PENSIUNAN MIGAS BERCERITA VERSION 15 March 2021 DAFTAR ISI PROFILE PENULIS RUANG PENGENALAN USAHA LINK UNTUK DOWNLOAD eBook
DAFTAR ISI Sekapur Sirih, Zarius Rusli 1. Agustus Mengejar Untung (1), Nismah Rumzy 2. Agustus Mengejar Untung (2), Nismah Rumzy 3. Ahli Geologi Bukan Sekedar Cari Minyak, Ahmiyul Rauf 4. Ajang Silaturahmi Pensiunan Caltex/Chevron Bintaro, Zarius Rusli 5. Anak kemaren sore sendirian di Pacific North West, Zulhak 6. Back to square one.kami balik modal (Gurindam ku), Zulhak 7. BAKTI SOSIAL ITB75 @ PROGRAM SURYA BHASKARA JAYA LXI SAIL MOROTAI 2012, M. Turidho 8. Bapakku, pahlawan keluargaku, Soejanto Poedjosoedarto 9. BEKERJA, Maryuswan Marsid 10. BERTANI DI PADANG GURUN, Isdjulaedi Bakri 11. Broadway, New York 1981, Nismah Rumzy 12. CAPPADOCIA – ANATOLIAN PLATEAU Sebuah Catatan Geowisata, Isdjulaedi Bakri 13. Cerita Ringan dan agak Norak mungkin? Cerita Tas Kresek, Habash Semimbar 14. Cerita-Cerita Lucu Seputar Combus, Mirza Afridi 15. Dari RUMBAI ke MINAS terus ke JAKARTA gagal ke DURI, Idham Lubis 16. DUBIC Charity Ride, Sadono 17. EPISOD-EPISOD MASA LALU, Hanafi Kadir 18. Etos Kerja dari Kecil, Widi Hartono 19. Etos Kerja, Zulhak 20. G O L F, Anton Soetijoko Wahjosoedibjo 21. Gagal Masuk Caltex, Jadi Mahasiswa UGM, Akhirnya Jadi Pegawai Caltex Juga, Ahmiyul Rauf 22. GELEGARMU MENUNTUN PERJALANAN HIDUPKU, Isdjulaedi Bakri 23. GUNAKAN AKAL PANJANG Trik Bersilaturahim dengan Para Tokoh, Elthaf 24. Gurindam ku, Zulhak 25. HABITAT ULAYAT SATWA, Isdjulaedi Bakri 26. IBUKU, Renville Almatsier 27. Ingatan akan masa kecilku, H. Zulhak 28. Jalan Menuju Bulak Sumur, Ahmiyul Rauf 29. Jalan menuju Caltex dan cita cita melihat Amerika, Muslim Harahap 30. Jembatan Pontoon mengakhiri kerja sebagai Kontraktor Caltex, Darwin Chalidi 31. KAMPUNGKU 1949, Nismah Rumzy 32. Kang Guru, we’re comiiiing… (AUSTRALIAN TRIP) 26 NOPEMBER 2018 – 7 DESEMBER 2018, M. Turidho 33. KENANG-KENANGAN MASA REMAJA, Anton Soetijoko Wahjosoedibjo 34. Kepala Kerbau untuk Jembatan Ponton, Darwin Chalidi 35. L I M A T A H U N D I I T B, Anton Soetijoko Wahjosoedibjo 36. Mandiri, Percaya Diri, Kamu Pasti Bisa, Huriaty Barlian 37. MASA TUA, ANTARA BLUJIN BELEL DAN AKHIRAT, Renville Almatsier 38. Menarik juga pembahasan mengenai aplikasi HP. Safri Ishak
39. Menerapkan Ide Perubahan Waktu Kerja di CPI, Zarius Rusli 40. MENGAJAR di SMP Dangung Dangung 1956-1957, Nismah Rumzy 41. Mengalahkan Reputasi Ibuku dalam Memasak Kenangan dikala Bujangan di DBQ Rumbai , Habash Semimbar #17375 42. Mengenal Computer dari Tempat Sampah, Safri Ishak 43. MENGENANG MASA KECIL, Anton Wahjosoedibjo 44. MENJADI PEMULUNG, Maryuswan Marsid 45. Nomaden, Nurmansyah 46. Part 1 , My puppy love , Ida Marthias 47. Pendidikan dalam keluarga: Membangun dan menumbuhkan \"jiwa entrepreneurship\" anak sejak usia dini., Oleh: Soejanto Poedjosoedarto 48. Pendidikan dalam keluarga: Menanamkan paham “wanita ibu rumah tangga” kepada ketiga anak-anak perempuanku., Soejanto Poedjosoedarto 49. Perjalanan indah “anak kolong” menjadi geologist, Soejanto Poedjosoedarto 50. PERJALANAN PANJANG KE TANAH LELUHUR, Syaifuddin Abdullah 51. Pontoon punya cerita, Ida Marthias 52. RHHH RUN dan BAKTI SOSIAL di Desa BULUH CINO (RUN # 1519 and # 1520) 14 & 15 September, 2002, M “torpedo” Turidho 53. Saat-Saat Yang Menegangkan, Zarius Rusli 54. Sebagai Pegawai Baru Sempat Terpikir Berapa Lama Bisa Bekerja Di CPI, Oleh: Supriadi Arif 55. SEIKAT KATA SEJEMPUT HARAP UNTUK ALUMNI SMAN - I PEKANBARU, Syaifuddin Abdullah 56. Sejarah Sekolah Caltex, Nismah Rumzy 57. Sekelumit cerita waktu kecil, Zarius Rusli 58. Semoga Suatu Saat Saya Bisa Naik Haji, Supriadi Arif 59. Sepasang “Sepatu Bola”, dr. Jenny Naro Oepangat 60. Sepatuku Hilang di Padang Panjang, Mirza Afridi 61. Sewaktu Kecil Kami Disandera Tentara, Irfan Ali 62. STC Bukittinggi 1958-Pebruari, Nismah Rumzy 63. STC YANG MEMBAWA BERKAH, Nismah Rumzy 64. Strategi mendapatkan seorang istri yang cantik, Zarius Rusli 65. Suluah Uwo Nar Oyok, kenangan masa kecil dan Ramadhan Penggalan kisah masa masa kecil ambo, Zulhak 66. Sungai Siak, Nurmansyah 67. TAK TERASA SUDAH MENGELUTI OLAHRAGA SEPEDA SEJAK 1994, Benny H. Kumala 68. Terkurung Di Tempat Yang Nyaman, Huriaty Barlian 69. Terus Bekerja, Selagi Dipercaya, Ahmiyul Rauf 70. Terus Bekerja, Terus Belajar, Ahmiyul Rauf 71. Transformasi Budaya melalui Daging Goreng Berbalut Roti RCC Pertengahan Juni 1959, Darwin Chalidi 72. Tuhan punya rencana terindah, Ida Marthias 73. ULAR, Syaifuddin Abdullah
RUANG PENGENALAN USAHA BACK COVER (SYNOPSIS)
SEKAPUR SIRIH Assalamualaikum Warahmatullah Wabarakatuh Dengan mengucapkan syukur kehadirat Allah SWT, kita bisa menyelesaikan buku Seri Pertama, \"Kumpulan Ceritera dan Pengalaman-pengalaman Menarik Para Pensiunan Migas\". Penulisan ceritera dan Pengalaman-pengalaman menarik ini adalah karya dari anggota WA Grup HPC (Himpunan Pensiunan Caltex) Menulis. WA Grup HPC Menulis dibuat sebagai sarana silaturahim bagi anggotanya. Silarurahim sambil belajar dan berbagi ilmu seluk beluk soal tulis menulis, seperti otobiograpi, artikel, puisi, dan lain lain. Untuk yang pertama dimulai dengan program Parade Menulis. Setiap anggota diminta untuk memasukkan tulisan dengan topik bebas, antara 1 sampai 8 halaman. Aturan penulisan dibuat tidak terlalu kaku, waktu lamanya penulisan yaitu 1 bulan. Alhamdulillah program ini mendapat respon yang sangat baik dari anggota. Jumlah tulisan yang terkumpul 73 tulisan dari 28 orang penulis, hanya dalam waktu satu bulan itu. Masya Allah Tabaraqqallah. Teman-teman berlomba memasukkan tulisan-tulisannya. Ini membuktikan bahwa kreatifitas para pensiunan tidak berkurang, khususnya dalam mengaktifkan memori dan menulisnya menjadi ceritera yang menarik. Kami sangat puas dengan karya tulis teman-teman. Sebahagian besar cerita-ceritanya sangat menarik, enak dibaca dan memenuhi kaidah-kaidah menulis secara umum. Jalan jalan ke Air Manis Naik kuda si belang tiga Program pertama Parade Menulis Respon anggota luar biasa Anak Medan ke pasar mancari makan Makannya lahap walaupun dengan ikan teri Anggota HPC Menulis memang membanggakan Hasil nya bisa dilihat pada buku istimewa ini
Terima kasih kepada anggota grup WA HPC Manulis, semua Penulis dan pihak-pihak lain yang membantu sehingga buku ini bisa diterbitkan. Selamat membaca Wassalam Zarius Rusli Januari 2021
1. Agustus Mengejar Untung 1962 (1) Oleh: Nismah Rumzy Payokumbuah Labuah Basilang Bao Cikarau ka Limbonang Buah lintabuang jo daun mansiang Tinggalah kampuang, tinggalah sayang Ditananah rantau kok lai ka sanang Mangaja untuang di nagari urang Aku tertunduk sendu, setitik bening airmataku menetes membasahi pipiku yang sejak lama tak pernah kurawat aku kehilangan muka yang ceria yang pernah kupunyai. Aku kelihatan kuyu, beban berat setelah perang seperti menghimpit diriku, hingga nyaris tidak bergerak. Diatas rumah, Makku terlihat menyelesaikan zikir terakhir setelah sembahyang subuh. Tikar pandan sajadah yang ia pakai, seperti telah terburai diujungnya. Kami dirumah kecil dibelakang sekolah , menanti pagi. Wajah anak-anak kecil anak-anak uniku begitu damai, sepertinya ia tidak pernah mengerti bahwa ia tidur diatas puing prahara perang saudara.
Bara ditungku seperti melentik lemah, memperpilu suasana pagi itu. Ini adalah beras terakhir yang bisa ditanak pagi ini. Setelah, perang, banyak orang jatuh miskin, apalagi penduduk di kampungku ini. Kecurigaan antar sesama bersimaharaja lela, orang-orang memilih diam dan mengurus dirinya sendiri. Setelah kampungku ini dibebaskan APRI, pengawasan diberikan kepada para militer bentukan tantara yang berasal dari orang-orang setempat. Menurut desas-desus yang kudapatkan, Kolonel Pranoto Reksosamudro yang memimpin operasi territorial pengamanan Minangkabau dan Sumatera Tengah setelah Kolonel Yani merebut Padang dan kota-kota lain dimana sekejap pernah dikuasai PRRI, membentuk Organisasi Pertahanan Rakyat (OPR) untuk mengambil alih negeri-negeri yang telah ditinggalkan oleh PRRI dan pendukungnya. Anggota-anggota OPR ini, banyak berasal dan bersimpati kepada Partai Komunis Indonesia (PKI). Ketika PRRI akan mulai, aku mendengar, banyak dari anggota dan simpatisan PKI ini yang ditangkap oleh tantara Kolonel Husein. Sebagian mereka ditahan di Situjuah, dimana dulu pernah terjadi tragedi Situjuah yang menyebabkan puluhan pejuang kemerdekaan gugur ditangan Belanda. Sebagian lainnya kemudian dibawa ke Muaro Labuah di Solok yang berbatasan dengan Kerinci, dan dipenjara disana. Sejak awal memang PKI di Sumatera Tengah tidak pernah mendukung Dewan Banteng dan PRRI. Bahkan sebaliknya setengah ahli menyatakan, meletusnya PRRI juga disebabkan makin membesarnya pengaruh Komunis terhadap Soekarno. Karena itu Masyumi sebagai Partai Islam, tidak mau bergabung dengan Kabinet 3 kaki yang dimimpikan Soekarno, cabinet yang disokong oleh kekuatan Nasionalis, Agama dan Komunis (NASAKOM). Ibarat mencampur Minyak dengan Air, meskipun siudah berpuntung-puntung, kayu habis, yang airnya menguap, minyaknya mendidih. Sesuatu yang tidak mungkin disatukan. Disitu kadang Sukarno terhalunisasi atas keliaran ide-ide politiknya. Aku juga mendengar desas-desus kalau anggota dan simpatisan PKI yang ditahan di Situjuah kemudian terbunuh semua. Sepertinya tantara PRRI tidak punya pilihan saat ini. Dari pada menikam dari belakang seperti kejadian sepuluh tahun lalu di Madiun, lebih baik dipulangkan saja ke Maha Pencipta. Kejadian ini kemudian menimbulkan dendam yang kemudian dilampiaskan oleh OPR, kepada keluarga-keluarga PRRI yang bertahan di Nagari. Situasi ini makin parah dimana kadang Nagari juga seperti melting pot yang siap meledak. Sengketa masa lalu seperti pertarungan perebutan sako dan pusako, seperti bara dalam sekam. Meskipun apinya tidak kelihatan, namun asapnya sesekali muncul dari selanya. Nah, keberadaan operasi territorial, lengkap dengan OPR sebagai “Kuda Pelajang Bukit”-nya, kemudian memfasilitasi konflik itu. Kadang ada orang yang ingin mengambil harato pusako saudara dekatnya pergi melapor ke OPR, kalau saudaranya ini adalah Tentara Luar (PRRI). Lalu OPR segera “menjemput malam”-kan saudaranya tersebut. Dimana akhirnya sering orang hilang tak tentu rimbanya. Begitu pula “Anak Gadih”, ibarat lepas dari Mulut Harimau, jatuh ke Mulut Buaya. Ketika operasi territorial berjalan
yang ditakutkan adalah Tentara Diponegoro, ketika Nagari diserahkan ke OPR, yang ditakutkan sipil-sipil bersenjata itu. Kerapkali mereka menggoda untuk dijadikan Bini dimasa perang, itupun masih untung, bagaimana kalau di-Rogoh Paksa saja. Karena itu aku pernah mendengar ada istilah perempuan “Ganja Batu”, seketika ketika jantung perlawanan PRRI itu jatuh ke tantara Dalam/Pusat. Menjadi “Ganja Batu” sungguhlah posisi yang tidak mengenakkan. Ganja Batu alias Ganjal batu adalah perempuan nestapa yang “dikawini“ oleh Tentara Dalam ketika operasi territorial dilakukan. Nah kata dikawini ini perlu saya berikan tanda kutip, karena perlu penyelidikan lebih mendalam mengenai ikatan antara perempuan ini dengan Tentara Dalam yang mengawininya itu. Tentara-tentara yang berperang jauh dari rumah, membuat hasrat kelelakian juga mebara, seiring dengan membaranya kampung-kampung karena di bom api oleh angkatan udara APRI. Kadang karena kelamaan menyisiri tepi hutan, ditengah kelelahan dan tekanan psikologis itu, membuat para prajurit itu terhalunisasi. Walaupun istrinya cantik yang ditinggalkan ditanah Jawa asalkan perempuan setempat biasa-biasa saja pun kadang kelihatan cantik dimata laki-laki yang sudah lama tak tersalurkan hasratnya. Bagi si orang tua gadis, tidak ada pilihan untuk menolak lamaran singkat tantara pendudukan itu. Lamaran dari seorang militer bersenjata, rasanya lebih dari sebuah Titah Maharaja, meskipun pangkatnya ketika datang, mungkin saja baru Tamtama. Tapi apalah daya, dari pada “Hilang Malam” dan ujungnya tak tentu rimbanya. Ketika pendudukan selesai, para tantara kemudian kembali ke Jawa, apa daya, di Jawa mereka sebenarnya telah memiliki istri syah yang tercatat dalam nomor register Istri-Istri Tentara di Batalion masing-masing. Sungguh tidak mungkin membawa perempuan-perempuan ini ikut serta, jika tidak ingin terjadi perang Baratayuda dirumah. Meski demikian, ada juga Tentara-Tentara dari Jawa ini yang serius menikahi perempuan di daerah pendudukan. Namun sesampai di Jawa, mereka harus bersiap menjadi Madu yang tidak diinginkan. “Madu” yang tidak menyehatkan, tetapi Madu yang membuat jantung Istri Tua kena rematik dan “Kapiradan”. Sesampai di Jawa, tentulah tidak mudah bagi Perempuan-Perempuan ini untuk pulang. Selain sebagai Tentara, para Suami ini bisa ditugaskan pula “Menumpas” sisa-sisa Permesta di Minahasa, bisa juga karena sulitnya transportasi pulang ke kampung, dimasa situasi susah itu. Gaji Tentara yang kecil, kerapkali tidak cukup untuk membiayai beberapa Bini dan anak-anaknya. Karena itu, tak jarang pula perempuan Bawaan dari daerah pendudukan ini, harus membanting tulang pula, membiayai hidupnya diperantauan. Nah mulai dari situ, kemudian si Ganja Batu kemudian digauli selayaknya Istri-Istri mereka di seberang. Tidak jarang juga, selama pendudukan, lahir bayi-bayi buah perkawinan tampa pilihan itu, kalau tidak ingin dinyatakan sebagai sebuah perkawinan paksa diawah todongan senjata. Aku bergidik kalau mengingat semua cerita-cerita itu. Apalagi rumahku sendiri telah disilang oleh OPR, sebagai tanda kalau dirumah itu ada yang masih diluar terlambat menyerah, atau setidak-
tidaknya adalah simpatisan PRRI. Siang malam aku dan keluargaku hidup dengan kekhawatiran. Apakah akan bisa melihat matahari pagi esok hari. Nah, tinggallah perempuan Ganja Batu meratapi nasib, memandang anak yang lahir sebagai buah Cinta penuh paksa. Seiring dengan lolongan peluit kapal pengangkut di Teluk Bayur, seperti itu pula jeritannya yang tenggelam didalam dada. Bagi mereka-mereka yang beriman teguh, tentu Tuhan tempat berlari. Berbait-bait Do’a dimalam buta, agar sampai masa senang tiba. Rahasia hidup ditutup rapat-rapat, agar si anak tidak merasa “Cacat”. Syukur-syukur ada lelaki yang menaruh iba, atau kalau beruntung, lelaki yang penuh cinta. Kemudian ia datang dan meng- “Gunggung Tabang”, mengadu nasib, meninggalkan kampung halaman…….Ijok… Ya…..Ijok….Ijok adalah melarikan diri, meninggalkan kampung dan keluarga, entah akan pulang entahkan tidak, karena belum tahu seperti apa kampung orang yang akan ditapak. Tahun 1961- 1963, adalah satu masa dimana gelombang imigrasi Orang Minangkabau ke berbagai kota, laksana air bah. Tak peduli lekuk dan liku jalan hendak di tempuh, tak tentu Teluk dan Tanjung hendak dilayari. Yang penting Ijok, pergi sejauh mungkin dari “Tepian Tempat Mandi”. Tidak banyak alasan ketika Ijok itu, selain melarikan diri bagi yang terlibat PRRI, atau menyelamatkan diri dari suasana kampung yang tidak lagi disenangi. Sudah hukumnya orang kalah perang akan mendapatkan berbagai perlakuan yang tidak menyenangkan, sampai mengancam bagi pemenang. Apalagi prilaku kaki tangannya, OPR….ya OPR, merasa lebih menang dari pemenang sendiri, keliling negeri berkacak pinggang. Merasa Jendral dari Pada Jendral itu sendiri. Tak jarang pula, menarok Pistol di meja “Lapau”, mengintimidasi dan menaku-nakuti. Kalaulah melintas Gadis-Gadis hendak kesurau, mata jelalatan dan tangan berusaha menjangkau. Ah….Aku mendesah, aku kemudian berdiri melihat tanakan nasi pagi itu. Gelembung-gelembung putih uapnya, berusaha mengangkat, tutup periuk besi tempatnya ditanak. Kemudian aku mengambil sendok tempurung yang lekukan tempurungnya kemudian menyauk dan mengurangi jumlah air mendidih yang menggenangi tiga perempat periuk itu. Sejak awal aku sengaja melebihkan jumlah air untuk menanak nasi itu. Kelebihan air nantinya akan bagus untuk diminum sebagai makanan tambahan. karena stress, hidup dibawah bayang-bayang ketakutan. Yah….hampir semua Kampung dan Nagari diwilayah basis PRRI kekurangan makan. Sawah-sawah terbengkalai , ladang-ladang menyemak. Para lelaki demikian banyak Ijok meninggalkan kampung halaman ke tanah rantau. Sedangkan yang tinggal sibuk menuruti perintah ajaib-ajaib dari OPR. Kalau tidak dituruti, paling sedikit, tempelengan yang diterima pagi-pagi. Mulai dari wajib ronda malam hari, sampai ke gotong royong membangun Tugu Kemenangan APRI. Tugu yang sedianya adalah penanda bahwa kampung itu telah bebas dari PRRI, namun secara tersirat pendirian tugu itu adalah perang urat syaraf, sebagai peringatan kepada “Pemberontak dan Family”, bahwa anda adalah orang kalah yang harus tahu diri. Akibat kekurangan lelaki karena Ijok maupun karena sibuk melayani para OPR, sawah-sawah tidak menjadi, hingga tidak ada banyak padi. Keluarga-keluarga kemudian menahan lapar, setiap makan mesti berbagi. Pendeknya, situasi saat itu, sedikit saja diatas syarat menjadi diatas menuju
Busung Lapar. Perlahan aku matikan api dan hanya meninggal kan beberapa bara ditungku dan itu cukup membuat nasi diperiuk itu matang. Kemudian aku melangkah perlahan, mendaki tangga dari dapur menuju ruang tengah rumah gadang aku berpapasan dengan Makku yang masih memakai “Talakuang” atau mukena lusuh. Ibuku kemudian menatapku sembari bertanya; “Nima….kenapa kau menangis nak……?” “ Ah…tidak..mak mungkin mata berair karena pedih kena asap dari sabut kelapa ditungku”….jawabku menyembunyikan sedan ku. Aku tidak ingin menambah beban perempuan paruh baya itu lagi. Perang telah begitu menekan, sehingga kerapkali perempuan tua itu mengigau ketakutan ketika tidur malam dan tak jarang ia terbangun tengah malam karena suara tembakan. Apalagi kerapkali ia harus mengasuh 3 orang anak uniku. Hayatun Nismah Rumzy, Ex badge#11703 Masa kerja: 1 Desember 1962- 15 April 1994 1/12/1962 Mengajar di SD Caltex, 1963 Teacher American School, 1969 Assistant organization and Cost Studies, 1970 Tape Librarian EDP, 1974-1994 Programmer System Analyst Project Manager, Sr. Supervisor Customer Service INFOSYS Selama bekerja 32 tahun di Rumbai RETURN TO DAFTAR ISI
2. Agustus Mengejar Untung (2) Oleh: Nismah Rumzy Berbekal nasi yang dibungkus dengan daun pisang dan 2 telor rebus dan sambal serta sebotol air putih berangkatlah aku naik bus Gagak Hitam yang sering berhenti. Tiap2 berhenti kalau ada tempat maka naik penumpang baru. Perjalanan panjang ini meliwati jalan2 yang penuh lumpur seperti sawah yang habis dibajak. Kadang2 bus tak bisa jalan walaupun rodanya berputar. Dalam keadaan begini turunlah penumpang laki2 mendorongnya dari belakang. Sungai pertama Rokan dilewati dengan rakit pelayangan namanya Rantau Berangin. Semua kenderaan antri menunggu gilirannya. Waktu menyeberang semua penumpang turun. Jalan yang berbentuk sawah lagi ditempuh Gagak Hitam dengan lambat. Perasaanku waktu itu terharu biru. Aku bertekad kalau tak dapat kerja yang layak mungkin aku mau jadi ‘bedinde’ orang Caltex saja. Aku mau jadi babu asalkan yang halal. Setelah melewati kedua pelayangan Rantau Berangin dan Danau Bingkuang sampailah aku dikota Pekanbaru. Tujuanku ialah ketempat abang lelakiku yang tertua yang telah bertahun2 tak ketemu. Ia tinggal disebuah rumah kontrakan yang jauh dari jalan besar. Abangku ini pergaulannya luas dan pekerjaannya pedagang K5 banyak temannya preman pasar. Tinggallah aku sementara disitu. Tak mungkin aku menompang berlama2 nanti merusak hubunganku dengan kakak iparku. Prioritas pertama mencari kerja. Aku mendengar berita bahwa salah seorang adik kelasku di SGA mengajar di sekolah Caltex. Siapa tahu rezkiku dan teringat olehku kata2 guru kesayangannya: “Hayatun kamu bisa kalau kamu mau berusaha”. Disebelah rumah abangku tinggallah seorang tukang jahit keturunan Cina dan aku mampir menengok2 model baju anak muda zaman kini. Kutanyakan apakah penjahit itu menjual baju yang tidak dipakainya lagi. Dikeluarkan oleh penjahit tersebut beberapa baju bekasnya. Diberikan oleh pejahit tersebut kepadaku baju bekasnya yang tak dipakainya lagi. Dengan sedikit malu kupilih beberapa yang cocok untukku. Dan waktu mau dibayar Cik tersebut mengatakan itu hadiah. Akhirnya tukang jahit tersebut menjadi langganan ku. Untuk berhemat pagi sekali aku berjalan kaki menuju Terminal Bom baru dan sampai di Bom baru jembatan pontoon yang bisa terbuka dan tertutup itu sudah tak bisa dilalui lagi. Kuputuskan untuk naik sampan penyeberangan saja. RETURN TO DAFTAR ISI
3. Ahli Geologi Bukan Sekedar Cari Minyak Oleh: Ahmiyul Rauf Konon Gubernur Saleh Jasit sudah lama mendambakan sebuah \"master plan\" untuk merealisir mimpi-mimpi yang tertuang dalam Visi Riau 2020, yaitu \"Terwujudnya Riau Sebagai Pusat Pertumbuhan Ekonomi dan Kebudayaan Melayu di Asia Tenggara\". Buat seorang pimpinan perusahaan, peristiwa ini bukan cerita warung kopi biasa, akan tetapi pembicaraan Pak Saleh dengan Pak Bosha di lapangan golf pada penghujung tahun 2001. Omongan seorang Gubernur dalam kesempatan bermain golf mestinya dipandang sebagai hal yang penting. Oleh sebab itu kemudian menjadi pembicaraan di kalangan pimpinan Caltex ketika itu. Hasil dari diskusi internal tersebut kemudian menghasilkan kesimpulan, bahwa Caltex bersedia membantu Pemda Riau untuk mendanai kegiatan berupa proyek yang akan merumuskan semua dokumen master plan yang dimaksud, dengan menyediakan dana sebesar satu juta dollar Amerika Serikat. Setelah usulan ini diterima Pemda Riau, sebagai bagian dari kesepakan kerjasama Pemda-Caltex, maka Caltex membentuk \"Steering Team\" yang akan terlibat dalam mengeksekusi pengeluaran dana untuk keperluan tersebut, sementara Pemda menunjuk Bappeda untuk mengorganisir ketersediaan SDM yang akan menjadi Tim Perumus. Saya tidak menyangka akan menjadi salah seorang anggota \"Steering Team\" yang ditunjuk oleh Caltex, bersama-sama dengan beberapa orang lainnya, terutama dari Bagian Hubungan Pemerintahan Caltex. Anggota \"Steering Team\" dari Caltex akan hadir dalam berbagai sesi rapat-rapat dan presentasi di Pekanbaru. Tentunya saya lebih banyak belajar selama kegiatan ini berlangsung. Yang jadi catatan penting pada waktu itu adalah keterlibatan berbagai instansi dan lembaga dalam proyek ini, bukan hanya dari kalangan staf pemerintahan dan perguruan tinggi dalam negeri, juga ikut serta dalam berbagai sesi presentasi dan diskusi dari kalangan konsultan luar negeri. Saya dapat kesempatan berkenalan dan berinteraksi personal dengan berbagai tokoh cendekiawan Riau seperti Dr. Ediyanus Herman Halim, Dr. Ashaluddin Jalil, dan kalangan petinggi Bappeda waktu. Poin-poin penting yang dibahas dalam berbagai sesi presentasi para pakar waktu itu tidak terbatas pada perencanaan fisik saja, tetapi juga perlu Pemda Riau menekankan tentang pentingnya penyiapan SDM, tidak saja melalui perencanaan dan pengelolaan pendidikan, juga dalam program sosialisasi dan edukasi kepada masyarakat luas agar supaya semua pihak berkontribusi dan bergerak bersama menuju Visi Riau 2020 dimaksud. Melihat kemajuan Riau hari ini dan bagaimana gambaran idealnya yang tersusun dalam dokumen master plan tersebut mestinya bisa dijadikan topik diskusi yang menarik. Sayang dokumen laporan setebal 20 jilid tersebut tidak pernah lagi terdengar bunyinya, bahkan banyak para pendatang baru di pemerintahan baik dari kalangan eksekutif dan legislatif mungkin tidak pernah tahu bahwa dokumen itu ada. Yang saya ingat usulan jalan tol tembus Pekan Baru-Dumai termasuk poin usulan penting yang menjadi pembicaraan selama sesi diskusi berlangsung.
Bukan hanya jalan tol, kita juga mendiskusikan tentang perlunya menghidupkan kembali gagasan membangun jalan kereta api dari Logas ke Pekanbaru, yang oleh penjajah jepang malah sudah pernah ada kereta apinya mengangkut batubara dari daerah Petai Kuantan Singingi ke Pekanbaru. Secara kalkulasi sederhana saja, kalau Jepang sudah membangun rel keretaapi, pastilah mereka sudah mempunyai angka-angka perkiraan cadangan yang ekonomis sehingga mereka berani berinvestasi, walaupun mereka memakai angka-angka asumsi biaya tenaga kerja minimal karena memakai tenaga rodi yang tidak dibayar dan tidak dikasih makan. Mengamati sepintas lalu, selama perjalanan pulang-pergi Pekanbaru-Teluk Kuantan, keadaan jalan sekarang sudah penuh dan padat oleh truk dengan berbagai muatan, antara lain truk batubara yang kalau berjalan beriringan sampai 5 dalam satu konvoi. Truk-truk mengangkut CPO lebih banyak lagi. Ditambah lagi dengan truk mengangkut kayu akasia yang muatannya pasti melebihi tonase jalan. Saya membayangkan pada tahun 2002 ketika kita menyusun master plan keadaan belum seburuk ini. Namun kita sudah mengantisipasi, bahkan dengan angka-angka, yang ketika itu ada saya tangkap dilayar presentasi. Jadi kami dalam tim master plan sebenarnya sudah memberikan gambaran prediktif, kejadian seperti sekarang akan terjadi kalau pemerintah tidak turun tangan menyediakan anggaran pembangunan melebihi lima trillitun pertahun. Sementara APBD Provinsi Riau pada tahun berjalan tidak melebihi angka itu. Dari awal kita sudah memberikan peringatan, paling tidak dalam sesi presentasi, yang juga dihadiri oleh staf pemerintahan, bahwa untuk mencapai Visi Riau 2020 memerlukan komitmen yang kuat dan sepenuh hati. Kita sudah menggambarkan bahwa Visi Riau 2020 tersebut bukanlah angan-angan diatas awan, namun bisa menjadi kenyataan, karena modal kekayaan alam dan budaya di daerah Riau memang tersedia dan melimpah. Kalau pemerintah tidak sepenuh hati, perkembangan ekonomi Riau akan tetap laju, masyarakat akan tetap datang, termasuk investor, yang kelelahan adalah infra struktur pendukung, sehingga dalam keseharian terpaksa masalah diatasi secara tambal sulam, kurang memuaskan tidak membanggakan seperti bunyi Visi Riau 2020: \"Terwujudnya Riau Sebagai Pusat Pertumbuhan Ekonomi dan Kebudayaan Melayu di Asia Tenggara\" Saya tidak mengikuti perkembangan tentang pembuatan master plan itu sampai selesai, karena pertengahan tahun 2002 saya mendapat tugas untuk bekerja di perusahaan induk Caltex di California selama dua tahun. Dokumen laporan diserah kepada Gubernur Saleh Jasit ketika itu pada tanggal 5 Mei 2003. Mestinya dokumen tersebut mempunyai kekuatan hukum dengan mengesahkan Perda khusus, sehingga Gubernur pengganti setelah itu menyusun RJPMD berdasarkan Laporan Visi Riau 2020. Saya tentu berbesar hati dengan kepercayaan yang diberi, ternyata seorang ahli geologi bisa berperan, tidak hanya mencari minyak.
Ahmiyul Rauf terlahir di kota kecil Teluk Kuantan, Provinsi Riau 65 tahun lalu. Terkenal karena kekayaan minyaknya, baginya adalah sumber motivasinya untuk mendalami geologi, dan masuk Teknik Geologi UGM pada tahun 1975. Enam tahun setelahnya dia diwisuda dan mendapat gelar insinyur. Segera setelah lulus dia berkerja di PT Caltex Pacific Indonesia sejak tahun 1981. Setelah 24 tahun berkarir di PT CPI, Dia sempat berpindah tugas beberapa perusahaan minyak lain, antara lain Petronas, Kuala Lumpur. Terakhir bertugas sebagai Direktur di suatu perusahaan minyak milik daerah. Dia masih aktif terlibat dalam berbagai kegiatan kemasyarakatan, terutama sebagai narasumber terkait isu-isu perminyakan di Riau. RETURN TO DAFTAR ISI
4. Ajang Silaturahim Pensiunan Caltex/Chevron Bintaro Oleh: Zarius Rusli Saya sangat senang dengan rasa kekeluargaan dan keakraban sesama warga waktu tinggal di komplek perumahan Caltex di Rumbai, pekanbaru. Selama saya bekerja disana 36 tahun, saya selalu tinggal di komplek perumahan. Waktu saya pensiun, saya pindah ke Bintaro Jaya, Jakarta. Saya dapat informasi bahwa di komplek Bintaro Jaya cukup banyak para pensiunan Caltex/Chevron tinggal. Untuk menyambung lagi rasa kekeluargaan sesama ex karyawan Caltex/Chevron di Bintaro Jaya, saya berinisiatif mengundang seluruh teman2 tersebut ke rumah saya pada awal bulan Mei 2002. Undangan saya mendapat respon yang positif. Pertemuan dihadiri 42 teman beserta istri. Dalam pertemuan itu kami sepakat untuk mengadakan pertemuan rutin, silaturahmi dan arisan ibu2, setiap dua bulan. Sampai sekarang pertemuan rutin silaturahmi tersebut sudah berjalan selama 18 tahun. Rupanya aktifitas pertemuan2 kami ini diketahui oleh sebuah Majalah Bulanan di Kota Tangerang Selatan. Mereka ingin meliput dan memasukkan beritanya ke majalah mereka. Dibawah ini tulisan saya waktu wawancara online dengan redaksi majalah tersebut. \"Di Bintaro Jaya, ada komunitas para pensiunan karyawan Caltex/Chevron. Namanya Himpunan Pensiunan Caltex/Chevron atau disingkat HPC Bintaro Jaya. Didirikan sejak 8 Mei 2002. Tujuannya, menjalin silaturahmi, berbagi informasi, dan bernostalgia sesama pensiunan yang dulu bekerja di Caltex/Chevron Sumatera dan Kantor Jakarta. Kami ingin tetap menjalin silaturahmi, kebersamaan dan persaudaraan dengan hidup sehat, menyenangkan dan berbahagia... HPC Bintaro Jaya menjadi wadah untuk mengadakan pertemuan rutin yang diikuti segenap anggota. Setiap pertemuan biasanya diisi dengan ceramah-ceramah kesehatan, ilmu pengetahuan umum, dan berbagi informasi2 yang terbaru seputar Bintaro Jaya. Juga tak luput informasi2 tentang tempat2 tujuan wisata alam dan wisata kuliner yang menarik. Kini, ada 52 keluarga sebagai anggota HPC Bintaro Jaya. Jika dihitung dengan anggota yang masih aktif sebagai karyawan Chevron, ada sekitar 100-an keluarga lebih. Setiap pertemuan rutin, biasanya paling tidak dihadiri sekitar 35-40 keluarga. Para anggota HPC Bintaro Jaya berdomilisi tersebar hampir disemua sektor, mulai Sektor 1 hingga 9. Namun mayoritas tinggal di Sektor 7, 8, dan 9.
Kami ada program 2 kali setahun, darmawisata ke tempat-tempat menarik ke kota-kota yang ada di Indonesia. Program lain mengunjungi para anggota yang sedang sakit atau tertimpa musibah. Aktif pula mengikuti beragam kegiatan olah raga, seperti senam jantung sehat, sepeda santai, dan jalan kaki bersama, berbaur dengan komunitas Bintaro Jaya lainnya. Setiap pertemuan, ada iuran Rp 50 ribu per anggota. Uang iuran tersebut digunakan untuk menunjang aktivitas-aktivitas sosial antara lain membantu anggota yang membutuhkan, menengok yang sakit atau membantu anggota yang tertimpa musibah. “Kami sangat gembira bisa bernostalgia dengan pengalaman-pengalaman saat masih bekerja. Kami juga senang bisa bareng-bareng berdarmawisata alam dan kuliner. Hampir semua tempat yang menarik di Indonesia sudah kami kunjungi.\" Zarius Rusli, ex. Badge #12131 Di PT Caltex Pacific Indonesia, Oktober 1964 sampai Oktober 2000. Safety & Security Dept: Fire Inspetor Rumbai, Fire & Safety Team Leader Dumai, Supv Fire Prevention Rumbai, Supervisor Fire & Safety Minas, Fire & Safety Engineer Rumbai, Senior Fire & Safety Engineer Rumbai. Tahun 1989 Community Department: Sr Supv Office & Management Serices, Asst. Superintendent Camp& Food Services,Team Manager Camp Services Rumbai. -Tahun 1997 - 2000 Manager Industrial Relations di Corp HR Rumbai. Diploma Industrial Safety dari New York University. Sertified Total Loss Control dan Safety Auditor dari International Loss Control Institude USA. Setelah pensiun:
- HSE dan People Managemen Consultant di Guna Elektro Grup, Jakarta, Surabaya dan Solo (14 tahun). - Executivw Advisor di PT Qiandra Information Technology Jakarta (4 tahun). - Owner dan Managing Director SKAP Training & Consultant (2005 - Sekarang) RETURN TO DAFTAR ISI
5. Anak kemaren sore sendirian di Pacific North West Oleh: Zulhak Awal 1982 masuk tahun kesembilan saya usia 29 thn sebagai karyawan PT CPI di Power Generation &Transmission Dept (PG&T) bertugas di Transmission Distribution Minas. Departmen PG&T dgn Supt Alm Puguh Sugiharto saat itu dan masih banyak orang bulenya ada Price D Rose, Berkley Steele, Lee Dwight Goering, RW Hatt dll. typical Westerners yang sangat doyan barbeque party nyaris setiap quarter semua kumandan ini turun ke Minas mengadakan quarterly meeting yang selalu diikuti party yang mengundang kami semua karyawan PG&T suami istri. Suatu hal lain yang kami rasakan luar biasa adalah mereka menyampaikan appresiasi terbuka dihadapan peserta gathering itu, misalnya pencapaian kenaikan kelas karyawan atau yang diberi tugas baru atau kesempatan training termasuk EDACT GRANT untuk training keluar negri. Saya termasuk yang beruntung saat itu di announce sebagai pengisi posisi District Supervisor T&D Minas (AOBT) maksudnya ditrainingkan untuk posisi tersebut, serta diberi kesempatan untuk bisa ikut Foreign Training quarter pertama 1982 tsb. Habis mengumumkan itu Mas Puguh bisiki saya “tingkatkan Bahasa Inggris nya Zul untuk bisa meraih TOEFL 600 besok saya kirimi buku untuk latihan kata beliau” dan ikuti pelatihan untuk persiapan foreign training di Rumbai kata beliau lagi. Dengan modal kelas delapan Line Maintenance Supervisor jadilah saya peserta kelas paling bawah dalam peserta pelatihan EDACT GRANT itu di Training center Rumbai pada hari-hari yang dijadwalkan sambil tetap bekerja kadangkala nguber kerja sampai ke Petapahan atau Zamrud. Ada sedikit rasa minder kami suami istri berada diantara senior-senior paling rendah kelas sepuluh dalam group pelatihan tersebut, sempat mengalami grogi sewaktu menghadap Perrsonalia di Kantor Pusat Rumbai untuk minta “dibuatkan AMEX CARD dan CPI BUSSINESS CARD”. Kata bapak yang saya temui.”ini hanya untuk minimal kelas Sembilan. anda tidak eligible” kata beliau. Saya berkonsultasi dengan pak JRN Sinulingga dan Alm Uda Jusman Muis tentang kendala persiapan yang diperlukan untuk keluar negri tsb akan tetapi pihak Personalia tidak bisa / mau membantu. Kedua bapak ini memberi saya semangat tidak penting amat itu, you bisa cari jalan lain. Kan bisa beli Travel Cheque dan buat sendiri kartu nama, Uda Jusman bilang “you ambil pinjaman setengah gaji belikan travel cheque dan jangan banyak-banyak belanja”. Kami dijadwalkan berangkat pertengahan Maret 1982 dan diminta terlebih dahulu mampir di kantor AMOSEAS Singapore untuk mengatur itinerary pergi dan pulang. Bagi kami ini merupakan bagian dari Foreign Training bagaimana mengatur dan memanfaatkan International Travelling dan Leg Allowance 7 hari pergi dan 7 hari pulang “round the world trip” yang merupakan cita-cita dan impian saya sewaktu mengikuti Kursus Bahasa Inggris dengan Pak Chaidir dibelakang Apotik Asmara Murni Jenjang Gudang Bukittinggi kursus malam hari sewaktu sekolah.
Training program saya direncanakan oleh Pimpinan di PG&T dan dengan Training Koordinator dikantor pusat PT CPI New York Mr David T. Gilfillan. Berbeda dengan Foreign Training atau Assignment nya karyawan yang berhubungan dengan ekplorasi dan produksi atau drilling yang berhungan dengan perusahaan induk Chevron atau Texaco. Saya dicarikan tempat magang dengan Utility Company dan Electrical related training atau seminar. Test kedua saya muncul menjelang konfirmasi keberangkatan sewaktu reporting dikantor Amoseas Singapore, beberapa tempat seperti Baton Rouge, Allis Chalmers dan beberapa tempat membatalkan janjinya karena ada resesi ekonomi tahun 1981 di USA. David Gilfillan bilang ”You will survive and make your own arrangement and program, I can’t meet you personally – there is Rental Car reserved at Hertz Portland Oregon airport – you take Airport Exit turn right and within five minute you will be in the Interstate I-5 North and crossing bridge over big Columbia River and will take you to Fort Vancouver and Shiloh INN at exit so and so”. Katanya pada sepucuk telegram yang diunjukkan petugas Travel Amoseas Singapore. Jadilah kami berdua menikmati bulan madu meninggalkan dua anak bayi kami Yessi Olivia usia tiga setengah dan Ryan Mefiardhi satu setengah tahun bersama neneknya di Komplek Melati 402 Minas. Kami menuju Tokyo via Hongkong untuk dua hari dua malam tour di Tokyo, selanjutnya penerbangan panjang Tokyo – Honolulu dan menikmati Hawaian Tour selama dua hari dua malam, kami sempat dialayani sangat baik oleh pelayan sebuah restaurant dimana kami makan siang, disangkanya kami Philipinos orang kampungnya. Seterusnya melanjuntukan perjalanan Honolulu – San Francisco juga untuk dua hari dua malam “cita-cita dan impian untuk mengunjungi San Francisco Golden Gate Bridge terwujud syukur Alhamdulillah”. Kecapaian serta jet lag tidak menjadi halangan dan kami sangat menikmati perjalanan, hanya istri yang selalu cemas. Kan lagi ada Perang Malvinas antara Inggris dan Argentina bagaimana jika pesawat kita salah tembak katanya, saya bila Malvinas itu jauh mama disebelah sana benuanya Amerika. Hari ketujuh sampailah kami di Portland Oregon Airport, setelah mengurus semua bawaan saya mendatangi Hertz Counter clerknya langsung menyodori saya amplop reservasi mobil yang dipesan Training Koordinator David Gilfillan sebuah VW Compact Matic. Saya sempat diberi briefing dengan oretan jalan keluar airport untuk bisa mencapai Interstate I-5 North sebagaimana nota dari David. Kami telah menyangka mengambil belok kanan menuju Interstate I-5 North ternyata sudah jauh nyetir ndak jumpa Jembatan Besar I-5 yang digambarkan itu, Kami berhenti dan bertanya pada pemakai jalan yang bertemu ”You make U-Turn and drive straight and you will meet the big bridge”. Ternyata belakangan kami paham sesungguhnya airport itu berada dipinggir sungai besar Columbia River tersebut. Melaju di Interstate I-5 North yang besar lima jalur itu dan konsentrasi untuk mencari Exit Fort Vancouver dan Shiloh INN, Alhamdulillah kami lega berhasil mendapatkan penginapan yang telah direserve untuk kami. Dua hari pertama di Fort Vancouver Washington State kami pergunakan untuk exploring lingkungan cari tempat belanja dan makan serta mencari Bank dan membuka Chcking Acoount. Yang ternyata sangat mudah dilakukan. Besoknya saya sudah diberi sebingkah check. Kami mencari address kantor utama Clark County Public Utlity satu-satunya perusahaan yang masih menepati janjinya untuk saya bisa berkunjung dan magang.
Sebagaimana informasi yang saya bawa dari bule-bule ditempat bekerja bahwa “orang-orang Pacific North West itu umumnya sangat friendly dan mudah diajak ngomong” dan kami menemukan itu disini. Pertama saya diperkenalkan dengan Manager Water Utlity Clack County Mr Bud Suewell dan Willam B Harvey dari Engineering Department maka jadilah saya menjadi tamu magangnya selama satu minggu, mempelajari management dan operation Water Utility. Walaupun bukan bidang pekerjaan saya namun banyak yang saya petik ilmu dan pengalaman bagaimana mereka mengatur services dan instalasi air sampai kerumah-rumah. disini air kran langsung diminum lho. Semua orang yang saya temui antusias membantu dan dengan ramah membuka pertemanan, dengan Bob Harvey dan Istrinya Ursula kami menjadi akrab karena mereka pernah bekerja logging company dipulau Kay Tanimbar Maluku. Saya selalu mencari informasi dan teman untuk bisa memanfaatkan hari libur Sabtu dan Minggu untuk exploring Negara Bagian Washington dan Oregon, ada kegiatan apa saja atau tempat apa yang sebaiknya kami kunjungi. Kami datang dikala musim semi yang bagi warga tropis seperti kami masih sangat dingin sehingga senantiasa pakai Cap Stick yang dioles dibibir supaya tidak pecah dan perih. Karena sangat kepingin “melihat Salju. kami pun menuju Mount Hood di Oregon dengan mempelajari peta Mount Hood Loop, serta menyempatkan berkunjung ke Bonneville Dam dan Hydro Power Plant nya sebagai pembangkit listrik tenaga air termasuk yang besar di Pacific North West sesudah Grand Culee Dam, menikmati instalasi bendungan yang kolosal serta mengunjungi Power House nya serta Fish Hatchery yang semuanya dikelola oleh Corps Army Engineer, karena yang dibendung ini sungai Columbia yang besar yang juga alur migrasi Ikan Salmon ada lintasan khusus Ikan Salmon untuk menerjang tingginya air terjun untuk pergi bertelur kehulu sungai. Suatu pemandangan dan pengalaman luarbiasa yang kami lihat dan pelajari bagaimana alam dijinakkan tanpa merusak ekosystem lingkungan. Kami mengunjungi Mount Hood Sky Lodge yang sudah tutup karena esnya sudah mencair. Tapi kami masih menemukan sisa-sisa salju yang kami pegang dan mainkan. Pekan kedua di Fort Vancouver saya mendatangi Clark County Public Utilty District (Clarck County PUD) seperti PLN nya Negara bagian Washington bgian selatan begitu dan menemui Mangernya James C. Seekins, karena sepertinya saya akan berlama-lama disini sayapun menyusun jadwal
magang saya dengan bantuannya untuk selanjutnya memperkenalkan saya berkeliling kantor utama, pusat pengendalian, department-departmen dan semua shops dan fleets nya. Jadilah kami menjadi bagian dari Clark County PUD sebagai tempat saya kerja magang dari April sampai September 1982, dan selalu hadir pagi lebih awal dan bersama dengan mereka di Crew Lunch Room berdiskusi dan berhaha-hihi. Pernah juga saya didatangi oleh Perwakilan Unit Perburuhan. bertanya dan menyelidik jika saya nyambi kerja bergaji disini yang saya jawab. saya disini Training. Exploring knowledge yang berhubungan dengan perjaan saya di PT CPI tugas utama saya, namun exploring surrounding juga saya pentingkan, sambil ngupi bareng pagi dengan mereka saya belajar dan menyimak Sejarah Petualangan Louwis & Clark yang menemukan Negara Bagian Washington dan Oregon, maka pada akhir minggu berikutnya berdua istri kamipun berkunjung ke Meuseum Louwis & Clark untuk mendalaminya. Dengan routinitas kerja saya yang sudah mulai teratur kami pun mencari penginapan yang lebih nyaman untuk istri yang ditinggal seharian dirumah dan dekat dengan pusat perbelanjaan (Fred Meyer dll) kamipun pindah ke Hunters Inn yang dilengkpi kitchenette. Hunters In ke Clarck County PUD butuh 15 menit nyetir menuju Fourth Plan kantor itu. Saat itu belum ada media komunikasi canggih seperti sekarang, laporan training dikirim ke Pak Moeslim Roesli Supt ED&T di Rumbai dengan ketikan mesin tik setiap minggu. Tidak ada hari-hari kosong yang selalu kami isi untuk menghilangkan rasa rindu dengan dua anak kecil kami yang kami tinggalkan di Minas. Kami berkunjung ke Trojan Nuclear Power Plant di Oregon, kami mengunjungi kota Camas dengan Pabrik Pulp & Paper yang luar biasa besar. konon kota itu terbentuk karena adanya pabrik itu. tak ubahnya Pabrik Indah Kiat Perawang dengan skala mungin lima kali lebih besar. dengan melihat besarnya gardu induk listrik yang mensupply komplek pabrik itu dari mulai wood chopper sampai sampai keluarnya glondongan kertas untuk export. Kami menikmati kegiatan komunitas Amerika memperingati hari ulang tahun kemerdekaannya “4th July Celebration” dengan berbagai Festival yang kami tidak melewatkannya. Berkunjung ke Rose Garden dan menikmati Rose Parade di Oregon, menaiki Kapal Perang USA yang sandar di Sungai Columbia, Festival Pesawat-Pesawat Kuno dan Mobil-Mobil Kuno, Menghadiri Timber Festival bersama Bob dan Ursula Harvey Seminar tentang Gunung Berapi. Karena sebelum kami datang mereka baru saja mengalami Erupsi Gunung Mt St Helens di Washington. Begitu peserta seminar diajak bicara mereka bertanya kami dari mana.? saya bilang dari Indonesia. Ahaa “you are from the land of RING OF FIRE right.?” saya jawab betul Sumatera – Jawa – Sunda Kecil dan Maluku semua ada gunung berapinya. Begitulah kami menghabiskan waktu di Pacific North West yang daerahnya cantik nian dan orangnya baik-baik. Namun kami tidak bertemu teman sekampung dari Indonesia. Istri ngidam minta dan diajak cari sate, kami berkeliling di Portland Oregon ketempat perkampungan Pengungsi Vietnam. Banyak jual sate tapi kami tidak menemukan makanan halal. Kami cuba cari dibuku tilpon ada “orang Jogya jual sate di Seattle. Kami minta libur tiga hari ke PUD untuk berkunjung ke Seattle yang butuh hampir seharian driving untuk kesana”. alangkah kecewanya kami menemukan rumah yang jual sate itu kosong orangnya pulang kampong. Kami cukupkan dengan menginap dan berkeliling Kota Seattle saja, mengunjungi tempat wisatanya dan menaiki Space Needle.
Jadwal kami pulang bersamaan dengan perpindahan Kantor Pusat PT CPI di New York ke Dallas, dan route perjalanan pulang kamipun dirubah oleh David T Gilfillan dan tidak bisa lagi turun di New York dan mengunjungi Patung Liberty sebagaimana rencana semula. David bilang “kantor saya belum beres. you raun-raun saja di Dallas seminggu ini, dan melapor kekantor Internal Revenue untuk dokumen kepulangan” (dikantor ini baru kami jumpa teman sekampung pak Oon Syahroni dan hanya tegur sapa hai saja). begitu pesannya via telegram. Beberapa hari sebelumnya kami menghadiri Barbeque Party Keluarga PUD di Battle Ground Lake, kami sudah sampaikan bahwa bulan depan kami akan pamitan pulang kampong. sambil mengitari Globe pada sisi yang lainnya. Pada hari terakhir di PUD saya bawa istri pamitan membawa “Lukisan Batik seorang Bocah Nunggang Kerbau dengan latar belakang Gunung Merapi yang sudah kami bingkai” sebagai cendra mata. Merekapun menghadiahi kami dengan Buku Mt St Helens yang berukir kata-kata perpisahan dan tanda tangan mereka. Later the following year January 1983 lahir putri kami sebagai anak ketiga yang kami beri panggilan HELEN. Kami diantar dan dilepas di Portland Air Port oleh Keluarga William T (Bill) Fallon dan istrinya Janet. yang kami senantiasa berhungunan akrab setelah itu. Kami pun sampai di Dallas. tanpa reservasi hotel terlebih dahulu, ambil taxi air supirnya bilang. Wooow this is Big League Season. I’m afraid you won’t get any hotel in town. katanya, dan kami dibawa berkeliling beberapa Apartment cari penginapan dan akhirnya dapat agak diluar kota. Kami pun memutuskan kita cari mobil rental saja. kalaupun nanti biaya tidak diganti tidak apa,. supaya kita bisa berkeliling Kota Dallas dan cari hotel yang lebih nyaman. Kami sewa Buick Continental dan pindah ke Summit Hotel besoknya, kami telpon David dan tou oursurprise dia bilang kami approved expenditure anda selama seminggu disini termasuk rental car katanya.
Kami terbang Dallas – London via transit di New York. setengah hari hanya berkeliling di area Kennedy Air Port saja. Kami stop over di London untuk dua hari London City Tour yang sangat kami nikmati, berkunjung ke London Tower & Museum, Jembatan Sungai Thames, berkeliling Buckingham Palace dan mengunjungi St Paul Cathedral , stop over dan berkunjung ke Paris dua hari satu malam. terasa kecapaian karena susah mencari asupan makanan. org Paris tidak mau diajak berbahasa Inggris dan sepat disuguhi sushi ikan mentah. karena kami minta Fish. Kami stop over di Rome Italy menikmati City Tour , Colloseum dll “serta dapat makan enak Spageti & Meat Ball”, selanjutnya dua hari di Egypt / Mesir berkunjung ke Piramid Giza dan Meusium dan selama dua hari di Mesir juga kami menemukan masakan yang sesuai selera. Kami menuju pulang via Bangkok dan Singapore dua hari berikutnya. Di kantor Amoseas Singapore baru kami bisa berbicara dengan dua anak bayi yang kami tinggalkan hampir tujuh bulan dengan mata berkaca-kaca. Alhamdulillah “impian dan cita-cita kami mengitari bola dunia dikabulkan Allah” dengan segala kenangan hidup yang tak akan terlupakan. (Guratan pena di Puri Pengayoman akhir tahun 2020) Zul Hak ex Badge #13810
Lahir di Bukittinggi 06/08/1953, tamat STMN Bukittinggi 1972, 20/09/1973 hired class 03 Powerlineman Trainee PG&T Duri, 01/07/76 graduated Craft Training (E.D&I) class 1975/1976 Powerlineman Training, 01/07/78 Supv Line Patrol PG&T Minas, 01/08/80 Supv Line Mtce PG&T Minas, 01/08/83 Distr Supv T&D Minas, 15/03/95 Team Manager TD&E Bekasap, retired 01/09/2009 Team Manager T&D Operation Duri. RETURN TO DAFTAR ISI
6. Back to square one kami balik modal. (Gurindam ku) Zulhak I sit and watch the children grow. There were times where we had full house Minas was only small village which my four kids all proud of Kedai Mak Basa was the only super mall we have close by It was not uncommon, before went to bed at night One of the four tumbling over and reminded to have gift for friend Having birthday celebration tomorrow at school There we went, knocking on Mak Basas almost closing Pre-school to the elementary counted as the longest Three years junior high run short and very fast Two sulung choose went away for senior high Being two years apart the quartet quit home for good Following Kakak, Bandung is their choice Year 2003 when Bungsu left we felt lonesome At their quarter home away from home for higher education Comes Ramadhan, Mom felt really sorry wondering her quartet What are for fast breaking at Batik Pekalongan Camp? Shall we make delivery from Sibayak for Cendol or Kolak ? So there we went, visiting the quartet camp Five years goes by only the two of us, thanks God, Nenek was around to chat We stranded at Kota Bertuah un-planned for good Claiming that we are here to accompany Ayang Any trips we took, always short to be close to
Now comes the times, there she goes again Pursuing her dreams and reaching for her stars The two of us are left alone again and feel lonesome Claim turns out incorrect, we actually the one being accompanied Now the two of us back to square one Kami balik modal RETURN TO DAFTAR ISI
7. BAKTI SOSIAL ITB75 @ PROGRAM SURYA BHASKARA JAYA LXI SAIL MOROTAI 2012 Oleh: M. Turidho SELASA 11 SEPTEMBER 2012 Jam 02:00 Elly R telpon mengabarkan bahwa dia sudah ada di depan rumah, sementara itu saya masih ada di kamar mandi. Jam 02:15 meninggalkan Pangkalan Jati II no 14B Jakarta Timur dengan taksi menuju ke airport Soeta. Kira2 jam 03:00 sampai di bandara. Elly akan terbang ke Ternate dengan pesawat Lion dari terminal 1A, dengan stop di Manado. Sedangkan saya akan terbang ke Ternate dengan pesawat Sriwijaya dari terminal 1B, dengan stop di Surabaya dan Manado. Elly akan gabung dengan teman2 lainnya, yaitu: Sri Peni, Ratna Budi, Budi Rahayu, Irma, Udji, Nurul Q, dan Bambang. Pesawat mereka take off jam 05:00. Sedangkan yang di pesawat Sriwijaya yang akan berangkat dari bandara Soeta jam 05:45, dengn flight number SJ 268, hanya saya sendiri. Beberapa jam sebelumnya, seorang teman yang juga anggota rombongan ITB75, yaitu Wuri, sudah meninggalkan bandara Soeta menuju Ternate dengan pesawat … jam 01:00. Lewat BB, Elly kirim message ke teman2 yang satu pesawat untuk jumpa sebelum check in, tapi ternyata mereka sudah masuk dan melakukan check in, karena mereka tidak buka messagenya. Elly pun masuk ke tempat check in sedangkan saya menuju ke terminal 1B untuk juga melakukan ckeck in. Dapat seat no 11C, ruang tunggu di gate 6. Maksud hati akan santai di El John lounge tapi masih tutup, informasi petugas gate tiket, lounge ini baru buka jam 07:00. Setelah menuju ke gate 6, yang hanya ada satu dua orang saja, sayapun menuju ke musholanya untuk melaksanakan tahajud, serta menunggu waktu sholat subuh tiba. Musholapun
masih gelap dengan beberapa orang yang tidur di dalamnya. Ketika saya masuk merekapun bangun dan meninggalkan mushola tsb. Selesai sholat subuh berjamaah, dg hanya satu orang makmum, sayapun keluar lagi lewat gate pemeriksaan tiket. Ternyata lounge sudah buka dengan beberapa pengunjung sudah ada di dalamnya. Untung ada kartu kredit BRI, jadinya bisa masuk dan menikmati sarapan disana (bubur kacang ijo, roti, jajan pasar). 05:30 boarding, dan jam 05:45 take off. Sampai Surabaya jam 06:50, transit selama 20 menit. Selama waktu transit tersebut, saya menghabiskan waktu di Garuda lounge. 07:50 take off dari Surabaya menuju Manado, dg pesawat yang sama dan flight number yang sama pula yaitu SJ 268. Landing di Manado jam 10:15, transit disini. Long Lat bandara Manado adalah N01032’36,6’’ E124055’23,858”. Setelah transit selama kurang lebih 30 menit, penerbangan dilanjutkan menuju Ternate, dengan pesawat yang sama tapi flight number nya menjadi SJ 691. Seat tetap sama yaitu 11C. 11:18 take off dari bandara Manado, dan landing di bandara Sultan Babulah Ternate jam 11:49. Di bandara ini tidak ada informasi mengenai Long Lat nya sehingga tidak bisa diset waktu2 sholat untuk Ternate di HP. Di airport ini jumpa dengan seluruh anggota rombongan IB75 yang sudah lebih dahulu sampai. Dan dengan 2 mobil rombongan menuju ke Lanal, tapi ternyata kantornya tutup dan disarankan untuk langsung saja ke sekretariat panitia SBJ di kota. Rombonganpun menuju kesana, setelah lapor rombonganpun menuju ke RM Padang untuk santap siang. Untuk keperluan konsumsi dsb, disepakati bahwa setiap anggota rombongan menyetor Rp. 100,000 yang dikumpulkan di Budi Rahayu. Usai makan menuju ke pelabuhan Ahmad Yani Ternate dan langsung naik kapal KRI Soharso (SHS). Langsung menuju Ball Room di dek E, disini pembagian kamar dilakukan oleh mas Achmad,
Pembagian kamar sbb: Dek E kamar 04: Elly R, Sri Peni, Ratna Budi Dek E kamar 03: Budi Rahayu, Irma, Nurul, Wuri Dek E kamar 14: Turidho, Pamudji, Bambang. Kamar E-04 dan E-05 terletak di sisi kiri dari Ball room, sedangkan E-14 terletak di sisi kanan dari Ball Room. Beberapa facts mengenai kapal SHS ini: • Tingginya setara gedung lima lantai. Bobot kapal ini saat kosong mencapai 11 ribu ton, sedangkan panjangnya mencapai 122 meter dengan lebar 22 meter. \"Geladaknya itu cukup untuk mengoperasikan 2 helikopter Super Puma,\" kata Kolonel Laut Herman Prasetyo, komandan Operasi Bhakti Surya Bhaskara Jaya yang sedang bertugas di KRI dr Soeharso. • Kapal buatan Korea tahun 2003 itu memiliki enam dek, yang tersusun dari bawah ke atas ber- turut2 deck A hingga dek E. Dan paling atas, atau di atas dek E adalah anjungan, dimana kamar kemudi berada. Dek A tempat muatan barang2 termasuk kendaraan. Rumah sakit berada di dua dek yakni dek B dan C. Untuk membedakan dengan area kapal lain, yang masih berbau militer dengan warna kelabu, bagian rumah sakit ini bernuansa hijau, mulai dari lantai, dinding, peralatan, hingga langit-langitnya. Dek B difungsikan sebagai ruang perawatan. Dua ruang rawat inap (dipisahkan menurut jenis kelamin laki-laki dan perempuan) di sana mampu menampung 40 pasien. Sementara dek C ditempati 1 ruang UGD, 5 ruang bedah, 6 ruang poliklinik, lengkap dengan ruang pemeriksaan X-ray dan apotek. • Di KRI Dr Soeharso dalam operasi Bhakti Surya Bhaskara ini, TNI AL memberikan pengobatan gratis bagi masyarakat di pulau-pulau yang dilaluinya. Penyakit seperti gondok, hernia, ambeien, sumbing, hingga tumor bisa dioperasi di kapal ini. • Di bagian buritan dari dek C, ada landasan helicopter. Karena itu dek C ini biasa disebut sebagai dek hanggar heli. Disini pula terdapat ruangan yang biasa dipakai untuk olah raga seperti tenis
meja dan badminton. Di dek C ini pula tempat diadakannya sholat wajib berjamaah subuh, jama’ qashar maghrib dan isya, serta jum’atan. Selain di dek C ini, ruang yang benar2 sebagai mushola ada di dek D. Ruang musholanya cukup besar, dengan beberapa sarung, mukenah, dan buku2 islam serta alqur’an tersedia disana. • Butuh HSD ~35 ton / hari • Kamar mandi ada air panas Usai pembagian kamar, rombongan ITB75 kembali keluar kapal. Pertama menuju masjid yang terletak persis di tepi laut guna melaksanakan sholat jama’ qashar dhuhur dan ashar. Selesai sholat cari air minum mineral untuk persediaan karena stok di kapal konon sudah menipis. Setelah urusan di darat selesai, rombonganpun kembali ke kapal. Maklum belum mengetahui seluk beluk KRI SHS, maka ketika tiba waktunhya sholat maghrib, maka sholat jama’ qashar dhuhur & ashar pun dilakukan di kamar, dg memanfaatkan ruang sempit diantara tempat tidur dan dinding kamar. Karena sempitnya itu, untuk duduk diantara 2 sujud dan duduk tahiyat harus tegak. Setelah tahu situasi di KRI SHS, ternyata ada mushola yang cukup representative di dek D. Dan setiap datang waktu sholat subuh dan maghrib, di kapal dikumandangkan adzan lewat pengeras suara yang disalurkan suaranya ke kamar2. Kemudian disusul dengan pengumuman bahwa sholat berjamaah diadakan di bagian buritan dek C. Juga ada pemberitahuan mengenai arah kiblat, dengan menyebut sekian derajat warna hijau dan sekian derajat warna merah. Hijau adalah sebutan untuk sisi kanan dari bagian depan kapal, sedang warna merah adalah sisi kirinya. Malam hari rombongan ITB75 kembali turun dari kapal dan menuju ke tempat jajanan di tepi pantai untuk mencoba pisang goreng yang dimakan dengan sambal..!!! RABU 12 SEPTEMBER 2012 Telat bangun, sholat subuh jadi telat. Mandi dan sarapan pagi, jam 08:00 berangkat ke SMK2 Ternate untuk acara bakti sosial. Ada beberapa sekolahan yang kumpul disini, termasuk Aliyah, dan sekolah Muhammadiyah juga. ITB75 menyumbangkan buku2, alat2 olah raga, dan alat musik (gitar). Acaranya cukup meriah, karena ada band TNIAL dan hadiah2 bagi pelajar2 yang bisa menjawab pertanyaan dan pelajar2 yang mau joget, dan mau nyanyi. Kapten KRI SHS, Pak Herman, juga hadir dan memberikan sambutan serta menyerahkan bantuan 2 tsb secara simbolis. Jumpa mas Sukmo, teman Anung, nitip oleh2 kenari untuk Anung. 13:00 kembali ke kapal, dan makan siang. Selesai makan siang, kembali ke kamar, lho di pintu yang tertulis bukan lagi nama kami melainkan beberapa nama perempuan. Usut punya usut ternyata kami harus pindah kamar karena kasihan dengan rombongan ibu2 Lion club yang rata2 berusia di atas 60 tahun, yang harus naik turun jika hendak makan di Ball Room yang memang berada di deck E, maka rombongan ITB75 yang laki2 terpaksa pindah kamar ke deck D, dg kamar no 09, bergabung dengan 3 dokter dari RS Dr Sutomo Surabaya. Mereka adalah Dr Nurdin, Dr Arfian, dan Dr Boby. Kamar D-09 ini lebih besar dari kamar E-14, dengan 7 tempat tidur, dan satu sofa , serta satu meja panjang dengan 4 kursi. Waktu kami masuk ke kamar D-09 ini, ternyata tempat tidurnya masih penuh oleh ABK, yang belum tahu bahwa mereka harus pindah. Setelah dijelaskan oleh komandan kapal, mereka pun terpaksa pindah kamar. Siang itu dengan diantar oleh Pak Syeh rombongan ITB75 turun dari kapal lagi untuk mengunjungi tempat pembuatan bagea, kue khas Ternate yang terbuat dari sagu dan kenari. Di kamar D09 malamnya ada tambahan 2 penghuni lagi, dari mabes TNI-AL, yaitu dari semacam pasukan SS yang bertugas mempersiapkan segala sesuatunya khususnya masalah pengamanan di Morotai
untuk kedatangan RI-1. Mereka hanya akan berada di KRI SHS ini satu malam saja, karena besok nya turun ke Morotai untuk menjalankan tugasnya disana. Salah satu dari mereka terbiasa tidur dengan cara duduk di kursi saja, dan memang betul itulah yang dilakukan oleh dia waktu tidur malam itu. Di lantai D ini antara toilet dan kamar mandi terpisah, tapi jumlahnya sama dengan yang ada di deck E, yaitu total 6 kamar mandi dan 6 toilet yang masing2 berjejer 2 baris. Sedangkan di deck sebelum kami pindah, yaitu deck E, dalam kamar mandi ada total 6 ruang mandi, tersusun 2 deret masing2 3 ruang mandi. Bedanya dengan yang di deck E, di dalam kamar mandi deck D ini terdapat juga 6 ruang toilet tersusun 2 deret masing2 3 toilet duduk. 16:00 ada perintah untuk semua penumpang kapal kembali ke kapal, jam 17:00 apel sebelum keberangkatan kapal, dan jam 18:00 dijadwalkan berangkat ke Morotai. Apel sebelum keberangkatan dilakukan di geladak C, tempat heli berada. Tepat jam 18:00 waktu setempat, atau jam 16:00 WIB, KRI SHS pun bergerak meninggalkan pelabuhan Ahmad Yani Ternate menuju Morotai. Sore hari salah satu room mate, yaitu dr Arfian, membantu saya untuk melepas kuku dari jari tengah kaki kanan yang sudah sobek. Saya pikir yang akan dicopot hanya bagian kuku yang memang sudah terbuka, tapi ternyata seluruh kuku jari tengah kaki kanan tsb dicabut semua, tentu saja dengan suntik bius terlebih dahulu. Malam hari sampai jam 12:00 dihabiskan di Ball room, santai nyanyi2 dg para dokter TNI-AL dan ibu2 Lion club di Ball room, termasuk direktur Kesehatan TNI, Pak Robert, yang teman SMA Udji. Di antara ibu2 Lion Club itu juga ternyata ada kerabatnya Nurul. Nyanyi di kapal dengan goyang2, yang bukan goyang sembarang goyang, namun semata2 karena kapal yang se-kali2 goyang. KAMIS 13 SEPTEMBER 2012 05:00 bangun, sholat subuh berjamaah di gelagak Heli di C. Kapal sampai di Morotai jam 06:00, sudah banyak kapal perang yang tiba disana, dari kapal penyapu ranjau dg nomor lambung yang diawali dengan angka 3 hingga kapal logistic pembawa bahan bakar, air dsb dengan no lambung yang diawali dengan angka 9 . Pagi itu keasyikan di kamar jadi lupa waktu makan. Ketika sampai di Ball Room sudah lewat jam 08:00 dan sarapanpun sudah tidak tersedia lagi. Jam makan di kapal ini adalah sbb: Breakfast 06:00-08:00, Lunch 12:00-14:00, Dinner 18:00-20:00. Terpaksa pagi itu perut diganjal dengan pisang, dan minum teh panas..lumayan..!!!! 10:00 keluar kapal, jalan ke arah luar pelabuhan. Suasana ramai, pagi itu ada lomba dayung antar desa. Ada pemandangan adu jotos (beneran) antara 2 anak kecli, untung sebelum memanas segera dilerai. Bakti sosial terkendala, karena sekolahan2 diliburkan sebab sekolahannya dipakai akomodasi Paswalpres. Jadi barang2 donasi dari ITB75 diangkut dg truk untuk dititipkan di kantor Lanal. Tidak tahu kapan akan diserahkan ke sekolah2, nampaknya kurang koordinasi antar panitia… Diperoleh informasi bahwa jam 12:00 kapal akan menjauh dari dermaga sehingga tidak sempat menjelajahi daratan pulau Morotai siang itu karena harus segera kembali ke kapal. Saya hanya sempat jalan2 ke sekitar daerah pelabuhan rakyat itu hingga sekitar pintu masuknya saja, khawatir se-waktu2 KRI SHS bergerak menjauhi dermaga. Setelah dirasa cukup untuk melihat daerah sekitar pelabuhan, sayapun kembali ke kapal. Dan naik kapal, tapi tidak langsung menuju ke kamar melainkan sejenak berdiri di deck B melihat kemeriahan pelabuhan Morotai, baru kemudian menuju ke Ball Room untuk makan siang. Rendang Padang yang dibawa dari Jakarta pun dipakai sebagai penambah lauk pauk siang itu. Menu makan siang hari itu adalah sayur, bebek masak kecap, oseng2 tempe, sambal dan…rendang!!! Kembali ke kamar, sholat jama qashar dhuhur dan ashar, kemudian dilanjutkan dengan tidur siang. Jam 18:15 bangun dan siap2 untuk sholat berjamaah di deck C. Selesai sholat dilanjutkan dengan membaca S Yasin ber-sama2. Selesai yasinan, menuju ke Ball Room untuk makan malam. Dr Robert yang sedang makan satu meja dengan kami, terpaksa berhenti makan sebelum selesai karena dapat undangan
untuk makan malam bersama menko Kesra di KRI Makasar yang lego jangkar tidak jauh dari kapal kesehatan SHS ini. Selesai makan, baru mandi…. JUM’AT 14 SEPTEMBER 2012 Seperti biasanya kegiatan hari ini diawali dengan sholat subuh berjamaah di deck C. Selesai sholat naik ke anjungan untuk melihat chopper terbang dari kapal SHS. Terlihat di anjungan Budi, Wuri, dan Peni sudah bercucuran peluh, sedang jogging. Ternyata perlu waktu lama sebelum chopper terbang, perlu memanaskan mesin..??? waktu tunggu ini dimanfaatkan oleh Tatat Ratna Budi untuk memotretnya, termasuk meminta pilot & sang copilot berpose untuk kameranya… Usai menyaksikan chopper terbang, langsung menuju ke Ball Room untuk sarapan pagi. Saat sarapan pagi Elly memberitahu bahwa jam 08:00 Tatat dan Elly sebagai perwakilan ITB75 akan turun ke daratan Morotai untuk menyerahkan baksos, dia minta saya siap2 ikut kalau nanti ada tempat di sekoci. Jadilah tanpa mandi terlebih dahulu, selesai sarapan saya segera kembali ke kamar menyiapkan barang2 yang hendak dibawa ke acara baksos, dan langsung turun ke deck B, tapi ternyata harus turun ke deck A karena standby nya di deck A. Sekoci saat itu sedang proses perendaman, yang ternyata makan waktu lama hingga hampir 1 jam!!! Ada 2 sekoci RCU di kapal SHS ini tapi yang akan jalan hanya satu. Satu sekoci bisa muat +/- 100 orang, lengkap dg life vest nya untuk setiap penumpang. Setelah proses perendaman selesai, penumpang masuk ke salah satu sekoci dengan masing2 mengambil life vest di sekoci satunya dulu. Penumpang ternyata hanya +/- 40 orang, wah kalau tahu begini semua anggota rombongan ITB75 mestinya bisa ikut. Saat2 akan bergerak rombongan ibu2 Lion club baru bermunculan, mereka akan ikut dengan sekoci tersebut. Sebelum sekoci berpenumpang bergerak, sekoci yang tidak berpenumpang yang posisinya bersebelahan, bergerak keluar terlebih dahulu. Seperti itu mungkin SOP nya. 08:53 sekoci berpenumpang bergerak meninggalkan kapal SHS. Mayor Robi Alviza, penanggung jawab kegiatan baksos, ikut rombongan sekoci tsb. Jam 09:15 sekoci merapat di dermaga feri Daruba, semua turun di pelabuhan yang termasuk baru dibangun ini. Ada kantor lanal yang baru dibangun pula disini. Plat no mobil dan motor di Morotai sama dengan yang ada di Ternate, yaitu DG. +/- 10:00 dilaksanakan penyerahan baksos ke perwakilan SD, SMP, SMA, dan karang taruna. Kira2 ada 15 orang perwakilan yang hadir dalam acara baksos tersebut. Disamping baksos dari ITB75, kali itu juga diserahkan baksos dari Navy Australia yang diserahkan oleh Katja Bizi L dan Robert, anggota Navy dari Kedubes Australia di Jakarta. Ada catatan menarik saat pembagian barang baksos itu, salah satu ibu2 penerima baksos menyatakan bahwa dia mau bola kaki yang ada tulisan ITB75 nya, karena mutunya konon lebih baik dari bola sumbangan Navy Australia..!!!! Ternyata mereka lebih tahu , dan lebih jeli dari kita….. Waktu menunggu penyerahan baksos tsb, ada omong2 antar aparat termasuk anggota TNI AL setempat, dg tokoh masyarakat setempat. Berikut ini adalah beberapa high light dari obrolan tsb: Yang dibutuhkan Morotai semestinya bukan hanya sekedar prosperity program, tapi sesuatu seperti Batam. Morotai punya keunggulan dibanding Batam, yaitu punya 5 DAS sedangkan Batam tidak punya. Sudah ada regular flight di Morotai ini, yaitu Express dan MBS, yang terbang setiap hari kecuali Minggu. Karena ada event Sail Morotai ini, daerah Morotai jadi maju, jalan sudah selebar 16 meter!!! Waktu jaman pendudukan Jepang, konon disini Ada +/- 200,000 tentara sekutu dengasn berbagai armadanya. Saat itu kondisi Morotai sebanding dengan Jakarta pada masa itu pula. Karena acara penyerahan baksos sudah selesai, kamipun segera ke dermaga untuk kembali ke kapal SHS, tapi ternyata sekoci sudah pergi dan akan kembali lagi tapi terkendala karena ada gladi resik utk acara puncak Sail Morotai keesokan harinya. Sehingga kamipun terpaksa harus menunggu gladi resik selesai. Namun ada untungnya karena bisa melihat acara sailing pass serta terjun payung dari tempat yang amat strategis, yang boleh dikatakan tidak mungkin kami dapatkan saat acara sesungguhnya
berlangsung besok. Ada puluhan penerjun payung beraksi saat itu, mungkin sekitar 50 penerjun, dengan membawa bendera masing2 negaranya seperti Malaysia, Thailand, Jepang, Australia, Amerika, dan tentu saja Indonesia. Sebagian besar bisa mendarat tepat di lapangan depan panggung kehormatan, hanya 2 yang gagal mendarat disana. Dua penerjun tersebut mendarat di luar pagar arena upacara, salah satunya, penerjun wanita, malah hampir saja mendarat di atas pagar kawat di dekat selokan. Untung dia mendarat di tanah antara pagar dan selokan tersebut Kapal2 yang ikut sailing pass juga saat itu bisa disaksikan dari jarak dekat, ada kapal survey LIPI, ada juga kapal AS dan Australia, serta tentu saja beberapa KRI. Untuk GR ini, laut sekitarnya juga harus steril. Artinya saat GR saling pass ini tidak boleh ada kapal lain atau perahu yang bergerak. Saat itu terlihat ada feri yang baru tiba, langsung diikuti oleh speed boat petugas dan diarahkan untuk segera menuju ke dermaga feri. Ternyata itu kapal feri milik Dis Hub, yang membawa penumpang dari pulau seberang gratis untuk memberi kesempatan mereka menyaksikan acara puncak sail Morotai 2012… Karena sekoci dari KRI SHS tak kunjung tiba, dan diperolah info bahwa KRI SHS akan merapat di dermaga pelabuhan rakyat Daruba, maka rombongan memutuskan untuk menuju ke pelabuhan tsb dengan jalan darat. Ada bus Damri baru datang, kita minta tolong sopir untuk mengantar kami ke pelabuhan rakyat Danuba. Semula sopir bilang tunggu bus satunya lagi. Tapi ketika bus yang dikatakan itu tidak kunjung tiba, dia mempersilahkan kita naik. 13:10 sampai di pelabuhan rakyat Danuba. Katanya jarak dari pelabuhan feri ke pelabuhan rakyat ini sekitar 2 – 3 km saja, tapi rasanya lebih karena cukup lama juga bus Damri tsb menempuhnya. Ternyata KRI SHS masih di tengah lautan. Rombongan secara bergantian diangkut menuju KRI SHS dengan speed boat kapasitas 6 orang. 3 orang grup ITB75 termasuk dalam trip pertama yang berangkat jam 13:25, dan sampai di KRI SHS jam 13:34. Catatan khusus hari itu: Karena KRI SHS tidak bisa merapat hari itu maka acara pengobatan gratis untuk penduduk setempat tidak bisa dilakukan. Padahal subuh pasien2 sudah datang ke dermaga ini memenuhi undangan untuk berobat. KRI SHS tetap berada di tengah lautan, sedang yang bersandar di dermaga justru KRI Makasar, yg konon ada Menko Kesra di dalamnya. Tampak bahwa acara baksos dan pengobatan gratis ini kalah prioritas dari acara protokoler..!!! Malam hari setelah makan malam diadakan lomba mancing di KRI SHS, hadiah menarik diberikan kepada siapa2 yang bisa mendapatkan ikan terkecil dan juga terbesar. Ternyata sulit mendapatkan ikan di tempat dimana KRI SHS berada, karena konon daerahnya berlumpur. Komandan operasi SBJ 2012, Kol Herman Prasetiyo, menghampiri kami yang masih ngobrol2 di Ball Room usai makan malam, dia menanyakan mau karaoke atau nyanyi pakai electone (orgen tunggal), kami jawab mending pakai electone saja. Langsung saja DanOps tsb panggil musisi dan penyanyi2nya lewat telpon. Jadilah malam itu kami nyanyi2 diiringi dengan electone. Kasihan pemain electone dan penyanyinya, nampaknya mereka2 sudah siap2 tidur tapi ada “panggilan tugas” dari komandan!!! Jam 00:00 selesai nyanyi2 dengan iringan electone, ternyata Pak Herman masih melanjutkan nyanyi2 dengan karaoke. Jadilah saya ikutan nimbrung di ruang karaoke, tapi hanya bertahan sampai jam 01:30 lebih sementara pak Herman masih terus… SABTU 15 SEPTEMBER 2012 Kehidupan di kapal apalagi jika tidak bersandar menjadi semakin rutin saja, yaitu makan tidur makan tidur… Sampai2 salah seorang ibu2 dari rombongan Lion club berkata bahwa ..hidup kita ini terasa seperti tidak berguna sama sekali.. habis kerjanya cuman makan tidur makan tidur..!!!
Alhamdulillah menjelang siang KRI SHS merapat ke dermaga setelah KRI Makasar bergerak ke tengah laut. Saya berdua dengan mas Bambang turun kapal dan siap explore makanan khas Morotai. Mas Bambang lebih dahulu mampir di kedai kartu telpon untuk beli kartu telkomsel, karena konon kartu telkomsel yang signalnya merata di daerah kepulauan. Tujuan pertama sebagai sasaran hunting kuliner tradisional adalah papeda, tapi ternyata sulit untuk menjumpai rumah makan yang menjajakan papeda!!! Saya pikir sagu sebagai makanan pokok masyarakat sini, tapi ternyata nasi juga. Papeda juga tidak popular disini, banyak yang tidak tahu, sehingga wajar tidak semua rumah makan menyediakan masakan ini. Dari hunting hari itu, ternyata hanya ada 2 rumah makan yang menyediakan papeda, satunya kami datangi ternyata tutup. Yang lainnya setelah jalan kaki cukup jauh, dengan melewati rumah wakil Bupati, dan pompa bensin, akhirnya kita jumpai. Inipun ternyata sayur untuk papeda nya belum siap. Butuh waktu 1 jam!! Ya terpaksa kami tunggu. Setelah penantian yang cukup lama itu, akhirnya papeda tersaji di depan kami. Oppss.. yg namanya papeda ternyata hampir sama dengan makanan khas Brunei yang namanya ambuyat, sama2 seperti lem di kantor pos!!! bedanya ambuyat lebih kental dan sulit mengambil serta menguyahnya, jadi hanya ditelan saja. Papeda sedikit lebih encer, dan relatif lebih mudah mengunyahnya. Tapi itu lho sayur ikan kuningnya, wow sadaaaap!! Sayur daun dan bunga pepayanya asyik, ditambah dengan sambal roa menambah nikmatnya makan, hingga keringatpun bercucuran di dahi. Untuk makanan papeda ini kami harus membayarnya total Rp. 150.000 Usai menikmati papeda, dalam perjalanan kembali ke pelabuhan, kami mampir di salah satu resto unruk mencoba es pisang ijo, yang satu mangkuk dihargai Rp. 10,000. Mengingat adzan dhuhur sudah hampir dikumandangkan, pertanda waktu sholat dhuhur hampir tiba, kamipun langsung melangkahkan kaki ke masjid At Taqwa yang terletak hanya beberapa puluh meter dari resto es pisang ijo itu. Sholat berjamaah dhuhurpun dilakukan di masjid tsb, yang dilanjutkan sendiri dengan sholat jama qashar ashar. Usai sholat, dalam perjalanan kembali menuju pelabuhan, mampir dulu ke warung rumahan untuk mencoba es kacang merah yang dikenal dengan nama es brenebon. Harga Rp. 6000 / mangkuk. Es brenebon mengingatkan pada es kacang merah Bangka, bedanya brenebon pakai gula merah dan jauh lebih manis!!! Selesai sudah acara hunting makanan setempat. Mas Bambang kembali ke toko tempat dia beli kartu telpon karena konon belum bisa berfungsi, sedang saya langsung menuju ke kapal. Di kapal, langsung menuju ke Lounge Perwira di dek E, tempat makan selain Ball Room, dan jumpa Wuri sedang makan siang. Saya hanya minum air putih serta coba cicipi sayurnya saja karena perut sudah kenyang dengan papeda… Malam hari, malam minggu, diadakan lomba fashion show, joget, dan nyanyi, dengan sponsor hadiah dari ITB75. Acaranhya cukup meriah, fashion shownya menarik, macam2 pakaian yang diperagakan, dari yang bergaya rambo, ABK dg satu mata, hingga ibu2 hamil. Jogetnya juga macam2, ada yang bergaya jaipong dengan geraknya yang dinamis, hingga joget dangdut yang beraneka pula. Saya yang didaulat nyanyi setelah giliran wakil dari Lion club, mengira hanya diminta nyanyi untuk meramaikan saja, tapi ternyata ikut dinilai, dan ..masuk final. Ya sudah, maju lagi di babak final, tapi tidak untuk dinilai. Kalau ikut dinilai juga kan jadinya seperti jeruk makan jeruk, karena hadiahnya dari ITB75!!!! Ketika acara tengah berlangsung, terjadi hujan gerimis kecil, yang disusul dengan hujan debu. Gunung Gamalama meletus, mengeluarkan abu volkaniknya hingga ke kapal. Acara resmi berakhir jam 00:00, tapi masih dilanjutkan dengan nyanyi2.
MINGGU 16 SEPTEMBER 2012 KRI SHS bergerak meninggalkan Morotai menuju ke Ternate -/+ jam 09:30. Sampai di Ternate 12 jam kemudian, tetapi tidak bisa langsung merapat di dermaga pelabuhan A Yani karena di dermaga ada kapal Pelni. SENIN 17 SEPTEMBER 2012 Usai sholat subuh berjamaah di dek C, ngobrol2 dengan orang2 YanKes, tentang politik, agama, hingga jamaah tabligh, Hizbut Tahrir, sampai ke NU dan Muhamadiyah. Saat ngobrol tersebut, KRI SHS sedang dalam proses merapat ke dermaga. Selesai ngobrol2, menuju kamar untuk siap2 mandi, beres2 barang, dan sarapan. Ada info penerbangan dari Ternate dibatalkan karena abu volkanik gn Gamalama…wah!! Selesai sarapan, rombongan ITB75 siap2 keluar kapal untuk explore Ternate, saya yang akan turun kapal hari itu untruk kembali ke Jakarta tentu saja memerlukan diri pamitan, termasuk dengan komandan kapal SHS dan beberapa kru kapal di kamar mesin di anjungan. Turun dari kapal sudah tersedia mobil kijang merah yang beberapa hari lalu kita pakai di Ternate, kunci saat itu sudah ada di tangan mas Bambang. Perlu tunggu mobil satunya, dg sopir pak Syeh, yang konon sedang isi bensin. Setelah Pak Syeh datang, rombongan ITB75 pun sekitar jam 09:00 bergerak meninggalkan pelabuhan A Yani. Pertama ke kantor Garuda untuk melapor sekaligus melakukan check in. Alhamdulillah penerbangan tidak dibatalkan, artinya debu gn Gamalama tidak sampai menyebabkan penerbangan dari Ternate dibatalkan. Saya dapat seat no 11C, dan diharuskan sudah berada di airport paling lambat jam 12:00, karena boarding jam 13:05. Dari kantor Garuda, kami kemudian menuju toko Utama untuk membeli bagea. Beli bagea yang seharga Rp. 33,000 / bungkus, tinggal 3 bungkus dan dibeli semua. Tambah satu bungkus lagi untuk makan di mobil yang seharga Rp. 35,000. Dari toko Utama langsung menuju pantai Sulamadaha untuk snorkling. Di antara kami hanya Bambang, Nurul, dan Budi yang membawa perlengkapan snorkling. Dalam perjalanan menuju pantai Sulamadaha, rombongan berhenti di Batu Angus, lokaasi singkapan endapan lahar dingin yang teronggok di tepi jalan menuju pantai Sulamadaha. Karena warna singkapan batuan tersebut hitam, maka dinamakan Batu Angus. Sampai pantai Sulamadaha, yang snorkling hanya Nurul dan saya. Saya pinjam alat snorkling dari mas Bambang, dan pelampung dari Budi. Kedua alat ini masih baru sehingga khususnya Budi, dia merasa bahwa saya memperawani pelampungnya!!! Berjumpa dengan pegawai PU dari Jakarta yang sedang snorkling juga di pantai itu. Untuk snorkling sebetulnya pantai ini tidak bagus, tidak banyak pemandangan bawah laut yang indah yang bisa dilihat, ikan hanya beberapa dan itupun warnanya abu2 puitih saja..!! mana dasar lautnya langsung curam dengan kedalaman katanya sampai 30 meter!!! Dasar lautnya kemungkinan terbentuk dari material erupsi gunung Gamalama sehingga membentuk topografi bawah laut seperti itu. Juga jumpa dengan teman2 ITB73 yang baru datang dari arah laut dengan speed boat, mereka konon akan diving. 11:00 meninggalkan pantai Sulamadaha, langsung ke airport. Pak Syeh mengarahkan kendaraannya melewati benteng. Sampailah di airport… bye..bye.. teman2 semua.. dan sayapun masuk untuk ckeck in. Usai memasukkan bagasi, ke ruang tunggu sebentar, tapi karena panas maka keluar lagi lihat2 apa yang ada di luar bangunan airport. Setelah ternyata tidak ada yang menarik, masuk lagi dan menunggu hingga saat boarding tiba.
Saat di airport itu saya mendapat telpon dari istri yang mengkhawatirkan keselamatan sang suami, akibat berita meletusnya gn Gamalama di Ternate. Di airport juga berjumpa lagi dengan Robert dan Katja, dua orang Navy Australia yang sama2 menyerahkan baksos di Morotai. 13:34 take off. Landing di Manado jam 14:10 waktu Ternate, atau jam 13:10 waktu Manado. Transit di Manado selama 40 menit. Sholat di airport Manado, lalu masuk ke garuda lounge menikmati mie, pecel, sedikit nasi kuning, sirup & fresh tea, bakpao, pisang goreng, dan roti isi. 13:45 call for boarding. 14:12 waktu Manado, atau jam 13:12 WIB, pesawat yang saya tumpangi take off menuju Jakarta. 16:05 WIB pesawat landing di airport Soeta. Alhamdulillah petualangan ke Indonesia timur selesai dengan sukses dan selamat..!!! Mochamad Turidho, ex Badge #18604. Pekerjaan sebelum di CPI: 1981 - 1985 Geologist PT Koba Tin di P Bangka. 1985 Geologist di perusahaan emas (PT Mincon Abadi di Kalimantan dan PT Ketaun Mining di Bengkulu). Riwayat kerja di PT CPI: Masuk kerja di PT CPI Desember 1985 sebagai geologist di Regional Geology Exploration Division PT Caltex Pacific Indonesia Rumbai, sampai 1990. 1990 - 1992 Exploration New Ventures di Jakarta. 1992 - 1995 Development Geologist Exploration Division Rumbai. 1995 - 1999 Development Geologist Zamrud AMT Rumbai SBU. 1999 - 2003 Coordinator Wellsite Geology NARD (New Area & Reservoir Development) Duri SBU. 2004 - 2006 Team Leader Production Area 9 NC/SC/SE Heavy Oil Duri. 2006 - 2008 Team Manager RMT Area 10 Heavy Oil. 2008 - Des 2012 Team Manager Operation Geology Sumatra Technical Resources, s/d pensiun dari CPI akhir Desember 2012. Setelah pensiun dari CPI: Jan - Des 2013 On the job assignment di Transformation team PT Pertamina EP Jakarta. 2014 - 2016 Sebagai G&G Specialist EPT PT Pertamina EP Jakarta. RETURN TO DAFTAR ISI
8. BAPAKKU, PAHLAWAN KELUARGAKU Oleh: Soejanto – Geologist CPI 1981-2004. Bapak saya dulu adalah seorang polisi. Sejak awal, masuk pada kesatuan militernya polisi atau Brimob. Karena hanya bermodalkan ijasah sekolah rakyat atau Sekolah Dasar, bapak hanyalah polisi berpangkat rendah. Menjadi polisi dimulai pada tahun 1948an. Sebelum menjadi polisi, bapak adalah pemuda desa yg pernah dipilih dan dilatih Jepang (Seinendan atau Keibodan ?). Orang tua bapak adalah petani kecil dari desa di selatan kota Jogyakarta. Profesi menjadi petani dijalani secara turun menurun dari nenek moyangnya hingga ke orang tua bapak (kakek nenek saya). Kesejahteraan petani dari dulu selalu pas-pasan dan dari generasi ke generasi umumnya kualitas hidupnya semakin menurun. Bapak adalah anak ke 5 dari 7 bersaudara. Bersama kakak tertuanya, bapak adalah generasi pertama yang ingin merubah kehidupan keluarganya dari selalu sebagai petani, ingin menjadi pegawai yang bergaji. Keberanian bapak untuk \"lari\" meninggalkan profesi petani untuk menjadi polisi atau pegawai, didorong oleh keinginannya yang kuat untuk memperoleh kehidupan yang lebih baik. Bapak mencoba untuk memotong rantai kemiskinan yang diwariskan secara turun menurun dalam keluarga besarnya. Kakak tertua bapak telah lebih dulu jadi polisi. Selang beberapa tahun baru bapak mengikuti jejaknya menjadi polisi. Setelah menjadi polisi, bapak menikah dengan ibu. Saat itu bapak dan ibu baru memiliki 2 anak yang masih kecil-kecil. Sebagai anggota Brimob (militernya polisi), bapak beserta keluarganya diharuskan tinggal dalam tangsi atau asrama polisi. Dua adik saya lahir beberapa tahun kemudian setelah kami tinggal di dalam asrama. Setelah merasa “settled” atau mapan tinggal di asrama, bapak merasakan bahwa penghasilan sebagai seorang polisi berpangkat rendah ternyata juga masih sangat pas-pasan untuk hidup. Hidupnya tidak bisa atau belum bisa dikatakan berkecukupan. Bapak menyadari bahwa keinginan untuk memperoleh kehidupan yang lebih baik dengan menjadi pegawai (polisi) ternyata belum bisa sepenuhnya terwujud atau terpenuhi. Untuk itu, bapak bertekad untuk mewujudkan cita-citanya untuk memperoleh kehidupan yang lebih itu lewat anak-anaknya. Anak-anaknya harus diupayakan untuk bisa sekolah setinggi mungkin atau kuliah di perguruan tinggi dan menjadi sarjana. Dengan memiliki ijasah sarjana, bapak meyakini akan mempermudah mendapatkan pekerjaan dengan penghasilan yang baik. Pemikiran bapak ini disetujui ibu dan beliau berdua kemudian memfokuskan hidup berkeluarganya untuk membesarkan dan mendidik anak-anaknya.
Sejak bapak dan ibu mencanangkan cita-cita untuk anak-anaknya dan fokus hidupnya hanya untuk anak- anak, mulailah beliau berdua berfikir keras mencari cara memperoleh penghasilan tambahan. Tambahan penghasilan diperlukan untuk membiayai pendidikan anak-anaknya hingga perguruan tinggi nantinya. Mengandalkan gaji bapak sebagai polisi berpangkat rendah (prajurit) untuk biaya pendidikan anak- anaknya pasti tidak akan mencukupi. Kenyataan saat itu, masih dengan 2 orang anak yang masih kecil2 saja, kehidupan bapak dan ibu sudah berat. Untuk memperoleh tambahan penghasilan bapak menggarap tanah kosong milik asrama di pinggir komplek untuk dijadikan ladang/kebun. Bapak menanam sayuran dan palawija di ladangnya. Bapak juga membuat 2 petak kolam di dekat ladangnya. Hasilnya ladang dan ikan kolam selain untuk keperluan sendiri dan juga dijual ke pasar. Untuk aktifitas berkebun ini sebenarnya sudah dimulai oleh ibu dengan menanam sayur-sayuran seperti cabe, tomat, terong, bayam, kangkung dll di halaman belakang rumah. Hasil kebun kecil ibu ini ternyata banyak diminati tetangga. Dengan ketrampilan yang dimiliki sejak remajanya, kemudian ibu berinisiatip membuka warung kecil di dapurnya. Warung ibu menjual sayuran dan kebutuhan dapur sehari-hari. Pada sore hari ibu menambah dagangannya dengan berbagai gorengan. Ibu juga memiliki ketrampilan membuat tempe. Ibu memproduksi tempe kemudian menjualnya ke tetangga. Sebagian besar tempe buatan ibu disetorkan ke mbok bakul di pasar. Penghasilan ibu yang paling signigikan adalah dari membuat dan menjual tempe. Dari warung dan berjualan tempe itu akhirnya biaya sekolah dan kuliah anak-anak bisa tercukupi, meski hidup tetap harus prihatin dan sederhana. Kebutuhan biaya pendidikan juga cukup terbantu karena selama saya kuliah, saya mendapatkan beasiswa. Orang tua mulai memetik hasil kerja kerasnya setelah pensiun. Bapak pensiun pada tahun 1978, diusia 50 tahun. Ini usia pensiun prajurit saat itu. Pada tahun 1980 saya lulus kuliah dan awal januari 1981 saya langsung bergabung dengan Caltex. Dengan saya bergabung dengan CPI, cita-cita orang tua mulai terwujud. Saya memperoleh kehidupan yang baik (lebih sejahtera) hingga sampai sekarang. Dua tahun setelah saya bekerja, kakak saya menyusul menyelesaikan kuliahnya. Kemudian disusul oleh 2 adik-adik saya. Hingga tahun 1990, semua keempat anak-anak bapak berhasil menyelesaikan kuliahnya dan menjadi sarjana. Setelah menjadi sarjana, kami anak-anak bapak dan ibu tidak sulit mendapatkan pekerjaan yang mapan serta memperoleh kehidupan yang lebih baik. Cita-cita mulia bapak dan ibu akhirnya terwujud. Tiga orang Insinyur dan satu orang Sarjana Ekonomi telah dihasilkan oleh sebuah keluarga polisi berpangkat rendah di asrama polisi. Bapak dan ibu yang selama ini hidupnya penuh perjuangan dan keprihatinan, akhirnya di masa pensiunnya dapat menikmati keberhasilannya, sesuai dengan yang dicita-citakannya. Tekad, semangat dan kegigihan berusaha yang ditunjukkan bapak untuk merubah kehidupannya adalah keteladanan yang diwariskan kepada kami, anak-anaknya. Bapak telah menjadi pahlawan keluarga kami.
Sebagai polisi Brimob yang berpangkat rendah, bapak banyak sekali menjalani penugasan di masa aktifnya. Bapak selalu diikutkan dalam tugas untuk ikut menumpas pemberontakan di dalam negeri di kesatuannya. Bapak pernah ditugaskan di Aceh (DI, Daud Beureueh), Riau-Bangkinang (PRRI/Permesta). Sulawesi Selatan- Palopo (Kahar Muzakar), Jawa barat dan Jawa tengah (Kartosuwiryo) dan terakhir di Jawa tengah (G30S/PKI). Atas penugasan-penugasan tersebut bapak banyak mendapatkan Satya Lencana maupun Bintang Jasa. Pada usianya yang ke 92 tahun, tanggal 28 oktober 2019 yang lalu bapak wafat. Saya yakin bapak cukup puas dan bangga dengan hasil perjuangan untuk keluarganya dan capaian karir pribadinya. Sebagai penghormatan dari negara, pemakaman bapak dilakukan oleh dinas kepolisian dengan upacara militer. Sesuai wasiatnya, meskipun bapak berhak dimakamkan di taman makam pahlawan, namun bapak menginginkan dimakamkan di taman makam pejuang '45 di Jogyakarta. Bapak menginginkan untuk berdekatan dan bersama-sama dengan teman-teman seperjuangannya. Selamat jalan bapakku dan pahlawanku. Terima kasih atas perjuangan bapak untuk kehidupan kami yang lebih baik. Selamat beristirahat dengan tenang di sisi Nya. Alfatehah. Aamiin. Soejanto Poedjosoedarto Soejanto awalnya memiliki latar belakang sebagai ahli geologi (geologist). Karir pertamanya dijalani sebagai ahli geologi profesional di CPI selama 23 tahun (1981- 2004). Setelah pensiun dini dari CPI melaui program VRP (2004), Soejanto melanjutkan karir keduanya berwirausaha. Sejak memulai menjalankan karir keduanya, Soejanto sudah merencanakan pensiun secara total dari aktifitas bekerja pada usia 60 tahun. Karir keduanya sebagai wirausaha dijalani selama selama 10 tahun (2004- 2014). Soejanto membentuk sebuah grup usaha bersama dengan partner. Grup usahanya berhasil memiliki dua buah perusahaan operator (\"operator company\") dan sebuah perusahaan pendanaan, keduanya dalam bidang \"upstream oil and gas\". Perusahaan operator milik grup usahanya saat ini masih aktif dan sedang mengoperasikan 2 lapangan minyak tua milik pertamina dalam bentuk KSO. Namun demikian, sejak 2014, Soejanto menyatakan keluar dari grup usaha tersebut. Selanjutnya Soejanto menjalani kehidupan masa pensiunnya. Lima tahun sebelum pensiun di usia 60 tahun, Soejanto bersama anak- anaknya membangun sebuah bisnis keluarga berupa klinik kecantikan. Nama kliniknya \"The Aesthetics, dental and skin clinic\" yang saat ini memiliki 9 cabang di Indonesia. Sejak tahun 2015, Soejanto menikmati dan menjakani masa pensiunnya sambil sesekali mengontrol perusahaan (klinik)nya yang sepenuhnya dikelola dan dijalankan oleh ketiga anak-anaknya.
RETURN TO DAFTAR ISI
9. BEKERJA Oleh: Maryuswan Marsid Bekerja itu capek dan lelah letih loyo. Dengan banyak tekanan, pikiran, beban dan sita 50% waktu kita, atau lebih. Itu, kalau kita hanya pikir dunia. Bila kita ikhlas karena-Nya, kita ridho, dan Sehingga Allah pun ridho kpada kita, maka Kerja itu adalah Akhirat, dan Pahala. Uang hanya sekedar Hasil Samping. Dengan bekerja sepenuh hati dan yang meski dengan menguras banyak energi, mungkin akan timbul rasa puas dan bangga bersyukur atas nikmat yang diberikan Nya tersebut. Ada makna dan warna kehidupan yang diperoleh dengan berkarya/ bertugas tersebut. Dan ada rasa tanggungjawab untuk menyelesaikannya dengan baik semaksimal kemampuan kita yang telah di anugerah kan Nya kepada kita, hamba Nya ini. Dengan lain kata, kerja itu Ibadah, bukan hanya sekedar asal kerja, bukan untuk sekedar mencari nafkah, Sehingga kita serius bersungguh sungguh dan menikmatinya, seperti seakan akan kita tengah bercakap cakap dengan alam. Seperti juga pada waktu kita sholat, yang kita usahakan untuk menikmatinya, seperti seakan akan kita tengah bercakap cakap dengan Allah, seperti kita tengah melihat Allah, dan bila kita tidak dapat melihat Allah pun, tapi kita tahu dan sadar bahwa Allah tengah melihat kita. Jadi, kata kunci nya, Dunia, Akhirat, Ikhlas, Ridho, Sungguh Sungguh, Bersyukur dan Menikmati. Sehingga, tidak merasa kalau itu adalah kewajiban, itu bukan beban, itu bukan stress, bukan pula tekanan atau beban. Kita rela untuk berlelah lelah, untuk itu sita waktu \"luang\" kita. Kita tidak peduli dengan imbalan atau ucapan pujian dan terimakasih. Kita tidak peduli dengan kritikan alias tidak akan berhenti bekerja, atau pun sempat misalnya mengurangi Work Performance kita, dan malah sebaliknya, yakni kita tetap selalu untuk melakukan Continuous Quality Improvement terhadap Kerja dan Proses Kerja kita. Kalau perlu, sekali kali kerja tersebut dilakukan dengan senyuman. Jadi ingat Motto RS CPI: Care with Smile. Oleh karena, kita kerja itu kan bukannya untuk diri kita sendiri, tapi merupakan implementasi dari pada rasa syukur kita atas nikmat yang telah dilimpahkan-Nya kpada kita. November 2020 (mma)
Maryuswan Marsid, Ex Badge #14258. 1. PT CPI: 11 Juni 1974 - 15 Maret 2004 (VRP; dengan 30 th Masa Kerja). PE Duri (1974-1986): Production Eng; Chemical Eng; Sr Chemical Eng. Corp Rumbai (1987-2004): Supt. Env Control; TM Env. Protection; TM Env. Affairs. 2. ConocoPhillis (2004- 2006): HSE Adviser. 3. Serica Energy (2006- 2012): Manager HSE. 4. Bukit Energy (2012- 2014): Manager HSE. 5 PPRL (2014- 2017): Manager HSE. 6. Facilitataur & Consultant: HSE; Corrosion Prevention; Cathodic Protection & Coating (2017-2018). RETURN TO DAFTAR ISI
10. BERTANI DI PADANG GURUN Isdjulaedi Bakri Ini adalah sebuah catatan ringan diluar bahasan teknis ketika penulis di bulan November 2013 mendapat kesempatan langka dari Pemerintah Kerajaan Saudi Arabia untuk melakukan survei geologi lapangan menyusuri padang gurun tandus jazirah Arab yang merupakan jantung minyak dunia. Survei geologi lapangan ini ternyata bukan saja hanya bisa mempelajari bagaimana cadangan minyak bumi terbesar kedua dunia setelah Venezuela itu terbentuk, tetapi juga membuka mata bagaimana pertanian digurun yang gersang bisa berkembang pesat setelah kondisi geologi terutama geohidrologinya bisa dipetakan. Bahkan kami bisa menikmati lezat segarnya sayuran hasil pertanian dan enaknya daging ternak di tengah padang gurun gersang. Merupakan surprise bagi kami, karena dalam tujuh hari pengamatan lapangan ini, dua hari sempat diguyur hujan yang deras sekali. Didaerah gurun hujan hanya terjadi beberapa kali dalam setahun menjelang musim dingin tiba, bahkan tahun sebelumnya hanya terjadi 3 kali. Hujan deras ini sempat meluapkan banjir dan menciptakan sungai-sungai (Foto 1- 1&2) juga air terjun instant (Foto 1-5) yang hanya berumur beberapa hari bahkan hanya dalam hitungan jam saja. Setelah itu kering kerontang lagi. Beruntunglah kami bisa mengalami fenomena alam yang jarang sekali terjadi di wilayah ini. Air bah yang tercurah ini sebetulnya adalah berkah bagi kehidupan. Sebagian besar akan tertelan bumi, terserap dan tersimpan terutama kedalam lapisan batuan pasir porus dan permeabel yang sangat ideal sebagai batuan penyimpan air (aquifer). Lapisan batuan sedimen ini secara geologi termasuk kedalam apa yang disebut Formasi Minjur. Barangkali inilah tabungan air alam yang bisa dimanfaatkan sepanjang tahun jika kita pintar membaca alam. Sungai2 ini umumnya bermuara di situ/embung yang juga tidak akan berair selamanya karena akan cepat terserap dan sebagian menguap. Salah satunya adalah yang ada di Wadi Nisha (Foto 1- 3). Walaupun hujan deras ini juga menimbulkan bencana banjir dan runtuhnya jembatan (Foto 1-4) di kota Riyadh karena ulah peradaban moderen yang berkembang pesat, hujan lebih merupakan berkah bagi berkembangan pertanian di gurun.
Salah satunya adalah Almarai Farm yang telah berhasil memproduksi 940 ribu liter susu setiap hari dari ratusan ribu sapi (Foto 2-3&7). Sebanyak 20 ribu trucks per tahun makanan sapi (Foto2-2) dipanen dari ladang rumput berbentuk lingkaran2 di tengah gurun seperti yang terlihat di peta satelit google (Foto 2-1, 4 & 6). Kebutuhan air untuk sistem irigasi pivot yang bebentuk lingkaran ini didapat dari Formasi Minjur yang disedot melalui sumur-sumur bor yang rata-rata kedalamannya sekitar 200 m dengan debit sebanyak 60 ribu liter setiap menitnya (Foto 2-5). Air yang dipompa itu adalah air hujan yang terserap masuk kedalam pori2 batuan sedimen Formasi Minjur yang tersingkap muncul dipermukaan. Jadi ini masih merupakan air permukaan yang tawar (fresh water), bukan air formasi (air laut) yang biasanya terjebak pada saat pengendapan sedimen terjadi jutaan tahun yang lalu dan sekarang sering berasosiasi dengan minyak. Air permukaan ini merupakan tabungan sejak wilayah ini menjadi daratan dan batuannya tersingkap karena erosi. Bayangkan kalau itu terjadi sejak satu juta tahun yang lalu saja, tentu sudah terkumpul cukup banyak bukan tabungannya? Untuk air formasi biasanya temperatur, salinitas dan kandungan mineralnya cukup tinggi, karena itu tidak bisa langsung digunakan untuk pertanian. Air formasi biasanya juga ikut tesedot bersama minyak yang diproduksi. Karena itu juga disebut air produksi. Seperti lapangan Minas di Riau sekarang ini produksi airnya jauh lebih banyak sekitar 98 persen, minyaknya cuman 2 persen. Sedikit sekali. Air formasi atau air produksi yang temperaturnya lumayan tinggi karena pengaruh temperatur inti bumi ini juga mempunyai potensi energi yang besar. Selain bisa dimanfaatkan langsung sebagai pemanas rumah kaca untuk bertani (greenhouse), juga untuk pengolahan/pengering hasil pertanian. Bahkan dengan kemajuan teknologi sekarang ini bisa untuk membangkitkan energi listrik. Jadi...air yang tercurah dari langit itu berkah atau bencana, semua tergantung kita sendiri apakah kita bisa \"membaca\" termasuk membaca alam sehingga bisa mengelola air dengan baik. Karena itu \"bacalah\", iqra'! Begitu juga bacalah alam Jakarta jika ingin bebas banjir. Geologi adalah ilmu untuk membaca alam. Seperti yang kita pahami, selaras dengan \"hukum\" sinergi air-pangan-energi (water-food- energy nexus), setelah kondisi geologi tersingkap dimana ditemukan Formasi Minjur yang merupakan aquifer dengan kandungan air yang cukup banyak, sangat bermanfaat untuk mengembangkan pertanian penghasil pangan. Dan ini tentu diperlukan energi. Bertani di wilayah gurun yang gersang, memerlukan energi yang jauh lebih besar dibanding bertani dinegri tropis seperti Indonesia. Walaupun cadangan minyak Saudi masih terbesar ke dua didunia, nampaknya mereka tidak akan menggunakan minyak sebagai sumber energi untuk pertanian.
Mereka akan memanfaatkan sumber2 energi baru terbarukan (renewable) seperti matahari, angin dan panas bumi. Bahkan tidak lama lagi mereka akan melakukan pemboran sumur panas bumi suhu rendah yang juga disebut \"low enthalpy geothermal\". Energi panas bumi suhu rendah ini nantinya akan dimanfaatkan untuk: memproduksi air tawar dari laut (desalination plant), sebagai pemanas dan pendingin udara dan untuk pertanian termasuk bercocok tanam dalam rumah kaca (greenhouse), pengolahan hasil panen dan budidaya ikan air tawar. Di hari ketiga setelah seharian berkendaraan diluar jalan (off-road driving) menyusuri lembah ngarai padang gurun mengamati batuan, dimalam kedua kami di jamu makan malam makanan asli ndeso di pedalaman Saudi di tengah gurun. Menunya nasi mandhi dengan kambing guling muda, ayam dan \"hashi\" yaitu daging onta muda....wuihh..memang kalau masih muda dagingnya empuk banget apalagi dihidangkan lengkap dengan lalap sayur2an atau salad. Ada selada, letuce, ketimun dan tomat yang semua hasil panen lokal dari bertani dirumah kaca (green house). Makannya keroyokan ramai-ramai lesehan, pakai jari tangan alias muluk gak pakai sendok seperti orang kenduri dikampung. Hmmm...lezat memang.. (photo 1,2&3). Yang lucu kalau lihat teman-teman londo bule makan \"muluk\" pakai tangan, mulutnya pada glepotan nasinya berceceran jatuh... persis anak balita yang baru belajar makan..ha..ha..Tapi kata teman saya yang orang Arab bilang bahwa kebiasaan makan muluk pakai jari-jari itu karena mereka mengikuti sunah rasul. Malah salah satu teman bule cerita bahwa kalau di negara mereka memang ada penelitian bahwa makan pakai jari-jari tangan alias muluk nasi itu bisa mencegah pikun dan buyuten, dementia & alzheimer bahasa sananya. Penasaran akhirnya saya browsing, ternyata memang bener....the main idea seems to be keeping your brain active and challenged. You could start with something as simple as eating with the hand you usually don’t use from time to time. Diusia senja, dengan selalu aktif berpikir, melatih gerak otak kita akan menjegah kepikunan. Ini bisa dimulai dengan hal- hal yang sederhana, diantaranya makan dengan jari- jari tangan tanpa sendok. Selain itu makan kembul ala kenduri atau makan berjama'ah ala Arab ini sarat akan makna filosofis dan psikologis. Makan kembul/berjama'ah membuat simpul ikatan tali silaturahim semakin erat, apa lagi kalau dilakukan sesering mungkin dalam satu keluarga. Ketika makan kembul ini akan terjadi dialog interaktif antar anggota keluarga yang
menyentuh dan menguatkan ikatan batin. Orang tua akan bisa memonitor perkembangan dan membantu memecahkannya jika terjadi masalah yang dihadapi anak, terutama jika anak menginjak usia remaja. Suatu kerja sama team teamwork yang sudah menjadi barang langka didalam keluarga yang super sibuk di jaman modern ini, terutama dikota-kota besar. Masing-masing sibuk sendiri mentelengin gadget. <12012021 isbakri> Isdjulaedi Bakri Lahir di Malang tgl. 28 Juli 1954; Sarjana Geologi lulusan UPN Veteran Yogyakarta th. 1982. Bekerja di Intergraph Graphic Computer sebagai Oil Industry Application Support (1983-1986); P.T Caltex Pacific Indonesia sebagai Geological & Geophysical Data Support di Exploration Dept. dan IT Dept. (1987-2007); Saudi Aramco, Saudi Arabia sebagai Data Management & Application support di Exploration New Ventures Dept. (2007-2014). RETURN TO DAFTAR ISI
11. BROADWAY, New York 1981 Oleh: Nismah Rumzy Don't cry for me Argentina. The truth is I never left you. Jangan menangis untukku Argentina. Sesungguhnya aku tidak pernah meninggalkanmu. Suara soprano Patti LuPone telah menyihir seisi Gedung opera itu. Gemanya seperti halus melayang mengitari stage yang megah, kemudian melayang cepat kedepan, menusuk dan seperti mencabik gendang perasaan penonton. Ada kemarahan, muram, kesedihan dan keinginan kuat untuk tidak ada selamat tinggal, ada rasa tentang cinta yang berkontestasi dengan cemburu dan berkelit kelindan dengan politik kekuasaan yang kadang kejam tak terperikan, semua campur aduk, mengantarkan setengah kemuraman dan setengah adalah hentakan perasaan akan pembebasan, sehingga membuat penonton terpaku hening, saat ia mengatiklimakskan serangkaian opera yang bercerita tentang seorang perempuan fenomenal dari Amerika Latin. Maria Eva Duarte, perempuan yang kemudian kisahnya di-operakan, adalah perempuan biasa yang kota kecil di Provinsi Buenos Aires, Argentina, 7 Mei 1919. Kepahitan masa kecil menyebabkan ia memilih untuk menghancurkan akta kelahirannya dan bersalin nama menjadi Eva María Ibarguren, yang lahir 7 May 1919. Sebagai anak yang lahir dari istri kesekian dari lelaki kaya imigran Basque, hukum Argentina tidak pernah mengakui keberadaannya, hingga ia terlempar ke ceruk-ceruk pemukiman kumuh kaum miskin di kota Junin. Mestinya ia akan berakhir menjadi istri buruh kasar atau paling tidak petugas jaga malam sebuah hotel murah dikota itu, namun nasib melemparkannya ke kota besar, padat Buenos Aires. Tapi sesungguhnya, tidak sepenuhnya ia menyerah kepada alur nasib, karena ia yakin, bahwa seperti apa nasib akan mengikutinya, itu sangat tergantung kepada bagaimana ia bermimpi dan mewujudkannya. Karena itulah ia kemudian nekat mengambil peran-peran kecil untuk bisa menggapai mimpinya, menjadi bintang film. Ia ingin membuktikan kepada dunia, sebagai anak yang dibuang ayahnya, anak yang tidak berharga, iapun bisa merebut dunia. 15 Januari 1944, gempa besar membawa duka bagi Argentina, ribuan korban jatuh, negeri itu berduka, termasuk Evita. Namun gempa itu pula yang menjadi titik balik hidup yang akan mengantarkannya kepanggung kekuasaan Argentina. Ditengah pengungsian itu, ia pertama kali
bertemu dengan Juan Peron yang akhirnya membawanya ke panggung kekuasaan Argentina. Dialah yang menginspirasi dan sekaligus memimpin perjuangan hak perempuan dalam dunia politik dibelahan Amerika Latin pada masanya. Kisah Evita Peron adalah kisah perjuangan hidup seorang gadis miskin yang dalam perjalanannya bertahan atas berbagai hempasan gelombang kehidupan untuk menggapai puncak, meskipun pada akhirnya berakhir tragis seiring dengan gelombang politik yang menghantam negerinya. Aku melayangkan pandanganku kesekeliling panggung, suara sopran itu mengalun dan mengayun pemikiranku. Sebagaimana kisah yang sedang ditonton, hidup telah mengayunkanku pada banyak keajaiban. Bermula ketika letusan pertama mortar yang jatuh di pantai Ulak Karang Padang yang ditembakkan dari deretan kapal perang ALRI yang datang untuk memadamkan pergolakan, dunianya yang sedang menapak menjadi guru, terjungkirkan. Kemudian perang berkecamuk, korban berjatuhan dan perlawanan yang menurut pemerintah pusat adalah semua orang yang belum menyerahkan diri sampai negeriku dibebaskan dianggap pemberontak. Aku Ikut menyusuri lekuk dan liku jalanan dilembah-lembah gerilya, dijantung Sumatera Tengah, berpindah-pindah dan terus berlari dari kejaran buruan tentara Sukarno. Kekasih masa kecilnya, telah menjadi cerita yang tidak berujung dan nyaris hilang dalam desingan peluru. Lelaki itu kemudian bergabung dengan Angkatan Laut PRRI dan hampir tidak pernah lagi ia temui. Perang membuat Lin harus rasional memilih, situasi tidak memungkinkan aku untuk berandai-andai. Namun sekali lagi gelombang nasib menghempaskanku, aku harus berjuang sendiri untuk masa depanku dalam ketidakpastian politik dan ekonomi negeri. Meskipun tidak pernah mengaku kalah dan merasa kalah, tetapi perang itu usai sudah dan menyisakan banyak masalah. Organisasi Perlawanan Rakyat (OPR) yang dibentuk untuk melakukan pengamanan yang nyaris berubah menjadi pembersihan bagi bekas-bekas pemberontak, membuat negeri begitu mencekam dan orang-orang secara bergelombang, kemudian pergi meninggalkan kampung halaman. Dalam persembuyianku dari kejaran OPR. Tinggallah aku menjalani hidup paska perang yang tidak mudah. Pada titik itulah kemudian aku memutuskan pergi merantau, aku tak mau menjadi perempuan lemah yang terus meratapi kemalanganku. Namun disitulah scenario Allah bekerja. Caltex, perusahaan minyak asing di Pekanbaru kemudian memberikan tempat bagiku berkarya. Secara tidak disangka-sangka, disitulah aku kemudian menemukan kembali ketemu dengan cinta sejatiku yang lama hilang dipertempuran. Aku bertemu Rumzy, kawan dekat masa remaja yang kemudian menikahiku. Lelaki itu memiliki cinta yang membaja, sehingga segala gelombang kehidupan tidak sanggup menggerusnya. Ia menerimaku apa adanya. Setetes butiran bening menetes, menuruni pipiku yang berangkat menuju setengah baya, namun kali ini air mata itu bukanlah perlambang kesedihan, tetapi airmata yang mewakili kebahagiaan, sebuah puncak dari perjuangan kehidupan. Jika kujalani hidup sepenuh sesal, maka tidaklah mungkin aku saat ini duduk, dihadapan panggung Opera bergengsi ini.
Seperti takjub, aku tidak pernah akan menyangka aku akan menginjak bumi Amerika. Bumi yang diimpikan Rumzy sejak lama untuk sekolah ketika kami selesai Pendidikan Bahasa Inggris dulu di STC Bukittinggi. Perang kemudian membuat jalan itu makin berliku, termasuk dalam pelariannya menuju Singapura, Rumzy tertangkap dan tidak pernah berhasil melewati batas Pekanbaru Kota dan ditahan di Tahanan Politik Umum dikota Pekanbaru. Ternyata keinginan sekolah baru terjadi hari ini. Atas pengabdiannya, Rumzy mendapatkan Pendidikan Luar Negeri (foreign training) dari Caltex untuk sekolah di University of Michigan Ann Arbor, USA. Pada saat yang sama, aku, karena prestasiku, ikut menyusul, sebagai Perempuan Pertama yang dikirim perusahaan asing itu untuk belajar Komputer Sistem, langsung di IBM, perusahaan pioneer dalam teknologi computer pada masa itu...... RETURN TO DAFTAR ISI
Search
Read the Text Version
- 1
- 2
- 3
- 4
- 5
- 6
- 7
- 8
- 9
- 10
- 11
- 12
- 13
- 14
- 15
- 16
- 17
- 18
- 19
- 20
- 21
- 22
- 23
- 24
- 25
- 26
- 27
- 28
- 29
- 30
- 31
- 32
- 33
- 34
- 35
- 36
- 37
- 38
- 39
- 40
- 41
- 42
- 43
- 44
- 45
- 46
- 47
- 48
- 49
- 50
- 51
- 52
- 53
- 54
- 55
- 56
- 57
- 58
- 59
- 60
- 61
- 62
- 63
- 64
- 65
- 66
- 67
- 68
- 69
- 70
- 71
- 72
- 73
- 74
- 75
- 76
- 77
- 78
- 79
- 80
- 81
- 82
- 83
- 84
- 85
- 86
- 87
- 88
- 89
- 90
- 91
- 92
- 93
- 94
- 95
- 96
- 97
- 98
- 99
- 100
- 101
- 102
- 103
- 104
- 105
- 106
- 107
- 108
- 109
- 110
- 111
- 112
- 113
- 114
- 115
- 116
- 117
- 118
- 119
- 120
- 121
- 122
- 123
- 124
- 125