BAB 3 CACINGGambar 138. Anak menderita infeksi cacing tambang(Sumber: Hardin, University of lowa/ CDC,USA)Pengobatan infeksi cacing tambang. penderita infeksi cacing tambang opada umumnya mengalam anemia yang bisa berat. Karena itu pengobatan oNpenderita selain ditujukan untuk memberantas cacingnya juga dilakukanuntuk mengatasi anemianya: c(a). obat cacing. obat-obat cacing yang efektif untuk memberantas cacing atambang antara lain adalah Alb e n d a z oI, Meb en d a z ol, L ev ami s oI, dan p ir ant elpamoat yangdapat diberikan per oral. !ooAlbendazol diberikan sebagai dosis tunggal sebesar 400 mg, sedangkan '6Mebendazol diberikan,dengan dosis untuk orang dewasa dan anak berumurdi atas dua tahun sebesar 2x 100 mg selama 3 hari. ]ika telur masih positif, :oobat ini bisa diulang 3-4 minggu kemudian. Dosis tunggal 600 mg juga efektifuntuk mengatasi infeksi cacingtambang. o 203 d k- l o5 o
Buku Ajar Parasitologi Kedokteran Levamisol. obat ini diberikan sebanyak 120 mglevamisol base sebagai dosis tunggal untuk orang dewasa. Pada anak leyamisol base diberikan dengan dosis 2,5 mg/kg berat badan sebagai dosis tunggal. Pirantel pamoat. Obat yang hanya efektif untuk mengobati Ancylostoma duodenale, diberikan dalam bentuk dosis tunggal 10 mg/kg berat badan (base), maksimum 1,0. g. (b). Pengobatan anemia. Anemia penderita diobati menggunakan sediaan zat besi (Fe) yang diberikan per oral atau parenteral. Pencegahan infeksi cacing tambang. Di daerah endemis Ancylostoma duodenale dan Necator qmericanus penduduk sering mengalami reinfeksi. Infeksi baru maupun reinfeksi dapat dicegah dengan memberikan obat cacing kepada penderita dan sebaiknya juga dilakukan pengobatan masal pada seluruh penduduk di daerah endemis. Pendidikan kesehatan diberikan pada penduduk untuk membuat jamban pembuangan tinja (WC) yang baik untuk mencegah pencemaran tanah, dan jika berjalan di tanah selalu menggunakan alas kaki untuk mencegah terjadinya infeksi pada kulit oleh larva filariform cacing tambang Strongyloides stercoralis Strongyloides stercoralisyangjuga disebut sebagai cacingbenang (fhreadworm) menyebabkan infeksi strongiloidiasis pada manusia maupun hewan. Cacing ini termasuk cacing zoonosis yang tersebar luas di seluruh dunia terutama di daerah tropis yang tinggi kelembabannya. Tempat hidup cacing betina dewasa adalah di dalam membrana mukosa usus halus, terutama di daerah duodenum dan jejunum manusia dan beberapa jenis hewan. strongyloides stercoralisjantan jarangditemukan di dalam usus hospes definitifnya.ooN Anatomi dan morfolo gi. Strongyloides stercoralis dewasa betina berbentukco seperti benang halus yang tidak berwarna, tembus sinar dan mempunyai!ao kutikel yang bergaris-garis. cacing betina yang parasitik mempunyai ukuran:'6' panjang tubuh sekitar 2,2 mm. Rongga mulut cacing pendek, sedangkano o esofagusnya panjing, langsing dan berbentuk silindrik. Terdapat sepasango6 uterus yang berisi telur.ao Cacing jantan hidup bebas, berukuran lebih kecil dibanding cacingl6l betina, mempunyai ekor yang melengkung.o 204
BAB 3 CACING. 'l ri:lGambar 139.. Strongyloides stercoralis, cacing dewasa dan larva rabditiform o(Su m ber CDC,USA, http://www.d pd.CDC.gov/DPDx) oTelur.Telur Strongyloides stercoralis mirip telur cacing tambang, mempunyai Ndinding telur yang tipis dan tembus sinar, Bentuk telur yang bulat lonjong Cberukuran sekitar 55 x 30 mikron. Telur ini dikeluarkan di dalam membranamukosa usus penderita dan segera menetas menjadi larva, sehingga telur otidak dapat ditemukan di dalam tinja penderita.Larva. Strongyloides stercoralis mempunyai dua stadium larva, yaitu larva Y!'oo6rabditiform dan larva filariform. Larva rabditiform mempunyai ukuransekitar 225 mikron dan lebar badan 16 mikron, mempunyai rongga mulut oyang pendek dengan dua pembesaran usofagus yang khas bentuknya.Primordium genital larva rabditiform lebih besar ukurannya dibanding !oprimordium genital larva rabditiform cacing tambang. Larva filariform yanglangsingbentuknya, berukuran sekitar 600 mikron x 20 mikron, mempunyai oesofagus yang lebih panjang dari ukuran esofagus cacing tambang. Ekorlarva filariform Strongyloides stercorahs bercabang yang merupakan ciri dkhas larva filariform cacing ini. <- 205 a 6- o
Buku Ajar Parasitologi Kedokteran Tabel 11. Diferensiasi morfologi larva cacing tambang dan Strongyloides stercoralis (a). Larva rabditiform 225 x l6 mikron Berukuran besar, ter- Pendek, ukuran 250 x l7 mikron letak sepanjang dind- ing ventral pertenga- I /3- | i2 ukuran han badan bagian anterior (b). Larva flariform troNocoEYoo Gambar 140. Diferensiasi larva cacing tambang dan Strongyloides stercoralis (a). larva rabditiform cacing tambang (b). larva rabditiform Strongyloides stercoralis:o (c). larva filariform cacing tambang (d). larva filariform Strongyloides stercoraliso .1. ronggamulut 2. esofagus 3. bulbus esofagus 4. primordium genital 5.ekordfk- Daur hidup. Daur hidup Strongyloides stercoralis tidak memerlukan hospesf perantara. Cacing dewasa hidup di dalam usus manusia yang bertindak6o 206
BAB 3 CACINGsebagai hospes definitifnya, sedangkan beberapa jenis hewan dapat bertindaksebagai reservoir host yang menjadi sumber penularan bagi manusia.Di dalam mukosa usus telur cacing dikeluarkan oleh induk cacing dan segeramenetas menjadi larva rabditiform. Larva ini akan berkembang melalui tigajalur daur hidup:1. Daur hidup Langsung. Bersama tinja penderita larva rabditiform jatuh ke tanah, tumbuh menjadi larva filariform yang infektif. Larva filariform menembus kulit hospes, menjalani lung migration, dan selanjutnya berkembang menjadi cacing dewasa di dalam usus penderita.2. Daur hidup Tak Langsung. Larva rabditiform yang bersama tinja penderita jatuh di tanah, berkembang langsung menjadi cacing dewasa yang hidup bebas (free living). cacing-cacing dewasa lalu melahirkan larva-larva rabditiform yang kemudian berkembang menjadi larva filariform yang infektif. Larva filariform menembus kulit hospes, diikuti terjadinya lung migration, kemudian tumbuh dan berkembang menjadi cacing dewasa di dalam usus penderita.3. Autoinfection Larva rabditiform yang terdapat di dalam usus berubah menjadi larva filariform, yang kemudian menembus mukosa usus dan berkembang menjadi cacing dewasa. {aring dewssa di tJguS Larua cacing flx& tl. rplur cacrng di mengel*mi migrasiparu {fu$g r*igr*fi*n} mukss& usus penderita \"K. Teiur r'lsrlelas il]snjedi larva rebditif*rm idi usus)Larva fiiarifsrm larua rabditif*rm keluar hlenjadi c*a*c|ingtalur om€neftbl]s ku,it hsrsama tinjs o d*wasr Rabditiffirffi msnjadi N filaritsrm {di tanahi * C o ,firu$ r8hditif*rrd {di tafish) !oo '6Gambar 141 . Bagan daur hidup Stro ngyloides stercoralis oPerubahan patologis dan gejala klinis. Infeksi ringan strongyloides stercoralispada umumnya tidak menunjukkan gejala kiinis yang jelas. perubahan patologis go 207 c k- l 6f o
Buku Ajar Parasitologi Kedokteran yang terjadi dapat disebabkan oleh larva cacing maupun oleh cacing dewasa. Pada waktu menembus kulit penderita larva cacing menimbulkan dermatitis disertai urtikaria dan pruritus. ]ika larva cacing yang mengadakan migrasi paru banyak jumlahnya, hal ini dapat menyebabkan terjadinya pneumonia (eosinophilic pneumonia alau Loffler's syndrome) dan batuk darah' Strongyloides stercoralis dewasa yang berada di dalam mukosa usus penderita dapat menimbulkan diare yang berdarah disertai lendir. ]ika cacing dewasa melakukan invasi ke mukosa lambung, maka akan terjadi nyeri epigastrium yang berat. Infeksi yang berat dengan Strongyloides stercoralis dapat menyebabkan kematian penderita. Diagnosis strongiloidosis. Diagnosis pasti strongiloidosis dapat ditegakkan jika dapat ditemukan larva rhaditiform pada tinja segar penderita. |ika larva rabditiform dibiakkan dalam biakan tinja, maka dalam waktu tiga hari akan terbentuk larva filariform dan juga cacing dewasa yang hidup bebas dalam sediaan yang sama. Baik larva rabditiform mauPun larva filariform Strongyloides stercoralis dapat dibedakan dari larva-larva cacing tambang. Pengobatan. Sebagai obat pilihan untuk memberantas infeksi cacing strongyloides stercoralis dapat digunakan Tiabendazol, obat ini diberikan per oral sesudah makan dengan dosis 25 mg/kg berat badan per hari, terbagi dalam 3 dosis pemberian, dengan lama pengobatan 3 hari atau lebih. Obat-obat lainnya, misalnya levamisol, Mebendazol dan pirantel pamoate dapat juga digunakan, meskipun hasilnya kurang memuaskan. Pencegahan. Oleh karena adanya hewan-hewan sebagai reservoir host pada daur hidup Sfro ngyloides stercoralis, makapencegahan strongiloidiasis lebih sulit dilakukan dibanding pencegahan terhadap infeksi cacing tambang. Terjadinya autoinfeksi di usus penderita dan terdapatnya daur hidup bebas Strongyloides stercoralis di tanah juga makin menyrlitkan pemberantasan parasit ini.No Trichinella spiralisco cacing yang mempunyai nama lain ini umumnya disebut sebagai cacing.v!Yoo trikina. Trichinella spiralistercebar luas di seluruh dunia, terutama di negara-o negara yang penduduknya banyak mengkonsumsi daging babi yang tidakEo dimasak dengan sempurna, misalnya di Eropa dan Amerika utara. Di AsiaGo epidemi infeksi cacing ini (trikinosis) pernah dilaporkan dari Thailand,6f<- Siria dan India. Penelitian serologis pada penduduk Bensbach di Papua New6 Guinea menunjukkan prevalensi trichinosis sebesar 28.9o/o'o 208
BAB 3 CACINGTempat hidup cacing. Cacing dewasa maupun larva cacing dapat ditemukanbersama-sama di dalam satu tubuh hospes definitif. Cacing dewasaTrichinella spiralis hidup di dalam mukosa duodenum dan jejunum hospesdefinitif misalnyababi, tikus dan manusia serta anjing, kucing, beruang danberbagai mamalia lainnya. Sedangkan larva cacing ditemukan dalam bentukkista di dalam otot-otot bergaris hospes definitif.Anatomi dan morfologi. ,Ukuran panjang cacing jantan Trichinella spiralisantara 1.4 mm sampai 1.6 mm, sedangkan cacing betina berukuran lebihpanjang dapat mencapai 4 mm. Ujung anterior cacingberbentuklangsingdengan mulut tanpa papil. Ujung posterior cacing bentuknya bulat tumpulpada cacing betina, sedang pada yang jantan melengkung ke arah ventral.Di bagian posterior cacing jantan terdapat 2 buahpapil yang membedakanbentuknya dari cacing betina. Trichinella spiralis betina mempunyai satuovarium dengan vulva terletak di seperlima anterior dari badan. Cacingbetina tidak bertelur melainkan melahirkan larvanya (vivipaar). Alatpencernaan cacing panjang dan sempit Panjang larva cacing dapat mencapai 100 mikron, namun di dalam otothospes definitif umumnya larva terdapat dalam bentuk kista. Dalam bentukkista,larva dapat tetap hidup 6 bulan bahkan bisa mencapai 30 tahun. Daginghospes yang mengandung larva Trichinella infektif bagi mamalia lain yangmemakannya.Gambar 142. Diagram Trichinella spiralis oa. Cacing betina b. Cacingjantan c. larva di dalam otot o1. esofagus 2. cincin saraf 3. mulut 4. vagina 5. sel badan 6. usus 7. uterus 8. ovarium9. anus 10.testis 1 1. usus 12. papil 13. kloaka l4.larva l5jaringan otot C 209 u !Y'o6 o =o c a f f 6 o
Buku Ajar Parasitologi Kedokteran Daur hidup. Trichinella spiralis dewasa maupun larvanya terdapat di dalam satu tubuh hospes yang sama, namun untuk dapat melengkapi daur hidupnya cacing ini membutuhkan dua hospes yang satu jenis yang sama atau dari jenis yang berbeda. Sebagai contoh, daur hidup Trichinella spiralis padalikus hutan misalnya, hanya dibutuhkan satu jenis hospes yaitu tikus oleh karena adanya sifat kanibalis pada tikus yang memakan sesamanya' Selain manusia, babi. dan tikus yang menjadi hospes definitif cacing ini, cacing Trichinella spiralis juga dapat hidup di dalam tubuh anjing, kucing dan beruang. Di lingkungan alami, daur hidup cacing ini dapat berlangsung diantara kelompok hewan yang bersifat kanibalis, misalnya kelompok tikus. Babi juga bisa terinfeksi cacing in karena makan sampah yang mengandung daging tikus mati. -****-+ Daur hidup alami Cacing dewasa di Kanibalis pada duodenum, kista populasi babi dan tikus larva di otot Gambar 143, Daur hidup Trichinella spiralis. Manusia umumnya terin feksi Tr i chin ell a sp ir ali s karena makan daging babi mentahyang mengandung kista larva cacingatdudagingdimasakkurango matang. Pada waktu berada di dalam usus halus dinding kista pecah dano larva akan terlepas, lalu segera memasuki mukosa usus. Dalam waktu duaNCo hari larva cacing akan berkembang menjadi cacing dewasa. Seekor Trichinella!o spiralisbetina dapat melahirkan sampai 1500 larva yang dilepaskan di dalam'Y6 mukosa usus. Kemudian larva memasuki aliran darah dan limfe, menyebar:E ke berbagai organ'dan bagian tubuh lainnya, terutama ke otot-otot gerakc misalnya otot lidah, diafragma, mata, laring, otot biseps, otot perut, deltolda dan otot gastroknemius. Larva terutama tersebar memasuki otot-otot yanga6a miskin glikogen, membentuk kista di daerah tersebut dan tetap infektifo 2t0
BAB 3 CACING dalam waktu lama. Antara bulan ke enam sampai bulan ke sembilan mulai o terjadi perkapuran kista. o Perubahan patologijaringan dan organ. Gejala dan keluhan penderita mulai N terjadi dua hari sesudah tertelannya kista larva yang infektif. cacing dewasa c yang berasal dari perkembangan larva yangmelakukan iinvasi ke dalam mukosa usus dapat menyebabkan terjadinya kelainan patologis pada organ 0 dan jaringan !Yoo Larva yang dilahirkan oleh induk cacing yang menyebar ke dalam otot-otot gerak menimbulkan keradangan endovaskuler dan perivaskuler '6, akut yang menyebabkan terjadinya nyeri otot rematik, diikuti gangguan bernapas, mengunyah dan berbicara. selain itu dapat terjadi kelumpuhan :oyang spastik pada otot ekstremitas, diikuti edema sekitar mata, hidung dan tangan. Pembesaran kelenjar limfe juga dapat terjadi. o Migrasi larva dapat menyebabkan terjadinya nekrosis otot jantung yang omenimbulkan miokarditis, yang merupakan komplikasi berat pada pederita d6trikinosis. Komplikasi lainnya adalah endefalitis, meningitis, tuli, gangguanmata dan diplegia. k- Pada masa enkistasi atau masa tahap tiga, terjadi edema toksik atau fdehidrasi beratyang merupakan masa krisis dengan terjadinya penurunantekanan darah penderita yang dapat menimbulkan kolaps. Selain itu tampak oljuga gejala-gejala neurotoksik dan komplikasi lain misalnya miokarditis, opneumonia, peritonitis, dan nefritis. Pada infeksi ringan trikinosis penyembuhan terjadi dalam waktu duaminggu, sedangkan pada infeksi yang berat penyembuhan baru terjadi padaminggu kedelapan.Gejala klinis. Gejala klinis dan keluhan penderita trikinosis pada manusiatidaklah khas. Masa inkubasi yang lamanya 10 hari sejak masuknya kistacacing bersama daging babi yang infektif diikuti oleh keluhan gastrointestinalpenderitaberupa sakitperut, mual, muntah dandiare. penderitakemudianmengalami nyeri hebat pada otot-otot gerak, diikuti gangguan bernapas,gangguan menelan dan sukar berbicara. Kelenjar-kelenjar limfe juga akanmembesar disertai edema sekitar mata, hidung dan tangan. |ika terjadinekrosis otot jantung, penderita akan mengalami miokarditis yang dapatmenyebabkan kan kematian penderita. Selain itu penderita dapat juga mengalami radang otak (ensefalitis) danradang selaput otak (meninglfis), tuli, gangguan mata, gejala neurotoksik 2n
Buku Ajar Parasitologi Kedokteran misalnya neuritis perifer, halusinasi, delirium, disorientasi atau mengalami komplikasi berupa miokarditis, pnemonia, peritonitis dan nefritis. Diagnosis pasti. Untuk menetapkan diagnosis pasti trikinosis harus dapat ditemukan cacing dewasa atau larva cacing. Cacing dewasa atau larva mungkin dijumpai pada tinja penderita pada waktu mengalami diare. Di dalam darah, cairan otak atau dalam air susu ibu, larva yang beredar sulit ditemukan. Cara yang lebih memungkinkan adalah menemukan larva cacing melalui biopsi otot atau biopsi organ atau ditemukan larva cacing pada waktu dilakukan otopsi atas penderita yang sudah meninggal dunia. pemeriksaan darah tepi, uji serologi dan pemeriksaan radiologi merupakan sarana bantu untuk menegakkan diagnosis trikinosis. (1). pemeriksaan darah tepi : menunjukkan adanya gambaran eosinofilia. (2) uji serologi: beberapa jenis uji serologi, misalnya Uii Fiksasi Komplemen, uji Presipitin, uji Aglutinasi dan lJji Flokulasi Bentonit dapat membantu menegakkan diagnosis trikinosis. Dengan menggunakan antigen pada pengenceran 5000-10,000 kali, hasil positif dapat dibaca dalam waktu 20 menit. (3). Pemeriksaan radiologi dapat membantu menunjukkan adanya kista pada jaringan atau organ tubuh penderita. Prognosis. Infeksi yang ringan pada trikinosis mempunyai prognosis yang baik, dan pada infeksi berat prognosisnya sangat buruk. Tidak adanya eosinofili atau eosinofili yang ringan menunjukkan prognosis yang buruk. Pengobatan trikinosis. Untuk mengobati trikinosis pada manusia dapat diberikan ob atTiabendazol selama 1 minggu, dengan dosis 25 mg/kg berat badan/hari yang terbagi dalam 3 dosis pemberian. Pemberian Tiabendazolo harus disertai kortikosteroid dosis rendah secara bertahap dan hati-hati,oN untuk mengurangi gejala dan keluhan penderita.coo Terhadap nyeri otot dan sakit kepala penderita dapat diberikan analgetika,!Y'ooa sedangkan gejala dan keluhan neurologik dapat diobati dengan penenang.:6o pencegahan. untuk mencegah penularan trikinosis, harus dilakukanc pemeriksaandagingbabi yang akandijual. Memasak daging babi denganao sempurna sebelum dimakan dapat mengurangi penyebaran trikinosis.l Membekukan daging babi dan daging lainnya dapat membunuh kista6Jo 2t2
BAB 3 CACINGcacing. Selain itu babi yang diternakkan harus selalu diberi makananyang dipanasi lebih dahulu . Tikus harus selalu dijauhkan dari lingkunganpeternakan babi.An g i ostro n gy I u s ca nton e n si sAngiostrongylus cantonensls yang dikenal sebaga cacing paru tikus initersebar di seluruh dunia dan banyak dilaporkan dari daerah tropis dansubtropis. Hospes definitif cacing ini adalah berbagai jenis rodensiasiatempat cacing dewasa hidup di dalam arteria pulmonalisnya.Anatomi dan morfolo gi. Angio strongylus cantonen sis dewasa berbentukfiliform atau silindris dengan panjang dapat mencapai25 mm. ukuranpanjang cacing jantan sekitar 7.7 mm,sedangkan cacing betina panjangnyasekitar 12.8 mm. Badan cacing mempunyai kutikula halus dengan penebalandi kedua ujungnya. Kepala cacing mempunyai tiga bibir yang berpapil, tetapitidak mempunyai rongga mulut.cacing jantan mempunyai bursa kopulatriksyang kecil ukurannya yang mengarah ke ventral. Larva cacing yang infektifuntuk manusia, mempunyai ukuran 0.5 mm x 0.025 mm. ,F,,, 1:!lGambar 144. Angiostrongylus cantonensis. oA. cacing betina. B. cacing jantan No(URL:http://www.CDC,USA.govlncidod/eid) C o !Yoo '5' :o o o o a f l @ o 213
Buku Ajar Parasitologi Kedokteran Daur hidup. I nfeksi Angiostrongllus cantonensis pada manusia terjadi karena termakan larva infektif yang terdapat di dalam daging moluska (bekicot, siput) atau makan daging hewan pemakan moluska misalnya ketam, ikan, dan udang yang tidak dimasak dengan sempurna. Infeksi pada moluska terjadi akibat makan larva cacingyang dikeluarkanbersama tinja hewan mengerat yang terinfeksi, yang menjadi hospes definitif parasit ini. Manusia juga dapat tercemar larva infektif cacing melalui jari-jari tangannya pada waktu mengolah daging moluska sebelum dimasak atau melalui buah dan sayur-sayuran yang tercemar lendir moluska yang yang infektif. Cacing di dalam pembuluh darah paru tikus Telur cacing lmarevnaetsaa$diudmi psarau;tu n i,Ltikuskeluar bersama tinja 1 t ll Larva i*f*ktif Terbentuk Larva infektif tsrtelan bersama makanan {stadium tiga} Gambar 145. Daur hidup Angiostrongylus contonensisooN Perubahan patologis dan gejala klinis. Angiostrongylus cantonensis dapala ditemukan di dalam otak, sumsum tulang belakang dan di dalam rongga!o bola mata penderita. Parasit yang berada di dalam sumsum tulang dapat:'o o menyebabkan gangguan sensorik pada ektremitas, sedangkan yang beradao di dalam jaringanbtak dapat menimbulkan meningoensefalitis eosinofliko pada manusia.a Satu sampai tiga minggu sesudah masa inkubasi berlangsung sejakJ6= tertelannya larva infektif cacing ini, gambaran klinis meningoensefalitiso 2t4
BAB 3 CACINGmulai terlihat berupa sakit kepala yang hebat, demam, kaku kuduk, mualdan muntah-muntah. Diagnosis. Selain adanya gejala klinis berupa meningoensefalitis, diagnosis infeksi (angiostrongiliasis) dapat ditetapkan melalui pemeriksaan cairan sumsum tulang dan pemeriksaan darah penderita. Pemeriksaan cairan sumsum tulang (spinal Jtuid) menunjukkan adanyapeningkatan protein dan pleositosi s eosinoflik,tetapi kadar glukosa adalahnormal. Pada pemeriksaan darah gambaran sel darah menunjukkan adanyaeosinofilia perifer dengan leukositosis ringan.Angiostrongylus cantonensls kadang-kadang juga dapat ditemukan di dalamcairan sumsum tulang penderita. |ika cacing dijumpai di dalam rongga matapenderita, hal ini dapat menimbulkan gangguan penglihatan penderita.Pengobatan angiostrongiliosis. Belum ditemukan obat yang spesifik untukmemberantas Angiostrongylus cantonensis. obat-obat an Tiabendazol,alb endazol, Ievamisol, Meb endazol atau ivermectin yang biasa digunakanuntuk cacing jaringan misalnya trikinosis dan strongiloidosis hasilnyakurang memuaskan. Untuk menurunkan demam dan rasa sakit dapatdiberikan analgetikum, sedangkan kortikosteroid dapat diberikan untukmembantu mengurangi rasa sakit dan keluhan penderita akibat proseskeradangan yang terjadi. Pencegahan. untuk mencegah penularan angiostrongiloidosis maka moluska, osiput, ketam dan ikan sebelum dimakan harus dimasak dengan sempurnauntuk membunuh larva infektif cacing. Buah-buahan dan sayur-sayuran Nsebelum dimakan juga harus dicuci bersih untuk mengurangi kemungkinan octerjadinya kontaminasi tangan oleh lendir moluska yang mengandung larva ainfektif cacing. !o Karena tikus dan hewan mengerat merupakan sumber penularan, '6'pemberantasan rodensia yang berada di sekitar rumah dan pemukimanpenduduk harus dilakukan dengan teratur. :oCapillaria ocapillaria adalah cacing nematoda yang hidup pada mukosa usus halus, dyang dapat menimbulkan kapilariasis pada manusia. penderita denganinfeksi parasit ini pernah dilaporkan dari |epang, Korea, Taiwan, Mesir odan Indonesia. capillaria philippinensis dan capiilaria hepaticaendemis diFilipina dan Thailand. ? J f 6 @2r5
Buku Ajar Parasitologi Kedokteran Anatomi dan morfologi. Capillaria dewasa berukuran panjang antara2-4mm, sedangkan telurnya berbentuk biji mentimun mirip telur cacing Trichuris. Gambar 146. Capillaria philippinensis ( URL: http://www.tmu.edu) cara penularan. Berbagai jenis hewan misalnya rodensiasia, karnivora, babi dan kera dapat menularkan Capillariake manusia, namun hewan-hewan yang dapat bertindak sebagai hospes alami belum jelas jenisnya' Kapilariasis pada manusia terutama disebabkan oleh yang menimbulkan kapilariasis intestinal dan Capillaria hepatica yang menjadi penyebab dari kapilariasis hepatik. Capillaria hepatica merupakan parasit yang umum didapatkan pada tikus dan hewan pengerat lainnya serta dapat hidup pada berbagai mamalia lainnya. Penularan kapilariasis hepatik terjadi melalui infeksi per oral dengan masuknya telur infektif cacing ini bersama sayuran' buah atau air minum. Kapilariasis intestinal terjadi melalui infeksi kar€na makan ikan air tawaro yang mentah atau kurang matang.oN Gejala klinis dan diagnosis. Kapilariasis yang berat dapat menyebabkanco terjadinya enteropati yaitu hilangnya protein dalam jumlah besar yang disertai sindroma malabsorpsi. Penderita juga mengalami asites dan!Yoo'61:6 transudasi pleura. 9ejala klinis kapilariasis intestinal yang dialami penderitao dapat berupa diare berat, malabsorpsi, gangguan cairan tubuh, asites dan kekurangan protein. Penderita kapilariasis hepatik dapat mengalamiod pembesaran hati, asites yang nyata dan anemia. Kapilariasis dapatad)6lo 216
BAB 3 CACINGmenyebabkan kematian penderita sampai sebesar 5-L0o/o. Pada pemeriksaandarah gambaran darah menunjukkan adanya eosinofilia dan anemia. Untuk menetapkan diagnosis pasti kapilariasis hepatik harus ditemukantelur cacing Capillaria hepatica melalui biopsi hati penderita atau padawaktu dilakukan otopsi padajenasah penderita. Sedangkan diagnosis pastikapilariasis intestinalis ditetapkan dengan ditemukannya telur cacingCapillaria philippinensis pada tinja penderita.Pengobatan. Kapilariasis intestinal dapat diobati dengan Mebendazol dengandosis 2x200 mg/hari yang diberikan selama 20-30 hari. Tiabendazol dengandosis 25 mg/kgberat badan/hari ternyata juga efektif terhadap infeksi cacingini.Pencegahan. Penularan kapilariasis intestinal dapat dicegah denganmenghindari makan ikan mentah atau hewan air lainnya yang berasal daridaerah endemis kapilariasis. Membuang ekskreta manusia dengan baikpada jamban saniter dan menjaga higiene perorangan harus dilakukan untukmencegah terjadinya infeksi Capillaria. Pencegahan kapilariasis hepatik dilakukan dengan menjaga kebersihanlingkungan dan perorangan, serta selalu memasak makanan atau minumandan mencegah pencemaran tinja terhadap tanah dan lingkunganNEMATODA JARINGAN FITAROIDEA oCacing filaria dari superfa mlli Filarioidea,yartu Wuchereria bancrofii, Brugia Nmalayi, Brugia timori, Onchocerca volvulus, Loa loa, Acanthocheilonema(Mansonella) perstans, dan Mansonella ozzardi adalah cacing-cacing CgNematoda jaringan yang dapat menimbulkan masalgh kesehatan manusia. oCacing-cacing ini dilaporkan dari daerah-daerah tertentu di berbagai tempat .ovdi dunia, sesuai dengan terdapatnya vektor penularnya. !Yo '6)Cacing dewasa lebih sukar ditemukan dibanding bentuk larvanya o(mi crofl ar i a, mikrofi laria). 2oAnatomi dan morfologi mikrofilaria o Bentuk anatomi dan morfologi mikrofilafia cacing filaria penting duntuk membedakan penyebab filariasis, karena bentuknya yang khas untukmasing-masing spesies, dengan memperhatikan ukuran panjangnya, adanya 6selubung (sheath) dan susunan intinya. Selain itu mikroflaria lebih mudah k- 2t7 f 6a o
Buku Ajar Parasitologi Kedokteran ditemukan di dalam darah dibandingkan dengan cacing dewasanya yang hidup di dalam jaringan. 7 s sooNco3Yoo'6':ooc Gambar 1 47. Bagan mikrofi laria 4.sel ekskresi 5. lnti 6.sel Genital 'l (G1) l.Kepala2.cincinsaraf 3.Lubangekskresiat 7. G2 B.G3 9.G4 1 0.Anus 1 1 . Ekor 1 2. Selubung (sheath)f@o 2t8
BAB 3 CACINGTabel 12. Perbedaan morfologi mikrofilariaMempunyai 300 Tidak mencapai ujung, ekor tlMempunyai 260 Mencapai ujung ekor.rTidak ada 3t0 360 Tidak mencapai ujMempunyai 300 Mencapai ujung ekor Mencapai ujung ekor Tidak ada 200 Tidak mencapai : Tidak ada ekorre 240 Irt AP I 'zoill wn lToo-tl ******il,{o lrhrl - LL FoopI $r--;r_ --- BM Ir_r6_u:1|r I(a) tak berselubung (b) berselubungGambar 148. Mikrofilaria berselubun g (sheated microfilaria)dan yang tidak berselubu ng (unsheated microfilaria)WB= Wuchereria bancrofti LL=Loa loa BM=Brugia malayiAP= Acanthocheilonema perstans Mo=Mansonella ozzardi ov=onchocerca volvulusDaur hidup filaria. Pada umumnya hospes definitif filaria adalah manusia, okecuali Brugia malayi dan Onchocerca volvulus yang merupakan parasit ozoonotik. Bertindak sebagai hospes perantara adalah serangga pengisapdarah, yaitu nyamuk atau lalat pengisap darah. NFilariasis di Indonesia dapat disebabkan oleh tiga spesies cacing fiIaria, cyaitu Wuchereria bancrofti, Brugia malayi dan Brugia timori, Filariadewasa hidup di dalam saluran limfe dan pembuluh limfe, sedangkan larva ocacing (mikrofilaria) hidup di dalam darah tepi penderita. Brugia timori !o 2t9 'o o !o d o <- l of o
Buku Ajar Parasitologi Kedokteran belum banyak diketahui Morfologinya, sifat biologi maupun epidemiologi penyakitnya. it?rfte* ltrstqlfrp tft*rtfilgtt* {Ll}d#t d*rdr *-\"* st{i$*rr;} Ertul*if {L3} # *ilfrns tlt*f6s$ ttl t€frrr*n liEl*, r*ikr$fd*rit di F$b{rit}h d*rih F|dtr*tr Gambar 149. Daur hiduP filaria. Daur Periodlk. Di Indonesia filariasis dapat ditularkan oleh berbagai spesies nyamuk, yang hidup aktif di siang hari atau di malam hari. Sesuai dengan dtemukannya mikrofilaria di dalam darah tepi, dikenal periodik nokturnal, subperiodik diurnal dan subperiodik nokturnal. . Periodik nokturnal (nocturnal periodic): mikrofilaria hanya ditemukan di dalam darah pada waktu malam hari. . Subperiodik diurnal (diurnal subperiodic): mikrofilaria terutama dijumpai siang hari, malam hari jarang ditemukan. . Subperiodik nokturnal (nocturnal subperiodic): mikrofilaria terutama dijumpai malam hari, jarang ditemukan siang hari. Tabel 13, Hospes definitif dan hospes perantara filariaoodEo Manusia Aedes, Culex, Manusia Anopheles!Y'oo6 Manusia, hewan MonsoniooEo Manusia AnophelesGo Manusia, simpanse Simulium Manusia Chrysopsa Manusia CulicoidesJ6f Manusia Culicoides@ 220
BAB 3 CACINGWuchereria bancroftiInfeksi cacing dewasa Wuchererica bancrofti menyebabkanf lariasis bancrofii,sedangkan larva cacing (mikrofilaria) dapat menimbulkan occult flariasis.Wuchereria bancrofii dewasa hidup di dalam saluran limfe dan kelenjarlimfe manusia. Filaria ini tersebar luas di daerah tropis dan subtropis diAsia, Afrika, Amerika dan Eropa, sedangkan di Indonesia ada 26 propinsiyang merupakan daerah endemis filariasis dengan microflarial rate (Mfrate) sebesar 3,lo/o . Dengan demikian sekitar 6 juta orang Indonesia sudahterinfeksi filariasis.Anatomi dan morfologi. Wuchereria bancroftl dewasa berbentuk sepertirambut, berwarna putih susu. Panjang tubuh cacing jantan sekitar 4 cm,mempunyai ekor yang melengkung dilengkapi dua spikulum yang tidaksama panjang. Panjang cacing betina sekitar 10 cm, mempunyai ekor yangruncing bentuknya.Mikroflaria. Stadium infektif cacing ini mudah ditemukan di dalam darahtepi, dengan panjang sampai 300 mikron dan lebar 8 mikron. Mikrofilariamempunyai selubung (sheath) hialin, dengan inti atau sel somatikberbentukgranul yang susunannya tidak mencapai ujung ekor.Gambar 150. Mikrofilaria Wuchereria bancrofti o(Sumber: CDC,USA) NoDaur hidup. Cacing Wuchereria bancroftl tidak termasuk parasit zoonosis dan cmanusia merupakan satu-satunya hospes definitif cacing ini. Tidak ada hewanyang bertindak sebagai reservoir host cacing ini. Nyamuk genus Culex, Aedes odan Anopheles dapat bertindak sebagai vektor penular filariasis bancrofti. !You 22t '6, o o ! od a a 6f o
Buku Ajar Parasitologi Kedokteran Daur hidup Wuchereria bancrofti umumnya bersifat periodik nokturna (nocturnal periodic), sehingga mikrofilaria hanya dijumpai di dalam darah tepi pada malam hari. Filaria yang hidup di daerah Pasifik mempunyai mikrofilaria lebih banyak dijumpai pada waktu siang hari, meskipun dalam jumlah lebih sedikit dapat juga ditemukan pada malam hari (diurnal subp er io dic). Di Thailand mikrofil aria Wucher eria b ancroftl bersifat subperiodik nokturna, artinya lebih banyak dijumpai di dalam darah tepi pada waktu malam hari. Sesudah mikrofilaria yang beredar di dalam darah penderita terhisap oleh nyamuk, di dalam tubuh nyamuk dalam waktu 10 sampai 20 hari larva berkembang menjadi stadium larva stadium tiga yang infektif (L3). Larva stadium tiga panjangnya sekitar 1500 sampai 2000 mikron dan lebar badan antara 18 dan 23 mikron, dapat ditemukan di dalam selubung proboscis nyamuk yang menjadi vektor perantaranya. Apabila nyamuk ini menggigit manusia lain maka ia akan memindahkan larva L3 yang kemudian secara aktif akan masuk ke saluran limfe lipat paha, skrotum atau saluran limfe perut, dan hidup di tempat tersebut. Sebelum berkembang menjadi cacing dewasa di dalam tubuh manusia, mikrofilaria mengalami pergantian kulit dua kali. Pada umur lima sampai 18 bulan cacing dewasa betina telah matang seksual dan sesudah mengadakan kopulasi dengan cacing jantan dapat mulai melahirkan mikrofilaria, yang segera memasuki sistem sirkulasi darah perifer. Perubahan patologi dan gejala klinis. Wuchereria bancroftl dewasa maupun mikrofilaria dapat menimbulkan gangguan patologi. Akibat iritasi mekanis dan sekresi toksikyang dikeluarkan cacing betina maka akan menyebabkan timbulnya limfangitis pada pembuluh limfe. Selain itu cacing dewasa yang mati dapat menimbulkan limfangitis dan kadang-kadang terjadi sumbatano atau obstruksi limfatik pada aliran limfe akibat terjadinya fibrosis saluranoN limfe dan proliferasi endotel saluran limfe. Obstruksi ini menyebabkanc terjadinya varises saluran limfe dan elephantiasis sertahidrokel'!oo Apabila saluran limfe kandung kemih, varises saluran limfe atau ginjal'6 pecah, cairan limfe dapat masuk ke dalam aliran urin penderita melaluioEf,o membrane mukosa traktus urinarius. Hal ini menyebabkan urin menjadi4 berwarna putih susu dan mengandung lemak, albumin dan fibrinogen.6k- Urin yang putih seperti susu ini disebut kiluria, yang kadang-kadang jugaff mengandung mikrofi laria.do 222
BAB 3 CACING Pada filariasis bancrofti elefantiasis yang kronis dapat mengenaikedua lengan, tungkai, payudara, buah zakar atau vulva, yang hanya dapatdiperbaiki melalui tindakan operasi.Diagnosis filariasis bancrofti. Filariasis bancrofti dimulai dengan terjadinyalimfangitis akut dengan gejala-gejalaberupa saluran limfe yang dapat diraba,terjadinya pembengkakan saluran limfe, yang selain berwarna merah jugadisertai rasa nyeri. Sesudah itu penderita akan mengalami demam disertaimenggigil. Selanjutnya penderita akan menunjukkan gejala-gejala dankeluhan limfadenitis, orkitis, funikulitis dan abses.Gambar 151. Elefantiasis bancrofti pada kaki kiri. o( URL: http://www.tmu.edu) Nobstruksi saluran limfe dapat menimbulkan berbagai akibat klinis berupa cv ar si s e limfe, h i dr o kel, kilur i a, li mfskr o t um dan el eph ant i a s i s. oDiagnosis pasti filariasis bancrofti dapat ditetapkan jika pada pemeriksaandarah (tetes tebal) ditemukan mikrofilaria wuchereria bancrofti yang khas !'Yo6o 223 o fo, o d a a 6l @
Buku Ajar Parasitologi Kedokteran bentuknya di dalam darah tepi. Kadang-kadang mikrofilaria juga ditemukan di dalam kiluria, eksudat varises limfe dan cairan hidrokel. Pada awal dari timbulnya gejala klinis mikrofilaria tidak dapat ditemukan. ]uga mikrofilaria tidak dapat dijumpai sesudah terjadinya limfangitis akibat matinya cacing dewasa dan jika telah terjadi elefantiasis akibat obstruksi limfatik. Pada biopsi kelenjar limfe kadang-kadang dapat ditemukan cacing dewasa. pada pemeriksaan darah penderita gambaran darah menunjukkan adanya eosinofilia antara 5o/o - l5o/o. Pemeriksaan imunologik misalnya Uji Fiksasi Komplemen, Uji Hemaglutinasi Tak langsung, atau Pemeriksaan Imunofluoresensi Tak langsung dapat dilakukan untuk membantu menegakkan diagnosis filariasis. Pengobatan filariasis bancrofti. Pada saat ini yang paling banyak digunakan untuk mengobati filariasis bancrofti adalah Dietilkarbamasin sitrat (DEC) yang diberikan dengan dosis 3x2mglkg berat badan/hari, selama 4 minggu DEC ditujukan untuk memberantas mikrofilaria, mengobati filariasis pada tahap akut, untuk mengobati kiluria, limfedema , dan diberikan pada tahap awal elefantiasis. DEC juga dapat diberikan dalam bentuk dosis tunggal 6 mg/kg berat badan/hari selama I2hari. Pada pengobatan masal (mass treatment) di daerah edemis diberikan DEC 6 mg/ kg berat badan per hari yang diberikan satu kali satu bulan, sebanyak 12 kali. |ika terjadi alergi atau timbul panas dan rasa sakit, antihistamin, analgetik dan antipiretik dapat diberikan sesuai dengan keperluan. fika hidrokel atau elephantiasis yang lanjut telah terjadi, komplkasi filariasis ini hanya dapat diatasi melalui pembedahan. Pencegahan filariasis. Untuk mencegah penularan filariasis tindakan-No tindakan yang harus dilakukan adalah melaksanakan pengobatan masalq pada penduduk daerah endemis filariasis, pengobatan pencegahan terhadapo!!Y'oo6 pendatang yang berasal dari daerah non endemis filariasis, dan memberantas nyamuk yang menjadi vektor penularnya di daerah tersebut':o Selain itu, lingkungan harus diupayakan agar bebas nyamuk vektor6 penularnya dan mencegah gigitan nyamuk menggunakan repellent atauda6 kelambu pada waktu tidur.a65o 224
BAB 3 CACINGBrugiaTerdapat dua spesies cacing Brugia yang menyebabkan masalah kesehatanpada manusia, yaitu Brugia malayi dan Brugia timori. Brugia malayitersebar di Asia, mulai dari India, Asia Tenggara, sampai ke |epang,sedangkan Brugia timori hanya dijumpai di Indonesia bagian Timur, yaitudi Nusa Tenggara Timur. Brugia hanya ditemukan di daerah pedesaan(rural). Di Indonesia terdapat dua spesies Brugia,yaitu Brugia malayiyangmenimbulkan filariasis brugia atau filariasis malayi, d.an Brugia timorimenyebabkan fi lariasis timori.Brugia dewasa hidup di dalam saluran dan pembuluh limfe, sedangkanmikrofilaria dijumpai di dalam darah tepi hospes definitif.Anatomi dan morfologi. Bentuk dewasa cacing Brugia mirip dengan bentukcacing dewasa Wuchereria bancrofti,sehingga sulit dibedakan. Brugia malayibetina panjang badannya dapat mencapai 55 mm, sedangkan panjang cacingjantan hanya sekitar 23 cm. Panjang badan Brugia timori betina sekitar 39mm sedangkan cacing jantan mempunyaipanjangbadan sekitar 23 mm. Stadium larva Brugia (mikrofilaria) mempunyai selubung (sheath) yangpanj angnya dapat mencapai 260 mikro n p ada B r ugi a m al ay i dan pada Br ugi atimori dapat mencapai 310 mikron. Mikrofilaria Brugia malayi memilikiciri khas Morfologi, yaitu bentuk ekornya yang mengecil dan mempunyaidua inti terminal, sehinggamudah dibedakan dari mikrofilaria Wuchereriabancrofti. :w&* SE o o t {: (a) N (b) aGambar 152. Mikrofilaria Brugia (a) Brugia malayi (b) Brugia timori(Sumber: CDC,USA) I !Yoo '6' :o o cd ao a 6J o
Buku Ajar Parasitologi Kedokteran Daur hidup Brugia. Cacing Brugia ada yang termasuk parasit zoonotik, tetapi ada juga yang hanya hidup pada manusia. Hospes definitif Brugia yang zoonotik, selain manusia juga berbagai hewan mamalia sehingga dapat berperan selaku reservoir host. Brugiasis malayi mempunyai bermacam- macam periodisitas, ada yang nocturnal periodic, nocturnal subperiodic, atau non periodic, sedangkan Brugia timori bersifat periodik nokturna. Vektor penular brugiasis adalah nyamuk Anopheles yang menjadi vektor brugiasis non zoonotik dan Mansoniayangmenjadi vektor brugiasis zoonotik. I'ly*ttt*k mengi**P mikrnfilsrie d*ri d*rah *-+ $t*di'Jrr: infektif Stadium infektif f,aring d*was* di I saluran limf*, mikr*fil*ri* di + p*mbuluh d*r*h **cinq dew*sa, fvl*n*ri*,1hewen * Gambar 153. Daur hidup Brugia malayi Gejala klinis dan diagnosis. Limfadenitis pada brugiasis berbeda dengan limfadenitis pada filariasis bancrofti. Pada brugiasis malayi limfadenitisa yang terjadi pada satu kelenjar inguinal dapat menjalar ke bawah (IimfangitisoN retrograd) dan dapat membentuk ulkus yang jika sembuh akan meninggalkanCo jaringan parut yang khas.!oo Pada brugiasis malayi elefantiasis umumnya hanya terjadi pada tungkai:'6ro bawah yang terletak di bawah lutut dan jarang terjadi di lengan bawah dio o bawah siku. Infeks'i Brugia juga tidak pernah menyeb abkan limfangitis dan4 elephantiasis pada alat kelamin dan payu dara.luga kiluria belum pernaha dilaporkan terjadi pada penderita brugiasis'ff6o 226
BAB 3 CACING Diagnosis pasti brugiasis hanya dapat ditetapkan sesudah diperiksadarah tepi penderita untuk menemukan microfilaria Brugia yang khasbentuknya. Uji serologi dan pemeriksaan imunologik yang dirakukanterutama bertujuan untuk meningkatkan kepekaan dalam menentukandiagnosis dini brugiasis.Pengobatan dan pencegahan brugiasis. Seperti halnya pengobatan terhadapfilariasis bancrofti, DEC merupakan obat pilihan untuk brugiasis. obatini dapat diberikan dengan dosis lebih rendah, yaitu 3x 0.3-2 mg/kg beratbadan/hari, yang diberikan selama 3 minggu. Pencegahan penularan brugiasis dilakukan sesuai dengan upayapencegahan pada filariasis bancrofti, yaitu pengobatan penderita, pengobatanmasal penduduk di daerah endemis, pengobatan pencegahan pada pendatangdan pemberantasan vektor penular filariasis malayi.Tabel 14. Epidemiologi filariasis di lndonesiaOccult filariasis oYang dimaksud dengan occult filariasis adalah filariasis limfatik yang Nodisertai oleh hipersensitif terhadap antigen mikrofilaria, akibat terjadinya c 227 o !o '6) o fo, o o ? f f 6 o
Buku Ajar Parasitologi Kedokteran penghancuran mikrof.laria oleh antibodi yang dibentuk oleh penderita. Occult filariasis disebut juga tropical pulmonqry eosinophilia' Gejala klinis dan diagnosis. occult filariasis menunjukkan gejala klinis berupa limfadenitis, kelainan paru disertai batuk dan sesak, demam subfebril, hepatomegali, dan splenomegali' Pada pemeriksaan darah tepi gambaran darah menunjukkan adanya hipereosinofilia dan leukositosis, disertai peningkatan kadar IgE danzat anti mikrofilaria. Pada biopsi jaringan kelenjar limfe, paru, limpa dan hati, dapat ditunjukkan adanya infiltrasi sel-sel eosinofil. Untuk menentukan diagnosis pasti occult filariasis harus dapat ditemukan adanyasisa-sisa mikrofilaria di antarainfiltrasi sel eosinofil pada jaringan yang dibiopsi' Pengobatan. Pada stadium awal Occult flariasis pengobatan dengan DEC memberikan hasil yang memuaskan, tetapi jika sudah terjadi fibrosis paru, kerusakan tersebut tidak dapat diperbaiki lagi. Onchocerca volvulus Onchocerca volvulus dewasa hidup di dalam jaringan subkutan penderita, sedangkan mikrofilarianya dapat ditemukan di jaringan kulit yang berada di dekat tempat hidupnya. Mkroflaria jatang ditemukan di dalam darah tepi. Onchocercq volvulu.s yang disebut juga sebagai Filarial volvulus atat Onchocerca caecutiens inimenyebabkan penyakit onkosersiasis, onkoserkosis, blinding filariasis, atat riv er blindness. Infeksi denga n Onchocerca volvulus dilaporkan tersebar di Afrika Barat, Afrika Timur, Amerika Tengah dan Selatan (Meksiko, Venezuela, Guatemala) dan pernah juga dilaporkan dari Yaman dan Arabia bagian Selatan' Anatomi dan morfologi. Onchocerca volvulus dewasa berbentuk seperti benang halus yang berwarna putih susu, dengan tubuh yang mempunyaiNo kutikulum yang menebal secara anuler. Ukuran panjang cacing jantan sekitarc 4 cm, sedangkan cacing betina panjang badannya dapat mencapai 50 ct]l.vo Mikrofilaria Onchocercatidak mempunyai selubung (sheath), panjang!Yoo badannya dapat mencapai 360 mikron, sedangkan intinya tidak mencapai'6'o ujung ekor..fo,o Daur hidup Onchocercs volvulus. Manusia adalah hospes definitif utamaa6 cacing ini, sedangkan simpanse dapat menjadi reservoir host. Hospesa6a perantara dan vektor penular cacing ini adalah Simulium. Di dalam tubuho 228
BAB 3 CACINGlalat pengisap darah ini mikrofilaria berkembang menjadi larva infektif o dodalam waktu enam hari. Infeksi Onchocerca yolyulus terjadi jika Simulium yang mengandung c olarva infektif menggigit penderita baru. Daur hidup filaria ini berlangsungmirip daur hidup Wuchereria bancrofti. !YooPerubahan patologi dan gejala klinis. Baik cacing dewasa maupun larva cacing '6'Onchocerca dapat menyebabkan kelainan patologis pada jaringan, misalnya opembentukan nodul subkutan dan timbulnya reaksi alergi pada penderita. Io Nodul subkutan umumnya terbentuk di daerah kulit yang terbuka, yaitudi tempat gigitan serangga.Seringkali terjadi lebih dari tiga benjolan dengan oukuran masing-masing sekitar 6 cm yang berisi cacing dewasa dan mikrofilaria.Akibat penyebaran mikrofilaria yang berasal dari nodul di daerah kepala atau awajah penderita ke dalam bola mata, penderita dapat mengalami konjungtivitis,iridosiklitis, glaukoma, katarah dan bahkan menjadi buta. Penderita juga bisa lmengalami reaksi alergi berupa gatal-gatal dan kelainan kulit yang terjadi akibatreaksi tubuh terhadap adanya mikrofilaria cacing ini. oJ o Infeksi Onchocerca volvulus dapat menimbulkan komplikasi misalnyaterjadi hidrokel, elephantiasis genital, atau elephantiasis kaki. Dapat jugaterbentukhanginggroinyaitukantongkulityangberisikelenjar limfefemoralatau inguinal yang mengalami sclerosis,.Diagnosis. Diagnosis pasti onkoserkosis dapat ditetapkan jika dapatditemukan mikrofilaria atau cacing dewasa pada hasil biopsi kulit atau nodul.Onkoserkosis mata dapat diketahui jika dengan menggunakan lampu terlihatadanya gerakan mikrofilaria yangad.adi dalam bola mata. Pada pemeriksaan darah yang dilakukan untuk membantu menegakkandiagnosis didapatkan gambaran hipereosinofilia, sedangkan denganpemeriksaan serologi misalnya dengan teknik antibodi fluoresen dapatdiperkuat diagnosis onkosersiasis.Pengobatan dan pencegahan. Terjadinya penyebaran mikrofilaria yang dapatmenimbulkan komplikasi dapat dicegah dengan melakukan enukleasi nodul. Pengobatan dengan dietilkarbamazin (DEC) dengan dosis 25 mg-200mg per hari yang diberikan meningkat secara bertahap dapat membunuhmikrofilaria cacing ini, tetapi tidak mampu membunuh cacing dewasanya.Pemberian DEC disertai deksametason 80 mikrogram/kg berat badan perhari harus dilakukan di rumah sakit karena mikrofilaria yang mati dapatmenimbulkan reaksi alergi yang hebat (Mazzotti reaction),. 229
Buku Ajar Parasitologi Kedokteran Memberantas lalat simulium yang menjadi vektor penular parasit ini merupakan tindakan pencegahan yang terbaik. Gigitan vektor dapat dihindari dengan menggunakan repellen. Loa loa cacing filariayangjuga dikenal sebagai cacing mata Afrika alauflaria oculi ini menimbulkan. penyakit loaiasis, atau Calabar swelling. Daerah sebaran filariasis ini meliputi Afrika Barat dan Afrika Tengah. cacing dewasa hidup di dalam jaringan subkutan manusia dan bangsa primata. Mikrofilaria loa loaberedar di dalam darah pada waktu siang hari sedangkan pada waktu malam hari mikrofilaria dapat ditemukan di dalam kapiler paru. Anatomi dan morfologi, Loa loa dewasa berbentuk benang halus yang berwarna putih susu. Kepala cacing berbentuk runcing dilengkapi sepasang papil lateral dan dua pasang papil submedian. Panjang cacing betina sekitar 7 cm, sedangkan cacing jantan mempunyai ukuran panjang sekitar 4 cm. Badan mikrofilaria Loa loa mempunyai selubung (sheath) dan panjang badannya sekitar 300 mikron dengan susunan inti yang mencapai ujung ekor. Daur hidup I oaloa. Sebagai hospes definitif utama cacing ini adalah manusia, sedangkan Chrysops bertindak selaku hospes perantara dan juga vektor penular parasit ini. Mikrofilaria mempunyai periodisitas diurna, sehingga stadium ini hanya dijumpai di dalam darah tepi pada waktu siang hari. Mikrofilaria yang berada di dalam darah penderita jika terisap oleh Chrysops, di dalam tubuh lalat ini dalam waktu sekitar sepuluh hari mikrofilaria akan berkembang menjadi larva infektif. Perjalanan daur hidup kemudian berlangsung seperti daur hidup filaria pada umumnya.ooNC o!uo'61 u'* *-\"oov-La- Gambar 154. Simulium (kiri) Chrysops (kanan)f, (Sumber: Canad.J.Arthropod ldentifi cation;oJo http://www.ice.m pg.de-bol/ju n io) 230
BAB 3 CACING Chrgs*pr m*ngisep r*i!m fil*ria dari Ssreh -F skdium infehtifl &Stadinm ***ing d*wssa *infektif di jerirignn p*bkutan, tI *tikr*filsris diff*+ing dalarr: d*rahd.*waga *Gambar 155. Daur hidup Loa loaGejala klinis dan diagnosis. Loa loa dewasa yang mengembara di jaringan obawah kulit menimbulkan pembengkakan karena terjadinya edema jaringan osubkutan yang disebut calabar swelling. Halini terjadi sebagai reaksi alergihospes terhadap cacing ini. cacing dewasa yang berada di konjungtiva dapat Nmenimbulkan gangguan pada fungsi mata (occuli fitariasis). c untuk menegakkan diagnosis pasti loasis harus dapat ditemukan 0mikrofilaria di dalam darah atau didapatkan cacing dewasa dalam jaringan osubkutan atau di dalam mata. Pada pemeriksaan darah tepi gambaran darah !Yomenunjukkan adanya eosinofi lia. '6' oPengobatan dan pencegahan. pemberian DEC harus dilakukan denganpengawasan, karena pemberian obat ini dapat menimbulkan reaksi alergi zoyang berat pada penderita akibat mikrofilaria yang mati. pembedahanbisa dilakukan untuk'mengeluarkan cacing dewasa pada waktu berada di gpermukaan jaringan punggung hidung atau pada waktu cacing tampakberada di konjungtiva mata. c 23t k- J of o
Buku Ajar Parasitologi Kedokteran Untuk mencegah penularan Loa loa penderita harus diobati dengan DEC secara teratur karena penderita merupakan sumber infeksi. Selain itu harus dilakukan pemberantasan vektor dan mencegah gigitan Chrysopsdengan menggunakan rePellen. Aca ntho ch e i I o n em a P e r sta n s Filaria yang tersebar di daerah tropis Afrika, Amerika selatan dan Amerika Tengah yang disebut juga D ipetalonema perstans, Mansonella perstans atau filaria persisten ini menimbulkan akantokeilonemiasis. Cacing dewasa hidup di dalam rongga peritoneum, rongga pleura atau kadang-kadang di dalam perikardium jantung Penderita. Anatomi dan morfologi. A canthocheilonema perstans dewasa berwarna putih kekuningan ini mempunyai tubuh berbentuk silindris dan mempunyai kutikulum yang halus. Cacing jantan mempunyai ukuran panjang badan sekitar 45 mm, sedangkan cacing betina berukuran panjang sekitar 80 mm. Mikrofilaria yang panjangnya sekitar 200 mikron tidak berselubung, dengan susunan inti yang mencapai ujung ekor. Daur hidup. Manusia adalah hospes definitif parasit ini sedangkan culicoides bertindak sebagai hospes perantara. Mikrofilaria bersifat subperiodik nokturna dengan perjalanan daur hidup cacing yang sesuai dengan filaria lainnya' cu/*o*rds rnengis# mil<rofrhria. FIF Uert emUans neijaAi stadium infe&tifooNcdooqY'-o;;#ixffi*ovo4k-ff Gambar 156. Daur hidup Acanthocheilonema perstons6o 237
BAB 3 CACINGGejala klinis dan diagnosis. stadium infektif Acanthocheilonema perstansmasuk ke dalam tubuh penderita melalui gigitan vektor. parasit ini tidakbanyak menimbulkan kelainan patologis pada jaringan tubuh penderitakarena cacing ini mampu dengan baik menyesuaikan hidupnya di dalamtubuh hospes. Untuk menetapkan diagnosis pasti infeksi A canthocheilonema perstansharus ditemukan mikrofilaria di dalam darah tepi penderita. Untukmembantu menegakkan diagnosis dapat dilakukan pemeriksaan serologimisalnya uji hemaglutinasi atau uji flokulasi bentonit.Pengobatan dan pencegahan. Dietilkarbamasin (DEC) dapat digunakanuntuk membunuh cacing dewasa, tetapi tidak dapat memberantasmikrofilaria cacing ini. Selain itu pencegahan sulit dilakukan karena vektorpenularnya (Culicoides ) sukar diberantas. $1t'./t ,,*Sf:',$ a-rlgt:;& , \.,,ta:,aLi ?Gambar'157. Culicoides(URL: http://content.6.eol.orql2009)Mansonella ozzdrdi ocacing yang juga dikenal sebagai Filaria ozzardi ini menimbulkanflariasis oozzardi, atau mansoneliasis ozzardi yangbanyak dilaporkan dari AmerikaTengah dan Amerika Selatan. dCMansonella ozzardi dewasa dapat ditemukan hidup di dalam rongga tubuh, qdi dalam mesenterium atau di dalam jaringan lemak visera, sedangkanmikrofilaria cacing dapat ditemukan di dalam darah tepi. !YooAnatomidan morfologi cacing. Badan cacing dewasa mempunyai kutikulum '6'yang halus. Panjang tubuh cacing jantan sekitar 38 mm, sedangkan cacing obetina panjang badannya dapat mencapai 8l mm. Mikrofilaria yang tidak go 233 c o k- f l @ @
Buku Ajar Parasitologi Kedokteran berselubung mempunyai ukuran panjang sekitar 240 mikron dengan inti yang tidak mencaPai ujung ekor. Daur hidup. Manusia merupakan hospes definitif cacing ini sedangkan Culicoidesbertindak sebagai hospes perantara' Gejala klinis dan diagnosis. Mansonella ozzardi jarang menimbulkan kelainan patologis pada jaringan dan organ penderita meskipun pernah dijumpai terjadinya hidrokel dan pembesaran kelenjar limfe. Bentuk mikrofilaria Mansonella ozzardi yang khas yang ditemukan di dalam darah tepi menegakkan diagnosis pasti infeksi cacing ini' pengobatan dan pencegahan. Infeksi Mansonella ozzardi belum dapat diobati karena belum ada obat yang dapat digunakan memberantas cacing ini baik cacing dewasanya maupun mikroflarianya' Pencegahan penularan parasit ini juga sulit dilakukan karena vektor penularnya yaitu Culicoides sukar diberantas. Tabel 15. Gejala klinis dan diagnosis pasti filariasisooNC!oo'ooo!-d<- a f6o 234
BAB 3 CACINGDracun cu lus medin ensisFilaria yang termasuk dalam superfamili Dracunculoidea yangdisebut jugasebagai cacing medina, cacing naga, atau Filaria medinensis ini menyebabkandrakunkulosis atau drakunkuliasis. penyakit ini dilaporkan tersebar di India,Myanmar, Arab, Afrika, Amerika Selatan dan Amerika Tengah.Larva akan ke luar dari tubuh cacing dewasa jika kurit penderita berhubungandengan air, kemudian masuk dan hidup di dalam air.Anatomi dan morfologi. Dracunculus medinensis dewasa yang badannyaberbentuk silindris, berwarna putih susu. panjang cacing betina dapatmencapai 120 cm, sedangkan panjang cacing jantan sekitar 40 mm. Bentuklarva cacing filiform' dengan panjang badan yang dapat mencapai 750mikron.Gambar 158. Larva Dracunculus medinensis.(Sumber: Colorado State University)Daur hidup. Manusia adalah hospes definitif parasit ini, sedangkan cyclops obertindak sebagai hospes perantara. Jika larva yang masuk ke dalam airdimakan cyclops,larva kemudian akan tumbuh menjadi stadium infektif di Ndalam tubuh cyclops. Pada manusia infeksi terjadi karena penderita minum cair yang tercemar cyclops yang infektif. Di dalam lambung penderita larva oakan ke luar dari badan cyclops lalu menembus dinding usus, masuk kejaringan retroperitoneum dan berkembang menjadi cacing dewasa jantan !Y0odan betina yang kemudian mengadakan kopulasi. cacing betina yang gravidlalu menuju ke permukaan tubuh dan membentuk ulkus pada kulit. :o 235 o c k- J f, 6 o
Buku Ajar Parasitologi Kedokteran # Larrra ca*iagktlur dri ulku* ma*uk I silttoj- tt\"af'knt'f I tert ke dalaa air I I t W -?gi If L-* r\"f.k-f 1 s&1'$Jr j a 'u\"p' I g fL*\".d1-rk* I I ufrroe* I Gambar 159, Daur hidup Dracunculus medinensis Gejala klinisdan diagnosis. cacingbetina dapat menyebabkan terjadinya ulkus pada kulit. Cacing juga dapat menyebabkan toksemia yang menimbulkan gejala-gejalaklinis berupa eritema, urtikaria, pruritus, mual, muntah' diare' dispepsi yang berat dan sinkop. Komplikasi dapat terjadi pada ulkus berupa kista bernanah, abses kronik, artritis, sinovitis, ankilosis dan kontraktur. Gejala-gejala klinis toksemia yang disertai pembentukan ulkus kulit mengarahkan diagnosis drakunkulosis. Diagnosis pasti drakunkulosis dapat ditegakkan jika ditemukan cacing dewasa pada ulkus atau ditemukan larva cacing pada caitan ulkus. Sebagai upaya untuk membantu menegakkan diagnosis dapat dilakukano uji intradermal menggunakan antigen cacing, pemeriksaan radiologi untukNo menemukan cacingyang sudah mengapur, dan memeriksa darah penderitaco yang menunjukkan adanya eosinofilia.!'Yoo6 pengobatan dan pencegahan. Pemberian DEC dalam dosis besar dapato membunuh cacing dewasa maupun larvanya. |ika terjadi gejala sistemikto- yang timbul akibat alergi dapat diobati dengan memberikan antihistamin.o6 Akibat toksemia dapat dikurangi dengan mengeluarkan cacing dewasa dari?of jaringan melalui pembedahan.ofo 236
BAB 3 CACING Untuk menghambat penyebaran drakunkulosis dilakukan dengan mencegah terjadinya pencemaran air minum oleh bahan infektif yang berasal daripenderita yang sakit, memasak air sebelum diminum, dan melakukan disinfeksi air dengan klorida.Larva migrans.Yang dimaksud dengan larva migrans adalah larva cacing nematoda hewanyang melakukan migrasi di dalam tubuh manusia tetapi tidakberkembanglebih lanjut menjadi bentuk dewasa. Dua jenis larva migrans yang terjadipada manusia adalah cutaneous larva migrans dan visceral larvq migrans.cutaneous larva migrans atau creeping eruptions terjadi karena larvacacing masuk ke dalam tubuh manusia melalui kulit atau mulut lalu larvamengadakan migrasi hanya di dalam jaringan kulit. pada visceral larvamigrans telur cacing masuk melalui mulut penderita dan larva cacing yangmenetas melakukan migrasi di dalam organ-organ atau jaringan viseralpenderita.Penyebab larva migrans. cacing nematoda hewan yang larvanya dapatmenyebabkan cutaneous larva migrans adalah Ancylostoma braziliensis,Ancylostoma caninum dan Gnathostoma spinigerum yanghidup pada kucing,anjing dan sejenisnya, sedangkan penyebab visceral larva migrans adalahTarva Toxocara canis, cacing askaris yang hidup pada anjing, d,an Toxocaracati, cacing askaris yang hidup pada kucing.Gambar 1 60. G n at hostoma spini geru m. NoA.Cacing dewasa B. Kepala cacing dewasa khas bentuknya.(Sumber: Stanford University) co Io !Yao '6r :o o o qo o <- f ol o 237
Buku Ajar Parasitologi Kedokteran Anatomi dan morfologi Gnathostoma spinigerum. Cacing dewasa panjang badannya sekitar 31 mm. Cacing ini mempunyai bibir besar dan berlobus tiga dengan permukaan medialnya bergerigi. Bulbus kepala cacing mempunyai 4rongga submedian yang dilengkapi dengan 6-11 baris kait-kait yang melintang. Dua pertiga tubuh bagian anterior cacing mempunyai spina-spina kutikula yang besar dan pipih dengan tepi.posterior yang bergerigi. Di bagian kaudal cacing jantan terdapat spina-spina kecil dan 4 pasang papil besar yang bertangkai. cacing jantan mempunyai spikulum yang tidak sama panjang. Vulva cacing betina membuka 4-8 mm dari ujung posterior badan cacing' T elur Gn ath o s t o m a sp in ige r um Tonjongseperti telur A s c ar i s dan mempunya i sumbat di salah satu kutubnYa. 3 2 5 6 7 8ooCo!Yoo Gambar 161. Struktur Gnathostoma spinigerum:'6' (a) cacing betina (b) cacing jantan c. Larva stadium tiga d. teluro 1. bibir 2. bulbus kepala 3. kait 4. spina 5. kelenjar ludah6 6. esofagus 7. usus B. ahus g.sumbat 10. dinding telurca Toxocqra. cacing dewasa panjangnya dapat mencapai 10 cm padaToxocaraJoa cati dan 18 cm pada Toxocara canis. cacingini mempunyai sayap leher yango 238
BAB 3 CACINGberukuran besar yang bentuknya sempit memanjang pad.a Toxocara canisdan pendek melebar pada Toxocara cati. Ekor cacing jantan mempunyaitonjolan terminal dan sayap kaudal. spikulum cacing jantan panjangnyadapat mencapai 2 cm pada Toxocara cati, dan 1 mm pad.a Toxocara canis.Telur Toxocara mirip telur Ascaris dengan gerigi pada kult telur yang lebihkecil.Gambar 162.Toxocara canis,telur dan kepala cacing dewasa(URL: http://plpnemweb.ucdavis,edu/nemplex)Kelainan jaringan dan organ. Baik larva cacing-cacing penyebab larva migrans akutan maupun larva migrans viseral menimbulkan kelainan jaringan atau oorgan yang terinfeksi. Ncutaneous larva migrans. Larva migrans kutan yang disebabkan oleh clarva cacing Ancylostoma braziliensis atau Ancyrostoma caninurz masuk ke odalam tubuh penderita melalui kulit dan menimbulkan gatal-gatal pada Y!aokulit tempatnya masuk. Dua hari kemudian larva sudah membentuk lorong '61berliku-liku di dalam stratum germinativum. Akibat migrasi larva di dalamkulit akan terjadi rasa gatal yang menyebabkan terjadinya infeksi sekunder :okarena garukan penderita. Migrasi larva dapat berlangsung sampai beberapabulan dan menimbulkan gambaran khas yang disebut creeping eruption. ocutaneous larva migrans yang disebabkan oleh Gnathostoma spinigerumterjadi sesudah penderita makan ikan mentah yang mengandung larva ostadium III cacing ini. <- 239 f f, 6 o
Buku Ajar Parasitologi Kedokteran flffi\ --.-.--,,.--s ffffi\\ /f ffiil UFffill trffi$ $t Gambar 1 63. Bagan diferensiasi Toxoca ra ca n i s dan Toxocara coti (a). Toxocara canis (ujung anterior) (b)' Toxocara cati (ujung anterior) (c).Toxocara canls (ujung posterior) (d)'Toxocara cati (ujung posterior) 1.tiga buah bibir 2.sayap leher (pada llcoti lebih lebar) 3'spikula 4.papil sensorik 5. lubang kloaka Visceral larva migrans. Larva migrans viseral terjadi sesudah tertelan telur infektif cacing Toxocaramelalui makanan atau minuman. Telur menetas di dalam usus halus, kemudian larva menembus dinding usus lalu masuk ke dalam aliran darah dan mencapai organ-organ tubuh. Larva yang berada di dalam organ terutama hati akan menyebabkan terbentuknya granuloma. Gejala klinis yang terjadi berupa hepatomegali, demam, disertai gejala alergi, misalnya asma bronkiale Diagnosis larva migrans. Adanya gejala klinis berupa hepatomegali' asma dan demam yang diperkuat dengan pemeriksaan darah tepi yang menunjukkan adanya hipereosinofilia persisten yang berkisar antara l5o/o dan 807o serta leukositosis antara 15.000 dan 80.000 mengarahkan diagnosis ke visceralo larva migrans.oN Terjadinya creeping eruption yang khas disertai leukositosis dancdo eosinofilia menunjukkan diagnosis cutaneous larva migrans. Uji intradermal menggunakan antigen berasal dari larva atau cacing Gnathostoma spini*erum!Yoo'6r menegakkan diagnosis cutaneous larva migrans oleh cacing ini. Diagnosis:o pasti ditegakkan jika dapat ditemukan cacing penyebabnya.odk- Pengobatan larva migran s. Creeping eruption pada cutaneous larva migransla yang menunjukkan adanya larva cacing di ujung terowongan kulit diterapi@o 240
BAB 3 CACINGdengan menyemprotkan larutan kloretil ditempat tersebut untuk membunuhcacingnya. Tiabendazol per oral dengan dosis 25 mg/kg berat badan/hariyang diberikan selama 3 hari atau lebih ditujukan untuk memberantas larvayang beredar di bawah kulit. Pada cutaneous larva migrans oleh Gnathostoma spinigerumbelum adaobat yang efektif untuk mengatasinya sehingga harus dilakukan tindakanoperatif untuk mengelu.arkan cacing ini. Larva penyebab visceral larvamigrans juga belum berhasil diobati dengan obat-obat anti larva cacing.Pencegahan. Larva migrans dapat dicegah penularannya dengan caramengobati dengan baik anjing dan kucing terinfeks Toxocara yang menjadisumber penularan. Kontak dengan lar va cacing Ancylostoma braziliensis danAncylostoma caninum harus dihindari untuk mencegah terjadinya cutaneouslarva migrans. Makanan dan minuman harus dimasak dengan baik untukmencegah terjadinya visceral larva migrans dan cutaneous larva migransyang disebabkan oleh Gnathostoma spinigerum.Ancylostoma braziliensis dan Ancylostoma cdninumLarva kedua spesies cacing tambang yang tersebar luas di daerah tropis dansubtropis ini menimbulkan kelainan kulit yang disebuL creeping eruptionatau cutaneous larva migrans. Tempat hidup cacing dewasa kedua spesiesadalah di dalam usus kucing dan anjing.Anatom i dan morfologi cacing. Cacing tambang dapat dibedakan spesiesnyadengan memperhatikan bentuk mulut dan gigi serta bursa kopulatriks yangkhas bentuknya.Ancylostoma braziliensis. Ukuran panjang cacing jantan adalah 4,7 - 8,5 mm odan cacing betina berukuran panjang 6,1-10,5 mm. Cacing ini mernpunyai oNrongga mulut dengan dua pasang gigi yang tidak sama ukurannya. Bursakopulatriks cacingjantan berukuran kecil dengan rays yangpendek. c6 oN,ncylostoma caninum. Ukuran panjang cacing jantan adalah sekitar 10 mm,sedangkan cacing betina berukuran panjang sekitar 14 mm. Di dalam rongga !'Yao5mulut cacing ini terdapat tiga pasang gigi. Bursa kopulatriks cacing jantanmempunyai ukuran yang besar dengan rays yangpanjang dan langsing. o Eo 24t Io k- a 6f o
Buku Ajar Parasitologi Kedokteran {*} bu*c*l ctfsul, tclhrrm**prkrdx Gambar 164. Buccal capsule dan bursa copulatrix cacing tambang (URL:http:www.atlas.or.krl- dan http://www.nematode.net/images)ooNco!oo:'6 Gambar 165. Kepala dan bursa kopulatriks. o (A). Ancylostoma braziliensis (B) A.caninum.o 6 1. Dua pasang gigi terpisah, tidak sama ukurannya.L 2.Tiga pasang gigi.a 3. Batang-batang bursa (rays ) tebal, pendek ukurannya'l6a 4. Rays langsing, panjang.o 242
BAB 3 CACINGKelainan patologis dan gejala klinis. Sesudah menembus kulit manusia,larva flariform cacing mengadakan migrasi intrakutan serta membentukterowongan di dalam kulit yang khas bentuknya. Larva filariformAncylostoma braziliensi s dan Ancylo stoma caninumtidak dapat berkembangmenjadi cacing dewasa di dalam tubuh manusia. creeping eruption yangmerupakan dermatitis intrakutan sepanjang terowongan yang digali olehlarva cacing berbentuk garis berkelok-kelok mirip ular yang khas bentuknya.Garukan kulit yang berulang-ulang oleh penderita dapat menimbulkaninfeksi sekunder.Diagnosis. Secara klinis diagnosis creeping eruption oreh cacing tambangmudah ditetapkan. Diagnosis pasti cutaneous larva migrans dapat ditetapkanmelalui biopsi kulit dengan ditemukannyalarva cacing tambang yangmenjadi penyebabnya.Gambar 166. Cutaneous larva migran s (creeping eruptionl o(Sumber: Okaw Veterinary Clinic) o c o !oo '6 :o o d ?- a oJ o 243
Buku Ajar Parasitologi Kedokteran pengobatan dan pencegahan. Pada ujung terowongan dimana terdapat larva cacing tambang kloretil disemprotkan untuk membunuh larva cacing melalui proses pendingin an. Tiabendazol jugadapat diberikan dengan dosis 25 mglkgberat badan/hari selama 3 hari atau lebih untuk membunuh larva cacing yang sedang mengadakan migrasi intrakutan. Teladinya cutaneous larva migrans dapatdicegah dengan cara mencegah terjadinya kontak antara kulit dengan tanah yang tercemar tinja anjing dan kucing. Kucing dan anjing yang menderita infeksi ankilostomiasis harus segera diobati dengan baik untuk rnenghilangkan sumber penularan.ooCaoo'61:oEdok-ad=o 244
Search
Read the Text Version
- 1
- 2
- 3
- 4
- 5
- 6
- 7
- 8
- 9
- 10
- 11
- 12
- 13
- 14
- 15
- 16
- 17
- 18
- 19
- 20
- 21
- 22
- 23
- 24
- 25
- 26
- 27
- 28
- 29
- 30
- 31
- 32
- 33
- 34
- 35
- 36
- 37
- 38
- 39
- 40
- 41
- 42
- 43
- 44
- 45
- 46
- 47
- 48
- 49
- 50
- 51
- 52
- 53
- 54
- 55
- 56
- 57
- 58
- 59
- 60
- 61
- 62
- 63
- 64
- 65
- 66
- 67
- 68
- 69
- 70
- 71
- 72
- 73
- 74
- 75
- 76
- 77
- 78
- 79
- 80
- 81
- 82
- 83
- 84
- 85
- 86
- 87
- 88
- 89
- 90
- 91
- 92
- 93
- 94
- 95
- 96
- 97
- 98
- 99
- 100
- 101
- 102
- 103
- 104
- 105
- 106
- 107
- 108
- 109
- 110
- 111
- 112
- 113
- 114
- 115
- 116
- 117
- 118
- 119
- 120
- 121
- 122
- 123
- 124
- 125
- 126
- 127
- 128
- 129
- 130
- 131
- 132
- 133
- 134
- 135
- 136
- 137
- 138
- 139
- 140
- 141
- 142