Important Announcement
PubHTML5 Scheduled Server Maintenance on (GMT) Sunday, June 26th, 2:00 am - 8:00 am.
PubHTML5 site will be inoperative during the times indicated!

Home Explore Jurnal Rancangan Eksperimen-Kuasi

Jurnal Rancangan Eksperimen-Kuasi

Published by R Landung Nugraha, 2020-10-24 07:00:00

Description: Jurnal ini berisi kajian:
(1) jenis penelitian ilmiah
(2) jenis penelitian kuantitatif
(3) jenis penelitian eksperimen
(4) Jenis desain penelitian eksperimen-Kuasi

Search

Read the Text Version

Buletin Psikologi ISSN 0854-7106 (Print) 2019, Vol. 27, No. 2, 187 – 203 ISSN 2528-5858 (Online) DOI: 10.22146/buletinpsikologi.38619 https://jurnal.ugm.ac.id/buletinpsikologi Rancangan Eksperimen-Kuasi Quasi-Experimental Design T. Dicky Hastjarjo1 Fakultas Psikologi, Universitas Gadjah Mada Abstract. Many studies in master psychology and professional psychology study programs used quasi-experimental methods, but there was no reference regarding quasi- experiments written in Indonesian. This article will fill in the blanks on reference to quasi- experimental methods. The article explains quasi-experimental design or non-randomized experimental design. According to Campbell quasi experimental design is divided into four types, namely (a) quasi-experimental design without control group or pretest, b) quasi experimental design with control group and pretest, c) time series design, and d) regression discontinuity design. Each type was broken down into a more specific design. Keywords: experimental method; quasi-experiment; nonrandom Abstrak. Banyak penelitian di prodi magister psikologi menggunakan rancangan eksperimen-kuasi, namun belum ada sumber rancangan-kuasi dalam bahasa Indonesia. Tulisan ini akan mengisi kekosongan acuan mengenai metode eksperimen kuasi. Artikel ini akan menguraikan rancangan eksperimen-kuasi atau rancangan eksperimen dengan melakukan penempatan subjek secara tidak acak. Rancangan eksperimen-kuasi dalam tradisi Campbell dibagi menjadi empat tipe, yakni 1) Rancangan tanpa kelompok kontrol atau tanpa pengukuran praperlakuan, 2) Rancangan dengan kelompok kontrol dan pengukuran praperlakuan, 3) Rancangan runtut-waktu (time-series design), dan 4). Rancangan diskontinuitas regresi (regression discontinuity design). Masing-masing tipe rancangan akan diperinci lagi. Kata kunci: eksperimen; eksperimen-kuasi; non acak Pengantar eksperimen. Metode noneksperimen atau sering disebut survei tidak melibatkan Metode1 penelitian psikologi secara garis adanya manipulasi variabel independen besar dibagi menjadi tiga, (1) metode sebab variabel independen serta dependen kuantitatif, (2) metode kualitatif, dan (3) hanya diukur. Di lain pihak, metode metode campuran kuantitatif dengan eksperimen adalah suatu penelitian yang kualitatif (mixed methods). Metode kuanti- melibatkan manipulasi variabel tatif dapat dibagi menjadi dua jenis independen, mengendalikan variabel berdasarkan ada tidaknya manipulasi luar/extraneous serta mengukur efek variabel independen, yaitu metode variabel independen pada variabel noneksperimen dengan metode dependen. Secara lebih rinci lagi metode eksperimen terbagi menjadi tiga macam, 1 Korespondensi mengenai artikel ini dapat melalui: yaitu (1) eksperimen acak (randomized [email protected] experiment), (2) eksperimen-kuasi (quasi- Buletin Psikologi 187

HASTJARJO experiment), serta (3) eksperimen kasus- eksperimen acak akan menempatkan tunggal/subjek-tunggal (single case/single- subjek penelitian secara acak ke dalam subject experiment). Pengalaman di Fakultas kelompok eksperimen dan kontrol Psikologi Universitas Gadjah Mada sedangkan di dalam eksperimen-kuasi rancangan eksperimen acak diajarkan di penempatan subjek penelitian ke dalam program studi sarjana psikologi kelompok eksperimen dan kontrol sedangkan rancangan eksperimen-kuasi dilakukan secara tidak acak (Cook & diajarkan di program studi magister, baik Campbell, 1979; Shadish et al., 2002). psikologi maupun profesi psikologi (Hastjarjo, 2014). Mahasiswa prodi sarjana Sejarah perkembangan metode ekspe- psikologi perlu diperkenalkan dengan rimen-kuasi yang dipelopori Campbell rancangan eksperimen acak sebagai dapat dibaca di tulisan Hastjarjo (2010, standar terbaik (golden standard) sehingga 2011). Tulisan singkat ini akan khusus mereka diharapkan mampu melakukan menguraikan rancangan eksperimen-kuasi penelitian dengan standar tinggi. Semen- dengan mendasarkan pada buku Shadish, tara itu mahasiswa jenjang magister et al. (2002) yang berjudul Experimental and psikologi diasumsikan telah mendapat Quasi-Experimental Designs for Generalized standar emas di dalam melakukan Causal Inferences sebagai sumber acuan penelitian eksperimen di jenjang sarjana utama. Buku Shadish et al. (2002) memakai sehingga mereka mendapatkan pengeta- kata “Experimental” untuk menunjukkan huan lebih lanjut mengenai metode rancangan eksperimental acak atau eksperimen non acak. Meskipun demikian randomized experimental design, sedangkan belum ada tulisan mengenai eksperimen- rancangan yang tidak acak disebut sebagai kuasi yang berbentuk artikel maupun “Quasi-Experimental Design”. Kedua ran- buku di Indonesia yang ditulis dengan cangan eksperimen tersebut akan dipakai Bahasa Indonesia, oleh karenanya artikel untuk mencapai kesimpulan/inferensi ini ditulis. mengenai kausalitas yang mampu diberlakukan secara umum. Tulisan Hastjarjo (2014) telah mema- parkan rancangan eksperimen acak Berbicara mengenai eksperimen tentu (randomized design) secara panjang lebar. perlu menjelaskan terlebih dahulu menge- Setiap eksperimen senantiasa mengan- nai prinsip kausalitas atau sebab-efek atau dung u (unit terkecil) atau kebiasaan di sebab-akibat. Penjelasan Shadish et al. dalam eksperimen psikologi adalah subjek (2002) mengenai kausalitas dari sudut penelitian individual, t (treatment atau sebab (cause) serta dari sudut efek (effect) perlakuan) adalah manipulasi variabel telah dijelaskan secara terperinci dalam independen, o (observation of outcome atau Hastjarjo (2011). Penjelasan sebab akan pengukuran dampak perlakuan) yaitu diterangkan dari prinsip INUS (Insufficient pengukuran variabel dependen serta s but Non redundant part of Unsatisfactory but (setting) yaitu setting di mana eksperimen Sufficient condition) artinya bahwa manipu- dilakukan (Shadish, Cook, & Campbell, lasi variabel independen dalam eksperi- 2002). Kesamaan metode eksperimen acak men merupakan variabel yang tidak harus dengan metode eksperimen-kuasi adalah ada namun cukup mampu memengaruhi keduanya memiliki unsur utos namun perubahan dalam variabel dependen. perbedaan kedua metode ini terletak pada Variabel independen yang dimanipulasi unsur unit terkecil (u) sebab metode dalam eksperimen tidak bisa sendirian memengaruhi variabel dependen namun 188 Buletin Psikologi

RANCANGAN EKSPERIMEN-KUASI dia harus bekerja sama dengan sekum- pengukuran praperlakuan, (3) rancangan pulan variabel berbeda lain. Sedangkan runtut-waktu (time-series design), (4) ran- efek (effect) dijelaskan oleh prinsip kontra cangan diskontinuitas regresi (regression faktual yang menggambarkan perbedaan discontinuity design). Masing-masing antara hal yang terjadi ketika ada kelompok rancangan tadi masih diperinci perlakuan dengan apa yang seandainya ke dalam beberapa rancangan. Notasi terjadi ketika tidak ada perlakuan pada rancangan adalah sebagai berikut: huruf O orang yang sama pada saat bersamaan. menunjukkan observasi dampak perlaku- Sebuah eksperimen psikologi memenuhi an (pengukuran variabel dependen), X tiga syarat kausalitas, yakni sebab merupakan perlakuan, X (huruf X dicoret) mendahului akibat, terdapat kovariasi menunjukkan penghentian/penghilangan antara sebab dan akibat, serta tidak perlakuan, garis putus-putus (------) terdapat penjelasan yang dapat menunjukkan penempatan subjek yang menguraikan akibat selain hanya oleh dilakukan secara tidak acak sehingga sebab (Hastjarjo, 2011; Shadish et al., kelompok yang terbentuk diawali dengan 2002.). huruf NR singkatan dari NonRandom assignment (penempatan secara tidak Pembahasan acak). Rancangan Eksperimen-Kuasi Rancangan Tanpa Kelompok Kontrol atau Tanpa Pengukuran Praperlakuan Eksperimen-kuasi merupakan satu eksperimen yang penempatan unit terkecil Rancangan ini terdiri dari tujuh jenis, yaitu eksperimen ke dalam kelompok eksperi- men dan kontrol tidak dilakukan dengan 1) Rancangan satu kelompok dengan acak (nonrandom assignment). Unit terkecil dalam eksperimen psikologi biasanya hanya pengukuran pascaperlakuan (One- adalah individu atau seseorang misalnya siswa/mahasiswa di setting pendidikan, group posttest-only design); 2) Rancangan pasien di setting rumah sakit, klien di setting klinik psikologi, dan karyawan di satu kelompok hanya pengukuran pasca- setting industri. Jika sebuah eksperimen melakukan penempatan secara acak perlakuan dengan menggunakan banyak individu ke kelompok eksperimen dan kontrol maka disebut sebagai eksperimen pengukuran pascaperlakuan yang subs- acak. Sebaliknya jika yang ditempatkan dalam kelompok eksperimen dan kontrol tantif (One group posttest only design using secara acak adalah unit di atas individu misalnya kelas/sekolah/bangsal/ maka multiple substantive posttests); 3) Rancangan dinamakan eksperimen-kuasi. Shadish et al. (2002) mengelompokkan rancangan satu kelompok praperlakuan dan pasca- eksperimen-kuasi menjadi empat kelom- pok besar, yaitu (1) rancangan tanpa perlakuan (One-group pretest-posttest kelompok kontrol atau rancangan tanpa pengukuran praperlakuan, (2) rancangan design); 4) Rancangan satu kelompok dengan kelompok kontrol dan praperlakuan dan pascaperlakuan dengan dua pengukuran praperlakuan (One-group pretest-posttest design using a double pretest); 5) Rancangan satu kelompok praperla- kuan-pascaperlakuan dengan mengguna- kan satu variabel dependen yang tidak setara (One-group pretest-posttest design using a nonequivalent dependent variable); 6) Rancangan penghilangan-perlakuan (Removed-treatment design); dan 7) Rancangan pengulangan-perlakuan (Repeated-treatment design). Buletin Psikologi 189

HASTJARJO Rancangan satu kelompok dengan hanya kan tidak adanya kelompok kontrol, dan pengukuran pascaperlakuan (One-group (c) semua ancaman terhadap validitas posttest-only design) internal (misalnya seleksi, maturasi, sejarah) berlaku untuk rancangan ini Rancangan ini dahulu dinamakan one-shot kecuali ancaman mengenai presedensi case study (Campbell & Stanley, 1966), temporal sebab dalam rancangan ini namun penamaan tersebut dirasa kurang perlakuan jelas mendahului pengukuran cocok sebab istilah studi-kasus (case-study) dampak perlakuan. bukan eksperimen sehingga kemudian dinamakan rancangan satu kelompok Rancangan ini masih berguna dalam dengan sekali pengukuran pascaperla- kasus ketika peneliti memiliki pengeta- kuan. Skripsi Hastjarjo yang ditulis di huan mengenai bagaimana level variabel tahun 1981 (Hastjarjo, 1981) mengenai dependen sebelum perlakuan diberikan. perilaku konformitas siswa sebuah SMA Misalnya, kemampuan matematika anak di Kota Solo memakai rancangan eksperi- sekolah di Indonesia biasanya rendah, men one-shot case study sebab hanya ada maka ketika nanti ada pemberian satu kelompok yang diberi tayangan perlakuan pelatihan matematika (misal berupa beberapa buah slide yang masing- jaritmatika) dan kemampuan matematika masing berisi beberapa gambar bulatan. menjadi tinggi berarti dapat disimpulkan Saat menonton slide subjek diberi ada efek perlakuan. Namun rancangan ini perlakuan pengaruh sosial (X) berupa jarang digunakan. pendapat seseorang yang tidak dikenal yang duduk disebelahnya menonton slide Rancangan satu kelompok hanya pengukuran yang sama. Variabel dependennya adalah pascaperlakuan dengan menggunakan banyak selisih antara jawaban subjek dengan pengukuran pascaperlakuan yang substantif. jawaban orang tak dikenal yang duduk di (One group posttest only design using sebelahnya (O). Skripsi Hastjarjo merepli- multiple substantive posttests). kasi penelitian Solomon Asch (1972) dengan stimulus yang berbeda yakni Rancangan ini merupakan penyempurna- berbentuk bulatan, sebab dalam penelitian an dari rancangan satu kelompok dengan Asch digunakan stimulus garis. hanya pengukuran pascaperlakuan saja. Rancangan satu kelompok dengan hanya Rancangan satu kelompok masih dapat mengukur pascaperlakuan dapat dilihat ditafsirkan dengan mengacu pada kondisi pada Gambar1. pencocokan pola atau koherensi (Shadish et al., 2002). Hal ini dianalogikan dengan X O1 kajian terhadap kejahatan pembunuhan. Keberhasilan seorang detektif untuk Gambar 1. Rancangan satu kelompok dengan menentukan penyebab pembunuhan hanya mengukur pascaperlakuan ditentukan pada kejelasan efeknya yang terlihat pada tubuh korban, pada pola Rancangan satu kelompok dengan tanda-tanda yang menentukan kapan dan hanya mengukur pascaperlakuan memiliki cara kematian (ada berbagai pengukuran beberapa kelemahan (Shadish et al., 2002), pasca perlakuan) serta kemampuan di antaranya (a) kurang mampu menentu- menghubungkan tanda-tanda tadi dengan kan adanya perubahan sebab tidak punya modus operandi si pembunuh (penjelasan pengukuran praperlakuan. (b) kurang alternatif yang potensial) yang diketahui mampu menentukan apa yang terjadi melakukan pembunuhan dengan cara seandainya tidak ada perlakuan dikarena- Buletin Psikologi 190

RANCANGAN EKSPERIMEN-KUASI tersendiri yang kemungkinan tumpang terhadap validitas internal. Shadish et al. tindih dengan detil yang ditemukan pada (2002) mewanti-wanti bahwa ilmuwan kejadian kejahatan tadi. Seorang pakar sosial di setting lapangan akan jarang patologi juga akan memakai cara detektif mampu mengkonstruksi pengetahuan untuk menyelidiki mengapa seseorang kausal dengan yakin ketika menggunakan meninggal (efek) dengan menggunakan rancangan satu kelompok pra-pascaper- bukti dari mayat, setting, dan waktu lakuan terkecuali jika dampak perlakuan kematian (sebuah pola data). Pakar atau variabel dependennya mengikuti pola tersebut mengidentifikasikan kemungkin- teratur serta interval antara pengukuran an penyebab kematian dengan mencocok- praperlakuan dan pascaperlakuannya kan pola data dengan deskripsi dalam pendek. Rancangan satu kelompok pustaka ilmiah yang membedakan satu praperlakuan dan pascaperlakuan (One- penyakit dengan penyakit lainnya. Pakar group pretest -posttest design) dapat dilihat epidemiologi juga melakukan hal yang pada Gambar 3. sama. Untuk mempelajari bagaimana AIDS sampai di Amerika maka mereka X1 {O1A O1B ......O1N} memakai tanda-tanda yang tersedia (misalnya, prevalensi awal dalam Gambar 2. Rancangan satu kelompok hanya komunitas homoseksual, prevalensi tinggi pengukuran pascaperlakuan dengan di antara orang Afrika yang tinggal di menggunakan banyak pengukuran Eropa, dan keterlibatan militer Kuba di pascaperlakuan yang substantif. Afrika) untuk secara tentatif menelusuri asal jejak penyakit itu kepada seorang Keterangan: Notasi {O1A O1B …..O1N} menunjuk pramugara Air Canada homoseksual yang pada pengukuran pascaperlakuan tentang aktif secara seksual di Amerika dan telah konstruk yang berbeda. mengunjungi Kuba dan berhubungan di Kuba dengan tentara yang sudah pernah O1 X O2 bertugas di Afrika di mana AIDS sudah menjadi penyakit endemik. Tanda-tanda Gambar 3. Rancangan satu kelompok ini menjadi pengukuran pascaperlakuan praperlakuan dan pascaperlakuan (One-group yang bersifat jamak, unik dan substantif dalam rancangan seperti pada Gambar 2. pretest -posttest design). Rancangan satu kelompok praperlakuan dan Yang dan Lin (2010) meneliti penga- pascaperlakuan (One-group pretest -posttest ruh penggunaan telepon genggam design). interaktif dan piranti lunak yang memfasi- litasi kerja bersama bagi pengguna berbe- Pengukuran praperlakuan memberikan da pada persepsi siswa serta efektivitas informasi mengenai prinsip kontra faktual belajar siswa. Yang dan Lin menggunakan (meski agak lemah) berkaitan dengan apa rancangan eksperimen-kuasi satu kelom- yang mungkin terjadi pada subjek pok perlakuan dengan pengukuran pra seandainya perlakuan tidak ada, namun serta pascaperlakuan. Subjek penelitian perbedaan antara O1 dengan O2 kemung- adalah 34 siswa kelas empat sekolah dasar kinan disebabkan oleh pengaruh faktor di Taiwan. Pengukuran pra maupun selain perlakuan. Misalnya, maturasi, perlakuan meliputi kuesioner mengenai sejarah, pengetesan serta ancaman lain persepsi terhadap penggunaan telepon genggam dan piranti lunak yang memfa- silitasi kerja bersama bagi pengguna Buletin Psikologi 191

HASTJARJO berbeda serta tes prestasi belajar. Hasilnya Rancangan satu kelompok praperlakuan- menunjukkan bahwa sesudah perlakuan pascaperlakuan dengan menggunakan satu siswa memiliki persepsi tinggi terhadap variabel dependen yang tidak setara (One- penggunaan telepon genggam dan piranti group pretest-posttest design using a lunak yang memfasilitasi kerja bersama nonequivalent dependent variable) bagi pengguna berbeda serta terdapat peningkatan prestasi belajar. Rancangan ini juga merupakan sebuah penyempurnaan dari rancangan satu Rancangan satu kelompok praperlakuan dan kelompok pengukuran praperlakuan- pascaperlakuan dengan dua pengukuran pascaperlakuan (one-group pretest-posttest praperlakuan (One-group pretest-posttest design) di atas. Variabel dependen A dan B design using a double pretest) mengukur konstruk yang sama, namun perbedaan utamanya adalah variabel Rancangan ini merupakan sebuah dependen A akan mendapat pengaruh penyempurnaan dari one-group pretest- dari perlakuan sedangkan variabel depen- posttest design di atas. Penambahan pengu- den B tidak akan mendapat pengaruh dari kuran praperlakuan yang kedua akan perlakuan. Rancangan satu kelompok mengurangi kemungkinan ancaman praperlakuan-pascaperlakuan dengan maturasi dan regresi terhadap validitas menggunakan satu variabel dependen internal eksperimen. Misalnya, Fitriana yang tidak setara dapat dilihat pada dan Hadjam (2016) meneliti efektivitas Gambar 5. logoterapi dalam menurunkan tingkat depresi pada perempuan yang mengalami {O1A O1B} X {O2A O2B} KDRT dengan menerapkan one-group pretest-posttest design using a double pretest. Gambar 5. Rancangan satu kelompok Pelaksanaan logoterapi dilakukan seba- praperlakuan-pascaperlakuan dengan nyak 6 pertemuan dalam kurun waktu 3 menggunakan satu variabel dependen yang minggu. Dalam studi ini, logoterapi tidak setara (One-group pretest-posttest design dilakukan secara berkelompok dengan using a nonequivalent dependent variable) jumlah partisipan 6 orang perempuan. Beck Depression Inventory II (BDI-II) diberi- Frese, Beimel, dan Schoenborn (2003) kan pada pengukuran praperlakuan dan meneliti program komunikasi inspira- pascaperlakuan. Hasil penelitian menun- sional pemimpin karismatik pada dua jukkan bahwa logoterapi memiliki penga- puluh lima manajer level menengah ruh signifikan dalam menurunkan depresi perusahaan telepon genggam baru. pada perempuan yang mengalami KDRT Program intervensi tersebut terdiri dari (F = 9.333, p = 0,001). Rancangan satu pembuatan visi serta pidato yang kelompok praperlakuan dan pascaperla- inspirasional. Variabel dependen adalah kuan dengan dua pengukuran praperla- dua belas pengukuran seperti di antaranya kuan dapat dilihat pada Gambar 4. adalah misalnya kontak mata, gestur, pengulangan visi, pentingnya visi, peng- O1 O2 X O3 gunaan metafora dan sebagainya. Sebagai variabel dependen yang tidak setara atau Gambar 4. Rancangan satu kelompok nonekuivalen adalah ukuran variabel yang praperlakuan dan pascaperlakuan dengan dua tidak dilatih diantaranya misalnya stuktur pengukuran praperlakuan (One-group pretest- pidato yang baik, retorika, kalimat yang mudah, pengucapan yang jelas dan posttest design using a double pretest) 192 Buletin Psikologi

RANCANGAN EKSPERIMEN-KUASI sebagainya. Hasil penelitian menunjukkan O1 X O2 X O3 X O4 bahwa variabel dependen yang dilatihkan meningkat sesudah pemberian pelatihan Gambar 7. Rancangan pengulangan-perlakuan dan sebaliknya variabel dependen yang (Repeated-treatment design) tidak dilatihkan tidak meningkat. Rancangan penghilangan-perlakuan (Removed Rancangan dengan Kelompok Kontrol namun -treatment design) Tanpa Pengukuran Praperlakuan Rancangan ini menambahkan satu Rancangan ini terdiri dari 1) Rancangan hanya dengan pengukuran pascaperla- pengukuran pascaperlakuan (O3) sesudah kuan dengan kelompok yang tidak setara (Posttest-only design with nonequivalent pengukuran praperlakuan pertama (O2) groups)., 2) Rancangan hanya praper- lakuan dengan sampel praperlakuan yang dan selanjutnya perlakuan dihilangkan independen (Posttest-only design using an independent pretest sample)., dan 3) atau dihentikan serta kemudian dilakukan Rancangan hanya pascaperlakuan dengan praperlakuan proksi (Posttest-only design pengukuran lagi (O4). Penghentian atau using proxy pretest). penghilangan perlakuan ditandai dengan Rancangan hanya dengan pengukuran pasca perlakuan dengan kelompok yang tidak setara pencoretan X (X). Rancangan penghi- (Posttest-only design with nonequivalent groups). langan-perlakuan (Removed-treatment Metode klasik yang menunjang inferensi design) dapat dilihat pada Gambar 6. kontra faktual dalam eksperimen adalah membuat sebuah kelompok kontrol yang O1 X O2 O3 X O4 tidak menerima perlakuan serta membuat kelompok kontrol tersebut dipilih semirip Gambar 6. Rancangan penghilangan-perlakuan mungkin dengan kelompok eksperimen (Removed-treatment design) yang menerima perlakuan. Tidak diguna- kannya pengukuran praperlakuan terka- Rancangan pengulangan-perlakuan (Repeated- dang berdasarkan asumsi bahwa treatment design) pengukuran praperlakuan akan membuat subjek menjadi lebih peka sehingga akan Dampak dari rancangan ini akan mudah memengaruhi skor posttest. Namun ditafsirkan jika O1 berbeda dengan O2, O2 sebenarnya hal ini dapat diatasi dengan berbeda arah dengan O3, serta perbedaan menggunakan tes paralel di pengukuran antara O3 dengan O4 mirip dengan praperlakuan, mengkalibrasi tes yang perbedaan antara O1 dengan O2 (bukan berbeda agar menjadi mirip skalanya perbedaan antara O2 dengan O3). Menurut dengan Item Response Theory, memperpan- Shadish et al. (2002) rancangan ini banyak jang interval pengukuran praperlakuan digunakan oleh peneliti keperilakuan dengan pascaperlakuan, menggunakan seperti dalam bukunya Barlow dan Hersen rancangan empat kelompok Solomon, (1984). Selain itu rancangan banyak menggunakan pengukuran unobtrusive digunakan sebab mengandung replikasi efek perlakuan yang menjadi penunjang mutu penelitian yaitu prinsip reproducibility. Rancangan pengulangan- perlakuan (Repeated-treatment design) dapat dilihat pada Gambar 7. Buletin Psikologi 193

HASTJARJO yang kurang reaktif dibandingkan kuran O1 menggunakan sampel (kelompok laporan-diri, dan memakai teknik bogus subjek) yang berbeda dengan sampel yang pipeline. Kesimpulannya, seandainya diukur oleh pengukuran O2. Demikian kepekaan terhadap pengukuran praper- juga pada kelompok kontrol, O1 menggu- lakuan yang berbeda menjadi permasa- nakan sampel yang berbeda dengan lahan, menghilangkan pengukuran sampel yang diukur oleh O2. Namun pengukuran praperlakuan akan berakibat demikian keempat sampel tersebut lebih merugikan dibandingkan kalau diambil dari populasi yang sama sehingga menghadapinya dengan cara-cara tadi. dapat diasumsikan setara. Rancangan Rancangan hanya dengan pengukuran hanya praperlakuan dengan sampel pascaperlakuan dengan kelompok yang praperlakuan yang independen (Posttest- tidak setara (Posttest-only design with only design using an independent pretest nonequivalent groups) dapat dilihat pada sample) dapat dilihat pada Gambar 9. Gambar 8. NR O1 ¦ X O2 NR X O1 --------------------- ------------- ¦------------------ NR O2 NR O1 ¦ O2 Gambar 8. Rancangan hanya dengan Gambar 9. Rancangan hanya praperlakuan pengukuran pascaperlakuan dengan kelompok dengan sampel praperlakuan yang yang tidak setara (Posttest-only design with independen (Posttest-only design using an nonequivalent groups). independent pretest sample) Rancangan hanya praperlakuan dengan Rancangan hanya pascaperlakuan dengan sampel praperlakuan yang independen praperlakuan proksi (Posttest-only design (Posttest-only design using an independent using proxy pretest) pretest sample) Rancangan ini juga merupakan penyem- Rancangan ini merupakan penyempur- purnaan Posttest-only design with nonequi- naan dari Posttest-only design with valent groups. Tes A menunjuk pada nonequivalent groups di atas. Seandainya pengukuran praperlakuan proksi dari tes tidak mungkin melakukan pengukuran B, yaitu variabel yang secara konseptual praperlakuan pada sampel yang sama baik berkaitan dengan variabel B serta sebelum dan sesudah perlakuan oleh berkorelasi dengan variabel B. Rancangan karena pengukuran praperlakuan mung- hanya pascaperlakuan dengan praper- kin bersifat terlalu reaktif, terlalu sulit atau lakuan proksi dapat dilihat pada Gambar terlalu mahal jika memakai orang yang 10. sama dengan waktu lama, maka dapat dilakukan pengukuran praperlakuan dari NR OA1 X OB2 sampel independen yang dibentuk secara acak, yaitu sebuah kelompok yang terdiri -------------------------------- atas partisipan yang dipilih secara acak dari populasi sama dengan sampel NR OA1 OB2 pascaperlakuan. Garis vertikal putus- putus menunjukkan sampel independen. Gambar 10. Rancangan hanya pascaperlakuan Jadi pada kelompok perlakuan, pengu- dengan praperlakuan proksi (Posttest-only design using proxy pretest) 194 Buletin Psikologi

RANCANGAN EKSPERIMEN-KUASI Ardyaksa dan Hastjarjo (2016) dengan sampel praperlakuan dan pasca- meneliti bagaimana jenis film alternatif perlakuan yang sama disertai replikasi berpengaruh terhadap emosi. Penelitian perlakuan pada kelompok kontrol tersebut menerapkan metode eksperimen (Untreated control group design with dengan posttest only design using proxy dependent pretest and posttest samples using pretest. Ardyaksa dan Hastjarjo membuat switching replications). 4) Rancangan tiga kelompok subjek: kelompok film kelompok kontrol yang tidak menerima alternatif, kelompok film mainstream, dan perlakuan dengan sampel praperlakuan kelompok kontrol. Jumlah partisipan dan pascaperlakuan yang sama disertai sebanyak 24 mahasiswa tingkat pendi- kelompok kontrol yang diberikan dikan sarjana. Pengukuran emosi pada perlakuan bertentangan (Untreated control praperlakuan dengan GEMS (Geneva group design with dependent pretest and Emotion Music Scale) sebagai proxy pretest posttest samples using reversed-treatment sedangkan pada pascaperlakuan menggu- control group)., 5) Rancangan kelompok nakan skala DES (Differential Emotion kontrol kohort (Cohort control group Scale). Analisis data dilakukan dengan design)., dan 6) Rancangan kelompok analisis varians satu jalur dengan hasil kontrol kohort dengan pengukuran tidak ditemukan perbedaan signifikan praperlakuan pada setiap kohort (Cohort emosi antara kelompok film alternatif, control group design with pretest from each kelompok film mainstream, dan kelompok cohort). kontrol (F=0,376 (p>0,05). Penyempurnaan Posttest-only design with nonequivalent Rancangan kelompok kontrol yang tidak diberi groups juga dapat dilakukan dengan perlakuan dengan sampel praperlakuan dan membentuk kelompok perlakuan dan pascaperlakuan yang sama (Untreated control kelompok kontrol berdasarkan pencocok- group design with dependent pretest and an (matching) atau penstrataan (stratifying) posttest samples). pada variabel yang berkorelasi dengan variabel pascaperlakuan. Rancangan ini merupakan sebuah rancangan yang hampir umum digunakan Rancangan dengan Kelompok Kontrol dan dari semua rancangan eksperimen-kuasi. Pengukuran Praperlakuan Penggunaan sebuah pengukuran praper- lakuan dengan sebuah kelompok kontrol Rancangan ini terdiri dari enam jenis, akan mempermudah pengujian ancaman yaitu 1) Rancangan kelompok kontrol tertentu terhadap validitas eksperimen. yang tidak menerima perlakuan dengan Oleh karena kelompok perlakuan dan sampel praperlakuan dan pascaperlakuan kelompok kontrol bersifat tidak setara yang sama (Untreated control group design (nonequivalent), maka bias seleksi diduga with dependent pretest and posttest samples)., terjadi. Jika terdapat perbedaan pengukur- 2) Rancangan kelompok kontrol yang an praperlakuan antara kelompok tidak diberi perlakuan dengan sampel perlakuan dengan kontrol, maka terdapat praperlakuan dan pascaperlakuan yang kemungkinan bias seleksi akan berkom- sama disertai dua pengukuran praper- binasi secara aditif atau interaktif dengan lakuan (Untreated control group design with ancaman lain terhadap validitas internal dependent pretest and posttest samples using a eksperimen. Misalnya, interaksi antara double pretests)., 3) Rancangan kelompok seleksi dengan maturasi yang menunjuk- kontrol yang tidak menerima perlakuan kan kelompok eksperimen dan kontrol tidak setara oleh karena penempatan Buletin Psikologi 195

HASTJARJO subjek secara tidak acak (ancaman seleksi) skor komitmen afektif antara kelompok diperparah dengan kemungkinan subjek eksperimen dan kontrol akibat pemberian di satu kelompok lebih cepat matang, cerita sukses organisasi melalui storytelling cepat lelah atau cepat bosan daripada (F=12,995; p<0,01). subjek di kelompok lain (ancaman maturasi). Rancangan kelompok kontrol Perluasan desain di atas dilakukan yang tidak diberi perlakuan dengan sampel praperlakuan dan pascaperlakuan Murti dan Hastjarjo (2015) yang meneliti yang sama (Untreated control group design with dependent pretest and posttest samples) bagaimana permainan imajinatif dapat dilihat pada Gambar 11. berpengaruh terhadap metakognisi anak dalam matematika, dengan kovariabel inteligensi. Desain eksperimen-kuasi adalah the untreated control group design with dependent pretest and posttest samples. NR O1 X O2 Terdapat tiga kelompok dalam penelitian ------------------------------- tersebut: kelompok eksperimen I, kelom- NR O1 O2 pok eksperimen II, dan kelompok kontrol. Kelompok eksperimen I menerima Gambar 11. Rancangan kelompok kontrol yang perlakuan dongeng, kelompok eksperimen tidak diberi perlakuan dengan sampel II menerima perlaukan roleplay, dan praperlakuan dan pascaperlakuan yang sama (Untreated control group design with dependent kelompok kontrol tidak menerima perla- pretest and posttest samples). kuan. Pengukuran metakognisi dilakukan dengan Metacognitive Skills and Knowledge Novitriami dan Hastjarjo (2015) Assessment (MSA), sementara inteligensi meneliti pengaruh pemberian cerita sukses organisasi menggunakan storytelling dengan Standard Progressive Matrices (SPM) terhadap peningkatan komitmen afektif. Penelitian ini menggunakan rancangan yang dikembangkan oleh Raven. Analisis eksperimen-kuasi the untreated control group design with dependent pretest and kovarian menunjukkan hasil F= 12,526 (p < posttest samples dengan analisis kovarians sebagai teknik analisis. Partisipan 0,05). penelitian tersebut adalah 58 karyawan tetap yang telah bekerja setidaknya selama Rancangan kelompok kontrol yang tidak diberi 3 tahun yang ditempatkan ke dalam dua perlakuan dengan sampel praperlakuan dan kelompok berbeda, yaitu kelompok pascaperlakuan yang sama disertai dua eksperimen (28 orang) dan kelompok pengukuran praperlakuan (Untreated control kontrol (30 orang). Perlakuan terhadap group design with dependent pretest and kelompok eksperimen adalah storytelling posttest samples using a double pretests). mengenai cerita sukses organisasi sedang- kan kelompok kontrol tidak menerima Rancangan ini merupakan penyempur- perlakuan. Skala komitmen afektif diguna- naan dari Untreated control group design kan untuk mengukur tingkat komitmen with dependent pretest and posttest samples di afektif subjek. Pengukuran dilakukan atas. Rancangan ini melaksanakan sebelum dan sesudah perlakukan. Masa pengukuran pengukuran praperlakuan kerja karyawan menjadi kovariabel. yang sama dua kali dalam waktu berbeda, Ditemukan bahwa terdapat perbedaan biasanya jarak waktu antara pengukuran pengukuran praperlakuan pertama dengan pengukuran praperlakuan kedua sama dengan jarak waktu antara pengu- kuran pengukuran praperlakuan kedua dengan pascaperlakuan. Rancangan 196 Buletin Psikologi

RANCANGAN EKSPERIMEN-KUASI kelompok kontrol yang tidak menerima Rancangan kelompok kontrol yang tidak diberi perlakuan dengan sampel praperlakuan perlakuan dengan sampel praperlakuan dan dan pascaperlakuan yang sama disertai pascaperlakuan yang sama disertai replikasi dua pengukuran praperlakuan (Untreated perlakuan pada kelompok kontrol (Untreated control group design with dependent pretest control group design with dependent pretest and posttest samples using a double pretests) and posttest samples using switching dapat dilihat pada Gambar 12. replications). NR O1 O2 X O3 Rancangan ini akan memberikan perla- kuan juga kepada kelompok kontrol ---------------------------------------- sesudah kelompok perlakuan diukur pascaperlakuan. Jadi pada tahap pertama, NR O1 O2 O3 kelompok eksperimen menerima perla- kuan sedang kelompok kontrol tidak Gambar 12. Rancangan kelompok kontrol yang menerima perlakuan. Namun pada tahap tidak diberi perlakuan dengan sampel kedua, kelompok kontrol beralih fungsi sebagai kelompok eksperimen karena praperlakuan dan pascaperlakuan yang sama menerima perlakuan sedang kelompok disertai dua pengukuran praperlakuan yang semula menerima perlakuan berganti menjadi kelompok tanpa perlakuan. (Untreated control group design with dependent Rancangan kelompok kontrol yang tidak pretest and posttest samples using a double mendapatkan perlakuan dengan sampel pretests). praperlakuan dan pascaperlakuan yang sama disertai replikasi perlakuan pada Firdausi dan Adiyanti (2016) meneliti kelompok kontrol (Untreated control group efek pelatihan asertivitas dalam pening- design with dependent pretest and posttest katan harga diri korban perundungan. samples using switching replications) dapat Desain penelitian eksperimen adalah dilihat pada Gambar 13. rancangan kelompok kontrol yang tidak menerima perlakuan dengan sampel NR O1 X O2 O3 praperlakuan dan pascaperlakuan yang sama disertai dua pengukuran praper- --------------------------------------------- lakuan (Untreated control group design with dependent pretest and posttest samples using a NR O1 O2 X O3 double pretests). Subjek penelitian sejumlah 18 siswa kelas 4-5 SD yang merupakan Gambar 13. Rancangan kelompok kontrol yang korban perundungan dengan skor self- tidak mendapatkan perlakuan dengan sampel esteem dalam kategori rendah hingga praperlakuan dan pascaperlakuan yang sama sedang. Kelompok eksperimen terdiri delapan siswa dan kelompok kontrol disertai replikasi perlakuan pada kelompok terdiri dari sepuluh siswa. Mereka meng- kontrol (Untreated control group design with gunakan alat ukur adaptasi Peer Interac- dependent pretest and posttest samples using tions in Primary School (PIPS) Questionnaire, skala asertif, dan skala harga diri. Hasil uji switching replications). statistik menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan signifikan skor harga diri Huelar (2012) melakukan eksperimen antara kelompok eksperimen kontrol pada dengan rancangan switching replication saat praperlakuan namun setelah diberi mengenai pengaruh metode belajar perlakuan skor self-esteem kelompok kooperatif dan metode kelas tradisional eksperimen secara signifikan lebih tinggi terhadap prestasi belajar biologi pada daripada kelompok kontrol. Buletin Psikologi 197

HASTJARJO siswa SMA kelas dua di kota (Untreated control group design with Mandaluyong Pilipina. Siswa SMA kelas dependent pretest and posttest samples using dua dibagi menjadi dua kelompok, reversed-treatment control group) dapat kelompok pertama diukur prestasi biologi dilihat pada Gambar 14. kemudian mendapatkan metode belajar tradisional serta diukur prestasi biologi NR O1 X+ O2 lagi, selanjutnya mendapatkan metode belajar kooperatif dan diukur sekali lagi ------------------------------- prestasi belajar biologi. Sementara itu kelompok dua, diukur prestasi biologi NR O1 X- O2 kemudian mendapatkan metode belajar kooperatif, diukur prestasi biologi, beralih Gambar 14. Rancangan kelompok kontrol yang mendapatkan metode kelas tradisional tidak diberi perlakuan dengan sampel serta diukur prestasi biologi lagi. praperlakuan dan pascaperlakuan yang sama Rancangan kelompok kontrol yang tidak diberi disertai kelompok kontrol yang diberikan perlakuan dengan sampel praperlakuan dan perlakuan bertentangan (Untreated control pascaperlakuan yang sama disertai kelompok kontrol yang diberikan perlakuan bertentangan group design with dependent pretest and posttest (Untreated control group design with samples using reversed-treatment control group). dependent pretest and posttest samples using reversed-treatment control group). Hackman, Pearce dan Caminis (1976) melakukan eksperimen dengan menerap- Dalam rancangan ini, X+ menunjukkan kan perancangan kembali pekerjaan (job sebuah perlakuan yang menghasilkan efek redesign) pada karyawan bagian tertentu ke satu arah (misalnya, meningkatkan sebuah bank besar. Perlakuan berupa variabel dependen), sedangkan X- menun- pekerjaan yang dulunya menyimpan jukkan sebuah perlakuan yang menghasil- banyak file dalam bentuk kartu diubah di kan efek ke arah bertentangan (lawan dari bulan Juni 1974 ke dalam sistem penyim- meningkatkan adalah menurunkan varia- panan di komputer. Variabel dependen bel dependen). Rancangan ini mempunyai adalah sikap kerja serta perilaku kerja keuntungan berkaitan dengan validitas karyawan yang diukur dua kali yakni pra konstruk, sebab konstruk kausal dapat serta pascaperlakuan. Untuk karyawan dirinci dan dimanipulasi secara cermat dengan pengaturan kembali kerja yang dengan menciptakan sebuah kondisi dirasakan menantang (X+) maka sikap dan penyebab yang berpengaruh ke satu arah perilaku kerja lebih tinggi daripada sedangkan penyebab lain berpengaruh ke karyawan yang merasa pengaturan arah yang berlawanan. Menciptakan kembali pekerjaan tidak menantang (X-). perlakuan yang efeknya bertentangan sangat berguna jika memungkinkan Rancangan kelompok kontrol kohort (Cohort dilakukan. Pertimbangan etis dan praktis control group design). mungkin akan mencegah penggunaan rancangan ini. Rancangan kelompok kon- Banyak lembaga mengalami perpindahan trol yang tidak diberi perlakuan dengan reguler ketika satu kelompok “lulus” ke sampel praperlakuan dan pascaperlakuan tingkat lain serta tempatnya digantikan yang sama disertai kelompok kontrol yang oleh kelompok lain. Misalnya lembaga diberikan perlakuan bertentangan sekolah, setiap tahun anak di suatu kelas akan naik ke kelas berikutnya sehingga 198 tempatnya digantikan oleh adik kelas. Contoh lain misalnya di sebuah perusa- haan, maka akan terdapat sekelompok Buletin Psikologi

RANCANGAN EKSPERIMEN-KUASI ”trainee” baru setiap tahun menggantikan menambah jumlah anak TK kelompok sekelompok “trainee” tahun sebelumnya. berisiko rendah. Istilah cohort merujuk kepada kelompok- kelompok suksesif yang mengalami proses Rancangan kelompok kontrol kohort dengan seperti contoh di lembaga sekolah dan pengukuran praperlakuan pada setiap kohort perusahaan tadi. Di kelas kuliah Metode (Cohort control group design with pretest from Penelitian Kuantitatif: Eksperimen-kuasi each cohort). sering diberikan contoh bahwa peserta kuliah pengambil MPK: eksperimen-kuasi Rancangan ini merupakan penyempur- tahun tertentu (misal 2018) akan naan dari rancangan cohort control group mempunyai cohort peserta kuliah dengan menambahkan sebuah pengu- pengambil MPK: Eksperimen-kuasi tahun kuran praperlakuan. Rancangan kelompok sebelumnya (2017) atau tahun sesudahnya kontrol kohort dengan pengukuran (2019). Garis titik-titik (…………) yang praperlakuan pada setiap kohort (Cohort memisahkan kelompok eksperimen control group design with pretest from each dengan kelompok kontrol menunjukkan cohort) pada Gambar 16. bahwa kelompok kontrol berasal dari cohort kelompok eksperimen. Rancangan NR O1 O2 kelompok kontrol kohort (Cohort control group design) dapat dilihat pada Gambar ………………………………… 15. NR O1 X O2 NR O1 Gambar 16. Rancangan kelompok kontrol kohort dengan pengukuran praperlakuan pada ……………………… setiap kohort (Cohort control group design with pretest from each cohort). NR X O2 Gambar 15. Rancangan kelompok kontrol Rancangan Runtut-Waktu (Time-Series kohort (Cohort control group design). Design). Stockard (2013) meneliti dengan Rancangan runtut-waktu sederhana (Simple rancangan cohort-control pengaruh interrupted time series). kurikulum baru Reading Mastery di Taman Kanak-Kanak (TK) di Alaska pada siswa Rancangan runtut-waktu menunjuk pada TK tahun 2002-2003 sebelum kurikulum serangkaian observasi secara berurutan baru diterapkan serta pada siswa TK pada variabel yang sama. Observasi tahun 2007-2008 sesudah kurikulum baru berurutan dalam jangka panjang tadi diterapkan. Variabel dependen adalah dapat dilakukan kepada (a) satu unit/ ukuran keterampilan literasi dasar awal orang yang sama (misal, seorang pasien seperti keterampilan membaca serta penyakit tertentu) maupun (b) unit yang berbahasa. Siswa TK dikelompokkan berbeda namun mirip. Misalnya efek berdasar ketrampilan literasi dasar awal aturan polisi untuk menyalakan lampu menjadi tiga kelompok, yakni sangat depan sepeda motor di siang hari berlaku berisiko, berisiko, dan berisiko rendah. mulai 1 Desember 2006 di Jakarta, maka Kurikulum baru dapat menurunkan korban kecelakaan lalu lintas sepeda jumlah siswa TK yang masuk kelompok motor diukur per bulan selama setahun sangat berisiko dan berisiko serta (Desember 2017-Desember 2018) sebelum diberlakukan aturan baru serta diukur lagi selama setahun sesudah aturan baru Buletin Psikologi 199

HASTJARJO diberlakukan (Desember 2018-Desember penyandang HIV AIDS di enam 2019). Meskipun populasi pengendara kabupaten. Pengetahuan mengenai infeksi sepeda motor di Jakarta setiap tahun virus hepatitis C diukur tujuh bulan berubah namun unitnya tetap sama yakni sebelum perlakuan serta diukur kembali pengendara sepeda motor di Jakarta. 17 bulan sesudah perlakuan. Gambar 18 Rancangan runtut-waktu dapat diberikan menunjukkan peningkatan pengetahuan tambahan beberapa fitur unsur rancangan mengenai infeksi virus hepatitis C subjek lain, misal ditambah kelompok kontrol tak sesudah diberlakukan intervensi. setara, variabel dependen tak setara dan lain-lain. Rancangan runtut-waktu seder- Rancangan Diskontinuitas Regresi hana (Simple interrupted time series) dapat dilihat pada Gambar 17. Dalam rancangan diskontinuitas regresi peneliti menempatkan subjek ke kelompok O1 O2 O3 O4 O5 X O6 O7 O8 O9 O10 perlakuan dan kontrol berdasarkan apakah subjek tersebut mendapatkan skor Gambar 17. Rancangan runtut-waktu di bawah atau di atas skor pemotong sederhana (Simple interrupted time series). (cutoff score). Penempatan unit/subjek ke kelompok kondisi perlakuan atau kontrol Proeschold-Bell, Hoeppner, Taylor, berdasar pada skor pemotong (cutoff score) Cohen, Blouin, Stringfield dan Muir (2011) dinyatakan dengan tanda huruf C. Huruf melakukan penelitian dengan rancangan OA adalah pengukuran prapenempatan runtut-waktu pengaruh intervensi berbasis dari variabel penempatan. Rancangan kerangka sosioekologis pada pengetahuan diskontinuitas regresi dapat dilihat pada mengenai infeksi virus hepatitis C para Gambar 19. Gambar 18. Grafik pengetahuan mengenai infeksi hepatitis C sebelum dan sesudah intervensi. (diambil dari Proeschold-Bell, et all., 2011, hal. 1728) 200 Buletin Psikologi

RANCANGAN EKSPERIMEN-KUASI OA C X O2 dependen (measurement). Pengukuran dampak perlakuan dapat berbentuk OA C O2 pascaperlakuan yang hanya sekali, variabel dependen yang tidak setara, Gambar 19. Rancangan diskontinuitas regresi banyak variabel dependen substantif, serta dengan pengukuran praperlakuan yang Figlio, Holden, & Ozek (2018) melaku- bisa berbentuk satu kali, dua kali, proksi, berulangkali serta dengan sampel berbeda, kan eksperimen-kuasi dengan mengguna- (c) kelompok pembanding atau kelompok kontrol (comparison groups) yang dapat kan rancangan diskontinuitas regresi berupa satu kelompok kontrol tidak setara, beberapa kelompok kontrol tidak untuk mengevaluasi pengaruh program setara, dan kelompok kontrol kohort, serta (d) perlakuan (treatment) yang memiliki perpanjangan jam sekolah (Extended School variasi seperti switching replication, removed treatment, repeated treatment, dan reversed Day) bagi sekolah dasar yang prestasi treatment. Pengetahuan mengenai unsur- unsur sebuah rancangan sebuah siswa dalam membaca tergolong kurang eksperimen ini membuat seorang peneliti diharapkan dapat merancang eksperimen di negara bagian Florida Amerika Serikat. dengan menggabungkan unsur-unsur rancangan tersebut menjadi rancangan Program perpanjangan jam sekolah yang efektif sesuai tujuan peneliti. dimulai tahun 2012 dengan Gambar 20. Perpanjangan jam sekolah dan prestasi membaca menggolongkan kelompok eksperimen bagi sekolah dasar yang memiliki skor akuntabilitas membaca dibawah skor pemotong serta kelompok kontrol adalah sekolah dasar yang mempunyai skor akuntabilitas membaca di atas skor pemotong. Skor pemotong yang dipakai adalah skor akuntabilitas membaca 0. Gambar 20 menunjukkan bahwa sesudah intervensi yang diberlakukan mulai tahun 2012, prestasi membaca siswa di sekolah kelompok eksperimen menjadi sedikit lebih tinggi daripada di sekolah kelompok kontrol. Ketrampilan merancang eksperimen- kuasi maupun merancang eksperimen acak tergantung pengetahuan mengenai unsur-unsur/elemen-elemen sebuah eksperimen (Shadish et al., 2002). Unsur- unsur sebuah rancangan eksperimen dapat dikelompokkan ke dalam empat (4) unsur, yakni (a) penempatan subjek ke dalam kelompok eksperimen dan kontrol (assignment). Penempatan kedalam kelom- pok eksperimen atau kontrol telah dijelas- kan dari berbagai cara, misalnya acak, non-acak, berdasarkan skor pemotong, berdasarkan pencocokkan dalam satu variabel tertentu (matching), (b) pengu- kuran dampak perlakuan atau variabel Buletin Psikologi 201

HASTJARJO Penutup analysis issues for field settings. Boston: Houghton Mifflin Co. Eksperimen-kuasi adalah eksperimen yang tidak menempatkan subjek, baik ke Figlio, D., Holden, K. L., & Ozek, U. (2018). dalam kelompok eksperimen ataupun Do students benefit from longer school kelompok kontrol secara acak. Terdapat days?: Regression discontinuity empat tipe rancangan eksperimen-kuasi. evidence from Florida’s additional Masing-masing tipe rancangan dirinci lagi hour of literacy instruction. Economics ke dalam rancangan lebih spesifik. Elemen of Education Review, 67, 171-183. doi: eksperimen ada empat, yakni penempatan 10.1016/j.econedurev.2018.06.003 subjek ke dalam kelompok eksperimen dan kontrol, pengukuran variabel Firdausi, A. H., & Adiyanti, M. G. (2016). dependen, kelompok pembanding, serta Pelatihan teknik asertivitas untuk perlakuan. Shadish et al. (2002) mempu- meningkatkan self-esteem korban nyai kehendak agar pembelajar rancangan bullying. Gadjah Mada Journal of eksperimen baik acak maupun kuasi dapat Profesional Psychology, 2(1), 15-25. doi: menjadi perancang (designer) eksperimen 10.22146/gamajpp.32313 oleh karena si pembelajar sudah membaca dan memahami semua unsur-unsur atau Fitriana, Q. A., & Hadjam, M. N. R. (2016). elemen-elemen rancangan. Meraih hidup bermakna: Logoterapi untuk menurunkan depresi pada Daftar Pustaka perempuan korban KDRT. Gadjah Mada Journal of Profesional Psychology, Ardyaksa, A. S., & Hastjarjo, T. D. (2016). 2(1), 26-36. doi: 10.22146/ Pengaruh film alternatif terhadap gamajpp.32315 emosi. Gadjah Mada Journal of Psycho- logy, 2(1), 1-7. doi: 10.22146/ Frese, M., Beimel, S., & Schoenborn, S. gamajop.31863 (2003). Action training for charismatic leadership: Two evaluations of studies Asch, S. E. (1972). Group forces in the of commercial training module on modifiction & distortion of judgment, inspirational communication of a In Edwin P. Hollender & Raymond G. vision. Personnel Psychology, 56, 671- Hunt (Eds.), Classical contibutions to 697. doi: 10.1111/j.1744- social psychology, p. 330-339. New York: 6570.2003.tb00754.x Oxford University Press Hackman, J. R., Pearce, J. L., & Caminis, J. Barlow, D. H., & Hersen, M. (1984). Single- (1976). Effects of changes in job case experimental designs: Strategies for characteristics on work attitudes and studying behavior change. 2nd Edition. behavior: A naturally-occuring quasi New York: Pergamon Press. experiment. Technical Report No 13. School of Organization and Behavior. Campbell, D. T & Stanley, J. C. (1966). Yale University. Diunduh dari Experimental and quasi-experimental www.dtic.mil/dtic/tr/fulltext/u2/01037 designs for research. Chicago: Rand 090.pdf 10 November 2018. McNally & Co. Hastjarjo, T. D. (1981). Studi eksperimental Cook, T. D., & Campbell, D. T. (1979). mengenai perilaku konformitas siswa Quasi-experimentation: Design & SMA Pangudiluhur Sala. Skripsi (tidak dipublikasikan). Yogyakarta: Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada. 202 Buletin Psikologi

RANCANGAN EKSPERIMEN-KUASI Hastjarjo, T. D. (2010). Eksperimen-kuasi Gadjah Mada Journal of Profesional dan Generalisasi Inferensi Kausal. Psychology, 1(1), 18-32. Makalah keynote speaker Konferensi Nasional Pertama Psikologi Eksperi- Proeschold-Bell, R. J., Hoeppner, B., men di Fakultas Psikologi UGM 27 Taylor, B., Cohen, S., Blouin, R., Januari 2010. Stringfield, B., & Muir, J. (2011). An interrupted time series evaluation of a Hastjarjo, T. D. (2011). Kausalitas menurut Hepatitis C intervention for persons tradisi Donald Campbell. Buletin with HIV. AIDS Behav, 15, 1721-1731. Psikologi, 19(1), 1-15. doi: 10.1007/s10461-010-9870-1. Hastjarjo, T. D. (2014). Rancangan Shadish, W. R., Cook, T. D., & Campbell, eksperimen acak. Buletin Psikologi, D. T. (2002). Experimental and quasi- 22(2), 73-86. doi: 10.22146/bpsi.11455 experimental designs for generalized causal inference. Boston: Houghton Huelar, M. C. S. (2012). Two-four group Mifflin Co. educational research designs: Pretest- posttest Interaction, Switching Repli- Stockard, J. (2013). Merging the cation and Treatment Effect. accountability and scientific research International Journal of Arts & Sciences, requirements of the no child left 5(5), 201-213. behind act: Using cohort control groups. Qual Quant, 47, 2225-22257. Murti, H. A. S., & Hastjarjo, T. D. (2015). Permainan imajinatif berdasarkan Yang, J. C., & Lin, Y. L. (2010). metakognisi dalam belajar matema- Development and evaluation of an tika. Gadjah Mada Journal of Psychology, interactive mobile learning environ- 1(1), 1-12. ment with shared display groupware. Educational Technology & Society, 13(1), Novitriami, Y., & Hastjarjo, T. D. (2015). 195–207. Meningkatkan komitmen afektif melalui cerita sukses organisasi. Buletin Psikologi 203


Like this book? You can publish your book online for free in a few minutes!
Create your own flipbook