Important Announcement
PubHTML5 Scheduled Server Maintenance on (GMT) Sunday, June 26th, 2:00 am - 8:00 am.
PubHTML5 site will be inoperative during the times indicated!

Home Explore 06. Mawar Merah

06. Mawar Merah

Published by wishnugiar, 2022-08-21 13:38:51

Description: 06. Mawar Merah

Search

Read the Text Version

Mawar Merah Oleh: Wishnu Giar Ari melambatkan laju mobilnya mendekati lampu merah yang sudah terang nyalanya, sore itu tak seperti biasanya wajah Ari sangat cerah karena baru saja dikabari jika Asri berjanji akan menemuinya malam nanti di Sorbonne Café. “Selamat sore Kakak, boleh ikut donasinya dong?” dua orang mahasiswi yang mengenakan jaket alma mater berwarna hijau mendekati Toyota Altis yang

Ari kendarai sambil menyodorkan kotak kardus bekas air mineral yang dibungkus karton putih rapi bertuliskan Donasi untuk korban bencana alam, gempa bumi. Iya, beberapa hari lalu ada gempa bumi besar di seberang pulau, 7,3 skala Richter katanya, kuat sekali hingga merobohkan gedung-gedung tinggi dan merusak fasilitas umum, lekas Ari mengeluarkan beberapa lembar uang kertas dari dalam dompetnya lalu memberikannya pada anak-anak mahasiswa itu. “Terima kasih Kakak, semoga selamat dalam perjalanan.” Yang seorang mahasiswi

memberi salam dengan melempar senyum manis dan memberi Ari setangkai Mawar merah yang merekah. Ari agak terkejut, bukan karena Mawar merahnya tetapi senyuman yang manis itu rasanya akrab sekali diingatannya, hanya ada dua senyuman legit yang melekat diingatan dan hatinya, senyum Nefly Kakak sepupu yang sangat ia kagumi dan senyum Asri, gadis cantik yang selama ini tertambat di hatinya. Ditaruhnya setangkai Mawar merah yang sedang merekah itu di tempat duduk sampingnya, “Nanti akan kuberikan pada

Asri saat bertemu.” Niatnya tertanam dalam hati. “Hai ri! Gemukan sekarang? Lama juga ga ketemu ya.” Asri tiba di Café dan langsung menyapa Ari yang sudah menunggu hampir tiga puluh menit. “Kabar baik ci, iya nih sebulan naik berat badanku tiga kilo.” Jawab Ari. “Kemana aja sih, ga pernah ngabari?” Asri bertanya lagi “Aku ke Bali, menyepi.” Ari berusaha menutupi lagi apa yang sebenarnya ingin ia katakan dan Asri hanya tertawa menganggap

apa yang Ari katakan adalah candaan semata. Obrolanpun lancar kesana kemari, seperti biasa Ari hanya bertutur dan melempar joke-joke yang membuat Asri senyum dan tertawa gembira hingga akhir pertemuan. Ini tahun ketiga mereka melanjutkan pertemanan, Ari lagi-lagi tak sanggup menyampaikan dan mengatakan isi hatinya, sementara Asri pun hanya merasakan saja isyarat yang banyak dari Ari, hatinya kukuh merasa bahwa Ari tak mungkin mencintainya.

Ari duduk dan mulai menyalakan kendaraannya, dilihatnya bunga Mawar merah yang masih tergeletak di tempat awalnya tadi, hatinya kembali menjerit menyesalkan perulangan yang terjadi di setiap pertemuan dengan Asri, hanya bicara sementara isi hati tak terungkapkan, terlewat begitu saja. Mawar merah masih di tempat tadi, seperti melirik Ari sampai ke hati, seolah tersenyum dan menyemangati untuk pertemuan di lain kali, agar jangan sampai terjadi lagi walaupun Mawar ini sudah mengering dan semakin tak berguna lagi.


Like this book? You can publish your book online for free in a few minutes!
Create your own flipbook