Important Announcement
PubHTML5 Scheduled Server Maintenance on (GMT) Sunday, June 26th, 2:00 am - 8:00 am.
PubHTML5 site will be inoperative during the times indicated!

Home Explore kisah-langit-jingga

kisah-langit-jingga

Published by perpus smp4gringsing, 2021-10-26 00:43:51

Description: kisah-langit-jingga

Search

Read the Text Version

Sebuah Novelet: Kisah Langit Jingga ADHI GLORY Especially dedicated to: Untuk pembaca setia blog saya, dan semua orang yang menyukai cerita saya

© 2011, Adhi Glory E-book ini tidak untuk diperjual-belikan. Bisa didapatkan GRATIS dengan cara mengunjungi: http://sihirkata.blogspot.com. Klik menu free e-book. Sebagai gantinya, kamu bisa men-subscribe RRS feed blog saya http://feeds.feedburner.com/sihirkata atau menjadi follower blog saya, untuk membaca update posting terbaru saya. Plus kamu juga akan paling tahu duluan apabila ada sesuatu yang ingin saya bagikan dengan senang hati. Seperti e-book baru saya atau karya teranyar saya… :) Terima kasih telah membaca. Kisah Langit Jingga – ADHI GLORY |i

Dari Penulis… Aloha readers! Sebenarnya ini merupakan e-book ketiga saya yang dibagikan secara gratis (untuk mendapatkan e-book gratis saya lainnya silakan mampir ke blog saya: http://sihirkata.blogspot.com). Sebelumnya e-book ini telah saya hadirkan secara berkala sebagai serial di posting blog saya. Alasan saya kemudian merangkumnya dan menjadikannya sebagai e-book adalah untuk menyebarluarkan karya saya agar bisa dibaca oleh lebih banyak orang, baik secara online maupun offline. Karena itu saya mohon bantuan dan dukungan dari pembaca semua untuk turut menyebar-luaskannya; men-twit-nya, membaginya, atau mengirimkan-nya via e-mail ke teman, pacar, saudara, atau orang- orang yang menurutmu akan suka membacanya—siapa saja. It’s free and, please, feel free to share it! Terakhir, harapan saya, semoga kalian menyukai karya sederhana ini... Selamat membaca. Palembang, 05 Agustus 2011 | Adhi Glory| [email protected] Kisah Langit Jingga – ADHI GLORY |ii

Pemuda itu—saat pertama kali melihatnya I aku merasa seperti sudah pernah melihatnya sebelumnya. Dimana? semua tukang ojek langgananku, kelima-limanya, Entahlah, pokoknya di suatu masa dalam mereka menolak mengantarku ke kampus pagi hidupku, wajahnya tak tampak asing di mataku. ini. Tapi, yah, setidaknya aku menghargai mereka, Ia seorang tukang ojek baru—oh, please jangan mungkin ini salah satu bentuk solidaritas mereka langsung skeptis dan mengatakan kalau ceritaku pada rekan baru mereka yang tengah ini tak menarik dulu hanya karena aku memboncengku saat ini. meyebutkan profesi tukang ojek sebagai objek ceritaku—di depan lorong komplek Sementara aku mengoceh di dalam pikiranku, perumahanku. Sebenarnya aku kurang sreg juga kami sekarang telah sampai di tempat tujuan. Ia naik ojeknya, pasalnya ia kurang lincah menyalip kemudian berhenti di depan gerbang kampusku. kendaraan yang ada di depannya dan terlampau pelan membawa motornya untukku yang “Nih!” Aku mengembalikan helm-nya dan sedangmemburu waktu. Heran juga, di antara mengulurkan selembar lima ribuan sebagai ongkosku. Kisah Langit Jingga – ADHI GLORY |1

Ia menerima helm-nya, tapi tak mengambil merasa wajahku sedikit memerah. Maksudku, uangku. well—yah, aku rasa aku bisa membuat sedikit pengecualian untuknya. Hanya sedikit kok. “Kenapa? Kurang ya, Bang?” tebakku dengan mimik tak senang. “Biasanya juga saya bayar “Jingga. Nama saya Jingga,” jawabku sebiasa segitu sama tukang ojek yang lain. Nih, saya mungkin, aku tak mau terlihat kikuk di tambahin dua kali lipat!” hadapannya. Ia menggeleng, tersenyum menatapku. “Nama “Nama yang cantik…” saya Langit,” katanya. “Berikan saja namamu. Itu ongkos yang saya minta.” “Seperti orangnya? Huh, basi!” “Apa?” Oh my God? Dasar perayu di pagi hari. Menyesal aku memberinya pengecualian tadi. “Saya bukan tukang ojek kok. Saya sengaja menyamar sebagai tukang ojek supaya saya bisa “Jam berapa pulang?” berkenalan denganmu.” “Eh?” Wow! Kalian dengar itu? Pagi-pagi begini sudah ada yang menggombaliku. Sebelumnya aku “Saya bisa menjemputmu kalau kamu gak bukanlah gadis yang gampang tersanjung, tapi keberatan. Gratis kok,” senyumnya melebar, dengannya kali ini, ah, aku merasa berbeda. Aku menampilkan sederet giginya yang rapi. Kisah Langit Jingga – ADHI GLORY |2

Gila! Dikasih hati, malah minta jantung. Dasar Kalau kamu menyukai e-book ini, cowok. silakan membaginya ke siapa saja yang menurutmu akan suka membacanya! “Ah, saya terburu-buru! Saya ada kelas pagi ini.” Atau kamu bisa mengirimkannya Aku bergegas meninggalkannya yang masih via e-mail ke teman, pacar, atau saudara berdiri tersenyum-senyum di atas sepeda motornya. Sesekali dari kejauhan aku meliriknya FEEL FREE TO SHARE! sekilas. Saat itulah aku merasa kalau aku pernah melihatnya sebelumnya. Entah dimana, aku merasa seperti pernah melihat wajahku di pantulan sorot matanya yang teduh. Kisah Langit Jingga – ADHI GLORY |3

Y ou and I must make a pact, II We must bring salvation back Where there is love, I'll be there bertengkar hebat dengan Papa yang sudah tiga hari tak pulang. Sementara di samping I'll reach out my hand to you, ranjangnya sebotol Jack Daniels teronggok di atas I'll have faith in all you do sebuah meja kecil. Aku tak tega meninggalkan Just call my name and I'll be there Mama begitu saja. Terpaksa aku meletakkan kembali tasku dan membereskan muntahnya. (I’ll Be There - The Jackson 5) Dan juga mengganti botol minuman keras di atas meja dengan sepiring nasi goreng sosis buatanku Pagi ini aku berangkat kuliah lebih siang dari dan segelas susu. Kemudian setelah itu barulah biasanya. Penyebabnya saat aku memasuki aku mengecup kening Mama dan lekas kamar Mama untuk berpamitan aku mendapati meninggalkan tempat itu. muntahnya berserakan di lantai. Di atas ranjang ia terlelap dengan raut kuyu, gurat kesedihan Sesampai di tempat pangkalan ojek di depan tergampar di wajahnya. Semalam Mama komplek aku mendapati Langit, si pemuda tukang ojek palsu kemarin, telah menungguku dengan sungging senyum di wajahnya. Huh, ekspresi yang Kisah Langit Jingga – ADHI GLORY |4

salah untuk menyambut mood-ku yang sedang Terpaksa deh, mau tak mau aku menaiki motor buram pagi ini! Ia menyapaku ramah. Meski ia Langit dengan enggan. Seketika si empunya dan sepeda motornya bertengger di barisan langsung menyodorkan sebuah helm padaku paling depan di antara tukang ojek lainnya, yang sambil nyengir. artinya menurut kode etik tukang ojek adalah yang berhak untuk mendapatkan penumpang Berbanding terbalik dengan suasana hatiku, di lebih dulu, tapi aku sengaja melewatinya. sepanjang perjalanan memboncengku Langit tampak riang. Ia bersiul menyenandungkan lagu Aku beralih pada Bang Karim di barisan paling jadul I’ll Be There-nya The Jackson 5. Aku protes ujung dan memintanya untuk mengantarku ke karena menurutku suara siulannya itu paling jelek kampus, tapi ia menolak dengan alasan tengah sedunia. Tapi ia bilang ia tengah menyanyikan menunggu penumpangnya yang lain. Berlanjut ke kebenaran. Ia bilang hari itu, dengan sungguh- Bang Irsyad di sebelahnya, ia juga menolak sungguh, entah ia merayuku atau tidak, “Kamu karena tengah asyik menyantap gorengan. Lalu kelihatan gak terlalu baik hari ini. Kamu tahu, Bang Iman dan Bang Hendra juga menolakku, kalau kamu sedang ada masalah atau terakhir Bang Yuda malah menyarankanku untuk membutuhkan bantuanku, I’ll be there...” mengojek motor Langit di sebelahnya karena, katanya, ia lagi kurang enak badan. Gak enak Aku tersentak di belakang punggungnya, badan kok ngojek? Alasan macam apa itu? tertegun. So sweet, huh? Aku menjitak helm-nya. batinku sebal. Keras. Ia mengaduh. Kisah Langit Jingga – ADHI GLORY |5

“Katamu kamu bukan tukang ojek, kenapa kamu mengandalkanku. Saya bisa menjadi tong sampah ada di pangkalan ojek pagi ini?” tanyaku yang baik kok!” Ia tersenyum. kemudian. Aku hanya bisa bilang terima kasih dalam hati. “Saya menunggumu,” jawabnya. Kembali aku tersentak. *** “Kenapa?” Aku senang sekali hari ini. Semalam Papa mengajak Mama makan malam, hal yang telah “Karena saya ingin mengenalmu.” lama sekali tak mereka lakukan. Kulihat Mama mengenakan gaun terbaiknya dan ia berdandan “Terus?” Aku penasaran. cantik sekali. Mereka berjalan beriringan penuh kasih menuju mobil. Aku melongok dari jendela “Saya ingin lebih dekat denganmu. Ah, kita sudah kamar. Aku sengaja menolak ajakan mereka sampai!\" Aku bergegas turun dari sepeda supaya mereka bisa menghabiskan banyak waktu motornya. dan banyak cerita berdua. Dari hati ke hati. Tuhan, aku berharap ini akan berlangsung \"Hei, saya serius,” katanya lagi sesaat setelah aku selamanya. Dan setelah ini tak akan ada lagi mengembalikan helm-nya dan hendak teriakan kebun binatang terdengar dari mulut meninggalkannya. Aku menoleh menatapnya. mereka yang selalu membuatku menyudut dan “Kalau kamu butuh teman mengobrol atau menutup telinga di pojok kamar. tempat untuk bercerita, kamu bisa Kisah Langit Jingga – ADHI GLORY |6

Pagi ini pagi ketiga Langit mengantarku ke Tak urung hal itu membuatku terkikik. Dan aku kampus, tanpa ragu aku menerima helm-nya dan pun menyadari sesuatu; rasanya telah lama sekali membonceng di jok motornya. Ia tak banyak aku tak tertawa seperti hari ini. bicara di perjalanan, tapi ia tahu aku tengah senang. Kami berdua hanya mendengarkan suara Kisah Langit Jingga – ADHI GLORY |7 desir angin di telinga kami dan menikmati perjalanan menuju kampusku pagi itu. “Jam tiga,” kataku sambil menyerahkan helm setelah turun dari motornya. Langit menerima helm-nya dengan raut tak mengerti. “Dasar bodoh!” Aku menjitak helm-nya. Ia mengaduh. “Kamu pernah bilang ingin menjemputku ‘kan? Hari ini kuliahku selesai jam tiga.” “Ah, ba-baiklah! Saya akan ada disini sebelum jam tiga! Saya janji!” katanya cepat, gelagapan. Ia tampak senang sekali.

III Jam 15.14. \"Iya!\" ketusku. \"Bahkan kakiku sampai lumutan Langit belum juga datang. Aku menunggunya menunggumu!\" dengan sebal di gerbang kampus. Dasar cowok! Janjinya tak bisa dipercaya. Ingin aku menjitak “Sekali lagi, maaf banget ya! Tadi saya harus kepalanya setelah ia datang nanti. Limabelas mengantri mengisi bensin... Dan saya gak punya menit kemudian barulah ia muncul dengan nomor handphone-mu untuk memberi kabar. terburu-buru dan suara ban sepeda motornya Nah, ini untukmu!” Ia mengulurkan sekotak berdecit di hadapanku saat berhenti. Setengah cokelat padaku. jam kurang satu menit aku menunggu. Huh! Aku mendengus dengan wajah geram, ingin aku “Apa ini? Kamu ingin menyuapku dengan ini? menjitaknya sebanyak duapuluh sembilan kali Keterlaluan! Jadi kamu ingin saya gemuk karena untuk meluapkan kesalku. ngemil beginian, hah?” cecarku. \"Begitu maksudmu?\" “Maaf, maaf, saya telat!” katanya cepat dengan “Tu-tunggu sebentar! Bukan begitu maksudnya,” wajah penuh rasa bersalah. ia mengeluarkan selembar kertas dari saku jaketnya. “Nah, ini dia!—kemarin setelah Kisah Langit Jingga – ADHI GLORY |8

mengantarmu saya mencetak artikel ini dari “Saya tahu itu, Bodoh!” Aku menjitak helm-nya. warnet. Fakta tentang cokelat. Saya hanya gak Aku tahu, aku tak punya alasan untuk ingin melihat wajahmu yang murung. Sebenarnya melakukannya, tapi aku tak mau kelihatan bodoh saya ingin memberikannya bersama cokelat ini di hadapannya. Dan juga aku tak bisa tadi pagi, tapi gak jadi karena kamu ingin saya membohongi di dalam hati betapa aku merasa menjemputmu setelah pulang kuliah. Ehem! terharu atas perbuatannya itu. Yah, hitung- Baiklah, saya akan membacakannya untukmu: hitung, lagipula aku rasa itu cukup untuk 'Menurut ahli, di dalam cokelat terdapat bahan menebus keterlambatannya menjemputku. yang disebut Phenylethylamine. Nah, bahan kimia ini diketahui para pakar memiliki sifat \"Aww! Kenapa sih kamu suka sekali memukul afrodisiak, yakni adanya zat yang dapat helm saya?\" protesnya. menimbulkan perasaan senang bagi yang mengkonsumsinya.' Jadi, saya hanya ingin bilang, Aku tak menjawab. Sebagai gantinya mengambil saat kamu sedang sedih atau gak bahagia, kamu helm dari gantungan helm di bagian leher bisa memakan cokelat ini supaya kamu merasa motornya dan lekas mengenakannya. \"Terima bahagia.” kasih...\" lirihku. Lama aku menatapnya dan memegang erat-erat Ia tersenyum mendengarnya dan cokelat pemberiannya. Dua kali ia membuatku mempersilakanku segera naik ke motornya. tertegun. “Hei, kamu punya waktu gak?” tanyaku setelah berada di boncengannya dan melaju dalam kecepatan sedang. “Saya gak mau langsung Kisah Langit Jingga – ADHI GLORY |9

pulang hari ini. Saya sedang senang dan mau jelasnya. Meski masih sore tapi tempat itu sudah merayakan hari ini. Hmmm... apa kamu mau dipenuhi beberapa pengunjung. menemani saya nonton?\" Sudah lama sekali aku tak pernah ke tempat “Saya gak suka nonton.” semacam ini. Terakhir ketika aku masih SD, saat Papa dan Mama masih rukun. Kami bertiga “Kenapa?” semburku. Oh, aku tak suka ditolak. tersenyum lebar kala itu, potretnya masih Bahkan untuk hal sepele seperti ini. tersimpan di laci meja belajarku, selalu kudekap saat mereka bertengkar. Saat itu itu Papa masih “Itu karena senangnya hanya bertahan sebentar menjadi lelaki terbaik Mama. Papa tak pernah dan gak akan terlalu meninggalkan kesan terlambat pulang ke rumah, dan Mama tak setelahnya. Saya tahu tempat yang akan pernah menuduh Papa berselingkuh. Ah, aku tak membuatmu merasa senang dan terkesan lama sebaiknya mengingat hal itu sekarang. Semua setelahnya.” orang yang datang ke tempat ini tertawa dan tersenyum sepuasnya. Tak ada kesedihan atau “Oh ya?” keluh kesah. Semua orang, baik dewasa maupun Tiba-tiba Langit berbelok ke kiri di perempatan anak-anak, lebur dalam rona kebahagiaan. jalan di depan kami, ke arah yang berlawanan dengan rumahku ataupun pusat kota. Ternyata ia Memasuki malam tempat ini kian ramai. Kami mengajakku ke daerah pinggiran kota. Ke sebuah berdua seperti pasangan yang masa kecilnya tanah lapang yang telah disulap menjadi arena kurang bahagia saja; kami menaiki komidi putar, pasar malam. Tempat ini baru buka kemarin, menyaksikan aksi pengendara motor dalam tong Kisah Langit Jingga – ADHI GLORY |10

setan, mendapatkan boneka kelinci (yang Langit bilang telinganya lebar seperti telingaku— sembarangan, ingin kujitak kepalanya apa?) dari permainan tembak-tembakan, serta menikmati gulali merah muda di sepanjang jalan di antara stan-stan yang benderang dan berderet. Kami berdua tersenyum lebar. Pada saat itulah aku menyadari ternyata senyum Langit sungguh menawan. Matanya yang sedikit sipit dengan rambut ikal dan postur tinggi sekilas mengingat- kanku pada aktor Indonesia kesukaanku, Nicholas Saputra. Ah, jangan sampai ia bisa membaca pikiranku. Aku tak ingin ia menjadi ge-er setengah mati! Terima kasih untuk Langit yang telah membawa- ku ke tempat ini. Hari ini aku sungguh bahagia. Seperti hari-hari berikutnya yang kulalui bersamanya. Namun, seperti gulali merah muda yang kukecap, semua itu tak berlangsung lama. Kisah Langit Jingga – ADHI GLORY |11

IV Langit bohong. Aku tak percaya lagi pada laki- mengakhirinya dengan indah. (Cih! laki. Mengakhirinya dengan indah—oh, aku tak bisa membayangkan perasaan Mama saat itu!) Suatu malam, beberapa hari setelah ‘kencan’ kami, Mama mengamuk hebat. Ia tak mampu lagi Selama ini, tanpa sepengatahuanku, mereka membendung amarahnya dan meledak. Ternyata telah lama tidak akur dan sepakat untuk bercerai pada saat makan malamnya dengan Papa dua setelah aku tamat SMA. Sekarang aku telah hari yang lalu adalah untuk yang terakhir kalinya kuliah, semester dua, sudah lewat dari waktu bagi mereka. Di akhir dinner mereka yang yang seharusnya, namun Mama bersikeras romantis di sebuah restoran ternama, Papa, menunda perceraiannya dengan Papa sampai aku dengan wajah dingin yang seakan membunuh melewati usia duapuluh dan dianggap telah lebih semua keceriaan Mama malam itu, menunjukkan dewasa untuk menerima semua ini. Terlebih, selembar surat cerai pada Mama untuk sebenarnya di dalam hatinya Mama masih sangat ditandatanganinya. Papa bilang sudah saatnya mencintai Papa dan berharap dengan bertahan mengakhiri semua kebohongan ini dan ia ingin suatu hari nanti Papa akan berubah dan kembali padanya. Namun harapannya itu jauh panggang Kisah Langit Jingga – ADHI GLORY |12

dari api. Semu. Picik. Naif. Dan brutal. Ya, brutal Aku telah menghabiskan sekotak cokelat karena Mama menumpuk harapannya itu pemberiannya, tapi aku tak juga merasa bahagia. menjadi amarah yang merusak dirinya sendiri… Menyebalkan! dan juga keceriaanku. *** Malam itu, Papa mengaku telah menikah lagi di luar sana. Diam-diam. Tanpa sepengetahuan Besoknya, pagi-pagi sekali aku berangkat ke kami. Sementara ini istri mudanya tinggal di luar kampus. Sengaja, aku tak ingin Langit kota. Mama merobek surat cerai di hadapannya mengantarku. Aku tak ingin berada lebih lama dengan mata merah berkabut dan berlari pulang. lagi di rumah yang tampak bagai kapal pecah Setelahnya Mama mengurung diri selama dua diamuk tornado kemarahan Mama semalam. hari di kamarnya. Tak berbicara pada siapapun, Berjinjit aku keluar kamar. Kursi-kursi dan telapak tak juga menyentuh makanannya. Dan malam ini meja tampak berhamburan. Vas bunga yang Mama tak sanggup lagi menyimpan semuanya. Ia pecah meninggalkan sisa air yang menggenang di meraung dan melolong bagai serigala yang lantai di antara serpihan beling. Lukisan yang terluka. Suara teriakan dan berisik piring pecah tergantung tak beraturan di dinding tak luput dari berbaur di udara, menyesakkan rongga dadaku amukan Mama. Oh ya, aku tak melihat Mama, yang mendengarnya. Aku menutup kedua mungkin teler di kamarnya. Ya, bisa apalagi dia! telingaku erat-erat di sudut kamar dan menangis Aku tak tahan melihat semua ini. Aku muak dan sepanjang malam. air mataku meleleh. Aku ingin berlari sejauhnya dari tempat ini. Langit bohong. Kisah Langit Jingga – ADHI GLORY |13

Sesampainya di kampus aku bersembunyi di atap melempar caci maki satu sama lain. Aku tak mau gedung. Sendirian. Hanya sepi dan suara bisik terus hidup seperti ini! Ini sungguh tidak adil! angin yang berhembus yang menghiburku, aku menangis lagi di sana. Meringkuk dan sesegukan Aku ingin berlari saja dari semua ini. Aku akan memeluk lutut. Wajahku terbenam pilu dalam- melompat dari sini dan mengakhiri semuanya. dalam. Sampai berapa lama aku tak tahu, mungkin beberapa jam, hingga aku berpikir Sementara aku memanjat pagar beton pembatas mungkin sebaiknya aku tak perlu lagi merasakan atap gedung, di bawah kulihat seseorang sesak yang menyiksa di dalam dadaku karena menunjukku dengan panik, lalu beberapa orang pertengkaran Mama dan Papa. Aku melihat ke lainnya segera bergabung dengannya dan pinggiran atap gedung dan berdiri di sana, mendongak ke arahku. Tak lama pelataran depan menatap ke bawah gedung setinggi lima lantai gedung utama kampusku itu segera dipenuhi itu. Sebuah pikiran jahat menggodaku; ia berbisik bisik-bisik orang-orang yang hendak menyaksikan kalau aku melompat dari atas sini, maka aku tak aksi bunuh diriku dengan perasaan was-was, perlu lagi menderita seperti ini. Ya, aku muak berdengung bagai suara lebah yang memenuhi dengan semua pertengkaran mereka. Toh, sudah udara. Angin yang berhembus kencang di atas sejak lama aku tak merasakan lagi kehangatan atap gedung menerbangkan rambutku. mereka atau kedamaian di hatiku, hasut pikiranku yang lain. Setiap kali bertemu, Tiba-tiba kepalaku terasa berdenyut, perutku bukannya menanyakan keadaanku, mereka mual. Kemudian kejadian selanjutnya hanya punya waktu untuk saling berteriak dan berlangsung sangat cepat—aku tak ingat mana yang persis lebih dulu; aku memejamkan mata Kisah Langit Jingga – ADHI GLORY |14

atau mengangkat sebelah kakiku dari ujung pagar bukan mahasiswa. Aku tak mengenalinya karena pembatas atap gedung dan melangkah di udara, ia mengenakan topi dan seragam perusahaan, atau melakukan keduanya bersamaan. Di bawah, tapi wajahnya tak asing di mataku. Itu wajah orang-orang berwajah kalut berteriak panjang Langit. Ia tampak begitu bersedih untukku. “JANGAAAANN…!!”. Namun apa lacur, tubuhku Tatapan matanya itu—tatapan mata terakhir melayang menabrak gravitasi disertai suara yang kulihat dari orang yang benar-benar peduli “Brukk!” yang mengerikan dan memekakkan padaku di dunia ini—seolah hendak menyedotku telinga hingga ke dalam hati siapa saja yang masuk ke dalamnya saat mata kami bertemu dan mendengarnya. Orang-orang berwajah kalut itu membiarkan jiwaku hidup di dalamnya. kini berteriak histeris, ada pula yang membekap mulutnya dengan napas tertahan, menyaksikan Lewat matanya, aku bisa melihat bagaimana ia tubuhku bersimbah darah—darah mengalir deras memandang rupaku saat ini dan betapa ia dari semua bagian tubuhku yang patah. Aku menyesali kematianku yang tragis. Lewat mata sekarat, sekujur tubuhku tak dapat digerakkan, itu, aku bisa melihat bagaimana ia memandangku hanya bola mataku saja yang masih bebas ketika pertama kali melihatku tengah duduk bergerak dengan tatap lamur. Beberapa membaca buku di sudut kantin seminggu yang hembusan nafas lagi aku pasti akan mati. lalu. Lewat mata itu, aku terlihat begitu... cantik. Dan sejak itu ia merasa jatuh cinta padaku. Cinta Pada saat itulah, samar-samar, kulihat seorang pada pandangan pertama yang sukar pemuda berdiri kaku di hadapanku dengan dijelaskannya tapi ia sangat menikmati perasaan tatapan prihatin sedalam-dalamnya di antara itu. Ia adalah petugas pengantar minuman susu kerumunan manusia yang mengelilingiku. Ia kedelai dan saat itu tengah mengantarkan Kisah Langit Jingga – ADHI GLORY |15

persediaan untuk kantin kampusku. Sejak itu ia lantas memikirkan berbagai cara untuk berkenalan dan mendekatiku. Dan sekarang ia sungguh terkejut dan sedih melihat jasadku telah terbujur kaku di halaman kampus. Matanya memerah menahan perih, lalu cepat-cepat ia meninggalkan tempat itu, menabrak orang-orang di belakangnya, dan kembali ke truk pick up-nya yang diparkir di halaman kantin. Selama beberapa saat ia menundukkan kepalanya di atas kemudi setelah menutup semua kaca jendela dan menangis di sana. CATATAN: Tanpa bermaksud membuat pembaca bingung, setelah ini, babak selanjutnya, lewat penuturan Langit, cerita yang sebenarnya baru saja akan bergulir... Kisah Langit Jingga – ADHI GLORY |16

V S ebuah titik awal... larut dalam kedukaan. Kupikir inilah satu-satunya Namaku Langit. Aku bekerja membantu cara yang bisa kulakukan untuk membunuh bisnis Ayahku, kami membuat minuman susu kepahitanku.) Aku pertama kali melihatnya kedelai dalam kemasan dan saat ini bisnis kami seminggu yang lalu. Untuk urusan yang sama, sedang bagus. Aku bertugas memasarkannya ke saat itu aku tengah mengantarkan pesanan susu toko-toko, minimarket, ataupun kantin-kantin. kedelai, ketika kulihat ia tengah duduk seorang Kemarin adalah hari paling buruk dalam hidupku. diri sembari membaca buku di sebuah meja di Aku menyaksikan di depan mata kepalaku sendiri sudut kantin. Ia gadis tercantik yang pernah orang yang kusukai bunuh diri. Saat itu aku baru kulihat dan aku langsung jatuh cinta padanya saja mengantarkan pesanan susu kedelai ke pada pandangan pertama. Sejak itu aku selalu kantin kampus tempatnya belajar. membayangkan bagaimana caranya untuk berkenalan dengannya. Namun kemarin, di hari Malangnya, aku bahkan belum sempat yang kelam itu, saat aku berkesempatan untuk berkenalan dengannya. (Sebenarnya hari ini aku kembali mengunjungi kampusnya yang kudapati sama sekali tak ingin bekerja, tapi aku tak mau tubuhnya telah tergeletak tak bernyawa di halaman kampus. Kisah Langit Jingga – ADHI GLORY |17

Dan yang lebih menyakitkan lagi, aku akhirnya Seketika aku langsung menginjak rem truk pick up mengetahui namanya dari koran yang kubeli di yang kukemudikan dalam-dalam. perempatan lampu merah tadi pagi. Terdapat sebuah berita mengenai seorang mahasiswi yang “Goblok!” makiku sambil membanting pintu bunuh diri dengan cara melompat dari lantai lima mobil, keluar. “Hei, kamu gak pa-pa ‘kan?” gedung kampus. Namanya Jingga. Nama yang teriakku pada si pemuda berandalan yang indah, bukan?—seindah pesonanya, kuakui. Ia menyeberang sembarangan itu. Kulihat ia sangat seorang anak tunggal. Diduga ia nekat melakukan terkejut dan ketakutan, wajahnya pucat. Ia bunuh diri karena merasa depresi atas perceraian terduduk dengan tubuh gemetaran di atas aspal. kedua orangtuanya. Hanya saja, aku tak habis Nyaris sepuluh senti lagi hidungnya dan seluruh pikir, kenapa ia harus mengambil jalan pintas persendian di tubuhnya pasti akan hancur yang tak terpuji itu untuk mengatasi masalahnya. dihantam trukku kalau saja tadi aku tidak lekas Ah, seandainya saja aku bisa menjumpainya mengerem. seminggu sebelumnya aku pasti akan menghiburnya dan membantunya melewati Aku hendak menghampirinya untuk mencari tahu semua penderitaannya… keaadaannya, ketika tiba-tiba saja ia bangkit berdiri dan berlari menabrakku tanpa sepatah “CKIIIIIIITT…!!” kata, lantas menghilang di antara lalu lalang kendaraan di bawah jembatan layang. Dasar Seorang pemuda tiba-tiba berlari menyeberang brengsek! jalan di depanku dengan tergopoh-gopoh. Kisah Langit Jingga – ADHI GLORY |18

Tiba-tiba, samar-samar, terdengar sebuah langsung mengernyitkan dahi ketika pertama kali teriakan lemah dari arah taman di sisi jalan. Lalu melihat dandanannya yang sungguh menarik diikuti seorang pria tua berlari tertatih-tatih perhatian. Ia mengenakan stelan jas cokelat muncul dari balik pepohonan. “Jambreeeett…!” dengan dasi kupu-kupu dan berkacamata tebal. Sekilas mengingatkanku pada penampilan Kakek Sekarang aku mengerti situasinya. Pantas saja si Carl dalam film animasi Up. Hanya saja yang pemuda berandalan tadi berlari tergesa-gesa. membedakannya adalah rambutnya yang putih Rupanya ia baru saja menjambret orang tua itu... dan berdiri acak-acakan, sepertinya sudah setengah abad lebih tidak disisir. Eh? Apa ini? Sekonyong-konyong mataku menangkap sesuatu tergeletak di bawah bemper “Hah?” sahutku kaget. “Ternyata ada juga yang depan mobilku. Aku memungutnya. Ternyata mengalami hari yang lebih sial daripada saya!\" sebuah mug. Mug itu berwarna putih dengan tambahku. \"Jadi si penjambret tadi nyaris mati gambar kartun sebuah matahari kuning berduri hanya karena mengambil barang beginian? Huh! lancip seperti durian mengenakan kacamata Pasti mug ini terjatuh saat dia jatuh karena nyaris hitam di salah satu sisinya. tertabrak tadi.” “Wah, Anak Muda, kamu berhasil Aku kemudian menyerahkan mug itu pada si menyelamatkan barang saya yang dicuri!” Si pria kakek di hadapanku. Ia menerimanya dengan tua itu menghampiriku dengan napas tersengal. hati-hati seolah benda itu adalah keramik Dinasti Namun wajahnya menampilkan ekspresi senang. Ming yang berharga ratusan juta. “Bukan ‘barang “Terima kasih, terima kasih!” katanya lagi. Aku beginian’, tapi ini adalah bukti penemuan saya Kisah Langit Jingga – ADHI GLORY |19

yang sangat berharga,” katanya dengan sinar “Penemuan macam apa?” mata berkilauan. “Nama saya Profesor Haris. “Ini penemuan yang sangat rahasia!” Ia berbisik. Sekali lagi, saya ucapkan terima kasih banyak, Anak Muda. Oh ya, boleh saya menumpang?” Kisah Langit Jingga – ADHI GLORY |20 Merasa tak tega membiarkan si kakek berjalan keletihan setelah pengejaran yang dilakukannya tadi aku pun membolehkannya menumpang. Tak lama kami pun melaju di atas jalan raya. “Kalau begitu, Kakek pasti profesor yang sangat hebat ya,” kataku berbasa-basi pada penumpang di sebelahku. “Dan kalau saya boleh tahu, mug apa itu sebenarnya?” Kulihat dari kaca spion di atas kepalaku lubang hidung si kakek kembang kempis karena pujianku. “Ah, saya tidak sehebat itu kok! Hehehehe…” Ia mengacak-acak rambut putihnya yang sebelumnya sudah tak beraturan itu hingga kian berantakan. “Sebenarnya ini hanyalah mug biasa kok. Tapi menjadi tak biasa karena menyangkut suatu penemuan yang luar biasa.”

VI “Oh…” “Makanya harus dirahasiakan agar tidak “Oh? Ta-tapi, tidakkah kamu merasa disalahgunakan oleh pihak yang tidak sangat penasaran? Kamu ingin mengetahuinya bertanggung jawab.” ‘kan? Ini penemuan hebat, lho!” “Menarik. Tapi tak ada hal yang dapat mengubah “Bukankah tadi saya sudah bilang kalau Kakek masa lalu,” sahutku dingin sambil terus menyetir, hebat?” pandanganku lurus ke depan. Tiba-tiba aku teringat pada peristiwa kematian Jingga kemarin. “Hehehehe… Ah, tidak juga kok! Memang Dan itu terasa sangat menyesakkan di sini—di kelihatan ya?” dadaku. Dasar profesor sinting haus pujian! “Apa ada yang mengganggu pikiranmu, Anak Muda?” Profesor Haris memandangku prihatin. “Ini penemuan penting yang bisa mengubah “Kamu tahu, tubuh manusia mempunyai sistem masa depan dunia,” kata Profesor Haris. pembuangan yang berfungsi menyaring racun dan mengeluarkannya dari dalam tubuh. Begitu Kisah Langit Jingga – ADHI GLORY |21

juga seharusnya dengan pikiran yang atas dasbor, dan berucap dengan tulus padaku: mengganggu. Itu harus dikeluarkan, kalau tidak “Kamu seorang anak muda yang baik. Kalau kamu akan menyumbat masuknya pikiran baik ke mau datang ke tempat saya, mungkin saya bisa dalam kepalamu dan membuat harimu menjadi sedikit membantumu.” buruk, bahkan lebih buruk.” Aku mengambil kartu namanya dan terkejut. Mendengar hal itu aku berpikir mungkin itulah Tercetak dalam huruf tebal: Prof. Haris F. Wijaya yang sebenarnya terjadi pada Jingga. Seandainya Ph.D. Bukankah ia seorang ahli fisika nasional saja, ah, seandainya saja aku bisa mengatakan hal yang tersohor hingga ke mancanegara itu? itu padanya… Tapi nyatanya semua itu sudah terlambat sekarang! Aku kemudian menceritakan Saat itu aku tak mengerti apa yang barusan semua yang kurasakan berikut kesedihanku pada diucapkan oleh profesor tua itu. Tetapi, keesokan Profesor Haris. Ia mendengarkanku dengan harinya, ketika aku bertandang ke rumahnya, ia seksama dan merasa prihatin untukku. Meski itu menjelaskan padaku sesuatu yang tidak serta merta membuatku merasa lebih baik, mencengangkan yang mungkin dapat tapi aku merasa cukup lega setelahnya. menyelamatkan kisah cintaku… Profesor Haris memintaku menurunkannya di *** sebuah halte busway di pusat kota. Menurutnya, aku sebaiknya segera pulang dan butuh waktu Profesor Haris tinggal di sebuah rumah besar untuk berpikir sendiri. Sebelum turun dari dengan halaman luas di sebuah lingkungan yang mobilku ia meletakkan selembar kartu nama di tenang. Aku tak menyangka sebelumnya ternyata Kisah Langit Jingga – ADHI GLORY |22

profesor tua itu begitu kaya. Begitu menekan bel sanalah Profesor Haris tengah sibuk bekerja di di muka pagar sebuah suara tegas menyapaku depan komputernya. dan menanyakan siapa diriku lewat interkom yang menempel di dinding pagar. Kujawab kalau Penilaian pertamaku, tempat itu luas, agak gelap, aku adalah pemuda yang menolong Profesor sekaligus berantakan. Di atas meja kerja sang Haris kemarin. Suara itu lantas mengatakan kalau profesor terdapat tumpukan kertas yang Profesor Haris memang telah menungguku, berantakan dan berisi gambar-gambar aneh kemudian pintu pagar pun membuka secara disertai coretan rumus-rumus yang tak otomatis. kumengerti. Beberapa dari tumpukan kertas itu sepertinya berakhir di sebuah keranjang sampah Aku melangkah masuk ke dalam, kutinggalkan yang menggunung di sudut ruangan. Tulisan di trukku di luar. Hamparan rumput hijau yang luas badan keranjang sampah itu, di atas kertas putih dan tertata rapi menyambutku di sepanjang jalan yang menempel, jelas mengatakan: BEBERAPA menuju serambi rumah. Seorang perempuan IDE TIDAK BOLEH LANGSUNG DIBUANG, sehingga Jawa berusia separuh baya berdiri di depan pintu. wajarlah, menurutku, bila tak ada yang berani Ia memperkenalkan dirinya sebagai pembantu di membersihkannya selain si empunya sendiri. rumah itu. Rupanya dengannya-lah tadi aku Lanjut, pengamatanku menemukan sebuah berbicara di interkom. Tak ingin membuang lemari tinggi seukuran lemari pakaian di sudut waktu ia pun mempersilakanku masuk dan lain ruangan. Lemari itu seluruhnya terbuat dari mengantarkanku melewati sebuah tangga yang kaca yang tebal—hal ini mengingatkanku pada menuju ke basement alias ruang bawah tanah. Di boks telepon umum zaman dulu. Hanya saja di atas lemari itu terdapat rangkaian kabel-kabel Kisah Langit Jingga – ADHI GLORY |23

sebesar lengan yang merayap ke langit-langit “Jadi itu fungsi mug bertuah Kakek kemarin?” ruangan yang gelap, kemudian menurun dan Aku melirik sebuah mug yang kutemukan dari si berakhir di sebuah saklar bertegangan tinggi. pemuda berandalan kemarin berisi setengah Bekerja di tempat pengap seperti ini, wajar saja cairan kental hitam yang hangat di atas meja membuat Profesor Haris tak sempat menyisir kerja sang professor, mengejek. rambutnya selama bertahun-tahun, gumamku dalam hati. “Kopi, ah, tentu saja! Ini adalah mug favorit saya yang senantiasa menemani saya bekerja. Mug ini “Maaf, Tuan,” si pembantu wanita menghampiri merupakan hadiah dari almarhumah istri saya— majikannya, “Tamu yang Tuan tunggu sudah oh ya, itu cerita lain lagi. Tapi, kamu pasti datang.” bertanya-tanya, yang membuatnya lebih spesial lagi adalah mug ini merupakan satu-satunya “Ah, baiklah. Terima kasih. Kamu boleh pergi,” benda di tempat ini yang telah berhasil berkelana sang tuan rumah memutar kursinya dan menembus waktu.” tersenyum menyambutku. “Selamat datang, Anak Muda—ah, maafkan saya, siapa namamu “Apa? Be-berkelana menembus waktu?” seruku kemarin?” kaget. “Langit,” sahutku. Profesor Haris mengangguk, lalu tunjuknya, “Kamu lihat lemari kaca yang seperti kotak “Ya! Baik sekali kamu mau datang ke telepon di ujung sana! Itu adalah karya terbesar laboratorium sederhana saya ini, Langit.” saya. Sebuah mesin waktu. Hebat ‘kan? Kisah Langit Jingga – ADHI GLORY |24

Hohohoho… Ehem! Jadi begini, kemarin saya telah mentransfer mug ini ke masa seminggu yang lalu di titik koordinat yang telah saya tentukan. Tentu saja sebelumnya mug ini telah saya tandatangani dengan inisial saya di bawahnya. Kamu lihat; H.F.W—kemudian saya yang di masa depan berusaha mencari mug tersebut untuk membuktikan eksperimen saya…” Kisah Langit Jingga – ADHI GLORY |25

VII “Saya mendapati mug itu berada di beberapa lembar uang dari dompet saya, tapi dia tangan seorang pemuda berandalan mau lebih dan meminta semua uang yang ada di yang tengah bersantai di taman, tak dompet saya. Saat itu saya tidak berpikir panjang jauh dari tempat kita bertemu kemarin,” lanjut lagi, karena di dalam hati saya sungguh girang Profesor Haris. “Saat itu dia sedang menikmati membayangkan penemuan saya telah berhasil, tehnya sembari mengawasi beberapa anak dan memberikan semuanya. Tapi dasar asuhnya yang tengah mengamen, saya berandalan kurang ajar!—begitu saya meminta meyakinkan diri melihat inisial saya di bawah mug itu dia malah kabur. ‘Dasar kakek bego! mug itu saat dia mengangkat dan meneguk Kalau mug ini begitu berharga, pastilah mug ini isinya. Kemudian saya menghampirinya dan barang antik yang sangat mahal!’ teriaknya. Saya menanyakan dari mana ia mendapatkan mug itu. pun berusaha sekuat tenaga mengejarnya. Dan Dia bilang, ‘Saya menemukannya di sekitar sini kemudian saya mendapati mug ini telah berada seminggu yang lalu.’ Cocok! Saya senang sekali di tanganmu di tengah jalan raya. Begitulah mendengarnya. Saya mengatakan kalau mug itu ceritanya.” sebenarnya adalah milik saya yang terjatuh dan saya bersedia membayarnya. Saya mengeluarkan Kisah Langit Jingga – ADHI GLORY |26

‘Wow!’ dan ‘Hah?’—yang terakhir dalam nada terlalu jauh. Jadi saya ingin bertanya padamu, mengejek. Hanya dua kata itulah yang terlintas di Langit: ‘Apa kamu ingin sekali lagi bertemu gadis dalam kepalaku setelah mendengar keseluruhan impianmu dan menyelamatkannya dari takdir ceritanya. Tapi tidakkah ini terdengar seperti kematian yang dipilihnya?’” fiksi-ilmiah yang sukar untuk diterima kenyataan? batinku. “Bi-bisakah saya melakukan itu…” suaraku bergetar. Jangan-jangan profesor tua ini hendak menipuku lagi? Tapi tidak mungkin! Mengingat reputasi dan “Untuk itulah kita akan mencobanya,” Profesor prestasinya yang sering kubaca di surat kabar, Haris tersenyum. dan juga peralatan-peralatan yang sepertinya mahal yang ada di tempat ini, tak mungkin ia “Ah…”—Kamu dengar itu, Jingga? Kita akan berbohong… bertemu lagi… Saking senangnya tubuhku sampai tegang sekali. “Jadi maksud Kakek… Kakek ingin saya…” kataku. “Tapi, tentu saja, jangan terlalu gembira dulu, “Saya merasa tersentuh mendengar ceritamu masih ada resiko yang harus kamu hadapi,” kata kemarin, Anak Muda. Saya juga melakukan hal ini Profesor Haris kemudian. “Kamu harus tahu, karena saya ingin sekali lagi bisa menjumpai istri sebelumnya saya belum pernah mengujicobakan saya yang telah meninggal sepuluh tahun lalu. penemuan ini pada manusia. Saya hanya pernah Tapi mesin waktu ini masih jauh dari sempurna melakukannya pada benda-benda yang ada di dan belum bisa menempuh jarak waktu yang sekitar saya. Bahkan, pada beberapa percobaan Kisah Langit Jingga – ADHI GLORY |27

sebelumnya, ada satu kursi lipat yang saya “A-ah! Itu pilihan kata yang salah, Anak Muda!” kirimkan ke masa tujuh puluh dua jam lalu, dan Profesor Haris melambaikan telunjuknya. “Saya pada saat ditemukan di halaman belakang di tidak pernah memaksamu untuk melakukan masa sekarang kursi itu telah kehilangan salah apapun. Saya hanya ingin menawarkan padamu satu kakinya. Ini artinya ada bagian yang sebuah kesempatan. Pilihan sepenuhnya ada di ketinggalan atau tidak dapat disatukan dengan tanganmu: mau meneruskan ini atau tidak?” sempurna setelah melewati perjalanan menembus waktu. Bukan hanya itu saja, ada juga “Baiklah! Saya ingin melakukannya!” kataku vas bunga yang saya kirimkan ke masa lalu akhirnya, sungguh-sungguh, setelah berpikir namun tidak pernah ditemukan. Padahal saya selama beberapa saat. “Lalu, kalau saya sudah telah mencarinya dengan teliti di titik koordinat berhasil ke masa lalu, bagaimana caranya untuk lokasi tempat saya mengirimkannya. Yah, kembali ke masa sekarang?” mungkin saja benda itu terjebak di zona waktu antah berantah dan tak bisa ditemui lagi. Kasihan “Sinar matamu dipenuhi oleh api cinta yang Bi Anis yang tak tahu apa-apa terus mencari-cari membara saat mengatakannya—sungguh keren! benda itu—hehehe… Ehem! Jadi bagaimana Kamu mengingatkan saya saat muda dulu, Anak menurutmu?” Muda… Hohohoho! Ah, ya, tentu saja, mengenai caranya untuk kembali ke masa sekarang, saya Aku menelan ludah mendengar penjelasan itu. sudah memikirkannya. Ini!” Profesor Haris “Jadi… jadi maksud Kakek saya manusia pertama mengeluarkan sebuah jam tangan model sport yang mau dijadikan sebagai kelinci percobaan?” dari laci meja kerjanya dan menyerahkannya padaku. Kisah Langit Jingga – ADHI GLORY |28

Aku menerimanya dan menelitinya. Jam tangan “Ya, Kakek memang seorang profesor yang yang bagus! Namun seketika penilaianku itu hebat! Tapi, hmm… yang bagian ‘berkomunikasi segera berubah manakala membalik bagian lewat jam tangan itu’ bukankah itu seperti yang belakangnya dan menemukan—pada huruf yang ada di film Power Rangers ketika saya masih kecil lebih kecil di bagian stainless steel terdapat dulu?” selorohku yang langsung membuat tulisan ‘Made in China’. senyum yang sempat mengembang sedemikian rupa di wajah si profesor mengkerut. Aku terkikik “Hei, itu tidak semurah kelihatannya!” celetuk menang. Profesor Haris. “Saya sudah memodifikasi jam tangan itu dengan berbagai peralatan canggih. “Nah! Baiklah, kalau kamu sudah siap kita akan Nih! Kamu bisa mengatur sendiri jam dan tanggal melakukannya setelah makan siang! Sementara hari untuk menjelajah dan berpindah waktu. itu Bi Anis, pembantu saya yang setia, telah Kalau sudah, kamu tinggal menekan tombol ini menyiapkan santap siang. Kamu harus mencicipi untuk mengirim sandi ke komputer saya. Sandi ini masakannya yang luar biasa, Anak Muda. akan diubah menjadi permintaan untuk Bukankah kita tidak boleh melakukan sesuatu membuka portal lubang waktu, lalu eksekusi yang besar dengan perut kosong? Ayo!” selanjutnya berada di tangan saya. Jam tangan ini juga disertai GPS untuk memantau Profesor Haris sungguh orang yang keberadaanmu. Nah, kalau kamu menekan menyenangkan dan baik hati. Ia bahkan tombol di samping ini kamu bisa berkomunikasi menyadari kalau sudah dua hari ini aku tak dengan saya… Hebat, bukan? Hohohoho!” menyentuh makanan karena terus memikirkan Kisah Langit Jingga – ADHI GLORY |29

soal Jingga. Mungkin ia bisa melihatnya dari penampilanku yang kuyu dan tak bergairah seperti orang yang telah kehilangan separuh nyawanya karena patah hati. Namun sekarang jiwaku telah terisi semangat lagi. Aku sungguh beruntung mengenalnya. Tunggu saja, Jingga! Aku akan datang untukmu dan menyelamatkanmu… Kisah Langit Jingga – ADHI GLORY |30

VIII A ku kini telah masuk ke dalam lemari mesin dengan kondisi utuh, syukurlah, di pagi hari di waktu itu. Hanya sesaat setelah Profesor depan kampus Jingga. Haris mengangkat jempolnya sebagai aba- aba dan memulai alatnya itu kurasakan tubuhku Aku ingat hari ini, siang nanti, adalah pertama merenggang kemudian mengkerut seperti karet, kalinya aku melihat Jingga di sudut kantin. Aku seolah ada medan magnet yang menarikku kuat akan mengamatinya sambil tak berkedip dari sekali—ini cukup menyakitkan dan aku tak mau jauh, dan tak berani melangkah untuk sekedar terlalu mendramatisirnya—lalu akhirnya tubuhku menyapanya dan bilang ‘Hai!’, atau berbicara tersedot masuk ke dalam sebuah lubang hitam dengannya. Tepatnya, aku benci mengatakannya, yang melingkar seperti donat di atas kepalaku; aku mati kutu saat itu. Betapa pesonanya telah lubang waktu. Dan dengan demikian dimulailah menyihirku hingga mematung seperti batu kali. perjalanan menembus waktuku… Lalu saat ia menyadari ada yang memperhatikannya, cepat-cepat aku Kunjungan pertamaku adalah menuju ke masa memalingkan wajahku dan berlalu sambil sembilan hari yang lalu, persisnya seminggu menundukkan topiku. sebelum Jingga mengakhiri hidupnya. Aku tiba, Kisah Langit Jingga – ADHI GLORY |31

Aku tahu sebentar lagi Jingga akan tiba di “Neng Jingga?” tanya si Abang tukang ojek. kampus, maka aku pun bersembunyi di balik pos satpam di dekat gerbang. Tak lama gadis yang “Maksudnya ke rumahnya?” kunanti itu pun tiba dengan menaiki ojek langganannya. Kukatakan padamu, aku tak dapat “Iya, Bang,” anggukku. menahan gejolak rindu yang membuncah dalam hatiku ketika melihatnya saat itu, sesaat “Tunggu dulu, ada apa kamu mau ke rumahnya? membuatku ingin melompat keluar dari Bukannya kalau mau menemuinya kenapa gak persembunyianku dan memeluknya erat-erat. langsung saja menemuinya tadi?” Aku benar-benar telah melihat Jingga lagi— dalam keadaan hidup; ia berbicara dengan suara “Begini, umm, gimana ya? Pokoknya Abang harus lembut pada si tukang ojek, membayar nolongin saya, maksud saya, hanya Abang yang ongkosnya, lalu berjalan melintasi pelataran bisa membantu saya… Ini sangat penting! Saya… kampus dengan keanggunan yang hanya bisa ah, saya jatuh cinta sama Jingga dan saya mau kudapatkan pada seorang Jingga. Tuhan, itulah mendekatinya.” Jingga yang kucintai… “Ohh…” si Abang tukang ojek tersenyum “Ojek!” Aku memanggil tukang ojek yang mengerti, yang kurang lebih bisa kuartikan mengantar Jingga tadi dan menghampirinya. sebagai ‘Ah, saya juga pernah muda’. “Bisa anterin saya ke tempat awal cewek tadi naik gak, Bang?” Ia kemudian mempersilakanku naik ke motornya. Sambil melaju, kujelaskan pada si Abang tukang Kisah Langit Jingga – ADHI GLORY |32

ojek—“Panggil saja Bang Karim,” pintanya— mungkin kamu bertanya, motor yang kugunakan bahwa aku mempunyai sebuah rencana untuk kupinjam dari sepupuku yang tak tahu apa-apa, mendekati Jingga dan aku memerlukan sementara sosok aku yang-sebenarnya-ada-di- bantuannya. Aku akan menyamar sebagai tukang masa-ini tetap bekerja seperti biasa membantu ojek dan mulai besok akulah yang akan Ayahku). Hari pertama aku memberanikan diriku mengantarkan Jingga ke kampusnya. Dalam untuk berkenalan secara resmi dengannya, hatiku aku berjanji untuk berusaha sedekat dengan imbalan menggratiskan ongkosnya aku mungkin dengan Jingga, mencari tahu tentang memperkenalkan diriku padanya. Seterusnya aku permasalahan yang dihadapinya, menghiburnya berpindah-pindah waktu dari keesokan harinya dan menceriakan suasana hatinya apapun yang ke keesokan harinya lagi, dan keesokan harinya terjadi. Aku akan mengubah keputusannya untuk lagi—dan begitulah aku semakin dekat dan jatuh bunuh diri kelak. Dengan dua bungkus rokok cinta padanya. Sebisa mungkin aku berusaha untuknya dan masing-masing sebungkus untuk untuk menghibur suasana hatinya yang lebih tukang ojek lain yang beroperasi di pangkalannya, sering muram, terlebih memang tak mudah untuk Bang Karim dan yang lainnya pun menyanggupi menghapus kesepiannya... permintaanku. Aku ingat, ada hari dimana aku mengajaknya Selanjutnya, dengan menggunakan arloji bersenang-senang di arena pasar malam dan penjelajah waktu Profesor Haris aku pun kami menikmati berbagai hiburan yang berpindah waktu ke keesokan harinya dan ditawarkan di sana. Suasana hati Jingga sedang memulai hariku menyamar sebagai tukang ojek bagus hari itu. Aku senang sekali ketika berhasil dan mengantarkan Jingga ke kampusnya. (Oh ya, memenangkan sebuah boneka kelinci dari Kisah Langit Jingga – ADHI GLORY |33

permainan tembak-tembakan, meski itu setelah mendung. Bisa kukatakan Jingga cenderung beberapa kali mencoba dan mengeluh, tapi hasil merupakan pribadi yang tertutup dan tampak yang kuperoleh sungguh setimpal; sebuah tenang dari luar, sementara di dalam arus yang senyum lebar melengkung di sudut wajahnya saat kuat memporak-porandakan perasaannya. kuberikan boneka itu untuknya. Aku ingat, ya, aku ingin sekali bilang padanya “Jingga, kamu *** cantik sekali kalau tersenyum seperti itu… seperti bidadari”, tapi tak kulakukan karena takut ia akan Akhirnya hari itu tiba. Sepuluh menit sebelum menganggapku gombal lantas menjitak kepalaku. Jingga mengakhiri hidupnya… Begitulah, Jingga memang tipe orang yang tak banyak bicara dan pendiam, dan ia suka menjitak Bodohnya aku! Sudah lebih dari dua jam aku kepalaku untuk menunjukkan emosinya. Jadi aku menunggu, tapi Jingga tak juga muncul di hanya tersenyum menikmati senyumnya yang pangkalan ojek tempat biasa aku menunggunya, bertebaran di sepanjang sisa hari itu. Seperti sampai akhirnya Bang Irsyad yang baru saja gulali merah muda yang kami nikmati setelahnya, kembali dari mengantar penumpangnya dari untuk sesaat aku merasa seperti telah pasar mengatakan padaku bahwa Jingga telah memenangkan seluruh hatinya… hatiku dan lama pergi ke kampus. Sejak pagi-pagi sekali, hatinya diliputi oleh aura merah muda yang tambahnya, ia beralasan ada tugas yang harus menyenangkan. diserahkan secepatnya. Tidak, Jingga bohong! Aku tahu ia akan bersembunyi di atap gedung Tapi itu saja tidak cukup. Beberapa hari kampus dan menangis di sana, lalu ia akan berikutnya suasana hatinya kembali diliputi Kisah Langit Jingga – ADHI GLORY |34

berakhir dengan membuat keputusan bodoh “Baiklah,” segera, Profesor Haris pun melompat dari tempat itu. menyanggupi permintaanku. Seketika kukebut sepeda motorku, kukatakan Di depanku sebuah lubang hitam menganga dan pada Profesor Haris lewat tombol komunikasi di di dalamnya terdapat pusaran waktu yang arloji penjelajah waktu pemberiannya untuk berputar-putar. Aku menerobos dengan membuka portal waktu di ujung jalan di depanku kecepatan penuh ke dalamnya. dan memindahkanku ke atap gedung kampus Jingga. “Apa kamu yakin?” tanya Profesor Haris. “Saya belum pernah mentransfer dua benda sekaligus lewat portal waktu. Berat beban yang akan ditransfer pasti akan sangat berat dan kalau sampai terjadi salah kalkulasi kamu pasti akan celaka—“ “Tidak ada waktu lagi! Lakukan saja! Saya percaya sama Kakek… Saya hanya gak mau mengambil resiko kehilangan Jingga untuk kedua kalinya.” Kisah Langit Jingga – ADHI GLORY |35

IX S esampainya di kampus aku bersembunyi di hanya punya waktu untuk saling berteriak dan atap gedung dan menangis lagi di sana. melempar caci maki satu sama lain. Sampai berapa lama aku tak tahu, mungkin beberapa jam, hingga aku berpikir mungkin Aku ingin berlari saja dari semua ini. Aku ingin sebaiknya aku tak perlu lagi merasakan sesak di melompat dari sini dan mengakhiri semuanya. dalam dadaku karena pertengkaran Papa-Mama. Aku melihat ke pinggiran atap gedung dan berdiri Kemudian, tepat pada saat itu, tiba-tiba aku menatap ke bawah dari gedung setinggi lima merasa seperti deja vu. Aku seperti kembali ke lantai itu. Sebuah pikiran jahat menggodaku; ia titik awal dan merasa pernah mengalami ini berbisik kalau aku melompat dari atas sini, maka semua. Seakan ada sebuah proyektor tak kasat aku tak perlu lagi menderita seperti ini. Ya, aku mata di dalam otakku yang memutar kembali muak dengan semua pertengkaran mereka. Toh, semua adegan dalam kejadian yang kualami hari sudah sejak lama aku tak merasakan lagi ini—seperti aku telah melihat masa depan itu kehangatan mereka atau kedamaian di hatiku, sendiri: hasut pikiranku yang lain. Setiap kali bertemu, bukannya menanyakan keadaanku, mereka Kisah Langit Jingga – ADHI GLORY |36

Aku menyaksikan diriku tiba-tiba mengangkat gemetaran sembari memegangi pagar pembatas sebelah kakiku dari ujung pagar pembatas atap atap gedung. gedung dan melangkah di udara dengan mata terpejam. Di bawah, orang-orang berwajah kalut “CKIIIIIIITT…!!” berteriak panjang “JANGAAAAAAANN…!!”. Namun apa lacur, tubuhku melayang menabrak Belum habis keterkejutanku, tiba-tiba terdengar gravitasi disertai suara “Brukk!” yang mengerikan suara decit nyaring roda yang beradu dengan dan memekakkan telinga hingga ke dalam hati lantai semen di belakangku. Berbarengan dengan yang siapa saja yang mendengarnya. Orang-orang itu terdengar pula suara seperti aliran listrik yang berwajah kalut itu kini berteriak histeris, ada pula beradu di udara “ZZZZRRRTT… ZZZZRRRTT!”. yang membekap mulutnya dengan napas Sekejap kemudian aku menoleh dengan kaget, tertahan, menyaksikan tubuhku bersimbah sekonyong-konyong kulihat seorang pemuda darah—darah mengalir deras dari semua bagian berdiri dengan napas tersengal dan sorot mata tubuhku yang patah. Aku sekarat, sekujur serius di atas sepeda motornya. Bagian luar jaket tubuhku tak dapat digerakkan, hanya bola kulitnya tampak berasap dan mengelupas seperti mataku saja yang masih bergerak bebas dengan tercabik-cabik. Entah dari mana munculnya tatap lamur. Beberapa hembusan nafas lagi aku sebuah sepeda motor dan pengendaranya di atas pasti akan mati… atap gedung kampus, aku tak habis pikir. “Bagaimana mungkin… dan siapa sebenarnya “Hah… hah…” Aku ketakutan setengah mati dia?” tanyaku dalam hati. setelah melihat bayangan itu. Tubuhku Kisah Langit Jingga – ADHI GLORY |37

“Jingga! Apapun yang kamu pikirkan saat ini, melangkah perlahan menghampiriku, matanya jangan lakukan itu!” teriaknya. awas mengamati setiap inchi gerakanku. Hah? Ia mengenalku. Ah, suara itu… “Sekarang, tolong, kemarilah! Kemarilah, Jingga! Demi Tuhan, menjauhlah dari pagar pembatas “Jangan melompat!” Ia melepaskan helmnya, itu…” menatapku lekat-lekat. “Saya mohon, Jingga… kemarilah!” “Apa itu benar? Ka-kamu dari masa depan...” tanyaku tak percaya, tak mengerti, juga kaget. Aku mengernyitkan dahi, “Langit?” gumamku. “Jangan mendekat!” Iya, aku tak salah lihat. Dari mana ia tahu aku ada di atas sini? Dan dari mana ia tahu aku akan “Baik! Ya, saya dari masa depan.” Langit berdiri melompat… diam sejenak, tapi tak lantas menyerah begitu saja. Sebisa mungkin ia tetap berusaha “Kamu salah kalau beranggapan kalau gak ada menggeserkan langkahnya sedikit demi sedikit orang di dunia ini yang peduli padamu… Saya untuk lebih mendekatiku. “Dan di masa depan peduli! Saya sayang kamu, Jingga! Saya tahu kita duniaku seperti terbalik tanpamu…” belum lama kenal, saya tahu mungkin saya gak sepantasnya mengatakan ini padamu… tapi, sa- “He-hei… kamu gak sedang membodohiku ‘kan?” saya rasa… saya gak bisa hidup tanpamu! Saya telah berkelana menjelajah waktu dan itu hanya “Tentu saja, mana berani saya melakukannya! untuk melihatmu tetap hidup…” Langit Lihat, saya gak memakai helm ‘kan? Saya takut Kisah Langit Jingga – ADHI GLORY |38

dijitak sama kamu…” Ia tersenyum hambar. “Bukankah saya sudah pernah bilang kalau saya akan ada untukmu? Kamu ingat, 'Just call my name and I'll be there' adalah lagu yang saya nyanyikan untukmu. Saya bersedia menjadi tong sampahmu, Jingga…” Kalah, karena melihat ketulusannya aku akhirnya membiarkan Langit menghampiriku sepenuhnya dan seketika ia langsung memelukku erat sekali, seolah tak akan melepaskanku lagi. Kisah Langit Jingga – ADHI GLORY |39

X “K amu tahu,” kata Langit, “Seseorang “Apapun akan saya lakukan untuk membuatmu pernah bilang padaku ‘Tubuh manusia tetap berada di sampingku…” mempunyai sistem pembuangan yang berfungsi menyaring racun dan mengeluarkannya Tak kusangka pelukan seorang Langit akan dari dalam tubuh. Begitu juga seharusnya dengan sehangat ini. Membuat air mataku meleleh pikiran yang mengganggu. Itu harus dikeluarkan, sejadi-jadinya dan seakan tak mau berhenti, kalau tidak akan menyumbat masuknya pikiran seperti derai hujan yang turun dari gumpalan baik ke dalam kepalamu dan membuat harimu mendung yang telah lama menggantung. Di menjadi buruk, bahkan lebih buruk…’ Jadi jangan pelukannya, aku menumpahkan segenap pernah biarkan pikiran buruk itu menguasaimu kesedihanku. lagi dan berpikir untuk mengakhiri hidupmu. Atau saya akan menjitak kepalamu itu!” Terima kasih, terima kasih, Langit… Terima kasih untuk selalu ada untukku. “Ka-kamu berani menjitakku?” tanyaku. Air mataku tumpah, aku menangis penuh haru di Setelah Langit menceritakan semuanya padaku, bahunya. ia lalu menunjukkan padaku, dari atap gedung Kisah Langit Jingga – ADHI GLORY |40

tempat kami berdiri, pada sebuah truk pick up “ZZZAPP!” Seketika Langit telah lenyap dari yang berjalan perlahan memasuki halaman pandanganku bersamaan dengan menutupnya kampus. Truk itu berhenti di depan kantin di lubang tersebut. sebelah gedung utama. Seorang pemuda bertopi dan mengenakan seragam pekerja muncul dari Sementara itu, khusus mengenai permintaanya dalamnya, membawa dua dus susu kedelai di tadi, aku sudah memikirkan sebuah rencana depan dadanya. Itu adalah sosok Langit di masa tersendiri di dalam kepalaku. kini. Ia bilang, ia sudah menyukaiku sejak pertama kali melihatku, namun tak pernah berani *** untuk memperkenalkan dirinya padaku. Sebelum berpamitan dan kembali ke masanya, Langit, Aku berjalan memasuki kantin sambil sambil berdiri di sampingku dan mengenggam menyeruput sekotak orange juice dan sengaja tanganku, berpesan padaku agar aku berbaik-baik menabrak Langit yang hendak berjalan keluar. pada dirinya di masa ini. (“Huh, nadanya sudah Jusku tumpah mengenai bajuku. “Heh, kalau jalan belagu banget nih anak!” batinku. “Biar, akan lihat-lihat dong!” bentakku. kukerjain dia nanti!”) Tak lama ia pun kembali ke sepeda motornya, menstarternya, kemudian “Ma-maaf, Mbak… Saya gak sengaja!” katanya, melaju ke dalam sebuah lubang gelap yang secara penuh penyesalan. Dari balik topinya wajahnya tiba-tiba muncul di dinding dan berputar-putar terlihat seperti orang bodoh—hihihi! seperti pusaran—tepat sebelum motor itu menabrak pintu yang menuju tangga turun. “Berapa nomor handphone-mu?” aku bertanya. Kisah Langit Jingga – ADHI GLORY |41

“Apa?” “Kamu mau mati? Atau kamu mau saya jitak sampai koma, hah?” teriakku. “Kamu pikir saya akan melepaskanmu begitu saja setelah minta maaf? Ini baju mahal, tahu! Tentu saja saya akan menagih biaya laundry-nya ke kamu… Kenapa melihat saya seperti itu? Kamu keberatan? Cepat berikan nomor handphone-mu!” Aku nyaris terkikik saat mengucapkan kalimat terakhirku itu manakala kulihat wajah Langit tampak terbengong sekaligus… senang. Ya, ia sekarang punya alasan untuk berkenalan denganku. Bagaimanapun juga, kamu hanya belum tahu betapa berartinya kamu di hatiku, Langit…Kamu adalah penyelamatku![] Kisah Langit Jingga – ADHI GLORY |42

Masih ingin membaca cerita menarik lainnya? Klik disini untuk mengunjungi blog saya Baca dan berlangganan blog saya or join here: ji Kisah Langit Jingga – ADHI GLORY |43


Like this book? You can publish your book online for free in a few minutes!
Create your own flipbook