2020 | BADAN INFORMASI GEOSPASIAL
Halaman Identitas Buku Judul buku: Bunga Rampai Kepesisiran dan Kemaritiman 2020 Penanggung Jawab: Putri Meissarah Penyunting dan Tata Letak: Fajrun Wahidil Muharram Perancang Sampul: Tri Raharjo Penerbit: Badan Informasi Geospasial Jalan Raya Jakarta—Cibinong Km. 46, Cibinong, Bogor Jawa Barat 16911 Tahun 2020 118 halaman; ukuran 21 cm x 29,7 cm ISBN XXX-XXX-XXXX-XX-X iii
Kata Pengantar Paradigma Geomaritim diangkat sejalan dengan semangat Indonesia untuk kembali berjaya sebagai negara maritim terbesar di dunia. Menilik sejarah budaya masyarakat nusantara di masa lalu, tak ayal peran di bidang kelautan menjadi hal yang tak asing lagi. Terlebih telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan masyarakat Indonesia. Aspek kepesisiran dan kemaritiman menjadi dua hal yang sarat dengan paradigma tersebut. Sebagai negara yang melimpah akan sumber daya alam, adalah syarat mutlak agar aspek tersebut menjadi fokus dalam dunia pendidikan dan penelitian di Indonesia. Sebab, perkembangannya dapat mendukung berbagai sektor strategis seperti pembangunan, pariwisata, energi, serta sektor-sektor lainnya yang tak kalah penting. Parangtritis Geomaritime Science Park sejauh ini telah menjalin berbagai kerja sama penelitian dan pengembangan di bidang kepesisiran dan kemaritiman dengan berbagai institusi, baik pemerintahan, pendidikan, maupun swadaya. Wujud pelaksanaannya antara lain penelitian bersama (joint research), program kerja praktik/magang (internship), program eksplorasi fenomena- fenomena pesisir dan kelautan di berbagai pulau, serta penelitian-penelitian tematik lainnya yang berkaitan. Bunga Rampai Kepesisiran dan Kemaritiman ini menjadi wadah bagi penelitian-penelitian yang telah disusun bersama Parangtritis Geomaritime Science Park. Ke depan, kami berharap kegiatan- kegiatan penelitian di bidang kepesisiran dan kemaritiman ini dapat berkembang lebih pesat, sehingga karya-karya yang dimuat dalam Bunga Rampai berikutnya dapat lebih beragam dan membawa manfaat lebih besar bagi semua pihak. Desember 2020 Tim Penyusun iv
Daftar Isi Halaman Sampul i Halaman Identitas Buku iii Kata Pengantar iv Daftar Isi v Akuisisi Data Foto Udara Menggunakan UAV (Studi Kasus Gumuk Pasir Parangtritis Kabupaten Bantul Laksita Ristiningsih 1 Identifikasi Perubahan Luas Kawasan Mangrove Tahun 2016 dan 2020 (Studi Kasus Kawasan Konservasi Mangrove Baros) Aqilla Fitdhea Anesta 8 Identifikasi Tingkat Kerentanan Lingkungan terhadap Bencana Tsunami di Wilayah Pesisir Kabupaten Bantul Yogyakarta Berbasis Mitigasi Bencana Zafa Roga Norma Sari, Putri Meissarah 16 Karakteristik Pantai dan Pesisir Desa Parangtritis Kecamatan Kretek, Kabupaten Bantul, Yogyakarta Bima Rachman Hadi, Farid Ibrahim 24 Mitigasi Bencana Abrasi di Pantai Glagah Kulon Progo Yogyakarta 31 Yohana Kusuma Wardani, Bernike Hendrastuti Pemetaan Cepat Pola Kerusakan Akibat Tsunami Palu pada Tahun 2018 di Pesisir Talise Sulawesi Tengah (Studi Kasus di Pesisir Talise Sulawesi Tengah) Jesikapna Callia Br Guru Singa 37 Pemetaan Daerah Rawan Tsunami di Kabupaten Gunungkidul, Yogyakarta 41 Dyah Laila Putri Santoso, Putri Meissarah Pemetaan Kerentanan terhadap Tsunami Menggunakan Sistem Informasi Geografis (SIG) di Pesisir Kabupaten Pandeglang, Provinsi Banten Fauzi Ananda, Fajrun Wahidil Muharram 51 Pemetaan Klorofil-A dan Suhu Permukaan Laut terhadap Pola Sebaran Ikan di Laut Selatan Yogyakarta Kurnia Sakina 56 Pemetaan Perubahan Luasan Garis Pantai Menggunakan Data UAV (Unmanned Aerial Vehicle) di Pantai Parangtritis, Yogyakarta Muhammad Soni Harsyana, Fajrun Wahidil Muharram 61 v
Pemetaan Suhu Permukaan Laut dan Klorofil-A Sebagai Prediksi Sebaran Ikan Pelagis Kecil di Perairan Utara Jawa Tengah Asqita Rakhma Ashari 65 Pemetaan Suhu Permukaan Laut Menggunakan Data Citra Terra Modis Di Perairan Bengkulu Ahmad Sabaran, Farid Ibrahim 71 Pengolahan Data Citra Terra Modis untuk Menentukan Zona Potensi Penangkapan Ikan (ZPPI) di Perairan Laut Maluku Nanda Dwi Septiani, Fajrun Wahidil Muharram 76 Pengolahan Data Foto Udara Dengan Wahana Unmanned Aerial Vehicle (UAV) untuk Pemetaan Mangrove di Parangtritis Geomaritime Science Park (PGSP) Yogyakarta Asta Kintari, Farid Ibrahim 83 Pengukuran Ground Control Point (GCP) Menggunakan GPS Geodetik Trimble DL (Studi Kasus di Kawasan Gumuk Pasir Parangtritis) Nur Halimah 90 Penyusunan Mozaik Foto Udara Kawasan Gumuk Pasir Parangtritis Tahun 2020 (Studi Kasus Gumuk Pasir Parangtritis, Kabupaten Bantul) Latifa Melani Putri 95 Studi Perubahan Tutupan Lahan Gumuk Pasir Parangtritis Menggunakan Algoritma NDVI dan NDBI pada Citra Landsat-8 Tahun 2015 dan 2019 Ane Arifa Ditami 104 Teknik Pengolahan Data Total Suspended Solid (TSS) Menggunakan Data Citra Landsat 8 di Perairan Laut Selatan Jawa Sekitar Jawa Tengah dan Yogyakarta David Muhammad Farid 110 vi
Akuisisi Data Foto Udara Menggunakan UAV (Unmanned Aerial Vehicle) .................................................................(Laksita Ristiningsih) AKUISISI DATA FOTO UDARA MENGGUNAKAN UAV (UNMANNED AERIAL VEHICLE) Studi Kasus Gumuk Pasir Parangtritis Kabupaten Bantul (Aerial Photo Data Acquisition Using UAV/Unmanned Aerial Vehicle: Case Study Parangtritis Sand Dunes, Bantul Regency) Laksita Ristiningsih1 Program Studi Diploma Penginderaan Jauh dan SIG, Universitas Gadjah Mada1 Email: [email protected] ABSTRAK Gumuk Pasir Parangtritis merupakan kenampakan alam yang unik yang berada di Kabupaten Bantul. Keunikan dari gumuk pasir tersebut terletak pada bentuknya yang memiliki tipe bulan sabit yang lazimnya berada di daerah dengan iklim arid namun Gumuk Pasir Parangtritis berada di daerah dengan iklim tropis. Keunikan tersebut merupakan aset yang harus dijaga sebagai sumber ilmu agar ke depannya kenampakan tersebut bukan hanya dijadikan sebagai sejarah saja. Salah satu upaya untuk menjaga kelestarian gumuk pasir ialah dengan mengetahui perubahan luas gumuk pasir setiap tahunnya melalui monitoring dinamika gumuk pasir. Dari analisis tersebut maka dapat diketahui penyebab berkurangnya kenampakan gumuk pasir. Untuk melakukan pemetaan detil gumuk pasir dalam rangka monitoring dinamika gumuk pasir dibutuhkan kajian dengan ilmu penginderaan jauh yakni melalui pemetaan berbasis foto udara. Foto udara diperoleh dari hasil pemotretan menggunakan UAV tipe fixed wing merek SkyWalker. Foto udara diharapkan dapat menjadi solusi dalam melakukan monitoring gumuk pasir sehingga diperoleh gambaran kondisi gumuk pasir dan menjadi dasar dalam pengambilan keputusan terkait pelestarian geoheritage Kabupaten Bantul tersebut. Adapun hasil dari penelitian ini merupakan foto udara orthomosaik yang mencakup seluruh wilayah Gumuk Pasir Parangtritis yang terbentang dari Pantai Parangtritis hingga Pantai Depok yang dibatasi oleh Perbukitan Gunung Batur di sisi utara hingga timur dan Sungai Opak di sisi Barat serta Samudera Hindia di sisi Selatan. Foto udara yang dihasilkan memiliki ketelitian sebesar 10 sentimeter. Kata Kunci: Gumuk Pasir, Foto Udara, UAV ABSTRACT Parangtritis sand dune is a unique natural appearance in Bantul Regency. The uniqueness of the dune lies in the form that has a crescent type which is usually located in an area with arid climate but Parangtritis Sand Dune is in a tropical climate area. This uniqueness is an asset that must be maintained as a source of science so that the future will not be used as history. One effort to maintain the preservation of sand dune is to know the widespread change of sand dune each year through monitoring the dynamics of the sand dune. From the analysis, it can be found the cause of deterioration of the sand dune. To perform the detailed mapping of the sand dune in the framework of monitoring the dynamics of sand dune needed a study with the science of remote sensing that is through mapping air-based photographs. Aerial photographs obtained from shooting using a fixed-wing UAV type Skywalker brand. Aerial photographs are expected to be the solution in monitoring the sand dune, so the description of sand dune condition become the basis of decision making related to the geoheritage preservation of Bantul Regency. The result of this research is an orthophoto aerial photograph that covers all the regions of Parangtritis Sand Dune which extends from Parangtritis Beach to Depok Beach which is bordered by Mount Batur Hills on the north side and Opak River on the west side and the Indian Ocean on the south side. The aerial photograph has a spatial accuracy of 10 centimeters. Keywords: Sand Dunes, Aerial Photo, UAV PENDAHULUAN (Maun, 2009). Gumuk pasir Parangtritis memiliki satu fakta menarik yakni gumuk pasir tipe barkhan Gumuk pasir (sand dune) adalah bentukan yang umumnya terbentuk di iklim arid namun alam yang tersusun dari material sedimen kasar, gumuk pasir Parangtritis memiliki iklim tropika terjadi karena tenaga angin yang cukup kencang basah dan membentuk barkhan (Putra, 2016). dan untuk membentuk formasi gumuk pasir. Keunikan dari gumuk pasir Parangtritis terletak Gumuk pasir yang dikenal di Indonesia umumnya pada proses pembentukannya terutama pada merujuk pada definisi gumuk pasir kepesisiran atau material utama gumuk pasir yang berupa material coastal dune sebab terbentuk di bagian pesisir gunung Merapi yang terbawa oleh aliran sungai 1
Bunga Rampai Kepesisiran dan Kemaritiman melaksanakan misi terbangnya. Wahana UAV memiliki ukuran kecil sehingga pergerakannya kemudian mengendap dan terbawa oleh angin lebih mudah dalam menjangkau area yang membentuk gumuk pasir. diinginkan dan memperoleh foto udara resolusi tinggi dengan kamera rendah biaya (Ramadhani Pelestarian gumuk pasir penting dilakukan dkk, 2015). Pemetaan menggunakan wahana nir karena telah terjadi penyempitan area gumuk awak menjadi lebih murah karena instrument yang pasir. Hal tersebut tentu perlu dikaji agar nantinya digunakan banyak terdapat di pasaran seperti di masa mendatang keberadaan gumuk pasir aeromodelling dan kamera digital (Gularso, dkk, masih terjaga sebagai warisan alam dan sebagai 2013). penyeimbang ekosistem di sekitarnya. Keistimewaan gumuk pasir Parangtritis tidak serta Dalam rangka melakukan pemetaan detil merta mendapatkan keistimewaan dari pemerintah Monitoring Gumuk Pasir Parangtritis ini digunakan setempat, baru pada tahun 2015 Pemerintah wahana UAV tipe fixed wing merk Skywalker Kabupaten Bantul melakukan restorasi guna dengan kamera Sony A5000. Melalui pemotretan melestarikan gumuk pasir sehingga keberadaan tersebut diperoleh data berupa foto udara format gumuk pasir dapat terjaga dan di masa mendatang kecil yang digunakan sebagai data utama dalam tidak hanya menjadi tinjauan pustaka saja. melakukan pemetaan area Gumuk Pasir Restorasi tersebut dilakukan dengan menetapkan Parangtritis Tahun 2020. zona konservasi gumuk pasir. Zonasi yang telah dilakukan oleh pemerintah daerah Yogyakarta METODE yang bekerja sama dengan PGSP telah menghasilkan kesepakatan berupa zona 1. Diagram Alir pemanfaatan gumuk pasir yang bertujuan untuk mempermudah penanganan dalam pelestarian gumuk pasir. Adapun zona yang dimaksud ialah Zona Inti, Zona Pemanfaatan Terbatas dan Zona Penyangga (Laily, 2018). Ketiga zona tersebut memiliki fungsi yang berbeda-beda. Keistimewaan dari gumuk pasir tersebut perlu dilestarikan dan dijaga sehingga dibutuhkan langkah-langkah dalam melakukan pemantauan secara berkala terhadap kondisi gumuk pasir. Dari keadaan tersebut maka dilakukan pemantauan Gumuk Pasir Parangtritis melalui bidang ilmu penginderaan jauh. Upaya tersebut merupakan bagian dari langkah konservasi gumuk pasir yang didasari atas diterbitkannya Surat Keputusan untuk menjaga kawasan geoheritage. Penetapan itu dituangkan dalam Surat Keputusan Kepala Badan Geologi Nomor 1157.K/73/BGL/2014 tanggal 2 Oktober 2014 tentang Penentuan Kawasan Cagar Alam Geologi DIY. Gumuk Pasir Parangtritis merupakan Geoheritage Kabupaten Bantul yang harus dijaga keasliannya. Tindakan yang diambil dalam rangka konservasi 2. Wilayah Kajian ialah dengan mengetahui perkembangan gumuk Lokasi kegiatan untuk akuisisi data gumuk pasir. Perkembangan tersebut diketahui dengan cara melakukan pemetaan detil area Gumuk Pasir pasir berada di Kawasan Gumuk Pasir Parangtritis. Pemetaan detil merupakan pemetaan Parangtritis yang beralamat di Desa yang menggambarkan kondisi wilayah secara Parangtritis, Kretek, Bantul, Yogyakarta. Desa detail namun hanya mencakup wilayah yang cukup Parangtritis terdiri dari 11 dusun, namun sempit. Untuk melaksanakan pemetaan tersebut kawasan gumuk pasir hanya terletak di Dusun maka metode yang sesuai ialah pemetaan dengan Depok, Grogol IX, Grogol X dan Grogol XI. menggunakan UAV (Unmanned Aerial Vehicle). (Maulana dan Wulan, 2015). Luas kawasan Wahana tanpa awak UAV merupakan wahana gumuk pasir ialah 413 hektar dengan rincian pemetaan yang dikendalikan secara jarak jauh oleh pilot. UAV merupakan wahana yang saat ini sedang popular digunakan dalam bidang pemetaan karena memiliki beberapa kelebihan yakni praktis, ekonomis, dan mampu menghasilkan foto yang cukup baik. Umumnya UAV menggunakan mode autopilot dalam 2
Akuisisi Data Foto Udara Menggunakan UAV (Unmanned Aerial Vehicle) .................................................................(Laksita Ristiningsih) Zona Penyangga/Penunjang seluas 176,6 Proses pengukuran dilakukan dengan hektar, Zona Inti seluas 141,5 hektar, dan menggunakan metode statik. Pengukuran Zona Terbatas seluas 95,3 hektar (Hanafi, dilakukan selama 10 menit untuk setiap titik 2016). Kawasan gumuk pasir berada di antara GCP. Perekaman data dibantu dengan Pantai Parangtritis hingga Pantai Depok yang menggunakan aplikasi Trimble DL. dibatasi oleh perbukitan Gunung Batur di sisi utara dan langsung menghadap Samudera Proses pemotretan dilakukan oleh pilot Hindia di sisi selatan. dan co-pilot.. Pilot bertugas untuk menerbangkan pesawat hingga ketinggian tertentu kemudian wahana yang mulanya menggunakan mode manual dialihkan ke dalam mode autopilot (Maulana dan Wulan, 2015). Pesawat mendarat setelah melakukan misi pemotretan yang dilakukan oleh pilot sedangkan co-pilot bertugas untuk memantau proses pemotretan menggunakan perangkat lunak Mission Planner seperti kecepatan pesawat, tinggi terbang pesawat, lokasi terbangya pesawat, serta daya baterai yang masih tersisa. Gambar.1 Lokasi Kegiatan 5. Pasca Pengukuran dan Pemotretan Sumber: Bing Map, 2020 (Pengolahan data) 3. Pra Pengukuran dan Pemotretan Pengukuran yang dilakukan di setiap GCP Kegiatan pemotretan udara dilakukan menghasilkan nilai koordinat. Nilai koordinat yang tersimpan dalam perangkat lunak Trimble dalam beberapa tahapan salah satunya ialah DL dikonversi dalam format rinex yang pengukuran. Pengukuran yang dimaksud ialah kemudian dikonversi dalam format *.shp berisi pengukuran koordinat titik ikat GCP. GCP atau koordinat UTM. Koordinat tersebut digunakan Ground Control Point digunakan sebagai titik dalam proses pengolahan foto udara. ikat yang memuat koordinat tanah yang Pengolahan foto udara dilakukan dengan digunakan dalam proses koreksi geometrik menggunakan perangkat lunak Agisoft foto udara hasil pemotretan. Penentuan titik Metashape. Proses pengolahan data foto GCP disesuaikan dengan area kajian yang udara meliputi beberapa tahapan yakni proses akan dipetakan. Dalam hal ini GCP yang Align Photo, Import Reference, Build Dense digunakan sebanyak 12 titik dengan ICP Cloud, Build Mesh, Build Texture, Build Tiled sebanyak 4 titik. Setiap titik GCP dilakukan Model, Build DEM, Build Orthomosaic. Hasil pemasangan premark atau tanda dengan pengukuran koordinat digunakan dalam tahap bahan berupa terpal ukuran 4 meter x 40 cm. Import Reference karena koordinat hasil Keberadaan premark sangat penting untuk pengukuran digunakan sebagai referensi melakukan koreksi geometrik pada proses koordinat unuk menyelaraskan antara pengolahan foto udara untuk mengetahui koordinat foto dengan koordinat hasil lokasi GCP. pengukuran. Persiapan yang dilakukan dalam HASIL DAN PEMBAHASAN pemotretan diantaranya ialah pembuatan rencana jalur terbang serta persiapan wahana Proses akuisisi data Gumuk Pasir Parangtritis yang akan digunakan. Perencanaan jalur dilakukan dalam 3 tahap utama yakni pra terbang dilakukan dengan mempertimbangkan pengukuran dan pra pemotretan, pengukuran beberapa hal terutama terkait dengan sebaran (pengukuran koordinat dan pemotretan), dan tahap GCP serta kondisi area pemotretan. Jalur pasca pengukuran. terbang disesuaikan dengan lokasi GCP agar hasil foto udara memuat seluruh titik ikat 1. Tahap pra-pengukuran dan pra-pemotretan sehingga penentuan lokasi GCP sangat Tahap pra-lapangan merupakan tahap berpengaruh terhadap hasil pemotretan. Selain GCP, jalur terbang dibuat dengan persiapan kegiatan pengukuran dan mempertimbangkan berbagai parameter pemotretan. Beberapa hal yang dipersiapkan terbang wahana. dalam tahap ini diantaranya menentukan batas area kajian yang akan dipetakan yang 4. Pengukuran dan Pemotretan kemudian dilakukan penentuan lokasi titik ikat GCP. Penentuan lokasi GCP harus merata di Pengukuran dilakukan dengan seluruh wilayah kajian karena berkaitan dengan proses koreksi geometrik foto udara. menggunakan instrument geodetik merk Penentuan lokasi titik ikat berpengaruh Trimble R8s yang berupa receiver dan pole. terhadap pembuatan jalur terbang. 3
Bunga Rampai Kepesisiran dan Kemaritiman pemotretan, terlebih dahulu melihat prediksi cuaca serta melihat data perkiraan sudut Penentuan jalur terbang dilakukan dengan penyinaran matahari melalui aplikasi-aplikasi mempertimbangkan beberapa parameter yang menginformasikan kondisi cuaca di suatu seperti jalur terbang harus mampu mencakup wilayah seperti Sun Path, Sun Position dan seluruh wilayah yang akan dipetakan dan akan sebagainya. Pilot harus memperhatikan sudut lebih baik lagi apabila jalur terbang melebihi penyinaran matahari di setiap pergantian jam. batas AOI yang telah ditentukan, variasi Hal tersebut dikarenakan pemotretan yang ketinggian wilayah yang dipetakan, jarak dilakukan saat matahari berada di sudut 45º tempuh penerbangan, jarak yang ditempuh menghasilkan bayangan yang sama oleh wahana, ketahanan baterai dan arah panjangnya dengan objek sehingga hasil terbang harus disesuaikan dengan arah pemotretan dapat dimafaatkan dengan baik datang angin dan jarak tempuh wahana. Jalur terutama baik digunakan untuk interpretasi terbang harus melebihi dari batas AOI untuk secara visual. Matahari berada pada sudut 45º meminimalisir distorsi foto udara di wilayah ialah pada pukul 09.00 WIB dan pukul 15.00. batas AOI dengan batas foto udara. Selain itu, Pemotretan dilakukan pada pukul 3 sore atau pertimbangan yang digunakan ialah lokasi 15.00 WB karena pihak PGSP memperoleh kajian merupakan lokasi pedesaan sehingga izin penerbangan (NOTAM) dari pihak diharapkan pemilihan metode tersebut dapat Adisutjipto hanya pada siang hari. menghindari resiko adanya lost connection pada saat pengukuran. 2. Tahap pengukuran dan pemotretan Tahap pengukuran merupakan proses Penentuan jalur terbang juga didasarkan atas spesifikasi wahana yang digunakan. pengukuran koordinat di setiap titik ikat yang Wahana yang digunakan untuk melakukan telah ditentukan. Pada akuisis data foto udara, pemotretan merupakan UAV fixed wing dibutuhkan koordinat referensi yang akurat Skywalker dengan kapasitas baterai sebesar karena hasil foto memerlukan akurasi nilai 8000 mAH, memiliki flight control system, lintang, bujur, dan elevasi yang akurat navigation system, serta endurance. Selain itu, sehingga diperlukan adanya pengukuran wahana tersebut dilengkapi dengan ground geodetik. Pengukuran koordinat dilakukan unit berupa Telemetri, GCS, dan Remote pada tanggal 11 Februari 2020 sampai 13 Control. Kamera yang digunakan dalam Februari 2020. Titik ikat yang diukur berjumlah pemotretan ini ialah kamera Sony A500 yang 16 titik dengan rincian 12 titik GCP dan 4 titik dilengkapi dengan 20.1MP Exmor APS HD ICP. Premark GCP yang digunakan sebagai APS-C CMOS sensor. Kamera tersebut tanda titik ikat GCP dipasang sebelum memiliki resolusi maksimal 5456 x 3632 piksel Instrumen yang digunakan untuk melakukan dengan dimensi sensor 109.6 x 62.8 x 35.7 pengukuran ialah seperangkat Trimble R8s mm. Perencanaan jalur terbang dilakukan dan perangkat lunak Trimble DL. dengan menggunakan perangkat lunak Mission Planner. Perangkat lunak tersebut Metode statik dipilih dengan pertimbangan berfungsi sebagai ground control pada saat lokasi GCP yang digunakan dalam pemotretan misi pemotretan dilakukan. tersebut jaraknya kurang dari 5 km dari baseline sehingga metode yang tepat ialah Gambar 3. Contoh rencana jalur terbang pada Zona statik.Pengukuran dilakukan dengan lama Penunjang waktu pengukuran untuk tiap titik ikat ialah 10 menit yang dilakukan dengan aplikasi Trimble Pada tahap persiapan ini, dilakukan DL. Receiver dihubungkan dengan aplikasi peninjauan terkait kondisi alat (wahana UAV). tersebut kemudian surveyor dapat memulai Peninjauan tersebut penting dilakukan untuk pengukuran dan mengakhiri pengukuran mengetahui adanya kerusakan maupun sesuai waktu yang telah diatur sebelumnya komponen yang perlu diganti sehingga contoh oleh surveyor. Data otomatis terekam dalam permasalahan tersebut dapat diatasi sebelum catatan pengukuran. Selain itu, dilakukan dilaksanakannya pemotretan. pengisian logsheet sesuai standar BIG yang berfungsi untuk mencatat kondisi pengukuran Pada proses pemotretan, aspek yang tak seperti alamat, kondisi cuaca, instrument yang kalah penting untuk diperhatikan merupakan digunakan, metode, serta sketsa lokasi GCP. kondisi cuaca. Sebelum melakukan 4
Akuisisi Data Foto Udara Menggunakan UAV (Unmanned Aerial Vehicle) .................................................................(Laksita Ristiningsih) diantaranya kecepatan, jarak yang ditempuh, daya baterai yang tersisa dan sebagainya. Wahana yang telah menyelesaikan misi memasuki tahap pendaratan. Gambar.4.Pengukuran koordinat Sumber: Kegiatan Lapangan, 2020 Berdasarkan hasil pengukuran koordinat Gambar 6. UAV Skywalker yang telah dilakukan maka diperoleh hasil Sumber: Kegiatan Lapangan, 2020 berupa nilai koordinat yang tersimpan dalam perangkat lunak Trimble DL. Hasil pengukuran Gambar 7. Proses Penerbangan dan Pendaratan tidak serta merta dapat digunakan dalam Sumber: Kegiatan Lapangan, 2020 proses pengolahan foto udara namun harus dikonversi dalam format rinex terlebih dahulu. Pemotretan udara yang bertujuan untuk Dari format rinex dikonversi menjadi format memetakan wilayah Gumuk Pasir Parangtritis ini *csv menggunakan Microsoft Excel kemudian memliki beberapa kendalam dalam proses diubah lagi menjadi format *.shp pemotretannya. Gumuk Pasir Parangtritis menggunakan ArcMap. Hasil konversi dengan merupakan daerah pesisir sehingga kecepatan format *.shp merupakan fomat koordinat berisi anginnnya cukup tinggi. Wahana yang tidak stabil nilai lintang dan bujur. Koordinat tersebut akibat adanya angin akan menyebabkan hasil foto kemudian digunakan dalam proses pasca cenderung miring atau condong sehingga nilai pengukuran dan pemotretan. Hasil distorsi semakin besar. Selain itu faktor pemilihan pengukuran koordinat tertampil pada waktu pemotretan juga berpengaruh terhadap Gambar.5. kecepatan angin serta kenampakan foto yang akan dihasilkan. Gambar merupakan contoh hasil Point-ID Latitude Longitude Northing (m) Easting (m) pemotretan udara menggunakan UAV fixed-wing Skywalker. GMP 11c 8° 01' 16.1749\" S 110° 20' 16.1575\" E 9113304.071 427030.6669 GMP 24 8° 01' 15.8908\" S 110° 20' 06.7687\" E 9113312.332 426743.2488 GMP 21 8° 01' 13.7356\" S 110° 19' 38.4029\" E 9113377.106 425874.827 GMP 03 8° 00' 45.0930\" S 110° 19' 19.4396\" E 9114255.789 425292.8801 GMP 18 8° 00' 46.2990\" S 110° 18' 44.7378\" E 9114216.989 424230.6495 GMP 14 8° 00' 53.2393\" S 110° 18' 55.0355\" E 9114004.371 424546.237 GMP 04 8° 00' 48.2148\" S 110° 18' 32.6922\" E 9114157.534 423862.0081 GMP 26 8° 00' 44.4097\" S 110° 18' 08.0903\" E 9114273.12 423108.6948 GMP 05 8° 00' 42.7342\" S 110° 17' 12.9735\" E 9114321.679 421421.3592 GMP 25 8° 00' 44.4803\" S 110° 17' 26.1463\" E 9114268.754 421824.7003 GMP 19 8° 01' 14.1360\" S 110° 18' 57.2769\" E 9113362.729 424615.9191 GMP 08 8° 01' 19.1337\" S 110° 19' 18.0189\" E 9113210.297 425251.1163 GMP 15 8° 00' 40.3484\" S 110° 17' 51.1986\" E 9114396.964 422591.3884 GMP 23 8° 01' 32.2519\" S 110° 20' 01.6697\" E 9112809.615 426587.978 Gambar.5. Hasil pengukuran koordinat Sumber: Pengolahan data, 2020 Pemotretan dilakukan dengan menggunakan UAV fixed-wing pada tanggal 11 – 13 Februari 2020. Kegiatan tersebut dilakukan pada pukul 3 sore atau 15.00 WIB. Proses pemotretan diawali dengan perakitan wahana Gambar.8. Hasil pemotretan udara area gumuk pasir yang belum diolah beserta instrumennya, mempersiapkan misi terbang pada perangkat lunak Mission Planner. Sumber: Kegiatan lapangan, 2020 Misi diawali dengan melakukan cek CG (Centre of 3. Tahap pasca pengukuran dan pasca pemotretan (Tahap pengolahan data). Gravity) yakni kegiatan untuk melakukan cek Tahap pengolahan data merupakan tahapan pemrosesan data foto udara hasil pemotretan. keseimbangan wahana, kemudian pilot mulai Pengolahan dilakukan dengan menggunakan aplikasi Agisoft Metashape. Foto yang diolah menerbangkan pesawat dengan memperhatikan berjumlah 1216 foto yang memuat area Gumuk Pasir Parangtritis. Pengolahan diawali arah datangnya angin. Arah datangnya angin dengan proses Align Photo. Proses align photo merupakan proses identifikasi tie point yakni mempengaruhi arah hadap wahana pada saat mengenali titik-titik yang sama pada foto untuk take-off. Arah hadap wahana berlawanan dengan arah datangnya angin agar badan wahana lebih mudah terangkat. Wahana menggunakan mode autopilot pada ketinggian 170 m. Selama proses pemotretan, dilakukan pemantauan misi pemotretan melalui aplikasi Mission Planner 5
Bunga Rampai Kepesisiran dan Kemaritiman KESIMPULAN membangun bentuk 3D. Selanjutnya dilakukan Proses pemotretan menghasilkan foto udara tahap Import Reference yakni menginputkan sebanyak 1216 file foto yang kemudian diolah data koordinat hasil pengukuran yang menggunakan perangkat lunak Agisoft Metashape. digunakan sebagai koordinat acuan. Pada Koordinat hasil pengukuran digunakan dalam tahap ini prosesnya memkaan waktu yang tahapan pengolahan foto udara berupa koreksi cukup lama karena dilakukan plotting GCP di geometrik foto udara. Hasil pengukuran koordinat setiap foto yang memuat GCP sesuai berpengaruh pada akurasi foto yang dihasilkan. koordinat referensi yang telah diinputkan. Proses pengolahan data menhasilkan mosaik Kemudian dilakukan proses Build dense Cloud orthophoto dengan resolusi spasial 10 sentimeter. yang bertujuan untuk menggabungkan ribuan Secara keseluruhan foto udara yang dihasilkan titik berdasarkan nilai ketinggian. Selanjutnya memiliki warna dan rona yang terang, namun ialah Build Mesh, Build Texture, dan Build Tiled terdapat bagian pada foto udara yang memiliki Model. Build Texture bertujuan untuk rona gelap karena kondisi cuaca pada saat memperoleh tekstur yang hampir sama pemotretan sangat berawan. dengan kondisi di lapangan. Kemudian dilakukan Build DEM untuk memvisualisasikan UCAPAN TERIMA KASIH foto udara dalam bentuk DEM yang berasal dari hasil pengolahan Dense Cloud, dan yang Penelitian ini merupakan hasil akhir dari Kerja terakhir ialah Build Orthomosaik yakni proses Praktik yang dilaksanakan di Parangtritis penggabungan foto hasil pemotretan. Geomaritime Science Park periode Februari-April 2020. Penulis mengucapkan terima kasih kepada Gambar 9. Mosaik Orthophoto hasil pemotretan seluruh pihak yang membantu proses penyusunan Sumber: Pengolahan Data, 2020 penelitian terutama staff PGSP yang telah menyediakan fasilitas dan data serta Berdasarkan hasil pengolahan data foto mengikutsertakan mahasiswa kerja praktik dalam udara, diperoleh hasil berupa mosaik orthophoto kegiatan Akuisisi Data untuk Monitoring Gumuk wilayah Gumuk Pasir Parangtritis. Orthophoto Pasir Parangtritis Tahun 2020. yang dihasilkan memiliki kenampakan yang baik terutama dalam aspek kemudahan interpretasi. DAFTAR PUSTAKA Hasil pengolahan orthophoto memiliki akurasi spasial sebesar 10 sentimeter. Nilai akurasi Gularso, Herjuno, Sawitri Subiyanto, dan L.M. tersebut sesuai untuk foto udara format kecil Sabri. 2013. Tinjauan Pemotretan Udara sehingga data tersebut dapat digunakan untuk Format Kecil Mengggunakan Pesawat Model memetakan kawasan Gumuk Pasir Parangtritis Skywalker 1680 Studi Kasus Area Sekitar secar adetail. Namun, terdapat kekurangan dari Kampus Undip. Jurnal Geodesi Undip Vol.2 hasil orthophoto tersebut yakni pada daerah Zona No.2 tahun 2013. ISSN: 2337-845X. Peruntukan Terbatas (sisi timur area gumuk pasir) memiliki rona yang gelap. Hal tersebut dikarenakan Hanafi, Yahya. 2016. Pendekatan Ekosistem pada saat pemotretan kondisi cuaca sangat Sebagai Upaya Pengelolaan Kawasan berawan sehingga rona foto udara tampak gelap. Gumuk Pasir di Parangtritis Bantul D.I Upaya untuk melakukan koreksi tingkat kecerahan Yogyakarta. Prosiding Seminar Nasioanl II gagal dilakukan karena foto hasil koreksi tidak Tahun 2016, Kerjasama Prodi Pendidikan dapat diproses pada tahap Align Photo (tahap Biologi FKIP dengan Pusat Studi Lingkungan identifikasi tie point) sehingga proses mosaik dan Kependudukan (PSLK) Universitas orthophoto tetap menggunakan foto asli hasil Muhammaddiyah Malang: Yogyakarta. pemotretan. Keputusan Bupati Bantul No. 320 Tahun 2016 Tentang Pembentukan Tim Penertiban Kawasan Zona Inti Gumuk Pasir di Wilayah Kecamatan Kretek Kabupaten Bantul. https://hukum.bantulkab.go.id/unduh/keput usan-bupati/2016/320 diakses pada 4 Feb 2020 Pukul 13:00. Laily, Anis N. 2018. Kajian Dinamika Penggunaan Lahan Zona Inti Gumuk pasir Tipe Barkhan Pasca Restorasi di Parangtritis Bantul. Skripsi. UIN Sunan Ampel Surabaya. Maulana, Edwin dan Theresia Retno Wulan. 2015. Pemotretan Udara Dengan UAV untuk Mendukung Kegiatan Konservasi Kawasan Gumuk Pasir Parangtritis. Prosiding 6
Akuisisi Data Foto Udara Menggunakan UAV (Unmanned Aerial Vehicle) .................................................................(Laksita Ristiningsih) Simposium Nasional Sains Geoinformasi IV Parangtritis. Skripsi. Universitas Gadjah 2015. Hal 399-407. Maun, M.A. 2009. The Biology of Coastal Sand Mada Yogyakarta. Dunes. First Published 2009. Great Britain: Oxford University Press. Ramadhani, Yoniar H, Rokhmatullah, Aris Poniman Putra, Mega Dharma. 2016. Nilai Ekonomi K, dan Rahmatia Susanti. 2015. Pemetaan Imbuhan Airtanah Dari Air Hujan Pada Pulau Kecil dengan Pendekatan Berbasis Kawasan Bentang Alam Gumuk Pasir Objek Menggunakan Data Unmanned Aerial Vehicle (UAV). Jurnal. Majalah Ilmiah Globe Vol.17 No.2 Desember 2015. Hal 125-134. 7
Bunga Rampai Kepesisiran dan Kemaritiman IDENTIFIKASI PERUBAHAN LUAS KAWASAN MANGROVE TAHUN 2016 DAN 2020 Studi Kasus Kawasan Konservasi Mangrove Baros (Identification of Changes in Mangrove Area in 2016 and 2020: Case Study Baros Mangrove Conservation Area) Aqilla Fitdhea Anesta1 Jurusan Teknik Geodesi Geomatika, Universitas Lampung1 E-mail: [email protected] ABSTRAK Mangrove adalah tanaman pepohonan atau komunitas tanaman yang hidup di antara laut dan daratan yang dipengaruhi oleh pasang surut. Habitat mangrove seringkali ditemukan di tempat pertemuan antara muara sungai dan air laut yang kemudian menjadi pelindung daratan dan gelombang laut yang besar. Sungai mengalirkan air tawar untuk mangrove dan pada saat pasang, pohon mangrove dikelilingi oleh air garam atau payau. Saat November 2017, badai cempaka memberikan dampak negatif bagi kawasan mangrove Baros. Akibatnya, banyak menyisakan sampah perusak hutan mangrove di muara Sungai Opak. Maka dari itu, penelitian ini dilakukan untuk melihat perubahan luas kawasan mangrove Baros tahun 2016 dan tahun 2020. Metode dalam penelitian ini adalah gabungan antara data spasial dan data atribut. Hasil penelitian menunjukkan adanya penurunan luas kawasan mangrove Baros. Pada tahun 2016 luas kawasan mangrove Baros adalah 12 hektar. Lalu, mangrove Baros kehilangan 5 hektar lahannya akibat badai cempaka. Pada tahun 2020, sisa luas kawasan Baros adalah 7 hektar. Kata kunci: mangrove, spasial, atribut, badai cempaka ABSTRACT Mangroves are tree plants or plant communities that live between the sea and land affected by tides. Mangrove habitat is often found at the meeting place between river mouths and seawater which then becomes a protector of land and large sea waves. The river drains fresh water for mangroves and at high tide, mangrove trees are surrounded by salt or brackish water. In November 2017, Cempaka storm had a negative impact on the Baros mangrove area. As a result, there remains a lot of waste that destroys mangrove forests in the Opak River estuary. Therefore, this study was conducted to see changes in the area of the Baros mangrove area in 2016 and 2020. The method in this study is a combination of spatial data and attributes data. The results showed a decrease in the area of the Baros mangrove area. In 2016 the area of the Baros mangrove area was 12 hectares. Then, Baros mangroves lost 5 hectares of their land due to Cempaka storms. In 2020, the remaining area of the Baros area will be 7 hectares. Keywords: mangroves, spatial, attribute, Cempaka storm PENDAHULUAN muncul ke permukaan. Penampakan mangrove seperti hamparan semak belukar yang 1. Latar Belakang memisahkan daratan dengan laut sehingga Penginderaan jauh (Remote Sensing) mangrove dapat dikatakan ekosistem peralihan antara darat dan laut. merupakan ilmu dan seni untuk memperoleh informasi tentang objek, daerah atau gejala Menurut data foto udara 2016, kawasan dengan jalan menganalisis data yang diperoleh konservasi mangrove Baros terlihat sangat asri. dengan menggunakan alat tanpa kontak langsung Terdapat beberapa jenis tanaman mangrove yang terhadap objek, daerah, atau gejala yang dikaji ada di kawasan konservasi Baros, antara lain: (Lillesand dan Kiefer, 1979). Alat yang dimaksud Bruguiera sp, Avicennia sp, Nypa, Rhizopora sp dalam pengertian di atas adalah alat pengindera dan lainnya. Pada kawasan konservasi mangrove atau sensor. Pada umumnya sensor dipasang Baros juga terdapat tanaman selain mangrove pada wahana yang berupa pesawat terbang, yaitu: Hibiscus tiliaceus (pohon waru), Pandanus satelit, pesawat ulang-alik. Sensor yaitu alat odorifer (pohon pandan laut). pengindera seperti antara lain kamera, penyiam (scanner), dan radiometer yang masing – masing Badai cempaka memberikan dampak negatif dilengkapi dengan detektor di dalamnya bagi kawasan mangrove Baros ketika November 2017. Akibatnya, banyak menyisakan sampah Mangrove adalah tanaman pendukung perusak hutan bakau di muara sungai Opak. berbagai jenis ekosistem pantai, muara sungai dan Ribuan pohon mangrove yang berada tidak jauh delta pada daerah tropis dan sub tropis. Salah satu dari pantai Depok dan pantai Samas hanyut ciri tanaman mangrove adalah memiliki akar yang tersapu badai. Bakau muda yang baru ditanam pun 8
Identifikasi Perubahan Luas Kawasan Mangrove Tahun 2016 dan 2020................................................................ (Aqilla Fitdhea Anesta) menghadapi ancaman serius dari timbunan adalah perbuatan mengkaji foto udara atau citra sampah yang dibawa badai cempaka. dengan maksud untuk mengidentifikasi objek dan menilai arti pentingnya objek tersebut. Unsur Demi menjaga kestabilan ekosistem interpretasi citra terdiri atas sembilan unsur, yaitu: mangrove yang ada, diperlukan usaha rona, warna, bentuk, tekstur, ukuran, pola, pengelolaan dan pelestarian yang dilakukan sejak bayangan, asosiasi dan situs. Kunci interpretasi ini dini. Kawasan mangrove Baros dijadikan tempat dapat mengklasifikasikan jenis mangrove penelitian ini karena secara garis besar wilayah berdasarkan bentuk tubuhnya. konservasi mangrove Baros memiliki topografi wilayah berupa dataran rendah. Wilayah Pada pelaksanaan penelitian ini, penulis konservasi terletak di pesisir pantai dan ditugaskan untuk membandingkan nilai perubahan berdekatan di muara sungai Opak, sehingga luas menggunakan data foto udara 2016 dan data tanaman mangrove dapat tumbuh dengan baik. survey lapangan 2020, serta untuk mengetahui Keberadaan kawasan mangrove tersebut distribusi vegetasi mangrove pada kawasan diharapkan dapat mengendalikan laju air laut dan konservasi mangrove Baros, Kabupaten Bantul. air sungai. Dampak lain dari kawasan konservasi mangrove dusun Baros yaitu dijadikan sebagai 2. Tujuan kawasan wisata edukasi kawasan pesisir pantai. Beberapa tujuan dari penelitian ini antara lain: Daya adaptasi atau toleransi jenis tumbuhan 1. Mengetahui luas kawasan mangrove Baros mangrove terhadap kondisi lingkungan yang ada mempengaruhi terjadinya zonasi atau pada 2016 dan 2020. permintakatan pada kawasan hutan mangrove. 2. Melakukan pemeliharaan dan pengelolaan Permintakatan jenis tumbuhan mangrove dapat dilihat sebagai proses suksesi dan merupakan terhadap komunitas mangrove yang ada. hasil reaksi ekosistem dengan kekuatan yang 3. Mengetahui klasifikasi vegetasi pohon datang dari luar seperti tipe tanah, salinitas, tingginya ketergenangan air dan pasang surut. mangrove pada 2016 dan 2020. Pembagian zonasi kawasan mangrove yang 3. Rumusan Masalah dipengaruhi adanya perbedaan penggenangan atau perbedaan salinitas meliputi: Rumusan masalah dari pelaksanaan penelitian ini 1. Zona garis pantai, yaitu kawasan yang adalah sebagai berikut: 1. Apa tujuan dari melihat perubahan nilai luas di berhadapan langsung dengan laut. Lebar zona ini sekitar 10-75-meter dari garis pantai dan kawasan mangrove Baros? biasanya ditemukan jenis Rhizophora stylosa, 2. Bagaimana proses identifikasi perubahan nilai R. mucronata, Avicennia marina dan Sonneratia alba. luas di kawasan mangrove Baros? 2. Zona tengah, merupakan kawasan yang 3. Mengapa terjadi penurunan nilai luas di tahun terletak di belakang zona garis pantai dan memiliki lumpur liat. Biasanya ditemukan jenis 2020? Rhizophora apiculata, Avicennia officinalis, Bruguiera cylindrica, B. gymnorrhiza, B. 4. Batasan Masalah parviflora, B. sexangula, Ceriops tagal, Aegiceras corniculatum, Sonneratia caseolaris Batasan masalah dari pelaksanaan penelitian ini dan Lumnitzera littorea. adalah sebagai berikut: 3. Zona belakang, yaitu kawasan yang 1. Data foto udara yang digunakan adalah data berbatasan dengan hutan darat. Jenis tumbuhan yang biasanya muncul antara lain tahun 2016. Achantus ebracteatus, A. ilicifolius, 2. Daerah yang dikaji yaitu kawasan konservasi Acrostichum aureum, A. speciosum. Jenis mangrove yang tumbuh adalah Heritiera mangrove Baros. littolaris, Xylocarpus granatum, Excoecaria 3. Tahapan digitasi menggunakan software agalocha, Nypa fruticans, Derris trifolia, Osbornea octodonta dan beberapa jenis Quantum GIS 3.8. tumbuhan yang biasa berasosiasi dengan 4. Menghasilkan peta kawasan konservasi mangrove antara lain Baringtonia asiatica, Cerbera manghas, Hibiscus tiliaceus, Ipomea mangrove Baros dengan skala 1:700. pes-caprae, Melastoma candidum, Pandanus tectorius, Pongamia pinnata, Scaevola 5. Manfaat Penelitian taccada dan Thespesia populnea. Untuk mempermudah identifikasi perubahan Beberapa manfaat penelitian ini, antara lain: kawasan mangrove, maka dibuatlah peta distribusi 1. Memberikan informasi mengenai perubahan mangrove di kawasan Baros. Dalam mengidentifikasi objek dari data foto udara luas kawasan konservasi mangrove Baros digunakan kunci interpretasi. Interpretasi citra 2. Mendapatkan peta distribusi mangrove di kawasan konservasi mangrove Baros yang lebih detail. 6. Maksud dan Tujuan Peneltian 6.1 Maksud Maksud yang ingin dicapai dari pelaksanaan penelitian ini adalah untuk memperoleh nilai luas 9
Bunga Rampai Kepesisiran dan Kemaritiman dengan kriteria-kriteria tertentu yang diterapkan berdasarkan tujuan penelitian. kawasan mangrove Baros pada tahun 2016 dan 2020. Kelebihan purposive sampling adalah sampel terpilih adalah sampel yang sesuai dengan tujuan 6.2 Tujuan penelitian, teknik ini merupakan cara yang mudah Beberapa tujuan dari penelitian ini adalah: untuk dilaksanakan dan sampel terpilih biasanya 1. Mengetahui luas kawasan mangrove Baros adalah individu atau personal yang mudah ditemui atau didekati oleh peneliti. Adapun kekurangannya pada 2016 dan 2020. adalah tidak ada jaminan bahwa jumlah sampel 2. Melakukan pemeliharaan dan pengelolaan yang digunakan representatif dalam segi jumlah, tidak sebaik sample random sampling, bukan terhadap komunitas mangrove yang ada. termasuk metode random sampling dan tidak 3. Mengetahui klasifikasi vegetasi pohon dapat digunakan sebagai generalisasi untuk mengambil kesimpulan statistik. mangrove pada 2016 dan 2020. Syarat Purposive Sampling adalah kriteria METODE atau batasan ditetapkan dengan teliti dan sampel yang diambil sebagai subjek penelitian adalah Wilayah yang digunakan dalam penelitian ini sampel yang memenuhi kriteria yang telah adalah hutan mangrove Baros yang berada di ditetapkan. wilayah Dusun Baros, Desa Tirtohargo, Kecamatan Kretek, Kabupaten Bantul yang Dalam pengolahan data, akan digunakan terletak pada 110° 17' 9.199\" BT dan 8° 0' 48.066\" kunci-kunci interpretasi untuk melakukan proses LS. Kawasan mangrove ini merupakan kawasan digitasi sesuai dengan masing-masing jenis hutan buatan yang terbentuk sejak tahun 2003 atas mangrove. Berikut diagram alir penelitian ini: kerjasama antara masyarakat Baros khususnya Keluarga Pemuda - Pemudi Baros (KP2B) dengan Mula LSM Relung untuk mengatasi permasalahan i lingkungan di pesisir Dusun Baros (Cahyawati, 2013). Data Foto Udara 2016 Studi Literatur Gambar 1. Peta Distribusi Mangrove di Kawasan Spasi Atrib Baros tahun 2016 al ut Alat yang dibutuhkan antara lain: laptop yang Wawancara Wawancara berisi software QGIS 3.8, handphone yang berisi kepada observer kepada pengelola aplikasi Avenza Maps dan Coordinator, mouse dan harddisk. Adapun bahan-bahan yang dibutuhkan Klasifikasi mangrove antara lain: data foto udara kawasan konservasi vegetasi mangrove Baros 2016, data wawancara tentang Survey lapangan kawasan konservasi mangrove Baros 2016 Digitasi data foto bersama observer, data wawancara tentang udara 2016 Identifikasi dan kawasan konservasi mangrove Baros 2020 klasifikasi data bersama pengelola mangrove Baros dan data Hitung luas persebaran titik sampel untuk survey lapangan. kawasan Layout mangrove Sugiyono (2001: 61) menyatakan bahwa Peta distribusi purposive sampling adalah teknik penentuan Layout mangrove sampel dengan pertimbangan tertentu. Menurut 2020 Margono (2004: 128), pemilihan sekelompok subjek dalam purposive sampling, didasarkan atas ciri-ciri tertentu yang dipandang mempunyai sangkut paut yang erat dengan ciri-ciri populasi yang sudah diketahui sebelumnya. Dengan kata lain unit sampel yang dihubungi disesuaikan 10
Identifikasi Perubahan Luas Kawasan Mangrove Tahun 2016 dan 2020................................................................ (Aqilla Fitdhea Anesta) Peta distribusi konservasi kawasan pesisir pantai. Tetapi di tahun mangrove 2017, wewenang sudah diampu oleh DKP 2016 pemerintah provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Setelah tidak ada kerjasama, pihak PGSP tidak Selesai dimohonkan lagi untuk melakukan pemotretan di kawasan mangrove Baros. Pada tahun 2016, kondisi mangrove Baros merupakan kondisi yang sangat ideal dan lestari. Ditahun itu, luas mangrove Baros sangat tinggi. Hasil ini diperoleh dari hasil digitasi data foto udara. Luasnya adalah 12 hektar. Dengan rincian sebagai berikut: Tabel 1. Luas kawasan mangrove baros pada tahun 2016. Jenis Mangrove Luas (hektar) HASIL DAN PEMBAHASAN Avicennia sp 5.956 Bruguiera sp 0.817 Hutan Mangrove Pantai Baros merupakan Nypa 0.406 kawasan ekowisata hutan mangrove dan wisata Rhizopora sp 5.013 pantai selatan di kabupaten Bantul. Kawasan ini dibangun atas dasar inisiatif dari masyarakat Bahkan, ada 3-4 spesies burung yang sekitar yang peduli dengan alam khususnya di menjadikan kawasan mangrove Baros sebagai daerah tepian muara sungai Opak dan Pantai habitatnya. Jenis vegetasi yang terdapat saat Baros. Perlahan-lahan dilakukan penanaman tahun 2016 adalah Rhizopora, Bruguiera, Nypa, pohon bakau di sekitar kawasan tersebut secara Avicennia. pandan laut dan waru. bertahap. Beberapa tahun kemudian, tanaman bakau yang ditanam tumbuh dengan lebat dan Grafik 2. Komposisi Jenis Mangrove di Hutan berhasil membentuk hutan bakau kecil. Mangrove Baros Kawasan Hutan Mangrove (Bakau) Muara Dari hasil digitasi dapat diperoleh hasil bahwa Sungai Opak terletak di Dusun Baros, Desa komposisi Avicennia sp. 60 %, Rhizhopora sp. 20 Tirtohargo, Kecamatan Kretek, Kabupaten Bantul. %, Brugueira sp.10 %, dan Nipah 10 %. Jumlah Dusun Baros merupakan kawasan perintis hutan Avicennia sp sangat tinggi karena mangrove bakau pada salah satu area di muara sungai Opak tersebut adalah mangrove perintis. sehingga kawasan hutan mangrove tersebut sering disebut Kawasan Mangrove Baros. Karena efek badai cempaka, mangrove Baros kehilangan sekitar 5 hektar. Penanaman mangrove Kawasan Mangrove Baros di Muara Sungai di Baros memang modelnya memanjang dan Opak dahulu dirintis dan dikelola oleh LSM Relung dilindungi pagar setinggi 3 meter untuk melindungi dalam program pembibitan dan saat ini organisasi mangrove dari sampah dan mengurangi dampak setempat yang tergabung dalam Kelompok dari ombak. Penanaman sesuai dengan prosedur Pemuda Pemudi Baros (KP2B) dan dukungan zonasi mangrove. Kerusakan tanaman seringkali beberapa instansi ikut mensukseskan terjadi, karena sampah dan dinamika pergerakan pengembangkan hutan mangrove dan muara. Beberapa permasalahan yang dihadapi penyelamatan muara sungai Opak. oleh masyarakat terutama petani di sekitar muara sungai Opak adalah: Berdasarkan Surat Keputusan Bupati Bantul Nomor 284 Tahun 2014 tentang Pencadangan Kawasan Konservasi Taman Pesisir, wilayah hutan mangrove Baros ditetapkan sebagai kawasan konservasi dengan luas keseluruhan kawasan 132 hektar yang dibagi menjadi tiga zona, yakni zona inti (10 ha), zona lainnya (94 ha) dan zona pemanfaatan terbatas (28 ha). Saat ini luas hutan mangrove Bantul masih kurang dari 10 hektar sehingga diperlukan perluasan secara bertahap. Pada tahun 2016, pemotretan foto udara di kawasan mangrove baros adalah tugas dari PGSP. Ini merupakan kerjasama antara PGSP dengan Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Bantul. Pihak DKP memohon untuk diadakannya pemotretan di area mangrove baros. Karena disaat itu DKP punya wewenang untuk melakukan 11
Bunga Rampai Kepesisiran dan Kemaritiman Nypa, Rhizopora. Karena ada dinamika di hutan mangrove, Avicennia nyaris tidak bisa a. Lahan pertanian yang terancam abrasi oleh dikembangkan lagi. Karena ketika ditanam di pasir, aliran sungai dan gelombang laut. tanamannya sering mati. Pada bagian bawahnya dikuliti oleh siput darat (sumpil). Fenomena ini b. Aliran angin dari arah laut menuju daratan sering kali muncul ketika ada tambak. Entah ketika yang membawa butiran halus garam yang tambak itu bangkrut dan sisa udangnya dibuang ke menempel pada daun tanaman pertanian perairan umum. Lalu, akan memakan bibit sehingga membuat tanaman menjadi kering Avicennia. Jenis sumpil itu sangat berkembang, dan mati. bahkan sampai ke daerah Kulon Progo, sampai ke dasar sungai dipenuhi oleh binatang itu. Selain c. Muara Sungai Opak merupakan salah satu titik sumpil, ada juga hama lain yang memakan bibit rawan bahaya tsunami. Avicennia. Ketika musim ulat jati, Avicennia habis dan hanya tersisa rantingnya saja. Jadi, Avicennia d. Intrusi air laut yang menyebabkan air tanah adalah vegetasi yang sering rusak. Saat ini sedang untuk mengairi lahan pertanian terasa dikembangkan Sonneratia caseolaris dan asin.karena sampah dan dinamika pergerakan Aegiceras corniculatum. Pertumbuhan Sonneratia muara. caseolaris sangat luar biasa dan tahan penyakit. Jika di kawasan Sungai Opak tidak ada mangrove, maka lingkungan akan menjadi tandus dan labil. Lahan bagian utara pun menjadi tidak efektif karena adanya ancaman angin laut. Teutama, wilayah bantul yang merupakan daerah berpasir hitam/ pasir vulkanik. Jenis tanaman mangrove yang sudah ada sejak dulu di Baros adalah Avicennia, Bruguiera, Gambar 2. Peta Distribusi Mangrove di Kawasan Baros tahun 2016 Dari gambar peta diatas, dapat diketahui bahwa untuk menahan pukulan gelombang, serta mampu tanaman Avicennia berada di zona garis pantai, yaitu membantu dalam proses penimbunan sedimen. kawasan yang berhadapan langsung dengan laut. Pohon ini tumbuh menyebar dengan ketinggian Luas Avicennia pun adalah luas yang paling besar mencapai 25 m. Kumpulan pohon membentuk diantara jenis mangrove yang lain. Avicennia sistem perakaran horizontal dan akar nafas yang terletak paling luar dari hutan yang berhadapan rumit. Akar nafas biasanya tipis, berbentuk jari langsung dengan laut. Zona ini umumnya memiliki (atau seperti asparagus) yang ditutupi oleh lentisel. substrat lumpur lembek dan kadar salinitas tinggi. Kulit kayu luar berwarna keabu-abuan atau gelap Zona ini merupakan zona pioner karena jenis kecoklatan, beberapa ditumbuhi tonjolan kecil, tumbuhan yang ada memilliki perakaran yang kuat sementara yang lain kadangkadang memiliki 12
Identifikasi Perubahan Luas Kawasan Mangrove Tahun 2016 dan 2020................................................................ (Aqilla Fitdhea Anesta) permukaan yang halus. Pada bagian batang yang yang keluar dari cabang. Kulit kayu berwarna abu- tua, kadang-kadang ditemukan serbuk tipis. abu tua dan berubah-ubah. Luas Rhizopora adalah luas terbesar kedua Zona Bruguiera hanya terendam pada saat air setelah Avicennia. Zona Rhizophora, terletak di pasang tertinggi atau 2 kali dalam sebulan. Pohon belakang zona Avicennia. Substratnya masih selalu hijau, berakar lutut dan akar papan yang berupa lumpur lunak, namun kadar salinitasnya melebar ke samping di bagian pangkal pohon, agak rendah. Mangrove pada zona ini masih ketinggian pohon kadang-kadang mencapai 23 tergenang pada saat air pasang. Pohon ini memiliki meter. Kulit kayu abu-abu, relatif halus dan ketinggian mencapai 30 m dengan diameter memiliki sejumlah lentisel kecil. batang mencapai 50 cm. Ia juga memiliki perakaran yang khas hingga mencapai ketinggian Pohon Nypa memiliki luas yang paling kecil 5 meter, dan kadang-kadang memiliki akar udara diantara jenis mangrove yang lain. Pohon ini merupakan palma tanpa batang di permukaan, membentuk rumpun. Batangnya terdapat di bawah tanah, kuat dan menggarpu. Tinggi dapat mencapai 4-9 m. Gambar 3. Peta Distribusi Mangrove di Kawasan Baros tahun 2020 Pada tahun 2020, luas kawasan mangrove KESIMPULAN Baros adalah 7 hektar. Tanaman lama yang ada sejak tahun 2003 memiliki luas 3 hektar dan Berdasarkan Surat Keputusan Bupati Bantul tingginya sekitar 7-8 meter. Tanaman baru memiliki Nomor 284 Tahun 2014 tentang Pencadangan tinggi 1-3 meter dan memiliki luas 4 hektar. Kawasan Konservasi Taman Pesisir, wilayah Keberadaan Avicennia sp sudah mulai digantikan hutan mangrove Baros ditetapkan sebagai oleh Sonneratia. Dikarenakan tanaman ini kawasan konservasi dengan luas keseluruhan dianggap lebih kuat daripada Avicennia. Di kawasan 132 hektar yang dibagi menjadi tiga zona, belakang Avicennia pun, sudah ada tanaman baru, yakni zona inti (10 ha), zona lainnya (94 ha) dan yakni Aegiceras. Tanaman ini sedang zona pemanfaatan terbatas (28 ha). Saat ini luas dikembangkan dikawasan mangrove Baros untuk hutan mangrove Bantul masih kurang dari 10 mengetahui seberapa kuat ia berada di kawasan hektar sehingga diperlukan perluasan secara tersebut. bertahap. Pada tahun 2016, kondisi mangrove Baros merupakan kondisi yang sangat ideal dan lestari. 13
Bunga Rampai Kepesisiran dan Kemaritiman DAFTAR PUSTAKA Ditahun itu, luas mangrove Baros sangat tinggi. Astrini, R. (2012). Modul Pelatihan Quantum GIS Tingkat Hasil ini diperoleh dari hasil digitasi data foto udara. Dasar. Mataram: BAPPEDA NTB. Luasnya adalah 12 hektar. Dengan rincian, Avicennia sp seluas 5.956 hektar, Bruguiera sp Bengen. (2004). Mengenal dan Memelihara Mangrove. seluas 0.817 hektar, Nypa seluas 0.406 hektar dan Bogor: Pusat Kajian Sumber Daya Pesisir dan Rhizopora sp seluas 5.013. Lautan IPB. Setelah disapu banjir besar akibat Siklon Dahayu, D. (2018). Pengelolaan Hutan Mangrove di Tropis Cempaka pada akhir November 2017, lima Dusun Baros Desa Tirtohargo Kecamatan Kretek. hektare lahan yang ditanami bibit mangrove di Daerah Istimewa Yogyakarta: Universitas Gadjah Pantai Baros, Desa Tirtoharjo, Kretek. Mada. Hasil pengolahan data foto udara kawasan Hermanto, A. (2012). Hutan Mangrove dan Manfaatnya. mangrove Baros ini menghasilkan peta distribusi Bandar Lampung: Universitas Lampung. mangrove di kawasan mangrove baros tahun 2016 dan tahun 2020 dengan skala 1:700. Hermanto, B. (2010). Dasar - Dasar Penginderaan Jauh. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta. Luas kawasan mangrove Baros saat 2020 adalah 7 hektar. Tanaman lama yang ada sejak Meurah, C. (2012). Penginderaan Jauh. Jakarta: Bakti tahun 2003 memiliki luas 3 hektar dan tingginya Ilmu. sekitar 7-8 meter. Tanaman baru memiliki tinggi 1- 3 meter dan memiliki luas 4 hektar. Somantri, L. (2008). Pemanfaatan Teknik Penginderaan Jauh untuk Mengidentifikasi Kerentanan dan Risiko UCAPAN TERIMA KASIH Banjir. Jurnal Geografi GEA Vol.8, No.2, 6-12. Saya sampaikan ucapan terima kasih kepada Subali, B. (2014). Populasi, Sampel, dan Teknik Parangtritis Geomartime Science Park yang telah Pengambilan Sampel. Bandung: Universitas memberi data penelitian dan teman-teman Pendidikan Indonesia. magang yang telah membantu penulis dalam melakukan penelitian. Susilana, R. (2015). Populasi dan Sampel. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia. Wijayanti, D. (2017). Karya Tulis Ilmiah Kawasan Ekoeduwisata Konservasi Mangrove di Baros, Tirtohargo, Kretek, Bantul. Jurnal Pemberdayaan, Vol.1, No. 2, 193-198. 14
Identifikasi Tingkat Kerentanan Lingkungan Terhadap Bencana Tsunami di Wilayah Pesisir.........………........ .....(Zafa Roga Norma Sari) IDENTIFIKASI TINGKAT KERENTANAN LINGKUNGAN TERHADAP BENCANA TSUNAMI DI WILAYAH PESISIR KABUPATEN BANTUL YOGYAKARTA BERBASIS MITIGASI BENCANA (Identification of the Level of Environmental Vulnerability to the Tsunami Disaster in the Coastal Area of Bantul Regency, Yogyakarta Based on Disaster Mitigation) Zafa Roga Norma Sari1, Putri Meissarah2 Program Studi Ilmu Kelautan, Fakultas Pertanian, Universitas Trunojoyo Madura 1 Parangtritis Geomaritime Science Park, Badan Informasi Geospasial, Yogyakarta2 E-mail: [email protected] ABSTRAK Pesisir Kabupaten Bantul termasuk wilayah kepesisiran selatan Jawa yang memiliki potensi tinggi terhadap bencana tsunami karena adanya jalur subduksi di dasar Samudera Hindia. Oleh karena itu sudah selayaknya wilayah di Indonesia khususnya pesisir pantai terdapat perencanaan berbasis mitigasi bencana. Mitigasi tsunami dapat dilakukan dengan cara membuat zonasi kawasan yang rentan tsunami menggunakan Sistem Informasi Geografis (SIG) sebagai arah dan rekomendasi pengembangan wilayah pesisir untuk meminimalisir kerugian akibat bencana tsunami. Penelitian ini menekankan pada identifikasi tingkat kerentanan wilayah pesisir terhadap bencana tsunami berdasarkan faktor kerentanan lingkungan seperti ketinggian daratan, kemiringan daratan, penggunaan lahan, jarak dari garis pantai dan jarak dari sungai. Hasil menunjukkan bahwa wilayah pesisir Kabupaten Bantul didominasi oleh kelas cukup rentan hingga kurang rentan. Hal tersebut dikarenakan parameter ketinggian daratan sangat mempengaruhi kerentanan lingkungan terhadap bencana tsunami. Kata kunci: tsunami, kerentanan lingkungan, pesisir Kabupaten Bantul ABSTRACT Bantul Regency is one of the southern coastal regions of Java which has a high potential for tsunami disasters due to subduction paths in the Indian Ocean. Therefore, it is appropriate for regions in Indonesia, especially coastal areas, to have disaster mitigation-based planning. Tsunami mitigation can be done by zoning tsunami-prone areas using Geographic Information Systems (GIS) as directions and recommendations for the development of coastal areas to minimize losses due to the tsunami disaster. This research emphasizes the identification of the level of vulnerability of coastal areas to the tsunami disaster based on environmental vulnerability factors such as land height, land slope, land use, distance from coastlines and distance from rivers. The results show that the coastal area of Bantul Regency is dominated by quite vulnerable to less vulnerable classes. That is because the terrestrial height parameters greatly affect the vulnerability of the environment to the tsunami disaster. Keywords: tsunami, environmental vulnerability, coast of Bantul Regency PENDAHULUAN adanya berbagai fenomena alam yang secara geografis memiliki kekhasan tersendiri (Purwanto Indonesia secara geografis terletak di antara et al, 2017). Benua Asia dan Benua Australia serta di antara Samudera Pasifik dan Samudera Hindia. Berada Tsunami adalah perpindahan massa air dari pada pertemuan lempeng Indo-Australia, Eurasia lautan dalam yang mempunyai kecepatan tinggi dan Pasifik serta tatanan geologi yang dan tinggi gelombang yang rendah, tetapi ketika menyebabkan Indonesia menyimpan potensi yang mencapai perairan dangkal, kecepatan besar terhadap fenomena gempa bumi yang gelombangnya mulai menurun dan ketinggian rentan terhadap terjadinya bencana tsunami. gelombangnya meningkat (Pramana 2015). Indonesia memiliki banyak pulau dan garis pantai Gelombang tsunami di tengah lautan luas tidak yang panjang sehingga sebagian wilayah di terasa bahkan tidak teramati. Gelombang tsunami Indonesia merupakan kawasan pesisir yang dapat yang besar dapat menjangkau wilayah pesisir yang mengalami kerusakan yang cukup parah akibat cukup luas dan dapat menyebabkan kerusakan yang cukup besar baik material maupun non 15
Bunga Rampai Kepesisiran dan Kemaritiman material. Sulitnya memprediksi kapan terjadinya 04\" - 08° 00' 27\" LS dan 110° 12' 34\" - 110° 31' bencana tsunami dapat dikarenakan teknologi 08\"BT. Lokasi penelitian terdapat pada Gambar 2.1 yang dimiliki manusia masih belum mampu. Oleh karena itu sudah selayaknya wilayah di Indonesia khususnya wilayah pesisir terdapat adanya perencanaan berbasis mitigasi bencana dengan kesiapsiagaan terhadap bencana tsunami sedini mungkin. Mitigasi bencana merupakan langkah untuk mengurangi kerugian akibat kemungkinannya terjadi bencana baik korban jiwa atau harta benda yang akan berpengaruh pada kehidupan dan kegiatan manusia (Purwanto et al, 2017). Wilayah pesisir selatan Jawa merupakan wilayah yang memiliki potensi tinggi terhadap bencana tsunami. Hal tersebut diakibatkan adanya jalur subduksi di dasar Samudera Hindia ring of fire. Upaya yang perlu dilakukan untuk meminimalisasi dampak akibat tsunami yaitu meningkatkan kewaspadaan, persiapan dan Gambar 2.1 Lokasi Wilayah Penelitian kesiagaan seluruh stakeholder melalui mitigasi Alat dan Bahan bencana yang salah satunya adalah dengan membuat zonasi kawasan rentan bencana tsunami Alat dan bahan yang digunakan terdapat pada Tabel 2.1 dan Tabel 2.2 wilayah pesisir di Kabupaten Bantul Yogyakarta Kabupaten Bantul merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Yogyakarta. Pantai-pantai di Tabel 2.1 Alat Kabupaten Bantul merupakan tempat pariwisata No Alat Fungsi yang menghadap ke laut terbuka dan cenderung 1. Laptop Alat yang berfungsi untuk memiliki ombak besar. Penelitian ini menekankan 2. ArcGis 10.3 menjalankan aplikasi pada identifikasi tingkat kerentanan wilayah 3. ENVI 4.5 pengolahan data terhadap bencana tsunami berdasarkan faktor 4. Microsoft Software yang berfungsi word kerentanan lingkungan karena peta kerentanan mengolah data parameter dan 5. Microsoft dapat menunjukkan lokasi yang tepat dimana excel overlay peta kerentanan masyarakat dan lingkungan berpotensial terkena lingkungan terhadap bencana bencana tsunami yang dapat menyebabkan tsunami kematian, luka-luka, polusi atau kerusakan lainnya. Software yang berfungsi Kerentanan lingkungan menggambarkan mengolah data parameter hidup suatu masyarakat dapat mempengaruhi kerentanan lingkungan kerentanan yang dapat dipengaruhi oleh kondisi Software yang berfungsi membuat laporan Praktik Kerja alam dan ekologi dari masing-masing wilayah Lapang (PKL) (Westplat et al, 2017). Pemetaan tingkat Software yang berfungsi kerentanan tsunami wilayah pesisir berdasarkan menghitung luasan wilayah faktor kerentanan lingkungan dapat dilakukan masing-masing kelas dengan pengolahan data Sistem Informasi kerentanan Geografis (SIG). Sitem Informasi geografis Tabel 2.2 Bahan memiliki fitur-fitur sehingga mampu No Bahan Fungsi memvisualisasikan wilayah berdasarkan tingkat 1. Citra Landsat Berfungsi menetukan kerentanan tsunami. Penelitian ini bertujuan untuk 8 OLI parameter jarak dari garis mengidentifikasi wilayah yang rentan terhadap perekaman pantai dan jarak dari sungai bencana tsunami berdasarkan parameter tahun 2018 kerentanan lingkungan yang meliputi ketinggian 2. Data ASTER Berfungsi menetukan daratan, kemiringan daratan, penggunaan lahan, GDEM parameter ketinggian dan jarak dari garis pantai dan jarak dari sungai kemiringan daratan 3. Peta Rupa Berfungsi menetukan METODE Bumi parameter penggunaan lahan Indonesia Lokasi Penelitian Metode Penelitian Lokasi penelitian berada di wilayah pesisir Pengumpulan Data Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta mencakup 3 kecamatan pesisir yaitu Kecamatan Tahap pertama dalam menentukan tingkat Srandakan, Kecamatan Sanden dan Kecamatan kerentanan tsunami wilayah pesisir di Kabupaten Kretek. Kabupaten Bantul terletak antara 07° 44' Bantul Yogyakarta yaitu pengumpulan data. Data 16
Identifikasi Tingkat Kerentanan Lingkungan Terhadap Bencana Tsunami di Wilayah Pesisir.........………........ .....(Zafa Roga Norma Sari) diperlukan untuk pemetaan parameter-parameter Overlay kerentanan wilayah terhadap tsunami berdasarkan kerentanan lingkungan. Data tersebut meliputi citra Penyusunan daerah rentan tsunami wilayah landsat 8 OLI dengan resolusi 30 meter perekaman pesisir menggunakan metode overlay intersect. tahun 2018 yang diperoleh dari EarthExplorer – USGS, data ASTER GDEM resolusi 30 meter yang Metode tersebut dilakukan dengan cara diunduh dari laman NASA dan peta RBI skala 1:25.000 yang diperoleh dari Badan Informasi menggabungkan parameter-parameter kerentanan Geospasial (BIG) lingkungan sehingga menghasilkan suatu peta Pengolahan Data Tiap Parameter baru. Perhitungan metode overlay intersect yaitu Penelitian ini mengkaji analisis kerentanan dengan menentukan total bobot nilai dan lebar tsunami wilayah pesisir berdasarkan kerentanan lingkungan dengan parameter ketinggian daratan, selang kelas. Hasil perhitungan didapatkan nilai kemiringan daratan, jarak dari garis pantai dan jarak dari sungai. Parameter ketinggian daratan ������������N maksimum sebesar 500 dan nilai ������������N minimum dan kemiringan daratan diklasifikasikan berdasarkan kelas kerentanan yang telah sebesar 100. Klasifikasi kelas kerentanan terhadap ditentukan dan pemberian skor. Parameter jarak dari garis pantai dan jarak dari sungai dilakukan tsunami bedasarkan factor kerentanan lingkungan buffering sesuai jarak yang telah ditentukan dan pemberian skor. Parameter penggunaan lahan terdapat pada Tabel 2.4. Secara matematis selang wilayah Kabupaten Bantul diklasifikasikan berdasarkan kelas kerentanan yang telah kelas tingkat kerentanan tsunami dirumuskan ditentukan dan pemberian skor. Data-data tersebut diolah menggunakan software ArcGis 10.3 dan sebagai berikut (Muzaki 2008): ENVI. Klasifikasi kelas kerentanan masing-masing ������������������������ ������������������������������������ − ������������������������ ������������������������������������….…(2) parameter terdapat pada Tabel 2.3 ������������������������������������������������������������ ������������������������������������������������������������������������ ������������������������������������������������������������ (������������) = ������������ Parameter tersebut memiliki pengaruh yang berbeda terhadap tingkat kerentanan tsunami dimana: sehingga perlu dilakukan pemberian bobot. L = Lebar selang kelas Langkah awal sebelum melakukan overlay adalah n = Jumlah kelas perkalian bobot dan skor pada setiap kelas digunakan untuk menentukan total bobot nilai (N). Tabel 2.4 Kelas Kerentanan Tsunami Parameter yang memiliki total bobot nilai (N) terbesar dapat dinyatakan sebagai parameter yang Selang Kelas Tingkat Kerentanan Kelas paling berpengaruh terhadap kerentanan tsunami begitupun sebaliknya. Nilai tiap kelas didasarkan 100 - 180 Tidak rentan 1 pada perhitungan rumus berikut (Muzaki 2008): ������������ = Bi ������������ ������������������������ ………………………..…….….(1) 181 – 260 Kurang rentan 2 dimana: N = Total bobot nilai 261 – 340 Cukup rentan 3 Bi = Bobot pada tiap parameter Si = Skor pada tiap kelas 341 – 420 Rentan 4 i = Parameter ke-i 421 - 500 Sangat rentan 5 (Sumber: Sengaji dan Bisman, 2009) Diagram Alir Proses pembuatan peta kerentanan wilayah pesisir terhadap tsunami berdasarkan factor kerentanan lingkungan terdapat pada diagram alir Gambar 2.3 Tabel 2.3 Klasifikasi Kelas Kerentanan Masing- Masing Parameter (Sumber: Sengaji dan Bisman, 2009) Gambar 2.3 Diagram Alir 17
Bunga Rampai Kepesisiran dan Kemaritiman Bantul termasuk Kecamatan Kretek memasuki kawasan perbukitan denusional. Identifikasi luas HASIL DAN PEMBAHASAN wilayah ketinggian daratan tiap kecamatan pesisir di Kabupaten Bantul terdapat pada Tabel 3.1 Kondisi Fisik Tabel 3.1 Identifikasi Ketinggian Daratan Kabupaten Bantul merupakan kabupaten di Nama Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Bagian Wilayah Kelas Ketinggian Luas utara Kabupaten Bantul merupakan Kota Kecamatan Yogyakarta dan Kabupaten Sleman, bagian Srandakan Kerentanan Daratan (ha) selatan merupakan Samudera Hindia, bagian timur merupakan Kabupaten Gunung Kidul dan bagian Kecamatan Sangat 0 - 10 m 8,55 barat merupakan Kabupaten Kulon Progo. Sanden Kabupaten Bantul terletak antara zona tumbukan rentan lempeng Indo-Autralia dan lempeng Eurasia yang Kecamatan bergeser 5-7 cm per tahun sehingga terjadi Kretek Rentan 10 - 20 m - penunjaman yang mana zona tersebut berjarak 200-250 km dari garis pantai selatan Jawa. Hal Cukup 20 - 50 m 8,65 tersebut yang mengakibatkan Kabupaten Bantul berpotensi terjadi gempa bumi yang dapat rentan mengakibatkan tsunami. Kabupaten Bantul jika dilihat dari bentang alamnya maka bagian tengah Kurang 50 - 100 m 114,06 merupakan daerah dataran, bagian timur dan barat merupakan perbukitan dan bagian selatan rentan merupakan kawasan pantai. Pantai-pantai di Kabupaten Bantul cenderung memiliki gelombang Tidak >100 m 961,32 dan arus yang kuat dapat disebabkan karena letaknya berada di laut terbuka. Kawasan pantai di rentan Kabupaten Bantul juga menjadi salah satu destinasi wisata sehingga banyak wisatawan yang Sangat 0 - 10 m 1.091,47 berkunjung. Kabupaten Bantul dilalui oleh banyak sungai baik sungai kecil maupun sungai besar. rentan Sungai besar (lintas provinsi) antara lain Sungai Opak dan Sungai Progo yang sama-sama Rentan 10 - 20 m - bermuara ke Samudera Hindia Cukup 20 - 50 m 6,53 Parameter Tingkat Kerentanan Lingkungan Terhadap Bencana Tsunami rentan Ketinggian Daratan Kurang 50 - 100 m 132,38 rentan Tidak >100 m 1.091,37 rentan Sangat 0 - 10 m 1.160,83 rentan Rentan 10 - 20 m 5,90 Cukup 20 - 50 m 38,54 rentan Kurang 50 - 100 m 188,88 rentan Tidak >100 m 1.206,06 rentan Menurut Subarjo dan Raden (2015) parameter ketinggian sangat mempengaruhi dan berkontribusi terhadap kerentanan tsunami. Hal tersebut dikarenakan semakin tinggi suatu wilayah maka akan aman terhadap bencana tsunami sehingga resiko atau dampak yang mungkin terjadi semakin kecil. Rendahnya ketinggian suatu daratan berkaitan dengan masuknya limapasan atau genangan tsunami ke daratan Kemiringan Daratan Gambar 3.1 Peta Tingkat Kerentanan Ketinggian Daratan Gambar 3.1 menunjukkan sebaran tingkat Gambar 3.2 Peta Tingkat Kerentanan Kemiringan kerentanan ketinggian daratan di wilayah pesisir Daratan Kabupaten Bantul. Kecamatan Srandakan didominasi ketinggian >100 m, Kecamatan Sanden didominasi ketinggian 0-10 m sedangkan Kecamatan Kretek didominasi ketinggian >100 m. Hal tersebut dikarenakan bagian timur Kabupaten 18
Identifikasi Tingkat Kerentanan Lingkungan Terhadap Bencana Tsunami di Wilayah Pesisir.........………........ .....(Zafa Roga Norma Sari) Gambar 3.2 menunjukkan sebaran tingkat Penggunaan Lahan kerentanan kemiringan daratan di wilayah pesisir Kabupaten Bantul. Kecamatan Srandakan, Gambar 3.3 Peta Tingkat Kerentanan Kecamatan Sanden dan Kecamatan Kretek Penggunaan Lahan didominasi kemiringan 0% - 10%. Hal tersebut sesuai dengan data kemiringan daratan menurut BAPPEDA Kabupaten Bantul tahun 2018 bahwa Kabupaten Bantul umumnya berupa daratan dengan kemiringan 0% - 8%. Kemiringan >40% tidak terdapat di Kecamatan Srandakan dan Kecamatan Sanden namun terdapat 15,58 ha kemiringan >40% di Kecamatan Kretek. Hal tersebut dikarenakan bagian timur Kabupaten Bantul termasuk Kecamatan Kretek memasuki kawasan perbukitan denusional. Identifikasi luas wilayah kemiringan daratan tiap kecamatan pesisir di Kabupaten Bantul terdapat pada Tabel 3.2 Tabel 3.2 Identifikasi Kemiringan Daratan Nama Wilayah Kelas Kemiringan Luas Gambar 3.3 menunjukkan sebaran tingkat Kecamatan Srandakan Kerentanan Daratan (ha) kerentanan penggunaan lahan di wilayah pesisir Kecamatan Sangat 0% - 10% 1.952,27 Kabupaten Bantul maka dilakukan Sanden rentan pengklasifikasian menjadi 5 kelas yaitu Kecamatan Kretek Rentan 10% - 20% 47,80 pemukiman dan sawah termasuk kelas sangat Cukup 20% - 30% 0,47 rentan rentan, kebun termasuk kelas rentan, ladang Kurang 30% - 40% - termasuk kelas cukup rentan, semak belukar, rentan tanah kosong dan tubuh air termasuk kelas kurang Tidak >40% - rentan dan hutan termasuk kelas tidak rentan. rentan Kecamatan Srandakan didominasi oleh Sangat 0% - 10% 2.304,36 ladang/tegalan sedangkan Kecamatan Sanden rentan dan Kecamatan Kretek didominasi oleh sawah. Rentan 10% - 20% 31,87 Kecamatan Srandakan dan Kecamatan Kretek Cukup 20% - 30% - terdapat badan air karena dilalui oleh Sungai Progo rentan Kurang 30% - 40% - dan Sungai Opak. Identifikasi luas wilayah rentan penggunaan lahan tiap kecamatan pesisir di Tidak >40% - Kabupaten Bantul terdapat pada Tabel 3.3 rentan Sangat 0% - 10% 2.333,18 Tabel 3.3 Identifikasi Penggunaan Lahan Nama rentan Wilayah Kelas Penggunaan Luas Kecamatan Rentan 10% - 20% 144,22 Srandakan Kerentanan Lahan (ha) Cukup 20% - 30% 97,54 Kecamatan Sangat Pemukiman 662,17 Sanden rentan rentan Sawah 41,46 Kecamatan Kurang 30% - 40% 45,75 Kretek Rentan Kebun 37,43 rentan Cukup Ladang/tegalan 922,13 Tidak >40% 15,58 rentan Tanah terbuka 261,36 rentan Kurang Semak belukar 19,12 rentan Badan air 29.60 Daerah dengan kemiringan yang rendah Tidak - - maka memiliki tingkat kerentanan yang tinggi dikarenakan daerah yang landai berpotensi terjadi rentan genangan tsunami sampai jauh ke daratan. Daerah dengan kemiringan yang tinggi maka Sangat Pemukiman 454,37 genangan tsunami tidak akan masuk jauh ke daratan dikarenakan gelombang tsunami akan rentan Sawah 1.243,06 tertahan dipantulkan kembali oleh tebing pantai. Rentan Kebun 79,95 Cukup Ladang/tegalan 249,99 rentan Kurang Tanah terbuka 21 rentan Semak belukar 252 Badan air - Tidak - - rentan Sangat Pemukiman 613,10 rentan Sawah 1.359,62 Rentan Kebun 1,34 Cukup Ladang/tegalan - rentan Kurang Tanah terbuka 577,74 rentan Semak belukar 19
Bunga Rampai Kepesisiran dan Kemaritiman Nama Kelas Penggunaan Luas Nama Kelas Jarak dari Luas Wilayah Kerentanan Lahan (ha) Wilayah Kerentanan Garis (ha) Badan air Pantai Tidak - 96,39 Kecamatan Cukup rentan 500 – 188,73 rentan - Sanden 1000 m Kurang 1000 – 172,87 Bencana tsunami menyebabkan perubahan Kecamatan rentan 1500 m lahan sehingga perlu memperhatikan tingkat Kretek Tidak rentan >1500 m 1.427,37 kerentanan penggunaan lahan. Jenis penggunaan Sangat 0 – 200 m 81,18 lahan seperti pemukiman dan sawah memiliki nilai rentan ekonomi tinggi sehingga menimbulkan kerusakan Rentan 200 – 500 120,42 atau kerugian yang cukup tinggi akibat terjadinya m bencana tsunami. Pemukiman menggambarkan Cukup rentan 500 – 206,87 tingkat kepadatan penduduk sehingga akan 1000 m mempengaruhi kerugian korban jiwa maupun harta Kurang 1000 – 214,51 benda. Penggunaan lahan yang tidak banyak rentan 1500 m melibatkan manusia seperti hutan, tanah kosong, Tidak rentan >1500 m 1.715,30 semak belukar maka termasuk kelas cukup rentan. Sangat 0 – 200 m 150,45 Menurut Soleman et al, (2012) hutan dapat rentan mereduksi kekuatan gelombang tsunami yang Rentan 200 – 500 213,31 datang ke daratan, dimana semakin lebar luasan m suatu hutan maka tingkat reduksinya akan semakin Cukup rentan 500 – 325,53 tinggi. 1000 m Kurang 1000 – 289,64 Jarak Dari Garis Pantai rentan 1500 m Tidak rentan >1500 m 1.659,30 Jarak Dari Sungai Gambar 3.4 Peta Tingkat Kerentanan Jarak Dari Garis Pantai Gambar 3.4 menunjukkan sebaran tingkat Gambar 3.5 Peta Tingkat Kerentanan kerentanan jarak dari garis pantai di wilayah pesisir Jarak Dari Sungai Kabupaten Bantul. Penggunaan lahan harus memperhatikan jarak dari garis pantai. Semakin Gambar 3.5 menunjukkan sebaran tingkat dekat suatu wilayah dengan laut maka tingkat kerentanan jarak dari sungai di wilayah pesisir kerentanan semakin tinggi jika ditinjau dari jarak Kabupaten Bantul. Sungai besar salah satunya garis pantai. Wilayah yang tidak rentan dapat adalah Sungai Opak yang berada pada bagian digunakan sebagai kawasan penyangga untuk timur dan Sungai Progo yang berada pada pada meredam gelombang tsunami. Identifikasi luas bagian barat. Parameter ini juga berkaitan dengan wilayah jarak dari garis pantai tiap kecamatan penggunaan lahan. Hal tersebut dikerenakan pesisir di Kabupaten Bantul terdapat pada Tabel gelombang tsunami yang melewati daerah yang 3.4 sempit seperti sungai, akan terjadi peningkatan kecepatan dan ketinggian muka air karena debit Tabel 3.4 Identifikasi Jarak dari Garis Pantai massa air yang sama harus menjalar melalui celah yang sempit dalam waktu yang bersamaan Nama Kelas Jarak dari Luas sehingga gelombang tsunami dapat masuk lebih jauh ke daratan pada wilayah yang dekat dengan Wilayah Kerentanan Garis (ha) sungai (Pedersen and Glimsdal 2010). Kecamatan Sanden tidak dilalui sungai besar sehingga tidak Pantai terdapat kelas sangat rentan sampai cukup rentan. Identifikasi luas wilayah jarak dari sungai tiap Kecamatan Sangat 0 – 200 m 89,54 Srandakan rentan Rentan 200 – 500 125,11 m 20
Identifikasi Tingkat Kerentanan Lingkungan Terhadap Bencana Tsunami di Wilayah Pesisir.........………........ .....(Zafa Roga Norma Sari) kecamatan pesisir di Kabupaten Bantul terdapat pada Tabel 3.5 Tabel 3.5 Identifikasi Jarak dari Sungai Nama Wilayah Kelas Jarak Luas Kecamatan Srandakan Kerentanan dari (ha) Kecamatan Sungai Sanden Sangat 0 - 100 181,41 Kecamatan Kretek rentan m Rentan 100 - 127,32 200 m Cukup 200 - 113,86 rentan 300 m Kurang 300 - 218,32 rentan 500 m Tidak rentan >500 m 1.362,71 Sangat 0 - 100 rentan m - Gambar 3.6 Peta Tingkat Kerentanan Lingkungan terhadap Rentan 100 - Tsunami 200 m - Cukup 200 - - Analisis tingkat kerentanan lingkungan rentan 300 m terhadap bencana tsunami wilayah peisisir menggunakan metode overlay intersect. Tingkat Kurang 300 - 0,94 kerentanan diklasifikasikan dalam 5 kelas yaitu rentan 500 m sangat rentan, rentan, cukup rentan, kurang rentan dan tidak rentan. Kecamatan Srandakan dan Tidak rentan >500 m 2.336,35 Kecamatan Kretek didominasi kelas kurang rentan sedangkan Kecamatan Sanden didominasi kelas Sangat 0 - 100 124,75 cukup rentan. Hal tersebut dikarenakan Kecamatan Sanden didominasi ketinggian 0 – 10 rentan m m, selain itu kemiringan daratannya hanya sebesar 0% - 20%. Berbeda dengan Kecamatan Rentan 100 - 125,28 Srandakan yang kemiringan daratannya mencapai 30% sedangkan Kecamatan Kretek kemiringan 200 m daratannya mencapai >40%. Kecamatan Sanden memiliki luasan tanah terbuka yang paling sempit Cukup 200 - 122,99 dan tidak terdapat badan air. rentan 300 m Kelas sangat rentan berada di Kecamatan Srandakan dan Kecamatan Kretek yaitu sekitar Kurang 300 - 230,82 muara Sungai Progo dan Sungai Opak. Kelas tidak rentan berada di Kecamatan Kretek timur. Hal rentan 500 m tersebut sesuai dengan parameter ketinggian dan kemiringan daratan yang mana di wilayah tersebut Tidak rentan >500 m 2.034,40 memasuki perbukitan denusional. Identifikasi luas wilayah kerentanan lingkungan tiap kecamatan Identifikasi Tingkat Kerentanan Wilayah Pesisir pesisir di Kabupaten Bantul terdapat pada Tabel Terhadap Bencana Tsunami Berdasarkan 3.6 Faktor Kerentanan Lingkungan Tabel 3.6 Identifikasi Kerentanan Lingkungan di Kabupaten Bantul terbagi menjadi 3 satuan geomorfologi. Satuan geomorfologi perbukitan Wilayah Pesisir denusional berada di sisi timur dan barat. Perbukitan denusional bagian timur membujur dari Nama Wilayah Kelas Kerentanan Luas (ha) selatan ke utara dengan ketinggian rata-rata 30- 100 mdpl, kemiringan 11-90% sedangkan Kecamatan Sangat rentan 10,37 perbukitan denusional bagian barat berada di Srandakan Rentan 253,43 Pajangan sampai Sedayu sebelah timur Sungai Progo. Satuan geomorfologi dataran alluvial Cukup rentan 539,97 berada di bagian tengah dengan ketinggian 0-25 mdpl, kemiringan >10%. Satuan ini berupa Kurang rentan 1.118,75 cekungan yang diapit oleh perbukitan Batur Agung sisi timur dan perbukitan Menoreh sisi barat Tidak rentan - sehingga membentuk graben. Satuan geomorfologi gumuk pasir merupakan bukit pasir Kecamatan Sangat rentan - yang secara alami terendapkan di sepanjang Sanden Rentan 367,53 pantai di Kecamatan Kretek sampai Kecamatan Srandakan maupun terangkut oleh angin sehingga Cukup rentan 1.028,66 terbentuk pola seperti barchan, longitudinal dan seperti lidah dengan ketebalan 40 m dan Kurang rentan 899,39 kemiringan >10% (BAPPEDA 2018). Peta tingkat kerentanan wilayah pesisir terhadap bencana tsunami berdasarkan faktor kerentanan lingkungan terdapat pada Gambar 3.6 Tidak rentan - Kecamatan Kretek Sangat rentan 58,67 21
Bunga Rampai Kepesisiran dan Kemaritiman Nama Wilayah Kelas Kerentanan Luas (ha) suatu wilayah maka tingkat kerugian, dampak dan Rentan 405,87 resiko yang ditimbulkan akibat tsunami semakin Cukup rentan 609,50 kecil Kurang rentan 1.515,14 Tidak rentan 30,73 UCAPAN TERIMA KASIH Wilayah yang termasuk dalam kelas sangat Pada kesempatan ini, penulis ingin rentan umumnya memiliki ketinggian dan mengucapkan terima kasih yang sebesar- kemiringan yang rendah, didominasi oleh sawah, besarnya kepada: pemukiman, dan kebun serta berada dekat dengan 1. Allah SWT karena atas ridho dan rahmat-Nya garis pantai dan sungai. Wilayah tersebut memiliki tingkat kerusakan dan kerugian yang tinggi baik sehingga penulis dapat menyelesaikan artikel dari korban jiwa, insfrastruktur, harta benda ini dengan lancar dan tepat waktu maupun perubahan lahan. Wilayah dengan kelas 2. Kedua orang tua penulis, Bapak Sukonaryo dan tidak rentan memiliki karakteristik ketinggian dan Ibu Martiningsih serta segenap keluarga yang kemiringan yang cenderung tinggi, didominasi oleh telah mendoakan dan mendukung sampai kawasan hutan, tanah kosong dan semak belukar dapat menyelesaikan artikel dengan baik serta berada jauh dari garis pantai dan sungai. 3. Instansi Parangtritis Geomaritime Science Park yang memberikan ilmu dan pengalaman kerja Berdasarkan luas wilayah menurut kelas 4. Wali magang yaitu Mas Farid Ibrahim dan kerentanan dapat diketahui bahwa kelas kurang seluruh staff Parangtritis Geomaritime Science rentan mendominasi dua kecamatan pesisir Park (PGSP) yang telah membimbing dan sedangakan Kecamatan Sanden didominasi kelas memberikan ilmu serta pengalaman cukup rentan. Hal tersebut dikarenakan parameter 5. Pembimbing lapang Praktik Kerja Lapang (PKL) ketinggian daratan sangat mempengaruhi yaitu Ibu Putri Meissarah yang telah kerentanan lingkungan terhadap bencana tsunami membimbing selama pelaksanaan Praktik Kerja yang mana kedua kecamatan pesisir tersebut Lapang sampai menyelesaikan artikel didominasi ketinggian >100 m. Semakin tinggi 6. Dosen pembimbing Praktik Kerja Lapang (PKL) suatu wilayah maka akan aman terhadap bencana yaitu Bapak Dr. Zainul Hidayah, S.Pi, tsunami sehingga resiko atau dampak yang M.App.Sc. yang telah membantu, membimbing mungkin terjadi semakin kecil sedangkan semakin dan memberikan masukan rendah suatu wilayah maka resiko dan kerugian 7. Teman seperjuangan yang telah memberikan yang mungkin ditimbulkan akan semakin besar. semangat serta dukungan selama pelaksanaan Rendahnya ketinggian suatu daratan berkaitan Praktik Kerja Lapang dengan masuknya limapasan atau genangan tsunami ke daratan (Subarjo dan Raden 2015). DAFTAR PUSTAKA KESIMPULAN Muzaki, A.A. (2008). Analisis Spasial Kualitas Ekosistem Terumbu Karang Sebagai Dasar Penentuan Hasil identifikasi tingkat kerentanan wilayah Kawasan Konservasi Laut dengan Metode Cell terhadap bencana tsunami berdasarkan factor Based Modelling di Karang Lebar dan Karang kerentanan lingkungan di wilayah pesisir Congkak Kepulauan Seribu. Skripsi Sekolah Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. Bogor menggunakan 5 parameter kerentanan lingkungan yaitu ketinggian daratan, kemiringan daratan, Pedersen G and Glimsdal S. (2010). Coupling of penggunaan lahan, jarak dari garis pantai dan jarak Dispersive Tsunami Propagation and Shallow dari sungai. Masing-masing parameter Water Coastal Response. The Open diklasifikasikan dalam 5 kelas. Wilayah pesisir Oceanography Journal. 4, 71 – 82 Kabupaten Bantul berhadapan langsung dengan laut terbuka dan menjadi salah satu wilayah pesisir Pemerintah Kabupaten Bantul. (2018). Profil Kabupaten selatan Jawa serta pantai-pantainya yang Bantul Tahun 2018. Badan Perencanaan cenderung digunakan sebagai destinasi wisata Pembangunan Daerah (BAPEDA). Bantul sehingga banyak wisatawan yang berkunjung. Pramana, B.S. (2015). Pemetaan Kerawanan Tsunami Wilayah Kecamatan Srandakan dan di Kecamatan Pelabuhan Ratu Kabupaten Kecamatan Kretek didominasi oleh kelas kurang Sukabumi. Sosio Didaktika. 2 (1), 76-91 rentan sedangkan Kecamatan Sanden didominasi kelas cukup rentan. Hal tersebut dikarenakan Purwanto, N.I., R.J, Poluan., Esli, D.K. (2017). parameter ketinggian daratan sangat Perencanaan Wilayah Pesisir Berbasis Mitigasi mempengaruhi kerentanan wilayah terhadap Bencana di Kecamatan Sanasa Kabupaten tsunami berdasarkan factor kerentanan lingkungan Kepulauan Sula Provinsi Maluku Utara. Spasial: dimana ketiga kecamatan pesisir tersebut Perencanaan Wilayah dan Kota. 4 (3), 1-8 didominasi ketinggian >100 m. Semakin tinggi Sengaji, E & Bisma, N. (2009). Pemetaan Tingkat Resiko Tsunami di Kabupaten Sikka, Nusa Tenggara Timur. Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis. 1 (1), 48-61 Soleman M.K., Fitri, N., Ari, L.M. (2012). Pemetaan Multirawan Bencana di Provinsi Banten. Jurnal Globe. 14 (1), 46- 59 22
Identifikasi Tingkat Kerentanan Lingkungan Terhadap Bencana Tsunami di Wilayah Pesisir.........………........ .....(Zafa Roga Norma Sari) Subarjo P & Raden A. (2015). Uji Kerawanan terhadap Westplat, M.J.H., Linda, T., Vicky, H.M. (2017). Analisis Tsunami dengan Sistem Informasi Geografis (SIG) Kerentanan Wilayah Pesisir Pantai Di Perkotaan di Pesisir Kecamatan Kretek, Kabupaten Bantul, Ternate. Spasial: Perencnaan Wilayah Dan Kota. 4 Yogyakarta. Jurnal Kelautan Tropis. 18 (2), 82–97 (2), 12-18 23
Bunga Rampai Kepesisiran dan Kemaritiman KARAKTERISTIK PANTAI DAN PESISIR DESA PARANGTRITIS KECAMATAN KRETEK, KABUPATEN BANTUL, YOGYAKARTA (Beach Characteristics and Coastal Parangtritis Village, Kretek Sub-District, Bantul Regency, Yogyakarta) Bima Rachman Hadi1, Farid Ibrahim2 Universitas Trunojoyo Madura1 Parangtritis Geomaritime Science Park2 E-mail: [email protected] ABSTRAK Penelitian lingkungan pantai parangtritis Kretek, Bantul, Yogyakarta dilakukan untuk mengetahui karakteristik pantai serta proses yang mempengaruhinya. Informasi yang dihasilkan dapat dimanfaatkan pemerintah setempat serta masyarakat dalam pengelolaan dan perencanaan wilayah pesisir. Berdasarkan penelitian sebelumnya pada tahun 2017-2018 datangnya angin laut lebih besar dari pada angina darat. Berdasarkan data prediksi yang di dapat dari penelitian jenis gelombang pasang surut pada daerah penelitian adalah campuran condong harian ganda. Berdasarkan survei lapang di ketahui karakteristik pantai di desa parangtritis termasuk pantai berpasir. Endapan penyusun pantai sebagian besar adalah endapan latosol dan sebagian kecil adalah endapan regosol dan mediteran dengan kemiringan lereng pantai antara 8-15%, dan proses pantai dominan adalah abrasi serta beberapa bagian pantai mengalami akresi. Abrasi terbesar terjadi pada wilayah pantai parangtritis di wilayah timur dengan tergerusnya kars sebagai pemecah gelombang serta akresi terbesar pada wilayah di pantai depok yang berbatasan dengan sungai opak. Belum ada upaya dalam penanggulangan abrasi pada wilayah tersebut. Kata Kunci : karakteristik, pantai, abrasi ABSTRACT Parangtritis beach environment research Kretek, Bantul, Yogyakarta was conducted to determine the characteristics of the beach and the processes that influence it. The information generated can be utilized by the local government and the community in coastal area management and planning. Based on previous research in 2017-2018 the arrival of sea winds is greater than land angina. Based on prediction data obtained from the study of tidal wave types in the study area is a mixture of double daily inclines. Based on the field survey, it is known the characteristics of the beaches in the village of Parangtritis including sandy beaches. Most of the coastal constituents are latosol deposits and a small portion are regosol and mediterranean deposits with a slope of coastline between 8-15%, and the dominant beach process is abrasion and some parts of the beach experience accretion. The largest abrasion occurred in the Parangtritis coastal region in the eastern region with the erosion of karst as a breakwater and the greatest accretion in the area on the coast of Depok bordering the Opak river. There has been no effort in tackling abrasion in the region. Keywords: characteristics, beach, abrasion PENDAHULUAN garis pantai yang di pengaruhi dari perbedaan jenis tanah pada setiap daerahnya. Pantai merupakan daratan yang berbatasan langsung dengan laut yang mempunyai sifat Desa parangtritis kec.kretek Bantul DIY dinamis, artinya dapat mengalami perubahan merupakan kawasan yang memiliki daerah pesisir sesuai dengan faktor yang mempengaruhinya. dan pantai yang banyak. Di desa parang tritis Djauhari Noor (2014) mengatakan bahwa pantai setidaknya terdapat 6 kawasan pantai yang merupakan daerah pertemuan antara air laut menjadi destinasi wisata di desa parang tritis. Patai dengan daratan. Wilayah pantai erat kaitannya yang ada didesa parangtritis memiliki dengan pesisir. Batas antara pantai dengan keistimewaan masing–masing sesuai dengan wilayah pesisir telah diatur dalam UU no.27 tahun lokasi pada setiap pantai yang ada. Pantai yang 2007 bahwa batas pantai adalah 100 meter dari ada di desa parangtritis diantaranya Pantai titik pasang tertinggi kearah daratan. Pantai pada Parantritis, Pantai Parang Kusumo, Pantai Cemoro setiap daerah memiliki karakter yang berbeda di Sewu, Pantai Tallwolu, Pantai Pelangi serta tinjau dalam berbagai macam aspeknya. Seiring terakhir Pantai Depok dimana pantai yang ada, perubahan waktu karakter dari pantai akan berada pada posisi batas selatan desa parangtritis mengalami perubahan dalam segi kelerengan, yang berbatasan langsung dengan samudra Hindia. 24
Karakteristik Pantai Dan Pesisir Desa Parangtritis Kecamatan Kretek, Kabupaten Bantul, Yogyakarta ................... (Bima Rachman Hadi) Perkembangan teknologi didunia sangat Tabel 1. Data Penelitian pesat, terutama pada bidang teknologi, yang mana pada masa sekarang dapat digunakan untuk No Jenis Data Tahun Sumber mengatasi suatu masalah. Salah satu . Perekaman perkembangan teknologi yang dapat digunakan dalam mengatasi sebuah masalh adalah 1 ASTER 2000-2003 NASA penginderaan jauh serta Sistem Informasi GDEM V3 2017-2018 Geografis atau yang lebih dikenal dengan GIS. USGS Hartono (2010) mengatakan bahwa penginderaan 2 LANDSAT 8 2019 jauh adalah sebuah metode yang dapat digunakan OLI Geospasial dalam menyediakan suatu sistem diantaranya: DIY energi elektromagnetik, atmosfer, objek, Peta Rupa permukaan bumi serta dapat digunakan untuk menghasilkan citra yang memilki resolusi spasial 3 Bumi (ukuran pixel) spectral serta resolusi temporal dengan kualitas yang cukup tinggi. Indonesia Metode lain yang dapat digunakan dalam Tabel 2. Alat dan Bahan Penelitian menyelesaikan maslah adala Sistem Informasi Geografi (SIG). Aini (2010) menyebutkan bahwa No. Alat dan Fungsi SIG adalah system informasi dengan basis Bahan computer yang dirancang dengan data informasi spasial . dengan kata lain Sistem Informasi 1 Laptop Sebagai perangkat Geografis adalah turunan dari penginderaan jauh untuk menyelesaikan permasalahan suatu pengolahan data wilayah. 2 ArcGis 10.3 Untuk melakukan layout Penginderaan jauh serta Sistem Informasi Geofrafis dapat digunakan dalam menentukan peta karakteristik pantai pada suatu daerah. Karakteristik pantai di Desa Parangtritis, Kecamtan 3 ENVI 5.3 Untuk melakukan komposit Kretek, Kabupaten Bantul, DIY menarik dikaji citra LANDSAT menggunakan penginderaan jauh serta SIG untuk mengetahui perkembangan atau perubahan yang 4 Microsoft Untuk membuat artikel terjadi pada wilayah tersebut proses alam yang Word ilmiah dan pembahasan terjadi pada daerah tersebut apakah mampu hasil penelitian mempengaruhi karakter dari pantai yang ada disana. Tujuan dari penelitian dilakukan untuk 5 Microsoft Untuk membuat media mengetahui karakteristik pantai yang ada di Desa Power Point presentasi hasil parangtritis. 6 ASTER Untuk mengolah data METODOLOGI GDEM V3 kemiringan Lahan 2.1 Waktu dan Tempat Penelitian 7 LANDSAT 8 Untuk mengolah data OLI perubahan garis pantai Penelitian ini dilaksanakan selama 30 hari dengan perhitungan 22 hari kerja terhitung mulai Peta Rupa Untuk memberikan batas tanggal 18 Desember 2019–24 Januari 2020. 8 Bumi administrasi wilayah pada Kegiatan dilakukan di parangtritis geomaritime layout peta science park dilakukan setiap hari senin-jum’at Indonesia mulai pukul 08.00–16.00 WIB. Parangtritis Untuk referensi dalam Geomaritime Science Park terletak pada Jl. 9 Jurnal dan penulisan artikel ilmiah dan Parangtritis, Desa Parangtritis, Kecamatan Kretek, Buku hasil penelitian Kabupaten Bantul, Daerah Itimewa Yogyakarta, 2.3 Pengelolaan dan Analisis Data 55772. Studi analisa karakteristik pantai dilakukan 2.2 Alat dan Bahan guna memberikan gambaran umum terkait morfologi pantai, material penyusun, serta proses Data yang digunakan dalam penelitian adalah alam yang tengah berlangsung pada daerah menggunakan data sekunder, dimana data penelitian. Metode yang digunakan dalam analisa tersebut diperoleh dari beberapa sumber di adalah dengan interpretasi citra terhadap internet. Data sekunder yang dibutuhkan berupa: morfologi, material penyusun serta perubahan garis pantai yang terjadi pada daerah penelitian. Pengamatan yang dilakukan sesuai dengan metode penginderaan jauh serta SIG yang digunakan dalam pengolahan data. Berikut diagram proses pengelolaan dan analisis data: 25
Bunga Rampai Kepesisiran dan Kemaritiman Gambar 2. Diagram Alir Pengelolaan dan Analisis Data Proses pengolahan data karakteristik pantai dilakukan dengan mengukur kemiringan daratan dari data citra ASTER GDEM serta Perubahan garis pantai dengan data citra LANDSAT 8 OLI serta data Rupa Bumi Indonesia untuk mengetahui susunan tanah pada daerah penelitian. diolah dengan aplikas ENVI serta ArcGIS yang merupakan aplikasi yang digunakan dalam metode penginderaan jauh. dan SIG. pengolahan data dilakukan dengan hasil akhir sebuah peta yang di interpretasikan dan diharapkan mampu memberikan informasi terkai karakteristik pantai yang berada pada daerah parangtritis Bantul DIY. HASIL DAN PEMBAHASAN Gambar 3. Peta Lokasi Desa Parangtritis Desa Parangtritis terletak dibagian selatan 3.1 Hasil Pengolahan Data Pulau Jawa. Secara administratif Desa Parangtritis terletak di Kecamatan Kretek, Kabupaten Bantul, a. Perubahan Garis Pantai Daerah Istimewa Yogyakarta dengan koordinat 08˚00’14’’ lintang selatan dan 110˚19’00’’ bujur Pengolahan data perubahan garis pantai dilakukan beberapa tahap hingga terbentuk timur. Desa Parangtritis memiliki luas 11,87km2 menjadi peta perubahan garis pantai.langkah yang dilakukan dalam praktik kerja lapang dimulai yang memiliki 6 pantai yaitu Pantai Depok, Pantai dengan komposit citra, overlay, kemudian Pelangi, Pantai Talwolu, Pantai Cemoro Sewu, dilakukan digitasi terhadap peta. Pantai Parangkusumo dan Pantai Parangtritis (Pemerintah Kabupaten Bantul). 26
Karakteristik Pantai Dan Pesisir Desa Parangtritis Kecamatan Kretek, Kabupaten Bantul, Yogyakarta ................... (Bima Rachman Hadi) penelitian.mosaic data dilakukan dengan menggunakan software ENVI 4.5. Gambar 4. Komposit Citra Gambar 6. Hasil Mosaik Citra Hasil dari komposit citra mampu Hasil mosaic ini dapat dilihat pada Gambar 6 memunculkan warna merah yang menunjukkan yang merupakan penggabungan data terpisah daratan dan vegetasi sementara warna hijau yang antara bagian atas dan bawah. Data ASTER menunjukkan laut. Hasil komposit citra dari kedua merupakan data yang berupa hitam putih. Data tahun kemudian dimasukkan kedalam software berwarna hitam menunjukkan bahwa objek Arcmap 10.3 untuk dilakukan overlay merupakan daerah atau wilayah yang mampu (penggabungan cara tumpang tindih peta) menyerap sinar yang dipancarkan oleh satelit kemudian dilakukan digitasi pada peta, hal ini sedangkan daerah berwarna putih atau abu-abu dapat dilihat pada Gambar 4. merupakan daerah yang mampu memantulkan sinar yang dipancarkan satelit. Data ini kemudian Kemudian langkah selanjutnya adalah digitasi akan dipotong sesuai daerah penelitian dengan garis pantai dilakukan dengan menggunakan software Arcmap 10.3. software Arcmap 10.3 untuk memberikan garis pada data hasil olahan komposit citra yang telah Data hasil mosaic kemudian dilakukan disimpan dengan format GeoTIFF. pemotongan sesuai daerah penelitian.cara yang dilakukan adalah dengan memasukkan data hasil Gambar 5. Digitasi Garis Pantai mosaic kedalam aplikasi Arcmap 10.3. Kemudian data yang telah masuk ditambah dengan data Hasil digitasi yang ditunjukkan merupakan administrasi wilayah yang sesuai dengan daerah hasil digitasi pada data tahun 2018. Digitasi garis penelitian hasilnya pada Gambar 7. pantai ditunjukkan dengan gari merah pada perbatasan daerah yang berwarna merah yang Gambar 7. Hasil Clipping Data diindikasi sebagai daratan dan warna kuning sebagai batas antara daratan dan lautan. Data hasil digitasi pada kedua tahun kemudian dilihat perbedaan atau perubahan garis pantai yang terjadi, langkah terahir adalah membuat layout peta perubahan garis pantai. Hasil Layout berupa peta. b. Kemiringan Daratan Mosaic citra dilakukan guna menggabungkan data citra ASTER GDEM yang digownload karena data yang diperoleh terpisah menjadi dua bagian yang terpotong pada setengah daerah 27
Bunga Rampai Kepesisiran dan Kemaritiman bebatuan yang ada dilaut. Ombak yang besar menandakan bahwa pantai pesisir Desa Hasil clipping merupakan daerah yang ada Parangtritis sedikit curam. pada tengah dari data mosaic. Data ini merupakan area penelian yang telah disesuaikan dengan batas wilayah yang ditentukan. Langkah selanjutnya adalah melakukan pembiatan slop atau kemirinan daratan. Kemiringan daratan dilakukan dengan melanjutkan hasil clipping. Hasil yang telah diperoleh kemudian diolah dengan menggunakan 3D analisis tool (Gambar 8). Gambar 8. Hasil Slopping Data Gambar 8. Peta Garis Pantai Tahun 2017 Hasil yang diperoleh menunjukkan Gambar 9. Peta Garis Pantai Tahun 2018 penampakan 3D dari data yang diperoleh. Hal ini Dari hasil pengolahan data membuktikan menunjukkan beberapa kelas terhadap kemiringan daratan.Warna hijau masih merupakan daerah bahwa dalam waktu satu tahun terjadi proses atau daratan landau hingga yang paling merah sedimentasi yang besar. Dilihat dari Gambar 10 merupakan daerah tebing yang curam, hasil yang yang merupakan overlay dari peta garis pantai diperoleh kemudian di layout dan dijadikan peta tahun 2017 dan 2018 terdapat beberapa titik yang kemiringan daratan. mengalami abrasi serta akresi.Lokasi terjadinya abrasi tidak terjadi pada satu wilayah yang ada di 3.2 Pembahasan pantai pesisir Desa Parangtritis melainkan tersebar dari pantai bagian barat Desa Parangtritis sampai Interpretasi citra memberikan gambaran bagian timur Desa. Proses akresi yang terjadi pada visual antara daratan, vegetasi serta lautan pantai pesisir Desa Parangtritis sedikit lebih sedikit dengan komposit band 5,4 dan 3. Penggambaran dibandingkan jumlah abrasi yang terjadi. permukaan pasir diwakili dengan warna coklat cerah dimana semakin gelap warna maka terdapat Gambar 10. Peta Perubahan Garis Pantai suatu daerah perbukitan.Vegetasi digambarkan dengan warna merah terang, semakin cerah dimana dapat diasumsikan bahwa vegetasi pada daerah tersebut semakin tinggi. Band 5 membedakan penyerapan warna yang mana menggambarkan perbedaan antara daratan dan juga lautan.Warna gelap diasumsikan sebagai warna air karena banyak menyerap banyak warna. Berdasarkan interpretasi citra didapati bahwa bagian selatan Desa Parangtritis khususnya tepi pantai memiliki vegetasi rendah dan terdapat arah menuju daerah pesisir.Pada bagian yang menjauhi daerah pesisir didapati banyak pemukiman serta vegetasi yang tinggi. Diasumsika bahwa didaerah tersebut memiliki badan air seperti sungai dan tambak karena mampu digunakan menyerap warna. Pantai bagian timur yang dekat daerah kars memiliki vegetasi tinggi ditunjukkan dengan warna merah yang menyala diasumsikan pada daerah kars tersebut banyak ditumbuhi tanaman yang memungkinkan penyerapan warna. Disepanjang tepi garis pantai Desa Parangtritis terdapat batuan yang tinggi. Hal tersebut menandakan bahwa ombak disepanjang pantai pesisir Desa Parangtritis cukup besar sehingga mengakibatkan proses sedimentasi yang besar dan mengkikis 28
Karakteristik Pantai Dan Pesisir Desa Parangtritis Kecamatan Kretek, Kabupaten Bantul, Yogyakarta ................... (Bima Rachman Hadi) Dari hal ini dapat dilihat bahwa pada pesisir dengan pantai berpasir hitam yang merupakan pantai bagian timur yang berbatasan dengan bukit hasil sedimentasi dari material batuan gunung kars memiliki proses abrasi yang cukup besar. merapi yang masuk dalam perairan. Arus dan Sedangkan akresi yang terbesar terjadi pada gelombang yang besar mengakibatkan pantai daerah bagian barat yang merupakan daerah yang pesisir Desa Parangtritis memiliki kemiringan yang berbatasan dengan muara sungai. Daerah bagian agak curam. Berdasarkan interpretasi citra daerah timur sangat tidak cocok apabila digunakan yang mengalami akresi terbesar berada pada sebagai daerah pariwisata karena lokasi yang bagian barat yang berbatasan langsung dengan terletak dipinggir bukit kars serta ombak yang muara Sungai opak dan abrasi terbesar berada tinggi yang membuat terjadinya peristiwa abrasi pada wilayah bagian timur yang berbatasan yang besar. Wilayah barat dapat dengan bukit kars. direkomendasikan sebagai daerah pariwisata atau daeraha jual ikan karena merupakan lokasi yang Daerah pesisir pantai Desa Parangtritis pada tidak rentan terhadap peristiwa abrasi justru tahun 2017-2018 memiliki trend abrasi. Kemiringan cenderung pada peristiwa akresi. lahan yang agak curam mengharuskannya dilakukan upaya lanjutan dengan amdal untuk mengoptimalkan penggunaan daerah sebagai pariwisata. Perubahan garis pantai dari tahun 2017–2018 yang cukup besar menandakan bahwa upaya penanggulangan terhadap peristiwa abrasi dan akresi perlu ditingkatkan oleh pemerintah. Gambar11. Peta Kemiringan Lahan UCAPAN TERIMA KASIH Dari Gambar 11 dapat dilihat pada daerah Terima kasih penulis ucapkan kepada bapak pantai pesisir Desa Parangtritis merupakan daerah Farid Ibrahim sebagai pembimbing lapang dalam yang agak curam. Menurut Sriwahyuni etal, (2015) melakukan penelitian, serta bapak Zainul Hidayah daerah agak curam memiliki pesentase 15-25% selaku dosen pembimbing saya serta kepada kemiringan lahan.Wilayah yang memiliki daerah teman teman yang telah membantu saya yang agak curam merupakan daerah yang berhadapan tidak bisa disebutkan semuanya. Do’a yang terus langsung dengan Samudra Hindia. PGSP selaku dipanjatkan juga dukungan semangat akhirnya lembaga yang mengamati wilayah pantai pesisir penulis dapat menyelesaikan penelitian ini. Mohon serta gumuk pasir Desa Parangtritis menyebutkan maaf apabila penelitian masih jauh dari kata bahwa sejak tahun 2015 arus serta gelombang sempurna serta saran dan kritikan akan diterima yang terjadi pada daerah Parangtritis dalam penulis sebagai acuan berikutnya. kategori besar yang menyebabkan terjadinya proses abrasi dan akresi. Dari hasil penelitian DAFTAR PUSTAKA menunjukkan daerah timur Desa Parangtritis kurang tepat digunakan Sebagai daerah Aini.A. 2010.Sistem Informasi Geografis: pariwisata. Pantai Parangkusumo, Pantai cemoro Pengertian dan Aplikasinya.Yogyakarta : sewu dan Parangtritis barat adalah daerah cocok AMIKOM. karena merupakan daerah yang berhadapan langsung dengan Samudra Hindia namun dalam Cahyani.D., Andri.S dan Awaluddin.M. 2014. pemanfaatannya perlu dilakukan pengawasan Deteksi Perubahan Garis Pantai dengan yang lebih lanjut. Arus dan gelombang yang terjadi Metode BILKO dan AGSO.Jurnal Geodesi. merupakan faktor yang mempengaruhi perubahan 1(1) : 1-7. garis pantai Damayanti.K. 2013. Dampak Abrasi Pantai KESIMPULAN terhadap Lingkungan Sosial ( Studi Kasus di Desa Bedono, Sayung Demak ). Karakteristik pantai Pesisir Desa Parangtritis, Prossiding. Kecamatan Kretek, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta dinilai berdasarkan Dahuri.N. 2014. Geomorfologi.Yogyakarta : C.V pengamatan garispantai, sedimentasi, serta Budi Utama. kemiringan lereng yang ada disana. Karakteristik pantai dan pesisir di Desa Parangtritis didominasi Dahuri.R., Rais.J., Ginting.S dan Sitepu.M. 2001. Pengelolaan Sumber Daya Wilayah Pesisir dan Lautan secara Terpadu.Jakarta : Pradnya Paramita. Gemilang.W., Ulung.J, Guntur.A dan Rahmawan. 2018. Karakteristik Sebaran Sesimen Pantai Utara Jawa, Studi Kasus : Kecamatan Brebes Jawa Tengah. Jurnal Kelautan Nasional.13 (2) : 65-74. Ginting.P. 2004. Geografi.Jakarta : Erlangga. Indarto. 2017. Penginderaan Jauh : Metode Analisis dan Interpretasi Citra Satelit.Yogyakarta : Andi. 29
Bunga Rampai Kepesisiran dan Kemaritiman Irwansyah.E. 2013.Sistem Informasi Geografis : Prahasta. E. 2005. Konsep-Konsep Dasar Sistem Prinsip Dasar dan Pengembangan Aplikasi.Yogyakarta : Digibooks. Istiqomah.F.,Sasmito dan Amarrohman.F. 2016. Informasi Geografis.Bandung Pemantauan Perubahan garis Pantai : Menggunakan Aplikasi Digital Shoreline Analysisi System (DAAS) studi kasus : Informatika. Pesisir Kabupaten Demak. Jurnal GeodesiUndip. 5(1) : 78-89. Purwanto.A. 2015. Pemanfaatan Citra Landsat 8 untuk Identifikasi Nrmalized Difference John.E., Harmon., Steven.J dan Anderson. 2003. Vegetation Indeks(NDVI) di Kecamatan Design and Implementation of Geographic Silat Hilir Kabupaten Kapuas Hulu. Jurnal Information Systems. New Jersey : John Edukasi. 13 (1) : 27-36. Sofyan.M., Muhammad.I dan Renni.A. 2017. Willey and Sons. Pemanfaatan Sistem Informasi Geografis kkp.go.id. Press Release. Refleksi 2017 dan untuk Prioritas Penanganan Jalan di Kabupaten Aceh Besar.Jurnal Teknik Sipil. Outlook 2018 Membangun dan Menjaga Ekosistem Laut Indonesia Bersama Ditjen 1 (1) : 167-176. Pengelola Ruang Laut. 9 Januari 2019 Solihuddin.T.2011. Karakteristik Pantai dan (Diakses 29 April 2020). Diakses dari Proses Abrasi di Pesisir Padang Pariaman, Sumatera Barat.Globe. 13(2) : https:// kkp.go.id/djprl/artikel/2798- Refleksi-2017-dan-Outlook-2018- 113-121. Membangun-dan-Menjaga-Ekosistem- Sriwahyuni.H., Sonny.T dan Rieneke.L. 2015. Laut-Indonesia-Bersama-Ditjen- Identifikasi Kemiringan Lereng di Kawasan Pengelola-Ruang-Laut/. Pemukiman Kota Manado Berbasis SIG. Lillesand.T.M dan Kiefer.R. 2007.Remote Sensing Journal Unsrat.1(1) : 70-79. and Image Interoretation 5th Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 Tentang Edition.Madison : University of Wisconsin. Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau- Nugroho.S.H. 2012. Morfologi Pantai Zonasi dan Pulau Kecil. Adaptasi Komunitas Biota Laut di Wibowo.K., Indra.K dan Juju.J. 2015. Sistem Kawasan Intertidal.Oseana. 37(3) : 11-21. Informasi Geografis Menentukan Lokasi Nur.M. 2004. Abrasi pantai dan Proses Bermigrasi. Pertambangan Batu Bara di Provinsi Prossiding. Bengkulu Berbasis Website.Jurnal Mendia Infotama. 11 (1) : 51-60. Peraturan Presiden Nomor 11 Tahun 2018 Tentang Penginderaan Jauh. Zuraida.R., Nineu.Y dan Isnu.H. 2017. Poernomosidhi. 2007. Pengelolaan Ruang Karakteristik Sedimen Pantai dan Dasar Wilayah Kawasan Pesisir di Indonesia Laut di Teluk Papela, Kabupaten Rote, sebagai Antisipasi Risiko Bencana.Jurnal Provinsi NTT.Jurnal Geologi Kelautan. Mitigasi. 3(2) : 15-22. 15(2) : 81-94. 30
Mitigasi Bencana Abrasi di Pantai Glagah ........................................................................................................(Yohana Kusuma Wardani) MITIGASI BENCANA ABRASI DI PANTAI GLAGAH KULON PROGO YOGYAKARTA (Mitigation of Abrasy Disasters on the Glagah Beach of Kulon Progo Yogyakarta) Yohana Kusuma Wardani1, Bernike Hendrastuti2 Prodi Ilmu Kelautan,Fakultas Pertanian, Universitas Trunojoyo Madura1 Parangtritis Geomaritime Science Park, Badan Informasi Geospasial2 E-mail: [email protected] ABSTRAK Wilayah pesisir merupakan wilayah yang paling rentan terkena dampak perubahan iklim dan digunakan sebagai tempat aktifitas manusia. Pantai Glagah mengalami perubahan garis pantai secara terus- menerus. Material pasir serta morfologi garis pantai yang berupa tanjung dan teluk yang berseling membuatnya mudah mengalami pergeseran dan pantai ini berbatasan langsung dengan samudera hindia sehingga sering terjadi gelombang tinggi yang akan menyebabkan abrasi. Tujuan Penelitian ini untuk mengetahui luasan abrasi dan mitigasi bencana abrasi yang efektif. Penelitian ini dilakukan berdasarkan analisis spasial temporal dari data citra landsat 8 tahun 2017,2018 dan 2019 dan metode kualitatif. Pengamatan perubahan garis pantai menggunakan metode penginderaan jarak jauh. Dari tahun 2017 hingga 2019,abrasi terbesar di tahun 2018 hingga 100 meter. Tahun 2019 cenderung terjadi akresi,faktor terjadinya akresi dengan cepat adalah transpor sedimen sungai dan hempasan gelombang. Dampak dari abrasi ini yaitu jalan penghubung rusak,relokasi pemilik warung, laguna jebol,warung-warung terendam, pemecah gelombang miring. Mitigasi pemerintah yang sudah dilakukan yaitu penanaman vegetasi yang bisa mengurai abrasi di sekitar pantai seperti cemara udang,pandan laut, nyamplung, adanya relokasi untuk pedagang juga merupakan upaya yang pemerintah sudah lakukan. Pemecah gelombang yang berbentuk tetrapod juga program pemerintah untuk mengurai abrasi. Kata kunci: Pantai, abrasi, mitigasi bencana ABSTRACT Coastal areas are the areas most vulnerable to the effects of climate change and are used as human activities. Glagah Beach experiences continuous changes in coastline. The sand material and the morphology of the coastline in the form of headlands and bays that make it intermittent make it easy to experience a shift and the beach is directly adjacent to the Indian ocean so that high waves often occur which will cause abrasion. The purpose of this study is to determine the extent of abrasion and effective abrasion disaster mitigation. This research was conducted based on temporal spatial analysis of Landsat 8 image data in 2017,2018 and 2019 and qualitative methods. Observation of shoreline changes using the remote sensing method. From 2017 to 2019, the largest abrasion is in 2018 to 100 meters. Year 2019 tends to occur accretion, the factor of rapid accretion is river sediment transport and wave blows. The impact of this abrasion is a broken connecting road, relocation of stall owners, broken lagoons, submerged stalls, tilted breakwaters. Government efforts that have been made namely planting vegetation that can break down abrasion around the coast such as pine shrimp, sea pandanus, nyamplung, the relocation for traders is also an effort the government has done. Breakwater in the form of tetrapod is also a government program to parse abrasion.... Keywords: Beach, abrasion, disaster mitigation PENDAHULUAN gelombang, dan pasang surut air laut menimbulkan dampak terjadinya Abrasi atau Erosi pantai Wilayah pesisir merupakan wilayah yang (Sanjoto, et.al 2016). paling rentan terkena dampak perubahan iklim. Yogyakarta merupakan salah satu kota yang Abrasi merupakan suatu peristiwa mundurnya memiliki potensi alam yang sangat indah termasuk garis pantai pada wilayah pesisir pantai yang wilayah pesisir. Kawasan pesisir seringkali rentan terhadap aktivitas yang terjadi di daratan digunakan sebagai tempat aktifitas manusia maupun di laut. Abrasi merupakan salah satu seperti pendirian tempat budidaya, penambatan, masalah yang mengancam garis pantai sehingga pariwisata, penebangan hutan mangrove, terjadinya kemunduran garis pantai kebelakang, penambangan pasir, serta fenomena tingginya sehingga merusak tambak maupun lokasi persawahan yang berada dipinggir pantai dan juga 31
Bunga Rampai Kepesisiran dan Kemaritiman mengancam bangunan-bangunan yang kemiringan, menjulang ke depan. Kondisi ini jelas membahayakan bagi wisatawan yang berkunjung berbatasan langsung dengan wilayah laut. Wilayah ke Pantai Glagah. pesisir mitigasi sangat diperlukan karena pada Landsat 8 merupakan satelit kedelapan dalam program Landsat dan merupakan generasi paling wilayah pesisir sangat rawan terjadinya bencana akhir dari Landsat saat ini. Satelit Landsat 8 dirancang menggunakan suatu platform dengan pantai salah satunya seperti Abrasi atau Erosi pengarahan titik nadir yang distabilkan tiga sumbu. Landsat 8 diorbitkan pada ketinggian 705 km, (Abda, 2019). Risiko bencana adalah potensi dengan inklinasi 98,2°, periode 99 menit, resolusi temporal 16 hari yang mendekati lingkaran sikron kerugian yang ditimbulkan akibat bencana pada matahari. Satelit Landsat 8 memiliki kanal yang mirip dengan landsat 7 sensor Onboard suatu wilayah dan kurun waktu tertentu yang dapat Operational Land Imager (OLI) dan Thermal Infrared Sensor (TIRS) dengan jumlah kanal berupa kematian, luka, sakit, jiwa terancam, sebanyak 11 buah. Diantara kanal-kanal tersebut 2 kanal berada pada TIRS (band 10 dan 11) dan 9 hilangnya rasa aman, mengungsi, kerusakan atau kanal (band 1-9) berada pada OLI. Sebagian besar kanal memiliki spesifikasi mirip dengan Landsat 7 kehilangan harta, dan gangguan kegiatan (Saripin 2013). Landsat 8 dipilih karena memiliki banyak saluran atau Band dan cocok untuk masyarakat (UU No 24 Tahun 2007). Akresi adalah digitasi. Landsat 8 merupakan satelit kedelapan dalam program Landsat dan merupakan generasi penambahan daratan baru di lingkungan pesisir paling akhir dari Landsat saat ini. daerah tersebut akibat proses sedimentasi atau Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui transport sedimen. Daerah pantai yang terdapat luasan abrasi dan upaya mitigasi bencana yang efektif dan tepat di Pantai Glagah Kulon Progo sungai, keberadaan aliran sungai yang Daerah Istimewa Yogyakarta. mengangkut sedimentasi ke laut mendominasi METODE terhadap tenaga gelombang laut akan menekan ke Lokasi Penelitian Pantai Glagah yang terletak di Desa arah laut akan membentuk tanjung, hal ini akan Glagah, Kecamatan Temon, Kabupaten Kulon berpengaruh terhadap proses akresi di pantai Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta. Pantai glagah berbatasan dengan samudera hindia di tersebut (Sardiyatmo dan Hartoko, 2013) bagian selatan, Kota yogyakarta dan Kabupaten Sleman di bagian utara, Kabupaten Bantul di Sungai Serang bermuara di daerah wisata bagian timur dan Kabupaten Purworejo di bagian barat. pantai Glagah (Desa Glagah), Kecamatan Temon, Gambar 1. Peta Lokasi Penelitian Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Bahan dan Alat Yogyakarta, yang di sekitar muaranya adalah Data yang digunakan adalah data citra merupakan wisata laguna di sebelah barat dan landsat 8 pada tahun 2017,2018,dan 2019 dan Data diperoleh melalui proses pengambilan data daerah pertambangan pasir besi di sebelah timur website USGS. Data Primer lainnya adalah dengan pengumpulan data wawancara terhadap (Haryanto, 2013). Pantai glagah mengalami perubahan garis pantai secara terus-menerus. Material pasir serta morfologi garis pantai yang berupa tanjung dan teluk yang berseling membuatnya mudah mengalami pergeseran dan pantai ini berbatasan langsung dengan samudera hindia sehingga sering terjadi gelombang tinggi yang akan menyebabkan abrasi (Tyas dan Suprapto, 2012). Kabupaten Kulonprogo umumnya memiliki morfologi pantai cenderung landai. Morfologi pantai yang landai, apabila terjadi gelombang pasang menyebabkan air akan masuk ke daratan relatif jauh sehingga daerah luapan air menjadi sangat luas dan berpengaruh terhadap perubahan garis pantai. Keberadaan Bandar Udara Baru di sekitar pantai kulon progo juga akan terkena dampak apabila abrasi terus menerus terjadi. Penghijauan kawasan bandara juga sudah dilakukan seperti penanaman mangrove dan cemara udang untuk mengurangi abrasi dan gelombang tinggi. Gelombang tinggi yang terjadi di laut selatan pada tahun 2018 meninggalkan permasalahan berupa abrasi. Separuh badan jalan penghubung kawasan Pantai Glagah Kecamatan Temon ambrol tergerus ombak. Pasir tumpuan aspal tersisa kini telah lenyap tergerus ombak sehingga jalan dalam kondisi menggantung labil (jogjatribunnews). Jogjainside.com,menjelaskan tahun 2019 gelombang tinggi yang terjadi sejak beberapa minggu terakhir, mengakibatkan pemecah ombak di Pantai Glagah, Temon, Kulonprogo, Daerah Istimewa Yogyakarta mengalami kerusakan akibat abrasi. Abrasi ini mengakibatkan ujung pemecah ombak di Pantai glagah retak dan mengalami 32
Mitigasi Bencana Abrasi di Pantai Glagah ........................................................................................................(Yohana Kusuma Wardani) responden. Alat yang digunakan adalah dengan pantai glagah yang disekitar muaranya seperangkat komputer yang dilengkapi software terdapat wisata laguna. Sungai serang diapit oleh Envi Classic dan ArcGIS. sungai-sungai besar yaitu sungai bogowonto dan sungai progo. Keberadaan sungai-sungai ini yang Metodologi Penelitian membawa sejumlah sedimen yang kemudian Data yang digunakan dalam penelitian ini terkumpul di wilayah muara. Hempasan gelombang juga menyebabkan sedimentasi yaitu data primer yang diunduh dari website USGS berlangsung cepat seperti yang terlihat pada peta. dan data kualitatif sebagai data pelengkap. Pada penelitian ini di Pantai Glagah dibagi Penentuan data wawancara dengan teknik kedalam empat titik pengambilan data garis pantai purposive sampling yang artinya penentuan lokasi yaitu titik 1, titik 2, titik 3 dan titik 4. Keempat titik dan responden dengan beberapa pertimbangan tersebut bisa dilihat seperti pada Gambar. 3 tertentu oleh peneliti berdasarkan ciri atau sifat populasi yang sudah diketahui sebelumnya (notoadmojo,2002). Pertimbangan tertentu yang dimaksud adalah orang yang dijadikan responden mereka secara langsung terlibat dalam penanggulangan abrasi setempat. Landsat 8 Landsat 8 Landsat 8 2017 2018 2019 Komposit Band dengan Envi 4.5 Penajaman citra dengan envi 4.5 Gambar 3. Peta Titik Lokasi Penelitian Digitasi on screen Multi layer impose Peta Tentatif Perubahan Garis Pantai Survey Lapang (Validasi) Redeniliasi Peta Luasan abrasi dan akresi di pantai glagah Gambar 4. Peta Titik 1 Upaya Mitigasi yang tepat dan efektif Perubahan garis pantai pada titik satu Gambar 2. Diagram Alir Penelitian ditunjukkan dengan tiga garis yaitu pada tahun 2017 ditunjukkan dengan garis berwarna biru, HASIL DAN PEMBAHASAN sedangkan garis pantai tahun 2018 ditandai dengan warna hijau, dan garis pantai berwarna Hasil interpretasi citra menunjukkan bahwa ungu merupakan garis pantai tahun 2019. terjadi perubahan garis pantai di Pantai Glagah, Perubahan garis pantai pada titik satu tahun 2017 Kabupaten Kulon Progo selama periode tahun -2018 mengalami abrasi sebesar 90 meter. 2017, 2018, dan 2019. Perubahan garis pantai Sedangkan perubahan garis pantai pada tahun pada tahun 2017 hingga 2018 cenderung terjadi 2018-2019 mengalami akresi sebesar 87 meter. abrasi. Abrasi ini diakibatkan oleh gelombang yang cukup tinggi pada tahun tersebut,sedangkan perubahan tahun 2018 hingga 2019 cenderung terjadi akresi. Akresi terjadi karena Sungai serang merupakan salah satu sungai yang bersebelahan 33
Bunga Rampai Kepesisiran dan Kemaritiman Perubahan garis pantai yang terjadi pada titik empat yang berada dekat dengan jalan Gambar 5. Peta titik 2 penghubung dengan pantai congot. Titik ini tidak Perubahan garis pantai yang terjadi pada titik dua juga terjadi abrasi. Perubahan garis pantai pada yaitu terjadi abrasi dan akresi tetapi tidak sebesar tahun 2017-2018 mengalami abrasi sebesar 75 titik 1. Titik 2 ini terletak di dekat laguna. Perubahan meter. Sedangkan pada tahun 2018-2019 garis pantai pada tahun 2017-2018 mengalami mengalami akresi sebesar 44 meter. abrasi sebesar 84 meter. Sedangkan pada tahun 2018-2019 mengalami akresi sebesar 91 meter. Berdasarkan hasil analisis data maka secara umum perubahan garis pantai pada tahun 2017-2018 mengalami abrasi. Faktor alam yang sangat berpengaruh terhadap perubahan garis pantai di Pantai Glagah adalah gelombang dan masukan sedimen dari sungai serang dan sungai bogowonto. Gelombang di Pantai Glagah tergolong besar karena letak pantai yang berhadapan langsung dengan Samudera Hindia. Berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa responden gelombang pantai glagah bisa mencapai bibir pantai dekat dengan warung- warung yang ada di sekitar pantai. Gelombang yang besar tersebut dapat menyebabkan abrasi di Pantai. Dilihat berdasarkan observasi lapang, gelombang di Pantai glagah cukup besar menurut responden sekitar 6 meter. Hal tersebut mengakibatkan air membawa sedimen-sedimen hingga mencapai wilayah parkiran pantai dan sedimen yang ada dibawah pemecah gelombang sehingga tetrapod tidak cukup kuat menahan hal tersebut sehingga banyak yang oatah dan terjatuh ke laut ataupun miring. Gambar 6. Peta titik 3 Titik tiga merupakan titik pantai glagah sebelah barat. Pada tahun 2017 hingga 2018 mengalami abrasi sebesar 100 meter. Sedangkan pada tahun 2018 hingga 2019 mengalami akresi sebesar 41 meter. Gambar 7. Peta titik 4 Gambar 8. Pemecang Gelombang Dengan adanya gelombang yang besar tentu menyebabkan terjadinya abrasi pantai, karena sedimen di pantai akan terbawa kembali ke laut. Survei lapang di Pantai glagah dilakukan untuk mengetahui hasil perubahan garis pantai dari Citra Landsat dengan kondisi pada saat di lapang. Dari hasil survey melalui wawancara dengan responden, Pantai glagah terjadi abrasi tiap tahun dan yang paling parah tahun 2018 karena laguna jebol, warung-warung terkena abrasi dan jalan penghubung antara pantai glagah dan congot 34
Mitigasi Bencana Abrasi di Pantai Glagah ........................................................................................................(Yohana Kusuma Wardani) rusak. Gelombang yang besar menyebabkan Upaya yang sudah dilakukan pemerintah masyarakat sekitar menjaga jarak cukup jauh ataupun pihak bandara yaitu penanaman vegetasi dengan pantai karena pantai terus mendekat ke di sekitar pantai yaitu seperti cemara daratan, tetapi proses sedimentasi juga sangat udang,pandan laut, pohon nyamplung. Apabila cepat dikarenakan transpor sedimen oleh sungai di tumbuhan ini terkena abrasi maka akan ada sekitarnya, gelombang, pasang surut dan angin reboisasi untuk tumbuhan yang sudah tidak bisa juga dapat membawa sedimen tersebut cepat diselamatkan. Pihak bandara juga mengadakan terjadi sedimentasi. sepadan pantai dan greenbelt(sabuk hijau) yang artinya akan ada penanaman di sekitar Bandara Yogyakarta yang baru. Pemerintah juga telah menyiapkan relokasi tempat baru untuk pedagang yang warungnya berbahaya terkena abrasi. Gambar 9. Abrasi warung Gambar 11. Penanaman vegetasi Gambar ini menunjukkan abrasi tahun 2018 di titik 3, yang mengakibatkan warung-warung terpaksa Upaya pemerintah yang lain yaitu adanya relokasi dan menurut responden saat wawancara pemecah gelombang yang berbentuk tetrapod ini. menyebutkan bahwa abrasi mencapai 100 meter Pemecah gelombang ini bertujuan untuk memcah dan banyak ditemukan emas saat abrasi tersebut gelombang agar tidak sampai ke bibir pantai. telah mereda di kedalaman sekitar 15 meter. Pemecah gelombang ini sudah sangat mengurai Menurut pemilik warung dan Tim SAR di sekitar adanya gelombang besar,tetapi sedimentasi di pantai glagah gelombang mencapai 4-6 meter. bawah pemecah gelombang ini sering terbawa oleh air laut sehingga pemecah gelombang miring Gambar 10. Jalan Pengubung rusak dan retak. Jalan ini merupakan jalan penghubung KESIMPULAN antara pantai glagah dan pantai congot. Tahun 2018 abrasi terbesar menurut beberapa responden Berdasarkan hasil analisis didapatkan karena abrasi mencapai jalan dan mengakibatkan hasil perubahan garis pantai setiap tahunnya jalan rusak. Menurut bapak sapto abrasi tahun terjadi perubahan. Dari tahun 2017 hingga 2018 terjadi bulan agustus,dan abrasi di pantai 2019,abrasi terbesar di tahun 2018 hingga 100 glagah ini sendiri ada 2 faktor yang pertama dari meter. Tahun 2019 cenderung terjadi akresi,faktor sungai dan yang kedua dari gelombang air laut,dan terjadinya akresi dengan cepat adalah transpor setiap tahun pasti terjadi abrasi tetapi dengan skala sedimen sungai dan hempasan gelombang yang kerusakan yang berbeda. membawa sedimen sehingga cepat terjadi sedimentasi ataupun akresi. Dampak dari abrasi ini yaitu jalan penghubung rusak,relokasi pemilik warung, laguna jebol,warung-warung terendam, pemecah gelombang miring. Upaya pemerintah yang sudah dilakukan yaitu penanaman vegetasi yang bisa mengurai abrasi di sekitar pantai seperti cemara udang,pandan laut, nyamplung, adanya relokasi untuk pedagang juga merupakan upaya yang pemerintah sudah lakukan. Pemecah gelomabang yang berbentuk tetrapod juga program pemerintah untuk mengurai abrasi. 35
Bunga Rampai Kepesisiran dan Kemaritiman Leuge kecamatan Aceh Timur. Jurnal Samudra Geografi. Vol.02 No.01 UCAPAN TERIMA KASIH Notoatmodjo, S. 2002. Metodologi Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta, Jakarta. Terimakasih kepada mba Bernike Presiden Republik Indonesia. 2007. Hendrastuti yang telah membantu dalam UndangUndang Republik Indonesia Nomor 24 melalukan penelitian dan paper, serta kepada wali Tahun 2007 tentang Penanggulangan magang yang menjaga dan menyediakan Bencana. beberapa fasilitas untuk kami, dan tak lupa para Sanjoto,Tjaturahono B., Sunarko., Satyanta, P. staff Parangtritis Geomaritime Science Park yang 2016. Tanggap Diri Masyarakat Pesisir Dalam telah menyediakan pelatihan, dan ilmu-ilmu yang Menghadapi Bencana Erosi Pantai (Studi tidak di dapat di bangku perkuliahan serta teman- Kasus Masyarakat Desa Bedono Kabupaten teman magang periode tujuh yang sangat Demak). Jurnal Geografi. Volume 13 No 1 membantu selama magang berlangsung. Sardiyatmo, S., & Hartoko, A. (2013). Dampak DAFTAR PUSTAKA dinamika garis pantai menggunakan citra satelit multi temporal Pantai Semarang Abda, Muhammad K. 2019. Mitigasi Bencana Provinsi Jawa Tengah. Jurnal Saintek Terhadap Abrasi Pantai Di Kuala Perikanan, 8(2), 33-37. Saripin, Ipin. 2003. Kajian Pemenfaatan Satelit Haryanto, Edi T. 2013. Karakteristik Aliran Sungai Masa Depan: Sistem Penginderaan Jauh Serang Bagian Hilir, Pantai Glagah, Satelit LDCM (Landsat-8). Buletin Teknik Kecamatan Temon, Kabupaten Kulon Progo, Pertanian. Vol 8. No 2. DIY. Bulletin of Scientific Contribution, Volume Tyas, Desy W., Suprapto D. 2012. Pengaruh 11, Nomor 3 Morfodinamika Pantai Glagah, Kabupaten Kulonprogo, Daerah Istimewa Yogyakarta https://jogja.tribunnews.com/2018/08/08/abrasi- Terhadap Keselamatan Pengunjung Pantai. gerus-jalan-penghubung-wisata-pantai- Jurnal Bumi Indonesia. Volume 1 nomor 3 glagah-congot https://jogjainside.com/terkena-abrasi-pemecah- ombak-pantai-glagah-miring/ 36
Pemetaan Cepat Pola Kerusakan Akibat Tsunami Palu Pada Tahun 2018 di Pesisir Talise....................(Jesikapna Callia Br Guru Singa) PEMETAAN CEPAT POLA KERUSAKAN AKIBAT TSUNAMI PALU PADA TAHUN 2018 DI PESISIR TALISE SULAWESI TENGAH Studi Kasus di Pesisir Talise Sulawesi Tengah (Quick Mapping of Palu Tsunami Damage Pattern on 2018 in Talise Coastal: Case Study Talise Coastal, Central Sulawesi) Jesikapna Callia Br Guru Singa1 Program Studi Ilmu Kelautan, Fakultas Kelautan dan Perikanan, Universitas Udayana, Kampus Unud Bukit Jimbaran, Bali 80361, Indonesia1 E-mail: [email protected] ABSTRAK Tsunami yang terjadi di Palu pada tahun 2018 menyebabkan kerusakan dan kerugian yang berat bagi masyarakatnya. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pola kerusakan dari tsunami Palu tahun 2018. Wilayah yang diteliti dalam penelitian ini yaitu pesisir Talise, Sulawesi Tengah dengan menggunakan foto udara yang diambil langsung pasca terjadinya tsunami dengan menggunakan drone. Analisis dari penelitian ini yaitu menggunakan metode digitasi dengan menginterpretasi gambar wilayah Talise yang dikerjakan dalam software QGIS. Dimana interpretasi citra adalah upaya pengenalan obyek yang terpetakan pada citra dan penilaian arti penting obyek. Berdasarkan hasil penelitian, diketahuilah bahwa luas wilayah terdampak tsunami Palu 2018 yaitu seluas 79,398 m2, dimana diantaranya 16,66 m2 sawah, 16,311 m2 vegetasi, 5,37 m2 jalan, dan 8,258 m2 bangunan. Dari hasil interpretasi, dapat diketahui bahwa tsunami ini sangat merugikan bagi masyarakat di wilayah tersebut. Kata kunci: Tsunami, Pesisir Talise, Interpretasi ABSTRACT The tsunami that occurred in Palu in 2018 caused severe damage and losses to the community. This study was conducted to determine the pattern of damage from the Palu tsunami in 2018. The area studied in this case is the Talise coast, Central Sulawesi using aerial photographs taken directly after the tsunami using drones. The analysis of this research uses the digitization method by interpreting images of the Talise area which is done in QGIS software. Where the interpretation of images is an effort to recognize objects that are mapped on the image and an assessment of the significance of the object. Based on the results of the study, it was learned that the area affected by the 2018 tsunami in Palu was 79,398 m2, of which 16.66 m2 of rice fields, 16.311 m2 of vegetation, 5.37 m2 of roads, and 8,258 m2 of buildings. From the results of interpretation, it can be seen that this tsunami is very detrimental to the people in the region. Keywords: Tsunami, Talise Coastal, Interpretation PENDAHULUAN kajian terhadap pola kerusakan wilayah pesisir dilakukan sebagai acuan dalam pembangunan Indonesia merupakan negara kepulauan wilayah pesisir (Darwin, 2012). yang menjadi pertemuan antara tiga lempeng yaitu lempeng Aurasia, lempeng Australia, dan lempek Penginderaan jauh secara umum Pasifik, sehingga menjadi negara yang rawan akan didefinisikan sebagai ilmu-teknik-seni untuk gempa. Selain itu, Indonesia juga merupakan memperoleh informasi atau data mengenai kondisi negara yang dua pertiga wilayahnya adalah laut, fisik suatu benda atau obyek, target, sasaran maka besar potensi terjadi tsunami di Indonesia maupun daerah dan fenomena tanpa menyentuh (Wirma Sari, 2012). atau kontak langsung dengan benda atau target tersebut (Soenarmo, 2009). Dengan melihat Terbentuknya gelombang tsunami definisi di atas, maka dapat diketahui bahwa obyek diakibatkan oleh pergeseran lempeng pada dasar – obyek di permukaan bumi dapat dilihat laut, hal ini mengakibatkan perubahan terhadap karakteristiknya sesuai dengan keperluan tanpa daratan dan tutupan lahan di daerah pesisir. harus melakukan kontak langsung dengan obyek Perubahan daratan di daerah pesisir tersebut yang bersangkutan. Identifikasi objek didasarkan diakibatkan oleh terbawanya sedimen pantai yang pada unsur-unsur interpretasi citra yaitu rona atau terkikis oleh gelombang atau arus laut. Pentingnya 37
Bunga Rampai Kepesisiran dan Kemaritiman 1. Melakukan persiapan. 2. Mengunduh aplikasi yang dapat warna, bentuk, ukuran, tekstur, pola, bayangan, situs, dan asosiasi (Lestari, 2009). menghubungkan antara drone dengan hp (smartphone). Pada tanggal 28 September tahun 2018 3. Menyambungkan drone dengan terjadi tsunami di daerah Sulawesi Tengah smartphone tepatnya di Kota Palu sampai di Kabupaten 4. Melakukan perakitan baterai dan juga Donggala, tsunami ini menyebabkan terjadinya baling-baling drone. kerusakan di daratan pesisir Talise. Oleh karena 5. Meletakkan drone di tempat yang itu, penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pola strategis (jauh dari gangguan) kerusakan wilayah pesisir Talise pasca tsunami 6. Drone diterbangkan dan diambillah foto palu 2018 dengan menggunakan penginderaan udara dari ketinggian tertentu. jauh. b. Pengolahan Data METODE Data diolah dengan menggunakan 1. Waktu dan Tempat Software QGIS 2.18.0 dan di analisis Adapun lokasi dari penelitian ini adalah di dengan metode digitasi melalui interpretasi peneliti. Interpretasi citra adalah upaya wilayah pesisir Talise Sulawesi Tengah. Penelitian pengenalan obyek yang terpetakan pada ini menggunakan data foto udara yang direkam citra dan penilaian arti penting obyek beberapa hari sesudah terjadinya tsunami Palu (Rahayu, 2015). Wilayah yang di digitasi tahun 2018. Pengolahan dan analisis data dari adalah wilayah yang terkena dampak penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2020 tsunami, wilayah yang mengalami hingga Februari 2020 di Ruang Diklat Parangtritis kerusakan akibat tsunami dilihat dari Geomaritime Science Park. bentuk wilayah tersebut (interpretasi). Gambar 1. Lokasi penelitian di daerah Pesisir Talise Data yang dianalisis, diklasifikasikan Sulawesi Tengah. menjadi 4 kategori yaitu bangunan, sawah, jalan, dan vegetasi. Dalam proses 2. Alat dan Bahan interpretasi ini, peneliti menggunakan Adapun alat yang digunakan dalam penelitian bantuan Google Earth Pro dan juga orang yang mengambil foto udara tersebut. ini yaitu sebuah laptop/komputer yang berisikan Dimana hal ini dilakukan untuk lebih software QGIS dimana alat ini digunakan untuk mengakuratkan interpretasi oleh peneliti. mengolah data. Sedangkan bahan yang digunakan Setelah itu keempat klasifikasi tersebut dalam penelitian ini yaitu, data foto udara pasca dihitung luasnya. Lalu setelah luas dari tsunami Palu 2018 yang diambil langsung oleh setiap kategori dihitung, dibuatlah layout pihak PGSP. peta untuk hasil yang sudah diinterpretasikan. 3. Metode kerja a. Pengumpulan Data Mulai Data penginderaan jauh adalah berupa citra. Citra adalah gambaran obyek yang Data Citra Foto terekam oleh kamera atau sensor lainnya. Udara Citra penginderaan jauh memiliki beberapa bentuk yaitu foto udara ataupun citra satelit Digitasi Pola Kerusakan (Rahayu, 2015). Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah citra foto udara yang Gambar Pola Kerusakan direkam setelah tsunami yaitu tanggal 16 dan 17 Oktober tahun 2018 dengan menggunakan Selesai drone, dimana langkah kerja dalam pengambilan foto udara yaitu: Gambar 2. Diagram alir penelitian. 38
Pemetaan Cepat Pola Kerusakan Akibat Tsunami Palu Pada Tahun 2018 di Pesisir Talise....................(Jesikapna Callia Br Guru Singa) HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan analisis yang telah dilakukan dalam menginterpretasi peta pola kerusakan, didapatkanlah bahwa wilayah kerusakan yaitu seluas 79,396 m2. Angka ini tergolong sangat luas, maka dari itu dapat diketahui bahwa tsunami Palu tahun 2018 ini sangatlah besar. Gambar 3. Pola kerusakan wilayah terdampak Gambar 4. Pola kerusakan wilayah terdampak tsunami. berdasarkan klasifikasi. Tsunami ini sangat merugikan masyarakat Dalam penelitian ini, terdapat wilayah yang sekitar, hal ini dapat dilihat dari luas tiap kategori tidak terinterpretasi dari luas wilayah kerusakan. yang dapat diinterpretasikan antara lain: Adapun wilayah yang tidak dapat diinterpretasi seluas 32,797 m2 . dimana hal ini disebabkan oleh Tabel 3. Luas Wilayah yang Terinterpretasi. beberapa faktor, yaitu: adanya distorsi dalam citra foto udara sehingga menyulitkan peneliti dalam Kategori Luas (m2) menginterpretasi, tidak teridentifikasi, dan juga beberapa lahan kosong. Sawah 16,66 KESIMPULAN Vegetasi 16,31 Berdasarkan penelitian yang sudah dilakukan, Jalan 5, 37 kesimpulan yang dapat diperoleh yaitu dimana luas wilayah yang terkena dampak bencana Bangunan 8, 258 tsunami Palu tahun 2018 di Pesisir Talise terhitung sangat luas yaitu seluas 79,398 m2 dan juga Tidak terinterpretasi 32,797 menyebabkan banyak kerugian bagi masyarakat sekitar. Kerugian dapat dilihat dari hasil klasifikasi Total 79,396 dimana klasifikasi dari wilayah yang terdampak diantaranya sawah dengan luas 16,66m2, vegetasi Berdasarkan hasil interpretasi tiap dengan luas 16,311 m2, jalan dengan luas 5,37m2, kategorinya, dapat diketahui bahwa tsunami dan bangunan dengan luas 8,258 m2. menghancurkan banyak tempat tinggal maupun tempat masyarakat untuk mencari nafkah (sawah UCAPAN TERIMA KASIH & bangunan). Tsunami juga menghancurkan jalur transportasi di wilayah pesisir talise yang Penulis berterima kasih kepada Tuhan Yang menyebabkan banyak jalan yang terputus. Maha Esa karena anugerahnya penulis dapat menyelesaikan penelitian ini. dan juga seluruh pihak yang sudah membantu dalam penelitian ini terutama kepada pihak Parangtritis Geomaritime Science Park yang sudah mengizinkan saya untuk melakukan penelitian ini dan juga saya tidak lupa berterima kasih kepada teman-teman saya semasa magang yang selalu memberi support dalam melakukan penelitian ini. DAFTAR PUSTAKA Darwin, P., Mbina P., M. Ali, 2012. Analisis Perubahan Garis Pantai Dengan Menggunakan Citra Penginderaan Jauh (Studi Kasus Di Kecamatan Talawi Kabupaten Batubara). Universitas Negeri Medan. 39
Bunga Rampai Kepesisiran dan Kemaritiman Soenarmo, S.H. 2009. Penginderaan Jauh dan Pengenalan Sistem Informasi Geografi Lestari, Wiji. 2009. Pemanfaatan Citra Ikonos Untuk Bidang Ilmu Kebumian. Bandung: Untuk Pendataan Objek Pajak Bumi dan Penerbit ITB Bangunan Di Kecamatan Jebres Kota Surakarta. Surakarta: USM Wirma Sari, dkk. (2012). “Analisis Rekahan Gempa Bumi dan Gempa Bumi Susulan Dengan Rahayu, L., Subiyanto, S., dan Yuwono, B D. Menggunakan Metode Omori”. Jurnal Sains (2015). Kajian Pemanfaatan Data dan Pendidikan Fisika. Jilid 8, Nomor 3, Penginderaan Jauh untuk Identifikasi Objek Desember 2012 Pajak Bumi dan Bangunan (Studi Kasus: Kecamatan Tembalang Kota Semarang). Jurnal Geodesi Undip, Vol.4, No.1, Tahun 2015. 40
Pemetaan Daerah Rawan Tsunami di Kabupaten Gunungkidul, Yogyakarta..................................................... (Dyah Laila Putri Santoso) PEMETAAN DAERAH RAWAN TSUNAMI DI KABUPATEN GUNUNGKIDUL, YOGYAKARTA (Tsunami Prone Area Mapping Form in Gunungkidul Regency, Yogyakarta) Dyah Laila Putri Santoso1, Putri Meissarah2 Universitas Trunojoyo Madura1 Parangtritis Geomaritime Science Park2 Jl. Raya Telang, Perumahan Telang Indah, Telang, kamal, Kabupaten Bangkalan, Jawa Timur 69162 E-mail: [email protected] ABSTRAK Tsunami merupakan salah satu bencana alam yang tidak dapat diprediksi kedatangannya dan memiliki daya rusak yang besar serta menimbulkan kerugian yang besar pula. Kabupaten Gunungkidul, Yogyakarta adalah salah satu kabupaten yang berada di pesisir pantai selatan Jawa yang mana merupakan daerah subduksi sehingga rawan terhadap bencana tsunami. Mitigasi bencana tsunami perlu dilakukan untuk mengurangi dampak dan kerugian yang ditimbulkan bencana tsunami. Salah satu upaya pendukung mitigasi adalah memetakan tingkat kerawanan bencana tsunami di Kabupaten Gunungkidul, Yogyakarta. Penelitian dilaksanakan pada bulan Desember 2019 hingga Januari 2020 di Kabupaten Gunungkidul, Yogyakarta. Penelitian ini bertujuan untuk menyusun peta kerawanan wilayah di Kabupaten Gunungkidul, Yogyakarta terhadap bencana tsunami. Metode yang digunakan adalah analisa deskriptif hasil dari tumpang susun (overlay) parameter kerawanan tsunami. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat kerawanan bencana tsunami di Kabupaten Gunungkidul terdiri dari lima kelas, yakni sangat rawan dengan luas 7.774,33 Ha, rawan dengan luas 11.602,46 Ha, agak rawan dengan luas 90.675,51 Ha, aman dengan luas 33.734,17 Ha dan sangat aman dengan luas 4.749,53 Ha. Kelas kerawanan agak rawan memiliki luasan yang paling besar karena sebagian besar daerah Kabupaten Gunungkidul memiliki morfologi yang mirip, yakni banyaknya bukit dengan ketinggian dan kemiringan yang hampir sama. Wilayah desa pesisir yang memiliki tingkat kerawanan tsunami sangat rawan di Kabupaten Gunungkidul adalah Desa Giricahyo, Giriwungu, Girikerto, Krambilsawit, Kanigoro Kemadang, Banjarejo, Ngestirejo, Sidoharjo, Purwodadi, Balong, Jepitu, Tileng, Pucung dan Songbanyu sedangkan desa dengan kelas rawan adalah seluruh desa pesisir termasuk Desa Girijati, Giripurwo dan Giricahyo, Tepus dan Sidoharjo. Kata Kunci: Kerawanan, Tsunami, Kabupaten Gunungkidul ABSTRACT The tsunami is one of the natural disasters that cannot be predicted its arrival and has a great destructive power and cause great losses as well. Gunungkidul Regency, Yogyakarta is one of the regencies located on the southern coast of Java which is a subduction area that is prone to tsunami disasters. Tsunami disaster mitigation needs to be done to reduce the impact and loss caused by the tsunami. One effort to support mitigation is to map the level of tsunami disaster vulnerability in Gunungkidul Regency, Yogyakarta. The study was conducted in December 2019 to January 2020 in Gunungkidul Regency, Yogyakarta. This study aims to compile maps of the area's vulnerability in Gunungkidul Regency, Yogyakarta against the tsunami disaster. The method used is descriptive analysis of the results of overlay of tsunami hazard parameters. The results showed that the level of tsunami hazard in Gunungkidul District consisted of five classes, namely very vulnerable with an area of 7,774.33 Ha, prone to an area of 11,602.46 Ha, somewhat prone to an area of 90,675.51 Ha, safe with an area of 33,734.17 Ha and very safe with an area of 4,749.53 Ha. The vulnerability class is rather prone to have the largest area because most of Gunungkidul Regency has a similar morphology, namely the number of hills with almost the same height and slope. Coastal areas that have very vulnerable tsunami hazard levels in Gunungkidul Regency are the villages of Giricahyo, Giriwungu, Girikerto, Krambilsawit, Kanigoro Kemadang, Banjarejo, Ngestirejo, Sidoharjo, Purwodadi, Balong, Jepitu, Tileng, Pucung and Songbanyu while villages with vulnerable classes are all Coastal villages include the villages of Girijati, Giripurwo and Giricahyo, Tepus and Sidoharjo. Keywords: Kerawanan, Tsunami, Kabupaten Gunungkidul PENDAHULUAN mengganggukehidupan serta penghidupan masyarakat (Undang-undang Nomor 24 Tahun Bencana merupakan suatu 2007). Faktor penyebab bencana alam dapat berasal dari manusia maupun alam itu sendiri. rangkaianperistiwa yang mengancam dan 41
Bunga Rampai Kepesisiran dan Kemaritiman Letak geografis Indonesia yang berada di lintasan Gunungkidul dipetakan berdasarkan beberapa cincin api atau ring of fire yang mana kawasan parameter kerawanan dengan mengaplikasikan tersebut berjajar gunung api aktif sertasebagai teknologi Sistem Informasi Geografis (SIG). Data tempat pertemuan lempeng besar, yakni Lempeng spasial yang diperoleh dari citra satelit dan Eurasia, Lempeng Indo-Australia dan Lempeng petarupabumi serta data dari berbagai sumber Pasifik. Kondisi ini mengakibatkan Indonesia kerap lainnya akan diintegrasikan dengan bantuan dilanda bencana yang disebabkan oleh software penginderaan jauh dan SIG untuk pergerakan lempeng, baik gempa tektonik, gempa memberikan informasi mengenai daerah yang vulkanik maupun tanah longsor. Salah satu rawan tsunami di Kabupaten Gunungkidul bencana alam yang rawan terjadi di Indonesia (Sugiharyanto et al. 2014). Penelitian dilakukan berdasarkan letak geografis dan sebagai negara untuk memetakan daerah rawan tsunami di maritim adalah tsunami. Kabupaten Gunungkidul, Yogyakarta. Tsunami merupakan gelombang besar yang METODE dibangkitkan oleh terjadinya gempa tektonik, letusan gunung berapi, badai dan tanah longsor di Lokasi Penelitian lautan (Prasetya, 2006). Kerusakan yang ditimbulkan bencana tsunami dapat berskala besar Kabupaten Gunungkidul merupakan dan sangat merugikan. Menurut Badan Nasional kabupaten yang terletak di pesisir selatan Daerah Penanggulangan Bencana (BNPB), kematian yang Istimewa Yogyakarta (DIY) tepatnya di daerah disebabkan oleh tsunami pada tahun 2004 di Aceh paling timur provinsi DIY. Kabupaten Gunungkidul mencapai 165.945 jiwa. Bencana tsunami tidak berbatasan dengan Kabupaten Klaten dan dapat diprediksi kedatangannya sehingga Sukoharjo di sebelah utara, Kabupaten Wonogiri di diperlukan adanya tindakan khusus dalam timur, Samudera Hindia di selatan serta Kabupaten mengurangi dampak dan kerugian yang Bantul dan Sleman di barat. Koordinat lokasi ditimbulkan. Kabupaten Gunungkidul adalah 110°21' - 110°50' BT dan 7°46' - 8°09' LS. Luas Kabupaten Penanganan bencana yang diperlukan salah Gunungkidul mencapai 46,63% dari luas satunya adalah mitigasi yang mana kegiatan ini keseluruhuan provinsi DIY, yakni seluas 1.485,36 bertujuan untuk mengurangi atau meminimalisasi km2. Kabupaten Gunungkidul secara administratif potensi dampak negatif dari suatu bencana secara terbagi menjadi 18 kecamatan dengan 144 dinamis, terpadu dan berkelanjutan. Pembuatan kelurahan/desa. (BPS Kab. Gunungkidul). Berikut peta kerawanan tsunami menjadi dasar dalam adalah peta lokasi penelitian: mitigasi tsunami. Hajar (2006) mengatakan bahwa pembuatan peta kerawanan tsunami Gambar 1. Peta Lokasi Penelitian. membutuhkan beberapa parameter diantaranya adalah morfologi dasar laut daerah pantai, jarak Metode Penelitian dari sumber penyebab tsunami, elevasi lereng bawah laut, jarak dari sungai, keberadaan pulau Pemetaan kerawanan tsunami menggunakan penghalang, topografi daratan, elevasi daratan, parameter, kemiringan lahan, ketinggian lahan, keterlindungan daratan, bentuk garis pantai, dan jarak dari sungai, jarak dari garis pantai, jarak dari jarak dari garis pantai. Dalam Handoyo et sumber gempa, keterlindungan daratan, al.(2017), pemetaan daerah rawan tsunami keberadaan pulau penghalang dan morfologi menggunakan parameter elevasi dan kemiringan pantai. Kerawanan tsunami dibagi menjadi 5 kelas, lahan serta jarak dari sungai dan pantai.Menurut yakni sangat rawan, rawan, agak rawan, aman dan Subardjo dan Ario (2015), parameter yang bernilai sangat aman. Penentuan rentang kelas pada homogen tidak digunakan dalam pemetaan daerah daerah rawan tsunami menggunakan rumus rawan tsunami. Penggunaan masing-masing sebagai berikut: parameter kerawanan tsunami disesuaikan dengan keadaan lingkungan penelitian. Kompleksitas lingkungan seperti adanya pulau penghalang, muara sungai dan teluk menjadi faktor yang berpengaruh signifikan terhadap penentuan daerah rawan tsunami. Bencana tsunami di Indonesia berpotensi besar terjadi di wilayah pantai selatan Pulau Jawa, salah satunya Kabupaten Gunungkidul. Hal tersebut dikarenakan adanya celah subduksi, yakni zona dimana terjadi pertemuan antara lempeng samudera dengan lempeng benua yang berakibat penunjaman lempeng samudera ke bawah lempeng benua. Kawasan pesisir Kabupaten Gunungkidul memiliki karst yang miring ke selatan dan pantai yang berbentuk seperti gigi gergaji. Kerawanan tsunami di Kabupaten 42
Search
Read the Text Version
- 1
- 2
- 3
- 4
- 5
- 6
- 7
- 8
- 9
- 10
- 11
- 12
- 13
- 14
- 15
- 16
- 17
- 18
- 19
- 20
- 21
- 22
- 23
- 24
- 25
- 26
- 27
- 28
- 29
- 30
- 31
- 32
- 33
- 34
- 35
- 36
- 37
- 38
- 39
- 40
- 41
- 42
- 43
- 44
- 45
- 46
- 47
- 48
- 49
- 50
- 51
- 52
- 53
- 54
- 55
- 56
- 57
- 58
- 59
- 60
- 61
- 62
- 63
- 64
- 65
- 66
- 67
- 68
- 69
- 70
- 71
- 72
- 73
- 74
- 75
- 76
- 77
- 78
- 79
- 80
- 81
- 82
- 83
- 84
- 85
- 86
- 87
- 88
- 89
- 90
- 91
- 92
- 93
- 94
- 95
- 96
- 97
- 98
- 99
- 100
- 101
- 102
- 103
- 104
- 105
- 106
- 107
- 108
- 109
- 110
- 111
- 112
- 113
- 114
- 115
- 116
- 117
- 118
- 119
- 120
- 121
- 122