Important Announcement
PubHTML5 Scheduled Server Maintenance on (GMT) Sunday, June 26th, 2:00 am - 8:00 am.
PubHTML5 site will be inoperative during the times indicated!

Home Explore Kisah pohon apel

Kisah pohon apel

Published by SDN 1 KEBONADEM, 2021-04-01 01:30:59

Description: Kisah pohon apel

Search

Read the Text Version

Kisah pohon apel i.ytimg.com

Suatu masa, terdapat sebuah pohon apel yang sangat besar, rimbun, dan banyak sekali berbuah apel yang manis dan berwarna merah. Seorang anak kecil senang sekali main di sekitar pohon itu. Namun beranjak semakin besar anak kecil sudah tidak lagi bermain di sekitar pohon, dan membuat si Pohon Apel bersedih. Suatu hari si Anak kecil yang sudah tumbuh remaja datang ke tempat Pohon Apel. “Hai anak muda kemarilah bermain-main di sekelilingku” kata si Pohon Apel. “Aku tidak sempat bermain, aku kelaparan, tidak punya uang, dan aku tidak tahu harus berbuat apa” ucap Si Anak. “Kalau begitu ambillah semua buahku, dan juallah di pasar” tawar si Pohon Apel. Si Anak senang sekali, mengambil semua pohon apel dan menjualnya di pasar hingga ia bisa mendapatkan uang. Lama si Anak tidak datang lagi dan membuat si Pohon Apel kesepian kembali. Beberapa tahun setelahnya si Anak kembali, dan pohon apel senang sekali. “Hai anak muda, kemarilah dan bermain di sekitarku” kata si Pohon Apel. “Aku tidak punya waktu bermain, rumahku habis kebakaran, dan aku serta anak istriku tidak memiliki rumah lagi sekarang,” ujar si Anak sedih.

“Kalau begitu potong saja bahanku untuk dijadikan rumahmu” ucap Si Pohon Apel. Si Anak gembira luar biasa dan langsung memotong habis batang pohon hanya menyisakan sedikit batang serta akarnya. Bertahun-tahun lamanya si Anak tak kembali lagi. Si Pohon Apel benar-benar merasa kesepian. Namun suatu hari si anak kembali lagi, wajahnya sudah tua, tubuhnya sudah bungkuk. Namun si Pohon Apel masih tetap mengenalinya. “Apa lagi yang kau butuhkan nak? Aku sudah tidak memiliki apa-apa. Buahku sudah habis, batangku pun sudah kau tebang. Aku hanya memiliki akar saat ini” ucap si Pohon Apel. “Aku hanya membutuhkan tempat beristirahat untuk tempat tinggal abadiku. Dan aku memilih tempat ini di dekatmu. Karena kamu adalah teman terbaikku” ungkap si Anak. Pohon apel senang sekali mendengarnya. Si Anak yang sudah menjadi kakek-kakek itu pun meninggal dan dikuburkan di dekat pohon apel itu.


Like this book? You can publish your book online for free in a few minutes!
Create your own flipbook