EKONOMI PDB/PDRB untuk mendapatkan 1 unit output. Sebagai contoh, misalnya besarnya Rasio Modal‐Output investasi pada suatu tahun di negara A Marginal adalah sebesar Rp 300 miliar, sedangkan tambahan output yang diperoleh dari Incremental Capital Output Ratio (ICOR) hasil penanaman investasi itu adalah sebesar Rp 60 miliar, maka nilai ICOR Konsep dan Definisi negara A adalah sebesar 5 (300 miliar / 60 miliar). Angka ini menunjukkan bahwa Rasio Modal‐Output Marginal untuk menaikkan 1 unit output diperlukan investasi sebesar 5 unit. (Incremental Capital Output Ratio ‐ ICOR) Sumber Data adalah suatu besaran yang menunjukkan Produk Domestik Bruto (PDB) atas dasar harga konstant dan survei tahunan besarnya tambahan kapital (investasi) Industri Besar Sedang, Indeks Harga Perdagangan Besar (IHPB) baru yang dibutuhkan untuk menaikkan/ Level Penyajian menambah satu unit output. Besaran Nasional, provinsi, dan kabupaten/kota. ICOR diperoleh dengan membandingkan besarnya tambahan kapital dengan tambahan output. Karena unit kapital bentuknya berbeda‐beda dan beraneka ragam sementara unit output relatif tidak berbeda, maka untuk memudahkan penghitungan keduanya dinilaidalam bentuk uang (nominal). Manfaat Publikasi Pengkajian mengenai ICOR menjadi ICOR Nasional periode 1990 ‐1996 dan sangat menarik karena ICOR dapat 2000‐2004, ICOR persektor 1990 – 1996 merefleksikan besarnya produktifitas dan 2000 ‐2004, ICOR per 2 digit sektor kapital yang pada akhirnya menyangkut industri 1990‐1996 dan 2000‐ 2004 besarnya pertumbuhan ekonomi yang bisa dicapai. Penyedia Informasi Direktorat Statistik Industri Rumus Keterbatasan ICOR ∆IY Pada kenyataannya pertambahan output ∆Y Y Y bukan hanya disebabkan oleh investasi, tetapi juga oleh faktor‐faktor lain di luar Dimana: investasi seperti pemakaian tenaga kerja, penerapan teknologi dan kemampuan I : Investasi kewiraswastaan. Dengan demikian untuk melihat peranan investasi terhadap ΔY : Perubahan output output berdasarkan konsep ICOR, maka peranan faktor‐faktor selain investasi Y : output pada tahun berjalan diasumsikan konstan (ceteris paribus). Y : output pada tahun sebelumnya Interpretasi ICOR dapat diartikan sebagai banyaknya kebutuhan investasi yang diperlukan 76 BPS|ENSIKLOPEDIA INDIKATOR
PDB/PDRB EKONOMI Interpretasi ILOR dapat diartikan sebagai banyaknya Rasio Tenaga Kerja‐Output kebutuhan tenaga kerja yang diperlukan Marginal untuk mendapatkan 1 unit output. Sebagai contoh, misalnya pada tahun Incremental Labour Output Ratio (ILOR) 2007 perubahan pertumbuhan pendapatan sebesar 0,04455 dan Konsep dan Definisi perubahan jumlah tenaga kerja sebesar Rasio Tenaga Kerja‐Output Marginal 0,0323 maka nilai ILOR pada tahun 2007 (Incremental Labour Output Ratio – ILOR) sebesar 0,725. Hal ini berarti setiap adalah suatu besaran yang menunjukkan kenaikan Laju Pertumbuhan Ekonomi besarnya tambahan tenaga kerja baru sebesar 1% akan menyerap sebesar 72 – yang dibutuhkan untuk menaikkan/ 73 tenaga kerja. menambah satu unit output. Besaran ILOR diperoleh dengan membandingkan Sumber Data besarnya tambahan tenaga kerja dengan Produk Domestik Bruto (PDB) atas dasar tambahan output. harga konstan dan survei tahunan industri besar sedang 1975, indeks harga Manfaat perdagangan besar (IHPB) Nilai ILOR menunjukkan jumlah tenaga kerja yang terserap menurut laju Level Penyajian pertumbuhan pendapatan/ekonominya Nasional di suatu wilayah pada periode tertentu. Rumus ILOR ∆L ⁄ L Publikasi ∆Y ⁄ Y Analisis Incremental Labour Output Ratio 1990‐2004 ∆L L L ∆Y Y Y Penyedia Informasi Direkorat Statistik Industri Dimana: ΔL : perubahan jumlah tenaga kerja Keterbatasan dari tahun (t‐1) ke tahun t ‐ L : Jumlah tenaga kerja pada tahun Implementasi berjalan ‐ L : Jumlah tenaga kerja pada tahun sebelumnya ΔY : perubahan pertumbuhan output dari tahun (t‐1) ke tahun t Y : output pada tahun berjalan Y : output pada tahun sebelumnya BPS|ENSIKLOPEDIA INDIKATOR 77
EKONOMI PDB/PDRB 78 BPS|ENSIKLOPEDIA INDIKATOR
Pertumbuhan Produksi Industri 1
EKONOMI PDB/PDRB 80 BPS|ENSIKLOPEDIA INDIKATOR
PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI EKONOMI • Jika angka ini bernilai positif (+) maka produksi industri pada periode Pertumbuhan Produksi yang bersangkutan lebih besar atau Industri Pengolahan mengalami peningkatan dibanding produksi industri pada periode Manufacturing Industrial Production sebelumnya. Growth • Jika angka ini bernilai negatif (‐) Konsep dan Definisi maka produksi industri pada periode Suatu angka yang menunjukan yang bersangkutan lebih kecil atau persentase kenaikan/penurunan nilai mengalami penurunan dibanding produksi industri pengolahan pada produksi industri pada periode periode berjalan/periode bersangkutan sebelumnya. terhadap nilai produksi industri pengolahan pada periode sebelumnya. Besarnya kenaikan/penurunan yang Angka ini juga disajikan dalam periode ditunjukkan oleh angka ini adalah dalam bulanan, triwulanan, dan tahunan serta bentuk persentase. disajikan angka pertumbuhan produksi industri dalam KBLI 2 (dua) digit. Misalkan pertumbuhan produksi industri pengolahan tembakau (KBLI 16) pada Manfaat tahun2006 sebesar ‐0,89%. Ini berarti bahwa pada tahun 2006 terjadi Untuk mengetahui apakah terjadi penurunan produksi industri pengolahan tembakau dibanding produksi industri kenaikan/penurunan nilai produksi pengolahan tembakau pada tahun 2005 namun penurunan yang terjadi relatif industri dan seberapa besar tidak terlalu besar. kenaikan/penurunan nilai produksi Sumber Data Survei Industri Besar dan Sedang Bulanan industri pengolahan pada periode (IBS). bersangkutan dibandingkan dengan periode sebelumnya (bulanan, triwulanan, atau tahunan). Rumus 100% Keterangan: Level Penyajian Nasional : Pertumbuhan Produksi Industri Publikasi : Indeks pada periode berjalan Perkembangan Indeks Produksi Industri Besar dan Sedang, Indikator Ekonomi. : Indeks pada periode Penyedia Informasi sebelumnya Direkorat Statistik Industri Interpretasi Keterbatasan Belum bisa disajikan dalam skala regional • Jika angka ini bernilai nol (0) maka (terbatas pada skala nasional). nilai produksi industri pada periode yang bersangkutan sama dengan sebelumnya. BPS|ENSIKLOPEDIA INDIKATOR 81
EKONOMI PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI Implementasi MEDAN‐pertumbuhan produksi industri pengolahan besar dan sedang pada triwulan III tahun 2010 mengalami kenaikan 4,82 % dibandingkan triwulan II tahun 2010. Hal tersebut dikatakan, Kepala Bidang Integritasi Pengolahan dan Deseminasi Statistik, Panusunan Siregar kepada wartawan hari ini. “Kenaikan produksi industri kimia dan barang‐barang dari bahan kimia yang mencapai 14,38 persen merupakan penyebab utama kenaikan produksi pada triwulan III,” katanya. Dia menjelaskan, selain itu, industri makanan dan minuman yang mengalami kenaikan sebesar 13,0%, barang‐barang dari kayu dan barang‐barang anyaman naik 5,72% dan industri kertas dan barang dari kertas naik 1,52% juga mempengaruhi kenaikan produksi pada triwulan III. “Namun demikian, ada juga barang yang mengalami penurunan seperti logam dasar yang turun 2,58 %, karet dan barang dari karet dan plastik 0,48 %,” tambahnya.(WP) Sumber: http://www.medankoma.com/2010/11/ 02/pertumbuhan‐produksi‐industri‐ pengolahan‐naik‐482/ Diakses pada : Jumat, 19 Nopember 2010 82 BPS|ENSIKLOPEDIA INDIKATOR
PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI EKONOMI perusahaan. Metode penghitungan indeks produksi bulanan menggunakan Indeks Produksi Industri “Metode Divisia“, pada klasifikasi level Pengolahan 2 digit menurut KBLI 2005 (Klasifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia Tahun Industrial Production Growth Index 2005) yang disadur dari ISIC Rev‐3 (International Standard Industrial Konsep dan Definisi Classification, Revision 3). Indeks Angka indeks yang menggambarkan produksi industri besar dan sedang perkembangan produksi sektor industri digunakan sebagai dasar penghitungan pengolahan secara lebih dini karena tingkat pertumbuhan produksi industri sifatnya yang dirancang secara periodik besar dan sedang triwulanan. bulanan. Data bulanan tersebut juga dapat disajikan sebagai data triwulanan Formula Discrete Divisia berdasarkan atas maupun tahunan. Data Triwulanan rasio antar bulan masing‐masing variabel merupakan rataan dari indeks bulanan dengan tahapan agregasi secara pada triwulan yang bersangkutan dan berjenjang sebagai berikut: indeks tahunan merupakan rataan 4 (empat) triwulan pada tahun yang Menghitung rasio perusahaan bersangkutan. Angka ini juga menyajikan indeks produksi dalam KBLI 2 (dua) digit. ∑∑ Industri yang dimaksudkan adalah Menghitung rasio KBLI industri pengolahan (manufacturing industry) dengan cakupan perusahaan ∑∑ industri berskala besar dan sedang. Perusahaan industri berskala besar Menghitung rasio total adalah perusahaan yang mempunyai tenaga kerja 100 orang atau lebih, ∑∑ sedangkan perusahaan industri berskala sedang adalah perusahaan Menghitung indeks KBLI dan total industri yang mempunyai tenaga kerja 20 sampai dengan 99 orang. di mana: Manfaat Angka indeks yang dihasilkan Rasio Perusahaan menggambarkan perkembangan produksi sektor industri pengolahan secara lebih : rasio perusahaan dalam KBLI‐ dini dan data series yang lebih panjang pada bulan ke‐2 terhadap bulan dan lengkap karena sifatnya yang ke‐1. dirancang secara periodik bulanan. : nilai produksi dari komodit Rumus untuk perusahaan dalam KBLI Banyaknya perusahaan industri yang selama periode dua bulan ditetapkan sebagai sampel adalah 1.576 BPS|ENSIKLOPEDIA INDIKATOR 83
EKONOMI PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI mengalami peningkatan jika dibandingkan dengan periode dasar, : produksi dari komodit untuk perusahaan dalam KBLI‐ pada • Jika nilai indeks produksi industri bulan ke‐1 periode berjalan ( )<100, maka secara umum industri pengolahan : produksi dari komodit k untuk pada periode yang bersangkutan perusahaan j dalam KBLI‐ pada mengalami penurunan jika bulan ke‐2 dibandingkan dengan periode dasar. : rasio KBLI‐ Angka indeks produksi tahunan industri besar dan sedang untuk KBLI 15 : nilai produksi perusahaan dalam (makanan dan minuman) pada tahun KBLI‐ selama periode dua bulan, 2006 sebesar 232,91. Ini berarti bahwa di mana: kondisi industri pengolahan pada tahun 2006 secara umum berkembang lebih dari dua kali lipat dibandingkan industri pengolahan makanan dan minuman pada : penimbang sampling yang tahun 2000. disesuaikan untuk perusahaan dalam KBLI‐ Sumber Data Survei Industri Besar dan Sedang Bulanan : rasio total (IBS). : total nilai produksi tertmbang Level Penyajian dari seluruh perusahaan untuk Nasional KBLI‐ selama periode dua bulan, di mana: Publikasi Statistik Indonesia, Perkembangan Indeks Produksi Industri Besar dan Sedang, Indikator Ekonomi. R : rasio 1 : indeks pada bulan ke‐t Penyedia Informasi : indeks pada bulan ke‐ Direkorat Statistik Industri Interpretasi Keterbatasan • Belum bisa disajikan dalam skala • Indeks produksi industri pengolahan regional (terbatas pada skala menunjukkan perkembangan nasional). produksi industri pengolahan bila • Hanya bisa dibandingkan dengan tahun dasar. dibandingkan dengan periode dasar Implementasi (tahun dasar=100). Tokyo‐Jepang) Kementerian Ekonomi, Perdagangan dan Perindustrian Jepang, • Jika nilai indeks produksi industri periode berjalan ( )>100, maka secara umum industri pengolahan pada periode yang bersangkutan 84 BPS|ENSIKLOPEDIA INDIKATOR
PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI EKONOMI Kamis (15/04) mengumumkan revisi indeks produksi untuk bulan Februari, yang menunjukkan produksi industri Jepang bulan Februari, turun 0,6 persen dibanding bulan Januari, karena anjloknya industri kimia. Sementara indeks produksi untuk pabrik dan pertambangan, anjlok untuk pertama kalinya dalam tahun ini, menjadi 93,7. Selain itu, dalam data awal yang dikeluarkan pada 30 Maret disebutkan, bahwa produksi pada bulan Februari turun 0,9 persen, sementara dalam data revisi menjadi 0,0 persen. Selain itu, Kementerian juga melakukan koreksi data pada bulan Januari 2009, sampai Februari 2010, yang merupakan bagian dari proses penyesuaian ulang. Berdasarkan data yang direvisi, indeks pengiriman industri pada bulan Februari turun 0,2 persen menjadi 94,8 persen, dan persediaan industri naik 1,6 persen menjadi 95,5. (YD/KN) Sumber: http://www.nusantara‐ news.com/2010/04/160114.html. Diakses pada: Jumat, 19 Nopember 2010 BPS|ENSIKLOPEDIA INDIKATOR 85
EKONOMI PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI 86 BPS|ENSIKLOPEDIA INDIKATOR
Transportasi 1
EKONOMI PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI 88 BPS|ENSIKLOPEDIA INDIKATOR
TRANSPORTASI EKONOMI Level Penyajian Provinsi Rasio Penumpang per Pesawat Udara Publikasi Belum ada publikasi yang menyajikan Konsep dan Definisi indikator ini. Namun untuk variabel Perbandingan antara total jumlah pembentuknya yaitu jumlah penumpang penumpang yang datang atau berangkat yang datang atau berangkat dan jumlah dengan pesawat udara dengan total pesawat udara yang datang atau jumlah armada pesawat udara yang berangkat dapat dilihat dalam publikasi datang atau berangkat. Statistik Transportasi. Manfaat Penyedia Informasi Untuk mengetahui rata‐rata jumlah Direktorat Distribusi penumpang yang datang atau berangkat dengan pesawat udara per unit pesawat Keterbatasan udara yang datang atau berangkat. ‐ Rumus Implementasi Rasio Penumpang per Pesawat Udara di provinsi Sumatera Utara Tahun 1993‐ 1999 RPPU : Rasio Penumpang per Pesawat Udara (orang/unit) Thn RPPU Internasional Domestik JPPU : Total jumlah penumpang yang 1993 Dtg Brkt Dtg Brkt datang atau berangkat dengan 1994 85,53 69,32 51,13 49,83 pesawat udara (orang) 1995 87,49 74,84 51,63 53,67 1996 99,62 87,34 58,93 60,99 JPU : Total jumlah armada pesawat 1997 91,12 86,01 56,14 57,48 udara yang datang atau 1998 81,92 76,58 56,3 56,92 berangkat (unit) 1999 77,65 70,77 53,9 54,02 80,60 78,59 51,31 49,83 Interpretasi Contohnya jika rasio penumpang Rasio jumlah penumpang transportasi berangkat per pesawat udara pada tahun udara mancanegara (internasional) per 1999 sebesar 78,59 maka dapat pesawat di bandara Polonia Medan baik dikatakan bahwa setiap satu armada yang datang maupun berangkat antara pesawat udara yang berangkat rata‐rata tahun 1993‐1999 mengalami fluktuasi. mengangkut kurang lebih 79 orang Kenaikan terjadi dari tahun 1993 ke penumpang yang berangkat. tahun 1995, setelah itu mulai dari tahun 1996 sampai dengan 1998 menunjukkan Sumber Data Data untuk variabel‐variabel pembentuk indikator ini merupakan data sekunder yang diperoleh dari bandar udara cabang dan PT. Angkasa Pura I & II. BPS|ENSIKLOPEDIA INDIKATOR 89
EKONOMI TRANSPORTASI penurunan dan pada tahun 1999 menunjukkan kenaikan kembali. Pada tahun 1993 sebanyak 85,53 dan 69,32 penumpang per pesawat yang datang dan berangkat, meningkat menjadi 99,62 dan 87,84 penumpang pada tahun 1995, kemudian menurun menjadi 91,12 dan 86,01 penumpang pada tahun 1996 lalu menurun lagi pada tahun 1998. Rasio penumpang kembali meningkat pada tahun 1999 yaitu menjadi 80,60 dan 78,59. Sumber : Laporan Akhir: Studi Kebijaksanaan Perencanaan Pembangunan Transportasi Wilayah dengan Model Pendekatan I‐O, Desember 2000, Departeman Perhubungan & Badan Pusat Statistik 90 BPS|ENSIKLOPEDIA INDIKATOR
Search
Read the Text Version
- 1
- 2
- 3
- 4
- 5
- 6
- 7
- 8
- 9
- 10
- 11
- 12
- 13
- 14
- 15
- 16
- 17
- 18
- 19
- 20
- 21
- 22
- 23
- 24
- 25
- 26
- 27
- 28
- 29
- 30
- 31
- 32
- 33
- 34
- 35
- 36
- 37
- 38
- 39
- 40
- 41
- 42
- 43
- 44
- 45
- 46
- 47
- 48
- 49
- 50
- 51
- 52
- 53
- 54
- 55
- 56
- 57
- 58
- 59
- 60
- 61
- 62
- 63
- 64
- 65
- 66
- 67
- 68
- 69
- 70
- 71
- 72
- 73
- 74
- 75
- 76
- 77
- 78
- 79
- 80
- 81
- 82
- 83
- 84
- 85
- 86
- 87
- 88
- 89
- 90
- 91
- 92
- 93
- 94
- 95
- 96
- 97
- 98
- 99
- 100
- 101
- 102
- 103
- 104
- 105
- 106
- 107
- 108
- 109
- 110
- 111
- 112
- 113
- 114
- 115
- 116
- 117
- 118
- 119
- 120
- 121
- 122
- 123
- 124
- 125
- 126
- 127
- 128
- 129
- 130
- 131
- 132
- 133
- 134
- 135
- 136
- 137
- 138
- 139
- 140
- 141
- 142
- 143
- 144
- 145
- 146
- 147
- 148
- 149
- 150
- 151
- 152
- 153
- 154
- 155
- 156
- 157
- 158
- 159
- 160
- 161
- 162
- 163
- 164
- 165
- 166
- 167
- 168
- 169
- 170
- 171
- 172
- 173
- 174
- 175
- 176
- 177
- 178
- 179
- 180
- 181
- 182
- 183
- 184
- 185
- 186
- 187
- 188
- 189
- 190
- 191
- 192
- 193
- 194
- 195
- 196
- 197
- 198
- 199
- 200
- 201
- 202
- 203
- 204
- 205
- 206
- 207
- 208
- 209
- 210
- 211
- 212
- 213
- 214
- 215
- 216
- 217
- 218
- 219
- 220
- 221
- 222
- 223
- 224
- 225
- 226
- 227
- 228
- 229
- 230
- 231
- 232
- 233
- 234
- 235
- 236
- 237
- 238
- 239
- 240
- 241
- 242
- 243
- 244
- 245
- 246
- 247
- 248
- 249
- 250
- 251
- 252
- 253
- 254