terhadap mereka. Karena dalam mengikuti ahli ilmu manusia tergolong menjadi dua ; awam dan pembelajar. Adapun orang awam maka hendaknya dia taklid terhadap ahli ilmu karena ketidakmampuan mereka, sedangkan pembelajar hendaknya selalu memeriksa ilmu yang mereka dapat dan menimbang kembali dengan meniadakan taklid. Kemudian Imam Syafii menggambarkan contoh orang awam yang mengikuti ahli dengan ucapannya ; 㐶툠e㐠吾吾吾吾吾吾吾���ば툠 đ㐶〰㐶吾n吾㰍r吾੪ 㤵㰍ȇば툠 ºr툠��� “ Sebagaimana penggembala yang diikuti oleh gembalanya.” Kata 㤵㐶 㰍ȇe ば툠 adalah domba dan 㐶 툠㐠e ���e ば툠 adalah hewan gembalaan yang merumput.69 Hewan gembala akan senantiasa mengikuti penggembalanya kemana saja dia mengarahkannya. Tidaklah hewan tersebut menolak arahannya, akan tetapi mengikutinya dan mentaatinya. Demikian pula hal orang yang awwam bersama dengan ahli ilmu karena sebab kebutuhannya yang sangat. Kemudian Imam Syafii menyebutkan keutamaan ilmu yang ketiga ; yaitu kebahagiaan dan mengenal syariat Allah Ta’ala, sebagaimana beliau ucapkan ; ̆ᵠ ���㰍 e〰ㄮ ǀ ���㐶 〮〰ば툠 㐠㰍 〮n “ Kalau bukan karena ilmu manusia tidak akan bahagia.” 69 Syarah Diwan Imam Syafi’I, Dr. Umar Ath-Thabba’ hal. 104 Page 48
Kata ���㰍 e〰ㄮ adalah kata kerja bentuk lampau untuk perempuan sedangkan subjek : ̆ᵠ adalah laki-laki jamak. Maka tidak mengapa kata kerja perempuan untuk subjek laki-laki jamak sebagaimana firman Allah Ta’ala ; ��� Êr吾nば Ê㐶〮ㄮ㐶 㐶ᵠ ���㰍 㐶 吾㰍੪ ̆ 㰍e ばs “ Dan sungguh telah datang kepada mereka rasul-rasul Kami dengan bukti-bukti.” Dan telah kita sebutkan bagaimana pujian ulama bahasa terhadap kemampuan bahasa yang dimiliki oleh Imama Syafii. Kemudian beliau melanjutkan ; 㐶툠���a툠 s 㐶 Ra툠 ���r㐶 s “ Dan halal haram tidak akan diketahui.” Imam Ibnu Abdil Barr telah meriwayatkan dari Imam Syafii bahwa beliau berkata ; ���〮〰ば툠 l ̆ lǀ 툠���졸 s R졸 º 㐠 㤵 e졸 ば “ Tidak berhak seseorang berkata tentang halal dan haram kecuali atas dasar ilmu.” Page 49
Maka ilmu adalah pembeda antara halal dan haram. Dan ada hal ketiga yaitu perkara musytabihah samar-samar yang tidak diketahui oleh kebanyakan manusia kecuali dengan kejelian ahli ilmu dan tidaklah dijauhi hal tersebut kecuali dengan sifat wara’. Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda ; lǀ rᲬ l 浔〮〰 ��� nrǂǀ ᵠ㐠ǀ 浔 Ê 耀 s 耀 툠���a툠 㤵 s 耀 Ra툠 㤵 rఎs lǀ s đǼ���r s đÊ eば brㄮ툠 e n ��� nǂば툠 ੪툠 l浔n Êば툠 đ n r੪��� 㤵 Ǯ 㐠 浔a툠 㐠졸 r��� ºr툠���ば 툠���a툠 rఎs ��� nǂば툠 đǀᵠ ㌠ 㤵 s ㌠ Ǯば ǀ ȇば 㤵 s “ Sesungguhnya yang halal jelas dan yang haram jelas, dan diantara keduanya ada perkara-perkara samar yang tidak diketahui kebanyakan manusia. Maka siapa yang menjaga diri dari yang samar tersebut maka dia telah menjada agama dan kehormatannya. Dan siapa yang terjatuh dalam yang samar tersebut maka telah terjatuh dalam yang haram. Sebagaimana seorang penggembala yang menggembala di sekitar daerah terlarang yang hampir saja dia memasukinya. Ketahuilah sesungguhnya setiap penguasa memiliki area terlaranag, dan ketahuilah area terlarang Allah adalah hal-hal haram.” 70 70 Arbain Nawawiyah, hal. 6 Page 50
R KEUTAMAAN ILMU Berkata Imam Syafii rahimahullah ; đ㰍 吾吾ǀe ���㰍 㐶 吾吾e吾〮㐶 Êeば툠 〰a㰍 㤵㰍 㰍đǀe 㰍l浔ば đ〮ȇ㰍 n 㰍lǀ 㐶���〮〰ば툠 Menjadikan manusia sebagai Diantara keutamaan ilmu bagi pelayannya para pelayan ilmu đ㰍 ǀ槓 s 㐶đǼ㰍���r Êeば툠 㰍 㐶㤵㰍㐠c㐶 浔吾吾吾吾吾吾吾吾 đ㰍〮r 㐶đi㐶㰍㐠o ̆툠㐠吾n Ilmu menjaga kehormatannya Maka wajib seseorang menjaga dan darahnya dari manusia ilmu sebagaimana đ㰍 吾吾吾吾吾吾浔〮 đ〮㰍É ���吾吾吾吾㰍 吾吾m đ〮㰍 吾吾吾 吾吾耀 đ吾吾吾r槓s㰍 e㐶 ���㰍〮〰ば툠 㐠졸 l㰍 浔n Kepada yang tidak layak karena Barangsiapa yang memiliki ilmu ketidaktahuannya maka dia kemudian menitipkannya telah mendzaliminya Setelah Imam Syafii menyebutkan tiga keutamaan ilmu di bait sebelumnya, beliau melanjutkan dengan menyebutkan keutamaan yang lainnya bagi orang yang berkhidmat untuk ilmu. Tidaklah mengetahui keutamaan ilmu kecuali orang yang sudah mencicipi manisnya ilmu Page 51
dan mengusung panjinya. Dan di tiga bait ini Imam Syafii berbicara tentang fadhilah ilmu bagi yang berkhidmat untuknya.71 Berkatalah Imam Syafii ; đ㰍 ǀe l㰍 浔ば đ〮㰍ȇn l㰍 ǀ 㐶���〮〰ば툠 “ Diantara keutamaan ilmu bagi pelayan ilmu.” Imam Syafii menyebutkan salah satu keutamaan ilmu bagi orang yang mau berkhidmat dan menjadi pelayan terhadap ilmu, dengan perkataan beliau ; 㰍đ吾吾ǀe 㰍���㐶 吾吾e吾〮㐶 Êeば툠 〰㰍a 㰍㤵 “ Menjadikan manusia sebagai pelayannya.” Manusia melayani para ahli ilmu karena mereka ahli ilmu. Berkata Abu Muslim Al-Khoulani ; 툠a s a 툠serÉ툠 Ê〮ば ���e耀 툠a 浔���ば툠 㐠 Êば툠 Წǀ ᵠ 툠 浔〮〰ば툠 툠sri ��� 〮r i “ Para ulma di dunia laksana bintang-bintang di langit, ketika mereka muncul untuk manusia maka manusia menjadikannya petunjuk arahnya, 71 Syarah Diwan Imam Syafii, Muhammad Ibrahim Salim Page 52
ketika mereka menghilang maka manusia pun menjadi kebingungan.” 72 Dan berkata Abu Al-Aswad Ad-Dualiy ; ば 〮r ȇ졸 浔〮〰ば툠 s Êば툠 〮r ȇ졸 㐠〮쮘툠 ���〮〰ば툠 lǀ r º 㐠〮쮘툠 “ Tidak ada yang lebih mulia dari ilmu. Raja adalah pemimpin bagi manusia sedangkan ulama adalah pemimin para raja.” 73 Kemudian Imam Syafii melanjutkan ; 浔吾吾吾吾吾吾吾吾 đ㰍〮r đ㐶㐶i㐠㰍 o ̆툠㐠吾n “ Maka wajib seseorang menjaga ilmu sebagaimana…” Karena ilmu bukanlah sesuatu yang biasa, maka wajib bagi seseorang untuk berusaha menjaga ilmu tersebut. Kemudian beliau melanjutkan ; 㰍đǀ槓 s đ㐶Ǽ㰍���r eÊば툠 㰍 㤵㐶 㐠㰍 c㐶 “ Ilmu menjaga kehormatan dan darahnya di antara manusia.” 72 Tadzkirah As-Sami’ wa Al-Mutakallim, hal. 10 73 Idem, hal. 10 Page 53
Ilmu menjaga kehormatan pemiliknya dari celaan, cacian, dan penghinaan karena ahli ilmu memiliki kemuliaan di sisi manusia. Maka tidak mungkin mereka akan menghinakannya. Bahkan pepatah mengatakan ; 㐠浔���ǀ 浔〮〰ば툠 ���a “ Daging ulama adalah beracun.” Adapun penjagaan darah maka tidak ada yang berani untuk menumpahkan darah ulama. Kalaupun orang-orang bodoh berani mengganggunya dan menumpahkan darahnya , maka tidak akan bermudharat karena tempat kembalinya adalah surga insyaallah. Kemudian beliau berkata ; đ吾吾吾r槓㰍s e㐶 ���㰍〮〰ば툠 㐠졸 㰍l浔n “ Barangsiapa yang memiliki ilmu kemudian dia menitipkannya.” Kata 㐠졸 bermakna menguasai dan memilikinya,74 maka pemilik ilmu adalah ‘aalim. Imam Syafii menyerupakan ilmu dengan wadi’ah titipan , karena ilmu dititipkan da diwariskan dari generasi ke generasi. Dan Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda ; 74 Al-Mu’jam Al-Wasith, hal. 232 Page 54
ᵠ槓 s 툠ᵠ Ê 槓 툠㐠⸳ᵠ㐠 ni 툠 㤵 s ni 툠 l⸳ᵠs 浔〮〰ば툠 㤵 s ���n툠s eo r er l浔n ���〮〰ば툠 툠㐠⸳ᵠr s “ … Dan sesungguhnya ulama adalah pewaris para nabi dan mereka tidaklah mewariskan dinar atau dirham, melainkan mewariskan ilmu. Barangsiapa yang mengambilnya sungguh dia mendapat bagian yang besar.” 75 Kemudian Imam Syafii berkata ; đ㰍 吾吾吾吾吾吾浔〮 đ〮É㰍 ���吾吾吾㰍吾 吾吾m đ〮㰍 吾吾吾 吾吾耀 “ Kepada orang yang tidak layak karena ketidaktahuannya maka dia telah dzalim.” Imam Syafii mencela seorang yang alim yang memberikan ilmunya kepada orang yang tidak layak untuk membawanya karena ketiadaan adab ketika belajar. Alim tersebut telah berbuat tercela dan melanggar batas. Berkata Al-Qadhi Ibnu Jama’ah ; đば 〰੪ đ〮〰̆ đば 㐠 s 〮���ば툠 浔〮r đi o 浔 ���〮〰ば툠 㤵㐠c 㤵 ieば툠 Ê耀 lǀ đ〮É rm đ ǂǀ s đ耀 Ér耀 đばr Rn ���ǂば툠 s 〰ば툠 lǀ 75 Sunan Abu Dawud, Kitab Al-Ilmi Bab Al-Hats ‘ala Thalabi Al-Ilmi, hadits no. 3641 Page 55
s đi ���mr 㤵 s ��� Êǀ đÊǀ đ浔〮〰r lǀ s l̆ 졸 s ᵠs���Ǽ rm lǀ eᵠeఎ b “ Hendaknya seseorang menjaga ilmu sebagaimana yang dilakukan oleh ulama yang terdahulu, juga memberikannya haknya sebagaimana Allah telah menjadikan untuknya kemuliaan dan keagungan. Maka janganlah seseorang menghinakan ilmu dengan berangkat dan memberikannya kepada orang yang bukan ahlinya dari orang-orang yang berburu dunia tanpa sebab yang memaksa. Meskipun kedudukan mereka tinggi dan agung.” 76 R SESEORANG TIDAK DILAHIRKAN BERILMU Berkata Imam Syafii rahimahullah ; 㐠É㐶 㰍l浔 ���㰍〮r 㰍㐠㐶 㰍ば s 吾吾吾吾吾吾吾吾吾吾吾浔ば r e㐶 ば㐠㰍 㐶吾 㐶㰍���쮘툠 㰍〮吾n ���㰍 〮e〰吾੪ 㐶 吾吾吾吾吾É ̆ Dan tidaklah sama orang Belajarlah karena seseorang tidak berilmu dan orang bodoh dilahirkan dalam keadaan berilmu 76 Tadzkirah As-Sami’, hal. 16 Page 56
㐶 n 吾吾吾吾吾吾吾吾吾ㄲ 툠 đ㰍〮r 㰍 ie吾r㰍ば툠 툠a ���吾㰍Ro 㐶ee吾吾吾吾吾㰍吾Êr ���〮㰍r 㐠㰍 ば툠 ���㰍吾 n 㤵e s Maka anak kecil berilmu yang Bahwasanya orang tua sebuah akan dilihat oleh pasukan kaum yang tidak memiliki ilmu đ吾吾吾吾吾吾吾吾吾吾吾吾㰍ば ���㰍 e槓㐶ᵠ 툠a ���吾㰍n 浔ば r 㤵 㤵㰍 㐠㰍 ば툠 ���㰍吾 Ro 㤵e s 㐶 n 吾吾吾吾吾吾吾吾吾ㄲ쮘툠 Akan jadi besar ketika Bahwasanya anak kecil jika dia berkumpul manusia di sisinya berilmu Setelah Imam Syafii menjelaskan fadhilah-fadhilah ilmu yang mendorong pembacanya untuk semangat belajar, maka disini beliau memberikan gambaran bagaimana ilmu memuliakan pemiliknya. Berkata Ibrahim Muhammad Salim ; “ Bait-bait ini merupakan bentuk seruan kepada setiap muslim untuk belajar, karena tidaklah sama orang yang belajar dan orang yang jahil. Dengan kejahilan orang besar akan menjadi kecil meski dikelilingi oleh pasukan yang besar. Dan dengan ilmu orang yang kecil akan menjadi besar di pandangan manusia.”77 Berkata Imam Syafii ; 吾吾吾吾吾吾吾吾吾吾吾浔ば r 㐶eば㰍㐠吾㐶 㐶㰍���쮘툠 㰍〮吾n 㰍���e〮〰吾੪ 77 Diwan Imam Syafi’I, Muhammad Ibrahim Salim, hal. 118 Page 57
“ Belajarlah karena seseorang tidak dilahirkan dalam keadaan berilmu.” Beliau mendorong pembaca untuk belajar karena seseorang itu keluar dari perut ibunya tidak dalam keadaan pandai. Allah Ta’ala berfirman ; r浔㰍 ���e ば툠 ���㰍 ȇ㐶 ば 〰̆ s Ê㰍吾 㤵㐠㰍 㐶浔〮㰍〰吾੪ ���㰍 㐶ȇ੪ ǀe㐶 㤵㐠㰍 㐶 耀㐶 㰍lǀ ���㰍 ȇ㐶 ̆���㰍 㐶 s 㤵s㰍 㐶���ȇ㐶 㰍ǂ੪ 㰍���㐶ȇ〮〰eば eÊ吾㰍n 툠 s ᵠ c㰍耀 툠 s “ Dan Allah mengeluarkan kalian dari perut ibu kalian dalam keadaan tidak mengetahui apapun, dan menjadikan untuk kalian pendengaran, penglihatan, dan hati semoga kalian bersyukur.” 78 Kemudian beliau berkata ; 㐶 吾吾吾吾吾É ̆ 㐠É㐶 㰍l浔 ���〮㰍r 㐠㰍 㐶 㰍ば s “ Dan tidak sama orang yang berilmu dengan orang jahil.” Beliau jelaskan alasan kenapa seseorang itu harus belajar ; karena orang berilmu tidak sama dengan yang jahil. Dan keburukan terbesar yang muncul dari kejahilan adalah keengganan untuk mendengarkan ayat-ayat Allah Ta’ala dan tidak mampu membedakan mana yang benar dan salah. Allah Ta’la berfirman ; 78 QS An-Nahl : 78 Page 58
㐠㐶ばs㐶 ���㐶 e rr吾 e 㤵㐠㰍 浔㐶 〮〰㰍 吾 l㰍rばe툠 s 㤵㰍㐠浔㐶 〮〰㰍 吾 l㰍rばe툠 㐠r㰍��� 㰍 É 㰍 ఎ㐶 nば㰍 툠 “ … Katakanlah apakah sama orang yang berilmu dengan yang jahil, yang mengambil pelajaran hanyalah orang-orang yang berilmu.” 79 Berkata Syaikh Wahbah Az-Zuhaili ; “ Maksudnya tidaklah sama ulama dengan orang jahil. Yang mengambil pelajaran dari ayat-ayat Allah dan mentadaburinya hanyalah orang yang berakal bukan orang jahil. Yang mempu membeedakan antara yang benar dan salah adalah yang beilmu bukan berakal. Keduanya tidaklah sama, karena alim yang mengetahui kebenaran dan jalan yang lurus akan mengikutinya dan mengamalkannya. Tidak sama halnya dengan orang jahil yang tersesat dan kebingungan.”80 Berkata Imam Syafii ; e㐶e吾吾吾吾吾㰍吾Êr ���㰍〮r 㰍㐠 ば툠 ���㰍吾 n 㤵e s “ Bahwasanaya orang tua sebuah kaum yang tidak memiliki ilmu…” Maksudnya kalau seandainya dalam sebuah kaum tidak ada orang dewasa yang memiliki ilmu maka … 79 QS Az-Zumar : 9 80 At-Tafsir Al-Munir ( 23-24/258-259 ) Page 59
㐶 n 吾吾吾吾吾吾吾吾吾ㄲ 툠 đ㰍〮r 㰍 ei吾rば㰍툠 툠a ���㰍吾 Ro “ Maka anak kecil berilmu yang akan dilihat oleh pasukan.” Maka anak kecil yang berilmu akan diangkat menjadi pemimpin dan panglima untuk pasukan yang besar. Kata n ㄲ 툠 bentuk jamak dari iㄲ 툠 yaitu pasukan besar.81 Dan yang demikian telah terjadi dalam sejarah Islam khususnya, dimana banyak dari pemimpin pasukan adalah anak muda dari pasukan tersebut ; seperti Usamah ibn Zaid panglima pasukan Islam saat melawan Imperium Romawi yang saat itu dia masih berumur 18 tahun. Juga Muhammad Al-Fatih yang memimpin pasukan pembebasan Konstatinopel saat dia berumur 24 tahun. Dan juga pemimpin-pemimpin lainnya. Kemudian berkata Imam Syafi’i ; 浔ば r 㤵 㰍㤵 㰍㐠 ば툠 ���㰍吾 Ro e㤵 s đ吾吾吾吾吾吾吾吾吾吾吾吾㰍ば ���㰍 e槓㐶ᵠ 툠a ���㰍吾 n 㐶 n 吾吾吾吾吾吾吾吾吾ㄲ쮘툠 81 Mu’jam Wasith, hal. 208 Page 60
Akan jadi besar ketika Bahwasanya anak kecil jika dia berkumpul manusia di sisinya berilmu n Ƣ툠 bentuk jamak dari iㄲ㰍 쮘툠 yang bermakna tempat berkumpulnya suatu kaum.82 Berkata DR. Umar Faruq Ath-Thabba’ ; s n Ƣ툠 rRcば툠 rn��� ���〮〰ば툠 㤵 㤵 ���iŦ툠 l浔mr ���〮〰ば툠 ᵠs槓 ǀŦ툠 ���m〰 n ㄲ 툠 đ耀 o 졸 툠a đǀ㐠ఎ rnȇば툠 li ȇǀ lǀ rȇ 툠 “ Imam Syafi’i meninggikan kedudukan ilmu dalam hal kedudukan manusia. Karena ilmu mengangkat kedudukan anak kecil di dalam tempat berkumpulnya manusia, sebaliknya kebodohan akan menjatuhkan seseorang dari kedudukan tinggi ketika dia dalam kumpulan manusia.” 83 Dan hal ini adalah apa yang sudah dirasakan sendiri, ketika dia sudah dimintai fatwa oleh manusia sedangkan umurnya masih 15 tahun !! Berkata Ar-Rabi’ ibn Sulaiman ; 㤵 〮ば툠 º 䗓 㤵 s lÊㄮ ���ǂr Წ lǀ đば s i º〰n ǂば툠 㤵 ���ǀ 82 Al-Mu’jam Al-Wasith, hal. 129 83 Diwan Syafi’I, Syarah DR. Umar Ath-Thabba’, hal. 100 Page 61
“ Imam Syafi’I dahulu sudah berfatwa ketika berumur 15 tahun dan senantiasa menghidupkan malamnya hingga wafat.” 84 5R FITNAH YANG BESAR Berkata Imam Syafi’I rahimahullah ; Ǯr 吾rǀ㐶 ���吾ば r ���㰍吾 n 槓 ���n Ǯ㐶 ���r Ê吾rǀ㐶 É ̆ đ㐶Ê㰍ǀ ���㐶 吾n㰍 s Dan yang lebih besar lagi adalah Kerusakan besar adalah seorang orang bodoh yang ibadah alim yang tidak adab dirinya sehari-harinya Ǯ㐶 e���浔r吾 đÊ㰍槓 浔 吾耀 㰍l浔吾ば l浔㰍mr l吾㰍浔吾ば 〰ば툠 lÊ吾㰍rn 浔吾É㐶 Karena keduanya merasa berada Keduanya adalah bencana di dalam kebenaran agama semesta yang luar biasa Selepas Imam Syafi’I menggambarkan kepada kita bagaimana ilmu mampu mendudukan pemiliknya di kedudukan yang tinggi, maka disini beliau menyebutkan dua kerusakan besar yang berhubungan dengan ilmu. Beliau mengatakan ; 㐶Ǯr���Ê吾r㐶ǀ É ̆ đ㐶Ê㰍ǀ 㐶���吾n㰍 s Ǯr 吾r㐶ǀ ���吾ば r ���吾㰍n 槓 ���n Dan yang lebih besar lagi adalah Kerusakan besar adalah seorang 84 Tahdzibul Kamal fii Asmair Rijal, ( 23 / 5409 ) Page 62
orang bodoh yang ibadah alim yang tidak adab dirinya sehari-harinya Ǯr 吾r㐶ǀ adalah subjek dari kata kerja Ǯer 吾੪ , dikatakan 㐶Ǯr㰍 吾 ǮrÉ ���㰍吾r���e ば툠 artinya menarik kelambu dan menurunkan dari tempatnya, atau menrobeknya sehingga terlihat bagian yang ditutupi. Dan dikatakan ; 㤵㐶 Rn㐶 Ǯre 吾੪ maknanya dia tidak peduli ketika penutup keburukannya tersingkap.85 Dikatakan pula mutahattik artinya seseorang yang berbuat melampaui batas dalam adab dan etika.86 Seorang yang berilmu sedangkan dia tidak beradab dengan ilmunya dan tidak mengamalkannya maka ini adalah perusak manusia. Dan sungguh Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam telah mengabarkan bahwasanya akan muncul dari umat ini sekelompok da’i yang menyeru ke arah neraka87 karena adanya ilmu disisi mereka. Dan juga yang lebih besar bencananya dari hal ini adalah seorang yang jahil / bodoh yang menjadi ahli ibadah. Berkata Imam Az-Zarnazji rahimahullah ; 툠 rǀ 㐠 rば툠 s eÉ ば툠 c s ���〮〰ば RㄮŦ툠 耀 㤵䖼n 85 Al-Mu’jam Al-Wasith, hal. 1012 - 1013 86 Diwan Imam Syafi’i syarh Naim Zarzur, hal.86 87 Lihat Al-Mu’jam Al-Wasith, Ath-Thabrani, bab man ismuhu hafsh Page 63
“ Sesungguhnya agama ini tetap langgeng dengan ilmu, dan tidak benar kezuhudan dan ketaqwaan yang diiringi dengan kebodohan.” 88 Islam memiliki ciri khas yang membedakannya dengan Yahudi dan Nashrani dan Allah Ta’ala telah memerintahkan kita untuk berlindung dari menyerupai keduanya. Allah Ta’ala berfirman ; 㐠ȇ㐶 㰍R浔ば㰍툠 㰍rm 㰍��� 㰍〮r 浔㰍 〰吾㰍i l reば툠 툠���o ��� r㰍���浔㐶 㰍ば툠 툠���rcば툠 e㰍É툠 rば ȇe ば툠 s ���㰍 㰍〮r “ Tunjukkanlah pada kami jalan yang lurus 6 Jalan yang Kau beri nikmat dan bukan jalan orang-orang yang dimurkai juga yang tersesat.” 89 Berkata Imam Ibnu Katsir ; “ Orang yang dimurkai adalah Yahudi dan orang yang tersesat adalah Nashrani. Dan aku tidak mengetahu perbedaan pendapat di kalangan ahli tafsir dalam masalah ini.” 90 88 Tarjamatu Ta’limut Ta’allim, Kyai Misbah Zain Al-Musthafa, hal. 15 89 QS Al-Fatihah : 6-7 90 Tafsir Al-Quran Al-Adzim, Ibnu Katsir, hal. 95 Page 64
Orang Yahudi adalah orang alim yang tidak beradab. Allah Ta’ala berfirman ; 㐶 n㰍吾ఎ 㰍lǀ 툠㐠i㐶 s ���㰍 㐶 〰ǀ 浔ば er c㐶ǀ re 툠 eÊ㰍r l㰍 ǀ r 㰍���㐶É ̆ e浔ばs re 툠 㐶lÊ〰㰍 〮吾n đ耀 툠s���㐶 i 툠㐠n㐶���r ǀ ���㰍 É㐶 ̆ 浔e 〮吾n 툠s���㐶 i l reば툠 〮r 㤵㐠ㄲ㐶 ri㰍 吾r���㰍 l ���n ȇ㰍ば툠 〮r “ Dan ketika datanag kepada mereka Yahudi kitab dari sisi Allah yang membenarkan atas apa yang ada diantara mereka dan sebelumnya mereka ingin dibebaskan dari orang-orang kafir, dan ketika datang kepada mereka apa yang mereka ketahui mereka pun kufur maka laknat Allah ditimpakan kepada orang-orang yang kufur.” 91 Adapun orang-orang Nashrani adalah ahli ibadah yag tidak berilmu atau jahil. Allah Ta’ala berfirman ; lno l〮ǀ r “ Dia orang yang beramal dengan payah.” 92 Berkata Ibnu Abbas dalam menafsiri ayat ini ; “ Dia adalah orang Nashrani.” 93 91 Al-Baqarah : 89 92 Al-Ghosyiah : 3 93 Shahih Al-Bukhari, Imam Bukhari, kitab at-tafsir bab tafsir surat al-ghosyiah Page 65
Dan Al-Hafidz Abu Bakr Al-Barqani menyebutkan dari Abu Imran Al-Juniy dia berkata ; “ Suatu ketika Umar ibn Al-Khaththab melewati rumah seorang rahib pendeta maka umar pun memanggilnya ; wahai Rahib ! Maka si Rahib pun menengok dan Umar melihatnya kemudia dia menangis, Maka dikatakan ; wahai Umar apa yang membuatmu menangis ? Maka beliau menjawab ; aku ingat firman Allah Ta’ala ; l ǀ 졸 툠ᵠ 〮㰍c੪ lno l〮ǀ r Dia beramal dengan payah. Dan dia dimasukkan kedalam neraka yang menyala . Hal itulah yang membuatku menangis.” 94 Maksudnya bahwa rahib tersebut bersungguh-sungguh dalam ibadah tanpa dasar ilmu, maka kesungguhannya itu pun tidak bermanfaat. Dan berkata Sayyid Quthb ; “ Tidak ada jalan bagi orang yang dimurkai untuk mengetahui kebenaran, kemudian mereka dibuat bingung dengannya atau orang yang tersesat dari kebenaran dan tidak mengetahui kebenaran sama sekali.” 95 Kemudian Imam Syafi’i melanjutka syairnya ; 94 At-Tafsir Al-Munir, Syaikh Wahbah Az-Zuhaili, hal. 206 95 Fii Dzilalil Qur’an, Sayyid Quthb, ( I / 21 ) Page 66
Ǯ㐶 ���e 浔r吾 đÊ㰍槓 浔 吾耀 l㰍 浔吾ば l浔㰍mr l吾㰍浔吾ば 〰ば툠 lÊ吾㰍rn 浔吾É㐶 Karena keduanya merasa berada Keduanya adalah bencana di dalam kebenaran agama semesta yang luar biasa Kedua orang tadi alim yang tidak beradab dan ahli ibadah yang jahil adalah bencana terbesar yang ada ; karena kedua orang tadi erat hubungannya dengan agama ini. Dimana bencana agama lebih besar keburukannya daripada bencana dunia. Bahkan seringkali bencana dunia disebabkan oleh bencana agama. Berkata Muhammad Ibrahim Salim ; “ Imam Syafi’i berpandangan bahwa keberadaan dua jenis manusia ini merupakan sumber keburukan yang berbahaya dan juga bencana yang besar ; karena keduanya merusak agama. Adapun yang pertama dia berilmu tapi tidak mengamalkan ilmunya dan menampakkan kemaksiatan. Adapun yang kedua dia ahli ibadah yang bodoh. Maka hendaknya kita menjauh dari kedua jenis manusia ini dan senantiasa bertaqwa kepada Allah Ta’ala ketika kita dijadikan sebagai panutan masyarakat. Janganlah ketika memerintahkan kebaikan sedangkan kita meninggalkan, atau melarang dari keburukan sedangkan kita mengerjakannya.” 96 96 Al-Jauhar An-Nafis fii Syi’ri Al-Imam Muhammad ibn Idris, Muhammad Ibrahim Salim, hal. 114 Page 67
6R ILMU ADALAH CAHAYA Berkata Imam Syafi’i rahimahullah ; ºo 〰浔吾ば툠 㰍���吾੪ 㰍º吾ie ᵠ㰍 n ºmi㰍 졸 㰍㐠ㄮ㐶 rఎ툠s 㐶���㐠㰍 ȇ Beliau tunjukkanku agar jauh dari Aku mengeluh pada Waki’ kemaksiatan tentang buruknya hafalan ºo 〰〮吾ば 㰍 e㰍 吾㐶 㐶ᵠ㐠㐶i s ᵠ㐠㰍 吾㐶i ���〮㰍〰ば툠 㤵e 吾耀 º㰍 吾i���吾n㰍 s Sedang cahaya Allah tak “Sejatinya ilmu itu cahaya” diberikan pada ahli kemaksiatan demikian beliau katakan Dalam bait-bait ini Imam Syafi’i memandang bahwa termasuk adab terpenting dalam belajar adalah bersihnya hati - dimana hati adalah wadah ilmu - dengan meninggalkan apa yang Allah larang. Berkata Muhammad Ibrahim Salim ; “ Sesungguhnya hati pelaku maksiat itu gelap dan tertutup, tidak akan menerima cahaya Allah. Sedangkan ilmu adalah cahaya Allah dan barangsiapa yang Allah kehendaki dengan kebaikan maka Dia akan faqihkannya dalam urusan agama. Dan orang yang berbahagia adalah yang Allah karuniai dia lisan yang baik dan hati yang selalu mengingat. Imam Syafi’i disini mengajak kita untuk merenungi sebuah titik awal, dimana beliau bertanya kepada gurunya di Iraq ; Imam Waki’. Dan Page 68
nasehat gurunya tersebut juga merupakan nasehat bagi seluruh penuntut ilmu di setiap tempat.” 97 Berkata Imam Syafi’I rahimahullah ; ºo 〰浔吾ば툠 ���㰍 吾੪ º㰍 吾ie ᵠ㰍 n ºm㰍i졸 㐠㰍 㐶ㄮ rఎ툠s ���㐶 㰍㐠ȇ Beliau tunjukkanku agar jauh dari Aku mengeluh pada Waki’ kemaksiatan tentang buruknya hafalan Waki’ disini adalah Imam Waki’ ibn Al-Jarrah Ar-Ruasi, termasuk pembesar ahli hadits di Baghdad. Lahir 128 H dan wafat di Kufah pada tahun 198 H.98 Berkata Imam Ahmad ibn Hanbal ; “ Tidaklah aku melihat seseorang seperti Waki’ dalam hal ilmu, hafalan, ketinggian sanad, kekhusyukan dan wara’.” 99 Imam Waki’ telah memberikan resep kepada muridnya Imam Syafi’i. Dan resep ini tidaklah beliau berikan kepada murid tercintanya kecuali memang telah beliau coba dan merasakan kemujarabannya. Berkata Ali ibn Khasyram ; “ Aku melihat Waki’ dan aku tidak pernah melihat di tangannya ada sebuah buku, akan tetapi semua dari hafalannya. Maka aku pun bertanya kepadanya tentang obat untuk kuat hafalan, maka beliau 97 Idem, hal. 87 98 Tahdzibul Kamal fii Asmair Rijal, Al-Mizzi, ( 30/483 ) 99 Idem, ( 30/373 ) Page 69
jawab : Apakah kau akan memakainya jika aku beri tahu obatnya ?, aku menjawab : Tentu. Maka beliau berkata : Meningglkan maksiat, dan aku tidak menemukan obat hafalan sepertinya.” 100 Resep ini pun tidak hanya didapatkan Imam Syafi’i dari satu guru saja, bahkan ketika beliau duduk di hadapan Imam Malik dan membacakan kepada beliau Kitab Al-Muwaththa’, maka Imam Malik pun takjub dengan kecerdasan dan kepandaiannya, maka beliau pun berwasiat ; l c〰쮘툠 l浔〮m耀 đÊi ੪ Rn 툠ᵠ㐠i Ǯn〮ఎ 〮r ば eఎ ᵠ “ Sesungguhnya aku melihat Allah telah menaruh dalam dadamu cahaya ilmu maka jangan kau redupkan cahaya itu dengan kegelapan maksiat.” 101 Kemudian Imam Waki menjelasakan alasan kenapa maksiat adalah penyakit dalam hafalan dan ilmu, sebagaimana yang dikatakan oleh Imam Syafi’I ; ºo 〰〮吾ば 㰍 e㰍 吾㐶 㐶ᵠ㐠㐶i s ᵠ㐠㰍 吾㐶i ���㰍〮〰ば툠 㤵e 吾耀 㰍º吾i���吾n㰍 s Sedang cahaya Allah tak “Sejatinya ilmu itu cahaya” diberikan pada ahli kemaksiatan demikian beliau katakan Ilmu adalah cahaya dari Allah Ta’ala. Allah Ta’ala berfirman ; 100 Idem, ( 30/480 ) 101 Ad-Daa’ wa Ad-Dawaa’, Ibn Qayyim, hal. 63 Page 70
lǀ 㤵㐠㐶iǨ㰍㐶 㰍���㐶r㰍吾Ê㐶 eR 툠rᲬ ���㰍 ȇ㐶 ば 㐶r 吾n吾㐶 Êば㐶㐠㐶ㄮᵠ ���㰍 㐶 ̆ e㰍 ఎ rȇ㰍ば툠 㰍É n㐶ǀ r s ᵠ㐠i㐶 re 툠 lǀ 㰍���㐶 ̆ 㰍eఎ rᲬ 㰍lr 㐠㐶i〰㰍 吾 s rȇ㰍ば툠 “ Wahai Ahli Kitab telah datang kepada kalian utusan Kami yang menjelaskan kepada kalian banyak hal dari apa yang kalian sembunyikan dalam Al-Kitab dan tidak memaafkan hal yang banyak pula. Telah datang pada kalian dari Allah berupa cahaya dan kitab yang jelas.” 102 Berkata Imam Ibnu Jarir Ath-Thabari ; 〮o 툠e浔 ᵠ㐠Êば 〰 e a툠 đ耀 ᵠ rば툠 ���〮ㄮs đ 〮r “ Yang dimaksud dengan cahaya adalah Muhammad shallallahu alaihi wa sallam yang Allah jadikan terang kebenaran dengan beliau.” 103 Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam adalah sumber ilmu di dunia ini, dimana yang diantara doa beliau kepada Allah sebagai Dzat Pemberi Ilmu ; 浔㰍〮r 槓㰍 晦 r ᵠ “ Wahai Rabbku tambahkan kepadaku ilmu.” 104 102 QS Al-Maidah : 15 103 Jamiul Bayan ‘an Takwil Aayil Quran, Surat Al-Maidah : 15 104 QS Taha : 114 Page 71
Hati merupakan wadah dari ilmu dan kefahaman sebagaimana firman Allah Ta’ala ; a 㤵㐠㐶 㰍i吾 㐠㐶〮㐶吾ఎ 㰍���o㐶 “ Mereka jin dan manusia memiliki hati akan tetapi tidak bisa faham dengannya.” 105 Maka hati yang bermaksiat tidak akan bisa menerima ilmu yang merupakan hidayah karena keduanya saling berlawanan. Berkata Hadratusy Syaikh Hasyim Asy’ari ; 㐠ㄮ s e r 㐠ㄮ s e���졸 s m s i槓 s m lǀ đn〮ఎ ��� 㤵 s đ i 〰ǀ L ఎ槓 〮r RoŦ툠 s đmi졸 s ���〮〰ば툠 㐠n ば Ǯばr耀 〮c ば 〮 đȇǀ툠㐠Rば ��� iば툠 “ Hendaknya penuntut ilmu itu mensucikan hatinya dari kecurangan, kotoran, dengki, iri, buruknya aqidah dan akhlak, agar hatinya menjadi baik dan bisa menerima ilmu dan menjaganya,, dan juga mampu untuk melihat permasalahan-permasalahan yang rumit dan memahaminya.” 106 105 QS Al-A’raf : 179 106 Adabul Alim wal Muta’allim, Hasyim Asy’ari, hal 28 Page 72
R ILMU SEBAGAI HIDAYAH Berkata Imam Syafi’I rahimahullah ; 吾Ê吾㰍���졸㐶 㐶đఎR㰍 s e㰍 r đ㐶੪���吾㰍ㄮ s eÉ㐶 đ㐶吾n〮㰍吾ఎ iば툠 ���㐶 㰍〮r 㰍槓 㰍���吾ば 㰍a Dan merubah sifatnya baik dan Jikalau ilmu seorang pemuda tak akhlaqnya mulia menambah hidayahnya Ê吾㰍⸳㐶㐠ば툠 enr rばe툠 㰍Წǀ 吾耀 㐶 ���㐶 l浔㰍 吾i 㐶e 㰍s e㤵 㐶e㰍���rǂn吾n Balasan keburukan sebagaimana Maka beri kabar gembira bahwa yang menimpa para penyembah Allah lebih pantas untuk berhala membalasnya Dalam bait-bait ini Imam Syafi’i berpandangan bahwasanya ilmu adalah hidayah. Dia adalah cahaya Allah ; dimana ketika Allah percikkan cahaya tersebut kedalam hati seorang pemuda kemudian dia tidak menjadikan cahaya tersebut petunjuk hidupnya maka celakalah dia. Berkata Imam Syafi’I : 吾Ê吾���㰍 졸㐶 㐶đఎR㰍 s e㰍 r 㐶đ੪���吾㰍ㄮ s e㐶É đ㐶吾n〮㰍吾ఎ iば툠 㐶���〮㰍r 槓㰍 ���㰍 吾ば a㰍 Dan merubah sifatnya baik dan Jikalau ilmu seorang pemuda tak akhlaqnya mulia menambah hidayahnya Page 73
r���ば툠 artinya keadaan manusia107 dan e〰ば툠 adalah memberika seseorang hak dan kewajibannya108. Imam Syafi’I memperingatkan sebuah bahaya, bahwa apabila Allah telah berikan ilmu kepada seorang pemuda lalu ilmu tersebut tidak menjadi hidayah baginya untuk mentaati perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya dan mengikuti sunnah Rasul-Nya, dan juga tidak merubah akhlak dan kepribadiannya menjadi baik, maka akan ada akibatnya. Termasuk dari faedah ilmu adalah menjadikan pemiliknya orang yang adil bukan dzalim dan memperbaiki akhlaknya. Karena inti ilmu adalah takut kepada Allah Ta’ala sebagaimana yang diriwayatkan dari Ibnu Mas’ud radhiyallahu anhu. Jika ilmu tidak menjadikan pemiliknya itu berubah maka Imam Syafi’I mengatakan ; Ê吾㰍⸳㐶㐠ば툠 enr reば툠 㰍Წǀ 吾耀 㐶 ���㐶 l浔㰍 吾i e㐶 㰍s 㤵e e㐶㰍���rǂn吾n Balasan keburukan sebagaimana Maka beri kabar gembira bahwa yang menimpa para penyembah Allah lebih pantas untuk berhala membalasnya l浔 Êば툠 adalah hukuman.109 Maka Allah Ta’ala akan menghukumnya atas kedzaliman dan kesombongannya, karena dia 107 Al-Mu’jam Al-Wasith, hal. 493 108 Idem, hal. 617 109 Idem, hal. 990 Page 74
tidak bersyukur kepada Allah Ta’ala atas nikmat ilmu. Allah Ta’ala berfirman ; 㤵s㐶���㐶i㰍ȇ੪ s 툠s���㐶 㐶ȇ㰍 툠s ���㰍 㐶 㰍���㐶 a㰍 s���㐶 㐶 a㰍 n “ Dan ingatlah Aku, Aku akan mengingat kalian dan bersyukurlah kepada-Ku dan janganlah kalian berbuat kufur.” 110 Ê⸳㐠ば툠 bentuk jamak dari l⸳㐠ば툠 yang bermakna patung.111 Maka orang berilmu yang demikian tidak ada bedanya dengan orang Yahudi yang sombong atau para penyembah berhala lainnya. Maka dia berhak mendapatkan hukuman dan adzab seperti mereka. R AL-FAQIH ASH-SHUFI Berkata Imam Syafi’I ; 㐶 c㰍i e吾 r 졸 s ºr吾i䖼吾n 툠e졸툠s 㰍ば 㰍l㐶ȇn čn㰍㐠㐶o s 㰍吾 n Sungguh demi Allah akan ini nasehat Seorang yang faqih dan shufi dariku janganlah jadi salah satu 㐶 〮c㰍 㐶 㰍 吾ば툠 㰍sa㐶 㰍 㰍㐠㐶 ̆ 툠rÉ s 㐶吾੪ đ㐶n㐶〮㰍吾ఎ 㰍 r㐶 㰍���吾ば ఎ Ǯばrn Satunya lagi bodoh, apakah akan Yang satu berhati keras tak 110 QS Al-Baqarah : 152 111 Diwan Al-Imam Asy-Syafi’I wa Syarhihi, Ustadz Naim Zarzur, hal. 105 Page 75
punya faedah dirinya ? pernah mencicip rasa taqwa Dalam pandangan Imam Syafi’I, manusia ada 3 ; orang yang faqih saja dalam artian berilmu , orang shufi saja dalam artian ahli ibadah , orang yang faqih dan shufi. Dan beliau menasehati orang yang berilmu agar menjadi ahli ibadah, dan orang ahli ibadah agar menjadi orang yang berilmu. Sebagaimana yang Imam Syafi’I katakan ; 㐶 ci㰍 吾e r 졸 s º吾ri䖼吾n 툠e졸툠s 㰍ば l㰍 㐶ȇn čn㰍㐠㐶o s 㰍吾 n Sungguh demi Allah akan ini nasehat Seorang yang faqih dan shufi dariku janganlah jadi salah satu Maksud ucapan beliau di atas ; “ Wahai penuntut ilmu di depan kalian ada dua jalan terbentang : jalan para ahli fiqh dan jalan para ahli tashawwuf. Akan tetapi jika engkau inginkan kebaikan maka janganlah pilih salah satu dari keduanya. Sebaik-baik pilihan adalah engkau pilih kedunya.” Adapun istilah shufi para ulama berbeda pendapat tentang asal nama tersebut. Ada yang mengatakan dia berasal dari bahasa Yunani shofia yang bermakna keibijaksanaan. Ada yang mengatakan dia adalah nisbah kepada para ahli shuffah penghuni serambi Masjid Nabawi yang zuhud dari kalangan para sahabat Nabi shallallahu alaihi wa sallam. Ada pula nama tersebut diambil dari kata shuff sejenis kain yang dipakai baju oleh beberapa sahabat Nabi Page 76
shallallahu alaihi wa sallam yang terkenal zuhud. Ada yang mengatakan nama tersebut berasal dari kata shafaa’ yang bermakna kelembutkan hati dan kelapangan dada.112 Meski demikian, yang dimaksud shufi oleh Imam Syafi’I tentu bukanlah orang yang suka meninggalkan shalat jum’at, shalat berjamaah, berpura-pura khusyuk, yang menggeleng-gelengkan kepala, yang mendegarkan nyanyian, berteriak-teriak, dan amal-amal sejenis yang dilakukan oleh beberapa thariqah yang sesat. Dan sungguh Imam Ibnul Jauzi telah membuka tabir keburukan mereka dalam kitab beliau Talbis Iblis. Akan tetapi yang dimaksud Imam Syafi’I adalah shufi dalam artian kebersihan hati dan kesucian jiwa. Kemudian beliau berkata ; 㐶 〮c㰍 㐶 㰍 吾ば툠 㰍sa㐶 㰍 㐠㰍 㐶 ̆ 툠rÉ s 㐶吾੪ đ㐶n㐶㰍〮吾ఎ 㰍 㐶r ���㰍 吾ば ఎ Ǯばrn Satunya lagi bodoh, apakah akan Yang satu berhati keras tak punya faedah dirinya ? pernah mencicip rasa taqwa Sejatinya orang yang berilmu dalam agama sedangkan hatinya tidak bersih dan jiwanya tidak suci, maka ilmu tersebut akan membuat dirinya sombong, keras, dan kaku. Karena ketika manusia butuh kepadanya dan memohon untuk diajari ilmu, disitulah pintu kesombongan terbuka, sedangkan nafsu selalu memerintahkan kepada 112 Lihat Syah Diwan As-Syafi’I, Muhammad Ibrahim Salim, hal. 46 Page 77
keburukan. Maka disini seorang yang berilmu butuh membersihkan hati dan mensucikan jiwanya. Adapun kelompok kedua, maka mereka adalah para ahli ibadah yang bodoh. Mereka hanya berfokus pada kebersihan hati dan jiwa tanpa didampingi dengan ilmu agama, maka mereka sesat dan akan menyesatkan. Inilah yang tercela dalam pandangan Imam Syafi’I. R KEMULIAAN ILMU Berkata Imam Syafi’I ; ���㰍 r吾㰍n n ���㰍 n r 㐶 ���㰍Rǀ 㐶���〮㰍〰ば툠 ���R㰍 浔吾ば툠 툠a 㐶���㰍 n Ǯ੪㐶㐠㰍 i㐶吾 ᵠ㰍 r졸㰍 툠 s Dari kehilangan alat penanam Ilmu adalah alat penanam tersebut maka berhati-hatilah semua kebanggaan maka berbanggalah n㰍〮ǀ 㰍s ���〰㰍 ǀ º吾n 㐶đ浔吾É l㰍 ǀ đ㐶ば㐶 Ê吾 㰍ば ���㰍〮〰ば툠 㤵e 곸 㰍���〮㰍r툠 s Oleh orang yang sibuk dengan Ilmu tidak didapatkan makanan dan pakaian indah ketahuilah º���rȇ㰍 ǀ㐶 㰍s ᵠ r đ㰍吾rば 졸 º吾n đ耀 㰍〰㐶吾 reば툠 ���〮㰍〰ば툠 㰍㐠㐶 e Dalam dua keadaan baik berpakaian Kecuali orang yang dekat atau telanjang bukan masalah dengan ilmu berbahagialah Page 78
rnr s 槓 ఎ���ば툠 㰍o đ㐶ば ���㰍 㐶 㰍É툠 s 툠���n툠s mč 졸 㐶đÊ㰍ǀ Ǯ���i㰍 吾Êば 㰍 〰̆㰍 n Tinggalkan kenikmatan tidur dan Maka untuk dirimu bagian dari jauhilah ilmu berikanlah 〮㰍 浔吾ば툠 툠a ���㰍 n s 㰍L���e ば툠 㰍Ê㐶 〮㰍 浔吾耀 ������㰍 ȇ졸 㰍㤵 ǀ㐠㰍 吾 e 〰〮吾n Engkau pemuka dan sungguh Maka suatu hari kau akan berbangga orang dalam majelis datang dalam suatu majelis Disini Imam Syafi’I menggambarkan nilai ilmu dalam kehidupan manusia, dan beliau mengajak kita untuk mendapatkan ilmu dengan semangat tinggi dan pengorbanan.113 Imam Syafi’I berkata ; ���R㰍 浔吾ば툠 툠a ���㐶 㰍 n Ǯ㐶੪㐠㰍 i㐶吾 ᵠ㰍 r㰍졸툠 s 㰍��� r吾㰍n n ���㰍 n r 㐶 ���㰍Rǀ ���㐶 㰍〮〰ば툠 Dari kehilangan alat penanam Ilmu adalah alat penanam tersebut maka berhati-hatilah semua kebanggaan maka berbanggalah Sebaik-baik hal yang manusia bisa berbangga dengannya adalah ilmu. Bagaimana tidak, sedangkan ilmu serupa dengan tanah yang subur yang ditumbuhi dengan berbagai macam tumbuhan dengan beraneka rupa dan warna. Atau dia serupa pepohonan yang bermacam-macam yang ditanam oleh manusia, yang mengeluarkan 113 Lihat Syarh Diwan Asy-Syafi’I, Dr. Umar Ath-Thabba’, hal. 77 Page 79
buah dan dijadikan tempat bernaung.114 Oleh karenanya maka jangan engkau biarkan wahai penuntut ilmu untuk mengistirahatkan tubuhmu dari belajar atau engkau akan berakhir dengan penyesalan ! n㰍〮ǀ s㰍 ���〰㰍 ǀ º吾n 㐶đ浔吾É l㰍 ǀ 㐶đば㐶 Ê吾 㰍ば ���〮㰍〰ば툠 㤵e 곸 ���㰍 〮r㰍 툠 s Oleh orang yang sibuk dengan Ilmu tidak didapatkan makanan dan pakaian indah ketahuilah Kemudian Imam Syafi’I memberikan kriteria sifat seorang penuntut ilmu sejati. Yaitu menjauhi keinginan berlebih dalam makanan dan berpakaian. Hendaknya seorang penuntut ilmu itu merasa cukup dengan sedikit makanan dan pakaian sederhana, karena hal ini bisa membantu dia untuk sibuk dalam belajar, dan menghilangkan kemasalan dan meningkatkan kefahaman. Dan Imam Syafi’I telah menjadi bukti atas apa yang beliau ucapkan sendiri, dimana beliau mengatakan ; lÊㄮ ���ǂr ㄮ rÊǀ 〰n ǀ “ Aku tidak pernah merasa kenyang selama 16 tahun.” Karena memperbanyak makan membuat ingin minum, dan banyak minum membuat ingin tidur, kedangkalan pikiran, dan kemalasan.115 Dan dalam pepatah dikatakan ; 114 Lihat Syarh Diwan Asy-Syafi’I, Muhammad Ibrahim Salim, hal. 85 115 Lihat Tadzkiratus Sami’, Ibnu Jamaah, hal. 73-74 Page 80
lÊ㰍 iば툠 㐶 Ér㰍 ੪㐶 lÊ㰍 nば툠 “ Rasa kenyang itu menghilangka kecerdasan.” 116 Dan tidak pernah dijumpai seorang pun dari kalangan para wali Allah, para imam, dan ulama yang memiliki sifat atau disifati dengan banyak makan karena hal ini tidaklah terpuji. Akan tetapi banyak makan itu adalah sifat yang cocok untuk hewan yang tidak berakal yang dipakai untuk bekerja.117 Allah Ta’ala berfirman ; 㐶đie 툠㐠㐶n������㰍 ੪㐶 s 툠㐠㐶耀���㰍 툠s 툠㐠〮㐶㐶 s e ���㰍 ǀ r 㐶 e㰍Êr ���㰍 㐶ȇr吾Ê 晦 툠s㐶r㐶 槓 耀 n���㰍���㐶浔ば㰍툠 㐶䗓 “ Wahai anak Adam ambillah pakaian terbaik kalian ketika mendatangi masjid, dan makan minumlah dan jangan berlebihan. Seungguhnya Allah tidak mencintai orang-orang yang berlebihan.” 118 Dan hendaknya penuntut ilmu juga mencukupkan diri dengan pakaian seadanya. Berkata Imam Syafi’I ; Êば툠 r耀 đn〮o lǀ lȇば s 〮i n iÊば툠 r s Ǯ〮쮘 ���〮〰ば툠 툠rÉ 〮 〮n 浔〮〰ば툠 lǀe s 〰ば툠 Ǽ s i 116 Ta’lim Al-Muta’allim, hal. 63 117 Adabul Alim wal Muta’allim, Muhammad Hasyim Asy’ari, hal. 30 118 QS Al-A’raf : 31 Page 81
“ Tidaklah ilmu ini dicari dengan kekuasaan dan ketinggian harga diri sehingga berhasil, akan tetapi barangsiapa yang mencarinya dengan kerendahan diri, kesempitan hidup, dan pengabdian terhadap ulama maka akan berhasil.” 119 Dan Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda ; 㤵 ᲬŦ툠 lǀ a툠rnば툠 㤵 㤵 ᲬŦ툠 lǀ a툠rnば툠 㤵 㤵㐠〰浔���੪ 㤵㐠〰浔���੪ “ Tidaklah kalian dengarkan tidakkan kalian dengarkan, sungguh kesederhanaan bagian dari iman kesederhanaan bagian dari iman.” Berkata Al-Khaththabi ; “ Al-Badzadzah artinya jeleknya penampilan dan pakaian apa adanya atau yang semisalnya, dikatakan rajulun baadzul hai’ah jika buruk penampilan dan pakaiannya.” 120 Selanjutnya berkata Imam Syafi’I ; đ耀 㰍〰吾㐶 reば툠 ���㰍〮〰ば툠 㐠㰍 㐶 e º���rȇ㰍 㐶ǀ 㰍s ᵠ r đ㰍吾rば 졸 º吾n Dalam dua keadaan baik berpakaian Kecuali orang yang dekat atau telanjang bukan masalah dengan ilmu berbahagialah Imam Syafi’I menjelaskan bahwa yang akan mendapatkan kebanggaan ilmu ini adalah orang yang menyibukkan diri untuk ilmu dan tidak peduli dengan penampilannya. Dan tidak peduli apakan dia 119 Tadzkiratus Sami’, hal. 71-72 120 Aunul Ma’bud Syarh Sunan Abi Dawud, Syamsul Haq Al-Adzim Abadi, ( I/136 ) Page 82
berpakain atau telanjang ; dalam artian dia tidak terlalu memperhatikan penampilannya karena begitu konsentrasi dan serius dalam belajar. Lalu Imam Syafi’i melanjutkan ; rnr s 槓 ఎ���ば툠 㰍o 㐶đば ���㰍 㐶 㰍É툠 s 툠���n툠s mč 졸 đ㐶㰍Êǀ Ǯ���㰍i吾Êば 㰍 〰̆㰍 n Tinggalkan kenikmatan tidur dan Maka untuk dirimu bagian dari jauhilah ilmu berikanlah Wahai para penuntut ilmu, hadapkanlah seluruh jiwamu kepada ilmu dan ambillah ilmu sebanyak yang engkau mampu. Dan jauhilah kenikmatan tidur dan jangan kau memperbanyak tidur. Az-Zarnuji mengatakan ; ఎ s Rǀ đ耀 㰍 ᵠe੪ RǠ 〮ば툠 rǨ툠 〮ば툠 ��� ㄮ lǀ ���〮〰ば툠 ば ば e耀 s ᵠ Êば ���n e n 〮ば đ���ii ��� ㄮ lǀ “ Dan selayaknya seorang penutut ilmu untuk begadang malam ; mengambil bagian dari malam untuk menggapai yang diinginkan. Dan dikatakan pula barangsiapa yang begadang di malam hari baca ; untuk belajar maka akan gembira di siang hari.” 121 121 Ta’lim Al-Muta’allim, AZ-Zarnuji, hal. 47-49 Page 83
Seorang penuntut ilmu hendaknya membagi waktu malam dan siangnya, dan memanfaatkan umur yang tersisa karena sisa umur adalah berharga.122 Kemudian berkata Imam Syafi’I ; 〮㰍 浔吾耀 ������㰍 ȇ졸 㤵㰍 ǀ㰍㐠吾 e 〰〮吾n 〮㰍 浔吾ば툠 툠a ���㰍 n s 㰍L���e ば툠 㰍Ê㐶 Engkau pemuka dan sungguh Maka suatu hari kau akan berbangga orang dalam majelis datang dalam suatu majelis Kata e 〰ば memiliki arti at-taraakhi menginginkan sesuatu yang tidak ada kepastian berhasil atau tidaknya, dan juga bermakna keinginan yang kuat terhadap sesuatu yang dicintai.123 Penuntut ilmu adalah orang yang yang sedang dikehendaki kebaikan oleh Allah Ta’la. Maka wahai penuntut ilmu, kalaulah engkau hari ini dalam berbagai macam kesulitan dan kesempitan hidup yang mendera, maka ini tak lain hanyalah modal yang dibutuhkan untuk mendapatkan keuntungan yang tak ternilai harganya. Dan bisa jadi engkau akan menjadi orang yang ditinggikan dan terhormat. Maka engkau menjadi pemimpin dalam sebuah majelis yang mulia. 122 Lihat Tadzkiratus Sami’, hal. 72 123 Al-Mu’jam Al-Wasith, hal. 865 Page 84
돘R PENCARI HIKMAH Berkata Imam Syafi’I ; 㐶e㐶���浔㰍 㐶r l㰍 ǀ l浔㰍ȇㄲ吾ば툠 㐶 ᵠ㰍e㐶 É㰍 툠 lㄲ〮c㰍 ǀ º吾n 㐶 e㰍ȇ Habis untuk melayani keluarganya Tidak akan mendapatkan hikmah orang yang umurnya 㰍Rǂば툠 s ᵠ ȇn㰍 툠 lǀ 吾n e ���〮㰍〰ば툠 㐶 Ê吾 s Yang tidak terbebani pikiran-pikiran Dan tidak mendapatkan ilmu dan kesibukan lainnya kecuali pemuda ȇ㰍 iば 㐶㤵 n㰍 ���ば툠 đ耀 ���㰍 ᵠ ㄮ 㰍 reば툠 ���㰍ȇㄲ吾ば툠 㤵 浔㰍 㐶ば 㤵e 㐠㰍 ば Cerita tentang keutamaannya tersohor Kalaulah sekiranya Lukman ke penjuru dunia Al-Hakim yang mana 㰍 吾nば툠 s l吾㰍rば툠 l㰍吾 耀 e���吾n 浔吾ば r s ���㰍 i耀 º〮耀㐶 Dia pisahkan antara tanah dari Dahulunya diuji dengan sayurannya kefakiran dan keluarga dimana Dalam bait-bait ini Imam Syafi’I menyebutkan beberapa kunci untuk mendapatkan hikmah dan ilmu. Beliau berkata ; Page 85
㰍É 툠 lㄲ〮c㰍 ǀ º吾n 㐶 e㰍ȇ e㐶���㐶 浔㰍 r㐶 l㰍 ǀ l浔㰍ȇㄲ吾ば툠 㐶 ᵠe㰍 㐶 Habis untuk melayani keluarganya Tidak akan mendapatkan hikmah orang yang umurnya Al-Hikmah termasuk dari pengertiannya adalah mengenal yang terbaik dengan pengetahuan yang terbaik.124 Allah Ta’ala berfirman ; 㐶���e re ǀs 툠rᲬ 툠���吾㰍 s㐶 㰍e 吾n l浔㰍ȇ㰍a툠 ���㰍 㐶吾 㰍lǀs 㐶 ǂ 㰍lǀ l浔ȇ㰍 㰍a툠 㰍 吾㐶 n㰍ば㰍 툠 㐠㐶ばs㐶 e “ Allah memberikan hikmah kepada yang Dia kehendaki, dan barangsiapa yang diberikan hikmah maka sungguh dia telah diberikan kebaikan yang banyak. Dan tidaklah mengingat kecuali orang-orang yang berakal.” 125 Berkata Imam Asy-Syaukani ; nఎ 㐠É s li���ば툠 lǀ rÊᲬ ǀ l浔ȇa툠 o s “ Dan asal dari hikmah adalah segala hal yang berlawanan dengan kebodohan dan keburukan.” 126 124 Al-Mu’jam Al-Wasith, hal. 212 125 QS Al-Baqarah : 269 126 Fathul Qadir, Muhammad ibn Ali Asy-Syaukani, ( I/491 ) Page 86
Sedangkan Muhammad Ibrahim Salim mengatakan ; “ Hikmah diartikan sebagai semua hal yang bisa merealisasikan kebenaran dari semmua perkataan dan perbuatan.” 127 Kemudian kata 㐶 e㰍ȇ bermakna berusaha dengan keras.128 Disini Imam Syafi’I menjelaskan barangsiapa yang ingin menuntut ilmu hendaknya benar-benar memanfaatkan waktu bujangnya. Karena orang yang sudah sibuk dengan tanggung jawab keluarga ; untuk memberi makan, minum, pakaian, tempat tinggal, dan lainnya dia akan berkonsentrasi pada mencari nafkah saja. Tidaklah dia menuntut ilmu kecuali di waktu-waktu yang tersisa. Berkata Al-Khatib Al-Baghdadi ; 㐠 o Rr 툠 đ〰 RÊば đÊȇǀ ǀ r 㤵㐠ȇ 㤵 ば 〮ば ㄲr��� s 〮 ば툠 浔 lr lǂ 〰쮘툠 〮o s l ̆s ば툠 “ Dan hendaknya seorang penuntut ilmu membujang semampunya agar kesibukan dengan istri dan mencari nafkah tidak memutuskannya dari kesempurnaan mencari ilmu.” 129 Maka, apakah seorang penuntut ilmu tidak boleh menikah ? Tentu saja boleh, hendaknya seseorang itu menuntut ilmu selama dia masih 127 Diwan Asy-Syafi’I, Muhammad Ibrahim Salim, hal. 199 128 Al-Mu’jam Al-Wasith, hal. 814 129 Tadzkiratus Sami’, hal. 72 Page 87
hidup di dunia. Karena Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda ; ���〮���ǀ 〮r lȇ ���n ���〮〰ば툠 〮o “ Menuntut ilmu itu kewajiban atas setiap muslim.” Imam Ahmad ibn Hanbal mengapa dia terus belajar padahal dia sudah menjadi imam dan terkemuka, maka beliau menjawab ; eㄲ〮ば툠 e 쮘툠 lǀ ���〮〰ば툠 〮o “ Belajar itu dari gendongan hingga ke liang lahat.” Oleh karenanya tidaklah setara antara penuntut ilmu yang masing bujang dengan yang sudah beristri dalam hasil. Karena bujang memiliki waktu luang yang lebih dari yang sudah berkeluarga. Maka tidak menikah karena tidak terlalu butuh dengan pasangan atau tidak mampu untuk menikah lebih utama disisi penuntut ilmu, yang mana modal utama belajar adalah pikiran dan hati yang fokus.130 Kemudian Imam Syafi’I mengatakan ; R㰍 ǂば툠 s ᵠ ȇn㰍 툠 lǀ 吾n e ���〮㰍〰ば툠 㐶 Ê吾 s Yang tidak terbebani pikiran-pikiran Dan tidak mendapatkan ilmu dan kesibukan lainnya kecuali pemuda 130 Lihat Tadzkiratus Sami’, hal. 72 Page 88
Umur emas seseorang untuk belajar adalah ketika dia masih muda. Ketika pikirannya tidak disibukkan dengan problem-problem rumah tangga dan mencari nafkah. Kemudian beliau melanjutkan ; ȇ㰍 iば 㐶㤵 n㰍 ���ば툠 đ耀 㰍���ᵠ ㄮ 㰍 rばe툠 ���㰍ȇㄲ吾ば툠 㤵 浔㰍 ば㐶 e㤵 㐠㰍 ば Cerita tentang keutamaannya tersohor Kalaulah sekiranya Lukman ke penjuru dunia Al-Hakim yang mana Para ulama berselisih apakah Lukman Al-Hakim seorang nabi ataukah hanya seorang yang sholeh. Ada yang mengatakan bahwa dia adalah seorang nabi, dan mayoritas ulama mengatakan dia adalah orang sholeh saja. Berkata Al-Waqidi ; s 〰ば툠 s đ iば툠 ºÉ eȇ ば툠 lȇ浔a툠 s L툠���ㄮ 耀 Ǽ ఎ 㤵 㐠 ば툠 l耀 oŦ툠 “ Lukman Al-Hakim adalah seorang qadhi Bani Israil, dan hikmah yang dimaksud adalah kefaqihan, akal, dan ketepatan dalam ucapan.” 131 㰍 吾nば툠 s l吾㰍rば툠 l㰍吾 耀 e���吾n 浔吾ば r s ���㰍 i耀 º〮㐶耀 131 Fathul Qadir, Asy-Syaukani, ( IV/312 ) Page 89
Dia pisahkan antara tanah dari Dahulunya diuji dengan sayurannya kefakiran dan keluarga dimana Imam Syafi’I pun menggambarkan bagaimana Lukman Al-Hakim yang Allah Ta’ala berikan padanya hikmah, bahwasanya dia dahulunya juga diuji dengan kefakiran, kerasnya hidup, dan keluarga. Dalam satu riwayat disebutkan dengan lafadz l吾㰍rば툠 yang bermakna tanah, dalam riwayat lain dengan menggunakan lafadz l吾㰍nrば툠 dengan baa’ yang bermakna kulit sisa penggilingan gandum yang digunakan untuk pakan ternak.132 Dan 吾㰍 吾nば툠 adalah tetumbuhan yang dimakan oleh manusia sayur-mayur .133 Disini menunjukkan bahwasanya Lukman Al-Hakim adalah seorang yang fakir hingga dia tidak terlalu peduli atas apa yang dimakannya untuk mendapatkan ilmu. R 5 FAEDAH DALAM SAFAR Berkata Imam Syafi’I ; 㰍eL툠㐠吾n 㐶 㰍浔吾 ᵠ iㄮ㰍 툠 㰍ºin ���㰍 n ㄮ s 〮〰㐶ば툠 〮o º㰍 吾n 㤵 o㰍s 툠 㰍lr 㰍 ���R吾੪ Karena perantauan ada lima Merantaulah dalam mencari hal faedahnya mulia 132 Al-Mu’jam Al-Wasith, hal. 102 133 Idem, hal. 86 Page 90
㰍ĕ ǀ 㐶ln吾ㄲ㰍 㐶o s 툠槓 s 㐶���〮㰍r s lǂ㰍〰ǀ 㐶 ���r㰍 툠 s r���É 㐶 ���i吾੪ Juga ilmu serta adab dan kawan Hilangnya gelisah dan mencari yang mulia nafkah Dalam bait ini Imam Syafi’i menyampaikan salah satu adat salaf dalam belajar yaitu rihlah / merantau. Dan dalil dari kesunnahan merantau dalam belajar adalah merantaunya Nabi Musa alaihissalam kepada Khidr. Kemudian merantaunya para utusan dari suku-suku Arab kepada Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam. Kemudian para sahabat melanjutkan tradisi merantau untuk belajar, dan dilanjutkan oleh generasi-generasi sesudahya.134 Maka berkatalah Imam Syafi’I ; e㰍 L툠㐠吾n 㐶 㰍浔吾 ᵠ iㄮ㰍 툠 㰍ºin ���㰍 n ㄮ s 〮〰㐶ば툠 〮o º㰍 吾n 㤵 os㰍 툠 l㰍 r 㰍 ���R吾੪ Karena perantauan ada lima Merantaulah dalam mencari hal faedahnya mulia Kata ���e R吾੪ bermakna jauh dari tanah airnya135, dan 〮㐶〰ば툠 bermakna ketinggian dan kemuliaan, bentuk jamaknya adalah 䁞耀䁚晦 136. Disini Imam Syafi’I mendorong seseorang untuk merantau jika ingin mendapatkan kemuliaan, karena merantau memiliki faedah yang 134 Tadwin As-Sunnah An-Nabawiyah, DR. Muhammad ibn Mathr Az-Zahrani, hal. 37-38 135 Al-Mu’jam Al-Wasith, hal. 689 136 Idem, hal. 656 Page 91
banyak. Dan beliau menyebutkan lafadz ���㰍 n ㄮ bersafarlah setelah lafadz 㰍 ���e R吾੪ merantaulah sebagai penegasan atas ucapan beliau. Kemudian beliau pun menyebutkan beberapa lima manfaat merantau ; e㰍 ̆ ǀ 㐶ln吾ㄲ㰍 o㐶 s 툠槓 s 㐶���㰍〮r s lǂ㰍〰ǀ 㐶 ���r㰍 툠 s r���É 㐶 ���i吾੪ Juga ilmu serta adab dan kawan Hilangnya gelisah dan mencari yang mulia nafkah Faedah pertama adalah hilangnya kesedihan dan kegundahan. Karena ketika seseornag itu merantau dia akan mendapatkan banyak hal yang belum pernah dia dapati sebelumya, kemudian dia pun lupa akan kesedihannya. Faedah kedua adalah mendapatkan rezeki. Karena bisa jadi ketika dia mencari rezeki di tanah airnya dia tidak mendapatkan upah yang cukup, sedangkan di tempat lain dia mendapatkan upah yang cukup. Faedah ketiga adalah ilmu. Hendaknya penuntut ilmu itu melakukan perantauan dalam belajar dimana disana ada seorang alim, karena ilmu itu didatangi bukan mendatangi. Dan Imam Syafi’I sendiri banyak melakukan perantauan, dimana beliau lahir di Gaza Palestina, kemudian pergi ke Makkah dan tinggal di tempat Bani Hudzail untuk mendapatkan ilmu bahasa. Kemudian beliau pergi ke Madinah dimana disana beliau belajar kepada Imam Page 92
Malik ibn Anas. Kemudian beliau pergi ke Baghdad Irak dan belajar dari Imam Muhammad ibn Hasan, penerus Imam Abu Hanifah. Kemudian beliau pergi ke Mesir dan meninggal disana. Demikian pula ulama yang lain mereka juga melakukan perantauan ketika belajar. Abdullah ibn Ahmad ibn Hanbal137 mengatakan ; Aku bertanya kepada ayahku bagaimana pendapatnya apakah seseorang harus belajar kepada seorang guru saja dan mengikutinya selalu dan menulis semua darinya, atau dia harus pergi ke tempat-tempat yang ada ilmu disitu ? Maka beliau menjawab ; Êば툠 ǂ lȇǀ s lÊ e쮘툠 É s ���cnば툠 s n㐠ȇば툠 lr rȇ s 졸��� ��� Êǀ r浔��� “ Hendaknya dia merantau dan menulis dari orang-orang Kufah, Bashrah, Madinah dan Makkah, berusaha mencium dimana manusia belajar dari orang-orang tersebut.” 138 Faedah keempat adalah adab dan akhlak yang mulia, dan faedah kelima adalah mendapatkan teman yang mulia. R MANISNYA ILMU Berkata Imam Syafi’I ; 137 Anak Imam Ahmad ibn Hanbal 138 Tadwin As-Sunnah An-Nabawiyah, hal. 37 Page 93
Êr 㰍o s l i m o㰍 s l㰍 ǀ 㰍º吾ば rば ���〮㰍〰ば툠 㰍 㰍Ê吾rば 㰍 ���㰍 ㄮ Daripada nyayian biduan dan Begadangku untuk belajar lebih lembutnya pelukan nikmat untukku eǂ㐶〰ば툠 s 㰍seeば툠 㰍lǀ 〮졸㰍 吾੪ ㄲio 〮r º㰍 ǀRఎ㰍 㐶���㰍吾 ���o s Lebih manis daripada nikmatnya Dercitan penaku di atas kekasih dan kerinduan kertas-kertasnya º㰍 ఎ툠ᵠ㰍s 㰍lr 㰍ǀ���e ば툠 º 㰍ば㐶 㰍 ���㰍 吾i nr㐶eば riば툠 ���㰍 吾i 㰍lǀ rば s Adalah tabuhanku ketika kerikil di Dan hal yang lebih nikmat daari atas kertasku kubersihkan tabuhan gadis atas gendang ㄮ lǀ툠eǀ㐶 l㰍 ǀ 㰍 㰍ᵠee ば툠 º㰍 吾n lc㰍㐠r r ㄲ吾ば ���o 㰍º〮㐶 浔吾੪ s Dalam belajar lebih nikmat dari Dan mabukku ketika candu minuman menyelesaikan suatu masalah ºఎ ㄲ吾ば Ǯばa e〰㰍 吾耀 ºRn㰍吾੪ s ǀ㰍㐠吾i đ㐶㐶r吾㰍n੪ s ̆eば툠 㤵㐶 툠���㰍 ㄮ 㐶 㰍耀 s Dengan tidur lalu kau ingin Dan aku begadang di malam menyusulku kemudian ? pekat sedangkan engkau bermalam Dalam bait ini Imam Syafi’I menggambarkan bagaimana beliau merasakan manisnya ilmu. Beliau mengatakan ; Page 94
Êr 㰍o s l i m o㰍 s 㰍lǀ º㰍 吾ば rば ���㰍〮〰ば툠 㰍 Ê㰍吾rば 㰍 ���㰍 ㄮ Daripada nyayian biduan dan Begadangku untuk belajar lebih lembutnya pelukan nikmat untukku Kata ��� ���ば툠 maknanya tidak tidur sepanjang malam atau sebagiannya.139 Dan kata Ê੪ bermakna menjernihkan dan menjelaskan.140 Kata l i m perempuan penyanyi yang cantik dengan perhiasannya.141 Kata Êr bentuk mashdar dari i r yaitu memeluk dengan merendahkan lehernya dari leher yang dipeluk dan mendekapnya ke dada, dan biasa dilakukan karena cinta.142 Banyak dari manusia yang mencari kenikmatan dengan mendengarkan suara-suara biduan atau pelukan terhadap yang dicintai dan tidak melihat ada kenikmatan di atasnya. Akan tetapi Imam Syafi’I menunjukkan bahwa ada kenikmatan di atas itu semua yaitu ketika seseorang begadang untuk belajar dan membaca buku. Lantas beliau lanjutkan ; 139 Al-Mu’jam Al-Wasith, hal. 483 140 Syarh Diwan Asy-Syafi’I, DR. Umar Ath-Thabba’, hal. 89 141 Al-Mu’jam Al-Wasith, hal. 697 142 Idem, hal. 663 Page 95
ǂe 㐶〰ば툠 s 㰍see ば툠 l㰍 ǀ 〮㰍졸 吾੪ ㄲio 〮r 㰍ºǀR㰍ఎ 㐶���㰍吾 ���o s Lebih manis daripada nikmatnya Dercitan penaku di atas kekasih dan kerinduan kertas-kertasnya Kata ��� ���o bermakna suara pena ketika bergerak di atas kertas. Kata seば툠 bermakna bersetubuh.143 ǂ〰ば툠 bentuk jamak dari r yaitu orang yang dirundung cinta dengan kuat.144 Makna bait ini bahwa suara pena ketika menulis lebih manis ketimbang pertemuan dengan seseorang yang dirindu. Kemudian beliau melanjutkan ; rne㐶 ば riば툠 ���㰍 吾i 㰍lǀ rば s º㰍 ఎ툠ᵠ㰍s 㰍lr 㰍ǀe���ば툠 º 㰍ば㐶 㰍 ���㰍 吾i Adalah tabuhanku ketika kerikil di Dan hal yang lebih nikmat dari atas kertasku kubersihkan tabuhan gadis atas gendang Dan suara kertas yang dibersihkan dari kerikil dengan tangan itu lebih indah di pendengaran dibanding dengan pukulan rebana para gadis. 143 Al-Qamus Al-Muhith, Al-Fairuz Abadi, bab Al-Kaaf Fashl Ad-Daal 144 Al-Mu’jam Al-Wasith, hal. 632 Page 96
ㄮ lǀ툠eǀ㐶 㰍lǀ 㰍 㰍ᵠeeば툠 㰍º吾n lc㰍㐠r r ㄲ吾ば ���o 㰍º〮㐶 浔吾੪ s Dalam belajar lebih nikmat dari Dan mabukku ketika candu minuman menyelesaikan suatu masalah Dan gerakan ke kanan dan ke kiri, atau ke depan dan ke belakang ketika belajar ; menyelesaikan atau memahami persoalan yang sulit itu lebih nikmat daripada sempoyongannya orang yang sedang mabuk. Disini kita melihat bagaimana Imam Syafi’I membandingkan antara kenikmatan ilmu dengan kenikmatan syahwat. Ini menunjukkan bahwasanya kuatnya ilmu bisa mengalahkan kuatnya syahwat, jika niatnya tulus dan benar juga kemauannya tinggi. Banyak dari manusia yang tidak mengetahui bahwasanya di atas kenikmatan-kenikmatan syahwat ini ada kenikmatan ilmu yang abadi. Barangsiapa yang Allah kehendaki kebaikan maka dia akan difahamkan dalamm agama, dengan usaha belajar dengan keras. Kemudian beliau berkata sebagai penutup bait ini ; ºఎ ㄲ吾ば Ǯばa e㰍〰吾耀 ºR㰍n吾੪ s ǀ㐠㰍 吾i đ㐶㐶r㰍吾 n੪ s ̆eば툠 㤵㐶 툠���㰍 ㄮ 㐶 㰍耀 s Dengan tidur lalu kau ingin Dan aku begadang di malam menyusulku kemudian ? pekat sedangkan engkau bermalam Page 97
Search
Read the Text Version
- 1
- 2
- 3
- 4
- 5
- 6
- 7
- 8
- 9
- 10
- 11
- 12
- 13
- 14
- 15
- 16
- 17
- 18
- 19
- 20
- 21
- 22
- 23
- 24
- 25
- 26
- 27
- 28
- 29
- 30
- 31
- 32
- 33
- 34
- 35
- 36
- 37
- 38
- 39
- 40
- 41
- 42
- 43
- 44
- 45
- 46
- 47
- 48
- 49
- 50
- 51
- 52
- 53
- 54
- 55
- 56
- 57
- 58
- 59
- 60
- 61
- 62
- 63
- 64
- 65
- 66
- 67
- 68
- 69
- 70
- 71
- 72
- 73
- 74
- 75
- 76
- 77
- 78
- 79
- 80
- 81
- 82
- 83
- 84
- 85
- 86
- 87
- 88
- 89
- 90
- 91
- 92
- 93
- 94
- 95
- 96
- 97
- 98
- 99
- 100
- 101
- 102
- 103
- 104
- 105
- 106
- 107
- 108
- 109
- 110
- 111
- 112
- 113
- 114
- 115
- 116
- 117
- 118
- 119
- 120
- 121