Important Announcement
PubHTML5 Scheduled Server Maintenance on (GMT) Sunday, June 26th, 2:00 am - 8:00 am.
PubHTML5 site will be inoperative during the times indicated!

Home Explore Bab 2. Bunyi, Pendengaran, dan Stetoskop

Bab 2. Bunyi, Pendengaran, dan Stetoskop

Published by haryahutamas, 2016-08-25 18:34:30

Description: Bab 2. Bunyi, Pendengaran, dan Stetoskop

Search

Read the Text Version

BAB 2BUNYI , PENDENGAR/AN,DAN STETOSKOPSifat-sifat bunyi alami Bunyi merupakan getaranyangdapat didengar, ia ditimbulkan olehpergantian daerah penekanan dan peregangan udara. Untuk melihatwujud gelombang suara, letakkan alat tulis pada satu tanduk dari garputaIa yang tengah bergetar, kemudian lewatkan secarik kertas pada alatrylis tadi. Akan tercatat gelombang berbentuk S yang disebutgelombang sinus. Puncak dan lembah pada gelombang itu sesuai denganpengertian daerah penekanan (kompresi) dan peregangan (rarefaksi)yang menimbulkan gelombang bunyi itu (Gambar 2-I).Gambar 2-1. Garpu tala yang sedang bergetarmenghasilkan gelombang suara seperti terlukis diatas, yang terdiri atas pergantian daerah rapatdan renggang. Perubahan tekanan pada udaraitu sesuai dengan grelombang sinus yang terlukisdi bawah. (Dari Rushmer RF'. Cardiac Diagnosis: APhysiologic Approach- Philadelphia, WB SaundersCo, hal. 209.) 35

Memahami Bunyi Paru da.lam Praktik Sehari-hariGambar 2-2 A, Frekuensi getaran tergantung pada hubungan antara massa danelastisitas benda yang bergetar tersebut; tampak pada contoh di atas, semakin besarmassanya (gambar atas) getarannya berfrekuensi makin rendah. B, amplitudo getaran danintensitas suara yang dihasilkannya tergantung kepada besarnya perentangan benda yangbergetar itu; bunyi keras (intensitas tinggi) dihasilkan oleh perentangan yang besar pula(gambar atas). C, Kualitas atau timber, atau warna tergantung pada intensitas relatif darifrekuensi komponen-komponen yang menghasilkan getaran tersebut, Tampak di atas,sebuah gelombang sinus frekuensi tinggi (overtone) bertindihan dengan sebuah gelom-bang sinus frekuensi rendah (nada dasar). D, Lamanya getaran bertahan setelah sumberenergi getar tadi berhenti bergetar tergantung kepada tingkat energinya dan cepatnyaenergi itu terpencar. Perhatikan, bahwa setiap puncak pada gelombang sinus yangbergerakdari kiri ke kanan, selalu lebih rendah daripada puncaksebelumnya, ini pertandasuara itu secara progresif berkurang amplitudonya. (Dad Rushmer RF: Cardiac Diagnosis: APhysiologic Approach. Philadelphia, WB Saunders Co, hal. 210.) Bunyi memiliki tiga karakteristik utama: frekuensi, intensitas, danlamanya (Gambar 2-2). Kita tahu, frekuensi adalah jumlah getaran per satuan waktu,dikemukakan dalam satuan siklus per detik atau hertz (Hz). Bunyifrekuensi tinggi, misalnya bising mengi (wheeze), frekuensi tinggidiinterprestasikan sebagai bunyi bernada tinggi. Sedangkan bisingmengi frekuensi rendah, terdengar sebagai bernada rendah. 35

Bunyi, Pendengaran, dan Stetoskop Intensitas bunyi ditentukan oleh empat faktor: (1) amplitudo getaran, (2) sumber energi getaran, (3) jarakyang harus ditempuhnya, dan (4) medium yang harus dilewatinya. Semua faktor ini menentukan apakah suatu bunyi terdengar kerasatau lemah. Misalnya, suara napas terdengar lebih lemah daripadanormal padadaerahparu-panr emfisema, sebab, jaringanyang rusak dankelebihan udara itu kurang baik dalam menghantarkan bunyi. Ketahanan atau lamanya getaran menentukan sifat panjang atiupendeknya suatu bunyi menurut pendengaran, misalnya, bising mengipanjangatau bising mengi pendek. Karakteristik ke empat adalah kualitas, timber, at^u warna suara.Hal ini ditentukan oleh aneka frekuensi komponen yang menghasilkanbunyi tersebut. Kualitas suara memungkinkan seseorang membedakannada A yang dimainkan biola dengan yang dimainkan piano (GambarQ-3)\"Dalamhal auskultasi toraks, kualitas suara memungkinkan peme-riksa membedakan antarabunyi napas bronkial dan vesikular (lihatBab4 halaman 97-98 dan Bab 5 halaman 161). Egofoni E menjadi L (tihntBab 5 halaman 157) terjadi karena kualitas bunyi suara yang terdengarmelalui stetoskop tergantung kepada apakah suara itu ditransmisikanmelalui jartnganparu normal ataukah yang mengalami konsolidasi. Nada musik maupun bunyi pernapasan terdiri dari komponen-komponen berbagai frekuensi. Dalam dunia musik, tiap komponen ini,yang merupakan kelipatan satu sama lainnya, dinamakan sebuahharmonika. Dalam bunyi napas, umumnya hubungan komponen-komponennya lebih rumit, meskipun untuk bising mengi (wheeze) 37

Memahami Bunyi Paru dalam Praktik Sehari-hari 0.5Gambar 2-3. Bentuk gelombang dan spektrum suara dari dua alat musik berdawai-bioladan piano. Frekuensi dasar keduanya 440 Hz (konsert A). Di sini tampak empat siklus darimasing-masing gelombangnya. Spektrum suara di bawah setiap gelombang menunjukkankomposisi harmonik gelombang tersebut. Perhatikan terdapatnya harmonik lebih tinggiyang keras, khususnya yang kelima, pada spektrum biola. (Dari Halliday D, Resnick R:Physics. New York, John Wiley & Sons.)Gambar 2-4. Sebuah dawai (senar) yang bergetar,dengan kedua ujungnya terfiksasi. Tampak empatmod.us pertama dari getarannya. Modus teratas meng-hasilkan nada dasar; tiga modus di bawahnya meng-hasilkan overtone (Dari Halliday D, Resnick R: Physics.New York, John Wiley & Sons.)sangat mirip (analog) dengan nada musik. Ketinggian nada suatu bunyiditentukan oleh komponennya yang berfrekuensi paling rendah, yangdisebut fundamental (nada dasar). Sedangkan kualitas suara ditenrukanoleh komponen berfrekuensi lebih tinggi, disebut i,'.,'::,'': i ':r;:\"' dalam suatubunyi musikal (Gambar 2-4). Dalam musik, frekuensi atau tinggi nada sering disebut denganistilah oktaf di atas atau di bawah suatu nada tertentu, misalnya Cmedium. Dalam hal bunyi napas, lebih lazim digunakan satuan siklusper detik (Hz). Rentang frekuensi it'.r,ir,,:.,':.,:: piano dan hubungannyadengan bunyi napas dapat dilihat pada Gambar 2-5. 38

Bunyi, Pendengaran, dan Stetoskop 16 32 6,4 r28 256 512 tO24 ZO48 4096 Frekuensi (Hz) KETERANGAN GAMBAR: 1. BIOLA 2, BIOLA BASS 3. SUARA MANUSIA 4. UMUMNYA BUNYI NAPAS NORMAL 5. BUNYI NAPAS 6. RATA:RATA BATAS PENDENGARAN MANUSIAGambar 2_5. ::..,..1,:,;..r.t :il.- .,il:i :':ii-ri:: :i::::r.iil:'.irir', l:.PENDENGARAN IJmumnya bunyi napas tergolong ke dalam rentang frekuensi yangrelatif kurang sensitif untuk didengar. Untuk menerangkan hal ini,beberapa fisiologi dasar pendengaran akan dikemukakan di sini' Gendang pendengar secara mekanis dihubungkan dengan aparatuskoklearis melalui tiga tulang kecil (maleus, inkus, dan stapes) di telingatengah (Gambar 2-6). Koklea pada dasarnya suatu transduser frekuensisuara selektif yang sangat peka. Gendang pendengaran cukup bergerak 39

Memahami Bunyi Paru dalam Praktik Sehari-harisejauh sepersepuluh diameter satu atom hidrogen untuk menyam-paikan suara ke koklea. Rata-rata telinga orang muda sehat dapat memantau getaran suaradengan frekuensi antara kira-kira 16 dan 16.000 Hz, dengan variasi yangsangat lebar. Telinga paling peka terhadap frekuensi 1.000 hingga 2.000HzKurang dari 1.000 Hz, kepekaan telinga merosot dengan curam.Gambar 2-6. Telinga manusia. Gelombang suara melewati kanalis auditorius eksternus?nenuju membrana timpanikus, atau gendang pendengar. Telinga tengah adalah ronggaberisi udara yang terletak di dalam os temporalis, ia berhubungan dengan dunia luarmelalui tuba auditorius dan nasofaring. Tuba tadi biasanya dalam keadaan tertutup. Didalam telinga tengah juga terdapat tiga osikuli: maleus, inkus, dan siapes. Manubrium,atau tangkai dari maleus melekat pada punggung membrana timpanik, kapitulum ataukepalanya melekat pada dinding telinga tengah, dan tonjolan kecilnya melekat ke inkus,yang selanjutnya berhubungan dengan kepala stapes (karena kemiripannya.dengan tapalkuda). Lempeng muka stapes terletak berhadapan dengan fenestra ovalis; gelombangsuara ditransmisikan dari sini ke dalam koklea. Sup (superior); Post (posterior); Lat (lateral).Untuk membuat hubungan organ-organ tadi lebih jelas terlihat, pada gambar di atasotot-otot telinga tengah dihilangkan dan koklea sedikit diputar. (Dari Ganong WF: Reviewof Medical Physiology. ed. 11. Los Altos, California, Lange Medical Publ. Dimodifikasi dandigambar ulang dari Brodel M. Three Unpublished Drawings of Anatomy of the HumanEar. Philadelphia, WB Saunders Co.) 40

Bunyi, Pendengaran, dan StetoskopMisalnya, agar svpaya terdengar, sebuah nada berfrekuensi I00 Hzharus memiliki tekanan suara 100 kali lebih besar dibanding sebuahnada dengan frekuensi 1.000 Hz. Karena suara napas normal keba-nyakan berfrekuensi di bawah 500 Hz, telinga kurang peka menang-kapnya (Gambar 2-7), Sifat khusus lain telinga dalam menanggapi frekuensi adalah apayang disebut fenomenon Fletcher-Munson. Pada intensitas absolut yangtinggi, berbagai bunyi lebih cenderung didengar sama kerasnya terlepasdaripada komposisi frekuensinya. Sedangkan pada intensitas absoluttingkat rendah, suara terdengar seolah-olah bernada lebih tinggi.Fenomenon Fletcher-Munson ini tidak berpengaruh pada pendengaranmelalui stetoskop. Namun ia akan mempengaruhi pendengaranrcrba-dap suara napas yang diperkeras melalui sebuah speaker,yakni membuatGambar 2-7. a. Kepekaan ambang (diukur dalam desibel atau dB) telinga manusia untukpendengaran binaural dalam lapangan terbuka. b. Pendengaran binaural dalam sistemtertutup yang analog dengan stetoskop modern. c. Pendengaran monaural dalam sistemtertutup. Perhatikan, bahwa umumnya bunyi napas tercakup di dalam rentangan pen-dengaran paling kurang sensitif. (Dimodifikasi dari Wever EG, Lawrence M: Physiological Acoustics. Princeton, New-Jersey, Princeton University Press.) 41

' Memahami Bunyi Paru dalam Praktik Sehari-harisuara napas tadi terdengar bernada tidak seperti biasanya dan ber-dengung di telinga, dibandingkan dengan bunyi napas yang sama jikadidengar melalui stetoskop. Berbagai stimuli sensorik yang terjadi selama auskultasi dapatmengurangi ketajaman persepsi auditorius, maka pemeriksa harusmemperhatikan supaya gangguan stimuli demikian itu dikurangi hinggasekecil mungkin. Seorang klinikus yang baik akan mencarr ruangyangsetenang mungkin serta posisi yang rileks, menyenangkan, kadang kaladengan mata tertutup.STETOSKOP Sejak zaman dahulu, seberulnya para dokter telah mendengarkanbunyi dari dalam dada. Orang Yunani kuno, misalnya, telah mengenalpalilg tidak dua bunyi karakteristik: (1) bunyi gesekan pleura, dan Q)bwyi kocokan cairan di dalam rongga toraks bila si pasien diguncang. Hingga abad kesembilan belas, pemeriksa memantau bunyi-bunyiantadi dengan cara meletakkan telinga langsung merapat ke dinding dadapasien (Gambar 2-8). kelemahannya tentu pada keengganan pasienuntuk bersentuhan, dan rasa malu. Pada tahun 1815, seorang dokter muda Perancis, Rene TheophileLaijnnec, dihadapkan dengan persoalan memeriksa seorang wanitayangsangat gemuk, ia menggulung secarik kertas membentuk sebuahsilinder; Laijnnec meletakkan satu ujung silinder itu pada dada pasiendan ujung lainnya pada telinganya sendiri (Gambar 2-9). Lalnnec 42

Bunyi, Pendengaran, dan Stetoskopmenamakan penemuannya int stetoskop, dari kata Yunani stetos ataLL\"dada\" dan skopein atau \"melihat\". Kemudian ia memakai silinder darikayu. Tahun 1819, ia menerbitkan tulisan tentang hasil penelitiannyadengan alatnya itu. Di antarauraiannyayang menakjubkan mengenaisuara adalah berikut ini: \"Jika pasien batuk atau berbicara, terlebih lagiselagi bernapas, terdengar dentingan mirip bunyi lonceng kecil yangbaru saja berhenti berdentang, atau mirip seekor lebah berdenging didalam sebuah vas porselen.\" Stetoskop modern biasanya terdiri dari gabungan dua jenis kepingdada (chest pieces), saluran, sepasang tangkai telinga berikut pucuktelinganya (Gambar 2-10). Untuk hasil maksimal, semuanya harusdapat berfungsi baik dan pemakaiannya pas. .,. 1,. .{.,.:.ir.iir: .,r.: i:1,,..,.:' , . . *-*iS *t*,,{}iil*,lndf&'Gambar 2-8. 43

Memahami Bunyi Paru dalam Praktik Sehari-hari Gambar 2-9. Rene Th6ophile La6nnec (1781-1826) adalah dokter Perancis yang menemukan stetoskop. la juga pertama kali menguraikan secara tepat bunyi napas normal dan abnormal, dan mengaitkannya dengan penefiuan patologik pada autopsi. (Dari Garrison FH An lntroduction to the History of Medicine. ed. 4. Philadelphia, WB Saunders Co, hal.412) Gambar 2-10. Stetoskop yang sering di- gunakan dewasa ini (Dari Hewlett-Packard dan 3M Company). 44

Bunyi, Pendengaran, dan Stetoskop Keping dada Ford yang berbentuk corong serupa dengan alat bantudengar model lama. Bagian ini menghantarkan bunyi praktis tanpadistorsi. Bentuk corong ini sangat cocok untuk mendengar bunyibernada rendah. Keping dada Bowles yang berbentuk diafragma tertutup, memilikidiameter yang lebih besar dibanding bentuk corong. Diafragma inipaling sesuai untuk mendengar bunyi bernada tinggi, karena ia berfungsimengurangi bunyi frekriensi rendah dan melewatkan bunyi berfrekuensitinggi. Meski tampaknya tidak begitu nyata, keping dada berbentukcorong berubah menjadi diafragma jika waktu digunakan ia ditekanterlalu rapat ke kulit; dalam hal ini, kulit bertindak sebagai diafragma. Tangkai binaural harus ringan dan menyenangkan. Kedua tangkaiiru harus terpasang serong ke depan agar selaras dengan arah salurantelinga normal. Sangat penting untuk memakainya ke telinga dalamkondisi pas namun lembut. Keping dadayang terbaik sekalipun akankurang memuaskan bila digabungkan dengan tangkai dan pucuk telingayang tidak menyenangkan.u Diafragmayangpecah tidak baik digantikan atau ditambal deirganlembaran bahan lain, misalnya {ilm sinar-X, yang bukan penggantidiafragma yang baik. Keping dada Bowles tambalan ataupun yanghilang diafragmanya tidak lagi berfungsi dengan baik. Juga bukan halyang baik menggantikan saluran fleksibel orisinal dengan ptpa yangdiperuntukkan kegunaan lain di rumah sakit. Pada tahun 1982,Dr. John Kindig dan rekan-rekannya melaporkanhasil uji akustik mereka atas enam stetoskop yang umum digunakan dandiperdagangkan. Mereka menemukan, bahw.a walaupun saling ber-lainan, tidak satupun yang jelas-jelas lebih unggul; lagi pula, stetoskopsaluran ganda tidak lebih unggul dibandingkanyang saluran tunggal. 45

Memahami Bunyi Paru dalam Praktik Sehari-hariYang jauh lebih penting adalah kemampuan pendengaran siperiksa,bukannya stetoskop yang digunakannya.PENUNTUN BELAIAR:1. Sebutkan karakteristik utama suatu bunyi. Apa kepentingan tiap karakteristik itu?2. Apayang menentukan kualitas bunyi?3. Bunyi napas apakahyanganalog dengan nada musik?4. Mengapa bunyi napas lebih sulit didengar daripada bunyi lain?5. Keping dada berbentuk corong pada stetoskop paling baik digunakan untuk bunyi yangmana? dan paling cocok dengan suara jenis apakah keping dada diaf.ragma stetoskop?BIB-LIOGRAFIDe'Weese D, Saunders \7H: Textbook of Otolaryngolog. 5th ed. St Louis, CV Mosby Company.KindigJR, Beeson TP, Campbell R\7, et al: Acoustical performance of stethoscope: A comparative analysis. Am Heart J 104:269-275.Littmann D: Stethoscopes and.auscultation. Am J Nwrs 72:1238-1247.McKusick Y A: Cardiooascular Sound in Health and Disease. Baltimore, \7i11iams & \flilkins.Rappaport MB, Sprague HB: The effects of tubing bore on stethoscope efficiency. Am Heart J 42:605.Reiser SJ: The medical influence of the stethoscope. Sci Am 2a0Q): 748-t56. 46


Like this book? You can publish your book online for free in a few minutes!
Create your own flipbook