Important Announcement
PubHTML5 Scheduled Server Maintenance on (GMT) Sunday, June 26th, 2:00 am - 8:00 am.
PubHTML5 site will be inoperative during the times indicated!

Home Explore Corporate Social Responsibility - Best Practice PJB UP Gresik

Corporate Social Responsibility - Best Practice PJB UP Gresik

Published by UMG Press | Universitas Muhammadiyah Gresik, 2021-11-08 23:33:30

Description: Corporate Social Responsibility - Best Practice PJB UP Gresik

Search

Read the Text Version

diketahui potensi ekonomi, potensi sosial yang ada dimasyarakat sehingga implementasi CSR lebih efektif dan efesien serta tujuan akhir apa yang dibutuhkan untuk pemberdayaan masyarakat itu sendiri akan diketahui inilah relevansi bab ini disajikan. Bab ini ditulis hasil penelitian yang salah satunya di danai oleh RISTEKDIKTI. Berdasarkan latar belakang yang telah disajikan maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut: 1) Bagaimana permasalahan-permasalahan sosial ekonomi dalam masyarakat; 2) Bagaimana potensi sosial ekonomi dan peluang-peluang lain yang dapat dikembangkan menjadi faktor pemicu dan pendorong pemberdayaan masyarakat; 3) Bagaimana karakteristik yang menjadi sasaran program pemberdayaan; 4) Bagaimana jenis dan tingkat kebutuhan program pemberdayaan yang dapat meningkatkan kemandirian berdasarkan potensi dalam masyarakat? Lingkup batasan penelitian ini adalah Pemberdayaan masyarakat, Pemetaan sosial ekonomi masyarakat,dan Potensi ekonomi dan sosial sebagai peluang dalam meningkatkan kualitas hidup masyarakat. Berdasarkan rumusan masalah dan batasan penelitian yang telah disajikan maka dapat dirumuskan tujuan penelitian sebagai berikut: 1. Mengidentifikasi permasalahan-permasalahan social ekonomi 2. Mengidentifikasi berbagai potensi sosial ekonomi dan peluang- peluang lain yang dapat dikembangkan menjadi faktor pemicu dan pendorong pemberdayaan masyarakat 3. Mengidentifikasi karakteristik yang menjadi sasaran program pemberdayaan. 4. Mengidentifikasi jenis dan tingkat kebutuhan program pemberdayaan yang dapat meningkatkan kemandirian berdasarkan potensi dalam masyarakat. 4.2 Tujuan CSR Rangkaian kegiatan CSR bertujuan untuk mencapai sasaran utama yaitu citra positif perusahaan dimana dapat menggunakan tolak ukur sebagai berikut : B e s t P r a c t i c e C S R 39 |

1. Kepercayaan, Dalam perkembangan dan kemajuan suatu perusahaan tidak terlepas dari dukungan publiknya yaitu adanya kepercayaan. Artinya, kepercayaan menjadi kelanjutan nafas kehidupan sebuah perusahaan. 2. Realitas Realistik, jelas terwujud, dapat diukur dan hasilnya dapat dirasakan serta dapat dipertanggungjawabkan dengan perencanaan yang matang dan sistematis bagi responden 3. Kerjasama saling menguntungkan Suatu kegiatan dilaksanakan mendatangkan kesuksesan dan keuntungan di antara pihak-pihak yang bersangkutan. 4. Kesadaran Adanya kesadaran khalayak tentang dan perhatian terhadap produk yang dihasilkan maupun terhadap perkembangan perusahaan. 4.3 Pemberdayaan Masyarakat Pemberdayaan adalah sebuah proses dan tujuan (Ife, 1995; Suharto 2007). Makna pemberdayaan sebagai tujuan, yakni keberdayaan, sejatinya adalah indikator keberhasilan pemberdayaan sebagai sebuah proses. Sebagai proses, pemberdayaan adalah serangkaiankegiatan untuk memperkuat kekuasaan dan keberdayaan kelompok lemah dalam masyarakat, termasuk individu-individu yang mengalami masalah kemiskinan. Sebagai tujuan, maka pemberdayaan menunjuk pada keadaan atau hasil yang ingin dicapai oleh sebuah perubahan sosial; yaitu masyarakat yang berdaya, memiliki kekuasaan atau mempunyai pengetahuan dan kemampuan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya baik yang bersifat fisik, ekonomi, maupun sosial seperti memiliki kepercayaan diri, mampu menyampaikan aspirasi, mempunyai mata pencaharian, berpartisipasi dalam kegiatan sosial, dan mandiri dalam melaksanakan tugas-tugas kehidupannya. Pemberdayaan masyarakat lebih dari sekadar penguatan ekonomi masyarakat. Ia mencakup peningkatan partisipasi warga B e s t P r a c t i c e C S R 40 |

dalam ranah politik dan penguatan kapasitas masyarakat untuk melakukan sesuatu yang sesuai dengan aspirasi, kemampuan dan sumberdaya yang dimilikinya. Agar CSR mampu memberdayakan masyarakat, maka perlu diketahui elemen-elemen keberdayaan (Phil Bartle, 2008, Suharto). Elemen-elemen ini bisa dikembangkan bukan saja unutk merumuskan indikatir keberdayaan. Melainkan pula, untuk merancang strategi yang tepat dalam membuat program Comdev. Pemberdayaan masyarakat yang menyeluruh adalah pemberdayaan yang memiliki karakteristik;(1). Berbasis lokal; (2) berorientasi pada peningkatan kesejahteraan masyarakat; (3) berbasis kemitraan; (4). Secara holistik; dan (5) berkelanjutan (Asian Development Bank; dalam Vitayala,2000). 4.4 Manfaat Penelitian dalam Implementasi Corporate Social Responsibility Berbasis Kebutuhan Masyarakat 1. Bagi pengembangan ilmu-ilmu sosial termasuk psikologi Industri Organisasi dan psikologi lingkungan dapat di jadikan sebagai referensi untuk mengetahui dan memahami berbagai implementasi program CSR. 2. Sebagai pedoman pelaksanaan kegiatan pemberdayaan dan Pengembangan Masyarakat 3. Meningkatkan kinerja penyelenggaraan program implementasi Corporate Social Responsibilty 4. Menjadi bahan rujukan penyelenggaraan kegiatan pemberdayaan dan pengembangan masyarakat 5. Mempermudah dalam mengukur keberhasilan dan evaluasi program Corporate Social Responsibilty berjalan dan sebagai bencmarking kegiatan berikutnya. 4.5 Praktik Terbaik PT PJB UP Gresik Lokasi penelitian ini dilakukan Desa penerima program implementasi CSR PT PJB Unit pembangkitan Gresik B e s t P r a c t i c e C S R 41 |

Untuk memudahkan pemahaman variabel penelitian ini, maka variabel dapat dijelaskan sebagai berikut: 1. Karakteristik sosial, ekonomi dan demografi 2. Struktur Sosial dan pola kepemimpinan 3. Potensi Lokal Masyarakat 4. Pemberdayaan Alur penelitian yang dibangun dalam penelitian ini adalah sebagaimana disajikan dalam gambar berikut: Masyarakat Karakteristik individu social, ekonomi, demografi, potensi dan permasalahan sosial Potensi pemberdayaan masyarakat Implementasi Program CSR perusahaan Gambar 4.1: Alur Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantilatif yaitu penelitian yang menggabungkan aspek kuantitatif dan kualitatif (matching methode) (Brannen, Julia, 1997), karena metode pengambilan data B e s t P r a c t i c e C S R 42 |

menggunakan instrumen survei dan wawancara mendalam (indept interview) dan Analisis data dilakukan dengan menggunakan metode triangulation yaitu penggabungan analisis data yang sumbernya dari metode, sumber data, subjek peneliti dan teori. Sedangkan pengambilan data kualitiatif dilakukan dengan Survei, kuesioner dan wawancara mendalam (indept interview) dengan pendekatan Participatory Action Research (PAR). Metode pengambilan data dilakukan dengan cara : Survei dan Wawancara Untuk survei dan wawancara menggunakan metode pendekatan Partisipatory Action Research (PAR). Dalam metode PAR Menurut Huizer (1997) terdapat unsur pendidikan yang mendewasakan yang berorientasi pada upaya-upaya pengembangan dalam rangka pemberdayaan secara partisipatif. Metodologi pendekatan PAR memadukan penelitian partisipatif yang melibatkan subjek (orang ‘bukan-peneliti’) sebagai pelaku penelitian dengan penelitian yang sifatnya lebih ‘konvensional’. Bila kita telusuri lebih dalam, ketiga pokok penelitian yang berkisar sekitar kondisi, pendekatan dan dampak sebenarnya merupakan dasar perpaduan ini. Kalau sementara penelitian yang lebih ‘konvensional’ itu mengarah ke tiga pokok penelitian tadi, sifat partisipatif dari penelitian letaknya pada pertanyaan-pertanyaan penelitian pada saat melakukan survei dan wawancara yang diidentifikasi bersama melalui PAR oleh pelaku PAR dan yang berkaitan langsung dengan kepentingan masing-masing pihak. Yang mendasar disini adalah bahwa jawaban pertanyaan- pertanyaan penelitian multi-pihak sekaligus merupakan bukti dari dampak proses-proses kolaboratif dan adaptif di antara mereka. PAR bertujuan untuk menemukan solusi atas persoalan berkenaan dengan tanggungjawab sosial perusahaan. Adapun bentuk-bentuk action research memiliki sumbangsih dalam membangkitkan kesadaran bagi perusahaan berkenaan dengan tanggungjawab sosial perusahaan. Oleh karena itu metode pengambilan data dengan Partisipatory Action Research (PAR)ini, fasilitasi yang dilakukan oleh peneliti B e s t P r a c t i c e C S R 43 |

dalam konteks penelitian untuk memperoleh data kepada peserta (subjek penelitian) adalah: 1. Diarahkan kepada proses-proses interaksi untuk mengembangkan pemahaman tentang masalah yang dihadapi bersama dan opsi-opsi solusinya. 2. Membantu memahami konteks permasalahan yang kompleks. 3. Membantu dengan mengembangkan pemahaman bersama tentang permasalahan dan solusinya melalui komunikasi. 4. Mendampingi proses-proses pengambilan keputusan bersama, bukannya memberikan solusi atas suatu permasalahan. 5. Memfasilitasi pengambilan keputusan secara partisipatif,yakni dengan menggunakan alat dan metoda yang beragam untuk memenuhi kebutuhan belajar dari setiap pihak kepentingan yang terlibat didalam proses (yang beragam pula) 6. Mempertimbangkan secara seksama siapadari pihak-pihak kepentingan yang perlu dilibatkan, kapan dan bagaimana; juga mengingat adanya perbedaan pengetahuan, status dan kekuasaan yang dimiliki masing-masing pihak 7. Melihat apakah proses belajar yang difasilitasi sesuai dengan kemampuan dan preferensi belajar setiap pihak 8. Mencermati apakah proses pembelajaran akan menghasilkan perubahan akses dan kontrol atas informasi, dan bila ya, perubahan semacam apa 9. Mengingat bahwa suatu proses pembelajaran sosial dapat menciptakan ketergantungan baruantara pihak kepentingan yang ada konsekuensinya untuk pengambilan keputusan 10. Memperhatikan penggunaan informasi/pengetahuan yang adildidalam suatu kelompok dan adanya mekanisme keterwakilan. 4.5.1 Analisis data Metode analisis yang dipakai dalam penelitian ini adalah metode ganda (triangulation method) yang bisa terjadi antar metode atau bisa di dalam metode. metode triangulation yaitu penggabungan analisa data yang sumbernya dari metode, sumber data, subjek peneliti dan B e s t P r a c t i c e C S R 44 |

teori (Denzin dan Lincoln, 1994). Karena metode yang dipakai ada kaitannya dengan objek studi yang sama dengan masalah dan subtansi yang sama, maka analisa data dilakukan dengan penggabungan baik secara kuantitaitif maupun secara kualitatif. Untuk analisa kualitatif Miles dan Huberman (1992) mempertegas bahwa dalam konteks analisa data tahapan yang dilakukan mulai dari pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, dan kesimpulan- kesimpulan dari data yang terdiri kemudian penarikan kesimpulan dan verifikasi data. Adapun Langkah yang ditempuh adalah dalam analisis ini : 1. Memasukkan informasi atau mengumpulkan data baik kuantitatif maupun catatan wawancara yang dilakukan ke dalam daftar yang telah dibuat dalam bentuk proceding. 2. Membuat matriks kategori dan menempatkan bukti kedalam kategori tersebut dari data catatan. 3. Menerangkan dasar reflektif yang menyangkut catatan tersebut, 4. Menciptakan analisa data dalam bentuk flowchart dan perangkat lainnya guna pemeriksaan data. 5. Mentransformasikan analisa data dari bentuk flowcart dan skema dari sejumlah alternatif yang memungkinkan dapat dijadikan sebagai rekomendasi. 4.5.2 Hasil Hasil wawancara dengan informan disajikan berdasarkan tujuan penelitian sebagai berikut; 1. Mengidentifikasi permasalahan-permasalahan sosial ekonomi 2. Mengidentifikasi berbagai potensi sosial ekonomi dan peluang- peluang lain yang dapat dikembangkan menjadi faktor pemicu dan pendorong pemberdayaan masyarakat 3. Mengidentifikasi karakteristik yang menjadi sasaran program pemberdayaan. 4. Mengidentifikasi jenis dan tingkat kebutuhan program pemberdayaan yang dapat meningkatkan kemandirian berdasarkan potensi dalam masyarakat. B e s t P r a c t i c e C S R 45 |

4.5.2.1 Identifikasi Permasalahan-Permasalahan Sosial Ekonomi Istilah sosial sering dikaitkan dengan hal-hal yang berkaitan dengan manusia dan masyarakat (baik sebagai individu maupun kelompok) seperti kemisikinan dan berbagai kesenjangan lain. Rudito dan Famiola (2013;43) menjabarkan beberapa titik penting masalah sosial; 1. Sesuatu yang secara luas dipertimbangkan sebagai suatu yang jelek atau buruk dari suatu hal atau kejadian atau tindakan 2. Melibatkan jumlah orang banyak (dalam hal ini komuniti/masyarakat atau organisasi atau kumpulan orang yang memiliki keterikatan baik secara moral , hukum atau administrasi) 3. Sering walaupun tidak selalu, dirasakan telah memberikan kerugian bagi masyarakat atau kelompok tertentu. Hasil wawancara dengan informan diperoleh masalah-masalah sosial dan ekonomi didalam masyarakat, yang sebelumnya diawali dengan identifikasi beberapa masalah kerentanan sosial Kerentanan Sosial dalam masyarakat dapat diidentifikasi sebagai berikut: 1. Kualitas kesehatan balita dan lanjut Usia (lansia) 2. Banyak usia produktif menganggur dan belum bekerja 3. Usia sekolah yang harus bekerja 4. Masih adanya Pengemis 5. Persepsi Masyarakat yang berbeda mengenai konsepsi Community development (Comdev) perusahaan 6. Kepadatan penduduk yang tinggi dan Lahan produktif yang semakin sempit 7. Peningkatan Ekonomi masyarakat bercirikan kekhasan lokal 8. Pudarnya nilai-nilai dan keaarifan lokal baik yang bersifat budaya maupun ekonomi 9. Pencemaran Lingkungan akibat industrialisasi baik dari transportasi maupun proses manufacturingnya 10. Program pemberdayaan masyarakat yang kurang sustainable dan cenderung charity B e s t P r a c t i c e C S R 46 |

11. Kelompok usaha masyarakat yang relative masih sedikit belum mandiri dan penuh dengan permasalahan klasik yaitu permodalan dan pemasaran serta manajemen 12. Kesenjangan pada keahlian masyarakat 13. Meningkatnya sikap fatalis masyarakat 14. Konflik horizontal di masyarakat akibat comdev korporasi 15. Usia produktif yang cenderung job seeker dibandingkan dengan job creator Lebih lanjut masalah sosial dengan mendasarkan pada kerentanan sosial terangkum sebagai berikut: 1. Pengangguran, 2. Karyawan usia produktif terancam terkena PHK 3. Banyaknya pengemis jalanan, Migrasi, kemiskinan dan sikap fatalis 4. Konflik horizontal antar desa, Potensi kecemburuan sosial antara desa yang menerima manfaat dari comdev dengan desa yang tidak menerima manfaat 5. Kelompok difabel, Program comdev tidak berpihak pada kelompok difabel 6. Polusi udara, Rendahnya partisipasi masyarakat pada program pembangunan, 7. Konflik sosial (program) antara karang taruna dengan kepala desa 8. Rendahnya pendapatan Masyarakat perkotaan, 9. Kegiatan Comdev dan pemberdayan masyarakat yang tidak sustainable 4.5.2.2 Identifikasi Potensi Sosial Ekonomi dan Peluang-Peluang Lain yang Dapat Dikembangkan Menjadi Faktor Pemicu Dan Pendorong Pemberdayaan Masyarakat Pada bagian ini diuraikan analisis potensi pengembangan potensi berkelanjutan yang didasarkan pada masalah sosial ekonomi saat ini dan potensi yang sudah ada serta potensi sinergi kelembagaan dan pengembangan berkelanjutan. Identifikasi diuraikan sebagai berikut: B e s t P r a c t i c e C S R 47 |

1. Penguatan kelembagaan pusat pusat kesehatan melalui peningkatan kualitas gizi. 2. Kelompok usaha berbasis karang taruna (koperasi, BUMDES) melalui pengembangan jejaring dengan industri kreatif. 3. Perluasan jejaring promosi digital melalui updating website dan pemanfaatan media sosial yang ada dan penggunaan Teknologi Tepat Guna 4. Kelompok usaha berbasis karang taruna (koperasi, BUMDES) melalui pelatihan, pendampingan kelompok usaha berbasis karang taruna 5. Kerjasama lembaga dan stakeholder lain melalui pelatihan- pelatihan menuju keahlian dan kemandirian 6. Kerjasama kelembagaan dalam bentuk forum melalui pembentukan forum komunikasi-komunikasi bersama. 7. Penguatan kader lingkungan melalui pembentukan badan usaha desa berbasis kelompok dan penguatan usaha bersama Melalui BUMDesa. 8. Peningkatan ekonomi masyarakat bercirikan kekhasan local melalui Industri kerudung dan batik, home industry legen, desiminasi, promosi bersama,kampung batik dan kerudung tulis. 9. Penguatan nilai-nilai kearifan local yang bersifat budaya dan ekonomi melalui lembaga dan individu penggiat budaya serta merevitalisasi fungsi kelompok-kelompok sosial lokal. 10. Pengurangan emisi karbon melalui gerakan kabupaten sehat dengan penghijauan dan kampong organik dan sehat, serta pembentukan wisata edukasi bank sampah (3R). 11. Pengembangan Industri rumah tangga melalui pengembangan jejaring dengan industri kreatif, Perluasan jejaring promosi digital dan Updating website serta pemanfaatan media sosial yang ada dengan Penggunaan Teknologi Tepat Guna. 12. Penguatan lembaga-lembaga (organisasi pendukung); BKM, PKK, KOPWAN, koperasi melaui pengembangan jejaring dengan industry, perluasan promosi melalui pengembangan e-commerce) serta didukung dengan pendampingan dan monitoring yang berkelanjutan. B e s t P r a c t i c e C S R 48 |

13. Kepedulian stakeholder melalaui penguatan konsepsi melalui forum-forum formal dan informal (open house) 14. Adanya forum komunikasi dan lembaga lain melaui penguatan dan peningkatan forum komunikasi masyarakat 4.5.2.3 Identifikasi karakteristik yang menjadi sasaran program pemberdayaan. Identifikasi karakteristik yang menjadi sasaran program pemberdayaan, dalam wawancara dengan informan diperoleh informasi bahwa pada awalnya yang menjadi sasaran program penerima manfaat berpersepsi bahwa Comdev hanya charity dan bantuan yang bersifat instan serta tidak berkelanjutan, dan di perkuat pandangan dari stakeholder yang menganggap perusahaan wajib membagi sebagian keuntungannya pada masyarakat. Disatu sisi masyarakat yang dilingkupi banyak perusahaan semakin dimanjakan akan dana comdev. Hal tersebut justru tidak mengedukasi penerima manfaat secara subtansi dari comdev itu sendiri. Informan juga menginformasikan penerima manfaat yang seharusnya mendapatkan manfaat program comdev adalah masyarakat disekitar perusahaan yang secara geografis terkena dampak langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu perusahaan melaksanakan program comdev dengan menitikberatkan pada tipologi yang diintegrasikan secara utuh (charity, capacity building, infrastructure dan empowering) dimana masing-masing tipe memiliki bobot yang di masukkan dalam rencana strategi yang dibreakdown kedalam rencana kerja. Didalam rencana kerja maka akan dapat muncul karakteristik penerima program pemberdayaan (comdev), secara umum karakteristik masyrakat penerima manfaat berbeda-beda berdasarkan pemetaan yang dilakukan sebelumnya melalui proses patisipatif masyarakat (bottom up), setidaknya ada beberapa hal yang menjadi dasar bagaimana karakter calon penerima manfaat yang menjadi sasaran program pemberdayaan adalah sebagai berikut: 1. Masyarakat sekitar perusahaan yang terdampak langsung aktivitas perusahaan B e s t P r a c t i c e C S R 49 |

2. Potensi lokal yang dapat dikuatkembangkan 3. Penguatan Kapasitas (pendidikan dan pelatihan-pelatihan) 4. Program yang sustainable dan minimisasi charity 5. Memberikan nilai tambah baik secara ekonomi maupun sosial (outcome) 6. Mendukung dan sinergi dengan program pemerintah 4.5.2.4 Identifikasi jenis dan tingkat kebutuhan program pemberdayaan yang dapat meningkatkan kemandirian berdasarkan potensi dalam masyarakat. Identifikasi program atau kebutuhan yang lebih spesifik yang dapat dilakukan dalam jangka waktu tertentu sesuai dengan renstra dan renja perusahaan dengan tetap berpijak pada kinerja yang ingin dicapai perusahaan dan ekspektasi masyarakat yang ingin dipenuhi, secara umum dari hasil wawancara dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Perluasan kesempatan pendidikan Indikator dan program: Terserapnya program beasiswa tidak mampu masyarakat sekitar perusahaan untuk mengikuti pendidikan dari jenjang SMU sampai dengan Perguruan Tinggi 2. Peningkatan kapasitas Tutor pada guru/instruktur pendidikan kelompok bermain dan usia dini Indikator dan program: Meningkatnya kapasitas pendidik pada pendidikan kelompok bermain dan usia dini 3. Pengembangan Sarana dan Prasarana Pendidikan Indikator dan program: Peningkatan kualitas dan mutu alat peraga pada kelompok bermain dan usia dini 4. Peningkatan kesempatan Pelatihan perbengkelan atau pada usaha kreatif, koperasi pemuda Indikator dan program: Terbentuknya kelompok-kelompok usaha bersama 5. Pemerataan ekonomi dan investasi pada sector ekonomi kerakyatan Indikator dan program: Peningkatan pendapatan masyarakat melalui kelompok usaha bersama, pemberdayaan masyarakat B e s t P r a c t i c e C S R 50 |

pesisir melalui podaktan dari hulu ke hilir,Peningkatan pendapatan kelompok Masyarakat/aktor sosial,Peningkatan pendapatan masyarakat melalui potensi local, Peningkatan pendapatan kelompok masyarakat melalui produk ber cirri kas daerah/lokal 6. Peningkatan kesehatan masyarakat rentan Indikator dan program: Peningkatan gizi balita dan peningkatan kesehatan lansia 7. Peningkatan Pelayanan Kesehatan Indikator dan program: Adanya sinergitas dalam meningkatkan kualitas layanan kesehatan masyarakat 8. Sistem manajemen pengamanan Lingkungan Indikator dan program: Peningkatan kualitas manajemen pengamanan Lingkungan, peningkatan early warning system terhdap potensi gangguan keamanan melalui anggota FKPM, Peningkatan rasa kepemilikan dan kepedulian terhadap lingkungan 9. Sinergisitas pembangunan yang berwawasan lingkungan Indikator dan program: Menurunnyatingkat polusi dan kelestarian sumber daya alam,Semakin terkendali dan termanfaatkannya limbah melalui daurulang limbah industry dan rumah tangga, Meningkatkan jumlah tenaga kerja terampil khususnya untuk perempuan, pada gilirannya meningkatkan pendapatan melalui bank-bank sampah, Menurunnya tingkat polusi dan meningkatnya kelestarian sumber daya alam melalui pendirian green house-green house 10. Sinergitas pembangunan yang berwawasan lingkungan Indikator dan program: Peningkatan pendapatan keluarga melalui intervensi produk menuju hak paten/haki, Tipe dan jenis program tersebut bukanlah hal yang bersifat atau merupakan harga mati, namun setidaknya sebagai big guidance dalam melaksanakan program pemberdayaan masyarakat yang disesuaikan dengan potensi dan karakteristik yang telah dijelaskan sebelumnya. B e s t P r a c t i c e C S R 51 |

4.5.3 Pembahasan Identifikasi permasalahan-permasalahan sosial ekonomi, bahwa permasalahan sosial ekonomi menjadi bagian penting dalam rencana implementasi program comdev, ini karena berangkat dari hal tersebut tercermin kebutuhan akan terselesaikannya permasalahan- permasalahan dalam masyarakat atau dalam istilah lain disebut sebagai pemetaan sosial ekonomi. Rudito dan Famiola (2013;221) pemetaan sosial sebagai sebuah alat yang dapat digunakan gunakan memecahkan masalah-masalah sosial yang ada didalam kehidupan masyarakat, karena metode ini berusaha untuk menggambarkan dan menganalisis serta memprediksi tindakan dan tingkahlaku dari individunya sebagai anggota masyarakat. Dengan metode ini maka dapat diindentifikasikan permasalahan sosial yang ada serta dapat diantisipasi kehidupan sosial masyarakat dan menganalisis konflik- konflik yang sedang dan bakal terjadi di masyarakat. Berbagai masalah sosial ekonomi dan peluang-peluang (potensi) dapat dikembangkan akan menjadi faktor pemicu dan pendorong pemberdayaan masyarakat melalui penguatan kapasitas, baik individu maupun kelembagaan dan kerjasama antar kelembagaan sehingga pengembangan potensi secara berkelanjutan dapat dikuatkembangkan lebih komprehensif untuk pembangunan berkelanjutan. Hal ini sebagaimana tertuang dalam isu ke 7 pada ISO 26000 ” the need for contributions to social and economic development in order to reduce proverty and improve poor social conditions is universally accepted. The critical need to address issues of social and e conomic development is reflected in the United Nations Millennum Declaration”. Ketepatan dalam mengimplementasikan program comdev merupakan refleksi dari karakteristik yang menjadi sasaran program pemberdayaan. program comdev dapat menitikberatkan pada tipologi yang diintegrasikan secara utuh (charity, capacity building, infrastructure dan empowering). Dengan integrasi maka diketahui kreteria yang tepat dalam mengimplentasikan program Comdev dan dari tipologi harus dapat menuju tipologi paling tinggi yaitu B e s t P r a c t i c e C S R 52 |

empowering. Suharto (2010;82) pemberdayaan adalah sebuah proses dan tujuan yakni keberdayaan masyarakat. Tingkat kebutuhan program pemberdayaan yang dapat meningkatkan kemandirian berdasarkan potensi dalam masyarakat, mengisayaratkan Comdev harus dapat memberdayakan masyarakat sehingga perlu diketahui indikator-indikator dalam memberdayakan serta mampu mensinergikan antara kebutuhan masyarakat dan kinerja dari perusahaan melalui perancangan strategi yang tepat dalam membuat program Comdev itu sendiri. Mensinergikan program antara kebutuhan dan program kinerja yang diinginkan perusahaan menjadi bagian penting sukses dan tidaknya program, pada sisi kebutuhan yang diusulkan masyarakat jika dapat terealisasi, maka masyarakat akan memiliki sikap kepemilikan atas program tersebut dan kemungkinan keberlanjutannya akan bisa lebih lama. Disisi perusahaan usulan berdasarkan kebutuhan masyarakat akan menjadi masukan berarti yang akan disinkronisasi dengan program-program perusahaan sesuai dengan rencana strategis perusahaan bidang CSR sehingga keduanya akan berjalan dan memiliki potensi keberlanjutan yang lebih lama dan berhasil Program-program pemberdayaan yang melibatkan pelatihan- pelatihan masih dimaknai peserta hanya menggugurkan undangan menjadi peserta, sehingga pelatihan-pelatihan pemberdayaan harus benar-benar bermanfaat dan dibutuhkan, ini agar pelatihan yang dilakukan tidak hanya sebagai rutinitas dan program terjebak pada program yang semu dan tidak terimplementasikan. Ini sebaimana jawaban informan yang menjawab bahwa banyak pelatihan setelah selesai maka juga selesai yang sebagian besar tidak menindaklanjutinya. 4.6 Penutup Uraian masalah sosial ekonomi menitikberatkan pada masalah yang paling tampak dan berada pada lokasi lingkungan sekitar perusahaan perusahaan dari penyebab, dampaknya yang paling berpengaruh B e s t P r a c t i c e C S R 53 |

kemudian dihubungkan dengan program community developmet perusahaan yang dapat diimplementasikan. Berdasarkan hasil penelitian dan simpulan yang telah disajikan dapat dibuat sebuah rekomendasi untuk beberapa pemangku kepentingan sebagai berikut: 1. Pengelola Comdev/CSR (Pemberi Manfaat) a. Pengelola Comdev dalam mengimplementasikan program berdasarkan renstra dan Renja perusahaan yang bermuara pada kinerja, keterukuran, evaluasi dan tujuan dari program community development (CSR) tanpa mengesampingkan need assessment dari masyarakat. kedepan program CSR sebelum implementasi perlu dilakukan pemetaan yang bersifat pemberdayaan yang berjangka panjang (sustainable) sehingga manfaat program akan dapat dirasakan, baik dalam peningkatan kualitas hidup dan peningkatan kapasitas (capacity building)serta peningkatan nilai tambah ekonomi bagi penerima manfaat program, serta memperhatikan keterunggulan masing-masing potensi calon penerima manfaat (inovasi, nilai lokal) b. Perusahaan secara berkesinambungan melakukan edukasi kepada masyarakat tentang konsepsi subtansi dari Comdev. 2. Audience (Penerima Manfaat/Masyarakat); Memberikan atau melakukan usulan program melalui musrenbang dari tiap jenjang kelembagaan sehingga tersinergikan kebutuhan dan kinerja perusahaan sebagai pemilik/pengelola program 3. Pemerintah a. Memberikan acuan untuk menyusun regulasi mengenai implemntasi Comdev b. sehingga dapat mendukung program pemerintah kabupaten dalam pemberdayaan masyarakat sehingga tidak tumpang tindih antar program kegiatan antar perusahaan pemberi manfaat terutama dalam pemberdayaan masyarakat sehingga program comdev lebih memberdayakan berkelanjutan menuju masyarakat yang mandiri bukan program instan. B e s t P r a c t i c e C S R 54 |

c. Mengintensifkan fungsi forum CSR kabupaten 4. Pendamping Peran pendamping perlu diupayakan keterlibatannya dalam hal ini Perguruan tinggi maupun NGO lain, sehingga peran yang dilakukan lebih mampu memperkuat partisipasi masyarakat penerima program dalam proses perencanaan, implementasi maupun monitoring dan evaluasi program. B e s t P r a c t i c e C S R 55 |

BAB 5 ACTUATOR CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY B e s t P r a c t i c e C S R 56 |

BAB 5 ACTUATOR CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY 5.1 Pendahuluan Aktuator Program Corporate Social Responsibility (CSR) merupakan program aksi implementasi dari rangkain program yang telah direncankan baik dalam rencana kegiatan anggaran, maupun berdasarkan musrenbang bersama masayarakat sekitar perusahan (stakeholder lain) serta berdasarkan hasil-hasil rekomendasi dari pemetaan sosial berdasarkan kebutuhan dan kinerja yang telah disusun. Actuator program ini lebih cenderung penggunaan istilah sebagai jenis program atau kegiatan CSR yang disalurkan atau diimplementasikan ke masyarakat. 5.2 Jenis-jenis Program CSR Aktuator Program Corporate Social Responsibility (CSR) merupakan program aksi implementasi dari rangkain program yang telah direncankan baik dalam rencana kegiatan anggaran, maupun berdasarkan musrenbang bersama masayarakat sekitar perusahan (stakeholder lain) serta berdasarkan hasil-hasil rekomendasi dari pemetaan sosial berdasarkan kebutuhan dan kinerja yang telah disusun. Actuator program ini lebih cenderung penggunaan istilah sebagai jenis program atau kegiatan CSR yang disalurkan atau diimplementasikan ke masyarakat. Dalam kelompok besar jenis-jenis program CSR sebagaimana dijelaskan Kartini (2009:64), dikategorika sebagai berikut: 1. Promosi kegiatan sosial (cause promotion) 2. Pemasaran terkait kegiatan sosial (cause related marketing) 3. Pemasaran kemasyarakatan korporasi (corporate societal marketing) 4. Kegiatan filantropi perusahaan (corporate philanthropy) 5. Pekerja sosial kemasyarakatan secara sukarela (community volunteering) 6. Praktika Bisnis yang memiliki tanggungjawab sosial (Socially responsibility business practice) B e s t P r a c t i c e C S R 57 |

7. Social Business Entreprise (SBE) merupakan wujud konkret dari skema besar konsep CSR 8. Program kemitraan dan bina lingkungan –PKBL (jenis program CSR Badan Usaha Milik Negara-BUMN Indonesia) Wibisono (2007) memberikan pandangan mengenai identifikasi program yang merupakan kebutuhan riil dirasakan stakeholder, harus dilakukan dengan orientasi efektifitas, diantaranya: 1. Berbasis sumber daya lokal (local recources based) 2. Berbasis pada pemberdayaan masyarakat (community Development based) 3. Mengutamakan program berkelanjutan (sustainability program) 4. Dibuat berdasarkan perencanaan secara partisipatif (participatory) yang didahului dengan need assessment 5. Linked dengan core business perusahaan 6. Focus pada bidang prioritas Pandangan mengenai jenis dan program CSR tersebut pada akhirnya harus didetailkan dalam sebuah rencana aksi (actuator program), secara umum detail kegiatan yang terimlementasikan mencakup beberapa program, diantaranya; pendidikan, kesehatan, lingkungan dan kelembagaan dan keamanan. Saidi dan Abidin (2004) menyatakan bahwa jenis kegiatan CSR berdasarkan jumlah kegiatan sampai dengan 279 kegiatan aksi yang terangkum dalam program lebih besar sebagai berikut: 1. Pelayanan sosial (34.1%) 2. Pendidikan dan penelitian (25.4%) 3. Kesehatan (16.4%) 4. Kedaruratan (emergency)(10.8%) 5. Lingkungan (5.4%) 6. Ekonomi produktif (3.6%) 7. Seni, olahraga dan pariwisata dan perumahan (2.5%) 8. Humum advokasi dan politik (0%) B e s t P r a c t i c e C S R 58 |

5.3 Praktik Terbaik PT PJB UP Gresik Jenis-jenis program tersebut akan menjadi lebih banyak lagi jika sudah dimplementasikan dimasyarakat, sebagaimana pengalaman penulis, berikut ini akan disajikan detail actuator program yang dijalankan menjadi 4 program actuator besar, yaitu: 1. Peningkatan Kualitas Sumber Daya Manusia Melalui Pendidikan Salah satu upaya untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat adalah pendidikan bahkan pendidikan menjadi pilar dalam pembangunan bangsa. Oleh karena itu pemerintah melalui program-program yang ditujukan untuk peningkatan derajat pengetahuan masyarakat baik pendidikan yang formal dan informal, actuator program ini memiliki detail kegiatan, sebagai berikut: a. Perluasan kesempatan pendidika misal melalui pelaksanaan akademi komunitas b. Peningkatan kapasitas tutor lembaga Pendikan c. Pengembangan Sarana dan Prasarana Pendidikan d. Pengembangan sarana prasarana literasi misalnya melalui Penguatan perpustakaan kecamatan atau desa berbasis online dan offline e. Pendidikan untuk kelompok difabel misalnya melalui Penguatan kapasitas kelompok difabel melalui penyediaan sarana prasarana (termasuk perlengkapan dan peralatan) f. Pembinaan seni berbasis kearifan lokal misal melalui penguatan seni hadrah dan peningkatan kapasitas kelompok seni hadrah g. Peningkatan keterampilan life skill masyarakat melaluip elatihan ICT h. Pelatihan 3R (reduce, recycle dan reuse ) dan diseminasi manajemen bank sampah i. Peningkatan kesempatan pelatihan bagi pemuda seperti perbengkelan dan ataupelatihan keahlian dan keahlian lain. B e s t P r a c t i c e C S R 59 |

Sumber: Dokumentasi PT.PJB UP Gresik. Gambar: 5.1 Akademi Komunitas PT. PJB UP Gresik Akademi Komunitas PT. PJB UP Gresik, merupakan salah satu upaya dalam implementasi CSR bidang pendidikan dalam memberdayakan dan meningkatkan kemampuan peserta didik. 2. Pemberdayaan Ekonomi Kemasyarakatan Pemberdayaan ekonomi masyakat tidak hanya menjadi tugas pemerintah, tetapi juga perusahaan dimana perusahaan berada, kegiatan ini tentunya harus mampu memberi nilai tambah bagi kemandirian masyarakat yang berkelanjutan, actuator program memiliki detail kegiatan, sebagai berikut: a. Pembentukan KUB/BUMDES b. Pemberdayaan kelompok nelayan c. Pengembangan industri kerupuk d. Pengembangan budidaya lele e. Pengembangan produk turunan budidaya lele f. Usaha Baru Laundry g. Pendirian bengkel motor h. Penguatan Kapasitas dan Akses Karang Taruna B e s t P r a c t i c e C S R 60 |

Sumber: Dokumentasi PT.PJB UP Gresik. Gambar: 5.2 Pemberdayaan Ekonomi Produktif Masyarakat Pengembangan sentra lele terpadu (SLT) dan usaha produktif sebagai program pemberdayaan ekonomi yang memandirikan dan berkelanjutan i. Pengembangan Usaha Berbasis Sumber daya alam Lokal (siwalan) j. Peningkatan akses hasil produk unggulan binaan melalui galeri produk baik ofline maupun online k. Peningkatan akses pemasaran produk produk binaan l. Pengurangan tingkat pencemaran dan penghematan sumber daya alam B e s t P r a c t i c e C S R 61 |

m. Penerapan sistem daur ulang limbah industri dan rumah tangga (waste management) n. Penguatan dan pengembangan Bank sampah o. Pendirian Green House p. Pupuk Olahan Cair limbah budidaya lele q. Sentra LeleTerpadu (SLT) r. Pengupayaan Haki untuk produk-produk binaan 3. Peningkatan Kualitas Kesehatan Sebagai upaya dalam mendukung gerakan masyarakat sehat, sebagaimana dicanangkan pemerintah, Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (GERMAS) merupakan suatu tindakan sistematis dan terencana yang dilakukan secara bersama-sama oleh seluruh komponen bangsa dengan kesadaran, kemauan dan kemampuan berperilaku sehat untuk meningkatkan kualitas hidup. Pelaksanaan GERMAS harus dimulai dari keluarga, karena keluarga adalah bagian terkecil dari masyarakat yang membentuk kepribadian. GERMAS dapat dilakukan dengan cara: Melakukan aktifitas fisik, Mengonsumsi sayur dan buah, Tidak merokok, Tidak mengonsumsi alkohol, Memeriksa kesehatan secara rutin, Membersihkan lingkungan, dan Menggunakan jamban. Salah satu dukungan nyata lintas sektor untuk suksesnya GERMAS, terutama yang berfokus pada pembangunan akses air minum, sanitasi, dan pemukiman layak huni, yang merupakan infrastruktur dasar yang mendukung Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS). Oleh karenanya perusahaan juga harus terlebat aktif dalam upaya meningkatkan kualitas kesehatan masyarakat, actuator program ini memiliki detail kegiatan, sebagai berikut: a. Peningkatan kesehatan masyarakat rentan b. Dukungan pada Posyandu Lansia dan Balita c. Peningkatan Pelayanan Kesehatan d. Sosialisasi dan Penyuluhan DB e. Sinergi Peningkatan mutu Layanan PUSTU f. Pemberdayaan Ibu-ibu posyandu B e s t P r a c t i c e C S R 62 |

g. Peningkatan kader-kader PKK dalam bidang kesehatan Sumber: dokumentasi PT. PJB UP Gresik, 2017 Gambar: 5.3 Implementasi program CSR bidang Kesehatan Peningkatan kualitas kesehatan pada lansia dan balita menjadi bagian implementasi program CSR bidang kesehatan 4. Peran Aktif Keamanan dan Ketertiban Masyarakat Keamanan dan ketertiban lingkungan dimana perusahaan berada akan sangat membantu eksistensi operasi perusahaan, karena perusahaan merupakan bagian dari lingkungan masyarakat tersebut, bagi masyarakat dengan lingkungan yang aman tertib menjadi daya dukung dalam aktivitas sehari-hari. Maka untuk itu perusahaan dapat terlibat pada sistem manajemen pengamanan Lingkungan, actuator program ini memiliki detail kegiatan, sebagai berikut a. Penguatan sistem manajemen pengamanan Lingkungan B e s t P r a c t i c e C S R 63 |

b. Peningkatan kualitas Forum Komunikasi Polisi dan Masyarakat (FKPM) c. Peningkatan kualitas perlindungan masyarakat (LINMAS) d. Pembinaan masyarakat melalui olahraga e. Perluasan Jangkauan FKPM Sumber: Dokumentasi PT.PJB UP Gresik. Gambar: 5.4 Implementasi Program CSR Bidang Keamanan dan Ketertiban Lingkungan Peningkatan kualitas Forum Komunikasi Polisi dan Masyarakat (FKPM) sebagai bentuk implementasi program CSR bidang keamanan dan ketertiban lingkungan 5.4 Penutup Bahwa penerapan implementasi kedalam jenis-jenis program sanagt tergantung dengan perencanaan yang telah dibuat sebelumnya Suharto (2008:135-166), membagi program aksi CSR dapat meliputi; 1. CSR Pendidikan B e s t P r a c t i c e C S R 64 |

Sebagai salah satu pilar pembangunan bangsa, pendidikan tidak bisa diabaikan oleh perusahaan dalam menerapkan CSR. Maka tidak mengherankan apabila pendidikan adalah bidang yang tidak terlewatkan dalam implementasi CSR setiap perusahaan. 2. CSR Kesehatan Peningkatan kesehatan suatu penduduk adalah salah satu target dari sustainability development goals (SDGs). Dengan demikian, program-program CSR sudah sebaiknya tidak meninggalkan proramnya dibidang kesehatan. Dalam konteks SDGs, setidaknya ada 4 goals yang ingin dicapai, diantaranya; nol kelaparan (gizi kesehatan masyarakat), kesehatan yang baik (sistem kesehatan nasional), kesetaraan gender (akses kespro, KB), serta air bersih dan sanitasi 3. CSR Lingkungan Kiprah perusahaan dalam meujudkan pembangunan berkelanjutan secara ekonomi, sosial dan lingkungan global mulai nyata dan meluas. Mengapa perusahaan memiliki kesadaran ini? Sebagaimana dikutip dalam Esty dan Andrew Winston dalam buku “Grand to Gold” setidaknya terdapat dua sumber tekanan (leimona dan Fauzi, 2008:3)pertama, semakin terbatasnya sumber daya alam di dunia ini, yang pada kahirnya dapat menjadi kendala utama bisnis dan kemungkinan besar dapatmengancam keberadaan spesies manusia. Kedua, keterbatasan sumber daya ala mini kemudian menyetir arah pasar sehingga perusahaan dihadapkan pada banyak dan beragamnya pihak yang peduli terhadap lingkungan. 4. CSR Modal Sosial Modal sosial merupakan sumber (resource) yang timbul dari adanya interaksi antara orang-orang dalam suatu komunitas. Interaksi ini akan dapat melahirkan ikatan-ikatan emosional diantara anggota masyarakat dalam mencapai tujuan bersama sehingga menimbulkan saling percaya, rasa aman, gotong royong serta mengurangi perbedaan-perbedaan diantara anggota masyarakat. CSR dalam bidang modal sosial sering dilihat sebagai pola bantuan sosial yang dilakukan perusahaan kepada B e s t P r a c t i c e C S R 65 |

lingkungan sekitar dalam rangka mencapai keharmonisan sosial antara perusahaan dan lingkungannya (masyarakat) 5. CSR Ekonomi Perusahaan. Peningkatan taraf hidup masyarakat dalam bidang ekonomi menjadi perhatian seriussetiap pemangku kebijakan CSR. Maka program–program peningkatan pendapatan masyarakat seringkali menjadi program andalan setiap perusahaan dalam mengimplementasikan CSR-nya. Peningkatan pendapatan ekonomi ini bisa diterapkan dengan mengembangkan lembaga keuangan mikro, bantuan modal kepada pengusaha-pengusaha kecil, pemberdayaan usaha kecil dan menengah hingga program pemberdayaan petani. Bahwa untuk implementasi actuator program aksi dari CSR akan sangat dipengaruhi banyak hal dari proses perencanaan sampai dengan proses evaluasi, seperti visi perusahaan, SDM, pola perencanaannya, sampai keberlanjutan program dan pelaksana atau penanggung jawab program. implementasi program aksi juga tidak terlepas dari 3 konsep dari CSR yakni profit, people dan planet. . B e s t P r a c t i c e C S R 66 |

BAB 6 MODEL IMPLEMENTASI CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY BERKELANJUTAN B e s t P r a c t i c e C S R 67 |

BAB 6: MODEL IMPLEMENTASI CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (CSR) BERKELANJUTAN 6.1 Pendahuluan Keterlibatan dan peran semua elemen masyarakat baik secara individu, lembaga, perusahaan dan elemen masyarakat lainnya dalam pembangunan suatu negara mutlak diperlukan karena meningkatkan kualitas pembangunan tidak hanya menjadi tanggung jawab pemerintah saja, setiap warga negara berperan untuk mewujudkan kesejahteraan sosial dan peningkatan kualitas hidup masyarakat, serta kemajuan bangsa dan negaranya. Salah satu pihak yang berperan besar dalam pembangunan negara adalah dunia usaha yang memiliki peranan untuk mendorong pembangunan dan pertumbuhan ekonomi yang sehat dengan mempertimbangkan pula faktor lingkungan hidup. Dunia usaha memberikan pengaruh yang besar karena mempekerjakan banyak orang dengan hubungan yang saling bergantung, dimana perusahaan merupakan suatu entitas bisnis yang profit oriented dan pekerjanya dengan kodrat sebagai manusia yang membutuhkan penghasilan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari. Hubungan saling ketergantungan antara perusahaan dengan pekerjanya menjadi berat sebelah, dengan kata lain terdapat benturan kepentingan antara pihak yang ingin mengeluarkan kapital seminimal mungkin untuk hasil yang maksimal dengan pihak yang ingin mendapatkan ganjaran yang maksimal dengan apa yang telah mereka kerjakan. Namun dengan adanya perkembangan yang terjadi, kini dunia usaha tidak lagi hanya memperhatikan catatan keuangan perusahaan semata (single bottom line), melainkan sudah meliputi aspek keuangan, aspek sosial, dan aspek lingkungan, biasa disebut triple bottom line. Sinergi dari tiga elemen ini merupakan kunci dari konsep pembangunan berkelanjutan (sustainable development). Upaya peningkatan kualitas program CSR COMDEV harus dilaksanakan dengan tepat; tepat sasaran, tepat program (sesuai kebutuhan masyarakat), tepat anggaran dan dapat dilaksanakan B e s t P r a c t i c e C S R 68 |

serta memperhatikan aspek keberlanjutan. Untuk itu perlu dilakukan pengukuran atau evaluasi kepuasan masyarakat terhadap program kegiatan yang telah dilaksanakan agar program dapat dikelola dengan efektif dan efisien, serta berkelanjutan. Secara khusus, beberapa hal yang dapat dijadikan dasar adalah;1) Bagaimana actuator-aktuator program yang telah diimplementasikan; 2) Bagaimana kepuasan masyarakat atas program CSR bidang pendidikan, kesehatan, ekonomi social, dan keamanan ketertiban dan lingkungan hidup; 3) Bagaimana kepuasan masyarakat atas keseluruhan program CSR yang telah dilakukan; 4) Bagaimana eksistensi perusahaan melalui program CSR yang telah dilakukan; 5) Apakah program kegiatan berupa kontribusi bantuan, manfaat yang diperoleh masyarakat memiliki hubungan dengan Program CSR dan eksistensi perusahaan, dan; 6) Bagaimana strategi peningkatan kualitas Program CSR yang berkelanjutan Penyusunan implementasi CSR ini akan memberikan urgensi sebagai kontribusi positif dan referensi yang dapat dimanfaatkan oleh perusahaan atau pengelola CSR dalam mengimplementasikannya pada masyarakat yang berkelanjutan serta bagi Pemerintah Daerah dalam hal ini Badan pemberdayaan masyakat maupun Badan Perencanaan dan Penelitian Daerah dalam menentukan kebijakan terpadu terkait implemtasi CSR yang berkelanjutan dalam mendukung program pembangunan Daerah Dengan konsep ini dapat menjadi panduan dalam mengimplementasikan corporate social responsibility (CSR) yang berkelanjutan, program-program yang diimplementasikan lebih banyak yang bersifat empowering dibandingkan yang charity serta tidak bersifat parsial sehingga pembangunan masyarakat yang mandiri dan berkelanjutan (SDG’s) dapat tercapai. 6.2 Strategi Dalam Menerapkan CSR Suharto (2010) menyatakan bahwa terdapat beberapa strategi dalam menerpakan CSR perusahaan diantaranya; a. Pengembangan Masyarakat (Community Development-COMDEV), tujuan utama adalah memberdayakan individu-individu dan B e s t P r a c t i c e C S R 69 |

kelompok-kelompok orang melalui penguatan kapasitas (kesadaran, pengetetahuan, dan ketrampilan yang diperlukan untuk mengubah kualitas kehidupan komunitas. b. Pendampingan Masyarakat, merupakan interaksi dinamis antara kelompok masyarakat dan pendamping (pihak perusahaan) untuk secara bersama-sama dalam menghadapi berbagai masalah komunitas. c. Pemberdayaan masyarakat, merupakan keadaan atau hasil yang dicapai oleh perusahaan dalam sebuah proses perubahan social yaitu masyarakat yang berdaya dan mandiri missal; pemberdayaan pembuatan pupuk organic. 6.3 Evaluasi Program CSR Hadi (2010) menyatakan bahwa sebagai salah satu program CSR membutuhkan pemantauan dan evaluasi dalam rangka perbaikan dimasa depan, dan sekaligus menentukan tingkat capaian kinerja aktivitas sosial yang telah dilaksanakan. Evaluasi pelaksanaan tanggungjawab sosial perusahaan dilakukan dalam rangka untuk mencapai tujuan: 1. Memperoleh temuan masukan untuk perencanaan program atau kegiatan yang dilaksanakan 2. Memperoleh berbagai bahan pertimbangan dalam rangka mendukung pengambilan keputusan, layak atau tidak layak program CSR dilanjutkan 3. Memperoleh temuan untuk masukan perbaikan program atau kegiatan yang sedang dilaksanakan 4. Memperoleh temuan hambatan program yang sedang dilaksanakan 5. Memperoleh rekomendasi dan pelaporan terhadap penyandang dana Wibisono (2007) menyebut bahwa evaluasi terhadap implementasi program tanggungjawab sosial didasarkan pada standar atau norma ketercapaian. Untuk itu dalam rangka melakukan evaluasi dapat dirumuskan ukuran keberhasilan program, antara lain B e s t P r a c t i c e C S R 70 |

Indikator Eksternal yang meliputi ; indikator ekonomi dan indikator sosial 6.4 Praktik Terbaik PT PJB UP Gresik Alur yang dapat dilaksanakan membutuhkan sumber daya-sumber daya dalam menggagas CSR berkelanjutan yang tergambar yang disajikan dalam gambar 3.1: Gambar 6.1: Sumber daya dalam membangun CSR yang berkelanjutan Sumber daya tersebut diantaranya: 1. Measurement, Pengukuran menjadi bagian penting dalam mendukung implementasi CSR yang berkelanjutan, dalam pengukuran ini dibutuhkan bagaimana struktural dan kapasitas manajemen CSR didukung oleh Kebijakan 2. Material, Material ini tercermin dalam budgeting yang merupakan representasi dari startegic planing dan work planing. 3. Methode, bagaimana CSR yang berkelanjutan dapat dicapai tentu dibutuhkan metode yang tepat diantaranya adalah complay requirement, social mapping dan implementing. B e s t P r a c t i c e C S R 71 |

4. Environment, walaupun lingkungan ini tidak termasuk dalam sumber daya internal dalam pengelolaan CSR yang berkelanjutan, tetapi merupakan sumberdaya yang penting keberadaannya diantaranya: LSM, Media, Pemerintah dan juga akademisi atau perguruan tinggi. 5. Manpower, dalam implementasi CSR dibutuhkan personal, manajemen yang terdiri dari sumber daya manusia yang memiliki kapabilitas, karena manajemen CSR akan bertemu dengan stakeholder terutama masyarakat dengan segala karakteristiknya. Manpower ini harus didukung dengan kemampuan monitoring evaluasi program begitu juga kemampuan bagaimana masyarakat mendapat manfaat (satisafaction) atas implementasi program CSR 6. Technologi, sumber daya ini menjadi penting sebagai daya dukung sumber daya yang lain, kemampuan penguasan ICT, Material pendukung dan juga perlengkapan lain seperti alat-alat protype yang menjadi contoh-contoh program pemberdayaaan. Sumber: United National Global Compact ; Dokumen Proper Gambar: 6.2: Role model pengembangan masyarakat. B e s t P r a c t i c e C S R 72 |

Selain menentukan sumber daya yang dilakukan perlu dibuat sebuah cetak biru program implementasi sehingga memiliki keberlanjutan sebagai peta jalan akan program yang dilaksanakan, sebagaimana contoh dibawah ini: Gambar: 6.3: Model Blue Print Program Kegiatan Pelaksanaan Corporate Social Responsibility yang memandirikan dan berkelanjutan dapat dipenuhi atau dapat dilaksanakan jika beberapa sumber daya terpenuhi dan mampu menjawab dinamika pemberdayaan yang dibutuhkan dan kinerja yang diinginkan. B e s t P r a c t i c e C S R 73 |

BAB 7 MODEL CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY BERPERSPEKTIF GENDER B e s t P r a c t i c e C S R 74 |

BAB 7 MODEL IMPLEMENTASI CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY BERPERSPEKTIF GENDER 7.1 Pendahuluan Program-program implementasi CSR telah banyak di lakukan oleh banyak perusahaan dalam memberikan manfaat bagi masyarakat sekitar perusahaan, namun apakah implementasi program telah mempertimbangkan kebutuhan atau kepentingan yang berbeda antara masyarakat penerima program (perempuan dan peserta laki- laki)? Oleh karena itu, implemntasi program CSR yang dilakukan apakah sudah responsive gender atau belum, sehingga implementasi CSR menjadi relevan dan sangat mendesak untuk dilakukan sebagai sebuah upaya untuk memberikan kesetaraan sebagai penerima program CSR sehingga tujuan pro poor dapat tercapai. Penelitian ini dilakukan sebagai upaya untuk menganalisis gender sebagai penerima program terhadap keberhasilan program CSR perusahaan. Secara khusus dapat dirumuskan masalah sebagai berikut: 1)Bagaimana program-program CSR yang telah diimplementasikan dalam perspektif gender; 2)Bagaimana karakteristik individu penerima manfaat program CSR (umur, status pernikahan, tingkat pendidikan, jenis usaha, dan tingkat pendapatan) terpilah berdasarkan jenis kelamin (perempuan dan laki-laki); 3)Bagaimana keterkaitan antara karakteristik individu dan kesetaraan gender, dan; 4)Sejauhmana tingkat kesetaraan gender dilihat dari akses, kontrol, dan manfaat yang dinikmati atas program CSR yang diterima serta hubungannya dengan tingkat keberhasilan program CSR yang telah dilaksanakan. 7.2 Lingkup Batasan Penelitian Lingkup batasan penelitian ini adalah: 1. Implementasi program CSR 2. Kesetaraan gender B e s t P r a c t i c e C S R 75 |

3. Permasalahan dilihat dari masyarakat penerima program dalam konteks perspektif gender 4. Keberhasilan implementasi dari perspektif gender 7.3 Tujuan Penelitian 1. Mengidentifikasi dan menganalisis implementasi program CSR yang telah dilaksanakan oleh perusahaan bagi masyarakat sekitar perusahaan 2. Mengidentifikasi dan menganalisis karakteristik individu penerima manfaat program CSR (umur, status pernikahan, tingkat pendidikan, jenis usaha atau aktivitas, dan tingkat pendapatan) terpilah berdasarkan jenis kelamin (perempuan dan laki-laki) 3. Untuk menganalisis keterkaitan antara karakteristik individu dan kesetaraan gender 4. untuk mengidentifikasi dan menganalisis kesetaraan gender dilihat dari akses, kontrol, dan manfaat yang dinikmati atas program CSR perusahaan serta hubungannya dengan tingkat keberhasilan program CSR yang telah dilaksanakan 7.4 Gender dan Kesetaraan Pendapat mengenai definisi gender dan jenis kelamin kadangkala masih dipersepsikan sama, tetapi sebenarnya sudah dapat ditarik garis yang jelas perbedaan keduanya, sebagaimana yang disampaikan oleh Hubeis (2010) bahwa mendefinisikan gender dengan merujuk pada suatu sistem peranan dan hubungan antara perempuan dan laki-laki yang tidak ditentukan oleh perbedaan biologis, akan tetapi oleh lingkungan sosial-budaya, politik, dan ekonomi sehingga tidak bersifat kodrati atau mutlak. WHO (2011) memberi batasan gender sebagai\"Gender refers to the socially constructed roles, behaviours, activities, and attributes that a given society considers appropriate for men and women”. Pengertian kesetaraan mengacu Instruksi Presiden dalam Pedoman PUG dalam Pembangunan Nasional mendefinisikan kesetaraan B e s t P r a c t i c e C S R 76 |

gender sebagai kesamaan kondisi bagi perempuan dan laki-laki untuk memperoleh kesempatan dan hak-haknya sebagai manusia, agar mampu berperan dan berpartisipasi dalam kegiatan politik, ekonomi, sosial budaya, pertahanan dan keamanan, serta kesamaan dalam menikmati hasil pembangunan. Analisis gender dalam Pedoman Pengarusutamaan Gender dalam Pembangunan Nasional adalah: “Proses yang dibangun secara sistematis untuk mengidentifikasi dan memahami pembagian kerja atau peran perempuan dan laki-laki, akses dan kontrol terhadap sumber-sumber daya pembangunan, partisipasi dalam prosespembangunan dan manfaat yang mereka nikmati, pola hubungan antara perempuan dan laki-laki yang timpang, yang di dalam pelaksanaannya memperhatikan faktor-faktor lainnya seperti kelas sosial, ras, dan suku bangsa” Dalam penelitian Prastiwi dan Sumatri (2012) menyatakan terdapat lima komponen kunci dalam analisis gender tersebut, yaitu: a. Data yang dipilah-pilah berdasarkan jenis kelamin: data sosial- ekonomi yang dipilah berdasarkan jenis kelamin dan variabel demografis, seperti umur, kelompok sosial, dan etnis (kuantitatif maupun kualitatif); b. Analisis pembagian tugas: apa, dimana, kapan, dan berapa banyak yang dikerjakan oleh laki-laki maupun perempuan untuk menggambarkan tuntutan yang berbeda-beda terhadap waktu dan tenaga perempuan dan laki-laki, berapa pekerjaan mereka dihargai, pola kerja musiman dan strategi dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari, c. Analisis akses dan kontrol, d. Analisis kebutuhan strategis dan kebutuhan praktis, e. Analisis konteks sosial: meneliti dan memahami konteks sosial setempat (hukum, sosio-kultural, agama, institusi, kebijakan pemerintah) yang mempengaruhi peran dan hubungan gender B e s t P r a c t i c e C S R 77 |

7.5 Praktik Terbaik Implementasi CSR PT PJB UP Gresik Lokasi penelitian ini dilakukan Gresik dengan memfokuskan pada penelitian pada implementasi program CSR PT PJB UP Gresik di Kabupaten Gresik. Untuk memudahkan pemahaman variabel penelitian ini, maka variabel –variabel Untuk memudahkan pemahaman variabel penelitian ini, maka variabel –variabel penelitian akan didefinisikan sebelum dilakukan análisis lebih lanjut; sebelum variabel penelitian didefinisikan perlu disajikan implementasi program yang diimplementasikan oleh CSR perusahaan diberbagai bidang program (pendidikan, kesehatan, ekonomi sosial kemasyarakatan dan keamanan ketertiaban lingkungan hidup. Sedangkan untuk variabel penelitian dijelaskan sebagai berikut: 1. Karakteristik sosial, ekonomi dan demografi Merupakan pernyataan mengenai tingkat pendidikan, jenis usaha, dan tingkat pendapatan, umur dan status perkawinan perempuan dan peserta laki-laki. Serta peran dalam masyarakat yang secara keseluruhan dapat mempengaruhi kesetaraan gender dalam kaitannya dengan corporate sosial responsibility perusahaan 2. Kesetaraan Gender Pernyataan mengenai akses atau peluang masyarakat penerima manfaat program CSR terhadap sumber daya (pembiayaan (modal usaha, pelatihan, dan pendampingan) dari pemberi manfaat, kontrol atau kuasa penerima manfaat program CSR terhadap sumber daya (pembiayaan, pelatihan, dan pendampingan) dari pemberi manfaat, dan manfaat yang diperoleh penerima manfaat program CSR (peningkatan pendapatan, peningkatan status sosial, pemenuhan kebutuhan dasar, dan peningkatan kemampuan berwirausaha) yang dirasakan penerima manfaat program CSR. Semakin tinggi tingkat akses, kontrol, dan manfaat yang dinikmati penerima manfaat program CSR, maka telah terdapat kesetaraan gender implementasi program CSR . B e s t P r a c t i c e C S R 78 |

3. Peran strategis dan peran praktis. Pernyataan mengenai kebutuhan praktis gender yaitu kebutuhan dasar atau hidup, seperti pangan, air, tempat tinggal, air, sandang, penghasilan, dan perawatan kesehatan sedangkan kebutuhan strategis gender merupakan kebutuhan akan kesetaraan dan pemberdayaan, seperti pemerataan tanggung jawab dan pengambilan keputusan, akses pendidikan dan pelatihan yang sama. 4. Keberhasilan program Pernyataan mengenai kesuksesan implementasi program jika kebutuhan praktis dan kebutuhan strategis gender terpenuhi. Pendekatan yang digunakan pada penelitian ini adalah pendekatan deskriptif kualitatif dan kuantitatif. Untuk dapat memformulasikan permasalahan penelitian secara lebih spesifik, diperlukan metode survey yaitu penelitian ini mengambil sampel dari populasi dengan menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpulan data utamanya. Survey yang dilakukan yaitu descriptive survey. Unit analisis adalah masyarakat penerima program CSR tahun 2013 Populasi dalam penelitian ini adalah masyarakat penerima program CSR Dalam penelitian ini jumlah sampel yang diambil adalah 200 masyarakat. Adapun teknik pengambilan sampel adalah dengan menggunakan non probability sampling dengan accidental sampling. Dalam teknik sampling ini yang diambil sebagai anggota sampel adalah masyarakat penerima program CSR. Pengukuran dilakukan dengan menggunakan skala nominal. Dalam penelitian ini, peneliti membagikan kuesioner yang disusun dalam kalimat-kalimat pertanyaan. Responden diminta memberikan tanggapannya dengan memilih salah satu pilihan jawaban. Jawaban dari responden yang bersifat kualitatif dikuantitatifkan Dalam menjawab tujuan penelitian, menguji hubungan antar variabel dan menilai model yang disusun, teknik analisis yang digunakan adalah teknik crosstab chisquare. Uji Chi Square atau yang sering juga disebut Chi kuadrat digunakan untuk menguji keselarasan dimana pengujian dilakukan untuk memeriksa kebergantungan dan B e s t P r a c t i c e C S R 79 |

homogenitas dari suatu data. Uji ini pertama kali diperkenalkan oleh Karl Pearson yang menggunakan data dalam bentuk tabel frekuensi yang merupakan hasil pengklasifikasian data. 7.6 Analisis dan Pembahasan Berdasarkan interview dan kuisioner yang dilakukan peneliti kepada narasumber maka diperoleh input mengenai program-program yang telah diimplementasikan kepada penerima manfaat program yaitu masyarakat sekitar perusahaan atau ring 1 perusahaan. Sesuai dengan informasi itu maka diperoleh program-program kunci yang telah dilakukan yaitu; 1. Program Kegiatan Bidang Pendidikan. Program implemntasi ini meliputi ; a. Pelatihan Pengelolaan Sampah b. Kontribusi material untuk sarana pendidikan dan sekolah c. Kontribusi untuk lembaga pendidikan, motivasi, dll d. Pelatihan Lanjutan Pengelolaan 3R masyarakat mandiri e. Perencanaan bersama mengenai CSR f. Pelatihan usaha (kewirusahaan) 2. Program Kegiatan Bidang Kesehatan Program implemntasi ini meliputi ; a. Partisipasi kostum olahraga tradisional b. Pengadaan sarana tempat sampah c. Penyemprotan fogging d. Penyediaan fasilitas pemberdayaan (penghancur plastic, pengolah biogas dan sanitasi air e. Pengobatan gratis dan PMT Posyandu Balita f. Studi Banding Kader Lingkungan 3. Program Kegiatan Bidang Ekonomi Sosial dan Kemasyarakatan Program implemntasi ini meliputi ; a. Kontribusi Pavingisasi dan kelengkapannya b. Kontribusi HUT desa c. Kontribusi material untuk kelengkapan sentra PKL d. Buka puasa bersama dan safari Ramadhan e. Kontribusi Hari raya Qurban B e s t P r a c t i c e C S R 80 |

f. Bantuan modal Usaha melalui BMT 4. Program Kegiatan Bidang Keamanan dan Ketertiban Masyarakat serta Lingkungan Hidup Program implementasi ini meliputi ; Kontribusi Penghijauan dan sarana lingkungan Selain implementasi program tersebut beberapa perusahaan telah mengimplementasikan program yang sudah terpisah yaitu program tanggap bencana. Temuan yang menarik adalah bahwa pengakses implementasi program CSR terbanyak adalah wanita sebesar 68% sedangkan pengakses atau dalam istilah lain penerima manfaat laki- laki sebanyak 32%. Untuk implementasi program yang banyak diakses adalah program di bidang pemberdayaan ekonomi 1. Karakteristik individu penerima manfaat program CSR (umur, status pernikahan, tingkat pendidikan, jenis usaha, dan tingkat pendapatan) terpilah berdasarkan jenis kelamin (perempuan dan laki-laki) Karakteristik penerima manfaat program CSR berdasarkan umur dapat dideskripsikan bahwa umur dibagi menjadi tiga usia muda, usia produktif dan usia tua, untuk usia muda sebesar sebanyak 1 responden atau 0.333%, untuk usia produktif sebanyak 296 responden atau sebesar 99%, dan usia tua sebanyak 3 orang dengan persentase sebesar 1%. Data ini jika dipilah kedalam jenis kelamin maka struktur umur dengan konfigurasi sebagai berikut: a. Untuk umur muda pengakses (penerima manfaat) implementasi program CSR sebanyak 1 orang responden, dimana untuk laki- laki 0%, perempuan sebesar 100% b. Untuk umur produktif pengakses (penerima manfaat) implementasi program CSR sebanyak 296 responden, dengan laki-laki 32.1% (95 responden), perempuan sebesar 67.9% (201 responden) c. Untuk umur tua pengakses (penerima manfaat) implementasi program CSR sebanyak 3 responden, dengan laki-laki 33.3% (1 responden), perempuan sebesar 66.7% (3 responden) B e s t P r a c t i c e C S R 81 |

Berdasarkan hasil tersebut diketahui bahwa pengakses terbesar untuk implementasi program CSR adalah usia produktif dan dominan di struktur jenis kelamin perempuan. Dengan teraksesnya program pada usia produktif ini dimungkinkan keberhasilan implementasi semakin besar. Karakteristik penerima manfaat program CSR berdasarkan status pernikahan dapat dideskripsikan bahwa kategori ini dibagi menjadi menjadi dua yaitu sudah menikah atau belum menikah, dimana proporsi untuk menikah sebesar sebanyak 270 responden atau 0.333%, dan belum menikah sebanyak 30 orang dengan persentase sebesar 10%, data ini jika dipilah kedalam jenis kelamin maka status pernikahan dengan konfigurasi sebagai berikut: a. Untuk menikah pengakses (penerima manfaat) implementasi program CSR sebanyak 270 orang responden, dimana untuk laki-laki 34.1% (92 responden), perempuan sebesar 65.9% (178 responden) b. Untuk belum menikah pengakses (penerima manfaat) implementasi program CSR sebanyak 30 responden, dengan laki-laki 13.3% (4 responden), perempuan sebesar 86.7% (26 responden) Berdasarkan hasil tersebut diketahui bahwa pengakses terbesar untuk implementasi program CSR adalah responden yang telah menikah dan dominan di struktur jenis kelamin perempuan. Dengan teraksesnya program pada jenis kelamin perempuan sudah menikah ini menunjukkan bahwa perempuan memiliki peran penting dalam membantu meningkatkan ekonomi keluarga. Karakteristik penerima manfaat program CSR berdasarkan tingkat pendidikan dapat dideskripsikan bahwa kategori ini dibagi menjadi menjadi lima kategori yaitu SD, SLTP, SMA, D1/D2/D3/D4/S1, dimana proporsi untuk SD sebesar sebanyak 18 responden atau 6%, untuk SLTP sebesar 33 responden atau sebanyak 11%, untuk SMA sebanyak 187 responden atau sebanyak 62.3%, untuk D1/D2/D3/D4/S1 sebanyak 49 atau sebanyak 16.3% , untuk S2 sebanyak 13 responden atau 4.3%, data ini jika dipilah B e s t P r a c t i c e C S R 82 |

kedalam jenis kelamin maka karakteristik berdasarkan tingkat pendidikan dengan konfigurasi sebagai berikut: a. Untuk pendidikan tingkat SD, pengakses (penerima manfaat) implementasi program CSR sebanyak 18 orang responden, dimana untuk laki-laki 11.1% (2 responden), perempuan sebesar 88.9% (16 responden) b. Untuk pendidikan tingkat SLTP, pengakses (penerima manfaat) implementasi program CSR sebanyak 33 responden, dengan laki-laki 30.3% (10 responden), perempuan sebesar 69.7% (23 responden) c. Untuk pendidikan tingkat SMA, pengakses (penerima manfaat) implementasi program CSR sebanyak 187 orang responden, dimana untuk laki-laki 38% (71 responden), perempuan sebesar 62% (116 responden) d. Untuk pendidikan tingkat D1/D2/D3/D4/S1, pengakses (penerima manfaat) implementasi program CSR sebanyak 49 orang responden, dimana untuk laki-laki 26.5% (13 responden), perempuan sebesar 73.5% (36 responden) e. Untuk pendidikan tingkat S2, pengakses (penerima manfaat) implementasi program CSR sebanyak 13 orang responden, dimana untuk laki-laki 0% (0 responden), perempuan sebesar 100% (13 responden) Berdasarkan hasil tersebut diketahui bahwa pengakses terbesar untuk implementasi program CSR adalah responden yang memiliki tingkat pendidikan SMA dan telah sarjana setingkat S1 dan dominan di struktur jenis kelamin perempuan. Dengan teraksesnya program pada jenis kelamin perempuan berpendidikan SMA dan Strata 1 ini menunjukkan bahwa Pengakses memiliki kemampuan yang baik dalam mengelola implementasi dan penguatan kapasitas bagi dirinya sehingga implemntasi yang diperoleh dapat berhasil dengan baik. Karakteristik penerima manfaat program CSR berdasarkan jenis usaha atau pekerjaan yang ditekuni saat ini dapat dideskripsikan bahwa kategori ini dibagi menjadi menjadi enam kategori yaitu ibu rumah tangga, guru, wiraswasta, karyawan, PNS/TNI/POLRI dan pelajar/mahasiswa. Untuk proporsi jenis pekerjaan yang ditekuni B e s t P r a c t i c e C S R 83 |

sebagai ibu rumah tangga sebanyak 112 sebesar atau 37.3%, untuk Guru sebesar 3 responden atau sebanyak 1.0%, untuk wiraswasta sebanyak 50 responden atau 16.7%, untuk karyawan sebanyak 104 atau sebesar 35% , untuk PNS/TNI/POLRI sebanyak 27 responden atau 9%, dan untuk aktivitas pekerjaan sebagai pelajar/mahasiswa sebanyak 4 atau sebesar 1.3%. Karakteristik berdasarkan jenis aktivitas/usaha/pekerjaan dengan konfigurasi sebagai berikut: a. Untuk jenis aktivitas/usaha/pekerjaan sebagai ibu rumah tangga, pengakses (penerima manfaat) implementasi program CSR sebanyak 112 orang responden, dimana untuk laki-laki 6.3% (7 responden), perempuan sebesar 93.8% (105 responden) b. Untuk jenis aktivitas/usaha/pekerjaan sebagai guru, pengakses (penerima manfaat) implementasi program CSR sebanyak 3 responden, dengan laki-laki 0% (0 responden), perempuan sebesar 100% (3 responden) c. Untuk jenis aktivitas/usaha/pekerjaan sebagai wiraswasta, pengakses (penerima manfaat) implementasi program CSR sebanyak 50 orang responden, dimana untuk laki-laki 28% (14 responden), perempuan sebesar 72% (36 responden) d. Untuk jenis aktivitas/usaha/pekerjaan sebagai karyawan, pengakses (penerima manfaat) implementasi program CSR sebanyak 104 orang responden, dimana untuk laki-laki 67.3% (70 responden), perempuan sebesar 32.7% (34 responden) e. Untuk jenis aktivitas/usaha/pekerjaan sebagai PNS/TNI/POLRI, pengakses (penerima manfaat) implementasi program CSR sebanyak 27 orang responden, dimana untuk laki-laki 18.5% (5 responden), perempuan sebesar 81.5% (22 responden) f. Untuk jenis aktivitas/usaha/pekerjaan sebagai pelajar/mahasiswa, pengakses (penerima manfaat) implementasi program CSR sebanyak 4 orang responden, dimana untuk laki-laki 0% (0 responden), perempuan sebesar 100% (4 responden) B e s t P r a c t i c e C S R 84 |

Berdasarkan hasil tersebut diketahui bahwa pengakses terbesar untuk implementasi program CSR adalah responden yang memiliki aktivitas/usaha/pekerjaan sebagai ibu rumah tangga dan dominan di struktur jenis kelamin perempuan. Dengan teraksesnya program pada jenis kelamin perempuan yang beraktivitas/usaha/pekerjaan sebagaiibu rumah tangga ini menunjukkan bahwa Pengakses memiliki keinginan kuat untuk dapat meningkatkan ekonomi keluarga dan memberikan nilai tambah pada aktivitas yang dilakukannya sehinggga memungkinkan keberhasilan dari implementasi program CSR yang dilakukan oleh perusahaan. Karakteristik penerima manfaat program CSR berdasarkan jenis usaha atau pekerjaan yang ditekuni saat ini dapat dideskripsikan bahwa kategori ini dibagi menjadi menjadi enam kategor, yang diuraikan sebagai berikut yaitu tingkat pendapatan Rp 300.000- 1.300.000 sebanyak 133 atau sebesar 44%, 1.400.000-2.400.000 sebanyak 112 atau sebesar 37%, 2.500.000-3.500.000 sebanyak 32 atau sebesar 11%, 3.600.000-4.600.000 sebanyak 9 atau sebesar 3%, 4.700.000-5.700.000 sebanyak 9 atau sebesar 3%, 5.800.000- 6.800.000 sebanyak 2 atau sebesar 0.7%, 6.900.000-7.900.000 sebanyak 0 atau sebesar 0%, 8.000.000-9.000.000 sebanyak 2 atau sebesar 0.07%, 9.100.000-10.100.000 sebanyak 1 sebesar atau 0.03%. Berdasarkan hasil tersebut diketahui bahwa pengakses terbesar untuk implementasi program CSR adalah responden yang memiliki tingkat pendapatan dibawah 2.400.000 dan dominan di struktur jenis kelamin perempuan. Hasil ini sejalan dengan aktivitas/pekerjaan/usaha responden yang merupakan ibu rumah tangga dan karyawan yang notabene pendapatan dibawah upah minimimum kota (UMK) Dengan teraksesnya program pada jenis kelamin perempuan yang memiliki tingkat pendapatan dibawah Rp 2.400.000 ini menunjukkan bahwa pengakses memiliki keinginan kuat untuk dapat meningkatkan ekonomi keluarga dan memperbaiki taraf hidup sehinggga memungkinkan keberhasilan dari implementasi program CSR yang dilakukan oleh perusahaan cukup besar. B e s t P r a c t i c e C S R 85 |

2. Keterkaitan Antara Karakteristik Individu dan Kesetaraan Gender Berdasarkan hasil pengolahan data dengan tabulasi silang (crosstab) Chi Square sebagai berikut: Tabel 7.1: Hasil analisis Chi Square Dalam akses Dalam akses Dalam akses Karakteristik Individu Pearson chi df Asimp. Pearson chi df Asimp. Pearson chi df Asimp. Square Value Sig.(2- Square Value Sig.(2- Square Value Sig.(2- sided) sided) sided) Jenis Kelamin 0.685 1 0.408 0.381 1 0.537 0.047 1 0.829 Umur 0.772 2 0.680 status Pernikahan 0.140 2 0.932 0.228 2 0.892 0.893 1 0.345 Tingkat Pendidikan 7.865 4 0.097 Jenis Aktivitas/Usaha/Pekerjaan 1.149 1 0.284 0.117 1 0.732 1.615 5 0.899 Tingkat Pendapatan 3.889 7 0.792 1.850 4 0.732 1.646 4 0.800 12.044 5 0.034 10.363 5 0.066 5.646 7 0.582 4.612 7 0.707 Berdasarkan hasil yang disajikan pada tabel 1 secara keseluruhan diuraikan sebagaii berikut: 1. Keterkaitan atau hubungan antara karakteristik individu berdasarkan jenis kelamin dengan kesetaraan dalam akses bahwa diperoleh nilai chi square hitung sebesar 0.685 dengan nilai signifikansi sebesar 0.408, kesetaraan dalam hal mengelola manfaat program nilai chi square hitung sebesar 0.381 dengan nilai signifikansi 0.537, untuk kesetaraan dalam manfaat yang diterima dengan nilai chi square sebesar 0.047 dengan signifikansi 0.829. oleh karena nilai signifikansi jauh diatas 0.05 maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara jenis kelamin dengan kesetaraan gender baik dalam hal akses, pengelolaan program manfaat CSR maupun manfaat yang diterima atas implementasi program CSR 2. Keterkaitan atau hubungan antara karakteristik individu berdasarkan status pernikahan dengan kesetaraan dalam akses bahwa diperoleh nilai chi square hitung sebesar 1.149 dengan nilai signifikansi sebesar 0.284, kesetaraan dalam hal mengelola manfaat program nilai chi square hitung sebesar 0.117 dengan B e s t P r a c t i c e C S R 86 |

nilai signifikansi 0.732, untuk kesetaraan dalam manfaat yang diterima dengan nilai chi square sebesar 0.893 dengan signifikansi 0.345. oleh karena nilai signifikansi jauh diatas 0.05 maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara jenis kelamin dengan kesetaraan gender baik dalam hal akses, pengelolaan program manfaat CSR maupun manfaat yang diterima atas implementasi program CSR 3. Keterkaitan atau hubungan antara karakteristik individu berdasarkan umur dengan kesetaraan dalam hal akses, bahwa diperoleh nilai chi square hitung sebesar 0.140 dengan nilai signifikansi sebesar 0.932, kesetaraan dalam hal mengelola manfaat program nilai chi square hitung sebesar 0.228 dengan nilai signifikansi 0.892, untuk kesetaraan dalam manfaat yang diterima dengan nilai chi square sebesar 0.772 dengan signifikansi 0680. Oleh karena nilai signifikansi jauh diatas 0.05 maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara karakteristik individu berdasarkan umur dengan kesetaraan gender baik dalam hal akses, pengelolaan program manfaat CSR maupun manfaat yang diterima atas implementasi program CSR 4. Keterkaitan atau hubungan antara karakteristik individu berdasarkan tingkat pendidikan dengan kesetaraan dalam akses bahwa diperoleh nilai chi square hitung sebesar 1.850 dengan nilai signifikansi sebesar 0.763, kesetaraan dalam hal mengelola manfaat program nilai chi square hitung sebesar 1.646 dengan nilai signifikansi 0.800, untuk kesetaraan dalam manfaat yang diterima dengan nilai chi square sebesar 7.865 dengan signifikansi 0.097. oleh karena nilai signifikansi jauh diatas 0.05 maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara karakteristik individu tingkat pendidikan dengan kesetaraan gender baik dalam hal akses, pengelolaan program manfaat CSR maupun manfaat yang diterima atas implementasi program CSR 5. Keterkaitan atau hubungan antara karakteristik individu berdasarkan aktivitas/usaha/pekerjaan dengan kesetaraan dalam akses bahwa diperoleh nilai chi square hitung sebesar 12.044 dengan nilai signifikansi sebesar 0.034, kesetaraan dalam B e s t P r a c t i c e C S R 87 |

hal mengelola manfaat program nilai chi square hitung sebesar 10.363 dengan nilai signifikansi 0.066, untuk kesetaraan dalam manfaat yang diterima dengan nilai chi square sebesar 1.615 dengan signifikansi 0.899. oleh karena nilai signifikansi untuk kesetaraan dalam akses lebih kecil dari 0.05 maka disimpulkan terdapat hubungan antara jenis aktivitas/usaha/pekerjaan dengan dalam akses program CSR perusahaan, sedangkan nilai signifikansi untuk kesetaraan dalam mengelola manfaat dan menerima manfaat jauh diatas 0.05 maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara jenis aktivitas/usaha/pekerjaan dengan kesetaraan gender baik dalam hal pengelolaan program manfaat CSR maupun manfaat yang diterima atas implementasi program CSR 6. Keterkaitan atau hubungan antara karakteristik individu berdasarkan tingkat pendapatan dengan kesetaraan dalam akses bahwa diperoleh nilai chi suare hitung sebesar 5.646 dengan nilai signifikansi sebesar 0.582, kesetaraan dalam hal mengelola manfaat program nilai chi square hitung sebesar 4.612 dengan nilai signifikansi 0.707, untuk kesetaraan dalam manfaat yang diterima dengan nilai chi square sebesar 3.889 dengan signifikansi 0.792. oleh karena nilai signifikansi jauh diatas 0.05 maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara tingkat pendapatan dengan kesetaraan gender baik dalam hal akses, pengelolaan program manfaat CSR maupun manfaat yang diterima atas implementasi program CSR 3. Tingkat kesetaraan gender dilihat dari akses, kontrol (pengelolaan), dan manfaat yang dinikmati atas program CSR yang diterima serta hubungannya dengan tingkat keberhasilan program CSR yang telah diimplementasikan perusahaan. Berdasarkan hasil pengolahan data dengan tabulasi silang (crosstab) Chi Square dirangkum sebagai berikut: B e s t P r a c t i c e C S R 88 |


Like this book? You can publish your book online for free in a few minutes!
Create your own flipbook