Important Announcement
PubHTML5 Scheduled Server Maintenance on (GMT) Sunday, June 26th, 2:00 am - 8:00 am.
PubHTML5 site will be inoperative during the times indicated!

Home Explore Lentera Penuntut Ilmu

Lentera Penuntut Ilmu

Published by SMK Negeri 1 Takengon, 2021-06-12 06:27:22

Description: Lentera Penuntut Ilmu

Keywords: Lentera Penuntut Ilmu

Search

Read the Text Version

Ketika pekatnya malam ini menemui, kemudian dia tetap terjaga dibawah lentera dengan buku dan pena, yang lain tidur dengan pulas dan berada di alam mimpi. Kemudian yang tidur ingin mendapatkan ilmu yang sama dengan yang begadang ? Maka ini adalah kemustahilan. Maka Imam Syafi’I, yang mendapatkan ilmu yang begitu banyak, beliau membagi malamnya dengan tiga bagian ; sepertiga pertama untuk menulis, sepertiga kedua untuk sholat, sepertiga ketiga untuk tidur. Berkata Imam Ar-Rabi’ ; e������ 〮ば툠 lǀ Ê lȇ ���〮n ば º〰n ǂば툠 Êǀ “ Aku pernah tidur di rumah Imam Syafi’I beberapa malam, dan aku mendapati beliau sedikit tidurnya.” 145 R AKU BERTAMBAH TAHU DENGAN KEBODOHANKU Berkata Imam Syafi’I ; 㐶���㰍Éee ば툠 㰍º吾Ê耀e槓 浔〮e㐶 㰍º〮㰍 r 㰍 吾i 㰍º吾i툠ᵠ Dia perlihatkan kekurangan akalku Setiap kali masa mendidikku º㰍 〮㰍 吾耀 浔㰍〮r 㰍º吾i槓툠晦 浔〮㰍r 㐶���㰍槓槓晦㰍 툠 ǀ 툠a s 145 Al-Majmu’, Imam Nawawi, ( I/21 ) Page 98

Dia akan mengajarkan ilmu atas Maka kalau tak bertambah ilmu kebodohanku padaku Kata ���Éeば툠 bermakna rentang waktu kehidupan dunia, pendek ataupun panjang.146 Ketika berlalu hari-hari sedangkan ilmu yang penuntut ilmu dapati hari ini tidak kita dapati kemarin. Dan ilmu yang akan dia dapati besok tidak kita dapati hari ini. Maka hendaknya dia tidaklah kenyang dengan ilmu yang dia dapatkan hari ini saja. Akan tetapi lihatlah pada dirinya dengan mata kurang dan kurang. Dan kalaulah kita bodoh maka waktu yang akan memberikan ilmu. Disini hendaknya seorang penuntut ilmu bersikap tawadhu’. Karena harta ilmu pengetahuan tidak ada habisnya. Dan sesiapa yang merasa dirinya sudah berilmu, maka dia adalah orang yang bodoh. Maka sebagaimana air tidak mengalir ke tempat yang tinggi, ilmu pun tidak akan didapatkan orang yang sombong. R ILMUKU BERSAMAKU Imam Syafi’I berkata ; s㰍 e㐶 Ê㰍o㐶 l㰍 耀 㐶đ吾ば rs 㰍º吾n㰍〮吾ఎ º㰍 吾Ê〰㐶i吾㰍Ê吾 㐶 浔㰍 e浔吾 浔Წ㐶吾㰍졸 㰍º〰ǀ º浔㰍〮r Hatiku wadahnya dan bukan laci Ilmuku bersamaku dimanapun tenpatnya aku berada 146 Al-Mu’jam Al-Wasith, hal. 323 Page 99

º吾n 㐶���〮㰍〰ば툠 㤵 㰍㐠���ば툠 º吾n 㐶 㰍Ê㐶 㰍s đ㰍n 㐶���㰍〮〰ば툠 㤵 㰍吾nば툠 º吾n 㐶 Ê㰍㐶 㤵㰍 㐠㰍 ���ば툠 º〰ǀ Jika aku di pasar dia juga berada Jika aku di rumah disitu pula dia disana berada Imam Syafi’I berpandangan bahwa ilmu adalah apa yang tersimpan dalam hati, bukan yang tertulis di atas kertas dan buku-buku yang tersimpan rapi di lemari. Karena ilmu seperti ini tidak berfaedah ketika pemilikinya meninggalkannya ke tempat lain. Maka beliau berkata ; 㰍s㐶eÊ㰍㐶o l㰍 耀 㐶đ吾ば rs 㰍º吾n㰍〮吾ఎ º㰍 吾Ê〰㐶i㰍吾Ê吾 㐶 浔㰍 浔e 吾 浔Წ㐶㰍吾 졸 㰍º〰ǀ º浔㰍〮r Hatiku wadahnya dan bukan laci Ilmuku bersamaku dimanapun tenpatnya aku berada 㐶 浔Წ bermakna aku bermaksud atau ingin.147 Beliau berkata bahwa ilmu selalu bersamanya ; dimanapun beliua berada ilmu sebagai petunjukknya jika tersesat, dan yang meyakinkannya jika ragu. Dan hati adalah tempat ilmu tersebut. Dialah tempat ilmu yang sebenarnya, bukan apa yang ditinggalkan di dalam catatan-catatannya. 147 Al-Mu’jam Al-Wasith, hal. 111 Page 100

º吾n ���㐶 㰍〮〰ば툠 㤵 㰍㐠���ば툠 º吾n 㐶 Ê㰍㐶 㰍s đ㰍n 㐶���〮㰍〰ば툠 㤵 㰍吾nば툠 º吾n 㐶 㰍Ê㐶 㰍㤵 㐠㰍 ���ば툠 º〰ǀ Jika aku di pasar dia juga berada Jika aku di rumah disitu pula dia disana berada Jikalau beliau ada di rumah ; melakukan pekerjaan rumah, atau bermuamalah dengan keluarga, maka ilmu akan menjadi panduannya. Atau ketika beliau berada di pasar, bermuamalah dengan manusia ; jual beli dan transaksi lainnya, maka semua berdasarkan dengan ilmu. Disini Imam Syafi’I mengisyaratkan bahwasanya ilmu hendaknya dihafalkan. Sebagaimana dikatakan ᵠ㐠 ���ば툠 ᵠsecば툠 ���〮〰ば툠 “Ilmu itu apa yang di dada bukan di tulisan.” Ini adalah suatu sunnah dalam menuntut ilmu, sejak kalangan salaf hingga khalaf. Berkata Imam Ibn Jama’ah ; s er���ir耀 đi ੪ 〮r e ra s mi졸 đÊ r n 〰ば툠 rȇ耀 s ern 㤵 ln lǀ i䗓 s ǀ s ǀ s 㐠〮〰ば툠 o đi䖼n đǀ㐠〮r ���L ㄮ Page 101

s 㐠ㄲÊば툠 ば㐠o 툠 s đǀ㐠〮r s Ʈ ea툠 lǀ đ n���o 耀 đ n r浔a 툠���cr ���crば툠 “ Dan hendaknya penuntut ilmu memulai dengan menghafal Al-Quran dan memutqinkan hafalannya. Berusaha mempelajari tafsirnya dan cabang ilmunya. Karena Al-Quran adalah sumber ilmu dan pokoknya. Kemudian menghafal ringkasan-ringkasan di setiap cabang ilmu lainnya, baik ilmu hadits dan nahwu sharaf.” 5R SEBAGIAN ADAB-ADAB PELAJAR Berkata Imam Syafi’I ; ���〮r〰ǀ㐶 l㰍 ǀ i吾 툠 r���㐶ǀ 〮r 㰍���e吾nc੪ đ੪툠���i吾i º吾n ���〮㰍〰ば툠 㰍㐠㐶ㄮᵠ㐶 e㤵䖼n Karena kegagalan ilmu ketika kau Bersabarlah atas pahitnya sifat lari dari guru keras guru đ੪ 졸 㰍㐠o㐶 㰍 吾ば툠 e 㐶a e���吾 吾੪ lr ㄮ ���〮〰e吾rば툠 e���㐶ǀ 㰍 r㐶 ���㰍 吾ば l㰍 ǀ s Dia akan meneguk hina Barangsiapa yang tidak kebodohan sepanjang hayat merasakan hina belajar sekejap đ੪ n㐠ば 〰吾耀㰍ᵠ đ㰍〮r 㰍���r吾nȇn đ耀 n ఎ㰍s ���㐶 㰍〮〰㰍 e吾rば툠 đ㐶੪ n l㰍 ǀ s Maka takbirlah empat kali atas Siapa yang tidak belajar di masa wafatnya mudanya Page 102

đ੪툠rば ᵠ nr㰍r툠 㰍㐠ȇ㐶 ���㰍 吾ば a㰍 吾rば툠 s ���〮㰍〰ば s iば툠 ���㐶 툠a s Jika keduanya tak ada pemuda Identitas pemuda demi Allah bukanlah siapa-siapa dengan ilmu dan taqwa Kata i 툠 aslinya adalah i 툠 yang bermakna akhlak yang keras dan buruk.148 Dalam bait ini Imam Syafi’I menjelaskan dua adab penting dalam belajar ; as-shabr sabar dan at-tabakkur belajar sedini mungkin . Imam Syafi’I berkata ; ���〮r〰ǀ㐶 l㰍 ǀ i吾 툠 r���ǀ㐶 〮r ���㰍 e吾nc੪ đ੪툠���i吾i º吾n ���㰍〮〰ば툠 㰍㐠㐶ㄮᵠ㐶 㤵e 䖼n Karena kegagalan ilmu ketika kau Bersabarlah atas pahitnya sifat lari dari guru keras guru Ada perbedaan antara bcば툠 sabar dan bcrば툠 melatih kesabaran . Jika sifat itu sudah bawaan sejak lahir maka dinamakan shabr. Dan jika sifat tersebut berasal dari usaha dan latihan maka dinamakan tashabbur. Sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam ; ebc bcr lǀ s 148 Al-Mu’jam Al-Wasith, hal. 148 Page 103

“ Barangsiapa yang berusaha sabar maka Allah akan sabarkan dia.” 149 Maka hendaknya seseorang itu berusaha menyabarkan diri atas perilaku gurunya yang mungkin menyakiti hati, atau kerasnya beliau ketika mengajar. Jika penuntut ilmu tidak mampu melatih dirinya sabar atas hal ini maka sebagaimana yang Imam Syafi’I katakan dia akan gagal dalam belajar. Karena sebab kegagalan orang yang belajar adalah lari dan kabur dari gurunya. Karena tidak mungkin seseorang belajar agama ini kecuali dengan talaqqi yaitu belajar langsung dari guru . Sebagaimana Jibril bertalaqqi dalam mengemban risalah wahyu secara langsung dari Allah Ta’ala. Kemudian Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam mengambilnya dari Jibril alaihisssalam dengan talaqqi. Dan para sahabat mengambilnya dari Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam dengan talaqqi. Dan begitu seterusnya. Dan termasuk keistimewaan umat Islam adalah ilmu riwayah150 yang tidak dimiliki oleh umat sebelum dan sesudahnya. Imam Syafi’I kemudian melanjutkan ; đ੪ 졸 㐠㰍 o㐶 㰍 吾ば툠 e a㐶 ���e 吾 吾੪ lr ㄮ ���〮〰吾erば툠 ���e 㐶ǀ 㰍 㐶r ���㰍 吾ば 㰍lǀ s Dia akan meneguk hina Barangsiapa yang tidak kebodohan sepanjang hayat merasakan hina belajar sekejap 149 Lihat Uddatush Shabirin wa Dzakhirarusy Syakirin, Ibnu Qayyim, hal. 36 150 Ilmu riwayah adalah ilmu periwayatan sebuah dalam Al-Quran, hadits, atau kitab-kitab melalui jalur yang jelas antara dirinya sampai dengan apa yang dia riwayatkan. Page 104

Imam Syafi’I mensifati belajar dengan rasa pahit, karena seorang penuntut ilmu akan berhadapan dengan hawa nafsunya yang selalu mendorong untuk bersenang-senang, santai, keindahan dunia dan lainnya sedangkan belajar berarti membuang semua itu semua. Dan belajar agama adalah sarana menuju surga sedangkan sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam ; eᵠ ȇ쮘 lÊ 툠 n 졸 s ���툠㐠 ǂば ᵠ Êば툠 n 졸 “ Neraka dikelilingi oleh berbagai macam kesenangan sedangkan surga dikelilingi oleh berbagai macam hal yang dibenci.” Maka barangsiapa yang tidak berhasil menundukkan hawa nafsunya untuk belajar agama maka dia akan hina sepanjang hidup dengan kebodohannya. Kemudian beliau melanjutkan ; đ耀 n ఎ㰍s ���㐶 㰍〮〰㰍 吾erば툠 㐶đ੪ n 㰍lǀ s đ੪ n㐠ば 〰吾耀ᵠ㰍 đ㰍〮r 㰍���r吾nȇn Maka takbirlah empat kali atas Siapa yang tidak belajar di masa wafatnya mudanya Perkara penting dalam menuntut ilmu agama adalah bersegera dalam belajar sedini mungkin. Atau yang bisa diistilahkan dengan ���ȇnrば툠 at-tabakkur . Karena pepatah Arab megatakan ; Page 105

��� a툠 〮r Êば ���Rcば툠 ���〮〰ば툠 “ Ilmu di masa kecil seperti ukiran di atas batu.” Maksudnya ilmu yang didapatkan ketika kecil itu lebih kuat menancap diingatan dan lebih merasuk di hati. Maka jika seseorang sudah beranjak tua sedangkan dia tidak pernah belajar ilmu agama, kata Imam Syafi’I dia seolah mayat yang hidup. Beliau gambarkan boleh kita untuk sholat jenazah atas orang tersebut dengan empat takbir. Karena bagaimana seseorang tidak pernah belajar agama sedangkan Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam sendiri bersabda ; ���〮���ǀ 〮r lȇ ���n ���〮〰ば툠 〮o “ Belajar ilmu agama adalah wajib atas setiap muslim.” Agama ini berdiri atas pondasi ilmu, sebagaimana Allah Ta’ala berfirman ; 㤵 吾n㰍ば툠 㐶đ浔e〮r 㤵 ���i㰍㰍Ŧ툠 〮 㤵 ���㰍 㐶ば㰍툠 ���e〮r l㐶 㰍㌠e���ば툠 “ Arrahman 1 Yang Mengajarkan Al-Quran 2 Yang Menciptakan manusia 3 Yang Mengajarkan kepadanya Al-Bayan Berkata Imam Ath-Thabari dalam tafsirnya ; Page 106

���〰i n 㤵 ��� ば툠 ���ȇ浔〮r ��� đr㌠���耀 Êば툠 l㌠���ば툠 e��� a 〰੪ 㐠 ���ȇ 〮r Ǯばr耀 “ Alla Ta’ala berfirman : Arrahman wahai manusia, dengan rahmat-Nya kepada kalian Dia berikan ilmu Al-Quran kepada kalian, dan Dia berikan nikmat atas kalian dengan ilmu itu.” 151 Jika seorang muslim tidak memiliki ilmu dalam agamanya, maka bagaimana dia akan beribadah kepada-Nya, mengerjakan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya ?! Imam Syafi’I melanjutkan ; 吾rば툠 s ���㰍〮〰ば s iば툠 ���㐶 툠a s đ੪툠rば ᵠ nr㰍r툠 㐠㰍 㐶ȇ 㰍���吾ば 㰍a Jika keduanya tak ada pemuda Identitas pemuda demi Allah bukanlah siapa-siapa dengan ilmu dan taqwa Tidak ada harganya seorang pemuda kecuali dia memiliki dua hal ; ilmu dan taqwa. Dengan ilmu seorang pemuda bisa berada di derajat yang tinggi di antara kaummnya. Dan dengan taqwa dia akan dapatkan naungan Allah Ta’ala kelak di hari kiamat sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam ; 151 Jami’ul Bayan fi Takwil Aaiyil Qur’an, Muhammad ib Jarir Ath-Thabari, surat Ar-Rahman Page 107

ǂi s 槓 〰ば툠 ǀŦ툠 đ〮 㐠 đ〮 ��� 〮m l〰nㄮ đ耀ᵠ 槓 nr “ Tujuh golongan yang Allah akan naungi mereka pada hari tiada naungan kecuali naungan-Nya ; pemimpin yang adil, pemuda yang tumbuh dalam ibadah kepada Allah …” 152 Jika tidak memiliki salah satu dari keduanya maka dia tidak memiliki harga sama sekali. 6R BAGAIMANA KITA MENDAPAT ILMU ? Imam Syafi’I berkata ; lre���耀 e ���〮㰍〰ば툠 㐶 Ê吾੪ º 㤵 吾n耀 〮㰍c㰍i吾੪ l㰍 r Ǯ㰍n㰍i㐶ㄮ Akan aku bertitahu secara detail Saudaraku tidak akan kau semuanya dapatkan ilmu kecuali dengan 6 perkara 㤵 ǀ晦 㐶 㰍㐠㐶o s a r㰍ㄮ㐶 㐶lnㄲ㰍 o㐶 s lR㰍〮㐶吾耀 s 槓 r㰍̆툠 s 㰍���졸 s a Bersama dengan guru dan waktu Kecerdasan, semangat, yang lama kesungguhan, dan bekal yang ada 152 HR Al-Bukhari Page 108

Bait ini megandung adab-adab yang luar biasa penting sebagai syarat seseorang belajar ilmu agama. Jika seorang penuntut ilmu ingin berhasil hendaknya dia berbekal dengan eman bekal yang disebutkan diatas. Yang pertama adalah kecerdasan yang hendaknya dimiliki penuntut ilmu, yang mana dia mampu menangkap pelajaran dari gurunya. Kedua adalah semangat yang tinggi dalam belajar. Tidak pantang menyerah dan putus asa. Ketiga adalah bersungguh-sungguh dalam belajar. Tidak sering bersendau gurau dan memanfaatkan waktu dengan sebaik-baiknya. Keempat adalah bekal yang cukup untuk menututupi kebutuhannya dan tidak berlebihan. Dikatakan tidak berlebihan dalam bekal karena penuntut ilmu hendaknya sibuk dengan ilmu, bukan dengan harta. Kelima adalah bersama guru dan mengambil faedah darinya. Sebagaimana yag dilakukan oleh Abu Hurairah kepada Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam. Abu Hurairah mengatakan ; s đ 〮r 〮o 㐠ㄮᵠ lr Ʈ ea툠 ���Წȇ ��� ���É 㤵 㤵㐠ば㐠 ੪ ���ȇi 툠㐠 㤵 s đ〮Წǀ 㤵㐠⸳e䗓 ᵠ ci 툠 s l ���̆ 浔〮ば ǀ 㤵㐠ば㐠 ੪ s ���〮ㄮ ᵠ ci 툠 lǀ 툠㐠 㤵 s 툠㐠ㄮ icば툠 ��� 〮Rǂ 㤵 l ���̆ 쮘툠 ば licば툠 ���ǀ lǀ Ê ȇ���ǀ ���ǀ툠 Ê s ���o툠㐠ǀ 浔r ��� 〮Rǂ Page 109

s 㤵㐠n R 졸 ���ȇ졸 n 耀 ǀ 〮r ���〮ㄮ s đ 〮r 〮o 㐠ㄮᵠ 㤵㐠���Ê 졸 ºr “ Kalian mengatakan sesungguhnya Abu Hurairah banyak sekali menceritakan hadits Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam. Dan kalian mengatakan mengapa kaum Muhajirin dan Anshar tidak seperti dia ? Sesungguhnya saudaraku Muhajirin sibuk dengan perdagangan mereka di pasar, sedang saudaraku Anshar sibuk dengan harta mereka. Sedangkan aku adalah seorang yang miskin dari kalangan ahli suffah, aku senantiasa menemani Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam dengan hal yang cukup untuk mengganjal perutku. Aku pun hadir disaat yang lain tidak datang, dan aku menangkap pelajaran ketika yang lain lupa.” 153 Kemudian yang keenam adalah waktu yang panjang, karena samudra ilmu itu luas sedangkan perahu menuntut ilmu akan senantiasa berlayar sepanjang masa. R JALAN KELUHURAN Berkata Imam Syafi’I ; º吾ば 〰浔吾ば툠 ���rȇ㰍 ੪㐶 er ȇば툠 ᵠ㰍e 耀 º吾ば 〮eば툠 ��� ㄮ R㐶〰ば툠 〮o l㰍 ǀ s 153 Siyar A’lamin Nubala’, Adz-Dzahabi, ( II/594-595 ) Page 110

Dan barangsiapa yang Keluhuran didapat sesuai dengan menginginkan kemuliaan dia akan kesulitan yang dihadapi begadang di malam hari ㄲ㐶浔吾ば툠 〮o º吾n ���浔㰍 㐶〰ば툠 Ǽ er ���吾㰍m l㰍 ǀ R〰㐶ば툠 툠ᵠ 㰍lǀ s Dia akan habiskan umur dalam Siapa yang ingin mulia tanpa kemustahilan yang dinanti susah payah º吾ば ば툠 〮o l㰍 ǀ ���㰍ㄲnば툠 㐶 㐠㰍 㐶R吾 R㰍ば 㐶 Ê吾੪ ���e 吾㐶⸳ e 〰ば툠 㐶s㰍 ���㐶 吾੪ Seperti pencari penjual permata Kau ingin kemuliaan lalu kau dalam samudra dan dia selami pulas di malam hari Disini Imam Syafi’I menjelaskan kunci terakhir dalam menuntut ilmu ; yaitu kesungguhan dan kepayahan. Maka semakin dia susah payah maka semakin dia akan dapatkan kedudukan yang mulia. Barangsiapa yang ingin menjadi pemimpin manusia dengan ilmunya, maka dia harus jauhkan punggungnya dari tempat tidurnya dan begadang untuk belajar. Imam Syafi’i mengatakan ; ���〮〰ば đ 〮〰n ��� ǀ툠 槓툠ᵠ lǀ s ���〮〰ば đ 〮〰n ieば툠 槓툠ᵠ lǀ “ Siapa yang ingin dunia maka dengan ilmu, siapa yang ingin akhirat maka dengan ilmu.” 154 154 Al-Majmu, Imam Nawawi, ( I/21 ) Page 111

Maka sesiapa yang yang bermimpi akan suatu cita-cita tanpa susah payah maka dia sedang memimpikan hal yang tidak dia dapatkan selamanya. Beliau membuat sebuah perumpamaan bagi orang yang hanya berangan-angan akan tetapi dia tidak mau bersusah payah dalam mendapatkannya, dengan seorang yang mencari penjual permata di dasar laut. Maka mustahil dia akan menemukannya. Sengaja kami taruh syair ini di akhir pembahasan, karena adab-adab dan cara dalam belajar yang sudah tersebutkan diatas semua tidak akan berhasil didapat dan tidak akan terasa manis tanpa kesusah payahan dan kesungguhan. Page 112

REFERENSI 1. Al-Qur’an Al-Karim 2. Abjad Al-Ulum. Shiddiq ibn Hasan Al-Qanuji. Damaskus, 1978 M 3. Adab Al-Alim wa Al-Muta’allim. Muhammad Hasyim Asy’ari. Jombang : Maktabah At-Turats Al-Islami 4. Tarjamah Ta’lim Al-Muata’allim. Kyai Haji Mishbah Zain Al-Mushtafa. Surabaya : Maktabah Al-Hidayah 5. Tadzkirah As-Sami’ wa Al-Mutakallim fii Adab Al-Alim wa Al-Muta’allim. Al-Qadhi Ibnu Jama’ah Al-Kinani. Beirut : Daar Al-Kutub Al-Ilmiyah 6. Diwan Al-Imam Asy-Syafi’I wa Syarahahu Al-Ustadz Na’im Zarzur. Muhammad ibn Idris Asy-Syafi’I. Beirut : Daar Al-Kutub Al-Illmiyah, 1435 H / 2014 M . Cetakan ketujuh 7. Al-Jami’ Ash-Shahih. Muhammad ibn Isa ibn Saurah At-Tirmidzi. Kairo : Mathba’ah Mushtafa Al-Baabi Al-Halabi, 1356 H / 1937 M 8. Al-Mu’jam Al-Wasith. Majma’ Al-Lughah Al-Arabiyah. Turki : Al-Maktabah Al-Islamiyah 9. Al-Qamus Al-Muhith. Al-Fairuz Abadi. Beirut : Muassasah Ar-Risalah, 1407 H / 1987 M . Cetakan ketiga 10. Syarh Al-Ushul At-Tsalatsah. Muhammad ibn Shalih Al-Utsaimin. Alexandria : Daar Al-Aqidah, 1430 H / 2009 M Page 113

11. Lisan Al-Arab. Imam Ibnu Mandzur Al-Mishri. Beirut : Daar Shadir 12. Siyar A’laam An-Nubalaa’. Muhammad ibn Ahmad ibn Utsman Adz-Dzahabi. Beirut : Muassasah Ar-Risalah, 1309 H / 1989 M 13. Tahdzib Al-Kamal fii Asmaa’ Ar-Rijal. Abul Hajjaj Yusuf Al-Mizzi. Beirut : Muassasah Ar-Risalah, 1413 H / 1992 M 14. Al-Majmu’ Syarh Al-Muhadzdzab. Abu Zakariya Muhyiddin Yahya ibn Syarf An-Nawawi. Beirut : Daar Al-Fikr, 1421 H / 2000 M 15. Al-Ilm wa Binaa’ Al-Umam. DR Raghib As-Sirjani. Kairo : Muassasah Iqra’, 1428 H / 2008 M . Cetakan pertama 16. Jami’ Bayan Al-Ilm wa Fadhlihi. Abu Umar Yusuf ibn Abdil Barr Al-Qurthubi. Beirut : Daar Al-Fikr 17. Silsilah Ta’lim Al-Lughah Al-Arabiyah ; Adab li Al-Mustawa Ats-Tsalits. Majmuah Al-Muallifin. Jakarta : Jam’iyyah Ad-Dakwah wa At-Ta’lim 18. Kasysyaf Ishtilahaat Al-Funun. Muhammad Ali ibn Ali At-Tahanuwi Al-Hanafi. Beirut : Daar Al-Kutub Al-Ilmiyah, 1418 H / 1998 M . Cetakan pertama 19. Al-Adab Al-Mufrad. Imam Al-Bukhari, ta’liq Syaikh Al-Albani. Beirut : Daar Al-Kutub Al-Ilmiyah, 2008 M . Cetakan pertama 20. Kitab Al-Ilm. Muhammad ibn Shalih Al-Utsaimin. Beirut : Al-Kitab Al-’Alami lin Nasyr, 1429 H / 2008 M Page 114

21. Diwan Asy-Syafi’I Al-Musamma Al-Jauhar An-Nafis fi Syi’r Al-Imam Muhammad ibn Idris. Muhammad Ibrahim Salim. Kairo : Maktabah Ibn Sina 22. Taisir Mushtalah Al-Hadits. DR Mahmud Ath-Thahhan. Singapura : Al-Haramain 23. Al-Jami’ baina Ash-Shahihain. Shalih Ahmad Syaami. Damaskus : Daar Al-Qalam, 1415 H / 1995 M . Cetakan pertama 24. Diwan Asy-Syafi’I. Imam Asy-Syafi’I syarah DR Umar Ath-Thabba’. Beirut : Daar Al-Arqam ibn Abi Al-Arqam 25. As-Sunan. Abu Dawud Sulaiman ibn Asy’ats As-Sijistani. Himsh : Daar Al-Hadits, 1393 H / 1973 M . Cetakan pertama 26. At-Tafsir Al-Munir fii Al-Aqidah wa Asy-Syariah wa Al-Manhaj. Prof DR Wahbah Az-Zuhaili. Damaskus : Daar Al-Fikr, 1418 H / 1998 M 27. Tafsir Al-Qur’an Al-Adzim. Imam Ibn Katsir. Kairo : Daar Al-Hadits, 1423 H / 2002 M 28. Shahih Al-Bukhari. Imam Al-Bukhari. Damaskus : Daar Ibn Katsir, 1407 H / 1987 M 29. Fii Dzilali Al-Qur’an. Sayyid Quthb. 1386 H / 1967 M 30. Ad-Daa’ wa Ad-Dawaa’. Ibn Qayyim Al-Jauziyah. Lebanon : daar Al-Kutub Al-Ilmiyah, 2011 M 31. Jami’ Al-Bayan ‘an Takwil Aaiy Al-Quran. Imam Ibnu Jarir Ath-Thabari. Mesir : Maktabah Musthafa Al-Baabi Al-Halabi, 1388 H / 1968 M Page 115

32. Mu’jam Alfaadz Al-Aqidah. Amir Abdullah Falih. Riyadh : Maktabah A;-Abiikaat, 1417 H / 1998 M . Cetakan pertama 33. Aun Al-Ma’bud Syarh Sunan Abi Dawud. Syamsul Haq Al-Adzim Abadi. Beirut : Daar Al-Kutub Al-Ilmiyah, 1425 H / 1995 M . Cetakan pertama 34. Fath Al-Qadir Al-Jami baina Fannai Ar-Riwayah wa Ad-Dirayah min Ilm At-Tafsir. Muhammad Ali Asy-Syaukani. Al-Manshurah : Daar Al-Wafa’, 1418 H / 1998 M . Cetakan pertama 35. Tadwin As-Sunnah An-Nabawiyah. DR Muhammad ibn Mathr Az-Zahrani. Riyadh : Maktabah Daar Al-Minhaj, 1426 H . Cetakan pertama 36. Uddah As-Shabirin wa Dzakhirah Asy-Syakirin. Ibn Qayyim Al-Jauziyah. Beirut : Daar Al-Kitab Al-Arabi, 1410 H / 1990 M . Cetakan keempat 37. Manahil Al-Urfan fii Ulum Al-Quran. Muhammad Abdul Adzim Az-Zarqani. Beirut : Al-Maktabah Al-’Ashriyah, 1422 H / 2001 M Page 116

Buku ini dipublikasikan oleh Maktabah Abi Harits Al-Jawi │For Serve Shariah Knowledges & Islamic Dakwah. Informasi lebih lanjut silahkan lihat Fanpage kami dengan alamat : [ Maktabah Abi Harits Al-Jawi ]. Atau bisa menghubungi via email berikut : [email protected] Apabila ada kritik dan saran dari pembaca bisa menghubungi penulis melalui akun berikut : Email : [email protected] Facebook : Abu Harits Danang Santoso Al-Jawi Whatsapp / HP : +62822-5719-4137


Like this book? You can publish your book online for free in a few minutes!
Create your own flipbook