Important Announcement
PubHTML5 Scheduled Server Maintenance on (GMT) Sunday, June 26th, 2:00 am - 8:00 am.
PubHTML5 site will be inoperative during the times indicated!

Home Explore Edukasi Gizi Berbasis Kebun Sekolah

Edukasi Gizi Berbasis Kebun Sekolah

Published by Beam Nursupriatna, 2021-10-29 23:41:06

Description: Edukasi Gizi Berbasis Kebun Sekolah

Search

Read the Text Version

Kumpulan Rencana Ajar Untuk Guru Sekolah Dasar dan Menengah: Edukasi Gizi Berbasis Kebun Sekolah Tim Penyusun: Luh Ade Ari Wiradnyani Judhiastuty Februhartanty Anak Agung Sagung Indriani Oka Dewi Shinta Arienta Rahmania Putri Sudibya Cahya Ayu Agustin ISBN: 978-602-60639-4-6 Desain sampul dan Tata letak: Joko Setiyono Penerbit: Southeast Asian Ministers of Education Organization, Regional Center for Food and Nutrition (SEAMEO RECFON) Redaksi: Kampus UI Salemba, Jl. Salemba Raya No. 6, Jakarta 10430 Telepon +62 21 31930205 - Fax. +62 21 3913933 - PO. Box 3852 Website: www.seameo-recfon.org - email: [email protected] Cetakan pertama, 2018 Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang mengutip dan memperbanyak karya tulis ini tanpa izin tertulis dari pemegang hak cipta, sebagian atau seluruh dalam bentuk apapun, seperti cetak, fotokopi, mikrofilm, dan rekaman suara

- Kumpulan Rencana Ajar - Edukasi Gizi Berbasis Kebun sekolah Kata Pengantar Masalah gizi dapat terjadi di seluruh kelompok usia, termasuk anak usia sekolah dan remaja. Studi menunjukkan bahwa sekolah merupakan wahana yang efektif bagi peserta didik untuk belajar, bersosialisasi, dan mempraktikkan kebiasaan baik termasuk kebiasaan hidup sehat berwawasan gizi seimbang. Program Nutrition Goes to School (NGTS) pada lingkup Asia Tenggara atau “Gizi untuk Prestasi’ dalam lingkup nasional merupakan kontribusi SEAMEO RECFON dalam meningkatkan praktik gizi dan kesehatan peserta didik tingkat Sekolah Dasar dan Menengah. Merujuk pada kerangka konsep program NGTS, kegiatan kebun sekolah ini merupakan salah satu bentuk pelaksanaan pendekatan dari sisi Demand dan juga Supply. Kebun Sekolah merupakan media peningkatan pengetahuan dan praktik gizi dan kesehatan peserta didik sebingga SEAMEO RECFON terus berupaya meningkatkan fungsinya agar dapat menjadi sarana belajar yang baik. Dengan menanam sayuran dan buah di kebun sekolah, misalnya memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk belajar mengenai berbagai jenis bahan makanan sumber zat gizi, sekaligus membangun ketertarikan untuk lebih memperhatikan makanan yang dikonsumsi. Di sisi lain, adanya kebun sekolah memungkinkan peserta untuk mengonsumsi hasil panen kebun sekolah. Pemahaman guru dalam menjadikan Kebun Sekolah sebagai sarana menanamkan kebiasaan baik pada peserta didik di sekolah perlu terus dikuatkan, antara lain dengan penyediaan pedoman. Ketersediaan sumber informasi yang lengkap dan benar tentulah sangat diperlukan. Sehubungan dengan hal tersebut, SEAMEO RECFON menyusun modul “Kumpulan Rencana Ajar Edukasi Gizi Berbasis Kebun Sekolah untuk Guru Sekolah Dasar dan Menengah.” Modul ini mencakup topik gizi dan kesehatan bagi anak usia sekolah dan remaja serta rencana ajar penyampaian pesan gizi dan kesehatan melalui kegiatan yang sederhana dan menarik dengan media kebun sekolah. Harapan kami modul ini membawa manfaat dan mampu memotivasi para guru untuk berkreasi dalam memberikan pendidikan gizi dan kesehatan dengan media kebun sekolah. Direktur SEAMEO RECFON, dr. Muchtaruddin Mansyur, Ph.D i



- Kumpulan Rencana Ajar - Edukasi Gizi Berbasis Kebun sekolah Petunjuk Penggunaan Buku: Buku ini dirancang sebagai buku pegangan guru SD, SMP, SMA dan sederajat. Yang dimaksud dengan buku pegangan adalah bahwa buku ini memuat informasi yang padat terkait topik gizi dan kesehatan anak sekolah dan remaja dengan memanfaatkan kebun sekolah sebagai sarana belajar. Pada saat guru membutuhkan referensi tentang informasi terkait gizi dan kesehatan untuk peserta didik, bab dan sub bab yang terkandung dalam buku ini dapat dijadikan acuan sesuai kebutuhan. Buku ini memuat informasi terkini khususnya terkait masalah gizi dan kesehatan peserta didik, juga dalam hal solusi mengatasi masalah tersebut. Slogan gizi 4 sehat 5 sempurna yang sangat dikenal masyarakat, kini telah diperbaharui sesuai kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi serta semakin kompleksnya masalah gizi yang dihadapi masyarakat saat ini. Oleh karena itu, buku ini diharapkan dapat membantu para guru dalam mendapatkan informasi yang akurat seputar gizi dan kesehatan bagi peserta didik. Rencana Ajar: Buku ini dilengkapi dengan kumpulan rencana ajar. Rencana ajar disesuaikan dengan tingkatan pendidikan dan kelas peserta didik serta dikelompokkan dalam 3 golongan yaitu rencana ajar untuk SD, rencana ajar untuk kelas SMP, dan rencana ajar untuk kelas SMA sesuai tingkat persiapan guru dan aktivitas peserta didik. Rencana ajar ini bersifat usulan. Jika guru memerlukan ide untuk kegiatan belajar mengajar (KBM), maka rencana ajar ini dapat dijadikan rujukan. Untuk memudahkan guru, pada tiap rencana ajar, kami mencantumkan ringkasan materi yang diambil dari buku pegangan dengan menyebutkan nomor halaman. Dengan demikian buku pegangan dan rencana ajar ini merupakan satu kesatuan. Guru dapat memodifikasi rencana ajar sesuai ketersediaan sumberdaya yang dimiliki, sepanjang hal itu relevan dengan tujuan pembelajaran. Sebagian besar kerangka ajar ini memerlukan persiapan khusus terlebih dahulu sebelum dapat digunakan. Persiapan yang perlu dilakukan seperti : 1. Membuat kebun sekolah (memanfaatkan lahan / hidroponik) 2. Menanam beberapa jenis tanaman sayuran dan buah yang akan digunakan sebagai bahan ajar 3. Memastikan waktu kegiatan bertepatan dengan waktu panen 4. Memastikan pasokan sayuran dan buah dari kebun sekolah dapat memenuhi kebutuhan penggunaan kerangka ajar untuk semua murid iii

SEAMEO RECFON 2018 Penyusun Dr Luh Ade Ari Wiradnyani, M.Sc – SEAMEO RECFON Dr Judhiastuty Februhartanty, M.Sc – SEAMEO RECFON Anak Agung Sagung Indriani Oka, M.Gz – SEAMEO RECFON Dewi Shinta, M.Gz – SEAMEO RECFON Arienta Rahmania Putri Sudibya, M.Sc – SEAMEO RECFON Cahya Ayu Agustin, S.Gz – SEAMEO RECFON Kontributor Dr Jesus C Fernandez – SEAMEO BIOTROP Cici Handayani, S.Pdi – SDN Suryalaya, Kota Bandung Alfira Firnanda, M.Pd – MAN 19 Jakarta Dra. Rr. Yudi Ekowati – SMAN 6 Bogor Teti Herawati, S.Pd – SD Islam Sabilina, Kota Bekasi Tri Mariyanti, S.Pd – School of Human, Kota Bekasi Andry Roberto, S.Si – SMPN 12 Kotabumi, Lampung Utara Aprian, S.Si – SD Islam Azhari, Jakarta Ika Satyasari – DeTara Foundation, Jakarta Indriyani Supandi, S.Pt – SD Cerdas Mulia Ekselensia, Kota Bandung Drs. Budi Purwanto – SMAN 1 Sokaraja, Purwokerto Reni Septiana, S.Pd – SDN 2 Kampung Kotaagung, Tanggamus Savitri Mutia Agustine, S.Pd – SMPN 13 Sukabumi Reviewer Suci Destriatania, SKM, MKM - FKM Universitas Sriwijaya Trias Mahmudiono, SKM, MPH(Nutr.), GCAS, PhD - FKM Universitas Airlangga Photo & Ilustrasion Credit Foto – foto an ilustrasi yang digunakan dalam buku ini, diunduh dari internet dari berbagai sumber yang merupakan public domain. iv

- Kumpulan Rencana Ajar - Edukasi Gizi Berbasis Kebun sekolah DAFTAR ISI Halaman Kata Pengantar i Kata Sambutan ii Tujuan dan Sistematika Buku iii Penyusun, Kontributor, dan Reviewer iv Daftar Isi v Kebun Sekolah Sebagai Upaya Peningkatan Literasi, 1 Gizi, dan Kewirausahaan Siswa Edukasi Gizi Melalui Pemanfaatan Kebun Sekolah 9 Pemenuhan Kebutuhan Gizi Anak Sekolah dengan Gizi Seimbang 15 23 Pengalaman Guru dalam Pemanfaatan Kebun Sekolah sebagai Media Edukasi Gizi di Sekolah 23 25 Mengenal Beragam Sayur dan Buah dari Kebun Sekolah 27 Kebun Sekolahku Multifungsi 28 Promosi Konsumsi Sayur dan Buah Melalui Kebun Sekolah 30 Ilmu Baru dari Kebun Sekolah Cooking Class Activity Hasil Kebun Sekolah 31 31 RENCANA AJAR EDUKASI GIZI SD 35 Rencana Ajar 1: Serunya menggambar Buah dan Sayur 38 Rencana Ajar 2: Sayuran Hijau Kebun Sekolah 41 Rencana Ajar 3: Kartu Tanaman Kebun Sekolahku 44 Rencana Ajar 4: Matematika Kebun 47 Rencana Ajar 5: Ayo Menanam! 50 Rencana Ajar 6: Fun Cooking Omelet Bayam (telur dadar bayam) 56 Rencana Ajar 7: Keindahan dan Kebaikan Kebunku 62 Rencana Ajar 8: Sayur Sahabatku Rencana Ajar 9: Kenali Aku 67 67 RENCANA AJAR EDUKASI GIZI SMP 72 Rencana Ajar 10: Let’s Play Quartet 77 Rencana Ajar 11: Pingsan? No Way! 80 Rencana Ajar 12: Yuk...Mengenal Sayur dan Buah Dari Negara Lain 84 Rencana Ajar 13: Timelapse Pertumbuhan Sayuran Rencana Ajar 14: Pelangi Makanan v

SEAMEO RECFON 2018 Rencana Ajar 15: Juice for You Halaman Rencana Ajar 16: Slowmatian di Kebun Sekolah...Boleh Juga 89 Rencana Ajar 17: BYO (Bring Your Own) POTLUCK 95 Rencana Ajar 18: My School Garden Experience 98 Rencana Ajar 19: Teknologi Pengolahan Makanan Rencana Ajar 20: Gizi Seimbang untuk Remaja 102 106 RENCANA AJAR EDUKASI GIZI SMA 113 Rencana Ajar 21: Baik Makananku, Baik Giziku Rencana Ajar 22: Nikmatnya Buah Hasil Tanam Sendiri 117 Rencana Ajar 23: Sayurku, Karyaku, Sehatku! 117 Rencana Ajar 24: Uji kandungan protein dan glukosa jamur tiram 123 Rencana Ajar 25: Gizi Seimbang untuk Tubuhku 132 141 RENCANA AJAR EDUKASI GIZI LINTAS TINGKAT 148 Rencana Ajar 26: Colourful Campaigne Rencana Ajar 27: Umbiku 151 Rencana Ajar 28: Veggiestick 151 Rencana Ajar 29: Wirausaha Produk Olahan Jagung 158 Rencana Ajar 30: Wirausaha Jamur Tiram 161 164 Daftar Pustaka 168 173 vi





Kebun Sekolah Sebagai Upaya Peningkatan Literasi, Gizi, dan Kewirausahaan Siswa Dr Jesus C Fernandez Latar Belakang Sebagai institusi pendidikan, sekolah memiliki beberapa fungsi, diantaranya sebagai sarana untuk menyampaikan pengetahuan, ketrampilan sosial, norma dan nilai budaya kepada siswa melalui proses belajar mengajar yang sistematis. Sekolah juga telah lama terbukti sebagai titik masuk yang efektif untuk membangun kesadaran dan advokasi dalam mengatasi masalah sosial seperti kesehatan dan lingkungan. Lebih dari itu, sekolah juga dapat menjadi media pengembangan ekonomi yang potensial khususnya untuk meningkatkan kesejahteraan ekonomi siswa dan guru, termasuk keluarga, masyarakat yang berhubungan langsung dengan mereka dan akhirnya negara melalui kegiatan produksi dan kewirausahaan. Oleh karena itu pada tahun 2015, Southeast Asian Ministers of Education Organization (SEAMEO) melalui sebuah program yang disebut SEAMEO College memprakarsai sebuah Proyek Studi “Program Pangan dan Gizi berbasis Sekolah dan Masyarakat untuk Literasi, Pengentasan Kemiskinan, dan Pembangunan Berkelanjutan”. SEAMEO Regional Centre for Tropical Biology (BIOTROP) ditetapkan sebagai organisasi pelaksana utama dalam studi ini di Indonesia dan SEAMEO Regional Centre for Graduate Study and Research in Agriculture (SEARCA) di Filipina. Proyek ini memiliki tujuan sebagai berikut: (1) Untuk meningkatkan keragaman dan ketersediaan makanan yang akan memenuhi kebutuhan gizi anak sekolah, keluarga dan masyarakat; (2) Untuk meningkatkan kapasitas siswa dan guru dalam memproduksi makanan yang bergizi melalui kegiatan pembelajaran dan pengalaman dengan menanamkan pentingnya pertanian, masalah lingkungan, dan penggunaan teknologi ramah lingkungan yang diadaptasi secara lokal; dan (3) Untuk membantu mengurangi pengeluaran belanja makanan bagi keluarga dan masyarakat, menghasilkan tabungan, dan memberikan penghasilan alternatif untuk mengatasi kemiskinan dan mengakses kesempatan belajar. Ada 3 kegiatan utama yang dilakukan dalam Proyek ini yaitu: mobilisasi dan penilaian kebutuhan sekolah yang akan berpartisipasi, pelatihan guru perwakilan tiap sekolah tentang kebun sekolah, dan persiapan serta implementasi kebun sekolah. 1

↑ Foto bersama peserta kursus pelatihan Untuk melaksanakan kegiatan ini, SEAMEO BIOTROP mengintegrasikan ketiga kegiatan tersebut dalam bentuk Kursus Pelatihan tentang “Pengembangan Kebun Sekolah untuk Meningkatkan Literasi, Gizi, dan Kewirausahaan Siswa” bekerja sama dengan SEAMEO Regional Centre for Food and Nutrition (RECFON) dan SEAMEO Regional Open Learning Center (SEAMOLEC). Dalam hal ini, SEAMEO BIOTROP mengemban tanggung jawab untuk memberikan expertisenya di bidang pertanian berbasis teknologi dan perlindungan lingkungan, sementara SEAMEO RECFON dan SEAMEO SEAMOLEC masing-masing berkomitmen untuk berbagi kepakaran mereka di bidang kesehatan dan gizi serta sistem pembelajaran jarak jauh. Sebelum melaksanakan pelatihan, SEAMEO BIOTROP melakukan survei profil calon sekolah yang akan menjadi peserta khususnya mengenai fasilitas yang ada, potensi dan keinginan mereka untuk membuat kebun sekolah. Hasil survei digunakan sebagai dasar memilih guru sekolah yang akan dilatih. Tercatat lebih dari 150 sekolah yang mendaftar untuk pelatihan dan berpartisipasi dalam survei ini. Sekitar 56 sekolah dipilih untuk bergabung menjadi angkatan pertama dalam pelatihan tersebut yang telah dilaksanakan pada tanggal 27-31 Maret 2016. Desain Pelatihan dan Implementasi Secara umum, pelatihan bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan guru dalam membuat dan mengoptimalkan fungsi kebun sekolah untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam hal literasi, gizi dan kewirausahaan. Tujuan khususnya adalah sebagai berikut: 1. Untuk meningkatkan kemampuan guru sekolah dalam memahami pentingnya gizi bagi perkembangan pendidikan anak sekolah. 2. Untuk menciptakan kesadaran di kalangan guru sekolah tentang menggabungkan kegiatan berkebun di sekolah ke dalam pelajaran dan kegiatan ekstra kurikuler yang akan diberikan kepada siswa. 2

3. Untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan dasar guru sekolah tentang model kebun sekolah dan teknologi pertanian yang dapat diadopsi dalam kegiatan kebun sekolah. 4. Untuk memperkenalkan konsep dan prinsip pengajaran dalam jejaring (daring) untuk mendukung pengembangan literasi dalam konteks kebun sekolah. 5. Untuk meningkatkan kemampuan para guru sekolah dalam merumuskan rencana tindak lanjut dan mengimplementasikannya di sekolah masing-masing. ↑ Suasana pelatihan didalam kelas Pelatihan disampaikan dengan cara ceramah dan diskusi interaktif serta latihan praktis tentang topik-topik berikut: 1. Gambaran umum Proyek Studi “Program Pangan dan Gizi berbasis Sekolah dan Masyarakat untuk Literasi, Pengentasan Kemiskinan, dan Pembangunan Berkelanjutan” 2. Pentingnya gizi dalam pendidikan anak sekolah di Indonesia 3. Pengomposan sampah organik skala rumah tangga dan sekolah 4. Model kebun sekolah dan kewirausahaan 5. Teknik hidroponik untuk sayuran berdaun dan berbuah 6. Teknik budidaya sayuran di lahan terbatas 7. Kebun sekolah sebagai kegiatan pembelajaran berbasis proyek 8. Pembelajaran kebun sekolah melalui pengembangan materi dan pengajaran dalam jaringan (daring) 9. Rencana tindak lanjut 3

Pelatihan ini mengharuskan para peserta untuk menyusun rencana tentang kebun sekolah yang akan dibuat atau ingin ditingkatkan berdasarkan pengetahuan dan keterampilan yang mereka peroleh dari pelatihan. Karena persyaratan ini, sebagian besar dari alumni pelatihan telah mendirikan kebun sekolah dalam berbagai bentuk dan saat ini telah beroperasi dengan tingkat keberhasilan yang bervariasi. SEAMEO BIOTROP membuat Grup Whatsapp yang beranggotakan alumni pelatihan, Panen hasil kebun sekolah bersama narasumber, dan penyelenggara yang menjadi siswa media untuk berbagi antar sesama guru tentang pengalaman berkebun, serta untuk memberikan bantuan teknis lebih lanjut dari para ahli bilamana diperlukan. Grup Whatsapp tersebut terbukti efektif dalam mempertahankan minat dan motivasi alumni pelatihan untuk melanjutkan kegiatan kebun sekolah terutama dalam menanam lebih banyak jenis tanaman dan menginisiasi teknik baru yang lebih sesuai dengan situasi terkini. Memanfaatkan media sosial seperti Whatsapp merupakan salah satu pendekatan yang dilakukan oleh SEAMEO BIOTROP dalam membangun komunitas antar alumni pelatihan dan narasumber. Sejak tahun 2016, SEAMEO BIOTROP telah melakukan tiga kali pelatihan yang melibatkan total 122 guru sekolah dari berbagai tingkatan pendidikan yang berasal dari 11 provinsi di Indonesia. Terdapat beberapa perubahan topik pada pelatihan kedua dan ketiga, seperti: 1. Topik “Gambaran Umum Partisipasi SEAMEO dalam Proyek Studi Program Pangan dan Gizi Berbasis Sekolah dan Masyarakat untuk Literasi, Pengentasan Kemiskinan dan Pembangunan Berkelanjutan” dihapuskan pada pelatihan kedua dan ketiga mengingat SEAMEO College telah berakhir di tahun 2017. 2. Selama pelatihan ketiga, terdapat 3 topik tambahan, yaitu: (a) Integrasi Kebun Sekolah dengan Pembelajaran di Kelas, (b) Integrasi Pelestarian dan Promosi Keanekaragaman Hayati Pertanian (Agro-Biodiversity) dengan Kebun Sekolah, dan (c) Perumusan Proposal Proyek Studi mengenai Kebun Sekolah. Topik pertama dan ketiga ditambahkan untuk memastikan bahwa para guru tidak hanya mengembangkan kebun sekolah tapi juga akan memanfaatkan sepenuhnya sebagai media pembelajaran bagi siswa untuk meningkatkan literasi, gizi, dan kewirausahaan mereka. Topik ketiga menggantikan sesi Rencana Tindak Lanjut. Dan topik kedua ditambahkan untuk memperkuat aspek lingkungan dalam mempromosikan sekolah ramah lingkungan. 4

Dari Pelatihan ke Program Multi-Komponen Setelah Proyek SEAMEO College berakhir di tahun 2017, SEAMEO BIOTROP berkomitmen untuk terus melaksanakan pelatihan karena melihat tanggapan yang baik dari peserta dan alumni. SEAMEO BIOTROP juga berkomitmen untuk tidak sekedar melakukan pelatihan, melainkan juga melengkapinya dengan upaya advokasi untuk memperkuat literasi, gizi, dan kewirausahaan siswa melalui kebun sekolah. Oleh karena itu, SEAMEO BIOTROP menambahkan tiga komponen lagi untuk membentuk sebuah program utuh mengenai kebun sekolah sebagai bagian dari Rencana Pembangunan Lima Tahun ke-10 (TA 2017/2018 – 2021/2022) SEAMEO BIOTROP. Adapun komponennya antara lain: 1. Hibah Proyek Studi Kebun Sekolah untuk Guru Komponen ini bertujuan untuk: a. mengumpulkan data empiris dan praktik baik tentang manfaat kebun sekolah dalam meningkatkan literasi, gizi, dan kemampuan kewirausahaan siswa tingkat sekolah dasar dan menengah di Indonesia. b. meningkatkan kapasitas guru sekolah dasar dan menengah di Indonesia dalam melakukan sebuah studi. c. menghasilkan bahan pembelajaran dan promosi mengenai manfaat kebun sekolah berdasarkan hasil penelitian penerima hibah. Sejak SEAMEO BIOTROP memulai implementasi komponen tersebut pada tahun 2017, tujuh alumni pelatihan/guru sekolah telah diberikan hibah dan menyelesaikan proyek studi mereka. 2. Dokumentasi Praktik Baik dari Kebun Sekolah Komponen ini bertujuan untuk mengumpulkan praktek-praktek kebun sekolah yang dilakukan oleh alumni pelatihan yang telah menghasilkan peningkatan signifikan terhadap literasi, gizi, dan kewirausahaan para siswa. Dokumentasi ini dilakukan melalui pengalaman dan foto yang dibagikan oleh alumni pelatihan di Grup Whatsapp dan blog pribadi serta kunjungan monitoring secara acak ke sekolah para alumni pelatihan. SEAMEO BIOTROP berencana untuk mengadakan lokakarya penulisan praktik baik kepada para peserta pelatihan yang telah menghasilkan kisah sukses terkait kegiatan kebun sekolah mereka. Luaran dari lokakarya tersebut akan dipublikasikan dalam bentuk buku di tahun 2019 untuk didistribusikan ke sekolah lain untuk menjadi inspirasi. 3. Penghargaan Kebun Sekolah Terbaik Komponen ini dirilis pada saat Perayaan Ulang Tahun Emas SEAMEO BIOTROP di bulan Februari 2018. Dimulai pada tahun 2019 hingga 2021, SEAMEO BIOTROP setiap tahun akan membuka pendaftaran untuk penerima penghargaan: 5

a. Sekolah Terbaik untuk Peningkatan Literasi Siswa b. Sekolah Terbaik untuk Peningkatan Gizi Siswa c. Sekolah Terbaik untuk Peningkatan Kewirausahaan Siswa Perluasan Cakupan Program Pada 12 Februari 2018, SEAMEO BIOTROP menandatangani Nota Kesepahaman dengan Pemerintah Kota Bogor. Salah satu tujuan utama dari penandatangan dokumen tersebut adalah untuk mengubah Kota Bogor menjadi Kota Kebun Sekolah pada tahun 2021. Artinya, SEAMEO BIOTROP akan melatih satu guru dari tiap sekolah dari total 72 sekolah taman kanak-kanak, 239 sekolah dasar, 101 sekolah menengah pertama dan 62 sekolah menengah atas, dan 62 sekolah menengah kejuruan yang terdapat di Kota Bogor. SEAMEO BIOTROP telah melatih 12 guru sekolah di Kota Bogor selama pelatihan ketiga di bulan Juli 2018. SEAMEO BIOTROP juga memberikan bantuan teknis yang serupa kepada kota lain di Indonesia yang tertarik untuk mengembangkan kebun sekolah. Tantangan dan Tindakan yang Diambil untuk Mengatasinya Program ini menghadapi tantangan berikut: 1. Komponen Pelatihan: a. Durasi pelatihan yang terbatas versus harapan para guru peserta pelatihan untuk mendapatkan lebih banyak materi untuk dibahas Tantangan ini diatasi melalui bantuan teknis secara berkelanjutan yang disampaikan oleh para ahli melalui Grup Whatsapp. b. Dukungan sekolah yang tidak pasti untuk mengimplementasikan rencana para peserta setelah menyelesaikan pelatihan. SEAMEO BIOTROP mendorong alumni pelatihan untuk membuat proposal lengkap mengenai rencana mereka dan mengajukannya untuk mendapat pendanaan melalui Hibah Proyek Studi tentang Kebun Sekolah dari SEAMEO BIOTROP. Group whatsapp peserta pelatihan kebun sekolah 6

2. Komponen Studi: a. Kapasitas guru yang terbatas untuk menulis proposal studi dan mengimplementasi studi tersebut setelah proposal dinyatakan diterima. Adanya tambahan sesi Perumusan Proposal Proyek Studi mengenai Kebun Sekolah, memungkinkan para peserta untuk menyusun proposal studi mereka. SEAMEO BIOTROP tetap memberikan pendampingan kepada para peserta dalam menyelesaikan proposal mereka meskipun pelatihan telah selesai. b. Konflik terkait beban kerja guru untuk menerapkan kegiatan studi Pada awal penulisan proposal studi, para guru sekolah diingatkan untuk merancang kegiatan yang dapat diintegrasikan dengan beban kerja kegiatan mengajar dan lain-lain. Integrasi kegiatan semacam ini merupakan bagian dari kriteria untuk mengevaluasi mampu laksana atau tidaknya proposal diajukan. 7

8





Edukasi Gizi Melalui Pemanfaatan Kebun Sekolah Taman Gizi Anak SD Negeri No. 071034 Lotu, Kecamatan Lotu, Nias Utara (Sumber: OBI, 2018) Apa itu Kebun Sekolah? Salah satu program yang dipandang dapat menjadi sarana edukasi gizi di sekolah adalah kebun sekolah. Kebun sekolah adalah sebuah metode belajar mengajar inovatif yang memanfaatkan kebun sekolah dalam penyampaian materi berbagai bidang ilmu dan melibatkan anak secara aktif dalam prosesnya (Kammar et al., 2017). Keberadaan kebun sekolah juga dapat dimanfaatkan sebagai sarana belajar mengajar pada berbagai mata pelajaran, tidak hanya terpaku pada sains dan matematika. Edukasi gizi melalui program kebun sekolah dapat dilakukan ketika jam pelajaran, diluar jam pelajaran, atau saat kegiatan ekstrakulikuler (Robinson-O'Brien et al., 2009 as cited in Laird, 2016). Darimana asal kebun sekolah? Metode belajar dengan program kebun sekolah sebenarnya bukan hal yang baru. Kebun sekolah pertama dipercaya berasal dari Eropa dan kemudian diperkenalkan di Amerika pada tahun 1891. Pada periode tahun 1950an, jumlah kebun sekolah mulai menurun karena sekolah-sekolah memiliki fokus pengajaran yang bergeser ke bidang teknologi (Desmond et al., 2004). Saat ini, popularitas kebun sekolah kembali meningkat di berbagai negara dimana kesadaran 9

↑ Para siswa sedang merawat bibit di kebun sekolah Sekolah Dasar Standar Nasional (SDSN) Cibubur 11 Pagi, Jakarta (Sumber: Warta BP2SDM, 2014) Mengapa menggunakan kebun sekolah? Di banyak negara berkembang, kebun sekolah sudah mulai digunakan sebagai sarana untuk meningkatkan gizi dan pendidikan anak sekolah, keluarga, serta komunitas (FAO, 2006). Edukasi melalui program kebun sekolah dapat memberikan berbagai manfaat, antara lain meningkatkan pengetahuan anak tentang gizi, meningkatkan preferensi anak terhadap sayur dan buah, serta meningkatkan konsumsi sayur dan buah. (FAO, 2010; Morris & Zidenberg-Cherr, 2002) Selain itu, kebun sekolah dapat memberikan suasana belajar yang aktif, sehingga dapat memperkuat kemampuan akademik, personal, dan sosial (Kammar et al., 2017). Kebun sekolah merupakan sarana yang tepat untuk belajar secara aktif untuk berbagai mata pelajaran. Sains merupakan subjek yang paling berhubungan dengan kebun. Banyak guru yang memanfaatkan kebun sekolah sebagai laboratorium hidup dalam melakukan eksperimen saintifik. Selain sains, keberadaan kebun sekolah juga dapat dimanfaatkan untuk belajar matematika, Bahasa Inggris, dan seni sehingga proses belajar mengajar menjadi lebih menarik (CSGN, 2010). Kebun sekolah juga dapat berperan sebagai sarana memberikan pengetahuan dan skill terkait agrikultur sehingga dapat meningkatkan minat orang-orang terhadap berkebun dan bertani, meningkatkan pengetahuan murid dan orang tuanya mengenai produksi pangan, gizi, serta memicu pengembangan kebun rumah (FAO, 2015). 10

Penggunaan kebun sekolah di berbagai negara Kebun sekolah sudah diaplikasikan sebagai sarana belajar mengajar di berbagai negara. Penelitian tentang efektivitas dan manfaat penerapan kebun sekolah pun sudah banyak dilakukan. Bangladesh Di Bangladesh, pendidikan agrikultur dan ekonomi sudah masuk ke dalam kurikulum pendidikan nasional, namun masih kurang dalam praktek dan aplikasinya. Oleh karena itu, program School Nutrition Gardening (SNG) kemudian diimplementasikan sebagai wadah para siswa untuk mengaplikasikan teori yang sudah didapat. Program SNG dilakukan di 30 sekolah di 15 distrik. Materi diberikan mingguan yang terdiri dari teori dan praktek secara bergantian. Tanaman yang ada di kebun terdiri dari sayur dan buah, seperti jambu, pepaya, brokoli, kol, bayam, kangkung, tomat, wortel, bawang, dan lainnya. Tanaman tersebut dipilih berdasarkan kemudahan perawatan, nilai gizi, dan ketersediaannya di setiap musim. Praktek SNG dilakukan ketika istirahat makan siang. Murid diminta untuk memanfaatkan sayur dan buah sebagai bagian dari makanan mereka. Banyak dari murid termasuk ke dalam ekonomi menengah ke bawah, sehingga kesulitan untuk membawa bekal setiap hari ke sekolah. Dalam SNG diajarkan cara menyiapkan makanan yang mudah, murah, dan/atau mudah ditanam. Hasilnya, lebih dari 70% siswa mengonsumsi sayuran setiap hari setelah mendapat informasi yang memadai terkait sayuran (FAO, 2006). Lebih dari 500 peserta didik dari Stoklosa Middle School berpartisipasi dalam membuat kebun sekolah! (Sumber: Mill City Grows, 2014) Amerika Serikat Morris & Zidenberg-Cherr (2002) melakukan penelitian tentang aplikasi kebun sekolah di tiga sekolah di California, Amerika dengan 213 siswa kelas 4. Selama studi, para siswa diberikan materi seputar bagian-bagian tanaman, gizi, piramida makanan, ukuran saji, label makanan, aktivitas fisik, penentuan tujuan, konsumerisme, dan penyiapan kudapan. 11

Selain teori, materi praktek pun disisipkan, seperti menanam benih di dalam ruang, botol bekas, dan di luar ruang; identifikasi tanaman; kotak serangga; panen. Edukasi yang dilakukan mampu meningkatkan pengetahuan siswa secara signifikan mengenai gizi. Selain itu, terjadi pula peningkatan preferensi siswa terhadap sayuran, seperti brokoli dan wortel (Morris & Zidenberg-Cherr, 2002). Australia Sebuah studi di sebuah sekolah di Brisbane melibatkan siswa dari kelas 4-7 yang berusia antara 8 hingga 13 tahun. Semua kelas terlibat dalam kegiatan mingguan yang terpusat di area kebun sekolah. Mereka berbagi tanggung jawab untuk menanam, merawat, dan memanen kebun. Para guru pun memanfaatkan kebun sekolah untuk kegiatan belajar mengajar (Somerset & Markwell, 2009). Setelah pengaplikasian program kebun sekolah, beberapa perubahan tampak pada para murid. Terjadi peningkatan kemampuan murid dalam mengidentifikasi jenis-jenis sayur dan buah. Selain itu, diketahui peningkatan konsumsi sayur dan buah setelah kegiatan kebun sekolah terjadi pada murid-murid yang lebih muda (Somerset & Markwell, 2009). Belgia Pada bulan November 2014, empat sekolah di Ghent, Belgia berpartisipasi dalam sebuah studi terkait kebun sekolah. Studi tersebut melibatkan murid kelas 5 dan 6 dengan rentang usia antara 10-13 tahun. Ada sekolah yang sudah memanfaatkan kebun sekolah untuk penyampaian materi, namun ada pula yang melakukan kegiatan di waktu kosong, seperti istirahat sekolah atau waktu makan siang (Huys et al., 2017). Dampak dari adanya kebun sekolah adalah murid-murid menjadi lebih mudah mengingat berbagai informasi sembari berkebun. Para murid menyebutkan bahwa mereka menjadi tahu berbagai jenis sayuran baru, bagaimana bentuk tanaman, dan bagaimana rasa berbagai sayuran. Untuk dapat meningkatkan konsumsi sayuran, keterlibatan orang tua menjadi penting karena dapat memengaruhi pola makan anak (Huys et al., 2017). Sri Lanka Program gizi nasional di sekolah-sekolah Sri Lanka terdiri dari beberapa kegiatan, antara lain pemberian makan siang, susu, dan penggunaan makanan untuk edukasi. Dari 10.119 sekolah yang ada, 8.692 sekolah memiliki program gizi dan 5.650 sekolah memiliki kebun sekolah. Sedangkan, terdapat 4.600 sekolah yang memiliki program gizi dan kebun sekolah. Kesuksesan program kebun sekolah tidak lepas dari kegiatan promosi yang baik, melalui kompetisi regional dan nasional, kompetisi kuis, pameran makanan, dan media interaktif (FAO, 2015). India Studi oleh Kammar et al. (2017) terkait penerapan kebun sekolah juga dilakukan di India pada 1400 siswa SMP dan SMA dari 14 sekolah. Siswa dan guru diperkenalkan dengan konsep kebun sekolah hingga gizi seimbang dan pentingnya mikronutrien. Selanjutnya, 12

setiap kelas diberikan bibit yang berbeda-beda dan diberi tanggung jawab terhadap tanaman tersebut. Setelah diperkenalkan dengan kebun sekolah, terjadi peningkatan konsumsi sayuran segar pada siswa. Sayuran yang dihasilkan dari kebun tersebut pun dapat dimanfaatkan untuk pembuatan makanan di sekolah untuk siswa sehingga meningkatkan kualitas gizi makanan yang ada dan biaya untuk makan di sekolah pun dapat berkurang (Kammar et al., 2017). Kamboja Di Kamboja, selain mengembangkan kebun sekolah, dilakukan pula kegiatan lain terkait edukasi gizi. Kegiatan yang ada, seperti penggunaan beras fortifikasi dalam makanan sekolah, pelatihan penyiapan makanan yang aman, dan praktek pola makan sehat. Isu- isu seputar gizi diintegrasikan ke dalam kurikulum sekolah, seperti pada topik-topik sains. Untuk kebun sekolah, sebanyak 600 guru diberi pelatihan mengenai mengembangkan dan mengelola kebun sekolah. 1010 sekolah mendapatkan bibit tanaman dan dibimbing dalam pelaksanaannya. Sayuran hasil kebun sekolah pun dijadikan bahan dalam pembuatan makanan sekolah. Akan tetapi, penerapan kebun sekolah masih memiliki beberapa kendala, antara lain kapasitas lahan, air, dan dana sekolah yang terbatas, serta belum semua sekolah memasukkan kebun sekolah ke dalam kurikulum (FAO, 2015). Vietnam Vietnam memiliki slogan “Green-Clean-Beautiful” dalam gerakan perubahan sekolah. Gerakan ini terdiri dari kegiatan menanam pohon dan berbagai bunga, serta tanaman obat. Untuk daerah pedesaan, bercocok tanam tanaman hortikultura dan beternak menjadi mata pelajaran wajib bagi murid kelas 7. Sedangkan untuk daerah perkotaan, murid-murid diajarkan merawat hewan peliharaan, menanam, merawat bonsai, dan bertanam hidroponik. Di kelas 9, mereka mendapat modul tentang menanam bunga, menumbuhkan padi, serta menanam tanaman buah dan tanaman obat yang dirawat oleh mereka sendiri. Orang tua pun dilibatkan dalam menanam dan merawat kebun sekolah (FAO, 2015). Indonesia Pemerintah Indonesia berkomitmen untuk meningkatkan ketersediaan dan akses makanan bergizi secara nasional hingga level rumah tangga. Salah satu upaya yang dilakukan oleh Kementerian Pertanian melalui Badan Litbang Pertanian adalah dengan menginisiasi suatu model yang bernama ‘Model Kawasan Rumah Pangan Lestari” (M- KRPL) pada tahun 2012 (Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jakarta, 2013). M-KRPL merupakan suatu model yang memanfaatkan pekarangan dan lahan sempit sebagai tempat produksi sumber bahan pangan dengan menanam berbagai jenis sayuran, buah-buahan, umbi-umbian, tanaman obat, dan memelihara ternak. Dengan adanya kata 13

‘Kawasan” dalam M-KRPL menunjukkan bahwa program ini terintegrasi dan berskala luas, mencakup fasilitas umum, dimana salah satunya adalah sekolah. Bahan pangan yang akan dikembangkan disesuaikan dengan kebutuhan pangan dan gizi, jenis sumber pangan lokal, dan nilai ekonomi (Kementerian Pertanian, 2012). Dalam rangka pengembangan dari M-KRPL, maka setiap kelompok KRPL diwajibkan untuk membina satu kebun sekolah yang berlokasi di sekolah yang dekat dengan area KRPL. Kebun sekolah berfungsi sebagai sarana pembelajaran budidaya bahan pangan serta meningkatkan pemahaman siswa terhadap konsumsi pangan Beragam, Bergizi, Seimbang dan Aman (B2SA) (Kementerian Pertanian RI, 2018). Melihat potensi kebun sekolah dalam meningkatkan kesehatan dan akademik siswa, salah satu SEAMEO Centers, yaitu SEAMEO BIOTROP menyelenggarakan pelatihan kebun sekolah selama 5 hari bagi para guru dan kepala sekolah di Indonesia, yang dimulai pada tahun 2016. Kegiatan ini merupakan bagian dari Program A Participatory Action Research on School and Community-based Food and Nutrition Program for Literacy, Poverty Reduction and Sustainable Development yang dalam pelaksanaannya, bekerja sama dengan dua SEAMEO center lainnya di Indonesia, yaitu SEAMEO RECFON dan SEAMEO SEAMOLEC. Informasi yang lebih detail tentang kegiatan ini dijabarkan pada bab selanjutnya. Seorang murid sedang memetik daun yang menguning di Taman Gizi Anak SD Negeri No. 071034 Lotu, Kecamatan Lotu, Nias Utara (Sumber: OBI, 2018) Selain itu, di Pulau Nias, program kebun sekolah yang dikenal dengan taman gizi pun telah dilakukan. Program ini dilakukan di beberapa sekolah dasar, salah satunya di SDN 071026 Lasaro Sawo. Para murid diajarkan mengenai ilmu gizi dan cara menanam tanaman bergizi di kebun sekolah. Tidak hanya murid di sekolah yang merasakan manfaatnya, namun orang tua mereka pun turut merasakannya karena kegiatan tersebut dipraktikkan pula di rumah. Mereka menanam cabai, sayuran, dan toga di rumah sehingga dapat mengurangi biaya untuk membeli bahan-bahan tersebut (OBI, 2014). 14





Pemenuhan Kebutuhan Gizi Anak Sekolah dengan Gizi Seimbang Asupan gizi yang optimal pada anak sekolah menjadi hal yang penting untuk diperhatikan. Status gizi yang baik diperlukan untuk memastikan pertumbuhan dan perkembangan yang normal serta kemampuan konsentrasi yang memadai untuk beraktifitas di sekolah. Perhatian khusus juga perlu diberikan pada anak sekolah usia remaja. Kebutuhan gizi pada kelompok ini meningkat tajam seiring terjadinya growth spurt (puncak pertumbuhan) kedua setelah masa balita, serta periode pubertas. Konsekuensi dari tidak terpenuhinya kebutuhan gizi pada periode ini dapat menyebabkan terhambatnya pematangan organ seksual serta pertumbuhan linear (SEAMEO RECFON, 2016). Salah satu masalah gizi yang umum adalah anemia. Hasil riset kesehatan dasar (Riskesdas) pada tahun 2013 menunjukkan bahwa 26.4% anak sekolah usia 5-14 tahun mengalami anemia. Selain itu, pada anak sekolah juga didapati tren meningkatnya prevalensi kegemukan atau obesitas. Hasil Riskesdas menunjukkan lonjakan sebesar dua kali lipat untuk anak usia 5-12 tahun yang mengalami obesitas, yaitu 9,2% (tahun 2010) menjadi 18,8% (tahun 2012). Perilaku yang meningkatkan risiko obesitas seperti konsumsi makanan yang mengandung kalori yang tinggi (misalnya tinggi gula atau tinggi lemak), serta kebiasaan kurang mengkonsumsi sayur dan buah menjadi hal yang perlu ditangani. Selain itu, berdasarkan temuan dari riset Southeast Asian Nutrition Survey (SEANUTS) pada tahun 2011 menemukan bahwa 55.2% anak di Indonesia menghabiskan waktunya lebih dari dua jam setiap hari untuk kegiatan sedentary seperti bermain gawai (gadget dan menonton televisi) daripada permainan atau kegiatan yang lebih aktif (Briawan, 2016). Untuk mendapatkan status gizi yang baik, maka pola makan dengan mengkonsumsi gizi seimbang serta pola hidup aktif dan sehat perlu dilakukan. Pedoman Gizi Seimbang telah dikembangkan sejak tahun 1995, dan melalui Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia no 41 tahun 2014, Prinsip Gizi Seimbang dirangkum dalam 10 Pesan Gizi Seimbang. 10 Pesan Gizi Seimbang 1. Syukuri dan Nikmati Aneka Ragam Jenis Makanan Keberagaman jenis makanan yang dikonsumsi memberikan jaminan akan terpenuhinya seluruh zat gizi yang dibutuhkan oleh tubuh. Hanya Air Susu Ibu (ASI) yang mengandung semua zat gizi yang dibutuhkan oleh bayi baru lahir hingga berusia 6 bulan. Namun, pada kelompok usia lainnya, tidak ada 15

makanan yang mengandung seluruh jeniz zat gizi yang dibutuhkan tubuh untuk mempertahankan dan memelihara kesehatan dirinya. Oleh karenanya, mengkonsumsi beraneka ragam pangan, akan lebih menjamin tersedianya seluruh zat gizi yang diperlukan tubuh. Pola makan yang teratur terdiri dari makan pagi, siang, dan malam, serta makanan selingan perlu disertai dengan pilihan makanan yang tepat dan berasal dari berbagai macam bahan makanan yang terdiri dari bahan makanan sumber karbohidrat, protein, sayur dan buah. 2. Banyak Makan Sayuran dan Cukup Buah-buahan Sumber foto: gettyimages.com Kebiasaan cukup makan sayuran dan buah-buahan di Indonesia belum optimal. Jumlah sayuran dan buah-buahan yang dianjurkan dikonsumsi setiap harinya adalah sebesar 300-400 gram sehari atau sebanyak 3-4 porsi. Pemenuhan vitamin, mineral, dan serat dari sayuran dan buah- buahan menjadi salah satu bagian penting dalam mewujudkan gizi seimbang. 3. Konsumsi Lauk-Pauk Berprotein Tinggi Sumber foto: dreamtime.com Lauk pauk yang dikenal masyarakat dapat dibagi menjadi dua jenis, yakni lauk hewani dan nabati. Meskipun sama – sama menjadi sumber protein, akan tetapi kedua jenis lauk tersebut tidak saling mengungguli satu sama lain. Untuk mewujudkan gizi seimbang kedua jenis sumber protein ini sebaiknya dikonsumsi bersama agar jumlah dan kualitas zat gizi yang dikonsumsi lebih baik dan sempurna. 4. Konsumsi Aneka Ragam Makanan Pokok Sumber foto: gettyimages.com Makanan pokok umumnya merupakan makanan sumber karbohidrat utama. Di Indonesia, jenis makanan sumber karbohidrat yang umum dikonsumsi adalah nasi. padahal ada berbagai sumber karbohidrat lainnya yang dapat dikonsumsi seperti kentang, ubi-ubian, singkong, jagung, serta berbagai produk olahannya. Dengan mengkonsumsi makanan pokok yang beragam, selain dapat membantu mengurangi ketergantungan akan satu bahan makanan saja, juga memastikan terpenuhinya zat gizi lain yang tidak terdapat pada satu bahan makanan tersebut. 16

5. Batasi Konsumsi Makanan Manis, Asin, dan Berlemak Sumber foto: gettyimages.com Konsumsi yang berlebih dari makanan manis, asin dan berlemak dalam jangka panjang memiliki hubungan erat dengan bertambahnya risiko terkena penyakit degenerative atau penyakit tidak menular seperti penyakit jantung, diabetes, hipertensi dan lainnya. Hasil dari Riskesdas pada tahun 2013 menemukan sebanyak 53.1% penduduk Indonesia memiliki kebiasaan makan tinggi gula, garam, dan lemak. Konsumsi gula yang dikonsumsi melampaui kebutuhan akan berdampak pada peningkatan berat badan serta peningkatan kadar gula dalam darah. Keterkaitan konsumsi gula berlebih pada timbulnya penyakit diabetes tipe dua juga telah terbukti dalam banyak hasil studi. Sedangkan rasa asin pada makanan adalah karena kandungan garam pada makanan tersebut. Konsumsi garam berlebihan dapat meningkatkan tekanan darah. Tekanan darah tinggi merupakan salah satu tanda awal gangguan kesehatan yang jika dibiarkan dapat menjadi penyakit yang lebih serius. 6. Biasakan Sarapan Pagi Sebelum Beraktifitas Sumber Foto: hellosehat.com Kebiasaan sarapan memberikan pengaruh besar terhadap produktivitas sepanjang hari termasuk saat belajar. Akan tetapi, hasil Riskesdas 2013 menunjukkan bahwa 44.6% anak Indonesia masih mengkonsumsi sarapan yang belum memenuhi kebutuhan gizi harian, yaitu 15-30% dari kebutuhan gizi. Bagi anak sekolah, sarapan yang cukup terbukti dapat meningkatkan konsentrasi belajar dan stamina (Adolphus K, 2013) 17

7. Minum Air Putih yang Cukup dan Aman Sekitar dua per tiga dari berat tubuh kita adalah air. Air merupakan salah satu zat gizi makro esensial, yang berarti dibutuhkan tubuh dalam jumlah yang banyak untuk hidup sehat. Jumlah air yang disarankan untuk dikonsumsi adalah berdasarkan proporsi dari kilogram berat badan seseorang. Persentase kadar air dalam tubuh anak lebih tinggi dibandingkan dalam tubuh orang dewasa, sehingga anak memerlukan lebih banyak air untuk setiap kilogram berat badannya dibandingkan dewasa. Sumber foto: pinterest.com 8. Biasakan Baca Label pada Kemasan Makanan Sumber foto: gettyimages.com Pada label yang tertera pada kemasan makanan berisikan keterangan yang rinci untuk membantu konsumen mengetahui bahan dan zat gizi yang terkandung dalam makanan tersebut. Hal ini untuk meminimalkan kemungkinan bahaya seperti alergi bahan makanan ataupun untuk mencegah penyakit tertentu. Oleh karena itu, membaca label kemasan makanan sebelum mengkonsumsinya dianjurkan untuk dilakukan terutama keterangan tentang informasi kandungan zat gizi dan tanggal kadaluarsa sebelum membeli atau mengkonsumsi makanan tersebut. 18

9. Biasakan Cuci Tangan dengan Sabun dan Air Mengalir Perilaku hidup bersih berkaitan erat dengan Sumber foto: depkes.go.id kesehatan seseorang. Kebersihan diri dan lingkungan yang terjaga akan menurunkan risiko seseorang terinfeksi penyakit. Saat terinfeksi suatu penyakit, seseorang dengan status gizi yang kurang akan memerlukan waktu yang lebih lama untuk memulihkan kesehatannya dibandingkan dengan seseorang dengan status gizi yang lebih baik. Selain itu, saat seseorang terinfeksi penyakit maka sebagian zat gizi akan digunakan untuk memerangi penyakit tersebut, sehingga zat gizi untuk pertumbuhan dan memelihara kesehatan secara rutin menjadi berkurang. Membersihkan tangan dengan sabun dan air mengalir merupakan salah satu cara utma menjaga kebersihan diri. Mencuci tangan perlu dilakukan dengan cara dan waktu yang benar, terutama sebelum makan, sesudah buang air, serta sehabis menutup mulut saat bersin atau batuk. Gunakan 5 cara mencuci tangan seperti foto dibawah ini untuk memastikan tangan bersih 10. Berolahragalah Secara Teratur dan Jaga Berat Badan Normal Memiliki gaya hidup aktif memberikan banyak manfaat bagi tubuh. Gaya hidup aktif tidak hanya dilakukan dengan berolahraga, namun juga bisa dilakukan dengan beraktivitas yang membuat fisik untuk bergerak lebih sering. Misalnya bermain, membersihkan rumah, berkebun, dan banyak kegiatan yang bisa dilakukan baik didalam maupun diluar ruangan. Sumber foto: p2ptm.kemkes.go.id Dengan beraktivitas fisik, peredaran darah akan lebih lancar dan dengan demikian fungsi organ-organ tubuh akan semakin meningkat termasuk dalam menjaga konsentrasi belajar dan bekerja. Selain itu, aktivitas fisik yang dilakukan secara teratur akan membantu menyeimbangkan antara 19

energi yang masuk ke dalam tubuh (melalui makanan) dengan energi yang dikeluarkan (melalui aktifitas fisik), sehingga disamping tubuh akan menjadi bugar dan sehat, risiko kegemukan juga berkurang. Salah satu tanda atau indikator yang menunjukkan adanya keseimbangan zat gizi di dalam tubuh adalah tercapainya status gizi yang baik, yang diukur sebagai Indeks Massa Tubuh (IMT) yang normal. IMT didapat dari perbandingan berat badan terhadap tinggi badan, yang disesuaikan dengan usianya. Dengan memantau berat badan secara teratur, kita dapat segera melakukan penyesuaian gaya hidup (pola makan atau aktivitas fisik) untuk mencegah perubahan berat badan yang tidak sehat Sumber foto: twitter.com/@KemenkesRI Secara ringkas, 10 Pesan Gizi Seimbang terangkum dalam infografis yang tertera. Sebagai panduan konsumsi harian dan porsi makan, Kementerian Kesehatan mengeluarkan visualisasi dari gizi seimbang berupa Tumpeng Gizi Seimbang serta Isi Piringku. Tumpeng Gizi Seimbang dimaksudkan sebagai gambaran dan penjelasan sederhana tentang anjuran konsumsi harian serta aktivitas fisik sehari-hari. Sedangkan Isi Piringku dimaksudkan sebagai panduan yang menunjukkan sajian makanan dan minuman untuk setiap kali makan. 20

Tumpeng Gizi Seimbang Sumber foto: Permenkes 2014 Pada Tumpeng Gizi Seimbang, ada empat lapisan berurutan dari bawah ke atas, dimana semakin ke atas, anjuran konsumsinya semakin kecil. Lapisan terbawah tumpeng adalah untuk bahan makanan sumber karbohidrat atau makanan pokok. Pada tumpeng gizi seimbang, disarankan untuk mengkonsumsi 3-4 porsi karbohodrat dalam sehari. Seberapa banyak takaran per porsinya disesuaikan dengan pilihan karbohidrat yang dikonsumsi. Sebagai contoh, untuk satu porsi nasi idealnya berukuran 100 gram. Jumlah ini setara dengan 1 buah singkong seberat 120 gram atau 2 buah kentang berukuran sedang dengan total berat 210 gram. Pesan yang ingin disampaikan adalah mengkonsumsi makanan pokok bervariasi setiap hari. Nasi bukanlah satu satunya sumber karbohidrat yang dapat dikonsumsi untuk memenuhi kebutuhan gizi yang optimal. 21

Lapisan tumpeng berikutnya terdiri dari sayuran dan buah. Beraneka sayuran dan buah yang ditampilkan merupakan gambaran akan begitu banyak variasi sayur dan buah yang dapat dikonsumsi. Jumlah sayuran yang dianjurkan sebanyak 3-4 porsi sayuran untuk satu kali makan, sedangkan untuk buah sebanyak 2-3 porsi untuk satu hari. Naik ke lapisan tumpeng berikutnya adalah anjuran makan berbagai macam makanan sumber protein baik protein hewani maupun protein nabati. Alasan dibalik anjuran konsumsi sumber protein yang bervariasi adalah untuk memenuhi kebutuhan protein tubuh tidak dapat dipenuhi dari satu jenis bahan makanan saja. Setiap harinya disarankan untuk mengkonsumsi 2-4 porsi makanan sumber protein setap harinya. Di puncak tumpeng gizi seimbang, terdapat gambar sendok berisikan gula, garam, dan minyak. Area puncak yang sempit ini menggambarkan anjuran pembatasan konsumsi gula, garam, dan minyak setiap hari. Jumlah yang disarankan adalah maksimal dalam sehari mengkonsumsi 4 sdm gula, 1 sdt garam, dan 5 sdm minyak dalam satu hari. Pertimbangkan juga jumlah gula, garam, dan minyak yang terdapat di makanan dan minuman kemasan dengan membaca label informasi nilai gizi sebelum membeli makanan tersebut. Isi Piringku Pada Isi Piringku, digambarkan bahwa anjuran makan yang sehat adalah separuh piring terdiri dari sayuran dan buah-buahan, kemudian separuh lainnya adalah makanan pokok dan lauk-pauk. Isi Piringku juga menganjurkan perlunya minum air putih setiap kali makan. Kebiasaan makan yang sehat juga perlu diiringi dengan kebiasaan menjaga kebersihan diri yakni mencuci tangan sebelum makan serta kebiasaan memilih makanan yang sehat yakni tidak mengandung gula, garam, dan minyak berlebih. Sumber foto: twitter @KemenkesRI 22





Pengalaman Guru dalam Pemanfaatan Kebun Sekolah sebagai Media Edukasi Gizi di Sekolah Mengenal Beragam Sayur dan Buah dari Kebun Sekolah Drs. Budi Purwanto SMA N 1 Sokaraja, Banyumas, Jawa Tengah Sekolah kami SMA N 1 Sokaraja terletak di Banyumas, dengan suhu udara yang sejuk sangat cocok untuk ditanami sayur dan buah-buahan. Keterbatasan lahan sekolah tidak menyurutkan kami untuk berkebun. Kami memanfaatkan lahan kosong seperti dekat tembok keliling, pojok sekolah, dan tepi kolam ikan untuk ditanami aneka sayur dan buah seperti okra, cabai, sawi, daun bawang, bayam, kangkung, belimbing, kelengkeng, sawo dan sebaginya. Banyak manfaat yang kami peroleh dari adanya kebun sekolah ini selain hasil panennya ternyata kebun sekolah dapat dijadikan sebagai media edukasi gizi bagi peserta didik kami. Ide edukasi gizi berawal dari banyaknya anak-anak yang hanya tahu jenis bahan-bahan makanan namun ternyata kebanyakan dari mereka belum pernah tahu bentuk pohonnya seperti apa bagaimana cara menanamnya. Bahkan diantara mereka sangat heran saat ditunjukkan bahwa jenis bahan makanan tertentu bisa ditanam sangat mudah, dapat disiasati meskipun lahan yang tersedia sempit, atau menggunakan media tanam yang sederhana. Kegiatan yang kami lakukan mulai dari penyiapan lahan, termasuk mencampur media tanam, penanaman, perawatan, dan cara memanen. Kami guru-guru dan peserta didik sangat gembira dan menikmati sistem pembelajaran yang bersifat “learning by doing” ini. Saya pribadi sangat terkesan dapat berinteraksi lebih dekat dengan siswa tanpa rasa canggung, berkotor ria bersama-sama. Kami para guru juga menyelipkan edukasi gizi dari hasil panen kebun sekolah kami di mata pelajaran seperti biologi, pendidikan jasmani dan kesehatan. Guru menjelaskan tentang bagaimana mengolah/memasaknya secara higienis, enak, dan bermafaat untuk kesehatan yang optimal. Sejauh ini saya melihat anak-anak menyukai metode belajar gizi seperti ini, anak-anak menjadi paham akan manfaat tanaman yang mereka tanam untuk kesehatan, mereka juga menjadi lebih suka makan sayur dari hasil karena hasil kerja sendiri. Dibalik kesan positif yang saya dapatkan, butuh waktu untuk menyadarkan anak- 23

anak tentang kebun kebermanfaatan kebun sekolah ini, apalagi yang saya hadapi adalah anak SMA. Tak jarang saya menemui anak yang apatis dalam merawat tanaman, sering kali tanaman terserang hama. Tetapi berkat optimisme guru dan pendekatan yang kontinyu terlihat anak-anak lama kelamaan antusias. Untuk kedepannya kami akan lestarikan kebun gizi ini sembari terus berinovasi untuk teknik penanaman tanaman lainnya. Pemanfaatan tembok keliling sekolah untuk budidaya okra Anak-anak menanam tanaman buah- buahan di lingkungan sekolah 24

Kebun Sekolahku Multifungsi Cici Handayani, SPd.i SDN Suralaya, Tasikmalaya, Jawa Barat Kebun sekolah kami berada di halaman depan kelas, beberapa juga memanfaatkan tanah di samping maupun belakang kelas. Jenis tanaman yang ada di kebun sekolah kami diantaranya cabe besar, cabe rawit, tomat, daun bawang stroberi. Ada juga tanaman obat diantaranya jahe, lengkuas, kencur, tanaman betadin, cocor bebek, dan ginseng. Selain itu, kami juga menanam tanaman hiasnya berupa bunga euphorbia, mawar, dan gelombang cinta yang dikelilingi oleh tanaman pagar. Untuk perawatan kebun, semua warga sekolah bertanggungjawab untuk merawat tanaman. Khusus siswa, mereka secara bergantian memiliki jadwal piket bergilir yang diatur oleh guru untuk menyiram kebun setiap pagi. Kelompok piket terdiri dari 4-5 anak. Untuk kegiatan pemupukan dilakukan dengan melihat waktu tanaman membutuhkan pupuk, misalnya tanaman daun bawang maka membutuhkan pupuk 1 kali ketika berumur 5 hari. Anak-anak juga dilibatkan dalam pemupukan dibawah bimbingan guru. Kebun sekolah kami tidak terlalu luas, meskipun demikian kami mengambil manfaat yang sangat besar bagi warga sekolah kami, salah satunya adalah sebagai media edukasi gizi. Ide membuat edukasi gizi menggunakan kebun sekolah pertama kali terpantik dari adanya lokakarya yang diadakan oleh SEAMEO RECFON. Sebenarnya sudah lama kami memiliki kebun sekolah, namun kami manfaatkan hanya untuk mempercantik lingkungan sekolah, serta jenis pohon yang ditanam pun belum terkonsep. Setelah diberi gagasan dari SEAMEO RECFON, kebun sekolah kami jadi multifungsi. Alhamdulillah banyak manfaatnya dan direspon sangat baik oleh anak-anak kami. Kegiatan edukasi gizi sekarang secara rutin dilaksanakan di sekitar kebun sekolah, tidak lagi monoton di dalam kelas. Saya jadi terinspirasi untuk membuat Penelitian Tindakan Kelas (PTK) terutama untuk meningkatkan pemahaman gizi siswa dengan menggunakan media kebun sekolah. Berbicara tentang suka duka dalam pengembangan kebun sekolah , saya dan guru-guru lainnya lebih merasakan banyak sukanya. Saat ini halaman sekolah kami lebih hijau dan sejuk, anak-anak kelihatan semangat apalagi jika musim panen, kami panen bersama, masak bersama dari hasil kebun. Kesadaran kami semakin tinggi untuk merawat dan melestarikan kebun sekolah. Namun kami juga mengalami kendala bila tanaman kami kena hama dan datang musim kemarau. Kesan yang saya dapatkan dalam penerapan kebun sekolah sebgai media edukasi gizi yaitu peserta didik lebih antusias belajar di luar ruangan. Mereka lebih bebas terasa sedang bermain apalagi untuk kelas 1 dan 2 SD. Guru juga dapat menyampaikan materi dengan fakta langsung, hal ini membuat peserta didik tidak merasa jenuh. Pengetahuan 25

dan praktek gizi yang baik pada siswa meningkat dengan adanya kebun sekolah. Peserta didik dapat langsung melihat, meraba, dan mengetahui manfaat dari jenis sayur atau buah yang akan kita sampaikan manfaatnya, sehingga tidak hanya sekedar teori melainkan ada praktiknya. Pemanfaatan halaman belakang kelas untuk ditanami cabe menggunakan media polybag dan ember bekas Pembelajaran tematik, menyampaikan manfaat sayuran, belajar berhitung, dan berkreasi dengan mencetak macam macam bentuk daun yang ada di kebun sekolah Pembelajaran tematik di kebun sekolah yaitu menggunakan kartu huruf membuat kata yang berhubungan dengan sayur dan buah,serta menghitung jumlah sayur atau buah,sehingga mencakup pelajaran matematika dan bahasa Indonesia 26

Promosi Konsumsi Sayur dan Buah Melalui Kebun Sekolah Tri Maryanti School of Human, Bekasi Lahan untuk berkebun di sekolah kami tidak begitu luas, sehingga kami memanfaatkan tembok sekeliling sekolah menggunakan teknik raised bed dan vertical garden secara organik. Adapun tanaman yang kami tanam yaitu kangkung, bayam, cabe, okra, pare, terong, tomat, dan sawi. Untuk perawatan kebun merupakan tanggung jawab seluruh siswa dan tukang kebun. Anak-anak sangat menyukai aktivitas merawat kebun seperti menyiram, memberi pupuk dan menyiangi tanaman pengganggu. Perawatan kebun dilakukan satu minggu sekali yaitu pada hari jumat, khusus untuk penyiraman dilakukan setiap hari oleh tukang kebun. Setiap hari jumat ketika pelajaran ekstrakurikuler, guru mengajak anak-anak untuk menyiangi rumput, memberi pupuk tanaman-tanaman yang kurang berkembang. Ide membuat rencana ajar gizi menggunakan kebun sekolah bermula dari curhatan remaja putri pada saat kelas inspirasi yang dilaksanakan sebulan sekali. Mereka mengeluhkan badan yang gemuk dan tidak terlihat segar. Gayung bersambut, saya sangat bersyukur diundang menjadi salah satu peserta lokakarya penyusunan rencana ajar menggunakan kebun sekolah yang diadakan oleh SEAMEO RECFON . Saya berpikir bagaimana caranya anak-anak, terutama remaja putri, mau mengkonsumsi sayur lebih banyak dari biasanya agar badan lebih sehat. Akhirnya saya dan rekan-rekan guru yang lain melakukan promosi makan sayur pada anak-anak. Kami memanfaatkan kebun gizi untuk mengenalkan macam-macam sayur serta manfaatnya untuk kesehatan. Alhamdulillah apa yang kami upayakan membuahkan hasil, perlahan anak-anak mengakui makan lebih banyak sayur terlebih sayur yang mereka tanam dan rawat sendiri di sekolah. 27

Ilmu Baru dari Kebun Sekolah Reni Septiana SDN 2 Lampung SD Negeri 2 Kampung Kotaagung adalah sebuah sekolah tempatku mengabdikan diri menjadi seorang pendidik. Terletak di daerah perkampungan yang masih sangat terlihat alami keadaannya. Di area sekolah, masih terdapat beberapa lahan kosong yang dapat kami manfaatkan menjadi kebun sekolah. Kebun sekolah kami jadikan sebagai salah satu sarana penunjang pembelajaran. Terletak di samping gedung kelas dan gedung perpustakaan, kami menanam berbagai macam sayuran hijau secara bergantian. Kami menanam secara konvensional. Di awal, kami menanam kangkung, terung, dan daun bawang. Setelah berjalan dengan baik, kami mencoba menanam kacang tanah. Alhamdulillah semua tanaman dapat tumbuh dengan baik walaupun ada kendala yang kami hadapi, seperti serangan hama. Semua pihak sekolah dimulai dari dewan guru, para siswa dan komite ikut membantu dalam pelaksanaan kebun sekolah ini. Di tambah dengan penjaga sekolah yang selalu siap merawat kebun kami. Seiring berjalannya waktu, pemanfaatan kebun sekolah ini merambah ke pelaksanaan edukasi gizi di sekolah. Ide ini di dapat dari lokakarya yang diadakan oleh SEAMEO RECFON tentang penyampaian pesan-pesan gizi melalui media kebun sekolah, yang biasanya dilaksanakan pada saat jam pembiasaan, atau setelah jam pelajaran usai. Kegiatan dilakukan secara bergantian dan tersusun jadwal secara bergiliran setiap kelasnya. Mengajak para siswa terjun langsung untuk mengamati tanaman dan sayuran yang ada di kebun sekolah. Guru memberikan penjelasan tentang manfaat sayuran yang di tanam, melakukan diskusi tentang gizi yang terkandung pada sayuran tersebut, dan memberi penilaian terhadap siswa. Kami sangat bangga dengan adanya kebun sekolah ini. Menambah ilmu baru yang sebelumnya belum pernah kami tahu. Namun ada juga kendala atau dukanya. Ketika sayuran dimakan hama atau ulat, kami pun sedih melihatnya. Tanaman tidak tumbuh subur pun kami merasa sangat merasa bersalah. Tapi dibalik itu semua kami tetap semangat dalam berkebun karena sangat merasakan sesuatu yang bermanfaat. Ternyata kebun sekolah ini mendapat respon yang sangat baik dari para siswa. Berdampak positif juga terhadap kebiasaan dalam mengonsumsi sayuran saat mereka makan. Ini terbukti ketika para siswa membawa bekal ke sekolah, sebagian besar sudah ada sayuran hijaunya di makanan mereka. 28

Untuk ke depannya pihak sekolah tetap akan melanjutkan program kebun sekolah ini lebih baik lagi dengan melibatkan para dewan guru dan pihak komite. Mengingat lahan yang masih bisa dimanfaatkan sungguh memberikan dampak yang positif untuk semua warga sekolah. , Semoga sekolah kami bisa menjadi sekolah percontohan untuk program Kebun Sekolah di masa yang akan datang. Anak-anak memanen kacang tanah didampingi oleh guru 29

Cooking Class Activity Hasil Kebun Sekolah Indriyani Supandi SD Cerdas Mulia Ekselensia Nama saya Indriyani Supandi. Ibu Indri, begitulah rekan-rekan dan para murid memanggil saya. Saat ini saya bekerja sebagai pengajar di salah satu sekolah dasar swasta di Kota Bandung yaitu SD Cerdas Mulia Ekselensia yang terletak di Jl. Rahayu Raya II Kecamatan Rancasari Bandung. Secara umum lingkungan sekolah kami terlihat hampir sama dengan sekolah-sekolah dasar lainnya di perkotaan yaitu memiliki lahan yang terbatas. Meski demikian, kami dapat memanfaatkan ruang yang ada untuk membuat kebun sekolah. Kami memanfaatkan balkon untuk menanam aneka sayuran seperti selada, kangkung, bayam, dan sawi menggunakan teknik hidroponik dan aquatic dimana teknik tersebut kami pelajari dan terapkan setelah mengikuti pelatihan School Garden yang diselenggarakan oleh SEAMEO BIOTROP di Bogor pada tahun 2016. Untuk perawatan kebun, kami para guru telah membuat jadwal perkelas untuk melakukan perawatan kebun yang dipandu oleh guru. Banyak hal yang dapat kami manfaatkan tentang keberadaan kebun tersebut salah satunya sebagai media edukasi dan praktik gizi murid. Idenya bermula ketika panen sayur, saya terpikir untuk melakukan cooking class dengan menggunakan sayur yang dipanen langsung dari kebun sekolah. Kegiatan ini membawa dampak yang positif bagi kami para guru serta murid. Anak-anak terlihat sangat senang belajar di luar kelas yaitu belajar di kebun sekolah, belajar memasak kemudian menikmati masakan yang dibuat sendiri. Meskipun anak-anak menyukai setiap aktivitas yang berhubungan dengan kebun sekolah, namun belum seluruh siswa menyukai sayur karena rasanya yang belum dapat diterima oleh lidah mereka. Ini adalah tantangan kami para pengajar untuk terus berinovasi menemukan metode-metode yang menarik untuk membentuk anak menyukai sayur. Disamping itu, kedepannya kami berupaya untuk memperluas kebun sekolah kami termasuk menanam sayur dan buah yang lebih beragam lagi. 30




Like this book? You can publish your book online for free in a few minutes!
Create your own flipbook