Important Announcement
PubHTML5 Scheduled Server Maintenance on (GMT) Sunday, June 26th, 2:00 am - 8:00 am.
PubHTML5 site will be inoperative during the times indicated!

Home Explore Bab 5. Pemililihan subyek penelitian

Bab 5. Pemililihan subyek penelitian

Published by haryahutamas, 2016-04-02 01:03:43

Description: Bab 5. Pemililihan subyek penelitian

Search

Read the Text Version

Bab 5 - Pemilihansubyek penelitian Sudigdo Sastroasmoro fl\"p\"rti telah dijelaskan dalam Bab 2, peneliti biasanya ingin \menggeneralisasikan hasil penelitian yang dilaksanakan . ]ada populasi yang lebih luas. Ia sangat ingin agar hasil Vpenelitiannya dapat diterapkan kepada kelompok pasien lain; jarang orang melakukan penelitian klinis yang menginginkan hasilnya hanya berlaku untuk pasien yang diteliti saja, tidak berlaku untuk kelompok pasien yang lain. Namun peneliti tidak mungkin melakukan penelitian pada seluruh subyek dalam populasi yang diinginkan, melainkan dengan cara mengambil contoh (sampel), yang di satu sisi mewakili populasi induknya, dan di lain sisi mampu laksana ditinjau dari ketersediaan waktu, tenaga, sarana, serta biaya. Bab ini menguraikan lebih lanjut hal yang telah dikemukakan dalam Bab 2 tersebut, dengan perhatian pada teknik pemilihan sampel yang mewakili populasi, dan pembahasan tentang hubungan antara pemilihan sampel dengan kesahihan penelitian. PopurRsl Istilah populasi dalam bahasa sehari-hari dihubungkan dengan penduduk atau jumlah penduduk di suatu tempat atau negara. Dalam penelitian, istilah populasi memiliki pengertian tersendiri. &.r

Sudigdo Sastroasmoro 89Yang dimaksudkan dengan populasi dalam penelitian adalahsejumlah besar subyek yang mempunyai karakteristik tertentu.Karena luasnya pengertian tersebut, ada yang secara berlebihanmembuat definisi: \"Populasi adalah sejumlah besar subyek.yangoleh peneliti didefinisikan sebagai populasi\". Definisi ini menjadirancu karena seharusnya definiens (kata yang menjelaskan) tidak bolehmengandung definiendum (kata atau konsep yang didefinisikan). Subyek penelitian dapatberupa manusia\" hewan coba, data rekammedis, data laboratorium, dan lain-lairy dan karakteristik subyekditentukan sesuai dengan ranah dan tujuan penelitian. Jadi populasisuatu penelitian dapat saja berupa bayi sehaf dokter yang berkacamatasilinder, atau orang fua yang menderita pneumonia. Populasi penelitiandapat dibagi menjadi du4 yakni: (1) populasi target (targetpopulation)atau domain (ranah), dan (2) populasi terjangkau (accessiblepopulation)atau sering pula disebut populasi sumber (source population). Popuresr TARGETPopulasi yang merupakan sasaran akhir penerapan hasil penelitiandisebut sebagai populasi target (target population); sementara ahlimenyebutnya ranah atau domain. Populasi target bersifat umum,yang pada penelitian klinis biasanya ditandai dengan karakteristikdemografis (misalnya kelompok usi4 jenis kelamin) dan karakteristikklinis (rrlis alnya sehaf o steoporosis, pneumonia). Perhatikan contoh-contoh populasi target berikut: o anak sehat . remaja pengguna narkoba . pasangan usia subur . pasien miokard infark berusia di bawah 50 tahun yang mengalami serangan infark berulang Pada penelitian yang membandingkan efektivitas antibiotikbaru A dengan antibiotik standar B pada remaja yang m.enderitasinusitis kronik, maka populasi targetnya adalah para remajayar.gmenderita sinusitis kronik. Pada populasi inilah hasil penelitiankelak dapat diterapkan. *i

90 P emilihan s uby ek p enelitian Popuresl TERIANGKAU Populasi terj.angkau (accessible population) disebut pula populasi sumber (source population) adalah bagian populasi target yang dapat dijangkau oleh peneliti. Contoh: Pasien morbus Hansen yang berobat di RS Dwikora pada tahun 1999. Dengan kata lain populasi terjangkau adalah bagian populasi target yang dibatasi oleh tempat dan waktu. Dari populasi terjangkau ini dipilih sampel, yang terdiri atas subyek yang akan langsung diteliti. Snupnr Sampel adalah bagian (subset) dari populasi yang dipilih dengan cara tertentu hingga dianggap dapat mewakili populasinya. Dalam kepustakaan sering istilah populasi dipakai secara salah, misalnya: populasi pasien yang diteliti ini terdiri atas 100 anak berusia di bawah 5 tahun yang berobat di poliklinik XyZ. Dalam hal ini sebenarnya yang dimaksud adalah sampel. Istilah keliru lainnya adalah \"populasi sampel\"; istilah ini agak rancu, karena itu sebaiknya dihindarkan. Subyek terpilih atau sampel yang dikehendaki Subyek terpilih (eligible subiects) atau sampel yang dikehendaki (intended sample) merupakan bagian dari populasi terjangkau yang direncanakan untuk diteliti langsung. Mereka adalah subyek yang memenuhi kriteria pemilihary yakni kriteria inklusi dan eksklusi, dan terpilih sebagai subyek yang akan diteliti. Uraian mengenai kriteria inklusi dan eksklusi dapat dilihat dalam Bab 3. Subyek yang benar diteliti Subyek yang benar diteliti adalah subyek yang benar mengikuti penelitian sampai selesai; kelompok ini merupakan bagian dari subyek terpilih dikurangi dengan drop out, Ioss to follozn-up, dan lain-lain. Hasil penelitian merupakan hasil pengukuran pada kelompok ini. *i

Sudigdo Sastroasmoro 91 MENcapn DIGUNAKAN SAMPEL?Seperti telah disebutkan di atas, penelitian selalu dilakukan padasampel, bukan pada populasi. Persyaratan mutlaknya juga telahdisebut, yakni bahwa sampel tersebut harus (dianggap) mewakilipopulasi. Bila hal ini tidak dipenuhi, maka generalisasi tidak dapatdilakukaru sehingga hasil penelitian hanya berlaku utuk subyekyang diteliti saja. Penggunaan sampel ini mengandung pelbagaikeuntungan, di antaranya adalah:L Lebih murah. Dengan hanya meneliti sebagian subyek dari populasi, maka biaya penelitian menjadi jauh lebih murah dibandingkan dengan bila penelitian dilakukan pada seluruh populasi.2 Lebih mudah. Dengan hanya melakukan pengukuran pada sebagian subyek dari populasi, maka pelaksanaan penelitian juga menjadi jauh lebih mudah.3 Lebih cepat. Dengan meneliti lebih sedikit subyek, maka hasil penelitian yang diharapkan juga lebih cepat diperoleh.4 Lebih akurat. Dalam banyak hal pemeriksaan atau pengukuran terhadap sedikit subyek memungkinkan pemeriksaan yang lebih teliti dan akurat dibandingkan dengan pemeriksaan terhadap seluruh populasi.5 Mewakili populasi. Bila dipilih dengan cara yang benar, maka sampel dapat mewakili populasi, sedangkan inferensi hasilnya dapat dilakukan dengan tingkat kesalahan yang ditetapkan.5 Lebih spesifik. Banyak penyakit memiliki manifestasi klinis yang bervariasi. Dengan memilih sampel, maka dapat direkrut pasien dengan sifat tertentu, sehingga dapat diperoleh data pada kelompok pasien yang lebih homogen. Semua prosedur statistika untuk generalisasi yang dilakukansebenarnya hanya sahih bila sampel dipilih dengan simple randomsampling. Namun dalam praktik cara apa pun boleh asal hasilnyasama atau mirip dengan hasil bila dipilih dengan simple randomsampling. Dalam penelitian klinis cata cansecutiae sampling dianggapdapat mewakili populasi (lihat bawah). * *nJ}

92 P emilihan suby ek p enelitian HuguNGAN ANTARA PoPULASI, SAMPEL . SUBYEK YANG DITELITI Dengan uraian di atas dapat dikemukakan hubungan antara populasi targef populasi terjangkau, subyek terpililr, serta subyek yang benar diteliti (lihat Gambar 5-1). Perlu diperhatikan hal-hal berikut: 1 Pemilihan populasi terjangkau. Pemilihan populasi terjangkau ini semata-mata didasarkan pada kenyataan praktis atau faktual bukan merupakan bagian dari suatu proses pemilihan yang sistematis. Pada studi tentang pemberianAsl di daerah pedesaary pemilihan ibu-ibu desa Sumber Sehaf misalnya, didasarkan pada kenyataan mudahnya menghubungi desa tersebut, dan bukan oleh karena ibu-ibu di desa Sumber Sehat representatif untuk seluruh ibu di pedesaan. Demikian pula pemilihan pasien stroke yang dirawat di RSCM semata-mata didasarkan pada alasan praktis, bukan karena pasien stroke di RSCM mewakili pasien stroke pada umumnya. 2 Penetapan subyek terpilih. Proses ini dapat, dan seharusnya, dilakukan dengan prosedur tertentu, sehingga dapat diperoleh sampel yang representatif terhadap populasi terjangkau. 3 Subyek yang benar diteliti. Disini menyangkut apakah subyek yang telah dipilih menolak diteliti (non-response), atau terdapat drop out atau loss to follow-up. Bila kita lihat proses sebalikny4 yakni pada saat kita menilai laporan hasil penelitian terhadap subyek yang benar diteliti, maka kita melihat: 1 Apakah subyek yang benar diteliti sama atau dianggap sama dengan subyek terpilih? Ini adalah pertanyaan kesahihan interna. Bila terlalu banyak subyek yang drop out maka subyek yang diteliti tersebut tidak dianggap sama dengan subyek yang seharusnya diteliti, sehingga kesahihan intemanya kurang. 2. Apakah sampel yang dipilih (dapat dianggap) mewakili populasi terjangkau? Inilah pertanyaan tentang kesahihan ekstema yang pertama. Pertanyaan ini sama dengan pertanyaan apakah sampel *t

Sudigdo Sastroasmoro 93 KARAKTERISTIK CONTOH_( Dibatasi oleh OsteoporosisI Ivutiuitu, I karakteristik pasca-menopauseIL-e-t-s-te-r-n-a--t-t--Ir 1 klinis dan L demografis Dibatasi oleh Perempuan pasca- tempat dan waktu menopause di ( RSCM, tahun 2005 (100 pasien)II vrtiai,r, II etsternat I'1 t Diplih secara 60 pasien .( random dari osteoporosis populasi terjangkau pasca-menopauseI Ivutioitu, I Subyek yan 54 pasienI int.,nu | '] menyelesaikan osteoporosis pasca-menopause t prosedur penelitian Gambar 5-L. Skema memperlihatkan hubungan antara populasi target (tar get p opulation), populasi terjangkau (accessible population), subyek yang dikehendaki(intended sample), dan subyek yang benar- benar diteliti (nctual study subjecfs). Kesahihan interna penelitian dinilai baik bila penelitian pada subyek y*g benar-benar diteliti menggambarkan subyek yang terpilih sebagai sampef yakni bila tidak ada atau sangat sedikit terjadi drop out atau loss to follow-up. Kesahihan eksterna I menunjukkan apakah subyek yang dipilih dapat dianggap mewakili populasi terjangkau, baik dengan teknik prob ability sarnpling maugtn non-prob ability sampling. Kesahihan ekstema II menunjukkan apakah populasi terjangkau mewakili populasi targeti dalam hal ini diperlukan clinical judgement dancommon sense. Kesahihan eksterna I hanya dapat baik apabila kesahihan intema baik, demikian pula kesahihan ekstema II hanya mungkin akan baik apabila kesahihan ekstema I baik. il.f

94 P emilihan suby ek p enelitian dipilih dengan cara yang benar, dan tidak banyak subyek yang menolak berpartisipasi? Cara pemilihan subyek yang dapat dianggap'mewakili populasi dapat dilihat dalam uraian di bawah. 3. Apakah populasi terjangkau dapat mewakili populasi target? Ini merupakan pertanyaan yang menyangkut kesahihan eksterna yang kedua. Bila populasi target adalah pasien pertusis di bawah 1 tahun (di manapun pasien berada), pertanyaannya apakah pasien pertusis di bawah usia 1 tahun di RSCM dapat dianggap mewakili pasien pertusis di bawah usia 1 tahun di luar RSCIIA di Jakarta, di Indonesia, di seluruh dunia? Jawaban terhadap pertanyaan ini umumnya tidak dilakukan dengan perhitungan, namun dengan clinicnl judgment serta common sense, yang bergantung kepada substansi penelitian. Contoh: penelitian tentang kontraksi ventrikel kiri dengan ekokardiografi pada bayi baru lahir sehat di RSC\A secara colnmon sense dapat dianggap mewakili bayi baru lahir sehat di Indonesia. Namun faktor risiko untuk terjadinya penyakit jantung koroner pada pasien di RSCI\A secara common sense trdak dapat dianggap mewakili populasi pasien yang sama di Amerika Serikat atau di Iran. Jadi dalam menginterpretasi hasil penelitian kita tidak hanya melihat angka-angka, namun juga harus menyertak an clinical judgment dan akal sehat. Cnna PEMILIHAN SAMPEL Di atas disebutkan bahwa sampel yang diteliti dianggap mewakili populasi. Untuk dapat memperoleh sampel yang representatif (mewakili populasi) terdapat banyak cara, dengan kelebihan dan kekurangannya. Hal ini patut sangat diperhatikan oleh peneliti, karena bila pemilihan subyek tidakdilakukan denganbaik (sehingga sampel tidak mewakili populasi), maka apa pun hasilnya tidak akan dapat digeneralisasi ke populasi. Cara pemilihan sampel tersebut dapat digolongkan menjadi 2, yaitu pemilihan berdasarkan peluang (ltrobability sampling) dan pemilihan tidak berdasarkan peluang (non-prob nbility s ampling). *t

Sudigdo Sastroasmoro 95Baku emas untuk cara penarikan sampel adalah pemilihan denganprobability sampling; semua uji statistika dilaksanakan denganasumsi bahwa sampel dipilih dengan dasar probability samplingtersebut, meskipun penarikan sampel yang representatif tidak harusdilakukan dengan probability sampling' A Pnonannrrv SAMPLINGHal yang prinsip pada probability sampling adalah bahwa tiapsubyek dalam populasi (terjangkau) mempunyai kesempatan yangsama untuk terpilih atau untuk tidak terpilih sebagai sampelpenelitian. Terdapat banyak sekali ienis probability sampling, antaraiain yang terbanyak digunakan dalam penelitian klinis dankesehatan masyarakat adalah:a Simple random saffiplingPada simple random sampling kita hitung terlebih dahulu jumlahsubyek dalam populasi (terjangkau) yang akan dipilih subyeknyasebagai sampel penelitian. Setiap subyek diberi bernomor, dandipilih sebagian dari mereka dengan bantuan tabel angka random. Contoh Misalnya akan kita pilih 20 dari sejumlah 200 subyek pada populasi teriangkau den gan can simple random sampling.Ke' 200 subyek kita beri nomor urut, dari 1 sampai dengan 200. Lihatlah salah satu halaman pada tabel angka random (Tabel 5-1,). Karena ada 200 subyek, maka kita ambil angka yang terdiri atas 3 digi! jadi dipilih deretan angka yang masing- masing terdiri atas 3 digit. Pada contoln, misalnya dimulai pada kolom pertama, baris kedua, dapat kita baca nomor ilZ, selanjutnya kekanan berturut-turut 895, L45, 311, 649, 853, 487, 431, 815, 949, 584, 836, 738, 250, 141, 546, 096, 283' 018, dan seterusnya. Oleh karena angka tertinggi yang akan diambil adalah 200, maka setiap angka yang lebih dari 200 diabaikan, jadi hanya diambil angka s200 (dalam contoh kita adalah angka 145,096,018, ....). Bila ada angka yang sama, *.*

96 P emil ihan suby ek p eneliti an maka angka yang muncul kemudian diabaikan. Demikian seterusnya sampai diperoleh 20 nomoL Agar obyektif, maka pemilihan angka awal dilakukan dengan cara acak, misalnya dengan cara menjatuhkan pinsil sambil memeiamkan mata; angka yang terdekat dengan jatuhnya ujung pinsil dipilih sebagai angka awal. Pembacaan tidak harus dari kiri ke kanan, namun dapat juga ke kiri, atas, atau bawah, dan sekali telah ditetapkan arah pembacaan harus tetap taat-asas. Tqbel 5-1. Tobel random (dolom kelompok 5 digir)85967 73152 t45l I 8s285 36009 95892 36962 67835 6331 450162 07483 514s3 11649 86348 76431 81594 95848 3673825014 15460 96283 0l 898 61 41 4 83525 04231 13604 7533911730 85423 60698 49174 12074 9855',I 37895 93547 2476909404 76548 05393 96770 97336 39941 21225 93629 1957471 565 3341 3 56087 40875 l 335r Pemilihan subyek secara acak saat ini dipermudah dengantersedianya program komputer. Banyak program komputer yangmenyediakan pemilihan subyek secara random (random samplingatau random selection). Biasanya komputer meminta input kepadakita, berupa jumlah subyek penelitian yang tersedra (misalnya200),berapa banyak yang akan dipilih menjadi sampel (misalnya 40), sertanomor urut pasien dari yang terkecil sampai yang terbesar untukdipilih (misal dari nomor 1 sampai 200). Dengan perintah khusus,maka komputer akan menunjuk 40 nomor urut pasien yang harusdipilih. Blla input yang sama diulang maka komputer akan memberi40 nomor pasien yang sama sekali berbeda dengan hasil sebelumnya.Dengan demikian peneliti tidak dapat memprediksi nomor berapasaja yang akan terpilih bila prosedur pernilihan subyek ini diulang.b. Systematic samplingPada sampling sistematik ditentukan bahwa dari seluruh subyekyang dapat dipili[ setiap subyek nomor ke-sekiah dipilih sebigai *.r

Sudigdo Sastroasmoro 97sampel. Bila ingin diambil 1/n dari populasi, maka tiap pasien ke-n dipilih sebagai sampel. Jadi, seperti pada random sampling, setiapsubyek yang memenuhi kriteria untuk dipilih diberi bernomor. Contoh Ingin dipilih 20 dari 200 pasien dengan cara sampling sistematik; berarti diperlukan 201200 = 1.ll0 bagian dari populasi yang akan diikutsertakan sebagai sampel, karena itu setiap pasien ke-10 akan dipilih. Mula-mula tiap subyek diberi bernomo4, dari 1 sampai dengan 200. Tiap pasien yang ke-10 diambil sebagai sampel. Penentuan angka awal juga seyogianya dilakukan secara acak, misalnya dengan cara menjatuhkan ujung pinsil ke deretan angka pada tabel angka random. Bila diperoleh adalah angka awal 3, maka yang diikutsertakan dalam sampel adalah pasien nomor 3,13,23, 33, 43, 53, 63, 73, 83, 93, dan seterusnya.c Stratified random samplingDalam penelitian tidak jarang ditemukan keadaan tertentr.r, sehinggasetiap kelompok (kita sebut strata) memberikan nilai yang jelasberbeda. Blla samplirzg dilakukan terhadap semua subyek sebagaisatu kesatuary akan diperoleh sampel dengan variasi yang sangatbesar terutama bila jumlah subyek tidak banyak, dan simpulan hasilpenelitian menjadi bias. Untuk mengatasi hal tersebut dapat makadilakukan stratifikasi dan pemilihan subyek berdasarkan atas strata.Pada cara ini sampel dipilih secara acak untuk setiap strata, kemudianhasilnya dapat digabungkan menjadi satu sampel yang terbebas darivariasi untuk setiap strata. Variabel yang sering digunakan untukstratifikasi adalah jenis kelamiry umur, ras, kondisi sosial-ekonomi,status gizi, tempat penelitian (pada studi multisenter), dan lain-lain. Contoh Ingin diketahui insidens miokarditis difterika pada pasien yang berusia 0 sampai 10 tahun. Dari penelitian terdahulu diketahui bahwa pada anak di bawah 5 tahun kenaikan SGOT lebih nyata (330 U) dibandingkan dengan anak di atas 5 tahun (rata-rata 100 U). Bila diambil L00 anak dari 0 sampai *t

98 P emilihan suby ek p enelitt an 10 tahun, dan dipilih sampel yang terdiri atas 20 subyek\" maka nilai yang diambil variabilitasnya sangat besar. Lebih baik bila dilakukansampling secara terpisah (misal10 orang untuk yang di bawah 5 tahun dan L0 orang di atas 5 tahun). Dengan demikian 20 subyek yang diperoleh tidak menunjukkan varians antar-strata, dan nilai ini lebih baik bila dibandingkan dengan bila pemilihan dilakukan tanpa stratifikasi. d Cluster sampling Pada cluster snmpling sampel dipilih secara acak pada kelompok individu dalam populasi yang terjadi secara alamiah, misal wilayah (kodya, kecamatan, kelurahan, dst). Cara ini sangat efisienbila populasi tersebar luas sehingga tidak mungkin membuat daftar seluruh populasi tersebut. Pada kondisi ini maka pemilihan dengansimple random sampling sangat sulit atau bahkan tidak mungkin dilakukan. Contoh Ingin diketahui karakteristik bayi dengan atresia bilier di rumah sakitpendidikan di seluruh Indonesia. Bila diinginkan hanya sebagian dari kasus yang terdaftar di rumah sakit tersebut, dilakukan c/zster sampling, yaitu dengan melakukan random sampling pada tiap rumah sakit, kemudian baru dalam analisis akhir data dari semua rumah sakit dijumlahkan. Pada survai komunitas sering dilakukan tzno stage cluster sampling, seperti contoh berikut: Misalnya kita ingin meneliti kejadian karies dentis pada anak sekolah diJakarta. Dibutuhkan 5000 subyekyang diharapkan dapat mewakili anak sekolah di |akarta. Dari daftar sekolah di Kanwil Depdiknas DKI, diambil secara random sejumlah 100 sekolah dasar. Pada ke-100 sekolah dasar tersebut, dari tiap sekolah dipilih 50 orang siswa dengan cara random sampling. Keuntungan lain cara ini adalah bahwa pada satu clusterbiasanya subyeknya lebih kurang homogen. Misalnya, daerah tertentu cenderung untuk dihuni penduduk dengan tingkat sosial ekonomi yang tidak terlalu berbeda mencolok, meskipun biasanya tenfu saja tidak benar-benar homogen. *t

Sudigdo Sastroasmoro 99 B Noru-PRoBABrLny IAMPLTNGNon-probability sampling merupakan cara pemilihan sampel yanglebih praktis dan mudah dilakukan daripada probability sampling,karenanya dalam penelitian klinis lebih sering digunakan daripadaprobability sampling. Namun perlu diingaf karena semua prosedurstatistika berdasarkan pada asumsi umum bahwa sampel diambilsecara probability sampling (khususnya random sampling), makakesahihan sampel non-probability terletak pada berapa benarkarakteristik sampel yang dipilih dengan cara lain akan menyerupaikarakteristik sampel bila pemilihan dilakukan dengan cara prob abilitysampling. Consecutiae sampling, conaient sampling, dan judgmental samplingmerupakan 3 jenis non-probability sampling yang paling seringdigunakan dan diuraikan di bawah.a Consecutioe samplingPada cnnsecutiae sampling, semua subyek yang datang secara berurutandan memenuhi kriteria pemilihan dimasukkan dalam penelitian sampaijumlah subyek yang diperlukan terpenuhi. Consecutioe sampling inimerupakan jenis non-probability sampling yar.g paling baik, danseringkali merupakan carayang termudah. Faktanya sebagian bes4rpenelitian klinis (termasuk uji klinis) pemilihan subyeknya dilakukandengan teknik ini. Agar hasil pemilihan subyek dengan consecutiae sampling dapatmenyerupai hasil dengan probability sampling, maka jangka waktupemilihan pasien atau subyek penelitian harus tidak terlalu pendek,terutama untuk penyakit yang dipengaruhi oleh musim. Conlohnya,pengambilan pasien demam berdarah dengue pada bulan-bulanAgustus dan September mungkin tidak mewakili karakteristikpasien demam berdarah dengue pada umumnya, karena puncakinsidens penyakit ini biasanya terjadi antara bulan April-Juni, dankarakteristik pasien pada puncak insidens biasanya tidak samadengan pada bulan-bulan lain. Untuk jenis penyakit yang tidakdipengaruhi oleh musim hal tersebut dapat diabaikan. *.t

100 P emilihan s uby ek p en eliti anb Comtenient samplingCara ini merupakan cara termudah untuk menarik sampel, namunjuga sekaligus merupakan cara yang paling lemah. Pada cara inisampel diambil tanpa sistematika tertentu, sehingga jarang dapatdianggap dapat mewakili populasi terjangkau, apalagi populasitarget penelitian. Contoh Ingin diketahui kadar imunoglobulin pasien penyakit jantung bawaan (PJB). Ditetapkan besar sampel 40. Peneliti, suatu hari mengambil 8 kasus di poliklinik jantung. Kemudian ia cuti, dan wakfu masuk kembali, kalau tidak rapat atau memberi kuliah ia mengumpulkan lagi pasien sampai mencapai 40. Cara ini mudalv namun subyek terpilih tidak mewakili pasien PIB yang berobat di poliklinik tersebut. Dalam keadaan tertentu, bila variabilitas nilai pada subyek penelitian tidak berbeda besa4 maka hasilyang diperoleh dapat dianggap representatif untuk populasi target, misalnya pada penelitian untuk memperoleh nilai-nilai normal (contoh: ukuran ginjal pada bayi baru lahi1, dimensi ruang janfung dengan cara ekokardiografi pada orang dewasa normal).c Judgmental sampling ataupurposiae snmplingPada judgmental sampling atau purposive sampling ini penelitimemilih responden berdasarkan pada pertimbangan subyektif danpraktis, bahwa responden tersebut dapat memberikan informasiyang memadai untuk menjawab pertanyaan penelitian. Misalnya,untuk meneliti pendapat ibu tentang pemberian ASI dan susuformula, dipilih ibu-ibu yang pemah memberikan ASI dan pemahpula memberikan susu formula kepada bayinya, atau ibu yangpendidikannya cukup sehingga dapat memberi keterangan yanglebih akurat. Cara tersebut rnempunyai kelemahan yang lebihkurang sama dengan cara conaenient sampling. Pada studi yangmemerlukanfollow-up, misalnya studi kohort atau uji klinis, calonpeserta yang berencana pindah tempat tinggal dalam kurun waktupenelitian sering juga tidak diikutsertakan dalam penelitian. tt!,

Sudigdo Sastroasmoro 101 KEsaUTHAN INTERNA DAN EKSTERNAKesahihan'(validitas) interna suatu penelitian menunjukkanapakah hasil studi bebas dari kesalahan acak, bias, dan perancu(confounding). Dengan kata lain, apakah asosiasi yang diperolehbenar-benar hanya dipengaruhi oleh variabel-variabel yang diteliti.Suatu penelitian dengan kesahihan interna yang tinggi mempunyaikesalahan pengukuran (bias, kesalahan acak), serta pengaruh faktorperanflr yang tidak ada atau minimal. Sebaliknya suatu penelitiandengan kesahihan interna yang rendah mengandung bias, kesalahanacak atau perancu, sehingga asosiasi yang didapat mungkin sajadisebabkan oleh hal selain variabel yang diteliti. Aspek ketepatandesairy seleksi subyek, dan pengukuran berperan penting dalamvaliditas interna. Kesahihan eksterna menunjukkan berapa baik hasil penelitiantersebut dapat diterapkan pada kelompok yang lebih luas. Darisampel yang dikehendaki ke populasi terjangkau seringkali disebutsebagai kesahihan eksterna pertama, sedangkan dari populasiterjangkau ke populasi target merupakan kesahihan eksterna yangkedua. Suatu penelitian baru dapat mempunyai kesahihan eksternayang baik apabila ia mempunyai kesahihan interna yang baik.Penelitian dengan kesahihan interna yang buruk tidak mungkinmempunyai kesahihan eksterna yang baik. Dalam keadaankesahihan interna buruk, maka pertanyaan tentang kesahihaneksterna penelitian tersebut tidak lagi relevan. Dnrrnn PUsTAKA Dawson B, Trapp RG. Basic and clinical biostatistics. Edisi ke-3. Boston: Lange Medical Books[VlcGraw Hilf 2001. Elwood JM. Critical appraisal of epidemioological studies and clinical trials. Edisi ke-2. Oxford: Oxford University Press, 1998. Hulley SB, Cummings SR, Browner WS, Grady D, Newman TB, penyrinting. Designing clinical research - an epidemiologic approach. Edisi ke-3. Philadelphia: Williams & Wilkins, 2007. Koapp RG, Miller III MC. Clinical epidemiology and biostatistics. Penn sylvania: Harwal Publishing Co, 1992. * L'J|

102 P emilihan suby ek penelitian5 Kramer MS. Clinical epidemiology and biostatistics. Berlin: Springer- Verlag, 1988.5. Woodward M. Epidemiology - study design and data analysis. Boca Raton: Chapman & Hall;1999. ffiJ}

Sudigdo Sastroasmoro 103 ## *\"s s g@##*&@-ffi.ffi Penelition selolu diloksonokon podo sompel, don hosilnya akan drgeneralisosi ke populosi yong diwokili oleh somPel. 'Populosi dopot dibagi menjodi populosi target yong dibotosi oleh sifot demogrof ik don klinis, don populosi terjongkou yokni bagian populasi target yang dibotosi tempot don woktu. Sompel dipilih dari populosi terjongkou. Kauntungon penggunoon sompel odqloh lebih cepot, lebih muroh, lebih mudoh, lebih okurot, don lebih spesif ik, dangon f ingkot kasolohan yong ditetopkon. Pemilihon subyek untuk sompel dopat dilqkukon dengon coro berdosorkon peluong (probability sanpling) mouPun bukon berdosorkon peluong (non-probabi I ity sampl ing). Termosuk dolom probability samplingadalah simple random sampling, systematic sanpling, stratif ied random sampling, cluster sampling dan kombinosi coro-coro tersebut. Tarmosuk dolom no n- p ro bab i I ity sanp I ing odoloh consecutive, convenient, dan judgmental sampling. Dolom studi klinis consecutive sampling poling sering digunokon. Semuo uji stotistiko moupun penghitungon intervol kepercayaan dilokukan dengan osumsi bohwo pemilihon subyek dilokukon dengon probability sampling, meskiPUn subyek podo sompelyong mewakili populosi tidok horus dilokukon secoro probabi I ity sanpl ing. Hosil penelitian dopatditeropkon podo populosi bergontung kepodo opokoh sompel tersebut mewokili populosi terjongkou (dopot dihitung) dan opokoh populasi terjongkou dionggop dapot mewokili populosi target (secaro common sense). *I 6at .t


Like this book? You can publish your book online for free in a few minutes!
Create your own flipbook