Important Announcement
PubHTML5 Scheduled Server Maintenance on (GMT) Sunday, June 26th, 2:00 am - 8:00 am.
PubHTML5 site will be inoperative during the times indicated!

Home Explore Makalah KTBP UAS kelompok 7

Makalah KTBP UAS kelompok 7

Published by yohaneta.kusmaningjati, 2021-01-21 10:01:38

Description: Makalah KTBP UAS kelompok 7

Search

Read the Text Version

SIFAT DAN KARAKTERISTIK BUAH MANGGIS (Garcinia mangostana sp.) Oleh Kelompok 7 Patricia Yohaneta Gendis K. (F14190073) M. Radhiya Bimasya (F14190074) Maulin Salwa (F14190075) Imanuel Andrian P. S. (F14190078) Izza Khairani Fitri (F14190080) DEPARTEMEN TEKNIK PERTANIAN DAN BIOSISTEM FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2020

ABSTRAK Manggis (Garcinia mangostana L.) termasuk tanaman pohon yang berasal dari hutan tropis di kawasan Asia Tenggara. Penelitian ini bertujuan (1) Mengetahui sifat dan karakteristik fisik dari Manggis, (2) Mengetahui sifat dan karakteristik mekanik dari Manggis, (3) Mengetahui kadar air/kadarkeseteimbangan dari Manggis, (4) Mengetahui sifat dan karakteristik optik dari Manggis, (5) Mengetahui sifat dan karakteristik ultrasonik dari Manggis. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif dengan teknik studi pustaka. Hasil penelitian ini adalah bentuk buah manggis kebanyakan berbentuk bulat, ukuran buah G. celebica memiliki panjang 3,5-5,5 cm, diameter 3,5-5,7 cm, kulit buah tipis (0,3 cm), dan berat 33-64 gram. Bulk density yang dimiliki oleh buah manggis berkisar antara 0,44-0,56 gr/ml. Kadar air akhir buah manggis pada penyimpanan cool box adalah 67.28%. Kekerasan manggis selama penyimpanan pada suhu ruang dan suhu dingin mengalami peningkatan dengan tingkat kekerasan tertinggi 3,20 kgs/mm. Jika ditinjau dari sifat kekerasan buah, maka kecepatan gelombang akan tinggi pada buah yang kekerasannya rendah. Kata Kunci : Density, Kadar air, Karakteristik, Manggis

ABSTRACT Mangosteen (Garcinia mangostana L.) is a tree plant originating from tropical forests in Southeast Asia. This study aims (1) Knowing the properties and physical characteristics of Mangosteen, (2) Knowing the properties and mechanical characteristics of Mangosteen, (3) Knowing the moisture content / balance levels of Mangosteen, (4) Knowing the properties and optical characteristics of Mangosteen, (5) Knowing the properties and ultrasonic characteristics of Mangosteen. The method used in this research is a qualitative method with literature study techniques. The results of this study were that the mangosteen fruit was mostly round, G. celebica fruit size was 3.5-5.5 cm long, 3.5-5.7 cm in diameter, thin rind (0.3 cm), and weight 33 -64 grams. The mangosteen fruit's bulk density ranges from 0.44 to 0.56 gr / ml. The final moisture content of the mangosteen fruit in the cool box storage is 67.28%. Mangosteen hardness during storage at room temperature and cold temperature increased with the highest hardness level of 3.20 kgs / mm. If viewed from the nature of the hardness of the fruit, the wave velocity of the fruit will be higher than fruit with low hardness. Keywords: Density, moisture content, Characteristics, Mangosteen

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manggis (Garcinia mangostana L.) termasuk tanaman pohon yang berasal dari hutan tropis di kawasan Asia Tenggara. Tinggi pohon mencapai 7 – 25 meter. Batang tanaman manggis berbentuk pohon berkayu. Kulit batangnya tidak rata dan berwarna kecoklat-coklatan. Daun manggis berbentuk bulat telur sampai bulat-panjang, tumbuhnya tunggal dan bertangkai pendek sekali (Cronquist, 1981). Buahnya disebut manggis, dengan kulit buah berwarna merah keunguan ketika matang, meskipun ada pula varian yang kulitnya berwarna merah. Klasifikasi buah manggis adalah sebagai berikut (Cronquist 1981): Kerajaan : Plantae Divisi : Magnoliophyta Kelas : Magnoliopsida Subkelas : Dilleniidae Bangsa : Theales Suku : Clusiaceae Marga : Garcinia Jenis : Garcinia mangostana Dalam perdagangan, buah manggis sering disebut sebagai ratu buah (Anonim 2010). Buah manggis merupakan buah yang eksotik karena memiliki warna yang menarik dan kandungan gizi yang tinggi, karena itu buah manggis memiliki prospek yang cukup baik untuk dikembangkan (Wijaya 2004). Berdasarkan data yang dikumpulkan dari tahun 2002 hingga 2006, sebesar 51,2% ekspor manggis Indonesia ke Hongkong, 28,5% ke China, dan lainnya ke Amerika Serikat, kawasan Timur Tengah, serta negara-negara di Asia lainnya. Produksi manggis di Indonesia pada 2006 berasal dari Kalimantan (2.149 ton), Sulawesi (2.894 ton), Sumatera (26.265 ton), Jawa (39.671 ton), Bali-Nusa Tenggara (1.009 ton) dan Maluku-Papua (646 ton). Produksi terbesar masih berasal dari Jawa yang meliputi dari Bogor sebanyak 1.189 ton, Purwakarta 2.290 ton, dan Tasikmalaya 13.244 ton (Sutrisno 2009). Pemanfaatan kulit buah manggis sebagai obat biasanya dilakukan dengan merebus kulit manggis selama beberapa waktu kemudian air rebusannya diminum sebagai obat. Berdasarkan penelitian yang pernah dilakukan Pradipta et.al (2007), diketahui bahwa kulit buah manggis ternyata memiliki kandungan senyawa aktif yang termasuk golongan

xanthone. Kandungan kimia kulit manggis adalah xanton, mangostin, garsinon, flavonoid dan tannin (Heyne 1997; Soedibyo 1998). Xanthone ialah suatu bahan kimia aktif dengan strukturnya yang terdiri dari 3 cincin dan ini menjadikannya sangat stabil ketika berada dalam tubuh manusia (Anonim, 2009a). Senyawa xanthone yang telah teridentifikasi diantaranya adalah 1,3,6 - trihidroksi - 7 - metoksi - 2.8 - bis(3-metil-2-butenil) - 9H - xanten - 9 - on dan 1,3,6,7 - tetrahidroksi - 2,8 - bis(3-metil-2-butenil) - 9Hxanten - 9 - on. Keduanya lebih dikenal dengan nama alfamangostin dan gamma-mangostin (Jinsart 1992). Selain itu, kandungan senyawa kimia pada manggis antara lain karbohidrat, lemak, protein, kalsium, potasium, zat besi, fosfor, vitamin A, vitamin B1, dan B2, vitamin C (Yuslianingsih 2007). Xanton merupakan derivat dari difenil-γ-pyron, yang memiliki nama IUPAC 9H-xantin-9-on. Xanton terdistribusi luas apda tumbuhan tinggi, tumbuhan paku, jamur, dan tumbuhan lumut. Sebagian besar xanton ditemukan pada tumbuhan tinggi yang dapat diisolasi dari empat suku, yaitu Guttferae, Moraceae, Polygalaceae dan Gentianaceae (Sluis 1985). Xanton dilaporkan memiliki aktivitas farmakologi sebagai antibakteri, antifungi, antiinflamasi, antileukimia, antiagregasi platelet, selain itu xanton dapat menstimulasi sistem saraf pusat dan memiliki antituberkolosis secara in vitro pada bakteri Mycobacterium tuberculosis (Bruneton 1999 ; Sluis 1985). Kulit manggis sudah berkasiat meskipun buah belum matang. Xanton pada kulit manggis sudah terbentuk sejak buah berumur satu bulan setelah bunga mekar (SBM). Pada umur satu BSA hingga empat BSA (saat buah dipanen) kandungan xanton relatif sama (Kurniawati 2011). Xanton umumnya terdistribusi luas pada tumbuhan dalam bentuk ikatan glikosida seperti halnya flavonoid. Oleh karena itu, perlu dilakukan proses hidrolisis yang berfungsi untuk memecah ikatan glikosida sehingga dihasilkan aglikon xanton. Proses hidrolisis dilakukan dengan cara hidrolisis asam menggunakan HCl 2 N. Xanton biasanya terdapat sebagai xanton O- glikosida. Pada senyawa tersebut satu gugus hidroksi xanton (atau lebih) terikat pada suatu gula dengan ikatan hemiasetal yang tidak tahan asam. Hidrolisis asam digunakan untuk memecah ikatan O-glikosida tersebut (Pradipta et.al 2007). Penelitian yang akan penulis lakukan mengenai pengenalan sifat Teknik buah manggis. Penulis mengangkat penelitian ini dengan judul “Karakteristik Bahan Pertanian: Buah Manggis”

1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut : 1. Bagaimana sifat dan karakteristik fisik dari Manggis? 2. Bagaimana sifat dan karakteristik mekanik dari Manggis? 3. Bagaimana kadar air/kadarkeseteimbangan dari Manggis? 4. Bagaimana sifat dan karakteristik optik dari Manggis? 5. Bagaimana sifat dan karakteristik ultrasonik dari Manggis? 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah : 1. Mengetahui sifat dan karakteristik fisik dari Manggis. 2. Mengetahui sifat dan karakteristik mekanik dari Manggis. 3. Mengetahui kadar air/kadarkeseteimbangan dari Manggis. 4. Mengetahui sifat dan karakteristik optik dari Manggis. 5. Mengetahui sifat dan karakteristik ultrasonik dari Manggis.

BAB II METODE PENGUKURAN 2.1. Sifat Fisik Bahan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu lima spesies koleksi tanaman manggis dan kerabatnya di Taman Buah Mekarsari, alat dan bahan untuk preparasi sediaan herbarium basah (daun dari lima spesies manggis, tabung film, dan alkohol 70%), alat dan bahan untuk preparasi dan pengamatan sayatan paradermal daun (aquades, HNO3 50%, safranin 1%,gliserin 30%, kloroks, silet, kaca objek, kaca penutup, pipet, pinset, mikroskop majemuk, image raster, dan kamera HDMI), alat untuk pengamatan morfologi (lup, mikroskop stereo, penggaris), alat pengukur padatan terlarut dan penimbang buah (refraktometer, timbangan digital), serta alat untuk mengukur kondisi lingkungan di kebun koleksi (4 in 1 environmental, soil tester, kamera digital, haga meter, meteran). Sampel tanaman manggis dan kerabatnya untuk pengamatan karakter morfologi diperoleh dari koleksi tanaman di Taman Buah Mekarsari, meliputi lima spesies (G. mangostana, G. malaccensis, G. dulcis, G. celebica, dan G. forbesii) masing-masing spesies terdiri atas 10 tanaman. Karakter buah yang diamati: panjang tangkai, warna tangkai, bentuk buah, ukuran (diameter dan berat buah), warna buah matang, kemenarikan buah, keberadaan lobus kepala putik, ketebalan lobus kepala putik, warna lobus kepala putik, jumlah segmen buah, ketebalan kulit buah, ketebalan aril, tekstur aril, total padatan terlarut °brix, kualitas aril, aroma aril, rasa aril, kandungan air aril, warna aril. 2.2. Sifat Optik Untuk sifat optik transmitan digunakan sampel sebanyak 1 mL ekstrak kulit manggis dilarutkan dalam labu takar 100 mL dengan menggunakan aqua deion. Larutan diukur persen transmitannya pada panjang gelombang 650 nm menggunakan spektrofotometri UV-Vis. 2.3. Sifat ultrasonik Bahan yang diuji adalah sejumlah buah manggis yang dipetik pada tingkat warna yang berbeda.Komponen peralatan fungsional yang digunakan adalah beberapa blok rangkaian elektronik yang berupa Ultrasonik Tester,Amplifier,blok interface PC,blok transduser T dan R (Wasito 1995).Sedangkan alat yang digunakan untuk mengukur sifat fisiko- kimia buah manggis adalah Refraktometer dan Rheometer (Mohsenin 1970).Gelombang akustik yang digunakan adalah gelombang ultrasonic

dengan frekuensi 50 kHz.Sinyal ultrasonic dibangkitkan oleh pemicu pulsa pada Ultrasonik Tester dan ditransmisikan melalui transduser T.Sementara sinyal pulsa yang melalui sampel diterima pada bagian transduser R.Sinyal yang muncul dari Receiver ditampilkan pada osiloskop dan PC.

BAB III PEMBAHASAN 3.1. Sifat Fisik Buah Manggis 3.1.1. Bentuk Bentuk buah manggis kebanyakan berbentuk bulat namun dalam beberapa varietas terdapat sedikit perbedaan bentuk. Seperti contoh bentuk buah G. dulcis bulat telur terbalik, ujung runcing dengan lobus kepala putik yang kecil dan mudah gugur. Buah G. forbesii bulat dengan pangkal rata, dan ujung cekung dengan lobus kepala putik. Buah G. celebica bulat dan dengan ujung mempunyai tonjolan yang mendukung lobus kepala putik. Bentuk biji buah manggis berbentuk elips (Nidyasari et al 2018). G. dulcis G. Forbesii G. celebica 3.1.2. Ukuran Ukuran buah G. celebica memiliki panjang 3,5-5,5 cm, diameter 3,5-5,7 cm, kulit buah tipis (0,3 cm), dan berat 33-64 gram. Ukuran G. dulcis memiliki panjang 4-7 cm, diameter 4,7-8 cm, ketebalan kulit buah tebal (0,8-1 cm), dan berat 58-177 gram. Ukuran G. Forbesii memiliki panjang 4-5 cm, diamter 3,3-4,2 cm, ketebalan kulit buah tebal (0,8-1 cm), dan berat 30-52 gram (Nidyasari et al. 2018). 3.1.3. Density Bulk density yang dimiliki oleh buah manggis berkisar antara 0,44- 0,56 gr/ml. Ditinjau dari kadar airnya, ukuran partikel yang semakin kecil memiliki kadar air yang lebih rendah, sehingga semakin rendah kadar air maka bulk density semakin tinggi. Kenaikan suhu juga menyebabkan kenaikan bulk density (Srihari dan Lingganingrum 2015).

3.2. Sifat Mekanik Sifat mekanik ialah sifat-sifat dari bahan yang berkaitan dengan perlakuan gaya dari luar terhadap suatu bahan pertanian. Pada bahan pertanian sendiri penting untuk mengetahui sifat mekanik suatu bahan agar meminimalisir kesalahan dalam perlakuan pada bahan tersebut seperti pengemasan dan penyimpanan. Unsur dari sifat mekanik pada buah manggis antara lain: kekerasan (toughness) dan deformasi. Tingkat kekerasan manggis pada dasarnya terjadi akibat adanya zat pektin yang terkandung di dalam kulit manggis. Suhu penyimpanan sangat berpengaruh terhadap aktifitas pektin di dalam suatu jaringan buah hal ini disebabkan karena suhu dingin mampu memperlambat laju kehilangan kadar air di dalam buah, sedangkan di dalam suhu ruang kehilangan kadar air lebih tinggi sehingga nilai kekerasan manggis lebih tinggi dibanding suhu dingin.Peningkatan kekerasan perikarp buah manggis diduga berhubungan dengan terjadinya kehilangan air dari perikarp dan susut bobot.Kehilangan air dari sitoplasma menyebabkan sel-sel mengkerut,sehingga dinding sel saling menempel secara lebih luas satu dengan yang lain.Pektin dari sel bersebelahan menjadi saling berikatan,hal ini menyebabkan perikarp buah manggis menjadi lebih kokoh dan suit dibuka (Ismadi et al. 2012).Pada penilitian yang dilakukan Fransiska dkk. di tahun 2013 bahwa kekerasan manggis selama penyimpanan pada suhu ruang dan suhu dingin mengalami peningkatan dengan tingkat kekerasan tertinggi 3,20 kg.s/mm.Namun dari hasil penelitiannya tingkat kekerasan manggis 2,80 kgs/mm sampai 3,00 kgs/mm cenderung menunjukan kondisi daging buah yang mulai mengalami kerusakan. Deformasi merupakan perubahan bentuk, dimensi dan posisi dari suatu materi baik merupakan bagian dari alam ataupun buatan manusia dalam skala waktu dan ruang. Deformasi dapat terjadi jika suatu benda atau materi dikenai gaya (Force). Pada buah manggis sendiri besarnya deformasi suatu buah berguna pada saat proses pengemasan. Hal ini perlu diketahui karena deformasi yang terlalu tinggi akan merusak buah manggis dalam kemasan. Besar deformasi pada buah manggis nilainya beragam. Pada percobaan yang dilakukan Darmawati dkk. di tahun 2009 mereka menggunakan manggis yang memiliki nilai deformasi 5,2 mm. Sedangkan pada percobaan yang dilakukan yang dilakukan Yulianti dkk. di tahun 2010 mereka menggunakan manggis yang memiliki nilai deformasi 4,6 mm. Namun batas maksimum deformasi agar buah tidak rusak saat pengemasan sekitar 15 mm (Sutrisno 2011).

3.3. Kadar Air Kadar air merupakan jumlah kandungan air persatuan bobot bahan. Kadar air bahan dibutuhkan dalam perhitungan untuk menentukan nilai konstanta perpindahan panas dari buah (manggis). Menghitung kadar air bahan dapat menggunakan Persamaan berikut (Novita 2011): Dimana M adalah kadar air basis basah (%), A adalah berat cawan (g), B adalah berat cawan dan bahan sebelum dikeringkan (g), dan C adalah berat cawan dan bahan setelah dikeringkan (g). Kadar air akhir buah manggis yaitu pada penyimpanan cool box dengan nilai 67.28% bk. Tingginya nilai kadar air akhir buah pada penyimpanan cool box disebabkan oleh suhu yang rendah yaitu mencapai 10oC di dalam ruang penyimpanan yang dapat menghambat terjadinya penguapan air sehingga kehilangan air pada buah sedikit. Kehilangan air dari dalam buah yang disimpan pada penyimpana cool box juga terjadi karena kelembaban pada pada penyimpanan cool box. Kadar air akhir terendah buah manggis yaitu pada penyimpanan suhu ruang (PR) dengan nilai 61.36% bk. Rendahnya kadar air buah yang disimpan pada suhu ruang disebabkan karena penguapan air dari dalam buah cukup besar akibat dari suhu yang tinggi yaitu 29oc (Sukmawaty et al. 2019). Menurut penelitian Putra (2013), kadar air kulit buah manggis sebesar 76,38%, sedangkan penelitian Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pasca Panen (2012), menunjukkan kadar air yang lebih rendah yaitu 62,05%. Kadar air yang lebih tinggi pada penelitian ini dikarenakan oleh beberapa faktor seperti kelembaban udara, faktor lingkungan dan kondisi penyimpanan (deMan, 1997). Selain itu, selama proses penyimpanan, juga terjadi proses penyerapan (absorbsi) oleh bahan atau produk dengan lingkungan sekitarnya

3.4. Sifat Optik 3.4.1. Warna Buah G. forbesii memiliki warna kulit matang dan warna kepala putik berwarna merah terang. Buah G. celebica memiliki warna kulit matang berwarna merah tua dan warna kepala putik berwarna cokelat. Buah G. dulcis memiliki warna kulit matang berwarna kuning terang dan warna kepala putik berwarna cokelat kehitaman. Warna aril yang dijumpai pada G. forbesii adalah putih salju, G. celebica berwarna putih krem dan G. dulcis berwarna kuning terang (Nidyasari 2018). 3.4.2. Transmitran Nilai transmitan dapat kita lihat dengan menggunakan uji ekstrak kulit manggis. Semakin banyak jumlah ekstrak kulit buah manggis yang diinkorporasikan ke dalam fase minyak, maka warna nanoemulsi yang terbentuk semakin pekat dan nilai persen trasmitan yang dihasilkan juga akan semakin kecil. Formulasi yang memiliki persentase transmitan 90%- 100% menunjukkan bahwa formulasi tersebut memiliki penampakan visual yang jernih dan transparan. (Lina et al. 2017). 3.4.3. Reflektan Reflektan yang digunakan adalah reflektan NIR untuk memprediksi kadar air kulit buah manggis, serta untuk menentukan model pengerasan kulit buah berdasarkan perubahan kadar air selama penyimpanan menggunakan reflektan NIR. Reflektan kulit diukur pada 3 titik yang berbeda pada bagian tengah buah menggunakan spektrometer pada panjang gelombang 1000-2500 nm dan interval 0.4 nm. Manggis yang ditembakkan gelombang NIR akan menerima energi yang memicu terjadinya getaran dan regangan pada kelompok ikatan atom O-H, N-H, dan C-H yang merupakan komponen utama pembentuk senyawa organik. Sebagian energi akan

diserap dan sebagian akan dipantulkan. Penyerapan energi terlihat pada panjang gelombang 1190 nm, 1450 nm, dan 1940 nm yang mencerminkan kandungan O-H, juga pada 1765-1780 nm yang mencerminkan kandungan CH2 dan selulosa, dan di atas 2400 nm yang mencerminkan kandungan pati. Kalibrasi dan validasi NIR untuk memprediksi kadar air kulit buah manggis menggunakan metode PLS. Evaluasi hasil kalibrasi dan validasi PLS menunjukkan nilai r sebesar 0.758-0.882 artinya ada korelasi antara kadar air kulit buah dengan reflektan NIR pada ketiga suhu penyimpanan. Selisih nilai RMSEC dan RMSEP sebesar 0.09- 0.39% dan nilai CVBerdasarkan hasil prediksi, kadar air rata-rata kulit buah manggis menurun secara linear selama penyimpanan pada ketiga suhu. Penurunan kadar air kulit tertinggi terjadi pada suhu ruang yaitu 5.85% selama 16 hari dan terendah pada 8ºC yaitu 1.99% selama 28 hari penyimpanan. Semakin tinggi suhu penyimpanan maka penurunan kadar air semakin cepat. Pola perubahan kekerasan menunjukkan kematangan buah manggis diprediksi terjadi pada hari ke-12 sampai hari ke-16 untuk penyimpanan 13ºC dan pada hari ke-6 sampai hari ke-8 untuk penyimpanan suhu ruang. Pada rentang waktu tersebut buah manggis memiliki kekerasan yang rendah yang merupakan indikator kematangan buah. (Novita et al. 2011). 3.5. Sifat Ultrasonik Gelombang ultrasonic merupakan gelombang mekanik.Salah satu kajian yang bisa menentukan karakteristik dan mutu buah manggis yang bersifat tidak meusak adalah dengan pemanfaatan gelombang ultrasonik.Gelombang ultrasonik bisa menembus bagian dalam buah manggis sehingga bisa menentukan parameter-parameter sifat dalam daging buah.Perambatan gelombang ultrasonik dipengaruhi oleh medium yang dilaluinya.Sehingga adanya pperubahan pada medium yang dilaluinya akan menyebabkan adanya perubahan sifat penjalaran gelombang (Chyung 2000). Perubahan yang terjadi bisa berupa perubahan kecepatan,atenuasi,atau impedansi akustik. Jika ditinjau dari sifat kekerasan buah, maka kecepatan gelombang akan tinggi pada buah yang kekerasannya rendah, begitu pula sebaliknya. Dengan semakin menurunnya kekerasan buah maka semakin tinggi kecepatan gelombangnya. Kondisi ini terkait dengan struktur rongga pada buah terutama dalam daging. Kondisi buah yang matang memiliki kekerasan yang rendah dan kondisi daging buah yang memiliki sedikit rongga udara, sehingga perambatan gelombang tidak mengalami banyak hambatan (Juansah et al. 2007).

Koefisien atenuasi merupakan bearan yang menggambarkan kehilangan suatu energi karena gelombang ultrasonik melewati medium tertentu. Besarnya energi yang hilang atau diserap oleh suatu medium tergantung pada jenis mediumnya. Pada buah-buahan berbiji penggunaan kecepatan gelombang dengan keadan buah memiliki hubungan yang tidak begitu jelas, sehingga digunakan prinsip koefisien atenuasi (Mizrach et.al, 1997). Jika dilihat dari kondisi kematangan, buah manggis semakin matang jika kekerasannya menurun. Hal ini bisa berkorelasi dengan atenuasi.Semakin besar atenuasi maka semakin keras dan semakin kurang matang atau semakin matang buah manggis maka atenuasinya semakin kecil.Hal itu sejalan dengan total padatan terlarut dari manggis.Semakin matang buah manggis,maka total padatan terlarut (TPT) buah tersebut semakin tinggi.Sementara korelasi dari kekerasan dengan kematangan memiliki hubungan yang negatif.Jadi jelas bahwa buah yang lebih matang memiliki kekerasan yang lebih rendah dan TPT yang lebih tinggi,serta atenuasi yang lebih rendah (Juansah et.al, 2006).

BAB V PENUTUP 5.1. Simpulan Buah manggis (Garcinia mangostana L.) rata-rata memiliki bentuk yang bulat dan memiliki ukuran yang beragam. Setiap jenis manggis juga memiliki warna yang berbeda-beda, namun pada umumnya manggis berwarna kulit ungu atau merah tua dan isinya berwarna putih. Kadar air akhir buah manggis yaitu pada penyimpanan cool box dengan nilai 67.28% bk. Kadar air akhir terendah buah manggis yaitu pada penyimpanan suhu ruang (PR) dengan nilai 61.36% bk. Rendahnya kadar air buah yang disimpan pada suhu ruang disebabkan karena penguapan air dari dalam buah cukup besar akibat dari suhu yang tinggi yaitu 29oc. Jika ditinjau dari sifat kekerasan buah, maka kecepatan gelombang akan tinggi pada buah yang kekerasannya rendah, begitu pula sebaliknya. Jika dilihat dari kondisi kematangan, buah manggis semakin matang jika kekerasannya menurun. Hal ini bisa berkorelasi dengan atenuasi. Semakin besar atenuasi maka semakin keras dan semakin kurang matang atau semakin matang buah manggis maka atenuasinya semakin kecil. Kekerasan manggis selama penyimpanan pada suhu ruang dan suhu dingin mengalami peningkatan dengan tingkat kekerasan tertinggi 3,20 kg.s/mm.Namun dari hasil penelitiannya tingkat kekerasan manggis 2,80 kgs/mm sampai 3,00 kgs/mm cenderung menunjukan kondisi daging buah yang mulai mengalami kerusakan. Tingkat kekerasan manggis 2,80 kgs/mm sampai 3,00 kgs/mm cenderung menunjukan kondisi daging buah yang mulai mengalami kerusakan. Batas maksimum deformasi agar buah tidak rusak saat pengemasan sekitar 15 mm. 5.2. Saran Karena sumber data hanya berasal dari literatur, maka informasi yang didapat tidak terlalu lengkap. Untuk mendapatkan data yang akurat mengenai karakteristik buah manggis, penulis memerlukan adanya metode penelitian lebih lanjut.

DAFTAR PUSTAKA Bruneton, J. 1999. Pharmacognosy Phytochemistry Medicinal Plants. Penerjemah : Caroline K Hatton. Edisi ke-2. Prancis : Lavoise Chyung AY. 2000. Evaluating the Internal Quality of Pineapple by Acoustics. ASAE Annual International meeting. USA. Cronquist, A. 1981. An Integrated System of Classification of Flowering Plants. New York (US): Columbia University Press Darmawati E, Sutisno, Yulianti N. 2009. Packaging design of the mangosteen for local transportation. Proceeding on International Agricultural of Engineering Conference. 7-10 Desember 2009, Bangkok, Thailand. pp.1-8. Fransiska A, Hartanto R, Lanya B, Tamrin 2013.Karakteristik fisiologis manggis (Garcinia Mangostana L.) dalam penyimpanan atmosfer termodifikasi. Jurnal Teknik Pertanian Lampung. 2(1):1-6. Heyne, K. 1987. Tumbuhan Berguna Indonesia III. Penerjemah: Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan. Jakarta (ID): Yayasan Sarana Wahajaya. Ismadi, Poerwanto R, Efendi D, Bintang M, Muchtadi D, Sutrisno. 2012. Pengaruh etilen dan suhu simoan terhadap perubahan buah manggis. Jurnal Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian. 15(3):227-240. Jinsart, W., Ternai, B., Buddhasukh, D., dan Polya G.M. 1992. Inhibition of wheat embryo calcium-dependent protein kinase and other kinases by mangostin and gamma- mangostin. Phytochemistry. 31(11):3711-3713. Juansah J, Budiastra IW, Suroso. 2006. Pengembangan system pengukuran gelombang ultrasonik untuk penentuan kualitas buah manggis (Gracinia mangostana L). Jurnal Keteknikan Pertanian. 18(1):167-178. Juansah J, Budiastra IW, Suroso. 2007. Kajian sifat akustik buah manggis (Gracinia mangostana L) dengan menggunakan gelombang ultrasonik. Jurnal Teknologi dan Industri Pangan. 18(1):47-54. Kurniawati, A. 2011. Kajian Karakter Biomassa, Kadar dan Profil Derivat Xanthone serta Potensi Antioksidan Kulit Buah Manggis (Garcinia mangostana) pada Berbagai Aspek Agronomi. Tesis. Sekolah Pasca Sarjana. Institut Pertanian Bogor Lina, Maharani T, Sutharini MR, Wijayanti, Astuti. 2017. Karakteristik nanoemulsi kulit buah manggis (Garcinia mangoastana L.). Jurnal Farmasi Udayana. 6 (1): 6-10. Mizrach A, Flitsmon U, Fuchs Y.1997.An ultrasonic non destructive method for measuring maturity of mango fruit. Transactions of the ASAE. 40(4):1107-1111. Mohsenin NN. 1970. Physical Properties of Pant and Animal Materials.Gordon and Breach Science Publisher.London.

Nidyasari RS, Akmal H, Ariyanti NS. 2018. Karakterisasi morfologi dan anatomi tanaman manggis dan kerabatnya (Garcinia spp.) di Taman Buah Mekarsari. Jurnal Sumberdaya Hayati. 4(1): 12-20. Novita DD, Ahmad U, Sutrisno, Budiastra WI. 2011. Penentuan pola peningkatan kekerasan kulit buah manggis selama penyimpanan dingin dengan metode NIR spectroscopy. Jurnal Keteknikan Pertanian. 25(1): 59-67. Pradipta, I. S, Nikodemus, T. W. dan Susilawati, Y. 2007. Isolasi dan identifikasi senyawa golongan xanton dari kulit buah manggis (Garcinia mangostana L.). Jurnal Ilmiah Farmasi. 4(2). Sluis, W.G. 1985. Secoiridoids and Xanthones in the Genus Centaurium Hill (Gentianaceae). Utrecht (NL): Drukkerij Elinkwijk bv. Soedibyo, M. 1998. Alam Sumber Kesehatan. Jakarta (ID) : Balai Pustaka. Srihari E, Lingganingrum FS. 2015. Ekstrak kulit manggis bubuk. Jurnal Teknik Kimia. 10 (1): 1-7. Sutrisno, Darmawaty E, Sukmana D. 2011.Rancangan kemasan berbahan karton gelombang untuk individual buah manggis (Garcinia Mangostana L.). Prosiding Seminar Nasional Perteta. 21-22 Juli 2011, Jember, Indonesia. pp.427-436. Wasito. 1995.Vademakum Elektronika. Jakarta (ID): Gramedia Pustaka Utama. Wijaya, A. 2004. Development of Simple Harvesting Pole and Natural Beet Dying for Mangosteen. Denpasar (ID) Yulianti N, Sutrisno, Darmawati E. 2010. Improvement of the technology packaging for the transportation of mangosteen. Jurnal Keteknikan Pertanian. 24(1):55-60. Yuslianingsih, R. 2009. Khasiat Obat dari Buah Manggis. Pikiran Rakyat, Minggu, 20 September 2009. Halaman 1.


Like this book? You can publish your book online for free in a few minutes!
Create your own flipbook