HADITS DALAM KOMIK KIRANA & HAPPY LITTLE WORLD (ANALISIS RESEPSI) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana S1 Dalam Ilmu Ushuluddin Jurusan Ilmu Al˗Qur’an dan Tafsir Oleh: MA. IZZUDDIN JAZULI 1404026093 FAKULTAS USHULUDDIN DAN HUMANIORA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG 2019
DEKLARASI KEASLIAN Dengan penuh kejujuran dan tanggung jawab, penulis menyatakan bahwa skripsi ini tidak berisi materi yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain. Demikian juga, skripsi ini tidak berisi satupun pemikiran-pemikiran orang lain, kecuali informasi yang terdapat dalam referensi yang dijadikan bahan rujukan. Semarang, 1 Desember 2019 Deklarator, MA. Izzuddin Jazuli NIM: 1404026093
MOTTO َوَوصْينَاُاِْلنْ َسا َنُُبَِوالَِديُِْهُ َح َملَْتُهُأُّمهَُُوْهنًاُ َعلَىَُوْهنَُُوفِ َصالُهُفِيُ َعاَمْي ُِنُأَِنُُا ْشكُْرُلِيَُولَِوالَِديْ َكُُإِلَ ُيُالْ َم ِصيُر Dan kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu- bapanya; ibunya Telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah- tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang ibu bapakmu, Hanya kepada-Kulah kembalimu. QS. Luqmaan (31): 14
TRANSLITERASI ARAB-LATIN Transliterasi kata-kata bahasa Arab yang digunakan dalam penulisan skripsi ini berpedoman pada “Pedoman Transliterasi Arab-Latin” berdasarkan Keputusan Bersama Menteri Agama dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor.158 Tahun 1987. Berikut penjelasan pedoman tersebut: 1. Konsonan Fonem konsonan bahasa Arab yang dalam sistem tulisan Arab dilambangkan dengan huruf, dalam transliterasi ini sebagian dilambangkan dengan huruf dan sebagian dilambangkan dengan tanda, dan sebagian lain lagi dengan huruf dan tanda sekaligus. Di bawah ini daftar huruf Arab itu dan Transliterasinya dengan huruf Latin. Huruf Nama Huruf Latin Nama Arab Alif Tidak dilambangkan Tidak dilambangkan Ba b Be ﺍ Ta t Te ﺏ Sa ṡ ﺕ Jim j es (dengan titik di atas) ﺙ Ha ḥ Je ﺝ Kha kha ﺡ Dal d ha ( dengan titik di bawah) ﺥ Zal ẓ ka dan ha ﺪ Ra r De ﺫ Zai z ﺭ Sin s zet (dengan titik di atas) ﺯ Syin sy Er ﺲ Zet ﺶ Es es dan ye
ﺺSad ṣ es (dengan titik di bawah) ﺽDad ḍ de (dengan titik di bawah) ﻁTa ṭ te (dengan titik di bawah) ﻅZa ẓ zet (dengan titik di bawah) ‘ ﻉAin ‘ koma terbalik di atas ﻍGain g Ge ﻑFa f Ef ﻕQaf q Ki ﻙKaf k Ka ﻝLam l El ﻡMim m Em ﻦNun n En ﻭWau w We ﻩHa h Ha ﺀHamzah ʹ Apostrof ﻱYa y Ye 2. Vokal Vokal bahasa Arab, seperti vokal bahasa Indonesia, terdiri dari vokal tunggal atau monoftong dan vokal rangkap atau diftong. a. Vocal tunggal Vocal tunggal bahasa Arab yang dilambangkan berupa tanda atau harakat, transliterasinya sebagai berikut: Huruf Arab Nama Huruf Latin Nama Fathah a A ------َ------ Kasrah i I ------َ------ Dhammah u U ------َ------ b. Vocal rangkap
Vocal rangkap bahasa Arab yang dilambangkan berupa gabungan antara harakat dan huruf. Transliterasinya berupa gabungan huruf, yaitu: Huruf Arab Nama Huruf Latin Nama ai a dan i ------َ------ fathah dan ya au a dan u ------َ------ fathah dan wau a. Vokal Panjang (Maddah) Vokal panjang atau Maddah yang lambangnya berupa harakat dan huruf, transliterasinya berupa huruf dan tanda: Huruf Arab Nama Huruf Latin Nama Ā a dan garis di atas --َ----َ-- fathah dan alif atau ya Ī i dan garis di atas Ū u dan garis di atas --َ-- kasrah dan ya --َ-- dhammah dan wau Contoh: : ُ قَا َلRajūlun :َُُرج ْوٌل Qāla Nisā’a :َُنِ َساُء Mutasyabbihīna :ُُمتَ َشبِِهْي َن
UCAPAN TERIMAKASIH بسمُاللهُالرُحمنُالرُحيم Segala puji bagi Allah Yang Maha Pengasih dan Penyayang, bahwa atas taufiq dan hidayah-Nya maka penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini. Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurahkan kepada Nabi Muhammad Saw. Skripsi yang berjudul Hadits dalam Komik Kirana & Happy Little World (Analisis Resepsi), disusun untuk memenuhi salah satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana Strata satu (S. 1) Fakultas Ushuluddin Universitas Islam Negeri (UIN) Walisongo Semarang. Dalam penyusunan skripsi ini penulis banyak mendapatkan bimbingan, saran- saran serta arahan dari berbagai pihak, sehingga penyusunan skripsi ini dapat terselesaikan. Untuk itu penulis menyampaikan terima kasih kepada: 1. Yang terhormat rektor UIN Walisongo Semarang Prof. Dr. H. Imam Taufiq, M. Ag., selaku penanggung jawab penuh terhadap berlangsungnya proses belajar mengajar di lingkungan UIN walisongo. 2. Bapak Dr. Hasyim Muhammad, M. Ag., selaku Dekan Fakultas Ushuluddin UIN Walisongo Semarang yang telah merestui pembahasan skripsi ini. 3. Bapak Mundhir, M. Ag., selaku ketua jurusan Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir dan Bapak Shihabbuddin, M. Ag., selaku sekretaris jurusan Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir yang telah bersedia mengarahkan penulis dalam penyusunan skripsi ini. 4. Bapak H. Mokh. Sya’roni, M. Ag., selaku dosen pembimbing I dan Bapak Ulin Ni’am Masruri, MA, selaku dosen pembimbing II sekaligus dosen wali yang telah bersedia meluangkan waktu, tenaga dan pikiran untuk memberikan bimbingan dan mengarahkan dalam penyusunan skripsi ini. 5. Pimpinan perpustakaan Fakultas Ushuluddin dan Humaniora dan perpustakaan pusat UIN Walisongo Semarang berserta stafnya yang telah memberikan izin dan layanan kepustakaan yang diperlukan dalam penyusunan skripsi.
6. Para dosen pengajar di lingkungan Fakultas Ushuluddin UIN Walisongo Semarang, yang telah membekali berbagai pengetahuan sehingga penulis mampu menyelesaikan penulisan skripsi ini. 7. Ibu Retno Hening Palupi yang telah memberikan izin atas penelitian komiknya sekaligus bersedia menjadi narasumber utama dalam pembuatan skripsi ini. 8. Kepada Abah dan Umi tercinta yang telah mendidik, memberikan kasih sayang, semangat dan do’a yang tidak pernah terputus hingga terselesaikan penulisan skripsi ini. 9. Kakak semata wayang paling tersayang, mbak Minhatin aliyah Jazuli, terima kasih atas motivasi dan dedikasinya untuk segera menyelesaikan skripsi ini. 10. Keluarga besar PTM Walisongo Semarang yang selalu menemani, menghibur, membimbing, dan mengarahkan untuk menjadi pribadi yang lebih bertanggung jawab dan percaya diri. 11. Teman-teman seperjuangan, khususnya Lucky 7, kelas TH E, kamar al-Jaelany PonPes. Al-Falah, dan posko 12 KKN desa Wringinjajar, Barakallahu lakum. 12. Berbagai pihak yang secara tidak langsung telah membantu, baik moral maupun material dalam penyusunan skripsi. Penulis ucapkan Barakallahu lakum Jazakumullah ahsanal jaza’, semoga Allah membalas pengorbanan dan kebaikan mereka semua dengan sebaik-baiknya balasan. Pada akhirnya penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini belum mencapai kesempurnaan dalam arti sebenarnya, namun penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis sendiri khususnya dan para pembaca umumnya. Semarang, 1 Desember 2019 Penulis, MA. Izzuddin Jazuli
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL........................................................................................ i HALAMAN DEKLARASI KEASLIAN......................................................... ii HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING .............................................. iii HALAMAN PENGESAHAN.......................................................................... iv HALAMAN MOTTO ...................................................................................... v HALAMAN TRANSLITERASI ..................................................................... vi HALAMAN UCAPAN TERIMA KASIH ...................................................... ix DAFTAR ISI.................................................................................................... xi HALAMAN ABSTRAK.................................................................................. xiii BAB I PENDAHULUAN ........................................................................... 1 A. Latar Belakang Masalah ............................................................ 1 B. Rumusan Masalah...................................................................... 7 C. Tujuan dan Manfaat Penelitian.................................................. 7 D. Kajian Pustaka ........................................................................... 7 E. Metodologi Penelitian................................................................ 10 F. Sistematika Penulisan ................................................................ 13 BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG KOMIK DAN ANALISIS RESESPSI ......................................................................................................... 16 A. Media Komik 16 1. Pengertian Komik................................................................... 17 2. Komik di Indonesia ................................................................ 20 3. Bentuk Komik ........................................................................ 21 4. Jenis-jenis Komik................................................................... 23 5. Elemen-elemen Desain dalam Komik.................................... 27 B. Analisis Resepsi 28 1. Pengertian Resepsi ................................................................. 34 2. Jenis-jenis Resepsi ................................................................. 3. Metode dan Pendekatan Resepsi Sastra .................................
BAB III GAMBARAN UMUM KOMIK KIRANA & HAPPY LITTLE WORLD KARYA RETNO HENING PALUPI.............................................................. 37 A. Biografi Retno Hening Palupi ................................................... 37 B. Komik Kirana & Happy Little World........................................ 43 C. Hadits dalam Komik Kirana & Happy Little World ................. 47 BAB IV ANALISIS HADITS DALAM KOMIK KIRANA & HAPPY LITTLE WORLD ......................................................................................................... 56 A. Pemahaman Retno Hening Terhadap Teks Hadits .................... 56 B. Analisis Resepsi Hadits dalam Komik Kirana & Happy Little World ................................................................................................... 57 BAB V PENUTUP ....................................................................................... 60 A. Kesimpulan................................................................................ 60 B. Saran .......................................................................................... 60 DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... xiv LAMPIRAN .................................................................................................... xvii RIWAYAT HIDUP ......................................................................................... xxiii
ABSTRAK Komik merupakan salah satu media yang berfungsi untuk menyampaikan cerita melalui ilustrasi gambar untuk pendeskripsian cerita dan mudah dipahami. Seperti komik Kirana & Happy Little World karya Retno Hening Palupi yang menerangkan tentang cara mendidik anak dan mengajarkan kegiatan baik dengan menyelipkan beberapa hadits di dalamnya. Ada dua pokok masalah yang akan penulis teliti, yaitu bagaimana pemahaman Retno Hening Palupi terhadap teks hadits yang ada dalam komik Kirana & Happy Little World dan bagaimana analisis resepsi terhadap hadits dalam komik Kirana & Happy Little World. Jenis Penelitian ini ialah penelitian kualitatif dengan objek penelitian pustaka (Library Research). Yang mana buku komik Kirana & Happy Little World dan Retno Hening Palupi sebagai penulis dari komik tersebut menjadi sumber utamanya. Adapun metode yang digunakan dalam penelitian adalah analisis deskriptif yang meliputi dua jenis pendekatan, yaitu pendekatan analisis isi (content analysis), pendekatan historis sosiologis. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, dapat ditarik kesimpulan bahwa Retno Hening memposisikan hadits sebagai panduan untuk menjalani kehidupan sehari-hari selain al-Qur’an. Dengan kata lain hadits sebagai pedoman hidup. Seperti halnya lima hadits yang Retno kutip ke dalam komik Kirana & Happy Little World adalah hadits sehari-hari yang bisa dipraktekkan. Baik untuk dipraktekkan terhadap Kirana, maupun pembelajaran untuknya pribadi. Dari menganalisis beberapa macam resepsi dan dari jawaban yang Retno utarakan, hal tersebut dapat peneliti simpulkan bahwa resepsi dalam memahami teks hadits tergolong resepsi ekesegesis dan resepsi fungsional. Kata Kunci : Resepsi, Hadits, Komik,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Era globalisasi yang semakin canggih membawa dampak yang begitu besar bagi masyarakat kebanyakan, baik positif maupun negatif. Anak-anak dan remaja adalah generasi yang sangat potensial bagi perkembangan islam. Akan tetapi kenyataan yang ada saat ini adalah bahwa pergaulan di lingkungan sekitar kita lebih condong ke hal-hal yang bisa menjerumuskan kepada perbuatan- perbuatan yang tidak jelas dan cenderung negatif. Inilah betapa pentingnya mendidik anak dari usia sedini mungkin. Anak merupakan aset bangsa yang tidak ternilai harganya, dimana secara alamiah anak tumbuh menjadi remaja dan kemudian dewasa. Mereka adalah penerus perjuangan bangsa yang akan menerima estafet kepemimpinan kelak dikemudian hari. Agar anak mampu melaksanakan tugas-tugasnya meneruskan kepemimipinan dan pembangunan dari generasi pendahulunya, maka perlu mendapatkan kesempatan untuk tumbuh dan terus berkembang secara wajar baik rohaniyah, jasmaniyah, mapun sosial. Salah satu pasal yang di dalamnya mencakup hak anak termuat pada BAB II pasal 2, yang menyatakan bahwa anak berhak atas kesejahteraan, perawatan, asuhan dan bimbingan berdasarkan kasih sayang, baik dalam keluarganya maupun di dalam asuhan khusus untuk tumbuh dan berkembang dengan wajar. Anak juga berhak atas pelayanan untuk mengembangkan kemampuan dan kehidupan sosialnya.1 Dalam masa pengasuhan, lingkungan pertama yang berhubungan dengan anak adalah orang tuanya. Anak tumbuh dan berkembang dibawah 1 Undang-undang Perlindungan anak, Keppres No. 77 tentang Komisi Perlindungan Anak, Komisi Nasional Perlindungan Anak, Yogyakarta: New Merah Putih, h. 57.
pengasuhan dan perawatan orang tua. Oleh karena itu, orang tua merupakan dasar pertama bagi pembentukan pribadi anak. Melalui orang tua, anak beradaptasi dengan lingkungannya untuk mengenal dunia sekitarnya serta pola pergaulan hidup yang berlaku di lingkungannya. Betapa besarnya tanggungjawab orang tua dihadapan allah SWT terhadap pendidikan anak. Tentang perkara ini Allah berfirman: (QS. At Tahrim [66]: 6). ُيَاُأَُيَّهاُال ِذيْ َنُآَمنوقوُأَنْف َسك ْمَُوأَْهلِْيك ْمُنَاًراَُوقود َهاُالناسَُوالْ ِح َجاَرةُ َعلَْي َهاَُمَلئِ َكةٌُ ِغَُل ٌٌُ ِش َداٌد َُلُيَْعصوَنُاللَهَُُماُأََمَره ْمُويَْفَعلوَنَُماي ْؤَمروَن Artinya: Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu. Penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan. (QS. At Tahrim [66]: 6)2 Anak yang dibesarkan dengan pengasuhan yang kurang tepat, kurang terpenuhinya kebutuhan psikologis mereka sesuai dengan tahap perkembangannya, menjadikan mereka tumbuh dan berkembang dengan cara yang salah. Kurangnya pengarahan dan penanaman nilai-nilai positif pada anak kurang dapat menempatkan dirinya dengan benar di lingkungan. Fenomena tersebut sesuai dengan definisi parenting. Parenting (pengasuhan) memiliki beberapa definisi di antaranya ibu, ayah, seseorang yang akan membimbing dalam kehidupan baru, seorang penjaga, maupun seorang pelindung. Parent adalah seseorang yang mendampingi dan membimbing semua tahapan pertumbuhan anak, yang merawat, melindungi, membimbing dan mengarahkan kehidupan baru anak dalam setiap tahapan perkembangannya.3 2 Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemahnya, Surabaya: CV. Jaya Sakti, 1989, h. 508. 3 Jane Brooks, The Process of Parenting. Terjemahan oleh Rahmat Fajar, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2001, h. 21.
Komunikasi sangat penting bagi pertumbuhan karakter seseorang yang bisa dikembangkan sejak dini. Orang tua bisa mengarahkan anaknya untuk menjadi pribadi yang positif di kemudian hari. Tapi sudah tentu, karena karakter adalah kebiasaan maka menerapkan didikan harus konsisten. Membentuk pribadi anak harus dilakukan terus menerus, terutama setelah anak menemukan dunia baru, teman atau pun lingkungan seperti mengisi energi dan mengembalikan sifat anak pada koridornya. Pola asuh yang baik dan sikap positif lingkungan serta penerimaan masyarakat terhadap keberadaan anak akan menumbuhkan konsep diri sendiri. Anak menilai dirinya berdasarkan apa yang dialami dan dapatkan dari lingkungan. Jika lingkungan masyarakat memberikan sikap yang baik dan positif dan tidak memberikan label atau cap yang negatif pada anak, maka anak akan merasa dirinya cukup berharga sehingga tumbuhlah konsep diri yang positif . Pribadi seorang anak dapat dipengaruhi oleh banyak sebab. Cara mendidik, aturan dalam keluarga, lingkungan, dan terutama sekali adalah pemahaman orang tua tentang dunia parenting. Mendidik anak bukan hanya soal membuat anak meniru apa yang orangtua lakukan yang mereka bilang “sesuatu baik”. Tapi, mendidik anak juga membuat mereka mengerti bahwa itu memang perilaku yang betul, yang harus diterapkan sepanjang hidup. Ini yang menjadi salah satu daya tarik tersendiri bagi peneliti terhadap komik Kirana & Happy Little World karya Retno Hening Palupi. Dalam bukunya, pembaca akan diajak mengarungi indahnya mendidik anak dengan cinta, kasih, pelukan, perhatian, dan lain-lain yang begitu menyentuh. Retno dalam bukunya tidak banyak menjelaskan bagaimana ia marah-marah, karena setelahnya ia akan mendiskusikannya pada sang anak, meminta maaf dan perlakuan lain penuh cinta yang jarang terlihat dari orang tua-orang tua sekarang. Retno Hening Palupi adalah seorang ibu muda yang tba-tiba terkenal karena sering mempublikasikan video anaknya di media sosial instagram.
Akun intagram @retnohening terkenal karena video tersebut memperlihatkan perilaku anaknya, Kirana, yang lembut, sensitif terhadap perasaan orang lain, dan sikap yang menyentuh lebih dari satu koma dua juta pengikutnya. Peneliti sendiri mengetahui akun tersebut dari saudara perempuan peneliti yang membagikan video ketika Kirana menangis karena menonton film Finding Nemo di gadget ibunya. Selain memiliki rasa simpati dan empati yang tinggi, Kirana tumbuh menjadi anak yang cerdas, senang belajar, bertanya, dan mendengarkan. Hal itu pasti tidak terlepas dari peran orang tuanya. Pola asuh orang tua pada anak sangat berpengaruh terhadap tumbuh kembang anak, termasuk komunikasi yang terbangun antara mereka. Dalam telaah peneliti, Retno Hening sangat mengutamakan komunikasi pada Kirana dalam hal apa pun. Bahkan, menurut pengakuannya, ia mengajak sang anak berkomunikasi sejak masih bayi.4 Retno juga menghatamkan Al-Qur’an dua kali dan membacakan surat al-Luqman di masa kehamilannya. Komik Kirana & Happy Little World ini bercerita tentang keseharian ibu Retno dalam mengasuh Kirana namun dengan bahasa yang ringan dan sederhana. Serta penggambaran peran Ayah dan interaksinya dengan sang putri sulung. Kita juga akan disuguhi cerita polos tapi membuat tertawa lepas, gemas, sampai ikut terharu juga dengan tingkah Kirana. Keseharian dan dialog kebersamaan Retno bersama suami, Kirana dan teman-teman Kirana diilustrasikan dalam bentuk komik dengan gambar yang lucu, penuh warna, dan menarik. 16 kisah interaksi Retno bersama Kirana dalam buku ini disampaikan secara santai dan ringan dengan bahasa yang sering mereka gunakan sehari-hari. Dengan logatnya yang khas, Kirana sesekali menggunakan kata dalam bahasa Inggris. “Ibuk, ini warnanya merah ya? Ibuk 4 Retno Hening Palupi, Tesara Rafiantika (ed), Happy Little Soul, (Jakarta Selatan: Gagas Media, 2017), cet. 1, h. 8
suka ndak?, kalau flowernya warna purple?”5, tanya Kirana sembari menunjukkan lembar mewarnainya. Gb. A.1 (Sumber: Retno Hening Palupi, Happy & Little World, 2018) Peristiwa-peristiwa kecil dan sederhana yang dibagikan penulis mampu menyentuh hati, mengharukan, menggelikan, mengundang senyum, dan menginspirasi pembaca. Walau dengan ceritanya yang sederhana, namun memiliki pesan moral yang mendalam bagi tumbuh kembang anak serta pembentukan karakter anak, seperti cerita berbagi, empati, peduli dengan lingkungan, peduli dengan binatang serta peduli dengan diri sendiri. Gb. A.2 (Sumber: Retno Hening Palupi, Happy & Little World, 2018) 5 Retno Hening Palupi, Tesara Rafiantika (ed), Kirana & Happy Little World (Jakarta Selatan: Gagas Media, 2018)
Peristiwa itu semakin mudah dimaknai dan direnungkan pembaca karena diakhir setiap cerita, Retno merefleksikannya dan menuliskan pesan tersirat maupun tersurat yang berupa kutipan hadits. Seperti halnya dalam cerita membaca ayat kursi, memakai sepatu dan potong kuku. Ibu Retno mengutip hadits yang Ia masukkan ke dalam komik di akhir ceritanya. Gb. A.3 (Sumber: Retno Hening Palupi, Happy & Little World, 2018) Dari 16 cerita di dalam komik yang ada, Retno mengutip lima hadits untuk disipkan ke dalam akhir tiga cerita komiknya di atas. Dengan pembagian cerita membaca ayat kursi dua hadits, cerita pakai sepatu dua hadits, dan di cerita potong kuku Ia hanya menyisipkan satu buah hadits. Bagaimana bisa dengan latar belakang Retno Hening yang dapat dikatakan hanya sebagai ibu rumah tangga dan bukan asli sebagai penulis. Namun Ia dapat membuat dua karya yang sangat menarik dan luar biasa. Khususnya dalam karyanya Komik & Happy Little World ini dengan menyisipkan sebuah hadits dalam beberapa cerita dalam komiknya. Dari situlah peneliti tertarik untuk mengambil judul “Hadits dalam Komik Kirana & Happy Little World (Analisis Resepsi)” untuk mengetahui
mengapa Retno Hening menuliskan beberapa hadits di dalam akhir cerita komiknya. B. Rumusan Masalah Dari latar belakang masalah yang ada, permasalahan yang akan dikaji dari penelitian ini adalah bagaimana analisis resepsi terhadap hadits dalam komik Kirana & Happy Little World? C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka penelitian ini mempunyai tujuan untuk mengetahui analisis resepsi terhadap hadits dalam komik Kirana & Happy Little World. 2. Manfaat Penelitian Manfaat yang penulis harapkan dapat terwujud dari penelitian ini adalah: 1. Manfaat teoritis dari penelitian ini dapat menunjukkan secara ilmiah mengenai bagaimana pemahaman Retno Hening dan analisis resepsi dalam komik Kirana & Happy Little World terhadap teks hadits. 2. Dalam wilayah akademis, penelitian ini dapat memperkaya khasanah kajian dalam ilmu hadits untuk pengembangan keilmuan. 3. Secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat dan dapat memberi pemahaman bagi semua pihak mengenai resepsi penulis komik Kirana & Happy Little World terhadap teks hadits. D. Kajian Pustaka Untuk mengetahui sejauh mana objek kajian dan penelitian tentang analisis resepsi penulis komik Kirana & Happy Little World terhadap teks hadits. Karena dalam penelitian ilmiah, satu hal penting yang harus dilakukan peniliti adalah melakukan peninjauan atas penilitian-penilitian terdahulu, yang lazimnya disebut dengan istilah Prior Research. Prior Research sangat penting dilakukan dengan alasan: pertama, untuk menghindari duplikasi ilmiah, kedua,
untuk membandingkan kekurangan atau kelebihan antara peneliti terdahulu dan penelitan yang akan dilakukan, ketiga, untuk menggali informasi penelitian atas tema yang diteliti dari peneliti sebelumnya.6 Hasil dari pencarian penulis tercatat ada beberapa penelitian serupa tetapi tidak spesifik mengkaji aspek tersebut, diantaranya: M. Latiful Hanan Mustajab, mahasiswa pascasarjana UIN Sunan Ampel Surabaya dalam penelitian tesisnya yang berjudul “Analisis Resepsi Remaja Islam Surabaya Tentang Meme Islam di Media Sosial”. Berdasarkan penelitian, masyarakat Surabaya adalah pengguna media soisal terbesar kedua setelah Jakarta. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif dengan rancangan studi analisis dilakukan dengan cara observasi, dokumentasi dan wawancara mendalam terhadap informan yang berkaitan langsung dengan remaja dan internet meme di Surabaya. Adapun hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar informan berada pada posisi Dominan Hegemonik. Yakni menerima dan menyetujui kode, lambang-lambang dan ide sesuai dengan apa yang dimaksudkan penulis meme dengan baik tanpa menanyakan lagi tujuan konten meme tersebut.7 Firda Lusiana, mahasiswi Universitas Muhammadiyah Malang jurusan Ilmu Komunikasi dalam penelitian skripsinya yang berjudul “Pemaknaan Mahasiswa Terhadap Pesan Gambar dalam Komik Digital di Akun Instagram @Komikkipli (Studi Resepsi Pada Mahasiswa Komunikasi Universitas Muhammadiyah Malang). Dengan menggunakan teori analisis resespi model Encoding-Decoding Stuart Hall, penelitian bertujuan untuk mengetahui bagaimana posisi pemaknaan audience terhadap pesan yang ada pada komik kipli. Adapun hasil penelitiannya menunjukkan bahwa subjek memaknai komik 6 Ahmad Fachri Yahya, Model Pembelajaran Islmamologi di Sekolah Tinggi Theologia (STT) Abdiel, Tesis, UIN Walisongo Semarang, 2018, h. 11. 7 M. Latiful Hanan, Analisis Resepsi Remaja Islam Surabaya Tentang Meme Islam di Media Sosial, Tesis, UIN Sunan Ampel Surabaya, 2018
kipli sebagai komik yang menonjolkan sisi sensualitas tubuh perempuan. Artinya subjek disini lebih banyak yang tidak sependapat dengan pembuat komik atau termasuk dalam kelompok Oppositional Reading. Sedangkan ada sebagian kelompok Negotiated Reading yang menerima pesan teks tersebut namun mengkritik beberapa hal yang ada dalam komik Kipli. Dan hanya satu subjek yang termasuk dalam ketegori Dominant Reading. Dimana subjek sependapat dengan pembuat komik, dia merasa bahwa komik ini memang untuk hiburan semata.8 Muhammad Alfatih Suryadilaga, di dalam jurnalnya yang berjudul Komik Hadis Nasihat Perempuan: Pemahaman Informatif dan Performatif. Komik hadis adalah bahan bacaan bagi masyarakat awam baik anak-anak maupun remaja dalam memahami ajaran Islam, khususnya ilmu tentang hadis. Seperti ajaran Islam yang damai dengan digambarkan dengan baik melalui komik kapasitas perempuan yang dijelaskan masuk surga. Kemunculan komik hadis tersebut merupakan suatu yang baru karena pemahaman atas hadis-hadis selama ini hanya dapat ditemukan melalui ahli hadis terutama dalam syarah kitab-kitab hadis. Meski demikian, menurut beberapa kajian, syarah hadis tidak banyak mengalami perkembangan dalam perihal pola pemahamannya, terutama berkisar antara masa Nabi Muhammad saw. sampai abad ke-8 H. Artinya, konstruk budaya masyarakat mengenai pemahaman hadis tidak mewarnai kitab syarah. Hal ini berbeda dengan komik hadis yang berkembang di Indonesia. Ciri khas ke-Indonesiaan dalam komik hadis tersebut sangat terasa. Dengan menggunakan teori performatif, maka kajian ini akan melihat tentang otoritas keilmuan syarah hadis dan hasil kajiannya sebagimana yang berkembang dalam informasi awalnya di masa Nabi saw.9 8 Firda Lusiana, Pemaknaan Mahasiswa Terhadap Pesan Gambar dalam Komik Digital di Akun Instagram @komikkipli, Skripsi, Universitas Muhammadiyah Malang, 2017 9 M. Alfatih Suryadilaga, Komik Hadis Nasihat Perempuan: Pemahaman Informatif dan Performatif, UIN Sunan Kalijaga, Jurnal Living Hadis, vol. 2 no. 2, Oktober, 2017
Dari berbagai kajian pustaka di atas, jelas berbeda dengan fokus penelitian yang peneliti lakukan. Dimana fokus pada penelitian ini adalah pada pemahaman penulis komik Kirana & Happy Little World terhadap teks hadits yang ada di dalam komik tersebut dan bagaimana analisis resepsinya. Dalam hal ini, masih pula terdapat peluang bagi orang lain untuk mengadakan penelitian lanjutan. Sehingga sebagai penelitian pengembangan, diharapkan studi analisis resepsi terhadap teks hadits akan lebih mendalam dan memiliki signifikansi akademis yang lebih baik dari segi substansi maupun metodologi. E. Metodologi Penelitian Metode penelitian adalah serangkaian hukum, aturan dan tata cara tertentu, yang diatur dan ditentukan berdasarkan kaidah ilmiah dalam menyelenggarakan suatu penelitian dalam koridor keilmuan tertentu yang hasilnya dapat dipertanggugjawabkan secara ilmiah.10 Metode penelitian merupakan pendekatan, cara dan teknis yang akan dipakai dalam proses pelaksanaan penelitian.11 Atau secara ringkas metode penelitian dapat dikatakan sebagai cara yang dipakai dalam mengumpulkan data.12 Maka dalam hal ini peneliti menggunakan metode penelitian sebagai berikut: 1. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini ialah penelitian kualitatif dengan objek penelitian pustaka (Library Research), yaitu penelitian yang mengambil sumber data utama berdasarkan pada literatur-literatur yang bersifat kepustakaan.13 Penelitian kualitatif merupakan kajian berbagai studi dan kumpulan berbagai jenis materi empiris, seperti studi kasus, pengalaman personal, pengakuan introspektif, kisah hidup, wawancara artifak, berbagai 10 Haris Herdiansyah, Metodologi Penelitian Kualitatif untuk Ilmu-ilmu Sosial, (Jakarta: Salemba Humanika, 2012), cet. 3, h. 17. 11 Tim Penyusun Skripsi. Pedoman Penulisan Skripsi. Fakultas Ushuluddin dan Humaniora UIN Walisongo Semarang, 2013, h. 24. 12 Moh Nazi, Metode Penelitian, (Jakarta: Galia Indonesia, 2005), cet. 4, h. 51. 13 Bagong Suyanto, Metode Penelitian Social: Berbagai Alternatif Pendekatan, (Jakarta: Kencana, 2005), h. 174.
teks visual.14 Untuk itu referensi (kajian pustaka) menjadi syarat penting di dalam riset, dan membantu berbagai penelitian.15 2. Sumber Data Sumber data dalam penelitian ini adalah subjek darimana data diperoleh yakni: a) Sumber Primer Data primer yakni data yang diperoleh secara langsung dari perorangan, kelompok dan organisasi. Melalui observasi serta wawancara mendalam dari informan.16 Bentuknya beruapa pernyataan-pernyataan dan tindakan orang yang diamati atau yang diwawancarai dengan dicatat secara tulis dan direkam. Dari hasil observasi dan wawancara, peneliti mengembangkan dan mengumpulkan menjadi bahan kajian untuk memperoleh hasil temuan.17 Adapun sumber primer pada penelitian ini adalah subjek darimana data diperoleh yakni buku komik Kirana & Happy Little World dan Retno Hening Palupi sebagai penulis dari komik tersebut. b) Sumber Sekunder Sumber ini adalah data yang materinya secara tidak langsung berhubungan dengan masalah yang diungkapkan. Data ini berfungsi sebagai pelengkap data primer. Data sekunder berisi tentang tulisan- tulisan yang berhubungan dengan materi pokok yang dikaji. Dalam buku teknik riset komunikasi oleh Rahmad Kriyantono dijelaskan tentang data sekunder ialah data yang diperoleh dari sumber kedua 14Septiawan Santana K, Menulis Ilmiah Metodologi Peneltian Kualitatif, (Yayasan Pustakan Obor Indonesia, 2010), cet. 2, h.5. 15 Ibid., h. 10 16 Rusadi Ruslan, Metode Penelitian Public Relation dan Komunikasi, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2006), h. 26. 17 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian: Suaatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: Rineka Cipta, 2010), h. 129.
atau dengan kata lain data pelengkap.18 Adapun data sekunder atau sumber data pelengkap dari data primer dapat diperoleh dari penelitian terdahulu, jurnal, buku-buku, artikel, majalah dan media lain yang berhubungan dengan penelitian yang berkaitan. Adapun sumber sekunder pada penelitian ini adalah karya lain dari Retno Hening yakni bukunya yang berjudul Happy Little soul dan media sosial instagramnya di akun @retnohening. 3. Metode Pengumpulan Data Adapun metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan metode wawancara. Dalam kebanyakan studi yang berhubungan dengan ilmu humaniora, peneliti dapat menemukan bahwa teknik wawancara pribadi merupakan istrumen yang paling baik untuk memperoleh informasi.19 Wawancara adalah proses tanya jawab antara peneliti dengan subjek penelitian atau informan dalam satu situasi sosial. Data wawancara digunakan untuk melengkapi data observasi yang diperoleh langsung oleh seorang peneliti.20 Informan utama dalam penelitian ini adalah penulis komik Kirana & Happy Little World yakni Retno Hening Palupi. Dalam metode wawancara ini, peneliti menggunakan metode wawancara semi tersetruktur. Pertanyaan yang diajukan dalam wawancara semi terstruktur adalah pertanyaan terbuka yang berarti bahwa jawaban yang diberikan informan tidak dibatasi, sehingga subjek dapat lebih bebas mengungkapkan jawaban apapun sepanjang tidak keluar dari konteks pembicaraan.21 18 Rahmad Kriyantono, Teknik Praktik Riset Komunikasi, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2009), h. 42. 19 Emzir, Metode Penelitian Kualitatif: Analisis Data, (Jakara: Rajawali Pers, 2012), cet. 3,h. 50. 20 Mukhtar, Metode Praktis Penelitian Deskriptif Kualitatif, (Jakarta: Referensi, 2013), h. 118. 21 Haris Herdiansyah, Metodologi Penelitian Kualitatif untuk Ilmu-ilmu Sosial, op. cit., h. 123.
Dengan adanya kendala yang ada karena informan bertempat tinggal di Oman, awalnya peneliti mencoba menghubungi via DM (dirrect message) instagram. Kemudian ada titik temu seperti apa teknis wawancara yang dikehendaki oleh Retno sebagai informan, yakni via email. Akan tetapi, dengan kesibukan informan yang begitu padat, maka Ia menyarankan teknis wawancara berpindah via whatsapp saja. 4. Teknik Analisis Data Adapun metode yang digunakan dalam penelitian adalah analisis deskriptif yang meliputi dua jenis pendekatan. a) Pendekatan analisis isi (content analysis) yaitu analisis terhadap arti dan kandungan yang ada pada keseluruhan teks hadits yang ada dalam komik Kirana & Happy Little World karya Retno Hening Palupi dalam rangka untuk menguraikan secara lengkap literatur dan teliti terhadap suatu objek penelitian.22 Yaitu metode penyusunan dan penganalisaan data secara sistematis dan objektif.23 Metode ini juga merupakan jalan yang dipakai untuk mendapatkan ilmu pengetahuan ilmiah dengan mengadakan perincian terhadap objek ilmiah tertentu dengan memilah- milah antara pengertian yang lain untuk memperoleh kejelasan. b) Pendekatan Historis Sosiologis. Pendekatan ini juga dipergunakan untuk menganalisis pemikiran Retno Hening Palupi dengan melihat seberapa jauh sosial kultural dalam realitas yang dihadapinya, sehingga dapat mempengaruhi konstruksi pemikiran dalam mengutip teks hadits ke dalam komiknya. F. Sistematika Penulisan Secara umum, kajian dalam penelitian ini dibagi menjadi tiga bagian utama, yakni pendahuluan, pembahasan atau isi, dan penutup. Untuk 22 Sumadi Suryabrata, Metodologi Penelitian, (Jakarta: Pelajar Press, 2002) h. 19. 23 Noeng Mahajir, Metode Penelitian Kualitatif, Op. Cit., h. 49.
menghasilkan tulisan yang diharapkan dapat dengan mudah dibaca dan dipahami, maka akan penulis susun penelitian ini secara sistematis. Adapun sistematika penulisan pada penelitian ini adalah sebagai berikut: Bab pertama, yaitu pendahuluan yang memuat latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, kajian pustaka, metode penelitian serta sitematika penulisan. Pada latar belakang masalah berisi penjelasan akademis mengapa penelitian ini perlu dilakukan. Kemudian rumusan masalah berisi pokok permasalahan yang akan dibahas pada penelitian ini. Setelah itu dijelaskan tujuan dan manfaat dari penelitian ini. Selanjutnya menyebutkan beberapa kajian pustaka yang berfungsi untuk memberi kejelasan tentang temuan kebaruannya. Kemudian metode penelitian, yang didalamnya menjelaskan jenis penelitian, sumber data, metode pengumpulan data serta teknik analisis data yang digunakan. Terakhir yaitu sistematika penulisan, untuk mengetahui langkah-langkah penelitian yang akan dilakukan. Melalui bab pertama ini akan terungkap gambaran umum tentang seluruh rangkaian penelitian dan dasar penelitian. Bab kedua, berisi gambaran umum tentang studi analisis resepsi, pengertian komik, sejarahnya, dan berbagai jenisnya. Bab ketiga mengandung objek kajian tentang riwayat hidup Retno Hening Palupi serta gambaran umum komik Kirana & Happy Little World. Yakni memaparkan mengenai hasil data dalam penelitian dari objek yang menjadi pokok masalah, yang berkaitan dengannya dari berbagai aspek sesuai kebutuhan peneliti. Bab keempat, merupakan bab inti yang berisi analisis dan pemahaman penulis komik Kirana & Happy Litte World terhadap hadits, dengan perincian tentang latar belakang pengutipan hadits ke dalam komik, tujuan dan pemahaman penulis komik terhadap hadits. Bab kelima, merupakan bagian akhir dan penutup dari penelitian ini. Bab ini berisi kesimpulan dari pembahasan-pembahasan yang dilakukan pada
bab-bab sebelumnya serta sebagai jawaban dari rumusan masalah yang diambil dari penelitian ini, serta berisi saran-saran dari penulis mengenai permasalahan terkait.
BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG KOMIK DAN ANALISIS RESEPSI A. Media Komik 1. Pengertian Komik Komik (dari bahasa asing comic) adalah cerita dalam bentuk deretan kotak gambar yang umumnya disertai dengan tulisan yang mengungkapkan dialog tokoh dan narasi pencerita.24 Komik juga dapat didefinisikan sebagai bentuk kartun yang mengungkapkan karakter dan menerapkan suatu cerita dalam urutan yang erat hubungannya dengan gambar dan dirancang untuk memberikan hiburan kepada para pembaca.25 Selain itu, komik juga merupakan salah satu media yang sangat efektif sebagai media grafis karena dalam penyampaian pesannya memiliki kekuatan tidak hanya pada bahasa tulis saja, namun dengan bahasa gambar juga.26 “Sequential Art” (seni yang berurutan), demikian pakar komik Will Eisner menyebut komik. Gambar-gambar jika berdiri sendiri dan dilihat satu persatu tetaplah hanya sebuah gambar, akan tetapi ketika gambar tersebut disusun secara berurutan, meskipun hanya terdiri dari dua gambar, seni dalam gambar tersebut berubah nilainya menjadi seni komik.27 Dalam konteks ini menurut McCloud, pengertian Sequential Art oleh Eisner untuk komik masih terlalu umum. Kata Sequential Art juga bisa dipakai untuk animasi, mengingat animasi juga merupakan rangkaian gambar atau 24 Mukhlis Paeni (ed), Sejarah Kebudayaan Indonesia: Seni Rupa dan Desain, (Jakarta: Rajawali Pers, 2009), h. 97. 25 Daryanto, Media Pembelajaran, (Yogyakarta: Gava Media, 2016), cet. I, h. 145 26 Adi Kusrianto, Pengantar Desain Komunikasi Visual, (Yogyakarta: ANDI, 2007), h. 186 27 Scott McCloud, Understanding Comics, (New York: HarperCollins Publishers, 1993), h.5
seni yang berurutan dan menjadi satu kesatuan yang utuh. Disini McCloud menggarisbawahi perbedaan mendasar antara komik dan animasi film adalah bahwa rangkaian animasi berurutan oleh waktu, sedangkan komik dipisahkan oleh panel yang tersusun saling berdampingan (juktaposisi). Animasi dan film ditampilkan secara bersamaan pada satu frame yang sama dengan urutan waktu tertentu. Sedangkan komik harus ditampilkan pada frame yang berbeda dengan memberi jarak pada masing-masing frame atau panel. Jarak pada komik berfungsi sama dengan waktu dalam film.28 Dengan demikian komik dapat dijelaskan sebagai cerita yang disajikan dalam bentuk gambar berurutan dalam bingkai-bingkai dengan dilengkapi dialog dalam balon-balon kata. Yang mana tujuan utama dari komik adalah untuk menghibur pembaca ataupun menyampaikan suatu pesan dengan bacaan yang ringan. Komik merupakan media bacaan yang memiliki keunikan tersendiri. Mengingat keterbatasan ruang dan waktu, maka pada komik kata-kata menjadi terbatas sifat dan bentuknya. Pada komik, peran dan fungsi kata-kata telah digantikan oleh gambar. Penulis lebih dominan bertutur dengan gambar daripada kata-kata. Terlebih lagi dalam komik jenis laga dan humor. Pada komik jenis ini beberapa adegan diisi dan dihiasi hanya dengan gambar, tanda-tanda semiotik dan onomatope, tanpa kata atau kalimat sedikitpun.29 2. Komik di Indonesia Komik modern di Indonesia muncul sekitar 1930-an. Pada waktu itu, komik masih berupa gambar strip bersambung yang dimuat dalam surat kabar dan majalah. Baru di sekitar 1950-an, komik Indonesia tampil dalam bentuk buku. Di Indonesia sebenarnya komik telah dikenal sejak zaman dahulu kala, meskipun bentuknya belum seperti yang kita lihat sekarang. 28 Ibid., h. 7 29 Mukhlis Paeni (ed), op. cit., h. 98.
Contoh dari bentuk tradisi perkomikan di Indonesia adalah pada wayang beber dan relief candi Borobudur. Tradisi perkomikan di Indonesia boleh dikatan sudah berlangsung lama. Kenyataan itu dapat dilihat dari banyaknya naskah Jawa dan Bali abad ke-18-19 yang berbentuk mirip komik. Bahkan sampai akhir 1970-an, di Keraton Jogjakarta masih dilakukan pengubahan naskah-naskah tertulis ke dalam bentuk gambar yang mirip komik. Melihat kenyataan demikian, dapat dikatakan bahwa komik dalam bentuknya yang tradisional di Indonesia sudah ada sebelum masyarakatnya mengenal mesin percetakan dan sistem penerbitan. Komik cetak modern yang berbentuk strip harian/mingguan muncul di Indonesia, sejalan dengan berkembangnya berbagai majalah dan surat kabar pada 1930-an. Komik yang berbentuk strip mulai dipopulerkan oleh penerbit surat kabar keturunan Cina. Komik sebagai bacaan yang menghibur ternyata telah tersebar luas di Indonesia sejak zaman Belanda melalui surat kabar harian atau mingguan dan majalah. Bahkan pada tahun 1929, telah diterbitkan komik berbahasa Indonesia meskipun merupakan terjemahan. Dapat dikatan mulai 1930 muncul komik Indonesia sejati, sebagai dampak penerbitan surat kabar dan majalah berbahasa Indonesia sejak awal abad ke-20. Komik yang terbit dalam bentuk strip itu ada yang menyajikan cerita bersambung, yaitu cerita kuno dari berbagai daerah di Indonesia dan Cina, dan ada juga yang menyajikan cerita utuh, khususnya karikatur lokal.30 Berikut beberapa komik awal Indonesia: a) Bangvrouw (Sin Po, Maleische Editie, 1929). Suatu komik karikatural terjemahan yang mengungkapkan masalah dalam kehidupan bermasyarakat. Tokohnya seorang lelaki gendut yang selalu salah dalam mengerjakan sesuatu. 30 Ibid., h. 99
b) Mentjari Poetri Hidjau (Nasroen, AS, Poestaka Timoer, 1939). Cerita kisah klasik ini menceritakan kakak beradik Rahatta dan Hirawathi yang pergi mencari Poetri Hidjau yang ditawan oleh Radja Atjeh. c) Roro Mendoet (tt, sinar matahari 1942). Cerita klasik percintaan yang tak sampai diantara dua anak manusia, Roro Mendoet dan Rono Citro, yang di akibatkan oleh ulah tumenggung Wiroguno. Cerita itu berakhir dengan kematian kedua kekasih. Berlatar budaya jawa di zaman Kerajaan Mataram. d) Pak Leluer (tt, sinar matahari 1942). Komik ini dibuat sebagai alat propaganda Jepang mengenai kehidupan suami istri yang damai. e) Si Jendoel Bersemangat (tt, sinar mataygrahari 1943). Kisahnya tentang perayaan jawa baru dalam rangka merayakan kemenangan Jepang, sehingga temanya jelas propaganda kehebatan Jepang. Sebagian komik di atas merupakan adaptasi dari kisah klasik, tidak ditemukan kisah baru yang direka penulis zaman itu. Tema yang dominan adalah tema kepahlawanan, setelah itu cinta dan kesetiakawanan. Bila dilihat dari tahun terbit (1929–1943), tampaknya ada usaha untuk melestarikan kesenian lama yang sejalan dengan rasa kebangsaan yang semakin matang dan bahkan diperbesar oleh Jepang. Masyarakat Cina pun mewujudkan jati dirinya dengan surat kabar dan majalah khusus yang menggunakan khas bahasa mereka. Namun pada zaman Jepang, media itu dilarang terbit, sehingga komik Put On dan See Yoe Kee mungkin merupakan terbitan terakhir sebelum kemerdekaan Indonesia. 3. Bentuk Komik Secara garis besar media komik dapat dibedakan menjadi dua, yaitu komik strip dan buku komik. Komik strip adalah suatu bentuk komik yang terdiri dari beberapa lembar bingkai kolom yang dimuat dalam suatu
harian atau majalah, biasanya disambung ceritanya. Sedangkan buku komik adalah komik yang berbentuk buku.31 Adapun bentuk komik menurut Scott Mc. Cloud adalah sebagai berikut: a) Komik Strip Komik strip adalah komik pendek yang terdiri dari beberapa panel dan muncul di surat kabar. Komik strip biasanya bertema humor dan bergaya atau kartun karikatur. b) Buku Komik Buku komik adalah kumpulan halaman komik yang dijilid rapi dan diterbitkan secara berkala. Di Indonesia buku komik umumnya hanya memuat satu judul saja, sedangkan di Jepang beredar dalam format satu buku yang terdiri dari beberapa judul komik. Komik jenis ini juga dikenal dengan sebutan comic magazine. c) Graphic Novel Graphic novel atau novel grafis ialah komik yang memiliki gaya cerita yang naratif. Cerita pada novel grafis biasanya lebih kompleks dan cenderung ditujukan untuk pembaca dewasa. Menurut Mario Saraceni dalam buku The Language of Comics (2003), istilah novel grafis semata digunakan untuk memberikan istilah yang lebih baik (baca: dewasa) bagi komik. d) Webcomic Webcomic adalah komik yang diterbitkan melalui media internet. Kelebihan dari webcomic ialah semua orang dapat menerbitkan komiknya sendiri dengan biaya yang relatif lebih murah dan dapat diakses oleh semua orang di berbagai belahan dunia. e) Komik Intruksional 31 Suci Lestari dkk. Media Grafis: Media Komik, (UPI: Bandung, 2009), h. 37
Komik intruksional adalah jenis komik strip yang dirancang untuk tujuan edukasi atau informasi. Bahasa yang digunakan biasanya bersifat universal (bahasa gambar dan simbol). Contohnya adalah petujuk manual pada alat-alat elektronik dan intruksi penggunaan masker oksigen pada kabin pesawat terbang.32 4. Jenis-jenis Komik a) Komik Wayang Komik wayang bagi orang asing merupakan jenis asli komik Indonesia, apa lagi komik ini dimaksudkan utuk menyaingi komik impor di pasar dan membatasi pengaruh negatifnya. Karakter komik wayang adalah hasil tradisi lama yang lahir dari sumber Hindu, yang kemudian diolah dan diperkaya dengan unsur lokal. Beberapa diantaranya berasal dari kesusastraan Jawa Kuno seperti Mahabarata dan Ramayana. b) Komik Silat Komik silat atau pencak berarti teknik beladiri, sebagaimana halnya karate dari Jepang, atau kun tao dari China. Komik silat ini banyak mengambil ilham dari seni beladiri dan juga legenda rakyat. Pada umumnya kisah dalam komik silat berceritakan pengalaman petualangan para pendekar dalam membela kebenaran, memerangi kejahatan dan kebaikanlah yang akan memenangkannya. c) Komik Humor Dalam penampilannya selalu menceritakan hal lucu dan membuat pembacanya tertawa. Baik karakter tokoh yang biasanya digambarkan dengan fisik yang lucu atau jenaka maupun tema yang diangkat. Dan dengan memanfaatka banyak segi anekdotis, komik humor langsung 32 Scott Mc Cloud, op. cit., h. 5
menyentuh kehidpuan sehari-hari sehingga memudahkan orang untuk memahaminya. d) Komik Roman Remaja Dalam bahasa Indonesia, kata roman jika digunakan sendiri selalu berati kisah cinta, dan kata remaja digunakan untuk menunjukkan bahwa komik ini ditujukan bagi kaum muda, dimana ceritanya tentu saja harus romantis. Adapun sumber idenya bermacamm-macam. Tema yang diambil pun berkisar tentang kehidupan kaum muda dan lika-liku kisah cintanya. e) Komik Didaktis Komik didaktis merujuk kepada komik yang bermaterikan ideologi, ajaran-ajaran agama, kisah-kisah perjuangan tokoh, materi sains dan materi lainnya yang memiliki nilai-nilai pendidikan bagi para pembacanya. Sehingga komik memiliki dua fungsi sekaligus, yaitu berfungsi sebagaai hiburan dan juga dapat dimanfaatkan secara langsung ataupun tidak langsung untuk tujuan edukatif. f) Komik Petualangan Dalam tahun 50-an dan menjelang awal tahun 60-an, muncul jenis komik petualangan rimba atau Tarzan. Komik ini sebenarnya pernah dibuat pada tahu 1964 dalam bentuk strip oleh Sofjan Z. berjudul Marimba dalam majalah Sahabat Anak-anak. Beberapa komikus lain yang mebuat komik jenis ini diantaranya Bahzar dengan karyanya Gogo Pahlawan Rimba, M. Ali dengan karyanya Jaman, dan John Lo dengan Roban Pemuda Rimba, Nina Gadis Rimba (1954-1956). Akan tetapi, di antara tokoh tarzan yang kemudian lebih dikenal sebagai legenda adalah tokoh Wiro, Anak Rimba Indonesia karya Lie Djoen Lim dan Kwik Ing Hoo dari Semarang. g) Komik Dongeng
Komik jenis ini mengalami dua tahap perkembangan. Perkembangan pertama terjadi pada tahun 50-60-an, dimulai oleh para komikus Medan yang mengangkat berbagai cerita rakyat (legenda dan dongeng) Melayu, Tapanuli, dan Minang ke dalam komik. Bersamaan itu, sebagian komikus Bandung dan Jawa Tengah juga sempat mengangkat cerita rakyat dari dwerah mereka masing-masing ke dalam buku komik maupun dalam bentuk strip. Periode kedua terjadi pada akhir 70-an, muncul jenis komik saduran atau adaptasi dari cerita dongeng terkenal karya H. C. Adresen dan Grims bersaudara. Selain berisi dongeng komik ini juga bercampur dengan berbagai legenda dan cerita rakyat yang ada pada tiap daerah di Indonesia. Dari segi motif tema cerita, komik jenis ini sering terjadi kemiripan dan pengulangan satu sama lain. h) Komik Kepahlawanan Awal 1950-an dapat dijadikan batas dari zaman keemasan komik modern Indonesia dalam bentuk buku. Masa awal itu diwakili oleh tokoh-tokoh pengarang seperti Zam Nuldyn, Bahsyar, M. Ali S, Taguan Hardjo, R. A. Kosasih dan John Lo. Usaha mereka boleh dikatakan sebagai pelopor dari kebangkitan buku komik di Indonesia. Yang mana mereka sebelumnya membuat komik dalam jenis fiksi ilmiah yang menampilkan beberapa tokoh pahlawan yang terkenal seperti, Sri Asih, Siti Gahara, putri Bintang, garuda Putih dan Kapten Kilat.33 5. Elemen-elemen Desain dalam Komik Dalam komik sendiri terdapat elemen-elemen desain komik. Elemen-elemen desain menurut M. S. Gumelar (2011: 26) adalah bahan atau bagian-bagian yang membentuk desain komik secara menyeluruh 33 Mukhlis Paeni (ed), loc. cit
dalam satu komposisi, dan bagian-bagian pembentuknya tersebut dapat dipisah-pisah menjadi bagian lebih kecil tersendiri. Elemen-elemen desain dalam komik, diantaranya: a) Space Komik memerlukan space (ruang) seperti kertas, ruang di kanvas, ruang di media digital, dan media lainnya bila ada. Space atau ruang tertentu dibiarkan kosong pada panel tertentu agar pembaca merasakan “kelegaan” dan arahan karakter melakukan sesuatu. b) Image Dalam komik image biasanya gambar goresan tangan (hand drawing atau free hand) c) Teks Teks sebenarnya adalah image dari lambang atau simbol dari suara dan angka. Dan simbol belum tentu sama antara satu bangsa dengan bangsa yang lainnya d) Point & Dot Titik dan bintik point (titik) tidak selalu harus bulat, boleh merupakan kotak kecil, segitiga kecil, elips kecil, bentuk bintang yang sangat kecil dan bentuk-bentuk lainnya dalam ukuran kecil. Dot berbentuk lebih bulan kecil. e) Line Line atau garis sesungguhnya adalah gabungan dari beberapa point atau dot yang saling overlapping dan menyambung. Line tidak harus selalu lurus, garis lurus disebut dengan nama staright line, garis lengkung disebut dengan curve line. f) Shape Shape adalah bentuk dalam dua dimensi ukuran, yaitu X dan Y atau panjang dan lebar. g) Form
Form (wujud) adalah bentuk dalam tiga dimensi ukuran, yaitu X, Y dan Z atau panjang, lebar dan tinggi. h) Tone/value (gradient, lighting & shading) Tone adalah tekanan warna ke arah lebih gelap atau lebih terang. Gradiasi, pencahayaan dan bayangan dapat pula dilakukan dengan cara mengarsir (render). i) Colour (Hue) Colour adalah hue (warna). Warna terbagi menjadi tiga kelompok, yaitu: 1) Light colour (visible spectrum) warna cahaya terkadang sering disebut additive color, dihasilkan dari tiga cahaya warna utama (light primary colours), yaitu red, green, & blue atau RGB. 2) Transparant colour (warna cat transparan), dihasilkan dari 4 warna utama yaitu, cyan (biru muda), magenta (pink), yellow (kuning) dan black (hitam tidak solid atau abu-abu gelap) atau CMYK. 3) Opaque colour (warna tidak transparan), terdiri dari 5 warna utama atau kadang-kadang disebut juga sebagai subtractive colours, yakni warna putih, kuning, merah, biru dan hitam. j) Pattern Pattern atau pola dalam komik digunakan sebagai screentone. k) Texture l) Voice atau sound (efek suara) Komik sendiri dalam pembuatannya juga memiliki prinsip-prinsip yang perlu diperhatikan. Prinsip desain perlu diperhatikan untuk mengembangkan komik yang menarik. Prinsip desain didalam membuat komik (MS Gumelar, 2011: 268-327) yaitu: a) Emphasis (Penekanan) Emphasis mempunyai padanan kata point of interest, doninance, dan focus. Intinya memberikan suatu adegan, satu halaman, satu panel atau
cerita komik yang terfokus, sehingga perhatian kita langsung tertuju pada adegan, panel atau cerita yang kita tekankan tadi. Penekanan biasa dilakukan dengan memberi perbedaan dan dominasi warna, pada ukuran, ruang yang diberikan, isolation (pemisahan) dan kepribadian karakter apabila merujuk pada non tampilan gambar. b) Composition (Komposisi) Terdiri dari berbagai pecahan, balance-unbalance, symmetrical- asymmetrical, alightment, rhythm-variation-dynamic, overlapping, harmony dan unity c) Camera View (Eye View): melibatkan perspective (sudut pndang), distance (jarak pandang), dan movements/motions (pergerakan objek). d) Function (Fungsi); setiap desain akan mempunyi tujuan tertentu agar mempunyai fungsi, fungsi tentu sesuai dengan tujuan desain dibuat. e) Comfortability (ergonomis); di dunia komik, kenyamanan dengan segmentasi usia yang sesuai target, bagaiman membuat mudah membawanya, dimana ukurannya menjadi acuan, lalu bagaimana dengan kemudahan membaca tulisannya, dan hal-hal lainnnya yang dianggap akan membuat nyaman pembacanya. f) Material Light and Strenght (Material ringan dan kuat); komik di print di bahan yang tidak mudah rusak untuk special edition, bisa juga tahan lama bila diupload di internet. g) Ecosystem Friendly (ramah lingkungan);
penggunaan media tidak memberikan dampak negatif bagi lingkungan.34 B. Resepsi 1. Pengertian Resepsi Menurut Nyonya Kutha Ratna mengemukakan bahwa resepsi sastra berasal dari recipere (latin), reception (Inggris), yang berarti sebagai penerimaan atau penyambutan pembaca. Dalam arti luas resepsi digunakan sebagai pengolahan teks, cara-cara pemberian makna terhadap karya sehingga dapan memberika respon terhadapnya.35 Endaswara menyatakan bahwa resepsi berarti penerimaan atau penikmatan sebuah teks oleh pembaca.36 Resepsi merupakan aliran yang meneliti teks dengan bertitik tolak kepada pembaca yang memberi reaksi atau tanggapan terhadap teks itu. Teori resepsi melokasikan pembaca ke dalam posisi sentral. Pembaca adalah mediator, tanpa pembaca karya sastra seolah-olah tidak memiliki arti. Tanpa peran serta audiens, seperti: pendengar, penikmat, penonton, pemirsa, penerjemah dan para pengguna lainnya, khususnya pembaca itu sendiri, maka keseluruhan aspek-aspek kultural seolah-olah kehilangan maknanya.37 Disini sudah cukup jelas bahwa teori resepsi ini mementingkan tanggapan pembaca yang muncul setelah pembaca menafsirkan dan menilai sebuah karya sastra. Resepsi sastra adalah bagaimana pembaca memberikan makna terhadap karya sastra yang dibaca sehingga memberikan reaksi atau tanggapan terhadapnya. Tanggapan ada dua macam, yakni tanggapan yang 34 Eko Yuli Supriyatna, Pengembangan Media Komik Untuk Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial Tentang Sejarah Persiapan Kemerdekaan Indonesia, Skripsi, UNY, 2015, h. 36- 37 35 Nyoman Kutha Ratna, Teori, Metode, dan Teknik Penelitian Sastra, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2008), h. 165. 36 Suwardi Endraswara, Metodologi Penelitian Sastra: Epistemologi, Model, Teori dan Aplikasi, (Yogyakarta: Pustaka Widyatama, 2003), h. 118. 37 Nyoman Kutha Ratna, Sastra dan Cultural Studies: Representasi Fiksi dan Fakta, (Pustaka Pelajar: Yogyakarta, 2010), cet. 3, h. 203.
bersifat pasif dan tanggapan yang bersifat aktif. Pasif maksudnya bagaimana seorang pembaca dapat memahami karya-karya satra atau dapat melihat hakikat estetika yang ada di dalamnya. Adapun tanggapan yang bersifat aktif maksudnya bagaimana pembaca merealisasikan karya sastra tersebut.38 2. Macam-macam Resepsi a) Resepsi Eksegesis Penerimaan eksegesis adalah tindakan menerima Al-Quran dengan penafsiran Al-Qur'an atau arti Al-Qur’an. Ide dasar eksegesis adalah tindakan interpretasi. Eksegesis secara etimologis berasal dari bahasa Yunani yang berarti penjelasan, unggul atau ex-position, menunjukkan penafsiran atau penjelasan suatu teks atau suatu bagian dari suatu teks. Secara historis di tempat suci Yunani kuno, para ekseget, mereka yang melakukan eksegesis, ditugaskan menerjemahkan nubuat atau nubuat Allah kepada manusia. Karenanya, eksegesis biasanya digunakan untuk teks atau tulisan suci agama. Dalam konteks Al-Qur'an, kata Jane Dammen McAuliffe tafsir adalah terjemahan dari tafsi Arab. Oleh karena itu, penafsiran terutama menandakan proses dan hasil interpretasi teks, khususnya interpretasi tulisan suci. Berdasarkan konteks ini, penerimaan eksegetis adalah tindakan menerima Al-Qur'an sebagai teks itu menyampaikan makna tekstual yang diungkapkan melalui tindakan interpretasi.39 Praktek penerimaan eksegetis telah ada sejak periode awal Islam. McAuliffe menyimpulkan bahwa sumber-sumber Muslim klasik dan kontemporer sepakat bahwa tindakan menafsirkan Al Qur'an dimulai pada periode wahyu, untuk itu Nabi Muhammad berusaha menjelaskan 38 Emzir dan Saifur Rohman, Teori dan Pengajaran Sastra, (Jakarta: Rajawali Pers, 2016), cet. 2, h. 194-195. 39 Ahmad Rafiq, The Reception of the Qur’an in Indonesia, Desertasi, 2014, h. 147
referensi yang ambigu atau tidak dikenal tentang yang paling awal khalayak”. Khalayak paling awal adalah Sahabat Nabi, yang menyusun tersirat pembaca Al-Qur'an selama periode itu. Para sahabat tidak pernah datang untuk menanyakan ayat-ayat baru Qur'an dari Nabi sampai mereka hafal sepuluh ayat, belajar maknanya, dan menerapkannya dalam kehidupan mereka. Contoh lain adalah kisah Khawla bint Tha'labah di mana Al-Qur'an diturunkan sebagai jawaban atas pertanyaannya. Oleh cara ayat diturunkan, makna yang jelas dan konteks yang jelas sudah cukup untuk terapkan itu. Ketika ada makna yang tidak jelas atau tidak jelas, para sahabat akan datang kepada Nabi sebagai sumber interpretasi yang paling otoritatif. misalnya Nabi menjelaskan arti “kesalahan” (al- Zulm) (QS 6: 82) dengan membandingkannya dengan ayat lain (QS 31:13).40 Beberapa komentator awal tentang Al-Qur'an, seperti Abdullah Ibn Abbas, al-Farra, dan al-Tabari, juga dalam mode penerimaan ini. Belakangan cendekiawan Muslim atau non-Muslim Alquran menetapkan aturan untuk praktik interpretasi mereka agar sesuai dengan konsep hermeneutik. Mode penerimaan ini telah menghasilkan sejumlah karya eksegetikal dari Qur'an Inggrid Mattson menyatakan bahwa: Untuk memahami perkembangan penafsiran Al-Qur'an di abad-abad setelah kematian Nabi Muhammad, penting untuk mengakui bahwa tindakan penafsiran tidak membutuhkan hermeneutika eksplisit. Artinya, segala macam orang telah menafsirkan dan mengartikan Alquran tanpa eksplisit atau metodologi yang konsisten. Secara historis, generasi Muslim awal tidak Mulailah dengan mengatakan: mari kita mengembangkan sistem hermeneutika yang tepat, lalu kita bisa lanjutkan untuk menafsirkan al-Qur'an. Sebaliknya, penafsiran ditawarkan, ada juga yang menantang, dan ini mengharuskan pengembangan metodologi yang lebih formal. Namun, interpretasi yang “menang” pada waktu tertentu tidak tentu yang paling masuk akal atau jelas. Kekuatan politik, karisma pribadi, krisis ekonomi, 40 Ahmad Rafiq, Ibid., h. 149
pergolakan sosial, dan daya tarik emosional, di antara faktor-faktor lain, berkontribusi pada popularitas beberapa penafsiran dan beberapa penafsir berakhir lainnya.41 Oleh karena itu, kita dapat menempatkan penerimaan hermeneutis sebagai mode independen penerimaan, karena itu adalah tindakan pembaca dengan menerima Al-Qur'an sebagai buku yang ditafsirkan oleh prinsip-prinsip tertentu. Prinsip-prinsip inilah yang memandu pembaca untuk melihat Al-Qur'an. Atau bisa juga diposisikan sebagai prinsip dasar dalam penerimaan eksegetis. Yang pertama membawa tentang sejumlah aturan dan prinsip menafsirkan Al-Qur'an. Misalnya, seperti Mu'adh ibn Jabal hendak dikirim oleh Nabi ke Yaman, Nabi bertanya kepadanya bagaimana dia harus membuat keputusan. Dia menjawab bahwa dia akan berkonsultasi dengan Al-Qur'an, Nabi Tradisi, dan pendapat pribadinya secara berurutan jika dia tidak dapat menemukan jawabannya sumber sebelumnya. Jawaban Mu'adh dianggap sebagai prinsip yang paling awal ditentukan interpretasi Al-Qur'an. Ini menetapkan aturan untuk sumber penafsiran Al-Qur'an. Di sejarah ilmu Alquran, buku pertama yang menetapkan aturan dan prinsip interpretasi Al-Qur'an secara sistematis adalah al-Risalah oleh al-Syafi'i (150-204 H). Buku ini tentang prinsip- prinsip hukum Islam, sebenarnya prinsip-prinsip Islam membedakan yurisprudensi dari tradisi Al-Qur'an Nabi (istinbat al-hukm). Sementara itu, untuk yang terakhir, penerimaan hermeneutis tersirat dalam setiap penerimaan eksegetis. Jadi, penerimaan eksegetis memiliki penerimaan hermeneutis eksplisit atau implisit di dalamnya. Di Asia Tenggara pada umumnya dan khususnya Indonesia, fitur penerimaan ini juga dapat ditemukan di berbagai tempat dan telah menghasilkan sejumlah karya tafsir. Bisa dilacak dari abad ketujuh belas 41 Mattson, The Story of the Qur’an, 186-187
ke waktu kontemporer. Contohnya adalah Tarjuman al- Mustafid oleh Abdur-Ra'uf al-Sinkili di Jawa, Marah Labid oleh Muhammad al-Nawawi al- Bantani dalam bahasa Arab, Tafsir al-Ibriz oleh KH. Bisri Mustafa dalam bahasa Jawa dengan Aksara Arab, Al- Furqan oleh A. Hasan dan Tafsir Al-Azhar oleh Hamka dalam Bahasa Indonesia. b) Resepsi Estetik Penerimaan estetika Al-Qur'an adalah tindakan menerima Al- Qur'an secara estetika. Tindakan itu bisa dalam dua cara. Mungkin menerima Al-Quran sebagai entitas estetika dimana pembaca dapat mengalami nilai estetika dalam penerimaannya. Mungkin juga begitu pendekatan estetika dalam menerima Al-Qur'an. Iser membedakan yang artistik dan yang estetika “kutub sebuah teks”.42 Kutub artistik adalah teks itu sendiri dan estetika adalah realisasi yang dicapai oleh pembaca. Dalam kedua model, pembaca mengalami suatu estetika yang bersifat pribadi dan emosional, tetapi dapat ditransfer ke orang lain yang mungkin menerimanya dengan cara yang sama atau berbeda.43 Penerimaan estetika Al-Qur’an telah dialami oleh umat Islam sejak periode awal Islam. Penerimaan yang paling awal adalah pembacaan Al- Qur'an dengan cara melodi. Ketika Al-Qur'an dibacakan dengan merdu dan musikal. Ini dikembangkan untuk ilmu tata cara membaca Alquran (ilm al-tajwid) di abad kesepuluh. Meskipun Al-Quran berbahasa Arab, ilm al-tajwid telah memperindah bunyinya bacaan, yang mengambil pengalaman estetiknya dan bahkan ilahi terpisah dari yang biasa Suara Arab. Penerimaan estetika Al-Qur'an juga terwujud melalui materi budaya. Fahmida Sulayman mengatakan banyak Muslim terus 42 Iser, The Act of Reading, h. 21 43 Ahmad Rafiq, Op. Cit., h. 151
mengekspresikan iman dan pengabdian mereka melalui artistik visual berarti: misalnya, dengan memproduksi salinan Al-Qur'an yang diterangi indah, atau dengan mengukir kata suci sebagai ornamen arsitektur, atau dengan melukis ayat-ayat dari Al-Qur'an di atas kanvas digital. Meskipun bentuk seni bervariasi dari satu negara ke Negara negara dan zaman ke zaman, faktor pemersatu adalah inspirasi yang berasal dari Tuhan kata - menghubungkan pekerja logam di Suriah ke kaligrafer di Cina. Karena itu, penerimaan estetika Al-Qur'an bukan hanya soal menerima Qur'an secara estetis, tetapi juga tentang memiliki pengalaman ilahi melalui cara estetika. Dengan cara seperti itu, penerimaan estetika dapat mengarah pada pemujaan objek material. Contoh yang mencolok adalah Kiswah, atau sampul Ka'bah (kubus Muslim) kiblat arah sholat seluruh umat Islam dunia yang berada di Mekah. Fungsi awalnya adalah untuk menghias Ka'bah dengan kaligrafi Alquran yang indah, luar biasa, artistik. Ini juga berfungsi untuk menutupi dan lindungi Ka'bah.44 Penerimaan Al Qur’an disini diposisikan sebagai sesuatu yang indah dengan nilai estetika yang tinggi. Al Qur’an sebagai bahasa teks yang indah, artinya penerimaan disini berusaha menunjukkan keindahan al Qur’an yang asli melekat pada dirinya daripada lainnya. Al Qur’an diterima secara estetis dalam artian Al Qur’an bisa dibaca, ditulis, ataupun dilantunkan dengan cara yang indah.45 c) Resepsi Fungsional Model penerimaan terakhir dari Al-Qur'an adalah penerimaan fungsional. Fungsional pada saat ditentukan berarti menerima Alquran berdasarkan tujuan praktis dari pembaca, bukan pada teori. Penerimaan fungsional perspektif sebagai pembaca tersirat dalam pembicaraan 44 Ahmad Rafiq, Ibid., h. 152 45 Umar Said Burhanuddin, Aesthetic Reception of the Qur’an on the Caligraphy Art, Skripsi, UIN Walisongo Semarang, 2018, h. 25
dengan struktur teks, lisan atau tulisan. Bagi Harold Coward, penerimaan tulisan suci memiliki tekanan yang kuat pada lisan Tradisi seperti Al- Quran harus dilengkapi dengan respons pendengar di samping pembaca respons. Dalam penerimaan tersebut, Pengecut melihat tulisan suci bekerja sebagai simbol dari tanda. Dalam penerimaan Alquran sebagai tanda, pembaca menggunakan konsep Iser tentang \"struktur tekstual,\"46 dimana perspektif teks ditekankan. Di resepsi sebagai simbol, pembaca berada dalam tindakan terstruktur. Pembaca tidak bebas dari struktur Al Qur’an, tertulis atau lisan, tetapi Al Qur’an dalam sambutannya dapat melambangkan praktis nilai-nilai yang dibentuk oleh perspektif pembaca. Penerimaan fungsional Al-Qur'an mencakup fungsi performatif. Gail membedakan tindakan interpretif dalam fungsi informatif dari yang performatif. Yang pertama adalah dari apa yang dikatakan tentang tulisan suci, dan dari apa yang dilakukan. Fungsi informatif ada dalam penerimaan eksegetis Al-Qur'an seperti yang saya bahas di atas. Saya dapat membawa praktik tertentu dalam menerapkan apa yang dikatakan dalam teks. Performatif itu fungsi dalam penerimaan fungsional Al Qur’an. AlQur'an dilakukan melalui bacaan atau penulisan untuk memenuhi kebutuhan tertentu. Dalam fungsi ini, tentu saja membawa tindakan dan praktik tertentu yang disesuaikan dengan tujuan pembaca atau pendengar.47 Contoh paling awal dari resepsi fungsional di zaman Nabi Muhammad adalah kisah seorang sahabat yang membaca al-Fatihah dalam menyembuhkan seseorang yang digigit oleh seekor kalajengking. Sang Sahabat tentu saja menjaga struktur surah seperti semula 46 Iser, ibid., h. 35 47 Ahmad Rafiq, Op. Cit., h. 155
ditransmisikan dari Nabi. Pada saat yang sama, ia memiliki kebutuhan khusus yang belum dimodelkan dalam tradisi Nabi atau disarankan secara eksplisit dalam struktur teks. Dia mungkin merujuk pada perspektif umum keunggulan surah yang akan dilakukan di menyembuhkan orang sakit.48 3. Metode dan Pendekatan Resepsi Sastra Metode resepsi sastra mendasarkan diri pada teori bahwa karya itu sejak terbit selalu mendapatkan tanggapan dari pembacanya. Menurut Jauss, apresiasi pembaca pertama terhadap karya sastra akan dilanjutkan dan diperkara melalui tanggapan yang lebih lanjut dari generasi ke generasi. Metode penelitian resepsi, dapat dirumuskan ke dalam 3 pendekatan, yakni: a) Pendidikan Eksperimental Dalam ilmu sastra telah dikembangkan pelbagai pendekatan. Satu dintaranya bersifat eksperimental. Ini mencakup beberapa langkah, yaitu (1) Teks tertentu disajikan kepada pembaca tertentu baik secara individual maupun secara kelompok agar mereka memberi tanggapan. (2) Pembaca diberikan daftar pertanyaan tertentu yang terkait dengan pandangannya terhadap teks yang dibaca. (3) Kemudian tanggapan pembaca di analisis dari segi tertentu secara sistematik dan kuantitatif;dapat pula dipancing yang tak terarah dan bebas, yang kemudian diberikan analisis kualitatif. b) Penelitian Resepsi Lewat Kritik Sastra Pendekatan ini secara khusus diajukan oleh Vodicka yang tertarik pada sastra Ceko modern (sejak 1900). Vodicka mementingkan peranan pengkritik selaku penaggap utama dan khas. Dialah yang menetapkan kongkretisasi karya sastra dan dialah yang mewujudkan penempatan dan penilaian karya itu dalam masanya. Dia pula yang mengeksplisitkan 48 Ahmad Rafiq, The Reception of the Qur’an in Indonesia, Desertasi, 2014, h. 155
kongkretisasi dan itu merupakan syarat mutlak untuk pemuatannya dalam keseluruhan seluruh sejarah sastra. Sebuah karangan yang dapat dianggap baik terkait studi resepsi lewat kritik sastra adalah ketika Vodicka meneliti resepsi seorang penyair Ceko dalam rangka perkembangan sastra modern. Nama penulis tersebut Jan Neruda (1834-1981). Menurut Vodicka, peneliti harus sadar bahwa yang penting dalam kritik sastra bukanlah tanggapan seorang individu, peneliti sastra yang baik mau mewakili norma sastra yang terikat pada masa tertentu dan atau golongan masyarakat terntentu. Dalam kritik sastra dapat dilihat konfrontasi antara norma dan ciri khas sebuah karya sastra yang konkrit. Dengan begitu, rangka konkretisasi oleh Vodicka disebut dengan konteks yang hampir sama dengan horizon harapan menurut istilah Jauss yang terungkap dalam kritik bersifat konkretisasi tersebut. Justru penenlitian konteks itu smemberikan kemungkinan untuk membedakan antara unsur subjektif dan unsur-unsur yang ditentukan oleh situasi sosio-budaya pada zaman tertentu. c) Pendekatan Intertekstual Pendekatan intertekstual dapat diakukan dengan langkah-langkah: (1) penyalinan, penyaduran, penerjemahan (2) pembacaan berulang- ulang (3) membandingkan dan menilai teks-teks yang berbeda dengan teks yang lain (4) memberi makna terhadap teks-teks yang berbeda. Dari segi tertentu, prinsip intertekstualitas dapat pula dikaitkan dengan resepsi karya sastra. Seringkali dlaam teks tertentu terungkap semacam kreasi yangsekaligus merpakan resepsi: contoh yang pernah diberikan penulis dibab sebelumnya tentang sajak “senja di pelabuhan kecil” karya Choiril Anwar dalam hubungannya antar teks dengan sajak “berdiri Aku” tulisan amir Hamzah (Teeuw, 1983: 59-74). Hal itu memperlihatkan kemungkinan untuk meneliti resepsi karya sastra lewat konteks da
horizon harapan penulis lain yang secara kontrastif mencitakan karya baru yang konteks estetiknya bertentangan dengan harapan sebelumnya: dalam resepsi sajak amir hamzah oleh Choiril Anwar lewat ciptaan yang baru dapat dilihat pergeseran estetik Melayu klasik kearah estetik indonesia. Resepsi yang tersirat semacam itu ada kalanya menjadi eksplisit misalnya dalam parodi: sebuah parodi menisbikan ataupun meniadakan norma sastra, konteks atau horizon harapan pembaca dengan mempermainkan ataupun menertawakan karya sastra mewakili norma- norma tersebut. Demikianlah misalnya karya Chervantes yang terkenal dengan Don Quixote yang dpata dipandang sebagai parodi menggerogoti norma jenis sastra tersebut yang telah mapan pada masa lalu.49 49 Emzir dan Saifur Rohman, Teori dan Pengajaran Sastra, Op. cit. h. 203-206.
BAB III GAMBARAN UMUM KOMIK KIRANA & HAPPY LITTLE WORLD KARYA RETNO HENING PALUPI A. Biografi Retno Hening Palupi Melihat akun @retnohening di instagram pastinya sudah tidak asing lagi di tengah masyarakat Indonesia. Retno Hening Palupi adalah pemilik akun tersebut. Namanya banyak dikenal karena akun instagramnya yang banyak berisi postingan aktifitas keseharian dari tingkah lucu dan kepintaran anaknya, yang sudah diikuti oleh lebih dari 1,2 juta pengikut atau followers.50 Sempat kaget seiring dengan jumlah followers yang semakin bertambah, ternyata Ibu Retno baru menyadari ketika salah satu postingannya direpost oleh akun @indovidgram dan beberapa akun lain.51 Retno Hening Palupi, yang lahir pada 15 September 1988 di Rumbai kota Pekanbaru, Riau. Anak pertama dari pasangan Sukis Haryanto dan Widarti yang menjadi sosok panutan dari kedua adiknya, Sundari Hana Respati dan Hapsari Khansa Salsabila yang sekarang duduk di bangku kuliah jurusan kedokteran gigi Universitas Gajah Mada (UGM).52 Retno Hening Palupi mulai mengenyam pendidikan di SD 007 Kerinci Duri Riau. Setelah lulus pada tahun 2000, beliau melanjutkan ke jenjang menengah pertama di SMP Cendana Mandau selama tiga tahun. Lulus pada tahun 2003, Retno Hening melanjutkan pendidikannya di SMA Cendana Mandau. Setelah menghabiskan masa sekolah di Mandau Bengkalis Riau selama 12 tahun, ibu Retno kemudian bertolak ke 50 Instagram @retnohening 51 Nanien, Yuniar (2016) Bincang-bincang bersama Retno Hening Ibu Selebgram Kirana. Diunduh pada tanggal 20 Agustus 2019 pukul 14.46 WIB 52 Wawancara dengan Retno Hening Palupi, 23 September 2019
Jawa Barat untuk menempuh pendidikan ke jenjang strata I (S1) jurusan Sastra Inggris di Universitas Padjadjaran.53 Lulus kuliah pada tahun 2010, Retno mencari kesibukan dengan mengikuti pelatihan singkat guru PAUD selama enam bulan. Tidak hanya disitu, beliau juga sempat mengajar di salah satu pre- school di Yogyakarta. Meskipun mendapat pelatihan selam tiga bulan rupanya belum cukup menghilangkan rasa kurang percaya dirinya ketika di kelas. Beliau merasa tidak mempunyai ilmu dasar tentang perkembangan anak dan ilmu tentang anak-anak.54 Ibu Retno menjatuhkan pilihan kepada pujaannya, Tatang Budhiarto sebagai pelabuhan terahir yang diresmikan dengan ijab qabul pada tanggal 24 Agustus 2012. Setelah menikah, Retno dan suami sangat menginginkan segera memiliki momongan. Desember 2012, dua minggu setelah Retno melakukan tes kehamilan dan hasilnya dua garis, beliau datang ke dokter kandungan dikarenakan mengalami flek. Dokter menyatakan bahwa saya keguguran. Saya mencoba tidak berputus asa dan yakin Allah pasti akan memberikan gantinya di waktu yang tepat.55 Pengalaman keguguran membuat Retno lebih memasrahkan dan mempercayakan semuanya kepada Allah SWT. Meskipun sempat ragu dan mempertanyakan diri sendiri, apakah bisa menjadi seorang ibu? Retno bersugesti pada diri sendiri, bahwa dengan izin Allah, beliau akan mengasuh dan membesarkan anak yang dititipkan nanti. Kalaupun seandainya nanti ditengah jalan merasa berat, beliau yakin bahwa Allah selalu mendampingi dan tidak perlu dicemaskan. Alhamdulillah, tak selang lama, Allah titipkan malaikat kecil yang menggemaskan.56 Mereka adalah Mayesa Hafsah Kirana dan Rumaysa Hafsah Mahira. Kirana, putri pertama dari pasangan Tatang dan Retno yang memiliki arti harapan agar kelak menjadi 53 Ibid., 54 Retno Hening Palupi, Tesara Rafiantika, (ed), Happy Little Soul (Jakarta Selatan: Gagas Media, 2017), cet. I, h. 26 55 Ibid., h. 5 56 Wawancara dengan Retno Hening Palupi, 23 September 2019
perempuan anggun yang berilmu, membanggakan, dan dapat menjadi cahaya terang bagi sekitarnya. Kehamilan pertama, Retno mencoba memperbaiki diri dan menjaga anak yang dikandung dengan membacakan Al-Qur’an dan artinya. Beliau merasa buka perempuan yang alim dan taat, bukan juga ahli dalam membaca Al-Qur’an, tetapi ingin sekali bayi yang dikandung mendengarkan ayat-ayat Al-Qur’an yang dibacakan. Beliau ingin selama kandungan, bayi ini sudah mendengarkan Al-Qur’an sampai khatam. Selain itu, beliau juga membacakan surat Luqman yang di dalamnya ada nasihat-nasihat baik Luqman kepada anaknya, tentang tidak menyekutukan Allah, kesabaran, serta kebaikan dan keburukan. Maksudnya, adalah agar bayi yang dikandung juga mendengarkan nasihat yang disampaikan Luqman kepada anaknya, berharap anak yang dikandung menjadi saleh yang sabar. Setelah Kirana lahir, gadis kecil yang lucu dan menggemaskan itu telah menarik perhatian banyak orang di instagram termasuk peneliti sendiri. Selain tertarik pada tingkahnya yang lucu, para followers merasa terinspirasi karena ibu Retno yang mendidik putrinya bersama suami di negeri orang, tepatnya di Qurm Oasis Saih al-Maleh Road Way 1816 Building no. 6, Muscat Oman.57 Retno Hening, merupakan ibu rumah tangga biasa yang banyak menghabiskan hari-harinya bermain bersama gadis kecilnya, Kirana dan Rumaysa. Mudah sekali tertawa karena hal-hal kecil, tetapi juga mudah sekali menangis. Beliau merupakan perempuan yang merasa betapa Allah menyayanginya karena selalu menyelamatkannya dalam kesulitan dan selalu memberikan kejutan-kejutan manis dalam hidupnya. Ibu Retno merasa beruntung pernah mengajar di salah satu pre-school di Yogyakarta dan mengikuti pelatihan singkat guru PAUD. Karena menurut beliau, ibu harus menjadi role model yang baik untuk buah hatinya, mendidik Kirana dengan penuh perhatian dan bisa saling jatuh cinta. Untuk selalu jatuh cinta dengan Kirana, ibu Retno merasa harus membangun 57 Ibid.,
Search