Important Announcement
PubHTML5 Scheduled Server Maintenance on (GMT) Sunday, June 26th, 2:00 am - 8:00 am.
PubHTML5 site will be inoperative during the times indicated!

Home Explore Bakso Kumis

Bakso Kumis

Published by wishnugiar, 2022-08-10 00:09:58

Description: Pak Kumis penjual bakso itu hadir dalam beberapa waktu, mungkin saja hanya datang ketika satu keluarga ini membutuhkan kenikmatan baksonya, setelah itu? entahlah.

Search

Read the Text Version

Bakso Kumis Bapak itu perutnya agak gendut, usianya kurang lebih 40 atau 45an lah, yang khas dari penampilannya adalah kumis yang hitam tebal dan topi bucket yang selalu dipakainya ketika berjualan bakso dorong keliling. Ia selalu lewat di rumah kami sekitar jam sebelas malam, ketukan kentongan bambu khasnya juga yang membuat kami segera tergugah memanggilnya, iya kami, tapi hanya aku dan ibu sebab bapak mesti menolak dan adik-adik sudah tidur sejak jam 9 malam.

“Pak, beneran ga mau baksonya?” tanya ibu pada bapak yang asik menulis di meja kerjanya malam itu. “Ga ah, bapak udah kenyang.” Kata bapak diselingi menghisap rokok Gudang Garam merahnya dalam-dalam. Ibu seperti biasa membuatkan segelas kopi untuk bapak penjual bakso yang sering kami panggil pak Kumis itu, sementara kami menyantap bakso dari mangkok cap ayamnya, pak Kumis menyeruput kopi sambil merokok di halaman rumah. Baksonya, kuahnya, mienya, sambal dan bumbu-bumbunya luar biasa nikmatnya, jarang-jarang ada penjual bakso pikul seenak ini lewat di kampung

kami yang dingin dan lembab jika malam tiba. Mas Tarjo, penjual bakso Solo yang berjualan di utara pasar tak jauh dari rumah kamipun kalah sajian nikmatnya, padahal warungnya cukup ramai dikunjungi banyak orang setiap hari. Beberapa kali kami menikmati bakso pak Kumis itu, hingga kemudian kami tak lagi menjumpainya lewat di depan rumah, sering ibu dan aku bergantian menanyakan, “Kemana ya pak Kumis? Koq sekarang jarang lewat.” Hingga suatu hari saking penasarannya aku bertanya pada mas Ilham, Satpam komplek yang sering jaga di pintu gerbang komplek, aku yakin para Satpam yang berjaga malam pasti akan

kenal setiap pedagang yang keluar masuk komplek perumahan. “Mas Ilham, abang tukang bakso yang malam-malam suka lewat di komplek ini kemana ya? Pernah tahu?” tanyaku pada mas Ilham. “Si Joko mas? Ada aja dia mah, lewat- lewat aja saban hari.” “Bukan mas, kalau Joko kan datangnya kan sore-sore, ini yang tua, gendut, berkumis itu loh, kalau lewat rumah udah malam sekitar jam sebelas duabelasan gitu.” Kataku menerangkan. “Wah, yang mana ya? saya koq ga pernah ketemu mas.” “Serius? Yang berkumis tebel gitu, masa iya ga pernah lewat sini? terus dia

lewat mana dong mas?” tanyaku lagi mulai heran. “Eh bener mas, saya selama 10 tahun jadi Satpam disini baru dengar ada tukang bakso jualan malam-malam, itu mah waktunya saya yang keliling komplek.” Aku berlalu dari hadapan mas Ilham sambil membawa keheranan menemui ibu untuk menceritakannya, dan ketika bertemu ibu, iapun menceritakan hal yang sama bahwa beberapa tetangga yang ditanyaipun tak pernah mendengar, melihat bahkan membeli baksonya, iya serius, Bakso Kumis.


Like this book? You can publish your book online for free in a few minutes!
Create your own flipbook