Important Announcement
PubHTML5 Scheduled Server Maintenance on (GMT) Sunday, June 26th, 2:00 am - 8:00 am.
PubHTML5 site will be inoperative during the times indicated!

Home Explore DISIPLIN POSITIF

DISIPLIN POSITIF

Published by Prisliana Devi, S.pd, 2023-07-31 06:09:17

Description: DISIPLIN POSITIF

Search

Read the Text Version

AKSI NYATA DISIPLIN POSITIF OLEH PRISLIANA DEVI,S.Pd Email: [email protected]

1. DISIPLIN POSITIF Disiplin positif merupakan suatu cara penerapan disiplin tanpa kekerasan dan ancaman yang dalam praktiknya melibatkan komunikasi tentang perilaku yang efektif antara orangtua dan anak. Dalam penerapan disiplin positif ini, anak diajarkan untuk memahami konsekuensi dari perilaku mereka. Selain itu, disiplin positif juga mengajarkan anak tanggung jawab serta rasa hormat dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Jadi, disiplin positif merupakan salah satu cara penerapan disiplin yang bertujuan untuk menumbuhkan kesadaran serta memberdayakan anak untuk melakukan sesuatu tanpa sogokan, ancaman, maupun hukuman.

Disiplin positif membuat anak mengerti bahwa ketika ia merapikan kamar tidurnya, maka ia akan merasa nyaman, bukan karena akan dihukum oleh Mama jika tidak melakukannya atau karena ingin mendapatkan pujian.

2. Hal yang dibutuhkan dalam disiplin positif Menurut Najelaa Shihab, salah satu praktisi pendidikan yang mengedepankan disiplin positif, penerapan disiplin positif membutuhkan kesepakatan dan peraturan yang dijalankan dengan konsisten serta pengendalian emosi yang baik. Selain itu, disiplin positif juga membutuhkan rutinitas dalam bentuk jadwal, kebiasaan baik yang ditumbuhkan, serta teladan-teladan baik yang diberikan oleh orangtua. Hal-hal tersebut bisa dimulai sejak usia dini sehingga anak mendapatkan pengalaman positif yang dicontohkan oleh orangtua. Dengan contoh yang konsisten, anak- anak akan lebih mandiri dalam tahap perkembangan mereka berikutnya.

2. Hukuman tidak membantu anak menjadi disiplin Hukuman bukanlah strategi disiplin yang membantu kita mencapai tujuan. Hukuman justru memiliki dampak jangka pendek ataupun jangka panjang yang berpengaruh terhadap kemandirian anak. Hal yang melekat dalam benak anak ketika mendapatkan hukuman adalah rasa tidak nyaman dalam menjalani hukuman. Dampaknya, anak bisa menjadi pemberontak,berbohong untuk menghindari kesalahan, lebih sering menyendiri dan enggan berkomunikasi, tumbuh dengan ketakutan dan rasa bersalah, serta tumbuh dengan meneruskan lingkaran kekerasan, dan hukuman ketika dewasa.

Disiplin positif menggunakan motivasi internal dalam diri untuk mencapai tujuan, bukan menggunakan motivasi eksternal seperti hukuman, ancaman, sogokan, maupun pujian dari orang lain.

3. Beri dukungan, bukan sekedar pujian Sebuah penelitian yang dilakukan oleh seorang profesor dari Stanford University, Carol Dweck, Ph.D, menemukan bahwa pujian bukanlah sesuatu yang baik untuk anak. Pujian mengakibatkan seorang anak menjadi “gila pujian” dan mengukur diri mereka sendiri berdasarkan pujian dari orang lain, ketimbang memiliki penghargaan terhadap diri sendiri. Perbedaan pujian dan dukungan sebenarnya tidak terlalu mencolok, oleh sebab itu Mama perlu tahu apa saja yang membedakan keduanya. Pujian fokus pada pelaku, contohnya, “good boy” sementara dukungan fokus pada perilaku, “Mama sangat menghargai usahamu”.

Pujian hanya mengakui hasil yang sempurna, seperti “Kamu melakukannya dengan benar” dan dukungan mengakui usaha melalui ungkapan seperti, “Kamu sudah melakukan yang terbaik,” atau “Bagaimana perasaanmu dengan capaianmu saat ini?” Pujian mengajarkan anak untuk tergantung pada penilaian orang lain dan berubah demi orang lain, sementara dukungan mengajarkan anak mengevaluasi diri sendiri dan berubah demi kebaikan diri sendiri. Tujuan dari pujian adalah tentang persetujuan orang lain bahwa si Anak sudah melakukan hal yang benar. Sementara, dukungan bertujuan untuk menanamkan pemahaman tentang apa yang ia pikirkan, pelajari, rasakan.

4. Panduan disiplin positif di Sekolah Salah satu cara untuk membuat keadaan disiplin disekolah yakni membuat keyakinan kelas. Keyakinan merupakan nilai-nilai universal yang kita yakini baik adanya. Melalui keyakinan kelas yang disepakati oleh warga kelas, diharapkan menjadi nilai yang tertanam dalam hati dan jiwa murid. Sehingga murid akan berpenggang teguh dengan nilai-nilai yang mereka yakini tersebut. Diskusi Keyakinan Kelas dengan Warga Kelas

Siswa Menuliskan Keyakinan Kelas yang Telah Disepakati KEYAKINAN KELAS 5 SALING MEMBANTU KERJA SAMA DISIPLIN POSITIF

Keyakinan Kelas yang Telah Disepakati dibuat design terlebih dahulu kemudian dicetak dalam bentuk spanduk dan digantung didalam kelas. Diharapkan semua warga kelas dapat terus meyakini dengan nilai atau keyakinan yang telah disepakati bersama.

Urgensi menerapkan budaya positif di sekolah sangat penting untuk ditekankan. Hal ini dikarenakan sekolah merupakan institusi tempat bertumbuh dan berkembangnya karakter murid. Untuk itulah budaya positif perlu diterapkan di sekolah untuk mendukung pembentukan karakter murid yang diharapkan. Dalam menerapkan disiplin positif, guru memainkan peranan sentral. Oleh karena itu, guru perlu memahami posisi kontrol yang tepat dalam mewujudkan disiplin positif baik di kelas maupun sekolah pada umumnya. Ada 5 posisi kontrol yang bisa kita ambil dalam menerapkan disiplin positif di sekolah. Posisi tersebut mulai dari Penghukum, Pembuat Orang Merasa Bersalah, Teman, Pemantau serta Manager. Hendaknya dalam menegakkan disiplin positif, guru mengambil posisi kontrol paling tidak senagai teman dan sebaik-baiknya adalah sebagai manager. Dalam menerapkan disiplin positif juga ada namanya RestitusI.

Restitusi Restitusi merupakan suatu proses menciptakan kondisi bagi murid untuk memperbaiki kesalahan mereka, sehingga mereka bisa kembali ke kelompok mereka dengan karakter yang lebih kuat. Berikut contoh beberapa dokumentasi foto CGP dalam melakukan Restitusi terhadap murid di sekolah. Retitusi terhadap siswi yang bermasalah dengan kehadiran di kelas. Guru mengambil posisi kontrol sebagai manager dan melakukan restitusi sesuai dengan prosedur yaitu 1. menstabilkan keadaan,

2. validasi tindakan yang salah, 3. keyakinan kelas. 2.Guru sedang melakukan restitusi terhadap siswi yang tidak melengkapi tugas pekerjaan rumah. Dengan posisi manager, guru tidak menghakimi atas kesalahan murid karena guru memahami bahwa murid pasti punya alasan kenapa dia seperti itu.

3. Guru melakukan restitusi terhadap siswa-siswa yang tidak berpakaian rapi. Guru mengambil posisi manager dalam hal ini dan berkolaborasi dengan murid untuk mencari solusi atas permasalahan yang mereka hadapi.

SEGITIGA RESTITUSI SIMAK YUK PENJELASANNYA



FORM UMPAN BALIK PESERTA DIDIK PESERTA DIDIK 1 1. Ketika gurumu mengajak berbicara tentang pelanggaranmu, Apakah gurumu menenangkan perasaanmu dengan kalimat yang baik? Jawab : Ya. Guru saya membantu menyadari akan kesalahanku dengan kata kata yang halus. 2. Bagaimana perasaanmu setelah berbicara dengan gurumu tentang pelanggaran disiplin? Jawab. Perasaan saya menjadi tenang dan nyaman dan jadi lebih patuh terhadap diri sendiri. PESERTA DIDIK 1 1.Ketika gurumu mengajak berbicara tentang pelanggaranmu, Apakah gurumu menenangkan perasaanmu dengan kalimat yang baik? Jawab : Ya. Guru saya membantu menyadari akan kesalahanku dengan kata kata yang sopan dan jelas 2.Bagaimana perasaanmu setelah berbicara dengan gurumu tentang pelanggaran disiplin? Jawab. Perasaan saya menjadi diam dan nyaman dan jadi lebih patuh terhadap diri sendiri. PESERTA DIDIK 1 1.Ketika gurumu mengajak berbicara tentang pelanggaranmu, Apakah gurumu menenangkan perasaanmu dengan kalimat yang baik? Jawab : Ya. Guru saya membantu menyadari akan kesalahanku dengan kata kata yang halus dan sejuk. 2.Bagaimana perasaanmu setelah berbicara dengan gurumu tentang pelanggaran disiplin? Jawab. Perasaan saya menjadi tenang dan nyaman dan jadi lebih patuh terhadap diri sendiri.

TERIMA

A KASIH


Like this book? You can publish your book online for free in a few minutes!
Create your own flipbook