Important Announcement
PubHTML5 Scheduled Server Maintenance on (GMT) Sunday, June 26th, 2:00 am - 8:00 am.
PubHTML5 site will be inoperative during the times indicated!

Home Explore Daya Dukung Kelautan dan Perikanan

Daya Dukung Kelautan dan Perikanan

Published by Ufan, 2015-07-28 02:33:29

Description: Buku daya dukung Kelautan dan Perikanan terbitan KKP

Keywords: Daya Dukung,KKP

Search

Read the Text Version

sebesar 3.40 ton·km-2. Rasio P/B sebesar 60.225 tahun-1 survey LIPI tahun 2000, Laporan Dinas Perikanan danmengacu pada penelitian small hervorous copepods yang Kelautan Kab Sumbawa, serta hasil wawancara dengandilakukan Greze (1978), sedangkan rasio Q/B diperoleh dari nelayan lokal dan Fishbase 1998. Nilai Biomassa ikan pelagikmodel ekosistem di Monterey Bay (Olivieri et al. 1993) rata- kecil 2.56 ton·km-2, sedangkan rasio P/B dan Q/B masing-rata sebesar 220 tahun-1. masing 4.89 tahun-1 dan 14.838 tahun-1.LBS (Living Bottom Structure) LemuruNilai biomassa kelompok ini diperoleh dari hasil survey Pauly Untuk kelompok lemuru nilai Biomassa, rasio P/B dan Q/Bet.al 1996 dengan nilai rata-rata antara 19.88 - 20 ton·km-2. didapatkan dengan melakukan survey di Teluk Saleh, dan dataSedangkan nilai P/B dan rasio Q/B di peroleh dari penelitian yang di dapatkan digabungkan dengan hasil survey LIPI tahunOpitz (1996) yang dilakukan untuk model Caribbean coral 2000, Laporan Dinas Perikanan dan Kelautan Kab Sumbawa,reef dengan nilai masing-masing 1.70 tahun-1 dan 4.019 serta hasil wawancara dengan nelayan lokal dan Fishbasetahun-1. 1998. Nilai Biomassa ikan lemuru 2.423 ton·km-2, sedangkan rasio P/B dan Q/B masing-masing 3.56 tahun-1 dan 21.616Benthik Infauna tahun-1.Biomassa untuk kelompok ini diperoleh dari rata-ratabiomassa hasil penelitian LON-LIPI 1977 - 1979 di laut Jawa Pelagik Sedangdan survey di Laut Cina Selatan sampai Laut Jawa November Untuk kelompok Pelagik sedang nilai Biomassa, P/B rasio dan1974 Juli 1976 (Pauly et al.1996) dengan nilai biomassa Q/B rasio didapatkan dengan melakukan survey di Teluk18.94 ton·km-2. Dan nilai rasio P/B dan Q/B masing-masing Saleh, dan data yang di dapatkan digabungkan dengan hasil3.00 tahun-1 dan 12.50 tahun-1, diperoleh dari Model Pantai survey LIPI tahun 2000, Laporan Dinas Perikanan danBrunei (Silvestre et al. 1993). Kelautan Kab Sumbawa, serta hasil wawancara dengan nelayan lokal dan Fishbase 1998. Nilai Biomassa PelagikPelagik Kecil sedang 1.420 ton·km-2, sedangkan rasio P/B dan Q/BUntuk kelompok pelagik kecil, nilai Biomassa, P/B rasio dan masing-masing 1.811 tahun-1 dan 10.845 tahun-1.Q/B rasio didapatkan dengan melakukan survey di TelukSaleh, dan data yang di dapatkan digabungkan dengan hasil 100 DAYA DUKUNG SUMBERDAYA KELAUTAN DAN PERIKANAN

Ikan Demersal Gambar atas:Untuk kelompok Ikan demersal nilai Biomassa, rasio P/B dan Salah satu produksi nelayan di Teluk saleh selain ikan segar, abonQ/B di dapatkan dengan melakukan survey di Teluk Saleh, ikan laut dan dendeng ikan adalah rumput laut. Teluk Saleh memilikidan data yang di dapatkan digabungkan dengan hasil surveyLIPI tahun 2000, Laporan Dinas Perikanan dan Kelautan Kab potensi lahan yang sangat menunjang untuk budidayaSumbawa, serta hasil wawancara dengan nelayan lokal dan rumput laut jenis Eucheuma cottonii.Fishbase 1998. Nilai Biomassa Ikan demersal 1.369 ton·km-2,sedangkan rasio P/B dan Q/B masing-masing 1.148 tahun-1 ton·km-2, sedangkan rasio P/B dan Q/B masing-masing 1.518dan 9.977 tahun-1. tahun-1 dan 9.717 tahun-1.Cakalang HiuUntuk kelompok Cakalang nilai Biomassa, rasio P/B dan Q/B Untuk Hiu nilai Biomassa, P/B rasio dan Q/B di dapatkandi dapatkan dengan melakukan survey di Teluk Saleh, dan dengan melakukan survey di Teluk Saleh, dan data yang didata yang di dapatkan digabungkan dengan hasil survey LIPI dapatkan digabungkan dengan hasil survey LIPI tahun 2000,tahun 2000, Laporan Dinas Perikanan dan Kelautan Kab Laporan Dinas Perikanan dan Kelautan Kab Sumbawa, sertaSumbawa, serta hasil wawancara dengan nelayan lokal dan hasil wawancara dengan nelayan lokal dan software FishbaseSoftware Fishbase 1998. Nilai Biomassa Cakalang 0.671 1998. Nilai Biomassa Hiu 0.240 ton·km-2, sedangkan rasio P/B dan Q/B masing-masing 0.099 tahun-1 dan 8.93 tahun-1.101 Burung Laut Karena tidak tersedianya data Biomassa, rasio P/B dan Q/B untuk Burung laut di Teluk Saleh, nilai diperoleh dengan meminjam hasil penelitian biomassa dan rasio P/B dari biomass of Booby in Peru 60 model (Jarre et al., 1991) dalam Buchary E et. Al. (2001) dengan nilai 0.025 ton·km-2 dan DAYA DUKUNG SUMBERDAYA KELAUTAN DAN PERIKANAN

Tabel Hasil Running Basic Estimate Ecopath Ekosistem Teluk Saleh0.05 tahun-1, sedangkan nilai rasio Q/B meminjam dari rata- dimakan oleh suatu kelompok dalam tingkatan trophicrata nilai Q/B 4 spesies burung dengan estimasi ekosistem. Hasil penelitian menunjukkan bahwa semakinmenggunakan formula empiris (Nilsson and Nilsson., 1976) tinggi tingkatan kelompok dalam trophic level, nilai Ecotrophicsebesar 67.67 tahun-1. Efisiensinya makin kecil. Dari Tabel dapat dilihat pula nilai Ecotrophic Efisiensi untuk kelompok pelagis kecil sebesarDetritus 0.98 lebih besar dari nilai Ecotrophic Efisiensi Hiu yang hanyaBiomassa detritus sebesar 10.50 ton·km-2, diperoleh dari sebesar 0.192.estimasi menggunakan formula empiris oleh Pauly et al(1993) dengan PP = 300 gC/m²/tahun dan E = 50 m. Dari Gambar Flowchart Model Ekosistem Teluk Saleh, Ekosistem Teluk Saleh lebih dari empat trophic level, denganHasil Dari Basic Estimation kelompok Hiu berada di level predator teratas dengan nilaiHasil final dari input parameter (Biomassa, P/B dan Q/B trophic level tinggi yaitu 4.40 dan nilai produksi/konsumsirasio) dan balancing model dapat dilihat pada Tabel diatas, yang rendah 0.011. Distribusi dari jumlah kelompokdiet matrix pada Tabel halaman berikutnya demikian juga, fungsional pada trophic level relatif merata antara trophicjumlah tangkapan di Teluk Saleh serta diagram dari trophic level rendah (<2.5) dan trophic level intermediet (2.5-3.5).level ekosistem Teluk Saleh. Untuk trophic level rendah ada 8 kelompok fungsional yaitu fitoplankton, Produser Benthik, rumput laut natural, budidayaDari Tabel dapat dilihat nilai Ecotrophic Efisiensi (EE), yaitu rumput laut, Mangrove, Terumbu Karang, Zooplankton danjumlah makanan yang tersedia pada suatu ekosistem yang Detritus) dan 4 kelompok untuk trophic level intermediat DAYA DUKUNG SUMBERDAYA KELAUTAN DAN PERIKANAN 102

Tabel Diet Matrix Kelompok Fungsional Teluk Saleh Tabel Data Hasil Tangkapan (Catch) di Teluk Saleh Tahun 2001-2002103 DAYA DUKUNG SUMBERDAYA KELAUTAN DAN PERIKANAN

Gambar Flowchart Model Ekosistem Teluk Saleh dimana: B = Biomassa (ton·km-2); P = Produksi (tahun-1); Q = Konsumsi (tahun-1)yaitu LBS, Benthik Infauna, Pelagis Kecil dan Lemuru, serta 6 Dari hasil analisis terhadap kegiatan perikanan tangkap dikelompok untuk trophic level tinggi (>3.5) yaitu Hiu, Teluk Saleh untuk kelompok fungsional pelagis kecil, lemuru,Cakalang, Pelagis sedang, Ikan Demersal, Lumba-lumba dan pelagis sedang, ikan demersal dan cakalang menunjukkanBurung Laut. angka Expectation rate dengan rumus perhitungan (E = fishing catch/total mortality) yang masih rendah (lowJumlah kelompok fungsional yang banyak dalam tingkatan eksploitation) yaitu berkisar antara 0.01 - 0.5. Dengantrophic level, seperti tingkatan ke-2 sampai ke-4 demikian dari hasil ini menunjukkan, bahwa kegiatanmenunjukkan tingkat kompetisi yang tinggi dalam perikanan tangkap di Teluk Saleh masih layak untukmemperoleh makanan pada ekosistem tersebut. Sehingga dikembangkan.dampak dari adanya kegiatan perikanan tangkap harusdiperhitungkan dalam pengelolaan ekosistem Teluk Saleh. RESUMEKarena, jika kegiatan perikanan tangkap di Teluk Salehmenggunakan alat tangkap yang tidak ramah lingkungan, maka Dari pemaparan hasil dan pembahasan berdasarkan hidro-akibatnya sumberdaya yang ada pada ekosistem tersebut oseanografi dan ecopath maka dapat diresumekan sebagaiakan terancam keberlanjutannya. Dari Gambar diatas juga berikut :dapat diketahui bahwa sumbangan transfer energi terbesardiberikan oleh Primary Producers, sebesar 19.8 %. 1. Suhu berkisar antara 27.0 - 29.05 ºC, dengan rerata 27.78 ºC, salinitas di perairan Teluk Saleh rata-rata DAYA DUKUNG SUMBERDAYA KELAUTAN DAN PERIKANAN 104

32.77‰. Nilai pH sebesar 8.0, dan pH ini relatif adalah 140,16 143,68 cm, dengan kondisi rata-rata sama untuk setiap stasiun pengamatan sedang tingkat tunggang pasut maksimum lebih tinggi di perairan kecerahan air laut berkisar antara 6.0 8.0 meter Teluk Saleh sebelah timur daripada sebelah barat. dengan rata-rata 13.40 meter. Pengamatan terhadap benda padat terapung, lapisan minyak dan bau 5. Pola pergerakan arus permukaan yang dibangkitkan adalah nihil. oleh pasang surut pada kondisi purnama secara umum : pada saat air menjelang surut, arus2. Kondisi arus permukaan pada bulan Oktober di memasuki Teluk Saleh melalui Selat Batahai dan perairan Teluk Saleh didominasi oleh arus yang keluar meninggalkan teluk Saleh melalui Selat Saleh. mengalir memasuki Teluk Saleh melewati Selat Saat pasang, aliran arus berkecepatan tinggi yang Batahai. berasal dari Selat Batahai menimbulkan eddy yang terbentuk dengan baik dan terbentuk pula zona-3. Pola arus di bagian utara perairan Teluk Saleh jauh zona depresi. lebih dinamis dibandingkan pola arus di bagian selatan yang cenderung stabil selama simulasi 6. Ekosistem Teluk Saleh terdiri dari 18 kelompok dilakukan. fungsional4. Tunggang pasang surut maksimum rata-rata pada 7. Tingkatan Trophic level Teluk Saleh lebih dari empat bulan Oktober 2003 berdasarkan hasil prediksi tingkatan, dengan distribusi jumlah kelompok105 DAYA DUKUNG SUMBERDAYA KELAUTAN DAN PERIKANAN

fungsional yang merata pada setiap level. 1068. Sumbangan Transfer Energi terbesar diberikan oleh kelompok fungsional Primary Producers di trophic level 1, dengan nilai 19.8 %.9. Nilai Expectation rate dari kegiatan perikanan tangkap di Teluk Saleh berkisar antara 0,01 0,5. DAYA DUKUNG SUMBERDAYA KELAUTAN DAN PERIKANAN



Teluk Ekas Perairan Teluk Ekas secara administratif berada dalam dua kabupaten yaitu Lombok Timur dan Lombok DAYA DUKUNG SUMBERDAYA KELAUTAN DAN PERIKANAN Tengah, provinsi Nusa Tenggara Barat. Terdapat lima desa di sekitar teluk ini yaitu Desa Awang yang masuk dalam wilayah Kabupaten Lombok Tengah dan 4 desa lainnya yaitu Desa Batu Nampar, Desa Pemongkong (Ekas), Desa Saung (Sukaraja) dan Desa Ujung masuk dalam wilayah Kabupaten Lombok Timur. Teluk Ekas mempunyai luas 5312,68 hektare atau 53,1268 km², meskipun tidak begitu luas tetapi teluk ini memiliki keunikan tersendiri yaitu berhadapan langsung dengan Samudera Indonesia tetapi relatif terlindung terhadap gelombang karena letaknya menjorok ke dalam. Disamping itu berdekatan juga dengan Selat Alas yang menghubungkan massa air dari Samudra Indonesia dengan Samudra Pasifik sehingga teluk ini menampung banyak suplai nutrien untuk ekosistem pesisir daerah ini. Teluk ini dikelilingi oleh dataran tinggi serta tebing karang dengan kontur tanah yang terjal dan tekstur tanah umumnya pasir putih dan sedikit lempung. Kedalamannya bervariasi dari 0 sampai 70 km. Hidro-oseanografi Kondisi berikut ini merupakan hasil survey Badan Riset Kelautan dan Perikanan, Departemen Kelautan dan Perikanan tahun 2002 dan 2003. Berdasarkan pengukuran yang dilakukan, temperatur di perairan Teluk Ekas berkisar 25,8 -27,6°C, salinitas berkisar 34,4-34, 8 ‰, sedang nilai pH adalah 7.5-8. Pasang Surut Berdasarkan pengamatan terhadap hasil prediksi pasang surut menggunakan Oritide Global Tide Model untuk bulan Januari 2004 dan peta distribusi tipe pasut Se-Asia Tenggara dari Wrytki (1961) diperoleh bahwa tipe pasut di perairan Teluk Ekas adalah campuran cenderung harian ganda (mixed tide prevailing semidiurnal). Hasil prediksi tersebut menunjukkan 108

bahwa pada bulan Januari 2004 tinggi rata-rata air pasang umum kecepatan arusnya mencapai maksimum 0.01tertinggi adalah +74,56 cm, air surut terendah 69,12 cm, m/detik di bagian mulut teluk dan ujung utara teluk, dengan sebagian besar mengarah masuk ke teluk. Sebagian kecilAir Pasang Tertinggi Elevasi Muka Air (cm) berbalik arah keluar teluk tepatnya di bagian barat mulutAir Surut Terendah +128,67 teluk. Hal ini terjadi karena terjadi perbedaan elevasi dimanaTunggang Maksimum -130,96 elevasi bagian utara lebih rendah (1.134 m) daripada elevasi 258,63 di mulut teluk (1.135 m)Tabel Hasil Prediksi Tinggi Air Pasang Surut dan Saat air pasang memperlihatkan bahwa secara umum Tunggang Maksimum Januari Tahun 2004 kecepatan arusnya mencapai rata-rata 0.01 m/detik dengan sebagian besar mengarah masuk ke teluk. Sebagian kecil berbalik arah keluar teluk tepatnya di bagian barat mulut teluk. Hal ini terjadi karena terjadi perbedaan elevasi dimanadengan tunggang maksimum sekitar 258.63 cm. Elevation (m) 3 South BoundaryHidrodinamika 2.5Hasil Simulasi arus pasut secara umum menunjukkan bahwa 50 100 150 200 250 300 350arus yang memasuki Teluk Ekas berasal dari Samudera Hindia 2 Time (s)yang terletak di sebelah Selatan Pulau Lombok. Hasil simulasi 1.5menunjukkan bahwa arus bergerak keluar masuk Teluk Ekassesuai dengan pola pasang surut yang ada. Pola sirkulasi di 1daerah teluk juga dipengaruhi oleh kondisi batimetrinya, 0.5dimana pada saat surut daerah coral reef (bagian paling ujungTimurlaut dari teluk) menjadi darat. Fenomena tersebut 0sangat jelas terlihat pada kondisi purnama saat air surut dan 0efeknya masih tampak hingga saat air menjelang pasang.Fenomena tersebut pada kondisi perbani juga tampak tetapi Gambar Elevasi Muka Laut Teluk Ekas selama 14 Haritidak sekuat pada saat kondisi purnama. di Batas Terbuka Area Model Bagian SelatanPola Arus Pasut Kondisi Perbani elevasi bagian ujung utara lebih rendah (1.969 m) daripadaPola arus pasut hasil simulasi model pada kondisi pasut elevasi di daerah sekitarnya (1.970 m).perbani (Neap Tide Condition) adalah sebagai berikut: Pola arus saat air menjelang surut memperlihatkan bahwa secara umum kecepatan arusnya mencapai maksimum 0.01Saat air surut memperlihatkan bahwa secara umum m/detik dengan sebagian besar mengarah keluar teluk. Hal inikecepatan arus mencapai maksimum 0.01 m/detik di bagian terjadi karena terjadi perbedaan elevasi dimana elevasi bagianmulut teluk dan ujung utara teluk, dengan arah menuju keluar ujung utara lebih tinggi (1.986 m) daripada elevasi di daerahteluk. Hal ini terjadi karena terjadi perbedaan elevasi dimana sekitarnya (1.985 m).elevasi bagian utara lebih tinggi (1.233 m) daripada elevasi dimulut teluk (1.232 m). Pola Arus Pasut Kondisi PurnamaSaat air menjelang pasang memperlihatkan bahwa secara DAYA DUKUNG SUMBERDAYA KELAUTAN DAN PERIKANAN109

Pola arus pasut hasil simulasi model pada kondisi pasut Tabel Ecopathpurnama (Spring Tide Condition) adalah sebagai berikut:Saat air surut memperlihatkan bahwa secara umum No. Kelompok Fungsional Komponen Kelompokkecepatan arus mencapai maksimum 0.01 m/detik di bagianmulut teluk dan ujung utara teluk, dengan arah menuju keluar 1 Detritusteluk. Hal ini terjadi karena terjadi perbedaan elevasi dimana 2 Phytoplankton Gambar bawah: Teluk Ekas mempunyai keunikan tersendiri yaitu berhadapan 3 Benthic Producer Seagrass, Seaweed langsung dengan Samudera Indonesia tetapi relatif terlindung 4 Rumput laut hasil budidaya Euchema cotomii terhadap gelombang karena letaknya menjorok ke dalam. Namun pada Musim Barat, gelombang yang cukup besar bisa 5 Mangrove Soneratia alba, Avicennia marina dengan mudah datang secara tiba-tiba. 6 Terumbu Karangelevasi bagian utara lebih tinggi (0.740 m) daripada elevasi di 7 Zooplanktonmulut teluk (0.737 m).Saat air menjelang pasang memperlihatkan bahwa secara 8 Benthic fauna Horny star, Gastropodaumum kecepatan arusnya mencapai maksimum 0.025m/det di bagian ujung utara teluk, dengan sebagian besar 9 Udang Penaid Penaeus monodonmengarah masuk ke teluk. Sementara itu terjadi perbedaanelevasi dimana elevasi bagian utara lebih tinggi (0.689 m) 10 Chepalopoda Sepia sp (cuttlefish)daripada elevasi di mulut teluk (0.687 m). Hal ini terjadi Rastrelliger kanagurta, Decapterus ruselli, DAYA DUKUNG SUMBERDAYA KELAUTAN DAN PERIKANAN Sardinella lemuru, Chanos chanos, 11 Small pelagics (< 30 cm) Trichiurus lepturus, Stolephorus comersonii, Apogon amboinensis, Sardinella gibbosas Lethrinus atkinsoni, Myripristis berndti, 12 Ikan Demersal Kecil RA-NH (< 30 cm) Lethrinus enigmaticus, Pomadasys maculatus, Caranx melampygus, Gerres oyena, Caesio cuning, Liza subviridis 13 Ikan Demersal Kecil RA -H (< 30 cm) Siganus canaliculatus, Oxyurichtyhys spp, Abudefduf sexfaciatus 14 Ikan Demersal Kecil NRA (< 30 cm) Leiognatus splendens, Nemipterus zysron, Nemiptherus bathybius 15 Ikan Pelagik Besar ( > 30 cm) Euthynus affinis, Katsuwonus pelamis, Scombromerus comersonii 16 Dolphin 17 Burung Laut diduga karena penumpukkan massa di bagian ujung Timurlaut teluk. Saat air pasang memperlihatkan bahwa secara umum kecepatan arusnya mencapai maksimum 0.01 m/detik dengan sebagian besar mengarah masuk ke teluk. Sebagian kecil berbalik arah keluar teluk tepatnya di bagian barat mulut teluk. Sementara itu terjadi perbedaan elevasi dimana elevasi bagian ujung Timurlaut (2.385) dan mulut teluk lebih tinggi (2.384 m) daripada elevasi di bagian barat (2.382 m). Pola arus saat air menjelang surut memperlihatkan bahwa secara umum kecepatan arusnya mencapai rata-rata 0.03 m/detik dengan sebagian besar mengarah keluar teluk. Hal ini terjadi karena terjadi perbedaan elevasi dimana elevasi bagian ujung Timurlaut lebih tinggi (2.222 m) daripada elevasi di daerah sekitarnya (2.218 m). Ecopath Input Model dan Balancing Model Ecopath Data dan informasi yang digunakan untuk membangun model ekosistem ini diambil dari beberapa sumber baik dari hasil 110

Peta kedalaman Teluk Ekas111 DAYA DUKUNG SUMBERDAYA KELAUTAN DAN PERIKANAN

ab cdGambar 6.2 Pola arus dan elevasi muka air untuk keseluruhan Perairan Teluk Ekas saat kondisi perbani pada: (A) Surut, (B) Menjelang pasang, (C) Pasang, (D) Menjelang surut ab cd 112 Gambar Pola arus dan elevasi muka air keseluruhan Perairan Teluk Ekas saat kondisi purnama pada: (A) Surut, (B) Menjelang pasang, (C) Pasang, (D) Menjelang surutDAYA DUKUNG SUMBERDAYA KELAUTAN DAN PERIKANAN

Gambar samping: Rumput laut yang dibudidayakan jenis Eucheuma cottonii yang merupakan sumber utama Carrageenan. Lombok Timur memproduksi 2.140 ton per tahun.Carrageenan adalah jelly/gum terbuat dari rumput laut yang mempunyai kegunaan antara lain; gelling agent dan stabiliser.publikasi maupun bukan. Data primer yaitu data digunakan data dari ekosistem yang terdekat dengan daerahpenangkapan ikan di perairan Teluk Ekas diperoleh dari hasil studi. Informasi untuk diet composition dari setiap spesiespenelitian di lapangan. Berdasarkan data primer dan sekunder ikan diperoleh dari database Fishbase (Fishbase 2000),yang di dapat di lapangan, ekosistem di Teluk Ekas dapat di sedangkan untuk spesies non-ikan diperoleh dari beberapakelompokkan dalam 17 (tujuh belas) termasuk detritus. model dalam Pauly and Christensen (1993) dan literatur- literatur lainnya. Dilakukan beberapa modifikasi dalam dietDalam hal ini terdapat beberapa data dan informasi yang composition untuk mendapatkan keseimbangan model.tidak tersedia untuk beberapa kelompok fungsional sehingga Gambar bawah: Lumba-lumba yang sering tampak di Teluk Ekas sama sekali tidak dirasakan sebagai pengganggu oleh para nelayan. Bahkan banyak dilaporkan, nelayan yang kecemplung di laut ditolong lumba-lumba.

Gambar atas: dari Gulf of Thailand 10 - 50 m sub model sebesar 200 tahun- Avicennia marina salah satu jenis mangrove yang terdapat pada 1 dan dari Brunei sebesar 71,2 tahun-1 (Buchary, 1999). Produsen Bentik hutan mangrove di daerah Saung (Batunampar) dengan Kelompok produsen bentik terdiri dari alga (seaweed) dan luas 70.478 m2 lamun (seagrass). Parameter B dan P/B diadopsi dari model Laut Cina Selatan yaitu 153 ton·km-2 dan 11,885 tahun-1. DariDetritus data DKP Lombok Timur diketahui bahwa jenis seaweedParameter input yang diperlukan dalam detritus adalah yang banyak terdapat di perairan Teluk Ekas adalah sango-biomasa, dimana nilai biomasa yang digunakan diambil dari sango (Gracilaria sp) dan Eucheuma cottonii.model Selat Bali sebesar 10,50 ton·km-2 tahun-1 (Buchary,et.al., 2002). Rumput Laut Hasil Budidaya Rumput laut yang dibudidayakan adalah jenis EucheumaFitoplankton cottonii, berdasarkan data dari DKP Lotim produksi per tahunBiomasa fitoplankton dari hasil penelitian DKP et.al., (2000) dari budidaya rumput laut 2140 ton. Nilai P/B sebesardi Teluk Ekas yaitu 3,798 ton·km-2, dimana fitoplankton 15.340 tahun-1diperoleh dari hasil estimasi P/B di Philipinadidominasi oleh diatom dan dinoflagelata. Nilai untuk P/B (Alino et.al., 1993).sebesar 135 tahun-1 merupakan hasil estimasi perbandingan Mangrove DAYA DUKUNG SUMBERDAYA KELAUTAN DAN PERIKANAN Hutan mangrove yang berada di sekitar perairan Teluk Ekas adalah seluas 70.478 m2, bagian utara Pantai Ekas : 132397 m2 (Bappeda NTB, 1999). Jenis mangrove yang ada adalah Sonneratia alba dan Avicennia marina. Dari hasil penelitian di daerah Maluku, nilai estimasi untuk B adalah 32.779 ton·km- 2.tahun-1dan P/B adalah 4.450 tahun-1. Terumbu Karang Berdasarkan hasil penelitian DKP, et.al (2000) pada umumnya terumbu karang dalam kondisi yang kurang bagus dengan tutupan karang batu kurang dari 25% berupa koloni karang foliose Montipora sp dan Porites sp, dijumpai pula karang masih Galaxea, Pavona, Acropora dan Millepora. Benthic Fauna Total biomasa dari kelompok chepalopoda adalah 0.09 ton·km-2 dari model Selat Bali (Buchary et.al., 2002) dan P/B dari the P/B of meiobenthos di Monteray Bay; 9.0 tahun-1 dan nilai Q/B adalah 30.0 tahun-1 (Olivieri, et al., 1993). Udang Penaid Biomasa P/B dan Q/B dari Penaid shrimp didapatkan dari model Laut Jawa sebesar 0.556 ton·km-2dan 13 tahun-1dan 70.0 tahun-1 (Buchary, 1999) 114

Tabel Diet Matrix Kelompok Fungsional Teluk Ekas Tabel Input data yang digunakan dalam model ecopath115 DAYA DUKUNG SUMBERDAYA KELAUTAN DAN PERIKANAN

Gambar Flowchart Model Ekosistem Teluk Ekas dimana: B = Biomassa (ton·km-2); P = Produksi (tahun-1); Q = Konsumsi (tahun-1)Chepalopoda karena hanya sementara, ikan ini bermigrasi dari SamuderaParameter input B dan P/B didapat dari model Laut Jawa Indonesia.sebesar 0.09 ton·km-2 dan 3.1 tahun-1. (Buchary, 1999). Nilai Lumba-lumbaP/B sebesar 3.1 tahun-1 diperoleh dari kelompok chepalopoda Total biomasa lumba-lumba adalah 0.004 ton·km-2 dan P/Bmodel Teluk Thailand 10-50 sub model (Pauly and adalah 0.02 tahun-1. dari model Selat Georgia (Martel., et al.,Christensen, 1993) dan Q/B sebesar 16.0 tahun-1dari model 2002) dan Q/B = 14.07 tahun-1 dari Browder (1993).Selat Bali (Buchary et.al., 2002). Burung LautKelompok Ikan Total biomasa burung laut adalah 0.005 ton·km-2 dari modelJenis-jenis ikan yang ada di perairaan Teluk Ekas Kontania. Nilai P/B adalah 0.050 tahun-1 dan Q/B = 67.670dikelompokkan ke dalam 4 kelompok berdasarkan ukuran, tahun-1 dari model Selat Bali (Buchary et.al., 2002).habitat dan tipe makan/pemangsaan dan parameter input B,P/B dan Q/B. Ikan dengan panjang badan rata-rata lebih kecil Hasil dan pembahasandari 30 cm dikategorikan dalam kelompok small (kecil) dan Hasil final dari input parameter (Biomassa, P/B dan Q/Byang lebih besar dari 30 cm masuk kategori besar (large). rasio) dan keseimbangan model Ecopath perairan Teluk EkasSementara itu dolphin mempunyai functional group tersendiri dapat dilihat pada Tabel dihalaman samping serta Tabel diet matriks, jumlah, serta flow chart model ekosistem Teluk DAYA DUKUNG SUMBERDAYA KELAUTAN DAN PERIKANAN Ekas.. 116

Distribusi dari kelompok fungsional dalam trophic level relatif sistem di perairan sedang dan subtropis, export produksitidak merata dimana trophic level rendah (< 2.5) sebanyak fitoplanktonnya ke dalam detritus sekitar 50 % atau lebih.10 kelompok, intermediate (2.5-3.5) sebanyak 5 kelompokdan 2 kelompok mempunyai trophic level lebih besar dari Tabel menunjukkan estimasi diet matriks untuk komponen-3.5. Lumba-lumba merupakan top predator dalam ekosistem komponen kelompok yang digunakan dalam model. Sebagianperairan Teluk Ekas. Estimasi nilai EE berkisar antara 0.000 besar nilai-nilai ini berasal dari studi tingkah laku makan secarapada produsen benthik sampai 0.986 untuk kelompok kualitataif yang kemudian diestimasi secara kuantitatifpelagik kecil. Dari hasil estimasi tersebut maka dapat diduga (beratnya) untuk diet composition. Diet awal ditentukan lebihbahwa pelagik kecil merupakan sebuah komponen dulu kemudian dilakukan pendekatan dan modifikasi untuktereksploitasi yang mempunyai pengaruh paling besar mendekati limit nilai Ecotrophic Efficiensi (EE < 1).terhadap komponen-komponen kelompok lainnya. RESUMEDari tabel sebelumnya terlihat bahwa produktivitas primerperairan termasuk rendah dilihat dari biomassa fitoplankton Dari pemaparan hasil dan pembahasan berdasarkan hidro-sebesar 3,798 ton·km-2, sementara nilai EE-nya adalah oseanografi dan ecopath di perairan Teluk Ekas maka dapat0.922 dianggap sebagai nilai yang konservatif untuk diresumekan sebagai berikut :parameter ini. Walsh (1983) menyatakan bahwa sejumlah 1. Suhu berkisar 25,8-27,6 °C, salinitas berkisar 34,4-117 34, 8 ‰, . Nilai pH sebesar 8.0, dan sedang nilai DAYA DUKUNG SUMBERDAYA KELAUTAN DAN PERIKANAN

pH adalah 7.5-8. 2.5) sebanyak 10 grup, intermediate (2.5 - 3.5) sebanyak 5 grup dan 2 grup mempunyai trophic2. Kondisi arus permukaan pada bulan Januari 2004 level lebih besar dari 3.5. didominasi oleh arus yang mengalir keluar masuk sesuai dengan pola pasang surut. 7. Dolphin merupakan top predator dalam ekosistem perairan Teluk Ekas. Estimasi nilai EE berkisar antara3. Kecepatan arus cenderung kuat ketika mendekati 0.000 (produsen benthik) sampai 0.986 (pelagis bagian Ujung Timurlaut, dan di mulut Teluk Ekas. kecil).4. Elevasi pasang tertinggi dan surut terendah rata-rata 8. Pelagik kecil merupakan komponen tereksploitasi pada bulan Januari 2004 berdasarkan hasil prediksi yang mempunyai pengaruh paling besar terhadap berturut-turut adalah +128.67 dan -130.96 cm, komponen-komponen kelompok lainnya. dengan tunggang maksimum rata-rata 258,63 cm. 9. Produktivitas primernya termasuk rendah dilihat dari5. Ekosistem Teluk Ekas terdiri dari 17 kelompok biomassa fioplankton sebesar 3,798 ton/km2, fungsional sementara nilai EE-nya adalah 0.922 dianggap sebagai nilai yang konservatif.6. Distribusi kelompok fungsinal dalam trophic level relatif tidak merata dimana trophic level rendah (< 118 DAYA DUKUNG SUMBERDAYA KELAUTAN DAN PERIKANAN

Kesimpulan 6. Dengan keterbatasan yang ada dalam hal ketersediaan data, kita dapat mengetahui prioritas penelitian yang akan1. Melihat pentingnya peranan oseanografi pada studi-studi dilakukan kedepan, yakni dengan tidak melakukan sektor kelautan, kerjasama dan koordinasi antara pengulangan penelitian bagi sesuatu topik. Lebih baik hal penyedia dan pengguna data untuk menghasilkan produk ini diarahkan untuk mengisi kekosangan dalam jasa aplikasi oseanografi yang melibatkan seluruh instansi mengestimasi berbagai parameter populasi seperti dirasakan mendesak untuk direalisasikan. biomassa dan kebiasaan makan (feeding habit) dari berbagai species yang tergolong ekonomis penting.2. Dalam rangka memahami interaksi laut dan habitat didalamnya secara intensif, pengembangan model 7. Estimasi dari paramater populasi seperti yang dipaparkan matematika yang menggabungkan proses di laut dan dalam kajian ini merupakan standard bagi penggunaan habitatnya perlu untuk lebih ditingkatkan, karena studi ini ecopath apabila akan dilakukan di daerah lain. di Indonesia masih terbatas. 8. Pendekatan Rapfish (Rapid Appraisal for Fisheries)3. Dari studi daya dukung perairan di beberapa lokasi menunjukkan bahwa: 'Aspek teknologi, yang terdiagnosa dengan menggunakan metode Ecopath, dipaparkan hasil berkinerja rendah sehubungan dengan penggunaan cara- yang dapat digunakan untuk studi dinamika populasi ikan cara penangkapan ekstraktif, pada kondisi ekologis yang dengan menggunakan pendekatan multi-species baik, tidak mampu menciptakan kinerja ekonomi yang approach. Biomasa yang diestimasi dengan prinsip baik'. keseimbangan biomassa dalam suatu ekosistem menghasilkan nilai yang bervariasi terhadap masing-masing 9. Meningkatnya intensitas dan kualitas konflik antar alat kelompok fungsional (functional groups) yang terdapat tangkap atau kelompok nelayan perlu diwaspadai karena dalam suatu ekosistem berdasarkan posisi kelompok dapat menjurus pada turunnya kinerja perikanan wilayah fungsional dalam trophic level. Hasil kajian ini dapat tersebut, yang berarti menempatkan perikanan ini pada menjadi bahan acuan bagi pengambil kebijakan perikanan resiko ketidak-berlanjutan yang lebih besar. di Indonesia, terutama dalam hal penentuan jumlah serta jenis ikan yang ditangkap. 10. Perlunya penyempurnaan kebijakan menyangkut keberadaan alat yang destruktif, pemberdayaan nelayan4. Hasil penelitian dengan menerapkan metode Ecopath lokal, pembatasan investasi yang menjurus pada inefisiensi merupakan hal yang pertama kali dilakukan di beberapa dan overeksploitasi dan, sinkronisasi pengaturan. perairan Indonesia secara simultan. termasuk kebijakan perijinan antara pengelola pelabuhan dan dinas perikanan.5. Walaupun dengan keterbatasan data yang ada, telah dicoba untuk dihasilkan suatu analisis alur biomassa dalam DAYA DUKUNG SUMBERDAYA KELAUTAN DAN PERIKANAN suatu ekosistem. Hal ini bermanfaat untuk menentukan pola kebijakan dalam pemanfaatan sumberdaya kelautan yang ada dimasing-masing daerah.119

Daftar Pustaka Sunda. Tugas Akhir, Program Studi Oseanografi, Departemen Geofisika dan Meteorologi, Fakultas Ilmu Kebumian danAlino, P.M., L.T. Mcmanus, J.W. Mcmanus, C.L. Nanola, JR. Teknologi Mineral, Institut Teknologi Bandung, Bandung.M.D. Fortes, G.C. Trono, JR and G.S. Jacinto. 1993. Initialparameter estimations of a coral reef flat ecosystem in Bolinao, Birowo, S., Uktolseja, H., 1981. Proceedings of thePangasinan, Northwestern Philiphines, p.252-258. In V. Workshop on Coastal Resources Management of KrakatauChristensen and D. Pauly (eds). Trophic Models of Aquatic and the Sunda Strait Region: Oceanographic Features ofEcosystem. ICLARM Conf. Proc. 26, 390 p. Sunda Strait. LIPI, Jakarta, p. 54-75.Anonymous, 2003. Statistik perikanan tangkap Propinsi BRKP., 2002. Peta Oseanografi Wilayah Perairan Indonesia.Banten, 2000-2003. Dinas Kelautan dan perikanan Propinsi Integrasi Data Riset Kelautan dan Perikanan. Badan RisetBanten. Serang. Kelautan & Perikanan. Departemen Kelautan dan Perikanan.Anonymous, 2003. Laporan Tahunan Dinas Kelautan dan Browder, J.A. 1993. A Pilot Model of The Gulf of MexicoPerikanan Propinsi Lampung tahun 2002. Dinas Kelautan dan Continental Shelf. p:279-284. In V. Christensen and D. Paulyperikanan Propinsi Lampung. Bandar Lampung. (eds). Trophic Models of Aquatic Ecosystem. ICLARM Conf. Proc. 26, 390 p.Anonymous, 2002. Profil Usaha Rumah Tangga PerikananTangkap di Laut Propoinsi Lampung tahun 2002. Kerja sama Buchary, E.A.1999. Evaluating the effect of the 1980 trawlBPS Propinsi Lampung dengan Dinas Kelautan dan Perikanan ban in the Java Sea, Indonesia : An ecosystem-based approach.Propinsi Lampung. Bandar Lampung. Department of Resource Management and Environmental Studies. The University of British Columbia. M.Sc. thesis.Anonymous, 2002. Statistik Perikanan Tangkap Kabupaten 134 p.Pandeglang. Dinas Kelautan dan Perikanan KabupatenPandeglang. Buchary, E.A., Jackie Alder, Subhat Nurhakim and Tony Wagey. 2002. The use of ecosystem modelling to investigateAnonymous, 2002. Statistik Perikanan Tangkap Kabupaten multi-species management stategies for capture fisheries in theSerang. Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Serang. Bali Strait, Indonesia. Fisheries Centre Research Centre Reports Vol.10(2):24 - 32.Anonymous, 2002. Banten Dalam Angka 2001. Badan PusatStatistik Propinsi Banten. Carey, D. (1993). Development based on carrying capacity: a strategy for environmental protection. Global EnvironmentalBlack, K.P., 2001. Model 3DD Descriptions and User's Guide. Change, June, 140-148.ASR Ltd. Hamilton - New Zealand. Christensen, V and D. Pauly. 1992. A guide to the ECOPATHBerlianty, D., 2002. Studi Dinamika Pasang Surut di Selat II software system (version 2.1). ICLARM Software 6. 72 p. DAYA DUKUNG SUMBERDAYA KELAUTAN DAN PERIKANAN Christensen, V., and D. Pauly. 1992. ECOPATH II - A software for balancing steady-stae models and calculating network characteristics. Ecol. Model. (61): 169-185 Clarke, A.L. 2002. Assessing the Carrying Capacity of the 120




Like this book? You can publish your book online for free in a few minutes!
Create your own flipbook