Important Announcement
PubHTML5 Scheduled Server Maintenance on (GMT) Sunday, June 26th, 2:00 am - 8:00 am.
PubHTML5 site will be inoperative during the times indicated!

Home Explore WAHANA CINTA

WAHANA CINTA

Published by herydeluzion83, 2015-09-10 14:28:21

Description: Secuil Rasa Terbalut Asa untuk Mencinta

Keywords: novel,mental,hery,hery deluzion,fiction,book test

Search

Read the Text Version

Malam itu, sebuah wahana bianglala, dengan gambarantariksawan tak lagi hingar seperti sore tadi. Lampu -lampu beraneka warnanya telah padam beberapa menityang lewat. Kini yang tersisa hanya aroma sedih. Lebihtepatnya suasana sunyi berbalut sepi, menebar halusinasi. Di balik remang cahaya lampu petromak, tampaksesosok pria yang terlihat tak semangat malam itu. \"Andai saja kutahu siapa namanya\" gumam priatersebut, dengan posisi yang masih sama sejak satu jamyang lalu. Dengan kepala tertunduk, dagunya menempel didada. Mulutnya komat kamit sendiri bagai paranormalyang merapal mantra. Dari balik saku celana kumalnya, dicabut cepat hpmerah yang terlihat sudah tergores di beberapa bagian. Jarijarinya mulai sibuk menekan tombol dengan cepat. Pupilmatanya menatap tajam ke layar, sambil terus bergerakcepat ke kanan dan kiri, seolah mencari suatu petunjuk.Namun agaknya visualisasi yang dia cari tak kunjungdidapat. \"Ah.. mana mungkin aku bisa tahu siapa yangpunya?\" serunya terpekik. Matanya mulai menyipit, sejenakkemudian melebar, lalu menyipit kembali, saat meneliti hptersebut dengan seksama. Sekilas, gayanya itu bak detektifInternasional. \"Ahh... kenapa aku bodoh sekali. Bukankah akanlebih mudah membuka aplikasi facebook. Biasanya orangtak pernah log out dari aplikasi yang sering dipakai. Akuakan mudah mencari tahu, dengan melihat akun miliknya\".Angin bertiup menderu, seakan alam setuju dengannya 1

Bak halusinasi, malam dingin berubah menjadi Siang.Itu yang seakan terjadi setelah mendapat ide yang datangdengan tiba - tiba bak jelangkung. Secepat putaran mesin Bianglala, segera dibukaaplikasi facebook pada hp tersebut. 'Carusell sitemperamen', begitu nama akun yang tertulis. Tertera pulafoto profil seorang gadis berkulit sawo matang denganhidung mancung tajam yang hampir - hampir seperti dirautdengan rautan pensil. Pemuda itu senyum puas.. \"Tak salah lagi, dia orangnya. Hmm.. Carusell. Namayang indah\" Pemuda itu berdiri tegak dengan tatapan jauhtak berujung, tepat di depan bianglala. Angin membuatrambut lurusnya berkibar. Sekilas dia tampak sepertilaksamana cheng ho dengan gaya dan visualisasi seperti itu. Gerobak bianglala tertiup angin, berderit - deritkarena gesekan rangka besinya. Suasana malam itumemang menebar halusinasi kepada penghuni pasar malamyang masih terjaga kala itu. Pemuda itu bergegas berjalanmenuju kotak kayu tepat di bawah rangka bianglala yangberdiri kokoh di langit. Di kotak kayu tersebut dia biasatidur bak gelandangan. Dia pun mulai merebah dan melipatbadannya, lalu terlihat akan terlelap. Pemuda itu meraih pensil dengan panjang yangmungkin tinggal lima senti, lalu menarik sesuatu dari balikkotak tempat dia tidur. Nampaknya sebuah buku kecildengan sampul yang penuh debu dan tanah yang telahkering. Ia lalu menulis pada lembar kusamnya 'Carusell',dan menaruh kembali buku kecil itu. 2

Cepat sekali rasanya malam berganti pagi. Kicauburung mulai bersahut – sahutan. Pemuda itu tampak masih larut dalam tidur. Setelahtiba - tiba bunyi nyaring suara besi dipukul dengan keras,memecah suasana. Lagi - lagi Pak Abun sibuk memukulbesi mesin bianglala. \"Lekas menuju ember air di pojok sana.. cucimukamu\" ucap Pak Abun dengan masih tetap saja fokuspada mesin di depannya. Mungkin diam - diam dia tahu,jika pemuda itu sudah terjaga. \"Malas rasanya bangun pagi ini\" sahut pemuda itu. \"Kita disini untuk mencari uang, bukan untukmenjadi gelandangan, anak muda\" Pemuda itu bangkit dengan sigap, seolah memaksatubuhnya agar segera bergegas. Dia menuju ember berisi airyang memang tak terlalu bening. Air yang keruh bagaifatamorgana di padang pasir itu, serasi dengan embernyayang juga sudah mulai berkerak. \"Rusak lagi pak?\" Tanya pemuda tersebut sambilmendekati Pak Abun, pria separuh baya bertubuh tegap itu. \"Yah seperti biasa lah, anak muda\" jawab Pria yangpada wajahnya tersirat sisa - sisa kerasnya hidup. Sekilasorang akan mengira Pak Abun adalah Pria yangtemperamen. Namun bagi yang sudah paham sifat aslinya,dia termasuk Pria yang baik hati dan mudah sekali merasaiba. Yang sudah kenal akan tahu, jika pak Abun adalah priayang gemar pula cerita panjang lebar. 3

\"Tubuhmu semakin kurus seperti jelangkung\" lambattapi jelas Pak Abun berucap dengan raut muka yang pastiartinya turut merasa iba, tanpa niat bergurau ataupunsengaja mengejek pemuda tersebut. \"Harus seperti apa pak? Dengan tubuh begini justrumembuat aku lebih lincah untuk membuat mesin bianglalaini tetap berjalan\" Lalu pemuda itu bergegas menuju kotak tempatpakaian - pakaian disimpan. Walau telah membasuh muka,namun masih tampak raut gelisah di wajahnya. Memangdia termasuk orang yang tak pernah mau cerita terlalubanyak, walau raut mukanya memberi visualisasi hati yanggelisah. Pak Abun geleng – geleng bagai paranormal yangsedang mengusir hantu, melihat tingkah pemuda tersebut. ‚Jangan lupa cek kembali segala baut dan besi yangada pada bianglala ini. Malam nanti semoga banyak yangtertarik untuk mencoba wahana kita. Kita harus pastikansemua aman untuk anak – anak. Biaya operasional wahanaini semakin memaksa kita untuk bekerja keras, nak!‛ TeriakPak Abun. Pemuda itu memang sudah lama ikut Pak Abun.Dulu dia masih seumuran anak – anak, yang harusnyamasih dalam masa bermain. Entah anak siapa, banyak yangtidak paham, namun Pak Abun sangat sayang dan sabarpadanya. Bahkan saat dia kecil, Pak Abun selalu rutinmemberi dongeng sebelum tidur. 4

‚Hitam legam.. tubuhnya besar, jahat dan sukamenculik anak kecil yang tidak pernah baik pada teman –temannya. Itulah Kongo yang sangat temperamen danbersuara keras. ‚Ayo cerita tentang jelangkung pak‛ pemuda kecil itumeminta di suatu malam yang lain. Setelah Pak Abun mulaicerita, dia lalu akan mulai sembunyi di balik selimut sambilmenyimak cerita dengan perasaan takut. Pak Abun memang termasuk tukang cerita yangulung. Biasanya dia akan pula memberi peraga melaluigerak tubuh, dan suara yang berganti - ganti sesuai kisahatau tokoh ceritanya. Macam demonstrasi tukang obat dipasar saja, jika dilihat. Hal itu seolah menjadi kebudayaan seiring pemudakecil itu kian bertumbuh. Walau kian besar, Pak Abunselalu memberi rasa kasih yang selalu ada tanpa sebuahfatamorgana yang menyesatkan. Cerita yang paling diingat, adalah tentangcendekiawan yang sombong, dimana ilmu yang dia milikidipakai untuk berbual kepada banyak orang. Bahkan seringpula dipakai untuk menipu dan membuat rugi orang lain.Hingga akhirnya, cendekiawan tersebut menjadigelandangan, karena banyak orang menjauh dan benci padadirinya. Semua terjadi karena sikap yang selama ini dialakukan. Begitu, semua cerita Pak Abun memang sarat akanpesan – pesan moral, tak sedikit pula kadang berbalutaroma sedih, lucu, emosi serta simpati. 5

‚Oleh sebab itu nak, jadilah orang jujur, berhati putihdan bersih walaupun sepandai apapun engkau. Karenajujur itu adalah dasar sikap untuk sukses‛ Kurang lebihseperti itu biasanya Pak Abun menutup ceritanya. Dan pemuda kecil itu pun akan segera manggut –manggut tanda setuju. Tubuh kecil di pangkuan itu akanbergerak naik turun seirama dengan kepala kecilnya yangmanggut – manggut, seperti layaknya antariksawan yangsedang berjalan di bulan. ‚Iya pak, saya tidak ingin menjadi gelandanganseperti cendekiawan yang sombong itu‛ kata pemuda kecilitu dengan polos dan lucu. Pak Abun pun lalu senyum danmengelus – elus kepala pemuda kecil itu dengan lembut. Meski lambat laun Pak Abun tak lagi cerita dengandia duduk di pangkuan, seperti saat masih sangat kecil,namun rasa sayang itu tetap ada, terlihat dari adanyavisualisasi berupa tindakan nyata setiap harinya terhadappemuda yang amat dikasihi itu. Hari – hari, suka maupun duka selalu dilaluibersama. Saat panas terik, maupun hujan lebat, selaludijalani dengan gembira dan tertawa. Pak Abun tak pernahada rona wajah berduka. Tak pernah pula tampakvisualisasi yang terlihat suram di mata orang lain. Walaukadang dalam hati kecil Pak Abun, terselip rasa sedih yangamat dalam, karena harus membawa pemuda itu pindahdari kota satu ke kota lain. Memendam rasa sedih, PakAbun sering terpaku di suatu malam, hingga tidak tidursampai fajar telah tiba. 6

Pria manapun ingin hidup layak. Begitu pula PakAbun, merasa punya hak untuk hidup layak bersamapemuda itu. Namun, dengan bekerja menjaga wahanabianglala tersebut, sebuah hidup yang layak hanya sepertihalusinasi saja. Keadaan tak selalu sama. Kadang hasil dariwahana tersebut hanya cukup untuk mengisi perut danbiaya operasional wahana saja. Jika ada rejeki lebih sepertiitu, Pak Abun tak akan menutup mata. Pernah suatu ketika, Pak Abun memberi uang lebihbanyak kepada pemuda itu pada akhir minggu yang ramai. ‚Wah, uangnya lebih Pak..‛ ‚Tak apa nak, kau bisa tabung untuk masa depanmu‛ ‚Tapi, biaya operasional wahana ini perlu dipikirkanjuga kan?‛ sambil menatap lembaran uang di tangannya. ‚Tak apa... untuk urusan itu, sudah aku pikirkan‛Ucap Pak Abun dengan intonasi yang mantap, bakultimatum. ‚Terima kasih banyak Pak, saya jadi sungkan nih‛ Biasanya pemuda itu lalu bergegas menuju kotakkayu tempat dia tidur. Di dalamnya ada ruang rahasia,dimana dia selalu menaruh uang yang lebih untuk diasimpan. Entah sudah ada berapa banyak, jumlah lembaruang yang ada di situ. Pasti banyak orang tak mengira, ternyata ada hartakarun kecil di dalam sebuah kotak kayu. Kotak kayu yangbahkan orang lain pun tak akan tertarik, karena wujud danbentuk yang seperti benda dari gudang barang bekas. 7

Beberapa orang dari wahana lain, seperti juga wanitadari wahana komidi putar, bahkan sering mampir danngobrol bersama pemuda itu. Mereka biasa duduk di kotakkayu tersebut. Namun tak satupun tahu, bahwa pemuda itupunya banyak uang hasil ditabung. Mujur benar nantiwanita yang akan menjadi calon istrinya. Karena meskipemuda itu kurus seperti jelangkung, namun siapa sangkadia punya rencana masa depan. Bruum... Suara mesin diesel menderu nyaring. PakAbun pasti sudah selesai dengan servis mesinnya. Meskiterlihat biasa saja, namun Pak Abun termasuk orang yangahli dalam hal mesin. Banyak orang menebak Ia dulululusan STM Teknik Mesin. Tapi tak ada satupun yang tahupasti. Baik Pak Abun atau pemuda itu, tak ada yang tahupasti latar belakang keduanya. Bagi mereka, yang jelas keduanya adalah orang yangbaik. Pak Abun sering dimintai tolong ketika ada mesinwahana lain yang rusak. Sering pula Pak Abun menolakuntuk dibayar. Sedang pemuda itu, termasuk orang yangringan tangan layaknya sukarelawan. ‚Sudah beres ya? Anda memang selalu ahli Bos‛ ‚Syukur nak.. nanti malam kita dapat mencari rejekikembali‛ Ucap Pak Abun. ‚Kalau begitu, aku harus bergegas mengecek bautdan besi pada bianglala ini. Aku akan pastikan semua amanuntuk para keluarga dan anak - anak Pak‛ Secepat kilat,pemuda itu beranjak untuk bertugas seperti biasanya. Diasegera berlari kecil menuju halaman wahana itu. 8

Naik dengan gesit tanpa menyia – nyiakan efektifitaswaktunya, pemuda itu berpijak pada rangka besi bianglalatersebut. Rambut lurus dan hitamnya berkibar tertiupangin. Badannya berdiri tegap seperti laksamana perang.Tak ada baginya rasa takut pada tepat tinggi yang untukukuran orang awam, cukup membuat bulu kuduk bergetar. Langkah kaki dan tangan dia mantap layaknya atlitpanjat tebing tingkat internasional. Setiap baut dan rangkabesi diteliti dengan seksama. Jika ada baut yang dirasakurang kencang, dia akan segera memutar kepala bautnyadengan kunci pas yang dibawa di sakunya. Tubuhnyameloncat kesana kemari dengan ringan sepertiantariksawan yang berjalan di bulan. Selesai dengan baut yang ada pada tiap rangkabianglala, Ia beralih mengecek gerobak gerobak yang adapada bianglala tersebut. Gerobak itu biasanya diisi empatorang. Dia betul betul harus yakin jika gerobak tersebutkuat untuk menahan beban. Satu persatu dia mulai naik ditiap gerobak dan mengayun – ayunkan gerobak tersebut.Suatu risiko tinggi yang tak pernah ditakuti olehnya. Lincahgeraknya bagai sukarelawan di medan perang yang bekerjadengan gesit, tak peduli pada nyawa sendiri. Setelah yakin semua beres, dia bergegas turun.Sejenak kemudian membuat mesin menyala. Roda – rodamesin tersebut segera berputar. Lampu – lampu padabianglala itu pun menyala. Bianglala berputar pelan denganwarna warni lampu yang memberi sebuah visualisasi yangsangat indah dilihat mata. 9

Sudah sekitar sepuluh menit sejak pemuda itu turundari rangka bianglala tersebut dan membuat mesin –mesinnya bekerja, berputar indah di angkasa, siap menghiaswahana pasar malam jika sore nanti akan dibuka. ‚Semua sudah beres bos..‛ ‚Baik nak, lekas kau rapikan dirimu. Hari ini kitaharus semangat. Kabarnya banyak anak – anak yang akandatang hari ini‛ Seru Pak Abun yang sibuk memungut alat– alatnya yang berserak di tanah. Di atas kotak kayu, pemuda itu terdiam. Kulitnyayang masih basah sehabis mandi, tetap tak dapat mengubahvisualisasi akan gundah dirinya. Diambil buku kecilkumalnya, dibuka lembarnya. ‚Carusell si temperamen‛,tercoret tulisan yang Ia buat semalam. Dicabut hp merah dari sakunya. Ditatap olehnyadengan rasa sedih dan cemas. Tampilan demi tampilankejadian mungkin muncul di benaknya bagai sebuahfatamorgana yang terus mengisi pikiran. Hanya goresan –goresan pada hp merah itu, mungkin yang menjadi saksi . Jika sudah seperti itu, biasanya Pak Abun pun takakan berani mengusik pemuda tersebut. Pak Abun tahu,bahwa pemuda itu pasti sedang ada beban pikiran yangamat dalam. Namun Pak Abun lebih memilih bertanya jikasudah tepat waktunya. Lima belas menit berlalu, namunpemuda itu masih belum buyar dari lamunan dan diamnya.Dia duduk dengan melipat kedua kakinya, tatapan matanyakosong tak berujung. 10

Lapar di perutnya seakan tak pernah muncul dibenaknya. Walau sehari penuh pun dia akan tetap betahberlama – lama melamun. Itu tanda jika ada sesuatu yangmengusik otaknya. Hp tersebut kini ada di pangkuan kanandan buku kumal di pangkuan kirinya. Kedua tangannyamendekap erat kepalanya dengan dagu menempel di dada.Gaya uniknya bagai cendekiawan yang sedang mencarisuatu ilmu baru, jika dilihat. ***** Malam Kemarin... ‚Ayo... rasakan sensasi bianglala yang penuh warnaini. Mari terbang ke langit bagai antariksawan‛ nampakpria tegap berdiri di dekat loket berseru kepada setiap yangdatang ke area wahana pasar malam tersebut. ‚Ayo bu kita naik bianglala itu‛ seru bocah kecilcantik sambil terus menarik – narik tangan ibunya. Sang ibusenyum dan segera menuju loket bersama gadis kecil itu. ‚Waaaw... tinggi sekaliii...‛ seru bocah laki – laki dikejauhan dengan mimik kagum, sambil mukanya menatapke atas pada biangala yang berputar – putar itu. Kumpulan orang ada di sekitar wahana bianglalatersebut. Muda – mudi, orang tua, anak – anak, sampairemaja yang sedang pacaran. Pada wahana lainnya, taksedikit pula yang datang dan masuk. Yang jelas malam itubagai sebuah malam di alam penuh fantasi. 11

Ada beberapa keluarga yang tampak telah kenyangsetelah makan di stand yang menjual aneka masakan, takjauh dari wahana bianglala itu. Di pojok kiri, terlihat standkecil yang penuh anak – anak. Itu adalah stand arum manis,dengan penjual yang unjuk demonstrasi dalam membuatberbagai bentuk bunga dari gula yang telah dibuat denganalat khusus menjadi seperti kapas warna - warni itu. Di sebelah kanan, terdapat wahana komidi putardengan patung – patung kuda yang berayun – ayun naikturun. Rangkanya penuh cermin yang mencipta pantulanlampu warna warninya menjadi visualisasi yang indah. Disekitar, ada pula wahana tiga dimensi, dengan bentukruang gelap yang memutar film yang seolah terlihat nyata,karena siapa saja yang masuk telah diberi sebuah kacamatakhusus berwarna merah dan biru pada lensanya. Kursikursinya pun telah dibuat dapat bergerak ke kanan, ke kiri,naik, turun. Sehingga mencipta suasana nyata. Pada wahana berbentuk Istana, tertulis ‚GedungLabirin‛. Siapa saja yang masuk, akan memasuki sebuahtempat dengan banyak ruangan yang menyesatkan. Adabanyak pintu yang membuat siapa saja akan susah mencarijalan keluar dari ruangan tersebut. Karena pintu – pinturuangan itu beberapa menuju kembali ke ruangan yangsama, membuat banyak orang tersesat. Di tempat lain, ada wahana adu tangkas. Beberapakaleng kosong disusun seperti piramid. Yang membayar,diberi tiga bola untuk dilempar. Jika tiga bola tersebut dapatmembuat roboh semua kaleng, akan diberi boneka ataubuku mewarnai gambar. 12

Sudah lima gerobak terisi, dari sepuluh gerobak yangada pada bianglala tersebut. Bianglala terus berputar pelansambil menanti jikalau ada yang masih ingin membeli tiketmasuk. ‚Sudah berapa banyak nak?‛ Pak Abun berseru. ‚Baru terisi lima pak‛ sahut pemuda itu, yang berdiridi dekat pintu masuk tiap gerobak bianglala. ‚Rasakan sensasi berada di atas udara... Bukansebuah fatamorgana, namun benar – benar nyata‛ PakAbun pun berteriak - teriak kembali. Para penjaga wahana pasar malam tersebut memangterlihat sangat bekerja keras dan berupaya agar wahanamiliknya ramai oleh orang yang ingin mencoba. Tak dapatditolak, memang biaya operasional tiap wahana tak bisadibilang murah. Maka mereka terlihat berupaya sekuattenaga agar efektifitas kerjanya tetap terjaga. Terlihat tiga anak kecil masuk wahana bianglala,setelah terlebih dulu membeli tiket masuk dan Pak Abunmengecek lalu menyobek lembar tiket tersebut. Menyusuldua remaja, nampaknya sepasang kekasih. ‚Kurang dua gerobak lagi... lengkap sudah Pak‛ ‚Akan aku carikan nak..‛ ucap Pak Abun. Di sudut kanan bianglala tersebut, terlihat duapemuda seperti cendekiawan. Namun pasti mereka takakan tertarik untuk masuk wahana bianglala. Karena sedaritadi, yang satu tampak manggut – manggut dan satunyalagi asyik cerita panjang lebar. 13

Sepuluh menit berlalu, namun dua gerobak belumjuga lengkap terisi. Walaupun begitu, bianglala tersebuttetap saja berputar pelan di udara. Agar yang sudah masuksedari tadi, tidak merasa menunggu. Gambar antariksawanpada gerobak dan loketnya, terlihat berwarna – warni.Semua wahana di tempat itu sengaja dicat penuh warnayang cerah, agar terlihat menarik dan memberi kesan ceria. Setelah sedari tadi Pak Abun berdiri di dekat loketdan berteriak – teriak, sambil kedua tangan bergerak - gerakbagai tukang obat yang sedang memberi demonstrasi akankhasiat obatnya, kini sepasang suami istri tertarik masukpula ke bianglala yang sudah hampir penuh tersebut. Pak Abun menoleh ke pemuda itu yang bergegasmembuat mesin berhenti sejenak, supaya dapat membukapintu gerobak yang masih kosong agar suami istri tersebutbisa masuk. Pak Abun hanya membuat yakin dirinya,bahwa pemuda tersebut masih semangat malam itu. Kiniharus mencari minimal dua orang lagi, untuk mengisigerobak terakhir. Lima orang remaja lewat depan wahana, namunagaknya tidak tertarik untuk masuk dan memilih berlalumenuju wahana yang lain. Begitu pula keluarga yangterlihat ramah, hanya senyum kagum melihat bianglalayang berputar – putar indah di langit tinggi malam itu. Sejenak, nampak pemuda bersama satu orang gadistinggi ramping, dengan kulit sawo matang. Wajah gadis itutampak seperti seorang putri raja pada cerita di buku –buku dongeng timur tengah. 14

Jauh dari kesan romantisme, meski gadis tersebutdatang berdua dengan pria yang juga bertubuh tinggi tegapseperti orang dari keluarga dengan kebudayaan yang serbateratur dan ketat. Pria tersebut berjalan di depan, sedang sigadis cuma mengekor dengan visualisasi yang memberikesan ogah – ogahan. Setelah membeli dua tiket, pria itu menarik tangan sigadis untuk segera masuk wahana bianglala tersebut. ‚Silahkan masuk kakak.. hati – hati dengan langkahkaki anda‛ ucap pemuda bianglala setelah membuatberhenti mesin dan membuka pintu gerobak terakhir untuksepasang kekasih itu. Sang pria masuk duluan dan dudukdi sebelah kiri. Saat giliran sang gadis hendak masuk, tanpadisadari tangan lembut gadis itu memegang erat lenganpemuda bianglala. Pemuda bianglala tersentak. Belumpernah dia dipegang oleh tangan seorang wanita. Sang gadis sadar jika pemuda itu tertegun dantersentak. Tanpa melepas tangan, sang gadis hanya melirikwajah pemuda bianglala dengan ekor matanya. Mungkinitu hanya reflek sang gadis yang tak ingin jatuh saat hendakmasuk gerobak, namun telah memberi halusinasi tingkattinggi di benak pemuda bianglala tersebut. Pintu gerobaktelah ditutup oleh pria dengan kebudayaan tertata itu. Sangpemuda bianglala masih tertegun dan diam membatu. ‚Ayo nak.. sudah lengkap. Nyalakan mesinnya‛ SeruPak Abun membuat lamunan buyar seketika. Dan pemudaitupun segera membuat roda mesin berputar kembali.Namun tak dapat dibantah, kejadian tadi mencipta emosisangat mendalam. 15

Emosi yang dapat disebut sebagai rasa, yang dekatdengan rasa tertegun, rasa bahagia, atau bahkan rasa cinta.Apapun itu, yang jelas pemuda bianglala bagai melihatsebuah fatamorgana di tengah padang pasir. Sepertibertemu air di kala merasa haus yang teramat sangat. Betul– betul menyesatkan isi pikiran saja. Bianglala telah berputar – putar indah menghiaslangit malam itu. Tentu saja biaya operasional wahana akanberes, karena malam tersebut bianglala benar – benar terisipenuh. Namun sang pemuda, justru masih bergelut dengankecamuk dalam hatinya. Hiruk pikuk di area wahana pasar malam itu bagaisebuah halusinasi saja bagi pemuda itu. Pikiran dan isihatinya beku oleh sebuah rasa yang pertama kali ini baruhadir. Hadir dengan tiba – tiba bagai jelangkung di malamjumat yang mistis. Sekitar 15 menit lamanya bianglala itu berputar –putar. Memang tak pernah lebih lama, karena harusberganti isi kembali. Putaran bianglala mulai melambat, tanda sesion kaliitu sudah hampir selesai. Satu persatu yang naik mulaiturun. Dimulai dari yang pertama naik hingga yangterakhir. Para dewasa hingga anak – anak yang turunterlihat gembira. Raut muka mereka memberi visualisasibahagia, bagai bangun di hari yang cerah dan bertemuaroma indah fajar pagi hari. 16

Pelan melambat putaran bianglala membuat gerobakberderit dan berayun kanan kiri. Ini adalah isi gerobakterakhir. Yaitu si gadis bersama pria dengan kebudayaanhigh class tadi. Kali ini sang pemuda tak berani menatapmereka saat membuka pintu gerobak. Dia takut memberivisualisasi tak sopan atau terkesan lancang. Sang pria turunterlebih dahulu. Seperti saat naik, seolah tak ada rasa peduliterhadap gadis yang bersama dirinya. Saat sang gadis hendak keluar, kali ini sang gadisbenar – benar menatap sang pemuda dengan tatapan tajamnamun teduh. Sang pemuda tak berani menoleh, tapi diatahu melalui ekor matanya. Lagi, gadis ini memegang eratlengan pemuda itu untuk bertumpu saat turun. Ketika kakikirinya hendak keluar dari gerobak, dengan tiba – tibapijakan kaki sang gadis goyah dan oleng. Secepat kilat, baksukarelawan di medan bencana, sang pemuda menahantubuh sang gadis agar tak jatuh. Kali ini mereka bertatap muka. Sang gadis senyummalu, memberi visualisasi bak cerita di sinetron FTV. ‚Terima kasih..‛ bisik sang gadis tepat di telinga sangpemuda yang sempat gugup kala itu. ‚Hati – Hati nona manis..‛ Sahut sang pemudaseakan tak percaya kata itu terlontar dengan bijak bagaiseorang cendekiawan muda. Gadis itupun segera beranjakmengekor sang pria dengan kebudayaan tinggi, yang sudahberjalan di depan sedari tadi. Sang pemuda terpaku.Hatinya sesak bagai berjejal berbagai macam benda disebuah gudang barang tua. 17

Malam itu, hembusan angin terasa bertiup kencangbagai badai di sebuah gurun penuh fatamorgana. Entah ituhanya sebuah rasa yang hinggap padanya saja atau bukan.Yang pasti, malam itu sebuah rasa hadir tanpa kompromi.Tetapi pemuda itu merasa agung dan mulia dengan adanyavisualisasi yang baru pertama kali dialami kala itu. Lampu – lampu wahana mulai padam satu – persatu.Pak Abun terlihat mengunci gerbang besi yang menjadipintu masuk wahana bianglala tersebut. Suara rantai yangberadu dengan rangka besi, memberi halusinasi menyayathati. Ya, malam itu omzet lumayan tinggi. Tentunya biayaoperasional wahana bianglala tersebut akan bisa terpenuhi.Namun jam kerja wahana pasar malam itu tak hanya cukupsampai disitu, sebab masih ada beberapa hari lagi arenapasar malam tersebut masih akan buka di kota ini. Pemuda itu berjalan menuju bawah bianglala untukmembuat padam lampu – lampu di rangka bianglala yangberaneka warna. Setelah sekilas tampak benda merahterkena pantulan cahaya, dia pun jongkok untuk melihatlebih dekat rupa benda asing tersebut. Ah rupanya sebuahhp berwarna merah tua. Tepat berada di bawah rangkabianglala, di antara rumput basah. ‚Ini mungkin milik gadis manis yang hampir jatuhsaat turun dari bianglala tadi‛ gumam si pemuda. Memang hp tersebut sudah nampak tergores dibeberapa bagian. Pastilah karena terinjak beberapa orangyang lalu lalang di halaman wahana tersebut. 18

‚Wanita memang selalu saja ceroboh menjaga bendamiliknya‛ ucap si pemuda dengan raut muka jengkel. Diteliti dengan seksama benda itu untuk membuatyakin bahwa hp tersebut adalah milik sang gadis tadi,karena dia juga tak mau asal mengira - ira. Lima menitberlalu, akhirnya dengan raut muka tak mau ambil pusing,dia beranjak untuk segera membuat selesai tugasnya untukberes – beres malam itu. Malam semakin larut. Suara radio usang milikpenjaga wahana sebelah mulai terdengar sayup – sayup. Disela suara serak penyiar radio tersebut, mengalun lagu –lagu jadul. Alunan lagu yang memberi halusinasi kepadasiapa saja yang masih terjaga. Seolah membius jiwa danmemberi pesan alam bawah sadar, ‚bahwa ini waktunyauntuk terbuai, lupakan kerja keras sore tadi‛. Gerobak – gerobak bianglala bergambarantariksawan berayun terkena hembusan angin. Suaraberderit – derit bagai seruan mantra paranormal ketikamembuat hadir jelangkung. Lampu sorot panitia acaramasih belum padam. Bergerak kanan kiri, mencipta cahayapanjang menembus langit. Sesekali melewati rangka –rangka wahana sehingga membuat siluet bayang hitamukuran besar. Rasanya tiap malam bagai hidup di sebuahdunia yang asing. Namun tak dapat dibantah, bagi sipemuda, malam itu indah tak terduga. ***** 19

Hingar - bingar suara mesin wahana. Seorang prianampak sedang membuat panas sebuah mesin diesel. Halitu selalu rutin terjadi. Tentu agar semua mesin yangdipakai dapat bekerja dengan lancar. ‚Kemana aku harus mencari pemilik hp ini‛ gumamsi pemuda yang sejak lima belas menit lalu belum beranjakdari posisi diamnya. Siang itu, udara panas menyesatkan siapa saja yangasik dengan lamunan. Udara panas mengepul bagai sebuahfatamorgana di padang tandus. Si pemuda melemparpandang tak berujung. Angan dan isi benaknya tak karuan.Sebentar duduk diam, sebentar berdiri seperti patung.Mungkin siapa saja yang sedang melihat aksinya, bagaimelihat patung laksamana cheng ho di sebuah klenteng. Wisatawan nampak berjalan – jalan di sekitar tempatitu. Siang hari memang wahana tersebut sedang tutup. Tapitak sedikit orang yang sengaja datang untuk sekedarmelihat – lihat atau bahkan berfoto di sekitar lokasi tersebut.Di depan wahana gedung hantu nampak banyak orang.Tampilan wahana itu memang unik untuk dibuat ajangberfoto. Patung – patung hantu dipasang di depannya.Pohon – pohon buatan dipakai sebagai dekor agarmenambah kesan angker. Di malam hari, sorot lampuberwarna merah akan menghias wahana itu. Hanya yangbernyali, yang biasanya tertarik untuk mencoba masuk,menyusur bangunan yang diseting layaknya gedungkosong nan angker. 20

Banyak wisatawan yang berlalu lalang tak membuatsi pemuda beralih pandang. Dia masih tetap saja berkutatdengan isi pikiran. Isi pikiran yang seolah memberiultimatum agar segera mendapat solusi yang tepat. Inibukan halusinasi. Ini adalah dilema panjang tak mengenalsebuah negosiasi. Di bawah bayang – bayang bianglala,seribu tanya mengalir deras bagai ombak samudera. Ombakyang tak dapat dicegah untuk sebentar diam. Meski di tengah hingar bingar, namun terasa sunyibagai seorang narapidana di balik jeruji besi. Kepul udarapanas bak fatamorgana merayap naik ke udara, lalu hilangdi antara hembusan angin. Derit gerobak bianglala dengangambar antariksawan hanya dapat menjadi saksi bisu. Saksiatas rasa sesak di dada, yang tak kunjung sirna oleh waktu.Kian datang dan pergi sesuka hati seperti jelangkung dimalam jumat kliwon. Derai tawa para wisatawan hadir sayup – sayupmenyibak telinga. Oh, andai saja aku seceria mereka.Mungkin itu gumam dalam benak si pemuda bianglala kalaitu. Namun itu semua bagai halusinasi saja. Satu yangutama baginya saat itu adalah mencari pemilik hp tersebut.Di balik tampilan dirinya yang bagai gelandangan, namuntetap nurani hati yang mulia, yang melekat padanya. Anak – anak kecil berlari, tertawa, menjerit riang.Memberi visualisasi layaknya suasana taman bermain.Kicau burung tak henti – hentinya menghias hari, sepertimengajak semua untuk bersuka. Tetapi semua itu takmengubah si pemuda bianglala. Seakan dia tetap beradadalam alam bawah sadarnya. 21

Tekadnya bulat, walau masih terbalut dengan sedikitkeraguan akan tindakan yang mesti diambil. Denganlangkah gontai dan muka menatap tanah, pemuda bianglalaberjalan di sekitar wahana. Tibalah dia di depan wahanarumah miring. Sebuah wahana dengan desain rumah yangterasa miring saat siapa saja masuk dan menyusur ke tiapruangan yang ada di situ. Semua itu hanya ilusi yangdicipta dengan memasang perabot – perabot yang dibuatmiring. Lantai papan sebagai alas pun dibuat dengan posisimiring tertentu. Banyak orang dapat mencoba hal uniklayaknya membuat bola atau air bergulir ke atas, seolahmelawan gaya gravitasi. Mungkin otakku juga telah miring, ucapnya sembarimelipat tangan di depan dada bak laksamana perang yangsedang mengatur strategi. Dengan langkah terseretlayaknya seorang narapidana yang digiring menuju papanpancung, dia berjalan ke arah timur. Tiba pada stand ujitangkas, dia berhenti sejenak. Menatap kosong pada papan– papan bidik dengan tubuh condong ke depan bersandarpada papan pembatas stand tersebut. Sekilas dalam lamunan yang merayap bak halusinasi,dia melepas pandang jauh di antara kerumun orang yangberlalu – lalang. Sesaat matanya menatap sosok gadis tinggidengan hidung mancung bagai diraut. Kulit sawo matangitu yang membuat gadis tersebut mudah dikenali. Ya.. taksalah lagi, itu si gadis pemilik hp yang tempo hari jatuh diwahana bianglala miliknya. Secepat kilat pemuda itu bakcacing kena panas, berlari terburu dengan langkah gontaimirip tokoh cerita pada buku dongeng anak. 22

Lurus tatap matanya seakan tak ingin lepas darisosok sang gadis yang sedang berdiri lima puluh meter daritempat dia berada. Langkah kakinya bagai gelandanganyang kalang kabut terkena razia. Sorot sinar mentari yangmenembus rangka – rangka bianglala membuat pandangmatanya sedikit sulit melihat dengan jelas. Gadis itu terlihat berbalik arah dan berjalan dengansantai, melihat ke kanan dan ke kiri seolah sedang asikmelihat wahana – wahana yang indah dan menarik. Tiba didepan wahana Magic World, gadis itu terlihat berhenti,tertegun, serta kagum melihat gambar – gambar di depanwahana tersebut. Pemuda itu semakin membuat cepatlangkah kakinya. ‚Hai... permisi nona manis‛ Ucap pemuda itu serayamenepuk pundak sang gadis. ‚ Mmmmm.... maaf, anda??‛ timpal sang gadisdengan alis berkerut. ‚Ehh, saya pemuda wahana bianglala‛ tegas sangpemuda berusaha membuat ingat sang gadis. ‚Oh iya, saya ingat. Maaf kalau maksud abang kaliini ingin marah kepada saya‛ ‚Untuk apa saya marah??‛ ‚Ahh.. abang tahu kan, malam itu saya hampirterjatuh dan terpaksa harus pegang tangan abang. Maaf jikahal itu membuat abang berpikir bahwa saya kurang ajar‛ ‚Bukan itu maksud saya kali ini‛ jawab sang pemudaseolah berusaha menyusun cerita dari awal. 23

‚Lalu?‛ ucap gadis itu dengan kedua tangan bengkokdan pundak diangkat, memberi visualisasi bingung. ‚Saya justru membawa kabar bagus untuk nona‛ ‚Waww... saya jadi penasaran. Kita kan belumpernah kenal‛ Sang gadis berkata dengan raut muka yangsemakin bingung. Tanpa banyak kata, pemuda itu segera merogoh isisaku celananya. Ditarik keluar sebuah hp berwarna merahyang tergores di beberapa bagian. Dengan tangankanannya, dibawa hp itu di depan sang gadis ‚Bukankah ini milik nona??‛ ‚Heiii... mana mungkin bisa ada pada anda bang??‛Sang gadis terlihat gembira dan dengan cepat merebut hptersebut dari tangan sang pemuda. Dilihat dengan seksama,dibolak – balik, dilihat sisi kanan, sisi kirinya. ‚Sudah tergores sedikit ya?’ ‚Iya, mungkin terinjak – injak oleh banyak orang‛ ‚Padahal saya mengira terjatuh ketika pulang. Gara –gara ini, tunangan saya marah – marah‛ Ucap sang gadislirih dengan raut muka sedih campur kesal. ‚Maaf jika membuat anda sedih kembali, tapi manatunangan anda? Mengapa anda pergi sendiri? Anda tidaktakut ada yang berbuat jahat kepada anda?‛ Cecar sangpemuda bak detektif Internasional. ‚Ah lupakan dia.. saya jalan – jalan hari ini bukanuntuk membawa sebuah dongeng kepada abang‛ 24

‚Sedih hanya akan membuang energi nona, baiknyakita perbaiki energi kita dengan hal yang positif. Apakahnona bersedia saya ajak jalan – jalan di sekitar sini?‛ ‚Ide yang bagus abang, saya sedari tadi bagaigelandangan yang berjalan kian kemari sendirian‛ Rautmuka si gadis tampak cerah kembali saat menerimatawaran itu. ‚Binatang adalah kebalikan dari manusia, nona.Manusia pertama kita kenal akan terlihat semua sikapbaiknya, setelah lama kenal akan ketahuan semua sifatburuknya. Jika binatang, pertama kita kenal selalu bersikapliar, galak, mencakar. Tetapi setelah mereka tahu siapa yangbiasa memberi makan padanya, dia akan baik dan patuh‛Panjang lebar pemuda itu memberi filosofi bakcendekiawan muda. ‚Tetapi abang bukan tipe orang yang seperti itukan?‛ gelak sang gadis. Sang pemuda hanya senyum malu,berusaha memberi visualisasi untuk menutupi rasa shockkarena terkena dampak ucapan dia sendiri. ‚Lalu darimana binatang – binatang ini diperolehbang?‛ tanya sang gadis ‚Mereka membeli dari pemburu liar. Ilegal juga sihkalau dipikir‛ jawab sang pemuda sambil memukul rangkabesi tempat harimau sumatera itu dikurung dengan tongkatkayu. Harimau sontak terkejut, mengaum, beranjak darirebahnya. Pasti harimau sumatera tersebut sedang sedikitmerasa emosi hari itu. 25

‚Jangan terlalu dekat nak, dia sedang tak gembirapada hari ini. Aku terlambat memberi daging padanya.Uang untuk belanja suplai makanan baru diberikan siangtadi‛ Seru Pak Jambul pengurus harimau sumatera diwahana atraksi hewan tersebut dari kejauhan. Sang gadis yang sempat kaget dan takut nampaksembunyi di balik tubuh sang pemuda itu. Namun sangpemuda yang merasa bahwa sedari tadi jarak berdiri darikandang itu cukup aman, terlihat masih tetap tenang. ‚Hewan ini memang hanya takut pada Pak Jambul.Meski dia marah, namun tak mungkin melawan PakJambul. Lebih tepatnya takut pada tongkat besi milik PakJambul yang selalu dibawa saat dekat dengan hewan ini‛ ‚Apakah karena sering dipukul dengan tongkattersebut?‛ tanya sang gadis. ‚Tepat sekali nona. Semasa dilatih, tongkat itudipakai untuk memukul jika dia berontak. Trauma itu yangtertanam di benak harimau ini, sehingga setiap dia melihattongkat tersebut, dia tak berani melawan‛ ‚ Dia hanya mengenali sebuah visualisasi berartikan?‛ selidik sang gadis. ‚Ya.. bahkan kostum yang dipakai Pak Jambul.Sehingga saat melatih dan saat tampil, Pak Jambul harusmemakai kostum yang sama persis. ‚Harus sering - sering dilatih juga ya bang?‛ ‚Tiap hari.. mereka dilatih saat kondisi merekasedang lemah. Biasanya saat fajar hari tiba. 26

‚Benar Seperti itu bang? Sungguh kasihan merekaya? Demi mendapat uang, mereka harus menjadi budakpara manusia‛ ‚Tetapi bukankah manusia berkuasa atas segala yangada di bumi?‛ Ucap sang pemuda lirih. ‚Namun bukan berarti bisa semena – mena kan?Mereka juga mahkluk ciptaan yang Esa, yang layak hidupbebas di alamnya‛ ceramah sang gadis. ‚Ah.. dikau bagai seorang ahli Zoosemiotika nona‛ ‚Apa itu zoosemiotika bang?‛ ‚Ilmu yang mengulas seputar binatang‛ jawab sangpemuda dengan percaya diri bagaikan seorangcendekiawan muda. Sang gadis hanya senyum kecil. Berdua mereka berjalan beriring bagai sepasangkekasih. Lebih tepatnya sang pemuda bak tour guide bagisang gadis. Baru kenal dalam waktu singkat tak membuatobrolan mereka canggung. Udara panas mengepul seakanmenebar fatamorgana di padang pasir. Menuju ke standadu tangkas, mereka berdua berhenti. Terlihat beberapaember yang ditaruh miring ke depan. Ada pagar pembatasyang jaraknya tiga meter dari letak ember. Tersedia pulabeberapa bola tenis. ‚Stand apa ini bang?‛ selidik sang gadis. ‚Oh.. ini stand adu tangkas. Biasanya pemainmembayar untuk diberi tiga bola tenis‛ terang sang pemudadi stand yang diseting seperti sebuah gudang militer itu. 27

‚Hmmmm... aku tahu nih. Jika memang aku tak salahmenebak, pasti kita diminta melempar bola ini ke ember didepan itu kan?‛ ‚Ya.. bagaimana nona tahu persis?‛ ‚Aku pernah mencoba di stand seperti ini. Namunagaknya ini adu tangkas yang sulit. Aku tak pernah berhasilwalau sudah berkali – kali mencoba. Bola selalu memantulkeluar saat tiba di dasar ember‛ ucap sang gadis denganvisualisasi yang nampak kesal. ‚Haha.. ini adalah trik yang cerdas dari pemilik standnona. Tak akan ada yang berhasil membuat masuk bola –bola ini ke dalam ember‛ ‚Kok bisa bang? Tapi si pemilik stand selalu berhasilsaat memberi contoh. Owh, apakah bolanya ditukar?‛ cecarsang gadis bak detektif internasional yang mencari info. ‚Ini hukum fisika nona. Bola pasti memantul keluarsaat mengenai dasar ember, karena ember dalam keadaankosong. Saat memberi contoh, sang pemilik stand sengajamenaruh beberapa bola dalam ember tersebut, sehinggabola tak akan memantul keluar‛ ‚Hmm.. trik yang licik. Menyesal rasanya saat itu akutertipu untuk mencoba berkali – kali. ‚ Jika tidak begitu, si pemilik stand akan rugi hanyadalam semalam nona. Tak dapat uang sama saja bekerjasebagai sukarelawan‛ gelak sang pemuda bianglala. Puas mendapat info, sang gadis menarik tangan sangpemuda menyusur halaman wahana tersebut. 28

Gembira membuat mereka semakin asyik melihat –lihat bermacam wahana bak seorang wisatawan yang barupertama kali datang ke arena tersebut. Tiba di sebuah stand dengan visualisasi sebuah abadmesir kuno. Lukisan – lukisan unta berbaris, lambang dantulisan - tulisan mesir kuno, peti mati – peti mati yangseolah terdapat mumi di dalamnya, memberi halusinasiseakan sedang berada di padang pasir dengan piramidberdiri kokoh di sekitar arena tersebut. ‚Wahana apa ini bang?‛ ‚Ini wahana yang membawa kita kembali ke abadmesir kuno‛ terang sang pemuda bak guide internasional. ‚Apa kita hanya bisa berfoto disini?’ ‚Oh tidak, selain berfoto, ketika tiba operasionalwahana ini, kita bisa menikmati hiburan khas mesir. Lihatpanggung di pojok depan sana. Biasanya akan ada penari –penari berdandan ala mesir kuno. Ada pemain api yangberbadan kekar, ada drama opera yang bercerita tentangkisah raja mesir, ada unta – unta padang pasir yang menaridan berbaris dengan lucu‛ ‚Hanya satu yang tak ada disini bang‛ ‚Apa menurutmu?‛ ‚Fatamorgana di padang pasir.. hahaha‛ kelakar sigadis sembari mencubit lengan sang pemuda bianglala. ‚Humor yang cerdas nona‛ gelak sang pemuda,dengan kesan kagum atas sikap dan pola pikir si gadis yangbaru dikenal olehnya tersebut. 29

Hari itu, mereka berdua tak sedikitpun tampak sedihmeski hanya bercanda seadanya tanpa sebuah auraromantisme di antara mereka. Meski baru pertama bertemu,tak membuat mereka canggung dalam bertutur kata.Mungkin karena keduanya sama – sama mudah dalambergaul dengan orang yang baru dikenal. ‚Konon katanya, pasir yang dipakai di sini benar –benar dibawa dari gurun di mesir sana nona‛ ‚Benarkah bang?‛ seru si gadis. ‚Entahlah, bisa saja hanya sebuah trik agar oranglebih tertarik untuk datang kemari‛ ucap sang pemudabianglala sembari memberi visualisasi berpikir serius. Mentari kian meredup. Tak lagi menebar udarapanas seperti beberapa jam yang lalu. Bayang – bayangsetiap benda pun semakin bergeser arah. Burung pipitbahkan mulai kembali ke sarang untuk berteduh. Sang pemuda bianglala dan si gadis berjalan dibawah bayang – bayang tiap wahana. Kabut yang menari –nari bak fatamorgana tak lagi terlihat. Dengan langkahsantai, mereka berdua beriring bagai pengantin yangberjalan di antara para tamu undangan. Tiba di wahanabianglala dengan gambar antariksawan, mereka mulaimasuk melalui pagar yang terbuat dari besi. Tampak sangpemuda membuka tangan seperti penerima tamu di sebuahpesta, meminta si gadis agar berjalan terlebih dahulu. Sangpemuda pun terlihat mengekor si gadis menyusur sisihalaman kosong berumput tersebut. 30

‚Hidup saya terletak pada rangka raksasa ini, nona‛Ucap sang pemuda sembari menunjuk bianglala yangberdiri kokoh tersebut. ‚Semua pekerja di arena ini tentu bertumpu padawahana mereka masing – masing bang‛ timpal sang gadis. ‚Betul, tapi nona tentu tahu. Berapa sih yang bisakami dapat dari sebuah bianglala di antara wahana yanglain? Belum lagi biaya operasional yang harus dipenuhi‛ ‚Tak ada sesuatu yang terpuji, selain mereka yangmau berusaha bang‛ ucap sang gadis bagai seorang guruyang memberi nasihat. ‚Baiknya kita ngobrol disana saja‛ seru sang pemudasembari menunjuk kotak kayu di bawah rangka bianglalayang berhias gambar antariksawan. Si gadis menepuk – nepuk kotak kayu untukmembuang debu yang menempel. Sesaat mereka telahduduk berdua di atas kotak kayu tersebut. Kotak kayu ituterbuat dari kayu jati. Sekilas nampak seperti tempatmenaruh jelangkung milik paranormal. ‚Nona sendiri bekerja dimana dan sebagai apa?‛ ‚Ah.. saya hanya kuliah di sebuah kampus biasabang‛ ucap si gadis mencoba merendah namun tetapterlihat bahwa kata – katanya menyesatkan. ‚Meski biasa, gadis yang kuliah pasti berasal darikebudayaan terpelajar‛ seringai sang pemuda. ‚Saya juga tak habis pikir, mengapa derajat manusiaselalu diukur dari gelarnya. Sudah hukum alam kita kah?‛ 31

‚Memang meski pada akhirnya ketika kita telah mati,gelarnya pasti almarhum. Namun gelar study memberitanda bahwa kita berasal dari golongan terpelajar‛ terangsang pemuda bianglala. ‚Apa gunanya gelar, jika kita hanya membuat rendahorang lain yang tidak bergelar bang?‛ ucap si gadis benar –benar seperti seorang cendekiawan. ‚Ah.. saya suka pola pikir nona. Benar – benarterbuka‛ pekik sang pemuda bianglala. ‚Suka boleh.. jatuh cinta jangan!‛ Ucap si gadis Mereka pun terbahak – bahak bersama. Suatusuasana riang yang kini mulai tampak aura romantismepada mereka berdua. Gerobak bianglala berayun berderit –derit seolah turut bercakap bersama mereka berdua.Bendera warna – warni yang ada di ujung atas tenda circusberkibar kencang seakan turut tergelak. ‚Aww.. ada tamu cantik rupanya‛ ucap sosok tegapdari belakang, membuat terkejut mereka berdua. ‚ Oh pak Abun, iya pak.. ini nona Carusell‛ sahutsang pemuda cepat, setelah menoleh ke belakang. ‚Heii.. darimana abang tahu nama saya? Sebentar..perasaan dari awal bertemu, saya belum menyebut nama‛ ‚Itu hal yang mudah, saya belajar dari pesulap standseberang.. Hahahaha..‛ Gelak sang pemuda renyah. ‚Ihh.. tak mungkin. Belum pernah saya temui triksulap menebak nama orang yang tidak kita kenal samasekali, tak pernah ada di buku sulap manapun‛ 32

‚Sudah... sudah.. si anak ini memang senang mainrahasia nona. Biarkan dia bangga dengan gayanya sendiri..hahaha. Nama saya Abun, bapak dari pemuda ini‛ UcapPak Abun dengan nada yang selalu ramah. ‚Ya.. nama saya Carusell‛ si gadis berdiri dengankaki menyilang dan sedikit jongkok dengan kedua tanganmemegang pinggir baju. Gayanya persis seorang putri raja. ‚Nama yang indah nona cantik‛ bisik Pak Abun. ‚Indah? Ayolah Pak Abun, carusell kan nama laindari komidi putar, seperti yang ada di wahana sebelahkanan itu? Hahaha‛ Gelak sang pemuda bianglala. ‚Ah.. abang ini, iri saja bisanya melihat saya dipuji‛Ucap si gadis dengan visualisasi cemberut sambil menohokbadan sang pemuda dengan sikutnya. ‚Oww.. saya bicara apa adanya kan?‛ ‚Tapi komidi putar juga indah nak, lihat saja warna –warni lampu dan hiasan yang ada padanya. Selalumembawa aura keceriaan‛ Tukas Pak Abun melerai. ‚Tuh kan.. betul kata Pak Abun, bang‛ ucap si gadis. ‚Iya deh.. iya. Nona memang membawa ceria.Buktinya sedari tadi saya jadi terhibur ketika berjalan –jalan‛ kata pemuda bianglala sambil melirik genit. ‚Oh, jadi kalian sudah cukup lama berdua ya?‛ PakAbun menatap pemuda bianglala, lalu si gadis. ‚Iya pak... saya sudah macam guide Internasionaltadi, mengajak keliling dan cerita panjang lebar‛ 33

‚Predikat guide belum lengkap jika engkau belummengajak si nona cantik ini memasuki tiap wahana, nak‛Senyum Pak Abun sembari berkedip. ‚Tak mungkin pak... Operasional semua wahanaselalu malam hari, jadi malam hari tentu saya harus bekerjamenjaga wahana bianglala ini. ‚Ah.. itu bisa diatur nak. Aku bisa minta tolong satupemuda dari wahana ‘ombak banyu’ untuk berjaga disinisehari. Personil mereka kan cukup banyak, pasti tak jadisoal jika aku ajak salah satu dari mereka‛ ‚Betulkah Pak Abun? Oh.. senang sekali‛ pekik sigadis tertahan sembari menekan pipinya dengan keduatelapak tangan. ‚Baik Pak Abun, anggap saja saya cuti semalam.Berikan gajiku sehari untuk pemuda tersebut. Terima kasihbanyak Pak‛ tukas pemuda bianglala dengan kedua tanganterkepal di depan dada, persis laksamana dari china ketikamemberi salam. ‚Sama – sama nak‛ senyum Pak Abun terurai,terlihat visualisasi bahwa Pak Abun amat gembira jikamelihat pemuda tersebut gembira hatinya. ‚Jadi, kapan waktunya nona?‛ ucap sang pemudasemangat sembari beralih pandang pada si gadis. ‚Hmm.. jika hari sabtu? sebab siangnya saya tidakada mata kuliah. Tunangan saya juga sedang ke luar kota‛Ucap sang gadis sambil menunjuk ruas – ruas jarinya miripibu yang memberi dongeng kepada anaknya. 34

‚Mundur beberapa jam, acara batal‛ ucap sangpemuda seolah memberi ultimatum. ‚Ah.. ini bukan janji ketemu dengan pejabat bang‛timpal si gadis dengan visualisasi cemberut. ‚Okelah.. apa yang tidak untuk si nona manis sepertianda‛ gelak sang pemuda bianglala. Langit semakin memerah, menebar halusinasi kuatakan senja yang kian merayap. Gerobak bianglala berderitseiring hembusan angin. ‚Hmm.. hari telah senja bang‛ si gadis berbisik. ‚Benar begitu‛ ucap sang pemuda. ‚Aku harus pulang saat ini. Pasti tunangan saya akansegera ke rumah. Dia akan marah jika tahu saya pergikeluar seorang diri‛ ‚Aww.. pria temperamen rupanya ya?‛ ‚Biasa, dimana – mana semua pria seperti itu‛ 35




Like this book? You can publish your book online for free in a few minutes!
Create your own flipbook