Important Announcement
PubHTML5 Scheduled Server Maintenance on (GMT) Sunday, June 26th, 2:00 am - 8:00 am.
PubHTML5 site will be inoperative during the times indicated!

Home Explore 201907-V14N1 The Indonesia Journal of Public Health

201907-V14N1 The Indonesia Journal of Public Health

Published by UMG, 2022-07-20 02:04:08

Description: 201907-V14N1 The Indonesia Journal of Public Health

Search

Read the Text Version

IDENTIFIKASI KARAKTERISTIK KORBAN KECELAKAAN LALU LINTAS DI SIDOARJO TAHUN 2016 IDENTIFYING THE CHARACTERISTICS OF TRAFFIC ACCIDENT VICTIMS IN SIDOARJO IN 2016 Daniar Mukti Septianingtyas Departemen Biostatistika dan Kependudukan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga, Surabaya, Indonesia Alamat Korespondensi: Daniar Mukti Septianingtyas Email: [email protected] ABSTRACT Traffic accident becomes a very serious case because it causes not only material loss but also physical and psychological harms to the subject and the people around him. Accidents that occurred resulted in not only injuries but also death. This study aims to identify characteristics of traffic accident victims in Sidoarjo in 2016. It was an observational study with cross sectional design and based on daily data of traffic accident with 735 samples. Data were processed by ordinal logistic regression statistic test. In this case, variables of the study included the severity of victim, age, gender, profession, time of occurrence, type of collision, and type of vehicle. The results of characteristic identification showed that most of the victims had minor injuries, were male, aged ≥ 34 years old, workers, and got into accidents in the afternoon. The conclusion was factors affecting the severity of traffic accident victims in Sidoarjo were head-on-collisions (hitting straight) and motorcycles as the vehicle type. Modelling obtained was 3,133 for the constant of head-on-collision (hitting straight), 1,464 for the constant of vehicle type (motorcycles), and Y value of 4,597. This study was not supported by complete predictor data, thus the data need to be added so that the accuracy of classification increases and the value gets significant. Keywords: ordinal logistic regression, traffic accident ABSTRAK Kasus kecelakaan lalu lintas menjadi kasus yang sangat serius karena kerugian yang ditimbulkan bukan hanya material tetapi juga kerugian fisik dan psikis bagi pelaku, korban maupun orang-orang yang ada disekitarnya. Kecelakaan yang terjadi tidak hanya mengalami luka-luka saja tetapi hingga kematian. Tujuan penelitian ini untuk mengidentifikasi karakteristik korban kecelakaan lalu lintas di Kabupaten Sidoarjo tahun 2016. Penelitian ini bersifat observasional dengan desain cross sectional dan sampel 735 kejadian. Data diolah dengan uji statistik regresi logistik ordinal. Variabel yang diteliti adalah tingkat keparahan, usia, jenis kelamin, profesi, waktu, jenis tabrakan, dan jenis kendaraan. Hasil identifikasi karakteristik menunjukkan bahwa sebagian besar korban mengalami luka ringan, laki-laki, berusia lebih besar sama dengan 34 tahun, pekerja, dan mengalami kecelakaan pada waktu sore hari. Kesimpulannya adalah faktor yang mempengaruhi tingkat keparahan korban kecelakaan lalu lintas di Kabupaten Sidoarjo adalah tabrak lurus dan jenis kendaraan berupa sepeda motor. Pemodelan yang didapat 3,133 untuk kostanta jenis tabrak lurus, 1,464 untuk konstanta jenis kendaraan motor, dan nilai Y sebesar 4,597. Penelitian ini tidak didukung data prediktor yang lengkap maka perlu ditambahkan agar ketepatan klasifikasi meningkat dan nilai yang signifikan. Kata kunci: regresi logistik ordinal, kecelakaan lalu lintas PENDAHULUAN ekonomi yang meningkat sehingga menuntut masyarakat untuk membeli kendaraan Perkembangan ekonomi serta industri sehingga jumlah kendaraan yang beredar pun di Indonesia memberi dampak yang cukup semakin bertambah, maka secara otomatis ini signifikan terhadap kejadian kasus akan berbanding lurus dengan peningkatan kecelakaan. Hal ini diduga karena tingkat jumlah kasus kecelakaan lalu lintas. ©2019 IJPH. License doi: 10.20473/ijph.vl14il.2019.50-59 Received 23 January 2018, received in revised form 20 February 2019, Accepted 21 February 2019, Published online: July 2019

Daniar Mukti Septianingtyas, Identifikasi Karakteristik Korban Kecelakaan...51 Kecelakaan lalu lintas tunggal terjadi pada kasus. Dalam 10 tahun terakhir jumlah pengemudi melibatkan pengguna jalan kecelakaan lalu lintas mengalami fluktuasi seperti penumpang, penyeberang serta yang mana kasus tertinggi terjadi pada tahun pejalan kaki. Akibatnya kejadian kecelakaan 2011 yakni sebesar 108 ribu kasus. lalu lintas cenderung meningkat setiap Berdasarkan sebuah artikel pada Suara tahunnya. Resiko kecelakaan lalu lintas Pembaruan, kecelakaan lalu lintas berbeda-beda tergantung dari karakterististik didominasi oleh pengendara sepeda motor dan perilaku pengemudi. Dampak negatif yaitu sekitar 72 persen dari total keseluruhan yang ditimbulkan sangat merugikan. Tidak kecelakaan lalu lintas yang terjadi pada tahun hanya kerugian materi namun juga dapat 2013. Data statistik di tahun 2013 mempengaruhi derajat kesehatan mulai dari menyatakan bahwa kecelakaan tertinggi kesakitan hingga kematian. Sepanjang tahun didominasi oleh pengendara di usia produktif di 180 negara termasuk Indonesia, angka yaitu usia 21 tahun hingga 30 tahun dengan kecelakaan lalu lintas yang terjadi total 18.776 kecelakaan. Jumlah kecelakaan ditampilkan dalam The Global Report on tersebut juga termasuk profesi yang dominan Road Safety oleh Lembaga kesehatan dunia mengalami kecelakaan lalu lintas yakni dibawah naungan PBB (WHO). Faktanya karyawan swasta Mayoritas jumlah korban Indonesia menjadi negara ketiga di Asia di kecelakaan lalu lintas di Indonesia pada bawah Tiongkok dan India dengan total tahun 2003 hingga tahun 2007 adalah usia 38.279 total kematian akibat kecelakaan lalu dewasa. Usia dewasa merupakan usia lintas di tahun 2015. Presentase statistik dari produktif yang mobilitasnya tinggi (Arnando, jumlah populasi, Indonesia berada pada 2014). peringkat pertama dengan angka kematian 0,015% dari jumlah populasi di bawah Di Provinsi Jawa Timur sendiri, Tiongkok. jumlah kecelakaan lalu lintas selama 10 bulan dari Januari-Oktober 2016 mencapai Di Indonesia sekitar 70% korban 19.354 kasus. Kecelakaan tersebut kecelakaan lalu lintas berasal dari mengakibatkan korban yang meninggal pengendara motor dengan golongan usia sebanyak 4.826, korban luka berat 1.422 antara 15-55 tahun. Jumlah kematian akibat jiwa, dan korban luka ringan 24.657 jiwa. kecelakaan lalu lintas di Indonesia sempat Jawa Timur merupakan provinsi dengan mengalami peningkatan tajam di tahun 2010 jumlah kematian akibat lalu lintas tertinggi di yaitu sebanyak 31.234 jiwa dari 20.000 jiwa Indonesia walaupun DKI Jakarta adalah di tahun 2009. Data Korlantas Polri provinsi terpadat di Indonesia dengan tingkat menunjukkan kasus kecelakaan yang terjadi lalu lintas yang berbanding lurus dengan pada tahun 2013 sebanyak 93.578 dengan populasinya. Berdasarkan data dari Korps rincian korban meninggal sebanyak 23.385 Lalu Lintas Kepolisian Republik Indonesia jiwa, mengalami luka berat sebanyak 27.054 pada tahun 2010, korban meninggal akibat orang dan mengalami luka ringan sebanyak kecelakaan lalu lintas mencapai 31.234 jiwa, 104.976 orang, dengan kerugian materiil dan lebih dari 4.500 jiwa meninggal di Jawa mencapai Rp. 234 miliar (Sari, 2012). Timur (Nurharianti, 2016). Data Badan Pusat Statistika (BPS) Selanjutnya untuk angka kecelakaan menyebutkan bahwa jumlah kecelakaan lalu yang terjadi di wilayah hukum Kabupaten lintas di tahun 2015 mencapai 98,9 ribu Sidoarjo ternyata mengalami peningkatan kasus. Angka tersebut menunjukkan yang cukup signifikan yaitu 31% dari 1.203 peningkatan sebesar 3,19 persen dibanding kejadian kecelakaan di tahun 2015 meningkat tahun sebelumnya yang mencapai 95,5 ribu menjadi 1.401 kejadian kecelakaan di tahun

52 The Indonesian Journal of Public Health, Vol 14, No 1 Juli 2019:50-59 2016. Angka kecelakaan untuk korban Karakteristik kecelakaan lalu lintas meninggal didominasi oleh pengendara menurut Kartika (2009) dapat diklasifikan sepeda motor. Kabupaten Sidoarjo menjadi beberapa jenis tabrakan, yaitu tabrak merupakan salah satu kabupaten di Jawa depan, tabrak belakang, tabrak samping, Timur yang padat transportasi. Kepadatan tabrak menyudut, tabrak beruntun, tabrak lalu lintas yang cukup tinggi disebabkan lari, dan hilang kemudi. Banyak karakteristik karena Kabupaten Sidoarjo merupakan jalur yang berhubungan dengan pengaruh tingkat yang banyak dilewati oleh kendaraan dari keparahan korban kecelakaan lalu lintas, berbagai kota. Hal inilah yang menyebabkan yaitu dari segi karakteristik usia, jenis peluang terjadinya kecelakaan lalu lintas kelamin, profesi korban, jenis tabrakan, jenis yang tinggi. Kecelakaan yang terjadi tidak kendaraan, dan waktu kecelakaan. hanya mengalami luka-luka saja tetapi hingga kematian. Salah satu uji statistik yang berfungsi untuk mengetahui hubungan antara variabel Beberapa titik ruas jalan di Kota terikat dengan variabel bebas adalah regresi. Sidoarjo menjadi daerah rawan bahkan Metode regresi digunakan untuk mencari terdapat jalur rawan yang disebut jalur model terbaik dalam menggambarkan tengkorak. Berdasarkan data yang diperoleh hubungan antara variabel terikat dengan Polres Sidoarjo, menujukkan adanya variabel bebas. Salah satu metode pada peningkatan pada tahun 2015 dibandingkan regresi logistik adalah regresi logistik tahun sebelumnya. Kenaikan mencapai 40% ordinal. dan angka kecelakaan ini meningkat tiap tahunnya. Kecelakaan lalu lintas adalah Regresi logistik ordinal digunakan kejadian yang tidak bisa diprediksi kapan dan untuk menganalisis hubungan antara variabel dimana terjadi. Kecelakaan mengakibatkan terikat dengan sekumpulan variabel bebas trauma, cidera, dan kecacatan, serta yang bersifat ordinal yang terdiri atas dua kematian. Kecelakaan sulit diminimalisasi kategori atau lebih (Syazali, 2014). dan cenderung meningkat setiap tahunnya Persyaratan pada regresi logistik ordinal seiring pertambahan panjang jalan dan adalah skala data pada variabel terikat banyaknya jumlah kendaraan Kartika, 2009). bersifat ordinal, yaitu memiliki lebih dari dua Berdasarkan Undang-undang Nomor 22 kategori dan setiap kategori diperingkat. Tahun 2009 tentang Lalu lintas dan Kasus keparahan kecelakaan lalu lintas Angkutan Jalan pada pasal 229, karakteristik memiliki variabel terikat dengan dua kategori kecelakaan lalu lintas dapat dibagi kedalam 3 atau lebih yang berskala ordinal sehingga (tiga) golongan, yaitu kecelakaan lalu lintas kasus ini dapat diuji menggunakan regresi ringan, kecelakaan lalu lintas sedang, dan logistik ordinal. kecelakaan lalu lintas berat. Regresi logistik tidak ada asumsi Pada suatu fenomena kecelakaan lalu dalam suatu hubungan linear antara variabel lintas yang terjadi menimbulkan dampak terikat dengan variabel bebas tetapi asumsi keparahan yang berbeda-beda. Berdasarkan yang digunakan adalah hubungan yang linear Peraturan Pemerintah Nomor 43 tahun 1993 antara log odds dari variabel terikat dengan tentang Prasarana Jalan Raya dan Lalu variabel bebasnya. Variabel terikat tidak Lintas, dampak kecelakaan lalu lintas dapat harus berdistribusi normal dan tidak harus diklasifikasi berdasarkan kondisi korban homoskesdastisitas untuk setiap kategori dari menjadi tiga, yaitu korban meninggal dunia, variabel bebasnya yaitu tidak ada korban luka berat, dan korban luka ringan. homogenitas asumsi variansi (variansi tidak harus sama dalam kategori). Galat diasumsikan tidak berdistribusi normal.

Daniar Mukti Septianingtyas, Identifikasi Karakteristik Korban Kecelakaan...53 Regresi logistik tidak mengharuskan bahwa terhadap tingkat keparahan korban lalu lintas semua variabel bebasnya merupakan data dengan tahapan yang pertama yaitu interval. Penambahan atau pengurangan pemberian kode pada setiap variabel dengan alternatif variabel tidak mempengaruhi odds urutan mulai dari terendah hingga tertinggi. yang diasosiasikan. Tahap kedua yaitu melakukan uji keberartian model secara keseluruhan untuk mengetahui Tujuan dari penelitian ini adalah apa saja faktor yang berpengaruh terhadap untuk mengidentifikasi karakteristik korban variabel bebas. Tahap ketiga yaitu yang berpengaruh terhadap keparahan melakukan uji kesesuaian model untuk kecelakaan lalu lintas di Kabupaten Sidoarjo melihat model yang didapat layak untuk sekaligus melihat pemodelan melalui metode digunakan atau tidak. Tahap keempat melihat regresi logistik ordinal. nilai koefisien determinasi untuk mengetahui besarnya kemampuan variabel bebas dalam METODE PENELITIAN menjelaskan variabel terikat. Tahap kelima melakukan test parallel lines untuk melihat Penelitian ini merupakan penelitian apakah terdapat kesamaan kategori antara variabel-variabel pada model. Tahap keenam observasional dengan melakukan melakukan uji signifikansi variabel untuk mengetahui variabel bebas apa saja yang pengamatan dan analisis data sekunder yang berpengaruh terhadap variabel terikat. Tahap selanjutnya yaitu membuat pemodelan pada telah dikumpulkan oleh Unit Laka Lantas variabel yang berpengaruh. Polres Sidoarjo. Desain penelitian ini merupakan desain cross sectional. Populasi penelitian ini adalah semua korban kecelakaan lalu lintas berusia lebih dari sama dengan 17 tahun yang mengalami kecelakaan di wilayah Kabupaten Sidoarjo tahun 2016. HASIL PENELITIAN Data tersebut berjumlah 735 korban. Korban kecelakaan lalu lintas yang diteliti adalah Tabel 1. Distribusi Karakteristik Kecelakan Lalu Lintas di Kabupaten Sidoarjo sebagai korban atau pelaku. Variabel tahun 2016. penelitian ini terdiri dari variabel terikat (tingkat keparahan korban kecelakaan lalu lintas) dan variabel bebas (usia, jenis Variabel n% Tingkat keparahan (Y): kelamin, profesi korban, jenis tabrakan, jenis Luka ringan 631 85,9% Luka berat 25 3,4% kendaraan, dan waktu kecelakaan). Data Meninggal dunia 79 10,7% Total 735 100% dikumpulkan dengan cara mencatat data harian dari buku registrasi kecelakaan lalu lintas per orang dari bulan januari hingga bulan desember pada tahun 2016 yang telah dikumpulkan oleh unit Laka Lantas Polres Usia (X1): Sidoarjo. < 34 tahun 357 48,6% ≥ 34tahun 378 51,4% Analisis yang dilakukan dalam 735 100% Total penelitian ini diawali dengan melakukan penyajian data secara deskriptif untuk mengetahui distribusi frekuensi fenomena Jenis kelamin (X2): Laki-laki kejadian kecelakaan lalu lintas yang terjadi di Perempuan 560 76,2% Total 175 23,8% wilayah Kabupaten Sidoarjo tahun 2016. 735 100% Melakukan analisis regresi logistik ordinal untuk mengetahui faktor yang berpengaruh

54 The Indonesian Journal of Public Health, Vol 14, No 1 Juli 2019:50-59 Variabel n% berusia lebih dari sama dengan 34 tahun. Profesi korban (X3): Kecelakaan tertinggi terjadi pada korban Pelajar 71 9,7% yang berjenis kelamin laki-laki dengan angka Pekerja 664 90,3% kejadian sebanyak 560 kejadian. Sedangkan Total 735 100% untuk korban yang berjenis kelamin perempuan sebanyak 175 kejadian. Jenis tabrakan (X4): 527 71,7% Tabrak lurus 208 28,3% Jumlah kecelakaan lalu lintas yang Tabrak menyudut 735 100% paling banyak terjadi di wilayah Kabupaten Total Sidoarjo adalah korban dengan profesi sebagai pekerja, yaitu sebanyak 664 kejadian Jenis kendaraan (X5): dengan presentase sebesar 90,3%. Sedangkan korban dengan profesi sebagai pelajar Tidak berkendara 35 4,8% menunjukkan angka kejadian sebanyak 71 kejadian. Jenis tabrakan terbanyak adalah Kendaraan sepeda motor 471 64,1% jenis tabrak lurus. Jenis tabrak lurus yang paling banyak terjadi adalah jenis tabrak Kendaraan roda empat 229 31,2% belakang yaitu sebanyak 208 kejadian sedangkan jenis tabrakan hilang kemudi Total 735 100% merupakan kejadian terendah dengan jumlah 8 kejadian. Waktu kecelakaan (X6): Jenis kendaraan berupa sepeda motor Sore 397 54% adalah jenis kendaraan yang tertinggi yang terjadi kecelakaan lalu lintas di wilayah Pagi 338 46% Kabupaten Sidoarjo dengan angka kejadian sebanyak 471. Sedangkan angka terendah Total 735 100% ditempati oleh jenis lawan yang tidak berkendara sebanyak 35 kejadian. Kasus Data yang diteliti menggambarkan paling banyak terjadi kecelakaan yaitu pada waktu sore hari pada pukul 12.00 WIB s/d karakteristik korban dimana karakteristik 23.59 WIB dengan jumlah kejadian sebanyak 397 kejadian. Jumlah data kecelakaan yang tersebut merupakan faktor prediksi yang diteliti sebanyak 735 dan dari data tersebut tidak ada satupun data yang missing. dapat menimbulkan kecelakaan lalu lintas di Data yang telah dilakukan distribusi Kabupaten Sidoarjo tahun 2016. Data yang frekuensi selanjutnya diuji melalui uji regresi logistik ordinal untuk mengetahui variabel diteliti adalah data sekunder korban yang bebas apa saja yang mempempengaruhi variabel terikat. Regresi logistik ordinal mengalami kecelakaan di wilayah Kabupaten merupakan metode regresi yang digunakan untuk menganalisis data dimana variabel Sidoarjo tahun 2016. Data penelitian yang bebas merupakan skala ordinal dengan tiga kategori atau lebih. Analisis diawali dengan berskala ordinal adalah variabel dependen uji serentak dengan menggunakan α sebesar 0,05. Pengujian ini dilakukan untuk menguji yang disebut variabel Y (tingkat keparahan keberartian dari parameter secara keseluruhan. korban) dan variabel yang berskala nominal adalah variabel independen yang disebut variabel X. Adapun variabel Y yang diamati dibedakan menjadi tiga yaitu korban mengalami luka ringan, korban mengalami luka berat, dan korban meninggal dunia. Frekuensi usia korban kecelakaan lalu lintas yang terjadi di wilayah Kabupaten Sidoarjo. Diketahui dari hasil frekuensi data, rata-rata usia yang mengalami kecelakaan adalah usia 36 tahun, sedangkan untuk nilai mediannya adalah usia 34 tahun. Usia terendah korban yaitu 17 tahun dan tertinggi 86 tahun. Jumlah korban terbanyak yang mengalami kecelakaan adalah korban yang

Daniar Mukti Septianingtyas, Identifikasi Karakteristik Korban Kecelakaan...55 Tabel 2. Hasil Uji Statistik Uji Keberartian Nilai signifikansi uji Deviance Model sebesar 0,996 dan nilai signifikansi uji Model Log χ2 df Sig Pearson sebesar 0,867. Kriteria pengujiannya adalah tolak Hо bila nilai Likelihood signifikansi kurang dari 0,05 (α = 0,05). Dapat diambil keputusan bahwa Hо diterima. Intercept 345,580 Kesimpulannya adalah model logit yang Final 288,862 56,718 1 0,00 diperoleh layak untuk digunakan. Nilai Hasil uji serentak dihasilkan nilai χ2 sebesar 56,718 dengan nilai signifikansi koefesien determinasi menunjukkan sebesar 0,00. Hipotesis yang digunakan adalah: besarnya kemampuan variabel bebas H0 : β1 = β2 = … = β3 = tidak ada satu variabel bebas yang berpengaruh terhadap menjelaskan variabel terikat. Besarnya nilai variabel terikat. H1 : Minimal ada salah satu variabel bebas koefisien determinasi ditampilkan oleh nilai yang berpengaruh terhadap variabel terikat. Maka dapat disimpulkan jika Hо ditolak, Mc Fadden, Cox, dan Snell, Nagelkerke R memberikan arti bahwa setidaknya minimal ada satu variabel bebas yang berpengaruh Square. terhadap variabel terikat. Tabel 4. Pseudo R-Square Uji selanjutnya yaitu melakukan uji kesesuaian model (Goodness of Fit) yang Cox and Snell Negelkerke McFadden berfungsi untuk mengetahui apakah model regresi logistik ordinal yang didapat layak 0,074 0,120 0,079 untuk digunakan. Pengujian tersebut dilakukan dengan menggunakan uji statistik Nilai Pseudo R-Square pada Tabel 4 Pearson dan Deviance. Uji kesesuaian model menunjukkan nilai yang paling besar adalah juga dapat dijelaskan dengan nilai Pseudo R- nilai Negelkerke yaitu sebesar 0,120. Hal ini Square. menunjukkan bahwa semua variabel bebas mampu menjelaskan variabel terikat sebesar 12% dimana sisanya sebesar 88% dijelaskan oleh faktor-faktor yang lain. Tabel 5. Test Parallel Lines Model Log. χ2 df Sig Null 288,862 Tabel 3. Goodness of Fit Hypothesis Metode χ2 df Sig General 280,476 8,386 12 0,754 220 0,867 Pearson 196,816 220 0,996 Deviance 167,765 Nilai signifikansi test parallel lines diketahui 0,754 (lebih dari 0,05), maka dapat Hipotesis yang digunakan adalah sebagai disimpulkan model yang dihasilkan memiliki berikut: kesamaan kategori antara variabel pada Hо : Model logit layak untuk digunakan. model. Model yang baik adalah model yang H1 : Model logit tidak layak digunakan. terdapat kesamaan antara variabel pada model. Uji kesesuaian model (Goodness Of Fit Test) dilakukan untuk mempelajari sejauh Tabel 6. Hasil Uji Parameter mana kecocokan model yang dugunakan. Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui Variabel B Sig. Pembanding peranan variabel independen di dalam model yang diuji secara serentak atau bersama-sama Tingkat 3,862 0,019 Meninggal (Hosmer dan Lemeshow, 2000). keparahan dunia (3) (1)

56 The Indonesian Journal of Public Health, Vol 14, No 1 Juli 2019:50-59 Variabel B Sig. Pembanding Parameter estimate menjelaskan bahwa ada Tingkat 4,203 0,010 keparahan tiga kemungkinan: Yi sama dengan 1 jika Yix ≤ 3,862, Yi sama (2) dengan 2 jika 3,862 ≤ Yix ≤ 4,203, dan Yi = 3 jika Yix ≥ 4,203. Kemungkinan nilai Y adalah Usia 0,310 0,18 Usia ≥ 34 Yix sama dengan 3,133X4.1+1,464X5.1 dan (1) tahun (2) hasil akhirnya sebesar 4,597. Jenis Perempuan Uji signifikansi telah dilakukan kelamin (1) 0,180 0,515 (2) kemudian tahap selanjutnya melakukan Pekerja (2) pemodelan dari hasil uji yang diperoleh Profesi 0,258 0,813 dengan nilai signifikan. Pemodelan hasil (1) Logit ( ������1 ) atau model logit yang pertama 1−������1 Jenis 3,133 0,01 Tabrak menunjukkan model 3,82 + 3,133 (X4.1) + tabrakan (1) menyudut (2) 1,464 (X5.1). Sedangkan untuk Logit ( ������2 ) 1−������2 Jenis 0,992 0,147 Kendaraan atau model logit yang kedua menunjukkan kendaraan 1,464 0,00 roda empat model 4,203 + 3,133 (X4.1) +1,464 (X5.1). (1) (3) Jenis Persamaan regresi yang diperoleh kendaraan (2) selanjutnya yaitu: Waktu 0,244 0,282 Pagi hari π(1) = exp(3,82+3,133(X4.1)+1,464(X5.1)) kecelakaan (2) 1+exp(3,82+3,133(X4.1)+1,464(X5.1)) (1) π(x) = exp(4,203+3,133(X4.1)+1,464(X5.1)) 1+exp(4,203+3,133(X4.1)+1,464(X5.1)) Hasil output analisis regresi pada PEMBAHASAN Tabel 7 menunjukkan variabel bebas yang berpengaruh adalah jenis tabrakan dan jenis Ada beberapa karakteristik tertentu kendaraan. Variabel yang tidak signifikan yang berhubungan dengan terjadinya (usia, jenis kelamin, profesi korban, dan kecelakaan lalu lintas. Korban kecelakaan waktu kecelakaan) dikeluarkan dari analisis lalu lintas tidak hanya mengalami luka ringan sehingga analisis regresi logistik ordinal namun juga dapat mengalami luka berat kembali dilakukan pada variabel yang bahkan hingga meninggal dunia. signifikan, selanjutnya menghitung nilai Karakteristik kecelakaan yang diteliti kemungkinan Y. meliputi tingkat keparahan korban kecelakaan, usia, jenis kelamin, profesi, jenis Tabel 7. Hasil Regresi Logistik Ordinal yang tabrakan, jenis kendaraan, dan waktu kecelakaan. Kecelakaan lalu lintas pada Signifikan dasarnya memberi dampak adanya luka atau cidera pada korban, baik luka ringan, luka Variabel B SE df Sig berat, ataupun meninggal dunia. Korban kecelakaan di wilayah Kabupaten Sidoarjo Jenis 3,133 1,255 1 0,01 tahun 2016 paling banyak mengalami luka ringan. Selaras dengan penelitian yang tabrakan dilakukan Wilandari (2014) di Kota Semarang bahwa korban kecelakaan yang (X4.1) Jenis 1,464 0,238 1 0,00 kendaraan (X5.2)

Daniar Mukti Septianingtyas, Identifikasi Karakteristik Korban Kecelakaan...57 paling banyak mengalami luka ringan pengguna jalan dan sebagian besar pengguna jalan adalah kaum laki-laki. Peristiwa sebanyak 643 korban, 47 korban luka berat, kecelakaan lalu lintas ditabrak maupun menabrak, keduanya memiliki resiko. dan 50 korban meninggal. Tingginya kejadian kecelakaan lalu lintas pada laki-laki diperkirakan karena pengguna Korban kecelakaan lalu lintas jalan raya cenderung lebih banyak laki-laki dibanding perempuan, selain itu mobilitas sebagian besar cenderung mengalami luka yang lebih tinggi dan banyak beraktivitas diluar rumah untuk bekerja menjadi faktor ringan dengan mayoritas kendaraan terjadi kecelakaan. Kaum laki-laki yang lebih berani atau lebih nekat dibandingkan dengan didominasi oleh kendaraan bermotor roda kaum perempuan, sehingga berakibat pada meningkatnya resiko untuk terjadinya dua. Padahal kendaraan roda adalah kecelakaan lalu lintas. Laki-laki mempunyai indikasi lebih mudah marah, lebih aktif, kendaraan yang mudah terganggu cenderung memiliki perilaku ugal-ugalan saat mengemudikan kendaraan serta kurang keseimbangannya dan tidak terlindung. menaati peraturan yang ada. Namun, masyarakat cenderung tetap memilih Korban yang berprofesi sebagai pekerja memiliki frekuensi yang lebih motor sebab kendaraan ini lebih lincah dan banyak mengalami kecelakaan lalu lintas. Penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian praktis dalam menghindari kemacetan. Kasus Oktavianti (2016) menunjukkan jumlah kasus terbanyak terjadi pada korban yang kecelakaan paling banyak terjadi pada korban bekerja yakni 78,7%. Kejadian kecelakaan yang dialami oleh pekerja biasanya dengan usia lebih besar sama dengan 34 berhubungan dengan perilaku terburu-buru pada saat mengendarai kendaraan terutama tahun dengan usia terendah korban yaitu 17 untuk mencapai tempat kerja sehingga resiko terhadap kecelakaan lalu lintas pun tinggi. tahun dan tertinggi 86 tahun. Rata-rata usia Selain itu, saat pulang bekerja dengan kondisi lelah dan mengantuk mengakibatkan yang mengalami kecelakaan adalah usia 36 kurangnya berkonsentrasi dalam berkendara sehingga dapat beresiko mengalami tahun. Penelitian WHO menyebutkan kecelakaan lalu lintas. Perilaku mengemudi dan kedisiplinan dalam pengendara juga turut sebanyak 67% korban kecelakaan lalu lintas andil dalam terjadinya kecelakaan lalu lintas. Sehingga hal ini dapat menjadi penyebab berada pada usia produktif. Penelitian bertambahnya kecelakaan lalu lintas. Oktavianti (2016) mengatakan bahwa kasus Kasus kecelakaan terbanyak yang mempengaruhi tingkat keparahan korban kecelakaan lalu lintas paling banyak terjadi kecelakaan lalu lintas di Kabupaten Sidoarjo pada tahun 2016 adalah jenis tabrak lurus. pada kelompok umur 17-40 tahun. Sehingga Tabrak lurus meliputi hilang kemudi, tabrak depan, tabrak belakang, tabrak samping, dan dapat diperkirakan kecelakaan lalu lintas paling banyak dialami oleh usia produktif dikarenakan tingkat mobilitas yang tinggi dan paling banyak beraktivitas diluar rumah untuk bekerja. Usia produktif saat ini banyak dihuni kaum milenial yang cenderung agresif dalam berkendara. Jenis kelamin merupakan karakteristik organ yang melekat pada setiap individu yang memiliki perbedaan baik fisik maupun sifat. Korban kecelakaan lalu lintas di wilayah Kabupaten Sidoarjo di dominasi oleh jenis kelamin laki-laki. Lebih banyak jika dibandingkan dengan jenis kelamin perempuan. Penelitian Savitri (2011) mengatakan bahwa korban kecelakaan lalu lintas jauh lebih banyak yang berjenis kelamin laki-laki dibandingkan perempuan yakni sebesar 76,8%. Penelitian WHO menunjukkan bahwa 73% dari korban kecelakaan lalu lintas yang fatal adalah laki- laki. Risiko sangat berkaitan dengan

58 The Indonesian Journal of Public Health, Vol 14, No 1 Juli 2019:50-59 tabrak manusia. Menurut penelitian Fitriah Kepadatan lalu lintas di Kabupaten (2012) bahwa sebagian besar korban Sidoarjo dapat dikatakan cukup tinggi, mengalami tabrak samping yaitu sebesar karena banyak dilewati oleh kendaraan dari 38,53%. Jenis tabrak lurus cenderung dalam berbagai kota dan tingginya jumlah pengguna kecepatan tinggi, sehingga ini menyebabkan jalan. Kepadatan tersebut tentunya rawan tergelencir atau terjadi tabrakan. berhubungan dengan waktu masyarakat Kondisi tersebutlah yang dapat keluar rumah. Sebagian besar kecelakaan di mempengaruhi keparahan korban. Selain itu, wilayah Kabupaten Sidoarjo banyak terjadi banyaknya pengendara yang berperilaku kecelakaan pada waktu sore hari yaitu pada agresif cenderung emosi melihat perilaku pukul 12.00 WIB s/d 23.59 WIB. Waktu sore pengendara lain sehingga mencoba untuk hari hari adalah waktu istirahat dan pulang mendahului atau menyalip. Kejadian ini tentu kerja. Pada waktu istirahat jalan raya dapat menambah terjadinya kecelakaan lalu cenderung sedikit sepi sehingga pengendara lintas dan juga mempengaruhi keparahan cenderung berkendara dengan lebih cepat korban kecelakaan. akibatnya bisa fatal saat terjadi kecelakaan. Saat pulang kerja, mobilitas tetap tinggi dan Analisis regresi logistik ordinal daya tahan tubuh sudah menurun karena menunjukkan nilai signifikan, yang berarti lelah, mengantuk, dan kurang konsentrasi. memiliki pengaruh terhadap tingkat Sehingga kemungkinan dapat menambah keparahan korban kecelakaan lalu lintas terjadinya kecelakaan lalu lintas. adalah jenis kendaraan. Jenis kendaraan yang menjadi favorit pengguna jalan adalah sepeda SIMPULAN motor. Diketahui dari hasil penelitian bahwa kejadian tertinggi kecelakaan didominasi Sebagian besar korban kecelakaan oleh jenis kendaraan sepeda motor. Hal ini lalu lintas di Kabupaten Sidoarjo tahun 2016 serupa dengan penelitian Fitriah (2012) cenderung mengalami luka ringan, berjenis bahwa kendaraan korban sebagian besar kelamin laki-laki dengan usia produktif yaitu adalah sepeda motor yaitu sebesar 77,9%. lebih besar sama dengan 34 tahun, profesi Penelitian lain oleh Yulianti (2006) sebagai pekerja, berkendara, pada waktu sore menunjukkan bahwa jenis kendaraan yang hari, dengan jenis tabrak lurus, mengendarai paling besar menyumbang terjadinya sepeda motor dan begitu pula dengan jenis kecelakaan lalu lintas di Kota Malang sebesar kendaran lawan berupa sepeda motor. Faktor 60,90% adalah sepeda motor. Sepeda motor yang berpengaruh terhadap tingkat menjadi kendaraan pribadi pilihan keparahan korban kecelakaan lalu lintas di masyarakat karena selain lebih lincah, juga Kabupaten Sidoarjo tahun 2016 adalah jenis lebih praktis dalam menghindar kemacetan. tabrak lurus, jenis kendaraan korban berupa Selain itu, diduga karena tingkat ekonomi sepeda motor, dan jenis kendaraan lawan yang meningkat, menuntut masyarakat untuk berupa sepeda motor dan kendaraan roda membeli kendaraan sehingga jumlah empat. Dan pemodelan yang didapat kendaraan yang beredar pun semakin 3,133X4.1+1,464X5.1 menunjukkan nilai Y bertambah, maka secara otomatis ini akan sebesar 4,597. berbanding lurus dengan peningkatan jumlah kasus kecelakaan lalu lintas. Hal ini Pemilihan metode analisis yang lain mengingatkan bahwa sepeda motor adalah untuk membuat suatu model yang dapat kendaraan yang paling umum digunakan dan memberikan penjelasan sederhana dari yang paling banyak diminati masyarakat. fenomena aktual yang diamati. Menggunankan metode yang berbeda dalam

Daniar Mukti Septianingtyas, Identifikasi Karakteristik Korban Kecelakaan...59 upaya meneliti permasalahan tingkat Oktavianti, P. 2016. Prevalensi dan keparahan kecelakaan lalu lintas. Saran pada Gambaran Pola Luka Korban pihak kepolisian, perlu adanya strategi Kecelakaan Sepeda Motor di Instalasi pencegahan peningkatan kecelakaan lalu Forensik RSUP Sanglah Denpasar lintas dari fenomena kecelakaan lalu lintas Tahun 2013. Jurnal DOAJ. Denpasar: yang banyak disebabkan oleh jenis tabrak FK Universitas Udayana Vol.7 (1): lurus agar pengendara lebih menyadari 33-41 pentingnya menjaga keselamatan saat berkendara dan memahami resiko PP Nomor 43 Tahun 1993 tentang Prasarana berkendara, serta memahami peraturan- Jalan Raya dan Lalu Lintas. peraturan yang berlaku, khusunya bagi pengendara motor. Selain itu, penting bagi Sari, Komang D. 2012. Model Hubungan pemerintah bersama pihak-pihak terkait Penyebab Kecelakaan dan Angka untuk melakukan suatu intervensi pada Kecelakaan Lalu Lintas di Kota faktor-faktor penyebab terjadinya kecelakaan Depok. Tesis. Depok: Fakultas lalu lintas, seperti perbaikan pada system Kesehatan Masyarakat Universitas transportasi umum, pembangunan Indonesia. infrastruktur jalan serta tegas pada setiap pelanggaran. Savitri, Windi P. 2012. Estimasi Risiko Pada Lanjut Usia Yang Mengalami DAFTAR PUSTAKA Kecelakaan Lalu Lintas Di Kota Surabaya Tahun 2011. Skripsi. Arnando, F. 2014. Analisa Kecelakaan Lalu Surabaya: Fakultas Kesehatan Lintas di Indonesia dengan Pengguna Masyarakat Universitas Airlangga. Kendaraan Bermotor serta Penyebabnya. Surabaya: ITS (8 Syazali, M. 2014. Analisis Regresi Ordinal. Januari 2018) Jurnal Statistika. Samarinda: Fakultas MIPA Universitas Mulawarman Fitriah, W. 2012. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keparahan Korban Undang-Undang Republik Indonesia Nomor Kecelakaan Lalu Lintas di Kota 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas Surabaya dengan Pendekatan dan Angkutan Jalan Bagging Regresi Logistik. Jurnal Sains dan Seni ITS. Surabaya: ITS. WHO. 2004. World Report On Road Traffic Vol.1 (1) : 253-258 Injury Prevention. Kartika, M. 2009. Analisis Faktor-Faktor Wilandari, Y. 2014. Analisis Kecelakaan Penyebab Kecelakaan Lalu Lintas Lalu Lintas di Kota Semarang Pada Pengendara Sepeda Motor Di Menggunakan Model Log Linier. Wilayah Depok Tahun 2008. Skripsi. Skripsi. Semarang: Universitas Jakarta: Fakultas kesehatan Diponegoro masyarakat. Universitas Indonesia. Yulianti, K. 2016. Pola Luka Korban Nurharianti, P. 2016. Aplikasi Metode Kecelakaan Lalu Lintas pada Pejalan Dekomposisi Dalam Meramalkan Kaki dan Pengendara Sepeda Motor. Jumlah Kematian Akibat Kecelakaan Denpasar: FK Universitas Udayana. Lalu Lintas di Jawa Timur. Skripsi. Surabaya: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga.

PERBEDAAN EFEKTIFITAS FILM ANIMASI DAN FILM CERITA TERHADAP PENINGKATANPENGETAHUAN DAN SIKAP ANAK TENTANG KESEHATAN GIGI THE DIFFERENCE OF EFFECTIVENESS OF ANIMATED AND NON-ANIMATED MOVIES ON THE IMPROVEMENT OF CHILDREN’S KNOWLEDGE AND ATTITUDES ABOUT DENTAL HEALTH Isha Winda Sandya1, Sri Widati1 1Departemen Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Airlangga, Surabaya, Indonesia Alamat Korespondensi: Isha Winda Sandya Email : [email protected] ABSTRACT According to Basic Health Research 2013, 28.9% of the age group of less than 12 years old, i.e. age 5-9 years old, suffered dental caries. The aim of this study was to analyze the effectiveness of animated movies and non- animated movies in improving children’s knowledge and behavior concerning dental health. This study was designed based on quasi experimental design. The samples of this study were the students of Class 3A and Class 3B of SDN 03 Kepanjen consisting of 63 students. The independent variables of this study were animated and non- animated movies concerning dental health, whereas the dependent variables were children’s knowledge and attitudes. The collected data were analyzed using Mann Whitney test. The findings of this study showed that the respondents were aged between 8 and 10 years old, and there was no difference in terms of students’ knowledge before and after they received intervention through animated and non-animated movies. Animated movie seemed to be more effective in improving the respondents’ knowledge to maintain dental health than non-animated movie as indicated by the average score for animated movie intervention which was higher than non-animated movie intervention. Keywords: animated movie, non-animated movie, dental health, knowledge ABSTRAK Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar tahun 2013 menyatakan bahwa kelompok umur kurang dari 12 tahun yaitu umur 5-9 tahun 28,9% menderita karies gigi. Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis efektivitas metode film animasi dan film cerita terhadap peningkatan pengetahuan dan sikap anak tentang kesehatan gigi. Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimental semu. Sampel dalam penelitian ini adalah siswa kelas 3A dan 3B SDN 03 Kepanjen Kab. Malang, berjumlah 63 siswa. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah film animasi dan film cerita tentang kesehatan gigi, sedangkan variabel terikatnya adalah pengetahuan dan sikap. Data yang diperoleh dianalisis menggunakan uji statistik Mann Whitney test. Hasil penelitian menunjukan bahwa responden berusia 8-10 tahun. Ada perbedaan pengetahuan responden sebelum dan sesudah diberikan intervensi berupa pemutaran film. Film animasi lebih efektif dari pada film cerita dalam meningkatkan pengetahuan dan sikapresponden dalam menjaga kesehatan gigi, karena dilihat dari hasil rerata kedua kelompok nilai film animasi lebih tinggi. Kata Kunci : film animasi, film cerita, kesehatan gigi, pengetahuan. PENDAHULUAN dari kesehatan tubuh secara umum (Malik, 2008) Kesehatan gigi dan mulut adalah kesehatan yang sangat penting untuk Perawatan gigi sering dianggap tidak diperhatikan selain kesehatan tubuh secara terlalu penting, padahal kesehatan gigi umum. Kesehatan gigi dan mulut dapat manfaatnya sangatlah vital didalam mempengaruhi kesehatan didalam tubuh menunjang penampilan diri (Pratiwi, 2004). secara menyeluruh, hal ini dikarenakan gigi Hal ini menjadikan masalahkesehatan gigi dan mulut merupakan bagian tubuh yang yang sering timbul pada anak usia 4 sampai sangat integral karena tidak dapat dipisahkan 10 tahun (Fankari, 2004). Penyakit karies gigi pada anak-anak banyak dan sering ©2019 IJPH. License doi: 10.20473/ijph.vl14il.2019.60-68 Received 3 May 2018, received in revised form 20 February 2019, Accepted 21 February 2019, Published online: July 2019

Isha Winda Sandya dan Sri Widati, Perbedaan Efektifitas Film Animasi... 61 terjadi, namun hal ini kurang mendapat orang tua mereka sangatlah berpengaruh terhadap kesehatan gigi dan mulut mereka perhatian yang serius dari orang tua. karena ibu akan mendidik dan mengajarkan anak untuk menggosok gigi dan mengatur Kemampuan anak dalam menjaga kesehatan pola makananan dana jajanan. Orang tua memiliki peran penting dalam kesehatan gigi dengan baik dan benar merupakan salah anak, yaitu sebagai perawatan secara langsung untuk menyampaikan metode satu faktor yang cukup penting untuk pendidikan kesehatan. pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut Sekolahmerupakan tempat anak- anak untuk belajar, berkreasi, bersosialisasi, (Dorothy, 2008). dan bermain sehingga pelayanan kesehatan di sekolah pada anak sekolah lebih efektif. Menurut data Riskesdas (2013), Anak dalam masa pertumbuhan, memerlukan upaya perawatan kesehatan terjadi peningkatan prevalensi karies gigi di sekolah dengan memaksimalkan melalui usaha kesehatan di sekolah (UKS) (Efendi Indonesia, yakni penderita karies gigi aktif &Makhudli, 2009). meningkat sebesar 9,8% dari 43,4% pada Sikap adalah perasaan, pikiran dan kecenderungan seseorang untuk bertindak tahun 2007 menjadi 53,2% pada tahun 2013, atau seseorang akan melakukan sesuatu perbuatan apabila dia memandang atau sedangkan penderita pengalaman karies yakin perbuatan itu positif atau negatif dan bila ia percaya bahwa orang lain ingin agar meningkat 5,1% dari 67,2% pada tahun 2007 ia melakukannya. Stimulus –Organisme- Respon (S-O-R)berasal dari bidang naik menjadi 72,3% pada tahun 2013. psikologi kemudian menjadi teori komunikasi. Mengacu pada teori Menurut hasil data Riskesdas tahun 2013, komunikasi media use and effect dengan media yang diberikan akan memberikan efek Provinsi Jawa Timur memiliki indeks DMF- terhadap respondennya (Effendy, 2003). T 5,5. Dari hasil data Profil Kesehatan Jawa Media terbagimenjadi tiga yaitu media auditif, media visual dan media audio Timur didapatkan bahwa Kab. Malang visual. Media auditif adalah media yang hanya mengandalkan kemampuan suara masuk dalam 10 besar kabupaten yang saja, sedangkan media visual mengandalkan indra pengelihatan saja, dan media audio memiliki masalah gigi dan mulut di visual adalah media yang mempuayai unsur suara dan unsur gambar (Mubarak, 2007). indonesia. Para siswa tidak hanya diajar melalui lambang verbal saja yaitu seperti metode Pada anak usia sekolah, anak dapat ceramah dari guru, tetapi juga dapat diberikan variasi belajar mengajar dengan diarahkan ke arah positifyang bisa mengunakan media audio visual contohnya film.Film merupakan sebuah komunikasi membantu mereka mendapat antara pengirim pesan dan penerima pesan yang bersifat dapat dilihat dan di dengar, perkembangan sikap, pengetahuan, film juga dapat untuk menyampaikan informasi kepada sekelompok orang atau ketrampilan dan daya cipta yang baik. Pendidikan kesehatan sangatlah penting karena bertujuan untuk meletakkan dasar ke arah perkembangan sikap, pengetahuan, ketrampilan dan daya cipta yang diperlukan anak anak dalam menyesuaikan diri mereka dengan lingkungan dan untuk pertumbuhan serta perkembanganya selanjutnya. Anak Sekolah Dasar pada usia 6 sampai 12 tahun sangat memerlukan perawatan gigi dan mulut yang lebih intensif, karena pada usia ini anak akan mengalami pergantian gigi dan tumbuhnya gigi baru dan pada usia ini semua gigi primer telah lepas atau tanggal dan mayoritas gigi permanen telah tumbuh (Worotitjan, 2013).Anak usia sekolah adalah anak yang memiliki usia antara 6 sampai 12 tahun hal ini dianggap anak mulai bertanggung jawab atas perilakunya terhadap orang tua, teman sebaya, dan orang lain (Wong, 2009).Informasi tentang kesehatan gigi yang baik dan benar yang diperoleh dari kedua

62 The Indonesian Journal of Public Health, Vol 14, No 1 Juli 2019:60-68 masyarakat yang berkumpul di suatu tempt Tujuan dari penelitian ini adalah tertentu (Effendy, 2009). mengidentifikasi perbedaan efektifitas film animasi dan film cerita terhadap peningkatan Pesan yang disampaikan dalam film pengetahuan dan sikap anak tentang yaitu dengan menggunakan mekanisme kesehatan gigi diSekolah Dasar Negeri 03 lambang atau tanda yang ada pada pikiran Kepanjen Kab. Malang. manusia berupa isi pesan, suara dan percakapan.Film dikelompokkan menjadi METODE PENELITIAN beberapa jenis salah satunya adalah film animasi atau film kartun adalah imajinasi Penelitian ini merupakan penelitian atau karya lukis dari seniman pelukis yang menggunakan gambar bergerak dan kuantitatif dengan pendekatan cross karakternya sesuai dengan yang di inginkan, sinematografi yang menimbulkangagasan sectional.Dengan desain penelitian yang ide untuk menghidupkan gambar yang mereka fikirkan, lukiskan dan lukisan itu digunakan dalam penelitian ini adalah menimbulkan hal yang bersifat lucu dan menarik (Dony K, 2011) eksperimental semu yang bertujuan untuk Film cerita adalah film yang mengetahui sebab akibat dalam menjaga mengandung suatu cerita, film yang dibuat atau diproduksi berdasarkan cerita yang kesehatan gigi pada anak kelas 3A dan 3B dikarang dan mainkan oleh seorang aktor atau aktris. Keberhasilan suatu proses Sekolah Dasar 03 Kepanjen Kab. Malang. belajar mengakar tidak pernah lepas dari peran media didalamnya, karena hal ini Penelitian dilakukan di Sekolah Dasar media adalah bagian yang sangat integral dalam proses pendidikan di sekolah. Negeri 03 Kepanjen Kab. Malang. Penelitian Demikian media sangat diharapkan dapat mengatasi hambatan dalam proses belajar dilaksanakan sejak bulan November sampai mengajar. Desember 2017. Hasilstudi pendahuluan yang dilakukan dengan mewawancarai guru kelas Populasi dalam penelitian ini 3A dan 3B di Sekolah Dasar Negeri 03 Kepanjen Kabupaten Malang, selama tahun adalahseluruh siswa Sekolah Dasar Negeri ajaran 2016/2017 belum ada penyuluhan tentang gosok gigi terhadap siswa-siswi 03 Kepanjen Kab. Malang.Sampelpada dengan menggunakan media audio visual. Penyuluhan biasanya dilakukan dilakukan penelitian iniadalah siswa siswi kelas 3A oleh guru olahraga. Berdasarkan survei yang dilakukan secara langsung dengan dan 3B. menggunakan teknik purposive mengambil kelas 3A dan 3Bdengan mengambil 20 orang siswa-siswi rata-rata samplingatau judgmentalsampling. memiliki pengetahuan yang cukup. Siswa- siswi yang selalu menggosok gigi sebelum Pengambilan sampel secara purposif tidur sebanyak 8 anak. siswa yang menggosok gigi pada saat mandi pagi hari merupakan cara penarikan sampel yang sebanyak 17 anak dan 11 anak yang mengkonsumsi makanan atau minuman dilakukan memilih subjek berdasarkan setelah menggosok gigi malam. Anak yang menggosok gigi dengan cara benar sebanyak kriteria spesifik yang ditetapkan oleh 16 siswa. peneliti. Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah siswa yang memiliki usia 8-10 tahun, siswa yang mendapat persetujuan orang tua untuk ikut serta dalam penelitian ini, dan hadir pada saat penelitian. Berdasarkan kriteria yang ada didapatkan responden sebanyak 63 anak. Hasil analisis hanya berlaku pada sampel penelitian ini. Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar kuesioner yang berisikan karakteristik responden, pengetahuan responden dalam menjaga kesehatan gigi , sikap responden dalam menjaga kesehatan gigi. Film animasi diambil dari youtube milik Ayo Gembira channel dengan durasi 3 menit 3 detik. Film cerita di ambil dari youtube milik Fachreza Hilayani UGM dengan durasi film 2 menit 51 detik.

Isha Winda Sandya dan Sri Widati, Perbedaan Efektifitas Film Animasi... 63 Data yang didapat diperiksa kembali analisis data, analisis data dikakukan dengan sebelum dilakukan editing, kemudian uji Mann Whiiney Test untuk mengetahui dilakukan pengkodingan, data dimasukkan perbedaan kelompok didalam tabel frekuensi sesuai dengan animasi dan kelompok cerita. kategori masing-masing. Kemudian tahap HASIL Data responden yang terkumpul pada perempuan, pendidikan terakhir orang tua penelitian ini adalah siswa siswi kelas 3A dibagi menjadi lima kategori. Umur dan 3BSDN 03 Kepanjen Kab. Malang responden, jenis kelamin responden dan didapatkan berbagai karakteristik yang pendidikan terakhir responden secara dikelompokkan berdasarkan umur, jenis keseluruhan dapat dilihat pada Tabel 1 di kelamin peneliti gunakan untuk bawah ini. membedakan responden laki – laki dan Tabel 1.Keadaan distribusi responden menurut usia, jenis kelamin,pendidikan terakhir orang tua di kelas 3A dan 3B SDN 03 Kepanjen 2017 Umur Animasi Cerita F%F% 8 10 32,3 9 28,1 9 21 67,7 21 65,6 10 0 0 2 6,2 Total 31 100 32 100 Jenis Kelamin F % F % Perempuan 21 67,7 22 68,8 Laki-laki 10 32,3 10 31,2 Total 31 100 32 100 Pendidikan terakhir F % F % Ortu SD 4 12,9 5 15,6 SMP 2 6,5 6 18,8 SMA 20 64,5 16 50,0 D3 1 3,2 3 9,4 S1 4 12,9 2 6,2 Total 31 100 32 100 Berdasarkan Tabel 1 diatas dapat memiliki jenis kelamin perempuan dan disimpulkan antara kelompok film animasi sebagian besar responden pada kelompok dan kelompok film cerita memiliki distribusi film animasi dan kelompok film cerita usia yang hampir sama. Sebagian besar memiliki tingkat pendidikan terakhir orang responden pada kelompok film animasi dan tua adalah SMA atau Sekolah Menengah kelompok film cerita memiliki umur9tahun. Atas. Hal ini memungkinkan siswa Sebagian besar responden pada kelompok mendapat informasi yang cukup. film animasi dan kelompok film cerita baik. Berdasarkan kriteria pengkategorian Keadaan pengetahuan siswa-siswi yang diadaptasi dari Nursalam (2008) kelas 3A dan 3B SDN 03 Kepanjen Kab. diperoleh hasil klasifikasi pengetahuan Malang dapat dikalsifikasikan menjadi 3 sebagai berikut: kategori, yang terdiri dari kurang, cukup dan

64 The Indonesian Journal of Public Health, Vol 14, No 1 Juli 2019:60-68 Tabel 2.Keadaan pengetahuan sebelum dan sesudah diberikan intervensi Pengetahuan Animasi Cerita Pre Post Pre Post F %F %F %F % 12,5 Kurang 3 9,7 4 12,9 12 37,5 4 43,8 43,8 Cukup 9 29,0 4 12,9 15 46,9 14 100 Baik 19 61,3 23 74,2 5 15,6 14 Total 31 100 31 100 32 100 32 Berdasarkan Tabel 2 di atas ini dapat dilihat bahwa siswa-siswi pada kelompok disimpulkan bahwa pada kelompok animasi film cerita juga cenderung mengalami cendrung mengalami peningkatan peningkatan pengetahuan setelah diberikan pengetahuan. Hasil dari penelitian yang intervensi, mula-mula sebelum dilakukan didapatkan dapat dilihat bahwa siswa-siswi intervensi didapatkan 12 siswa (12,5%) memiliki pengetahuan yang baik, sebelum memiliki pengetahuan kurang tentang diberikan pendidikan kesehatan dengan menjaga kesehatan gigi dan cenderung media audiovisual berupa film animasi mengalami peningkatan setelah dilakukan sebanyak 19 siswa (61,3%) memiliki intervensi menjadi 14 siswa (43,8%) pengetahuan yang baik dan cenderung berpengetahuan baik. mengalami peningkatan skor pengetahuan menjadi 23 siswa (74,2%). Sama halnya Keadaan sikap siswa-siswi kelas 3A pada kelompok film cerita juga cenderung dan 3B SDN 03 Kepanjen Kab. Malang mengalami peningkatan pengetahuan dalam dapat dikalsifikasikan menjadi 3 kategori, menjaga kesehatan gigi setelah diberikan yang terdiri dari kurang, cukup dan baik. intervensi pemutaran film tentang menjaga Berdasarkan kriteria pengkategorian yang kesehatan gigi Dapat diadaptasi dari Azwar S, (2011) diperoleh hasil klasifikasi sikap sebagai berikut : Tabel 3.Keadaan sikap sebelum dan sesudah diberikan intervensi Sikap Animasi Cerita Pre Post Pre Post F % F % F%F % 6,2 Kurang 3 9,7 2 6,5 - - 2 12,5 81,2 Cukup 10 32,3 8 25,8 15 46,9 4 100 Baik 18 58,1 21 67,7 17 53,1 26 Total 31 100 31 100 32 100 32 Berdasarkan Tabel 3 diatas sebelum cerita juga cenderung mengalami diberikan pendidikan kesehatan dengan peningkatan sikap tentang mejaga kesehatan media film animasi mayoritas responden gigi, sebelum dilakukan intervensi memiliki sikap yang baik dalam menjaga responden sudah memiliki sikap yang baik kesehatan gigi 18 siswa (58,1%) memiliki sebesar 17 siswa (53,1%) sesaat setelah sikap yang baik. Setelah dilakukan dilakukan intervensi cenderung mengalami intervensi berupa pemutaran film animasi peningkatan menjadi 26 siswa (81,2%). tentang menjaga kesehatan gigi sikap responden cenderung mengalami Rerata pengetahuan dan sikap peningkatan yang baik menjadi 21 siswa responden mengenai pentingnya menjaga (67,7%). Sedangkan pada kelompok film kesehatan gigi pada kelompok film animasi dan kelompok film cerita sesudah diberikan

Isha Winda Sandya dan Sri Widati, Perbedaan Efektifitas Film Animasi... 65 intervensi. Media dikatakan efektif dengan tersebut dirujuk dari penelitian Hamdalah, menggunakan nilai rata – rata kriteria A, (2011) Tabel 4. Perbedaan efektifitas pengetahuan dan sikap responden pada kelompok film animasi dan kelompok film cerita Metode N Mean Rank P Pengetahuan Animasi 31 39,24 .002 Cerita 32 24,98 Sikap Animasi 31 33,45 .505 Cerita 32 30,26 Berdasarkan hasil pada Tabel 4 pendidikan terakhir orang tua siswa adalah diatas dapat disimpulkan bahwa kelompok SMA atau SLTA. film animasi lebih besar dari pada film cerita. Hal ini menandakan bahwa film Berdasarkan hal tersebut maka animasi lebih efektif dalam meningkatkan penelitian ini menggunakan media pengetahuan dan sikap responden tentang komunikasi sebagai salah satu wujud dari menjaga kesehatan gigi seperti menggosok upaya kesehatan sekolah. Usaha pelayanan gigi pagi setelah sarapan dan menjelang kesehatan gigi di sekolah merupakan salah tidur malam satu pendekatan edukatif yang bertujuan meningkatkan kemampuan dan peran anak PEMBAHASAN sekolah dalam memelihara kesehatan gigi. Karena kesehatan gigi dan mulut dapat Sebelum diberikan penyuluhan mempengaruhi keadaan kesehatan tubuh kesehatan dengan mengunakan metode secara menyeluruh dan kesehatan gigi dan pemutaran film animasi dan film cerita pada mulut merupakan bagian yang integral dari siswa siswi kelas 3A dan 3B responden telah kesehatan tubuh (Malik, 2008) memiliki kesamaan karakteristik yaitu secara keseluruhan usia siswa kelas 3A dan Pada hasil penelitian menunjukan 3B di Sekolah Dasar Negeri 03 Kepanjen hasil bahwa sebagian besar kelompok film Kab. Malang berusia 8 sampai 10 tahun. animasi memiliki tingkat pengetahuan yang Dari hasil penelitian diketahui sebagian baik, dan cenderung mengalami peningkatan besar responden berusia 9 tahun. Sesuai pengetahuan setelah dilakukan intervensi. dengan yang disampaikan oleh Sumantri Tingkat pengetahuan pada kelompok film (2006), bahwa pada usia ini dikategorikan cerita didapatkan hasil bahwa sebagian besar dalam masa kelas tinggi sekolah dasar. Pada kelompok film cerita memiliki tingkat masa ini anak memiliki kemampuan pengetahuan yang cukup, dan cenderung mengingat (memori) dan bahasa yang mengalami peningkatan pengetahuan berkembang sangat cepat. Pada masa kelas setelah dilakukan intervensi. Hasil tinggi anak gemar meniru, telah mampu penelitian menunjukan bahwa pada mulai hidup mandiri, sudah memiliki rasa kelompok film animasi dan film cerita tanggung jawab pribadi, cara pandang didapatkan hasil analisis menggunakan uji terhadap dunia luar tidak hanya dipandang Mann Whitney Testyaitu terdapat perbedaan dari diri sendiri tetapi juga dilihat dari diri pengetahuan yang signifikan antara film orang lain, dan sudah menunjukkan sikap animasi dan film cerita dalam menjaga yang kritis dan rasional. Sedangkan pada kesehatan gigi. kategori jenis kelamin pada kedua kelompok tersebut adalah didominasi perempuan, dan Hal ini sesuai dengan penelitian sebelumnya milik Widhyningrum (2012) penelitian tersebut menjelaskan bahwa kelompok responden yang diberikan intervensi berupa pemutaran film animasi

66 The Indonesian Journal of Public Health, Vol 14, No 1 Juli 2019:60-68 dapat menunjukan ada peningkatan yang peningkatan sikap siswa.Adanya media signifikan terhadap pengetahuan.Hal ini berupa film animasi maupun film cerita juga sejalan dengan penelitian sebelumnya tentang menjaga kesehatan gigi merupakan milik Aida V (2007) menjelaskan dalam objek penyampaian pesan yang belum cukup penelitiannya audio visual film cerita untuk meningkatkan stimulus pada terhadap peningkatan pengetahahuan responden sehingga pembentukan sikap berpengaruh signifikan dalam peningkatan tentang menjaga kesehatan gigi belum dapat pengetahuan. Sebagian besar pengetahuan terwujud. merupakan ranah yang sangat penting untuk membentuk tindakan seseorang. Perilaku Sikap adalah juga respon tertutup yang didasari oleh pengetahuan akan lebih seseorang terhadap stimulus atau objek langgeng jika dibandingkan dengan perilaku tertentu, yang sudah melibatkan faktor tanpa didasari pengetahuan (Maulana, pendapat dan emosi yang bersangkutan, 2009). Pengetahuan merupakan hasil “tahu” senang-tidak senang, setuju-tidak setuju, dan ini terjadi setelah orang mengadakan baik-tidak baik dan sebagainya penginderaan terhadap suatu objek tertentu. (Notoatmodjo, 2012). Sedangkan menurut Penginderaan terhadap obyek terjadi melalui teori Green, bahwa faktor perilaku panca indra manusia yakni penglihatan, ditentukan oleh 3 faktor.Pertama, faktor pendengaran, penciuman, rasa dan raba predisposisi (pre disposing factor), yaitu dengan tersendiri Pengetahuan sebagian faktor yang mempermudah atau besar diperoleh dari indera penglihatan mempredisposisi terjadinya perilaku sebesar 30% dan indera pendengaran sebesar seseorang. Kedua, faktor pemungkin 10%.Pada waktu penginderaan sampai (enabling factor), yaitu faktor yang menghasilkan pengetahuan tersebut sangat memungkinkan atau yang menfasilitasi dipengaruhi oleh intensitas perhatian perilaku atau tindakan. Ketiga, faktor presepsi terhadap obyek. Sebagian besar penguat (reinforcing factor), yaitu faktor pengetahuan manusia di peroleh melalui yang mendorong atau memperkuat mata dan telinga. (Notoatmodjo, 2012). terjadinya perilaku Berdasarkan hasil analisisi Efektifitas media dapat dilihat dari menunjukan bahwa terdapat peningkatan nilai rerata atau mean rankpost-test. pada ranah sikap siswa setelah diberikan Penentuan efektifitas media dengan intervensi beruapa pemutaran film animasi menggunakan nilai rata – rata post-test dan film cerita tentang kesehatan gigi, tetapi tersebut dirujuk dari penelitian (Hamdalah, tidak terdapat perbedaan sikapyang A, 2011) mengenai perbedaan efektifitas signifikan antara film animasi dan film media. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam menjaga kesehatan gigi. Hal ini sesuai film animasi dapat dikatakan lebih efektif dengan penelitian sebelumnya milik Putra. dalam meningkatkan pengetahuan dan P.A, ( 2013) Pengaruh Tayangan Film sikap. Walaupun sebenarnya film cerita juga Kartun “Crayon Shinchan” Terhadap dapat meningkatkan pengetahuan dan sikap Perilaku Anak Dengan Orang Tua Pada responden, namun peningkatan pada film Sekolah Dasar Yayasan Wisma Semen cerita yang digunakan didalam penelitian ini Gresikdalam penelitiannya pengaruh dinilai kurang efektif karena memiliki nilai menonton tayangan film animasi Crayon mean yang lebih rendah dari pada nilai mean Shincan terhadap peningktan sikap anak film animasi.Hal ini dilihat dari hasil rerata tidak terdapat pengaruh yang signifikan. dari kedua kelompok maka dapat Sama Halnya pada penelitian milik disimpulkan bahwa efektifitas media dengan Saputra .F .A (2016). Media film cerita metode pemutaran film animasi lebih terhadap peningkatan sikap dalam diminati oleh responden dari pada media penyuluhan perikanan budidaya tidak film cerita. Hal ini sesuai dengan hasil terdapat perbedaan yang signifikan terhadap penelitian sebelumya milik Widhyaningrum, (2012) bahwa didalam penelitiannya yang

Isha Winda Sandya dan Sri Widati, Perbedaan Efektifitas Film Animasi... 67 berjudul keefektifan penyuluhan kesehatan pembentukan pengetahuan, sikap seseorang (Notoatmodjo, 2009) menggunakan media film animasi dalam SIMPULAN meningkatkan pengetahuan siswa tentang Berdasarkan hasil penelitian tentang penyakit demam berdarah pada siswa SD perbedaan efektifitas pendidikan kesehatan menjaga kesehatan gigi metode film animasi Kalisapu media film animasi efektif dalam dan film cerita terhadap peningkatan pengetahuan dan sikap siswa Sekolah Dasar meningkatkan pengetahuan atau Negeri 03 Kepanjen Kab. Malang dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan penyampaian informasi pada siswa-siswi antara film animaisi dan film cerita terhadap peningkatan pengetahuan. Film animasi Sekolah Dasar. Semakin banyak lebih efektif dari pada film cerita tentang menjaga kesehatan gigi dalam pengetahuan yang terserap oleh responden meningkatkan pengetahuan dan sikap responden yang berusia 8 sampai10 tahun. maka semakin besar pula peluang seseorang DAFTAR PUSTAKA untuk melakukan dan mempertahankan Aida, V. 2007. PengaruhDesain Pesan Vidio suatu perilaku kesehatan. (Notoatmodjo, Instruksional Terhadap Peningkatan Pengetahuan Petani Tentang Pupuk 2012). Film animasi memiliki kelebihan Agrodyke. Skripsi. FEMA IPB yang berbedadalam menarik perhatian Azwar S. 2001. Sikap Manusia Teori dan Pengukuranya. Jakarta: Pustaka siswa, warna ataupun gambar yang menarik, Pelajar. animasi juga mampu mempermudah Dinkes Prov. Jatim. 2013. Profil Kesehatan Provinsi Jawa Timur Tahun 2013. responden merekam suatu proses kejadian Dony, K. 2011. Jenis Jenis Film dan juga memiliki nilai hiburan tersendiri Dokumenter. bagi pemirsanya (Effendi, 2009). Dorothy. Y.B, Merie T. (2008). Dasar – Dasar Riset Keperawatan. Media audio visualsesuai untuk anak EGC :Jakarta. usia sekolah karena dapat mengembangkan Effendi, F & Makhfudli. 2009. Keperawatan Kesehatan Komunitas : Teori dan imajinasi dan aktivitas belajar anak dalam Praktek Dalam Keperwatan. Jakarta: Salemba medika. suasana menyenangkan sehingga dapat Effendy,2013. Ilmu Komunikasi Teori dan merangsang minat belajar anak karena Praktek. Bandung: PT Remaja Rosdakarya ditampilkan dalam bentuk animasi yang Fankari. 2004. Pengaruh Penyuluhan menarik dan mudah dipahami. Sekolah yang Dengan metode Stimulasi dan Demonstrasi Terhadap Perubahan mayoritas respondennya berusia 8 sampai 10 Perilaku Menjaga Kesehatan Gigi Dan Mulut Anak Sekolah Dasar. tahun berada dalam tahap operasional Karya Tulis Ilmiah DIV. Perawat Pendidik UGM konkrit yang artinya aktivitas mental yang difokuskan pada objek – objek peristiwa nyata atau kongrit (Sumantri & Nana Syaodih 2006). Padatahap usia sekolah dasar anak mulai memperoleh dasar ilmu pengetahuan dan pengalaman di sekolah dan menjalin hubungan yang luas dengan orang lain seperti guru, teman sekelas dan sekitar lingkungan sekolah. Pada usia kelas tinggi anak sudah memiliki cara berfikir yang sangat realistis dan rasa ingin tauyang besar dan ingin belajar hal-hal yang baru ( Sumantri & Nana Syaodih 2006). Berdasarkan penelitian didapatkan film animasi mampu memberikan peningkatan pengetahuan lebih tinggi kepada responden yang berusia 9 tahun dalam meningkatkan pengetahuan dan sikap menjaga kesehatan gigi sehingga kedepannya dapat dimanfatkan sebagai media promosi. karena media massa memiliki pengaruh yang sangat besar dalam

68 The Indonesian Journal of Public Health, Vol 14, No 1 Juli 2019:60-68 Green. 2011. Lawrence W. Health Kesehatan Kementerian RI tahun Promotion Planning An Educational 2013. and Enviromental Approach. Sandya, I.W. 2018. Perbedaan Efektivitas Mayfield Publishing Company. Film Animasi Dan Film Cerita London : Mountain View - Toronto Terhadap Peningkatan Pengetahuan, Hamdalah, A. 2011. Perbedaan Efektifitas Keyakinan, Sikap Dan Niat Anak Metode Cerama Dengan Media Tentang Menjaga Kesehatan Gigi Di Cerita Bergambar Dan Ceramah Sekolah Dasar Negeri 03 Kepanjen Dengan Media Permaian Ular Kab. Malang. Skripsi. Universitas Tangga Dalam Meningkatkan Airlangga: Surabaya Pengetahuan, Sikap dan Niat Praktik Saputra, F.A. 2016. Efektifitas Video Kesehatan Gigi Dan Mulut. Terhadap Peningkatan Pengetahuan Skripsi.Universitas Jember. Dan Perubahan Sikap Dalam Kemenkes RI. Profil Kesehatan Indonesis Penyuluhan Perikanan Budidaya. tahun 2007. Jakarta : Kemenkes RI: Skripsi. Fakultas Ekologi Manusia 2008. Institut Pertanian Bogor. Malik. 2008. Hasil Penelitian Fakultas Sugiyono. 2007. Metode penelitian Kedokteran Gigi. Jurnal. Universitas Kuantitatif, kualitatif, dan R&D. Indonesia. Bandung:Alfabeta. Mubarak, Wahit Iqbal, dkk. 2007. Promosi Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Kesehatan Sebuah Pengantar Proses Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Belajar Mangajar dalam Kualitatif, dan R&D. Bandung: Pendidikan. Yogyakarta: Graha Alfabeta. Ilmu. Sumantri, M &permana, J (2006), Notoatmodjo, S. 2007. Promosi Kesehatan Perkembangan Peserta Didik, dan Ilmu Perilaku. Jakarta : Rineka Bandung: Universitas Terbuka. Cipta. Widhyaningrum, M. 2012. Keefektifan Notoatmodjo. 2010. Metodelogi Penelitian Penyuluhan Kesehatan Kesehatan. Jakarta : PT. Rineka Menggunakan Media Film Animasi Cipta. Dalam Meningkatkan Pengetahuan Notoatmodjo. 2012. Promosi kesehatan dan Siswa Tentang Penyakit Demam perilaku kesehatan. Jakarta : Rineka Berdarah Pada Siswsa SD Kalisapu Cipta 01 dan 02: Under Graduates thesis, Nursalam. 2010. Konsep Dan Penerapan Universitas Negeri Semarang Metedologi Penelitian Ilmu Wong, L. Donna. 2009. Buku Ajar keperawatan. Jakarta: Salemba Keperawatan pediatrik Vol 1. Edisi medika 6. Jakarta : ECG Pratiwi, D. 2007. Gigi Sehat. Jakarta: PT. Worotitjan, I., Mintjelungan, C. N., & Kompas Media Nusantara Gunawan, P. 2013. Pengalaman Profil kesehatan Provinsi jawa timur tahun Karies Gigi Serta Pola Makan dan 2013. Jawa timur. Dinkes Jatim: Minum Pada Anak Sekolah Dasar Di 2014 Desa Kiawa Kecamatan Putera. P. A. 2013. Pengaruh Tayangan Film Kawangkoan Utara. Kartun “Crayon Shinchan” Terhadap Perilaku Anak Dengan Orang Tua Pada Sekolah Dasar Yayasan Wisma Semen Gresik. Jurnal. Universitas Airlangga. Surabaya. Riset Kesehatan Dasar(Riskesdas). (2013). Badan Penelitian dan Pengembangan

HUBUNGAN SUHU DAN KELEMBAPAN DENGAN TINGKAT DEHIDRASI PADA PEKERJA PENGASAPAN IKAN THE CORRELATION BETWEEN TEMPERATURE AND HUMIDITY AND DEHYDRATION IN FISH-TASTING WORKERS Nensi Kristin Ningsih Departemen Kesehatan Lingkungan Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Airlangga, Surabaya, Indonesia Alamat korespondensi: Nensi Kristin Ningsih E-mail: [email protected] ABSTRACT Dehydration is a condition when body loses or lacks liquid or water. Dehydration can occur due to an internal factor such as person’s characteristics, and external factors such as the physical condition of environment, and environmental sanitation. An example of a person having the risk of dehydration is smoked fish workers because they are exposed to heat form burning dry coconut shells. The purpose of this study was to discover the correlation between worker characteristics, the physical condition of environment as well as environmental sanitation, and dehydration level. This study used cross sectional design with 19 respondents, and samples were taken using simple random sampling technique. The study took place at RW 02 Kelurahan Kenjeran, Kecamatan Bulak, Surabaya starting from February 2018 until finished. Data were analyzed using cross tabulation, and statistic tests which were chi square and Kolmogorov smirnov with 95% confidence level. Data were collected by measurement, interview, observation, and examination. The results showed that there was correlation between the physical condition of environment which included temperature (p=0,003<0,05) and humidity (p=0,001<0,05). The conclusion of this study was that the physical condition of environment including temperature and humidity had an important role to the dehydration level of the smoked fish workers. Keywords: characteristic of workers, the physical condition of environment, environmental sanitation, dehydration level ABSTRAK Dehidrasi adalah kondisi tubuh kehilangan atau kekurangan cairan atau air. Dehidrasi dapat terjadi karena faktor internal yaitu karakteristik seseorang, dan faktor eksternal yaitu kondisi fisik lingkungan dan sanitasi lingkungan. Seseorang yang berisiko terhadap kejadian dehidrasi adalah pekerja pengasapan ikan, karena terpapar panas dari pembakaran batok kelapa kering. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan karakteristik pekerja, kondisi fisik lingkungan, dan sanitasi lingkungan dengan tingkat dehidrasi. Penelitian ini menggunakan rancangan cross sectional dengan jumlah sampel sebanyak 19 respoden yang diambil menggunakan teknik simple random sampling. Lokasi penelitian berada di RW 02 Kelurahan Kenjeran Kecamatan Bulak Surabaya mulai bulan Februari sampai selesai 2018. Data dianalisa menggunakan tabulasi silang, dan uji statistik chi-square, serta kolmogorov smirnov dengan tingkat kepercayaan 95%. Data dikumpulkan dengan cara pengukuran, wawancara, observasi, dan pemeriksaan. Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan kondisi fisik lingkungan yang meliputi suhu (p=0,003<0,05) dan kelembapan (p=0,001<0,05) dengan tingkat dehidrasi. Kesimpulan dari penelitian ini adalah bahwa kondisi fisik lingkungan yang meliputi suhu dan kelembapan memiliki peran penting terhadap tingkat dehidrasi pekerja pengasapan ikan. Kata kunci: karakteristik pekerja, kondisi fisik lingkungan, sanitasi lingkungan, tingkat dehidrasi PENDAHULUAN Industri di Indonesia tidak semua merupakan industri besar, melainkan ada Data dari Badan Pusat Statistik juga yang skala kecil atau biasa disebut tahun 2014 menunjukkan bahwa Indonesia Industri Kecil dan Rumah Tangga (IKRT). mengalami pertumbuhan ekonomi sebesar 5,02% (Wicaksono, 2015). Pertumbuhan Kota-kota besar di Indonesia seperti ekonomi tersebut tertinggi disumbang dari Surabaya sebagai ibukota Provinsi Jawa sektor industri yaitu sebesar 4,63% dan Timur merupakan Kota yang mengarah sektor perdagangan di urutan kedua. pada industri, perdagangan, dan jasa, yang salah satu potensinya adalah di sektor ©2019 IJPH. License doi: 10.20473/ijph.vl14il.2019.69-79 Received 8 May 2018, received in revised form 20 February 2019, Accepted 21 February 2019 , Published online: July 2019

70 The Indonesian Journal of Public Health, Vol 14, No 1 Juli 2019:69-79 industri perikanan. Kota Surabaya menjadi kesehatan, seperti dehidrasi. Hal serupa tempat transit ikan basah dari berbagai juga disebutkan dalam hasil penelitian Sari daerah di Jawa Timur untuk menjadi Nindi et al. (2014), bahwa iklim kerja panas pasokan dan pemenuhan kebutuhan berpengaruh terhadap dehidrasi dan masyarakat akan ikan segar. Di Surabaya, kelelahan. Pekerja yang terpapar panas di sektor perikanan terpusat di daerah pesisir tempat kerja menunjukkan gejala antara Kenjeran. Daerah pesisir Kenjeran lain dehidrasi, kelelahan, dan sakit kepala. Surabaya merupakan daerah yang mayoritas penduduknya bermata Home industry pengasapan ikan di pencaharian sebagai nelayan dan pedagang daerah pesisir Kenjeran berpusat di RW 02 olahan ikan segar. Olahan ikan segar yang Kelurahan Kenjeran Kecamatan Bulak. diolah oleh masyarakat daerah pesisir Penduduk di RW tersebut membuat dan Kenjeran meliputi kerupuk ikan, ikan menjual ikan asap hasil olahannya di Jalan kering, dan ikan asap. Namun, dari Raya Kejawan Lor. Dari pengamatan awal observasi awal yang dilakukan peneliti, yang dilakukan peneliti pada lima home olahan ikan segar yang paling diminati oleh industry pengasapan ikan RW 02 Kelurahan pembeli adalah ikan asap. Hal tersebut Kenjeran, proses pengasapan ikan dimulai terlihat dari penjualannya yang paling cepat dari mendapatkan ikan segar, menyiapkan dari olahan ikan segar lainnya. batok kelapa kering, membersihkan organ ikan, memotong ikan, mencuci ikan, Produksi ikan asap oleh masyarakat menusuk ikan dengan lidi, menyiapkan di daerah Kenjeran merupakan industri tempat mengasap ikan, mengasap ikan, skala kecil dan rumah tangga (home mendinginkan ikan asap, membersihkan industry), yang umumnya dikelola tempat pengasapan, dan memasarkan ikan perorangan, sehingga aturan-aturan yang asap. Dari serangkaian proses tersebut, berhubungan dengan kesehatan perorangan pekerja pengasapan ikan berisiko terhadap dan sanitasi lingkungan seringkali paparan panas dari tungku pengasapan ikan diabaikan (Dewi & Eko, 2017). Dalam yang berbahan bakar batok kelapa kering. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 70 Kondisi panas di lingkungan kerja Tahun 2016 tentang Standar dan memberikan risiko pada tingkat dehidrasi Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja pekerja (Penggalih et al., 2014). Industri telah dijelaskan bahwa setiap Lingkungan panas memicu keluarnya industri termasuk home industry wajib keringat berlebih, dan akhirnya membuat memenuhi standar kesehatan lingkungan tubuh menjadi kekurangan cairan. kerja agar tidak menimbulkan dampak Berdasarkan masalah tersebut, maka negatif bagi pekerjanya. dilakukan penelitian ini dengan tujuan untuk mengetahui hubungan karakteristik Pekerja pengasapan ikan di pekerja, kondisi fisik lingkungan, sanitasi Bandarharjo Semarang pernah mengalami lingkungan, dan pola konsumsi dengan penyakit akibat kerja akibat suhu yang tingkat dehidrasi. panas, faktor lingkungan kerja, dan tidak adanya alat pelindung diri. Hasil penelitian METODE PENELITIAN lainnya dari Sylvia (2013) di Kelurahan Ketapang Kecamatan Kendal tentang Jenis penelitian ini adalah keluhan subjektif yang dialami pekerja observasional dengan rancang penelitian pengasapan ikan, salah satunya adalah analitik. Berdasarkan waktunya, penelitian keluarnya keringat berlebih saat bekerja, ini merupakan penelitian cross sectional. dan hal tersebut 100% terjadi pada pekerja. Penelitian ini dilakukan di RW 02 Keluarnya cairan tubuh berlebih tanpa Kelurahan Kenjeran Kecamatan Bulak diimbangi dengan konsumsi cairan yang Surabaya dari minggu terakhir bulan cukup dapat memicu kurangnya cairan tubuh, dan pada akhirnya terjadi gangguan

Nensi Kristin Ningsih, Suhu Dan Kelembapan Berhubungan... 71 Februari sampai minggu pertama bulan Wawancara ini dilakukan oleh peneliti. Teknik pengumpulan data berikutnya Maret 2018. adalah observasi untuk variabel sanitasi lingkungan dan variabel tingkat dehidrasi Populasi dalam penelitian ini yaitu warna urin pekerja. Urin pekerja ditampung dalam gelas bening yang berjumlah 21 orang, yang semuanya disediakan oleh peneliti, kemudian gelas berisi urin pekerja tersebut diberikan bekerja sebagai pengasap ikan. Besar kepada peneliti untuk dicocokkan dengan strip warna urin untuk mengetahui tingkat sampel ditentukan dengan rumus Lemme dehidrasi yang dialami pekerja pengasapan ikan di RW 02 Kelurahan Kenjeran. Show, dan diambil dengan cara simple Observasi pada warna urin pekerja dilakukan sebelum dan sesudah bekerja. random sampling. Setelah dilakukan Teknik pengumpulan data yang sampling, jumlah responden menjadi 19 terakhir adalah pemeriksaan dehidrasi yang dilakukan oleh perawat. Tujuan dari orang. Variabel independen dalam dilakukan pemeriksaan dehidrasi adalah untuk memperkuat diagnosis tingkat penelitian ini meliputi karaktersitik pekerja, dehidrasi pekerja. Kriteria yang diperiksa meliputi keadaan umum, mata, dan turgor kondisi fisik lingkungan, sanitasi (Leksana, 2015). Data mulai diambil pada pukul 10.00 WIB, karena rata-rata pekerja lingkungan, dan pola konsumsi. Pada pengasapan ikan di RW 02 Kelurahan Kenjeran mulai mengasap pukul 08.00 atau variabel karakteristik pekerja, yang diteliti 09.00 WIB. Data-data tersebut kemudian dianalisis secara bertahap, yaitu analisa meliputi umur, jenis kelamin, masa kerja, univariat dan bivariat menggunakan uji statistik yang meliputi chi-square, dan status gizi. Variabel kondisi fisik kolmogorov smirnov, dan crosstab dengan derajat kepercayaan 95% (α = 0,05) (Kaji lingkungan meliputi suhu dan kelembapan. Etik Nomor 21-KEPK). Variabel sanitasi lingkungan antara lain HASIL kondisi atap, kondisi langit-langit, ventilasi, Berdasarkan penelitian pada 19 responden dan 19 home industry dan sarana pembuangan asap. Variabel pengasapan ikan RW 02 Kelurahan Kenjeran Kecamatan Bulak Surabaya, independen terakhir adalah pola konsumsi dilakukan analisis univariat dan bivariat dari variabel karakteristik pekerja, kondisi yang meliputi konsumsi cairan dan fisik lingkungan, sanitasi lingkungan, pola konsumsi, dan tingkat dehidrasi, yaitu konsumsi obat-obatan. Sedangkan untuk sebagai berikut. variabel dependennya adalah tingkat Hasil penelitian dari variabel karakteristik pekerja home industry dehidrasi. pengasapan ikan RW 02 Kelurahan Kenjeran diketahui paling banyak berumur Data dikumpulkan dengan cara, lebih dari sama dengan 48 tahun, dan jenis kelamin terbanyak adalah perempuan. Masa pengukuran menggunakan alat kerja sebagai pengasap ikan paling banyak thermohygrometer untuk kondisi fisik lingkungan (suhu dan kelembapan) yang dilakukan oleh laboran dari Laboratorium Kesehatan Lingkungan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga Surabaya. Pengukuran juga dilakukan pada variabel status gizi pekerja, dengan menghitung BMI (Body Mass Index). BMI pekerja diketahui dengan membagi berat badan dalam satuan kilogram dengan tinggi badan dalam satuan meter persegi. Pengukuran tinggi badan dilakukan dengan menggunakan meteran dan berat badan menggunakan timbangan berat badan, pengukuran BMI ini dilakukan oleh peneliti. Teknik pengumpulan data selanjutnya adalah wawancara untuk variabel karakteristik pekerja yang meliputi umur, jenis kelamin, dan masa kerja. Teknik wawancara juga dilakukan untuk variabel pola konsumsi yang meliputi konsumsi cairan dan konsumsi obat-obatan.

72 The Indonesian Journal of Public Health, Vol 14, No 1 Juli 2019:69-79 lebih dari sama dengan 6 tahun, serta kebanyakan pekerja memiliki kategori BMI normal. Tabel 1. Distribusi Karakteristik Pekerja Home Industry Pengasapan Ikan di RW 02 Variabel n % Umur 15-25 tahun 1 5,3 26-36 tahun 5 26,3 37-47 tahun 6 31,6 ≥48 tahun 7 36,8 Jenis Kelamin Laki-laki 5 26,3 Perempuan 14 73,7 Masa Kerja 0-1 tahun 3 15,8 2-3 tahun 1 5,3 4-5 tahun 1 5,3 ≥6 tahun 14 73,7 Status Gizi Underweight 2 10,5 Normal 10 52,6 At Risk 5 26,3 Obese I 2 10,5 Tabel 2 Distribusi Kondisi Fisik Tabel 3 Distribusi Sanitasi Lingkungan Lingkungan Home Industry Pengasapan Ikan di RW 02 Home Industry Pengasapan Ikan di RW 02 Variabel n% Variabel n % Kondisi Atap Suhu 6 31,6 Memenuhi 0 0 Memenuhi 13 68,4 Tidak Tidak 19 100 memenuhi 8 42,1 Kelembapan 11 57,9 memenuhi Memenuhi Tidak Kondisi Langit-langit memenuhi Memenuhi 0 0 Tidak 19 100 memenuhi Ventilasi Memenuhi 10 52,6 Tidak 9 47,4 Hasil penelitian selanjutnya terkait memenuhi variabel sanitasi lingkungan, yang meliputi kondisi atap kondisi langit-langit, dan Sarana Pembuangan ventilasi kebanyakan tidak memenuhi indikator penilaian. Sedangkan untuk Asap sarana pembuangan asap semuanya telah memenuhi indikator penilaian. Hasil Memenuhi 19 100 penelitian variabel kondisi fisik lingkungan yang meliputi suhu dan kelembapan, Tidak 0 0 menunjukkan kebanyakan home industry tidak memenuhi baku mutu. memenuhi Hasil penelitian terkait variabel pola konsumsi responden yang meliputi konsumsi cairan dan konsumsi obat-obatan menunjukkan paling banyak responden memiliki tingkat konsumsi cairan kurang, dan lebih dari 50% responden tidak mengkonsumsi obat-obatan.

Nensi Kristin Ningsih, Suhu Dan Kelembapan Berhubungan... 73 Tabel 4. Distribusi Pola Konsumsi Pekerja responden (84,2%) home industry pengasapan ikan di RW 02 Kelurahan Home Industry Pengasapan Ikan di Kenjeran mempunyai kondisi turgor yang kurang. RW 02 Dari hasil warna urin sebelum dan sesudah bekerja, serta hasil diagnosis dehidrasi yang Variabel n% meliputi keadaan umum, kondisi mata, dan kondisi turgor, kemudian disimpulkan Konsumsi Cairan tingkat dehidrasi pekerja, sebanyak 13 responden (68,4%) yang bekerja di home Kurang 17 89,5 industry pengasapan ikan RW 02 Kelurahan Kenjeran mengalami dehidrasi sedang. Cukup 2 10,5 ANALISIS BIVARIAT Konsumsi Obat- Hubungan Karakteristik Pekerja obatan dengan Tingkat Dehidrasi Ya 4 21,1 Karakteristik pekerja yang diteliti dalam penelitian ini meliputi umur, jenis Tidak 15 78,9 kelamin, masa kerja, dan status gizi. Hasil uji statistik kolmogorov smirnov umur Tabel 5. Distribusi Tingkat Dehidrasi dengan tingkat dehidrasi menunjukkan nilai p=0,927>0,05 yang artinya tidak ada Berdasarkan Warna Urin hubungan umur responden dengan tingkat dehidrasi. Uji statistik chi-square hubungan Pekerja Home Industry jenis kelamin dengan tingkat dehidrasi mempunyai nilai p=1,000>0,05, artinya Pengasapan Ikan di RW 02 tidak ada hubungan jenis kelamin responden dengan tingkat dehidrasi. Masa Variabel n% kerja dengan tingkat dehidrasi menggunakan uji kolmogorov smirnov, Warna Urin Sebelum dengan nilai p=0,950>0,05 yang berarti tidak ada hubungan masa kerja dengan Bekerja tingkat dehidrasi. Uji kolmogorov smirnov juga dilakukan untuk menguji hubungan Tidak 0 0 antara status gizi dengan tingkat dehidrasi, yang hasilnya nilai p=0,990>0,05, yang dehidrasi artinya tidak ada hubungan status gizi dengan tingkat dehidrasi. Dehidrasi 5 26,3 Hubungan Kondisi Fisik Lingkungan ringan dengan Tingkat Dehidrasi Dehidrasi 6 31,6 Dalam kondisi fisik lingkungan terdapat dua variabel yang diteliti yaitu sedang suhu dan kelembapan. Uji statistik chi- square suhu dengan tingkat dehidrasi Dehidrasi 8 42,1 menunjukkan nilai p=0,003<0,05, artinya ada hubungan suhu dengan tingkat berat dehidrasi. Nilai koefisien kontingensi suhu Warna Urin Sesudah Bekerja Tidak 2 10,5 dehidrasi Dehidrasi 6 31,6 ringan Dehidrasi 4 21,1 sedang Dehidrasi 7 36,8 berat Hasil penelitian selanjutnya adalah dari variabel tingkat dehidrasi pekerja pengasapan ikan yang dilakukan dengan melihat warna urin sebelum dan sesudah bekerja, serta melakukan diagnosis dehidrasi yang meliputi keadaan umum, mata, dan turgor. Hasil penelitian terhadap warna urin pekerja adalah sebagai berikut. Diagnosis dehidrasi dengan melihat tiga kondisi yaitu keadaan umum, mata, dan turgor. Keadaan umum pekerja home industry pengasapan ikan sebanyak 13 responden (68,4%) adalah lesu/haus. Kondisi mata pekerja pengasapan ikan sebanyak 16 responden (84,2%) adalah cekung. Kondisi turgor sebanyak 16

74 The Indonesian Journal of Public Health, Vol 14, No 1 Juli 2019:69-79 dengan tingkat dehidrasi sebesar 0,603, dengan tingkat dehidrasi menunjukkan nilai yang artinya hubungan antara suhu dengan p=1,000>0,05 yang artinya tidak ada tingkat dehidrasi adalah kuat. Uji chi- hubungan antara penggunaan obat-obatan square kelembapan dengan tingkat dengan tingkat dehidrasi. dehidrasi mempunyai nilai p=0,001<0,05 artinya ada hubungan antara kelembapan PEMBAHASAN dengan tingkat dehidrasi. Nilai koefisien kontingensi kelembapan dengan tingkat Pengasapan ikan didahului dengan dehidrasi adalah 0,623, yang artinya membakar batok kelapa kering hingga memiliki hubungan yang kuat. Suhu dan menghasilkan asap. Setelah itu, besi kelembapan mempunyai arah hubungan dipasang dan ikan dijajar di atasnya. positif yang artinya semakin baik kondisi Pekerja pengasapan ikan dapat mengasap fisik lingkungan, maka semakin baik sebanyak 50 sampai 100 kilogram ikan per tingkat dehidrasi pekerja. hari, serta dapat mengasap hingga lebih dari 5 jam sehari. Pekerja pengasapan ikan Hubungan Sanitasi Lingkungan dengan memiliki risiko terhadap paparan panas dari Tingkat Dehidrasi pembakaran batok kelapa kering. Kegiatan membakar batok kelapa kering tersebut Dalam penelitian ini, variabel yang memicu peningkatan suhu dan kelembapan diteliti terkait sanitasi lingkungan antara dalam home industry. lain kondisi atap, kondisi langit-langit, ventilasi, dan sarana pembuangan asap. Hasil penelitian tingkat dehidrasi Hasil tabulasi silang antara kondisi atap pada 19 pekerja pengasapan ikan di RW 02 dengan tingkat dehidrasi menunjukkan Kelurahan Kenjeran, didapatkan hasil sebanyak 13 responden (68,4%) mengalami sebanyak 13 responden (68,4%) mengalami dehidrasi sedang pada kondisi atap 100% dehidrasi sedang. Dehidrasi adalah kondisi tidak memenuhi indikator penilaian. Hal hilangnya cairan atau air secara berlebihan serupa juga terjadi pada tabulasi silang (Sari, 2017). Tingkat dehidrasi pekerja antara langit-langit dengan tingkat pengasapan ikan di RW 02 Kelurahan dehidrasi. Nilai p pada uji chi-square Kenjeran diperoleh dari pengamatan warna ventilasi dengan tingkat dehidrasi adalah urin sebelum dan sesudah bekerja, dan 0,350>0,05 artinya tidak ada hubungan pemeriksaan oleh petugas kesehatan untuk ventilasi dengan tingkat dehidrasi. Pada diagnosis dehidrasi dengan tujuan sarana pembuangan asap juga dilakukan memerkuat hasil tentang tingkat dehidrasi. tabulasi silang dengan tingkat dehidrasi, dan diketahui bahwa sebanyak 13 Hubungan Umur dengan Tingkat responden (68,4%) mengalami dehidrasi Dehidrasi sedang pada kondisi sarana pembuangan asap 100% memenuhi indikator penilaian. Berdasarkan hasil uji kolmogorov smirnov mengenai hubungan umur dengan Hubungan Pola Konsumsi dengan tingkat dehidrasi, menunjukkan tidak ada Tingkat Dehidrasi hubungan. Menurut Ratih dan Fillah (2017), paparan suhu di lingkungan kerja Variabel pola konsumsi meliputi berisiko menimbulkan gangguan kesehatan konsumsi cairan dan konsumsi obat-obatan. dari keluarnya banyak keringat yaitu Hasil tabulasi silang antara konsumsi cairan dehidrasi. Semakin bertambahnya umur, dengan tingkat dehidrasi menunjukkan ada maka semakin melemahnya kemampuan 12 responden (63,2%) memiliki tingkat tubuh untuk melakukan aktivitas atau konsumsi cairan yang kurang dan pekerjaan. Kondisi melemahnya mengalami dehidrasi sedang. Sedangkan kemampuan tubuh tersebut disebut untuk uji chi-square konsumsi obat-obatan kelelahan. Kelelahan dipengaruhi oleh faktor eksternal yaitu suhu dan kelembapan.

Nensi Kristin Ningsih, Suhu Dan Kelembapan Berhubungan... 75 Suhu dan kelembapan dapat Hubungan Masa Kerja dengan Tingkat dipengaruhi oleh sanitasi lingkungan kerja. Dehidrasi Hasil penelitian menunjukkan ventilasi home industry pengasapan ikan di RW 02 Berdasarkan uji statistik Kelurahan Kenjeran sebanyak 10 home kolmogorov smirnov diketahui bahwa tidak industry (52,6%) telah memenuhi indikator ada hubungan antara masa kerja dengan penilaian. Selain itu, 19 home industry tingkat dehidrasi. Husaini et al. (2017) (100%) sudah mempunyai sarana berpendapat bahwa masa kerja bukan pembuangan asap. Oleh sebab itu, kondisi merupakan suatu jaminan bagi seorang home industry menjadi tidak panas dan pekerja untuk terhindar dari gangguan pengap. Jumlah pekerja pengasapan ikan di kesehatan atau penyakit. Ada hal lainnya RW 02 Kelurahan Kenjeran yang masuk yang memengaruhi yaitu perilaku kategori usia lanjut adalah 7 responden mengabaikan kondisi tidak aman dan (36,8%), dan sisanya sebanyak 12 paparan lingkungan fisik yang berlangsung responden (63,2%) merupakan usia muda. dalam waktu yang lama. Sehingga kemampuan tubuh dalam merespon panas dari lingkungan fisiknya Suhu sebagai salah satu paparan masih baik. Menurut Kenny et al. (2015), lingkungan fisik di home industry umur merupakan faktor yang memengaruhi pengasapan ikan RW 02 Kelurahan regulasi suhu tubuh ketika terpapar panas Kenjeran, namun telah diimbangi dengan dari lingkungan, bukan yang memengaruhi ventilasi dan sarana pembuangan asap yang tingkat dehidrasi langsung. lebih banyak telah memenuhi indikator penilaian. Sehingga kondisi home industry Hubungan Jenis Kelamin dengan pengasapan ikan menjadi tidak terlalu panas Tingkat Dehidrasi dan pengab. Selain itu, manusia mempunyai kemampuan untuk beradaptasi pada suhu Hasil uji chi-square menunjukkan lingkungannya yang panas atau dingin tidak ada hubungan antara jenis kelamin paling cepat dua minggu dengan paparan dengan tingkat dehidrasi. Penelitian Ulfah kurang dari satu hari (Sari, 2017). Hal-hal dan Dyah (2012) menunjukkan angka tersebut yang bisa jadi menyebabkan tidak kesakitan yang tinggi, banyak dialami oleh ada hubungan antara masa kerja dengan pekerja di tempat industri. Pekerja tingkat dehidrasi. peremupan lebih mudah mengalami kelalahan daripada pekerja laki-laki (Ulfah Hubungan Status Gizi dengan Tingkat dan Dyah, 2012). Namun, jenis kelamin Dehidrasi bukan merupakan faktor utama yang memengaruhi heat related disorders, ada Hasil uji hubungan menggunakan faktor lain yaitu konsumsi zat gizi yang kolmogorov smirnov menunjukkan tidak cukup. ada hubungan antara status gizi dengan tingkat dehidrasi. Hasil pengukuran BMI Sama halnya dengan umur, jenis (Body Mass Index) pada 19 pekerja kelamin menjadi faktor yang memengaruhi pengasapan ikan menunjukkan ada 10 regulasi panas tubuh ketika terpapar panas responden (52,6%) memiliki BMI normal. dari lingkungan, bukan yang memengaruhi Sari (2017) berpendapat bahwa seseorang dehidrasi. Dengan demikian, tidak adanya yang mempunyai berat badan lebih, hubungan antara jenis kelamin dengan berisiko untuk terjadi isolasi panas di dalam tingkat dehidrasi, karena konsumsi zat gizi tubuhnya. Sedangkan untuk seseorang yang pekerja home industry pengasapan ikan di berat badan kurang, berisiko untuk RW 02 Kelurahan Kenjeran Kecamatan merespon panas secara berlebihan dalam Bulak sudah cukup. tubunya. Namun, pekerja yang kategori BMI tidak normal telah memiliki perilaku baik yaitu menyediakan air minum

76 The Indonesian Journal of Public Health, Vol 14, No 1 Juli 2019:69-79 untuknya sendiri di tempat kerja. Dengan juga menunjukkan ada hubungan iklim demikian, kategori BMI yang lebih dari kerja panas dengan dehidrasi. Suhu 50% responden adalah normal dan perilaku lingkungan merupakan bagian dari iklim menyediakan air minum di tempat kerja, kerja. Koefisien kontingensi suhu dengan menjadi faktor yang menyebabkan tidak tingkat dehidrasi sebesar 0,603 yang artinya ada hubungan status gizi dengan tingkat hubungan antara suhu dengan tingkat dehidrasi. dehidrasi adalah kuat. Selain itu, arah korelasi keduanya adalah positif, artinya Hubungan Penggunaan Obat-Obatan semakin baik suhu lingkungan kerja, maka dengan Tingkat Dehidrasi semakin baik tingkat dehidrasinya. Dengan demikian, suhu mempunyai peran penting Hasil uji statistik menggunakan chi- terhadap tingkat dehidrasi seorang pekerja. square menunjukkan tidak ada hubungan Hubungan Kelembapan dengan Tingkat Dehidrasi antara penggunaan obat-obatan dengan Berdasarkan hasil uji chi-square, tingkat dehidrasi. Sari (2017) berpendapat ada hubungan antara kelembapan dengan tingkat dehidrasi. Sama seperti suhu, bahwa penggunaan obat-obatan kelembapan merupakan faktor eksternal yang memengaruhi kenyamanan termal memengaruhi warna urin. Penggunaan dalam rumah (Raharja et al., 2016). Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Sari obat-obatan oleh pekerja pengasapan ikan Nika (2017) yang menunjukkan ada hubungan antara iklim kerja dengan menjadi faktor pengganggu dalam dehidrasi. Kelembapan merupakan bagian dari iklim kerja. Korelasi antara menentukan tingkat dehidrasinya. Tingkat kelembapan dengan tingkat dehidrasi adalah kuat, yang ditunjukkan dari nilai dehidrasi yang diketahui dari pengamatan koefisien kontingensinya sebasar 0,623. Arah korelasi yang positif menunjukkan warna urin, dapat menjadi baik atau buruk. semakin baik kelembapam, maka semakin baik tingkat dehidrasi seseorang. Dengan Warna urin dapat berubah menjadi pekat demikian, kelembapan mempunyai peran yang penting terhadap tingkat dehidrasi yang berarti dehidrasi sedang atau dehidrasi pekerja pengasapan ikan. berat, atau warna urin menjadi bening yang Hubungan Kondisi Atap dengan Tingkat Dehidrasi artinya dehidrasi ringan atau tidak Hasil penelitian menunjukkan 19 dehidrasi. Semua itu karena penggunaan home industry (100%) pengasapan ikan di RW 02 Kelurahan Kenjeran tidak obat-obatan. memenuhi indikator penilaian, serta dari hasil tabulasi silang dengan tingkat Namun dari hal tersebut dapat dehidrasi, terdapat 13 responden (68,4%) mengalami dehidrasi sedang. Berdasarkan diketahui bahwa, penggunaan obat tidak hasil penelitian dari Misbach et al. (2016) material atap dapat meningkatkan berhubungan langsung dengan tingkat kenyamanan termal dalam rumah. Dari hasil pengamatan, material atap home dehidrasi pekerja, melainkan memengaruhi warna urin. Oleh karena itu, dilakukan diagnosis adalah untuk memerkuat tingkat dehidrasi pekerja, agar hal-hal yang menjadi faktor pengganggu seperti penggunaan obat-obatan ini dapat diminimalkan. Hubungan Suhu dengan Tingkat Dehidrasi Hasil uji chi-square antara suhu dengan tingkat dehidrasi menunjukkan ada hubungan. Suhu yang agak panas dapat mengganggu kenyamanan pekerja saat bekerja (Sayuti dan Bedi, 2017). Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Huda (2014) bahwa ada hubungan antara iklim kerja dengan status hidrasi pekerja area process plant. Penelitian Sari (2017)

Nensi Kristin Ningsih, Suhu Dan Kelembapan Berhubungan... 77 industry pengasapan ikan di RW 02 Hubungan Ventilasi dengan Tingkat semuanya adalah asbes. Mangunwijaya Dehidrasi (1994) mengatakan, material atap dari asbes cenderung untuk memberikan suhu ruang Berdasarkan hasil uji chi-square lebih panas. Hal serupa juga diungkapkan menunjukkan tidak ada hubungan ventilasi Sari (2017) dalam penelitiannya, rumah dengan tingkat dehidrasi. Dari hasil yang beratap asbes meningkatkan suhu observasi, ada 10 home industry (52,6%) lingkungan kerja. Kenaikan suhu dalam yang ventilasinya telah memenuhi indikator ruangan memberikan dampak pada penilaian. Menurut Peraturan Menteri kelelahan (Hidayat, 2016). Kelelahan Kesehatan Nomor 1077 Tahun 2011 ditandai dengan keluarnya keringat tentang Pedoman Penyehatan Udara dalam berlebih, sehingga pekerja pengasapan ikan Ruang Rumah, syarat luas ventilasi adalah berisiko untuk kehilangan cairan atau air lebih dari sama dengan 20% luas lantai. dalam tubuhnya. Hal tesebut lama kelaman Persyaratan tersebut penting untuk menjadi pemicu untuk terjadinya dehidrasi diperhatikan untuk menjamin kesegaran (Sari, 2017). penghuninya. Ventilasi yang memenuhi standar membuat udara dalam rumah Hubungan Kondisi Langit-Langit menjadi bersih dan rumah menjadi tidak dengan Tingkat Dehidrasi pengab. Hasil penelitian tentang kondisi Hasil penelitian Razak et al. (2015), langit-langit menunjukkan hasil yang ventilasi mempunyai hubungan yang homogen yaitu 100% kondisi langit-langit signifikan dengan kenyamanan termal home industry pengasapan ikan di RW 02 dalam rumah. Dengan demikian, dapat Kelurahan Kenjeran tidak memenuhi dikatakan bahwa ventilasi tidak secara indikator penilaian, karena semua home langsung berhubungan dengan tingkat industry tidak memiliki langit-langit. dehidrasi, melainkan lebih ke kenyamanan Setelah dilakukan tabulasi silang antara termal dalam rumah pengasapan ikan. kondisi langit-langit dengan tingkat dehidrasi, didapatkan hasil bahwa sebanyak Hubungan Sarana Pembuangan Asap 13 responden (68,4%) mengalami dehidrasi dengan Tingkat Dehidrasi sedang. Hasil tabulasi silang sarana Langit-langit memiliki fungsi untuk pembuangan asap dengan tingkat dehidrasi menahan panas dari atap. Dari hasil menunjukkan, sebanyak 13 responden observasi, 100% atap home industry (68,4%) mengalami dehidrasi sedang pada pengasapan ikan di RW 02 bermaterial kondisi sarana pembuangan asap yang asbes. Material asbes menurut 100% memenuhi indikator penilaian. Mangunwijaya (1994) cenderung untuk Menurut Wulandari et al. (2016), sarana meningkatkan suhu ruang. Home industry pembuangan asap mempunyai fungsi sama yang tidak memiliki langit-langit berisiko seperti ventilasi yaitu mengatur sirkulasi untuk terjadinya penerusan panas dari atap udara dalam ruang. Sehingga, suhu dan ke dalam rumah pengasapan ikan. Dengan kelembapan dalam home industry menjadi demikian, suhu dan kelembapan dalam tidak tinggi dan tidak pengab. rumah akan meningkat dan berujung pada kelelahan kerja (Wulandari Kartika et al., Suhu dan kelembapan yang 2016). Kelelahan ditandai dengan merupakan bagian dari iklim kerja, keluarnya cairan berlebih dari tubuh, yang berpengaruh pada kelelahan pekerja. kemudian menjadi pemicu terjadinya Kelelahan ditandai dengan keluarnya dehidrasi pada pekerja pengasapan ikan di banyak keringat, hingga berujung pada RW 02. dehidrasi (Sulistya, 2018). Hasil penelitian Sulistya (2018) menunjukkan ada hubungan antara iklim kerja dengan tingkat

78 The Indonesian Journal of Public Health, Vol 14, No 1 Juli 2019:69-79 kelelahan kerja. Walaupun, sarana Tabulasi silang variabel sanitasi pembuangan asap di home industry lingkungan yang meliputi kondisi atap, pengasapan ikan RW 02 Kelurahan kondisi langit-langit, dan sarana Kenjeran telah memenuhi indikator pembuangan asap menunjukkan ada 13 penilaian, namun dehidrasi sedang yang responden (68,4%) mengalami dehidrasi dialami 13 responden (68,4%) tersebut bisa sedang pada kondisi atap dan kondisi jadi dipengaruhi oleh faktor yang lain, langit-langit 100% tidak memenuhi seperti konsumsi cairan pekerja. indikator penilaian, serta ada 13 responden (68,4%) mengalami dehidrasi sedang pada SIMPULAN sarana pembuangan asap yang 100% memenuhi indikator penilaian. Pekerja home industry pengasapan ikan di RW 02 sebanyak 7 responden Saran yang dapat diberikan dari (36,8%) berumur lebih dari sama dengan 48 penelitian ini antara lain, mengatur sirkulasi tahun, dan sebanyak 14 responden (73,7%) udara dalam home industry dengan ventilasi adalah perempuan. Masa kerja sebagai alami atau buatan seperti local exhaust pengasap ikan terbanyak adalah lebih dari ventilation dekat dengan sumber panas, dan sama dengan 6 tahun yaitu ada 14 memberi langit-langit agar panas dari atap responden (73,7%), kategori BMI sebanyak tidak langsung masuk ke dalam rumah atau 10 responden (52,6%) adalah normal, dan mengganti material atap. 15 responden (78,9%) tidak menggunakan obat-obatan. Sebanyak 13 home industry DAFTAR PUSTAKA (68,4%) suhu lingkungan kerjanya tidak memenuhi baku mutu. Kelembapan 11 Dewi, D.M.R. dan Eko, H. 2017. Faktor-faktor home industry (57,8%) tidak memenuhi yang Berhubungan dengan Kapasitas baku mutu. Kondisi atap dan langit-langit Fungsi Paru Pekerja Pengasapan Ikan 19 home industry pengasapan ikan di RW Sektor Informal Kelurahan Bandaharjo 02 Kelurahan Kenjeran 100% tidak Semarang Tahun 2017. Skripsi. memenuhi indikator penilaian. Ventilasi 9 Universitas Dian Nuswantoro. home industry pengasapan ikan (47,4%) di RW 02 Kelurahan Kenjeran, tidak Hidayat, R.A. 2016. Hubungan Konsumsi Air memenuhi indikator penilaian, dan sarana Minum dengan Keluhan Subjektif pembuangan asapnya 100% memenuhi Akibat Tekanan Panas pada Pekerja indikator penilaian. Responden dengan Pandai Besi di Desa Bantaran tingkat dehidrasi sedang dialami oleh 13 Probolinggo. Jurnal Keperawatan responden (68,4%). Muhammadiyah. 1(1):pp1-11. Analisis bivariat menunjukkan ada Huda, D.R.N. 2014. Hubungan Iklim Kerja dan hubungan pada variabel kondisi fisik Intake Cairan Tubuh dengan Status lingkungan yang meliputi suhu dan Hidrasi Pekerja Area Process Plant PT kelembapan dengan tingkat dehidrasi, Antam TBK UBPE Pongkor Bogor. dengan nilai signifikansi, suhu = 0,003 dan Skripsi. Universitas Diponegoro. kelembapan = 0,001. Tidak ada hubungan pada variabel karakteristik pekerja dan Husaini, Ratna, S., dan Maman, S. 2017. Faktor sanitasi lingkungan dengan tingkat Penyebab Penyakit Akibat Kerja pada dehidrasi, nilai signifikansinya antara lain, Pekerja Las. Jurnal MKMI. 13(1): umur = 0,927; jenis kelamin = 1,000; masa pp.73-79. kerja = 0,950; status gizi = 0,990; penggunaan obat-obatan = 1,000; dan Kenny, G.P., Ronald, J.S., dan Ryan, M. 2015. ventilasi = 0,350. Body Temperature Regulation in Diabetes. Journal National Center for Biotechnology Information. 3(1): pp.119-145. [https://doi: 10.1080/23328940.2015.1 131506] Leksana, E. 2015. Strategi Terapi Cairan pada Dehidrasi. Majalah Cermin Dunia Kedokteran (CDK). 42(1):pp.70-73.

Nensi Kristin Ningsih, Suhu Dan Kelembapan Berhubungan... 79 Mangunwijaya Y.B. 1994. Pengantar Fisika Sari, N.A. 2017. Hubungan Konsumsi Cairan, Bangunan. Jakarta: Djambatan. Iklim Kerja, Status Gizi dengan Status Misbach, Y., Agung, M.N., dan Satya, A. 2016. Pengaruh Konfigurasi Atap pada Dehidrasi pada Pekerja Terpapar Panas Rumah Tinggal Minimalis terhadap Kenyamanan Termal Ruang. Jurnal di Divisi General Engineering PT Pal Mahasiswa Jurusan Arsitektur UB. 4(4):pp.1-6. Indonesia (PERSERO). Skripsi. Ningsih, N.K. 2018. Analisis Karakteristik Universitas Airlangga. Pekerja, Kondisi Fisik Lingkungan, dan Sanitasi Lingkungan dengan Tingkat Sayuti, M. dan Bedi, S. 2017. Pengaruh Dehidrasi (Home Industry Pengasapan Ikan RW 02 Kelurahan Kenjeran Lingkungan Kerja terhadap Kualitas Kecamatan Bulak Surabaya). Skripsi. Universitas Airlangga. Produk IKM Kerupuk Udang di Penggalih, M.H.S.T., Zaenal, M.S., Eka, R., Kabupaten Indramayu. Jurnal Industry dan Yuniko, F. 2014. Prevalensi Kasus Dehidrasi pada Mahasiswa. Jurnal Gizi Xplore. 2(1):pp.35-46. Klinik Indonesia. 11(2):pp.72-77. Sulistya, W.G. 2018. Hubungan antara Iklim Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1077 Tahun 2011 tentang Pedoman Kerja dengan Kelelahan Kerja Bagian Penyehatan Udara dalam Ruang Rumah. Teknik di Pabrik Gula Soedhono Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 70 Tahun Ngawi. Skripsi. Universitas 2016 tentang Standar dan Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja Industri. Muhammadiyah Surakarta. Raharja, A.R., Citra, F.N., Rizka, A,M., Derry, Sylvia. 2013. Faktor-faktor yang Berhubungan S., dan Achsien, H. 2016. Orientasi Bangunan dan Penggunaan Material dengan Keluhan Subjektif pada Pekerja Pendukung Kenyamanan Termal pada Ruang dalam Rumah Susun Sewa yang Terpajan Tekanan Panas (Heat Sederhana Cingised. Jurnal Arsitektur Reka Karsa. 4(1):pp.1-12. Stress) di Pengasapan Ikan Industri Ratih, A. dan Fillah, F.D. 2017. Hubungan Rumah Tangga Kelurahan Ketapang Konsumsi Cairan dengan Status Hidrasi Pekerja di Suhu Lingkungan Kecamatan Kendal. Skripsi. Dingin. Journal of Nutrition College. 6(1):pp.76-83. Universitas Dian Nuswantoro. Razak, H., Dedes, N.G., dan Jimmy, S.J. 2015. Ulfah, N. dan Dyah, U.P. 2012. Analisis Kadar Pengaruh Karakteristik Ventilasi dan Lingkungan terhadap Tingkat Hemoglobin (Hb) dalam Darah dan Kenyamanan Termal Ruang Kelas SMPN di Jakarta Selatan. Jurnal Pengaruhnya terhadap Kelelahan Kerja Arsitektur AGORA. 15(2):pp.1-18. pada Pekerja Wanita. Jurnal Sari, M.P. 2017. Iklim Kerja Panas dan Konsumsi Air Minum Saat Kerja Kesmasindo. 5(1):pp.1-11. terhadap Dehidrasi. HIGEIA Journal of Public Health Research and Wicaksono, E.P. 2015. Ini 5 Sektor Development. 1(2):pp.108-118. Penyumbang Terbesar Pertumbuhan Ekonomi RI, (online). Wulandari, I.I., Suhartono, dan Dharminto. 2016. Hubungan Kondisi Lingkungan Fisik Rumah dan Keberadaan Perokok dalam Rumah dengan Kejadian Pneumonia pada Anak Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Balapulang Kabupaten Tegal. Jurnal Kesehatan Masyarakat (e-Journal). 4(5): pp. 27- 34. Wulandari, K., Widjasena, B., dan Ekawati. 2016. Hubungan Beban Kerja Fisik Manual dan Iklim Kerja terhadap Kelelahan Pekerja Konstruksi Bagian Project Renovasi Workshop Mekanik. Jurnal Kesehatan Masyarakat (e- journal). 4(3): pp.425-435.

PENGARUH MUTU LAYANAN TERHADAP KEPUASAN DI POLIKLINIK HAMIL INSTALASI RAWAT JALAN RUMAH SAKIT UMUM HAJI SURABAYA THE EFFECT OF SERVICE QUALITY ON PATIENTS’ SATISFACTION IN THE MATERNITY POLYCLINIC OF OUTPATIENT INSTALLATION OF SURABAYA HAJI PUBLIC HOSPITAL Rezky Intan Rahmaningtyas1, Stefanus Supriyanto1 1Departemen Administrasi Kebijakan dan Kesehatan Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Airlangga, Surabaya, Indonesia Alamat Korespondensi: Rezky Intan Rahmaningtyas Email: [email protected] ABSTRACT The number of patient revisits in maternity polyclinic of Surabaya Haji Public Hospital decreased within the period of 2015 – 2016 as much as 24%. In addition, there were several indicators complained by patients in the maternity polyclinic of Surabaya Haji Public Hospital. The purpose of this study was to analyze the effect of service quality to patients’ satisfaction and loyalty in the maternity polyclinic based on Donabedian Theory. It was an observational analytic study, and sampling was taken by simple random sampling technique which in the end obtained a total of 141 respondents. The results of the study indicated that service quality significantly affected patients’ satisfaction. The mean value <3.00 was an issue that should get attention from the polyclinic including structural components (the parking space which is not large and comfortable enough) as well as process components (waiting duration to get services from physicians). Thus, recommendation given to the polyclinic could be to conduct periodic evaluation of the application of service quality as well as patients’ satisfaction and reschedule physicians’ medical practices. Keywords: patient’s satisfaction, pregnant polyclinic, service quality ABSTRAK Jumlah kunjungan ulang pasien yang terjadi di poliklinik hamil RSU Haji Surabaya mengalamai penurunan pada periode 2015 – 2016 sebesar 24%. Selain itu juga terdapat beberapa indikator yang dikeluhkan oleh pasien. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh mutu layanan terhadap kepuasan pasien di poliklinik hamil RSU Haji Surabaya berdasarkan Teori Donabedian. Penelitian ini merupakan jenis penelitian observasional analitik. Pengambian sampel dilakukan berdasarkan metode simple random sampling sehingga diperoleh 141 responden. Hasil penelitian menunjukkan bahwa mutu layanan berpengaruh secara signifikan terhadap kepuasan. Nilai mean <3,00 merupakan suatu isu yang harus mendapatkan perhatian dari rumah sakit, antara lain komponen struktur (tempat parkir motor atau mobil yang kurang luas dan nyaman) serta komponen proses (waktu tunggu mendapatkan pelayanan dari dokter lama). Rekomendasi yang diberikan adalah melakukan evaluasi secara berkala dan melakukan penjadwalan ulang praktik dokter. Kata kunci: kepuasan pasien, mutu layanan, poliklinik hamil PENDAHULUAN Tumbuhnya rumah sakit swasta beberapa tahun belakangan ini akan memberikan Perkembangan dan peningkatan dampak positif bagi kesehatan penduduk pelayanan jasa kesehatan dari tahun ke Indonesia. Namun bagi pengelola rumah tahun semakin menjadi perhatian sakit, banyaknya rumah sakit sekarang baik masyarakat. Hal ini dapat dilihat dari milik pemerintah maupun swasta akan banyaknya perusahaan jasa di bidang menjadi tantangan yang harus dihadapi kesehatan dan ketatnya persaingan atas dengan bisnis strategi yang tepat. pelayanan kesehatan, harga, dan promosi di banyak perusahaan kesehatan tersebut. Strategi pelayanan prima bahwa Sebagai contoh, persaingan rumah sakit setiap rumah sakit harus melakukan dari waktu ke waktu semakin ketat. pendekatan mutu yang berorientasi pada kepuasan pasien, agar rumah sakit tetap ©2019 IJPH. License doi: 10.20473/ijph.vl14il.2019.80-92 Received 16 January 2018, received in revised form 20 February 2019, Accepted 21 February 2019, Published online: July 2019

Rezky Intan Rahmaningtyas dan Stefanus Supriyanto, Pengaruh Mutu Layanan Terhadap... 81 menjadi pilihan masyarakat di tengah angka kematian ibu. Jumlah kematian yang pertumbuhan industri pelayanan kesehatan banyak tersebut salah satunya disebabkan yang semakin marak dan kuat. Upaya oleh persalinan di rumah. Sekitar 60% rumah sakit untuk tetap bertahan dan persalinan di Indonesia berlangsung di berkembang adalah dengan meningkatkan rumah yang mana sangat minim fasilitas pelayanan kepada pasien secara prima dan dan kualitas alat kesehatan yang kurang. maksimal. Oleh karena itu rumah sakit berupaya untuk mensosialisasikan kepada ibu – ibu di Salah satu rumah sakit umum di Indonesia untuk melakukan persalinan dan Kota Surabaya yang cukup besar dan baik pemeriksaan kehamilan di fasilitas adalah Rumah Sakit Umum Haji Surabaya kesehatan. Namun pada kenyataannya yang terletak di wilayah Surabaya timur. terjadi penurunan angka kunjungan di Salah satu misi Rumah Sakit Umum Haji poliklinik hamil. Hal ini juga didukung oleh Surabaya adalah memberikan pelayanan studi pendahuluan dengan cara indepth kesehatan, pendidikan, dan penelitian yang interview kepada pasien dan dapat berkualitas menuju standart internasional disimulkan beberapa hal yang dapat dengan sasaran strategis yaitu menyebabkan penurunan kunjungan di meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan poliklinik hamil, antara lain (1) perawat dan keselamatan pasien serta kepuasan yang kurang menjelaskan secara rinci pelanggan (pasien) rumah sakit. informasi kepada pasien, (2) waktu tunggu Berdasarkan data sekunder yang diperoleh untuk mendapatkan pelayanan dari dokter dari Rumah Sakit Umum Haji Surabaya lebih dari 30 menit, (3) pasien mengeluhkan tahun 2016 diperoleh data kunjungan pasien fasilitas penunjang lift. Penelitian ini instalasi rawat jalan. bertujuan untuk mengetahui beberapa penyebab penurunan jumlah kunjungan di Kunjungan pasien pada setiap poliklinik hamil dan mengetahui apakah poliklinik mengalami tren yang bervariasi. terdapat pengaruh mutu pelayanan terhadap Kunjungan pasien dikatakan meningkat kepuasan pasien. Penelitian ini diharapkan apabila jumlah kunjungan tahun 2016 lebih dapat memberi rekomendasi perbaikan besar daripada kunjungan tahun 2015, dan mutu pelayanan di poliklinik hamil instalasi dikatakan menurun apabila jumlah rawat jalan Rumah Sakit Umum Haji kunjungan tahun 2016 lebih kecil dari tahun Surabaya. 2015. Dari total 36 poliklinik instalasi rawat jalan, terdapat 12 poliklinik dengan METODE PENELITIAN kunjungan pasien yang menurun antara lain poliklinik anak, penyakit dalam, hamil, Penelitian ini merupakan penelitian kandungan, kosmetik, kulit dan kelamin, yang bersifat observasional karena peneliti mata, orthopedi, poli paliatif, paru, tidak memberikan perlakuan terhadap pegawai, dan THT. Penurunan terbesar responden penelitian. Penelitian ini terjadi pada poliklinik THT dan yang menggunakan desain cross sectional karena terkecil pada poliklinik penyakit dalam. penelitian dilakukan pada satu waktu yang Namun dalam penelitian ini difokuskan sama dan tidak berkelanjutan. Populasi pada poliklinik hamil. penelitian adalah seluruh pasien rawat jalan poliklinik hamil Rumah Sakit Umum Haji Pemilihan poliklinik hamil juga Surabaya. Data yang digunakan adalah didasarkan pada program MDG’s yang kujungan polikliik instalasi rawat jalan kelima yaitu meningkatkan kesehatan ibu. tahun 2016. Berdasarkan data tahun 2016 Setiap tahun sekitar 20.000 perempuan di terdapat 2.664 pasien poliklinik hamil. Indonesia meninggal dunia akibat Penetuan besar populasi didasarkan pada komplikasi dalam persalinan. Sebenarnya data tersebut sehingga dalam satu bulan rata hampir semua kematian dapat dicegah karena itu tujuan kelima MDG’s difokuskan pada kesehatan ibu untuk mengurangi

82 The Indonesian Journal of Public Health, Vol 14, No 1 Juli 2019:80-92 – rata pasien masuk sebayak 222 pasien di sebuah isu. Teknik analisis data dalam poliklinik hamil. penelitian ini menggunakan program Microsoft Excel dan SPSS. Penentuan sampel dilakukan menggunakan teknik systematic random Tahap analisis data selanjutnya sampling dengan asumsi bahwa populasi yaitu analisis regresi linier sederhana yang dalam penelitian ini adalah homogen yang bertujuan untuk menganalisa hubungan tersebar di lokasi yang sama. Besar sampel asosiatif antar variabel. Variabel yang yang akan diteliti dihitung menggunakan dimaksud antara lain komponen struktur, rumus sehingga diperoleh angka 141 komponen proses, dan komponen outcome. responden di poliklinik hamil. Penelitian ini Analisis regresi linier sederhana digunakan dilaksanakan di Poliklinik Hamil Instalasi untuk mengetahui pengaruh mutu layanan Rawat Jalan Rumah Sakit Umum Haji (komponen struktur dan proses) terhadap Surabaya pada bulan Desember 2017 kepuasan (komponen outcome). sampai Januari 2018. Variabel dalam penelitian ini yaitu kepuasan pasien pada HASIL mutu layanan berdasarkan Teori Mutu Donabedian yaitu mencakup komponen Komponen Struktur struktur, proses, dan outcome. Angka yang digunakan pada jawaban kuesioner Menurut Donabedian (1968) responden yaitu menggunakan skala likert komponen struktur adalah suatu kondisi 1) sangat tidak setuju, 2) tidak setuju, 3) atau keadaan yang harus dipenuhi oleh setuju, 4) sangat setuju. Pengumpulan data fasilitas kesehatan sebagai persyaratan primer diperoleh meggunakan metode untuk menyediakan pelayanan kesehatan survey yaitu dengan wawancara kuesioner yang komprehensif. Komponen struktur langsung kepada responden berdasarkan meliputi antara lain fasilitas, peralatan dan dari teori Donabedian. Sedangkan untuk persediaan, pelatihan staf, pengetahuan data sekunder diperoleh dari laporan kinerja provider, pengawasan (supervision), tahunan Rumah Sakit Umum Haji Surabaya facility amenities. tahun 2016 dan laporan tentang profil Rumah Sakit Umum Haji Surabaya. Komponen struktur berkaitan dengan input suatu fasilitas kesehatan. Jika Sebelum kuesioner penelitian struktur atau input suatu organisasi disebarkan, dilakukan uji validitas dan kesehatan baik, maka pelayanan kesehatan reliabilitas terlebih dahulu. Uji validitas dan yang diberikan akan baik pula. Komponen reliabilitas dilakukan dengan membagikan struktur digunakan sebagai pengukuran kuesioer kepada 15 responden yaitu pasien tidak langsung dari suatu kualitas pelayanan di Poliklinik Hamil Instalasi Rawat Jalan kesehatan. Hubungan struktur dengan Rumah Sakit Umum Haji Surabaya yang kualitas pelayanan adalah hal yang penting kemudian diolah dengan menggunakan dalam merencanakan, mendesain, dan SPSS (Statistical Product and Service melaksanakan system yang dihendaki untuk Sulutions). Sebelum analisis data, memberikan pelayanan kesehatan. dilakukan penyajian data secara deskriptif mean untuk melihat kecenderungan Dalam penelitian ini komponen responden terhadap pernyataan yang struktur yang akan diteliti adalah facility diberikan dalam kuesioner. Untuk amenities atau fasilitas pelayanan serta memudahkan peneliti dalam memutuskan akses RSU Haji dengan rumah pasien. kategorisasi mean yang merupakan isu, Ameniti adalah hal – hal yang membantu maka mean yang berada di bawah atau kenyamanan atau kenikmatan pasien dalam kurang dari 3,00 merupakan isu yang harus melakukan pengobatan. Sedangkan fasilitas diperhatikan, namun apabila mean di atas adalah tempat atau hal – hal yang dirancang atau lebih dari 3,00 bukan merupakan sedemikian rupa untuk memudahkan suatu tindakan atau proses. Pemanfaatan fasilitas yang maksimal dapat meningkatkan

Rezky Intan Rahmaningtyas dan Stefanus Supriyanto, Pengaruh Mutu Layanan Terhadap... 83 efektivitas pelayanan kesehatan bagi dan prosedur asuhan yang ditempuh oleh pasien, dan begitu juga sebaliknya. tenaga kesehatan dalam menjalankan Berdasakan Tabel 1. dapat diketahui bahwa tugasnya. secara keseluruhan komponen struktur Poliklinik Hamil RSU Haji Surabaya sudah Dalam penelitian ini komponen baik, namun masih ada aspek dengan nilai proses yang diteliti yaitu service quality mean komposit kurang dari 3,00 yang yang diberikan oleh petugas (dokter) antara merupakan isu yang harus diperhatikan oleh lain reliability, assurance, empathy, dan pihak poliklinik. Isu tersebut adalah tempat assurance. Berdasarkan Tabel 2. dapat parkir motor atau mobil yang sempit diketahui bahwa secara keseluruhan sehingga membuat pasien kurang nyaman komponen proses Poliklinik Hamil RSU ketika memarkir kendaraannya. Haji Surabaya sudah baik, namun masih ada beberapa aspek dengan nilai mean komposit Komponen Proses kurang dari 3,00 yang merupakan isu yang harus diperhatikan oleh pihak poliklinik Komponen proses adalah semua untuk segera dibenahi. Isu tersebut adalah kegiatan yang dilakukan oleh tenaga waktu tunggu untuk mendapatkan kesehatan dan tenaga lainnya serta pelayanan dari dokter yang lama dan berinteraksi dengan pasien secara ketepatan waktu pelayanan yang diberikan professional. Dalam pengertian ini proses oleh poliklinik. meliputi diagnosis oleh dokter maupun bidan, rencana pengobatan, indikasi Outcome dalam suatu pelayanan tindakan, dan penanganan kasus. Penilaian kesehatan merupakan sebuah keluaran proses adalah evaluasi bagaimana dokter (output) dalam manajemen yaitu hasil dan profesi kesehatan me-“manage” pasien. langsung berbagai proses, aktifitas, Baik tidaknya proses dapat diukur dari kegiatan, atau pelayanan dari sebuah relevan tidaknya proses bagi pasien, program. Hasil adalah hasil akhir suatu fleksibilitas dan efektivitas, dan mutu kegiatan dan tindakan tenaga kesehatan proses itu sendiri sesuai dengan standar terhadap pelanggan yaitu pasien. pelayanan yang semestinya, dan kewajaran. Donabedian mengemukakan bahwa hasil Proses juga memberikan petunjuk tentang secara tidak langsung dapat digunakan pelaksanaan kegiatan pelayanan kesehatan sebagai bentuk evaluasi dari sebuah pelayanan kesehatan. Tabel 1. Penilaian Responden terhadap Komponen Struktur di Poliklinik Hamil RSU Haji Surabaya Tahun 2018 Aspek Mean Komposit Ket. Isu Ketepatan jadwal buka poliklinik sesuai waktu yang telah 2,99 Bukan isu ditentukan Petugas bertanggung jawab secara penuh terhadap kondisi 2,98 Bukan isu pasiena Petugas menggunakan pakaian yang bersih dan rapih 3,12 Bukan isu Petugas menggunakan bahasa yang sopan 3,17 Bukan isu Tempat parkir motor atau mobil yang luas dan nyaman 2,61 Isu Kelengkapan fasilitas penunjang dan penunjang akses 3,04 Bukan isu Kenyamanan ruang tunggu poliklinik hamil 3,03 Bukan isu Lokasi RSU Haji dekat dengan rumah pasien 2,99 Bukan isu Lokasi RSU Haji mudah diakses menggunakan 3,30 Bukan isu transportasi umum

84 The Indonesian Journal of Public Health, Vol 14, No 1 Juli 2019:80-92 Tabel 2. Penilaian Responden terhadap Komponen Proses di Poliklinik Hamil Rumah Sakit Umum Haji Surabaya Tahun 2018 Aspek Mean Komposit Ket. Isu Waktu tunggu mendapatkan pelayanan dari dokter 2,59 Isu cepat Ketepatan waktu pelayanan yang diberikan 2,79 Isu Perasaan aman ketika pasien memeriksakan kehamilan 3,13 Bukan isu Petugas mampu menjawab pertanyaan pasien 3,06 Bukan isu Petugas perhatian terhadap kondisi pasien 2,99 Bukan isu Upaya petugas untuk memahami kondisi pasien 3,05 Bukan isu Petugas memberikan pelayanan yang tepat 3,11 Bukan isu Petugas menanyakan keluhan pasien 3,07 Bukan isu Petugas selalu dalam keadaan siap saat memberikan 3,10 Bukan isu pelayanan Komponen Outcome (Kepuasan Pasien) Tabel 3. Penilaian Kepuasan Pasien di Poliklinik Hamil Rumah Sakit Umum Haji Surabaya Tahun 2018 Aspek Mean Komposit Ket. Isu Kepuasan pasien terhadap informasi yang diberikan 3,16 Bukan isu oleh petugas Kepuasan pasien terhadap waktu tunggu yang 2,65 Isu diperlukan Kepuasan pasien terhadap keterampilan dan 3,21 Bukan isu pengetahuan petugas Kepuasan pasien terhadap keramahan dan kesopanan 3.09 Bukan isu petugas Kepuasan pasien terhadap kenyamanan ruang tunggu 3,03 Bukan isu poliklinik hamil Kepuasan pasien terhadap kenyamanan tempat parkir 2,65 Isu Kepuasan pasien terhadap sikap petugas yang 3,11 Bukan isu mendengarkan dan menjawab keluhan pasien Kepuasan pasien terhadap kesiapan petugas dalam 3,11 Bukan isu memberikan pelayanan Suatu hasil dikatakan bermutu atau terhadap kenyamanan tempat parkir mobil tidak diukur dengan suatu standar hasil maupun motor yang sempit serta waktu (yang diharapkan) dari pelayanan medis tunggu yang diperlukan untuk mendapatkan yang telah dikerjakan. Berdasarkan Tabel 3. pelayanan kesehatan (diagnosis) dari dokter dapat diketahui bahwa secara keseluruhan dihitung dari pasien mendaftar di loket pasien sudah puas mengenai mutu layanan pendaftaran. yang diberikan oleh poliklinik hamil. Namun, masih terdapat beberapa aspek Pengaruh Mutu Layanan terhadap dengan mean komposit kurang dari 3,00 Kepuasan yang merupakan sebuah isu yang harus diperhatikan oleh pihak poliklinik hamil. Untuk mengetahui pengaruh Isu tersebut antara lain kepuasan pasien variabel komponen mutu layanan (struktur

Rezky Intan Rahmaningtyas dan Stefanus Supriyanto, Pengaruh Mutu Layanan Terhadap... 85 dan proses) terhadap variabel komponen komponen struktur maka akan diikuti outcome (kepuasan pasien), maka peneliti dengan adanya peningkatan pada melakukan uji regresi linier sederhana. komponen proses. Berdasarkan Tabel 4. pada hasil pengujian regresi linier sederhana, variabel mutu Berdasarkan Tabel 4. pada hasil layanan komponen struktur berpengaruh pengujian regresi linier variabel mutu secara signifikan terhadap variabel layanan komponen proses berpengaruh komponen proses dengan nilai sig. sebesar secara signifikan terhadap komponen 0,004 atau nilai sig. lebih kecil bila outcome kepuasan nilai sig. sebesar 0,000 dibandingkan dengan nilai taraf keabsahan atau nilai sig. lebih kecil dibandingkan dalam penelitian (α = 0,05). Hal ini dengan taraf keabsahan dalam penelitian menunjukkan bahwa komponen struktur sebesar 0,005. Hal ini menunjukkan bahwa berpengaruh secara signifikan terhadap komponen proses berpengaruh secara komponen proses mutu layanan. Nilai signifikan terhadap kepuasan pasien. koefisien korelasi (R) menunjukkan angka Berdasarkan nilai kekuatan hubungan antar 0,244 atau 24,4% yang berarti nilai variabel menurut Jonathan (2006) maka kekuatan hubungan antar variabel nilai koefisien korelasi (R) menunjukkan penelitian menunjukkan korelasi yang kekuatan hubungan dengan kategori cukup sangat lemah, menurut nilai kekuatan dengan nilai sebesar 0,397 atau 39,7%. hubungan Jonathan (2006). Sedangkan nilai Sedangkan nilai koefisien determinasi (R koefisien determinasi menunjukkan angka square) diketahui sebesar 0,157 atau 15,7% 6% atau 0,060 (R square) yang artinya yang artinya bahwa mutu layanan bahwa bahwa mutu layanan komponen komponen proses berpengaruh terhadap struktur berpengaruh terhadap mutu komponen outcome (kepuasan) sebesar layanan komponen proses sebesar 6%, 15,7%, sedangkan sisanya dipengaruhi oleh sedangkan sisanya dipengaruhi oleh variabel lain di luar model regresi. Nilai variabel lain di luar model regresi. Nilai koefisien B sebesar 0,473 atau nilai positif koefisien B sebesar 0,194 atau nilai positif yang artinya bahwa adanya peningkatan yang artinya apabila ada peningkatan pada pada komponen proses juga diikuti dengan adanya peningkatan pada kepuasan pasien. Tabel 4. Hasil Uji Regresi Linier Sederhana Variabel Mutu Layanan terhadap Kepuasan Pasien di Poliklinik Hamil Tahun 2018. Variabel Sig. R. R Squre Koef B Komponen struktur – komponen proses 0,004 0,244 0,060 0,194 Komponen proses – komponen outcome 0,000 0,397 0,157 0,473 PEMBAHASAN kesehatan lainnya. Poliklinik hamil memberikan pelayanan pemeriksaan Pelayanan rawat jalan adalah antenatal dan post natal serta kondisi yang pelayanan medis kepada seorang pasien juga dilengkapi dengan alat ultrasonografi untuk tujuan pengamatan, diagnosis, (USG). pengobatan, rehabilitasi, dan pelayanan kesehatan lainnya, tanpa mengaruskan Menurut Supriyanto dan Wulandari pasien tersebut untuk dirawat inap (2011) mutu adalah suatu gambaran yang (opname). Kegiatan utamanya adalah menyeluruh dari kemampuan suatu barang melayani pasien yang konsultasi atau atau jasa dalam memuaska kebutuhan berobat rawat jalan untuk ditentukan customer baik kebutuhan yang dinyatakan apakah perlu dirawat inap atau tidak atau ataupun kebutuhan yang tersirat. Mutu perlu dirujuk ke tempat pelayanan suatu pelayanan kesehatan merupakan ukuran atau suatu tingkat kesempurnaan

86 The Indonesian Journal of Public Health, Vol 14, No 1 Juli 2019:80-92 penampilan pelayanan kesehatan yang menerima pelayanan kesehatan. Sedangkan digunakan untuk mengukur peningkatan komponen outcome merujuk pada berbagai mutu dalam memenuhi keinginan dan kebutuhan kondisi dan status kesehatan kebutuhan pasien dalam rangka pemenuhan yang didapatkan oleh pasien setelah mutu layanan kesehatan yang optimal. mendapatkan pelayanan dari fasilitas Sedangkan mutu pelayanan rumah sakit pelayanan kesehatan. merupakan suatu ukuran kesempurnaan pelayanan rumah sakit dalam pemenuhan Komponen Struktur kebutuhan pasien akan pelayanan kesehatan. Menurut Donabedian (1968) struktur merupakan input. Apabila input Mutu pelayanan kesehatan dari organisasi kesehatan tersebut baik, umumnya berkaitan dengan pelayanan maka pelayanan yang diberikan juga akan kesehatan yang diberikan oleh suatu baik pula. Pengaturan karakteristik struktur fasilitas kesehatan seperti rumah sakit yang akan digunakan mempunyai kepada pasien. Karakteristik yang dapat kecenderungan untuk mempengaruhi digunakan untuk membantu menilai proses pelayanan yang diberikan. Apabila kualitas mutu pelayanan adalah perawatan struktur suatu fasilitas pelayanan kesehatan yang diberikan oleh praktisi dan penyedia baik, maka proses pelayanan yang lainnya, fasilitas yang diberikan kepada diberikan akan baik pula dan sebaliknya. pasien, perawatan yang dilaksanakan oleh Salah satu aspek dalam komponen struktur pasien, dan pelayanan yang diterima oleh adalah facility amenities atau fasilitas pasien. Menurut Kotler dan Keller (2015) pelayanan. Dalam penelitian ini facility kepuasan adalah suatu perasaan kecewa amenities meliputi jadwal buka pelayanan, atau senang yang dirasakan oleh seseorang kelengkapan sarana dan prasarana, setelah membandingkan antara hasil suatu kebersihan dan kenyamanan, akses, serta produk dengan harapan yang ada di aspek petugas. pikirannya. Menurut Supriyanto (2010) kepuasan pasien dapat didefinisikan Berdasarkan Tabel 1. dapat sebagai penilaian yang diberikan oleh diketahui bahwa menurut penilaian pasien fasilitas kesehatan kepada pasien dalam jadwal buka pelayanan poli hamil sudah rangkaian reaksi terhadap stimulus yang tepat pada waktunya yaitu pukul 07.30. diperoleh baik sebelum, selama, atau Berdasarkan Tabel 1. pasien sudah setelah mendapatkan pelayanan kesehatan. menjawab setuju mengenai jadwal buka poliklinik hamil yang tepat waktu. Jadwal Payne telah mengemukakan bahwa buka pelayanan poli yang sudah tepat kualitas sebagai tingkat keunggulan yang waktu, dapat membuat tingkat kepercayaan diproduksi dan didokumentasi dalam proses pasien untuk memeriksakan kehamilannya diagnosis dan terapi, serta berdasarkan di Poliklinik Hamil RSU Haji Surabaya. pengetahuan terbaik yang berasal dari ilmu Namun ketika melakukan penelitian dan pengetahuan dan humaniora (Donabedian, wawancara terhdap pasien, masih terdapat 1968). Dalam mendefinisikan mutu beberapa pasien yang mengeluhkan pelayanan kesehatan, Donabedian mengenai jadwal buka pelayanan yang mengemukakan suatu pendekatan yang terkadang kurang tepat waktu. komprehensif yang mencakup komponen struktur, proses, dan outcome. Struktur Aspek kedua yaitu mengenai adalah kondisi yang harus dipenuhi sebagai kelengkapan sarana dan prasarana. prasyarat untuk menyediakan pelayanan Berdasarkan Tabel 1. salah satu isu dari kesehatan yang. Komponen proses adalah kelengkapan sarana dan prasarana adalah berbagai aktivitas yang merupakan aspek keadaan tempat parkir, responden interaksi antara penyedia fasilitas merasa tempat parkir yang disediakan pelayanan kesehatan dengan pasien yang kurang luas dan kurang nyaman sehingga banyak responden yang mengeluhkan

Rezky Intan Rahmaningtyas dan Stefanus Supriyanto, Pengaruh Mutu Layanan Terhadap... 87 masalah tempat parkir. Masalah tempat pasien dengan RSU Haji Surabaya jauh, parkir di RSU Haji Surabaya merupakan sebuah isu yang harus mendapat perhatian pasien akan melakukan pengobatan karena dari pihak rumah sakit. Masalah tempat parkir yang sempit juga dikarenakan oleh lokasi RSU Haji Surabaya yang strategis membludaknya pasien yang ingin melakukan pengobatan. Untuk mensiasati dan berada di tengah kota. membludaknya pasien dan meminimalisasi tempat parkir yang ramai, maka perlu Aspek kelima yaitu mengenai aspek adanya penjadwalan pasien untuk pasien yang akan melakukan kunjungan ulang di petugas. Berdasarkan Tabel 1. dapat waktu berikutnya. Berdasarkan Tabel 1. aspek fasilitas penunjang dan penunjang diketahui bahwa bidan maupun dokter telah akses di poliklinik hamil sudah lengkap dan semuanya berfungsi dengan benar. menggunakan pakaian yang bersih dan Aspek ketiga yaitu mengenai rapih, sehingga menjadi nilai plus tersendiri kebersihan dan kenyamanan. Berdasarkan Tabel 1. mengenai aspek kondisi ruang di mata pasien. Menurut pasien, petugas tunggu poliklinik hamil sudah baik, bersih, dan nyaman. Juga ruang tunggu dilengkapi sudah berpakaian selayaknya petugas medis arena bermain anak – anak bagi responden yang dalam memeriksakan kehamilan dan para medis, dengan memakai baju yang membawa buah hati mereka. Selain itu, ruang periksa juga dinilai baik oleh rapih, bersih, tidak kusut, dan enak untuk responden. Ruang periksa sudah bersih, rapi, nyaman, aman dan tertutup. Menurut dipandang. Selain itu, sebelum Ratminto (2012) menjelaskan bahwa dalam Kepmenpan No. 25 Tahun 2004 disebutkan mendapatkan pelayanan dari dokter, bahwa penyelenggaraan pelayanan harus memenuhi beberapa prinsip antara lain terlebih dahulu pasien diperiksa oleh bidan kenyamanan, lingkungan pelayanan harus tertib, teratur, disediakan ruang tunggu dan pemeriksaan yang dilakukan oleh bidan yang nyaman, bersih, rapi, lingkungan yang indah dan sehat serta dilengkapi dengan juga menggunakan bahasa yang sopan dan fasilitas pendukung pelayanan, seperti parkir, toilet, tempat ibadah dan lain-lain. mudah dimengerti oleh pasien sehingga Aspek keempat yaitu mengenai pasien dengan mudah memahami apa yang akses. Berdasarkan Tabel 1. beberapa pasien menilai bahwa lokasi RSU Haji jauh dikatakan dan dimaksud oleh bidan. Bidan dengan rumah mereka. Namun meskipun rumah pasien jauh dengan Rumah RSU juga bertanggung jawab secara penuh Haji Surabaya, lokasi rumah sakit mudah diakses dengan menggunakan transportasi terhadap kondisi pasien ketika pasien umum atau transportasi pribadi, sehingga pasien dapat memeriksakan kondisi memeriksakan kondisinya. kehamilannya dengan mudah. Akses tidak berpengaruh terhadap niat pasien untuk Pertanggungjawaban bidan saat memeriksa mendapatkan pelayanan di poliklinik hamil RSU Haji Surabaya, karena berdasarkan kehamilan pasien juga dibutuhkan oleh pendapat pasien walaupun jarak rumah pasien agar pasien merasa aman ketika diperiksa oleh bidan sebelum pasien mendapatkan diagnosis dari dokter. Komponen Proses Berdasarkan Tabel 2. komponen proses yang merupakan isu dan membutuhkan perhatian oleh pihak poliklinik hamil adalah waktu tunggu yang dibutuhkan pasien untuk mendapatkan pelayanan dari dokter. Berdasarkan hasil penelitian, didapatkan informasi bahwa pasien sudah datang di pagi hari kurang lebih pukul 07.00 untuk mendaftar di loket pendaftaran, sedangkan jam buka poliklinik untuk pelayanan yang diberikan oleh bidan adalah pukul 07.30 sehingga pasien harus menunggu kurang lebih selama 30 menit, dan untuk jam buka pelayanan yang diberikan oleh dokter adalah pukul 08.30 namun dokter datang untuk memberikan pelayanan di poliklinik hamil sekitar pukul 09.00 sehingga pasien harus menunggu lagi selama kurang lebih 60 menit untuk

88 The Indonesian Journal of Public Health, Vol 14, No 1 Juli 2019:80-92 mendapatkan pelayanan dari dokter. Jadi, Berdasarkan Tabel 2. pasien merasa total waktu tunggu yang dibutuhkan oleh pasien unuk mendapatkan pelayanan dari ketika memeriksakan kondisi dokter dihitung sejak pasien mendaftar adalah kurang lebih 120 menit atau 2 jam. kehamilannya, petugas sudah simpatik dan Berdasarkan Depkes RI (2008), waktu tunggu dihitung sejak pasien mendaftar perhatian terhadap kondisi pasien, dan juga hingga mendapatkan pelayanan dari dokter, disebut cepat jika waktu tunggu kurang dari petugas berupaya untuk memahami apa atau sama dengan 60 menit, dan disebut lama jika waktu tunggu lebih dari 60 menit. yang pasien inginkan dan butuhkan. Rata – rata keterlambatan dokter untuk memberikan pelayanan adalah 40,48 menit Menciptakan hubungan interpersonal yang dengan rata – rata keterlambatan waktu pelayanan adalah pukul 09.10, dengan baik (creating a good interpersonal jadwal pelayanan seharusnya pukul 08.30. Namun dalam hal ini SOP yang diterapkan relationship) merupakan prasyarat untuk oleh RSU Haji Surabaya untuk waktu tunggu yang diperlukan ketika pasien sudah perawatan medis. Sebaiknya ketika petugas mendapatkan pelayanan dari bidan kemudian menunggu untuk mendapatkan memeriksa kondisi kehamilan pasien, pelayanan dari dokter adalah 13 menit. Sedangkan, dalam hal pemberian layanan disertai dengan sikap caring dengan berkata yang dilakukan baik oleh dokter maupun bidan sudah baik. Kehandaan adalah kepada pasien bahwa tidak ada yang perlu kemampuan untuk melakukan pelayanan sesuai yang dijanjikan dengan segera, dikhawatirkan sehingga rasa cemas pasien akurat, dan memuaskan. Berdasarkan Tabel 2. responden menilai bahwa ketika menurun dan pasien juga merasa aman dan memeriksakan kehamilannya di poliklinik hamil, responden mendapatkan pelayanan nyaman untuk memeriksakan kondisi yang handal dan dapat dipercaya serta bertanggung jawab dari petugas. kehamilannya di poliklinik hamil Rumah Berdasarkan Tabel 2. pasien menilai Sakit Umum Haji Surabaya. Secara khusus bahwa Rumah Sakit Umum Haji Surabaya telah memberikan jaminan fasilitas hubungan interpersonal tenaga medis dan keamanan yang baik sehingga pasien merasa aman dan nyaman untuk pasien yang baik dan meningkat ketika memeriksakan kondisi kehamilannya di poliklinik hamil Rumah Sakit Umum Haji konteks komunikasi interpersonal Surabaya, selain itu petugas selalu dalam keadaan siap untuk memberikan pelayanan berlangsung dengan keramahan tenaga kepada pasien. Faktor jaminan perlu diberikan sebaik mungkin agar pasien medis, perilaku sopan, percakapan sosial, mendapat jaminan fasilitas yang aman ketika berobat atau mendapatkan layanan perilaku mendorong dan empatik, dan medis, sehingga pasien merasa nyaman dan dapat menyampaikan keluhannya agar membangun kemitraan, dan ekspresi empati mendapat layanan medis dengan baik. selama konsultasi. Berdasarkan Tabel 2. selama melakukan pengobatan dan perawatan pasien mengatakan bahwa pasien mendapatkan pelayanan yang tepat seperti pemeriksaan dan diagnosis dari petugas. Selain itu petugas juga selalu dalam keadaan siap ketika memberikan pelayanan kesehatan kepada pasien. Menurut pasien ketika melakukan pemeriksaan, petugas juga selalu menanyakan mengenai keluhan yang pasien rasakan dan juga memberikan kesempatan untuk bertanya kepada petugas dan petugas menjawab pertanyaan pasien dengan jelas dan rinci serta menggunakan bahasa yang mudah dimengerti oleh pasien. Pengetahuan dokter dan bidan dianggap penting oleh pasien karena dengan kemampuan yang dimiliki oleh pemberi layanan kesehatan maka pasien akan merasa aman. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Cahyanto (2008) bahwa setelah diberikan informasi yang cukup mengenai tujuan, manfaat, prosedur, dan risiko tindakan medis maka pasien berhak

Rezky Intan Rahmaningtyas dan Stefanus Supriyanto, Pengaruh Mutu Layanan Terhadap... 89 mendapatkan informasi mengenai hasil berobat dan yang menemani pasien di pemeriksaan, alternatif terapi yang Rumah Sakit Umum Haji Surabaya diterima, hasil konsultasi dan hasil terapi, membludak. Selain itu pasien juga serta memberikan persetujuan apabila akan merasakan ketidakpuasan terhadap waktu dilakukan tindakan medis tertentu. tunggu yang diperlukan untuk mendapatkan pelayanan dokter. Menurut pasien waktu Komponen Outcome (Kepuasan Pasien) tunggu yang diperlukan untuk mendapatkan pelayanan lama sehingga pasien harus Hasil dalam pelayanan kesehatan menunggu lebih lama lagi dan membuat merupakan keluaran manajemen yaitu hasil pasien merasa bosan. Waktu tunggu pasien langsung dari proses, aktifitas, kegiatan, dihitung sejak pasien mendaftar di loket atau pelayanan dari sebuah program pendaftaran hingga pasien mendapatkan kesehatan. Hasil adalah hasil akhir dari pelayanan dari dokter. Namun SOP yang semua kegiatan dan tindakan tenaga digunakan oleh Rumah Sakit Umum Haji kesehatan terhadap pasien yang melakukan Surabaya adalah waktu tunggu yang pemeriksaan. Donabedian mengemukakan digunakan adalah sejak pasien telah bahwa hasil secara tidak langsung dapat mendapatkan pelayanan keperawatan, juga digunakan sebagai pendekatan untuk dalam hal ini di poliklinik hamil adalah menilai suatu pelayanan kesehatan. Suatu sejak pasien mendapatkan pelayanan dari hasil bermutu atau tidak diukur dengan bidan. Berdasarkan pembahasan di standar hasil (yang diharapkan) dari komponen proses, waktu tunggu yang pelayanan medis yang telah dikerjakan. diperlukan oleh pasien dihitung sejak Dalam penelitian ini, outcome yang pasien mendaftar di loket pendaftaran dihasilkan adalah kepuasan pasien setelah adalah kurang lebih 120 menit hingga mendapatkan pelayanan dari poliklinik pasien mendapatkan pelayanan dari dokter. hamil RSU Haji Surabaya. Namun, apabila dihitung sejak dari pasien poliklinik mendapatkan pelayanan Menurut Kotler dan Keller (2015) keperawatan, maka waktu yang diperlukan mendefinisikan bahwa kepuasan yang berdasarkan SOP RSU Haji Surabaya didapat oleh pelanggan merupakan adalah 13 menit. Disebut cepat jika waktu perasaan kecewa atau senang yang tunggu kurang dari atau sama dengan 60 dirasakan oleh pelanggan itu sendiri setelah menit dan disebut lama jika waktu tunggu membandingkan antara hasil suatu produk lebih dari 60 menit (Depkes RI, 2008). Bila atau penilaian kinerja dengan harapan – waktu tunggu pasien di pelayanan harapan yang ada di pikirannya. Kepuasan pendaftaran rawat jalan lama, maka hal pasien dapat didefinisikan sebagai penilaian tersebut berpengaruh pada kepuasan pasien yang diberikan kepada pasien dalam di masa datang. Menurut Khairani (2012) rangkaian reaksi terhadap stimulus yang salah satu indikator kepuasan pasien adalah diperoleh baik sebelum, selama, atau waktu tunggu, waktu tungu yang lama setelah pasien mendapatkan pelayanan dari terhadap pelayanan medis maupun non fasilitas kesehatan. medis pada unit rawat jalan dan rawat inap akan mengurangi kepuasan pasien. Berdasarkan Tabel 3. pasien merasa tidak puas sehingga merupakan isu terhadap Pengaruh Mutu Layanan terhadap aspek waktu tunggu yang diperlukan dan Kepuasan kenyamanan tempat parkir. Berdasarkan wawancara dengan pasien, menurut pasien Berdasarkan hasil uji regresi linier kondisi tempat parkir yang tidak nyaman sederhana, diperoleh hasil bahwa mutu dan sempit mendorong niat pasien untuk layanan komponen struktur berpengaruh tidak melakukan pengobatan di poliklinik signifikan terhadap mutu layanan hamil. Sempitnya tempat parkir juga komponen proses. Berdasarkan komponen dikarenakan oleh faktor pasien yang

90 The Indonesian Journal of Public Health, Vol 14, No 1 Juli 2019:80-92 struktur diperoleh isu mengenai tempat pelayanan yang diberikan. Dalam parkir yang kurang nyaman dan sempit. komponen proses yang merupakan sebuah Hasil uji regresi linier juga menunjukkan isu adalah waktu tunggu yang diperlukan nilai koef. B sebesar 0,194 atau 19,4% yang oleh pasien untuk mendapatkan pelayanan artinya apabila ada peningkatan pada dari dokter yang lama. Waktu tunggu pasien penerapan mutu layanan komponen struktur dalam hal ini dihitung mulai dari pasien yang baik, akan mempengaruhi mendaftar di pendaftaran hingga pasien peningkatan mutu layanan komponen mendapatkan pelayanan dari dokter. proses sebesar 0,194. Pengaruh mutu Menurut Donabedian (1968) terdapat layanan komponen struktur terhadap beberapa indikator dari mutu layanan komponen proses menunjukkan nilai 19,4% komponen proses yang dapat yang artinya penerapan mutu layanan mempengaruhi outcome (kepuasan pasien), komponen struktur yang dilakukan di diantaranya adalah service quality seperti poliklinik RSU Haji Surabaya kurang wujud bukti fisik (tangible), kehandalan efektif. Hal ini berarti bahwa poliklinik (reliability), ketanggapan (responsiveness), hamil RSU Haji Surabaya masih memiliki jaminan (assurance), dan perhatian kesempatan untuk mengembangkan mutu (empathy). layanan komponen struktur yang lebih baik. Poliklinik hamil Rumah Sakit Mengacu dengan teori yang Umum Haji Surabaya masih memiliki dikemukakan oleh Avedis Donabedian kesempatan untuk mengembangkan mutu bahwa mutu suatu pelayanan di rumah sakit layanan komponen proses yang lebih baik. terdiri dari komponen struktur, proses, dan Suatu pelayanan kesehatan yang baik akan outcome. Dalam hal ini, mutu kualitas menghasilkan mutu yang baik dan akan pelayanan terdiri dari komponen struktur menjadikan tingginya tingkat kepuasan yang terdiri dari jadwal buka pelayanan, pasien terhadap pelayanan kesehatan itu kelengkapan sarana dan prasarana, sendiri. Hal ini sesuai dengan teori bahwa kebersihan dan kenyaman, akses, serta baik atau buruknya suatu mutu pelayanan aspek petugas, dan komponen proses yang kesahatan maka akan mempengaruhi terdiri dari reliability, assurance, empathy, kepada tingkat kepuasan pasien karena dan responsiveness. Komponen struktur pasien akan memberikan tanggapan serta merupakan input. Jika struktur atau input penilaian terhadap mutu pelayanan suatu organisasi kesehatan baik, maka kesehatan tersebut. Semakin baik pelayanan pelayanan kesehatan yang diberikan akan kesehatan akan menghasilkan mutu baik pula. Sedangkan komponen proses pelayanan yang baik dan tingkat kepuasan merupakan semua kegiatan yang dilakukan yang tinggi terhadap pelayanan kesehatan oleh tenaga kesehatan dan tenaga lainnya (Sabarguna, 2008). serta berinteraksi dengan pasien secara profesional. SIMPULAN Berdasarkan hasil uji regresi linier Berdasarkan hasil penelitian dan sederhana, variabel komponen proses pembahasan dapat diketahui bahwa berpengaruh secara signifikan terhadap komponen yang memiliki nilai mean kepuasan pasien Hal ini juga sejalan dengan komposit kurang dari 3,00 merupakan suatu pendapat Moison Walter dan White (1987) isu yang harus mendapat perhatian dari dalam Haryati (2000) yang menyatakan pihak poliklinik hamil RSU Haji Surabaya. bahwa rumah sakit dianggap baik apabila Namun, secara keseluruhan mutu layanan dalam memberikan pelayanan yang lebih berdasarkan komponen struktur dan dan memperhatikan kebutuhan pasien komponen proses di poliklinik hamil RSU maupun orang lain yang berkunjung di Haji Surabaya sudah baik. rumah sakit, kepuasan akan muncul dari kesan pertama pasien masuk terhadap

Rezky Intan Rahmaningtyas dan Stefanus Supriyanto, Pengaruh Mutu Layanan Terhadap... 91 Terdapat pengaruh yang signifikan membludak. Untuk pelayanan yang komponen struktur terhadap komponen diberikan oleh dokter terlambat, peneliti proses dengan kategori pengaruh lemah di memberikan saran untuk pengalokasian poliklinik hamil RSU Haji Surabaya. ulang jadwal yang diatur oleh kepala Terdapat satu aspek dari komponen struktur poliklinik, kemudian dokter komunikasikan poliklinik hamil RSU Haji Surabaya yang dengan dokter lain untuk menggantikan merupakan sebuah isu dan harus tugas apabila datang terlambat atau sedang mendapatkan perhatian dari pihak ada tugas yang lainnya sehingga pelayanan poliklinik. Isu tersebut adalah tempat parkir yang diberikan tetap maksimal, dan juga motor atau mobil yang sempit sehingga agar dokter mematuhi regulasi terkait membuat pasien kurang nyaman ketika jadwal praktik yang sudah ditentukan. memarkirkan kendaraannya. Sempitnya Pihak manajemen rumah sakit, dalam tempat parkir juga disebabkan oleh menentukan target kerja jangka panjang, membludaknya pasien beserta pengantar menengah, dan pendek, pembuatan pasien sehingga kondisi parkir menjadi prioritas merupakan syarat mutlak untuk sempit dan tidak nyaman. melakukan review kinerja. Review ini berfungsi untuk mengidentifikasi Terdapat pengaruh yang signifikan kelemahan – kelemahan yang muncul komponen proses terhadap komponen selama proses implementasi pelayanan outcome 1 (kepuasan pasien) dengan kesehatan. Sehingga dalam saat yang kategori pengaruh sedang di poliklinik bersamaan perbaikan terus – menerus dapat hamil RSU Haji Surabaya. Terdapat dua diupayakan pada setiap lini jasa pelayanan. aspek dari komponen proses poliklinik hamil RSU Haji Surabaya yang merupakan DAFTAR PUSTAKA sebuah isu dan harus mendapatkan perhatian dari pihak poliklinik untuk segera Cahyanto, J.B. Suharjo B. 2008. diperbaiki. Isu tersebut adalah waktu Membangun Budaya Keselamatan tunggu untuk mendapatkan pelayanan dari Pasien dalam Praktik Kedokteran. dokter lama sehingga pasien harus Yogyakarta: Kanisius. menunggu lebih lama lagi dan ketepatan waktu pelayanan yang diberikan. Waktu Direktorat jenderal Bina Pelayanan Medik tunggu yang diperlukan oleh pasien adalah Departemen Kesehatan RI. 2008. kurang lebih 120 menit dihitung sejak Standard Pelayanan Minimal pasien mendaftarkan diri di loket Rumah Sakit. Jakarta: Katalog pendaftaran hingga pasien mendapatkan Dalam Terbitan Departemen pelayanan kesehatan dari dokter. Kesehatan RI. Berdasarkan isu yang terdapat di Donabedian, A. 1968. A Guide to Medical komponen struktur dan komponen proses Core Administration Volume II: mengenai tempat parkir yang sempit dan Medical Care Appraisal. waktu tunggu, peneliti memberikan saran Washington DC: The American untuk pasien melakukan pendaftaran secara Public Health Association. online dan tidak perlu untuk mendaftar di loket pendaftaran, sehingga pasien dapat Donabedian, A. 1988. The Quality of Care mempersingkat waktu tunggu yang How Can It Be Assessed. Volume dibutuhkan untuk mendapatkan pelayanan 260, No. 12. University of dari dokter, selain itu ketika pasien telah Pennsylvania: Journal of the memeriksakan kehamilan, petugas dapat American Medical Association. menginformasikan mengenai penjadwalan kunjungan ulang kapan pasien harus Jonathan, Sarwono. 2006. Metode kembali ke poliklinik hamil agar tempat Penelitian Kuantitatif dan parkir tidak ramai oleh kondisi pasien yang Kualitatif. Yogyakarta: Graha Ilmu. Khairani, Laila. 2012. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Kepuasan Pasien

92 The Indonesian Journal of Public Health, Vol 14, No 1 Juli 2019:80-92 Rawat Jalan RSUD Pasaman Barat. Rumah Sakit Umum Haji Surabaya. 2016. Laporan Evaluasi Kinerja BLUD Surabaya: Publikasi Jurnal Rumah Sakit Umum Haji Surabaya 2016. Surabaya. Kesehatan Masyarakat Universitas Sabarguna, Boy S. 2008. Quality Assurance Airlangga. Pelayanan Rumah Sakit. Jakarta: Segung Seto. Kotler, Philip dan Keller, Kevin Lane. Supriyanto, S., Wulandari Ratna D. 2015. Marketing Management. Manajemen Mutu Pelayanan Kesehatan. Surabaya: Pohon Edisi 15. New Jersey: Pearson Cahaya. Patience Hall, Inc. Supriyanto, S., Ernawaty. 2010. Pemasaran Industri Jasa Kesehatan. Ratminto dan Atik Septi Winarsih. 2012. Yogyakarta: Penerbit Andi. Manajemen Pelayanan, Pengembangan Model Konseptual, Penerapan Citizen’s Charter dan Standar Pelayanan Minimal. Pustaka Pelajar: Yogyakarta. Rumah Sakit Umum Haji Surabaya. 2015. Review Renstra RSU Haji Surabaya Tahun 2015 – 2019. Surabaya.

HUBUNGAN PERSEPSI RISIKO DENGAN KEINGINAN SISWI DALAM MENJAGA HIGIENE MENSTRUASI DI SEKOLAH DASAR KAMONING SAMPANG THE RELATIONSHIP BETWEEN PERCEPTION OF RISK AND FEMALE STUDENTS’ DESIRE IN KEEPING MENSTRUAL HYGIENE AT SDN KAMONING SAMPANG Nurul Lailatul Badriyah1, Ira Nurmala2 1Puskesmas Torjun, Kabupaten Sampang, Madura, Indonesia 2Fakutas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga, Surabaya, Indonesia Alamat Korespondensi: Nurul Lailatul Badriyah Email : [email protected] ABSTRACT Maintaining menstrual hygiene is essential to avoid vulvar pruritus, irritation, swelling, vaginal secretions, reproductive tract infections, urinary tract infections, uterine cancer, etc. Sampang is the region with the highest maternal mortality rate in Madura, but recently, maternal mortality rate in Sampang continues to decline. One of the causes of maternal death is due to the lack of reproductive hygiene maintenance during menstruation, so that mothers are at risk of uterine cancer. The present study aimed to analyze the relationship between risk perception and female students’ desire in SDN Kamoning in maintaining menstrual hygiene. It was an observational analytic research using cross sectional research design. This study employed HAPA theory. Health Action Process Approach (HAPA) is a concept approach to change one's behavior by strengthening intention to become action. The variable of risk in HAPA theory can influence individual perception early in the motivation phase. The samples of the study were 32 people, and they were taken by total sampling because the number of samples was very small. Data were collected through questionnaire, and they were analyzed by using spearman correlation. The results showed that there was correlation between perception of risk (p = 0,000) and intention to maintain menstrual hygiene. Relationships obtained were not strong because some respondents did not agree with the statements in the questionnaire. It can be concluded that there is a relationship between risk perception and intention to maintain personal hygiene during menstruation. Although the relationship obtained showed a strong relationship, there were some female students that still had wrong perception about personal hygiene maintenance during menstruation. Keyword : menstrual hygiene, HAPA, kamoning elementary school ABSTRAK Menjaga higiene menstruasi sangat penting agar terhindar dari pruritus vulva, iritasi, inflamasi, sekresi vaginal, infeksi saluran reproduksi, infeksi saluran kemih, kanker rahim dll. Sampang merupakan daerah dengan kematian ibu tertinggi di Madura, namun angka kematian ibu di Sampang terus menurun. Kanker rahim merupakan salah satu faktor risiko terjadinya kematian Ibu di Sampang. Penyebab kanker rahim salah satunya karena tidak menjaga higiene menstruasi. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan persepsi risiko dengan keinginan siswi SDN Kamoning dalam menjaga higiene menstruasi. Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik, menggunakan desain penelitian cross sectional. Konsep yang digunakan dalam penelitian ini ialah teori HAPA (Health Action Process Approach). Variabel yag diteliti pada teori HAPA yaitu persepsi risiko dan keinginan seseorang. Sampel penelitian sebanyak 32 orang, yang diambil dengan cara total populasi. Pengumpulan data menggunakan kuesioner dan analisis data menggunakan korelasi spearman. Hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan antara persepsi risiko dengan keinginan untuk menjaga higiene menstruasi (p = 0,000). Kesimpulan nya adalah ada hubungan antara persepsi risiko dengan keinginan dalam menjaga higiene menstruasi, sehingga seseorang yang masih memiliki persepsi risiko keliru cenderung tidak melakukan higiene menstruasi. Kata kunci : higiene menstruasi, HAPA, SDN kamoning ©2019 IJPH. License doi: 10.20473/ijph.vl14il.2019.93-103 Received 2 October 2018, received in revised form 20 February 2019, Accepted 21 February 2019, Published online: July 2019

94 The Indonesian Journal of Public Health, Vol 14, No 1 Juli 2019:93-103 PENDAHULUAN Usia menarche umumnya terjadi antara usia 9 sampai 15 tahun (Santrock, Kesehatan reproduksi menurut 2003). Pulungan (2009) juga mengatakan WHO adalah keadaan sehat yang bahwa usia menarche remaja putri berkisar menyeluruh, meliputi aspek fisik, mental, pada usia termuda 8 tahun dan usia tertua dan sosial dan bukan sekedar tidak adanya adalah 14 tahun. Hasil Riset Kesehatan penyakit atau gangguan di segala hal yang Dasar (2010) menunjukkan rata-rata usia berkaitan dengan sistem reproduksi, menarche terjadi lebih dini karena anak fungsinya maupun proses reproduksi itu perempuan mengalami menstruasi pertama sendiri. Kesehatan reproduksi merupakan pada usia kurang dan atau sama dengan 10 komponen penting kesehatan bagi pria dan tahun. wanita, namun lebih dititikberatkan pada wanita karena wanita memiliki sistem Pembuluh darah dalam rahim sangat reproduksi yang sensitif terhadap suatu mudah terinfeksi ketika menstruasi karena penyakit. Suatu keadaan penyakit lebih kuman mudah masuk dan menimbulkan banyak dihubungkan dengan fungsi dan penyakit pada saluran reproduksi kemampuan reproduksinya (Kusmiran, (Kusmiran, 2012). Infeksi ini biasanya 2012). Kesehatan reproduksi memiliki diakibatkan oleh salah satu organisme permasalahan seperti hak-hak reproduksi, berikut : Candida albicans, Trichomonas masalah seksual, dan Penyakit Menular vaginalis dan Gardnerella vaginalis yang Seksual (PMS) (Mahfiana et.al., 2009). dapat menyebabkan gejala seperti pruritus Tingginya usia perkawinan dibawah 20 vulva, iritasi, inflamasi, sekresi vaginal, dan tahun (4,8% usia 10-14 tahun, 41,9% pada rasa perih. Hasil penelitian Panda (2013) usia 15-19 tahun) dan usia pertama kali menunjukkan bahwa pada 50 kasus pada menstruasi (menarche) yang masih muda penderita lekore (keputihan) terdapat 26 yang bisa menyebabkan usia reproduksi kasus (52%) terjadi infeksi oleh Candida, 3 perempuan semakin panjang merupakan kasus (6%) oleh Trichomanas vaginalis dan awal permasalahan kesehatan pada wanita infeksi oleh keduanya adalah 4 kasus (8%). (Riskesdas, 2010). Penelitian ini menunjukkan bahwa Candida albicans merupakan spesies Candida yang Menstruasi adalah keluarnya darah paling sering menyebabkan keputihan. dari kemaluan setiap bulan akibat Infeksi dan masalah vagina diatas meluruhnya dinding rahim (endometrium) dipengaruhi oleh infeksi bakteri,virus, yang mengandung pembuluh darah karena jamur dan parasit (Pudiastuti, 2012). Selain sel telur (ovum) tidak dibuahi (Pudiastuti, itu, terjadi iritasi pada vagina akibat bahan 2012). Menarche merupakan haid pertama kimia atau fisik (seperti sabun, spermisida, wanita yang terjadi karena proses sistem pembalut, dan lain-lain), alergi dan hormonal yang kompleks dimana cairan dermatitis kontak serta adanya penyebab darah keluar dari alat kelamin wanita yang lain seperti polip servikalis/neoplasma berasal dari luruhnya lapisan dinding dalam (Davey, 2005). rahim (endometrium) (Pudiastuti, 2012). Remaja yang telah mengalami Menarche Menjaga higiene menstruasi sangat merupakan salah satu tanda bahwa dia penting agar terhindar dari infeksi yang mengalami perubahan di dalam dirinya dan diakibatkan organisme yang dapat juga disertai dengan berbagai masalah dan menyebabkan gejala seperti pruritus vulva, perubahan-perubahan baik fisik, biologi, iritasi, inflamasi, sekresi vaginal, dan rasa psikologi maupun sosial, harus dihadapi perih. Adapun penyebab infeksi tersering oleh remaja karena ini merupakan masa adalah Vagionosis bakterialis (40-50%), yang sangat penting karena merupakan Candiasis (20-30%) dan Trichomoniasis masa peralihan ke masa dewasa. vaginalis bakterialis (15-20%) (Davey 2005 dalam penelitian Fitriyah 2014). Menurut penelitian (Panda) terdapat 52%

Nurul Lailatul Badriyah dan Ira Nurmala, Hubungan Antara Persepsi Risiko... 95 infeksi disebabkan Candida, 6% Perempuan yang memiliki riwayat disebabkan Trichomonas vaginalis, dan 8% infeksi disebabkan keduanya. Menurut infeksi saluran reproduksi (ISR) penelitian Fitriyah (2014) tentang gambaran perilaku higiene menstruasi pada remaja mempunyai dampak buruk untuk masa putri di SDN wilayah kerja Puskesmas Pisangan didapatkan hasil sebanyak 61% depannya seperti kanker rahim (Rahayu, siswi sekolah dasar negeri mengalami gatal- gatal saat menstruasi. 2012). Kanker rahim merupakan pembunuh Higiene menstruasi yang rendah nomor satu bagi wanita dengan angka bisa menyebabkan infeksi saluran kemih karena saluran kemih bawah perempuan insiden kanker rahim mencapai 100 per lebih pendek dibandingkan saluran kemih laki-laki. Bila permukaan kemaluan wanita 100.000 penduduk pertahun yang bisa atau vulva kurang bersih, hal tersebut karena remaja putri salah dalam berujung dengan kematian (Iskandar, membersihkan kemaluannya, pakaian dalamnya, ataupun pembalut yang dipakai 2015). Penderita kanker rahim di Indonesia maka muara saluran kemih atau tempat keluarnya air seni mudah tercemar bibit diperkirakan 90-100 per 100.000 penduduk penyakit. Infeksi yang disebabkan bibit penyakit menimbulkan peradangan saluran (Nasdaldy, 2012). kemih bagian bawah, yang gejalanya berupa nyeri dan sakit setiap kali berkemih, Penelitian Indah (2013) dan bisa sampai urin bercampur dengan darah (Proverawati & Misaroh, 2009). menunjukkan bahwa remaja putri di SMAN Higiene menstruasi pada remaja putri tergolong buruk masing-masing 68,3% dan 1 Ngimbangan 100% pernah mengalami 77,5%. Sekitar 82,6% higiene menstruasi rendah karena remaja putri kurang pruritus vulvae saat menstruasi yaitu 12 mendapatkan informasi masalah higiene menstruasi (Suryati, 2012). orang (15,2%), mengalami pruritus vulvae Dampak kurangnya menjaga setiap hari selama menstruasi dan 67 orang higiene menstruasi juga dapat menyebabkan Infeksi Saluran Reproduksi (84,8%) merasakan pruritus vulvae namun (ISR). Penyebab utama penyakit ISR yaitu imunitas lemah (10%), kurangnya menjaga tidak setiap hari selama menstruasi. pruritus higiene menstruasi (30%), dan lingkungan yang tidak bersih serta penggunaan vulvae kronis tersebut disebabkan oleh pembalut yang kurang sehat saat menstruasi (50%) (Rahmatika, 2012). Jumlah kasus jamur, bakteri, dan virus yang muncul infeksi saluran reproduksi yang terjadi pada remaja putri seperti Candidiasis dan karena buruknya personal higiene dan Cervisitis sebanyak 86,5% ditemukan di Surabaya dan Malang. Penyebab tertinggi higiene menstruasi (44%) karena alergen dari kasus tersebut adalah jamur Candida albican sebanyak 77% yang berkembang dan produk kewanitaan (30%) serta karena biak dengan kelembapan tinggi seperti pada saat menstruasi. kelainan patologik pada vulvae (26%). Sampang merupakan daerah dengan kematian ibu tertinggi di Madura, namun angka kematian ibu di Sampang terus menurun (Sulaiman, 2017). Salah satu penyebab kematian ibu karena kurangnya menjaga higiene alat reproduksi dan saat menstruasi, sehingga ibu berisiko terkena kanker rahim. Setiap tahunnya terjadi kematian ibu karena kanker rahim, khususnya di Desa Kamoning sejak tahun 2015 . Kejadian kematian ibu karena kejadian kanker rahim sebanyak 3 orang dan meningkat pada tahun 2016 sebanyak 5 orang (Puskesmas Kamoning, 2016). Berdasarkan data yang didapatkan dari Puskesmas Kamoning Sampang, remaja putri dalam menjaga kebersihan diri dan menstruasi tergolong buruk masing-masing 69% dan 78,5%. Puskesmas Kamoning memiliki program pencegahan penyakit yang disebabkan karena tidak menjaga higiene saat menstruasi yaitu Program Kesehatan Reproduksi Remaja (KRR). Program

96 The Indonesian Journal of Public Health, Vol 14, No 1 Juli 2019:93-103 tersebut tidak pernah memberikan edukasi kelas untuk menyampaikan maksud dan kepada siswi SDN Kamoning karena tujuan, sehingga diperoleh 32 siswi. Peneliti sasaran program hanya remaja SMP/MTsN menggunakan teknik total populasi karena dan SMA/MAN. Berdasarkan narasumber populasi tersebut menurut peneliti sangat di Puskesmas Kamoning terdapat beberapa sedikit atau kurang dari 100 sehingga siswi SDN Kamoning yang memiliki diambil semua oleh peneliti (Sugiyono, keluhan gatal-gatal saat menstruasi. 2007). Puskesmas tidak pernah memberikan edukasi kepada anak SD karena sasaran Penelitian ini dilaksanakan di program KRR hanya remaja SMP/MTsN Sekolah Dasar di Desa Kamoning. dan SMA/MAN. Pengumpulan datanya menggunakan pendekatan kuantitatif dengan cara Persepsi risiko merupakan pengisian kuesioner dan pengolahan data gambaran/pandangan seseorang terhadap dilakukan dengan cara editing, scoring, risiko yang akan terjadi jika coding, dan entry sedangkan untuk analisis melakukan/tidak melakukan tindakan. data menggunakan Uji Korelasi Spearman Persepsi risiko berfungsi untuk untuk mengetahui hubungan antara variabel mempengaruhi persepsi individu di awal persepsi risiko dengan variabel keinginan fase motivasi, sehingga penelitian ini siswi untuk melakukan higiene menstruasi. bertujuan untuk menganalisis hubungan persepsi risiko dengan keinginan siswi Tehnik pengumpulan data dalam menjaga higiene menstruasi di SDN menggunakan data primer dan data Kamoning Sampang. sekunder. Data primer didapatkan dengan cara melakukan studi awal dan pemberian METODE PENELITIAN kuesioner kepada siswi kelas 5 dan 6 yang sudah menstruasi, sedangkan data sekunder Berdasarkan jenisnya penelitian ini didapatkan dari studi pustaka seperti merupakan penelitian observasional literatur, jurnal, referensi yang berhubungan analitik karena peneliti tidak melakukan dengan obyek penelitian dan data jumlah perlakuan pada sampel yang diteliti. SDN Kamoning melalui Puskesmas Penelitian ini menggunakan metode Kamoning. kuantitatif dengan desain cross sectional yaitu pengambilan data hanya dilakukan Teknik yang digunakan untuk sekali tanpa pengulangan penelitian dan menganalisis data yaitu analisis univariat intervensi apapun (Setiawan & Saryono, dan bivariat. Analisis univariat dilakukan 2010). Populasi yang diteliti adalah seluruh untuk mendapatkan gambaran umum SDN remaja putri kelas 5 dan 6 yang sudah Kamoning Sampang dan distribusi mengalami menstruasi di SDN Kamoning frekuensi dari variabel yang diamati. sebanyak 32. Besar sampel penelitian ini Analisis bivariat dilakukan untuk sebanyak 32 siswi yang terdiri dari siswi mengetahui hubungan antara variabel SDN Kamoning I yang sudah menstruasi persepsi risiko dengan keinginan bertindak sebanyak 22 orang, siswi SDN Kamoning II menggunakan uji korelasi spearmen. yang sudah menstruasi sebanyak 7 orang dan siswi SDN Kamoning III yang sudah Health Action Process Approach menstruasi sebanyak 3 orang. (HAPA) merupakan suatu konsep pendekatan yang meyakini untuk mengubah Pengambilan sampel dalam perilaku seseorang dapat dilakukan dengan penelitian ini dengan cara mengunjungi cara meningkatkan keinginan melalui fase masing-masing sekolah guna mengetahui motivasi untuk membentuk keinginan jumlah siswi yang sesuai dengan kriteria menjadi action (Bandura, 1977). Fase penelitian. Pada proses pengambilan motivasi dari teori HAPA terdiri dari sampel, peneliti didampingi wali murid ke persepsi risiko, harapan hasil, dan kemampuan diri. Variabel tersebut mempengaruhi keinginan seseorang untuk

Nurul Lailatul Badriyah dan Ira Nurmala, Hubungan Antara Persepsi Risiko... 97 melakukan sesuatu, akan tetapi persepsi Gambaran Karakteristik Responden risiko berfungsi untuk mempengaruhi persepsi individu di awal fase motivasi, Siswi SDN Kamoning yang sudah sehingga varibel yang diteliti adalah menstruasi mayoritas berada pada kelas 5 persepsi risiko dan keinginan siswi dalam dan 6. Sebagian besar usia responden menjaga higiene menstruasi. adalah 12 tahun dan yang paling tua adalah 13 tahun. Siswi menstruasi dengan usia HASIL muda berumur 11 tahun yang duduk di bangku kelas 5, sedangkan umur tertua Gambaran Umum Lokasi Penelitian menduduki bangku kelas 6. Sebagian responden yang sudah menstruasi mengaku SDN Kamoning terletak di Desa pernah mengalami gatal-gatal, perih, iritasi Kamoning, Kecamatan Sampang, sampai kulit kemerah-merahan karena siswi Kabupaten Sampang, Madura, Jawa Timur. tidak pernah diberi edukasi tentang higiene Posisi geografis lokasi tersebut adalah menstruasi sehingga siswi tidak tahu cara 111.2375̊ Bujur Timur dan -7.160065̊ menjaga higiene menstruasi. Berikut tabel Lintang Selatan. SDN Kamoning didirikan jumlah siswi SDN Kamoning yang sudah pada tanggal 1 januari 1941 di Desa menstruasi. Kamoning Sampang. Sekolah Dasar Negeri Kamonig terdiri dari SDN Kamoning I, II, Tabel 1. Jumlah Siswi SDN Kamoning dan III. Tenanga pengajar di SDN Kamoning sebanyak 24 orang yang terdiri Yang Sudah Menstruasi Tahun dari 15 orang berstatus PNS dengan pendidikan terakhir S1, 2 orang PNS 2017 dengan pendidikan terakhir S2, dan 7 orang tenaga honorer. SD SD SD Kondisi prasarana di SDN Haid I II III Total Kamoning banyak yang mengalami kerusakan berat seperti ruang kelas 1 V VI V VI V VI 28 sampai kelas 6, Unit Kesehatan Sekolah Belum 10 3 4 4 4 3 (UKS), perpustakaan, dan ruang guru yang tidak mengalami kerusakan. Lingkungan Sudah 7 15 1 6 1 2 32 sekolah di SDN Kamoning memiliki sanitasi yang kurang baik karena Tabel 1 menjelaskan bahwa jumlah ketersediaan air bersih/kecukupan air masih siswi SDN Kamoning sebanyak 60 orang. kurang, tidak tersedia toilet berkebutuhan Siswi yang belum menstruasi sebanyak 28 khusus, sumber air sanitasi dan orang dan yang sudah menstruasi 32 orang. Leden/PAM, tipe jamban dari leher angsa, Siswi terbanyak yang mengalami tidak tersedia tempat cuci tangan, sabun menstruasi berasal dari SDN Kamoning I cuci tangan dan tisu di toilet. sebanyak 22 orang dan yang paling sedikit berasal dari SDN Kamoning III sebanyak 3 Kamar mandi/wc yang disediakan di orang. SDN Kamoning 1 sebanyak 3 dengan jumlah murid 300 dan tidak dipisah, Persepsi Risiko Tidak Menjaga Higiene sedangkan di SDN Kamoning II Menstruasi menyediakan 2 kamar mandi yang tidak dipisah dengan murid sebanyak 135, dan Persepsi risiko merupakan SDN Kamoning III menyediakan 2 kamar anggapan siswi tentang kurangnya menjaga mandi yang tidak dipisah dengan jumlah higiene menstruasi. sebagian besar siswi murid 90. memiliki persepsi keliru tentang cara membasuh alat kelamin, penggunaan pembalut, waktu ganti pembalut, dll. Tabel dibawah ini menunjukkan distribusi

98 The Indonesian Journal of Public Health, Vol 14, No 1 Juli 2019:93-103 persepsi risiko tidak menjaga higiene melakukan tindakan tersebut. Pada tabel menstruasi pada siswi SDN Kamoning. dibawah ini menunjukkan keinginan siswi SDN Kamoning untuk melakukan higiene Tabel 2. Distribusi Persepsi Risiko Dampak menstruasi. Keputihan Pada Siswi SDN Kamoning Tahun 2017 Tabel 3. Keinginan Siswi SDN Kamoning Dalam Menjaga Higiene Persepsi Risiko Frekuensi (%) Menstruasi Tahun 2017 (n) Persepsi Keliru 17 53,1 Keinginan Frekuensi Persentase (n) (%) Persepsi Sedang 15 46,8 Persepsi Benar 0 0 Tidak 21 65,6 Tabel 2 menunjukkan lebih dari separuh responden banyak yang memiliki Ya 11 34,3 persepsi risiko yang keliru tentang higiene Total 32 100,0 menstruasi, sedangkan siswi yang memiliki persepsi sedang dalam menjaga higiene Tabel 3 menunjukkan bahwa masih banyak responden yang tidak memiliki menstruasi sebesar 46,8%, dan tidak ada keinginan untuk melakukan higiene menstruasi. Siswi yang tidak melakukan siswi yang memiliki persepsi yang benar higiene menstruasi lebih dari 50% responden. Siswi SDN Kamoning yang tentang risiko jika tidak menjaga higiene tidak memiliki keinginan melakukan higiene menstruasi karena beberapa menstruasi. responden ada yang tidak menjawab setuju tentang persepsi dampak penggunaan Keinginan Dalam Menjaga Higiene pembalut yang tidak bersih, tidak mencuci Menstruasi tangan sebelum menyentuh alat kelamin, tidak mengganti pembalut set celana dalam Siswi akan terhindar dari penyakit ketat, tidak mengganti celana dalam yang berhubungan dengan higiene minimal dua kali sehari dll. menstruasi yang rendah jika dia melakukan saat mandi atau setelah membasuh alat higiene menstruasi dengan baik. Seorang kelamin) dengan niat bertindak dalam melakukan suatu tindakan sebelumnya dia menjaga higiene saat menstruasi. memiliki keinginan yang kuat untuk Hubungan Persepsi Risiko Tidak Tabel 5. Hubungan Persepsi Risiko Dengan Menjaga Higiene Menstruasi Dengan Niatan Siswi Dalam Menjaga Higiene Saat Keinginan Siswi Dalam Menjaga Higiene Menstruasi Tahun 2017. Menstruasi Niat To Koef. Teori HAPA menjelaskan bahwa Kore- niatan seseorang untuk melakukan suatu Persepsi Tidak Ya -tal Si Lasi tindakan memiliki hubungan dengan (%) (% (% g. persepsi risiko. Berikut tabel yang ) ) menunjukkan hubungan antara persepsi risiko (Tidak mengganti pembalut setelah Keliru 50 3,1 53, 0, buang air kecil/besar, penggunaan pembalut Benar 1 0 yang tidak bersih, tidak mengganti celana 0,639** dalam minimal dua kali sehari, tidak 31, 46, membasuh alat kelamin dari depan ke 15,6 2 8 beakang, penggunaan celana dalam ketat, tidak mencuci tangan sebelum meyentuh Tabel 5. Menunjukkan hasil analisis alat kelamin, menggunakan sabun/bahan hubungan antara persepsi risiko dengan kimia untuk membersihkan alat kelamin niatan bertindak dalam menjaga kebersihan

Nurul Lailatul Badriyah dan Ira Nurmala, Hubungan Antara Persepsi Risiko... 99 diri saat menstruasi. Nilai koefisien korelasi pertama di umur 11,12, dan 13 tahun. yang didapat sebesar 0,639** dengan taraf Perubahan dan perkembangan yang sedang signifikansi untuk hipotesis umum sebesar dilalui oleh remaja sangat memerlukan 0,000 pada tingkat taraf kepercayaan 0,05 bimbingan dan arahan yang dapat membatu atau 95% adapun tingkat kriteria pengujian remaja melewati masa pubertas dengan baik : pada periode perkembangan remaja yang Jika taraf signifikansi kurang dari α, maka sedang dilaluinya. Saat mengalami H0 ditolak dan H1 diterima. menstruasi hal terpenting yang harus Jika taraf signifikansi lebih dari α, maka H0 dilakukan adalah menjaga higiene diterima dan H1 ditolak. menstruasi agar tehindar gangguan/penyakit yang berkaitan dengan Hasil perhitungan diperoleh nilai dampak tidak menjaga higiene menstruasi signifikansi sebesar 0,000 kurang dari α seperti kulit kelamin mengalami gatal-gatal, (0,05) maka hipotesis H0 ditolak atu H1 kemerahan yang disebabkan karena terlalu diterima, artinya terdapat hubungan yang sering di garuk, dan iritasi sampai terasa signifikansi antara persepsi risiko dengan perih (Widyastuti, 2009). niatan bertindak dalam kebersihan diri saat menstruasi. Hubungan ini ditunjukkan Persepsi Risiko Tidak Menjaga Higiene dengan nilai korelasi sebesar 0,639 yang Menstruasi termasuk kedalam kategori tinggi (0,61- 0,80). Beberapa siswi SDN Kamoning masih memiliki persepsi yang keliru PEMBAHASAN tentang cara menjaga higiene menstruasi. Hal ini bisa dilihat dari jawaban responden Gambaran Karakteristik Responden bahwa lebih dari separuh responden menjawab tidak setuju tentang cara Tahap perkembangan remaja dibagi menjaga higiene menstruasi yang benar. menjadi tiga tahap yaitu remaja tahap awal Cara melakukan higiene menstruasi (10-14 tahun), remaja tahap menengah (15- menurut Manan (2011) ialah : (1) Mencuci 16 tahun), dan remaja tahap akhir (17-21 tangan sebelum menyentuh alat kelamin, tahun) (Bobak and Jensen, 2005). Pada (2) Membasuh alat kelamin dari depan penelitian ini menunjukkan responden kebelakang, (3) Membersihkan bekas berada pada rentang usia 10-14 tahun yang keringat pada daerah alat kelamin dengan termasuk pada remaja tahap awal. Usia tisu, (4) Menggunakan pembalut yang siswi kelas 5 dan 6 berkisar antara 11-13 bersih, (5) Mengganti pembalut setelah air tahun. Remaja awal akan mengalami suatu kecil/buang air besar, (6) Tidak pertumbuhan fisik yang cepat dan disertai menggunakan celana dalam yang ketat, (7) banyak perubahan, seperti pertumbuhan Mengganti celana dalam 2 kali/lebih dalam organ-organ reproduksi (Organ seksual) sehari, (8) Tidak membersihkan alat sehingga tercapai kematangan yang kelamin menggunakan sabun. ditunjukkan dengan kemampuan melaksanakan fungsi reproduksi. Pada Beberapa siswi menyatakan tidak remaja putri memiliki tanda-tanda seks setuju jika melakukan cuci tangan sebelum sekunder salah satunya menstruasi menyentuh alat kelamin. Hal ini sama (Widyastuti, et al., 2009). dengan penelitian Fitriyah (2014) bahwa lebih dari separuh responden tidak setuju Menstruasi pertama dimulai pada jika melakukan higiene menstruasi. Tidak usia 9 sampai 14 tahun. Rata-rata usia mencuci tangan sebelum menyentuh organ menstruasi di Indonesia yaitu usia 11,2-13,4 kelamin bagian luar berisiko menimbulkan tahun, dengan umur terendah 9 tahun dan penyakit karena tangan yang tidak bersih tinggi 15 tahun (Ginarhayu, 2013). Siswi terdapat kotoran dan bakteri. Jika bakteri SDN Kamoning mengalami menstruasi


Like this book? You can publish your book online for free in a few minutes!
Create your own flipbook