Selamatkan Udang dan Ikan Kami! Plan Cambodia
KATA PENGANTAR Adik-adik, terima kasih telah memilih buku ini! Buku ini bercerita tentang kehidupan di pesisir negara Kamboja, tepatnya desa Trapeang Sangke yang terdampak perubahan iklim. Setelah membacanya, semoga kalian makin sadar akan dampak perubahan iklim dalam kehidupan sehari- hari. Trapeang Sangke adalah 1
salah satu desa yang menerima bantuan dari organisasi CWDCC. Bantuan tersebut berupa program tata kelola lingkungan hidup, pelatihan tanggap bencana alam dan perubahan iklim, pengayaan perikanan, konservasi kekayaan hayati, pengadaan air bersih, dan ekowisata hutan bakau. Selamat membaca buku ini, ya! Phou Teng, <span style= 2
”color: rgb(0, 0, 0) ; font- family: ”Noto Sans”, sans- serif; font-size: 16 px;” >Direktur Eksekutif CWDCC (</span><em style=”color: rgb(0, 0, 0) ; font-family: ”Noto Sans”, sans-serif; font-size: 16 px;”>Children and Women Development Center in Cambodia</ em><span style=”color: rgb(0, 0, 0) ; font-family: ” Noto Sans”, sans-serif; font- size: 16 px;”> atau dalam 3
bahasa Indonesia: Pusat Pembinaan Perempuan dan Anak di Kamboja) di </ span><span style=”color: rgb(0, 0, 0) ; font-family: ”Noto Sans”, sans-serif; font-size: 16 px;”>Provinsi Kampot, Kamboja. </span> 4
“Wujudkan generasi muda yang tanggap dan peduli terhadap perubahan iklim dengan cara memberi anak-anak kesempatan berpendapat dan melibatkan anak- anak dalam pengambilan keputusan. Kami mengajak semua elemen masyarakat untuk memasukkan pembahasan perubahan iklim dan pengendalian risiko bencana sebagai 5
bagian dari kurikulum pendidikan anak usia SD hingga SMA. Sering kali, anak tak tahu apa yang harus dilakukan jika tiba- tiba turun hujan lebat, angin ribut, atau badai. Jika anak menghabiskan sebagian besar waktu di sekolah atau di luar pengawasan orang tua, mereka harus memiliki pengetahuan dan kecakapan agar tanggap terhadap tanda- 6
tanda bencana alam yang diakibatkan perubahan iklim.” (Kesimpulan penelitian CWDCC berjudul “Pemetaan Kondisi Masyarakat Kampung Nelayan Terdampak Perubahan Iklim di Provinsi Kampot”) 7
Selamat datang di desa Trapeang Sangke! Di tempat ini, pohon bakau tumbuh subur di rawa- rawa sepanjang pantai. Inilah hutan bakau yang bermanfaat sebagai tempat pemijahan ikan dan udang. Perdu bakau melindungi anakan ikan dan udang dari ancaman pemangsa atau ombak besar. Di antara perdu bakau, ikan-ikan yang masih kecil belajar 8
berenang kesana-kemari. 9
Guru renang mereka adalah Uak Udang. Uak Udang sering mempertontonkan kelihaiannya meloncat indah kepada anak-anak ikan. 10
Ikan-ikan kecil takjub melihat atraksi Uak Udang. “Uak Udang, ajari kami meloncat sepertimu!” pinta mereka. 11
“Baiklah,” jawabnya. “ Pejamkan matamu. Pikirkan hal-hal menyenangkan agar kamu bersemangat. Ketika hatimu dipenuhi perasaan bersemangat, segeralah meloncat setinggi-tingginya! ” 12
Ikan-ikan kecil pun meloncat dengan indahnya di permukaan air. 13
Vary dan Srey Mom tinggal di desa tersebut. Keduanya gemar berjalan menyusuri hutan bakau, bagai petugas ronda yang sedang berpatroli. Mereka sering menjumpai warga yang bergantian melakukan ronda. 14
Suatu hari Vary dan Srey Mom melihat anak-anak ikan meloncat, timbul dan tenggelam di permukaan air. Penasaran, mereka lalu bertanya, “Hai ikan, apa yang membuatmu meloncat?” ”Kami meloncat karena bersemangat!” jawab anak- anak ikan. “Uak Udang yang mengajarkannya kepada kami. Katanya, pejamkan mata, pikirkan apa pun yang 15
membuat bersemangat, lalu loncat setinggi-tingginya!” 16
Keesokan harinya, Srey Mom dan Vary kembali mengunjungi hutan bakau. Alangkah kagetnya mereka, karena pepohonan bakau telah habis ditebang! Ikan- ikan kecil pun menghilang entah ke mana. 17
Mereka berusaha mencari ikan yang tersisa. Hanya seekor anak ikan yang berhasil mereka temukan. “ Apa yang terjadi? Ke mana perginya Uak Udang dan ikan lainnya?” 18
“Oh, menyedihkan sekali! Dua orang pria mengendap- endap di malam buta, lalu menebang semua pohon! Mereka juga mengambil Uak Udang, keluarganya, dan ikan- ikan lain! Aku selamat karena bersembunyi di balik rumput laut,” si anak ikan menangis terisak-isak. 19
Srey Mom dan Vary marah besar mendengarnya sebab pohon bakau adalah tanaman yang dilindungi. Siapa pun dilarang menebangnya tanpa izin! 20
“Vary, apa yang bisa kita lakukan? Dapatkah kita melakukan sesuatu agar ini tak terjadi lagi?” isak Srey. 21
“Pasti ada sesuatu yang bisa kita lakukan meski sekecil apa pun,” harap Vary. “ Ayo, kita pergi ke rumah Ibu Guru Ly Chhay. Siapa tahu, beliau memiliki ide cemerlang.” 22
Tanpa membuang waktu lagi, Vary dan Srey Mom menceritakan pengalamannya di hutan bakau kepada Ibu Guru Ly Chhay. “Aku tahu apa yang bisa kalian lakukan. Tapi, tugas ini tidaklah mudah. Kalian harus gigih dan sabar,” pesannya. 23
“Sepuluh tahun yang lalu, keadaan di desa amat buruk karena sering terjadi penggundulan hutan bakau. Banyak warga yang menangkap ikan secara besar-besaran,” tuturnya. “ Padahal, semua itu merusak lingkungan. Akhirnya hutan bakau makin menipis dan banyak ikan yang mati.” 24
“Mengapa mereka melakukannya?” tanya Vary. 25
“Karena mereka butuh uang untuk memberi makan keluarganya,” jawab ibu guru. 26
“Namun syukurlah, hingga kini masih banyak warga yang peduli dan bekerja keras untuk menghentikan aksi-aksi perusakan ini. Nah, maukah kalian menjadi bagian dari warga yang peduli? Kalian bisa berkeliling sambil mengajak orang-orang untuk menjaga hutan bakau!” 27
Keduanya bersemangat mendengar usulan ini. Mereka tak sabar untuk turut serta menjaga lingkungan hidup. “Kapan kami bisa mulai berkeliling, Bu?” tanya mereka. 28
Ibu Guru Ly Chhay memandang ke luar jendela. Awan mendung menggelayut dan langit nampak gelap. “Sebentar lagi hujan, jadi sebaiknya kalian pulang dan beristirahat. Besok, kita akan bertemu lagi untuk membicarakan rencana ini. ” 29
”Jangan lupa membawa payung. Akhir-akhir ini, hujan lebat bisa turun kapan saja, bahkan di bulan Januari! 30
Srey Mom dan Vary pergi tidur dengan riang karena tak sabar menyambut hari esok. Malam itu, Srey Mom bahkan bermimpi menjadi aktivis lingkungan hidup jika ia besar nanti. 31
Sementara itu, Vary bermimpi bertemu dengan ikan-ikan kecil. Ikan-ikan itu berkata, “ Pejamkan matamu dan pikirkan semua hal yang membuatmu bersemangat! Saat perasaan itu meluap- luap, loncatlah setinggi- tingginya!” SELESAI 32
Tahukah kamu? Pemijahan ikan secara alami dapat dilakukan di hutan bakau. Perdu bakau atau rumput laut yang lebat dapat melindungi anakan ikan dari ancaman pemangsa dan ombak besar. Hutan bakau dapat mencegah pengikisan pesisir pantai, berfungsi sebagai tempat serapan karbon dan penyaring sampah. 33
34
Tahukah kamu? Perubahan iklim menyebabkan suhu permukaan laut naik. Akibatnya, kadar oksigen dalam air laut berkurang dan hal ini mengancam kelestarian satwa yang hidup di lautan. 35
Tahukah kamu? Sebagian besar penduduk desa nelayan di Provinsi Kampot adalah keturunan dari suku Cham, yaitu kelompok etnis beragama Islam di Kamboja. Salah satu desa di provinsi ini bernama desa Trapeang Sangke, yang masyarakatnya terdampak penangkapan ikan berlebihan dan perubahan iklim. Dampak 36
yang mereka rasakan adalah berkurangnya hasil tangkapan ikan sehingga pendapatan desa menurun drastis. 37
Tahukah kamu? Sejak tahun 20 08 pemerintah dan warga setempat menerapkan tata laksana perikanan yang bertanggung jawab. Warga melakukan ronda di sepanjang wilayah pesisir pantai untuk mencegah pembalakan liar dan kegiatan penangkapan ikan secara ilegal. Kini, mereka tersadar akan pentingnya pengelolaan sumber daya 38
alam yang berkelanjutan. 39
Tahukah kamu? Menebang pohon bakau adalah perbuatan yang menyalahi hukum. Cara penangkapan ikan juga diatur dalam undang- undang, begitu pun zona perairan yang dibuka untuk kegiatan penangkapan ikan. Akan tetapi, masih ada warga yang melanggar karena himpitan ekonomi. 40
Tahukah kamu? Menurut tokoh masyarakat setempat, hampir semua warga pesisir terlibat dalam upaya pelestarian lingkungan. Terdapat satuan tugas yang anggotanya aktif terjun ke masyarakat untuk menyadarkan pentingnya pelestarian hutan bakau dan perikanan berkelanjutan. 41
42
PANDUAN CERDAS MEMAHAMI PERUBAHAN IKLIM UNTUK ANAK-ANAK 43
Kegiatan 1: Catatlah keadaan cuaca di siang hari selama 7 hari berturut-turut. Berapakah suhu hari itu? Apakah hari itu turun hujan atau berawan? (Tanyakan kepada orang tuamu tentang istilah yang tepat untuk menggambarkan keadaan cuaca). Hari ke-1: Hari ke-2: Hari ke-3: 44
Hari ke-4: Hari ke-5: Hari ke-6: Hari ke-7: 45
Kemudian, amati catatan itu. Apakah kamu menyadari bahwa cuaca berubah-ubah (misalnya satu hari panas terik, tetapi hari lain turun hujan)? Iklim adalah cuaca rata- rata di suatu tempat dalam batasan waktu tertentu. Cuaca dapat berubah dalam rentang waktu singkat (hitungan hari). Namun, perubahan iklim 46
hanya dapat dirasakan dalam rentang waktu yang panjang (dasawarsa, abad, bahkan milenium). 47
APA PERBEDAAN IKLIM DULU DAN SEKARANG? Kegiatan 2: Apakah kamu memiliki kerabat yang berusia lanjut? Kunjungi mereka dan tanyakan: Bagaimana kondisi tempat ini saat kamu kecil? Apakah kamu merasakan perbedaan antara iklim masa lalu dan sekarang? 48
Perubahan iklim dari masa ke masa adalah suatu keniscayaan. Dahulu perubahan itu dipicu faktor alam dan kini penyebabnya adalah ulah manusia. Penggunaan bahan bakar fosil, penggundulan hutan, dan perusakan lingkungan menyebabkan gas-gas berbahaya seperti karbon dioksida mencemari udara. 49
Search