Vembri Aulia Rahmi, S.E., M.M. Hadi Ismanto, S.E., M.M. M Zainuddin Fathoni, S.T., M.MT. BUMDes Berkemajuan, Pemberdayaan Potensi Kearifan Lokal Berbasis Khas Perempuan Buku Referensi Kewirausahaan Lokal
Vembri Aulia Rahmi, S.E., M.M. Hadi Ismanto, S.E., M.M. M Zainuddin Fathoni, S.T., M.MT. BUMDes Berkemajuan, Pemberdayaan Potensi Kearifan Lokal Berbasis Khas Perempuan Buku Referensi Kewirausahaan Lokal
BUMDes Berkemajuan, Pemberdayaan Potensi Kearifan Lokal Berbasis Khas Perempuan: Buku Referensi Kewirausahaan Lokal Penulis: Vembri Aulia Rahmi, dkk Editor: Hadi Ismanto M. Zainuddin Fathoni Edisi pertama: November 2020 Hak cipta © 2020 pada Penulis Desain dan Layout: Caremedia Communication Hak cipta dilindungi undang-undang Dilarang memperbanyak atau memindahkan sebagian atau seluruh isi buku ini dalam bentuk apa pun, baik secara elektronis maupun mekanis, termasuk memfotokopi, merekam atau dengan sistem penyimpanan lainnya, tanpa izin tertulis dari penulis. ISBN: 978-623-6870-16-7 Penerbit: Caremedia Communication Jl. Sadewa Kec. Kedanyang Kab. Gresik Jawa Timur E-mail: [email protected] www.caremedia.web.id 081.55.4040404 ii ~ BUMDes Berkemajuan
Kata Pengantar Teriring rasa syukur “Alhamdullilah” ke hadirat Allah SWT atas segala karunia-Nya, sehingga buku referensi kewirausahaan lokal “BUMDes Berkemajuan: Pember- dayaan Potensi Kearifan Lokal Berbasis Khas Perempuan” dapat terselesaikan. Materi pada buku dibuat mencakup uraian atas konsep keilmuan bidang kewirausahaan, keterampilan dan lingkungan dengan berbasis pada kearifan lokal desa. Adapun tujuan dan maksud buku dibuat adalah untuk memberikan panduan praktis, terutama wanita sebagai penggerak tim pelaksana program-program kewira-usahaan desa, di mana kewirausahaan desa diharapkan menjadi tiang penyangga dalam mendukung upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat desa di segala bidang kehidupan. Demi ketercapaian keberhasilan atas sasaran implementasi kegiatan pelatihan kewirausahaan, maka dalam pelaksanaan pelatihan kewirausahaan di samping penggunaan pegangan modul juga dibutuhkan pendampingan secara berkelanjutan. Buku disusun dalam rangkaian pokok pembahasan berupa ringkasan materi dasar yang mendeskripsikan pengetahuan dan keterampilan teknis. Sub pokok pengetahuan menjelaskan tentang ilmu dasar sesuai kepakaran pada program pelatihan, sedangkan Vembri Aulia Rahmi, dkk. ~ iii
sub pokok bahasan keterampilan menjelaskan mengenai implementasi praktik dasar program pelatihan. Kolaborasi tim pelaksana dan pemateri dalam program pelatihan sangat dibutuhkan agar capaian penggunaan buku ini dapat maksimal. Kerja sama pihak internal desa (peserta pelatihan) dan pihak eksternal (akademisi dan komunitas praktisi) secara ber- kesinambungan akan memberikan dampak positif dalam mendukung pengembangan sumber daya sebagai modal dasar keberhasilan kewirausahaan di masa mendatang. Selaku tim penyusun modul mengucapkan rasa terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu terciptanya buku modul panduan pelatihan. Besar harapan penulis agar modul dapat memberikan manfaat bagi siapa pun pengguna yang memerlukan sarana pendamping memahami pelatihan kewirausahaan dari konsep dasar. Kritik membangun dan saran atas pengembangan modul terbentang luas diterima oleh penulis terhadap siapa pun yang berminat memberikan kontribusi atas masukan demi kesempurnaan konten buku. Gresik, November 2020 Penulis iv ~ BUMDes Berkemajuan
Daftar Isi Kata Pengantar ........................................................................... iii Daftar Isi ...................................................................................... v Daftar Gambar ............................................................................ vii Bab 1. Entrepreneurship bagi Masyarakat Desa A. Kewirausahaan sebagai Faktor Kunci .............................. 1 B. Implementasi Kewirausahaan Desa ................................. 7 Bab 2. Kewirausahaan Desa Khas Perempuan A. Pemberdayaan Creativepreneurship ................................. 11 B. Kontribusi Perempuan Wirausaha .................................... 18 Bab 3. Potensi Bisnis Lokal dan Analisis Pengelolaan Bisnis BUMDes A. Potensi Bisnis Lokal ........................................................... 26 B. Analisis Pengelolaan Bisnis BUMDes ................................ 32 Vembri Aulia Rahmi, dkk. ~ v
Bab 4. Kreatif dan Inovatif Kelola Sampah Desa A. Produktif dan Kompetitif Berbahan Sampah .................. 45 B. Women’s Trashpreneur Sebagai Peluang Bisnis Perempuan ....................................................................... 61 Bab 5. Pengetahuan dan Keterampilan Khas Desa A. Entrepreneurship Berbasis Kearifan Lokal Desa .............. 67 B. Alternatif Pengembangan Kewirausahaan Lokal ............ 73 Lampiran ..................................................................................... 81 Daftar Pustaka ............................................................................ 83 Biodata Penulis ........................................................................... 85 vi ~ BUMDes Berkemajuan
Daftar Gambar Gambar 1. Lokasi Desa Sukorejo .................................................2 Gambar 2. Program Sosial BUMDes Podho Joyo.......................6 Gambar 3. Creativepreneurship Desa Sukorejo ........................17 Gambar 4. Hasil Produk Inovatif Warga Desa Sukorejo ............18 Gambar 5. Kreasi Anorganik Para Kader BUMDes .................... 20 Gambar 6. Bisnis Jasa BUMDes Podho Joyo..............................28 Gambar 7. Lingkungan Desa Sukorejo........................................29 Gambar 8. Bisnis Produk BUMDes Podho Joyo.........................31 Gambar 9. Promosi BUMDes Podho Joyo..................................35 Gambar 10. Model Bisnis Kanvas BUMDes.................................44 Gambar 11. Bantuan Pemberian Tempah Sampah Desa ............48 Gambar 12. Bantuan Pemberian Mesin Jahit..............................49 Gambar 13. Pendampingan Keterampilan Kewirausahaan .......54 Gambar 14. Produk Desa Berbahan Kain Bekas .........................55 Gambar 15. Kegiatan Lingkungan BUMDes Podho Joyo...........59 Gambar 16. Pelatihan Keterampilan BUMDes Podho Joyo.......60 Gambar 17. Model Bisnis Women’s Trashpreneur ...................... 62 Vembri Aulia Rahmi, dkk. ~ vii
Gambar 18. Implementasi Women’s Trashpreneur ....................65 Gambar 19. Keterlibatan Peran dalam Sociopreneur .................75 Gambar 20. Pelatihan Mengelola Sampah Organik ...................78 Gambar 21. Kolaborasi BUMDes dan “ASBAG”..........................79 viii ~ BUMDes Berkemajuan
BAB 1. ENTREPRENEURSHIP BAGI MASYARAKAT DESA A. Kewirausahaan sebagai Faktor Kunci Membangun negeri ini dengan mengikuti arah usulan program pemerintah “Nawacita”, di mana pem- bangunan dimulai dari daerah pinggiran, yaitu desa. Tentunya pembangunan dapat terlaksana bila sendi - sendi perekonomian memiliki kekuatan kemandirian bagi desa tersebut untuk swakarsa. Pencapaian kemandirian desa diharapkan dapat berkelanjutan melalui keunggulan desa. Agar menjadi desa yang unggul, maka tata kelola desa harus mampu menghasilkan output berupa produk desa yang berkualitas. Produk desa harus mewakili citra pada kearifan lokal daerah sebagai pencirinya. Kemandirian ekonomi desa adalah tumpuan untuk menggerakkan sektor lainnya yang mendukung kemajuan desa, termasuk nantinya akan mampu membawa perbaikan kualitas dan kebutuhan masyarakat desa. Keterbatasan sumber daya dan kelemahan infrastruktur di desa sering kali adalah kendala mencapai kemandirian desa. Meski tingkat pendidikan masyarakat Vembri Aulia Rahmi, dkk. ~ 1
desa sebagai sumber daya manusia penyokong kemajuan desa juga masih di bawah standar kualitas, akan tetapi masyarakat desa masih memiliki keunggulan dari budaya masyarakat berupa kegotongroyongan dan karakter kerukunan penduduk yang cukup tinggi. Keunggulan atas budaya dan perilaku penduduk desa nantinya akan dapat menjadi faktor penggerak atas kemajuan desa. Berikut ini, pada Gambar 1. menunjukkan lokasi Desa Sukorejo yang berada di wilayah Kecamatan Sidayu, Kabupaten Gresik. Gambar 1. Lokasi Desa Sukorejo Mendayagunakan semua potensi desa dengan apa pun keterbatasannya dapat dilakukan jika setiap personal penduduk- nya mampu menerapkan prinsip dan dasar entrepreneurship pada setiap bidang kehidupan. Memaknai bagaimana peran dan pentingnya kewirausahaan diimplementasikan di desa sebagai rasa 2 ~ BUMDes Berkemajuan
ikut memiliki tanggung jawab mencapai kemandirian desa. Konsep kewirausahaan bukan saja terletak pada bagaimana menciptakan bisnis dan produk baru bagi desa, akan tetapi lebih pada menciptakan nilai tambah dan membuat perubahan ke arah lebih baik lagi untuk desa. Memang benar indikator keberhasilan kewirausahaan adalah berjalannya proses bisnis, akan tetapi tidak mutlak benar selamanya bahwa istilah kewirausahaan hanya diperuntukkan (melulu) bagi bisnis. Ada poin penting yang ingin dijelaskan pada buku referensi ini terkait kewirausahaan. Definisi kewirausahaan (entrepreneurship) adalah mentalitas terhadap sikap, jiwa, pandangan, wawasan untuk proaktif terhadap karya dengan segala kemampuannya dalam memberi nilai atas tugas dan tanggung jawab yang dibebankan. Inti kewirausahaan menekankan pada penciptaan sesuatu hal yang baru dan berbeda dengan segala keberanian atas kemungkinan akan risiko yang akan terjadi. Hakikat kewirausahaan meliputi beberapa konsep sebagai berikut (Dikti, 2013): 1. Nilai yang ditampilkan dalam perilaku 2. Kemampuan menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda 3. Proses memecahkan masalah dan menemukan peluang 4. Upaya penciptaan cara baru dengan sumber daya yang tersedia untuk menghasilkan nilai tambah dalam rangka memenangkan kompetisi Berdasarkan definisi kewirausahaan, maka dapat disimpulkan bahwa apa pun bidang kegiatan atau profesi yang dikerjakan oleh siapa pun, maka nilai kewirausahaan selalu melekat, yaitu Vembri Aulia Rahmi, dkk. ~ 3
kewirausahaan tidak saja berlaku untuk profesi sebagai pengusaha atau pebisnis saja, melainkan dapat juga profesi bidang jasa, seperti guru, dokter, atau polisi yang bertugas melayani masyarakat. Kewirausahaan masyarakat desa dapat diinisiasi dengan mengandalkan apa yang menjadi keunggulan desa. Salah satu bentuk keunggulan desa tersebut, antara lain adalah kearifan lokal. Masing - masing daerah mempunyai kearifan lokal yang berbeda - beda dan menunjukkan kekhasan pada desa. Kearifan lokal yang berkesinambungan dengan prinsip kewirausahaan nantinya akan mempengaruhi ekonomi masyarakat desa, yaitu bagaimana mendayagunakan kearifan lokal menjadi potensi desa hingga pada akhirnya mampu meningkatkan kesejahteraan ekonomi desa. Agar potensi desa dapat terus digali, maka masyarakat desa setidaknya melakukan upaya adaptasi ekonomi untuk mempertahankan perekonomiannya. Sistem perekonomian masyarakat desa telah lazim diketahui bahwa menganut sistem hubungan sosial, di mana kepemimpinan, tata kelola dan pengambilan keputusan lebih dominan dipengaruhi unsur internal desa. Adanya pengaruh unsur eksternal desa sering kali dianggap sebagai perubahan di mata masyarakat. Desa dapat disebut mengalami kemajuan jika masyarakatnya bersedia melakukan adaptasi dengan perubahan. Kearifan lokal setiap desa di Indonesia sangat beragam juga ditengarai oleh potensi kekayaan alam desa yang berbeda. Demi mempermudah pemahaman tentang wujud kewirausahaan desa, maka beberapa bagian dari buku referensi ini akan memberikan gambaran berupa potret 4 ~ BUMDes Berkemajuan
kewirausahaan berbasis kearifan lokal di Desa Sukorejo, Kecamatan Sidayu, Kabupaten Gresik. Sementara kemungkinan implementasi terhadap alternatif strategi adaptasi ekonomi desa dilakukan dengan menerapkan dasar ilmu kewirausahaan sebagai faktor kunci. Sisi lain faktor kunci dari kewirausahaan adalah suatu kolaborasi antara berbagai pihak pemangku kepentingan (stakeholder), meliputi pihak internal (masyarakat dan pengelola desa) dan juga pihak eksternal (akademisi, pemerintah dan perusahaan). Sinergisitas setiap pihak dapat berjalan selaras melalui kepemimpinan lembaga yang dikelola oleh desa. Dalam hal ini lembaga ekonomi yang mewadahi kegiatan sosial sekaligus aktivitas komersial desa, yaitu BUMDes (Badan Usaha Milik Desa). BUMDes melaksanakan kegiatan sosial berupa pelayanan sosial pada masyarakat, sedangkan kegiatan bisnis pada BUMDes adalah mendapatkan keuntungan melalui penawaran (barang dan jasa) yang dikelola dalam pasar desa. Kehadiran BUMDes pada setiap desa adalah sebagai lembaga yang nantinya menjembatani kebutuhan masyarakat dan harapan pemerintah bagi kesejahteraan negeri. Profesionalitas dan kemandirian BUMDes mendasarkan pada prinsip - prinsip antara lain: kooperatif, partisipatif, emansipatif, transparansi, akuntable serta sustainable. Perbedaan bidang usaha pada BUMDes yang beragam di Indonesia bergantung dari perbedaan kearifan lokal daerah (Karakteristik, potensi dan sumber daya desa). Dengan demikian, secara garis besar diterangkan bahwa letak kewirausahaan masyarakat desa dimulai dari pemberdayaan ekonomi melalui lembaga BUMDes. Vembri Aulia Rahmi, dkk. ~ 5
Gambar 2. Program Sosial BUMDes Podho Joyo Pertimbangannya adalah keberadaan BUMDes bukan paket instruksional dari pemerintah semata, akan tetapi BUMDes terlahir sebagai prakarsa masyarakat desa, sehingga di sinilah letak dasar konsep kewirausahaan, yaitu adanya kreativitas, inovasi dan kemandirian untuk mengembangkan desa demi kesejahteraan masyarakat. Demi keberhasilan program kewirausahaan desa, maka kolaborasi antara pemangku kepentingan pada BUMDes harus berjalan, yaitu setiap stakeholder menjalankan perannya masing - masing. Selain membangun kekuatan dari masyarakat desa, juga dibutuhkan dukungan pemerintah melalui penguatan relasi dengan pihak eksternal untuk memberdayakan komunitas desa. Peran akademisi dibutuhkan oleh dalam memberikan pelatihan dan pembinaan dalam mengelola BUMDes. Perusahaan 6 ~ BUMDes Berkemajuan
diharapkan melalui dana tanggung jawab sosialnya dapat mendukung pelaksanaan program kerja BUMDes. B. Implementasi Kewirausahaan Desa Kewirausahaan desa bukan hanya dilakukan dengan mem- bangkitkan generator semangat berwirausaha saja, melainkan pelaku ekonominya harus mampu di garda depan memberikan contoh sikap tentang bagaimana implementasi kewirausahaan diterapkan di desa dengan menjunjung nilai dan unsur kearifan lokal. Pada buku referensi ini akan mendeskripsikan perilaku dan kegiatan kewirausahaan pada studi kasus BUMDes Podho Joyo, di Desa Sukorejo, Kecamatan Sidayu, Kabupaten Gresik. Awal mula terbentuk BUMDes Podho Joyo adalah dilatarbelakangi oleh program pemerintah “Pemberdayaan Masyarakat Mandiri (PPM)” dalam rangka penanggulangan desa kemiskinan dan desa tertinggal pada Tahun 2007, berjalannya waktu atas prakarsa dan inisiasi penduduk Desa Sukorejo, maka didirikannya BUMDes Podho Joyo pada tanggal 5 April 2008. Keberadaan BUMDes diharapkan mampu mendukung ekonomi desa dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat dengan indikator ketersediaan atas infrastruktur, terutama ketersediaan investasi fasilitas bidang pendidikan dan kesehatan, kualitas sumber daya manusia, serta kekuatan sumber pendapatan dari unit usaha. BUMDes Podho Joyo menjalankan peran sebagai lembaga sosial sekaligus sebagai lembaga komersial. Vembri Aulia Rahmi, dkk. ~ 7
Implementasi atas program kerja BUMDes Podho Joyo bersama masyarakat desa dilakukan secara berkesinambungan dengan melandaskan atas fondasi kewirausahaan sosial, di antaranya: memasarkan produk desa, memenuhi kebutuhan pokok masyarakat desa, menyediakan jasa pembayaran, membantu kesulitan keuangan, serta membantu pengadaan pupuk bersubsidi. Kewirausahaan sosial dimaksudkan agar BUMDes mampu memberikan kontribusi pada ekonomi masyarakat desa dari program sosial yang diajukan dengan tetap menghasilkan nilai profit bagi lembaga, sehingga nantinya melalui keuntungan yang diperoleh BUMDes terdapat selisih anggaran diperuntukkan sebagai dana sosial (Kusuma & Purnamasari, 2016). Prinsip kewirausahaan desa, mencakup pandangan jika cikal bakal BUMDes Podho Joyo adalah dari, oleh, dan untuk rakyat, yaitu menjelaskan bahwa pemanfaatan dana sosial dari hasil komersialisasi bisnis BUMDes, alih-alih memiliki sasaran mendukung kesejahteraan ekonomi, tetapi juga merupakan bentuk upaya dalam penguatan pemasaran BUMDes. Dana sosial dari BUMDes akan diberikan kepada masyarakat desa secara cuma- cuma, meliputi: pemberian bantuan bahan pokok, sosialisasi kesadaran perilaku sehat, santunan anak yatim atau pemberian bantuan lainnya. Kewirausahaan desa juga dimaknai sebagai segala bentuk upaya untuk menambah nilai dari sebuah program atau kegiatan. Dengan demikian, kompetensi dan inovasi menjadi faktor kunci untuk mengelola sumber daya, baik manusia maupun material. 8 ~ BUMDes Berkemajuan
Kendala, dan hambatan setiap program pengembangan desa akan menjadi tantangan bagi BUMDes sebagai motor penggerak masyarakat. Adversity Value pada kewirausahaan desa terletak pada kemampuan desa dalam menyikapi setiap permasalahan dengan mendayagunakan semua potensi kearifan lokal desa melalui penguatan kreativitas dan inovasi. Potensi sumber daya manusia Desa Sukorejo sudah memiliki kompetensi, terbukti dari kondisi di lapangan sebagian besar penduduk desa, khususnya wanita menjalankan profesi sebagai pengusaha di bidang ekonomi kreatif. Peran BUMDes Podho Joyo menginisiasi warga dengan beberapa kegiatan: a. Rembuk desa: mengumpulkan warga, pamong desa, dan pengurus BUMDes untuk mendiskusikan program peningkatan kompetensi desa b. Pelatihan dan pembinaan keterampilan: mendukung kewirausahaan masyarakat, terutama ibu rumah tangga produktif untuk meningkatkan keterampilan yang dilakukan dengan mendatangkan pakar kreatif di bidangnya. c. Kompetisi kreativitas: menciptakan ekosistem kompetitif melalui kegiatan lomba hasil kreasi produk unggulan desa. d. Ruang lapak: memfasilitasi produk yang dibuat warga untuk dipasarkan pada toko/ stand/ outlet. e. Promosi produk: menampilkan dan meluaskan produk warga pada pameran setingkat nasional. Vembri Aulia Rahmi, dkk. ~ 9
f. Jejaring mitra: menjalin kerja sama dengan akademisi, atau lembaga yang mendukung keberlanjutan bisnis lokal masyarakat desa.[] 10 ~ BUMDes Berkemajuan
BAB 2. KEWIRAUSAHAAN DESA KHAS PEREMPUAN A. Pemberdayaan Creativepreneurship Entrepreneurship (kewirausahaan) adalah paradigma, pola pikir dan semangat untuk terus berusaha walaupun penuh tantangan. Apa pun bidang usaha yang dikembangkan, entrepreneurship menjadi prioritas pegangan, artinya adalah kontribusi yang diberikan mampu memberikan dampak positif kepada banyak pihak, melalui cara/ teknik/ metode mengubah hal biasa menjadi luar biasa, hal biasa menjadi luar biasa, tidak berguna menjadi bernilai dan bahkan dari tidak ada menjadi wujud nyata. Konsep entrepreneurship yang memfokuskan pada bidang usaha ekonomi kreatif adalah tergolong pada creativepreneurship. Sering kali creativepreneurship digunakan pada istilah bisnis dengan mengangkat unsur kreativitas terhadap manajemen seni dan budaya sebagai dasar penciptaan sebuah produk kreatif (Mahamood, 2019). Era ekonomi digital (memanfaatkan internet), istilah creativepreneurship juga disandingkan dengan aktivitas bisnis yang Vembri Aulia Rahmi, dkk. ~ 11
menekankan pada inovasi dan teknologi digital, yaitu men- dayagunakan internet dan media sosial. Creativepreneurship sebagai konsep wirausaha berbasis seni dan budaya, sementara creativepreneur sebagai pelaku usaha berlandaskan unsur seni untuk menghadirkan produk pada masyarakat. Unsur seni merepresentasikan nilai karakter budaya bangsa yang disampaikan terhadap publik sebagai sasaran penerima melalui konsep creativepreneurship. Peran creative- preneur adalah mengelola potensi kearifan lokal sebagai bentuk karya atas produk unggulan bangsa. Creativepreneurship dapat menghasilkan potensi ekonomi tinggi, karena karya produk merupakan aktualisasi atas kumpulan imajinasi gagasan/ ide yang bersifat kreatif dan memiliki nilai novelty (kebaruan) sebagai pembeda dengan ciri khas atas produk. Bisnis pada bidang creativepreneurship di masa mendatang adalah prospek, karena terdapat fenomena baru, yaitu terjadinya pergeseran ekonomi dari pola ekonomi informasi menjadi ekonomi kreatif. Situasi ini sejalan dengan program pemerintah nawa cita, yaitu salah satunya menerangkan tentang pembangunan daerah di mulai dari wilayah pinggiran (pedesaan). Creativepreneurship sangat dekat dengan bidang usaha ekonomi kreatif, yaitu bidang bisnis yang mendasarkan pada beberapa prinsip, di antaranya: kreativitas, inovasi, dan penemuan. Pemerintah melalui Kementerian Perdagangan mengiden- tifikasi 17 sub sektor bidang ekonomi kreatif, di antaranya: aplikasi, periklanan, arsitektur, barang seni, kerajinan, desain, fesyen, video/ 12 ~ BUMDes Berkemajuan
gambar/ fotografi, permainan interaktif, musik, seni pertunjukan, penerbitan dan percetakan, layanan komputer, piranti lunak/ teknologi informasi, televisi dan radio, riset dan pengembangan, serta kuliner (Purnomo, 2016). Ekonomi kreatif menggabungkan antara informasi dan kreativitas yang menawarkan solusi permasalahan ekonomi, karena bisnis pada bidang tersebut mendorong stimulasi atas ide atau gagasan kreatif sebagai sesuatu hal yang baru dan berbeda, sehingga mampu meningkatkan daya saing di tingkat lokal atau sampai nasional. Kemampuan menuangkan ide untuk mengelola potensi di lingkungan sekitar menjadi produk bernilai bergantung pada tingkat produktivitas, yaitu membandingkan antara jumlah output yang dihasilkan dengan jumlah input sebagai masukan. Pertumbuhan ekonomi suatu daerah dipengaruhi oleh seberapa besar produktivitas serta seberapa banyak masyarakat kreatif yang mampu memberdayakan potensi. Selain itu, kemampuan masyarakat mengubah kreativitas menjadi inovasi dan temuan akan meningkatkan keunggulan kompetitif bagi daerah untuk maju. Indikator keberhasilan ekonomi kreatif adalah peningkatan pendapatan masyarakat, lapangan pekerjaan, serta penerimaan ekspor selama proses pengembangan inklusi sosial, perbedaan budaya dan pembangunan manusia. Jantung dari keberadaan bisnis ekonomi kreatif adalah industri kreatif. Bisnis ekonomi kreatif dapat dibangun dari usaha kecil rumahan, dengan terus melakukan perbaikan dan pengembangan, maka sangat dimungkinkan untuk UMKM menjadi industri bila jumlah omset Vembri Aulia Rahmi, dkk. ~ 13
terus meningkat bersamaan kuantitas jumlah pekerja. Kuantitas dan kualitas potensi sumber daya saling mempengaruhi bagaimana bidang usaha ekonomi kreatif berkontribusi pada pertumbuhan ekonomi. Keberlanjutan creativepreneurship melalui bisnis ekonomi kreatif membutuhkan dukungan berbagai pihak, karena modal yang dipakai tidak selalu dalam wujud material/ bahan, tetapi modal kreativitas dari sumber daya manusia untuk meng- aplikasikan gagasan menjadi inovasi karya dari semua daya pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki. Dukungan peng- gerak ekonomi kreatif berupa sinergi triple helix (tiga aktor penggerak), meliputi: kolaborasi peran pemerintah, bisnis dan akademisi. Pemerintah berperan untuk menentukan kebijakan dan regulasi dan menyediakan fasilitas agar ekonomi kreatif dapat diberdayakan, sementara lain peran akademisi adalah membagikan pengetahuan dan keilmuan, baik produk atau kewirausahaan. Pelaku bisnis berperan menjalankan roda perdagangan dan pengembangan usaha dengan memanfaatkan peluang pasar untuk meraup keuntungan dan berkontribusi bagi masyarakat. Kolaborasi pada entrepreneurship dari triple helix berkesinambungan demi mencapai keunggulan ekonomi kreatif sesuai sasaran, yaitu produk memiliki competitiveness. Keberagaman budaya di Indonesia ini sangat mendukung bisnis ekonomi kreatif. Creativepreneurship membuka kesempatan peluang usaha berbasis identitas lokal, karena setiap daerah memiliki kekayaan budaya yang beraneka warna. Indonesia memiliki potensi pasar cukup besar dipandang dari jumlah 14 ~ BUMDes Berkemajuan
penduduknya, sehingga peluang pengembangan creative- preneurship masih sangat luas dan memungkinkan diawali dari lokal daerah. Implementasi model bisnis creativepreneurship tepat diterapkan di wilayah lokal yang memiliki ciri budaya bersifat orisinil, yaitu identitas budaya sangat khas mencirikan kearifan lokal dan tentu berbeda di masing-masing daerah. Iklim berkembangnya creativepreneurship melalui ekonomi kreatif di Indonesia sangat memungkinkan, karena pengem- bangannya mendapat dukungan pemerintah sesuai Undang- Undang Nomor 24 Tahun 2019 yang mempertegas bahwa pengembangan ekonomi kreatif dapat dilakukan dengan beberapa hal, yaitu di antaranya: riset, pendidikan, pendanaan/ pembiayaan, infrastruktur, pemasaran, insentif, kekayaan intelektual, serta hak perlindungan. Bidang ekonomi kreatif dianggap berkontribusi pada penyerapan tenaga kerja dan juga PDB. Upaya mendorong produktivitas ekonomi kreatif oleh pemerintah selalu dilakukan dengan penyiapan berbagai insentif dan infrastruktur agar masyarakat tertarik mengembangkan usaha di bidang ekonomi kreatif. Ladang kearifan lokal menjadi bagian strategi untuk pengembangan kreativitas. Pemerintah men- ciptakan iklim usaha di bidang ekonomi kreatif diawali dari desa dengan mengarahkan pada program di tiap lokal daerah, seperti satu desa dengan satu produk yang dipromosikan dengan berkiblat pada negara Jepang dengan program One Village One Product. Langkah nyata di Indonesia, seperti: beberapa produk unggulan desa mulai dipopulerkan dan diwadahi pemasarannya oleh BUMDes. Peran BUMDes menempatkan diri sebagai lembaga Vembri Aulia Rahmi, dkk. ~ 15
komersial untuk memasarkan produk desa agar dapat membantu ekonomi masyarakat desa, juga menghindarkan warga desa dari pengaruh tengkulak . Harapan pemerintah secara luas bahwa ekonomi kreatif melalui produk unggulan (Suryoputro, 2007) berbasis kearifan lokal mampu berkontribusi pada nilai tambah serta nominal nilai ekspor bagi Indonesia. Menggalakkan creativepreneurship seperti memajukan ekonomi kreatif berbasis kearifan lokal, yaitu menunjukkan bahwa daerah tengah melakukan upaya mengangkat citra lokal daerah sebagai bentuk penguatan atas identitas nasional. Alih - alih meningkatkan identitas nasional dari membangkitkan bidang usaha ekonomi kreatif, tetapi juga bagi masyarakat juga merupakan tindakan yang bertujuan untuk memperbaiki kualitas hidup manusia. Dengan melandaskan atas kedaulatan rakyat berbasis budaya gotong royong, maka kerja keras secara bersama masyarakat untuk mendayagunakan potensi kreativitas dan informasi menciptakan inovasi produk unggul sebagai sebuah penemuan baru yang memiliki tingkat daya saing produk. Pada buku referensi kewirausahaan lokal ini memberikan referensi atas produk unggulan Desa Sukorejo, Kecamatan Sidayu, Kabupaten Gresik untuk memberikan deskripsi atas produk unggulan lokal dari bidang usaha ekonomi kreatif yang dikelola warga desa. BUMDes Podho Joyo memfasilitasi keberhasilan penjualan produk dengan berpartisipasi memasarkan produk desa agar memiliki nilai tambah, sehingga mampu berkontribusi bagi desa. Pada Gambar 3. dan 4. Menunjukkan produk inovatif yang dibuat 16 ~ BUMDes Berkemajuan
oleh warga setelah mendapatkan pelatihan pengetahuan dan keterampilan kewirausahaan yang diinisiasi oleh BUMDes. Gambar 3. Creativepreneurship Desa Sukorejo Sebagian besar kegiatan ekonomi kreatif oleh masyarakat Desa Sukorejo memfokuskan pada sub sektor kuliner dan kerajinan (kriya) yang dibuat oleh para wanita desa. Kegiatan penciptaan produk ekonomi kreatif merupakan jenis usaha sampingan yang dikerjakan terutama oleh ibu rumah tangga setelah melakukan pekerjaan utama sebagai petani di sawah. BUMDes Podho Joyo mampu menangkap peluang dari potensi sumber daya manusia sebagai modal sosial pada kearifan lokal bahwa budaya kerja keras para wanita Desa Sukorejo cukup mumpuni untuk menciptakan inovasi produk. Dengan demikian, pengurus BUMDes yang dijembatani oleh Direktur BUMDes Podho Joyo selaku pimpinan lembaga menciptakan kerja sama dengan Vembri Aulia Rahmi, dkk. ~ 17
pakar atas praktisi yang memiliki keterampilan mengolah material untuk melakukan kemitraan dalam rangka pembinaan pembuatan produk desa. Pihak BUMDes juga membuka kesempatan untuk bekerja sama dengan pihak perguruan tinggi dalam berbagi pengetahuan untuk meningkatkan keilmuan warga desa, seperti kerja sama kegiatan pengabdian oleh para akademisi. Gambar 4. Hasil Produk Inovatif Warga Desa Sukorejo B. Kontribusi Perempuan Wirausaha Pada sub-bab mengenai kontribusi perempuan wirausaha menerangkan mengenai peran para wanita menjalankan bisnis atau kegiatan ekonomi untuk membantu meningkatkan kesejahteraan keluarga melalui penambahan pendapatan dari hasil penjualan produk ekonomi kreatif (Bunsaman & Taftazani, 2018). Fokus pembahasan pada buku referensi ini adalah memberikan penggambaran apa saja kegiatan yang sudah dilakukan para wanita yang berprofesi sebagai pengusaha. Sebagian besar profil yang diterangkan sebagai contoh pada buku ini adalah bentuk 18 ~ BUMDes Berkemajuan
perilaku wanita pengusaha di Desa Sukorejo, Kecamatan Sidayu, Kabupaten Gresik. Perempuan Desa Sukorejo, khususnya ibu - ibu rumah tangga yang berkecimpung pada bidang bisnis ekonomi kreatif dari sub sektor kuliner yang meliputi: pembuatan makanan ringan berbahan hasil pertanian, serta sub sektor kriya yang mencakup pembuatan hasil kerajinan, suvenir dan tas. Perempuan memegang peran penting dalam ekonomi kreatif, karena wanita dipandang sanggup menjalankan kedua peran sekaligus secara bersamaan, baik saat perempuan sebagai ibu rumah tangga maupun kala perempuan sebagai pekerja. Keberhasilan dalam memberdayakan kaum wanita di Indonesia untuk berkegiatan sosial ataupun komersial memang benar nyata terjadi, karena budaya ketimuran masyarakat Indonesia bahwa wanita adalah pribadi yang bekerja keras dan tangguh, sehingga tidak mengherankan jika temuan di lapangan membuktikan bahwa wanita dapat meningkatkan kesejahteraan ekonomi keluarga. Pemberdayaan wanita untuk kegiatan sosial dicontohkan, seperti saat para ibu rumah tangga di Desa Sukorejo mengikuti kegiatan sosialisasi pengelolaan sampah. Antusiasme perempuan lebih tinggi daripada pria, meskipun kegiatan yang dilakukan tidak diberikan kompensasi pembayaran. Apalagi untuk pemberdayaan kegiatan komersial, maka perempuan semakin giat untuk melakukan, seperti: kegiatan berjualan atau berdagang atas produk desa. Wanita Desa Sukorejo membuat produk olahan hasil pertanian, seperti keripik tempe, keripik ketela dan lainnya. Vembri Aulia Rahmi, dkk. ~ 19
Kontribusi perempuan wirausaha di Indonesia terhadap pendapatan adalah cukup tinggi dalam membangkitkan iklim wirausaha di negeri ini. Kompetensi wirausaha wanita lebih unggul daripada kompetensi wirausaha laki-laki jika dinilai dari tingkat kemampuan dan keterampilan mengelola usaha. Kesuksesan wanita merangkap peran sebagai ibu rumah tangga dan juga sebagai wanita karier, karena kemampuan wanita dalam menyeimbangkan kehidupan, seperti wanita memiliki kemampuan mengelola manajemen waktu. Wanita memiliki beberapa motivasi untuk terlibat dalam dunia usaha, di antaranya dipengaruhi oleh faktor pendorong dan faktor penarik memulai usaha. Usia, pendidikan, latar belakang keluarga dan keahlian bisnis merupakan beberapa faktor yang memotivasi wanita berwirausaha. Wanita memiliki strategi tersendiri dalam meningkatkan kepuasan pelanggan dan keberlanjutan bisnisnya. Gambar 5. Kreasi Anorganik Para Kader BUMDes 20 ~ BUMDes Berkemajuan
Bisnis di bidang ekonomi kreatif juga banyak dipilih menjadi lapangan usaha para wanita, karena menggunakan modal kreativitas dan keuletan yang dimiliki wanita sebagai suatu keterampilan khas wanita. Ilustrasi pada Gambar 4 menampilkan kekompakan ibu - ibu PKK Desa Sukorejo, sekaligus kader pengurus bank sampah desa dalam membuat kreasi produk berbahan sampah anorganik pada kegiatan pelatihan keterampilan kewirausahaan. Kemampuan wanita dalam mempromosikan produk tidak diragukan, seperti temuan di lapangan diketahui banyak tenaga pemasaran adalah kaum perempuan daripada gender pria. Di Indonesia, wanita banyak terlibat pada wujud bisnis UMKM. Komunitas wanita Indonesia tercipta secara alami dan masih memegang unsur kearifan lokal, seperti kekeluargaan dan kegotongroyongan. Wanita dinilai mampu menangkap peluang dari komunitas dan mampu mengelola peluang atas jaringan publik. Pemerintah mempromosikan perkumpulan PKK di tiap RT atau RW sampai ke tingkat desa dengan agenda kegiatan sosial dan keterampilan, sehingga mendorong keberlanjutan kegiatan aktif wanita semakin baik. Koperasi wanita yang ada di tingkat kelurahan di Indonesia adalah salah satu inisiasi atas iklim wirausaha oleh wanita. Ketahanan wanita untuk komitmen menjalankan bisnis adalah karena motivasi berwirausaha wanita mempengaruhi passion wanita berwirausaha serta kesuksesan berwirausaha (Hendratni & Ermalina, 2013). Ada kala wanita rela meninggalkan pekerjaan yang digaji dengan beralih profesi sebagai pengusaha karena motivasi Vembri Aulia Rahmi, dkk. ~ 21
kebutuhan prestasi, yaitu: pertumbuhan personal, kemandirian, dan pamrih ekonomi. Keterampilan dasar berwirausaha men- cakup: kepercayaan diri, kepemimpinan, pemikiran kreatif dalam menangani masalah, efektif dan efisien dalam pelaksanaan rencana, pengetahuan wirausaha dan bisnis, analisis, fleksibel, menyeimbangkan antara kehidupan bisnis dan personal. Dukungan dari pemerintah sebagai fasilitator sangat berperan untuk keberadaan bisnis wanita Indonesia tetap ada dan berkembang. Selain mampu memelihara eksistensi bisnis wanita semakin mapan, maka melalui dukungan yang kuat terhadap wanita pengusaha akan mengoptimalkan potensinya, sehingga dapat berkontribusi terhadap negara dan ekonomi global. Implementasi bentuk dukungan pemerintah dilakukan mulai di tingkat lokal, seperti dicontohkan pada Desa Sukorejo, Kecamatan Sidayu, Kabupaten Gresik, yaitu alokasi dana desa diperuntukkan untuk pembangunan infrastruktur yang mendukung kegiatan bisnis di lingkungan desa. Orientasi kemajuan bisnis perempuan desa perlu peningkatan keterampilan, seperti: penciptaan produk dan juga kemampuan mengelola administrasi usaha. Alokasi dana Desa Sukorejo dapat mendukung penguatan kemajuan BUMDes Podho Joyo. Kemajuan desa ditopang melalui kemandirian usaha dari UMKM yang dimiliki wanita pengusaha di bawah pembinaan BUMDes. Sebagian besar dari pegawai BUMDes Podho Joyo bergender wanita, dan melibatkan koordinasi wakil pengurus BUMDes dari perkumpulan ibu-ibu PKK Desa Sukorejo. Para wanita Desa Sukorejo, khususnya ibu rumah tangga mampu mengelola manajemen waktu antara kepentingan 22 ~ BUMDes Berkemajuan
keluarga, aktivitas sosial dan kegiatan usaha di lingkungannya, sehingga peran wanita dalam berkontribusi terhadap kemajuan desa adalah optimal. Kehidupan desa dengan komunitas dan perilaku sosial yang bersifat gotong royong terbentuk secara alamiah, karena kehidupan bertetangga di wilayah desa masih merupakan kesatuan sana keluarga yang memang telah ada semenjak lama dan bersebelahan tempat tinggal dan cenderung menetap dari jaman sesepuh keluarga, sehingga kedekatan secara personal sangat kuat. Kebersamaan untuk saling berkarya dan kompak ber- wirausaha lebih mudah diarahkan karena hubungan kekerabatan dari satu desa. Kehidupan masyarakat desa yang sederhana dan berperilaku tidak konsumtif mendukung pola manajemen ekonomi semakin kondusif di lingkungan Desa Sukorejo. Pekerja BUMDes Podho Joyo hampir separuh personil adalah wanita dan mereka sanggup menjalankan tugas dalam pembagian waktu kerja (sif) yang dimulai dari waktu jam normal pada umumnya di Indonesia, yaitu setelah waktu subuh (pukul 04.30 wib). Ketekunan dan kekompakan pengelola BUMDes Podho Joyo mampu menjadikan lembaga ini bertahan dan meningkatkan pendapatan setiap tahunnya. Passion bisnis wanita di desa dan di kota tidak jauh berbeda. Didasari dorongan pribadi wanita sebagai kaum yang ingin aktif berkarya, maka produk usaha awalnya untuk memenuhi kebutuhan manusia, bahkan sangat mungkin produk bisnis wanita menjadi produk gaya hidup. Perbedaan bisnis wanita di desa dan kota adalah dari strategi promosi dan jaringan yang digunakan. Vembri Aulia Rahmi, dkk. ~ 23
Wanita pengusaha di kota lebih sadar teknologi, sehingga media sosial dan aplikasi dioptimalkan sebagai sarana mempromosikan produk dan meningkatkan omset penjualan. Sementara wanita pengusaha di desa masih menunggu pihak perantara kreatif atau lembaga di desa untuk membantu mempromosikan produknya. Komunitas sosial pada wanita pengusaha di kota lebih luas dibanding wanita pengusaha di desa, sehingga bukan tidak tersedianya dukungan teknologi di desa untuk mendukung bisnis wanita di desa, akan tetapi perihal kebiasaan atau budaya bisnis menggunakan digital yang belum lazim dan meluas bagi perempuan desa. Strategi promosi yang selama ini dilakukan BUMDes Podho Joyo sudah baik untuk pengenalan produk lokal Desa Sukorejo, dan terbukti dari peningkatan jumlah anggota/ nasabah/ pelanggan/ penyewa (tenant) lembaga. Penyediaan aplikasi berbasis digital untuk pembelian konsumen dan info desa telah tersedia, yaitu aplikasi “Peken”, tetapi pemanfaatannya oleh masyarakat desa masih kurang maksimal. Digitalisasi bisnis melalui aplikasi membutuhkan pembiasaan sebagai perilaku sosial masyarakat, dan juga membutuhkan pemeliharaan atas sumber daya dari konsep digital bisnis. Kreativitas memelihara konten bisnis digital membutuhkan tim kreator/ pencipta yang tidak saja mensosialisasikan penggunaan perangkat tetapi juga mampu membuat menu tampilan aplikasi yang mempermudah penggunaan aplikasi. Dengan demikian, kontribusi bisnis desa, terutama bagi wanita pengusaha desa sejatinya sudah berjalan 24 ~ BUMDes Berkemajuan
dengan baik, hanya saja membutuhkan unsur inovasi pengembangannya lewat BUMDes semakin maju.[] Vembri Aulia Rahmi, dkk. ~ 25
BAB 3. POTENSI BISNIS LOKAL DAN ANALISIS PENGELOLAAN BISNIS BUMDES A. Potensi Bisnis Lokal Makroekonomi mendeskripsikan bahwa indikator kemajuan desa terlihat dari pertumbuhan ekonomi yang tampak pada pembangunan infrastruktur dan kesejahteraan. Peran potensi bisnis lokal mampu memberi andil dalam mencapai standar makroekonomi. Pemerintah menghimbau rakyat lewat slogan “membangun desa dan menata kota” mengadakan beberapa program akselerasi pertumbuhan ekonomi negara, seperti: membuka peluang ketersediaan beberapa insentif dana atau sejenis blockgrant yang mendukung kesejahteraan ekonomi. Anggaran dana desa juga diberikan oleh pemerintah untuk pembangunan daerah, yaitu dengan cara pemberdayaan potensi lokal dari unit bisnis lokal, seperti: bisnis rumahan sekelas UKM yang dikelola warga desa. Penguatan bisnis lokal dengan memberdayakan semua potensi sumber daya lokal ditujukan untuk meningkatkan PAD. Umumnya, potensi bisnis lokal yang dijalankan masyarakat desa 26 ~ BUMDes Berkemajuan
adalah mengandalkan kelimpahan material sumber daya lokal. Nilai kewirausahaan berperan dalam mendukung pemberdayaan potensi bisnis lokal, yaitu dengan upaya atau tindakan meningkatkan nilai tambah dari sumber daya lokal. Masyarakat pedesaan memiliki kekayaan alam yang dapat diperoleh dari lingkungan sekitarnya, seperti misalkan potensi lokal dari alam, yaitu: tanah, laut, hutan, pantai, dan potensi alam. Bentuk potensi lokal desa lainnya dapat berasal dari kebudayaan, potensi dari keanekaragaman hayati, potensi destinasi wisata dan kearifan lokal lainnya. Menjadikan potensi bisnis lokal sebagai tambahan income bagi desa membutuhkan inovasi produk dari potensi sumber daya lokal. Menggali potensi Desa Sukorejo, Kecamatan Sidayu, Kabupaten Gresik dengan potensi pertanian yang menjadi kekhasan desa, maka penduduk menciptakan produk bermacam-macam makanan ringan hasil produksi warga. BUMDes Podho Joyo sebagai lembaga ekonomi desa menampung hasil usaha warga untuk diperjualbelikan pada etalase toko milik BUMDes. Keterampilan membuat makanan ringan, seperti, salah satunya: keripik merupakan output hasil pelatihan kewirausahaan yang difasilitasi BUMDes untuk memberdayakan perempuan Desa Sukorejo. Kreativitas, khususnya oleh para wanita desa dalam melakukan modifikasi produk makanan dan minuman, sehingga hasil penjualan produk lokal dapat menambah pendapatan keluarga. Inovasi produk lokal oleh masyarakat desa terus dikembangkan warga melalui prakarsa BUMDes saat mengadakan kegiatan kompetisi produk. Produk unggulan desa sebagai potensi Vembri Aulia Rahmi, dkk. ~ 27
bisnis lokal juga diperdagangkan pada unit usaha BUMDes, yaitu pasar desa. Aktivitas penjualan produk kebutuhan masyarakat Desa Sukorejo disediakan di pasar desa. Gambar 5. berikut ini memperlihatkan aktivitas para penyewa (tenant) serta masyarakat Desa Sukorejo melakukan kegiatan perdagangan yang dimulai pukul lima sampai tujuh pagi hari. Gambar 5. Bisnis Jasa BUMDes Podho Joyo Dari sekian banyak, jumlah BUMDes di Indonesia, maka tingkatan BUMDes dibedakan pada tiga tipe lembaga sesuai taraf pencapaian, yaitu pertumbuhan, penguatan, dan pengembangan. Penentuan tingkatan BUMDes dilihat dari kemampuan tata kelola manajemen lembaga, serta lebih spesifik pada pendayagunaan BUMDes terhadap potensi bisnis desanya. Tingkatan BUMDes disebut pertumbuhan jika pengelola BUMDes belum mampu mengidentifikasi potensi dan memilih jenis usaha, sedangkan BUMDes berada pada tingkatan penguatan, apabila lembaga 28 ~ BUMDes Berkemajuan
berada pada kondisi kesulitan saat mengelola tren peningkatan pendapatan. Paparan atas tingkatan BUMDes pada posisi pengembangan adalah jika jumlah karyawan terus bertambah dan terdapat kelimpahan tawaran kerja sama bisnis. Situasi dan Kondisi Desa Sukorejo dengan potensi pertanian sangat mendukung pengembangan BUMDes Podho Joyo . Terlihat pada Gambar 6. berikut ini memperlihatkan bagaimana lingkungan Desa Sukorejo. Gambar 7. Lingkungan Desa Sukorejo BUMDes pada tingkat pengembangan diilustrasikan seperti salah satunya pada BUMDes Podho Joyo, Desa Sukorejo, Kecamatan Sidayu, Kabupaten Gresik, yaitu pernah sebagai lembaga peraih BUMDes terbaik di tingkat Jawa Timur. Potensi bisnis lokal sedari mula perlu dilakukan pemetaan, manakah usaha yang menghasilkan produk unggulan, serta manakah anak usaha yang dapat memproduksi produk sampingan. Kesejahteraan desa yang didukung oleh kemampuan BUMDes Vembri Aulia Rahmi, dkk. ~ 29
secara berkelanjutan menjalankan usahanya. Selama ini pendapatan BUMDes Podho Joyo terus meningkat hingga mencapai nilai Rp 5 milyar dengan beberapa unit usaha, seperti: pasar desa, perdagangan, simpan pinjam, penyediaan jasa pembayaran, penjualan pupuk bersubsidi. pengelolaan sampah. Beberapa unit usaha yang menunjukkan tren peningkatan pendapatan bagi BUMDes adalah unit usaha pasar desa dan unit usaha simpan pinjam. Komitmen terhadap totalitas keterlibatan stakeholder dalam bersinergi untuk memajukan BUMDes adalah suatu kebutuhan. Pemetaan potensi desa merupakan poin awal bagaimana BUMDes memformulasi potensi bisnis lokal dari lembaga yang berperan memberdayakan masyarakat desa. BUMDes Podho Joyo mengarahkan Desa Sukorejo untuk mengembangkan potensi bisnis pada bidang ekonomi kreatif, karena dipandang para perempuan paling berperan untuk menjalankan usaha dari bidang keterampilan kuliner maupun seni kerajinan. Deskripsi beberapa produk yang dijual oleh BUMDes Podho Joyo. Tindak lanjut BUMDes untuk pengembangan potensi bisnis lokal adalah mengadakan pelatihan kewirausahaan, sehingga mampu menguatkan sendi - sendi bisnis lembaga. Unit usaha baru yang terbentuk pada BUMDes sebelumnya melalui tahapan seleksi atas proposal rencana bisnis dan atas persetujuan direktur BUMDes, maka unit usaha dapat dijalankan sebagai bisnis. Pada Gambar 7. di bawah ini, adalah tata letak unit usaha BUMDes Podho Joyo yang menjual produk UKM warga desa. 30 ~ BUMDes Berkemajuan
Gambar 8. Bisnis Produk BUMDes Podho Joyo Terdapat potensi Desa Sukorejo saat ini yang menjanjikan peluang bisnis di masa depan, tetapi belum dikembangkan dan kemungkinan akan terjadi nantinya justru dapat menimbulkan risiko suatu permasalahan baru bila tidak segera terselesaikan, yaitu adalah potensi desa berbahan sampah. Selama ini memiliki unit usaha pengangkutan sampah, di mana BUMDes mendapat penghasilan dari warga desa atas pembayaran iuran pemindahan sampah rumah tangga dan sampah pasar desa oleh petugas lembaga, namun unit usaha tersebut sebagai potensi BUMDes Podho Joyo desa dianggap masih belum mampu memberi tambahan nilai bagi desa. Praktik pengelolaan potensi berbahan sampah masih sebatas pengumpulan, pengangkutan dan terakhir adalah pembuangan. Sementara pengelolaan potensi desa berbahan sampah secara tersistem belum tersedia. Upaya pemerintah Desa Sukorejo dalam menangani manajemen sampah masih terbatas pengajuan proposal usulan insentif bank sampah kepada pemerintah Kabupaten Gresik. Pemerintah Desa Sukorejo sejauh ini telah berkoordinasi dengan pengelola BUMDes Podho Joyo untuk memberdayakan Vembri Aulia Rahmi, dkk. ~ 31
potensi desa berbahan sampah dengan cara membentuk tim bank sampah yang didelegasikan secara perwakilan dari masyarakat desa, tetapi tindak lanjut untuk pengelolaan sampah secara administratif masih belum berjalan. Pimpinan BUMDes Podho Joyo atas nama direktur lembaga mengadakan kerja sama tertulis antara pengelola BUMDes dengan tim akademisi perguruan tinggi untuk menindaklanjuti pengem- bangan potensi berbahan sampah melalui penyelenggaraan kegiatan pelatihan kewirausahaan berbasis sampah yang melibatkan kaum perempuan sebagai kader pengelola sampah. Sampah desa dipertimbangkan sebagai peluang bisnis dari potensi desa atas kearifan lokal setempat, khususnya Desa Sukorejo. Telaah mengenai bagaimana potensi desa berbahan sampah dapat dikembangkan akan dijelaskan pada bab tersendiri dalam buku referensi ini sebagai bab lanjutan tentang ulasan pengelolaan bisnis berbahan sampah. Butuh banyak dukungan dari stakeholder BUMDes agar potensi desa berbahan sampah dapat menjadi peluang bisnis. B. Analisis Pengelolaan Bisnis BUMDes Meskipun BUMDes sebagai lembaga ekonomi di tingkat desa, tetapi manajemen usaha yang dikelolanya tetap memegang prinsip profesionalitas bisnis. Kejujuran sebagai dasar yang harus dipegang oleh pengelolaan bisnis, karena pembentukan kelem- bagaannya juga merupakan upaya dukungan dari masyarakat desa, berikut penyertaan sebagai modal awal dari dana penduduk desa 32 ~ BUMDes Berkemajuan
akan menjadi bukti pertanggung jawaban bagi stakeholder. Bisnis BUMDes dikelola dengan jiwa kewirausahaan tinggi yang terbukti pada semangat pengelola lembaga sebagai agen perubahan untuk mendayagunakan potensi sumber daya demi kemajuan BUMDes. Mendeskripsikan bagaimana mengelola bisnis desa sebagai penggerak ekonomi masyarakat, maka bentuk konkret akan dijelaskan pada manajemen usaha salah satu BUMDes terbaik di Kabupaten Gresik, yaitu BUMDes Podho Joyo, terletak di Desa Sukorejo, Kecamatan Sidayu. Berdiri sejak tanggal 5 April 2008, BUMDes Podho Joyo berusaha keras mempertahankan eksistensi bisnis di tingkat unit desa. Bermodal 14 juta rupiah hingga kini dapat mencapai pendapatan berkisar milyaran rupiah, BUMDes Podho Joyo unggul pada unit usaha simpan pinjam. Bisnis lainnya yang terus dikembangkan lainnya, meliputi: pasar desa, perdagangan, pembayaran, pupuk, dan sampah. Bersama pimpinan BUMDes Podho Joyo, Yogik Sugiyanto, S.Pd ., M.M, selaku direktur BUMDes, masing-masing pengelolaan unit usaha BUMDes diarahkan oleh satu penanggung jawab personil pengelola BUMDes. Menelaah pengelolaan bisnis BUMDes Podho Joyo diidentifikasi melalui pembahasan empat pilar usaha BUMDes yang meliputi: pemasaran, keuangan, operasi dan sumber daya manusia. BUMDes mengalami kemajuan signifikan pada bidang usahanya karena pilar bisnis BUMDes Podho Joyo dijalankan dengan berkomitmen untuk menerapkan beberapa prinsip di antaranya adalah profesional, kooperatif, mandiri, berkelanjutan. Meskipun masih tahap pengembangan usaha, tetapi profesionalitas Vembri Aulia Rahmi, dkk. ~ 33
mengelola pilar bisnis BUMDes selalu dilakukan. Sebagaimana wujud inovasi pada kegiatan usaha BUMDes. BUMDes Podho Joyo juga mengadakan kerja sama dengan mitra seperti: perbankan, distribusi pupuk, pemerintah desa, serta tenant (penyewa) dari eksternal. Kemandirian mengelola BUMDes Podho Joyo. Kemandirian BUMDes Podho Joyo atas pengelolaan operasional lembaga dilakukan dengan mendayagunakan tenaga (sumber daya manusia) selaku pengelola BUMDes yang berasal dari penduduk asli Desa Sukorejo. Permodalan BUMDes sebagai pilar keuangan bisnis lembaga diinisiasi secara mandiri oleh warga dan berikut juga produk bisnisnya adalah diperoleh dari mengelola potensi desa. Program kerja BUMDes untuk mendukung bisnis lembaga terus dikembangkan melalui penyaringan usulan proposal rencana kegiatan usaha, sehingga keberlanjutan bisnis lembaga dapat dipertahankan. Pemasaran unit usaha BUMDes sebagai penguatan pilar bisnis dilakukan oleh BUMDes Podho Joyo melalui dukungan program kegiatan sosial masyarakat, sehingga keberadaan BUMDes bagi pelanggan memiliki nilai, misalkan: sosialisasi pengetahuan menabung di sekolah, dan bantuan fakir miskin. Digitalisasi pemasaran produk BUMDes Podho Joyo sudah dilakukan melalui media Facebook dan Instagram (tampak pada Gambar 8.), akan tetapi inovasi terhadap konten media untuk pemasaran online masih belum dimaksimalkan. Kendala optimalisasi pemasaran online adalah keterbatasan tenaga sumber daya manusia di bidang teknologi. 34 ~ BUMDes Berkemajuan
Gambar 9. Promosi BUMDes Podho Joyo Agar dapat memaksimalkan penggunaan pemasaran online, maka sosialisasi dan edukasi reguler mengenai penggunaan media online oleh pengelola BUMDes terhadap anggota diperlukan. Peran BUMDes sebagai lembaga komersial dijalankan dengan penerimaan dana kas lembaga yang dihasilkan oleh margin penjualan produk atas jasa. Operasionalisasi jam kerja pegawai BUMDes Podho Joyo dilakukan secara profesional mulai sebelum subuh hingga petang hari. Pegawai BUMDes hampir sebagian besar adalah kamu perempuan telah menunjukkan bahwa BUMDes Podho Joyo menerapkan keadilan gender pada sumber daya manusia. Analisis pengelolaan bisnis BUMDes Podho Joyo akan dikaji menurut sudut pandang fondasi bisnis “model bisnis kanvas” (Sukasmanto, 2014), yaitu diibaratkan sebagai kain atau kertas putih sebagai ide pemikiran bisnis. Model bisnis kanvas meliputi beberapa poin pembahasan, di antaranya dapat dijelaskan sebagai berikut: Vembri Aulia Rahmi, dkk. ~ 35
1. Nilai Pelanggan BUMDes semula diciptakan dengan tujuan untuk memberikan solusi permasalahan ekonomi desa, yaitu menghindarkan masyarakat desa dari pengaruh tengkulak yang merugikan. Pembangunan BUMDes dibentuk untuk memenuhi kebutuhan penduduk desa. Namun demikian, praktik di pasaran terdapatnya banyak pesaing, sehingga bagi BUMDes membutuhkan strategi agar dapat memberi nilai bagi stakeholder BUMDes. Bentuk nilai yang dihadirkan oleh BUMDes Podho Joyo adalah pelayanan prima atas kebutuhan pokok penduduk Desa Sukorejo, seperti: penyediaan produk barang atau jasa untuk kebutuhan rumah tangga (sembako) atau kebutuhan mata pencaharian warga desa (pupuk). Bantuan sosial pada penduduk desa kurang mampu adalah bentuk nilai sosial oleh BUMDes Podho Joyo untuk masyarakat Desa Sukorejo. 2. Segmen Pasar Pihak-pihak yang akan dilayani kebutuhannya oleh BUMDes disebut sebagai segmen pasar. BUMDes Podho Joyo khususnya sebagai lembaga ekonomi melayani kebutuhan penduduk Desa Sukorejo pada seluruh segmen usia. Keberadaan unit usaha perdagangan dan pasar desa menyediakan penjualan produk berupa barang kebutuhan sekolah, rumah tangga, dan bahan pertanian. Sementara produk jasa, seperti: pembayaran dan simpan pinjam juga melayani kebutuhan kepentingan penduduk desa. 36 ~ BUMDes Berkemajuan
3. Hubungan Konsumen Relasional antara pengelola BUMDes dengan konsumennya adalah sebuah hubungan yang dibangun untuk memperkuat konektivitas, baik untuk tujuan transaksional maupun kepentingan hubungan jangka panjang. Apa pun hubungan yang terjadi antara pengelola BUMDes dan pelanggannya membutuhkan kebaikan jalinan, terutama untuk kebutuhan pelayanan. BUMDes Podho Joyo menguatkan hubungan dengan anggota lembaga melalui program kegiatan bekerja sama dengan pemerintah Desa Sukorejo untuk memperkuat silaturahmi dan kekeluargaan. Hubungan dengan penyewa (tenant) pasar desa, khususnya melibatkan pihak eksternal desa juga terbina dengan baik, sehingga jumlah penyewa terus bertambah setiap tahunnya. Keberhasilan penerapan strategi pemasaran BUMDes membantu penguatan hubungan konsumen. Sampai saat ini jumlah nasabah unit usaha simpan pinjam BUMDes Podho Joyo mengalami peningkatan dan menunjukkan keberhasilan tim pemasaran dalam mengembangkan jasa keuangan, sehingga tentunya adalah keberhasilan membangun kepercayaan hubungan konsumen. 4. Saluran Distribusi Serangkaian proses penjualan hingga produk sampai ke tangan konsumen BUMDes adalah bagian dari kegiatan saluran distribusi. Tim penjualan memaksimalkan pekerjaan melayani kebutuhan untuk menjangkau konsumen. Beberapa staf pada unit usaha perdagangan BUMDes Podho Joyo dikerahkan pada tempat Vembri Aulia Rahmi, dkk. ~ 37
penjualan barang. Bahkan pengelola BUMDes juga melayani pembelian dan pengantaran produk dengan sistem pesan barang online/ seluler. Semakin banyak jangkauan saluran distribusi, berarti semakin luas pemasaran produk BUMDes. Saluran distribusi produk BUMDes Podho Joyo dikembangkan melalui pameran produk unggulan Desa Sukorejo pada event/kegiatan khusus, misalkan: penyelenggaraan acara tahunan Propinsi Jawa Timur, kegiatan ulang tahun kemerdekaan, peringatan hari jadi Kabupaten Gresik, serta kegiatan di desa. 5. Aktivitas Utama BUMDes menjalankan peran sebagai lembaga sosial dan juga lembaga komersial, sehingga program bisnis yang diusulkan oleh lembaga dikondisikan untuk memetakan beberapa fungsi pekerjaan sebagai aktivitas utama dan aktivitas pendukung. Aktivitas utama diharapkan dapat memberi manfaat dan keuntungan secara nominal. Dengan demikian, aktivitas pendukung dapat didanai melalui profit dari aktivitas utama sebagai kunci. Keberhasilan Bisnis BUMDes Podho Joyo dari beberapa unit usaha merupakan bentuk wujud sikap pengelola lembaga yang fokus menjalankan bisnis pada unit usaha yang paling memberi nilai bagi pendapatan lembaga. Unit usaha simpan pinjam adalah aktivitas utama dalam bisnis BUMDes. Kemudahan dan keringanan atas jasa keuangan untuk pinjaman maupun tabungan adalah bentuk layanan prima dari sebuah jasa finansial untuk masyarakat 38 ~ BUMDes Berkemajuan
Desa Sukorejo. Kegiatan sosial berupa pemberian bantuan kepada penduduk kurang mampu adalah bentuk aktivitas pendukung yang didanai oleh aktivitas utama BUMDes. 6. Sumber Daya Utama Material sumber daya yang dipergunakan BUMDes untuk mengembangkan bisnis lembaga berasal dari desa potensi, yaitu kearifan lokal yang dimiliki desa. Baik modal sosial maupun modal material dibutuhkan dalam menangkap peluang bisnis bagi BUMDes. Modal sosial, meliputi: kompetensi sumber daya manusia dalam mendukung pengembangan kemajuan desa. Potensi Desa Sukorejo memiliki sumber daya manusia yang kompak adalah aset modal sosial yang mampu menggerakkan masyarakat untuk memajukan BUMDes Podho Joyo. Dana swadaya penduduk Desa Sukorejo sebesar Rp 14 juta mampu membentuk kelembagaan BUMDes. Dukungan pemerintah desa turut andil mengembangkan BUMDes sebagai lembaga yang mendukung kesejahteraan masyarakat desa. Para pengelola BUMDes saling berkoordinasi di setiap usulan program kerja BUMDes adalah wujud keikutsertaan mengimplementasi keberhasilan bisnis BUMDes. 7. Mitra Utama Kesuksesan bisnis BUMDes tentu membutuhkan keterlibatan sinergi berbagai pihak yang mendukung. Kerja sama dengan mitra dilakukan BUMDes agar implementasi bisnis dapat memperluas jaringan usaha dengan harapan bahwa hasil akhir kemitraan akan Vembri Aulia Rahmi, dkk. ~ 39
memberi kemanfaatan dan keuntungan bagi lembaga. Podho Joyo sebagai BUMDes yang memiliki beberapa unit usaha mengadakan mitra usaha, baik secara individu maupun kerja sama lembaga. Mitra usaha dengan personil di bidang perdagangan dan jasa penyewaan lahan, pengelola BUMDes mengutamakan mitra berasal dari warga Desa Sukorejo, meskipun tidak menutup kemungkinan terdapat mitra usaha adalah warga penduduk di luar Desa Sukorejo. Ada pula mitra lembaga perbankan, seperti BRI yang mendukung unit usaha jasa keuangan. Distributor pupuk adalah mitra lembaga yang bekerja sama untuk penyediaan pupuk bagi pertanian penduduk. Mitra usaha bagi BUMDes dianggap sebagai partner bisnis yang menopang operasionalisasi kegiatan usaha lembaga. Selain itu, mitra usaha disebut sebagai rekanan yang saling melengkapi kepentingan antar lembaga untuk membagikan kebermanfaatan bagi semua pihak. Hubungan antar mitra bersifat legal, sehingga membutuhkan kesepakatan secara tertulis oleh kedua belah pihak yang saling bermitra. 8. Struktur Biaya Perincian keseluruhan pengeluaran operasional BUMDes merupakan cerminan struktur biaya kegiatan bisnis BUMDes. Prinsip asas transparansi dan akuntabilitas perhitungan biaya BUMDes dapat diimplementasikan sesuai standar operasional yang telah ditetapkan BUMDes. Evaluasi anggaran dan realisasi pengeluaran dalam kondisi seimbang, yaitu besar penerimaan 40 ~ BUMDes Berkemajuan
Search