Important Announcement
PubHTML5 Scheduled Server Maintenance on (GMT) Sunday, June 26th, 2:00 am - 8:00 am.
PubHTML5 site will be inoperative during the times indicated!

Home Explore Modul Manajemen Bimbingan dan Konseling

Modul Manajemen Bimbingan dan Konseling

Published by Laili Daffa Ulima, 2022-06-28 02:19:47

Description: Modul Manajemen Bimbingan dan Konseling membahas mengenai 5 tahapan manajemen program BK dimulai dari Perencanaan, Perancangan, Pelaksanaan, Evaluasi, dan Pengembangan.

Keywords: Modul

Search

Read the Text Version

MODUL BAHAN AJAR MANAJEMEN BIMBINGAN DAN KONSELING MODUL BAHAN AJAR MANAJEMEN BIMBINGAN DAN KONSELING In ta n Ta n a l i n a Ha s n a (K3121046) Laili Daffa Ulima (K3121052) Lulu Maknun Laila Okta (K3121055) Sevia Ardhe Saputri (K3121078) PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET 2022

MODUL BAHAN AJAR MANAJEMEN BIMBINGAN DAN KONSELING PRAKATA Puji syukur senantiasa kami ucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan modul ini hingga selesai tepat waktu. Tidak lupa kami juga mengucapkan terima kasih kepada Ibu Ma’rifatin Indah Kholili, M.Pd. Dan Ibu Ana Susanti, S.Pd., M.Pd.,CEP.,C.Ht selaku dosen pengampu mata kuliah Manajemen Bimbingan dan Konseling, serta pihak-pihak lain yang telah memberikan bantuan dalam penyusunan modul ini. Manajemen dalam Bimbingan dan Konseling memegang peranan yang penting dalam pengembangannya. Dengan menerapkan ilmu manajemen kedalam program Bimbingan dan Konseling, pelayanan yang diberikan kepada peserta didik akan optimal dan hasil capaian siswa bisa memeuhi ekspektasi. Manajemen yang meliputi tahap perancangan, perencanaan, pelaksanaan, evaluasi, hingga pengembangan dapat membantu mewujudkan program yang berkualitas, efektif, dan efisien. Modul berjudul Bahan Ajar Manajemen Bimbingan dan Konseling ini adalah bentuk penyelesaian proyek akhir mata kuliah Manajemen Bimbingan dan Konseling yang membahas dengan lengkap mengenai manajemen Bimbingan dan Konseling Komprehensif dimulai dari sejarah, hingga 5 tahap manajemen yang dibahas secara mendetail dalam setiap bab. Kami selaku penulis berharap semoga modul ini bisa menambah pengetahuan dan wawasan pembaca tentang Manajemen Bimbingan dan Konseling. Bagi kami sebagai penyusun menyadari bahwa kami masih memiliki banyak kekurangan dalam penyusunan modul ini karena kami masih dalam proses belajar dan terbatasnya pengetahuan kami. Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran dari pembaca demi penyusun untuk bisa membuat makalah yang lebih baik lagi. Surakarta, April 2022 Tim Penulis ii

MODUL BAHAN AJAR MANAJEMEN BIMBINGAN DAN KONSELING DAFTAR ISI PRAKATA.......................................................................................................................... ii DAFTAR ISI..................................................................................................................... iii DAFTAR GAMBAR..........................................................................................................v BAB I EVOLUSI PROGRAM BK KOMPREHENSIF............................................... 1 A. Tujuan Pembelajaran.................................................................................................. 1 B. Peta Konsep.................................................................................................................. 1 C. Deskripsi Materi.......................................................................................................... 3 BAB II PERENCANAAN PROGRAM BK KOMPREHENSIF................................ 12 A. Tujuan Pembelajaran................................................................................................ 12 B. Peta Konsep................................................................................................................ 12 C. Deskripsi Materi........................................................................................................ 15 BAB III PERANCANGAN PROGRAM BK KOMPREHENSIF.............................. 28 A. Tujuan Pembelajaran................................................................................................ 28 B. Peta Konsep................................................................................................................ 28 C. Deskripsi Materi........................................................................................................ 30 BAB IV PELAKSANAAN PROGRAM BK KOMPREHENSIF..... ..........................35 A. Tujuan Pembelajaran................................................................................................ 35 B. Peta Konsep................................................................................................................ 35 C. Deskripsi Materi........................................................................................................ 37 BAB V EVALUASI PROGRAM BK KOMPREHENSIF........................................... 43 A. Tujuan Pembelajaran................................................................................................ 43 B. Peta Konsep................................................................................................................ 43 C. Deskripsi Materi........................................................................................................ 44 iii

MODUL BAHAN AJAR MANAJEMEN BIMBINGAN DAN KONSELING BAB VI PENGEMBANGAN PROGRAM BK KOMPREHENSIF...........................53 A. Tujuan Pembelajaran................................................................................................ 53 B. Peta Konsep................................................................................................................ 53 C. Deskripsi Materi........................................................................................................ 54 GLOSARIUM.................................................................................................................. 58 DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................... 59 iv

MODUL BAHAN AJAR MANAJEMEN BIMBINGAN DAN KONSELING DAFTAR GAMBAR Gambar 1 Frank Parsons.......................................................................................................... 3 Gambar 2 Jessie B. Davis........................................................................................................ 4 Gambar 3 Logo Asosiasi Bimbingan dan Konseling Indonesia.............................................. 9 Gambar 4 Kedudukan Program BK....................................................................................... 20 Gambar 5 Elemen BK............................................................................................................ 20 Gambar 6 Komponen Struktural BK..................................................................................... 21 Gambar 7 Komponen Program BK........................................................................................22 Gambar 8 Sumber Daya Keuangan BK................................................................................. 23 Gambar 9 IDEAS!..................................................................................................................50 Gambar 10 MEASURE..........................................................................................................51 v

MODUL BAHAN AJAR MANAJEMEN BIMBINGAN DAN KONSELING BAB I EVOLUSI PROGRAM BIMBINGAN DAN KONSELING KOMPREHENSIF A. Tujuan Pembelajaran Di awal abad ke-20, Amerika serikat mengalami revolusi industri besar-besaran. Pada masa tersebut industri berkembang dengan pesat, pemberontakan sosial dan pembaruan sosial terjadi, serta adanya idealisme utopis. Pemberontakan dan pembaruan sosial dilakukan dibawah pergerakan progresif, yaitu pergerakan yang menuntut perubahan kondisi sosial yang diakibatkan oleh revolusi industri. Setelah mempelajari bagian ini diharapkan peserta didik dapat menguasai hal sebagai berikut : 1. Memahami tujuan awal dan latar belakang munculnya bimbingan dan konseling 2. Memahami evolusi sejarah perkembangan bimbingan dan konseling di Amerika 3. Mengetahui sejarah masuk dan berkembangnya bimbingan dan konseling di Indonesia B. Peta Konsep Evolusi Bimbingan dan Konseling di Amerika 1

MODUL BAHAN AJAR MANAJEMEN BIMBINGAN DAN KONSELING Evolusi Bimbingan dan Konseling di Indonesia 2

MODUL BAHAN AJAR MANAJEMEN BIMBINGAN DAN KONSELING C. Deskripsi Materi 1. Latar Belakang dan Tujuan Munculnya Bimbingan dan Konseling Komprehensif a. Frank Parsons Gambar 1 Frank Parsons Frank Parsons lahir di Kota bernama Mount Holly, New Jersey, Amerika pada tanggal 14 November 1854. Frank Parsons lulus dari teknik sipil Universitas Cornell pada usianya yang ke-18 tahun. Sempat bekerja dengan rel kereta api yang akhirnya bangkrut, ia merasa ia harus belajar hukum. Dan lulus 3 tahun kemudian. Dia bahkan melakukan praktek di Boston, tetapi masih merasa kurang puas. Hingga pada tahun 1908, Frank Parsons menginisiasi berdirinya sebuah lembaga kecil dan independen bernama Boston Vocational Bureau (biro kerja Boston). Lembaga ini antara lain memiliki tujuan untuk memenuhi kebutuhan informasi dan pelatihan bagi anak-anak muda yang ingin mencari kerja dibidang tertentu, melatih para guru di sekolah-sekolah untuk bisa berfungsi sebagai konselor pekerjaan bagi siswa-siswanya yang akan lulus atau meraih kerja di bidang tertentu, dan melaith guru untuk menyeleksi siswa-siswanya bagi sekolah kejuruan yang cocok dengan pilihan kerja siswa, membantu memilihkan bidang pekerjaan yang sesuai dengan bakat dan kemampuan belajar siswa atau memberikan nasihat serta membantu pemindahan siswa ke sekolah yang lebih tepat untuk karirnya nanti. Latar belakang pendirian lembaga ini dikarenakan pada masa masa tersebut adalah dimulainya revolusi industri, dimana sebagian besar pekerjaan manusia mulai digantikan dengan mesin. Selain itu, banyak pula pemuda lulusan universitas yang sudah bekerja tetapi tidak sesuai dengan pendidikan yang ditempuh / minat bakatnya. Karena hal ini pula, saat ini Frank Parsons dikenal sebagai Father of Guidance atau dalam Bahasa Indonesia adalah Bapak Bimbingan. 3

MODUL BAHAN AJAR MANAJEMEN BIMBINGAN DAN KONSELING b. Jessie B. Davis Gambar 2 Jessie B. Davis Jessie Buttrick Davis, lahir pada tahun 1871 di Chicago. Ia adalah lulusan Universitas Colgate yang menjadikannya seorang pendidik. Sebagai kepala sebuah SMA di Michigan, ia menginisiasi sebuah rencana untuk mengatur seluruh sekolah untuk memberikan bimbingan secara sistematis. Dalam pelaksanaannya, ia menyarankan guru Bahasa Inggris untuk memberikan bimbingan kepada siswa satu kali dalam seminggu untuk mengembangkan karakter dan mencegah terjadinya masalah. Rencana ini, secara lebih mendetail dituliskan dalam bukunya yang berjudul Vocational and Moral Guidance yang terbit pada tahun 1914. karena hal ini pula, Jessie B. Davis dikenal sebagai pioner bimbingan di sekolah. Menurut sistem ini, layanan bimbingan diberikan sesuai dengan jenjang kelas nya, sebagai berikut : ⁃ Kelas 7 : Ambisi kejuruan ⁃ Kelas 8 : Nilai-nilai pendidikan ⁃ Kelas 9 : Analisis karakter diri ⁃ Kelas 10 : Memilih penjurusan ⁃ Kelas 11 : Persiapan untuk 1 jurusan ⁃ Kelas 12 : Etika sosial dan etika kemasyarakatan c. Latar Belakang Munculnya Bimbingan dan Konseling Seperti sudah dijelaskan sebelumnya, Frank Parson mendirikan Biro Kerja Boston, dilatar belakangi oleh adanya revolusi industri yang membuat pemuda saat itu kebingungan dalam mencari pekerjaan. Bimbingan pada awalnya difokuskan untuk hal tersebut, bukannya dalam bidang pendidikan yang saat ini sangat dikenal di Indonesia. d. Tujuan Awal Munculnya Bimbingan dan Konseling Tujuan munculnya bimbingan dan konseling yang berawal di Amerika adalah sebagai respon 4

MODUL BAHAN AJAR MANAJEMEN BIMBINGAN DAN KONSELING terhadap masalah ekonomi, pendidikan, dan sosial yang pada saat itu dikarenakan pemuda disana sudah siap untuk memasuki dunia kerja. Secara keseluruhan, bertujuan untuk mempersiapkan pemuda sebagai pekerja, untuk membantu siswa menemukan pekerjaan impian yang didapatkan dengan menentukan pendidikan mana yang tepat. 2. Evolusi Bimbingan dan Konseling di Amerika a. Era Perintisan 1908 - 1913 ⁃ Biro Kerja Boston yang didirikan oleh Frank Parson pada tahun 1908 menjadi awal tahun perintisan bimbingan dan konseling di Amerika. Pada tahun selanjutnya yaitu 1909, Frank Parsons juga menerbitkan sebuah buku yang berjudul ‘Chosing a Vocation’ yang didalamnya terdapat salah satu pernyataan dari Frank Parson, yaitu : “No step in life, unless it may be the choice of a husband or wife, is more important than the choice of a vocation. The wise selection of the business, profession, trade, or occupation to which one’s life is to be devoted and the development of full efficiency in the chosen field are matters of deepest movement to young men and to the public. These vital problems should be solved in a careful, scientific way, with due regard to each person’s aptitudes, abilities, ambitions, resources, and limitations, and the relations of these elements to the conditions of success in different industries.” (Parsons, 1909, p. 3). Pernyataan ini kurang lebih memiliki makna bahwa penjurusan adalah hal yang penting dalam hidup karena menentukan masa depan seseorang yang didasarkan pada bakat, kemampuan, dan keterbatasan setiap individu. Publikasi buku ini sangat berhasil dan bisa mengenalkan profesi baru untuk masyarakat pada saat itu, konselor. ⁃ Pada Bulan April 1914, sekitar 100 SMA dari 40 kita melaporkan bahwa mereka telah mengatur rencana bimbingan kejuruan (sebutan BK saat itu) melalui biro kejuruan, konsultasi, kursus kejuruan, atau kursus reguler untuk sekolah kejuruan. ⁃ Pada masa tersebut, juga terdapat gerakan yang berisi pemuda yang belum bekerja, yang memiliki nama Fledgling guidance movement. Pergerakan ini diwadahi oleh National Vocational Guidance Association. Dengan adanya pergerakan ini, terbitlah sebuah jurnal berjudul Vocational Guidance. 5

MODUL BAHAN AJAR MANAJEMEN BIMBINGAN DAN KONSELING b. Era Perang Dunia 1 1914 - 1934 ⁃ Tes psikologi 1916 ⁃ Pada awal 1920-an, terjadi counseling movement (vocational guidance), yaitu gerakan progersif yang membuka terobosan baru bagi sebuah era pendidikan yang hidup. Gerakan ini dianggap memengaruhi perkembangan lebih jauh filsafat berorientasi manusia yang menekankan: 1) Keunikan dan harkat siswa secara individu 2) Menekankan pentingnya memfasilitasi lingkungan ruang kelas 3) Menyarankan kalau pembelajaran bisa dilakukan dengan banyak cara. ⁃ Kisaran tahun 1920 - 1930, banyak konselor dewasa ini yang mengakui bahwa perspektif pendidikan progresif yang menyarankan agar siswa dan guru mestinya membuat rencana bersama-sama, bahwa lingkungan social anak mestinya diperbaiki, bahwa kebutuhan dan keinginan perkembangan siswa mestinya diperhatikan dan bahwa lingkungan psikologis ruang kelas mestinya positif dan menguatkan. ⁃ Akhir 1920 dan awal 1930, berbagai personel tambahan selain konselor sekolah terus bertambah. Antara lain petugas presensi, guru kunjung, perawat dan dokter sekolah. Dengan banyaknya personel ini, maka akan ada seseorang yang bertugas mengawasi dari kantor pusat, terutama bertujuan untuk mengkoordinasi. ⁃ Pada tahun 1905, sebenarnya sudah diperkenalkan tes kecerdasan oleh Psikolog Prancis Alfred Binet dan Theodore Simon. Tetapi pada tahun 1916, tes kecerdasan ini baru diterjemahkan dalam bahasa Inggris dan digunakan oleh pihak militer AS untuk mengukur dan mengelompokkan para wamil dan memberikan hasil yang terbukti tepat. ⁃ Pada Februari 1933, Konferensi Pekerja Nasional membuka jalan. Dilakukan kegiatan musyawarah Kerja Nasional yang meliputi kajian dan penelitian, penerbitan buku, serta pengembangan layanan yang memberikan informasi dan konsultasi tentang Bimbingan dan Kejuruan. Konferensi ini juga memberikan dukungan untuk pekerjaan konselor dan jurnal resmi dari asosiasi Bimbingan dan Kejuruan. ⁃ Bimbingan di sekolah mulai muncul di jenjang Sekolah Menengah Pertama dan lebih intensif lagi di jenjang Sekolah Menengah Atas ⁃ Akhir tahun 1930-an, bimbingan dan konseling juga mulai memasuki dunia sekolah dasar, karena dirasa siswa sekolah dasar sudah mendapatkan bimbingan sejak dini dalam kelas. 6

MODUL BAHAN AJAR MANAJEMEN BIMBINGAN DAN KONSELING c. Era Perang Dunia II 1935 - 1950 ⁃ Pada tahun 1935, Asosiasi Guru-guru Negara Bagian New York menerbitkan laporan yang mendefinisikan konsep bimbingan sebagai “proses” membantu individu-individu membuat penyesuaian hidup yang dibutuhkan. Proses ini jelas esensial dan vital, sangat diperlukan entah di rumah, sekolah, komunitas dan di semua fase lain lingkungan hidup individu tersebut. (New York Teachers Association, hlm, 10) ⁃ Tahun 1942, Carl Rogers menerbitkan salah satu bukunya yang terkenal yaitu ‘Counselling and Psycotherapy’. dengan terbitnya buku ini, mulai ada ketertarikan untuk meneliti lebih dalam dengan melakukan berbagai penelitian yang berpengaruh kepada bimbingan kejuruan. ⁃ Pada tahun 1946, Aksi George-Barden (George-Barden Act) mengadakan sebuah kegiatan yang memiliki dampak besar bagi perkembangan bimbingan dan konseling. Hasilnya, U.S. Commisioner of Education menerbitkan aturan bahwa program bimbingan dan konseling menerima sarana prasarana, kepemimpinan, dan bantuan keuangan. Keuangan ini dapat digunakan untuk mendukung program bimbingan dan konseling dalam berbagai kegiatan. Antara lain pemeliharaan program, gaji pelatih konselor, penelitian di lapangan, dan gaji supervisor serta konselor lokal. d. Era Perang Dingin 1950 - 1980 ⁃ Carl Rogers yang merupakan seorang tokoh psikolog, pada tahun 1951 menerbitkan sebuah buku yang menjadi salah satu teori konseling terkenal hingga hari ini, yaitu ‘Client-Centered Therapy’. Teori ini berfokus pada diri klien yang bertujuan untuk membantu klien mengenali dan memahami perasaan sesungguhnya. ⁃ American School Counselor Association, yang standarnya banyak digunakan dalam dunia BK di Indonesia berdiri pada era ini, tepatnya pada tahun 1955. ⁃ Tahun 1957, saat Uni Soviet meluncurkan Sputnik 1, Amerika merasa bahwa ini adalah isyarat dari Uni Soviet kepada Amerika bahwa mereka mendominasi bidang teknologi industri dan ilmiah. Hal tersebut membuat Dengan adanya persaingan tersebut, Amerika menerbitkan undang undang yang memberikan kewenangan kepada pemerintah untuk memberikan dana pada pendidikan. Termasuk pelatihan konselor, sehingga jumlah konselor meningkat pesat dari 12.000 menjadi 30.000 konselor. ⁃ Sekitar tahun 1960 an, dalam pengembangan bimbingan dan konseling, tidak difokuskan kepada program, tetapi fokus kepada pengembgangan profesionalisme dari konselor. Hal ini dikarenakan terllau banyak personel yang terlibat dalam layanan bimbingan dan 7

MODUL BAHAN AJAR MANAJEMEN BIMBINGAN DAN KONSELING konseling. Antara lain, oleh Wrenn (1962), digambarkan bahwa konselor memiliki 4 fungsi utama yaitu konseling dengan siswa; konsultasi dengan guru, orang tua dan admin tentang siswa; mempelajari perubahan; dan mengkoordinasi program. e. Era Globalisasi 1980 - Sekarang ⁃ Pada dekade ini profesi konseling sudah mulai berkembang dengan munculnya standarisasi, pelatihan, dan sertifikasi. Antara lain adalah CACREP (Council for Accreditation of Counselling and Related Educational Program, yang berfungsi untuk melakukan standarisasi pada program pendidikan konseling. 3. Masuknya Bimbingan dan Konseling di Indonesia a. Tahun 1960 - 1970 Urgensi atau pentingnya bimbingan konseling ada di Indonesia pada awalnya dimulai pada tahun 1950, dimana pada saat itu Menteri Pengajaran Abu Hanifah, mengubah Sekolah Menengah Oemoem Atas (SMOA) menjadi SMA. Pada masa inilah di SMA mulai dilakukan penjurusan. Disini sebenarnya peran seorang guru BK sudah dibutuhkan, karena pilihan jurusan yang diambil siswa akan mempengaruhi kedepannya. Pada tahun 1960-an, juga diadakan studi banding ke Amerika dan Indonesia mendapatkan hasil bahwa anak yang mendapat layanan bimbingan dan konseling lebih bisa memahami dirinya, dan terarah sehingga dimulai pemikiran bahwa bimbingan dan konseling dibutuhkan juga di pendidikan Indonesia. Selanjutnya, pada tahun 1960 melalui konferensi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) pada tanggal 20 - 24 Agustus di Kota Malang diputuskan bahwa Bimbingan dan Penyuluhan dimasukkkan kedalam FKIP. Disusul pada tahun 1964, Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan Bandung dan Malang (IKIP Bandung dan IKIP Malang) mendirikan program studi Bimbingan dan Penyuluhan. b. Tahun 1971 - 1980 Pada kurikulum 1975, akhirnya bimbingan dan konseling masuk ke kurikulum sebagai bagian dari pendidikan dengan nama bimbingan dan penyuluhan. Pada tahun ini juga, di Indonesia didirikan asosiasi profesional pada tanggal 17 Desember yang bernama Ikatan Petugas Bimbingan Indonesia (IPBI) yang kemudia berganti nama menjadi Asosiasi Bimbingan dan Konseling Indonesia (ABKIN). Pada masa awal BP masuk kurikulum, tentu saja masih ada keterbatasan tenaga BP karena terbatasnya lulusan, sehingga untuk memenuhi kebutuhan tersebut, diambillah guru mata pelajaran yang sama sekali tidak memiliki latar belakang BP 8

MODUL BAHAN AJAR MANAJEMEN BIMBINGAN DAN KONSELING untuk menjadi guru BP. Mungkin bisa dibilang karena inilah awal mula guru BK dianggap sebagai polisi sekolah. Pada tahun 1978, diselenggarakan program PGSLP dan PGSLA (Pendidikan Guru Sekolah Lanjutan Pertama/Awal) atau sejenis pelatihan yang diberikan kepada guru mapel untuk bisa mengisi posisi guru BK di suatu sekolah. c. Tahun 1981 - 2000 Pada tahun 1989 lahirlah SK Menpan No 026/Menpan/1989 tentang Angka Kredit bagi Jabatan Guru dalam lingkungan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Dengan adanya keputusan menteri ini, secara resmi diadakan layanan bimbingan penyuluhan di sekolah. Tetapi dalam pelaksanannya masih sangat tidak jelas, belum sesuai dengan tujuan di awal untuk membantu siswa. Masa masa ini masih berlangsung, bahkan orang tua mulai menganggap BP tidak bersahabat. Orang tua menganggap anak yang pergi ke BP atau dipanggil adalah anak yang bermasalah saja. Hingga pada tahun 1993, terbit SK Menpan No. 83/1993 tentang Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya yang di dalamnya termuat aturan tentang Bimbingan dan Konseling di sekolah. Pada tahun ini istilah bimbingan dan penyuluhan berganti menjadi bimbingan dan konseling, pada tahun inilah pelaksanaan BK sudah mulai jelas. 2 tahun kemudia tepatnya pada tahun 1995, terbit pula SK Mendikbud No. 025/1995 sebagai petunjuk pelaksanaan Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya. Dalam SK ini berisi antara lain pelaksana BK, pengertian BK, tujuan, asas, prinsip, bidang layanan, jenis layanan, hingga tahap pelaksanaan. Langkah kongkrit juga dilakukan untuk menjalankan SK ini sehingga pelayanan BK semakin jelas dan terarah. d. Tahun 2000 - Sekarang Gambar 3 Logo Asosiasi Bimbingan dan Konseling Indonesia Pada awal masa ini tepatnya tahun 2001, asosiasi BK di Indonesia resmi berganti nama dari IPBI menjadi ABKIN (Asosiasi Bimbingan dan Konseling Indonesia). tidak lama setelah itu, pada tahun 2003, konselor disebut termasuk dalam salah satu pendidik dalam UU No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. 9

MODUL BAHAN AJAR MANAJEMEN BIMBINGAN DAN KONSELING Selanjutnya pada tahun 2006, kurikulum yang diterapkan di Indonesia kembali berganti nama menjadi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dimana BK disebut dengan Pelayanan Konseling. Tahun berikutnya terbitlah BUKU BIRU yang merupakan panduan kinerja teknis yang harus menjadi pegangan seorang guru BK. Tahun 2008, dengan adanya kerja sama dengan direktorat PLP terbitlah Permendiknas No. 27 tahun 2008 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Konselor. Berikutnya pada tahun 2013 dan tahun 2014 secara berturut-turut muncullah Permendikbud No. 81 A tahun 2013 tentang Implementasi Kurikulum dan Permendiknas No. 111 tahun 2014 tentang Bimbingan dan Konseling pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah. Juga pada tahun 2016, terbit Panduan Operasional Pelayanan BK (POP BK) untuk jenjang sekolah dasar, sekolah menengah pertama, hingga sekolah menengah atas/kejuruan. Bisa dibilang awal tahun 2000 adalah awal yang baik bagi perkembangan BK hingga hari ini. 4. Lima Premis Dasar Bimbingan dan Konseling Komprehensif Untuk dapat memahami bagaimana bimbingan dan konseling di sekolah berkembang, dalam menjalankan program ini membutuhkan 5 pemahaman/premis dalam dasar program tersebut. Poin penting dalam bimbingan konseling dan untuk mengatur program bimbingan dan konseling di sekolah meliputi : a. Bimbingan dan konseling adalah sebuah program. Program disini berarti bahwa bimbingan dan konseling adalah sebuah rancangan kegiatan yang akan dilakukan dalam rangka mencapai tujua tertentu sesuai dengan strategi dan kebijakan yang telah diterapkan. Program BK memiliki ciri yang hampir sama dengan program pendidikan, meliputi : ⁃ Standar siswa ⁃ Kegiatan dan proses untuk membantu siswa mencapai standar tersebut ⁃ Personel yang bersertifikat profesional ( di Indonesia ABKIN) ⁃ Bahan tersedia dan sumber daya ⁃ Evaluasi program, personel, dan hasil b. Program bimbingan dan konseling bersifat pengembangan dan komprehensif. Perkembangan dalam hal ini memiliki makna bahwa program bimbingan dan konseling dilakukan secara sistematis dan terjadwal untuk dapat membantu siswa mengembangkan dirinya melalui 4 bidang, yaitu akademik, karier, pribadi dan sosial. Sedangkan komprehensif memiliki arti menyeluruh, artinya program bimbingan dan konseling menyediakan berbagai layanan dalam berbagai bidang dan kegiatan untuk membantu 10

MODUL BAHAN AJAR MANAJEMEN BIMBINGAN DAN KONSELING siswa. c. Program bimbingan dan konseling menggunakan pendekatan tim / kelompok. Dalam pelaksanaan program ini, seorang guru bimbingan dan konseling / konselor tidak berjalan sendirian, melainkan dengan kerja sama atau melibatkan berbagai pihak. Sebut saja guru BK yang lain, staf sekolah (kepala sekolah, guru mata pelajaran, wali kelas, administrator, dan staf lainnya), orang tua, dan anggota komunitas. d. Program bimbingan dan konseling dikembangkan secara sistematis. Dalam hal ini, bimbingan dan konseling sebagai sebuah program dikembangkan melalui 5 tahapan manajemen, yaitu perencanaan, perancangan, pelaksanaan, evaluasi, dan pengembangan. Kelima tahapan inilah yang akan dibahas secara mendetail dalam modul ini. e. Program bimbingan dan konseling memiliki kepemimpinan. Dengan adanya kepemimpinan, program BK akan memiliki akuntabilitas karena adanya program juga harus memiliki hasil yang bisa dipertanggungjawabkan. Selain itu adanya kepemimpinan bisa menjamin kinerja staf sekolah selain guru BK selaku pemimpin. 11

MODUL BAHAN AJAR MANAJEMEN BIMBINGAN DAN KONSELING BAB II PERENCANAAN PROGRAM BIMBINGAN DAN KONSELING KOMPREHENSIF A. Tujuan Pembelajaran Bab ini membahas tahapan pertama dalam manajemen bimbingan dan konseling yaitu perencanaan (planning). Bagian ini fokus kepada pengumpulan informasi, serta melakukan identifikasi elemen dengan menggunakan asesmen sehingga penyusun program mampu mengetahui hal apa saja yang bisa dipertahankan, hal yang masih bisa dikembangkan lagi, dan hal yang harus dihindari dalam program selanjutnya. Setelah mempelajari bagian ini diharapkan peserta didik dapat menguasai hal sebagai berikut : 1. Memahami prinsip, kedudukan, dan elemen bimbingan komprehensif di sekolah 2. Mengetahui hal yang harus direncanakan dalam membuat perubahan 3. Dapat melakukan pengumpulan informasi B. Peta Konsep 12

MODUL BAHAN AJAR MANAJEMEN BIMBINGAN DAN KONSELING 13

MODUL BAHAN AJAR MANAJEMEN BIMBINGAN DAN KONSELING 14

MODUL BAHAN AJAR MANAJEMEN BIMBINGAN DAN KONSELING C. Deskripsi Materi 1. Mempersiapkan Hal yang Akan diubah a. Putuskan untuk Membuat Perubahan Alasan awal untuk membenahi program Bimbingan dan Konseling dapat muncul dari mana saja. Keputusan ini harus dibuat bersama oleh konselor dan administrator sekolah karena akan menjadi kunci yang merubah bagaimana Bimbingan dan Konseling di sekolah sehingga memerlukan keputusan yang matang. Ketika isu telah dibahas konselor dan administator sekolah harus dapat memutuskan mana yang akan diubah dan dipertahankan. Keputusan akan diambil ketika mayoritas setuju dan menjadi yang terbaik bagi program Bimbingan dan Konseling mereka. b. Hal yang diperhatikan Tentang Perubahan ⁃ Perubahan adalah proses, bukan peristiwa. Artinya, kita perlu berfokus pada ketekunan dan bukan hanya pada hasil satu hari jadi saja. ⁃ Pendekatan diagnostik untuk perubahan. Pendekatan dimulai dengan merumuskan masalah, kemudian mengumpulkan informasi, menganalisis informasi, lalu mengevaluasinya untuk hasil yang lebih baik. ⁃ Besarnya perubahan. Perubahan yang baik adalah perubahan yang konsisten dan sesuai dengan nilai dan norma yang ada. c. Menghayati Program Suatu tantangan besar dalam tahap perencanaan yang terorganisir yaitu mendapatkan konsep program bimbingan dan konseling untuk tetap ada dalam benak para penasihat sekolah, administrator, dan guru, yang mungkin beberapa diantaranya tidak memahami apa program tersebut dan bagaimana program itu dapat berkontribusi pada keberhasilan siswa. Arti dari program yang tetap yaitu menurut Heath and Heath (2008) “gagasan tersebut mudah dipahami dan diingat sehingga dampak nya bertahan lama lalu dapat mengubah pendapat atau perilaku audiens sesuai gagasan tersebut” Cara Heath and Heath agar personel dapat tetap bertahan dan mengikuti ide penyusun program yaitu : ⁃ Mengindentifikasi dan memberikan gagasan penting yang mereka pahami ⁃ Memahami pentingnya konsep program bimbingan dan konseling ⁃ Memberikan contoh nyata yang mudah dipahami ⁃ Memberikan alasan konkret tentang mengapa konsep program tersebut diperlukan 15

MODUL BAHAN AJAR MANAJEMEN BIMBINGAN DAN KONSELING d. Mengembangkan Kolaborasi Antar Personel Kepercayaan staff dapat dikembangkan dan dipelihara melalui keterlibatan penuh pada staff dalam proses perubahan. Pada bagian awal, memutuskan bahwa ingin berubah, sebuah contoh tentang bagaimana staff bimbingan dari suatu sekolah di daerah bertemu untuk menilai kebutuhan akan perubahan. Salah satu hasil diskusi ini adalah keputusan untuk berubah; untuk menentukan nasib mereka sendiri (Hurgens & Fuston, 1997). Hasil lainnya yang sama pentingnya adalah keterlibatan para staff dalam proses perubahan. Dengan melibatkan staff dalam keputusan awal untuk membuat perubahan, staff dapat dibantu untuk membuat komitmen. Penting juga agar anggota staff sadar bahwa pendapat mereka akan digunakan. e. Membentuk Panitia dan Kelompok Kerja Langkah berikutnya setelah konsensus untuk perubahan telah tercapai yaitu membentuk komite dan kelompok kerja untuk menyelesaikan tugas-tugas yang ada. ⁃ Komite Pengarah, biasanya, komite pengarah terdiri dari personel BK atau perwakilan dari setiap tingkat kelas yang terlibat. Jika tidak ada, maka yang secara administratif bertanggung jawab atas program bimbingan dan konseling harus menjadi ketua. Komite pengarah bertanggung jawab untuk mengelola upaya yang diperlukan untuk merencanakan, merancang, melaksanakan, mengevaluasi, dan meningkatkan program bimbingan dan konseling kabupaten. Komite ini adalah badan pembuat keputusan dan bertanggung jawab untuk menguraikan tugas-tugas yang terlibat dan memastikan bahwa sumber daya yang dibutuhkan untuk melaksanakan tugas tugas ini tersedia. ⁃ Komite Sekolah, memiliki tugas utama untuk memberi saran kepada mereka terlibat dalam upaya peningkatan program bimbingan. Ini adalah jembatan komunikasi antara mereka yang terlibat dalam bimbingan upaya perbaikan program dan sekolah dan masyarakat. Panitia memenuhi selama masa transisi dan berlanjut sebagai bagian permanen dari program bimbingan yang lebih baik. Penggunaan dan keterlibatan komite penasihat sekolah-masyarakat akan bervariasi sesuai dengan program dan komunitas, tetapi dalam semua kasus keanggotaan harus menjadi lebih dari sekedar nama. f. Kepemimpinan Pemimpin program bimbingan dan konseling distrik sekolah memiliki tanggung jawab utama untuk mengatur dan mengelola proses peningkatan program. Pemimpin juga manajer 16

MODUL BAHAN AJAR MANAJEMEN BIMBINGAN DAN KONSELING dari proses perbaikan dan juga program. Tugas dalam membuat transisi dari program yang tidak ditentukan ke program yang ditentukan adalah kompleks dan sulit. Mereka membutuhkan waktu dan ketekunan. Meskipun waktu yang dibutuhkan mungkin tampak lama, hal itu memberikan kesempatan bagi konselor (dan semua orang) untuk belajar bagaimana menguasai program baru. Dengan demikian, fase perencanaan yang terorganisasi harus dirancang untuk membantu mereka yang terlibat dalam mengembangkan visi tentang seperti apa program yang komprehensif itu dan berkomitmen untuk bekerja mewujudkannya. Keyakinan kami adalah bahwa pengembangan staf memungkinkan orang untuk memiliki visi dan keterlibatan serta meningkatkan tingkat komitmen mereka. Pengembangan staf dimulai selama fase pengorganisasian dan harus dilakukan di seluruh proses perbaikan dan revitalisasi program. 2. Prinsip Bimbingan dan Konseling Komprehensif Menurut Random House Webster's Unabridged Dictionary (2001), teori adalah penjelasan yang kurang lebih diverifikasi atau mapan yang memperhitungkan fakta atau fenomena yang diketahui. Sesuai dengan definisi teori ini, Henderson (2005) mempresentasikan sejarah singkat teori konseling sekolah, mengidentifikasi tujuh pertanyaan mendasar yang harus dijawab oleh teori, dan kemudian dijelaskan 27 prinsip utama. Dari 27 prinsip keseluruhan, dibagi menjadi 4 bagian, yaitu 2 untuk klien, 6 untuk konselor, 11 untuk program, dan 7 sisanya untuk evaluasi. Setiap poinnya mendeskripsikan karakter dari Bk komprehensif. Meskipun terbagi bagi, pada dasarnya prinsip ini saling berkaitan dan berkorelasi membentuk kesatuan yang mencirikan dan mengoperasionalkan program BK, dan mewakili pokok dasar dalam manajemen program. 27 poin prinsip BK komprehensif tersebut adalah : 1) Semua anak & remaja mendapatkan manfaat dari bantuan untuk mencapai tugas-tugas perkembangan akademik, karir, dan pribadi/sosial sesuai usia. 2) Semua anak-anak & remaja bisa mendapatkan manfaat dari intervensi yang dirancang untuk membantu perkembangan akademik, karir, dan pribadi/sosial. 3) Beberapa anak & remaja membutuhkan bantuan lebih untuk mencapai tugas-tugas perkembangan akademik, karir, & pribadi/sosial sesuai usianya. 4) Konselor sekolah memenuhi syarat untuk memberikan kontribusi pada semua perkembangan anak dan remaja di bidang akademik, karir, dan perkembangan pribadi/sosial. 5) Konselor sekolah mampu mendesain & menyampaikan intervensi untuk memenuhi kebutuhan perkembangan siswa untuk pencegahan atau perbaikan, dengan membantu mengatasi 17

MODUL BAHAN AJAR MANAJEMEN BIMBINGAN DAN KONSELING kesenjangan antara kelompok-kelompok tertentu dari siswa dengan teman-teman sebaya mereka. 6) Intervensi konselor sekolah dalam perkembangan pribadi-sosial, akademik, dan karir ditujukan untuk membantu peserta didik menemukan dan menerapkan keterampilan, sikap, dan pengetahuan yang mendorong perkembangan tiga dimensi pertumbuhan dan perkembangan manusia. 7) Konselor sekolah dapat membantu orang dewasa lainnya untuk meningkatkan pekerjaan mereka dengan perkembangan akademik (pendidikan), karir dan pribadi-sosial siswa dengan menghilangkan hambatan pribadi untuk mencapai keberhasilan siswa. 8) Konselor sekolah bekerja sama dengan orang lain dalam sistem sekolah atas nama siswa untuk mendukung pencapaian misi sistem dan untuk membantu menghilangkan hambatan sistemik untuk keberhasilan siswa. 9) Pekerjaan konselor sekolah harus diselenggarakan sebagai sebuah program. 10) Sistem penyampaian membagi program kegiatan ke dalam empat komponen program kurikulum bimbingan, perencanaan individu siswa, layanan responsif, dan dukungan sistem adalah cara yang paling efektif dan efisien untuk mengatur program. 11) Empat komponen program aktivitas yang dijelaskan sebagai sistem penyampaian untuk model program Bimbingan dan Konseling di sekolah mencakup semua sarana untuk memengaruhi perkembangan akademik, karir, dan pribadi/sosial siswa: kurikulum bimbingan, perencanaan individu siswa, layanan responsif, dan dukungan sistem. 12) Kegiatan program Bimbingan dan Konseling di sekolah dapat dirancang secara efektif yang berdampak pada semua perkembangan akademik, karir, dan pribadi-sosial siswa dan membantu para siswa yang sehat serta siswa yang terancam atau terganggu perkembangan akademik, karir dan pribadi-sosialnya. 13) Intervensi yang dirancang dengan sengaja menargetkan berdasar pada diidentifikasi kebutuhan atau tujuan yang ditentukan dan sasaran lebih efektif daripada intervensi yang tidak sengaja dirancang. 14) Sebuah pendekatan sistematis untuk mengembangkan program Bimbingan dan Konseling di sekolah (yaitu, perencanaan dan membangun landasan, merancang sistem penyampaian, melaksanakan dan memantau program, memegang staf program akuntabel, dan mengevaluasi program) memastikan keefektifan dan relevansi. 15) Perencanaan kooperatif, kolaboratif dengan orang tua dan wali, guru, Kepala sekolah, staf dan anggota masyarakat dalam mengembangkan hasil program Bimbingan dan konseling di sekolah dalam program yang efektif dan merupakan bagian yang integral (tidak terpisahkan) 18

MODUL BAHAN AJAR MANAJEMEN BIMBINGAN DAN KONSELING dari misi sekolah secara keseluruhan. 16) Program Bimbingan dan Konseling di sekolah yang efektif dirancang dengan kesadaran demografi setempat dan kondisi politik atas dasar penilaian kebutuhan berdasarkan data yang dikumpulkan secara lokal. 17) Menetapkan prioritas dan mengenali parameter dalam program sangat penting dalam manajemen & pelaksanaan program bimbingan dan konseling di sekolah yang efektif. 18) Ada prosedur organisasi dimana konselor sekolah dapat menggunakannya untuk mengelola pelaksanaan program-program mereka secara efektivitas, efisiensi dan relevan dengan sekolah. 19) Akuntabilitas hasil yang dicapai siswa, kinerja konselor sekolah, dan kelengkapan program ini penting untuk memastikan efektivitas dan relevansi program Bimbingan dan Konseling di sekolah, dan itu memerlukan pengumpulan dan penggunaan data. 20) Kepemimpinan program Bimbingan dan Konseling di sekolah merupakan tanggung jawab bersama antara konselor sekolah dan kepala sekolah. 21) Setelah mendapatkan manfaat dari intervensi konselor sekolah, anak-anak dan remaja lebih siap untuk belajar akademis dan menjadi sukses di sekolah. 22) Pernyataan eksplisit dari hasil yang diinginkan bagi siswa lebih menjamin hasil prestasi mereka. 23) Evaluasi hasil layanan bagi siswa, kinerja konselor sekolah, dan kelengkapan program ini penting untuk memastikan efektivitas dan relevansi program Bimbingan dan Konseling di sekolah, dan itu memerlukan pengumpulan dan penggunaan data. 24) Evaluasi hasil yang dicapai berdasarkan standar pengukuran yang telah ditetapkan untuk perkembangan, pertumbuhan, dan perubahan siswa. 25) Evaluasi kinerja konselor berdasarkan standar yang telah ditetapkan untuk praktik konseling sekolah. 26) Evaluasi terhadap kelengkapan program didasarkan pada kesesuaian dengan kebijakan yang dibuat untuk program Bimbingan dan Konseling komprehensif dan desain program setempat. 27) Tujuan evaluasi adalah untuk perbaikan program. 3. Kedudukan Bimbingan dan Konseling dalam Pendidikan Beberapa penulis terutama Jones dan Hand (1938), memandang sebagai bimbingan dan konseling sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari Pendidikan. Bimbingan dan konseling merupakan bagian integral dari Pendidikan. Pendidikan memiliki dua sistem yang saling terkait, yaitu Program Intruksi dan Program Bimbingan dan Konseling. Keduanya terpisah 19

MODUL BAHAN AJAR MANAJEMEN BIMBINGAN DAN KONSELING tetapi saling mendukung. Gambar 4 Kedudukan Program BK 4. Elemen Bimbingan dan Konseling Apa yang dimaksud dengan program bimbingan dan konseling komprehensif? Gysbers dan Henderson mendefinisikan program memiliki kerangka kerja organisasi umum dengan konfigurasi spesifik dari kegiatan dan layanan bimbingan dan konseling yang terencana, berurutan, dan terkoordinasi berdasarkan kebutuhan dan sumber daya siswa, sekolah, dan masyarakat, yang dirancang untuk melayani semua siswa dan orang tua atau wali mereka. Seperti yang disebutkan oleh American School Counselor Association (ASCA; 2005), program adalah \"ruang lingkup yang komprehensif, pencegahan dalam desain, dan pengembangan di alam\". Dalam BK, terdapat 4 elemen yang akan dijelaskan lebih lanjut dibawah ini. Gambar 5 Elemen BK a. Konten Program BK komprehensif harus memperhatikan pengetahuan, keterampilan dan sikap yang harus dibentuk pada siswa.Singkatnya, bagian ini berisi kompetensi apa saja yang harus 20

MODUL BAHAN AJAR MANAJEMEN BIMBINGAN DAN KONSELING dicapai siswa atau hasil capaian yang diharapkan dalam masa belajarnya yang biasanya terbagi dalam 3 domain (akademik, karir, dan pribadi/sosial) atau dibagi dalam tingkatan kelas. Penentuan konten ini terserah pada guru BK untuk menyusunnya. b. Kerangka Kerja Organisasi ⁃ Komponen Struktural Komponen ini penting dalam elemen kerangka kerja organisasi karena bagian ini menjelaskan sifat dan memberikan dasar filosofis untuk program. Komponen struktural ini mendefinisikan program, menyatakan rasional, dan menampilkan daftar asumsi. Gambar 6 Komponen Struktural BK 21

MODUL BAHAN AJAR MANAJEMEN BIMBINGAN DAN KONSELING ⁃ Komponen Program Gambar 7 Komponen Program BK ⁃ Alokasi Waktu Alokasi waktu didasarkan pada beberapa hal, antara lain keseimbangan tiap program, tingkat kelas, dan konselor harus bisa membagi waktu untuk ke-empat komponen program. Misalnya untuk jenjang sekolah dasar difokuskan pada layanan dasar dan paling persentase paling kecil pada perencanaan individu. Pada jenjang sekolah menengah pertama, difokuskan pada layanan responsif diikuti dengan layanan dasar. Sedangkan pada jenjang menengah atas difokuskan pada layanan responsif dan perencanaan individu secara bersamaan. c. Sumber Daya ⁃ Sumber Daya Manusia Merupakan personel atau orang orang yang berperan dalam menjalankan dan mendukung program BK. Personel ini antara lain Guru BK, guru mapel, wali kelas, kepala sekolah, staff administrasi, psikolog, bahkan penjaga sekolah. Personel ini dibutuhkan untuk bekerja sama dan menyukseskan program BK karena guru BK tidak bisa bekerja sendirian. ⁃ Sumber Daya Keuangan Dalam BK komprehensif, sumber daya finansial atau keuangan berupa anggaran program, sarana prasarana, dan fasilitas. Sumber daya keuangan ini digunakan untuk membiayai program agar bisa diaplikasikan pada 3 domain (akademik karir, pribadi/sosial) dan untuk 22

MODUL BAHAN AJAR MANAJEMEN BIMBINGAN DAN KONSELING memenuhi kebutuhan layanan. Gambar 8 Sumber Daya Keuangan BK ⁃ Sumber Daya Kebijakan Sumber daya politik program BK komprehensif pada dasarnya adalah sumber aturan yang terdiri dari kebijakan daerah, hukum negara yang ada, aturan dan dan peraturan lokal serta standar dari asosiasi profesi (di Indonesia ABKIN). d. Perkembangan, Manajemen dan Akuntabilitas ⁃ Proses Perkembangan Melalui 5 tahapan manajemen, yaitu perancangan, perencanaan, pelaksanaan, evaluasi dan pengembangan. 5 langkah ini dilakukan guna mengembangkan program layanan BK. Penjelasan setiap tahapan akan dibahas lebih lanjut di bab bab berikutnya ⁃ Tugas Manajemen Setelah adanya 5 tahapan tadi, dan diketahui pula bahwa guru BK tidak bekerja sendirian, maka setiap personel yang ikut andil dalam program BK komprehensif harus mengetahui tugas, peran, tanggung jawabnya dalam program agar program bisa berjalan sesuai dengan rencana. ⁃ Akuntabilitas Akuntabilitas sendiri memiliki arti dapat dipertanggungjawabkan. Dan bagaimana program BK dapat dimintai pertanggungjawaban? Yaitu dengan mengadakan evaluasi, yang kemudian evaluasi itu sendiri dibagi menjadi 3 yaitu evaluasi personel, evaluasi program dan evaluasi hasil. Evaluasi ini akan dibahas di bab 10, ditambah dengan evaluasi intervensi. 23

MODUL BAHAN AJAR MANAJEMEN BIMBINGAN DAN KONSELING 5. Mengumpulkan Data Melalui Asesmen a. Latar Belakang Program layanan bimbingan dan konseling merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari pelayanan pendidikan dan pengajaran di sekolah agar setiap peserta didik dapat berkembang ke arah perkembangan yang optimal, baik sebagai individu maupun sebagai makhluk sosial. Pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah, memiliki tujuan untuk memenuhi kebutuhan siswa. Dampaknya guru pembimbing dituntut untuk melakukan assessment kebutuhan siswa sebelum menyusun program bimbingan dan konseling. Assessment kebutuhan siswa yang sah akan menjadi sangat penting, supaya program bimbingan dan konseling benar-benar memiliki keterkaitan dengan kondisi siswa. Assessment kebutuhan siswa ini memiliki peranan penting dalam penyusunan program, mengingat hasil assessment yang akurat akan menjadi dasar untuk menentukan tindakan edukatif dengan tepat. b. Mengumpulkan Informasi Siswa Mengumpulkan informasi tentang status siswa saat ini memberikan informasi kepada penyusun program tentang seberapa baik prestasi siswa di sekolah dan memberi saran untuk kemajuan pribadi, sosial, karier, dan pengembangan pendidikan. Informasi pribadi yang berguna mencakup data demografis (misalnya, jangkauan dan proporsi etnis dan status sosial ekonomi). Bermanfaat sosial informasi termasuk identifikasi subkultur pemuda yang ada di sekolah (Proyek Kesehatan Mental Sekolah, 2010), tingkat partisipasi dalam ekstra-dan kegiatan kurikuler, melakukan nilai, laporan disiplin, dan kehadiran dan tingkat ketidakhadiran. Data pengembangan karir yang berguna termasuk informasi agregat pada minat dan rencana karir siswa. Informasi pendidikan yang berguna termasuk:pola nilai siswa, survei sikap sekolah, prestasi akademik; kegagalan kursus, tingkat promosi dan retensi, dan tingkat kelulusan. Informasi ini penting untuk dikumpulkan karena latar belakang siswa baik latar belakang ekonomi, sosial, dan keluarga sedikit banyak akan memengaruhi siswa di sekolah. Sekolah dengan mayoritas siswa dari kalangan ekonomi menengah keatas (sekolah A) dan sekolah dengan mayoritas siswa dari kalangan ekonomi menengah kebawah (sekolah B) pasti memiliki ragam masalah yang berbeda. Sebut saja, sekolah A pasti tidak akan menemukan siswa yang terlambat membayar SPP, dan disekolah B tidak akan ditemukan siswa yang berkelahi karena pamer kekayaan.itulah sebabnya, mengetahui informasi siswa sebelum menyusun program sangat diperlukan. 24

MODUL BAHAN AJAR MANAJEMEN BIMBINGAN DAN KONSELING c. Desain Kuantitatif Desain ini adalah salah satu cara untuk mempelajari bagaimana konselor sekolah dalam melakukan tugasnya, dilihat dengan hal yang bisa dihitung. Seperti misalnya alokasi waktu konselor, jumlah klien yang dilayani hingga memiliki hasil, dan rasio konselor dengan siswa yang dilayani. 1) Alokasi Waktu Konselor Seperti yang sudah dibahas sebelumnya dibagian elemen program BK komprehensif, alokasi waktu didasarkan pada beberapa hal, antara lain keseimbangan tiap program, tingkat kelas, dan konselor harus bisa membagi waktu untuk ke-empat komponen program. Apakah waktu konselor selama disekolah benar benar dihabiskan untuk melakukan kegiatan bimbingan dan konseling? Apakah masih banyak waktu yang dilakukan untuk melakukan kegiatan non-bimbingan dan konseling? Bagaimana pembagian waktu konselor dalam memberikan layanan menurut 4 komponen program? Dengan menjawab pertanyaan diatas, akan didapatkan data mengenai alokasi waktu konselor selama di sekolah. 2) Jumlah Klien yang Dilayani Dalam hal ini, bukan saja jumlah siswa yang menerima layanan, tetapi hingga penyelesaian masalah jika layanan yang diterima adalah konseling. Berapa banyak siswa yang bisa mendapat penyelesaian masalah, berapa banyak siswa yang berhenti ditengah jalan, dan berapa banyak siswa yang bahkan tidak menerima layanan sama sekali. 3) Rasio Konselor : Siswa Seperti sudah diketahui dalam Permendiknas No. 111 tahun 2014 bahwa ‘Penyelenggaraan Bimbingan dan Konseling pada SMP/MTs atau yang sederajat, SMA/MA atau yang sederajat, dan SMK/MAK atau yang sederajat dilakukan oleh Konselor atau Guru Bimbingan dan Konseling dengan rasio satu Konselor atau Guru Bimbingan dan Konseling melayani 150 orang Konseli atau peserta didik.’ Apakah rasio ini sudah terpenuhi? Apakah jumlah guru BK yang ada dalam sebuah sekolah benar benar hanya bertanggung jawab melayani 150 siswa? Biasanya fakta dilapangan tidak menunjukkan angka rasio ini. Bisa saja guru hanya terdapat 1 guru BK dalam sebuah sekolah hingga rasionya bisa mencapai 1:1000 atau terdapat cukup banyak guru BK disebuah sekolah yang lain sehingga rasionya hanya 1:100. d. Desain Kualitatif Desain ini adalah salah satu cara untuk mempelajari bagaimana konselor sekolah dalam melakukan tugasnya, berkebalikan dengan kuantitatif yang dilihat dengan hal yang bisa dihitung, desain kualitatif ini lebih berfokus kepada hal yang menunjukkan kualitas. Misalnya 25

MODUL BAHAN AJAR MANAJEMEN BIMBINGAN DAN KONSELING saja adalah 4 kompetensi konselor, yaitu kompetensi pedagogik, sosial, kepribadian, dan profesional sesuai dengan Permendiknas No. 27 tahun 2008. Selanjutnya, empat kompetensi tersebut akan dijelaskan sebagai berikut : 1) Kompetensi Pedagogik. Terdapat 3 kompetensi inti dalam pedagogik yaitu menguasai teori dan praksis pendidikan; Mengaplikasikan perkembangan fisiologis dan psikologis serta perilaku konseli; dan Menguasai esensi pelayanan bimbingan dan konseling dalam jalur, jenis, dan jenjang satuan pendidikan. Inti dari kompetensi ini adalah bahwa seorang konselor sekolah harus menguasai dasar teori dalam memberikan layanan kepada konseli dan menggunakannya sebagai dasar acuan dalam praktiknya. 2) Kompetensi Sosial. Pada kompetensi ini terdapat 3 kompetensi inti yaitu mengimplementasikan kolaborasi intern di tempat kerja; berperan dalam organisasi dan kegiatan profesi bimbingan dan konseling; serta mengimplementasikan kolaborasi antar profesi. Intinya adalah seorang konselor sekolah mampu bersosial dan berkolaborasi dengan baik dengan sesama konselor sekolah ataupun personel BK lainnya disekolah sesuai kode etik karena pada dasarnya kolaborasi sangat diperlukan dalam pelaksanaan layanan BK. 3) Kompetensi Kepribadian. Terdiri dari 4 kompetensi inti, yaitu beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa; menghargai dan menjunjung tinggi nilai kemanusiaan, individualitas, dan kebebasan memilih; menunjukkan intergritas dan stabilitas kepribadian yang kuat; serta menampilkan kerja berkualitas tinggi. Selain harus memiliki kepribadian yang berdasar Pancasila, kepribadian dasar konselor sekolah harus bisa menjadi contoh yang baik bagi konseli yang dilayani. 4) Kompetensi Profesional. Pada kompetensi ini, terdapat 7 kompetensi intin didalamnya, yaitu menguasai konsep dan praksis asesmen untuk memahami kondisi, kebutuhan, dan masalah konseli; menguasai kerangka teoritis dan praksis bimbingan dan konseling; merancang program bimbingan dan konseling; mengimplementasikan program bimbingan dan konseling yang komprehensif; menilai proses dan hasil program bimbingan dan konseling; memiliki kesadarn dan komitmen terhadap etika profesional, serta menguasai konsep dan praksis penelitian dalam bimbingan dan konseling. Selain kompetensi, desain kualitatif juga melihat dari sisi latar belakang pendidikan atau kualifikasi akademik seorang konselor sekolah. Konselor adalah tenaga pendidik profesional yang telah menyelesaikan pendidikan akademik strata satu (S-1) program studi Bimbingan dan Konseling dan program Pendidikan Profesi Konselor dari perguruan tinggi penyelenggara 26

MODUL BAHAN AJAR MANAJEMEN BIMBINGAN DAN KONSELING program pengadaan tenaga kependidikan yang terakreditasi. Kualifikasi akademik konselor dalam satuan pendidikan pada jalur pendidikan formal dan nonformal adalah: a. Sarjana pendidikan (S-1) dalam bidang Bimbingan dan Konseling. b. Berpendidikan profesi konselor. 27

MODUL BAHAN AJAR MANAJEMEN BIMBINGAN DAN KONSELING BAB III PERANCANGAN PROGRAM BIMBINGAN DAN KONSELING KOMPREHENSIF A. Tujuan Pembelajaran Bab ini membahas tahapan kedua dalam manajemen bimbingan dan konseling yaitu perancangan (designing). Setelah mendapatkan informasi dari tahap perencanaan, pada tahap perancangan difokuskan pada menetapkan prioritas program, membuat konsep layanan yang akan diberikan, dan membuat sketsa program. Pada tahapan ini, setidaknya penyusun program harus bisa membayangkan bagaimana kondisi lapangan saat program yang disusun mulai dilaksanakan. Setelah mempelajari bagian ini diharapkan peserta didik dapat menguasai hal sebagai berikut : 1. Mengetahui prioritas untuk layanan program BK komprehensif 2. Memahami pentingnya konsep dan sketsa program dalam program BK komprehensif 3. Mengetahui basis seorang pemimpin program BK komprehensif B. Peta Konsep 28

MODUL BAHAN AJAR MANAJEMEN BIMBINGAN DAN KONSELING 29

MODUL BAHAN AJAR MANAJEMEN BIMBINGAN DAN KONSELING C. Deskripsi Materi 1. Menetapkan prioritas a. Menetapkan Prioritas untuk Layanan Program (Desain Kualitatif) Merancang dimensi kualitatif program memerlukan pengambilan keputusan mengenai definisi khusus dan prioritas pelaksanaan program. Prioritas ditetapkan untuk penggunaan kompetensi konselor dan orang lain, untuk klien yang akan dilayani, kompetensi siswa yang akan ditargetkan, dan untuk kegiatan yang akan diberikan. Kelompok siswa mana yang harus diprioritaskan? Kompetensi siswa mana yang harus ditekankan? Kegiatan apa yang membuat setiap komponen program bimbingan dan konseling komprehensif dan prioritas mereka? Jawabannya harus didasarkan pada alasan yang dimiliki ditawarkan untuk program, dan mereka harus menyarankan prioritas untuk peran staf, klien yang akan dilayani, topik yang akan dibahas,dan kegiatan yang akan dilakukan dalam setiap komponen. ⁃ Prioritas Kompetensi Konselor Sekolah ⁃ Prioritas Personel Program BK ⁃ Prioritas Konseli yang akan Dilayani ⁃ Prioritas Kompetensi Siswa ⁃ Prioritas Alokasi tiap Komponen Program b. Menetapkan Parameter untuk Alokasi Sumber Daya (Desain Kuantitatif) Memutuskan seberapabanyak yang dapat dilakukan oleh konselor sekolah dinyatakan dalam keseimbangan yang direkomendasikan di antara komponen program—bagaimana waktu konselor sebaiknya dibagi dalam menyediakan berbagai macam program kegiatan. Mengantisipasi berapa banyak klien program yang akan mendapat manfaat dari kegiatan program ditentukan oleh rasio konselor- siswa. Dengan demikian, rekomendasi baru muncul dan didukung oleh alasan desain program. ⁃ Keseimbangan Program, bagian ini fokus pada alokasi waktu yang seorang konselor pada 4 komponen program BK yaitu layanan dasar, layanan responsif, perencanaan individual, dan dukungan sistem. Konselor harus bisa membagi waktunya selama disekolah. Keseimbangan antara komponen bimbingan perkembangan bergeser saat siswa menjadi dewasa dan menerima lebih banyak tanggung jawab untuk pertumbuhan dan perkembangan mereka sendiri. Misalnya saja pada jenjang SD lebih difokuskan pada layanan dasar, jenjang SMP fokus pada layanan responsif kemudian layanan dasar, dan pada jenjang SMA fokus pada layanan responsif dan perencanaan individual secara bersamaan. Hal ini sudah dibahas sebelumnya pada bab II : Perencanaan. 30

MODUL BAHAN AJAR MANAJEMEN BIMBINGAN DAN KONSELING ⁃ Rasio Konselor : Siswa. Bagian ini fokus pada berapa banyak siswa yang harus diampu atau dilayani seorang konselor sekolah. Di Indonesia, rasio ideal konselor : siswa adalah 1 : 150 siswa, artinya seorang konselor atau guru BK bertanggung jawab memberikan layanan kepada 150 siswa saja dalam 1 sekolah, baik layanan dasar, responsif, maupun perencanaan individual. Tetapi memang dalam pelaksanaannya tidak selalu bisa sesuai dengan 2. Membuat konsep Membuat konsep mengenai program yang diinginkan secara detail adalah hal yang penting karena mengembangkan sebuah program bisa dianalogikan seperti merenovasi sebuah rumah. Blueprint yang mendetail dan spesifik akan dibutuhkan untuk merenovasi rumah secara teratur tetapi tetap sesuai dengan gaya yang diinginkan. Semakin spesifik blueprint yang ada , semakin efisien proses renovasi yang dilakukan, dan hasil akhirnya akan menjadi rumah yang memang sudah diimpikan. Hal ini juga berlaku pada pengembangan program BK. Anggap saja program BK adalah sebuah rumah tadi, semakin spesifik pandangan tentang perubahan yang diharapkan maka program yang akan berlangsung juga akan semakin baik. Tetapi ingat untuk tetap menyesuaikan dengan situasi dan kondisi sekolah. a. Mendefinisikan Struktur Dasar Program Seperti yang sudah dijelaskan pada Bab II sebelumnya tentang struktur dasar program, program Bimbingan dan Konseling Komprehensif memiliki 4 elemen yaitu elemen konten program, kerangka kerja organisasi, sumber daya serta pengembangan, manajemen dan akuntabilitas. 4 elemen ini harus sudah dijabarkan secara mendetail sebelum merancang sebuah program. Pada saat ini telah terjadi perubahan paradigma pendekatan bimbingan dan konseling, yaitudari pendekatan yang berorientasi tradisional, remedial, klinis, dan terpusat pada konselor, kepada pendekatan yang berorientasi perkembangan dan preventif. Pendekatan bimbingan dan konseling perkembangan (Developmental Guidance and Counseling) atau bimbingan dan konseling komprehensif (Comprehensive Guidance and Counseling) didasarkan pada upaya pencapaian tugas perkembangan, pengembangan potensi, dan pengentasan masalah-masalah konseli. Tugas-tugas perkembangan dirumuskan sebagai standar kompetensi yang harus dicapai konseli, sehingga pendekatan ini disebut juga bimbingan dan konseling berbasis standar (Standard Based Guidance and Counseling). Ketika pendekatan bimbingan dan 31

MODUL BAHAN AJAR MANAJEMEN BIMBINGAN DAN KONSELING konseling perkembangan dipergunakan akan menggabungkan pendekatan yang berorientasi klinis, remidial, dan preventif, (Myrick, 2011:8). Menentukan struktur dasar organisasi distrik atau program bimbingan konseling akan dibangun strukturnya yang dapat diatur menurut model layanan bimbingan seperti orientasi, penilaian, informasi konseling, penempatan, dan kegiatan tindak lanjut. Landasan teoritis dari program bimbingan dan konseling yang komprehensif terdiri dari klarifikasi bidang content program anda dan komponen struktural definisi, alasan, asumsi. Ini mirip dengan kerangka simbolis [Bolman dan Deal 2002]. b. Mengidentifikasi Kompetensi Siswa Setelah memilih konten program dan keseluruhan struktur dasar, Langkah selanjutnya adalah memutuskan kompetensi apa yang menjadi tanggung jawab BK untuk membantu siswa. Identifikasi kompetensi yang berhubungan dengananak dan perkembangan remaja yang dipilih sebagai fokus. Pengetahuan apa yang akan dimiliki siswa? Keterampilan apa yang akan dikembangkan siswa, dan sikap apa yang akan dibentuk siswa sebagai bentuk keikutsertaannya dalam program bimbingan dan konseling? Menurut hasil penelitian The Center for School Counseling Outcome, terdapat 13 karakteristik yang mencerminkan hasil yang diinginkan dari program BK, yaitu : ⁃ Siswa memiliki optimisme. ⁃ Siswa menunjukkan efikasi diri dalam bidang kritis. ⁃ Siswa memiliki rasa agensi. ⁃ Siswa memiliki visi yang jelas tentang kemungkinan diri mereka di masa depan. ⁃ Siswa menunjukkan pembelajaran mandiri. ⁃ Siswa kompeten dalam penetapan tujuan. ⁃ Siswa dapat mengidentifikasi mata pelajaran yang memotivasi secara intrinsik. ⁃ Siswa terlibat aktif di sekolah. ⁃ Siswa secara efektif menggunakan strategi manajemen diri. ⁃ Siswa memiliki keterampilan hubungan yang kuat. ⁃ Siswa tahu bagaimana mencari bantuan. ⁃ Siswa menunjukkan pengetahuan diri terkait dengan karakteristik utama. ⁃ Siswa merasa nyaman dan kompeten dalam menghadapi perbedaan sosial. (Carey, 2010, hlm. 60–61) 32

MODUL BAHAN AJAR MANAJEMEN BIMBINGAN DAN KONSELING c. Menentukan Perubahan yang dibutuhkan Merencanakan transisi ke program yang komprehensif perlu untuk menentukan perubahan yang dibutuhkan. Untuk melakukan ini, perlu untuk membandingkan dan membedakan program yang sedang terlaksana dengan program yang Anda inginkan, tetapkan tujuan untuk perubahan, dan identifikasi cara-cara untuk membawa perubahan. Ketika hal ini sudah dilakukan, maka akan ditemukan perubahan yang diinginkan dan siap untuk memulai proses membuat atau membantu orang lain untuk perubahan yang diperlukan. Membandingkan program dengan Yang diinginkan setelah mempelajari program saat ini dan telah membuat desain untuk program yang Anda inginkan,. Tujuannya adalah untuk mengidentifikasi apakah ada bagian yang saling tumpang tindih tetapi, lebih dari itu adalah untuk mengetahui di mana ada celah yang mungkin perlu diisi. Juga diperlukan untuk mengidentifikasi beberapa bagian di mana desain program saat ini melampaui desain yang diinginkan dengan kata lain baik untuk ditiru. Data paling berguna untuk mengarahkan ulang program adalah data tentang alokasi waktu konselor sekolah untuk setiap program. komponen dan kegiatan non-bimbingan. 3. Membuat sketsa program Bagian ini menjelaskan tugas dan masalah yang terlibat dalam menggambarkan desain untuk program BK komprehensif. Menggambarkan desain merupakan fase penting dari proses perubahan karena menggambarkan dan menentukan arah perubahan yang akan diperlukan untuk melaksanakan program BK. Sayangnya, beberapa administrator yang ingin melakukan perubahan program berhenti setelah tahap perancangan. Mereka menyimpulkan dengan salah, bahwa jika arah untuk perubahan yang diinginkan sudah jelas, maka perubahan yang diinginkan akan terjadi. Namun, beberapa konselor dan administrator percaya bahwa keseluruhan program harus dilaksanakan sekaligus atau tidak sama sekali. Pada kenyataannya, agar perubahan yang diinginkan berhasil dilakukan, perubahan perlu direncanakan. Remodelling program BK memerlukan beberapa ide awal, menghilangkan beberapa bagian, dan menambahkan beberapa yang baru. Membuat renovasi seperti itu membutuhkan waktu, tenaga, dan sumber daya lainnya. Merencanakan bagaimana Anda akan melakukan transisi ke program bimbingan dan konseling yang komprehensif adalah langkah penting. Dengan desain program yang diinginkan, tugas terakhir adalah menuliskan semua keputusan yang dibuat. Tugas ini diemban oleh pemimpin program. Sudah tugasnya untuk menuangkan ide secara tertulis dengan memperhatikan bahwa tulisan ini harus kohesif, sistematis dan ditulis dengan ringkas. Dalam tulisan ini mengandung struktur dasar yang sudah diputuskan 33

MODUL BAHAN AJAR MANAJEMEN BIMBINGAN DAN KONSELING sebelumnya. Dalam penulisan laporan ini, setidaknya ada 5 bagian yang harus dituliskan yaitu Komponen struktural, desain yang direkomendasikan dan alokasi sumber daya program, deskripsi pekerjaan secara umum, komponen program, dan lampiran. 4. Memperluas Basis Kepemimpinan Jika anda adalah seorang pemimpin program BK, maka anda memiliki tanggung jawab utama sebagai pembuat keputusan dan pelaksanaannya. Namun, semakin luas basis dukungan, akan semakin baik pula hasil keputusan nantinya. Anda perlu terus mengklarifikasi informasi dan keputusan yang akan datang. Kemungkinan besar, Anda akan memiliki tanggung jawab utama untuk menjalankan visi program model. Seperti pada fase-fase sebelumnya, sebagai pemimpin bimbingan dan konseling anda harus terus menjadi penggerak utama. Meskipun kami menggambarkan prosesnya seolah-olah tugas dilakukan satu per satu, pada kenyataannya banyak kegiatan berlangsung secara bersamaan. Untuk misalnya, saat anda mengembangkan rencana induk, anda juga akan membantu bangunan menilai program mereka saat ini, dan anda akan melatih yang baru pemimpin dan memberikan pelatihan pengawasan kepada pemimpin tingkat gedung. Sekali lagi, itu terserah anda untuk menjaga setiap bagian dari proyek bergerak di sepanjang jalur yang konstruktif. Anda harus menggunakan kesempatan secara positif untuk memperkuat perubahan individu upaya yang dilakukan konselor sekolah profesional. Anda mungkin satu-satunya individu distrik yang melihat keseluruhan gambar, meskipun saat ini tim kepemimpinan program yang diperluas dan para pemimpin tingkat gedung mulai melihat banyak juga, asalkan Anda memberikan mereka informasi. 34

MODUL BAHAN AJAR MANAJEMEN BIMBINGAN DAN KONSELING BAB IV PELAKSANAAN PROGRAM BIMBINGAN DAN KONSELING KOMPREHENSIF A. Tujuan Pembelajaran Bab ini membahas tahapan ketiga dalam manajemen bimbingan dan konseling yaitu pelaksanaan (implementing). Setelah program yang diinginkan direncanakan dan dirancang sedemikian rupa, program bisa mulai dilakukan dengan melakukan pengembangan pada sumber daya yang ada. Setelah mempelajari bagian ini diharapkan peserta didik dapat menguasai hal sebagai berikut : 1. Memahami tujuan awal dan latar belakang munculnya bimbingan dan konseling B. Peta Konsep 35

MODUL BAHAN AJAR MANAJEMEN BIMBINGAN DAN KONSELING 36

MODUL BAHAN AJAR MANAJEMEN BIMBINGAN DAN KONSELING C. Deskripsi Materi 1. Membuat Transisi Perubahan Setelah mengorganisir untuk perubahan, mengadopsi model program bimbingan dan konseling yang komprehensif, menilai program saat ini, menetapkan desain program yang diinginkan, dan merencanakan transisi, Anda, sebagai pemimpin program bimbingan dan konseling, sekarang siap untuk melakukan transisi ke program yang ditingkatkan. Anda juga siap untuk mengembangkan mekanisme untuk memelihara program setelah beroperasi. Fase ini adalah salah satu yang paling kritis dari keseluruhan proses perbaikan program. Pertanyaan-pertanyaan yang harus dijawab antara lain, “Bagaimana transisi menuju program bimbingan dan konseling yang komprehensif akan dilakukan?” “Sumber daya baru apa yang dibutuhkan untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi program?” “Apakah ada proyek khusus yang akan memberikan dorongan untuk perubahan arah yang diperlukan?” “Bagaimana pimpinan program kabupaten dan gedung dapat meningkatkan program bimbingan dan konseling di setiap gedung?” Transisi penting untuk diperhatikan karena diperlukan penyesuaian dari program lama ke program baru. Beberapa bagian yang mengalami perubahan perlu diperhatikan agar hasil akhirnya bisa sesuai dengan hasil yang diinginkan sebelumnya. 2. Mengembangkan Kegiatan Program Ketika desain kualitatif dan kuantitatif cocok yaitu, ketika kegiatan efektif dalam membantu jumlah siswa dengan tepat mencapai hasil yang penting dan tidak membutuhkan konselor sekolah dalam jumlah yang tidak semestinya perubahan waktu tidak diperlukan. Dalam peningkatan program meluangkan waktu untuk memikirkan apa yang akan dilakukan saat menjadi konselor itu perlu dilakukan dan mengidentifikasi kegiatan yang efektif, efisien, dan berkualitas tinggi dalam program. Ketika ada ketidaksesuaian dalam rancangan atau kesenjangan perubahan dalam kegiatan program perlu dilakukan. Limpahan dalam desain mencakup kegiatan yang membutuhkan lebih banyak sumber daya program (misalnya lebih banyak waktu konselor sekolah) daripada yang diinginkan. Untuk menghilangkan limpahan desain, kegiatan perlu dihilangkan atau dipindahkan dari program atau alokasi sumber daya perlu dirampingkan. Ketika tujuan ditetapkan dan perubahan dibuat, pemimpin program bimbingan dan konseling di gedung perlu memastikan bahwa perubahan yang tepat telah dibuat. Selain memastikan bahwa hanya perubahan penting yang dibuat, staf konseling harus berusaha keras untuk membuat perubahan itu berhasil, melakukannya dengan baik, atau membantu orang lain 37

MODUL BAHAN AJAR MANAJEMEN BIMBINGAN DAN KONSELING melakukannya dengan baik. Secara umum, ini berarti memiliki keterampilan yang diperlukan untuk melakukan kegiatan, merencanakan kegiatan dengan hati-hati, dan termasuk mereka yang terkena dampak perubahan dalam proses perencanaan. Peningkatan program dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut a. Merancang Kegiatan Program b. Mengganti Aktivitas Non-Bimbingan (Aktivitas yang tidak berhubungan dengan BK, misalnya menjadi pembina ekstrakurikuler, staf kedispilinan, dan sebagainya) c. Memperlancar Keterlibatan Konselor dalam Kegiatan Non-Bimbingan (Aktivitas yang masih dalam ranah BK, misalnya konseling, layanan informasi, referal, konsultasi dan sebagainya) d. Menambahkan Aktivitas Baru e. Menambah Aktivitas yang Ada 3. Mengembangkan Peran Konselor Pada titik ini dalam proses peningkatan program, Anda siap untuk fokus pada implementasi. Anda tahu perubahan apa yang dibutuhkan siswa Anda dan apa yang diinginkan komunitas profesional dan orang tua dari program Anda. Rencana dan sistem tersedia untuk memfasilitasi perbaikan dan implementasi yang berkelanjutan. Namun, tantangan terus berlanjut di gedung dan distrik. Dalam bab ini, kami membahas beberapa cara konkret untuk membantu membuat perubahan program di gedung-gedung berhasil dan menyarankan ide-ide untuk mempertahankan momentum perubahan di tahun-tahun mendatang. Pertanyaan yang dijawab dalam bab ini adalah sebagai berikut: Bagaimana konselor dapat melakukan beberapa kegiatan yang berpusat pada siswa ketika mereka masih dihadapkan dengan begitu banyak tugas non-bimbingan? Apa bedanya dengan peran konselor sekolah? Bagaimana peran pimpinan program bimbingan dan konseling dalam pelaksanaan yang sedang berlangsung? a. Mengklarifikasi deskripsi pekerjaan Yaitu menentukan deskripsi pekerjaan masing-masing konselor dalam program. Deskripsi pekerjaan, yang berakar pada deskripsi pekerjaan umum berdasarkan peran yang dipenuhi oleh semua konselor sekolah dengan jabatan yang sama, menjelaskan harapan untuk konselor individu, mengingat beban kasus mereka, pengaturan kerja, tugas khusus, tujuan khusus untuk tahun, dan spesifik lainnya yang relevan (Henderson & Gysbers, 1998). Untuk konselor, deskripsi pekerjaan mereka adalah untuk membantu klien mengenali diri, potensi, hingga menemukan jalan keluar dari masalah mereka. 38

MODUL BAHAN AJAR MANAJEMEN BIMBINGAN DAN KONSELING b. Mengenali potensi Penting juga bagi konselor untuk menyadari seberapa banyak yang dapat dilakukan untuk berapa banyak klien. Kuantitas layanan yang diberikan adalah fungsi dari rancangan kuantitatif program, yaitu parameter yang ditetapkan untuk program dengan keseimbangan program yang diinginkan dan rasio konselor-siswa. Potensi siswa ini dibagi berdasarkan jenjang siswa, mulai dari SD, SMP, hingga SMA/SMK. c. Mengatur waktu Konselor harus menetapkan prioritas untuk siapa yang akan dilayani, bidang konten, dan jenis kegiatan, dan memiliki komitmen untuk tujuan perbaikan program, konselor memiliki dasar untuk merencanakan bagaimana menggunakan waktu mereka secara efisien. d. Mengelola beban kasus siswa Konselor bertanggung jawab tidak hanya untuk waktu mereka dan untuk pencapaian siswa dari hasil yang ditentukan tetapi juga untuk penyediaan layanan untuk klien siswa prioritas tinggi. Mengelola beban kasus mereka berarti bahwa konselor dengan sengaja menyediakan bagi siswa sesuai dengan prioritas yang ditetapkan ini. Ini juga berarti bahwa konselor beroperasi sesuai dengan standar profesional, hukum, dan etika. 4. Mengawasi Pelaksaan Program Dalam mengimplementasikan program-program bimbingan dan konseling perlu dilakukan pemantauan pelaksanaannya berjalan sesuai yang diinginkan atau tidak. a. Memantau pelaksanaan program, konselor perlu memantau setiap terjadi perubahan dan perbaikan agar program tidak kembali ke bentuk tradisional. Selain itu pemantauan juga dilakukan untuk melihat kemajuan menuju tujuan yang diharapkan dan memantau pelaksanaan program yang sedang ditingkatkan dan digunakan. b. Pemantauan rencana peningkatan, pemantauan ini memberikan kesempatan kepada pemimpin program bimbingan dan konseling untuk memberikan dukungan dan memperkuat pekerjaan mereka. c. Memantau Pelaksanaan Program Secara Keseluruhan d. Memberikan Dorongan dan Penguatan, sesi pengembangan keterampilan dan diskusi yang berlangsung secara teratur sangat penting. Peluang pengembangan keterampilan dapat diberikan dengan mendorong konselor dalam sistem untuk berbagi aktivitas baru mereka yang sukses dengan orang lain dalam format konferensi mini, jika sistemnya cukup besar untuk melakukan ini, atau di konferensi pengembangan profesional lokal, negara bagian, atau nasional. 39

MODUL BAHAN AJAR MANAJEMEN BIMBINGAN DAN KONSELING e. Membuat Penyesuaian Program, setiap perubahan yang dibuat dalam program harus dilakukan setelah pemikiran yang cermat. Beberapa perubahan yang diperlukan akan terlihat jelas, seperti aktivitas yang tidak berhasil. Lainnya tidak akan terlihat jelas di permukaan tetapi akan terlihat setelah evaluasi sistematis. f. Menghadirkan Keanekaraganam, seiring berkembangnya sumber daya, konselor sekolah profesional yang dipekerjakan dapat membantu menyeimbangkan staf untuk mencerminkan demografi populasi siswa. Program perbaikan dapat dirancang untuk menargetkan peningkatan daya tanggap budaya pembangunan. g. Peran dan Tanggung Jawab Pemimpin Program Bimbingan dan Konseling 5. Memastikan Kompetensi Konselor Untuk menjaga mutu dan kualitas diperlukan sebuah supervisi. Karena kegiatan di sekolah merupakan kegiatan penting serta mengikuti prinsip-prinsip manajemen yang mengarah kepada pencapaian. Sesuai dengan salah satu fungsi manajemen, maka tahap kegiatan sebaiknya dilengkapi dengan pengawasan untuk mengelola bekerjanya setiap komponen ke arah pencapain tujuan. Konselor sekolah profesional harus mampu memanfaatkan hasil dari supervisi yang tepat serta harus dievaluasi secara berkala dan bermakna. Selain itu, pertumbuhan dan perkembangan profesional mereka harus didorong karena seorang konselor yang kompeten dalam profesinya memiliki empat kategori standar profesional, yaitu kinerja, etika, hukum, dan profesional lainnya. Oleh karena itu, memastikan kompetensi konselor sekolah profesional merupakan salah satu langkah yang tepat untuk mempertahankan serta meningkatkan kualitas konselor sekolah. Konselor juga memelihara profesionalisme supervisi mereka melalui pemberian umpan balik dan bantuan dalam pencapaian tujuan program layanan. a. Kompetensi Pokok Konselor Peningkatan profesionalisme guru/konselor perlu terus dilaksanakan supaya kualitas pendidikan maupun pelayanan konseling semakin meningkat. Untuk meningkatkan kualitas dan profesionalisme, seorang ahli dituntut untuk dapat memenuhi standar kualifikasi pendidikan dan standar kompetensi. Kompetensi merujuk kepada penguasaan konsep, penghayatan dan perwujudan nilai, penampilan pribadi yang bersifat membantu, dan unjuk kerja profesional yang akuntabel. Dalam Landasan Bimbingan dan Konseling karya Syamsu Yusuf dan A. Juntika Nurihsan, konselor haruslah kompeten (2009 : 38). Kompeten maksudnya, bahwa konselor itu memiliki kualitas fisik, intelektual, emosional, sosial, dan moral sebagai pribadi yang berguna. 40

MODUL BAHAN AJAR MANAJEMEN BIMBINGAN DAN KONSELING Kompetensi sangatlah penting bagi konselor, sebab klien yang dikonseling akan belajar dan mengembangkan kompetensi-kompetensi yang diperlukan untuk mencapai kehidupan yang efektif dan bahagia. Menurut Permendiknas Nomor 27 tahun 2008 tentang standar kompretensi konselor, terdapat 4 kompetensi pokok yang harus dikuasai seorang konselor yaitu kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, kompetensi pedagogik dan kompetensi profesional. Keempat kompetensi tersebut sudah dijelaskan pada Bab II : Perencanaan sebelumnya. b. Meningkatkan Kompetensi Konselor Peningkatan profesionalisme guru/konselor perlu terus dilaksanakan supaya kualitas pendidikan maupun pelayanan konseling semakin meningkat. Untuk meningkatkan kualitas dan profesionalisme, seorang ahli dituntut untuk dapat memenuhi standar kualifikasi pendidikan dan standar kompetensi. Guru BK maupun konselor disyaratkan mempunyai latar pendidikan S-1 Bimbingan dan Konseling. Disamping itu, guru harus menguasai standar kompetensi guru, yakni : kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial, dan profesional. Untuk menjamin guru serta konselor tetap berkualitas dan profesional, perlu dilakukan penilaian kinerja dan melaksanakan kegiatan pengembangan keprofesian berkelanjutan. Selain itu, ada juga beberapa cara yang dapat dilakukan sebagai upaya untuk meningkatkan standar profesionalitas diantaranya : ⁃ Membangun Kapasitas untuk Pengembangan Profesi Kebijakan pemerintah dalam pembinaan dan pengembangan profesi guru diprioritaskan untuk pengembangan keprofesian berkelanjutan sebagaimana diamanatkan dalam Undang-undang Nomor 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen yang telah ditindaklanjuti dengan ditetapkannya Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 16 Tahun 2009 tentang Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya serta Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 35 Tahun 2010 tentang Petunjuk Teknis Pelaksanaan Jabatan Fungsional Gurudan Angka Kreditnya. ⁃ Pengembangan Diri Pengembangan diri adalah upaya-upaya untuk meningkatkan profesionalisme diri agar memiliki kompetensi yang sesuai dengan peraturan perundang-undangan agar mampu melaksanakan tugas pokok dan kewajibannya dalam pembelajaran/pembimbingan termasuk pelaksanaan tugas-tugas tambahan yang relevan dengan fungsi sekolah/ madrasah. Kegiatan pengembangan diri terdiri dari diklat fungsional dan kegiatan kolektif guru untuk mencapai 41

MODUL BAHAN AJAR MANAJEMEN BIMBINGAN DAN KONSELING dan/atau meningkatkan kompetensi profesi guru yang mencakup: kompetensi pedagogis, kepribadian, sosial, dan profesional sebagaimana yang diamanatkan dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. ⁃ Publikasi Ilmiah dan Karya Inovatif Publikasi ilmiah adalah karya tulis ilmiah yang telah dipublikasikan kepada masyarakat sebagai bentuk kontribusi guru terhadap peningkatan kualitas proses pembelajaran di sekolah dan pengembangan dunia pendidikan secara umum. Peningkatan kualitas profesi tentu menjadi hal mutlak yang harus dan terus diupayakanuntuk mencapai standar kualifikasi yang telah ditentukan. Namun, tidak lupa dukungansistem sebagai fondasi pelaksanaan pendidikan maupun layanan juga perlu dikembangkan sesuai dengan kebutuhan dengan memperhatikan aspek-aspek didalamnya. Perlu digarisbawahi bahwa pengembangan dukungan sistem akan berpengaruh besar pada keberlangsungan pendidikan karena keterkaitan antara pelaksanaan, sumber daya serta elemennya cukup erat dan tidak dapat dipisahkan. 42

MODUL BAHAN AJAR MANAJEMEN BIMBINGAN DAN KONSELING BAB V EVALUASI PROGRAM BIMBINGAN DAN KONSELING KOMPREHENSIF A. Tujuan Pembelajaran Bab ini membahas tahapan keempat dalam manajemen bimbingan dan konseling yaitu evaluasi (evaluating). Setelah program dilaksanakan, tahap selanjutnya adalah tahap evaluasi yang biasanya memiliki tujuan untuk mendapatkan informasi yang bisa digunakan sebagai pertimbangan mengenai program sehingga bisa diputuskan suatu keputusan apakah program bisa tetap dilaksanakan atau masih harus dikembangkan lagi. Setelah mempelajari bagian ini diharapkan peserta didik dapat menguasai hal sebagai berikut : 1. Mengetahui 4 jenis evaluasi manajemen bimbingan dan konseling 2. Memahami langkah 4 jenis evaluasi manajemen bimbingan dan konseling 3. Mengetahui 3 jenis data yang digunakan dalam evaluasi bimbingan dan konseling B. Peta Konsep 43

MODUL BAHAN AJAR MANAJEMEN BIMBINGAN DAN KONSELING C. Deskripsi Materi Setelah fase perencanaan dan perancangan program selesai dan pelaksanaan sedang dilaksakan, kita akan membahas fase berikutnya, yaitu evaluasi. Sebelum kita mendiskusikan proses evaluasi lebih lanjut, penting bagi kita untukmendefinisikan evaluasi terlebih dahulu. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, yang dimaksud dengan evaluasi adalah penilaian; pengumpulan dan pengamatan dari berbagai macam bukti untuk mengukur dampak dan efektivitas suatu objek, program, atau proses berkaitan dengan spesifikasi dan persyaratan pengguna yang telah ditetapkan sebelumnya. Menurut Dimmit (2010), Evaluasi adalah mengumpulkan dan menganalisis informasi mengenai program atau intervensi secara sistematis dan terencana untuk membuat suatu keputusan. Yang biasa menjadi tujuan akhir dari evaluasi adalah informasi yang bisa digunakan untuk membuat pertimbangan yang lebih baik dan keputusan yang konsekuen tentang apa yang sudah selesai dan apakah hal tersebutberjalan atau tidak. 1. Evaluasi Personel Tujuan evaluasi kinerja konselor sekolah adalah untuk meningkatkan penyampaian dan dampak program pada siswa yang dilayaninya dan untuk menyediakan komunikasi antara konselor sekolah, pemimpin staf program bimbingan, dan administrator sekolah. Untuk konselor sekolah, evaluasi menentukan rekomendasi status kontrak dan memberikan evaluasi 44

MODUL BAHAN AJAR MANAJEMEN BIMBINGAN DAN KONSELING sumatif mengenai keefektifan-nya. Untuk distrik sekolah, evaluasi mendefinisikan harapan untuk ‘kinerja konselor dan menyediakan sarana sistematis untuk mengukur kinerja konselor dalam kaitannya dengan harapan ini. Evaluasi kinerja yang adil secara efektif dilakukan bertujuan untuk perbaikan berkelanjutan kinerjakonselor sekolah profesional (Bunch, 2002). a. Evaluasi Diri dan Evaluasi Administrasi Untuk melaksanakan tanggung jawab evaluasi mereka secara adil, evaluator kinerja konselor sekolah harus dilatih untuk memahami pekerjaan konselor sekolah dan peran profesional dan dalam metode yang tepat untuk mengumpulkan data untuk mendukung evaluasi (Synatschk, 2002). Proses evaluasi diri dan kinerja terdiri dari enam langkah: pengumpulan data, analisis data, penulisan evaluasi atau pengisian formulir evaluasi, konferensi evaluasi, analisis konferensi pasca evaluasi, dan pengisian formulir evaluasi. Dalam proses ini, konselor sekolah dan evaluator menyelesaikan tiga langkah pertama secara terpisah. Dalam konferensi evaluasi, langkah keempat, mereka mendiskusikan evaluasi mereka terhadap kinerja konselor. Evaluator kemudian melakukan langkah kelima dan keenam, mendapatkan tanda tangan yang diperlukan, dan mendistribusikan salinan formulir seperti yang ditentukan. b. Penilaian Pencapaian Tujuan Rencana peningkatan program dan pengembangan keprofesian merupakan sarana untuk terus meningkatkan program pembinaan yang komprehensif sebagaimana ditetapkan oleh kabupaten. Tujuan evaluasi ini adalah untuk menilai tingkat kontribusi konselor terhadap peningkatan program bimbingan di kampus dan di daerah, serta tingkat upaya mereka untuk meningkatkan pengetahuan keterampilan profesional dan tingkat komitmen. Penilaian menilai upaya konselor untuk mencapai tujuan yang telah mereka tetapkan untuk diri mereka sendiri di bawah kepemimpinan mereka pemimpin staf program bimbingan, direktur bimbingan, dan kepala sekolah. Ini juga mencerminkan, jika sesuai, keefektifan upaya konselor individu sebagaimana tercermin dalam evaluasi program bimbingan. Data evaluasi ini tumbuh dari komponen supervisi pembangunan. Ini adalah penilaian sumatif untuk tingkat upaya konselor dalam melaksanakan rencana tindakan yang diarahkan pada tujuan dan dalam mencapai tujuan yang ditetapkan pada awal tahun ajaran. Keduanya dicatat pada Formulir Perencanaan Peningkatan Program Bimbingan dan pada Formulir Rencana Pertumbuhan Profesional Konselor. Sebuah laporan kinerja diserahkan kepada direktur bimbingan pada akhir tahun ajaran, merekam penilaian evaluator utama dari tingkat 45


Like this book? You can publish your book online for free in a few minutes!
Create your own flipbook