Important Announcement
PubHTML5 Scheduled Server Maintenance on (GMT) Sunday, June 26th, 2:00 am - 8:00 am.
PubHTML5 site will be inoperative during the times indicated!

Home Explore Bab 2. Penyakit Paru yang Disebabkan Trematoda Paragonimus

Bab 2. Penyakit Paru yang Disebabkan Trematoda Paragonimus

Published by haryahutamas, 2016-08-03 03:31:24

Description: Bab 2. Penyakit Paru yang Disebabkan Trematoda Paragonimus

Search

Read the Text Version

BAB 2 PENYAKIT PARU YANG DISEBABKAN TREMATODA PARAGONIMUS Pinardi Hadidjaja dan Sri S. MargonoPARAGONIMIASISPendahuluan enyakit paragonimiasis yaitu penyakit yang disebabkan Paragonimus westermani dan beberapa spesies lainnya sepertiP. heterotremus, ditemukan di beberapa negeri di Asia seperti RRC,Taiwan, Korea, Jepang, Thailand, Vietnam, Filipina, lndia dan Malaysia.Selain diAsia juga ditemukan diAfrika dan Amerika Latin. Paragonimiasisdi bagian barat Jepang, khususnya di bagian selatan Kyushu adalahpenyakit endemis. Lebih dari 70% kasus di antara 30-50 kasus setahundisebabkan karena makan sashimi, yaitu semacam lauk yang disajikanmentah, yang dibuat dari daging ketam.12 Di lndonesia pernah ditemukandi harimau di Sumatera Utara, sedangkan juga pernah ada kasus imporpada manusia. Hospes reservoar adalah sejumlah jenis karnivora sepertiharimau, kucing, anjing hutan, serigala, anjing, panter, musang dll. Pheterotremus ditemukan pada manusia di Thailand, sedangkan beberapaspesies Paragonimus lain juga dapat menginfeksi manusia yaitu di RRC,Jepang, Meksiko, dan Amerika Tengah dan Selatan.3Cara lnfeksi Bentuk infektifnya adalah larva metaserkaria yang ditemukandi dalam ketam atau udang batu. Beberapa sumber infeksi adalah:Cambaroides japonicus, Cambaroides similes, Eriocheir japonicus,Potamon dahaani dll. Ketam atau udang batu yang direndam didalam anggur atau dimakan dalam bentuk asinan dapat menginfeksimanusia bilamana mengandung metaserkaria. Setelah melalui dindingusus cacing bergerak ke dalam rongga peritoneum. Sebagian besarkemudian menembus diafragma dan bermigrasi ke parenkhim paru. Didalam paru hospes membentuk kapsul sekitar cacing. Hanya beberapahari dibutuhkan cacing untuk sampai ke diafragma akan tetapi kira-kira 3 minggu dibutuhkan untuk seluruh perjalanan migrasinya. Cacingmenjadi dewasa setelah kira-kira 5-6 minggu. 2a

Sebelum menjadi bentuk infektif telur di dalam sputum atau tinjayang jatuh ke dalam air menetas dalam waktu 16 hari. Mirasidium yangkeluar dari telur kemudian berkembang di dalam keong air. Serkariayang keluar dari keong kemudian masuk ke dalarn ketam atau udangbatu, membentuk kista metaserkaria yang infektif bagi manusia dan lainhospes reservoar.Gejala Klinik Pada umumnya gejala klinik paragonimiasis tidak khas, seringperjalanan penyakit tidak serius dan menghinggapi kelompok umur 10-25 tahun\"5 Cacing dewasa ditemukan berpasangan didalam kista di parusehingga menyebabkan batuk dengan sedikit sputum. Lama kelamaanterjadi hemoptisis yaitu batuk darah. Cacing yang sering bermigrasijugadapat ditemukan didalam alat-alat lain seperti hati, otak, Iimpa, otot danmenimbulkan abses. Keadaan klinis menyerupai bronkhitis menahunatau bronkhiektasi dengan sputum yang lengket berwarna khas yaitukecoklatan atau kemerahan. Bilamana kista terdapat di dekat pleuramaka terasa sakit di dada dan kadang-kadang terdapat efusi pleura.lnfeksi'berat menyebabkan abses di dalam paru. Penyakit ini disebutjuga hemopfisrs endemrk. Lesi nodul/kavitas dapat dideteksi dengantehnik pencitraan. Di dalam otak dapat menyebabkan kejang epilepsi,se{angkan bilamana banyak parasit ditemukan di daerah usus makaakan terasa sakit di daerah abdomen, nyeri tekan dan diare dengandarah dan mukus. Telur cacing dapat ditemukan di dalam tinja.Kelainan Fatologi Prognosis infeksi ringan baik, sedangkan infeksi berat merupakanpenyakit yang serius.Diagnosis Menemukan telur di dalam sputum/tinja dengan pemeriksaanlangsung atau konsentrasi Telur yang khas yaitu mempunyai tutup yang disebut operkulumpada salah satu ujung.kutubnya dan berisi sejumlah sel, ditemukandi dalam sputum dan cairan pleura. Bilamana telur di dalam sputumtertelan maka akan ditemukan didalam tinja.Diagnosis Banding Bilamana pada penderita ditemukan hemoptisis maka diagnosisbanding adalah tuberkulosis paru, bronkhiektasi, bronkhitis menahun,

I pAqAR TARASTTOLOGT KLTNTKtumor paru. Paragonimiasis otak dengan gejala kejang menyerupaisistiserkosis, hidatidosis atau epilepsi genuin.Fengobatan Pada umumnya kini untuk penyakit yang disebabkan trematodadigunakan prazikuarttel dengan hasil yang cukup memuaskan. Padaparagonimiasis paru prazikuantel diberikan 25 mg/kg berat badan, setelahrnakan, tiga kali sehari selama 3 hari berturut-turut, dengan interval4-Sjam di antara tiap dosis. Sebagai obat alternatif dapat digunakan bitionol,30- 50 mg/kg berat badan, sekalidalam 2 hari, 10-15 dosis, selama 20-30 hari. Biasanya ada efek samping yang biasanya ringan dan untuksemontara waktu\" Banyak pasien menpunyai keluhan gastrointestinal,biasanya diare.a Bitionoltidak ada di pasaran lndonesia. Untuk infeksisekunder diberikan antibiotik. Angka penyembuhan dengan kedua obatini mencapai 90% lebih. Pada keadaan akut paragonimiasis serebral,khususnya meningitis, prazikuantel maupun bitionol mungkin efektif\"Matinya parasit menimbulkan reaksi lokal yang berat sehingga perludiberi tambahan kortikosteroid seperti pada sistiserkosis serebral. Padastadium menahun terapidengan operasidan pemakaian obattidak akanberhasil men g u ran g i gejala-gejala neu rolog i.Pencegahan Didaerah tertentu sepertiJepang, Thailand, Filipina daging ketammentah direndam dalam anggur untuk kemudian diminum. Untukmengubah perilaku tersebut perlu dilakukan penyuluhan yang seringtidak mendapatkan respons yang baik. Supaya tinja penderita tidakmencemari air sungai dan sawah perlu pembuatan dan pemakaianjamban ditingkatkan. Pencemaran badan-badan air terutama terjadioleh hewan yang menjadi daur hidup manusia dan hospes reservoarcacing ini.Gontoh Kasus $eorang laki-laki, berumur 42 tahun, mengirim sputumnya kelaboratorium diJakarta dan setelah diperiksa ternyata mengandung telurP westermani. Telur berukuran 90 x 55 p, mempunyaioperkulum padasatu kutubnya, agak melebar pada dasar operkulum dan berisi sejumlahsel. $emula pasien inidikira menderitatuberkulosis, Sputum negatif basiltahan asam. Di dalam keluarganya tidak ada yang menderita penyakittuberkulosis, Pada pencitraan ditemukan kavitas di lobus inferior parukanan. Penderita mengakui sebelumnya sering pergi ke beberapa?mJ ,

daerah endernis di Asia dan ikut menyantap minurnan dan makananyang mengandung ketam mentah yang biasanya dikonsumsi penduduksetempat. Dengan demikian infeksi penderita ini adalah infeksi impor. Nakamuia-Uchiyama5 mempelajari gejala klinik pada 30 penderitaparagononniasis secara retrospektif. Penderita Lrerumur rata-rata 48tahun di antara kelompok umur 13-72 tahun. Penderita dibagi dalam2 kelompok yaitu berdasarkan foto radiologi rnenderita pleuritis sajasedangkan pada kelompok kedua ditemukan lesi berupa nodul dankavitas didalam paru. Jumlah eosinofil didarah periferiyang ditemukanpada kelonnpok pleuritis condong lebih banyak akan tetapitingkat lgE totaldidalam serum dapat dikatakan sama. Rata-rata rasio antibodi lgGllgMyang parasit-spesifik yang ditentukan dengan ELI$A lebih tinggi $ecarabermakna pada kelompok dengan lesi parenkhim dibandingkan dengankelompok lesi pleuritis. Terdapat titer antibodi lgM berkorelasi positifdengan derajat eosinofili di darah perifer, titer antibody lgG berkorelasiterbalik. Hasil ini menunjukkan bahwa pleuritis dengan eosinofili danlgM dorninan adalah khas untuk etadiunn permulaan paragonimiasis,sedangkan lesi parenkhim di dalam paru dengan eosmofili derajatrendah'dan lgG antibody dominan adalah stadium lanjut.Daftar Pustaka1. . Nawa Y Noda S, Uchiyama-Nakamura F, lshiwata K. Current stalus of food-borne parasitic zoonosis in Japan. [Abstract]. The 3rd seminar on food-borne parasitic eoono$es. international tropical rnedicine meeting 2000. Bangkok, Thailand. 2000:62\"2. Reifsnyder DN. Parasitic diseases. Cases studies. New York: Medical Examination Publishing Co lnc; 1980.3. Waree P, Polseela P, Pannarunothai S, PipitgoolV. The present situation of paragonimiasis in an endemic area in Phitsanulok Province. [Abstract]. The 3rd Seminar on food-borne parasitic zoonoses. Joint international tropical medicine meeting 2000. Bangkok,Thailand. 2000:260,4. Goldsmith RS. lnfectious diseases: protozoaland helminthic. ln: Tierney LM Jr, McPhee SJ, Papadakis MA, editors. 40th ed Current medical diagnosis & treatment 2001 . lnternational:Lange Medical Books/McGraw- Hill; 2001. p. 1412-80.5. Nakamura-Uchiyama F, Onah DN, Nawa Y. Clinicalfeatures and parasite- specific lgM/lgG antibodies of paragonimiasis patients recently found in Japan. [Abstract]. The 3rd Seminar on food'borne parasitic zoonoses. Joint international tropical medicine meeting 2000. Bangkok, Thailand. 2000:97


Like this book? You can publish your book online for free in a few minutes!
Create your own flipbook