kepala keluarga, ibu merangkap ayah, membesarkan dua anaknya suatu tanggung jawab berat dapat dilaluinya”. Bagi Bu Maylinda, Bu Lily adalah figur yang baik untuk anak-anak dan keluarga besarnya, yang penuh dengan keteladanan. Sosok yang membawa kedamaian dan kebahagiaan dalam keluarga. Dengan sedikit terbata-bata; “ Tuhan sungguh baik, memberi saya seorang teman yang menjadi saksi-Nya dalam pertemanan kami”. Doanya; “Semoga Lily semakin bertambah usia, semakin menjadi garam dan terang bagi orang-orang di sekelilingnya”. Demikian pengalaman dalam kebersamaan dan kesetiakawanan kami yang tak mudah terlupakan, Bu Maylinda menutup kesannya yang mendalam. Sampai tua pun mereka masih berbuah, Menjadi gemuk dan segar, Untuk memberitakan, bahwa TUHAN itu benar, bahwa Ia gunung batuku dan tidak ada kecurangan pada-Nya. Mazmur 92 : 15-16 HAPPY BLESSED 70th Birthday my dear LILY RANTI 44
Anna Odilia Tumewu, teman kuliah, di Jakarta. Anna, seorang ibu di Jakarta pertama kali jumpa dengan Bu Lily di asrama Providentia, tahun 1972. Saat kuliah di fakultas Sastra Inggris, Universitas Kristen Maranatha, Bandung. Walaupun satu tahun bersama Bu Lily, Bu Anna sangat terkesan. “Bu Lily orangnya rame, ramah, teman yang sangat baik, sangat perhatian sering jalan- jalan bareng” katanya. Pernah sama-sama pelayanan di Wiyata Guna, Bandung untuk mengajar anak-anak yang memerlukan kebutuhan khusus. Aktif dalam kegiatan PMKRI (Persekutuan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia), lalu Bu Anna melanjutkan kuliah di Jakarta, menikah di Manado, berjumpa kembali dengan Bu Lily ketika sama-sama sudah berkeluarga. Doanya;” Semoga Bu Lily sehat, sukses selalu ya.., sebab Bu Lily sangat aktif. Bu Lily seorang teman yang sangat baik, sangat perhatian sampai sekarang”. Enny Yuarti, teman kuliah, di Bandung. Seorang ibu yang ramah dan ceria, teman kuliah di farmasi Unpad, Bandung. Seorang apoteker yang juga memiliki usaha apotik, kini tinggal di Bandung. Kesannya selama kuliah bersama Bu Lily; “ Lily tuh orangnya 45
pintar, rajin, disiplin.” Tambahnya: ” Dia tuh semangat, dari dulu sampai sekarang tidak berubah, he..he..” Tegasnya; “Luar biasa orangnya”. Lanjutnya; “ Sejak kecil kelihatannya religious, tulus orangnya dan tidak suka macem-macem..lempeng, lurus dan tidak suka liku-liku. Tidak suka basa basi”. Komentarnya: “ Itu bagus lho untuk jadi seorang leader, orang seperti itu, sebab dia konsisten. Apalagi orangnya penuh kasih. Pesannya: “Terus jadi panutan banyak orang, Tuhan Yesus menyertai”. Enny Agoes, teman kuliah dan asrama, Pakanbaru. Ibu Enny Agoes, panggilan sehari-hari dari Apoteker, Dra, Enny Chyriany H, Agoes, sekarang tinggal di Pakanbaru. Beliau adalah kakak dua tingkat di atas Bu Lily di jurusan farmasi, Unpad dan teman se asrama di Providentia, Bandung. Kesannya selama bergaul bahwa Bu Lily suka berteman, namun tidak suka gossip. Sikapnya yang terus terang, suka menolong dan cerdas. “Walaupun setelah sama-sama lulus, tempat kerja dan tempat tinggal berjauhan, namun persahabatan kami terus tersambung dengan baik sampai saat ini”. Ucapannya; “ Lily Ranti, sahabatku yang baik. Selamat ya, hari ini umurmu genap 70 tahun. Bersyukur dan berbahagialah dalam keadaan sehat dan dikelilingi keluarga besar serta para sahabat. Dari jauh kudoakan 46
baru dalam iman dan kepedulian cinta berbangsa dan bernegara, Nusantara. Tahun 1973 , Tuhan mempertemukan seorang pria yang selanjutnya menjadi suami, Dicky. Kesamaan hobi berdansa dan di asrama diadakan les dansa. Saat masa perploncoan, Dicky bisa menjadi sahabat berdiskusi. Pada suatu peristiwa, sang guru dansa Om Tuwewu, menyarankan Lily untuk berpasangan dengan Dicky dalam dansa pembukaan, polonaise. “Ah nggak ah” jawab Lily. Lily punya adik pria, Lucky yang juga di Bandung. Tetapi karena status masih persahabatan, Lily merasa tidak enak. Dengan pemahaman agar Dicky jangan salah paham. Lily mencoba menghindari kesan diploklamirkan hubungan mereka berdua. Namun, Om Tumewu pandai memberi alasan sehingga tawarannya diterima. Jadilah Lily dengan Dicky yang pembuka dansa Polonaise. Asyik! Kisah berlanjutpun merajut. Benih rasa suka muncul saat hari Ulang Tahun Lily. Sejak kisah itu, hubungan mereka semakin akrab. Mulai bulan Juni 1975, Tuhan makin nyata mendekatkan hati Lily dengan Dicky dalam hubungan lebih serius. Mereka sering pergi ke gereja bersama di hari Sabtu sore ke Gereja Katedral, Jalan Merdeka dan pada hari Minggu ke Gereja Kristen Indonesia Cibunut, jalan Van Deventer Bandung. Lily pun sangat bersyukur kepada Tuhan dalam 51
bimbingan dan arahan Ibu Asrama Suster Birgitta OSU dalam pertemuan itu sejak Desember 1969 - 1976. Lalu Lily pindah kost di Jl. Riau 215 Bandung dan tidak lama berselang papi meninggal 10 Maret 1977. 4. Membangun Keluarga Baru di Manado. Tuhan menyatukan hati Lily dengan Dicky dalam pernikahan di Bandung, tanggal 5 Pebruari 1978. Saat itu Lily belum selesai kuliah. Pada tanggal 23 September 1978, Lily di wisuda sarjana farmasi Universitas Pajajaran, Bandung. Kemudian ia melanjutkan profesi apoteker, dan di wisuda apoteker Unpad pada tanggal 15 Februari 1979. Puji Tuhan, Barrie lahir pada tanggal 18 Maret 1979 di Rumah Sakit Borromeus, Bandung. Jadi saat Lily sedang hamil Barrie, dia sudah di wisuda dua kali. Kemudian bulan Juni 1979, Barrie di bawa mami Lily pulang ke Manado, dengan naik pesawat. Pada pertengahan bulan Juli, Lily dengan Dicky menyusul dengan kapal laut, “SIBAYAK' ke Manado. Perjalanan panjang dua minggu, tiba di Manado pada bulan Juli 1979. Awal kehidupan di Manado, Dicky menjadi guru Goniometri di SMADon Bosco Manado. Tempat Lily pernah sekolah. Kemudian Lily membantu di apotik orang tua Lily, Apotik Bhakti Pharma, Tikala. Selanjutnya pada akhir tahun 1980, Lily melamar 52
PNS di Balai POM (Pengawas Obat Dan Makanan) Manado. Dicky saat itu belum lulus sarjana saat ikut ke Manado. Memperhatikan situasi tersebut, Lily mengurus surat pindahnya dari arsitek ITB ke jurusan sipil Universitas Sam Ratulangi, Manado. Pada tanggal 6 Agustus 1983, anak ke dua, Abbie Amelia lahir di Manado. Begitu baiknya pertolongan Tuhan, atas keluarga Lily, pada tahun 1986, Universitas Sam Ratulangi Manado membuka jurusan arsitek. Akibatnya, Dicky, suami Lily bisa melanjutkan kuliah. Pada tahun 1990, Dicky di wisuda menjadi Insinyur arsitek Universitas Sam Ratulangi, Manado. 53
5. Kasih Sayang bersemi dan Hadirnya Buah hati. Family day , hari yang indah menikmati kebersamaan bersama suami dengan anak-anak, dipergunakan pada hari libur atau hari Minggu. Apabila Lily tidak keluar kota, maka acara rutin; pagi ke gereja bersama, makan pagi, siang dan malam di restorant atau di mall. Pilihan lain Lily membeli makanan untuk makan bersama di rumah. Hobi suami Lily memperbaiki mobil atau alat-alat elektronik. Jadi kalau Dicky mau bongkar mobil atau service, maka mereka tidak keluar rumah, alias tinggal di rumah. Hal inilah yang menyebabkan anak-anak merasa kesal. Tidak boleh jalan-jalan. Dengan alasan seperti itulah, tahun 1990, Lily terpaksa belajar setir mobil, 54
supaya bersama anak-anak bisa keluar, meskipun Dicky sedang sibuk service mobil. Puji Tuhan, mobil yang kondisinya lebih baik kondisinya diberikan kepada Lily, sehingga tidak takut menyetir sendirian. L i l y s a n g a t b e r s y u k u r k e p a d a Tu h a n , memperhatikan Dicky yang sangat mengasihi keluarga. Karakter Dicky keras dan tegas. Sama dengan Lily. Sebagai istri, Lily memahami harus patuh kepada Dicky, kepala keluarga. Demikian yang Alkitab ajarkan dari orang tua Lily. Saat awal Lily dengan Dicky tinggal di Manado, Lily mendapat pinjaman dari kakak ipar, suami Johana sebuah motor. Hal ini merupakan kebaikan Tuhan dalam hidup. Tuhan menggerakkan keluarga dengan kasihnya untuk menopang keluarga Lily. Pendapatan keuangan keluarga tidak cukup untuk kehidupan sehari-hari. Oleh karena kasih Tuhan, Lily dengan Dicky dapat terus menjalami kehidupan dalam kesederhanaan. Melalui situasi sulit seperti itu, Lily dengan Dicky semakin kuat membangun persekutuan dengan Tuhan, mengandalkan pertolongan Tuhan. Ada saja cara Tuhan menolong mereka dengan menggerakkan hati orang-orang di sekitarnya. Penghasilan mereka berdua saat itu, Rp. 40.000,- sama dengan uang jajan saat Lily menjadi mahasiswa sebelum menikah. Semangat juang yang luar biasa. Meskipun pada saat itu, Lily belum membacaAlkitab secara rutin, seperti saat ini. Sampai 55
pada saatnya, mereka bisa membeli sebuah mobil bekas pada tahun 1983, sebelum Amel lahir. Saat Lily pergi keluar kota dengan kesibukkannya, peranan saudara-saudara dan saudara ipar sangat besar. Mereka membantu mengasuh Barrie dan Amel. Tetapi, jika Lily tidak keluar kota, peran seorang ibu secara utuh dilakukannya; memandikan, menyuapi makanan dan sebagainya. Secara bijak Ketidak hadiran Lily membaca cerita untuk Barrie dan Amel, di ganti cassette anak-anak, laser disc seperti swan lake dan buku-buku cerita lainnya. Biasanya, Lily membacakan cerita-cerita untuk Barrie dan Amel. Hal ini dilakukan untuk membantu imaginasi anak- anak yang baik. Puji Tuhan, Dicky dan anak-anak suka membaca. Lily suka membelikan Reader Digest buat Dicky dan majalah Hai, buku-buku sejarah seperti Napoleon, Raja-raja buat anak-anak. Demikian juga buku-buku seperti Seven Habit, Positive Thinking, biografi orang-orang terkenal; Mother Theresa, Donald Trump, Helen Keller dan lain sebagainya. Kolam renang yang jaraknya sekitar 18 km dari rumah merupakan hari ceria bersama Barrie danAmel. 6. Dia yang mempunyai, Dia yang mengambil. “Dicky mulai ketahuan sakit pada bulan April, tahun 1997. Saat itu ia merasa sesak nafas”. Saat ke 56
klinik, dokter langsung mengatakan; “ Kalau masih sayang istri dan anak, maka harus stop merokok”. Pada saat itu juga, Dicky langsung menyerahkan rokoknya ke Lily” demikian Bu Lily memulai kisah sedihnya. Besoknya, mereka pergi ke rumah sakit Harapan Kita Jakarta, untuk diperiksa jantung Pak Dicky.Ternyata jantungnya membesar dan kemampuannya memompa dari jantung sangat rendah. Bersamaan waktu itu Bu Lily sedang menempuh kuliah S2 di UGM, Yogyakarta. Pergi setiap hari Senin sampai Kamis. Pada hari Jumat sampai Minggu, Bu Lily di Jakarta untuk mengurus Pak Dicky. Puji Tuhan, Bu Jenny adik ipar dapat membantu mengurus Pak Dicky kakaknya, saat Bu Lily sedang ada di Yogyakarta. Demikian Pak Dicky terus berobat selama 2 bulan di RS. Harapan Kita, Jakarta. Bu Lily sungguh-sungguh bersyukur kepada Tuhan. Penyertaan-Nya sangat dirasakan selama 57
bolak-balik Jakarta – Yogya sampai kesehatan Pak Dicky mulai membaik. Pertolongan Tuhan juga dinyatakan bagaimana kebutuhan biaya pengobatan setiap hari sekitar Rp. 1,5 juta (nilai saat itu sangat besar) tercukupi. Kemudian pada akhir bulan Mei 1997, Pak Dicky kembali ke Manado, tinggal bersama mami dan Amel. Barrie saat itu sedang sekolah di SMA Taruna Bhakti, Bandung, namun tidak lulus SMA dan diputuskan untuk dipulangkan kembali meneruskan sekolah kelas 3 di SMA Manado. Perhatian Bu Lily sebagai seorang ibu dan seorang mahasiswa S2, menggunakan waktu berharga dimana saat libur dua sampai tiga hari selalu menengok Barrie di Bandung. Demikian juga sebagai seorang istri saat ada libur semester, Bu Lily kembali ke Manado untuk melakukan tanggung jawab sebagai seorang istri dan mami bagi Amel. Kisah ini berlangsung sampai Bu Lily di wisuda S2, 24 Januari 1998 dan kembali ke Manado untuk bekerja dan sekaligus mengurus sang suami, Pak Dicky yang sakit. Memang, sakitnya tidak terus-terusan. Tetapi Pak Dicky tidak bisa lelah. Untuk itu Pak Dicky secara rutin control ke dokter jantung setiap bulan dan diperiksa di laboratorium setiap 3 bulan sekali. Kondisi Pak Dicky yang berat, adalah tahun 2001. “Beberapa kali masuk rumah sakit dan sempat mendapat sakramen perminyakan oleh Uskup 58
Suatan” Bu Lily menggali lagi ingatan yang tak pernah dilupakan. “Di tahun 2007 selama setahun, beberapa kali Dicky masuk rumah sakit. Terakhir tahun 2009, selama setahun, masuk rumah sakit 5 x yang akhirnya kembali ke pangkuan Bapa Sorgawi dalam pelukan Lily dan Amel tanggal 26 September 2009 jam 19.00 wita”, lanjutnya;”Dicky kembali pulang ke Sorga dalam posisi sedang berdoa “BAPA KAMI”, saat mengatakan sesak nafas”. Bapa kami yang di sorga. Dikuduskanlah nama-Mu. datanglah kerajaan-Mu. Jadilah kehendak-Mu, di bumi seperti di sorga. Berikanlah kami pada hari ini makanan kami yang secukupnya. Dan ampunilah kami akan kesalahan kami, Seperti kami juga mengampuni orang yang bersalah kepada kami, Dan janganlah membawa kami ke dalam pencobaan, Tetapi lepaskanlah kami dari pada yang jahat. (Karena Engkaulah yang empunya Kerajaan, dan kuasa dan kemuliaan sampai selama-lamanya. Amin) Matius 6 : 9-13 59
Ungkapan Kenangan Indah Dicky, suami saya kerja di rumah, studio arsiteknya di rumah. Meskipun saya sibuk, anak-anak pulang sekolah, di rumah ada suami dan keluarga yang membantu menjaga anak-anak. Ucapan terima kasih pada Tuhan yang telah memberikan saya, seorang suami yang sangat mencintai keluarga. Biasanya suami saya yang sering mengambil raport anak-anak, karena saya sering bertugas keluar kota. Seandainya pada saat, keluarga yang menjaga anak- anak tidak datang, maka suami akan membawa anak kedua, Amel ikut rapat bersamanya, agar tidak tinggal di rumah sendirian. Kadang-kadang juga adik ipar saya/ Tice bersedia menerima anak saya dititip. Apabila saya dan suami harus keluar bersama. Pernah terjadi saat saya pulang kantor PNS, pintu rumah tertutup. Sedangkan pintu kamar terbuka. Saya membayangkan, jangan-jangan suami saya sakit. Untuk masuk ke rumah, terpaksa mengambil tangga dan memanjat dinding rumah sekitar 2,5 – 3 meter. Padahal saya menggunakan seragam rok yang span. Setelah sampai di dinding atas, saya harus mengangkat tangga tersebut, untuk saya bisa turun ke dalam rumah. Pas saya turun tangga, tiba-tiba saya mendengar bunyi pintu belakang rumah di buka. Ternyata suami dan Amel, anak perempuan saya barusan pulang rapat. Itulah salah satu adegan akrobat 60
yang pernah dilakukan. Puji Tuhan, ternyata apa yang saya khawatirkan tidak terjadi. Kisah Bea Siswa S2, di UGM Bu Lily mendapat kesempatan untuk kuliah S2 di Universitas Gajah Mada Yogyakarta melalui proyek Departemen Kesehatan CHN3 pada tahun 1996/97 dan 1997/1998. Awalnya beliau mendapat info bahwa ada bea siswa untuk S2 di Balai Pelatihan Tenaga Kesehatan Manado. Namun belum ada orang yang berminat untuk mengikuti pendidikan S2 tersebut. Puji Tuhan beberapa bulan mendatang, Bu Lily akan ditugaskan di institusi tersebut. Dengan iman dan tekad besar Bu Lily memberanikan diri, menghadap Kepala Kantor Wilayah untuk meminta persetujuan, agar bea siswa tersebut dapat diberikan padanya. Selain itu, beliau juga minta persetujuan dari Kepala Balai Pelatihan Kesehatan (Bapelkes) Manado. Puji Tuhan disetujui! Berkas-berkas yang diperlukan dilengkapi dan dikirim ke Pusat Pendidikan dan Latihan Departemen Kesehatan. Tanpa diduga Bu Lily mendapat tugas menjemput tamu-tamu dari Inspektorat Depkes Pusat Jakarta yang akan memeriksa di Manado. Cara Tuhan sungguh luar biasa! Kisahnya; “Pada saat saya menceritakan bahwa sedang mengusulkan bea siswa S2 ke Pusat, 61
maka para tamu langsung menyarankan saya untuk memberikan foto copy surat-surat sebagai syarat usulannya. Merekalah yang membantu mengurus usulan tersebut”. Puji Tuhan dalam waktu yang tidak terlalu lama, Bu Lily sudah menerima berita informal bahwa usulan tersebut sudah disetujui. Surat resmi persetujuan bea siswa diterima bulan January 1996, dan ditunjuk Jurusan epidemiology Universitas Hasanudin Makasar. Tetapi sehubungan latar belakang studi farmasi, maka Bu Lily memohon untuk mengambil jurusan yang sesuai dengan latar belakangnya. Magister Manajemen Kebijakan obat di UGM, dan di Universitas Indonesia jurusan kebijakan dan Pelayanan Kesehatan. Pujian Tuhan, setelah melalui test ke 2 di universitas tersebut, Bu Lily dinyatakan lulus ujian masuk. UGM pilihan yang lebih cocok dengan latar belakang disiplin ilmu untuk memulai kuliah. Pada tanggal 1 September 1996 kuliah perdana dimulai. Selain kemurahan Tuhan tersebut. Tuhan menolong Bu Lily untuk mendapatkan tempat kost yang dekat kampus. Dan disini pun Bu Lily melihat pertolongan Tuhan. Lokasi tempat kost di rumah seorang dokter, kamarnya terletak di rumah induk. Kesannya “Saya di urus oleh Ibu dokter seperti anaknya sendiri”. Januari 1998, Bu Lily diwisuda S2 UGM. Namun, dibalik semuanya itu, suatu peristiwa mengagetkan terjadi pada saat mempersiapkan ujian semester, di saat menjalankan 62
kuliah TSB, bulan April 1997. Pak Dicky, sang suami mendapat serangan jantung saat berlibur ke Kuala Lumpur. Ungkapan kasih Adik Ipar. Jenny Goenawi, adik ipar, Jakarta Kekaguman Bu Jenny berulang-ulang diungkapkan dengan rasa syukur pada Tuhan dan bangga memperhatikan perjalanan Bu Lily dalam mencintai kakaknya, Pa Dicky. Perkenalan mereka dimulai saat dari keadaan sehat, sakit sampai dipanggil Tuhan. Ungkapannya; “ Dimata dan di hati saya, Lily adalah istri yg sangat hebat”. Lanjutnya: “ Saya sungguh berterima kasih sama Lily, nungguin kakak saya sampai akhir hidupnya. Saya lihat bagaimana cara Lily menangani kakak saya yang sakit lama, lho!” Selama Pak Dicky sakit, Bu Lily tinggal di rumah Bu Jenny, Pondok Indah Jakarta. Padahal saat itu, Bu Lily sedang kuliah mengambil S2 di Jogya selama Pak Dicky sakit. Beberapa tahun sebelumnya Pak Dicky berobat di RS Harapan Kita, Jakarta. Jika pagi Bu Jenny yang mengantar Pak Dicky. “Begitu week end, Lily sudah datang. Dicky ditangani, di mandiin, pokoknya, dia seorang istri yang sangat baik gitu” cerita Bu Jenny. “Aduh ini orang, makanya sampai sekarang saya sayang sekali sama dia”, tegas Bu Jenny. “Dicky sangat sayang sekali sama Lily”, 63
lanjutnya. “Walaupun orangnya cerewet, tetapi kalau saya ada apa-apa, ia pasti yg paling ngomong duluan..aduh hatinya…baik sekali”, lanjutnya. “ Dua minggu terakhir di rumah sakit sebelum meninggalnya, kakaknya tidak pernah ditinggalin” kisahnya. “ Sampai sekarang ia selalu dilibatkan dalam keluarga. Bila ada yang menikah, ke Melbourne Australia, pokokya Lily selalu dilibatkan”. “Sama keluarga besar Dicky, Lily ngga boleh kawin lagi. Ha…ha… iparnya jahat, awas ya kalau kawin lagi kita musuhin!” ancam Bu Jenny sambil tertawa. “Siapa yang mau kawin lagi ih, kamu pada gila!” Jawab Lily. “Lucu Lily tuh” Menurut Bu Jenny, ia paling dekat dengan saudara-saudara Dicky. Pernah suatu hari, “Lily di godain oleh adiknya, saat bertugas di Depkes Jakarta”. Cerita Bu Jenny; “Kakaknya nyariin sampai ke kantor-kantor, Dicky takut Lily pergi dikira sama siapa? Ha..ha..padahal pergi sama saya”. “Dia ada jalan sama saya, tahu! Seru Jenny ke kakaknya. Ya…Bu Jenny dengan Pak Dicky kakak beradik, namun persahabatan mereka sangat kental. Lanjutnya; “Hebatnya, mereka berdua saling cinta, sampai mati” tegas Bu Jenny. Kebanggaannya terhadap kakaknya sangat mencintai Lily. “Saat kakak saya belum maju, Lily dilakoni jual pisang goreng lho, seorang apoteker” ceritanya. “Saya sangat bersyukur, Lily sekarang sudah bahagia, punya apa-apa, anak-anaknya juga baik-baik, itulah hadiah dari Tuhan” tegasnya. Kisah-kisah menarik 64
sebenarnya masih banyak lanjut Bu Jenny, dimana mereka sembilan bersaudara. Katanya;” Saya paling dekat dengan Dicky”. Penutup ceritanya, Bu Jenny awalnya sangat marah, kenapa kakaknya di bawa jauh ke Manado, tetapi ia selanjutnya tahu dan senang, kakaknya didampingi oleh orang yang sangat baik, seorang Manado special”. Lanny Goenawi, adik ipar, Tangerang. Menurut Bu Lanny, keluarga Lily dengan keluarga Goenawi dekat sekali. “Ci Lily sangat familier, jadi sangat deket”, lanjutnya. Kakak dan adik-adiknya kenal semua, katanya. “ Dan itu berlangsung sampai sekarang”. “Jika saya ke Manado pasti ke rumah adik-adiknya. Demikian juga adik-adiknya jika ke Bandung, mereka sayang sama mami saya. Saat mami tidak ada, saudara- saudara Ci Lily datang dari berbagai kota. Sebegitu sayangnya dari dua keluarga besar yang bergabung, cinta kasih yang kuat” kisah Lanny. Yang terkesan saat kakaknya Pak Dicky menikah dengan Bu Lily, ada dansanya. “Kelihatan kakak saya sangat happy banget ya…” katanya. Ikatan cinta kasih keluarga itu, terus terbina, dan pada saat dua hari sebelum Pak Dicky meninggal, tiga adik-adiknya, Jenny, Lanny dan Tina terbang ke Manado. Mengingat kembali saat-saat Pak Dicky sakit di rumah sakit, Bu Lanny mengamati Bu Lily. “Ci Lily itu logikanya jalan, tetapi perhatian terhadap kakak saya itu kenceng banget. Jadi dia lakukan apa pun juga tak peduli lagi. 65
Sudah tak melihat, apakah itu jauh, apakah nanti membebani, itu dijalanin semuanya. Karena menurut dia, itu tanggung jawab dia juga dan pada dasarnya, dia sayang banget!” Lanjutnya; “ Dia tidak merasa keberatan melakukannya. Mungkin dia sedih, mungkin dia capek. Tetapi menurut saya itu bukan beban bagi dia”. Demikian Bu Lanny menutup ceritanya. Dan melalui kesempatan ini walau sering whatsapp an mengucapkan : “Semoga dengan usia tujuh puluh tahun ini, Ci Lily tambah sehat, tambah diberkati dan tambah membawa berkat bagi kita semua, dan masyarakat sekitarnya. Selamat menikmati usia 70, karena itu adalah usia yang tidak mudah untuk dicapai, apalagi dengan kondisi, pengalaman yang mungkin tidak terlalu positip. Tetapi buat Ci Lili, dia wanita yang sangat tangguh, dijalanin apa pun juga kepada kakak saya, dan juga buat anak-anaknya, Barrie dan Amel. Selamat menikmati berkat Tuhan, nikmati juga keberadaan kita bersama-sama sebagai satu keluarga, dan Tuhan memberkati Ci Lily”. Tice Kho, adik ipar suami Teddy, Manado. Ibu Tice yang ringan tangan hidup serumah dengan Lily, di rumah mertua kurang lebih lima tahun. Awalnya agak kaget pertama kali datang dari Bandung. Kesannya; “Tegas dan tidak pura-pura sikapnya dan ucapannya langsung ceplas ceplos”. Lanjutnya; “Apa yang tidak disukainya, langsung 66
bilang”. “ Jujur, awalnya kurang suka, judes. Tetapi lama-kelaman makin mengenal Zus Lily, ternyata orang baik”. Menurut Tice, Zus Lily seorang dermawan, apa yang ada padanya kalau bisa membantu orang, maka langsungmembantu. Tegasnya; “Zus Lily orangnya nyanda koncudu ngga kikir atau pelit, suka membantu orang yang berkekurangan”. Zus Lily begitu sayang pada Broer Dicky, dan sangat memperhatikan. Waktu Broer Dicky sakit di ruang ICU dan belum mendapat kamar, Tice sangat kaget dan nangis melihat seorang Zus Lily tidur kelelahan, mukanya hanya di tutup dengan kain di kursi panjang rumah sakit. Ketika diminta untuk makan, ” Ngga bisa makan melihat keadaan suami begini”, kata Zus Lily. “Tetapi di saat Broer Dicky meninggal, Zus Lily begitu tegar dan tabah”. Lanjutnya dalam doanya;”Kiranya atas bimbingan dan perlindungan Tuhan, Zus Lily terus menjadi wanita super woman, tegar dan kuat! 67
C. Karya dan Pelayanan di Masyarakat 1. Di tempat kerja sebagai PNS Panggilan mengembangkan disiplin ilmu farmasi dalam Tri Dharma Perguruan Tinggi tidak berhenti di saat mengikuti bangku kuliah. Semangat nilai-nilai pengabdian dalam jiwa mahasiswa farmasi dan alumni berbagai Universitas di Indonesia sangat penting dikembangkan. Begitu pemaparan dan pemahaman Bu Lily Ranti. Organisasi profesi adalah tempat yang tepat untuk berkiprah membangun kesehatan manusia Indonesia yang bertanggung jawab atas kehidupan insani dilingkungan dimana kita beraktifitas. Salah satu bentuk karya untuk bisa berdampak maksimal di daerah dimana kita tinggal. Sehingga ketika lulus menjadi seorang sarjana farmasi di Universitas Pajajaran Bandung, Bu Lily langsung bergabung dengan Ikatan Sarjana Farmasi Indonesia. Motivasinya sangat jelas, berpikir dan berharap ke arah depan. “ Saya bisa up to date dalam pengetahuan 'kefarmasian” dengan memiliki relasi se profesi. Apalagi usaha saya juga di bidang farmasi, Apotik” tegasnya. Dalam keaktifitasnya, di Organisai Ikatan Apoteker Indonesia, keberadaan dan komitmen kecintaannya diwujudkan dengan serius, khususnya di Profinsi Sulawesi Utara. Dalam kurun waktu pengabdian di ISFI ini, kerjasama dan saling 68
tukar informasi sehat dan benar di antara anggota Ikatan Apoteker Indonesia di tingkat Pusat dan Propinsi Sulawesi Utara sangat dibutuhkan. Puji Tuhan, alur pengabdian dan kecintaan saya di atur Tuhan untuk memimpin ISFI Tingkat Provinsi Sulawesi Utara dari tahun 2006 sampai tahun 2010. Awal memulai karir di Balai Pengawasan Obat Manado. Ada pemeriksaan di Apotik, dan petugas Balai POM tersebut memberi informasi kepada Lily, bahwa Balai POM Manado membuka kesempatan bekerja untuk apoteker. Dengan segera Lily memasukkan persyaratan administrasi yang dibutuhkan ke bagian kepegawaian Kantor Wilayah Dep.Kes Propinsi Sulawesi Utara. Setelah berkas diterima, langsung diberitahukan oleh Kepala Balai POM Manado yang 69
saat itu, Bapak Drs. Jan Hamadian, agar segera masuk kantor bulan November 1980. Pada saat penempatan, berhubung kantornya kecil, maka Lily mendapat tempat duduk bukan di ruang kerja, melainkan di lorong depan WC. Tentu sebagai pegawai baru hal tersebut bukan menjadi masalah. Info pimpinan bahwa gaji akan diberikan sejak Surat Keputusan terbit. Sampai bulan April tahun 1981, surat Keputusan tersebut belum terbit. Atas usul teman kerja Dra.Agatha T. Apt. maka Lily disarankan pergi ke Jakarta untuk mengetahui apakah usulan tersebut sudah di proses atau belum. Puji Tuhan, pada saat tiba di Kantor Departemen Kesehatan Biro kepegawaian Jakarta, ada salah satu pejabat yang mengenal orang tua Lily. Karena Beliau pernah menjadi pejabat di Manado. Setelah di cari berkas permohonan Lily, sudah dimasukkan ke dalam berkas-berkas yang akan dikembalikan ke daerah, karena ada masalah. Setelah di teliti, ternyata ada perbedaan nama sesuai KTP dengan nama dalam ijazah sarjana dan apoteker berbeda. Maka diperlukan surat pernyataan bahwa nama Lily Ranti sama dengan Ny. Lily Ranti Goenawi. Saat pulang dari Jakarta, Lily sudah membawa Surat Keputusan PNS, sebagai pegawai Balai POM Pusat yang ditempatkan di Manado, terhitung 1 Maret 1981 sebagai calon PNS yang masih mendapat gaji 80%. Puji Tuhan! 70
2. Pelayanan dalam Organisasi Profesi Gaya Kepemimpinan Lily. Lily dalam menerapkan gaya kepemimpannya dilakukan dengan prinsip tegas dan keras. Pendekatan dan interaksi terhadap orang-orang yang dipimpinnya adalah servant leadership. Seorang pemimpin yang berhati hamba. Prinsip inilah yang membuat orang- orang yang dipimpin rela melakukan arahan seorang pemimpin secara bersama-sama dalam meraih tujuan. Lily berprinsip bahwa pemimpin tugasnya melayani anggota dan memberi solusi atas masalah yang dialami oleh anggota. Bagi Lily, menerima kritikan atau menerima usulan dari anggota merupakan cara maju mencapai tujuan dengan segera. Menempatkan kepentingan anggota menjadi prioritas agar derap langkah organisasi lancar dan suasana kerja menjadi enak. Masalah, hambatan yang dihadapi secara bersama-sama diubah menjadi peluang. Tingkat kepuasan anggota dalam berorganisasi makin semangat. Lily selalu melihat keberhasilan atas suatu tugas adalah keberhasilan bersama. Suka dan duka dalam menjalankan tugas dan tanggungjawab dalam perannya masing-masing merupakan ikatan persaudaraan. Pemimpin yang berhati hamba, melayani. 71
Ungkapan Teman Seprofesi Profesor Dr. Edwin De Queljoe, Manado. Mantan Dekan MIPA Unsrat, Manado. Periode 2007-2014. Perbincangan dengan Profesor Edwin sangat mengasyikan. Ramah dan bersahaja. Mengingat kembali peristiwa proses munculnya jurusan farmasi Universitas Sam Ratulangi Manado, peran Bu Lily Ranti sangat besar.Begitu beliau mengawali kisahnya. Pejabat sebagai dekan Fakultas MIPA, memiliki 4 program studi; Biologi, Kimia, Fisika dan Matematika. Selanjutnya profesor Edwin membuka program studi baru yaitu farmasi. Untuk membuka program studi baru farmasi yang mengarah kepada program studi profesi, maka Departemen Pendidikan dan Kebudayaan waktu itu meminta surat dari profesi farmasi. Saat itu masih menggunakan nama Ikatan Sarjana Farmasi Indonesia (ISFI). Dalam hal ini, Ibu Lily menjadi ketuanya. Langkah yang dilakukan professor memohon Ibu Lily, bagaimana agar supaya program studi farmasi bisa mendapatkan ijin. Lalu, Bu Lily mengundang Ketua ISFI se Indonesia, saat itu ketuanya dari Yogya. Ketua ISFI datang untuk memberikan seminar kepada mahasiswa dan untuk para dosen. “Setelah itu, ISFI mengeluarkan surat rekomendasi ke Menteri Pendidikan untuk membuka jurusan farmasi Unsrat, Manado. Surat ijin tersebut akhirnya keluar. Jadi 72
urutan permohonan tersebut ialah, Fakultas MIPA menyurat ke Rektor, dan Rektor menyurat Departemen, ke Menteri” lanjut Sang Profesor. Peranan Bu Lily sangat membantu proses ini dan sekaligus menjadi dosen luar biasa di farmasi dan merangkap Ketua Pengurus Daerah ISFI Sulawesi Utara. Di samping itu, untuk memperkuat membuka program studi farmasi, minta dukungan surat rekomendasi pemerintah. Dalam hal ini Gubernur Sulawesi Utara. Pada saat itu adik Gubernur adalah seorang apoteker kenalan bu Lily, katanya. Profesor Edwin menjelaskan bahwa kondisi saat itu sebenarnya agak susah membuka program studi farmasi. Alasannya dianggap sudah banyak program studi farmasi di Indonesia. “Puji Tuhan, DPR ketuk palu dimana setiap Puskesmas harus ada apoteker, maka pintu agak terbuka sedikit”, kisahnya. Sekarang ini sudah ada lebih 20 dosen tetap farmasi dan sedang diusahakan program studi profesiapoteker. Kesan Profesor Edwin terhadap bu Lily Ranti, katanya “Beliau itu ringan tangan”. Walaupun awalnya kurang kenal, tetapi beliau rela membantu sampai terwujudnya jurusan farmasi. Saat itu Bu Lily pegawai Departemen Kesehatan, tetapi mau mengajar. “ Beliau selalu welcome, rendah hati, ringan tangan, membantu segala upaya keberhasilan dibukanya jurusan farmasi di Unsrat” lanjut kesan profesor. Dengan demikian, program studi farmasi memiliki kerjasama yang baik dengan IAI, sebab dalam kegiatan-kegiatan Ikatan Apoteker Indonesia, Prodi farmasi selalu dilibatkan. 73
Ucapan khusus; Di usia lanjut tetap sehat, tetap kuat, tetap melayani makin bersinar. Melayani di bidang rohani dan jasmani. Nofendri Rustam, Sekretaris Jendral Pengurus Pusat IAI, Serang, Banten. 2014 – 2018. Suasana perbincangan dengan Pak Nofendri di Banten, Serang cukup seru. Banyak ha..hii nya…Seorang dosen di akademi farmasi. Mengenal Bu Lili Ranti karena sama-sama pengurus Ikatan Apoteker Indonesia. Yang saat itu masing-masing masih menjadi pengurus daerah ISFI. Bu Lily pengurus daerah dari Sulut, Pak Rustam dari Banten. Kesan pertama menurut Pa Rustam, “ Bu Lily itu sangat modis ..ha…ha… selalu memperhatikan pakaian. Kalau pertemuan-pertemuan nasional, pasti menyolok lah…walaupun sudah sangat senior” lanjutnya. “ Nggak kalah deh penampilannya dengan yang yunior…ha…ha..”. “Kepribadiannya sangat menarik, sangat akrab”. Dalam kegiatan beliau di tahun 2014 sampai 2018, beliau menjadi Dewan Pengawas di Kepengurusan Pusat yang sangat komunikatif. Yang saat itu Pak Rustam menjabat sebagai Sekjen. Dalam rapat-rapat pun beliau sangat menonjol, suka bertanya, klarifiksi. Hal yang berkesan selain hal itu menurut Pak Rustam, Bu Lily plural sehingga dalam berpikir pun berjiwa 74
nasionalis, beliau sangat luar biasa menjaga kekompakan dalam pertemuan dari Sabang sampai Marauke. Kesan berikutnya, saat menghadiri konferensi kegiatan pengurus Sulawesi Utara di Manado, tahun 2015, beliaumengatakan; “Besok kita jalan-jalan ya.. ke Bunaken” “Sama siapa?” “ Kita aja”, jawab Bu Lily. Saat itu ada nara sumber lainnya namanya Ibu Kolonel Widyati, jadi hanya bertiga saja, sewa kapal. Itulah apresiasi beliau terhadap orang yang datang dari pusat. Padahal beliau bukan ketua panitianya. Perannya sangat menonjol. Ketika cerita Pak Rustam dikonfirmasi dengan Lily, maka menurut Lily, ia bangga bisa memperkenalkan keindahan alam Sulawesi Utara kepada teman-teman dan para tamu dari luar Sulut adalah wujud kecintaannya pada daerah kelahirannya. Seperti guide amatir sekaligus tur leader dan kadang mensponsori, Lily mengantar tamu- tamunya sejak tahun 1981. Beberapa tamu- tamu yang pernah dijamu 75
keindahan alam Bunaken seperti pejabat Kantor Pusat dari Pusat Pemeriksaan Obat dan Makanan, Direktorat Jendral POM dimana saat itu Lily sebagai PNS Balai POM Manado. Pejabat-pejabat Pengurus Pusat Ikatan Apoteker Indonesia selama menjabat Ketua IAI Sulut. Secara khusus ke ibu Ita H, Ibu Sus dan Pak Saleh R, Pengurus Pusat IAI ke Pulau Tahuna. Acara tersebut dilaksanakan setelah acara Konperensi Nasional Oktober 2011, di Manado. Profesor Fatimawali, Dosen Unsrat, Manado. Perjumpaan dengan Ibu Lily pertama kali saat beliau ke Manado tahun 1986. Begitulah awal obrolan kami dengan seorang profesor yang rendah hati, ditengah-tengah kesibukannya mengikuti zoom yang padat, di malam hari. Beliau menyelesaikan pendidikan di Universitas Hasanudin, lalu diangkat sebagai dosen Fakultas Kedokteran di Universitas Sam Ratulangi. “Pertama kali saya datang mencari teman-teman seprofesi apoteker” sambungnya dengan ketawa- tawa. “Nah…berjumpalah saya dengan Ibu Lily di Kantor Wilayah” “ Beliau seorang yang bagus, lincah, dan disiplin” “ Rajin Pak”, tegasnya suara Bu Fat yang dengan senyum..(mungkin) sebab bicara diselingi tertawa 76
terus. “Ketika saya ke Kanwil, eh..beliau pagi-pagi sudah ada di kantor” “Pada jam pulang kantor, beliau baru pulang” lanjut Ibu Fat, begitu mintanya di panggil. Ketika Bu Fat masuk ke pengurusan IAI, dimana Bu Lily sebagai ketua, Bu Fat sering berjumpa dan semakin akrab berteman. Dalam acara Konperensi Pertemuan IAI tahun 2011, Bu Fat bertugas di bidang ilmiah, dan saat Bu Fat menjabat sebagai Kaprodi Farmasi di Unsrat, Bu Lily juga mengajar. “Waktu mengajar membuat mahasiswa menjadi disiplin, tegas', malah pernah mahasiswa yang ujian “yang lucu itu, ujian skripsi mahasiswa yang selama itu tidak pernah ada mahasiswa yang ujian skripsi mengulang, Ibu Lily menguji disuruh mengulang, pokoknya tidak lulus” bahkan yang sebelumnya tidak ada mahasiswa ujian skripsi mengulang, tetapi ketika menguji mahasiswa tersebut dinyatakan tidak lulus dan harus mengulang. Baik sekali untuk pembelajaran seorang mahasiswa. Itulah kelebihan Ibu Lily. “Oh sudah mau usia tujuh puluh tahun ya….” “Seusia itu Ibu Lily masih lincah” sambil tertawa…” ha..ha..ha… “Bu Lily…hidup enjoy life ya…semoga Bu Lily panjang umur,sehat…dikatakan sukses..sudah 77
sukses, anak-anaknya sudah kawin semua” demikian kami mengakhiri pembicaran kami di telepon. apoteker Dra. Adeanne Caroline Wullur, dosen farmasi di Unsrat, UKIT Tomohon. Ibu Wullur seorang sahabat dalam tenaga kesahatan, apoteker. Seorang yang sangat dekat dalam kepengurusan organisasi ISFI dan IAI. Bu Wullur menggantikan kepemimpinan Bu Lily di ISFI Sulut. Dalam kesempatan berikutnya, ketika Bu Lily tidak menjabat ketua Ikatan Sarjana Farmasi, maka Bu Wullur menggantikannya. Bu Wullur, menganggap Bu Lily sebagai teman dalam profesi juga kakak dan seniornya. Bu Lily banyak memberi masukan tentang apa saja, langkah ke depan organisasi yang lebih baik. Orang yang sangat aktif, gerakan cepat sehingga ketika ada sesuatu yang dilakukan, segera Bu Lily merespon. Demikian juga jika ada hal-hal yang kurang berkenan, didiskusikan bersama, memberikan kritik membangun. “Ibu Lily seorang energik, agresif aktif yang tidak mengenal situasi, contohnya ketika Beliau sedang sakit, tetapi kalau masih bisa membawa mobil atau datang ke tempat pertemuan, pasti datang”, tegasnya. “Usia Bu Lily lebih tua dari saya, tetapi semangatnya luar biasa. Berteman bukan saja yang seumuran tetapi dengan yang muda pun demikian, saya sangat salut, sebagai senior yang patut di teladani. Bu Lily adalah dewan pakar, tempat pengurus berkonsultasi”. 78
“Bu Lily…inget umur” canda Bu Wullur. “Bu Lily memberi diri dalam pelayanan rohani dan organisasi. Bu Lily adalah lansia millenial, mengikuti jaman tidak gaptek. Sehingga Bu Lily selalu bisa mengikuti topik pembicaraan.., mengikuti arus”, kata Bu Wullur. Laura Mengko, Tomohon. Mantan Bendahara Proyek , saat aktif sebagai PNS dan Pimpro tahun 1989 sampai 1996. Ibu Laura mengenal Bu Lily sebagai seorang guru di Sekolah Menengah Farmasi. Setelah lulus, Ibu Lily menjadi atasan di Kantor Wilayah Kesehatan Provinsi Sulawesi Utara sejak tahun 1989. Kini Bu Laura sudah menjabat sebagai Kepala seksi Alat Kesehatan dan Pangan di Dinas Kesehatan Propinsi Sulawesi Utara. Ibu Laura menceritakan bahwa Bu Lily itu seperti orang tua saya sendiri. Beliau banyak memberikan semangat, motivasi-motivasi. Kesannya selalu perhatian kepada orang, sehingga Bu Laura banyak belajar dari Bu Lily; “Dari semangat kerja yang tinggi, disiplin, semangat belajar tinggi walau sudah umur” katanya. “Saya juga belajar dari kehidupan sehari-hari dengan pemikiran-pemikiran beliau di keluarga dan pengalaman-pengalamannya”. Terusnya; “ Kalau saya dekat dengan Ibu Lily, sangat terasa energy positif”. Seperti nasihatnya: “Kalau 79
bekerja, kerjakan yang terbaik tanpa mengharapkan imbalan, itu nanti berkat akan datang sendiri, yang penting kita bekerja untuk kebaikan orang lain”. Lukman Prayitno, PNS, Jakarta. Seorang bapak berasal dari kota Situbondo, Jawa Timur yang mengenal Ibu Lily di pertengahan tahun 2010. Saat itu masih menjadi sales marketing obat, dan Ibu memberikan pekerjaan sebagai apoteker di Rumah sakit di Bitung. Hubungan baik tidak berhenti sampai disitu, demikian juga Lukman membantu Ibu Lily di kepengurusan IAI. Bu Lily orang yang terus terang dan terbuka; “ Ini tidak ada dananya lho Luk, kamu bantu-bantu saya”, kata bu Lily. “ Ngga masalah bu, saya juga sudah dibantu Ibu, sebagai manusia harus saling tolong menolong”. Pak Lukman sebagai perantau, merasa mendapat seorang ibu di Manado. Beberapa kali, Pak Lukman merasa sangat terbantu untuk semua urusan yang berkaitan dengan pekerjaan. Berbagai cara Bu Lily membantu Pak Lukman, setelah melepaskan dari pekerjaan apoteker di Bitung. Ia, setelah menjadi PNS di beri tanggung jawab untuk merangkap apoteker di apotik lain. “Ibu Lily seorang yang netral dan bijak dalam menangani konflik yang hubungan dirinya dengan orang lain. 80
Bisa menjadi contoh dalam organisasi apoteker”, kesannya. Mengingat berbagai kisah, “Bu Lily adalah orang yang sangat mau direpotin”. Menurut Pak Lukman, Ibu Lily seorang yang baik hati, dan siap membantu sesama tanpa pandang status. Beliau orang yang terbuka, dan menjadi problem solving terhadap permasalahan keprofesian, sering bekerja di belakang layar, tidak menonjolkan diri. Pengalaman Pak Lukman luar biasa membuat penelitian terhadap tenaga kesehatan, pelayanan kesehatan yang diterima masyarakat, di Intan Jaya, Puncak Jaya, Okimo, Papua. Ucapan : “HBD Ibu Lily, sehat dan sukses, terus berkiprah ya Bu..ya…Tetap semangat, Panjang Umur .God Bless Ibu dan fam”. Gracia, Pengusaha apotik di Manado. “Kepribadian ibu Lily Ranti yang sangat hangat, mau berteman dengan siapa saja, membuat nyaman bagi saya sebagai pemula dalam dunia apotik”, awal pembicaraan dengan Bu Gracia. “ Saya mengenalnya dekat sejak membuka apotik, tiga tahun yang lalu”, lanjutnya. “Bagaimana menjalankan bisnis di awal usaha sering diajarin Bu Lily. Beliau tidak pelit dalam berbagi ilmunya, dalam menghadapi permasalahan membuka 81
apotik, dan seluk beluk permasalahan dana dan cara mengatasinya”. Pengungkapan dengan penuh perasaan; “Walaupun seringkali percakapan sangat singkat melalui WhatsApp, tetapi pengetahuannya sangat penting dan berharga bagi saya untuk langsung mudah diterapkan” Ungkapannya. Bu Lily baik dan mau memberi jalan keluarnya disaat ada masalah di apotik. Cerita Bu Gracia; “Bu Lili baik hati, kalau ditanya hanya lewat wa, beliau langsung respon memberikan jalan keluar. Bu Lily selalu mudah dihubungi. Orang tua yg selalu energik, banyak ide dan selalu mencoba hal yang baru. Saya suka terkaget-kaget dengan komentarnya”. Lily sering mengundang atau membagi video acara-acara Ulang tahun di adakan pakai zoom. “Oma Lily pribadi yang extraordinary”. Kalimat menutup kesannya. Wa Ode Asnah Ganiu Kepala Balai Besar POM, Kendari. Seorang ibu senior tetapi rendah hati. Walaupun sudah pensiun, tetapi kesibukannya saat ini lebih banyak daripada saat menjadi PNS. Ilmunya terus dibagikan bagi kepentingan orang banyak. Perkenalan pertama Ibu Asnah, dengan Lily di farmasi Unpad, dimana 82
Ibu Asnah adalah kakak tingkat. Pertemanan berlanjut saat ditugaskan di Manado, sebagai Kepala Balai Besar POM yang area kegiatannya cukup luas, Sulawesi Utara, Maluku Utara dan Gorontalo, maka hubungannya lebih dekat lagi. Hubungan yang baik makin ditingkatkan dengan mengajak Ir. Dicky Goenawi, suami Lily untuk merencanakan pembangunan kantor Balai Besar POM Manado”. “Zus Lily orangnya rame, punya pribadi yang menarik, smart, baik hati, ceria, ceplas – ceplos sesuai dengan suara hatinya yang serak-serak basah… ha..ha…” Ungkapnya. Lanjutnya;” Dimana ada zus Lily dengan Honda bebeknya, pasti rame”, candanya. Cerita Bu Asnah makin seru, setiap kali ada pertemuan ISFI dan kemudian menjadi IAI, pasti ketemu. “Zus Lily saking cakapnya, masuk ke organisasi di Pusat”, tegasnya. “Zus Lily kalau di organisasi luar biasa, seperti singa betina! Ha…ha…” sambil bercanda. BuAsnah mempunyai kesan mendalam terhadap Lily, saat Kongres Nasional ISFI d i Bali, d iminta menyampaikan ceramah tentang Obat Palsu, setelah selesai; “ Ibu Asnah da tinggal dahulu torang mau ngomong-ngomong” kata Lily. Ternyata, mereka telah mendaulat Bu Asnah menjadi ketua ISFI, padahal baru lepas dari Ketua ISFI, Sulawesi Tenggara/Kendari Ucapan : “Selamat Sukses Selalu menyertai Zus 83
Lily, Tuhan memberkati. Jangan pernah putus, lakukan terus yang terbaik untuk keluarga dan untuk masyarakat luas.” apoteker Destini, Manado. Seorang ibu muda yang bersahaja. Mengenal sosok ibu Lily pada tahun 2013, sejak baru pindah ke Manado dari Jakarta. Kedatangannya ke Manado, setelah Destini menikah dan sebagai seorang apoteker membantu apotik mertua. Sebelumnya tinggal di Jakarta. Lalu bergabung di organisasi ISFI, IAI membantu Bu Lily sebagai ketua IAI Sulawesi Utara untuk pendataan tenaga apoteker. “Beliau aktif sekali, walaupun usia sudah cukup tua tetapi masih ngurusi data-data”, ungkapnya. “Semangatnya sangat baik, rajin, walaupun ibu banyak urusan di apotik dan lain-lain, tapi masih ngurus organisasi dengan baik”. “Ngurus seminar ini, itu, wah… dahsyat nih Ibu!” kata Bu Distini. “Tidak pernah menyerah dan tidak pernah mengeluh. Distini senang banyak belajar dari dia”, lanjutnya. “Bu Lily kalau rapat datang duluan, yang lain belum datang, kadang komentar sikap orang-orang yang muda datang terlambat”. Berikut, kutipan puisi buat Bu Lily. 84
A buatiful poem by Lee Tzu Pheng ( Singapore Cultural Medallion Winner) Sip your Tea Nice and Slow No one Ever knows When it's Time to Go, There'll be no Time To enjoy the Glow, So sip your Tea Nice and Slow. Life is too Short but feels pretty Long, There's too Much to do, so much going Wrong, And Most of the Time You Struggle to be Strong, Before it's too Late and it's time to Go, Sip your Tea Nice andSlow. Some Friendsstay, Others Goaway, Loved ones are Cherished but not all will Stay. Kids will Grow up and Flayaway, There's really no Saying how Things will Go, 85
6RVLS\\RXU7HD 1LFHDQG6ORZ ,QWKH(QGLW VUHDOO\\ $OODERXW8QGHUVWDQGLQJ/RYH )RUWKLV:RUOG DQGLQWKH6WDUVDERYH $SSUHFLDWHDQGYDOXHZKRWUXO\\&DUHV 6PLOHDQG%UHDWKH DQGOHW\\RXU:RUULHVJR 6R-XVW6LS\\RXU7HD 1LFHDQG6ORZ 7KLVSRHPLVEH\\RQGDOOUHODWLRQVKLSV %XWPDGHIRUXVDOO :KHQ, PGHDG <RXUWHDUVZLOOÀRZ %XW,ZRQ WNQRZ &U\\ZLWKPHQRZLQVWHDG <RXZLOOVHQGÀRZHUV %XW,ZRQ WVHH 6HQGWKHPQRZLQVWHDG <RX OOVD\\ZRUGVRISUDLVH %XW,ZRQ WKHDU 3UDLVHPHQRZLQVWHDG <RX OOIRUJHWP\\IDXOWV
%XW,ZRQ WNQRZ« )RUJHWWKHPQRZLQVWHDG <RX OOPLVVPHWKHQ %XW,ZRQ WIHOO 0LVVPHQRZLQVWHDG <RX OOZLVK<RXFRXOGKDYHVSHQWPRUHWLPHZLWKPH 6SHQWLWQRZLQVWHDG :KHQ\\RXKHDU, PJRQH \\RX OO¿QG\\RXUZD\\WRP\\KRXVHWRSD\\FRQGROHQFH EXWZHKDYHQ WHYHQVSRNHQLQ\\HDUV /RRNPHQRZ ³6SHQGWLPHZLWKHYHU\\SHUVRQDURXQG\\RX DQGKHOSWKHPZLWKZKDWHYHU\\RXKDYHWRPDNHWKHP KDSS\\ \\RXUIDPLOLHVIULHQGVDQGDFTXDLQWDQFHV 0DNHWKHPIHHO6SHFLDOEHFDXVH\\RXQHYHUNQRZ ZKHQZLOOWDNHWKHPDZD\\IURP\\RXIRUHYHU´ $ORQH,FDQ 6D\\ EXWWRJHWKHUZHFDQ 7DON $ORQH,FDQ (QMR\\ EXWWRJHWKHUZHFDQ &DOHEUDWH $ORQH,FDQ 6PLOH EXWWRJHWKHUZHFDQ /DXJK 7KDW VWKH%($87<RI+XPDQ5HODWLRQV :HDUHQRWKLQJZLWKRXWHDFKRWKHU 6R6WD\\&RQQHFWHG
apoteker Laura Manundu,S.,Fam. Manado. Seorang ibu apoteker yang lemah lembut,bekerja di Puskesmas. Tetapi sebelumnya pernah bekerja selama 5 tahun di salah satu apotik Ibu Lily sejak tahun 2008, di apotik Bhaktipharma 3. Menurut Luara, Ibu Lily orangnya baik, lincah dan tidak bisa diam. Ia sangat bersyukur hal itu bagus sekali untuk ditiru. Diawal pekerjaan selama satu tahun dengan Ibu Lily, ia terinspirasi untuk mengikutinya. Laura melakukan tugas dan tanggung jawabnya sejak dari buka apotik sampai tutup apotik. Ia meniru cara kerja Ibu Lily yang penuh tanggung jawab sekali sama apotik Bhaktipharma 2, katanya. Aturan waktu itu, apoteker harus ada di tempat sejak buka apotik sampai tutup apotik. Pasa saat itu Ibu Lily menjadi Ketua IAI di Sulawesi Utara. Ia banyak mendapat support Ibu Lily untuk terus maju melamar sebagai PNS. Maka sebelum menjadi PNS, ia menjadikan apotik rumahnya. Semua karyawan apotik dianggap seperti keluarga. Laura dan teman- teman karyawan kalau makan bersama-sama juga semeja dengan Bapak Dicky. Bu Lily suka memberi memotivasi agar saya maju berkarir. “Bu, saya tidak mampu” “Kamu itu bisa Laura”, kata Bu Lily. Berbagai dorongan dan motivasi membuat Ibu Laura ingin melakukan segala sesuatu yang terbaik sesuai dengan kapasitasnya. Belajar dari intergritas Bu Lily, jadi tidak sembarang ia menerima 88
kesempatan kerja. Memperhatikan semangat, lincah dan sukacita dalam kehidupan Bu Lily, maka selama kerja 5 tahun Laura tidak pernah melihat Bu Lily sakit. Jef Kalalo, mantan mahasiswa, staf dan dosen, Manado. Kehadiran Bu Lily Ranti diperkuliah- an dalam mata kuliah Farmasi Klinik dan Farmakologi selalu disegani mahasiswa. Itulah pengakuan Jef Kalalo. Sejak mengenal beliau di perkuliahan, beliau mengajar dengan hati dan ilmu. Bimbingan skripsi yang dialami Jef, menuntun pada pemahaman ilmiah secara mendalam. Beliau belajar untuk mengenal mahasiswa, menolong nya. Pada saat Jef mendapat satu tawaran untuk bekerja di apotik ibu Lily. Bagi Jef, ia melihat Tuhan berkarya dalam hidup Bu Lily. Bukan saja hadir sebagai dosen, pemilik apotik tetapi sekaligus teman yang bersahabat dalam profesi. Ada tiga hal utama yang diamati Jef terhadap Bu Lily ialah; kedisiplinan, tegas dan penolong. Berbicara dalam kedisiplinan waktu, Bu Lily selalu memenuhi janjinya. Ditengah kesibukannya sebagai Ketua Pengurus Ikatan Apoteker Indonesia Sulawesi Utara, beliau tetap hadir. Tanpa alasan. Lanjut Jef. Khususnya jadwal bimbingan skripsi atau perkuliahan. Beliau pasti datang tepat waktu. Hal 89
yang selalu diingat nasihat ibu Lily, kalau membuat tulisan harus mempertanggungjawabkan tulisannya. Tidak asal menulis. Suatu peristiwa, saat pembimbingan skripsi, tulisan skripsinya yang dibuat dengan jerih payah ditolak. Sakit! Alasan menurut Jef waktu itu sangat sepele. Hanya lembaran kertas skripsi tidak ada covernya dan tidak di dalam map. “Tugas harus diserahkan secara sopan dan rapi”, tegas Bu Lily. Namun melalui peristiwa itu, Jef yang kini sebagai dosen di Perguruan Tinggi Swasta, mengikuti nasihat Lily dan keteladanannya. Ucapan syukur Jef kepada Tuhan salah satunya adalah, saat ia ada di dalam mobil Fiat kuno yang disetir bu Lily mengantarnya ke Notaris. Ia dibimbing serta dilayani. Mengharukan, ditolong sedemikian rupa oleh pribadi yang rendah hati, Bu Lily. Jef sangat senang karena Tuhan benar-benar memberkatinya bisa bekerja selama tiga tahun di apotik Bu Lily, sampai selesai kontrak. Selain banyak kebaikan yang Jef terima, ia mendapat kebijaksanaan bu Lily yaitu sementara bekerja, Jef dapat melanjutkan studi S2 di Makasar. Jadi selama bekerja ia boleh bolak-balik, Manado - Makasar. Haleluya! Tuhan menetapkan langkah-langkah orang yang hidupnya berkenan kepada-Nya. Mazmur 37 : 23 90
apoteker Djonny Matali, Manado. Kapala Bidang Sumber Daya Kesehatan dan Farmasi di Propensi Sulawesi Utara. Berbincang-bincang dengan Pak Djonny seorang bapak yang dianugerahi Tuhan seorang putri dan seorang putra sangat mengasyikan. Betapa tidak? Bapak lulusan farmasi ITB Bandung ini yang berasal dari Sulawesi Utara menceritakan kisah perjumpaan dan persahabatan dengan Bu Lily dengan sangat antusias. Pada tahun 1990, perjumpaan pertama ketika melapor kedatangannya sebagai seorang apoteker ke Kantor Wilayah Departemen Kesehatan, dimana saat itu Bu Lily menjabat Kepala Seksi Obat. Ketika ngobrol-ngobrol ternyata sama-sama lulusan dari Bandung. Dan mulai saat itu, Pak Djonny bekerja di apotik Bu Lily selama 3 tahun, dari 1991 sampai 1994. Sebenarnya, Pak Djonny ingin kembali ke Bandung atau Jakarta untuk bekerja di industri, tetapi karena motivasi dan dorongan Bu Lily yang memberi pencerahan berkeluarga, maka disarankan agar Pak Djonny masuk ke PNS di Manado. Ketika sudah diterima PNS, penempatannya langsung menjadi stafnya Bu Lily di Kantor Wilayah Departemen Kesehatan Propensi Sulawesi Utara. Karena sudah mengenal sifat Bu Lily yang tegas dan disiplin, serta memberi contoh yang baik kepadanya, maka ia sangat senang. Bu Lily memberi peluang kepadanya untuk pengembangan kompetensi staf. Contohnya 91
bagaimana ia membuat surat-menyurat yang benar di instansi pemerintah. Terutama melatih bagaimana menjadi nara sumber, menggantikan Bu Lily. Tut wuri handayani, walaupun beliau tegas. Pengembangan kompetensi yang diterimanya sampai waktunya tahun 1998. Selanjutnya, Bu Lily masuk ke Widya Iswara, Balai Pelatihan Kesehatan untuk mengajar setiap diklat (pendidikan dan pelatihan). Bu Lily adalah orang pertama yang mengajar dengan latar belakang ke farmasian. Setelah itu, Bu Lily mengambil keputusan pensiun dini untuk kerja di asuransi menjadi Kepala Cabang Astra CMG Life dan melanjutkan S2 di Jogya. Pak Djonny ditunjuk sebagai Pelaksana definitif menggantikan tugas Bu Lily. Sekarang beliau menjabat sebagai Kepala Bidang Sumber Daya Kesehatan dan Farmasi Dinas Kesehatan di Pemda. Propensi Sulawesi Utara, untuk memberikan penyuluhan-penyuluhan. Dalam kesibukan tugas, seringkali Bu Lily menasihati Pak Djonny untuk mementingkan hubungan keluarga. Ucapannya kepada Bu Lily Ranti; “Selamat ulang tahun, tetap sehat dan tetap semangat seperti selama ini, tetap menjadi mentor dan motivator yang dibutuhkan bagi yang muda- muda”. 92
Tugas Dan Tanggung Jawab Lily Ranti Tanggung jawab di organisasi sampai sekarang sebagai anggota senior di PD IAI setelah memegang jabatan; 1. Dua periode sebagai ketua PD Ikatan Sarjana Farmasi Sulawesi Utara Periode tahun1990-1993 dan tahun 2006-2010. Selanjutnya ISFI berganti nama menjadi Ikatan Apoteker Indonesia (IAI) pada tahun 2010. 2. Satu periode sebagai ketua PD IAI Propinsi Sulawesi Utara. 3. Satu periode sebagai anggota Dewan Pengawas Pengurus Pusat IAI pada tahun 2014-2018. Saat sebagai ketua Dewan Pengawas Pengurus Daerah Sulut periode 2014-2018 ISFI dibawah kepemimpinan Bu Lily Ranti, memutuskan mendukung Unsrat Manado untuk membuka Jurusan Farmasi. Bu Lily melakukan rapat dengan pengurus inti ISFI, mengenai topik tersebut. Dalam rapat, ada peserta rapat yang tidak setuju, tetapi Bu Lily menjelaskan bahwa ISFI tetap akan mendukung karena; Unsrat adalah Universitas Negeri, secara hukum memungkinkan. Di Indonesia Timur, jurusan farmasi hanya ada di Unhas, Makasar. Secara ekonomis, apabila Unsrat. memiliki jurusan farmasi, maka calon mahasiswa yang berasal dari Sulut, Maluku dan Irian 93
Search
Read the Text Version
- 1
- 2
- 3
- 4
- 5
- 6
- 7
- 8
- 9
- 10
- 11
- 12
- 13
- 14
- 15
- 16
- 17
- 18
- 19
- 20
- 21
- 22
- 23
- 24
- 25
- 26
- 27
- 28
- 29
- 30
- 31
- 32
- 33
- 34
- 35
- 36
- 37
- 38
- 39
- 40
- 41
- 42
- 43
- 44
- 45
- 46
- 47
- 48
- 49
- 50
- 51
- 52
- 53
- 54
- 55
- 56
- 57
- 58
- 59
- 60
- 61
- 62
- 63
- 64
- 65
- 66
- 67
- 68
- 69
- 70
- 71
- 72
- 73
- 74
- 75
- 76
- 77
- 78
- 79
- 80
- 81
- 82
- 83
- 84
- 85
- 86
- 87
- 88
- 89
- 90
- 91
- 92
- 93
- 94
- 95
- 96
- 97
- 98
- 99
- 100
- 101
- 102
- 103
- 104
- 105
- 106
- 107
- 108
- 109
- 110
- 111
- 112
- 113
- 114
- 115
- 116
- 117
- 118
- 119
- 120
- 121
- 122
- 123
- 124
- 125
- 126
- 127
- 128
- 129
- 130
- 131
- 132
- 133
- 134