UU No 19 Tahun 2002 Tentang Hak Cipta Fungsi dan Sifat hak Cipta Pasal 2 1. Hak Cipta merupakan hak eksklusif bagi pencipta atau pemegang Hak Cipta untuk mengumumkan atau memperbanyak ciptaannya, yang timbul secara otomatis setelah suatu ciptaan dilahirkan tanpa mengurangi pembatasan menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku. Hak Terkait Pasal 49 1. Pelaku memiliki hak eksklusif untuk memberikan izin atau melarang pihak lain yang tanpa persetujuannya membuat, memperbanyak, atau menyiarkan rekaman suara dan/atau gambar pertunjukannya. Sanksi Pelanggaran Pasal 72 1. Barangsiapa dengan sengaja dan tanpa hak melakukan perbuatan sebagaimana dimaksud dalam pasal 2 ayat (1) atau pasal 49 ayat (2) dipidana dengan pidana penjara masing-masing paling singkat 1 (satu) bulan dan/atau denda paling sedikit Rp 1.000.000,00 (satu juta rupiah), atau pidana penjara paling lama 7 (tujuh) tahun dan/atau denda paling banyak Rp 5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah). 2. Barangsiapa dengan sengaja menyiarkan, memamerkan, mengedarkan, atau menjual kepada umum suatu ciptaan atau barang hasil pelanggaran Hak Cipta sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan/atau denda paling banyak Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) ii
Djoko Suryanto, M.E. iii
Jl.Rajawali, G. Elang 6, No 3, Drono, Sardonoharjo, Ngaglik, Sleman Jl.Kaliurang Km.9,3 – Yogyakarta 55581 Telp/Faks: (0274) 4533427 Website: www.deepublish.co.id www.penerbitdeepublish.com E-mail: [email protected] Katalog Dalam Terbitan (KDT) SURYANTO, Djoko Tanah Airku Salah Kelola Hujan/oleh Djoko Suryanto.--Ed.1, Cet. 1--Yogyakarta: Deepublish, Juni 2016. viii, 186 hlm.; Uk:17.5x25 cm ISBN 978-Nomor ISBN 1. Alam I. Judul 551.577 Hak Cipta 2016, Pada Penulis Desain cover : Diisi nama Penata letak : Ika Fatria Iriyanti PENERBIT DEEPUBLISH (Grup Penerbitan CV BUDI UTAMA) Anggota IKAPI (076/DIY/2012) Copyright © 2016 by Deepublish Publisher All Right Reserved Isi diluar tanggung jawab percetakan Hak cipta dilindungi undang-undang Dilarang keras menerjemahkan, memfotokopi, atau memperbanyak sebagian atau seluruh isi buku ini tanpa izin tertulis dari Penerbit. iv
KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah Swt. yang telah memberikan rahmat serta kurniannya kepada kami sehingga kami bisa menulis dan mendapatkan pencerahaannya dalam memberikan solusi tentang banjir di Jakarta dan di Indonesia pada umumnya Buku ―Tanah Airku Salah Kelola Hujan― ditulis oleh saya sebagai bentuk rasa keprihatinan tentang bencana banjir yang melanda Ibu Kota Jakarta hampir setiap tahun, dengan frequensi dan sekala yang semakin meningkat. Sebagai warga Indonesia yang mempunyai Pengetahuan tentang Hidrologi dan sekolahnyapun di tanggung oleh Pemerintah dari akademi sampai S2 di bidang Ground Water Hydrology saya merasa terpanggil untuk memberikan masukan kepada Pemerintah dan masyarakat Indonesia mengenai penangan banjir yang selama ini belum menunjukan hasil yang signifikan dalam penyelesaian solusinya, karena ada kesalahan dalam menerapkan pola pikir yang selama ini dilakukan yaitu, Perencanaan Drainase dengan menggunakan konsep drainase konvensional, seluruh air hujan yang jatuh di suatu wilayah harus secepat-cepatnya dibuang ke sungai dan seterusnya mengalir ke laut. Jika hal ini dilakukan pada semua kawasan, akan memunculkan berbagai masalah, baik di daerah hulu, tengah, maupun hilir. Dan ternyata, bahwa konsep drainase konvensional ini di Indonesia tidak hanya dipakai untuk men-drain areal permukiman, namun digunakan secara menyeluruh termasuk untuk men-drain kawasan pedesaan, lahan pertanian dan perkebunan, kawasan olahraga, wisata, dan lain sebagainya. Tulisan ini intinya membuat evauasi kejadian banjir dan solusinya, tentunya saya harus menyertakan data data: tulisan berita ; peta-peta dan hasil kajian, hal tersebut saya ambil dari hasil presentasi seseorang maupun tulisan seseorang kesemuannya dari internet. Sudah banyak kajian-kajian banjir yang dilakukan tetapi hasil kajian tersebut khusus menangani bagaimana membuat limpasan air (genangan) dari sungai tersebut bisa terbuang kelaut secepatnya tanpa harus menggenangi daratan disekitar sungai, padahal kalau memahami v
bahwa hujan itu rahmat Allah dan maksud serta tujuannya untuk sumber-sumber air di bumi dan berfungsi sebagai sumber kehidupan seluruh makhluk di bumi, maka pengendalian banjir seperti itu sangat bertentangan dengan maksud dan tujuan di turunkannya hujan di daratan bumi ini. Diharapkan buku ini dapat memberikan informasi kepada kita semua tentang bagaimana mengelola air hujan yang turun untuk dimanfaatkan seluruh makhluk di bumi pada waktu musim kemarau. Buku ini saya akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang saya miliki sangat kurang. Oleh kerena itu saya harapkan kepada para pembaca untuk memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan buku ini. Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam penyusunan buku ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah Swt. senantiasa meridhai segala usaha kita.Amin. Tangerang, Penulis vi
DAFTAR ISI KATA PENGANTAR ........................................................... v DAFTAR ISI...................................................................... vii BAB I PENDAHULUAN................................................... 1 1.1 Latar Belakang ........................................................ 1 1.2 Tujuan Penulisan Buku ........................................... 5 1.3 Manfaat Penulisan buku .......................................... 5 BAB II LANDASAN PENULISAN BUKU............................. 7 2.1 Iklim di Indonesia ................................................... 7 2.2 Potensi Air di Indonesia .......................................... 9 2.1.1. Krisis Air Bersih..........................................10 2.1.2. Kerusakan Lingkungan ...............................11 2.1.3. Penyebab Terjadinya Krisis Air Bersih .........................................................12 BAB III PENGELOLAAN HUJAN YANG SALAH ................18 3.1 Konsep Drainase Konvensional ..............................18 3.2 Sejarah Banjir Jakarta.............................................20 3.3 Dampak Pengelolaan Hujan yang Salah ..................22 BAB IV PENGELOLAAN HUJAN SESUAI WAHYU.............29 4.1 Siklus Hidrologi .....................................................29 4.2 Siklus Hidrologi (Menurut Wahyu) .........................30 4.3 Maksud dan Tujuan Diturunkannya Hujan (Filosofi di Turunkannya Hujan).............................35 4.4 Hujan itu rahmat Allah...........................................41 4.5 Hujan itu Sumber Kehidupan .................................43 4.6 Hujan Itu Sumber–Sumber Air di Bumi (menetap di bumi) ..................................................66 4.7 Hujan Itu Rezeki ....................................................72 vii
4.8 Hujan Itu Ni’mat Allah .......................................... 78 BAB V PROSES HUJAN MENJADI DEBIT .........................80 5.1 Distribusi Air di Bumi ............................................ 80 5.2 Daerah Aliran Sungai (DAS).................................. 83 5.3 Penyebab Banjir dan Kekeringan ............................ 89 5.3.1. Penyebab Kekeringan ................................. 89 5.3.2. Penyebab Banjir.......................................... 90 5.4 Informasi Perubahan Normal Curah Hujan............. 96 5.5 Informasi Perubahan Normal Curah Hujan............. 98 5.6 Berkurangnya Luas Resapan Air di Daerah Aliran Sungai....................................................... 105 5.7 Berkurangnya Ruang Terbuka Hijau di DKI ......... 107 5.8 Meningkatnya Debit Banjir di Sungai dan Meluasnya Genangan di DKI............................... 109 5.9 Solusi Banjir Tidak Menperbaiki Penyebabnya ....................................................... 112 BAB VI SOLUSI BANJIR JAKARTA ................................. 119 6.1 Pengelolaan Hujan Sesuai Filosofinya (wahyu) ............................................................... 119 6.2 Fungsi Daerah Aliran Sungai Sebagai Prosesor Hujan .................................................... 125 6.3 Simpanlah Hujan Untuk Mencegah Banjir dan Kekeringan ................................................... 139 6.4 Tiga Tahun Terakhir Bencana Banjir dan Kekeringan Sungai Ciliwung ................................ 167 6.5 Kesimpulan ......................................................... 177 BAB VII PENUTUP .......................................................... 184 DAFTAR PUSTAKA ......................................................... 185 viii
Tanah Airku Salah Kelola Hujan || 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bencana Banjir Banjir terjadi di 23 Provinsi dari total 34 Provinsi di Indonesia, hampir 70% wilayah di Indonesia di landa bencana Banjir setiap musim hujan, kejadian tersebut sudah menjadi tradisi tahunan selama hampir 25 tahun belakangan ini.seperti tabel di bawah ini kejadian Banjir di Jakarta. Tabel 1.1 Debit Banjir terbesar di Bendung Katulampa No. BANJIR TAHUN Debit No. BANJIR TAHUN Debit 1. 1989 (m3/det) 14 2002 (m3/det) 2. 1990 144,00 15 2003 526,00 3. 1991 202,76 16 2004 216,91 4. 1992 17 2005 5. 1993 276,25 18 2006 216,91 6. 1994 307,47 19 2007 307,47 7. 1995 20 2008 8. 1996 339,68 21 2009 216,91 9. 1997 629,97 22 2010 629,97 10. 1998 188,88 23 2011 451,00 11. 1999 24 2012 12. 2000 552,27 25 2015 307,47 13. 2001 514,66 26 2016 629,97 477,89 216,91 339,68 246,05 441,95 477,00 412,00 590,00 Sutopo mengatakan, sesuai dengan data sejarah kebencanaan di Indonesia, 96 persen bencana adalah bencana hidrometerorologi yaitu bencana yang disebabkan pengaruh cuaca seperti banjir, longsor, putting beliung, cuaca ektrem, kekeringan, dan kebakaran hutan dan lahan. Banjir, longsor dan puting beliung adalah jenis bencana yang paling dominan. Trend kejadian ketiga jenis bencana tersebut terus meningkat dari tahun ke tahun. Dampak perubahan iklim global secara siginifikan telah merubah pola curah hujan, baik pada perubahan intensitas, durasi dan tebal hujan. Saat ini lanjut Sutopo, frekuensi hujan dengan intensitas tinggi semakin sering terjadi.
2 || Tanah Airku Salah Kelola Hujan Hal ini disebabkan volume awan-awan orografik telah bertambah besar volumenya sehingga uap air yang dikandung oleh awan-awan tersebut semakin besar juga. Meningkatnya suhu di atmosfer telah menyebabkan puncak-puncak awan orografik, khususnya awan Cumolonimbus telah makin tinggi sehingga energi yang ada dalam awan tersebut bertambah besar. Makin tinggi intensitas hujan, maka daya pukul terhadap permukaan tanah juga makin besar. Daya tampung dan daya dukung lingkungan tidak mampu mengalirkan aliran permukaan secara bersamaan sehingga banjir. Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat dari 1 Januari hingga 8 Februari 2016 telah terjadi bencana banjir berjumlah 103 kejadian di Indonesia. Hal tersebut diungkapkan Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho. \"Sementara bencana longsor sejumlah 63 kejadian,\" kata Sutopo di kantornya, Jakarta Timur, Rabu (10/2/2016). Adapun akumulasi korban jiwa di kedua bencana itu telah mencapai 43 orang. Korban luka berat berjumlah enam orang dan korban luka sedang lima orang. isdedr iu auc ibaiaouem ouotu t raoui r iuieoas t umuie o ieai c tamiga bimaa aikai t eaikaie .i cmiamu Apalagi sejak 2002 hingga 2016, menurut Sutopo, dampak perubahan iklim global sangat signifikan berpengaruh terhadap bencana, terutama banjir dan longsor. Ditambah dengan faktor-faktor antropogenik (akibat ulah manusia) lainnya. \"Bagaimana rusaknya kawasan hutan atau resapan air, daerah aliran sungai krisis, bertambahnya jumlah penduduk, pendidikan masih kurang peduli terhadap bencana, dan lain sebagainya,\" imbuhnya. (http://www.tribunnews.com/nasional/2016/02/10/bnpb-catat-103- kejadian-banjir-sepanjang-januari-februari-2016) \"Hujan adalah pemicu terjadinya banjir dan longsor. Namun faktor yang paling berperan menyebabkan banjir dan longsor adalah factor antropogenik atau pengaruh ulah manusia,\" ujar Sutopo dalam keterangan tertulisnya, Minggu (14/2/2016).
Tanah Airku Salah Kelola Hujan || 3 Grafik 1.1 Tren Bencana di Indonesia (2002 – 2014) Gambar 1.1 Peta Ancaman Bencana Banjir
4 || Tanah Airku Salah Kelola Hujan Bencana banjir akibat dari dampak perubahan iklim global secara siginifikan telah merubah pola curah hujan, baik pada perubahan intensitas, durasi dan tebal hujan. Dari pernyataan tersebut penulis tidak sependapat bahwa bencana banjir di akibatkan oleh pola curah hujan yang berubah, hal ini akan penulis buktikan dengan data dari BMKG selama 40 tahun terakhir bahwa perubahan pola hujan relatif normal atau rata rata curah hujan bulanan itu tetap jumlahnya di 103 stasiun pengamatan seluruh Indonesia. Bencana banjir akibat dari kesalahan dalam mengelola hujan di Indonsia selama ini, hujan harus dikelola sesuai dengan filosofi diturunkannya hujan oleh Allah SWT. Karena hujan itu rahmat, hujan itu sumber kehidupan, hujan itu diturunkan unuk sumber sumber air di bumi, hujan itu rezki, hujan itu ni’mat dari Allah SWT. Selama ini pengendalian banjir sangat bertentangan dengan filosofi hujan itu sendiri, konsep penanganannya selalu membuang kelebihan air hujan tersebut secepatnya ke laut agar genangan cepat surut, pola ini sudah diterapkan sejak pemerintahan belanda membangun Banjir Canal Barat dan di lanjutkan dengan pembangunan Banjir Canal Timur yang telah selesai pada tahun 2010, tetapi apakah banjir sudah berakhir dengan konsep tersebut, ternyata banjir tetap datang dan semakin meningkat ditambah masalah baru dengan musim kemarau menjadi kekeringan atau krisis air, hal ini disebabkan metode penanggulangannya tidak memperbaiki penyebabnya, selama penyebabnya dibiarkan ,bahkan semakin dirusak maka banjir dan kekeringan akan semakin meningkat seperti yang disampaikan oleh kepala BPBN tersebut diatas. Dengan berdasarkan fakta tersebut penulis menerbitkan buku ini dengan keyakinan dan secara ilmiah ke ilmuan Hidrologi yang penulis pelajari, selama pengelolaan hujan tidak sesuai dengan wahyu yang telah Allah SWT sampaikan maka akan menimbulkan bencana dan tidak dapat di ambil manfaatnya, karena selama ini kita tidak bersyukur dalam menerima hujan (ni’mat atau rezki) selalu dibuang kelaut, kalau tidak bersyukur berarti mengingkari seperti firman berikut; Kalau Kami kehendaki, niscaya Kami jadikan dia asin, maka mengapakah kamu tidak bersyukur? (Q.S Al Waaqi`ah: 70)
Tanah Airku Salah Kelola Hujan || 5 Dan sesungguhnya Kami telah mempergilirkan hujan itu diantara manusia supaya mereka mengambil pelajaran (dari padanya); maka kebanyakan manusia itu tidak mau kecuali mengingkari (ni'mat). (Q.S Al Furqaan: 50) 1.2 Tujuan Penulisan Buku Tujuan dari penulisan buku ini adalah: 1. Untuk memberikan masukan kepada pemerintah dan masyarakat Indonesia supaya mensyukuri rahmat Allah SWT yaitu hujan. 2. Mencegah bencana banjir dan kekeringan di Indonesia dengan cara mengelola hujan sesuai wahyu Allah SWT, karena yang dilakukan oleh pemerintah maupun oleh masyarakat belum bersyukur dalam menerima turunnya hujan di Indonesia. 3. Memberikan alternative solusi pengendalian banjir dan kekeringan di seluruh wilayah Indonesia yang sesuai dengan filosofi hujan secara umum dan secara khusus Banjir di Jakarta. 1.3 Manfaat Penulisan buku 1. Dari penulisan buku ini banyak masyarakat dan pemerintah 2. mendapat masukan tentang pengelolaan hujan yang benar sesuai Wahyu maupun sesusi teoritis ke ilmuan Hidrologi. Jika masukan dari buku ini bisa di realisasikan langsung untuk pengeloaan hujan dan pengendalian banjir dan kekeringan, dampaknya akan sangat di rasakan oleh negara dan masyarakat karena itu adalah bukti bersyukur kepada Allah SWT. Jika kita bersyukur maka akan ditambah rezeki kita, karena hukum Allah SWT didalam Al Qur’an itu sudah secara otomatis atau berfungsi sesuai dengan firmanNYA. (hukum sebab akibat). Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya. (Q.S. Al Zalzalah: 7) Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan sebesar dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya pula. (Q.S. Al Zalzalah: 8)
6 || Tanah Airku Salah Kelola Hujan Sesuatu yang bernyawa tidak akan mati melainkan dengan izin Allah, sebagai ketetapan yang telah ditentukan waktunya. Barang siapa menghendaki pahala dunia, niscaya Kami berikan kepadanya pahala dunia itu, dan barang siapa menghendaki pahala akhirat, Kami berikan (pula) kepadanya pahala akhirat itu. Dan kami akan memberi balasan kepada orang-orang yang bersyukur. (Q.S. Ali Imran:145) Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; \"Se- sungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (ni'mat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (ni'mat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih\". (Q.S. Ibrahim:7)
Tanah Airku Salah Kelola Hujan || 7 BAB II LANDASAN PENULISAN BUKU 2.1 Iklim di Indonesia Indonesia secara geografi berada di antara benua Asia dan Australia menjadi tempat perlintasan arah angin yang bergantian arah setiap 6 bulan sekali, sehingga Indonesia mengalami pergantian musim hujan dan musim kemarau, karena itu Indonesia dipengaruhi Iklim musim. Iklim musim ditandai dengan pergantian musim setiap 6 bulan sekali yaitu musim hujan dan kemarau, musim kemarau atau musim kering terjadi antara bulan April sampai dengan bulan September dengan ciri–ciri curah hujan lebih kecil dari 60 mm per bulan, sedangkan musim hujan atau musim basah di tandai dengan meningkatnya curah hujan di suatu daerah di banding biasanya dalam jangka waktu tertentu secara tetap, musim hujan terjadi antara bulan oktober sampai dengan bulan maret. Iklim musim di Indonesia ini sangat extrem, karena selama 6 bulan hujan dan juga 6 bulan tidak ada hujan, kalau kita tidak bisa mengelola dengan baik maka akan terjadi seperti yang kita rasakan selama ini, yaitu pada musim hujan banjir dan pada musim kemarau kekeringan Memperhatikan kondisi musim di Indonesia, pada waktu musim kemarau berarti ada sekitar 6 bulan atau lebih hampir tidak ada hujan yang turun di Indonesia sedangkan kebutuhan akan air tawar tetap berlanjut seperti biasa ,dari mana suplai air tawar pada waktu kemarau itu kita dapatkan ,sedangkan hujan sudah tidak turun secara signifikan untuk di manfaatkan, jadi saat kemarau itulah aliran bawah tanah yang pada musim hujan diserap oleh tanah maupun hutan di daerah aliran sungai atau DAS memulai perannya sebagai pemasok aliran air di sungai maupun di situ–situ dan di danau danau, tetapi kalau daerah aliran sungai (DAS) tidak dikelola dengan baik akan mengakibatkan banjir di musim hujan dan kekeringan di musim kemarau, karena Daerah Aliran Sungai (DAS) adalah suatu fasilitas yang memproses jika terjadi turun hujan dengan meresapkan air hujan
8 || Tanah Airku Salah Kelola Hujan tersebut untuk pasokan air pada waktu musim kemarau dan proses lainnya menjadi runoff (aliran limpasan) yang mengalir kesungai sungai, yang meresap akan dibutuhkan di waktu kemarau dan yang melimpas akan langsung mengalir ke sungai, jika runoff (aliran limpasan) ini lebih besar mengakibatkan banjir, sedangkan curah hujan rata–rata itu tetap setiap bulannya. Anggapan bahwa air merupakan sumber daya alam yang tak terbatas dan senantiasa dapat diperbaruhi, melalui proses siklus hidrologi yang terus menerus berlangsung secara dinamis, sekarang ini terpatahkan dengan apa yang sedang kita rasakan dalam beberapa decade terakhir ini. Sering terjadinya banjir dan kekeringan yang disertai bencana yang terkait dengan perilaku sumber daya air ini seakan menyentakkan kita bahwa proses siklus hidrologi ini telah terganggu. Meningkatnya jumlah penduduk dunia, disertai peningkatan kegiatan pembangunan telah merubah kondisi dan perilaku alam, khususnya sumber daya air dan lingkungannya. Perubahan iklim, baik global maupun local, saat ini tidak dapat dipungkiri sedang terjadi dan diyakini akan terus berlangsung. Menyadari bahwa, air yang merupakan sumber daya yang esensial bagi kelangsungan kehidupan,pembangunan dan lingkungan, kini sudah merupakan sumber daya yang terbatas dan rentan sesuai dengan ruang dan waktu. Tantangan ini sudah harus dijawab dengan tekad kita untuk mengelola sumber daya air kita secara menyeluruh dan berkelanjutan, dan sesuai dengan filosofi diturunkannya hujan, agar dapat memberikan manfaat dan kesejahteraan bagi seluruh rakyat Indonesia.
Tanah Airku Salah Kelola Hujan || 9 Gambar 2.1 Hujan Tahunan di Indonesia 2.2 Potensi Air di Indonesia Potensi air minum Indonesia yang sangat melimpah. Bahkan 21% dari persediaan di Asia berada di Indonesia. Hal ini dikarenakan curah hujan yang cukup tinggi antara 800-4.000 mm/tahun memungkinkan air meresap di tanah dan tersimpan di dalamnya juga cukup tinggi. Namun, sayangnya sebagian besar potensi air minum dari air hujan hanya dibiarkan hanyut begitu saja tanpa dapat tertampung dengan baik. Selain itu, air tanah yang ada di perut bumi Indonesia juga belum dapat dikelola dengan optimal. Akibatnya banyak dari penduduk Indonesia kekurangan air minum atau untuk kebutuhan sehari-hari. Dengan POTENSI SUMBER DAYA AIR DI INDONESIA ± 3900 MILLIAR m3/tahun. Dan urutan ke: 5 di Dunia dalam hal Potensi Cadangan Air atau Indonesia memiliki 6 persen dari total sumber daya air tawar di bumi yang tersimpan dalam bentuk air danau, sungai, waduk, dll. Baru 13,8 miliar m3/tahun yang dapat dikelola. Akibat tata kelola dan keterbatasan dalam pengelolaannya tersebut menyebabkan beberapa daerah mengalami krisis ketersediaan air bersih untuk minum maupun kebutuhan lainnya. Hal ini dijumpai di Jawa dan Bali-Nusa
10 || Tanah Airku Salah Kelola Hujan Tenggara, sekalipun masih dalam kondisi musim penghujan. Potensi ketersediaan air tersebut belum bisa di manfaatkan oleh Indonesia dikarenakan terjadinya kesalahan dalam mengelola hujan, kita harus menyadari musim di Indonesia sangat extrem yaitu musim hujan dan musim kemarau, musim hujan terjadi selama 6 bulan dan musim kemarau terjadi selama 6 bulan juga, jadi selama 6 bulan tidak ada hujan kita harus bisa memanfaatkan kejadian hujan selama 6 bulan di waktu musim hujan yaitu dengan cara menyimpan air hujan dengan cara menyerapkan (infiltrasi) hujan di Daerah Aliran Sungai. Mengapa kita harus menyimpan air hujan, karena menyimpan hujan itu yang sesuai dengan wahyu Karena hujan itu tetap, sedangkan kebutuhan meningkat, hujan itu rahmat, hujan itu sumber kehidupan, hujan itu sumber–sumber air di bumi, hujan itu rezeki,hujan itu ni’mat dan hujan itu tetap maka perlu di hemat jangan di buang ke laut. 2.1.1. Krisis Air Bersih Air merupakan unsur yang vital dalam kehidupan manusia. Seseorang tidak dapat bertahan hidup tanpa air, karena itulah air merupakan salah satu penopang hidup bagi manusia. Ketersediaan air di Indonesia begitu melimpah, Tetapi yang dapat dikonsumsi oleh manusia untuk keperluan air minum sangatlah sedikit. Dari total jumlah air yang ada, hanya lima persen saja yang tersedia sebagai air minum, sedangkan sisanya adalah air laut. Selain itu, kecenderungan yang terjadi sekarang ini adalah berkurangnya ketersediaan air bersih itu dari hari ke hari. Semakin meningkatnya populasi, semakin besar pula kebutuhan akan air minum. Sehingga ketersediaan air bersih pun semakin berkurang. Seperti yang disampaikan Jacques Diouf, Direktur Jenderal Organisasi Pangan dan Pertanian Dunia (FAO), saat ini penggunaan air di dunia naik dua kali lipat lebih dibandingkan dengan seabad silam, namun ketersediaannya justru menurun. Akibatnya, terjadi kelangkaan air yang harus ditanggung oleh lebih dari 40 persen penduduk bumi. Kondisi ini akan kian parah menjelang tahun 2025 karena 1,8 miliar orang akan tinggal di kawasan yang mengalami kelangkaan air secara absolut. Kekurangan air telah berdampak negatif terhadap semua sektor, termasuk kesehatan. Tanpa akses air minum yang higienis mengakibatkan 3.800 anak meninggal tiap hari oleh penyakit. Begitu peliknya masalah ini sehingga para ahli berpendapat bahwa pada suatu saat nanti, akan terjadi ―pertarungan‖ untuk
Tanah Airku Salah Kelola Hujan || 11 memperebutkan air bersih ini. Sama halnya dengan pertarungan untuk memperebutkan sumber energi minyak dan gas bumi. Disamping bertambahnya populasi manusia, kerusakan lingkungan merupakan salah satu penyebab berkurangnya sumber air bersih. Abrasi pantai menyebabkan rembesan air laut ke daratan, yang pada akhirnya akan mengontaminasi sumber air bersih yang ada di bawah permukaan tanah. Pembuangan sampah yang sembarang di sungai juga menyebabkan air sungai menjadi kotor dan tidak sehat untuk digunakan. Di Indonesia sendiri diperkirakan, 60 persen sungainya, terutama di Sumatera, Jawa, Bali, dan Sulawesi, tercemar berbagai limbah, mulai dari bahan organik hingga bakteri coliform dan fecal coli penyebab diare. Menurut data Departemen Kesehatan tahun 2002 terjadi 5.789 kasus diare yang menyebabkan 94 orang meninggal. Pembabatan hutan dan penebangan pohon yang mengurangi daya resap tanah terhadap air turut serta pula dalam menambah berkurangnya asupan air bersih ini. Selain itu pendistribusian air yang tidak merata juga ikut andil dalam permasalahan ini. Berkaitan dengan krisis air ini, diramalkan 2025 nanti hampir dua pertiga penduduk dunia akan tinggal di daerah-daerah yang mengalami kekurangan air. Ramalan itu dilansir World Water Assesment Programme (WWAP), bentukan United Nation Educational, Scientific and Cultural Organization (Unesco). Lembaga itu menegaskan bahwa krisis air didunia akan memberi dampak yang mengenaskan. Tidak hanya membangkitkan epidemi penyakit yang merenggut nyawa, tapi juga akan mengakibatkan bencana kelaparan. 2.1.2. Kerusakan Lingkungan Penggundulan Hutan Kerusakan lingkungan yang makin parah akibat penggundulan hutan merupakan penyebab utama kekeringan dan kelangkaan air bersih. Kawasan hutan yang selama ini menjadi daerah tangkapan air (catchment area) telah rusak karena penebangan liar. Laju kerusakan di semua wilayah sumber air semakin cepat, baik karena penggundulan di hulu maupun pencemaran di sepanjang DAS. Kondisi itu akan mengancam fungsi dan potensi wilayah sumber air sebagai penyedia air bersih. Berdasarkan data di Departemen Kehutanan hingga tahun 2000 saja diketahui luas lahan kritis yang mengalami kerusakan parah
12 || Tanah Airku Salah Kelola Hujan di seluruh Indonesia mencapai 7.956.611 hektare (ha) untuk kawasan hutan dan 14.591.359 ha lahan di luar kawasan hutan. Sedangkan pada tahun yang sama rehabilitasi atau penanaman kembali yang dilakukan pemerintah hanya mampu menjangkau 12.952 ha kawasan hutan dan 326.973 ha di luar kawasan hutan. 2.1.3. Penyebab Terjadinya Krisis Air Bersih Sebab-sebab Terjadinya Krisis Air Bersih Perilaku Manusia Faktor utama krisis air adalah perilaku manusia guna mencukupi kebutuhan hidup yaitu perubahan tata guna lahan untuk keperluan mencari nafkah dan tempat tinggal. Sebagian besar masyarakat Indonesia, menyediakan air minum secara mandiri, tetapi tidak tersedia cukup informasi tepat guna hal hal yang terkait dengan persoalan air, terutama tentang konservasi dan pentingnya menggunakan air secara bijak. Masyarakat masih menganggap air sebagai benda sosial. Masyarakat pada umumnya tidak memahami prinsip perlindungan sumber air minum tingkat rumah tangga, maupun untuk skala lingkungan. Sedangkan sumber air baku (sungai), difungsikan berbagai macam kegiatan sehari hari, termasuk digunakan untuk mandi, cuci dan pembuangan kotoran/sampah. Sebagian masyarakat masih menganggap bahwa air hanya urusan pemerintah atau PDAM saja, sehingga tidak tergerak untuk mengatasi masalah air minum secara bersama. Kerusakan di kawasan hutan lindung Puncak kini semakin tak terkendali. Ini menyebabkan daerah tangkapan air utama di DAS (Daerah Aliran Sungai) Ciliwung kini hanya tersisa 12 persen dibandingkan luas total kawasan DAS yang mencapai 29 ribu hektar. \"Hanya dalam waktu 10 tahun, areal berhutan di kawasan penyokong tata air DAS Ciliwung telah hilang seluas hampir 5.000 hektar atau setara dengan luas Kota Sukabumi,” kata Koordinator Program FWI (Forest Watch Indonesia), Markus Ratriyono, melalui siaran persnya di Jakarta, Jumat (10/8/2012) malam. Untuk ini, FWI meminta Pemerintah untuk lebih bertanggung jawab terhadap kerusakan daerah tangkapan air di Puncak. Kata dia, Kawasan Puncak di Bogor selama ini telah ditetapkan sebagai kawasan lindung secara nasional. Kawasan ini berfungsi sebagai daerah tangkapan air bagi wilayah pertanian, pemukiman, dan industri
Tanah Airku Salah Kelola Hujan || 13 di Bogor, Depok, Jakarta dan Bekasi. “Sekalipun telah ditetapkan secara nasional, ternyata kini masih menyisakan sejumlah perdebatan serta pertentangan aturan di tingkat Pemerintah. Di balik pertentangan aturan tersebut, ternyata tidak banyak orang yang mengetahui bagaimana situasi sesungguhnya yang terjadi di kawasan lindung Puncak,\" jelasnya. Pantauan yang dilakukan FWI, lanjutnya, telah dijumpai pengurangan tutupan hutan yang cukup luas pada kawasan hulu DAS Ciliwung. FWI memantau perubahan tutupan hutan yang terjadi sepanjang 10 tahun terakhir, yaitu pada periode waktu tahun 2000- 2009. FWI juga melakukan pengecekan lapangan pada dua kecamatan di wilayah Puncak, yakni Kecamatan Megamendung dan Cisarua. Ternyata, secara umum kawasan lindung dikedua kecamatan tersebut kini berwujud areal kebun dan rumah-rumah peristirahatan. \"Perubahan fungsi kawasan lindung yang terus terjadi ini bahkan seolah mendapat dukungan dari Pemerintah. Rumah- rumah peristirahatan tersebut disokong dengan kemudahan akses jalan dan jembatan yang dibangun dengan dana Pemerintah,\" tegasnya. Situasi yang mengkhawatirkan di kawasan Puncak semestinya menjadi perhatian serius dari semua pihak. Terlebih kawasan ini menjadi kawasan penting bagi DKI Jakarta. \"Belajar dari kasus banjir yang sedang melumpuhkan Kota Manila, Bangkok, serta di Jakarta tahun 2002, maka situasi di Puncak perlu diwaspadai. Pemda DKI Jakarta dan Pemerintah Pusat harus melakukan upaya perbaikan yang signifikan terhadap kawasan puncak,\" pungkasnya.–(JAKARTA, Jaringnews.com) http: //www.jaringnews.com/politik-peristiwa/umum/20617/awas-banjir- daerah-tangkapan-air-di-das-ciliwung-tersisa-persen#sthash.E8wypUlQ.dpuf
14 || Tanah Airku Salah Kelola Hujan Gambar 2.2 Peta Kekurangan air di wilayah DKI Jakarta Gambar 2.3 Peta Kekurangan Air Irigasi tahun 2030
Tanah Airku Salah Kelola Hujan || 15 Gambar 2.4. Peta Kekurangan Air RKI Tahun 2010 Gambar 2.5 Peta Kekurangan Air RKI Tahun 2030
Gambar 2.6 Peta jumlah hari tanpa hujan, dari BMKG 16 || Tanah Airku Salah Kelola Hujan
Tanah Airku Salah Kelola Hujan || 17 Peta tersebut bisa mewakili tingkat kekeringan di daera (titik) tertentu. hampir seluruh Pulau Jawa, Pulau Bali, Pulau Nusa Tenggara, Pulau Timor, mengalami kekeringan >30 hari atau disebut sebagai kekeringan panjang pada peta tersebut. menyikapi kejadian ini, sudah keharusan bagi pemangku kebijakan (stakeholder) melaksanakan manajemen pengelolaan air secara terstruktur dan kontinyu. sebagai catatan saja, tahun ini hanya terjadi El-Nino sedang (Moderat), bisa dibayangkan apa jadinya jika terjadi El-Nino Kuat !. berbagai penelitian, kajian, seminar, sudah saatnya (jika tidak mau bilang terlambat) di implementasikan dilapangan. masalah kekeringan adalah masalah klasik yang seharusnya ―mudah‖ diantisipasi oleh segenap lapisan bangsa ini jika ada ―kemauan‖. Sumber:https://sediapayung.wordpress.com/2014/10/13/peta- jumlah-hari-tanpa-hujan-dari-bmkg/ Memperhatikan pernyataan dari BMKG tersebut yaitu MANAJEMEN PENGELOLAAN AIR SECARA TERSTRUKTURE DAN KONTINYU ini seperti apa, yang jelas selama ini PENGELOLAAN HUJANLAH YANG SALAH, HUJAN YANG SEHARUSNYA DI SIMMPAN, SELAMA INI HUJAN DIBUANG KE LAUT, PADAHAL HUJAN ITU TETAP JUMLAHNYA, DAN TERBATAS WAKTU TURUNNYA YAITU HANYA 6 BULAN SAJA, SEDANGKAN KEBUTUHAN AIR SELAMA 12 BULAN.
18 || Tanah Airku Salah Kelola Hujan BAB III PENGELOLAAN HUJAN YANG SALAH 3.1 Konsep Drainase Konvensional Selama ini pengelolaan hujan belum seluruhnya dilakukan secara benar sesuai dengan filosofi diturunkannya hujan oleh Allah SWT. Kalau saya evaluasi konsep drainase yang diterapkan di seluruh pelosok Tanah Air saat ini, adalah konsep drainase konvensional, yaitu drainase yang mencegah genangan didaerah kawasn perumahan maupun perkotaan. Drainase konvensional adalah upaya membuang atau mengalirkan air kelebihan secepat-cepatnya ke sungai terdekat. Konsep ini sejak tahun 1970-an sampai sekarang hampir tidak berubah dan terus diajarkan di seluruh perguruan tinggi di Indonesia dan sebagai konsep dasar yang digunakan para praktisi dalam pembuatan Masterplan Drainase di seluruh kota besar dan kecil di Indonesia. Dalam konsep drainase konvensional, seluruh air hujan yang jatuh di suatu wilayah harus secepat-cepatnya dibuang ke sungai dan seterusnya mengalir ke laut. Jika hal ini dilakukan pada semua kawasan, akan memunculkan berbagai masalah, baik di daerah hulu, tengah, maupun hilir. Dan ternyata, bahwa konsep drainase konvensional ini di Indonesia tidak hanya dipakai untuk men-drain areal permukiman, namun digunakan secara menyeluruh termasuk untuk men-drain kawasan pedesaan, lahan pertanian dan perkebunan, kawasan olahraga, wisata, dan lain sebagainya. Drainase konvensional untuk permukiman atau perkotaan dibuat dengan cara membuat saluran-saluran lurus terpendek menuju sungai guna mencegah genangan di kawasan tersebut secepatnya mengalir ke sungai terdekat, atau anak sungai. Seluruh air hujan diupayakan sesegera mungkin mengalir langsung ke sungai terdekat. Pada areal pertanian dan perkebunan biasanya dibangun saluran drainase air hujan menyusuri lembah memotong garis kontur dengan kemiringan terjal. Pada saat hujan, saluran drainase ini berfungsi mengatuskan kawasan pertanian dan perkebunan dan langsung dialirkan ke sungai.
Tanah Airku Salah Kelola Hujan || 19 Demikian juga di areal wisata dan olahraga, semua saluran drainase didesain sedemikian rupa sehingga air mengalir secepatnya ke sungai terdekat. Orang sama sekali tidak berpikir apa yang akan terjadi di bagian hilir, jika semua air hujan dialirkan secepat-cepatnya ke sungai tanpa diupayakan agar air mempunyai waktu cukup untuk meresap ke dalam . Dampak dari pemakaian konsep drainase konvensional tersebut dapat kita lihat sekarang ini, yaitu kekeringan yang terjadi di mana-mana, juga banjir, longsor, dan pelumpuran. Termasuk juga surutnya sungai-sungai di luar Jawa saat ini, hingga menyebabkan transportasi sungai sangat selalu terganggu. Tentu saja ada sebab-sebab selain drainase, misalnya, penggundulan hutan, namun kesalahan konsep drainase yang kita pakai sekarang ini merupakan penyumbang bencana kekeringan, banjir, dan longsor yang cukup signifikan. Kesalahan konsep drainase konvensional yang paling pokok adalah filosofi membuang air genangan secepat-cepatnya ke sungai. Dengan demikian, sungai-sungai akan menerima beban yang melampaui kapasitasnya, sehingga meluap atau terjadi banjir, contoh, banjir-banjir di Jakarta, Semarang, Bandung, Riau, Samarinda, dan lain-lain. Demikian juga mengalirkan air secepatnya berarti tidak sesuai dengan filosofi diturunkannya hujan, yaitu hujan sebagai sumber- sumber di bumi dan menetap dibumi melalui proses penyerapan ataupu infiltrasi. Contoh penanganan di Jakarta, dengan membuat banjir canal barat dan timur dengan memperlebar dan memperdalam sungai termasuk sungai ciliwung. Dengan demikian, cadangan air tanah akan berkurang, kekeringan di musim kemarau akan terjadi. Dalam konteks inilah pemahaman bahwa banjir dan kekeringan merupakan dua fenomena yang saling memperparah secara susul-menyusul dapat dengan mudah dimengerti. Sangat ironis bahwa semakin baik drainase konvensional di suatu kawasan aliran sungai, maka kejadian banjir di musim hujan dan kekeringan di musim kemarau akan semakin intensif silih berganti. Dampak selanjutnya adalah kerusakan ekosistem, perubahan iklim mikro dan makro disertai tanah longsor di berbagai tempat yang disebabkan oleh fluktuasi kandungan air tanah musim kering dan musim basah yang sangat tinggi.
20 || Tanah Airku Salah Kelola Hujan Jika kesalahan konsep dan implementasi drainase yang selama ini kita lakukan ini tidak diadakan revisi, usaha apa pun yang kita lakukan untuk menanggulangi banjir, kekeringan lahan, dan longsor, akan sia-sia.(Agus Maryono UGM) 3.2 Sejarah Banjir Jakarta Konsep drainase konvensional ini sejak penjajahan belanda sampai saat ini masih diterapkan, antara lain pembuatan banjir canal barat dan banjir canal timur , dibawah ini sejarah banjir yang pernah terjadi di Jakarta. Sejarah Banjir dan hujan lebat Jakarta Sesungguhnya banjir di Jakarta adalah perkara klasik. Sejak zaman VOC, Pemerintah kolonial Belanda pun sudah berjibaku dengan masalah banjir dan tata kelola air Jakarta. Tahun 1621 kota ini mengalami banjir besar, hanya dua tahun setelah sistim tata kelola hidrologi Batavia dibangun lengkap dengan sistem kanalnya. Lalu banjir-banjir kecil hampir setiap tahun terjadi di daerah pinggiran kota, ketika wilayah Batavia telah melebar hingga ke Glodok, Pejambon, Kali Besar, Gunung Sahari dan Kampung Tambora. Tercatat banjir besar terjadi antara lain pada tahun 1654, 1872, 1876, 1878, 1895, 1899, 1902, 1904, 1909 dan 1918. Tahun 1918 adalah yang terhebat karena dilanda banjir besar selama 1 bulan. Banjir pun berulang pada 1919, 1923, 1931, 1932, 1933, 1952, 1953, 1954, 1956, 1976, 1977, 1984, 1988, 1994, 1996, 1997, 1999, 2002, 2007, 2008 dan 2013. Banjir di Jakarta sebagian besarnya bisa dikaitkan dengan kehadiran curah hujan yang tinggi maupun kejadian hujan terus menerus baik di Jakarta sendiri (daerah hilir) atau dari daerah hulu yang memiliki dataran yang lebih tinggi seperti Depok dan Bogor. Sebagai misal, pada zaman dahulu banjir tahun 1878 disebabkan kejadian hujan 40 hari terus menerus, tahun 1892 banjir terjadi setelah hujan lebih dari 8 jam dengan intensitas 240.7 mm pada hari itu di Jakarta. Banjir parah tahun 1988 berkaitan dengan curah hujan 356 mm sehari yang tercatat di Jakarta observatory (Stasiun 96745 BMKG).
Tanah Airku Salah Kelola Hujan || 21 Sumber: Siswanto Peneliti BMKG Indonesia dan KNMI Belanda, Kandidat Doktor pada Institute of Marine and Atmospheric Research, Utrecht Univesiteit, Belanda. Ketua pada Institute for Science and Technology Studies (ISTECS) Belanda http://bmkg.go.id/bmkg_pusat/lain_lain/artikel/MASA_DEPAN_B ANJIR_JAKARTA_DAN_PERUBAHAN_IKLIM.bmkg Gambar 3.1 Sejarah Banjir Jakarta Sumber: http://www.arch.chula.ac.th/nakhara/files/article/i2lymtL2t4Wed85655.pdf
22 || Tanah Airku Salah Kelola Hujan Gambar 3.2 Banjir Besar di Wilayah Jakarta, dari Masa ke Masa 3.3 Dampak Pengelolaan Hujan yang Salah Dari sejarah banjir di Jakarta sejak Tahun 1621 sampai dengan tahun 2016 untuk menyelesaikan bencana banjir tersebut belum menunjukkan hasil yang memuaskan, artinya bencana banjir tetap terjadi dan makin meningkat debit yang masuk ke sungai Ciliwung, padahal rata-rata curah hujan bulanan relatif tetap selam 140 tahun terakhir ini, karena penyebabnya tidak pernah diperbaiki selama ini dalam rangka untuk mencegah banjir, yang selalu dilakukan selama ini adalah membuang kelebihan debit disungai secepatnya dengan melakukan normalisasi sungai maupun saluran drainase. Dari konsep penanganan banjir yang salah tersebut timbul masalah baru yaitu, MUSIM HUJAN BANJIR MUSIM KEMARAU KERING FAKTA YANG TERJADI DI SUNGAI CILIWUNG (Nopember 2013)
Tanah Airku Salah Kelola Hujan || 23 Gambar 3.3 Debit di Bendung Katulampa Musim Hujan & Musim Kemarau Tahun 2013 Gambar 3.4 Debit di Bendung Katulampa Musim Hujan & Musim Kemarau Tahun 2014
24 || Tanah Airku Salah Kelola Hujan Gambar 3.5 Debit di Bendung Katulampa Musim Hujan & Musim Kemarau Tahun 2015 Gambar 3.5 Debit di Bendung Katulampa Musim kemarau 2015 & Musim hujan Tahun 2016
Tanah Airku Salah Kelola Hujan || 25 Grafik 3.1 Ketinggian Air di Bendung Katulampa Musim Hujan Tahun 2015 Dari monitoring banjir dan kekeringan selama 3 tahun terakhir ini yaitu dari tahun 2013 sampai dengan tahun 2016 ada 3 kali musim hujan dan 3 kali musim kemarau, membuktikan bahwa penerapan konsep Drainase konvensional dalam penanggulangan banjir dengan cara Normalisasi sungai (memperlebar dan memperdalam sungai) adalah kesalahan yang akan berdampak pada musim hujan banjir dan pada musim kemarau kekeringan, karena musim di indonesia menurut iklim sangat extrim yaitu musim hujan dalam satu tahun terjadi 6 bulan yaitu bulan Oktober sampai dengan bulan Maret dan musim kemarau terjadi antara bulan April sampai bulan September. Dari 3 kali kejadian musim kering yang paling extrim yaitu pada waktu musim kemarau tanggal 22 September tahun 2015 debit Sungai Ciliwung tidak ada sama sekali atau nol dan musim hujan tanggal 7 Maret tahun 2016 debit banjir di Sungai Ciliwung terbesar selama 6 tahun terakhir ini yaitu 590 m3/det.
26 || Tanah Airku Salah Kelola Hujan Berita tentang bendung Katulampa seperti di bawah ini: Debit Nol di Bendung Ciliwung Katulampa JAKARTA, KOMPAS — Hingga Selasa (22/9), papan mercu atau parameter ukur debit air di Bendung Ciliwung Katulampa, Bogor, menunjukkan angka nol. Debit nol sudah terjadi sejak awal Juli 2015. Akibatnya, amat sedikit air yang dialirkan untuk industri, permukiman, dan pertanian lewat Kali Baru dan Ciliwung. Selama September 2015, menurut catatan petugas Bendung Ciliwung Katulampa, hujan sempat turun pada Selasa (8/9) dengan curah 25 milimeter, Minggu (13/9) dengan curah 31 milimeter, dan Senin (21/9) dengan curah 14 milimeter. \"Tetap saja debit nol,\" kata Kepala Pengawas Bendung Ciliwung Katulampa Andi Sudirman. Dengan debit nol, batu dan beton pemecah arus yang biasanya tertutup aliran air juga dasar sungai terlihat jelas. Kalangan warga memanfaatkan kekeringan ini untuk mengambil pasir, batu, atau memancing di beberapa lubuk (kedung) yang tergenang. Air memang masih ada, tetapi sedikit yang mengalir dari hulu ke hilir. Sebelum mencapai papan mercu, debit air mengalir 1.500 liter per detik. Debit akan naik jika di hulu hujan sehingga air menggelontor ke hilir. Biasanya, saat normal, debit air 4.000 liter per detik. Saat musim hujan, debit air mengalir tembus 20.000 liter per detik. Sementara kawasan bendung yang dibangun pada 1912 oleh Belanda merupakan dua struktur pengairan, yaitu Pintu Air Kali Baru dan Bendung Ciliwung Katulampa. Kali Baru merupakan sodetan dari Ciliwung buatan Belanda yang awalnya untuk pelayaran, tetapi akhirnya berfungsi untuk pengairan dan industri. Kekeringan tahun ini merupakan yang terparah sejak 1997. Saat itu, debit air hanya 1.000 liter per detik. Pada musim kemarau 2014, debit air masih lumayan, yakni 3.000 liter per detik. Ketua Ciliwung Institute Sudirman Asun mengatakan, kekeringan di Ciliwung menunjukkan kerusakan kawasan hijau di sepanjang daerah aliran sungai, termasuk di kawasan hulu. Semua kawasan tangkapan air terusik. \"Itu memicu konflik,\" katanya.Sutedja, Ketua Rungkun Awi sekaligus pegiat Komunitas Peduli Ciliwung dari kawasan hulu di Cisarua, Kabupaten Bogor, mengeluhkan hal sama. Kekeringan telah menyerang kawasan hulu sehingga warga di sana berebut air dan memicu konflik horizontal.
Tanah Airku Salah Kelola Hujan || 27 Mutu air baku buruk Hujan yang melanda Jakarta, Senin (21/9), tidak berdampak pada meningkatnya kualitas air baku di Kali Krukut dan Cengkareng Drain. Mutu air baku dari kedua sungai itu buruk sehingga kapasitas produksi di Instalasi Pengolahan Air (IPA) Cilandak dan IPA Taman Kota turun. Hingga kemarin, zat padat atau total dissolved solid (TDS) yang terlarut dalam air baku masih di atas 1.000 miligram per liter. Padahal, idealnya tak boleh melebihi 500 miligram per liter. \"Di IPA Taman Kota, kami sudah menggunakan sistem biofiltrasi atau pengolahan air bersih menggunakan bakteri. Namun, karena mutu air baku sangat rendah, kami belum bisa memproduksi air bersih secara normal. Kami terus memantau perkembangannya,\" ujar Meyritha Maryanie, Kepala Divisi Komunikasi PT PAM Lyonnaise Jaya (Jaya) di IPA Taman Kota, Selasa. (DEA/BRO) Sumber: http://megapolitan.kompas.com/read/2015/09/23/15030041/Debit. Nol.di.Bendung.Ciliwung.Katulampa Tabel 3.1 Debit Banjir terbesar 2002 – 2016 di Bendung Katulampa BANJIR TAHUN Debit 2002 (m3/det) 2007 526,00 2008 629,97 2009 451,00 2010 307,47 2015 629,97 2016 477,00 590,00
28 || Tanah Airku Salah Kelola Hujan Gambar 3.6 Saluran Banjir Canal Timur Pembangunan Banjir Kanal Timur sudah sangat bermanfaat, hal ini bisa kita buktikan pada waktu hujan lebat pada tanggal 15 Nopember tahun 2015 debit di bendung katulampa tercatat sebesar 477 m3/det dan pada tanggal 7 Maret tahun 2016 debit di bendung katulampa tercatat sebesar 590 m3/det, Tetapi tidak berdampak dengan genangan banjir di Jakarta, jika kita bandingkan dengan besaran debit yang mendekati pada waktu yang terjadi di tahun 2002 dan 2007 dengan besaran debit 526 m3/det dan 630 m3/det, dampak dari debit tersebut mengakibatkan genangan banjir sangat luar biasa yang terjadi di wilayah DKI Jakarta. Tetapi bagaimanapun pembangunan Banjir Kanal tersebut sudah terlihat manfaatnya dalam mengatasi genangan di wilayah Jakarta, tapi secara pengelolaan hujan metode tersebut tetap keliru karena mengakibatkan dampak lainnya yaitu kekeringan di musim kemarau akibat curah hujan langsung dibuang ke laut, yang seharusnya disimpan di Daerah Aliran Sungai (DAS) untuk kebutuhan air di musim kemarau.
Tanah Airku Salah Kelola Hujan || 29 BAB IV PENGELOLAAN HUJAN SESUAI WAHYU Proses hujan secara ilmu Hidrologi 4.1 Siklus Hidrologi Siklus hidrologi adalah sirkulasi air yang tidak pernah berhenti dari atmosfir ke bumi dan kembali ke atmosfir melalui kondensasi, presipitasi, evaporasi dan transpirasi. Pemanasan air samudera oleh sinar matahari merupakan kunci proses siklus hidrologi tersebut dapat berjalan secara kontinu. Air berevaporasi, kemudian jatuh sebagai presipitasi dalam bentuk hujan, salju, hujan batu, hujan es dan salju (sleet), hujan gerimis atau kabut. Pada perjalanan menuju bumi beberapa presipitasi dapat berevaporasi kembali ke atas atau langsung jatuh yang kemudian diintersepsi oleh tanaman sebelum mencapai tanah. Setelah mencapai tanah, siklus hidrologi terus bergerak secara kontinu dalam tiga cara yang berbeda: 1) Evaporasi/transpirasi-Air yang ada di laut, di daratan, di sungai, di tanaman, dsb. kemudian akan menguap ke angkasa (atmosfer) dan kemudian akan menjadi awan. Pada keadaan jenuh uap air (awan) itu akan menjadi bintik-bintik air yang selanjutnya akan turun (precipitation) dalam bentuk hujan, salju, es. 2) Infiltrasi/Perkolasi ke dalam tanah-Air bergerak ke dalam tanah melalui celah-celah dan pori-pori tanah dan batuan menuju muka air tanah. Air dapat bergerak akibat aksi kapiler atau air dapat bergerak secara vertikal atau horizontal dibawah permukaan tanah hingga air tersebut memasuki kembali sistem air permukaan. 3) Air Permukaan-Air bergerak diatas permukaan tanah dekat dengan aliran utama dan danau; makin landai lahan dan makin sedikit pori-pori tanah, maka aliran permukaan semakin besar. Aliran permukaan tanah dapat dilihat biasanya pada daerah urban. Sungai-sungai bergabung satu sama lain dan
30 || Tanah Airku Salah Kelola Hujan membentuk sungai utama yang membawa seluruh air permukaan disekitar daerah aliran sungai menuju laut. Air permukaan, baik yang mengalir maupun yang tergenang (danau, waduk, rawa), dan sebagian air bawah permukaan akan terkumpul dan mengalir membentuk sungai dan berakhir ke laut. Proses perjalanan air di daratan itu terjadi dalam komponen- komponen siklus hidrologi yang membentuk sisten Daerah Aliran Sungai (DAS).Jumlah air di bumi secara keseluruhan relatif tetap, yang berubah adalah wujud dan tempatnya. Gambar 4.1 Siklus Hidrologi 4.2 Siklus Hidrologi (Menurut Wahyu) Proses terjadinya hujan juga Allah terangkan dalam Al Qur’an surat Ar-Ruum Ayat 48 seperti dibawah ini: “Dialah Allah Yang mengirimkan angin, lalu angin itu menggerakkan awan dan Allah membentangkannya di langit menurut yang dikehendakiNya, dan menjadikannya bergumpal-gumpal; lalu kamu lihat air hujan keluar dari celah-celahnya; maka, apabila hujan itu turun mengenai hamba-hambaNya yang dikehendakiNya, tiba-tiba mereka menjadi gembira”
Tanah Airku Salah Kelola Hujan || 31 Firman Allah tersebut adalah proses siklus Hidrologi, yaitu ilmu yang berkaitan dengan air di bumi, baik mengenai terjadinya, peredarannya dan sifat–sifatnya yang berhubungan dengan lingkungannya terutama dengan makhluk hidup. Tahap Pertama: ― Allah, dialah yang mengirimkan angin…..‖ Gelembung-gelembung udara yang tidak terhitung jumlahnya dibentuk oleh buih-buih di lautan yang secara terus-menerus pecah dan mengakibatkan partikel-partikel air tersembur ke udara menuju ke langit. Partikel-partikel ini yang kaya akan garam– kemudian terbawa angin dan bergeser ke atas menuju atmosfer. Partikel-partikel ini (disebut aerosol) membentuk awan dengan mengumpulkan uap air. Tahap Kedua: ―…..lalu angin itu menggerakkan awan dan Allah membentangkannya di langit menurut yang dikehendakinya, dan menjadi bergumpal-gumpal…..‖ Awan terbentuk dari uap air yang mengembun di sekitar kristal-kristal garam atau partikel-partikel debu di udara. Karena tetesan-tetesan air di sini sangat kecil (dengan diameter antara 0,01-0,02 mm), awan mengapung di udara dan menyebar di angkasa. Sehingga langit tertutup oleh awan. Tahap Ketiga: ―….lalu kamu lihat hujan keluar dari celah-celahnya, maka apabila hujan itu turun.‖ Partikel-partikel air yang mengelilingi kristal-kristal garam dan partikel-partikel debu mengental dan membentuk tetesan-tetesan hujan. Sehingga, tetesan-tetesan tersebut, yang menjadi lebih berat dari udara, meninggalkan awan dan mulai jatuh ke tanah sebagai hujan. Setiap tahap dalam pembentukan hujan disampaikan dalam Al- Qur’an. Terlebih lagi, tahapan-tahapan tersebut dijelaskan dalam runtutan yang benar. Seperti halnya fenomena alam lain di dunia, lagi-lagi Al- Qur’an lah yang memberikan informasi yang paling tepat tentang fenomena ini, selain itu, Al-Qur’an telah memberitahukan fakta-fakta ini kepada manusia berabad-abad sebelum sains sanggup mengungkapnya. Secara ilmiah melalui penelitian dan pengamatan ilmu hidrologi juga melewati 3 (tiga) Tahapan, Sama seperti proses yang telah di firmankan oleh Allah S.W. T. 1400 tahun yang lalu.
32 || Tanah Airku Salah Kelola Hujan Siklus Hidrologi adalah sirkulasi air yang tidak pernah berhenti dari atmosfir ke bumi dan kembali ke atmosfir melalui kondensasi, presipitasi, evaporasi dan transpirasi. Demi langit yang mengandung hujan/(Q.S Ath Thaariq: 11) Maka Kami bukakan pintu-pintu langit dengan (menurunkan) air hujan yang tercurah.(Q.S Al Qamar: 11). Tafsir/Indonesia/DEPAG/Surah Al Qamar 11 )11( َػ َف َخ ْط َِا أَةْ َٔا َب ال َّص ٍَا ِء ةِ ٍَا ٍء ٌُِْ َٓ ٍِ ٍر Ayat ini menerangkan bahwa Allah telah mencurahkan air yang banyak dari langit sesuai dengan permintaan mereka yang bertahun- tahun. Ayat ini mengisahkan bahwa Allah telah memperkenankan doa Nabi Nuh as. Dan Kami turunkan dari awan air hujan yang banyak tercurah, (Q.S An Naba: 14) Dan Kami turunkan dari langit air yang banyak manfaatnya lalu Kami tumbuhkan dengan air itu pohon-pohon dan biji-biji tanaman yang diketam. (Q.S Qaaf: 9) Dan awan yang mengandung hujan. (Q,S Adz Dzariyaat: 2) Tafsir/Indonesia/Jalalain/Surah Adz Dzaariyaat: 2) )2( َفاْ ْلَا ِم ََل ِت ِوكْ ًرا Dan demi awan yang mengandung) awan yang membawa air (hujan) yakni beban berupa air hujan, berkedudukan menjadi Maf'ul dari lafal Al Haamiaat. Dan Kami jadikan padanya gunung-gunung yang tinggi, dan Kami beri minum kamu dengan air tawar? (Q.S Al Mursalaat: 27) Yang kedua dalam ayat ini Allah mengarahkan perhatian manusia kepada penciptaan gunung, untuk apa dia jadikan? Gunung yang menjulang tinggi dari permukaan bumi, gunung itu dikatakan sebagai pasak bumi dan dengan demikian manusia merasa tenteram tinggal di bumi, artinya gunung itulah yang bertugas sebagai pasak tiang untuk menjaga keseimbangan bumi tersebut. Terkadang sebagian
Tanah Airku Salah Kelola Hujan || 33 badan gunung-gunung itu terbenam dalam tanah atau dalam laut maupun sungai-sungai. Yang ketiga Tuhan mengajak manusia memikirkan tentang air tawar yang diminum setiap hari, sebagai anugerah dari Allah. Dialah yang menurut ayat ini memberikan minum. Terkadang air itu tercurah dari langit yang dibawa hujan yang berasal dari gumpalan awan atau dari salju mencair dan adakalanya pula mengalir dari anak-anak sungai atau memancar dari mata air, di bawah celah-celah gunung maupun di pinggir kali, dan sebagainya. Maka Kami bukakan pintu-pintu langit dengan (menurunkan) air yang tercurah (QS Al Qamaar: 11) Tafsir/Indonesia/DEPAG/Surah Al Qamar 11 (11) َػ َف َخ ْطَِا أَةْ َٔا َب ال َّص ٍَا ِء ِة ٍَا ٍء ٌُِْ َٓ ٍِ ٍر Ayat ini menerangkan bahwa Allah telah mencurahkan air yang banyak dari langit sesuai dengan permintaan mereka yang bertahun- tahun. Ayat ini mengisahkan bahwa Allah telah memperkenankan doa Nabi Nuh as. Niscaya Dia akan mengirimkan hujan kepadamu dengan lebat, QS Nuh: 11 Tafsir/Indonesia/DEPAG/Surah Nuh 11 - 12 (11) يُ ْر ِش ِو ال َّص ٍَا َء َغيَيْ ُؾ ًْ ٌِ ْد َرا ًرا (12) َويُ ٍْ ِد ْد ُؽ ًْ ِةأَ ْم َٔا ٍل َو َبنِ َي َوََيْ َػ ْو ىَ ُؾ ًْ َس َِّا ٍت َوََيْ َػ ْو ىَ ُؾ ًْ أَ ْن َٓا ًرا Dalam ayat ini, diterangkan bahwa Nuh A.S. telah menyampaikan kepada kaumnya janji Allah seandainya mereka beriman kepada-Nya, yaitu: 1. Dia akan menurunkan hujan yang lebat, yang dapat menyuburkan tanah-tanah mereka, sehingga menghasilkan tanaman-tanaman dan buah-buahan yang mereka perlukan serta mendatangkan kebahagiaan kepada mereka. 2. Dia akan menganugerahkan kepada mereka harta kekayaan yang banyak, yang beraneka rupa dan ragamnya.
34 || Tanah Airku Salah Kelola Hujan 3. Dia akan menganugerahkan anak-anak yang akan melanjutkan keturunan mereka, sehingga mereka tidak punah. 4. Dia akan menyuburkan tanah-tanah mereka, sehingga kebun- kebun menjadi dan dapat memberi manfaat kepada mereka. 5. Dia akan mengadakan sungai-sungai yang mengalir, yang dengan mudah mengairi kebun-kebun mereka, sehingga tanam- tanaman hidup subur dan menghijau. Janji Allah SWT yang diberikan-Nya kepada kaum Nuh, seandainya mereka beriman adalah janji yang sesuai dengan keadaan kaum Nuh waktu itu. Kaum Nuh adalah kaum yang termasuk cikal bakal umat manusia sekarang ini. Perkembangan kebudayaan mereka masih taraf permulaan belum berkembang seperti yang sekarang ini. Tetapi janji itu tidak menarik hati mereka sedikit pun. Hal ini menunjukkan keingkaran mereka yang sangat dalam memperkenankan seruan Nuh A.S. Dalam janji itu terkandung sesuatu pengertian bahwa Allah SWT., menyuruh mereka mempergunakan akal pikiran mereka. Mereka seakan- akan disuruh memikirkan faedah hujan bagi mereka. Hujan akan menyuburkan bumi tempat mereka berdiam, menghasilkan tanam-tanaman dan buah-buahan yang mereka perlukan. Sebagian hasil pertanian mereka jual dan sebagian mereka makan sendiri, sehingga menambah kekayaan mereka. Hujan akan mengalirkan air di sungai-sungai, yang bermanfaat bagi mereka. Jika mereka mau menggunakan pikiran mereka dengan cara yang demikian. tentulah mereka akan sampai kepada kesimpulan tentang siapa yang menurunkan hujan itu, sehingga bumi menjadi subur dan siapa yang menyuburkan bumi sehingga menghasilkan keperluan-keperluan hidup mereka. Akhirnya. mereka sampai kepada suatu kesimpulan yang sama dengan seruan yang disampaikan Nuh A.S. kepada mereka, yaitu beriman kepada Tuhan Yang Maha Esa yang menciptakan semua keperluan-keperluan mereka itu. Dan Kami turunkan dari awan air yang banyak tercurah, QS An Naba:14 Sesungguhnya Kami benar-benar telah mencurahkan air (dari langit),QS Abasa: 25
Tanah Airku Salah Kelola Hujan || 35 4.3 Maksud dan Tujuan Diturunkannya Hujan (Filosofi di Turunkannya Hujan) Penyebab banjir adalah hujan, anggapan ini sudah umum dipahami oleh seluruh masyarakat indonesia bahkan dikota kota besar yang sering dilanda banjir dikatakan hujan adalah musibah, padahal hujan itu rahmat; hujan itu sumber kehidupan; hujan itu sumber sumber air di bumi; hujan itu rezeki; hujan itu ni’mat. Hujan salah satu penyebab banjir karena selama ini belum memahami siklus hidrologi yang telah difirmankan Allah tersebut sehingga pengendalian banjir selama ini sangat bertentangan dengan firman Allah SWT, tentang maksud dan tujuan diturunkannya hujan. Maksud di turunkannya hujan adalah Rahmat Allah untuk seluruh makhluk di alam semesta ini sebagai sumber kehidupan dan bertujuan untuk memberikan keyakinan, keimanan ; peringatan bagi umatnya untuk di maknahi sebagai hikmah bagi umat yang bertaqwa kepada Allah SWT. Tujuan diturunkannya hujan adalah rencana Allah SWT yang Maha Agung dan lagi bijaksana serta maha kasih sayangnya kepada seluruh makhluk di alam semesta ini , sehingga rencana penciptaan hujan tersebut telah ditulis di Lauhul Mahfuzh, 50. 000 tahun sebelum penciptaan Langit dan Bumi dan telah ditakdirkan oleh Allah SWT termasuk kejadian apa saja yang terjadi di muka bumi ini . Nabi shallallahu „alaihi wa sallam bersabda, َنخَ َب اََّّل ُل ٌَ َلا ِدي َر اْ ْلََ َلئِ ِق َؼتْ َو أَ ْن ََيْ ُي َق ال َّص ٍَ َٔا ِت َوال َأ ْر َض ِِ َب ٍْ ِص َي أَىْ َف َشَِ ٍث “Allah telah mencatat takdir setiap makhluk 50.000 tahun sebelum penciptaan langit dan bumi.” Beliau shallallahu „alaihi wa sallam juga bersabda, كَا َل َر ِّب َو ٌَا َذا أَ ْك ُخ ُب كَا َل ا ْن ُخ ْب ٌَ َلا ِدي َر ُُ ِّك.إ َّن أَ َّو َل ٌَا َخ َي َق اََّّل ُل اىْ َل َي ًَ َػ َلا َل ََ ُل ا ْنخُ ْب ََ ْش ٍء َض َّّت ََ ُلٔ َم ال َّصا َغ ُث “Sesungguhnya yang pertama kali Allah ciptakan adalah qolam. Lalu Allah firmankan padanya, „Tulislah‟. Qolam mengatakan, “Apa yang akan aku tulis?‟ Allah berfirman, ‟Tulislah berbagai takdir dari segala sesuatu yang akan terjadi hingga hari kiamat‟. ”
36 || Tanah Airku Salah Kelola Hujan Begitu pentingnya rencana hujan itu diturunkan karena hujan berfungsi sebagai sumber kehidupan seluruh makhluk di alam semesta ini, sebagai pendukung misi dari Allah SWT yang akan menciptakan langit dan bumi ini sehingga turunnya hujan termasuk kunci ilmu ghoib dan hanya Allah SWT yang mengetahui kapan turunnya. Allah Ta‟ala berfirman, ٌَا َذا َن ْف ٌس حَ ْد ِري الأ ْر َضا ِم َو ٌَا َوِغ ٌَيْا ًُحَ اْدل ِرَّصاي َغَن ِثْف ٌَويُس َةِِّنأَُل ِّياأَىْ َْرغيٍْ َضد ََ َُوٍئَ ْػ َُيت ًُإِ ََّنٌااَ َِِّّللف ِإ َّن اََّّلل ِغِْ َد ُه َغ ِيي ًٌ َخ ِت ٌي حَ ْؾ ِص ُب َغ ًدا “Sesungguhnya Allah, hanya pada sisi-Nya sajalah pengetahuan tentang Hari Kiamat; dan Dia-lah Yang menurunkan hujan, dan mengetahui apa yang ada dalam rahim. Dan tiada seorang pun yang dapat mengetahui (dengan pasti) apa yang akan diusahakannya besok. Dan tiada seorang pun yang dapat mengetahui di bumi mana dia akan mati. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.” (QS. Luqman: 34) Tafsir/Indonesia/DEPAG/Surah Luqman 34 ِإ َّن اََّّل َل ِغِْ َد ُه ِغيْ ًُ ال َّصا َغ ِث َويُ َ ِّن ُل اىْ َغيْ َد َويَ ْػ َي ًُ ٌَا ِِف ا ْل َأ ْر َضا ِم َو ٌَا حَ ْد ِري َن ْف ٌس ٌَا َذا حَ ْؾ ِص ُب َغ ًدا َو ٌَا حَ ْد ِري َن ْف ٌس ةِأَ ِّي أَ ْر ٍض ََ ٍُٔ ُت ِإ َّن اََّّل َل َغ ِيي ًٌ َخ ِت ٌي Pada ayat ini Allah SWT menerangkan lima perkara gaib yang hanya Allah sendirilah yang mengetahui perkara itu yaitu: 1. Hanya Allah sajalah yang mengetahui kapan datangnya Hari Kiamat, tidak seorangpun yang mengetahui selain Dia, kendatipun malaikat, sedang malaikat itu adalah makhluk yang paling dekat dengan-Nya, dan tidak pula diketahui oleh para Nabi yang diutus. Allah SWT berfirman: ْٔ لا َيييٓا لٔكخٓا إلا Artinya: Tidak seorangpun yang dapat menjelaskan waktu kedatangannya selain Dia. (Q.S. Al A'raf: 187)
Tanah Airku Salah Kelola Hujan || 37 2. Allah sendirilah yang menurunkan hujan, Dialah yang menetapkan kapan, di mana dan berapa banyak yang akan dicurahkan-Nya, maka ketetapan-Nya itu tidak seorangpun yang dapat mengetahuinya. Para ahli astronomi dan ahli meteorologi (ilmu cuaca), dapat meramalkan terjadinya gerhana matahari atau gerhana bulan, dan kapan serta di mana hujan akan turun, berdasarkan ilmu hisab dan tanda-tanda. Akan tetapi itu adalah perhitungan dan perkiraan manusia yang tidak mengakibatkan pengertian yang meyakinkan, hanyalah bersifat ramalan, mereka tidak dapat memastikan. 3. Hanya Allah saja yang dapat mengetahui dengan pasti apa yang ada dalam suatu kandungan, apakah cacat atau sempurna,dan kapan ia akan dilahirkan. 4. Hanya Dia pula yang mengetahui dengan pasti apa yang akan dikerjakan oleh seseorang esok harinya. Sekalipun manusia dapat merencanakan apa yang akan dikerjakannya itu, namun semuanya itu hanyalah bersifat rencana saja. Jika Allah menghendaki terlaksananya, terlaksanalah dia, dalam pada itu tidak sukar bagi Allah untuk menghalangi terlaksananya. 5. Seseorang tidak mengetahui di mana ia akan meninggal dunia nanti. Apakah di daratan atau di lautan ataupun di udara, apakah di negeri ini, atau di negeri itu. Hanya Allah saja yang dapat mengetahuinya dengan pasti. Begitulah rencana Allah SWT dengan turunnya hujan di bumi ini, sedangkan proses terjadinya hujan juga Allah terangkan dalam Al Qur’an surat Ar-Ruum Ayat 48. Firman Allah tersebut adalah proses siklus Hidrologi, yaitu ilmu yang berkaitan dengan air di bumi, baik mengenai terjadinya, peredarannya dan sifat–sifatnya yang berhubungan dengan lingkungannya terutama dengan makhluk hidup. Jumlah air di bumi ini 97,25% adalah air asin yang berada di lautan dan 2.75% adalah air tawar, dari 2.75% tersebut 2% ada di pegunungan es dan 0.7% graoundwater sedangkan 0.05% tersebar di Danau 60% di Atmosphirre 6% di air tanah 33% dan di sungai hanya 1%. (seperti terlihat dalam gambar di bawah ini)
38 || Tanah Airku Salah Kelola Hujan Gambar 4.2 Distribusi Air di Bumi Dari sumber data tersebut air tawar yang bisa di manfaatkan oleh manusia hanya 0.05% dari total air di dunia itupun kalau proses siklus hidrologi itu tetap ada, karena hanya Allah yang tahu bahwa hujan itu akan terjadi atau turun ke bumi, jika siklus hidrologi itu tidak terjadi di Indonesia maka cadangan air tawar di daratan Indonesia tidak pernah ada, karena yang menentukan turunnya hujan baik intensitas hujan; tempat dan waktunya hanya Allah SWT yang menentukan seperti telah difirmankan sebagai berikut; Dan Dialah yang meniupkan angin sebagai pembawa berita gembira sebelum kedatangan rahmat-Nya (hujan); hingga apabila angin itu telah membawa awan mendung, Kami halau ke suatu daerah yang tandus, lalu Kami turunkan hujan di daerah itu, maka Kami keluarkan dengan sebab hujan itu pelbagai macam buah-buahan. Seperti itulah Kami membangkitkan orang-orang yang telah mati, mudah-mudahan kamu mengambil pelajaran.(Q.S Al A`raaf: 57). Tafsir/Indonesia/DEPAG/Surah Al A'raaf 57–58 ِِ َل َ ٍل ُش ْلَِا ُه ِذ َلا ًلا َش َطاةًا أَ َك ّيَ ْج ِإ َذا َض َّّت ِّ َرْْ َح ِخ يَ َد ْي َب ْ َي ب ُ ْْ ًشا ال ِّريَا َح يُ ْر ِش ُو َّ َٔ ُْ َو اَّ ِلي ٌَ ِّي ٍج فَأَُْ َزْْلَا ةِ ِّ الْ ٍَا َء َفأَ ْخ َر ْسَِا ِة ِّ ٌِ َْ ُُ ِّك الثَّ ٍَ َرا ِت َن َذلِ َم ُُ ْن ِر ُج ال ْ ٍَ ََْٔت ىَ َػ َّي ُؾ ًْ حَ َذ َّن ُرو َن
Tanah Airku Salah Kelola Hujan || 39 َن َذلِ َم َُ ِؾ ًدا َّ ََيْ ُر ُج َلا َخ ُت َد َواََّّ ِلي ِّ َِّرب ِةإِذْ ِن ُّ َُنتَاح ََ ْي ُر ُج اى َّط ِيّ ُب َواِْ َل َ ُل )57( ِإلا )58( ُُ ََ ِّص ُف ا ْْليَا ِت ِى َل ْٔ ٍم ي َ ْش ُه ُرو َن Dengan ayat ini Allah menegaskan bahwa salah satu karunia besar yang dilimpahkan-Nya kepada hamba-Nya ialah menggerakkan angin sebagai tanda bagi kedatangan nikmat-Nya yaitu angin yang membawa awan tebal yang dihalaunya ke negeri yang kering yang telah rusak tanamannya karena ketiadaan air, kering sumurnya karena tak ada hujan dan penduduknya menderita karena haus dan lapar. Lalu Dia menurunkan di negeri itu hujan yang lebat sehingga negeri yang hampir mati itu menjadi subur kembali dan sumur-sumurnya penuh berisi air dengan demikian hiduplah penduduknya dengan serba kecukupan dari hasil tanaman-tanaman itu yang berlimpah-ruah. Memang tidak semua negeri yang mendapat limpahan rahmat itu, tetapi ada pula beberapa tempat di muka bumi yang tidak dicurahi hujan yang banyak, bahkan ada pula beberapa daerah dicurahi hujan tetapi tanah di daerah itu hilang sia-sia tidak ada manfaatnya sedikit pun.Firman berikutnya Tidaklah kamu melihat bahwa Allah mengarak awan, kemudian mengumpulkan antara (bagian-bagian)nya, kemudian menjadikannya bertindih-tindih, maka kelihatanlah olehmu hujan keluar dari celah- celahnya dan Allah (juga) menurunkan (butiran-butiran) es dari langit, (yaitu) dari (gumpalan-gumpalan awan seperti) gunung- gunung, maka ditimpakan-Nya (butiran-butiran) es itu kepada siapa yang dikehendaki- Nya dan dipalingkan-Nya dari siapa yang dikehendaki-Nya. Kilauan kilat awan itu hampir-hampir menghilangkan penglihatan. ( Q.S An Nuur: 43) Tafsir/Indonesia/DEPAG/Surah An Nuur 43 أَلَ ًْ حَ َر أَ َّن اََّّل َل يُ ْز ِِج َش َطاةًا ُث ًَّ يُ َؤىِّ ُف ةَيْ َِ ُّ ُث ًَّ ََيْ َػيُ ُّ ُرَ َك ًٌا َػ ََ َتى الْ َٔ ْد َق ََ ْي ُر ُج ٌِ َْ ِخ ََل َِ ِل َو ُي َ ِّن ُل ٌِ ََ ال َّص ٍَا ِء ٌِ َْ ِستَا ٍل ِػي َٓا ٌِ َْ ةَ َر ٍد َػيُ ِصي ُب ِة ِّ ٌَ َْ ي َ َشا ُء َو َي َْ ِصفُ ُّ َع َْ ٌَ َْ ي َ َشا ُء )43( يَ َؾا ُد َش َِا ةَ ْر ِك ِّ يَ ْذ َْ ُب ةِا ْل َأةْ َصا ِر Pada ayat ini Allah mengarahkan pula perhatian Nabi saw dan manusia agar merenungkan bagaimana Dia menghalau awan dengan
40 || Tanah Airku Salah Kelola Hujan kekuasaan Nya dari suatu tempat ke tempat yang lain kemudian mengumpulkan awan-awan yang berarak itu pada suatu daerah, sehingga terjadilah tumpukan awan yang berat berwarna hitam, seakan-akan awan itu gunung-gunung besar yang berjalan di angkasa. Dengan demikian turunlah hujan lebat di daerah itu dun kadang-kadang hujan itu bercampur dengan es. Bagi kita di bumi ini jarang sekali melihat awan tebal yang berarak seperti gunung-gunung, tetapi bila kita naik kapal udara akan terlihatlah di bawah awan-awan yang bergerak pelan-pelan itu memang seperti gunung-gunung yang menjulang di sana sini dan bila awan itu menurunkan hujan nampak pula dengan jelas sebagaimana air itu turun ke bumi. Dengan hujun lebat itu kadang-kadang manusia di bumi mendapat rahmat dan keuntungan yang besar, karena sawah dan ladang yang sudah kering akibat musim kemarau, menjadi subur kembali dun tumbuhlah berbagai macam tanaman dengan suburnya sehingga manusia dapat memetik hasilnya dengan senang dan gembira. Tetapi ada pula hujan yang lebat dan terus menerus turunnya dan menyebabkan terjadinya banjir di mana-mana sehingga terendamlah sawah ladang itu bahkan terendamlah suatu kampung seluruhnya, maka hujan lebat itu menjadi malapetaka bagi orang yang ditimpanya bukan sebagai rahmat yang menguntungkan. Semua itu terjadi adalah menurut iradah dan kehendak Nya, dan sampai sekarang belum ada suatu ilmupun yang dapat mengatur perkisaran angin dan perjalanan awan sehingga tidak akan terjadi banjir dan malapetaka itu. Di mana-mana terjadi topan dan hujan lebat yang membahayakan tetapi para ahli ilmu pengetahuan tetap mengangkat bahu karena tidak dapat mengatasinya. Semua ini menunjukkan kekuasaan Allah, ditimpakan rahmat dan nikmat kepada siapa yang dikehendaki Nya, dan ditimpakan Nya musibah dan malapetaka kepada siapa yang dikehendaki Nya. Di antara keanehan alam yang dapat dilihat manusia ialah terjadinya kilat yang sambung-bersambung di waktu langit mendung dan dekat dengan turunnya hujan, kejadiannya guruh dan petir yang dahsyat dan bergemuruh. Meskipun ahli ilmu pengetahuan dapat menganalisa sebab musababnya kejadian itu, tetapi mereka tidak dapat menguasai dan mengendalikannya. Bukankah ini suatu bukti pula bagi kekuasaan Allah.
Tanah Airku Salah Kelola Hujan || 41 4.4 Hujan itu rahmat Allah Dia lah yang meniupkan angin (sebagai) pembawa kabar gembira dekat sebelum kedatangan rahmat-nya (hujan); dan Kami turunkan dari langit air yang amat bersih, (Q.S Al Furqaan: 48). Tafsir/Indonesia/DEPAG/Surah Al Furqaan 48 )48( َط ُٓٔ ًرا ٌَا ًء ال َّص ٍَا ِء ََ ٌِ َوأَُْ َزْْلَا ِّ َرْْ َح ِخ يَ َد ْي َب ْ َي ب ُ ْْ ًشا ال ِّريَا َح أَ ْر َش َو َّ َٔ ُْ َو اَّ ِلي Tanda kekuasaan Allah yang ketiga ialah Dialah yang meniupkan angin sebagai pembawa kabar gembira terutama bagi para petani bahwa sudah dekat datangnya hujan yang merupakan rahmat dari Allah SWT, dan Dialah yang menurunkan air hujan yang amat bersih, membersihkan badan dan pakaian terutama untuk minuman dan keperluan lainnya. Dan Dialah yang meniupkan angin sebagai pembawa berita gembira sebelum kedatangan rahmat-Nya (hujan); hingga apabila angin itu telah membawa awan mendung, Kami halau ke suatu daerah yang tandus, lalu Kami turunkan hujan di daerah itu, maka Kami keluarkan dengan sebab hujan itu pelbagai macam buah-buahan. Seperti itulah Kami membangkitkan orang-orang yang telah mati, mudah-mudahan kamu mengambil pelajaran. / Q.S Al A`raaf: 57 “Apa saja yang Allah anugerahkan kepada manusia berupa rahmat, maka tidak ada seorangpun yang dapat menahannya; dan apa saja yang ditahan oleh Allah maka tidak seorangpun yang sanggup melepaskannya sesudah itu. Dan Dialah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (QS. Fathir: 2). Tafsir/Indonesia/DEPAG/Surah Faathir 2 َٔ ُْ ٌَا َي ْفخَ ِص اََّّل ُل لِي َِّا ِس ٌِ َْ َرْْ َح ٍث َف ََل ُم ٍْ ِص َم لَ َٓا َو ٌَا ُي ٍْ ِص ْم فَ ََل ُم ْر ِش َو ََ ُل ٌِ َْ َب ْػ ِدهِ َو )2( ًُ اىْ َػ ِزي ُز اْ ْلَ ِهي Pada ayat ini Allah SWT menerangkan bahwa pemberian atau penahanan suatu rahmat, semuanya itu kekuasaan-Nya di tangan Dia, Apabila Dia menganugerahkan suatu rahmat kepada manusia, tidak
Search
Read the Text Version
- 1
- 2
- 3
- 4
- 5
- 6
- 7
- 8
- 9
- 10
- 11
- 12
- 13
- 14
- 15
- 16
- 17
- 18
- 19
- 20
- 21
- 22
- 23
- 24
- 25
- 26
- 27
- 28
- 29
- 30
- 31
- 32
- 33
- 34
- 35
- 36
- 37
- 38
- 39
- 40
- 41
- 42
- 43
- 44
- 45
- 46
- 47
- 48
- 49
- 50
- 51
- 52
- 53
- 54
- 55
- 56
- 57
- 58
- 59
- 60
- 61
- 62
- 63
- 64
- 65
- 66
- 67
- 68
- 69
- 70
- 71
- 72
- 73
- 74
- 75
- 76
- 77
- 78
- 79
- 80
- 81
- 82
- 83
- 84
- 85
- 86
- 87
- 88
- 89
- 90
- 91
- 92
- 93
- 94
- 95
- 96
- 97
- 98
- 99
- 100
- 101
- 102
- 103
- 104
- 105
- 106
- 107
- 108
- 109
- 110
- 111
- 112
- 113
- 114
- 115
- 116
- 117
- 118
- 119
- 120
- 121
- 122
- 123
- 124
- 125
- 126
- 127
- 128
- 129
- 130
- 131
- 132
- 133
- 134
- 135
- 136
- 137
- 138
- 139
- 140
- 141
- 142
- 143
- 144
- 145
- 146
- 147
- 148
- 149
- 150
- 151
- 152
- 153
- 154
- 155
- 156
- 157
- 158
- 159
- 160
- 161
- 162
- 163
- 164
- 165
- 166
- 167
- 168
- 169
- 170
- 171
- 172
- 173
- 174
- 175
- 176
- 177
- 178
- 179
- 180
- 181
- 182
- 183
- 184
- 185
- 186
- 187
- 188
- 189
- 190
- 191
- 192
- 193
- 194
- 195