Important Announcement
PubHTML5 Scheduled Server Maintenance on (GMT) Sunday, June 26th, 2:00 am - 8:00 am.
PubHTML5 site will be inoperative during the times indicated!

Home Explore Bab 17. Sistem Pernapasan

Bab 17. Sistem Pernapasan

Published by haryahutamas, 2016-04-02 00:44:08

Description: Bab 17. Sistem Pernapasan

Search

Read the Text Version

Sistem PernapasanEPITEL RESPIRATORIK Bronkiolus Bronkiolus RespiratoriusRONGGA HIDUNG Ductus Alveolaris Menghidu (Olfaction) Alveolus Reg€nerasi di Lapisan AlveolusSINUS & NASOFARING FEMBULUH BARAH& SARAF PARULARI}IG PLEURAT*AKEA GERAKAN PERNAPASANPERCABANGAN BRONKUS & PARU BronkusSistem pernapasan rnencakup Paru-Paru dan sistem saluran APTIKASIMEDISbercabang yang menghubungkan tempat pertukaran gasdengan lingkungan luar. Udara digerakkan melalui paru oleh Sindrom silia imotil, suatu kelainan yang menyebabkansuatu mekanisme ventilasi, yang terdiri atas rongga toraks, inferlilitas pada pria dan infeksi saluran napas kronik padaotot interkostal, diafragma, dan komponen elastis jaringan kedua jenis kelamin, disebabkan oleh imobilitas silia danparu. Sistem pernapasan biasanya dibagi menjad'i struktut flagela yang diinduksi, pada sejumlah kasus, oleh de-salurannapas atas danbawah (Gambar 17-1). Secara fungsional, fisiensi dinein, suatu protein yang normalnya terdapat distruktur-struktur tersebut membentuk bagian konduksi dalam silia. Dinein berfungsi untuk pergerakan silia (lihatsistem, yang terdiri atas rongga hidung, nasofaring, laring, Bab 2).trakea, bronki (Yun. bronchos, pipa angin), bronkiolus, danbronkiolus terminalis; dan bagian respiratorik (tempat ber- mukaan apikal kecil yang memiliki banyak mikrovililangsungnya pertukaran gas), yang terdiri atas bronkiolus pendek dan tumpul (Gambar 17-2c). Sel sikat memper-respiratorius, ductus alveolaris, dan alveoli. Alveoli merupakan lihatkan sejumlah komponen transduksi sinyal sepertistruktur mirip-kantong yang membentuk sejumlah besar komponen pada se1 kecap dan memiliki ujung saraf aferenbagian paru. Alveoli adalah tempat utama bagi fungsi utamaparu-pertukaran O, dan CO, antara udara yang dihirup dan pada permukaanbasalnya dan dipandang sebagai reseptor kemosensoris.darah. Sel granul kecil juga sulit ditemukan pada sediaan rutiry Bagian konduksi memiliki dua fungsi utama: menyediakan tetapi memiliki banyak granul padat berdiameter 100-300sarana bagi udara yang keluar masuk paru dan mengondisikan APTIKASIMEDISudara yang dihirup tersebut. Untuk menjamin kelangsunganpaso(an udara yang kontinr.r, kombinasi tulang rawan, serat Dari rongga hidung sampai ke laring, bagian epitelnyaelastin dan kolagery dan otot polos, memberikan bagian berupa epitel berlapis gepeng. Jenis epitel ini terdapat dikonduksi ini sifat kaku dan fleksibilitas serta ekstensibilitas tempat yang terpajan aliran udara langsung atau abrasi fisis (misalnya orofaring, epiglotis, pita suara); epitel iniyang diperlukan. memberi lebih banyak perlindungan terhadap erosi dan abrasi ketimbang epitel respirasi biasa. Pada perokok,EPITEL RE$PIRATORIK proporsi sel bersilia terhadap sel goblet berubah untuk membantu membersihkan peftambahan paftikel polutanSebagian besar bagian konduksi dilapisi epitel bertingkat dan gas (misalnya CO, SOr). Meskipun banyaknya iumlahsilindris bersilia yang dikenal sebagai epitel respiratorik sel goblet pada epitel perokok dapat mempercepat pem-(Gambar 17-2). Epitel ini sedikitnya memiliki lima jenis sel, bersihan polutan, tetapi pengurangan sel bersilia akibatyang kesemuanya menyentuh membran basal yang tebal: kelebihan CO yang masuk, berakibat kurangnya per- gerakan lapisan mukus dan sering menimbulkan kongesti. Sel silindris bersilia (dibahas di Bab 2) adalah se1 yang saluran napas yang lebih kecil. terbanyak. Setiap sel memiliki lebih kurang 300 silia pada permukaan apikalnya (G alr.b ar 77 -2).' Sel goblet mukosa juga banyak dijumpai di sejumlah area epitel respiratorik (Gambar 77-2), yang terisi di bagian apikalnya dengan granula glikoprotein musin.. Sel sikat (brush cells) adalah tipe sel silindris yang lebih jarang tersebar dan lebih sulit ditemukan dengan per- 292

SISTEM PERNAPASAN I 293 ..:rAF[{(-AS|]{€$K Reaksi alergi dan inflamasi dapat menyebabkan pem- besaran badan-badan pengembang secara abnormal di kedua fossa, yang sangat menghambat aliran udara. Banyaknya venula berdinding-tipis di lapisan rongga hidung dan letaknya yang dekat dengan permukaan epitel menjelaskan mengapa epistaksis sering terjadi.Saluran lembap dan dengan melambatkan serta menambah furbulensinapas aliran udara. Hasilnya adalah bertambahnya kontak antarabawah aliran udara dan lapisan mukosa. Di dalam lamina propria Bronkiolus concha terdapat pleksus vena besar yang dikenal sebagai Respiratorius bronkiolus badan pengembang (szuell bodies). Setiap 20-30 menit, badan Duktus alveolaris pengembang pada satu sisi akan penuh terisi darah sehingga Alveolus mukosa concha membengkak dan mengurangi aliran udara. Pleura Selama masa tersebut, sebagian besar udara diarahkan melalui fossa nasalis lain sehingga epitel respiratorik dapat pulih dari Diafragma dehidrasi.Gambar 77-7. Analomi sistem pernapasan. Secara anatomis, Selain badan-badan pengembang, mukosa rongga hidungsaluran pernapasan memiliki bagian atas dan bawah. Secarahistologis dan fungsional, sistem pernapasan memiliki bagian memiliki sistem vaskular yang rumit dan luas. Pembuluh- pembuluh besar membentuk jalinan-jalinan rapat dekatkonduksi, yang terdiri atas semua komponen yang mengondisikan periosteum di bawalmya, dan dari tempat ini, cabang-cabangudara dan membawanya ke paru, dan bagian respiratorik, tempatterjadinya pertukaran gas, yang terdiri atas bronchiolus respi- pembuluh meluas ke permukaan. Darah di pembuluh tersebutratorius, ductus alveolaris, dan alveoli di paru. Bagian kedua set mengalir dari belakang rongga hidung ke depan dalam arahsinus paranasalis diperlihatkan pada gambar ini. yang berlawanan dengan aliran udara inspirasi sehingga panas nm. Seperti sel sikat, sel-sel ini membentuk sekitar 3\"/\" total sel dan merupakan bagian sistem neuroendokrin (Bab 20). berpindah dan menghangatkan udara tersebut secara cepat. Suatu fungsi utama keseluruhan bagian konduksi adalah. Sel basal, yaitu sel bulat kecil pada membran basal tetapi mengondisikan udara inspirasi dengan membersihkan, me- tidak meluas sampai permukaan lumen epitel, merupakan sel punca yang membentuk jenis sel lain. Iembapkan, dan menghangatkannya sebelum memasuki paru.RONGGA HIDUNG Selain vibrisa lembap, sejumlah besar vaskular di laminaRongga hidung kiri dan kanan terdiri atas dua struktur: propria, dan sel epitel respiratorik yang bersilia dan meng- hasilkan mukus, pengondisian juga melibatkan sejumlah besarvestibulum di luar dan rongga hidung (atau fossa nasalis) didalam. Vestibulum adalah bagian paling anterior dan paling kelenjar mukosa dan serosa di mukosa. Begitu udara mencapailebar di setiap rongga hidung. Kulit hidung memasuki nares fossa nasalis, partikel dan polutan gas terperangkap di lapisan(cuping hidung) yang berlanjut ke dalam vestibulum danmemiliki kelenjar keringat, kelenjar sebasea, dan vibrisa (bulu mukus. Mukus ini, beserta sekret serosa juga berfungsi me-hidung) yang menyaring partikel-partikel besar dari udara lembapkan udara yang masuk, melindungi alveoli paru yanginspirasi. Di dalam vestibulum, epitelnya tidak berlapis tanduklagi dan beralih menjadi epitel respiratorik sebelum memasuki halus dari kekeringan.fossa nasalis. Menghidu (Olfaction) Rongga hidung berada di dalam tengkorak berupa dua Kemoreseptor olfaktorius terletak di epitel olfaktorius, yaitubilik kavernosa yang dipisahkan oleh septum nasi oseosa. Darisetiap dinding lateraf terdapat tiga tonjolan bertulang (Gambar regio khusus membran mukosa concha superior yang terletak17-1) mirip rak yang dikenal sebagai conchae. Concha mediadan inferior dilapisi oleh epitel respiratorik; concha superior di atap rongga hidung. Pada manusia, luasnya sekitar 10 cm2ditutupi epitel penghidu khusus. Celah-celah sempit di antaraconcha memudahkan pengondisian udara inspirasi dengan dengan tebal sampai 100 pm. Epitel ini merupakan epitelmenambah luas area epitel respiratorik yang hangat dan bertingkat silindris yang terdiri atas tiga jenis sel (Gambar 77-3): . Sel-sel basal adalah sel kecil, sferis atau berbentuk kerucut dan membentuk suatu lapisan di lamina basal. Sel-sel ini . adalah sel punca untuk kedua tipe sel lainnya. Sel penyokong berbentuk kolumnar dengan apeks silindris dan dasar yang lebih sempit. Pada permukaan bebasnya terdapat mikrovili, yang terendam dalam selapis cairan. . Kompleks tautan yang berkembang baik mengikat sel-sel penyokong pada sel-sel olfaktori di sebelahnya. Peran suportif sel-sel ini tidak begitu dipahami, tetapi sel tersebut memiliki banyak kanal ion dengan fungsi yang tampaknya diperlukan untuk memelihara lingkungan mikro yang kondusif untuk fungsi penghidu dan ketahanan hidup. . Neuron olfaktorius adalah neuron bipolar yang berada di seluruh epitel ini. Neuron ini dibedakan dari sel-se1 pe- nyokong oleh letak intinya, yang terletak di antara sel penyokong dan se1 basal. Ujung dendrit setiap neuron

- 294 I BAB 17'r&l* 1** iq 4. *':! ? I ,l..: *i b:.I ;,I a*.. t:Gambar 17-2. Epilel respiratorik. Epitel respiratorik merupakan contoh klasik epitel kolumnar bertingkat bersilia. (a): Detail strukturnyabervariasi di berbagai regio saluran napas, tetapi epitel ini biasanya berada di atas membran basal (BM) yang sangat tebal dan memilikisejumlah tipe sel, sebagian kolumnar, sebagian basal dan semuanya berkontak dengan rnembran basal. Sel kolumnar bersilia merupakansel terbanyak dengan ratusan silia panjang yang lebat (C) di setiap tonjolan apikalnya yang membentuk suatu lapisan silia pada permukaanluminal. Sebagian besar sel bulat kecil pada membran basal merupakan sel punca dan progenitornya yang berdiferensiasi, yang bersama-sama membentuk sekitar 30% epitel. Limfosit intraepitelial dan sel dendritik juga dijumpai pada epitel respiratorik. Sel goblet (G) penghasil-mukus juga ditemukan. Lamina propria tervaskularisasi (V) dengan baik.400x. Mallorytrichrome. (b): SEM memperlihatkan permukaanluminal sel goblet (G)di antara sejumlah besarsel bersilia.2500x. (c): Seperti diperlihatkan oleh SEM regio lain, sel goblet (G) mendominasidi sejumlah area, dengan akumulasi mukus permukaan di sebagian tempat (panah). Lapisan mukus menjerat sebagian besar partikeldebu dan mikroorganisme, dan pergerakan silia secara kontinu mendorong lapisan mukus ke arah esofagus untuk dikeluarkan. Selkolumnar lain, yang hanya mencapai sekitar 3% sel di epitel respiratorik adalah sel sikat (B) dengan permukaan apikal kecil yang mem-bawa berkas mikrovili pendek yang tumpul. Sel sikat memiliki gambaran reseptor kemosensorik tetapi makna fisiologisnya masih belumdiketahui. 3000x. (Gambar 17-2b dan 17-2cyang dicetak ulang atas izin dari John Wiley & Sons, lnc., Am. J. Anat. 1974:139:421.Hakcipta O 1974.)Neuron olfaktorius adalah sejumlah neuron yang diganti I, nervus olfactorius, dan akhirnya bersinaps dengansecara teratur dan konstan karena aktivitas regenerasi selpunca yang menghasilkannya. OIeh sebab itu, kehilangan neuron lain di bulbus olfactorius.penciuman akibat uap toksik atau cedera fisis pada epitelbiasanya berlangsung sementara. Akan tetapi, kerusakan Lamina propria di epitel olfaktorius memiliki kelenjaros ethmoidale pada dasar tengkorak dapat merobek serosa besar (kelenjar Bowman), yang menghasilkan suatuakson olfaktorius dan menyebabkan lebih banyak ke- aliran cairan di sekitar silia penghidu dan memudahkan akses zat pembau yang baru.hilangan permanen fungsi penghidu jika regenerasi aksonmelalui lamina cribriformis juga terhambat. SINUS & NASOFARINGbipolar merupakan ujung apikal (luminal) sel dan memiliki Sinus paranasalis adalah rongga bilateral di fulang frontaftonjolan dengan sekitar lusinan badan basal. Dari badanbasal tersebuf silia panjang nonmotil menonjol dengan maksila, ethmoid dan sfenoid tengkorak (Gambar 17-1). Sinus-aksonema tetapi memiliki luas permukaan yang bermakna sinus ini dilapisi oleh epitel respiratorik yang lebih tipis denganuntuk kemoreseptor membran. Reseptor tersebut berespon sedikit sel goblet. Lamina proprianya mengandung sedikitterhadap zat pembau dengan menimbulkan potensial aksi kelenjar kecil dan menyatu dengan periosteum di bawahnya. Sinus paranasalis berhubungan langsung dengan ronggadi sepanjang akson (basal) neuron tersebu! yang me- hidung melalui lubang-lubang kecil dan mukus yang dihasil- kan dalam sinus ini terdorong ke dalam hidung sebagai akibatninggalkan epitel dan bersatu di lamina propria sebagai dari aktivitas sel-sel epitel bersilia.saraf yang sangat kecil yang kemudian melalui foramina dilamina cribriformis ossis ethmoidalis ke otak (Gambar Di bagian posterior rongga hidung, nasofaring adalah17-3). Di tempat tersebut, saraf ini membentuk saraf kranial bagian pertama faring, yang berlanjut sebagai orofaring ke arah kaudal, yaitu bagian posterior rongga mulut (Gambar 17-1). Nasofaring dilapisi oleh epitel respiratorik dan memiliki tonsila pharyngealis di media dan muara bilateral tuba auditorius untuk setiap telinga tengah.

rrar,rus orfar<torius SISTEM PERNAPASAN I 295 { Neuron proyeksi Sel Lamina Sel reseptor cribriformis akson penghidu reseptor Kelenjar penghidu Lamina propria penghidu Sel basal Epitel Lapisan mukus Sel penyokongpenghidu Sel reseptor penghidu Dendrit Rambut l\,4olekul aroma Lamina propria lnti sel basal Inti sel reseptor penghidu Inti sel penyokongGambar 17-3, Epitel penghidu. (a, b): Epitel penghidu melapisi concha superior bilateral dan mengirimkan akson dari seluruh areanyaseluas 10 cm'zke otak melalui lubang kecil di lamina cribriformis di ossis ethmoidalis. Epitel tersebut merupakan epitel bertingkat, yangmemiliki sel punca basal dan sel penyangga kolumnar selain neuron olfaktorius bipolar. Dendrit neuron ini berada di ujung luminal danmemiliki silia yang dikhususkan dengan banyak reseptor membran untuk molekul penghidu. Pengikatan ligan tersebut menimbulkandepolarisasi yang melintas di sepanjang akson basal ke bulbus olfaktorius otak. 200x. H&E.APLIKASIMEDIS LARINGSinusitr.s adalah proses peradangan pada sinus, yang Laring adalah saluran kaku yang pendek (4 cm x 4 cm) untukdapat bertahan untuk waktu lama, terutama karena pe- udara antara faring dengan trakea (Gambar 7-1). Dindingnyanyumbatan pada lubang keluarnya. Sinusitis dan bronkitis diperkuat oleh kartilago hialin (di tiroid, krikoid, dan cartilagokronik merupakan bagian dari sindrom silia imotil, yang arytenoid inferior) dan kartilago elastis yang lebih kecil (diditandai dengan gangguan kerja silia. epiglotis, cuneiformis, cornikulatum, dan cartilago arytenoid superior), yang kesemuanya dihubungkan oleh ligamen. Selain

- 296 I BAB 17menjaga agar jalan napas terbuka, pergerakan kartilago ini TRAKEAoleh otot rangka berperan pada produksi suara selama fonasi Trakea adalah saluran dengan panjang 1,2-L4 cm. dan dilapisidan epiglotis berfungsi sebagai katup untuk mencegah masuk- mukosa respiratorik khas (Gambar 17-5). Di lamina propria, terdapat sejumlah besar kelenjar seromukosa menghasilkannya makanan atau cairan yang ditelan ke dalam trakea. mukus encer dan di submukosa, 16-20 cincin kartilago hialin Epiglotis, yang terjulur keluar dari tepian laring, meluas ke berbenhrk C menjaga agar lumen trakea tetap terbuka (Gambar 1,7-6). Ujung terbuka dari cincin kartilago ini terdapat di per-dalam faring dan memiliki permukaan lingual dan laringeal. mukaan posterior trakea, menghadap esofagus dan dihubung-Seluruh permukaan lingual dan bagian apikal permukaan kan oleh suatu berkas otot polos (m. trachealis) dan suafuIaringeal ditutupi oleh epitel berlapis gepeng. Pada beberapa lembar jaringan fibroelastis yang melekat pada perikondrium.titik permukaan laringeal di epiglotis, epitelnya beralih men- Keseluruhan organ dikelilingi oleh lapisan adventisia.jadi epitel bertingkat silindris bersilia. Di bawah epitel terdapatkelenjar campuran mukosa dan serosa di lamina propria. Trakea menjadi relaks selama menelan untuk rr,emper- mudah pasase makanan dengan memungkinkan esofagus me- Di bawah epiglotis, mukosa laring menjulurkan dua pasang nonjol ke dalam lumen trakea, dengan lapisan elastis yanglipatan ke dalam lumen laring (Gambar 17-4). Pasangan atas, mencegah peregangan berlebih di lumen. Pada refleks bafuk,yaitu plica vestibularis atau pita suara palsu, yang sebagian otot berkontraksi untuk menyempitkan lumen trakea dan me-dilapisi epitel respiratorik yang di bawahnya terdapat banyak ningkatkan kecepatan pengeluaran udara dan melonggarkankelenjar seromukosa. Pasangan lipatan bawah membentuk materi pada pasase udara.pita suara sejati atau plica vocalis. LipatanJipatan tersebut di-lapisi oleh epitel skuamosa berlapis dan memiliki berkas serat PERCABANGAN BRONKI.IS & PARUelastis paralel (ligamentum vocalis) dan berkas otot rangka m.vocalis. Otot tersebut mengatur ketegangan setiap pita suara Trakea terbagi menjadi dua bronkus primer yang memasukitersebut beserta ligamennya. Jika udara dipaksa masuk di paru di hilus beserta arteri, vena, dan pembuluh limfe. Setelahantara lipatan-lipatan tersebut, berbagai tegangan di pita suara memasuki paru, bronkus primer menyusur ke bawah dan ketersebut menghasilkan berbagai jenis suara. Semua strukturdan ruang di saluran napas di atas pita suara terlibat dalammemodifikasi resonansi suara. i'.:i{r ,.##g:'l:-*'.',;'i0,L.'.i,'' - ,. ,/i.,.jlu''y' . \" ilt \"-'o\"'. V \"t\"tu - ,,.,,.:&*e*, VM V VC i l VMGambar 17-4. Laring. Laring adalah saluran pendek untuk aliran udara antara faring dan trakea. Dindingnya memiliki otot rangka danbagian kartilago, yang kesemuanya membuat laring dikhususkan untuk produksi suara- Mikrograf berdaya rendah memperlihatkanvestibulum laring di atas (LV), yang dikelilingi oleh kelenjar seromukosa (G). Dinding lateral regio ini menonjol sebagai pasangan lipatanluas, plica vestibularis (VF). Plica inijuga memiliki kelenjar seromukosa dan jaringan areolar dengan MALT, sering dengan nodul limfoid(L) dan sebagian besar dilapisi oleh epitel respiratorik, dengan regio di dekat epiglotis yang memiliki epitel skuamosa berlapis. Di bawahsetiap plica vestibularis terdapat celah sempit atau ventrikel (V), dan di bawahnya terdapat pasangan plica lateral lainnya, yaitu plicavocalis atau pita suara (VC). Pita suara dilapisi oleh epitel skuamosa berlapis dan menonjol lebih dalam ke Iumen, yang membatasi tepilubang laring itu sendiri. Setiap pita suara memiliki otot rangka m. vocalis yang besar (VM) dan di dekat permukaan, suatu ligamen kecil,yang terpotong transversal sehingga sulit dilihat pada gambar ini. Berbagai tegangan ligamen tersebut yang disebabkan oleh otot meng-hasilkan berbagai suara saat udara didorong melalui pita suara. Semua struktur dan ruang tersebut di atas lipatan ini menambah resonansisuara dan membantu fonasi. 15x. H&E.

SISTEM PERNAPASAN I 297 bronkus dan bronkiolus yang semakin kecil menuju komponen respiratorik, susunan histologis epitel dan lamina propria di bawahnya menjadi semakin sederhana. .C,: BronkusGambar 17-5. Trakea. Dinding trakea dilapisi oleh epitel respi- Setiap bronkus primer bercabang-cabang dengan setiap cabangratorik (E) khas yang terletak di bawah jaringan ikat (CT) dan yang mengecil sehingga tercapai diameter sekitar 5 mm.kelenjarseromukosa (G) pada lamina propria. Submukosa memilikicincin kartilago hialin (C) berbentuk huruf C yang dilapisi oleh peri- Mukosa bronkus besar secara struktural mirip dengan mukosakondrium (P). Cairan mukosa encer yang dihasilkan sel goblet dan trakea, kecuali pada susunan kartilago dan otot polosnyakelenjar membentuk suatu Iapisan yang memungklnkan pergerakan (Gambar 17-7). Di bronkus primer, kebanyakan cincin kartilagosilia mendorong partikel asing secara kontinu keluar dari sistem sepenuhnya mengelilingi lumen bronkus, tetapi seiring dengan mengecilnya diameter bronkus, cincin kartilago secara Per-pernapasan di eskalator mukosiliar. Pintu masuk pada cincin lahan digantikan lempeng kartilago hialin. Seiumlah besarkartilago berada pada permukaan posterior, yang berhadapan kelenjar mukosa dan serosa juga ditemui dengan saluran yang bermuara ke dalam lumen bronkus. Di lamina propria bronkus,dengan esofagus, dan memiliki otot polos dan jaringan elastis. Hal terdapat berkas menyilang otot polos yang tersusun spiralini memungkinkan distensi lumen trakea ketika sebagian makanan (Gambar 17-7 dan 17-8), yang menjadi lebih jelas terlihat dimelewati esofagus. M. trachealis di pintu masuk kartilago C juga cabang bronkus yang lebih kecil. Kontraksi lapisan otot iniberkontraksi selama refleks batuk untuk menyempitkan lumen bertanggung jawab atas tampilan berlipat mukosa bronkustrakea dan menghasilkan dorongan udara dengan kuat dan me- yang diamati pada sediaan histologis.ngeluarkan mukus dari saluran napas. 50x. H&E. Lamina propria juga mengandung serat elastin dan me-luar dan membentuk tiga bronkus sekunder (lobaris) dalam miliki banyak kelenjar serosa dan mukosa (Gambar 17-8), dengan saluran yang bermuara ke dalam lumen bronkus.paru kanan dan dua buah di paru kiri (Gambar 77-6), dan Banyak limfosit ditemukan baik di dalam lamina propria danmasing-masing memasok sebuah lobus paru. Bronkus lobaris di antara sel-sel epitel. Terdapat kelenjar getah bening dan terutama banyak dijumpai di tempat percabangan bronkus.ini terus bercabang dan membentuk bronkus tersier (seg-mental). Setiap bronkus tersier, beserta cabang kecil yang Serat elastin, otot polos dan MALT relatif bertambah banyakdipasoknya, membentuk segmen bronkopulmonal-sekitar seiring dengan mengecilnva bronkus dan berkurangnya kar-10-12% setiap paru dengan simpai jaringan ikat dan suplai tilago dan jaringan ikat lain.darahnya sendiri. Keberadaan segmen paru semacam itu Bronkiolusmempermudah reseksi jaringan paru yang sakit melalui pem-bedahan tanpa memengaruhi jaringan sehat di sekitarnya. Bronkiolus, yaitu jalan napas intralobular berdiameter 5 mm atau kurang, terbenfuk setelah generasi kesepuluh percabangan Bronkus tersier membentuk bronkus yang semakin kecil dan tidak memiliki kartilago maupun kelenjar dalam mu-dengan cabang terminal yang disebut bronkiolus. Setiap kosanya (Gambar 17-9). Pada bronkiolus yang lebih besar,bronkiolus memasuki sebuah lobulus paru tempat bronkiolus epitelnya masih epitel bertingkat silindris bersilia, tetaPi se-tersebut bercabang membentuk lima hingga tujuh bronkiolus makin memendek dan sederhana sampai menjadi epitel selapisterminalis. Lobulus paru berbentuk piramida dengan apeks silindris bersilia atau selapis kuboid di bronchiolus terminalisyang berhadapan langsung dengan hilus paru. Setiap lobulus yang lebih kecil. Sel goblet menghilang selama peralihan ini,dibatasi oleh suatu septa jaringan ikat tipis, yang paling jelas tetapi epitel bronchiolus terminalis juga mengandung sejumlahterlihat pada fetus. Pada orang dewasa, septa ini sering tidak besar sel kolumnar lain: sel bronkiolar eksokrin, yang lazimutuh sehingga batas lobulus paru menjadi tidak ielas. Melalui disebut sel Clara (Gambar 17-10). Sel yang aktif bermitosis ini menyekresi komponen surfaktan dan memiliki berbagai fungsi pertahanan yang penting. Sebaran sel neuroendokrin (Bab 20) juga dijumpai, yang menghasilkan serotonin dan peptida lain vang membanlu mengatur tonus otot polos setemPat. Kelompok sel serupa, yang disebut badan neuroepitel, di- jumpai di sejumlah bronkiolus dan pada tingkat yang lebih tinggi di percabangan bronkus. Badan ini dipersarafi oleh serabut saraf sensoris dan autonom serta sejumlah sel APLIKASIMEDIS Bertambahnya diameter bronkiolus sebagai respons ter- hadap stimulasl sislem saraf simpatis menielaskan me- ngapa epinefrin dan agen simpatomimetik lain sering di- gunakan untuk menimbulkan relaksasi otot polos selama serangan asma. Bila tebal dinding bronkus dibandingkan dengan dinding bronkiolus, lapisan otot bronkiolus secara proporsional tampak lebih berkembang. Peningkatan re- sistensi jalan napas pada asma diduga terutama disebab- kan oleh kontraksi otot polos bronkiolus.

- 298 I BAB 17 Laring ffi Bronkus primer M Bronkus sekunder E Bronkus tersier T: Bronkus yang lebih kecilBronkus Bronkus primerprimer dekstra sinistraBronkus sekunder Bronkus sekundersuperior dekstra superior sinistraBronkus sekunder Bronkus tersiertengah dekstra sinistraBronkus Bronkus sekundersekunder inferior sinistrainferior dekstraBronkus Bronkus yang lebih keciltersier dekstraBronkus yanglebih kecilGambar 77'6. Percabangan bronkus. Trakea bercabang sebagai bronkus primer kanan dan kiri yang memasuki hilus di sisi posteriorsetiap piru sepanjang pembuluh darah, pembuluh limfe, dan saraf paru. 1a1: Di dalam setiap paru, bronkus bercabang lebih lanjutmembentuk percabangan bronkus, komponen terakhir sistem hantaran udara. (b): Diagram memperlihatkan kode warna cabang utamapercabangan bronkus.tampaknya berfungsi sebagai reseptor kemosensorik dalam peralihan antara bagian konduksi dan bagian respiratorikmemantau kadar O. udara. Sel punca epitelial juga dijumpaipada keiompok sel-sel tersebut. sistem pernapasan (Gambar 17-11). Mukosa bronchiolus res- piratorius secara strukfural identik dengan mukosabronchiolus Lamina propria bronkiolus sebagian besar terdiri atas otot terminalis kecuali dindingnya yang diselingi oleh banyakpolos dan serat elastin. Otot-otot bronkus dan bronkiolus ber-ada di bawah kendali nervus vagus dan sistem saraf simpatis, alveolus tempat terjadinya pertukaran gas. Bagian bronchiolusselain pengaruh peptida neuroendokrin. Stimulasi nervus respiratorius dilapisi oleh epitel kuboid bersilia dan sel Clara,vagus mengurangi diameter struktur-struktur tersebut; sti- tetapi pada tepi muara alveolus, epitel bronkiolus menyatumulasi simpatis menghasilkan efek kebalikannya. dengan sel-sel alveolus gepeng (sel alveolus tipe I; lihatbawah).Bronch iolus Respiratorius Semakin ke distal di sepanjang bronkiolus ini, jumlah alveo-Setiap bronchiolus terminalis bercabang menjadi dua atau lusnya semakin banyak, dan jarak di antaranya semakinlebih bronchiolus respiratorius yang berfungsi sebagai daerah pendek. Di antara alveolus, epitel bronkiolusnya terdiri atas epitel kuboid bersilia, meskipun silia dapat tidak dijumpai di bagian yang lebih distal. Otot polos dan jaringan ikat elastis terdapat di bawah epitel bronchiolus respiratorius.

SISTEM PERNAPASAN I 299 77-72). Secara struktural, alveolus menyerupai kantong kecil yang terbuka pada satu sisinya, yang mirip dengan sarang lebah. Di dalam struktur mirip mangkuk ini, berlangsung Per- fukaran O, dan CO, antara udara dan darah. Struktur dinding alveolus dikhususkan untuk memudahkan dan memperlancar difusi antara lingkungan luar dan dalam. Umumnya, setiap dinding terletak di antara dua alveolus yang bersebelahan sehingga disebut sebagai septum interalveolus. Satu septum interalveolar memiliki sel dan matriks ekstrasel iaringan ikat, terutama serat elastin dan kolagery yang dipendarahi oleh se- jumlah besar jalinan kapiler tubuh (Gambar 77-1'I). Udara dalam alveolus dipisahkan dari darah kapiler oleh tiga komponen yang secara kolektif disebut sebagai membran respiratorik atau sawar darah-udara: . Lapisan permukaan dan sitoplasma sel alveolus, . Lamina basal yang menyatu dari sel alveolus dan sel endotel kapiler, dan . Sitoplasma sel endotel (Gambar 17-1'3, 17-74, dan 17-15).Gambar 17-7. Bronkus (segmental) tersier. Pada potongan Tebal keseluruhan ketiga lapisan ini bervariasi dari 0,1melintang bronkus besar, lapisan epitel respiratorik (E) dan mukosa sampai 1,5 prm. Di dalam sepfum interalveolus, anastomosisterlipat akibat kontraksi otot polosnya (SM). Pada tahap ini di per- kapiler paru ditunjang oleh jalinan serat retikular dan elastin,cabangan bronkus, dindingnya juga dikelilingi oleh banyak bagian yang merupakan penyangga strukfural utama alveolus.kartilago hialin (C) dan memiliki banyak kelenjar seromukosa (G)di Makrofag dan leukosit lain dapat juga ditemukan di dalamsubmukosa yang bermuara ke dalam lumen. Pada jaringan ikat interstisium septum (Gambar 17-13 dan 17-14). Lamina basalyang mengelilingi bronkus dapat terlihat arteri dan vena (V), yang sel endotel kapiler dan sel epitel (alveolar) bersatu sebagai satujuga bercabang sebagai pembuluh kecil yang mendekati struktur bermembran (Gambar 17-13 dan17-15)'bronchiolus respiratorius. Semua bronkus dikelilingi oleh jaringan Pori berdiameter 10-15 prm dijumpai pada septum interal-paru khas (LT) yang memperlihatkan banyak ruang kosong dialveoli paru. 56x. H&E. veolus (Gamb ar 17-13) dan menghubungkan alveolus yang ber-Ductus Alveolaris dekatan danbermuara keberbagaibronkiolus. Pori-poritersebutSemakin ke distal pada bronkiolus respiratorius, jumlah muara menyetarakan tekanan udara di alveolus dan meningkatkanalveolus ke dalam dinding bronkiolus semakin banyak. sirkulasi kolateral udara ketika sebuah bronkiolus tersumbat. O, dari udara alveolus masuk ke darah kapiler melaluiBronkiolus respiratorius bercabang menjadi saluran yangdisebut ductus alveolaris yang sepenuhnya dilapisi oleh sawar udara-darafu CO, berdifusi ke arah yang berlawanan.muara aiveoli (Gambar 17-12). Ductus alveolaris dan alveolus Pembebasan CO, dari H,CO. dikatalisis oleh enzim karbonatdilapisi oleh sell alveolus gePeng yang sangat halus. Di lamina anhidrase yang terdapat dalam eritrosit. Sekitar 300juta alveolipropria yang mengelilingi tepian alveolus terdapat anyaman dalam paru menambah luas permukaan internal Paru-Paru unluk berlangsungnya pertukaran gas, yang diperkirakansel otot polos, yang menghilang di uiung distal ductus mencapai 140 m2.alveolaris. Sejumlah besar matriks serat elastin dan kolagenmemberikan sokongan pada duktus dan alveolusnya. Sel endotel kapiler sangat tipis dan sering disalah-tafsirkan sebagai sel epitel alveolus tipe I. Lapisan endotel kapiler ber- Dukfus aiveolaris bermuara ke dalam atrium di dua saccus sifat kontinu dan tidak bertingkap (Gambar 17-1'5). Ber-alveolaris atau lebih (Gambar 17-72).setatelastin dan retikular kumpulnya inti dan organel lain menyebabkan sisa daerah selmembentuk jalinan rumit yang mengelilingi muara atrium, menjadi sangat tipis sehingga efisiensi pertukaran gas me-saccus alveolaris, dan alveoli. Serat-seratelastinmemungkinkan ningkat. Ciri utama sitoplasma di bagian sel yang tipis adalahalveolus mengembang sewaktu inspirasi dan berkontraksisecara pasif selama ekspirasi. Serat-serat retikular berfungsi banyaknya vesikel pinositotik.sebagai penunjang yang mencegah pengembangan berlebihdan kerusakan kapiler-kapiler halus dan septa alveolar yang Sel alveolus tipe I (juga disebut pneumosit tipe I atau seltipis. Kedua serabut tersebut menun;'ang jaringan ikat yang alveolar skuamosa) merupakan se1 yang sangat tipis yangmenampung jalinan kapiler di sekitar setiap alveolus. melapisi permukaan aiveolus. Sel tipe I menempati 97\"/\" dati permukaan alveolus (sisanya ditempati sel tipe II). Sel-sel iniAlveolus begitu tipisnya (kadang-kadanghanya setebal 25 nm) sehinggaAlveolus merupakan evaginasi mirip kantong (berdiameter pembuktian dengan mikroskop elektronbahwa semua alveolussekitar 200 prm) di bronchiolus respiratorius, ciuctus alveolaris,dan saccus alveolaris. Alveoli bertanggung jawab atas ter- ditutupi oleh suatu lapisan epitel, diperlukan (Gambar 17-15).bentuknya struktur berongga dalam paru (Gambar 17-L1 dan Organel-organel seperti retikulum endoplasma, aPParatus Golgi, dan mitokondria berkumpul di sekitar inti sehingga sebagian besar daerah sitoplasma hampir bebas dari organel dan mengurangi ketebalan sawar darah-udara. Sitoplasma di bagian tipis mengandung banyak vesikel pinositotik, yang dapat berperan pada pergantian surfaktan dan pembuangan partikel kontaminan kecil dari permukaan luar. Selain des- mosom, semua sel epitel tipe I memiliki taut kedap yang berfungsi mencegah perembesan cairan jaringan ke dalam ruang udara alveolus (Gambar 17-16). Fungsi utama sel ini adalah membeniuk sawar dengan ketebalan minimal yang dapat dilalui gas dengan mudah.

- 300 I BAB 17 Sel alveolus tipe II (pneumosit tipe II) tersebar di antara APLIKASIMEDISsel-sel alveolus tipe I dengan taut kedap dan desmosom yang Sindrom gawat napas (respiratory distress syndrome, RDS) pada neonatus adalah keadaan paru yang meng-menghubungkannya dengan sel tersebut (Gambar 17-76). Se1 ancam nyawa akibat defisiensi surfaktan. Keadaan tersebuttipe II berbentuk bundar yang biasanya berkelompok dengan pada dasarnya berhubungan dengan prematuritas dan merupakan penyebab utama kematian di antara bayi-bayijumlah dua atau tiga di sepanjang permukaan alveolus di prematur. lnsiden sindrom gawat napas berbanding terbaliktempat pertemuan dinding alveolus. Sel ini berada di membran dengan usia kehamilan. Paru imatur mengalami defisiensi jumlah dan komposisi surfaktan. Pada neonatus normal,basal dan merupakan bagian dari epitel, dan memiliki asal awitan (onset) pernapasan timbul karena pelepasan se- jumlah besar surfaktan yang tersimpan, yang mengurangiyang sama dengan sel tipe i yang melapisi dinding alveolus. tegangan permukaan sel-sel alveolus. Hal ini berarti bahwaSel-sel ini membelah dengan cara mitosis untuk mengganti lebih sedikit daya inspirasi yang diperlukan untuk mengisipopulasinya sendiri dan juga mengganti populasi sel tipe L alveoli sehingga kerja respirasi menjadi lebih ringan.Pada sediaan histologi, sel-sel tipe II menampilkan ciri sito- Secara mikroskopis, alveoli menjadi kol aps, d an bronchiol usplasma bervesikel yang khas atau berbusa. Vesikel ini di- respiratorius dan ductus alveolaris melebar dan me-sebabkan adanya badan lamela (Gambar 17-16 dan 17-17) ngandung cairan edema. RDS ditangani dengan mem-yang tetap terpelihara dan terdapat dalam jaringan yang berikan surfaktan sintetis atau hewani ke dalam paru melalui suatu saluran. Surfaktan juga memiliki efekdipersiapkan untuk studi mikroskop elektron. Badan lamela, bal<terisida, yang membantu menghancurkan bal<teri ber-yang berdiameter rerata 7-2 '4rn, mengandung lamela bahaya yang mencapai alveoli.konsentris atau paraiel yang dibatasi oleh suatu membran unit.Kajian histokimia memperlihatkan bahwa badan-badan ini,yang mengandung fosfolipid, glikosaminoglikan, dan proteirydiproduksi secara kontinu dan dilepaskan di permukaanapikal sel. Badan berlamel menghasilkan materi yang menyebardi ataspermukaanalveolusberupa surfaktanparq membentuklapisan ekstrasel yang menurunkan tegangan permukaan.Gambar 77-8' Dinding bronkus. (a): Pandangan dengan pembesaran kuat bronkus memperlihatkan epitel (E) yang terutama berupasel silindris bersilia bertingkat. Lamina propria (LP) mengandung lapisan otot polos (SM) yang mengelilingi seluruh bronkus. Submukosaadalah tempat kartilago (C) penyangga dan adventisia mencakup pembuluh darah (V) dan saraf (N). Jaringan paru (LT) secara langsungmengelilingi adventisia bronkus. 140x. H&E. (b): Mikrograf ini memperlihatkan epitel bronkus yang lebih kecil dengan epitel yang terutamaberupa sel kolumnar dengan silia (panah), dengan lebih sedikit sel goblet. Lamina propria memiliki otot polos (SM) dan kelenjar serosakecil (G) di dekat kartilago (C). 400x. H&E.

SISTEM PERNAPASAN I 301*$ &!a 1 ..C,. .;3 ?, aGambar 17-9. Bronkiolus. Percabangan bronkus berdiameter lebih kecil dari 5 mm tidak memiliki kartilago penyangga dan disebutbronkiolus. (a): Sebuah bronkiolus besar memiliki epitel respiratorik (E) yang terlipat dan otot polos yang mencolok (panah), tetapi di-sangga hanya oleh jaringan ikat fibrosa (C) tanpa kelenjar. 140x. H&E. (b): Pemulasan serat elastin memperlihatkan kandungan elastinyanglinggi dalam otot polos (mata panah) yang berhubungan dengan otot bronkiolus yang lebih kecil (B) dengan epitel berupa epitelkolumnar. Serat elastin yang terpulas gelap juga ditemukan di tunica media aderiol besar (A) di dekatnya dan dalam jumlah yang lebihsedikit di venula (V) penyerta. Jaringan ikat mencakup banyak limfosit (L) MALT dan nodul limfoid juga umum ditemukan pada tingkat ini.i80x. pulasan elastin. (c): Di bronkiolus yang sangat kecil, epitel (E) berkurang menjadi epitel kolumnar rendah selapis dan sejumlahIapisan sel otot polos (panah) membentuk sebagian besar dinding. 300x. H&E. Lapisan surfaktan terdiri atas suaLu hipofase aquosa ber- Makrofag alveolus, yang juga disebut sel debu, ditemukanprotein yang ditutupi oleh selapis tipis fosfolipid mono- dalam alveolus dan septum interalveolus (Gambar 17-13 danmolekular, yang terutama terdiri atas fosfatidilkolin dipal' 17-14). Puluhan juta monosit bermigrasi setiap hari dari mikro-mitoil dan fosfatidilgliserol (Gambar 17-17). Surfaktan iugamengandung beberapa protein spesifik. Surfaktan paru me- APLIKASIMEDISmiliki beberapa fungsi penting dalam efisiensi paru, tetapi Pada gagat iantung kongestif, paru mengalami kongestiterutamabekerja mengurangi tegangan permukaan di alveolus. dengan masuknya darah dan eritrosit ke dalam alveoli,Pengurangan tegangan permukaan berarti bahwa lebih sedikit tempat eritrosit difagositosis oleh makrofag alveolus. Pada keadaan demikian, makrofag tersebut disebut seldaya inspirasi yang diperlukan untuk mengisi alveolus se- gagal jantung bila terdapat di dalam paru dan sputum;hingga mempermudah kerja Pernapasan. Tanpa adanya sel ini dikenali dari hasil reaksi histokimia yang positifsurfaktarg alveolus cenderung kolaps selama ekspirasi. Dalam karena adanya pigmen besi (hemosiderin)perkembangan fetus, surfaktan muncul pada minggu-minggu Peningkatan produksi koiagen tipe I umum diiumpai'terakhir kehamilan saat badan lamela berkembang pada sel dan banyak penyakit yang menimbulkan kegawatan per-tipe II. napasan berhubungan dengan fibrosis paru. Lapisan surfaktan tidak bersifat statis tetapi diganti secaraterus menerus. Lipoprotein secara berangsur dihilangkan daripermukaan melalui pinositosis di kedua tipe sel alveolus danoleh makrofag.

302 I BAB 17Gambar 17'70. Bronchiolus terminalis dan sel Clara. Bagian terakhir sistem hantaran udara sebelum tempat pertukaran udaradisebut bronchiolus terminalis, yang umumnya berdiameter satu atau dua mm. (a): Potongan melintang memperlihatkan bahwa suatubronchiolus terminalis memiliki hanya satu atau dua lapisan sel otot polos. Epitel mengandung sel kuboid bersilia dan banyak sel kolumnarrendah tak bersilia\" 300x. Pulasan PT. (b): Sel Clara yang tidak bersilia dengan kubah sitoplasma yang menonjol memiliki granula, yangtampak lebih jelas pada sediaan plastis. Diberi nama untuk menghormati dr. Max Clara, ahli histologi yang menemukannya pada tahun1937, sel Clara memiliki sejumlah fungsi penting. Sel Clara menyekresi komponen surfaktan yang rengrr\"ngi tegangan permukaan danmembantu mencegah kolaps bronkiolus. Selain itu, sel Clara menghasilkan enzim yang membantu memecah mukus setempat. Sistemenzim P450 pada retikulum endoplasma halus mendetoksifikasi senyawa yang berpotensi berbahaya di udara. Pada fungsi pertahananlainnya, sel Clara juga menghasilkan komponen sekretorik untuk transfer lgA ke dalam lumen bronkiolus; lisozim dan enzim lain aktifbekerja melawan bakteri dan virus; dan sejumlah sitokin yang mengatur respons inflamatorik setempat. Sel yang aktif bermitosis jugaditemukan dan mencakup sel punca untuk epitel bronkiolus. 500x. pT.vaskular ke dalam jaringan paru, tempat sel ini memfagositosis limfe, sementara yar.g lain tetap di jaringan ikat septum in-eritrosit yang hilang akibat kerusakan kapiler dan partikeludara yang telah memasuki alveolus. Sejumlah debris dalam teralveolus selama bertahun-tahun.sel-sel ini sangat mungkin berasal dari lumen alveolus dan Cairan pelapis alveolus juga dihilangkan melalui saluranmasuk ke dalam interstisium setelah sel alveolus tipe I me- konduksi akibat adanya aktivitas silia. Sewaktu sekret ber- pindah ke atas melalui jalan napas, cairan tersebut bergabunglakukan pinositosis. Makrofag aktif dalam paru sering tampak dengan mukus bronkus, yang membentuk cairan bron-sedikit lebih gelap karena kandungan debu dan karbon dari koalveolar, yang membantu pengeluaran partikel halus danudara serta kompleks besi (hemosiderin) dari eritrosit (Gambar komponen berbahaya yang berasal dari udara inspirasi. Cairan17-14). Makrofagyang sudah terisi dapat mengalami berbagai bronkoalveolar mengandung sejumlah enzim litik (misalnya,nasib: kebanyakan bermigrasi ke dalam bronkiolus tempat sel Iisozim, kolagenase, B-glukuronidase) yang berasal dari se1ini menggerakkan eskalator mukosiliaruntuk pembuangannya Clara, sel tipe II, dan makrofag alveolus.di faring; makrofag lain meninggalkan paru melalui aliran

SISTEM PERNAPASAN / 303 Bronkiolus ArteriolBronkiolus terminalis Duktus alveolaris Bronkiolus respiratorius Alveolus Cabang Jalinan . Jaringan vena pulmonalis -1, 'T' Bronkiolus terminalis Alveolus Alveolus Bronkiolus respiratorius'\"-;fft' 'i,:',, d.r a\".,,.\" {:i ''.rl't''u ;,:': '- 1 ,| 1:\"bcGamhar 77-77. Bronchiolus terminalis, bronchiolus respiratorius dan alveoli. Bronchiolus terminalis bercabang menjadibronchiolus respiratorius, yang kemudian bercabang lebih lanjut menjadi ductus alveolaris dan setiap alveoli. Bronchiolus respiratoriusmirip dengan sebagian besar bronchiolus terminalis kecuali adanya sebaran alveoli di sepanjang permukaannya. (a): Diagram memperlihatkan hubungan percabangan, dan pembuluh darah paru yang berjalan dengan bronkiolus dan lapisan padatpercabangan kapiler yang mengelilingi setiap alveolus untuk pertukaran gas antara darah dan udara. (b): Mikrograf memperlihatkan sifatpercabangan bronkiolus dalam dua dimensi. 60x. H&E. (c): SEM memperlihatkan hubungan tiga-dimensi alveoli terhadap bronchiolusterminalis dan bronchiolus respiratorius. 1BOx

304 I BAB 17 '' r'' 'it q*' AD &'.,o 11\"r- ,.fn ,; .t: $, AS .t t u.. .,,.\"!' t':.,v- 1 '\"f ' r .i-' .'t : '' -' \"F\": \".b ':1 tliGambar 17-12' Bronchiolus respiratorius, ductus alveolaris dan alveoli. Jaringan paru memiliki struktur berbusa karena banyaknyakantong dan saluran udara yang disebut alveoli. (a): lrisan jaringan paru yang meliputi banyak bronkiolus, dan beberapa di antaranyaberupa bronchiolus respiratorius (RB) yang terpotong memanjang, dan memperlihatkan kontinuitas percabangan dengan ductus alveolaris(AD) dan saccus alveolaris (AS). Bronchiolus respiratorius masih memiliki lapisan otot polos dan sejumlah regio epitel kuboid, tetapiductus alveolaris memiliki untaian otot polos dan epitel yang terdiri atas serangkaian alveoli yang berdekitan. Serabut otot polos berbentukseperti sfingterdan tampak seperti tonjolan di antara alveoli yang berdekatan. Setiap alveolus (A) terbuka ke dalam saccus atau ductus.Bronchiolus respiratorius berjalan di sepanjang cabang a. pulmonalis (A) yang berdindingtipis, yang memiliki dinding yang relatif tipis,sementara cabang v. pulmonalis (V) berjalan di tempat lain di parenkim. 14x. H&E. (b): Pembesaran kuat memperlihatkan hubungan alveoli (A) bulat berdinding tipis dengan ductus alveolaris (AD). Ductus alveolarisberakhir dalam dua atau lebih kumpulan alveoli yang disebut saccus alveolaris (AS). Alveoli tersebut yang terlihat di sini dan tjdakmenampakkan pintu masuk ke ductus atau saccus, memiliki hubungan dengan bagian lain dalam bidang yang berdekatan. 140x. H&E\" {,@ Inti sel '.#'\"- Jaringan endotel*argnk ikat kapiler alveolar lnti selEritrosit alveolarKapiler lli**;ffi tipe IparuMakrofag ,irltii.l.uiii:i'alveolarPori alveolarSel alveolartipe llSel alveolartipe IGambar 17-13' Alveoli dan sawar darah-udara. Pertukaran udara antara udara dan darah terjadi di sawar bermembran di antarasettap alveolus dan kapiler yang mengelilinginya. Area total pada sawar darah-udara di setiap paru diperkirakan mencapai sekitar 70m2.(a): Diagram ini memperlihatkan hubungan antara kapiler dan dua atau lebih alveoli yang menyerupai kantong. (b): Sawar darah-udaraterdiri atas sel alveolar tipe l, sel endotel kapiler, dan membran basalnya yang menyatu. Oksigen berdifusi dari udara alveolar ke dalamdarah kapiler dan karbon dioksida bergerak dalam arah berlawanan. Lapisan internal alveoli dilapisi oleh selapis surfaktan, yang tidaktergambar di sini, yang menurunkan tegangan permukaan cairan dan membantu mencegah kolapsnya alveoli.

SISTEM PERNAPASAN / 305 #'\Gambar 17-lq. Oinaing atveolus. Dinding antara alveoli (A) mengandung sejumlah tipe sel. Seperti terlihat di sini. Kapiler (C) me-ngandung eritrosit dan leukosit. Alveoli terutama dilapisi oleh sel alveolar skuamosa tipe I (l), yang melapisi hampir seluruh permukaanalveolus dan tempat terjadinya pertukaran gas. Sel alveolar tipe ll melapisi setiap alveolus dan merupakan sel bulat, yang sering menonjolke dalam alveolus (ll). Sel tipe ll ini memiliki banyak fungsi sel Clara, termasuk produksi surfaktan. Makrofag alveolar (A) juga ditemukanpada gambar ini, terkadang disebut sel debu, yang dapat berada di alveoli dan septa interalveolar. Sel tipe I Lamina basal yang menyatu Sel tipe IGambar 17-15, tJllrastruktur sawar darah-udara. TEM potongan transversal kapiler (C) di septum interalveolar memperlihatkan areapertukaran gas antara darah dan udara di ketiga alveolus (A). Endotel sangat tipis tetapi tidak bertingkap dan lamina basalnya bersatudengan lamina basal sel alveolar. Sebuah fibroblas (F) dapat terlihat di septum dan regio inti tebal pada kedua sel endotel (E) jugatampak. lnti di bagian bawah gambar adalah inti sel endotel atau leukosit yang beredar. 30.000x.

306 I BAB 17 r \{;xi;t;i9!' Mikrovili Lumen Badan alveolar Sel ,tipe I r.&*,.*i$;q ln...-i\\",11;11rjtpgGuipeagammiasmrbsoaMesbrreaaainstnrragikn1ssdi7tiokje-upo1kmlmsa6ptsp.ramaoiun.saleetMrnlyanimaksynreaotgrnvugitdlkiiadi tnpaRudekrEunnbsdkgieeaaklsssaaajue.rlvgrP(aeRaatoEndrlReaaijhutr)ikmtdmuipapleaanenir aul(dlpnR.apjFunTak)ErskayMeataulnnstsigpebGelamaodlellalgvnmnieceo(loGallelamo)kr.kaeBt.tliapa1mred7aey.0lanlla0nyl0mugaxiun.mklgto(ievDmmneipspyerilinkeomuokdplsnuaikjnrotsaliyuskautuenr(ifgaJadnckalegt)laabdnamihetanpkslguae-amirczuniielnynsdaeednalnagtegrvipaebDintoaerrl.luvuesMtidspamiieksreieymIlmycpiapn.anetnrwgraliilshlusleiaamattnemkinglaasaanh,ltPulmonary center and Department of Anatomy, Boston University school of Medicine.)Regenerasi di Lapisan Alveolus penggantian normal se1 tipe ii diperkirakan sebesar 1% perInhalasi gas toksik atau materi serupa dapat membunuh sel hari dan menimbulkan pembaruan secara kontinu pada kedua tipe se1 alveolus. Melalui peningkatan stres toksik, sel Claratipe I dan tipe II yang melapisi alveolus paru. Kematian sel juga dapat membelah dan menghasilkan sel alveolus.pertama meningkatkan aktivitas mitosis se1-se1 tipe II yang P€MBT'I.UFI OARAH & S&RAF PAKUtersisa, yang progenitornya menjadi kedua tipe sel. Kecepatan Sirkulasi dalam paru mencakup pembuluh nutrien (sistemik) APIIKASI MEDIS maupun pembuluh fungsional (pulmonal). Arteri-arteri dan vena-vena paru menggambarkan sirkulasi fungsional dan Emfisema adalah penyakit paru kronik yang ditandai arteri tersebut memiliki dinding yang tipis akibat tekanan yang dengan pembesaran ruang udara yang berada di sebelah rendah (25 mmHg sistolik dan 5 mmHg diastotik) di dalam distal dari bronkiolus, dengan kerusakan dinding inter- sirkulasi paru. Di dalam paru, a. pulmonalis bercabang meng- alveolus. Emfisema biasanya berkembang secara ber- ikuti percabangan bronkus (Gambar 77-71 dan77-12), dengan tahap dan menimbulkan insufisiensi pernapasan. pe, cabang-cabang yang dikelilingi adventisia bronkus dan nyebab utama emfisema adalah merokok. Bahkan bronkiolus. Di tingkat ductus alveolaris, cabang-cabang arteri emfisema dengan derajat sedang jarang ditemukan pada ini membentuk jalinan kapiler di dalam septum interalveolus orang bukan-perokok. Agaknya iritasi yang diakibatkan dan berkontak erat dengan alveolus. Paru-paru mempunyai rokok merangsang destruksi, atau mengganggu srnfesis serat elastin dan komponen lain datam septum inter_ jalinan kapiler yang paling berkembang di dalam tubuh, dengan kapiler di antara semua alveoli, termasuk kapiler alveolus. dalam bronchi olus respiratorius.

SISTEM PERNAPASAN I 307 Venula yang berasal dari jalinan kapiler ditemukan satu- (Gambar 17-18). Membran yang melekat pada jaringan parusatu di dalam parenkim, dan agak menjauh dari jalan napas disebut pleura viseralis dan membran yang melapisi dinding(Gambar 17-1.7 dan 17-12), yang ditopang oleh selapis tipis toraks adalah pleura parietalis. Kedua membran tersebut me-jaringan ikat. Setelah meninggalkan lobulus, vena mengikutipercabangan bronkus ke arah hilus. nyatu di hilum dan keduanya terdiri atas sel-sel mesotel Pembuluh nutrien mengikuti percabangan bronkus dan skuamosa selapis yang berada pada lapisan jaringan ikat tipismendistribusikan darah ke sebagian besar paru sampai pada yalg mengandung serat kolagen dan elastin. Serat-serat elastinbronchiolus respiratorius, di tempat pembuluh ini beranas- pleura viseral menyatu dengan serat elastin parenkim paru.tomosis dengan cabang-cabang kecil dari a. pulmonalis. Rongga pleura yang sempit (Gambat 17-18) di antara Pembuluh limfe muncul di iaringan ikat bronkiolus. lapisan parietal dan viseral seluruhnya dilapisi sel-sel mesotelPembuluh ini mengikuti bronkiolus, bronkus dan pembuluh- yang normalnya membentuk suatu lapisan cairan serosa tipispembuluh pulmonal serta semuanya mencurahkan isinya ke yang bekerja sebagai pelumas, yang memudahkan pergeserandalam kelenjar getah bening di daerah hilus. Jalinan limfatik antar permukaan pleura selama gerakan PernaPasan.ini disebut jalinan dalam untuk membedakannya dari jalinansuperfisial pembuluh limfe di pleura viseral. Kedua jalinan Pada keadaan patologis tertentu, rongga pleura dapattersebut bermuara menuju hilum, baik dengan mengikuti mengandung cairan atau udara. Seperti dinding rongga peri-pleura maupun setelah memasuki jaringan Paru melalui septa toneil dan perikardial, serosa rongga pleura cukup permeabel unfuk air dan cairan yang keluar melalui eksudasi dari plasmainterlobularis. Pembuluh limfe tidak ditemukan di bagian darah sering menumpuk (berupa efusi pleura) dalam ronggaterminal percabangan bronkus atau di luar ductus alveolaris. ini dalam keadaan abnormal. Serabut saraf simpatis mauPun parasimpatis menginervasi GERAKAN PERNAPASANparu dan serabut aferen viseral umum, yang membawa sensasinyeri yang kurang terlokalisasi. Kebanyakan saraf terdapat Selama inspirasi, kontraksi otot interkostal menaikkan iga, dandalam jaringan ikat di sekitar saluran napas besar. kontraksi diafragma menurunkan dasar rongga toraks, yangPLEURA menambah diameter rongga tersebut dan menimbrrlkan pengembangan Paru. Diameter dan panjang bronkus danPermukaan luar paru dan dinding internal rongga toraksdilapisi oleh suatu membran serosa yang disebut pleura bronkiolus bertambah selama inspirasi. Bagian respiratorik juga membesar, terutama akibat pengembangan ducfus alveolaris. Alveoli hanya sedikit membesar. Serat elastin Hipofase aquosa Surfaktan yang dikeluarkan L Lapisan tunggal liPid dari vesikel lipoprotein{ -Surfaktan Badan lamelar kecil menYatu dengan vesikel lipoprotein Badan multivesikular protein) Surfaktan yang \ menutupi sel-sel tipe I dan llSel tipe I.|-4:: ri. l : ,... r €! i}.:ti.:!-:i::.:.:i tri::rt':/ ;-i[J\".a Kolin *3----.- \"_iMembran basal Asam amino Taut kedapGambar 1T-12. Fungsi sel alveolartipe ll. Diagram memperlihatkan sekresi surfaktan oleh sel tipe ll. Surfaktan mengandung komplekslipid-protein yang awalnya disintesis dalam retikulum endoplasma dan kompleks Golgi, dengan pemrosesan dan penyimpanan lebih lanjutpada organj beiar yang disebut badan lamela. Badan multivesikular merupakan organel yang lebih kecil dari kebanyakan badan lamelaryang sering terlihat pada sel alveolar tipe ll. Badan ini terbentuk ketika komponen membran endosom tahap awal dipilih, berinvaginasi,oanlertep* dalam bentuk vesikel kecil ke dalam lumen endosom. Badan multivesikular berinterkasi dengan kompleks Golgi, denganbeberapa atau sebagian besar komponen vesikel intraluminal yang mengalami ubikuitinasi untuk degradasi sementara komponen laindan membran sekitarnya didaur ulang ke membran sel, atau pada kasus sel alveolar tipe ll, mula-mula ditambahkan ke kandungan badanlamelar. surfaktan disekresi secara kontinu melalui eksositosis dan membentuk selapis lipid monomolekular yang menutupi hipofaseaquosa yang mengandung protein. Taut kedap di bagian tepi sel epitel mencegah bocornya cairan jaringan ke dalam lumen alveolus'

308 I BAB 17 Pleura parietalis Pleura viseralis Rongga pleura lill'i,ir;i ilirll\" ,l' i'r rijlrl Pleura parietalis Rongga pleura Pleura viseralis DiafragmateiGenkriasdmtmierierbnanaatgarlgspa7amm7reub'1s.ao8Drtke.ialanPnslktpeaulueraaurmarkoaePsdpalueaaursrieealaltaapmpliisesisarnuy(paMtane)kgraasntemabuemulatpe,pamtidesbarirdapsaneeprlaasmtpeuircsokesaltaaiaphniyssaijnenatmgreinrpbngietaarrlnhorunoibkgnuaggnta,ggasapenltepouedrrraeatkin.sgy(aabdnn)a:gnsKdeepitpdilaeeupuralrihpalaaavtprkuiisaseandrnaanplsiaserdoryaunapggnagagamsmetbocearaalrarkapisni.hsi ii(usanpt)ote:ulorDkmgiiaupsgklearduaaarmnanviseralis yang melapisi alveoli (A). Jaringan ikat kaya akan serat kolagen dan elastin serta mengandunglimfe (L). 140x. pembuluh darah (V) dan pembuluh*PXIXASJ F{,gDlg.' .,. . :'.,...', :. ;.:,i,;.',.\",,..-,..',.. t, parenkim paru diregangkan oleh pengembangan ini. Selama 1,. ekspirasi, retraksi paru terjadi secara pasif akibat relaksasi ototKarsinoma sel skuamosa, yaitu jenis tumor paru utama, dan kembalinya serat elastin ke keadaan semula.biasanya timbul akibat efek merokok terhactap lapisanepitel bronkus dan bronkiolus. Merokok datam jangkawaktu lama menginduksi transformasi epitet respiratorikmenjadi epitel berlapis gepeng, yaitu langkah awal daridiferensiasi akhir epitel menjadi suatu tumor.


Like this book? You can publish your book online for free in a few minutes!
Create your own flipbook