijau. Saat Indonesia menjadi tuan rumah KTT G20 tahun 2022 maka yang dibahas tidak hanya tema besar yakni: recover together, recover stronger’. Akan tetapi juga dibahas topik lain, seperti ekonomi di sherpa meeting, pemberdayaan perempuan melalui forum Woman of Twenty (W20), dan energi hijau di KTT G20 dan The Business 20 (B20). Terutama bahasan tentang energi hijau karena menarik perhatian seluruh peserta forum yang memang ingin tahu lebih lanjut manfaatnya. Nicke Widyawati, Chair Task Force Energy, Sustainability, and climate menjelaskan pentingnya energi hijau seperti yang sudah disampaikan oleh Presiden Jokowi. Akan ada transisi energi hijau yang nantinya dipaparkan pada pertemuan G20 mendatang. Hal ini sudah disepakati pada pertemuan B20 alias inception meeting business, yang diselenggarakan secara virtual pada akhir januari 2022. Nicke melanjutkan, transisi energi hijau merupakan tantangan bagi semua, tetapi juga peluang untuk menciptakan masa depan dan pertumbuhan ekonomi berkelanjutan. 50 | Peluang dan Tantangan Presidensi G20 Indonesia Ditengah Konflik Global
Yang dimaksud energi hijau adalah energi masa kini yang tidak tergantung dari pengolahan fosil, tetapi merupakan energi dari hydro-energi, biodiesel, dll. Hijau bukanlah warnanya melainkan istilah yang digunakan karena memanfaatkan bahan- bahan alam sebagai sumber energi baru. Sehingga kita punya alternatif karena cadangan fosil makin menipis, dan ketika benar-benar habis tidak akan kelimpungan. Manfaat dari energi hijau adalah selain tidak usah menggunakan fosil sebagai bahan baku, juga lebih ramah lingkungan dan cinta bumi. Penyebabnya karena saat pengolahan dan penggunaan energi ini tidak akan membuat kepulan asap tebal yang hitam, yang bisa menipiskan lapisan ozon. Kita harus menjaga kesehatan bumi sehingga beralih ke energi hijau. Ada tiga isu prioritas yang menjadi fokus rekomendasi kebijakan transisi energi. Pertama adalah percepatan transisi ke tenaga berkelanjutan dan energi hijau, misalnya biofuel dan hidrogen. Harus ada percepatan agar suhu bumi tidak memanas dan maksimal batasnya adalah naik 1,5 derajat celcius, saat belum 100% berpindah ke energi hijau. Kedua, memastikan transisi yang adil dan terjangkau. Dalam artian, bahan bakar hijau alias biodiesel dll tak hanya ramah lingkungan tetapi harganya juga tidak terlalu mahal. Penyebabnya karena jika harga terlalu mahal, maka masyarakat tak mau memakainya, karena akan menguras kantor. Jadi pemerintah harus pintar berhitung agar tak rugi sekaligus tak memberatkan masyarakat. Sedangkan yang ketiga adalah kerja sama global untuk meningkatkan ketahanan energi. Misalnya untuk UMKM dan rumah tangga. Dalam artian, seluruh anggota G20 wajib bekerja sama untuk membentuk dan menyalurkan energi hijau. Sehingga rakyatnya yang diuntungkan karena menggunakan sumber energi yang ramah lingkungan, dan harganya tak terlalu mahal. KTT G20 dan B20 membawa komitmen untuk terus mempromosikan energi hijau, karena ia memiliki banyak keunggulan, di antaranya lebih ramah lingkungan dan merupakan sumber yang sustainable. Selain itu sumbernya juga dari alam sehingga tidak merusak laipsan ozon atau memanaskan suhu bumi, sehingga aman bagi semua orang. Anggota G20 juga mendukungnya sehingga kompak dalam menggunakan energi hijau. )* Penulis adalah kontributor Lingkar Pers dan Mahasiswa Cikini Peluang dan Tantangan Presidensi G20 Indonesia Ditengah Konflik Global | 51
G20 Percepat Transformasi Indonesia di Masa Pandemi Covid-19 Oleh : Alfisyah Diansari )* Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 diyakini mampu mempercepat transformasi Indonesia di masa pandemi. Peluang emas tersebut tentunya harus dimanfaatkan secara optimal demi memperbaiki sektor-sektor yang sempat dihantam oleh Pandemi Covid-19. Indonesia menyoroti pentingnya kebijakan global untuk menghilangkan disparitas, menjembatani kesenjangan dan meningkatkan produktivitas ekonomi yang berkelanjutan. KTT G20 2022 juga akan berfokus pada respons multi segi untuk Covid-19 dari perspektif global. Dalam Sherpa Track G20 yang membahas isu ekonomi non-keuangan, transformasi ekonomi menjadi salah satu isu prioritas yang diidentifikasi oleh Development Working Group (DWG) G20. Isu lainnya termasuk pembangunan inklusif dan berkelanjutan, ketahanan dan multilateralisme. Demi mencapai transformasi ekonomi, ekosistem pengetahuan dan inovasi yang kuat dalam memainkan peran penting dengan menggunakan pendekatan ekonomi berbasis pengetahuan. Untuk membawa pengetahuan ke agenda kebijakan global, kelompok keterlibatan Think 20 (T20) menyatukan think tank dan lembaga penelitian yang diakui secara global untuk mengembangkan rekomendasi kebijakan berbasis penelitian yang secara resmi diserahkan kepada para pemimpin G20 untuk dipertimbangkan. Presidensi G20 Indonesia menempatkan Indonesia pada garis depan fokus dan perhatian internasional, utamanya yang berkaitan dengan kebijakan ekonomi dan sosial. Dalam konteks ini, Australia merupakan mitra penting bagi Indonesia dalam mencapai upayanya untuk mendorong komitmen kolektif global untuk mempercepat pemulihan ekonomi global yang inklusif. Duta Besar Australia untuk Indonesia, Penny 52 | Peluang dan Tantangan Presidensi G20 Indonesia Ditengah Konflik Global
Williams PSM, pun menyatakan dukungan negaranya terhadap presidensi G20 Indonesia. Deputi Bidang Perekonomian Kementerian PPN/Bappenas, Amalia Adininggar Widyasanti menuturkan, sudah saatnya Indonesia membangun kembali lebih baik, tidak berpuas diri dengan pemulihan ekonomi, namun harus mendorong pertumbuhan ekonomi. Kita harus meredesain transformasi ekonomi Indonesia Pasca-Covid19, tidak hanya kembali ke masa sebelum krisis, namun lebih baik dari sebelum krisis. Amalia juga menuturkan bagaimana isu prioritas DWG, khususnya transformasi ekonomi, mendukung pencapaian agenda G20. Diantaranya dengan mengimplementasikan enam strategi besar transformasi ekonomi Indonesia yang terdiri dari sumber daya manusia yang kompetitif, produktivitas ekonomi, ekonomi hijau, transformasi digital, integrasi ekonomi domestik dan pemindahan ibu kota. Lebih lanjut, Deputi Bidang Kerjasama Ekonomi Internasional Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian. Edi Prio Pambudi yang juga Co-Sherpa G20 menjelaskan, Presidensi G20 Indonesia akan mengintegrasikan masukan dari kelompok kerja dan kelompok keterlibatan untuk memastikan serapan kebijakan G20 terkait transformasi ekonomi dan kebijakan sosial. Sementara itu, Yose Rizal Damuri selaku Direktur Eksekutif CSIS dan Co-Chair T20, Menyoroti tantangan terbesar yakni menemukan common ground untuk bergerak mendapatkan mekanisme dan sistem di tingkat global yang dapat mendukung penyelesaian isu-isu yang ada. Selain itu, Yose berharap G20 tidak hanya sebagai communique atau sebatas komitmen saja, tetapi perlu didorong untuk pembentukan dan penggalangan aksi dalam pemulihan ekonomi dunia. Pada kesempatan berbeda, Presiden RI Joko Widodo menyebut bahwa nukan saatnya bagi negara-negara untuk menonjolkan rivalitas atau membuat ketegangan baru yang mengganggu pemulihan dunia. Presiden meyakini tidak ada satu negara pun yang bisa bangkit sendirian. Menurutnya, kebangkitan satu kawasan akan membangkitkan pula kawasan yang lainnya. Sebaliknya, keruntuhan satu kawasan juga akan turut meruntuhkan kawasan yang lainnya. Di samping itu, Jokowi menegaskan bahwa negara-negara G20 juga memiliki tugas untuk melakukan beberapa transformasi, antara lain mempercepat proses transisi menuju ekonomi baru, mempercepat transformasi digital yang merata dan terjangkau dan mendukung kebangkitan usaha mikro kecil dan menengah (UMKM). Ia juga berharap pertemuan G20 ini dapat menghasilkan langkah konkret yang dapat segera dilaksanakan. Peluang dan Tantangan Presidensi G20 Indonesia Ditengah Konflik Global | 53
Tentunya Indonesia memerlukan transformasi demi perbaikan di masa pandemi Covid-19. KTT G20 sudah sudah semestinya menjadi momentum bagi Indonesia pada khususnya untuk merumuskan langkah konkret dalam mempercepat transformasi di masa Pandemi. )* Penulis adalah kontributor Lingkar Pers dan Mahasiswa Cikini 54 | Peluang dan Tantangan Presidensi G20 Indonesia Ditengah Konflik Global
Indonesia Sukses Gelar Pertemuan Pertama Sherpa G20 Oleh : Rahmat Effendi )* Indonesia telah sukses menggelar pertemuan Pertama Sherpa G20 walau masih masa pandemi. Kesuksesan ini semoga diharapkan meningkatkan kepercayaan internasional terhadap kepemimpinan Indonesia di level internasional. Indonesia merasa amat terhormat karena ditunjuk menjadi presidensi G20, sehingga penyelenggaraan acara ada di negeri ini. Forum G20 dibuka dengan sherpa meeting, pada 7 hingga 8 Desember 2021. Sherpa diambil dari istilah pemandu di Nepal, yang menggambarkan bagaimana para Sherpa G20 membuka jalan menuju KTT (summit) G20. Dalam pertemuan pertama Sherpa G20 dihadiri oleh Menteri Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto, Menteri Luar Negeri Retno Marsudi, dan banyak perwakilan dari negara lain yang menjadi peserta G20. Acara diadakan di Jakarta dan karena masih masa pandemi, diadakan secara hybird alias kombinasi daring (online) dan luring (offline). Forum G20 memang diadakan secara hybird agar memenuhi protokol kesehatan. Selain itu, semua peserta wajib mengenakan masker. Peserta dari perwakilan negara lain juga wajib sudah divaksin 2 kali, menunjukkan tes PCR yang akurat, mengunduh aplikasi Peduli Lindungi, menjaga jarak, dan memenuhi poin-poin lain dalam protokol kesehatan. Indonesia sukses menyelenggarakan sherpa G20 sebagai pembuka dari KTT G20 karena setelah acara ini tidak dilaporkan adanya peserta atau panitia yang terkena Corona. Prosedur dan protokol kesehatan ketat berhasil dilakukan, dan memang Peluang dan Tantangan Presidensi G20 Indonesia Ditengah Konflik Global | 55
seluruh perwakilan negara lain juga mematuhi aturan. Termasuk karantina dahulu sebelum menghadiri sherpa meeting, sehingga mereka datang jauh-jauh hari sebelum 7 desember 2021. Dalam Sherpa meeting G20, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengajak dunia untuk pulih bersama, terutama di bidang ekonomi. Hal ini sesuai dengan tema G20 kali ini yakni ‘recover together, recover stronger’. Pemulihan diadakan bersama-sama dan ada kolaborasi agar cepat terwujud. Mengapa harus ada recover together yang mengakibatkan kolaborasi antar negara peserta G20? Penyebabnya karena pandemi Covid-19 terjadi secara global, sehingga harus ada kerja sama yang baik untuk mengatasinya. Dampak pandemi begitu dahsyatnya, sehingga tak hanya negara miskin dan menengah yang terkena, tetapi juga banyak negara maju yang keteteran. Menteri Airlangga melanjutkan, presidensi G20 merupakan kesempatan bagi Indonesia untuk menunjukkan kepemimpinan Indonesia dalam kancah global, guna menjawab berbagai tantangan internasional. Tentunya kepentingan nasional juga menjadi perhatian pemerintah Indonesia, yakni pemulihan ekonomi yang inklusif, berdaya tahan, dan berkesinambungan. Untuk membantu pemulihan ekonomi maka kuncinya adalah vaksinasi, karena jika minimal 75% penduduk sudah divaksin, akan terbentuk herd immunity dan kita bebas dari masa pandemi. Setelah 9 bulan pasca program vaksinasi nasional dicanangkan, maka lebih dari 40% penduduk Indonesia mendapat vaksin 2 dosis, dan semoga tahun depan target 100% selesai tercapai. Peserta sherpa G20 juga memahami pentingnya vaksinasi dan mereka juga bercerita bahwa di negerinya mayoritas mendapatkan vaksinasi. Mereka juga mengagumi Indonesia karena berani mengadakan program ini dan tidak dipungut biaya sedikitpun, padahal juga sempat mengalami dampak pandemi di awal tahun 2020 lalu. Pada pertemuan sherpa G20, yang menjadi ‘pemanasan’ sebelum KTT G20 resmi dibuka, dibahas banyak hal, mulai dari pemulihan pandemi, perekonomian, hingga vaksinasi. Acara berlangsung dengan lancar dan semoga diikuti dengan kelancaran pula di KTT G20 mendatang. )* Penulis adalah kontributor Pertiwi Institute 56 | Peluang dan Tantangan Presidensi G20 Indonesia Ditengah Konflik Global
KTT 20 Momentum Indonesia Menjawab Kepercayaan Dunia Oleh : Aldia Putra )* Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 menjadi momentum Indonesia untuk menjawab kepercayaan dunia. Keberhasilan penyelenggaraan event tersebut diharapkan berdampak positif pada kepercayaan investor untuk menanamkan modalnya di Indonesia dan membuka lapangan kerja seluasnya kepada rakyat. Masa depan Indonesia dipertaruhkan dalam G20. Di mana untuk pertama kalinya Indonesia akan memimpin forum global yang beranggotakan negara-negara penyumbang 80% produk domestic bruto (PDB) dunia atau yang dikenal dengan G20 mulai 1 Desember 2021. Presidensi atau keketuaan tersebut telah resmi diserahkan oleh Mario Draghi selaku Perdana Menteri Italia kepada Presiden RI Joko Widodo pada Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 di Roma pada 31 Oktober 2021. Dengan diterimanya Presidensi G20, Indonesia juga menggenggam kepercayaan dunia untuk menyukseskan sejumlah agenda, terutama terkait pemulihan global melalui berbagai upaya dan solusi yang konkret. Presiden Jokowi juga menekankan agar Presidensi Indonesia di G20 tidak sebatas seremonial belaka, tetapi juga melakukan aksi nyata. Dengan mengangkat tema “Recover Together, Recover Stronger”, Indonesia menekankan inklusivitas dalam Presidensi G20 agar dampak positif tidak hanya dirasakan oleh negara-negara anggota, tetapi juga negara berkembang. Peluang dan Tantangan Presidensi G20 Indonesia Ditengah Konflik Global | 57
Itikad tersebut tercermin dalam pelibatan negara kepulauan terkecil dari Pasifik dan Karibia untuk pertama kalinya dalam sejarah Presidensi G20, di samping negara berkembang lain dari Afrika, ASEAN dan Amerika Latin. Negara-negara Karibia diwakili oleh ketua Caribbean Community (CARICOM) yang saat ini dipegang oleh Antigua dan Barbuda, sementara negara-negara Pasifik diwakili oleh ketu Pasific Island Forum (PAF) yang saat ini dipegang oleh FIJI. Untuk itu, sejumlah sektor yang melekat dan berkembang di tengah masyarakat telah diidentifikasi untuk dibawa ke dalam agenda G20, seperti ekonomi digital, pemberdayaan perempuan dan UMKM. Akan ada total 127 pertemuan dalam rangkaian agenda KTT G20 yang tidak hanya dipusatkan di Bali, tetapi juga diselenggarakan tersebar di sejumlah daerah agar lebih banyak masyarakat terlibat secara langsung. Berdasarkan studi yang dilakukan oleh Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian bekerja sama dengan Universitas Indonesia, Presidensi Indonesia di G20 akan membawa dampak jangka pendek, seperti penciptaan lapangan kerja untuk 33.000 orang di seluruh lokasi pertemuan, meningkatkan PDB nasional sebesar Rp 7,43 triliun dan manfaat ekonomi lainnya 1,5 kali lipat dibandingkan IMF-World Bank Annual Meeting 2018 di Bali. Sementara itu, untuk jangka Panjang dan menengah, kekuatan Indonesia di G20 akan memajukan sector pariwisata serta mempercepat pemulihan ekonomi nasional. Selain itu juga akan menampilkan perkembangan Indonesia di bidang infrastruktur, konektivitas dan investasi asing. Serta menarik minat investasi asing untuk pembangunan ekonomi hijau dan menunjukkan kemajuan vaksinasi Indonesia yang tentunya akan mendongkrak kepercayaan global dalam penanganan pandemi. Selain itu dalam KTT Iklim atau yang dikenal dengan COP26 yang diselenggarakan di Glasgow, Indonesia telah berkomitmen untuk mencapai netralitas karbon pada tahun 2060 atau bahkan lebih awal. Presidensi G20 juga dinilai akan memiliki manfaat bagi pelaku industri serta inovasi teknologi digital di Indonesia, yaitu sebagai melting pot bagi pelaku industry dan regulator lintas sector untuk melakukan optimalisasi teknologi digital dan showcasing potensi, inovasi dan kreativitas Indonesia dalam pemanfaatan teknologi digital. Pada kesempatan berbeda, Pengamat Hubungan Internasional Universitas Padjajaran (UNPAD) Teuku Rezasyah menilai bahwa Indonesia harus memiliki komunikasi yang cakap baik ke dalam maupun luar negeri guna mencapai tujuan G20. Artinya, masing-masing kementerian/Lembaga serta pemangku kepentingan yang terlibat harus bersinergi dan menerapkan transparansi birokrasi. 58 | Peluang dan Tantangan Presidensi G20 Indonesia Ditengah Konflik Global
Tentu saja kita berharap agar G20 tidak hanya dirasakan dampaknya oleh para elitis, tetapi juga semua pihak termasuk kalangan pengusaha UMKM yang sebelumnya sempat dirundung Pandemi. Sesuai dengan tagline G20 saat ini “Recover Together, Recover Stronger”. )* Penulis adalah kontributor Lingkar Pers dan Mahasiswa Cikini Peluang dan Tantangan Presidensi G20 Indonesia Ditengah Konflik Global | 59
Presidensi G20 Beri Peluang Ekonomi bagi Indonesia Oleh : Kenia Putri )* Status Presidensi G20 yang dipegang Indonesia dalam periode ini membawa dampak positif. Ada peluang ekonomi yang terbuka karena negara peserta G20 melihat bahwa Indonesia bekerja secara profesional, sehingga amat layak untuk dijadikan partner bisnis.. Saat pandemi perekonomian jadi agak goyah dan ini juga berlaku secara global. Indonesia berusaha keras agar tidak kolaps finansialnya, dengan terus melanjutkan pembangunan dan membangun relasi baik di forum-forum internasional. Salah satu forum internasional yang diikuti oleh pemerintah Indonesia adalah KTT G20, bahkan pada periode ini Indonesia ditunjuk jadi presidensi. Ketika Indonesia jadi presidensi maka KTT G20 ke-17 diselenggarakan di negeri ini. Apa sih istimewanya G20? Ini bukan sekadar forum untuk beraudensi dan bertukar kabar, tetapi membawa misi positif untuk saling bekerja sama. Ditambah lagi, status Indonesia sebagai presidensi memberi peluang yang bagus untuk memperkuat ekonomi negara. Menko Perekonomian Airlangga Hartarto menyatakan bahwa Indonesia berusaha meraih potensi sebesar 125 miliar dollar melalui kerja sama di sektor digital, salah satunya via KTT G20. Dalam artian, forum ini sangat bermanfaat karena membuka 60 | Peluang dan Tantangan Presidensi G20 Indonesia Ditengah Konflik Global
peluang untuk berpartner dengan negara lain dan nilai bisnisnya sangat fantastis. Tak heran KTT G20 menjadi agenda penting pemerintah. Bagaimana cara menarik minat calon partner dalam kerja sama tersebut? Caranya, saat baru fase Sherpa G20 (yang menjadi pembuka KTT), seluruh perwakilan anggota G20 diajak untuk melihat ke Pusat Industri Digital Indonesia. Mereka akan melihat level digitalisasi Indonesia sehingga tertarik untuk bekerja sama. Dalam artian, walau berstatus negara menengah, tetapi Indonesia tidak kalah di bidang infornasi dan teknologi. Para perwakilan negara peserta KTT G20 akan melihat betapa canggihnya pusat industri digital Indonesia. Para programmer negeri ini sangat cerdas dan membuat berbagai aplikasi yang memudahkan hidup manusia. KTT G20 menampakkan profesionalisme Indonesia sebagai presidensi. Apalagi acara ini digelar di masa pandemi, sehingga harus memenuhi protokol kesehatan. Selain harus pakai masker dan jaga jarak, seluruh peserta dari luar negeri juga wajib divaksin, karantina, dan menunjukkan hasil tes PCR negatif covid. Profesionalisme ini yang jadi nilai plus karena membuktikan bahwa Indonesia bisa diajak bekerja sama dalam bidang ekonomi. Penyebabnya karena para perwakilan negara peserta G20 merasa puas akan pelayanan pemerintah Indonesia, dan ini adalah sebuah soft skill. Sehingga jika memiliki servis yang baik maka kerja sama di masa depan akan baik juga. KTT G20 juga berdampak positif pada bidang ekonomi karena banyaknya peserta yang datang dari luar negeri, pasti membutuhkan kamar hotel kelas eksekutif. Hal ini akan menaikkan kembali bisnis di bidang pariwisata yang sempat hampir kolaps akibat badai pandemi. Jika tingkat keterisian hotel kembali penuh karena di-booking untuk peserta KTT G20 maka pengusaha hotel akan untung besar. Selain itu, KTT G20 juga menggerakkan roda perekonomian karena banyaknya peserta berarti juga banyak pesanan makanan. Pebisnis katering akan tersenyum gembira karena ada pesanan lagi dari pemerintah, agar mereka melayani urusan makan dari peserta G20. KTT G20 membawa banyak sekali peluang ekonomi bagi Indonesia. Pertama, peserta KTT G20 banyak sekali sehingga tingkat keterisian hotel kembali penuh dan katering juga mendapatkan pesanan dari pemerintah. Selain itu, saat KTT, negara peserta G20 akan tertarik untuk menjalin kerja sama di bidang digital, dan mereka makin yakin karena melihat layanan pemerintah Indonesia yang profesional. )* Penulis adalah kontributor Nusa Bangsa Institute Peluang dan Tantangan Presidensi G20 Indonesia Ditengah Konflik Global | 61
Presidensi G20 Indonesia Jembatani Pemulihan Ekonomi Global Oleh : Deka Prawira )* Presidensi G20 Indonesia diyakini akan menjembatani pemulihan ekonomi global. Dengan adanya pertemuan tersebut, arus investasi diharapkan akan berkembang dan serapan tenaga kerja akan kembali meningkat. Pemerintah akan memanfaatkan momentum G20 untuk memberikan kontribusi besar bagi masyarkat. Selain akan membahas beberapa isu penting, genda besar ini digadang-gadang bakal mampu jadi jembatan pemulihan ekonomi secara global. Dalam keterangan tertulisnya, Ida Fauziyah Menteri Ketenagakerjaan menyatakan siap mensukseskan pelaksanaan Presidensi G20. Selaku focal point G20 bidang ketenagakerjaan, tentunya komitmen ini wajib diprioritaskan. Hal tersebut juga diungkapkan pada sebuah acara EWG Indonesia G20 Presidency 2022 di ibu kota Jakarta. Dalam acara tersebut, mengusung tema yang besar yakni Improving Employment Condition to Recover Together. Ida mengungkapkan jika dalam pertemuan G20 nantinya, Indonesia harus memanfaatkan posisi strategis ini sebaik-baiknya. Sebab, semua negara dalam forum ini adalah setara. Baginya, kepercayaan tersebut merupakan kesempatan bagi Indonesia agar mampu berkontribusi lebih lagi bagi pemulihan ekonomi global, hingga membangun tata kelola dunia secara lebih sehat, adil serta berkelanjutan. Dirinya juga mengatakan bahwasanya Presiden Joko Widodo dalam acara Opening Ceremony Presidency G20 Indonesia beberapa waktu lalu, menyatakan apabila Presidensi ini bukanlah seremonial belaka, namun Indonesia perlu mendorong negara-negara dalam G20 untuk melakukan aksi yang nyata juga dapat 62 | Peluang dan Tantangan Presidensi G20 Indonesia Ditengah Konflik Global
diimplementasikan. Termasuk memperjuangan aspirasi juga kepentingan negara- negara berkembang. Dirinya juga menambahkan jika Indonesia siap untuk berkolaborasi serta menghimpun kekuatan, agar masyarakat dunia dapat merasakan vibrasi positif dari kerja sama tersebut. Lebih lanjut, Indonesia harus menghasilkan beragam terobosan dari forum G20. Utamanya ialah menghadapi tantangan ketenagakerjaan pada saat ini hingga ke depannya nanti. Dirinya menilai, jika semangat solidaritas dan kemitraan Presidensi Indonesia bisa dimanfaatkan untuk kontribusi atas pembangunan ketenagakerjaan sosial, regional maupun global agar lebih merata. Demi menghadapi disrupsi digital hingga perubahan iklim. Sebagai gambaran kondisi pemilihan di sektor kesehatan dinilai sejalan dengan target WHO untuk Vaksinasi dosis kedua dengan besaran hingga 40 persen dari total jumlah penduduk. Sehingga perkiraannya ialah 113 juta jiwa telah terkonfirmasi divaksin. Jumlah ini setara dengan 41,8 persen dari total jumlah penduduk. Atau, sekitar 54,3 persen dari target di penghujung tahun 2021. Maka dari itu, melalui tema tersebut Indonesia merangkul seluruh dunia untuk bergotong royong menggapai pemulihan ekonomi yang lebih kuat, inklusif hingga berkelanjutan. Harapannya, G20 mampu menangani beragam permasalahan struktural yang kerapkali menghambat pertumbuhan produktivitas juga efisiensi. Pun dengan mendorong perluasan atas inklusi ekonomi. Menteri perekonomian menyebutkan jika Presidensi G20 tahun depan bakal mengusung 3 topik utama. Pertama ialah arsitektur kesehatan secara global, dimana hal ini ialah upaya Indonesia demi memperkuat serta menyusun kembali tata kelola juga arsitektur kesehatan global selepas pandemi. Poin kedua ialah transformasi dengan basis digital. Yakni, dalam rangka membuat nilai-nilai ekonomi melalui digital technology, termasuk mendorong upaya digitalitalisasi untuk jadi mesin pertumbuhan yang baru. Terakhir atau yang ketiga ialah, transisi energi guna memperluas akses atas teknologi untuk menggapai energi bersih dan terjangkau, serta pembuatan guna mempercepat transisi menuju sebuah energi yang mampu berkelanjutan. Menurut dirinya, ketiga topik tersebut bakal jadi panduan untuk menghasilkan rekomendasi kebijakan, yang nantinya lebih konkret, pro-rakyat serta mudah diterapkan. Apalagi, G20 memang dimanfaatkan untuk memperjuangkan negara- negara kecil serta berkembang. Peluang dan Tantangan Presidensi G20 Indonesia Ditengah Konflik Global | 63
Demi tercapainya tujuan-tujuan mulia ini tentunya pemerintah membutuhkan beragam dukungan hingga apresiasi. Dukungan ini akan mampu menjadi semangat yang menggebu dan mengoptimalkan pertemuan yang akan dihelat nantinya. Harapannya ialah bukan hanya ekonomi global saja yang akan pulih. Namun, juga ekonomi nasional akan ikut berkembang sesuai harapan. Akhirnya, kesejahteraan secara finansial juga akan dirasakan oleh seluruh warga negara Indonesia. Semoga kedepan perhelatan Akbar ini akan menyongsong keberhasilan yang gemilang. )* Penulis adalah Mahasiswa Universitas Pakuan Bogor 64 | Peluang dan Tantangan Presidensi G20 Indonesia Ditengah Konflik Global
Presidensi G20 Menjadi Magnet Untuk Kejar Investasi di 2022 Oleh : Agung Nugroho )* Presidensi G20 akan menjadi magnet untuk mengejar investasi di tahun 2022. Dengan adanya arus penanaman modal tersebut, maka diharapkan lapangan kerja akan banyak terbuka. Negara G20 merupakan negara yang merepresentasikan 85 persen Produk domestik Bruto [PDB) global dan dua pertiga populasi dunia. Anggota dari G20 terdiri dari Amerika Serikat, Argentina, Australia, Brazil, Kanada, Tiongkok, Prancis, Jerman, India, Indonesia, Italia, Jepang, Meksiko, Rusia, Arab Saudi, Afrika Selatan, Korea Selatan, Turki, Inggris dan Uni Eropa. Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (FEB UI), Teguh Dartanto mengatakan kepemimpinan Indonesia dalam G20 bisa mendorong kinerja Investasi pada tahun 2022 melalui dua cara. Pertama, dengan gelaran Presidensi G20, pemerintah akan memastikan penanganan kesehatan dan pandemi Covid-19 berjalan dengan baik. Kedua, Peran Presidensi pada forum G20 bisa dimanfaatkan oleh Indonesia sebagai “magnet” untuk mendatangkan investasi ke dalam negeri. Sejalan dengan hal tersebut, maka kinerja investasi juga akan terjaga. Hal ini terlihat pada kinerja investasi kuartal III/2021 yang melambat akibat merebaknya varian Delta pada Juli-Agustus, sehingga pemerintah perlu menerapkan PPKM Darurat dan PPKM level 3-4. Peluang dan Tantangan Presidensi G20 Indonesia Ditengah Konflik Global | 65
Pada periode tersebut, realisasi investasi tumbuh 3,7 persen secara tahunan (year- on-year/yoy) ke Rp 216,7 triliun. Akan tetapi, nilai tersebut menurun atau terkontraksi 2,8 persen jika dibandingkan dengan capaian kuartal II/2021, Sebesar Rp 223 triliun. Selama memimpin forum, Indonesia akan mengadakan lebih dari 150 agenda pertemuan, fisik maupun non-fisik. Pertemuan ini akan ditutup pada Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) pemimpin dunia pada akhir Oktober 2022. Artinya momen G20 di Indonesia harus dimanfaatkan dengan baik demi merealisasikan apa yang ditargetkan oleh Presiden RI. Melihat perkembangan digitalisasi perekonomian yang terjadi sangat cepat dalam kurun waktu dua tahun ini akibat pandemi Covid-19, Indonesia ingin menjadi bagian dari yang menciptakan tatanan tersebut. Kita juga harus yakin bahwa Indonesia juga akan memanfaatkan kesempatan menjadi leader di G20 ini demi kepentingan perekonomian Indonesia. Indonesia sendiri telah diberi kehormatan menjadi anggota G20 ini pada tahun 2008 dan sebagai satu-satunya negara ASEAN yang menjadi anggota G20. Sementara itu, Presiden RI ke-6 Susilo Bambang Yudhoyono mengatakan bahwa forum G20 bukan hanya forum ekonomi, tetapi juga forum peradaban, karena beberapa negara anggotanya adalah negara dengan mayoritas penduduknya beragama muslim seperti Turki, Arab Saudi dan Indonesia. Sementara itu, Indonesia juga memiliki potensi ekonomi yang tinggi, baik sumber daya alamnya maupun sumber daya manusianya. Bonus demograsfi yang dialami Indonesia dimana jumlah penduduk usia produktif tinggi dan kelas menengahnya mulai tumbuh pesat menunjukkan pada dunia begitu besarnya potensi yang dimiliki oleh Indonesia. Setidaknya dalam penyelenggaraan ini akan dilaksanakan 150 pertemuan di 19 kota. Di mana dalam gelaran tersebut akan dihadiri oleh 18 ribu lebih delegasi dari seluruh negara di dunia. Oleh karenanya, selain menciptakan lapangan kerja, Indonesia juga bisa meningkatkan konsumsi domestik hingga Rp 1,7 triliun. Sehingga hal ini bisa membantu meningkatkan PDB nasional hingga Rp 7,4 triliun. Magnet ini tentu saja harus bisa dimanfaatkan, apalagi kesempatan Presidensi G20 kali ini menjadikan Indonesia sebagai Tuan Rumah, sehingga kesempatan emas ini jangan sampai dilewatkan agar Indonesia bisa menarik investasi yang kelak akan berdampak pada peningkatan ekonomi dan terserapnya tenaga kerja. )* Penulis adalah warganet/kontributor Citizen Journalism 66 | Peluang dan Tantangan Presidensi G20 Indonesia Ditengah Konflik Global
BUNGA RAMPAI PELUANG DAN TANTANGAN PRESIDENSI G20 INDONESIA DI TENGAH KONFLIK GLOBAL Indonesia saat ini memegang presidensi G20 setahun penuh ditahun 2022, setelah serah terima dari Italia pada 31 Oktober 2021. Hal ini merupakan keberhasilan posisi Indonesia dalam hubungan diplomatik dunia. Dengan mengusung tema “Recover Together, Recover Stronger,” Indonesia mengajak negara-negara yang tergabung dalam G20 untuk mencapai pemulihan yang lebih kuat dan berkelanjutan. Sejak serah terima di Roma, Indonesia menerima tanggung jawab sebagai presidensi G20 selama satu tahun. Perhatian masyarakat Indonesia terhadap kesiapan dalam menerima tanggungjawab tersebut selalu menjadi pemberitaan di berbagai media. Posisi Indonesia yang strategis menjadi presidensi G20, membuat informasi ini menjadi isu yang menarik dalam berbagai pemberitaan nasional dan internasional. G20 merupakan forum kerja sama multilateral yang terdiri dari 19 negara utama dan Uni Eropa (EU). G20 merepresentasikan lebih dari 60% populasi bumi, 75% perdagangan global, dan 80% PDB dunia. Anggota G20 terdiri dari Afrika Selatan, Amerika Serikat, Arab Saudi, Argentina, Australia, Brasil, India, Indonesia, Inggris, Italia, Jepang, Jerman, Kanada, Meksiko, Republik Korea, Rusia, Perancis, Tiongkok, Turki, dan Uni Eropa. G20 merangkul negara maju dan berkembang untuk bersama-sama mengatasi krisis, utamanya yang melanda Asia, Rusia, dan Amerika Latin. Adapun tujuan G20 adalah mewujudkan pertumbuhan global yang kuat, berkelanjutan, seimbang, dan inklusif. Presiden Republik Indonesia, Joko Widodo, mengungkapkan bahwa G20 harus menjadi motor pengembangan ekosistem yang mendorong kolaborasi dan inovasi dunia yang lebih kokoh. G20 harus menjadi motor untuk memulihkan dunia setelah mengalami bencana pandemi dan krisis antara Rusia dengan Ukraina. Dengan adanya gerakan bersama negara di dunia, maka tercipta keberhasilan yang dicapai bersama dalam semangat kolaborasi global. Kolaborasi yang berkelanjutan menjadi semangat bersama untuk bangkit dari pandemi dan bisa menjadi resolusi konflik antara Rusia dan Ukraina. Wujud nyata peran Indonesia sebagai Presidensi G20 di tengah konflik global tercermin dalam artikel atau pemberitaan yang di-posting/dipublikasikan serta diamplifikasi terkait berbagai isu di media publik dengan tema-tema konten positif sebagai berikut Indonesia Bersikap Netral Dalam Presidensi G20, Pemerintah Maksimalkan Persiapan Jelang KTT G20 dan KTT G20 Dorong Kebangkitan Ekonomi Pariwisata. Peluang dan Tantangan Presidensi G20 Indonesia Ditengah Konflik Global | 67
Search