Important Announcement
PubHTML5 Scheduled Server Maintenance on (GMT) Sunday, June 26th, 2:00 am - 8:00 am.
PubHTML5 site will be inoperative during the times indicated!

Home Explore ELKA SISTA POLTEKAD

ELKA SISTA POLTEKAD

Published by Adi Yulianto, 2021-08-04 23:58:59

Description: ELEKTRONIKA SISTEM SENJATA

Keywords: EDUCATION SEMESTER 1 DIPLOMA 4

Search

Read the Text Version

96 e. Pemakaian baju pelindung. Isolasi pada operasi atau sistem yang membahayakan, misalnya sistem pencampuran bahan kimia beresiko, dan pengoperasian mesin yang sangat bising. f. Penyusunan area ventilasi lokal, agar beberapa bahan/gas sisa dapat dihisap dan dialirkan keluar. g. Substitusi bahan yang lebih beresiko dengan bahan yang kurang beresiko atau tidak beresiko sekalipun. h. Pengadaan ventilasi umum untuk mengalirkan udara kedalam ruang kerja sesuai sama keperluan. Dapat diambil kesimpulan kalau pekerja jadi sumberdaya dalam lingkungan kerja konstruksi harius dikelola dengan baik, hingga dapat meningkatkan produktivitas yang tinggi. Hasrat untuk menjangkau produktivitas yang tinggi harus memerhatikan sisi keselamatan kerja, seperti meyakinkan kalau beberapa pekerja dalam keadaan kerja aman. 99. Evaluasi a. Jelakan apa yang dimaksud denga penyakit akibat kerja ? b. Sebutkan penyebab penyakit akibat kerja ! c. Sebutkan macam-macam penyakit kerja ! d. Sebutkan fktor-fktor penyebab penyakit akibat kerja ! e. Sebutkan 7 langkah dalam mendiagnosa penyakit akibat kerja ! f. Jelaskan bagaimana pencegahan penyakit akibat kerja ? g. Jelas upaya-upaya dalam mencegah kecelakaan ?

97 BAB XI PERTOLONGAN PERTAMA PADA KECELAKAAN DI LABORATORIUM 100. Umum. a. Beberapa peristiwa yang pernah terjadi di laboratorium merupakan cermin bagi setiap orang untuk dapat meningkatkan kewaspadaannya ketika bekerja di laboratorium. Peristiwa-peristiwa tersebut kadang-kadang terlalu pahit untuk dikenang, namun meninggalkan kesan pendidikan yang baik, agar tidak melakukan kesalahan dua kali pada peristiwa yang sama. Peristiwa terbesar dalam sejarah adalah pada Departemen Kimia, 27 tahun yang lalu, ketika itu Gedung Departemen terbakar pada malam menjelang pagi hari, itu terjadi karena ada bahan kimia yang meledak di gedung tersebut. Walaupun tidak terdapat korban manusia, namun kerugian materi sangat banyak dan mahasiswa agak ”terhambat” melakukan proses pendidikan karena diperlukan waktu yang lama untuk dapat pemulihan fasilitas yang terbakar. Peristiwa lainnya tidak sehebat yang terjadi di atas, namun perlu perhatian khusus agar dikemudian hari jangan sampai terjadi lagi. Peristiwa itu menimpa salah seorang mantan mahasiswa kimia yang bekerja dengan brom, bahan ini mengalir dari peralatan yang kurang rapat, menyentuh kulit lengannya, mengakibatkan luka bakar dan bekasnya tidak hilang sampai sekarang. Ada pula yang terkena bahan kimia TCA ketika mengambil zat tersebut dari botol kemasannya, karena kurang hati-hati ada bahan yang terkena kulit tangan mahasiswa dan ini menimbulkan iritasi yang hebat, gejalanya kulit terasa gatal dan jika digaruk dapat melepuh. Kejadian berikutnya adalah ketika mahasiswa tahun pertama bekerja menggunakan pembakar dengan bahan bakar spiritus, pembakar tersebut tersenggol sehingga spiritus tersebut tumpah ke meja praktikum dan menyebabkan kebakaran serta merusak meja praktikum. Kebakaran juga pernah terjadi karena terlepasnya selang penyambung pembakar bunsen dari saluran gas bakar, ini disebabkan oleh mahasiswa yang menarik pembakar itu ke berbagai tempat. Ada pula kecerobohan kerja yang menyebabkan asam sulfat pekat tumpah di atas meja praktikum. Asam tersebut dapat menghanguskan kayu sehingga meja praktikum berubah menjadi hitam dan rapuh. Kelalaian lainnya disebabkan oleh kurangnya kedisiplinan, seperti lupa menutup kran air, sehingga terjadi banjir sampai ke laboratorium lainnya. Semua peristiwa tersebut tidak akan terjadi bila setiap individu sadar dan mengerti bahwa laboratorium itu milik bersama yang harus dijaga dengan meningkatkan disiplin. b. Keselamatan kerja laboratorium merupakan salah satu aspek penting yang harus diperhatikan. Ibarat seseorang yang tengah berjalan di jalan raya, bekerja di laboratorium juga memerlukan rambu-rambu sehingga selama dalam perjalanan dapat sampai tujuan dengan selamat. c. Kecelakaan dapat terjadi bukan hanya karena tidak memperhatikan etika berkendara dan rambu-rambu lalu lintas, tetapi juga dapat terjadi ketika ada orang lain yang lalai. Sama halnya dengan kecelakaan kerja di laboratorium, tentu bukanlah kejadian yang disengaja, tetapi bisa terjadi apabila ada kelalaian dari diri sendiri dan orang lain. Artinya, semua pihak sangat berperan dalam menerapkan budaya keselamatan kerja.

98 d. Bekerja di laboratorium dengan nyaman akan mempengaruhi kelancaran aktivitas kerja dan kecelakaan kerja dapat dihindari. Kecelakaan kerja di laboratorium bisa menimbulkan kerugian materi serta adanya korban manusia. Kecelakaan kerja dapat menyebabkan korban mengalami luka, cacat fisik, gangguan kesehatan, trauma, bahkan dapat mengancam nyawa seseorang. Semua kemungkinan ini dapat dicegah dengan memperhatikan pedoman keselamatan kerja. 101. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kecelakaan a. Faktor manusia Kelalaian manusia yang kurang memperhatikan aspek keselamatan kerja sehingga dapat merugikan diri sendiri dan orang lain. Kelalaian manusia juga dapat terjadi karena belum memahami panduan keselamatan kerja dengan benar. Perilaku baik akan terbawa setiap saat jika telah menjadi kebiasaan dalam kehidupan seseorang. Begitu pula budaya keselamatan kerja akan terbangun apabila selalu ada pembiasaan dalam setiap aktivitas di laboratorium. Kelalaian kecil yang dibiarkan akan membuat seseorang merasakan bahwa tidak lagi tampak ada kelalaian yang telah ditinggalkan. Jika kebiasaan kecil saja mudah diabaikan maka untuk melakukan kebiasaan besar pasti dengan mudah dilupakan. Kebiasaan bekerja sesuai dengan prosedur yang benar akan terbawa jika kebiasaan kecil dalam memperhatikan aspek keselamatan kerja selalu dibiasaan dari hal-hal yang paling sederhana. Mengenakan sepatu tertutup saat bekerja di laboratorium merupakan kebiasaan kecil. Jika sekali dua kali bekerja dengan sepatu terbuka tetap aman, biasanya akan merasa sama saja mengenakan sepatu terbuka atau tertutup sehingga tidak ada kekhawatiran lagi jika tumpahan atau percikan bahan kimia setiap saat bisa terjadi. b. Bahan kimia Penanganan bahan kimia yang tidak sesuai menjadi salah satu faktor terjadinya kecelakaan kerja. Penyimpanan bahan kimia harus mempertimbangkan kualifikasi dan sifat bahan. Bahan kimia tidak harus disimpan sesuai dengan urutan abjad. Penyimpanan bahan cair dan padat harus terpisah dan harus disesuaikan dengan sifatnya. Bahan cair yang telah diencerkan dan bahan padat yang telah dibuat dalam larutan harus disimpan dalam wadah yang sesuai dan diberi label. Label bahan kimia minimal menyertakan nama, konsentrasi, dan tanggal pembuatan. Bahan kimia yang tidak mempunyai label harus disingkirkan dan tidak diperbolehkan untuk digunakan, jika perlu ditelusur identitasnya. Mereaksikan bahan kimia harus sesuai dengan prosedur kerja dengan memperhatikan sifat bahan kimia yang digunakan. Sebelum mereaksikan atau mencampurkan bahan kimia, paling tidak jumlah yang digunakan telah diketahui dengan pasti dan tersedia petunjuk teknik mereaksikan atau pencampurannya. Mengenal sifat bahan kimia menjadi suatu keharusan sebelum berinteraksi dengan bahan kimia. Pemindahan atau pengambilan bahan kimia dilakukan sesuai dengan prosedur yang benar. Penanganan tumpahan atau percikan bahan kimia perlu diketahui sebelum bekerja di laboratorium. Tumpahan atau percikan bahan yang mengenai

99 meja atau lantai perlu ditangani secara tepat. Apabila mengenai kulit atau mata harus mengetahui tindakan atau pertolongan pertama yang dapat dilakukan. c. Alat dan instrumentasi Penggunaan alat-alat gelas laboratorium yang tidak sesuai dengan fungsi dan cara pemakaian yang benar dapat menimbulkan resiko kecelakaan kerja. Menuangkan larutan asam ke dalam buret tanpa bantuan corong gelas atau dengan menaiki meja kerja dapat menyebabkan resiko percikan bahan kimia di wajah atau tangan. Alat gelas yang telah berkurang fungsi dan kegunaannya, seperti ada bagian yang telah hilang, retak atau pecah sebaiknya tidak lagi digunakan. Instrumentasi yang tidak layak pakai juga tidak digunakan, seperti necara yang telah rusak sehingga menimbulkan kesalahan penimbangan, dapat berakibat kesalahan dalam pembuatan bahan atau campuran reaksi. Sentrifuge yang rusak sebaiknya tidak digunakan. d. Sarana dan prasarana penunjang Saluran air bersih di laboratorium harus tersedia dengan baik untuk keperluan kebersihan, penanganan kecelakaan, sebagai pendingin proses distilasi, ekstraksi, atau refluks serta berbagai keperluan lainnya. Saluran listrik yang digunakan selalu diperiksa secara rutin dan harus dilengkapi pengontrol otomatis apabila terjadi hubungan arus pendek. Idealnya setiap laboratorium mempunyai program pelatihan teknik laboratorium atau kesehatan dan keselamatan kerja kimia. Paling tidak sebelum bekerja di laboratorium, telah dibekali dengan beberapa hal penting yang harus dipahami, diantaranya adalah : 1) Memahami tata tertib atau aturan mendasar bekerja di laboratorium termasuk kekhususan untuk setiap laboratorium. 2) Memahami prosedur kerja yang akan dilakukan selama bekerja di laboratorium. 3) Mempersiapkan perlengkapan keselamatan kerja sesuai dengan kebutuhan. 4) Memahami hal-hal yang berkaitan dengan pertolongan pertama pada kecelakaan kerja di laboratorium 5) Mempersiapkan kertas kerja yang diperlukan 102. Langkah-Langkah Dalam Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan Tujuan pemberian pertolongan pertama pada kecelakaan adalah : a. Mempertahankan korban agar tetap hidup;

100 b. Membuat korban agar tetap stabil dan tidak lebih parah; c. Mengurangi rasa nyeri, tidak nyaman atau rasa cemas pada korban. Jika terjadi kecelakaan hendaklah seseorang: a. Segera memberitahu bagian keamanan untuk segera mencari pertolongan;. b. Menyiapkan beberapa informasi yang meliputi: 1) kondisi penderita 2) perincian penyebab kecelakaan 3) lokasi kecelakaan (nomor ruang dan nama gedung) c. Melakukan pertolongan pertama prosedur emergency: 1) menjauhkan korban dari penyebab kecelakaan; 2) mencari penyebab utama kecelakaan; 3) memberikan pertolongan pertama; dan 4) membawa korban ke rumah sakit. Setiap laboratorium hendaklah mempunyai nama, nomor telepon dan alamat dokter/rumah sakit yang dapat dipanggil setiap saat jika terdapat keadaan darurat. Untuk membantu pekerjaan dokter/petugas medis, pada korban yang dibawa ke rumah sakit berilah petunjuk tentang: nama, alamat rumah dan kantor, jenis/bahan penyebab kecelakaan, serta penanganan yang telah diberikan. Beberapa hal yang harus dilakukan pada keadaan gawat adalah sebagai berikut: a. Periksalah Airway, Breathing, dan Circulation (ABC) pada korban. 1) Airway (jalan nafas), pastikan bahwa jalan nafas koban tidak terhalang oleh lidah atau benda lain. 2) Breathing (pernafasan), periksa pernafasaanya, kalau perlu berikan pernafasan buatan (teknik mulut ke mulut atau CPR = Cardio Pulmonary Resusciation). 3) Circulation (sirkulasi), periksalah nadi korban, bila denyut nadi tidak terasa, lakukan teknik CPR.

101 b. Bertindaklah dengan cepat, karena waktu walaupun satu detik sangat berarti dan berharga bagi korban. 1) Jangan mengangkat atau memindahkan korban yang luka pada leher atau tulang belakang, kecuali dalam keadaan terpaksa. 2) Mintalah seseorang untuk memanggil ambulan atau dokter, sementara itu lakukan pertolongan pertama. 3) Jangan menarik pakaian korban yang terkena luka bakar. 4) Bersikap tenang dan tenangkanlah korban. 5) Jangan memaksa memberi minuman atau obat pada korban yang kesadarannya menurun atau tidak sadar. 6) Jangan membangunkan korban yang pingsan dengan menggoncang- goncang badannya. 7) Buatlah laporan kejadian. 103. Luka Karena Bahan Kimia a. Penanganan Luka pada Kulit 1) Sebelum melakukan pertolongan, yakinlah bahwa lokasi aman untuk anda. 2) Gunakan pakaian pelindung sebelum melakukan pertolongan. 3) Periksalah ABC korban, dan beri tindakan jika diperlukan. 4) Alirkan air hangat (suam-suam kuku) pada luka selama 15 menit. 5) Lepaskan hati-hati pakaian yang terkena bahan kimia, sepatu atau perhiasan. 6) Tutup luka dengan bahan yang steril. 7) Jangan menetralkan luka dengan menambahkan bahan kimia lain. 8) Jangan jangan mengoleskan cairan atau lemak pada luka. 9) Bersikap tenang dan tenangkan korban selama menunggu pertolongan dokter.

102 b. Penanganan Luka pada mata Percikan bahan kimia pada mata dapat menimbulkan luka yang serius. Sebelum melakukan pertolongan, yakin bahwa situasi aman untuk anda. Jangan pindahkan korban, dan periksalah ABC-nya. 1) Cuci mata yang terkena bahan kimia dengan air suam-suam kuku selama 15 menit, lebih baik lagi jika menggunakan pencuci mata. 2) Bantu korban agar menggerak-gerakkan bola matanya, sehingga mata dapat dicuci dengan baik. 3) Jaga agar air cucian tidak mengkontaminasi mata yang tidak terluka. 4) Jika korban menggunakan contact lenses lepaskan segera. 5) Jangan menetralkan luka dengan menambahkan bahan kimia lain. 6) Jangan pula menambahkan salep pada mata yang terluka. 7) Membawa korban ke dokter. c. Penanganan Keracunan karena bahan kimia tertelan 1) Jangan membujuk korban agar muntah. 2) Jika korban sadar, beri 2 gelas air. Jika bahan kimianya korosif, beri 1 gelas air setiap 10 menit. Jangan menetralisir dengan cara menambahkan bahan kimia lain. 3) Jika korban tidak sadar, jangan berikan sesuatu melalui mulut. Lakukan CPR jika perlu. 4) Tenangkan korban sampai mendapatkan pertolongan medis. d. Penanganan Menghirup bahan kimia 1) Yakinlah bahwa anda sendiri aman sebelum melakukan pertolongan. 2) Gunakan pelindung pernafasan sebelum melakukan pertolongan jika tempat kejadian di ruang tertutup, sempit dan bahan beracun dalam konsentrasi tinggi. 3) Pindahkan korban ke tempat yang berudara segar. 4) Jika korban tidak bernafas, lakukan CPR sampai pertolongan medis datang.

103 5) Jika korban bernafas, longgarkan pakaian dan perhatikan jalan nafasnya. 6) Berikan dukungan agar korban tenang sampai mendapatkan pertolongan. e. Penanganan Luka karena bahan biologis berbahaya 1) Cuci bagian luar dengan air sabun. 2) Tutup luka dengan pembalut luka (perban). 3) Jika korban mengalami perdarahan pada kaki/tangan, tekan dengan tangan anda di atas perban. Jangan lakukan hal ini jika luka terdapat di kepala, leher atau bagian tubuh yang lain. 4) Jika perdarahan berhenti dan perban berdarah, tambahkan perban dan jangan menganti dengan yang baru. Jangan terlalu kencang dalam mengikat dengan perban. 5) Jika lukanya kecil, keluarkan bahan yang menancap (jika ada) dengan pinset steril, lalu tutup luka dengan perban steril. 6) Jagalah agar korban tidak sock atau pingsan. 7) Jaga korban hingga mendapat pertolongan. f. Penanganan Sengatan listrik 1) Jangan sentuh korban yang sedang terkena sengatan listrik. 2) Putuskan segera kontak antara korban dengan sumber listrik degan cara paling cepat, tepat dan aman. 3) Jika tidak dapat, gunakan bahan yang tidak menghantar listrik untuk memisahkan korban dari sumber listrik. 4) Jika korban mengalami luka, rawatlah seperti pada korban yang terluka. 5) Periksalah ABC-nya. Jika korban tidak bernafas, lakukan pernafasan dari mulut ke mulut. Jika jantung berhenti, lakukan CPR. 104. Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan Letak ruang Pertolongan Pertama pada Kecelakaan (P3K) harus pada tempat yang strategis, di dekat bengkel atau laboratorium. Ruang ini harus diberi tanda yang jelas dan

104 setiap pengawas, instruktur, dan pekerja harus mengetahui jalan tercepat menuju ke tempat tersebut. Kotak P3K (Pertolongan Pertama) harus berisi segala peralatan penting seperti: kain pembalut dan obat-obatan, supaya tindakan pertolongan pertama berjalan efektif. Persediaan obat harus selalu diperbaharui secara teratur dan dicek tanggal berlakunya obat apakah masih aktif dan efektif. Obat yang kadaluwarsa segera diganti yang baru. Kain pembalut harus mudah dibuka dan siap pakai.Plester dalam berbagai bentuk dan ukuran dapat dipakai dengan cepat untuk mengatasi luka ringan. 105. Pembalut Luka Harus dijelaskan pada para petugas, bahwa setiap petugas di ruang pertolongan pertama harus terlatih dalam menangani kasus preventif atau menangani kejadian/luka secara benar. Bila tidak ada petugas khususdi ruang P3K dan tidak ada persedian obat maka orang yang merawat luka harusmempunyai atau memiliki pengetahuan dasar tentang praktik medis preventif. Setiap luka baik yang ringan maupun yang serius memerlukan penanganan yang tepat dan bila salah dapat mengakibatkan hal yang fatal. Penggunaan kain pembalut menuntut keterampilan khusus. Buku petunjuk / manual mengenai berbagai cara melakukan pertolongan pertama harus tersedia di ruang P3K. 106. Langkah Pertama dalam P3K Tiga hal penting yang harus diingat bila menolong seseorang yang mengalami kecelakaan yaitu membebaskan jalan napas (airway), memberikan napas buatan (breathing) dan menjalankan peredaran darah dengan pijat jantung luar (sirkulasi). Bertindaklah segera pada pendarahan, menelan racun, jantung/napas berhenti. Hati-hati memindahkan penderita dengan dugaan trauma tulang belakang. Bersihkan/bebaskan kotoran lumpur, darah, lender dan makanan. Periksa: jari-jari,kuku, gerakan dada, dan perut. Penyebab terjadinya: berhentinya jantung,penyumbatan jalan napas (tenggelam, tersedak), kecelakaan terkena aliran listrik,penyakit ayan/kejang-kejang. Pemeriksaan: raba denyut jantung, dengarkan jantung.Penyebab berhentinya jantung: penyakit jantung, napas berhenti, kena aliran listrik. Terdapat tiga hal yang terpenting bila hendak menolong seorang yang mengalami kecelakaan berat, yakni berikut: a. Jalan pernapasan, periksalah apakah jalan pernapasan tersumbat lidah atau benda-benda asing lain. b. Pernapasan. Periksalah apakah orang itu bernapas, bila tidak usahakanlah pertolongan napas buatan. c. Peredaran darah, periksalah apakah terdapat denyut jantung pada penderita, bila tidak terdapat denyut jantung, berilah pertolongan peredaran darah buatan, selama melakukan hal ini periksalah apakah ada pendarahan. Bertindak segera pada penderita yang rnengalami pendarahan berat atau dia telah menelan racun atau jantung atau pernapasannya berhenti, setiap detik sangat berarti. Walaupun pada umumnya orang yang mengalami kecelakaan dapat dipindahkan

105 dengan aman patut diingat bahwa sangat penting untuk tidak memindahkan seseorang yang mengalami kecelakaan berat pada leher atau tulang belakang bila hal tersebut tidak terpaksa sekali berhubung adanya ancaman bahaya lebih lanjut. Karena jarang terjadi keadaan darurat yang bersifat hidup atau mati, biasanya anda dapat memulai P3K dengan urutan sebagai berikut: a. Baringkan penderita dengan tenang, bila dia telah muntah dan bila tidak ada bahaya lehernya patah palingkan kepalanya kesamping untuk mencegah tersedak. b. Hangatkan tubuhnya dengan selimut atau mantel tetapi jangan sampai terlalu panas atau memberinya pemanas luar. Suruhlah seorang untuk memanggil ambulans dan dokter sementara Anda memberikan P3K. Dokter harus diberitahu tentang sifat keadaan darurat yang bersangkutan dan bertanyalah apa yang harus dilakukan sambil menunggu kedatangannya dan ambulans. Periksalah korban dengan lembut, bila perlu gunting pakaiannya untuk menghindari gerakan yang kasar atau nyeri tambahan. Jangan melepas pakaian dari bagian tubuhnya yang mengalami luka bakar.Periksalah kembali luka bakar, usahakanlah agar tenang. Ketenangan Anda dapat membantunya menghilangkan rasa takut dan panik serta yakinkan si korban bahwa segalanya beres. Jangan memaksa memasukkan cairan lewat mulut seseorang yang pingsan atau setengah sadar. Cairan itu dapat memasuki jalan pernapasan dan menyebabkan tercekik. Jangan mencoba membangunkan orang yang pingsan dengan cara menamparnya atau mengguncang-guncang tubuhnya. Bersihkanlah penderita dari : Kotoran Lumpur, Darah, Lendir dan Makanan serta lakukan pemeriksaan pada jari, kuku dan gerakan dada/perut. Menentukan penyebab pingsannya seseorang dengan cara memeriksa . Berhentinya jantung,penyumbatan jalan napas (tenggelam atau tersedak), kecelakaan kena aliran listrik dan penyakit ayan/kejang-kejang. Sedangkan pada pemeriksaan pada orang pingsan dengan cara raba denyut jantung, dengarkan jantung dan tentukan penyebab berhentinya denyut jantung antara lain : Penyakit jantung, Napas berhenti dan Kena aliran listrik. Napas respirasi terbagi atas berikut ini. a. Inspirasi : mengambil O2 b. Ekspirasi : mengembuskan CO2 Penyebab berhentinya napas adalah sebagai berikut : a. Berhentinya jantung dan terdapat penyumbatan jalan napas. b. Tenggelam dan atau keracunan gas CO2. c. Sawan dan tersengat listrik

106 Lakukan pemeriksaan pada : a. Napas dengan jari ke hidung, dengan kaca buram dan dengan telinga- didengar b. Dada. Pertolongan pada napas berhenti yakni sebagai berikut: a. Panggil dokter (oleh orang lain) dan bersihkan saluran napas (dengan cara memalingkan kepalanya). b. Penyumbatan dapat oleh: lidah - gigi palsu - darah - benda asing -muntah. c. Longgarkan pakaian yang menjepit leher (dada, perut) dilanjutkan dengan melakukan napas buatan dengan benar, sesuai pedoman: segera dan usahakanlah sampai selesai. Cara memberikan napas buatan. a. Pernapasan buatan dilakukan dari mulut ke mulut atau dari mulut kehidung dilakukan sesudah jalan napas dibersihkan. b. Kemudian dengan satu tangan kepala didorong ke belakang. c. Tangan lain menekan rahang ke atas, pada saat bersamaan ibu jari menutup mulut dengan menekan rahang bawah ke arah rahang atas. d. Penolong bernapas normal embuskan napas melalui hidung sampai dada penderita terangkat, ulangi sampai beberapa kali. e. Angkat mulut, keluarkan napas dari penderita secara pasif. Bila denyut jantung berhenti, lakukan Resusitasi Kardio pulmoner (CPR),artinya masage jantung dan pernapasan buatan. Dengan cara pemeriksaan pada penderita sbb: a. Mengubah denyut nadi dan periksa pergelangan. b. Leher dan lipat paha. c. Daun telinga dan dada kiri. Pengaruh berhentinya kerja jantung adalah sebagai berikut: a. 9-20”otak lumpuh,

107 b. 4-6” sel otak mati dan disusul lumpuhnya organ-organ lain. Usaha CPR (Cardio Pulmonary Resusitation) harus secepat mungkin. Penyebab berhentinya kerja jantung, yakni: a. Penyakit jantung, b. Kurangnya O2 akut diantaranya napas berhenti dan tersumbat benda asing (makanan, lumpur, darah, dsb) serta kecelakaan (terkena aliran listrik dan tenggelam). Tanda-tanda jantung berhenti, adalah berikut ini. a. Tidak sadar diikuti dengan nadi (tangan, leher, lipat paha) tak teraba. b. Napas berhenti dan nampak seperti mati. c. Pupil melebar disertai perubahan warna kulit pucat (kelabu). Tindakan: Massage jantung dan pernapasan buatan (Cardio Pulmoner Resusitation) atau CPR a. Satu penolong : 15 x kompresi jantung 2 x 1 napas. b. Dua penolong : 5 x kompresi jantung 1 x napas. Kemungkinan Cardio Pulmoner Resusitation a. Resusitasi berhasil: nadi mulai berdenyut, napas mulai spontan. b. Kalau denyut jantung sudah teratur: hentikan kornpresi jantung,teruskan pertolongan napas buatan sampai terjadi pernapasan spontan. c. Bila pupil tetap lebar, kulit tetap pucat kelabu dan CPR sudah 30 – 60”hentikan tindakan CPR. d. Bila pupil mengecil, warna kulit merah tetapi denyut belum teraba teruskan tindakan CPR. Teknik penyembuhan berhentinya jantung dengan cara pukulan pada dada dan membenarkan saluran pernapasan. Cara massage jantung dan pernafasan buatan

108 a. Letakkan penderita b. Cari tulang dada c. Masssage dengan tumit tangan yang saling bertindih jari-jari,jangan menyentuh dada. d. Sumbu memegang tumit, sumbu tulang dada. e. Lengan mengencang lurus, pemeranan dengan berat badan penolong tekan 4 - 6 cm. f. Frekuensi 80 - 100 kali per menit dan diseling napas buatan. Pertolongan pada luka, yang dimaksud dengan luka adalah terputusnya hubungan jaringan oleh sesuatu sebab antara lain: a. Persentuhan dengan benda tumpul (lecet, memar, robek). b. Persentuhan dengan benda tajam (tusuk, iris, bacok). c. Luka baker yang disebabkan oleh api, uap panas, cairan panas, zat kimia, sinar, arus listrik/petir. Tingkat luka bakar terbagi menjadi 3 bagian, diantaranya : a. Tingkat satu: lapisan kulit luar nyeri. b. Tingkat dua: seluruh lapisan kulit sangat nyeri. c. Tingkat tiga: seluruh kulit otot tulang nyeri Prinsip pertolongan pada luka. a. Bekerja sebersih mungkin dengan sabun, air, alkohol 70% termasuk alat pembersih: gunting, pinset, pembalut. b. Organ yang keluar jangan dimasukkan kembali (tulang. usus). Mencegah terjadinya syok. a. Penyebab: darah/cairan hilang, kesakitan.

109 b. Gejala : kulit pucat, dingin dan basah/lembap, nadi cepat (kurangdari 100 kali per menit), napas sesak, dan cepat (kurang dari 16 kali permenit) dan tidak teratur, gelisah, serta ketakutan. Cara memberi pertolongan pada penderita syok. a. Baringkan penderita sehingga posisi kaki lebih atas. b. Longgarkan pakaian, beri minum dan istirahatkan yang luka. c. Kirimkan penderita ke rumah sakit/puskemas/dokter terdekat. 107. Evaluasi a. Sebutkan faktor yang menyebabkan kecelakaan dilaboratorium ! b. Sebutkan langkah dalam P3K di laboratorium ! c. Sebutkan beberapa hal yang harus dilakukan pada keadaan gawat ! d. Jelaskan pencegahan akibat luka pada kulit ? e. Jelaskan pencegahan akibat luka pada mata ? f. Jelaskan pencegahan akibat bahan kimia tertelan ? g. Jelakan pencegahan akibat menghiruo bahan kimia ?

110 BAB XII BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN 108. Umum. a. Keberadaan bahan berbahaya dan beracun (B-3) pada dasarnya tidak dibatasi oleh lingkungan tertentu. Artinya B-3 bisa berada di lingkungan mana saja, sesuai dengan tingkat kebutuhan dan aktivitas manusia (masyarakat). Banyak masyarakat yang dalam kesehariannya akrab dengan B-3 karena profesinya, atau sebagai pengguna atau konsumen, baik secara langsung maupun tidak langsung. b. Dalam kehidupan sehari-hari, mungkin masyarakat tidak menyadari bahwa bahan yang mereka konsumsi atau alat (perkakas) yang mereka manfaatkan sebetulnya termasuk katagori B-3,misalnya: bahan insektisida, bahan bakar (minyak/gas), makanan yang mengandung zat pewarna dan pengawet, dan lain- lain. Dengan demikian, B-3 bukan selalu berarti limbah atau bahan cemaran lingkungan. c. Bahan cemaran (bahan penyebab pencemaran) pada dasarnya disebabkan oleh pembuangan limbah yang langsung dari sumbernya sehingga dapat menimbulkan gangguan bagi mahluk hidup dilokasi atau di sekitar tempat pembuangan limbah tersebut, termasuk dalam tubuh manusia.Bahan-bahan cemaran ini pada umumnya ada yang bersifat berbahaya, dan ada yang bersifat beracun, atau bersifat keduanya.Tidak semua bahan berbahaya bersifat racun, sedangkan bahan beracun sudah tentu berbahaya. Bahan berbahaya dan beracun dapat berupa bahan baru sebagai bahan proses untuk menghasilkan suatu produk, atau sisa dari suatu proses.Bahan yang tergolong B-3 pada umumnya adalah bahan kimia. 109. Bahan Berbahaya Dan Beracun (B-3) Bahan berbahaya dan beracun didefinisikan sebagai bahan berbahaya dan / atau beracun yang karena sifatnya atau konsentrasinya baik secara langsung atau tidak langsung dapat mencemarkan lingkungan atau merusak lingkungan hidup, kesehatan hidup manusia serta, makhluk lain. Dari definisi tersebut di atas dapat ditafsirkan bahwa B-3 dapat berupa bahan baku (alamiah), atau bahan olahan (produk), atau sisa dari suatu proses (limbah) yang bersumber dari kegiatan industri atau domestik (rumah tangga). Ditinjau dari strukturnya, maka B-3 bisa berupa bahan yang memiliki sifat fisika dan kimia. Sifat fisika (fisik) pada umumnya dilihat karena bentuknya, seperti: runcing/tajam, keras, licin, gas dan lain-lain. Sedangkan sifat kimia dilihat dari mudahnya bereaksi, baik dengan struktur tubuh makhluk hidup (manusia, hewan dan tumbuhan), maupun benda-benda mati.

111 Dampak yang diakibatkan oleh sifat fisik pada umumnya berupa perusakan fisik, seperti luka, sesak napas, pingsan, bahkan sampai tak sadarkan diri. Adapun dampak dari sifat kimia antara lain: kebakaran, ledakan, keracunan, korosif tehadap benda (peralatan), dan lain-lain. Berdasarkan dampak yang disebabkannya, maka B-3, terutama berdasarkan sifat kimianya, dapat dikelompokkan sebagai berikut: a. Bahan beracun (toxic) Dalam jumlah kecil,bahan ini menimbulkan keracunan dan bersifat bahaya terhadap kesehatan manusia atau makhluk hidup lainnya, bahkan dapat menyebabkan kematian apabila terserap ke dalam tubuh lewat pernapasan atau kulit. b. Bahan oksidator Bahan-bahan ini kaya dengan oksigen sehingga dapat membantu dan mempercepat proses pembakaran, karena bisa menghasilkan oksigen yang dapat menyebabkan kebakaran bahan-bahan lain. Beberapa contoh bahan kimia oksidator seperti: permanganat, perklorat, dikromat, peroksida, persulfat. Oksida- oksida lain dapat terbentuk pula pada penyimpanan pelarut (solvent) organik seperti: eter, ester dan keton. c. Bahan korosif Bahan ini reaktif terhadap zat lain sehingga dapat mengakibatkan kerusakan apabila berkontak dengan jaringan hidup atau bahan lain. Bahan-bahan ini meliputi asam-asam, alkali-alkali dan bahan-bahan kuat lainnya. Dilihat dari wujud/fasenya, bahan kimia korosif ada tiga macam, yaitu: 1) Bahan korosif padatan, misalnya: kaustik soda, NaOH; kalium hidroksida, KOH; kalsium hidroksida, Ca(OH)2. 2) Bahan korosif cairan, misalnya: asam sulfat, H2SO4; asam cuka, CH3COOH; asam klorida, HCl; asam nitrat, HNO3. 3) Bahan korosif gas,misalnya: ammonia, NH3; formaldehida, HCOH; asam klorida, HCl; asam asetat, CH3COOH; belerang oksida, SO2/SO3; klorin, Cl2; ozon, O3. d. Bahan yang reaktif terhadap air Bahan ini mudah bereaksi dengan air dengan mengeluarkan panas dan gas mudah terbakar. Beberapa contoh bahan ini antara lain: 1) Alkali (natrium, Na; kalium, K) dan alkali tanah (Calsium, Ca) 2) Logam halida anhidrat (aluminium tribromida, AlBr3)

112 3) Logam oksida anhidrat (CaO). Bahan-bahan tersebut di atas harus dijauhkan dari air atau disimpan dalam ruangan yang kering dan bebas dari kebocoran bila hujan. e. Bahan mudah terbakar Bahan ini adalah bahan kimia yang mudah bereaksi dengan oksigen dan menimbulkan kebakaran.Tingkat bahaya ditentukan oleh titik bakarnya (titik nyala). Makin rendah titik bakarnya justru makin berbahaya. Reaksi pembakaran yang berlangsung sangat cepat dan juga dapat menghasilkan ledakan. Dilihat dari wujudnya, bahan ini dapat berupa: 1) Padatan mudah terbakar, misalnya: belerang, fosfor, kertas/rayon, hidrida logam, kapas dan padatan berupa serbuk halus (seperti debu: kapuk, kapas, gandum). 2) Cairan mudah terbakar, seperti: eter, alkohol, aseton, benzena, heksan dan lain-lain. Bahan-bahan tersebut pada umumnya digunakan sebagai bahan pelarut organik, pada suhu kamar akanmenguap, dan dalam perbandingan tertentu dapat terbakar oleh adanya api terbuka atau loncatan listrik. Bahan-bahan pelarut organik banyak ditemukan dalam industri, seperti pada: Industri cat : petroleum, eter,alkohol, aseton, ester, heksan, isobutil, keton dan lain-lain. f. Gas mudah terbakar Gas alam sebagai bahan bakar, hidrogen, asetilen (untuk pengelasan), etilen oksida (gas untuk sterilisasi) dan lain-lain. g. Bahan eksplosif (mudah meledak) Bahan ini adalah padatan atau cairan atau campuran keduanya yang karena suatu reaksi kimia dapat menghasilkan gas dalam jumlah dan tekanan yang besar serta suhu tinggi, sehingga menimbulkan kerusakan yang dahsyat. 110. Macam Bahan Eksplosif a. Bahan eksplosif buatan, yaitu bahan yang sengaja dibuat untuk tujuan peledakan atau bahan peledak, seperti: trinitrotoluene (TNT); nitrogliserin; ammonium nitrat. Bahan-bahan tersebut sangat pekaterhadap panas dan pengaruh mekanis (gesekan atau tumbukan).

113 b. Bahan eksplosif karena sifatnya, yaitu karena tidak stabil atau reaktif seperti: nitro, diazo, peroksida, azida dan lain-lain. c. Debu eksplosif, seperti: debu karbon (dalam industri batu bara); zat warna diazo (dalam pabrik zat warna); magnesium (dalam pabrik baja). d. Campuran eksplosif, yaitu karena terjadinya campuran beberapa bahan oksidator dan reduktor dalam suatu reaktor atau dalam penyimpanan 111. Gas Bertekanan Gas bertekanan disimpan dalam tekanan tinggi, baik gas yang ditekan, gas cair atau gas yang dilarutkan dalam pelarut di bawah tekanan. Gas bertekanan ini banyak digunakan dalam laboratorium. Bahaya dari gas ini adalah efek dari tekanan tinggi dan juga mungkin bersifat racun, aspiksian, korosif dan mudah terbakar. 112. Bahan Reaktif Terhadap Asam Bahan yang mudah bereaksi dengan asam menghasilkan panas dan gas yang mudah terbakar atau gas beracun dan korosif serta eksplosif. Bahan-bahan ini adalah alkai-alkali atau senyawa-senyawa alkali. Misal: kalium klorat (KclO3), kalium permanganate (KmnO4). 113. Bahan Radioaktif Bahan ini mempunyai kemampuan memancarkan sinar-sinar radioaktif dari zat itu sendiri.Radiasi yang dipancarkan adalah sinar alfa, sinar beta, sinar gamma, sinar netron dan lain-lain. Bahaya radioaktif terutama terkait dengan sinar radiasinya.Radiasi ini jika masuk ke dalam tubuh dapat menimbulkan efek somatik dan genetik.Efek somatik bisa bersifat akut dan bisa pula kronis. Efek kronis akibat radiasi dosis rendah, sedangakan efek akut akibat radiasi dosis tinggi dari 200 Rad sampai 5000 Rad. Pada efek akut mungkin terjadi sindroma sistem syaraf sentral dan sindroma kelainan darah. Keberadaan bahan radioaktif antara lain dalam bidang kedokteran, bidang industri dan bidang pertanian. Dalam bidang kedokteran banyak dipakai cairan zat radioaktif yang dimasukkan ke dalam tubuh atau isotop-isotop untuk penyinaran. Dalam bidang industri, bahan radioaktif dipakai untuk menelusuri jejak proses dalam rangka pengendalian atau dipakai langsung dalam produksi seperti mempercepat proses polimerisasi. Sedangkan dalam bidang pertanian isotop radioaktif dipakai untuk menelusuri proses seperti penyerapan air, pemupukan dan lain-lain. 114. Logam Berat Keberadaan logam berat bisa berupa logam murni, paduan atau dalam bentuk senyawa. Dalam keadaan murni berupa padatan pada suhu kamar, dalam bentuk serbuk,bongkahan atau dalam bentuk lain, kecuali merkurium (raksa) dalam bentuk

114 cairan. Begitu pula logam paduan dapat berupa padatan atau cairan/larutan. Dalam bentuk senyawa pada umumnya memiliki warna khas sesuai dengan formula senyawanya. 115. Evaluasi a. Sebutkan contoh katagori B-3 ! b. Sebutkan kelompok B-3 ! c. Sebutkan macam-macam bahan eksplosive ! d. Jelaskan bahaya dari gas bertekanan ? e. Sebutkan contoh bahan reaktif terhadap asam ! f. Jelaskan apa yang dimaksud dengan radioaktif ? g. Jelaskan apa yang dimaksud dengan logam berat ?

115 BAB XIII PENUTUP 116. Penutup. Demikian Naskah Teori Kesehatan dan Keselamatan Kerja disusun sebagai bahan ajaran Bintara Mahasiswa Diploma 4 Politeknik Kodiklatad JurusanTeknik Elektronika Sistem senjata. Komandan Politeknik Kodiklatad, Dr. Nugraha Gumilar, M.sc Brigadir Jenderal TNI

RAHASIA 1 KODIKLAT TNI ANGKATAN DARAT POLTEKAD PETUNJUK UMUM (Khusus Untuk Tenaga Pendidik) 1. Mata Pelajaran : Kesehatan dan Keselamatan Kerja a. Bobot : 2 SKS b. Semester : 1 (Satu) c. Jenis Pendidikan : D-4 Jurusan Teknik Elektronika Sista d. Pesyaratan :- e. Menjadi Syarat : Semua Materi praktek f. Tempat : Ruang Kelas 2. Jumlah Jam Pelajaran : 60 JP a. Tatap Muka : 32 JP b. Tersruktur : 16 JP c. Ujian Tengah Semester : 3 JP d. Ujian Akhir Semester : 6 JP e. Ujian Ulang : 3 JP 3. Isi Pelajaran a. Pendahuluan b. Perkembangan K3 c. Manajemen bengkel dan laboratorium d. Kesehatan dan keselamatan kerja e. Kecelakaan akibat kerja dan pencegahan f. Faktor terjadinya kecelakaan kerja g. Keselamatan kerja pada bahaya kebakaran h. Bahan-bahan radio aktif berbahaya dan cara pengamanannya i. Sebab dan kerugian akibat kecelakaan kerja j. Upaya pencegahan kecelakaan dan penyakit kerja k. Pertolongan Pertama pada Kecelakaan di Laboratorium 4. Tujuan Pelajaran a. Tujuan kurikuler : Agar Bintara Mahasiswa memahami tentang kesehatan dan keselamatan kerja, kecelakaan kerja, pencegahan kecela-kaan kerja dan cara mengatasinya. b. Tujuan Instruksional 1) Pendahuluan. (3 JP)

2 a) Tujuan Instruksional umum : Agar Bintara Mahasiswa memahami tentang latar belakang K3 dan perkembangan-nya. b) Kriteria keberhasilan : Bintara Mahasiswa dapat memahami latar belakang K3, perkembangan K3, kebutuhan K3, tujuan dan manfaat K3, kerugian akibat kecelakaan, dan filosifi K3. 2) Manajemen Bengkel dan Bengkel Listrik. (3 JP) a) Tujuan Instruksional umum : Agar Bintara Mahasiswa memahami tentang manajemen bengkel & laboratorium b) elektronika. Kriteria keberhasilan : Bintara Mahasiswa dapat 3) menerangkan tentang pengertian manajemen, manfaat a) manajemen pada laboratorium, fungsi laboratorium, b) perencanaan kegiatan praktik, pengorganisasian sarana dan prasarana laboratorium, dan pengawasan serta perawatan sarana dan prasarana laboratorium. Kesehatan dan Keselamatan Kerja. (3 JP) Tujuan Instruksional umum : Agar Bintara Mahasiswa memahami tentang kesehatan dan keselamatan kerja. Kriteria keberhasilan : Bintara Mahasiswa dapat menjelaskan tentang keberadaan K3, hakikat higiene, hubungan antara kesehatan dengan produktivitas, faktor penyebab penyakit akibat kerja, sanitasin pengendalian penyimpanan bahan kimia, pengaruh bahan kimia terhadap kesehatan, pembuangan limbah, dan metode pencegahan kecelakaan. 4) Kecelakaan Akibat Kerja dan Pencegahannya. (3 JP) a) Tujuan Instruksional umum : Agar Bintara Mahasiswa memahami tentang kecelakaan akibat kerja dan b) pencegahannya. Kriteria keberhasilan : Bintara Mahasiswa dapat menjelaskan kerugian akibat kecelakaan kerja, klasifikasi kecelakaan akibat kerja, sebab kecelakaan dan analisanya, undang-undang kecelakaan dan dmpak kecelakaan kerja. 5) Faktor Terjadinya Kecelakaan Kerja (3 JP)

3 a) Tujuan Instruksional umum : Agar Bintara Mahasiswa memahami tentang faktor terjadinya kecelkaan kerja akibat faKtor manusia. b) Kriteria keberhasilan : Bintara Mahasiswa dapat menjelaskan tentang teori tiga faktor utama, analisa kecelakaan akibat faktor mnusia, dan kecenderungan untuk celaka. 6) Faktor Terjadinya Kecelakaan Kerja (3 JP ) a) Tujuan Instruksional umum : Agar Bintara Mahasiswa memahami tentang faktor terjadinya kecelakaan kerja b) akibat faktor manusia. Kriteria keberhasilan : Bintara Mahasiswa dapat menjelaskan tentang statistika, hubungan keselamatan dengan pengalaman, hubungan antara keterampilan dengan keselamatan dan sikap terhadap keselamatan. 7) Faktor Terjadinya Kecelakaan Kerja. (3 JP) a) Tujuan intruksional umum : Agar Bintara Mahasiswa memahami tentang keselamatan kerja pada bahaya ke- b) bakaran. Kreteria keberhasilan : Bintara Mahasiswa dapat menjelaskan tentang hubungan antara produksi dan keselamatan, komunikasi dan keselamatan, faktor lingkungan dan faktor peralatan. 8) Keselamatan Kerja pada Bahaya Kebakaran. (3 JP). a) Tujuan intruksional umum : Agar Bintara Mahasiswa memahami tentang keselamatan kerja pada bahaya b) kebakaran. Kreteria keberhasilan : Bintara Mahasiswa dapat menjelaskan tentang bahaya kebakaran,kebakaran dan merokok, zat yang mudah terbakar, tingkat pengamanan kebakaran, penyebab terjadiya kebakaran, dan mengurangi bahaya kebakaran. 9) Keselamatan Kerja pada Bahaya Kebakaran. (3 JP) a) Tujuan intruksional umum : Agar Bintara Mahasiswa memahami tentang keselamatan kerja pada bahaya kebakaran.

4 b) Kreteria keberhasilan : Bintara Mahasiswa dapat menjelaskan tentang media pemadam api, dasar sistem pemadaman, cara menggunakan alat pemdam, menempatkan alat pemadam api, perawatan dan pemeriksaan dan tindakan saat terjadi kebakaran. 10) Keselamatan Kerja pada Bahaya Kebakaran. (3 JP) a) Tujuan intruksiolan umum : Agar Bintara Mahasiswa memahami tentang keselamatan kerja pada bahaya b) kebakaran. Kreteria keberhasilan : Bintara Mahasiswa dapat menjelaskan tentang bagaimana cara melakukan pertolongan medis darurat, pencegahan kebakaran, menyingkirkan bahan yang mudah meledak, dan mengatasi kebakaran akibat instalasi listrik. 11) Bahan-Bahan Radioaktif Berbahaya dan Cara a) Pengamanan-nya. (3 JP) Tujuan intruksiolan umum : Agar Bintara Mahasiswa b) memahami tentang bahan-bahan radioaktif berbahaya dan cara pengamanannya. Kreteria keberhasilan : Bintara Mahasiswa dapat menjelaskan tentang sumber radiasi lingkungan, bahaya akibat zat radio aktif, proteksi terhadap radiasi, dan P3K pada kecelakaan radiasi. 12) Sebab dan Kerugian Akibat Kecelakaan Kerja.(3 JP) a) Tujuan instruksional umum : Agar Bintara Mhasiswa memahami tentang sebab-sebab terjadinya kecelakaan b) kerja dan mengetahui kerugiannya. Kriteria keberhasilan : Bintara Mahasiswa dapat menjelaskan tentang kerugian akibat kecelakaan kerja, kecelakaan akibat kerja, penyebab terjadinya kecelakaan, klasifikasi kecelakaan kerja, dampak kecelaakaan kerja, cidera akibat kecelakaan kerja, dan klasifikasi jenis cidera akibat kecelakaan kerja.

5 13) Upaya Pencegahan Kecelakaan dan Penyakit Kerja. (3 JP) a) Tujuan instruksional umum : Agar Bintara Mahasiswa memahami tentang upaya - upaya pencegahan kecelakaan dan penyakit akibat kerja. b) Kriteria keberhasilan : Bintara Mahasiswa dapat menjelaskan tentang penyakit akibat kerja, pengertian penyakit akibat kerja, penyebab penyakit kibat kerja, macam penyakit akibat kerja, faktor penyebab penyakit akibat kerja, diagnosa, pencegahan dan upaya dalam mecegah kecelakaan. 14) Pertolongan Pertama pada Kecelakaan di Laboratorium. (3 JP) a) Tujuan instruksional umum : Agar Bintara Mahasiswa memahami tentang pertolongan pertama pada kecelakaan. b) Kriteria keberhasilan : Bintara Mahasiswa dapat menjelaskan tentang faktor yang mempengaruhi kecelakaan, langkah dalam P3K, cara mengobati luka, dan persyaratan P3K. 5. Metode a. Metode Pokok : Ceramah, dan Tanya jawab b. Metode Penunjang : Audiovisual, Diskusi 6. Alin dan Alongins a. Papan tulis b. Spidol c. Laptop d. LCD e. Laser Point 7. Proses Belajar Mengajar NO KEGIATAN TENAGA PENDIDIK KEGIATAN PESERTA DIDIK 12 3 1. Pendahuluan - Menjelaskan secara umum - Memperhatikan, mendengarkan tentang maksud dan tujuan, dan mencatat hal yang dianggap ruang lingkup, dan penting. perkembangan K3.

6 2. Manajemen Bengkel dan - Memperhatikan, mendengarkan Laboratorium. dan mencatat hal yang dianggap - Menjelaskan tentang penting. pengertian manajemen, manfaat manajemen pada laboratorium, fungsi laboratorium, dan pengawasan serta perawatan sarana dan prasarana laboratorium Kesehatan dan keselamatan kerja 3. - Menjelaskan tentang - Memperhatikan, mendengarkan keberadaan K3, hakikat dan mencatat hal yang dianggap higiene, hubungan antara penting. kesehatan dengan produktivitas, faktor penyebab penyakit akibat kerja, sanitasin pengendalian penyimpanan bahan kimia, pengaruh bahan kimia terhadap kesehatan, pembuangan limbah, dan metode pencegahan kecelakaan. 4. Kecelakaan akibat kerja dan - Memperhatikan, mendengarkan pencegahan : dan mencatat hal yang dianggap - Menjelaskan tentang kerugian penting. akibat kecelakaan kerja, klasifikasi kecelakaan akibat kerja, sebab kecelakaan dan analisanya, undang-undang kecelakaan dan dmpak kecelakaan kerja.

7 5. Faktor terjadinya kecelakaan - Memperhatikan, mendengarkan kerja dan mencatat hal yang dianggap akibat faktor manusia : penting. - Menjelaskan tentang tentang teori tiga faktor utama, analisa kecelakaan akibat faktor mnusia, dan kecenderungan untuk celaka. 6. Faktor terjadinya kecelakaan - Memperhatikan, mendengarkan kerja dan mencatat hal yang dianggap - Menjelaskan tentang penting. statistika, hubungan keselamatan dengan pengalaman, hubungan antara keterampilan dengan 7. keselamatan dan sikap terhadap keselamatan. - Memperhatikan, mendengarkan Keselamatan kerja pada bahaya dan mencatat hal yang dianggap kebakaran : penting. - Menjelaskan tentang hubungan antara produksi dan keselamatan, komunikasi dan keselamatan, faktor lingkungan dan faktor peralatan. 8. Keselamatan kerja pada bahaya - Memperhatikan, mendengarkan kebakaran : dan mencatat hal yang dianggap - Menjelaskan tentang tentang penting. bahaya kebakaran,kebakaran - Menjawab pertanyaan- dan merokok, zat yang mudah pertanyaan yang diajukan Gumil. terbakar, tingkat pengamanan kebakaran, penyebab terjadiya kebakaran, dan mengurangi bahaya kebakaran. - Mengajukan pertanyaan evaluasi kepada siswa.

8 9. Keselamatan kerja pada bahaya - Memperhatikan, mendengarkan kebakaran. dan mencatat hal yang penting. - Menjelaskan tentang tentang media pemadam api, dasar sistem pemadaman, cara menggunakan alat pemdam, menempatkan alat pemadam - Mengajukan pertanyaan bila api, perawatan dan belum jelas. - Menjawab pertanyaan- 10. pemeriksaan dan tindakan saat pertanyaan yang diajukan Gumil. terjadi kebakaran. - Menjawab pertanyaan- - Memperhatikan, mendengarkan pertanya-an dari serdik. dan mencatat hal yang penting. - Mengajukan pertanyaan evalu-asi kepada serdik. Keselamatan kerja pada bahaya kebakaran. - Menjelaskan tentang bagaimana cara melakukan pertolongan medis darurat, - Mengajukan pertanyaan bila pencegahan kebakaran, belum memahami. menyingkirkan bahan yang - Menjawab pertanyaan- mudah meledak, dan mengatasi pertanyaan kebakaran akibat instalasi yang diajukan Gumil. listrik. - Menjawab pertanyaan- pertanya- an dari serdik. - Mengajukan pertanyaan evaluasi kepada serdik.

11. Bahan-bahan 9 radioaktif - Memperhatikan, mendengarkan berbahaya dan cara dan mencatat hal yang penting. pengamanannya. - Menjelaskan tentang sumber radiasi lingkungan, bahaya akibat zat radio aktif, proteksi terhadap radiasi, dan P3K pada kecelakaan radiasi. - Mengajukan pertanyaan bila - Menjawab pertanyaan- belum memahami. pertanya- - Menjawab pertanyaan- an dari serdik. pertanyaan - Mengajukan pertanyaan yang diajukan Gumil. evaluasi kepada serdik. 13. Upaya pencegahan kecelakaan dan penyakit akibat kerja. - Memperhatikan, mendengarkan - Menjelaskan tentang penyakit dan mencatat hal yang penting. akibat kerja, pengertian penyakit akibat kerja, penyebab penyakit kibat kerja, macam penyakit akibat kerja, faktor penyebab penyakit akibat kerja, diagnosa, pencegahan dan upaya dalam mecegah pertanyaan- kecelakaan. - Mengajukan pertanyaan bila belum memahami. - Menjawab pertanya- - Menjawab pertanyaan- an yang diaujukan oleh serdik. pertanyaan yang diajukan Gumil. - Mengajukan pertanyaan evaluasi kepada serdik.

10 14. Pertolongan Pertama Pada - Memperhatikan, mendengarkan Kece-lakaan. dan mencatat hal yang penting. - Menjelaskan tentang faktor yang mempengaruhi kecelakaan, langkah dalam P3K, cara mengobati luka, dan - Mengajukan pertanyaan bila persyaratan P3K. belum memahami. - Menjawab pertanyaan- - Menjawab pertanyaan- pertanya-an yang diaujukan pertanyaan yang diajukan Gumil. oleh serdik. - Mengajukan pertanyaan evaluasi kepada serdik. 8. Kualifikasi Tenaga Pendidik. Seorang Perwira, Bintara dan PNS yang menguasai tentang Keselamatan Kerja minimal Magister Teknik. 9. Referensi. a. “UU Keselamatan Kerja\", No.1 Tahun 1970. b. “Buku PPPK”, No.1 PLN. c. Sumamur, “Keselamatan Kerja”, Jembatan, Jakarta 1978. 10. Lain-lain. a. Naskah Departemen ini disusun untuk kepentingan Politeknik Kodiklatad. b. Untuk kepentingan Bintara Mahasiswa D-4 Poltekad Kodiklatad dapat diproduksi tanpa petunjuk umum. Batu, Juli 2021 Komandan Politeknik kodiklatad, Dr. Nugraha Gumilar, M.sc Brigadir Jenderal TNI RAHASIA


Like this book? You can publish your book online for free in a few minutes!
Create your own flipbook