Important Announcement
PubHTML5 Scheduled Server Maintenance on (GMT) Sunday, June 26th, 2:00 am - 8:00 am.
PubHTML5 site will be inoperative during the times indicated!

Home Explore Kriteria Penilaian dan Contoh Kartul

Kriteria Penilaian dan Contoh Kartul

Published by elylusia, 2021-11-11 03:51:55

Description: Kriteria Penilaian dan Contoh Kartul

Search

Read the Text Version

KARYA TULIS 2021-2022 \"Meniti Impian melalui Penelitian\" Kriteria Penilaian dan Contoh Artikel Ilmiah SMA KOLESE GONZAGA

Rubrik Penilaian Penulisan Karya Tulis Kelas XI SMA Kolese Gonzaga Tahun Pelajaran 2021/2022 NO ELEMEN SKOR PENILAIAN MAKSIMAL GURU I. Identitas Artikel Ilmiah 1 Judul artikel ilmiah jelas 5 2 Identitas artikel jelas 3 II. Bagian Teks Utama Artikel Ilmiah 5 3 Bagian Pendahuluan 5 a. Kesesuaian antara abstrak dan isi b. Berisikan informasi yang melatarbelakangi 5 permasalahan yang dibahas secara teoretik maupun 5 empiris. c. Mendeskripsikan masalah atau tujuan penulisan artikel 10 ilmiah. 10 d. Menuliskan manfaat dari materi yang dikaji. 7 4 Bagian Inti a. Memaparkan materi yang relevan dengan masalah yang 10 telah dipaparkan pada bagian pendahuluan. 5 b. Beragam konsep dieksplorasi dari banyak sumber (>3 sumber buku/jurnal/artikel, dll.) 5 c. Penjelasan diperjelas dengan gambar/diagram/foto yang 10 disertakan sesuai dengan pembahasan. 10 5 Bagian Penutup 5 a. Memberikan kesimpulan atau penegasan atau ringkasan. b. Saran atau rekomendasi sehubungan dengan masalah yang dibahas. III. Format Penulisan Artikel Ilmiah 6 a. Kesesuaian struktur penulisan artikel ilmiah b. Tata tulis: ukuran kertas, tipografi, kerapian ketikan, tata letak jumlah halaman. c. Penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar d. Orisinalitas SKOR TOTAL 100

Rubrik Penilaian Presentasi Karya Tulis Kelas XI SMA Kolese Gonzaga Tahun Pelajaran 2021/2022

DATA REKAPITULASI PENDAMPINGAN DAN PROG SMA KOLESE Keterangan No Nama Januari Februari Siswa Pertemu Pertemu Pertemu an Ke- Tanggal Progres an Ke- Tanggal Progres an Ke-

GRES PENULISAN KARYA TULIS T.P. 2021-2022 GONZAGA Maret April Tenggat Pengumpulan Penulisan Karya Tulis u Pertemu Selasa, 11 Mei 2021 Tanggal Progres an Ke- Tanggal Progres Keterangan

ANALISIS PENYEBAB TIDAK TUNTASNYA NILAI ULANGAN MATEMATIKA PEMINATAN MATERI TRIGONOMETRI ANALITIKA PADA MURID XI IPA ANGKATAN XXXIII SMA KOLESE GONZAGA Brian Irman Y. Tri Susila Kelas XI IPA 1 No. 7 SMA KOLESE GONZAGA E-mail: [email protected] Abstrak Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis deskriptif yang bertujuan untuk mengetahui bentuk-bentuk kesalahan yang seringkali terjadi dalam menyelesaikan soal-soal ulangan trigonometri analitika matematika, meliputi jenis-jenis kesalahan dan letak kesalahan yang umumnya terjadi pada saat menyelesaikan soal-soal ulangan trigonometri analitika matematika pada murid-murid kelas XI IPA angkatan XXXIII SMA Kolese Gonzaga. Penelitian ini juga bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang menyebabkan tidak tuntasnya nilai ulangan trigonometri analitika matematika agar dapat meminimalisir terjadinya kesalahan berulang pada ulangan trigonometri analitika matematika angkatan berikutnya. Penelitian ini terbagi menjadi lima tahap, diantaranya: pencarian sumber data, penentuan subjek penelitian, pengisian survei dan pengumpulan data, wawancara penegas, dan triangulasi data sebagai langkah akhir. Berdasarkan hasil analisis melalui survei angket yang disebarluaskan juga telah ditegaskan melalui wawancara dengan guru pembimbing dan beberapa responden, terkuak pula fakta bahwa responden seringkali melakukan kesalahan operasi perhitungan dan kesalahan teorema atau kesalahan definisi, dilihat dari jenis kesalahannya. Salah dalam menggunakan variasi rumus, salah dalam memahami soal, dan salah menyelesaikan jawaban akhir, dilihat dari letak kesalahannya. Didukung pula oleh faktor ketidaktelitian dan ketidakpahaman konsep. Kata kunci: faktor; kesalahan; matematika; trigonometri analitika; ulangan. Analysis of the Causes of Incomplete Mathematics Score During Analytic Trigonometry Testing for Science Major Students in Grade XI Year XXXIII of Gonzaga College High School Abstract This research uses a qualitative approach with a descriptive type which aims to determine the forms of errors that often occur in solving mathematical analytic trigonometry test problems, including the types of errors and the location of the errors that generally occur to science major students in grade XI year XXXIII of Gonzaga College High School when solving mathematical analytic trigonometry test questions. This study also aims to determine what factors cause the incomplete score of the mathematical analytic trigonometry test in order to minimize the occurrence of repeated errors in the next batch of mathematical analytic trigonometry testing. This research is divided into five

stages, including: searching for data sources, determining research subjects, filling out surveys and collecting data, confirming interviews, and triangulating data as the final step. Based on the results of the analysis through a distributed questionnaire survey that has also been confirmed through interviews with supervisors and several respondents, it was also revealed that the respondents often made calculation operations errors and theorem errors or definitions errors, seen from the type of mistakes they made. Using the wrong variations in formulas, misunderstanding the questions, and wrongly completing the final answer, seen from the location of the errors. This is also supported by inaccuracy and conceptual misunderstanding. Keywords: factors; errors; mathematics; analytic trigonometry; tests. Pendahuluan Matematika merupakan sebuah cabang ilmu bersifat universal yang mempelajari tentang bilangan, hubungan antara bilangan, dan prosedur operasional yang digunakan dalam penyelesaian masalah mengenai bilangan. Dalam kehidupan sehari-hari, ilmu matematika mempunyai peranan penting yang tidak terlihat secara langsung. Hingga saat ini, sudah banyak penelitian yang menyatakan bahwa ilmu matematika dalam kehidupan sehari-hari lebih berdampak pada tingkat logika penalaran seseorang. Sedangkan, pembelajaran ilmu matematika yang bersifat penghafalan dan penggunaan rumus ternyata tidak banyak memberi pengaruh dalam kehidupan sehari-hari. Pembelajaran matematika mampu meningkatkan kemampuan berpikir secara kritis seseorang dalam menyelesaikan suatu masalah. Trigonometri analitika merupakan cabang matematika yang mempelajari hubungan yang meliputi panjang dan sudut pada segitiga. Trigonometri analitika penting dipahami oleh murid karena dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Beberapa peranan trigonometri analitika dalam kehidupan sehari-hari antara lain: mempermudah dalam navigasi untuk menentukan jarak dari pantai ke suatu titik di laut, mencari ketinggian suatu menara dan pegunungan, dan lain sebagainya. Tercapai atau tidaknya pemahaman seorang murid selama proses pembelajaran matematika dapat dinilai dari keberhasilan murid dalam mengaplikasikan pemahaman murid terhadap pelajaran dalam menyelesaikan persoalan-persoalan matematika dalam sebuah tes atau ulangan. Ulangan adalah proses yang dilakukan untuk mengukur pencapaian kompetensi murid secara berkelanjutan dalam proses pembelajaran atau mengulang pembelajaran. Dengan melaksanakan ulangan kemampuan dalam memahami satu atau beberapa indikator dalam suatu pelajaran oleh murid dapat diukur. Saat melaksanakan ulangan hasil setiap anak dapat bervariasi tergantung pada keberhasilan murid dalam menjawab soal ulangan. Oleh

sebab itu, hasil dari sebuah tes dapat tidak memuaskan karena murid dapat melakukan kesalahan dalam ulangan. Kesalahan adalah penyimpangan dari hal yang benar. Seorang murid dapat melakukan kesalahan karena terdapat berbagai faktor yang mempengaruhi. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi performa murid dalam melakukan ulangan, antara lain hasil belajar murid, persiapan murid, metode mengajar, metode belajar, minat, motivasi, media pembelajaran, suasana lingkungan, serta fokus dan konsentrasi murid. Tuntas tidaknya hasil dari sebuah tes atau ulangan ditentukan oleh pencapaian target nilai minimal murid yang dikenal dengan KKM. Kriteria Ketuntasan Minimal atau biasa dikenal dengan sebutan KKM adalah suatu kriteria paling rendah untuk menyatakan bahwa murid mencapai ketuntasan dalam hal nilai yang diperoleh murid tersebut. Berbagai masalah yang telah dijabarkan di atas sangat merugikan murid. Oleh karena itu, diperlukan sebuah analisis terhadap murid yang mendapatkan nilai ulangan trigonometri analitika di bawah KKM agar dapat mengetahui faktor-faktor apa yang cenderung mempengaruhi tidak tuntasnya nilai ulangan trigonometri analitika tersebut. Berdasarkan batasan masalah yang dikemukakan di atas, maka dapat diambil pokok-pokok masalah sebagai berikut: (a) apa saja bentuk kesalahan yang terjadi dalam menyelesaikan soal-soal ulangan trigonometri analitika matematika, yang meliputi bentuk kesalahan dan letak kesalahan itu sendiri; (b) apa saja faktor-faktor yang menyebabkan tidak tuntasnya nilai ulangan trigonometri analitika matematika? Dalam melakukan penelitian ini, penulis memiliki tujuan sebagai berikut: (a) untuk mengetahui bentuk kesalahan yang terjadi dalam menyelesaikan soal-soal ulangan trigonometri analitika matematika, yang meliputi jenis kesalahan dan letak dari kesalahan itu sendiri dan (b) untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang menyebabkan tidak tuntasnya nilai ulangan trigonometri analitika matematika. Dengan tercapainya tujuan penelitian di atas, maka hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pembaca: (a) meminimalisir terjadinya kesalahan pada ulangan trigonometri analitika di angkatan berikutnya dan (b) memantapkan persiapan murid sebelum ulangan; bagi penulis: (a) mengurangi terjadinya kesalahan berulang pada ulangan trigonometri analitika dan (b) mengetahui penyebab tidak tuntasnya ulangan trigonometri analitika bagi beberapa teman sebayanya; bagi guru: (a) menemukan solusi atas permasalahan yang sering muncul pada soal ulangan trigonometri analitika untuk para murid dan (b) mengetahui cara meningkatkan performa murid saat mengerjakan ulangan.

Tinjauan Teoretis Belajar adalah merupakan suatu proses, suatu kegiatan dan bukan suatu hasil atau tujuan. Belajar bukan hanya mengingat, akan tetapi lebih luas dari pada itu, yaitu mengalami. Hasil belajar bukan suatu penguasaan hasil latihan melainkan perubahan kelakuan. Kesulitan belajar menunjuk pada sekelompok kesulitan yang dimanifestasikan dalam bentuk kesulitan yang nyata dalam kemahiran dan penggunaan kemampuan mendengarkan, bercakap-cakap, membaca, menulis, menalar, atau kemampuan dalam bidang studi matematika. Meskipun suatu kesulitan belajar mungkin terjadi bersamaan dengan adanya kondisi lain yang mengganggu (misalnya: gangguan sensori, tunagrahita, hambatan sosial dan emosional) atau berbagai pengaruh lingkungan (misalnya: perbedaan budaya, pembelajaran yang tidak tepat), berbagai hambatan tersebut bukan penyebab atau pengaruh langsung. Banyak hal yang dapat menghambat dan mengganggu kemajuan belajar, bahkan sering juga terjadi suatu kegagalan. Faktor-faktor yang menyebabkan kesulitan belajar dapat digolongkan menjadi dua faktor, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal meliputi: faktor biologis, kesehatan, faktor psikologis, intelegensi, perhatian, minat, bakat, emosi. Sedangkan faktor eksternal meliputi: lingkungan, faktor suasana rumah, faktor ekonomi keluarga, faktor lingkungan sekolah, faktor lingkungan masyarakat. Setiap materi pelajaran yang diajarkan dalam suatu proses pembelajaran untuk mengetahui kompetensi yang diajarkan sudah dikuasai atau belum diukur melalui nilai setelah diadakan uji terhadap kompetensi yang dimaksud. Murid-murid dianggap telah menguasai kompetensi ini apabila telah mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal atau biasa dikenal dengan KKM. KKM adalah kriteria ketuntasan belajar yang ditentukan oleh satuan pendidikan. KKM pada akhir satuan pendidikan merupakan ambang batas kompetensi. Kriteria ketuntasan menunjukkan persentase tingkat pencapaian kompetensi sehingga dinyatakan dengan angka maksimal 100 (seratus). Angka maksimal 100 merupakan kriteria ketuntasan ideal. Penetapan nilai kriteria ketuntasan minimal dilakukan melalui analisis ketuntasan belajar minimal pada setiap indikator dengan memperhatikan kompleksitas, daya dukung, dan tingkat kemampuan murid untuk mencapai ketuntasan kompetensi dasar dan standar kompetensi. Prestasi murid dikatakan baik apabila murid dapat mencapai nilai sama dengan KKM atau melebihi nilai KKM. Apabila murid memiliki nilai di bawah KKM maka murid dikatakan tidak tuntas. Dalam rangka mencapai nilai KKM, murid seringkali terbukti tidak luput dari kesalahan. Perbedaan kemampuan intelektual seseorang memungkinkan adanya murid menjawab soal

salah atau benar atau sama sekali tidak menjawab soal yang diberikan. Perolehan skor yang tergolong dibawah KKM dari setiap evaluasi hasil belajar seseorang umumnya disebabkan adanya kesalahan yang dibuat dalam menyelesaikan soal ulangan. Di samping itu alasan lain adalah kemampuan dasar yang dimiliki rendah, pemahaman yang relatif kurang komprehensif atas setiap pokok bahasan, tidak mampu berkonsultasi untuk membahas pelajaran, dan murid biasanya menghafal serta tidak mengerti konsep yang diberikan. Jenis kesalahan adalah kesalahan yang berkaitan dengan objek, kesalahan yang dilakukan murid dalam menafsirkan istilah, konsep dan prinsip. Kesalahan itu timbul akibat adanya kesulitan murid dalam belajar. Secara garis besar faktor-faktor yang mempengaruhi kesalahan dapat dibedakan menjadi dua faktor, yaitu: (a) faktor yang bersumber dari dalam diri manusia yang disebut faktor internal dan (b) faktor yang bersumber dari luar yang disebut faktor eksternal. Untuk mengetahui faktor-faktor penyebab kesalahan murid dalam menyelesaikan soal matematika dapat diketahui dari kesalahan yang dilakukannya. Penyebab kesalahan murid berdasarkan faktor internal dibedakan menjadi 3, yaitu: (a) kurangnya bakat khusus untuk suatu situasi belajar tertentu, seperti halnya intelegensi, bakat juga merupakan wadah untuk mencapai hasil belajar tertentu; (b) kurangnya kemampuan dasar yang dimiliki oleh murid dan kurangnya motivasi atau dorongan untuk belajar, tanpa adanya motivasi yang besar murid akan banyak mengalami kesalahan dan kesulitan dalam belajar; dan (c) faktor jasmani yang tidak mendukung kegiatan belajar, seperti: gangguan kesehatan, cacat tubuh, gangguan penglihatan, gangguan pendengaran dan lain sebagainya. Penyebab kesalahan murid berdasarkan faktor eksternal dibedakan menjadi tiga, yaitu: (a) lingkungan sosial murid di rumah yang meliputi seluruh anggota keluarga, (b) lingkungan sosial murid di sekolah yang meliputi: teman sebaya, guru, serta karyawan lainnya, dan (c) lingkungan sosial dalam masyarakat yang meliputi seluruh anggota masyarakat. Dengan demikian hubungan antara kesalahan dengan kesulitan adalah sangat erat dan saling mempengaruhi satu sama lain. Kesalahan dan kesulitan dalam belajar merupakan dua hal yang berbeda dan sangat erat kaitannya, bahkan sulit untuk menentukan apakah kesulitan yang menyebabkan kesalahan atau kesalahan yang menyebabkan kesulitan. Tetapi indikator yang sering dipakai untuk menentukan apakah seorang murid mengalami kesulitan dalam belajar adalah adanya kesalahan-kesalahan yang dilakukan murid dalam memahami dan mempelajari matematika termasuk dalam menyelesaikan soal. Metode Penelitian

Pendekatan penelitian yang dilakukan ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis deskriptif. Penelitian kualitatif ini dilakukan dengan maksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, secara holistik, dengan mendeskripsikan ke dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah. Data hasil penelitian kualitatif adalah dalam bentuk kata-kata dan lebih menekankan pada deskriptif. Oleh karena itu, penelitian kualitatif dapat juga disebut sebagai penelitian deskriptif, karena penelitian deskriptif ditujukan untuk mendeskripsikan suatu keadaan atau fenomena yang terjadi apa adanya. Subjek penelitian merupakan sumber untuk mendapatkan informasi dan keterangan dari penelitian yang diinginkan. Subjek penelitian ini adalah murid angkatan XXXIII SMA Kolese Gonzaga, yaitu murid kelas XI IPA tahun pelajaran 2020/2021, yang terdiri atas 5 kelas masing-masing berisikan 32 hingga 33 murid. Subjek wawancara dalam penelitian ini adalah murid yang telah melaksanakan ulangan harian materi trigonometri analitika pada kelas XI yang kemudian akan dipilih beberapa murid secara acak berdasarkan hasil nilai murid yang tidak memenuhi nilai standar Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) untuk dijadikan responden. Adapun kriteria pemilihan responden dilihat dari banyaknya kesalahan yang dilakukan murid dalam menjawab soal dan variasi letak kesalahan yang dilakukannya. Prosedur pengumpulan data yang dilakukan oleh penulis dimulai dari: (1) mencari sumber data, yaitu berupa rekapitulasi kumpulan nilai-nilai ulangan trigonometri analitika matematika kelas XI IPA pada semester ganjil tahun ajaran 2020/2021 untuk menunjang penentuan subjek yang akan diteliti yang didapatkan dengan permohonan izin kepada guru matematika kelas XI SMA Kolese Gonzaga, yaitu Ibu Helena Panca R., S. Pd untuk dapat melihat rekapitulasi kumpulan nilai-nilai ulangan trigonometri analitika kelas XI IPA pada semester 1 tahun ajaran 2020/2021; (2) menentukan subjek penelitian yaitu dengan murid kelas XI IPA angkatan XXXIII SMA Kolese Gonzaga yang tidak memenuhi nilai standar Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) berdasarkan data yang sudah didapatkan sebagai subjek penelitian; (3) melakukan survei dengan meminta beberapa murid kelas XI IPA angkatan XXXIII SMA Kolese Gonzaga yang tidak memenuhi nilai standar Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) untuk menggali informasi tentang kesalahan-kesalahan yang mungkin telah dilakukannya ketika menyelesaikan soal-soal ulangan trigonometri analitika matematika; (4) melakukan wawancara dengan guru matematika kelas XI SMA Kolese Gonzaga, yaitu Ibu Helena Panca R., S. Pd dan beberapa murid kelas XI IPA angkatan XXXIII SMA Kolese Gonzaga yang sudah dipilih berdasarkan data yang didapat dari survei dan telah diuji dengan

kecocokan data pada rekapitulasi kumpulan nilai-nilai yang sudah didapatkan, hal ini dilakukan untuk memperoleh data tentang aktivitas guru ketika mengajar matematika di dalam kelas dan aktivitas murid ketika belajar matematika di dalam kelas (5) triangulasi data dari data yang diperoleh dan hasil dari wawancara dan dokumentasi yang diperoleh untuk mendapatkan data, data yang diperoleh dianalisis lagi untuk mendapatkan kesimpulan penelitian. Penelitian ini sendiri mulai dilakukan pada minggu ke-1 hingga minggu ke-3 bulan Maret 2021 yang terdiri atas pencarian sumber data dan penentuan subjek yang akan diteliti berdasarkan data nilai yang sudah didapat pada minggu pertama bulan Maret 2021, dilanjutkan dengan dilakukannya survei kepada beberapa murid kelas XI IPA angkatan XXXIII SMA Kolese Gonzaga yang tidak memenuhi nilai standar Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) pada minggu kedua bulan Maret 2021, lalu dilakukannya wawancara dengan guru matematika kelas XI SMA Kolese Gonzaga, yaitu Ibu Helena Panca R., S. Pd, serta dengan beberapa murid kelas XI IPA angkatan XXXIII SMA Kolese Gonzaga yang terpilih pada minggu keempat bulan Maret 2021, serta dilakukan triangulasi data yang sudah diperoleh selama proses pengumpulan data untuk menarik kesimpulan sebagai langkah terakhir dari proses penelitian. Hasil Penelitian Berdasarkan hasil survei pengisian angket maka diperoleh asal kelas responden, seperti yang ditampilkan pada gambar diagram lingkaran sebagai berikut: Gambar 1. Diagram Asal Kelas Responden yang Telah Mengisi Survei

Berdasarkan hasil survei pengisian angket maka diperoleh jenis kesalahan yang dilakukan oleh responden ketika menyelesaikan soal-soal ulangan trigonometri analitika matematika, seperti yang ditampilkan pada gambar diagram sebagai berikut: Gambar 2. Diagram Jenis Kesalahan yang Telah Dilakukan oleh Responden Tabel 2. Deskripsi Analisis Jenis Kesalahan yang Telah Dilakukan oleh Responden Jenis Kesalahan Deskripsi Persentase Jawaban Kesalahan operasi Kesalahan yang terjadi 80% perhitungan dalam menggunakan operasi hitung dalam matematika Kesalahan konsep atau Kesalahan yang terjadi 75% kesalahan teorema dalam menerapkan konsep trigonometri yang sesuai dengan soal Kesalahan dalam menyalin Kesalahan yang terjadi 25% data dari soal akibat salah membaca / memahami soal Kesalahan menjawab soal Kesalahan yang terjadi 35%

secara acak karena menjawab soal tanpa didasarkan pada perhitungan maupun logika Kesalahan tidak menjawab Kesalahan yang terjadi 10% soal karena tidak berusaha menjawab soal Berdasarkan hasil survei pengisian angket maka diperoleh letak kesalahan yang diakui oleh responden ketika menyelesaikan soal-soal ulangan trigonometri analitika matematika, seperti yang ditampilkan pada gambar diagram batang sebagai berikut: Gambar 3. Diagram Letak Kesalahan yang Diakui oleh Responden Tabel 3. Deskripsi Analisis Letak Kesalahan yang Diakui oleh Responden Letak Kesalahan Deskripsi Persentase Jawaban Salah dalam memahami soal Salah dalam mendefinisikan 60% soal ataupun salah dalam mencari variabel yang ditentukan pada soal

Salah dalam menggunakan Salah dalam menentukan 70% variasi rumus rumus ataupun persamaan 60% yang akan dipakai 5% 5% Salah menyelesaikan Gagal menemukan jawaban jawaban akhir akhir akibat salah menghitung Salah mengetik / menginput Salah dalam mengetikkan jawaban jawaban pada tipe soal isian ataupun uraian Salah memilih pilihan Salah memilih opsi jawaban jawaban yang ada pada tipe soal pilihan ganda Berdasarkan hasil survei pengisian angket maka diperoleh faktor-faktor penyebab kesalahan yang mungkin dilakukan oleh responden ketika menyelesaikan soal-soal ulangan trigonometri analitika matematika, seperti yang disajikan pada gambar diagram batang sebagai berikut: Gambar 4. Diagram Faktor Penyebab Kesalahan yang Diakui oleh Responden

Tabel 4. Deskripsi Analisis Faktor Penyebab Kesalahan yang Diakui oleh Responden Faktor Kesalahan Deskripsi Persentase Jawaban Sudah lupa materi Hilangnya ingatan akan 45% materi yang pernah dipelajarinya Tidak teliti Kurang fokusnya murid saat 90% mengoperasikan angka maupun persamaan Tidak paham konsep Adanya kesalahpahaman 65% dalam memahami konsep soal Kesalahan pada koneksi Koneksi jaringan internet 0% internet yang buruk berakibat pada jawaban hilang, operasi komputer yang lambat, dsb Kesalahan pada perangkat / Kesalahan sistem komputer 0% device yang berakibat pada operasi sistem komputer yang lambat, error dalam memproses data, dsb Kesalahan karena faktor luar Gangguan luar yang 10% yang tidak mendukung mengganggu jalannya proses murid saat mengerjakan ulangan, seperti : bunyi bising, konflik, bencana, dsb Pembahasan Berdasarkan deskripsi hasil survei pengisian angket yang telah diisi oleh responden dari murid kelas XI IPA angkatan XXXIII SMA Kolese Gonzaga yang tidak memenuhi nilai

standar Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) dan sudah ditegaskan pula melalui wawancara yang dilakukan terhadap beberapa sampel responden dari masing-masing kelas XI IPA, maka dapat diketahui bentuk-bentuk kesalahan yang meliputi jenis kesalahan dan letak kesalahannya, seperti yang dilakukan oleh responden saat menyelesaikan soal-soal ulangan trigonometri analitika matematika, beserta faktor-faktor penyebab kesalahan yang mungkin dilakukan oleh responden ketika menyelesaikan soal-soal ulangan trigonometri analitika matematika. Hasil analisis data yang diperoleh menunjukkan jenis-jenis kesalahan yang umumnya seringkali terjadi dan persentase tingkat kesalahan pada setiap jenis kesalahan. Melalui hasil analisis data diketahui pula letak penyebab dari kesalahan yang dilakukan oleh murid, beserta faktor-faktor penyebab kesalahan yang seringkali dilakukan. Berikut pembahasan hasil analisis data jenis-jenis kesalahan yang telah diperoleh dan telah ditampilkan melalui diagram dan tabel. Berkaitan dengan kesalahan operasi perhitungan. Kesalahan operasi perhitungan adalah kesalahan yang terjadi dalam menggunakan operasi hitung dalam matematika. Tingkat kesalahan yang dilakukan murid pada jenis kesalahan operasi perhitungan yang diperoleh dari hasil perhitungan persentase tingkat kesalahan mencapai 80% dari total 20 responden yang mengisi survei. Berkaitan dengan kesalahan konsep atau kesalahan teorema. Kesalahan konsep atau kesalahan teorema adalah kesalahan yang terjadi dalam menerapkan konsep trigonometri yang sesuai dengan soal. Tingkat kesalahan yang dilakukan murid pada jenis kesalahan konsep atau kesalahan teorema yang diperoleh dari hasil perhitungan persentase tingkat kesalahan mencapai 75% dari total 20 responden yang mengisi survei. Berikut pembahasan hasil analisis data letak-letak kesalahan yang telah diperoleh dan telah ditampilkan melalui diagram dan tabel. Berkaitan dengan salah dalam menggunakan variasi rumus. Salah dalam menggunakan variasi rumus berarti salah dalam menentukan rumus ataupun persamaan yang akan dipakai. Tingkat kesalahan yang dilakukan oleh murid pada letak kesalahan menggunakan variasi rumus yang diperoleh dari hasil perhitungan persentase tingkat kesalahan mencapai 70% dari total 20 responden yang mengisi survei. Berkaitan dengan salah dalam memahami soal. Salah dalam memahami soal berarti salah dalam mendefinisikan soal ataupun salah dalam mencari variabel yang ditentukan pada soal. Tingkat kesalahan yang dilakukan murid pada letak kesalahan dalam memahami soal yang diperoleh dari hasil perhitungan persentase tingkat kesalahan mencapai 60% dari total 20 responden yang mengisi survei, jumlah yang sama dengan tingkat kesalahan yang dilakukan murid pada letak kesalahan menyelesaikan jawaban akhir. Salah menyelesaikan jawaban akhir berarti gagal menemukan jawaban akhir akibat salah menghitung.

Berikut pembahasan hasil analisis data faktor-faktor kesalahan yang telah diperoleh dan telah ditampilkan melalui diagram dan tabel. Berkaitan dengan ketidaktelitian. Tidak teliti berarti kurang fokusnya murid saat mengoperasikan angka maupun persamaan. Tingkat kesalahan yang dilakukan murid pada faktor kesalahan tidak teliti yang diperoleh dari hasil perhitungan persentase tingkat kesalahan mencapai 90% dari total 20 responden yang mengisi survei. Berkaitan dengan ketidakpahaman konsep. Tidak paham konsep berarti adanya kesalahpahaman dalam memahami konsep soal. Tingkat kesalahan yang dilakukan murid pada faktor kesalahan tidak paham konsep yang diperoleh dari hasil perhitungan persentase tingkat kesalahan mencapai 65% dari total 20 responden yang mengisi survei. Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dipaparkan sebelumnya dari 20 responden, maka penelitian tentang analisis penyebab tidak tuntasnya nilai ulangan matematika peminatan materi trigonometri analitika pada murid kelas XI IPA angkatan XXXIII SMA Kolese Gonzaga dalam menyelesaikan soal-soal ulangan trigonometri analitika matematika ini dapat ditarik kesimpulan: (1) mayoritas bentuk-bentuk kesalahan yang dilakukan oleh responden ketika mengerjakan ulangan trigonometri analitika, antara lain adalah: kesalahan operasi perhitungan dan kesalahan konsep atau kesalahan teorema jika ditinjau dari jenis-jenisnya; serta salah dalam menggunakan variasi rumus, salah dalam memahami soal, dan salah dalam menyelesaikan jawaban akhir jika dilihat dari letak kesalahan yang diakui oleh responden; (2) faktor-faktor penyebab kesalahan paling relevan yang mungkin dilakukan oleh responden ketika menyelesaikan soal-soal ulangan trigonometri analitika matematika, antara lain adalah: tidak teliti dan tidak paham konsep. Saran Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dipaparkan sebelumnya dari 20 responden, maka penelitian ini dapat disampaikan saran-saran yang dapat diuraikan sebagai berikut: Bagi para pembaca Para pembaca diharapkan menjadi dapat mengerti tentang persoalan yang terjadi dan dapat mengetahui penyebab tidak tuntasnya nilai ulangan trigonometri analitika. Bagi para peneliti lain

Para peneliti lain diharapkan untuk melakukan penelitian dengan cara terlibat langsung saat proses belajar mengajar dan memberikan soal sesuai dengan kemampuan murid dengan model pembelajaran yang menarik untuk membangkitkan semangat murid dalam mengerjakan soal agar menemukan solusi untuk menghindari kesalahan, serta dapat pula melakukannya dengan subjek yang berbeda. Bagi para guru matematika Para guru matematika diharapkan dapat memahami persoalan-persoalan yang terjadi pada murid yang memang terbukti belum tuntas dalam menyelesaikan soal-soal ulangan trigonometri analitika matematika. Para guru matematika juga diharapkan dapat menemukan metode belajar yang efektif, belajar dari faktor dan letak kesalahan yang terjadi. Untuk menghindari kesalahan yang dilakukan murid, guru sebaiknya mengadakan bimbingan intensif bagi murid yang mengalami kesalahan dalam mengerjakan soal-soal matematika dan murid yang memiliki kemampuan kognitif rendah. Bagi angkatan-angkatan berikutnya Angkatan-angkatan berikutnya yang akan melaksanakan ulangan trigonometri analitika diharapkan agar tidak mengulangi kesalahan yang sama dengan angkatan sebelumnya. Angkatan berikutnya diharapkan agar lebih matang terutama dalam menghadapi ulangan trigonometri analitika matematika yang akan datang. Daftar Referensi Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa. 2016. KBBI Daring. Diakses tanggal 15 April 2021 dari https://kbbi.kemdikbud.go.id/. Liputan6.com. 2019. 10 Perbedaan Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif, Mahasiswa Wajib Tahu. Diunduh di https://www.liputan6.com/news/read/3867330/10-perbedaan-penelitian-kualitatif-dan-kuantitatif-mahas iswa-wajib-tahu tanggal 22 April 2021. Marpaung, Nur Queen Radiat. 2018. Analisis Kesalahan Siswa Dalam Menyelesaikan Soal Matematika di MTs Swasta Aisyiyah Sumatera Utara. Skripsi. Medan: Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Sumatera Utara. Diakses tanggal 15 April 2021. Rismawati, Melinda dan Margareta, Asnayani. 2019. Analisis Kesalahan Konsep Siswa Dalam Menyelesaikan Soal Ulangan Matematika Dengan Metode Newman. Jurnal Media Neliti Indonesia. 1(2): 73-76. Diakses tanggal 5 April 2021.

Siregar, Dwina Purnamasari. 2018. Analisis Kesalahan Siswa Dalam Menyelesaikan Soal Cerita Matematika Berdasarkan Prosedur Newman di SMP Muhammadiyah 02 Medan. Skripsi. Medan: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara. Diakses tanggal 15 April 2021.

MOBILITAS SISWA-SISWI SMA KOLESE GONZAGA SELAMA PANDEMI COVID-19 Laurensius Marcellino Slamet Riyadi Kelas XI IPS 1 No. 15 SMA KOLESE GONZAGA E-mail: [email protected] Abstrak Penelitian mengangkat permasalahan perbandingan intensitas mobilitas harian siswa-siswi SMA Kolese Gonzaga dalam dua periode. Tujuan penelitian adalah menemukan perbandingan intensitas mobilitas harian siswa-siswi SMA Kolese Gonzaga dalam dua periode. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif, menurut Sugiyono (2013, 13) penelitian tersebut merupakan metode yang berlandaskan filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti populasi atau sampel tertentu dan menggunakan pendekatan deskriptif dengan tujuan mendeskripsikan objek ataupun hasil penelitian. Hasil penelitian disimpulkan sebagai berikut: 1) Intensitas mobilitas dalam waktu seminggu yang terjadi semakin rendah dari periode pertama ke periode kedua dengan penurunan sebesar 32,5%, 2) Terjadi perbedaan tujuan yang dominan: pada periode pertama responden pergi dengan tujuan untuk refreshing, sedangkan pada periode kedua tujuannya untuk belanja keperluan pribadi, 3) Terjadi perubahan intensitas penggunaan kendaraan online, 4) Sebagian besar jarak yang ditempuh oleh responden sekitar 3 sampai 4 km, 5) Alasan responden mengalami perubahan mobilitas adalah takut terhadap virus COVID-19 dan dibatasi protokol kesehatan melalui PSBB dan kegiatan juga mulai dikonversi menjadi bentuk online. Berdasarkan hasil analisis perbandingan intensitas mobilitas siswa-siswi SMA Kolese Gonzaga selama pandemi diperoleh kesimpulan bahwa mobilitas harian yang dilakukan mengalami penurunan di periode kedua dengan alasan bahwa masih takut terhadap virus COVID-19 dan mematuhi PSBB, serta semua kegiatan dikonversi menjadi bentuk online. Kata kunci: COVID-19; mobilitas; pandemi; siswa-siswi SMA Kolese Gonzaga Mobility of Gonzaga College High School Students during the COVID-19 Pandemic Abstract The research raised the issue of comparing the daily mobility intensity of Gonzaga College High School students in two periods. The research objective is to find a comparison of the daily mobility intensity of Gonzaga College High School students in two periods. This research is a quantitative research, according to Sugiyono (2013, 13). This research is a method based on the philosophy of positivism, used to research a specific population or sample, and uses a descriptive approach to describe the object or research results. The results of the research were concluded as follows: 1) The intensity of mobility within a week that occurred was lower from the first period to the second period with a decrease of 32.5%, 2) There is a difference in the dominant destination: in the first period the respondents left with the intent of refreshing, whereas in the second period the goal is to shop for personal needs 3) There has been a change in the intensity of using online vehicles, 4) Most of the distance traveled by respondents is around 3 to 4 km, 5) The reason respondents experience changes in mobility is fear of the COVID-19 virus and is limited by protocol health through PSBB, and activities are also starting to be converted into online forms. Based on the results of the comparative analysis of the mobility intensity of Gonzaga College students during the pandemic, it is concluded that the daily mobility carried out has decreased in 1

the second period because they are still afraid of the COVID-19 virus and comply with the PSBB, and all activities are converted into the online form. Keyword: COVID-19; mobility; pandemic; Gonzaga College High School students PENDAHULUAN Salah satu dampak terbesar dari pandemi COVID-19 yang bisa dilihat adalah perubahan mobilitas. PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar) menjadi aturan pemerintah yang harus ditaati dan mengubah secara garis besar pola kehidupan yang dijalani, seperti jadwal dan aktivitas harian. Berbagai daerah sudah diberi warna zona sebagai tolak ukur PSBB. Ada 4 warna sebagai tolak ukurnya, yaitu pertama zona hijau yang merupakan wilayah yang tidak memiliki kasus baru virus corona lagi dan risiko penularannya kecil. Zona hijau juga mencakup wilayah yang tidak pernah terdampak, tidak ada peningkatan penambahan kasus baru dalam 4 minggu terakhir, dan angka kesembuhan mencapai 100%. Kedua, ada zona kuning. Pada zona kuning atau disebut juga zona risiko rendah, ada kasus baru tapi jumlahnya hanya sedikit. Selain itu, penularan atau transmisi juga masih ada kemungkinan bisa terjadi. Jika menggunakan 15 indikator yang ditetapkan tim gugus tugas, skor untuk wilayah yang termasuk ke dalam zona kuning berada di rentang 2,5 sampai 3,0. Ketiga, ada zona oranye. Pada zona oranye jumlah kasus yang ada di wilayah tersebut sudah relatif banyak. Dalam hal transmisi atau penularannya, zona risiko sedang ini dipastikan ada dan lebih luas dibandingkan di zona kuning. Skor yang diperoleh berdasarkan 15 indikator penentu zonasi wilayah untuk zona ini ada di kisaran 1,9 sampai 2,4. Keempat, ada zona merah. Pada zona merah ini kasus baru yang ditemukan sangat banyak melebihi yang ditemukan pada zona oranye. Dalam segi penularan atau transmisinya dipastikan meluas dengan sangat cepat dibandingkan pada zona-zona lainnya. Pada zona merah atau disebut juga zona dengan resiko paling tinggi, skor yang didapatkan antara 0 sampai 1,8. DKI Jakarta yang merupakan daerah berzona merah. Suatu daerah yang berzona merah sangatlah lebih ketat PSBB-nya dibandingkan dengan warna zona di daerah lainnya. Dalam satu daerah tersebut, sudah sangat banyak tempat-tempat vital yang terkena dampaknya, seperti perkantoran, supermarket, restoran, bahkan sekolah. Sekolah sebagai lembaga pendidikan dan tempat belajar bagi para siswa-siswi juga diharuskan mematuhi peraturan tentang PSBB ini. Hal ini serupa dengan yang terdapat pada Peraturan Gubernur tentang Perubahan atas Peraturan Gubernur Nomor 33 tahun 2020 tentang Pelaksanaan Pembatasan Sosial Berskala Besar dalam Penanganan Coronavirus Disease 2019 (COVID-19) 2

di Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta. Dalam pasal 8 ayat 1 dan 2, menjelaskan tentang peraturan PSBB dalam dunia pendidikan yang mengharuskan proses pembelajaran tetap berlangsung walaupun di rumah sekalipun, melarang siswa-siswi untuk melakukan aktivitas berkumpul yang berpotensi melanggar protokol COVID-19, menghimbau orang tua untuk melarang anaknya selaku peserta didik melakukan aktivitas berkumpul yang berpotensi melanggar protokol COVID-19, dan sebagainya. SMA Kolese Gonzaga menjadi salah satu sekolah di Jakarta Selatan yang murid-muridnya juga terdampak PSBB ini sejak pandemi. Mobilitas harian yang biasa dilakukan oleh siswa-siswi SMA pada umumnya adalah pergi ke sekolah, jalan-jalan ke mall atau refreshing, bermain ke rumah teman atau sanak saudara, beribadah, dan masih banyak lagi. Dengan dimulainya PSBB, mobilitas para siswa SMA Kolese Gonzaga di Jakarta Selatan menjadi terbatas. Aktivitas harian mereka dalam bersekolah terpaksa harus dilakukan di rumah masing-masing. Tidak hanya sekolah, aktivitas harian mereka sebagai komuter juga memiliki banyak batasan seiring berjalannya waktu PSBB. Berdasarkan masalah tersebut penelitian ini bertujuan memberikan perbandingan mobilitas harian siswa-siswi SMA Kolese Gonzaga angkatan 33 pada dua periode, yaitu bulan Januari 2020 sampai Maret 2020 dan bulan April 2020 sampai Juni 2020. Peneliti juga berharap hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai salah satu alternatif bahan jurnal ilmiah yang dapat digunakan bagi pengembangan penelitian selanjutnya. TINJAUAN TEORETIS Pada bagian ini akan dikemukakan tentang pengertian mobilitas non permanen, pandemi, COVID-19, siswa, dan SMA. Menurut bentuknya, mobilitas penduduk terdiri dari mobilitas penduduk permanen dan mobilitas penduduk nonpermanen. Perbedaannya terletak pada ada atau tidaknya niat untuk bertempat tinggal menetap di daerah tujuan. Lipton (1980: 4) menyatakan: “Mobilitas penduduk permanen atau migrasi adalah gerak penduduk yang melintas batas wilayah asal menuju ke wilayah lain dengan ada niatan menetap di daerah tujuan.” Lalu, Mantra juga menyatakan tentang arti dari mobilitas non permanen, yaitu: “Mobilitas penduduk nonpermanen adalah gerak penduduk dari suatu wilayah ke wilayah lain dengan tidak ada niatan menetap di daerah tujuan. Apabila seseorang menuju ke daerah lain dan sejak semula sudah bermaksud tidak menetap di daerah tujuan, orang tersebut digolongkan sebagai pelaku 3

mobilitas non permanen walaupun bertempat tinggal di daerah tujuan dalam jangka waktu lama.” (Mantra, 2013:173-174). Menurut Mantra (2003), gerak penduduk yang nonpermanen (circulation) ini juga dibagi menjadi dua, yaitu ulang-alik (commuting) dan menginap atau mondok di daerah tujuan. Mobilitas ulang-alik adalah gerak penduduk dari daerah asal menuju ke daerah tujuan dalam batas waktu tertentu dengan kembali ke daerah asal pada hari itu juga. Sedangkan mobilitas penduduk mondok atau menginap merupakan gerak penduduk yang meninggalkan daerah asal menuju ke daerah tujuan dengan batas waktu lebih dari satu hari, namun kurang dari enam bulan. Pelaku mobilitas ulang-alik ini disebut komuter. Menurut Mantra (2000), komuter disebut sebagai penglaju yang adalah gerak penduduk dari daerah asal menuju ke daerah tujuan dalam batas waktu tertentu dan kembali ke daerah asal pada hari itu juga. Mobilitas harian yang biasa dilakukan oleh siswa-siswi SMA Kolese Gonzaga termasuk mobilitas non permanen, terlebih komutasi. Ada yang menggunakan transportasi umum, berjalan kaki, maupun kendaraan pribadi sebagai sarana menuju tempat tujuan yang ingin dituju. Pandemi merupakan sebuah epidemi yang telah menyebar ke berbagai benua dan negara, umumnya menyerang banyak orang. Istilah pandemi tidak digunakan untuk menunjukkan tingginya tingkat suatu penyakit, melainkan hanya memperlihatkan tingkat penyebarannya saja. Pandemi yang menyebar secara luas adalah pandemi COVID-19. Menurut Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, COVID-19 (coronavirus disease 2019) adalah penyakit yang disebabkan oleh jenis virus corona baru yaitu SARS-CoV-2 (Severe Acute Respiratory Syndrome Coronavirus 2) yang dilaporkan pertama kali di Wuhan, Tiongkok pada tanggal 31 Desember 2019. COVID-19 ini dapat menimbulkan gejala gangguan pernafasan akut seperti demam diatas 38 °C, batuk, dan sesak nafas bagi manusia. Selain itu dapat disertai dengan lemas, nyeri otot, dan diare. Pada penderita COVID-19 yang berat dapat menimbulkan pneumonia, sindrom pernafasan akut, gagal ginjal bahkan sampai kematian. COVID-19 dapat menular dari manusia ke manusia melalui kontak erat dan droplet (percikan cairan pada saat bersin dan batuk), tidak melalui udara. Bentuk COVID-19 jika dilihat melalui mikroskop elektron (cairan saluran nafas/swab tenggorokan) dan digambarkan kembali bentuk COVID-19 seperti virus yang memiliki mahkota. Menurut Prof. Dr. Shafique Ali Khan, siswa adalah setiap orang yang datang ke suatu lembaga untuk mendapatkan atau mempelajari berbagai macam pendidikan, orang ini disebut pelajar atau orang yang mempelajari ilmu pengetahuan siapapun orangnya, berapapun 4

usianya, dari manapun asalnya, dengan biaya apapun untuk mengembangkan pengetahuan dan moral pelaku belajar. Sekolah Menengah Atas, yang disingkat SMA, adalah salah satu bentuk satuan pendidikan formal yang menyelenggarakan pendidikan umum pada jenjang pendidikan menengah sebagai lanjutan dari SMP, MTs, atau bentuk lain yang sederajat atau lanjutan dari hasil belajar yang diakui sama/setara SMP atau MTs. Sekolah Menengah Atas adalah jenjang pendidikan menengah pada pendidikan formal di Indonesia setelah lulus Sekolah Menengah Pertama (atau sederajat). Sekolah Menengah Atas ditempuh dalam waktu 3 tahun, mulai dari kelas 10 sampai kelas 12. Pelajar SMA umumnya berusia 16-18 tahun. SMA Kolese Gonzaga terletak di Jalan Pejaten Barat nomor 10 A, Jakarta Selatan. Kolese ini berdiri pada tahun 1987 dengan nama Kolese Kanisius Unit Selatan. Pada tahun 1988 baru memakai nama Kolese Gonzaga. Nama “Gonzaga” diambil dari nama santo pelindung sekolah, Santo Aloysius Gonzaga (1568–1591). Kompleks sekolah Kolese Gonzaga ini juga menyatu dengan kompleks Seminari Menengah Wacana Bhakti. Kompleks pendidikan Kolese Gonzaga berdiri di atas tanah seluas 2,8 hektare. Kolese Gonzaga–Seminari Wacana Bhakti dapat dikelompokkan sebagai lembaga pendidikan yang unik. Sebagai lembaga pendidikan umum (SMA), pelaksanaannya disatukan dengan pendidikan khusus untuk para calon pastor. Keunikan lainnya ialah pendidikan calon pastor disatukan pada pendidikan umum yang diikuti siswa-siswi. Siswa-siswi SMA Kolese Gonzaga adalah mereka yang berstatus sebagai pelajar di selang umur kurang lebih 15-18 tahun dan sedang menduduki masa pendidikan formal sebelum memasuki bangku perkuliahan atau studi di jenjang yang lebih tinggi selanjutnya. Mereka terdiri dari murid sekolah pada umumnya dan sekaligus terdiri dari para seminaris yang ikut menempuh pendidikan di dalamnya sehingga perbedaan itu tergabung dalam satu kesatuan lembaga pendidikan. METODE PENELITIAN Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif. Menurut Sugiyono (2013,13), penelitian kuantitatif merupakan metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu. Teknik pengambilan sampel umumnya dilakukan secara acak dan pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian. Analisis data bersifat kuantitatif atau statistik dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan. Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif 5

dengan tujuan untuk mendeskripsikan objek penelitian ataupun hasil penelitian. Dalam metode penelitian ini, peneliti membandingkan mobilitas harian yang dilakukan siswa-siswi selama pandemi COVID-19 yang dibagi menjadi dua periode. Siswa-siswi SMA yang menjadi subjek penelitian adalah siswa-siswi SMA Kolese Gonzaga angkatan 33. Siswa-siswi SMA Kolese Gonzaga angkatan 33 adalah siswa-siswi yang bergabung di SMA Kolese Gonzaga pada tahun 2019 atau Tahun Pelajaran 2019/2020. Angkatan ini berjumlah sebanyak 8 kelas yang terdiri dari 3 kelas IPS sebanyak 85 siswa dan 5 kelas IPA sebanyak 163 siswa. Jumlah siswa-siswi dalam angkatan ini totalnya adalah 248 siswa. Dari 8 kelas yang terdiri dari 248 siswa, setiap kelas akan dipilih sebanyak 5 orang secara acak sebagai responden penelitian. Maka, total subjek penelitian yang dijadikan responden sebanyak 40 siswa. Responden penelitiannya adalah mereka yang sering melakukan mobilitas harian. Responden penelitian dipilih secara acak melalui https://id.rakko.tools/tools/91/. Pemilihan acak dilakukan pertama-tama dengan menulis rentang jumlah siswa per kelas dan kemudian dimasukkan ke dalam pemilih acak ini. Pengacakan dilakukan sebanyak 5 kali dalam setiap kelas sehingga terpilih 5 responden penelitian. Teknik pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian secara kuantitatif berupa google form yang dibagikan dalam bentuk link melalui berbagai aplikasi chat, seperti Google Chat, Direct Message Instagram, Google Hangouts, dan Line Chat. Data yang diperoleh yakni: 1) Intensitas keluar rumah dalam seminggu selama pandemi, 2) Tempat tujuan yang dikunjungi beserta jaraknya dari rumah, 3) Transportasi yang sering digunakan, 4) Perbandingan intensitas alasan lebih banyak keluar rumah atau tidak dalam periode kedua, 5) Alasan internal dan eksternal lebih sering keluar rumah atau tidak di periode kedua, 6) Alasan jika merasa mengalami perubahan mobilitas. HASIL PENELITIAN Dari 11 pertanyaan tertutup diperoleh data dan kemudian disajikan dalam bentuk diagram lingkaran dan diagram batang. sedangkan 5 pertanyaan terbuka, disajikan dalam bentuk uraian paragraf. A. Periode I antara bulan Januari-Maret 2020 Pertanyaan pertama adalah tentang intensitas keluar rumah. Hasil yang diperoleh adalah sebagai berikut. 6

Diagram 1 Intensitas Ke luar Rumah Siswa-Siswi SMA Kolese Gonzaga dalam Seminggu pada Periode I Sebanyak empat belas responden menjawab “sering”, karena intensitas mereka keluar rumah dalam seminggu di rentangnya adalah 12 kali atau lebih. Dua belas responden menjawab “kadang-kadang”, karena intensitas mereka keluar rumah dalam seminggu rentangnya adalah 6 sampai 12 kali. Empat belas responden menjawab “jarang”, karena intensitas mereka keluar rumah dalam seminggu rentangnya adalah 5 kali atau kurang dari 5 kali. Pertanyaan kedua adalah tentang tujuan keluar rumah. Hasil yang diperoleh adalah sebagai berikut. Diagram 2 Tujuan yang Dikunjungi Siswa-Siswi SMA Kolese Gonzaga dalam Seminggu pada Periode I Sebanyak tiga puluh tiga responden menjawab “refreshing/jalan-jalan”, dua puluh sembilan responden menjawab “belanja keperluan pribadi”, lima belas responden menjawab “bermain ke rumah teman”, empat belas responden menjawab “ibadah”, lima responden 7

menjawab “rumah sakit”, dua belas responden menjawab “berkunjung ke rumah sanak saudara”, dua puluh empat responden menjawab “sekolah”, tiga responden menjawab “olahraga”, dan satu responden menjawab “tempat les”. Pertanyaan ketiga adalah sarana transportasi yang sering digunakan. Hasil yang diperoleh adalah sebagai berikut. Diagram 3 Transportasi yang digunakan Siswa-Siswi SMA Kolese Gonzaga dalam Periode I Sebanyak sembilan responden “berjalan kaki”, tiga puluh tujuh menggunakan “kendaraan pribadi”, tiga belas responden menggunakan “angkutan umum”, dan dua puluh dua responden menggunakan “kendaraan online”. Pertanyaan keempat adalah kendaraan pribadi yang digunakan. Hasil yang diperoleh adalah sebagai berikut. Diagram 4 Transportasi Pribadi yang digunakan Siswa-Siswi SMA Kolese Gonzaga dalam Periode I 8

Sebanyak tiga puluh empat responden menggunakan “mobil”, lima belas responden menggunakan “sepeda motor”, dan empat responden mengendarai “sepeda”. Pertanyaan kelima adalah kendaraan umum yang digunakan. Hasil yang diperoleh adalah sebagai berikut. Diagram 5 Transportasi Umum yang digunakan Siswa-Siswi SMA Kolese Gonzaga dalam Periode I Sebanyak dua belas responden menggunakan jasa “ojek”, delapan responden menggunakan angkutan umum “mikrolet/angkot”, tiga belas responden menggunakan “bus (busway/bus sekolah)”, sembilan responden menggunakan angkutan massal “kereta”, tujuh responden menggunakan “taksi”, dan dua responden menggunakan angkutan massal “MRT”. Pertanyaan keenam adalah kendaraan online yang digunakan. Hasil yang diperoleh adalah sebagai berikut. Gambar 6. Transportasi Online yang digunakan Siswa-Siswi SMA Kolese Gonzaga dalam Periode I Sebanyak dua puluh lima responden menggunakan “sepeda motor” dan dua puluh responden menggunakan “mobil”. 9

B. Periode II antara bulan April-Juni 2020 Pertanyaan pertama adalah intensitas keluar rumah. Hasil yang diperoleh adalah sebagai berikut. Diagram 7 Intensitas Keluar Rumah Siswa-Siswi SMA Kolese Gonzaga dalam Seminggu pada Periode II Sebanyak satu responden menjawab “sering”, karena intensitas mereka keluar rumah dalam seminggu di periode kedua bulan April-Juni 2020 rentangnya adalah 7 kali atau lebih. Dua belas responden menjawab “kadang-kadang”, karena intensitas mereka keluar rumah dalam seminggu di periode kedua bulan April-Juni 2020 rentangnya adalah 3 sampai 7 kali. Dua puluh tujuh responden menjawab “jarang”, karena intensitas mereka keluar rumah dalam seminggu di periode kedua bulan April-Juni 2020 rentangnya adalah 2 kali atau kurang dari 2 kali. Pertanyaan kedua adalah tujuan keluar rumah. Hasil yang diperoleh adalah sebagai berikut. Diagram 8 Tujuan yang Dikunjungi Siswa-Siswi SMA Kolese Gonzaga dalam Seminggu pada Periode II 10

Sebanyak dua puluh enam responden menjawab “refreshing/jalan-jalan”, tiga puluh responden menjawab “belanja keperluan pribadi”, tujuh responden menjawab “bermain ke rumah teman”, lima responden menjawab “ibadah”, satu responden menjawab “rumah sakit”, sebelas responden menjawab “berkunjung ke rumah sanak saudara”, empat responden menjawab “olahraga”, dan satu responden menjawab “pergi ke tempat les”. Pertanyaan ketiga adalah sarana transportasi yang sering digunakan. Hasil yang diperoleh adalah sebagai berikut. Diagram 9 Transportasi yang digunakan Siswa-Siswi SMA Kolese Gonzaga dalam Periode I Sebanyak delapan responden “berjalan kaki”, tiga puluh tujuh responden menggunakan “kendaraan pribadi”, dan lima responden menggunakan “kendaraan online”. Pertanyaan keempat adalah kendaraan pribadi yang digunakan. Hasil yang diperoleh adalah sebagai berikut. Diagram 10 Transportasi Pribadi yang digunakan Siswa-Siswi SMA Kolese Gonzaga dalam Periode II 11

Sebanyak tiga puluh satu responden menggunakan “mobil”, tiga belas responden menggunakan “motor”, dan tiga responden mengendarai “ sepeda”. Pertanyaan kelima adalah kendaraan online yang digunakan. Hasil yang diperoleh adalah sebagai berikut. Diagram 11 Transportasi Online yang digunakan Siswa-Siswi SMA Kolese Gonzaga dalam Periode II Sebanyak delapan responden menggunakan “sepeda motor”, delapan responden menggunakan “mobil”, dan satu responden menjawab “jarang memakai kendaraan online”. Dalam kuesioner juga ditambahkan lima pertanyaan terbuka. Pertanyaan terbuka pertama mengenai jarak tempuh yang dituju. Kisaran jarak dari rumah menuju tempat tujuan untuk refreshing/jalan-jalan adalah jarak yang paling dekat 3 km dan yang paling jauh 150 km dari tempat tinggal mereka. Kisaran jarak dari rumah menuju tempat tujuan untuk belanja keperluan pribadi adalah jarak yang paling dekat 250 m dan yang paling jauh 14 km dari tempat tinggal mereka. Kisaran jarak rumah menuju tempat tujuan untuk bermain ke rumah teman adalah jarak yang paling dekat 2 km dan jarak yang paling jauh 20 km dari tempat tinggal mereka. Kisaran jarak dari rumah menuju tempat tujuan untuk ibadah adalah jarak yang paling dekat 500 m dan jarak yang paling jauh 8 km dari tempat tinggal mereka. Kisaran jarak dari rumah menuju tempat tujuan rumah sakit adalah sekitar 1,8 km hingga 7 km. Kisaran jarak rumah menuju tempat tujuan untuk berkunjung ke rumah sanak saudara adalah jarak yang paling dekat 500 m dan jarak yang paling jauh 37 km dari tempat tinggal mereka. Kisaran jarak rumah menuju tempat tujuan sekolah adalah jarak yang paling dekat 8 km dan jarak yang paling jauh 19 km dari tempat tinggal mereka. Kisaran jarak rumah menuju tempat 12

tujuan untuk berolahraga adalah jarak yang paling dekat 4 km dan jarak yang paling jauh 8 km dari tempat tinggal mereka. Kisaran jarak rumah menuju tempat tujuan untuk les adalah sekitar 3 km hingga 30 km. Pertanyaan terbuka kedua mengenai alasan siswa-siswi SMA Kolese Gonzaga menjadi lebih banyak keluar rumah atau tidak selama di periode kedua bulan April-Juni 2020. Mereka yang menjawab “ya” mempunyai alasan, yaitu membutuhkan refreshing atau harus keluar untuk membeli keperluan pribadi, karena belum terbiasa untuk terlalu lama berada di rumah sehingga merasa jenuh. Hal ini juga didukung oleh sudah adanya protokol kesehatan yang berlaku sehingga sudah terbiasa dengan kondisi pandemi yang terlalu lama dan sudah mendapat izin dari orang tua juga sehubungan dengan update pasien COVID-19 yang mulai menurun. Mereka yang menjawab “tidak” memiliki alasan, yaitu belum terbiasa di awal pandemi yang sedang berkembang dengan pesat dan adanya protokol kesehatan yang terlalu banyak, seperti PSBB sebagai anjuran dari pemerintah sehingga berusaha untuk menghindari penularan COVID-19, lagipula orangtua sendiri juga melarang untuk keluar rumah. Lalu, alasan lainnya yaitu jarang suka atau malas keluar rumah, karena banyak sekolah dan toko ditutup sehingga lebih memilih untuk menyibukkan diri dengan tugas-tugas sekolah online sekaligus ingin berusaha menghemat pengeluaran dengan tidak keluar rumah. Adapun dari mereka yang menjawab “sama saja” dengan alasan, yaitu merasa kondisi dan suasana di lingkungan sekitar tidak berubah dan selalu bisa izin orangtua untuk keluar rumah membeli keperluan pribadi dan sekedar jalan-jalan. Lalu, alasan lainnya karena biasanya juga jarang keluar rumah. Pertanyaan terbuka ketiga mengenai alasan siswa-siswi SMA Kolese Gonzaga jika ada pengaruh dari orang lain yang membuatnya menjadi ingin sering keluar rumah di periode kedua bulan April-Juni 2020. Mereka yang menjawab “ya” memiliki alasan, yaitu karena mendapat ajakan dari teman, orang tua, serta saudara untuk bepergian keluar rumah dan merasa iri melihat orang lain di sosial media yang mengunggah fotonya ketika sedang jalan-jalan bepergian. Lalu, alasan lainnya ialah karena mendapat pengaruh dari orang tua yang work from office berlangsung cukup aman dengan menerapkan protokol kesehatan. Mereka yang menjawab “tidak” memiliki alasan, yaitu karena adanya kesadaran dari diri sendiri dan orang lain mengenai kondisi pandemi dan akibatnya jika tidak mengikuti protokol kesehatan atau PSBB sebagai anjuran dari pemerintah, sekaligus lingkungan sekitar rumah yang masih waspada dengan pandemi. Lalu, alasan lainnya ialah karena keluarga di rumah sudah waspada dengan COVID-19 sehingga muncul larangan dari orang tua untuk pergi 13

keluar rumah, seperti pergi ke rumah teman yang jarak tempuhnya sangat jauh, lagi pula sebagian besar bentuk kegiatan sudah di sentralisasi menjadi bentuk online. Pertanyaan terbuka keempat mengenai alasan siswa-siswi SMA Kolese Gonzaga jika ada hal dari dalam diri sendiri yang membuat menjadi lebih ingin sering keluar rumah di periode kedua bulan April-Juni 2020. Mereka yang menjawab “ya” memiliki alasan, yaitu karena merasa sangat bosan dan jenuh terlalu lama berada di rumah, sekaligus terlalu sering menatap layar kaca elektronik di rumah, maka merasa membutuhkan refreshing dan belanja keperluan pribadi. Lalu, alasan lainnya ialah karena merasa butuh untuk bersosialisasi di dunia nyata dengan banyak orang, seperti berolahraga di luar rumah. Hal ini dikarenakan terasa menyenangkan sekaligus merasa rindu untuk melakukan aktivitas di luar rumah. Mereka yang menjawab “tidak” memiliki alasan, yaitu lebih menikmati kondisi di dalam rumah dan lebih fokus untuk melindungi diri supaya tidak mudah tertular virus COVID-19. Pertanyaan terbuka kelima mengenai alasan siswa-siswi SMA Kolese Gonzaga jika merasa mengalami perubahan mobilitas selama dua periode di bulan Januari-Maret 2020 dan bulan April-Juni 2020. Mereka yang menjawab “ya” memiliki alasan, yaitu, sejak pandemi berlangsung, aktivitas lebih banyak dilakukan di dalam rumah dan jika ingin beraktivitas keluar rumah harus benar-benar dijaga agar tidak rentan terpapar COVID-19, sekaligus hanya dapat bepergian jika ada keperluan penting saja. Akibatnya, mereka sudah terbiasa dengan kondisi pandemi sehingga memiliki pengaturan waktu intensitas untuk keluar rumah. Lalu, alasan kedua, yaitu dengan adanya protokol kesehatan yang ketat di masa pandemi membuat orang harus membatasi pertemuan sosial secara langsung sehingga sulit mencari alasan untuk bermobilitas kemanapun. Alasan lainnya, yaitu adanya pembelajaran jarak jauh yang mengharuskan sekolah dari rumah dan kegiatan lainnya yang dikonversi menjadi bentuk online sehingga membuat malas untuk sering bepergian keluar rumah. Mereka yang menjawab “tidak” memiliki alasan, yaitu karena sudah merasa nyaman berada terlalu lama di rumah dan adanya niat untuk menabung uang dengan meminimalisir intensitas pergi keluar rumah, maka selama dua periode hanya keluar rumah jika ada keperluan penting atau mendesak saja. PEMBAHASAN Berdasarkan data yang didapat dari penelitian, diperoleh data perbandingan sebagai berikut. Intensitas mobilitas dalam waktu seminggu yang terjadi semakin rendah dari periode pertama ke periode kedua dengan penurunan sebesar 32,5%. Sebagian besar siswa-siswi SMA 14

Kolese Gonzaga lebih patuh terhadap PSBB daripada orang lain, dengan alasan merasa bosan dan jenuh berada terlalu lama di rumah, maka memilih untuk refreshing/jalan-jalan dan belanja keperluan pribadi. Terjadi perbedaan tujuan yang dominan: Pada periode pertama responden pergi dengan tujuan untuk refreshing/jalan-jalan, sedangkan pada periode kedua responden pergi dengan tujuan untuk belanja keperluan pribadi. Dalam hal penggunaan kendaraan pribadi, jumlahnya sama di kedua periode dan terjadi pengurangan penggunaan kendaraan online. Penggunaan kendaraan online sepeda motor memiliki jumlah yang sama di kedua periode, sedangkan penggunaan kendaraan online mobil mengalami peningkatan jumlahnya. Perolehan data penggunaan kendaraan umum hanya pada periode pertama saja, karena pada bulan Januari-Maret 2020 masyarakat masih diperbolehkan secara bebas untuk bermobilitas keluar rumah dengan menggunakan kendaraan umum, sedangkan di periode kedua bulan April-Juni 2020 masyarakat tidak diperbolehkan untuk bermobilitas keluar rumah dengan menggunakan kendaraan umum. Sebagian besar jarak yang ditempuh oleh responden sekitar 3 sampai 4 km dan mengalami intensitas perubahan mobilitas di kedua periode dengan alasan, yaitu sejak pandemi berlangsung aktivitas lebih banyak dilakukan di dalam rumah dan jika beraktivitas keluar rumah harus benar-benar dijaga agar tidak rentan terpapar COVID-19, sekaligus hanya dapat bepergian jika ada keperluan penting saja. Akibatnya, mereka sudah terbiasa dengan kondisi pandemi sehingga memiliki pengaturan waktu intensitas untuk keluar rumah. Lalu, alasan kedua, yaitu di masa pandemi membuat orang harus membatasi pertemuan sosial secara langsung, sehingga sulit mencari alasan untuk bermobilitas kemanapun, baik dengan kendaraan umum ataupun online. Alasan lainnya, yaitu adanya pembelajaran jarak jauh dan semua kegiatan dilakukan dalam bentuk online sehingga membuat malas untuk sering bepergian keluar rumah. SIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian diperoleh simpulan sebagai berikut: 40 responden menyatakan bahwa mobilitas yang mereka lakukan di periode kedua bulan April-Juni 2020 lebih rendah daripada di periode pertama bulan Januari-Maret 2020. Perubahan juga terjadi dalam hal intensitas penggunaan kendaraan online. Secara keseluruhan responden mengalami perubahan mobilitas tersebut dengan alasan bahwa mereka masih takut dengan virus COVID-19 di awal pandemi dan dibatasi dengan banyaknya protokol kesehatan yang 15

dianjurkan pemerintah, seperti PSBB. Selain itu, berbagai macam kegiatan juga mulai dikonversi menjadi bentuk online. SARAN Berdasarkan hasil penelitian, saran dan harapan yang peneliti berikan sebagai berikut: A. Hasil penelitian ini berguna bagi kepentingan perkembangan ilmu pengetahuan dan kepentingan pihak-pihak terkait. B. Bagi siswa-siswi SMA Kolese Gonzaga dan umum supaya membantu pemerintah dalam memberhentikan rantai penyebaran COVID-19 dengan mengurangi mobilitas harian untuk keluar rumah dan tetap menerapkan protokol kesehatan. C. Bagi peneliti selanjutnya, diharapkan dapat menyempurnakan atau mengembangkan karya tulis yang telah dibuat ini dari berbagai aspek dan sudut pandang. DAFTAR REFERENSI Alam, S. (2020). Arti Zona Hitam dan Berbagai Kode Warna dalam Pandemi Covid-19. Diakses pada 28 Februari 2021 dari https://health.detik.com/berita-detikhealth/d-5092291/arti-zona-hitam-dan-berbagai-kode-warna-dalam- pandemi-covid-19 Argo Samudro, Kristoforus. (2018). Pengaruh Olahraga terhadap Prokrastinasi Seminaris yang Berolahraga pada Sore Hari. Karya Tulis. Diakses pada 28 Februari 2021 pukul 13:20 WIB. Dini, Puspita Sari. (2018). Gambaran Work Family Conflict pada Ibu Bekerja yang melakukan Commuting. Tesis. Diakses pada 1 Maret 2021 pukul 08:30 WIB dari http://scholar.unand.ac.id/38805/2/BAB%20I.pdf. Imam Santoso, Budi. (2019). Mobilitas Penduduk dan Faktor - Faktor Penyebab Terjadinya Mobilitas di Desa Lebo Kecamatan Gringsing Kabupaten Batang. Skripsi. Semarang: Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Semarang. Diakses pada 24 Februari 2021 pukul 11:53 WIB dari https://lib.unnes.ac.id/38075/1/3201413091.pdf Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2020). Hindari Lansia dari Covid 19. Diakses pada 24 Februari 2021 pukul 12:19 WIB dari http://www.padk.kemkes.go.id/article/read/2020/04/23/21/hindari-lansia-dari-covid-19.html Komite Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional. (2020). Daftar Regulasi Pembatasan Sosial Berskala Besar di Provinsi DKI Jakarta. Diakses pada 24 Februari 2021 pukul 21:15 WIB dari https://covid19.go.id/p/regulasi/daftar-regulasi-pembatasan-sosial-berskala-besar-provinsi-dki-jakarta Lestari, Tri Puji. (2015). Persepsi Mahasiswa Akuntansi dalam Pemilihan Karir menjadi Praktisi Akuntansi Syariah: Studi Empiris Mahasiswa Akuntansi Angkatan 2011 UIN Maulana Malik Ibrahim Malang. Tesis. Diakses pada 22 Maret 2021 pukul 20:28 WIB dari http://etheses.uin-malang.ac.id/1560/ Materi Belajar Author. (2020). 14 Pengertian Siswa Menurut Para Ahli Terlengkap. Diakses pada 6 Maret 2021 pukul 09:33 WIB dari https://materibelajar.co.id/pengertian-siswa-menurut-para-ahli/ 16

Prudential. (2020). Apa itu Sebenarnya Covid-19 Ketahui juga Dampaknya di Indonesia. Diakses pada 5 Maret 2021 pukul 20:51 dari https://www.prudential.co.id/id/pulse/article/apa-itu-sebenarnya-pandemi-covid-19-ketahui-juga-dampa knya-di-indonesia/ Wiryosukiro, Wagiman. (2019). Pengertian SMA. Diakses pada 5 Maret 2021 pukul 21:15 WIB dari https://emka.web.id/data/pengertian-sma/ 17

PENGARUH DESAIN KEMASAN PRODUK TERHADAP MINAT BELI MASYARAKAT INDONESIA Oleh: Benedictus Alfian Wibisono Dra. Th. M. Wara Kusharini Kelas XI IPA 3 No. 7 SMA KOLESE GONZAGA E-mail: [email protected] ABSTRAK Penelitian ini bertemakan seni grafis dan mengangkat permasalahan mengenai hubungan antara desain kemasan produk dan minat beli masyarakat Indonesia. Zaman sekarang, kemasan bukan hanya untuk membungkus produk, melainkan juga untuk menjualnya. Produk-produk sekarang dibungkus oleh kemasan dengan desain yang menarik. Desain itu mencerminkan ciri khas dan jati diri dari produk tersebut. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh dari desain kemasan produk terhadap minat beli masyarakat Indonesia. Penelitian ini menggunakan metode pengumpulan data berupa kuesioner yang disebarkan ke masyarakat Indonesia di berbagai kota dengan tahun kelahiran yang beragam. Dari kuesioner didapatkan data 109 responden dan telah dilakukan wawancara kepada tiga orang untuk uji validitas data. Berdasarkan penelitian didapatkan hasil bahwa semakin menarik desain kemasan, semakin tinggi minat beli masyarakat Indonesia terhadap produk tersebut. Desain kemasan produk dapat mempengaruhi dan mensugesti psikologi konsumen untuk membeli produk tersebut. Dampak yang dirasakan dari konsumen adalah rasa puas dan rasa percaya akan kualitas produk dan merek atau label dagang. Kesimpulannya, desain kemasan produk yang menarik, akan meningkatkan minat beli konsumen atau masyarakat Indonesia. Desain kemasan produk dapat mempengaruhi emosi seseorang untuk membeli produk tersebut. Desain kemasan produk yang menarik juga akan memberikan dampak positif bagi konsumen. Kata kunci: desain kemasan produk; minat beli; konsumen Indonesia The Influence of Product Packaging Design on Indonesians’ Buying Interest ABSTRACT This research themed graphic arts and raised the problem of the relationship between product packaging design and the buying interest of Indonesians. In this era, packaging is not only to wrap or to protect the products, but also to sell them. The products are nowadays wrapped in appealing designs. The design reflects the characteristics and identity of the product. The purpose of this study was to determine the impact or influence of product packaging design on the buying interest of Indonesians. This study used a data collection method in the form of a questionnaire distributed to Indonesians in various cities with diverse birth years. From the questionnaire, data were obtained from 109 respondents and three people were interviewed to test the validity of the data. Based on the research, it is found that the more appealing the packaging design is, the higher the buying interest of Indonesians for the product. Product packaging design can influence and suggest consumers’ psychology in buying the product. The impact felt by 1

2 consumers is a sense of satisfaction and trust in the quality of the product and the brand or commerce label. In conclusion, an appealing product packaging design will increase the buying interest of consumers or Indonesians. Product packaging design can influence one's emotions to buy the product. An appealing product packaging design will also have positive impacts on consumers. Keywords: product packaging design; buying interest; Indonesian consumers PENDAHULUAN Seni merupakan salah satu aspek penting dalam hidup manusia. Seni dapat ditemukan dalam kehidupan sehari-hari, misalnya pada pakaian, alat elektronik, perabotan rumah tangga, makanan, bahkan minuman. Dapat dikatakan bahwa seni sudah melekat, bahkan sudah ‘mendarah daging’ dalam hidup manusia sejak lahir. Seni memiliki banyak kegunaan dan fungsi, misalkan sebagai sarana komunikasi, sarana mencurahkan perasaan, opini, dan pendapat. Hal ini sudah terlihat dari kebiasaan manusia sejak zaman pra-sejarah, dengan kegiatannya mencoret-coret di dinding gua berupa gambar atau motif tertentu. Dari zaman ke zaman, seni lama-kelamaan berkembang. Sejak manusia mengenal tulisan, seni juga berkembang pada tulis menulis, seperti banyaknya bentuk huruf contohnya: kaligrafi, hieroglif, huruf latin, dan jenis-jenis huruf lainnya. Penggunaan seni juga semakin berkembang dan masuk ke dalam barang-barang kebutuhan hidup sehari-hari. Dalam kurun waktu beberapa dekade terakhir, produk-produk yang dijual dalam masyarakat juga memanfaatkan seni berupa desain kemasan produk. Di zaman modern ini, berbagai produk-produk yang dijual memiliki desain kemasan yang menarik. Adapun desain kemasan produk itu meliputi : bentuk, warna, saran penyajian, saran penggunaan, ilustrasi, serta komposisi produk. Menurut Kotler dan Gary Armstrong (1996 via Rudika Harminingtyas dalam jurnal yang berjudul “Analisis Fungsi Kemasan Produk Melalui Model VIEW dan Pengaruhnya Terhadap Keputusan Pembelian Konsumen Pada Produk Rokok Kretek Merek Dji Sam Soe di Kota Semarang”), kemasan adalah “kegiatan merancang dan memproduksi wadah-kemas atau pembungkus untuk suatu produk.” Desain kemasan produk adalah bisnis kreatif yang mengaitkan bentuk, struktur, material, warna, citra, tipografi, dan elemen-elemen desain dengan informasi produk agar produk dapat dipasarkan. Desain kemasan yang baik dapat menciptakan nilai kenyamanan konsumen dan nilai promosi produsen (Kotler, 1997 via Rudika Harminingtyas).

3 Adapun beberapa rumusan masalah yang akan dibahas dalam artikel ilmiah ini, yang pertama, apakah produk yang kemasannya berdesain memiliki daya jual yang tinggi? Kedua, apa pengaruh yang diberikan desain tersebut terhadap daya minat pembeli? Ketiga, apa dampak yang diperoleh pembeli ketika membeli produk yang kemasannya berdesain tersebut? Tujuan dari penelitian ini yang pertama, menganalisis daya jual produk yang kemasannya berdesain. Kedua, mengetahui pengaruh yang diberikan desain tersebut terhadap minat beli masyarakat. Ketiga, menganalisis dampak yang pembeli dapatkan ketika membeli produk yang kemasannya mengandung desain. Manfaat yang dapat diperoleh dari membaca jurnal ilmiah ini antara lain, pertama, mengedukasi pembaca akan manfaat dari desain kemasan produk terhadap minat beli konsumen. Kedua, membantu para pengusaha dalam meningkatkan daya jual produknya. Ketiga, membantu para desainer untuk belajar meningkatkan kualitas desainnya. TINJAUAN TEORETIS Seni sendiri memiliki banyak kegunaan dan fungsi, diantaranya sebagai sarana komunikasi, sarana mencurahkan perasaan, opini, dan pendapat. Penggunaan seni juga semakin berkembang dan masuk ke dalam barang-barang kebutuhan hidup sehari-hari. Dalam kurun waktu beberapa dekade terakhir, produk-produk yang dijual dalam masyarakat juga memanfaatkan seni berupa desain kemasan produk. A. Kemasan a. Definisi Kemasan Kemasan dapat didefinisikan sebagai seluruh kegiatan merancang dan memproduksi wadah atau bungkus atau kemasan suatu produk. Kemasan meliputi tiga hal, yaitu merek, kemasan itu sendiri, dan label. Menurut Kotler dan Gary Armstrong (1996 via Rudika Harminingtyas), kemasan adalah “kegiatan merancang dan memproduksi wadah-kemas atau pembungkus untuk suatu produk.” Wadah kemasan atau pembungkus suatu produk itulah yang disebut sebagai kemasan. Kemasan biasanya dipengaruhi oleh desain atau warna. Terdapat tiga alasan untuk melakukan pembungkusan, yaitu: 1. Kemasan memenuhi syarat keamanan dan kemanfaatan. Kemasan berfungsi untuk melindungi produk dalam perjalannya dari produsen ke konsumen. Produk yang dikemas biasanya lebih bersih, menarik, dan tahan terhadap kerusakan. 2. Kemasan dapat melaksanakan program pemasaran. Melalui kemasan, identifikasi produk menjadi lebih efektif dan dengan sendirinya mencegah

4 pertukaran oleh produk pesaing. Kemasan merupakan satu-satunya cara perusahaan membedakan produknya. 3. Kemasan merupakan suatu cara untuk meningkatkan laba perusahaan. Dengan kemasan yang sangat menarik, diharapkan dapat memikat dan menarik perhatian konsumen. b. Fungsi Kemasan Hermawan Kartajaya (1996 via Christine Suharto Cenadi dalam jurnal yang berjudul “Peranan Desain Kemasan Dalam Dunia Pemasaran”), pakar bidang pemasaran mengatakan bahwa teknologi telah membuat kemasan atau packaging berubah fungsi. Dahulu dikatakan “Packaging protects what it sell” artinya kemasan melindungi apa yang dijual, namun sekarang dikatakan “Packaging sells what it protects” artinya kemasan menjual apa yang dilindungi. Hal ini berarti kemasan bukan lagi sebagai pelindung atau wadah, tetapi harus dapat menjual produk yang dikemasnya. Zaman sekarang, kemasan juga bisa berfungsi sebagai media komunikasi. Misalnya pada suatu kemasan dibubuhi nomor telepon. Nomor telepon ini bisa dihubungi oleh konsumen tidak hanya untuk menyampaikan keluhan, tetapi juga bisa menjadi pusat informasi untuk menanyakan hal apapun terkait produk tersebut. Kegunaan kemasan menurut Fandy Tjiptono (2001 via Rudika Harminingtyas) yaitu: 1. Menggambarkan perhatian pada sebuah merek; 2. Memisahkan merk dari kumpulan produk yang kompetitif pada point pembelian; 3. Menyesuaikan harga/nilai bagi konsumen; 4. Menandakan/mengartikan berbagai fitur dan keuntungan merk; 5. Memotivasi pilihan merk konsumen. Sedangkan menurut Nitisemito, Alex (1991 via Rudika Harminingtyas), kegunaan kemasan yaitu: 1. Barrier function, pengemasan berfungsi untuk melindungi produk; 2. Convenience function, pengemasan berfungsi bahwa suatu produk mudah dibawa; 3. Logistic function, pengemasan berfungsi ketika produk tersebut didistribusikan, agar kemasan lebih mudah disimpan; 4. Marketing function, pengemasan berfungsi bahwa suatu produk mudah dibawa.

5 c. Desain Kemasan Desain kemasan produk adalah bisnis kreatif yang mengaitkan bentuk, struktur, material, warna, citra, tipografi, dan elemen-elemen desain dengan informasi produk agar produk dapat dipasarkan. Desain kemasan berfungsi untuk melindungi, membungkus, mengirim, dan membedakan sebuah produk di pasar. Pada intinya, desain kemasan produk berfungsi sebagai sarana pemasaran produk dengan mengkomunikasikan kepribadian atau fungsi produk tersebut secara unik. (2011 via Ashari Satrio Muharam dalam skripsi yang berjudul “Analisis Pengaruh Desain Kemasan Produk dan Daya Tarik Iklan Terhadap Brand Awareness dan Dampaknya Pada Minat Beli Konsumen (Studi Pada Konsumen Susu Kental Manis Frisian Flag di Kota Semarang)”) Kunci utama untuk membuat sebuah desain kemasan yang baik adalah kemasan itu harus sederhana, fungsional, dan menciptakan respon emosional positif yang secara tidak langsung mengatakan “belilah saya”. Kemasan harus dapat menarik perhatian secara visual, emosional, dan rasional. Desain kemasan yang bagus memberikan sebuah nilai tambah terhadap produk yang dikemasnya. (via Christine Suharto Cenadi) Menurut penelitian, dari seluruh penginderaan manusia, sekitar 80% adalah penginderaan melalui penglihatan atau kasatmata (visual). Maka itu, unsur-unsur grafis dari kemasan seperti : warna, bentuk, merek, ilustrasi, huruf, dan tata letak merupakan unsur visual yang mempunyai peran terbesar dalam proses penyampaian pesan secara kasatmata (visual communication). Daya tarik pada kemasan dapat digolongkan menjadi dua, yaitu daya tarik visual (estetika) dan daya tarik praktis (fungsional). 1. Daya tarik visual (estetika) Daya tarik visual mengacu pada penampilan kemasan yang mencakup semua unsur-unsur grafis seperti: warna, bentuk, merek, ilustrasi, huruf, dan tata letak. Semua unsur grafis tersebut dikombinasikan untuk menciptakan kesan yang memberikan daya tarik visual secara optimal. Daya tarik visual berhubungan dengan faktor emosi dan psikologis yang pada bawah sadar manusia. Desain yang baik harus mampu mempengaruhi konsumen untuk memberikan respon positif tanpa disadarinya. 2. Daya tarik praktis (fungsional) Daya tarik praktis merupakan efektivitas dan efisiensi suatu kemasan yang ditujukan kepada konsumen maupun distributor. Misalnya, untuk kemudahan

6 penyimpanan atau pemajangan produk. Beberapa daya tarik praktis lainnya yang perlu dipertimbangkan antara lain: 1. Dapat melindungi produk 2. Mudah dibuka atau ditutup kembali untuk disimpan 3. Porsi yang sesuai untuk produk makanan/minuman 4. Dapat digunakan kembali (reuseable) 5. Mudah dibawa, dijinjing, atau dipegang 6. Memudahkan pemakai untuk menghabiskan isinya dan mengisi kembali dengan jenis produk yang dapat diisi ulang (refill) B. Minat Beli a. Definisi Minat Beli Minat beli merupakan bagian dari komponen perilaku dalam sikap mengkonsumsi (via Indri Hastuti Listyawati dalam jurnal yang berjudul “Peran Penting Promosi dan Desain Produk Dalam Membangun Minat Beli Konsumen”). Menurut Rossiter dan Percy (1998 via Ashari Satrio Muharam) mengemukakan bahwa minat beli merupakan instruksi diri konsumen untuk melakukan pembelian atas suatu produk, melakukan perencanaan, mengambil tindakan-tindakan yang relevan seperti mengusulkan (pemrakarsa), merekomendasikan (influencer), memilih, dan akhirnya mengambil untuk melakukan pembelian. b. Faktor yang Mempengaruhi Minat Beli Menurut Mangkunegara (1998 via Ashari Satrio Muharam) ada beberapa faktor utama yang mempengaruhi minat seseorang untuk melakukan pembelian, antara lain: 1. Faktor psikologis, meliputi pengalaman belajar individu. Pengalaman belajar di sini dapat didefinisikan sebagai suatu perilaku akibat pengalaman sebelumnya. 2. Faktor pribadi, termasuk ke dalam konsep diri. Konsep diri yang dimaksud adalah cara seseorang melihat diri sendiri dan dalam waktu tertentu sebagai gambaran tentang upah yang dipikirkan. Dalam hal ini, produsen perlu menciptakan situasi yang sesuai dengan apa yang diharapkan konsumen. 3. Faktor sosial, mencakup faktor kelompok anutan (small reference group). Kelompok anutan adalah suatu kelompok orang yang mempengaruhi sikap, pendapat, norma, dan perilaku konsumen. Kelompok aturan ini merupakan kumpulan keluarga, kelompok atau orang tertentu.

7 C. Hubungan Desain Kemasan Produk Dengan Minat Beli Kotler dalam Marketing Management (2003:568 via Alfin NF Mufreni dalam jurnal yang berjudul “Pengaruh Desain Produk, Bentuk Kemasan, dan Bahan Kemasan Terhadap Minat Beli Konsumen (Studi Kasus Teh Hijau Serbuk Tocha)”) berpendapat bahwa minat beli adalah tahapan yang dilakukan oleh konsumen sebelum merencanakan pembelian suatu produk. Tahapan tersebut salah satunya adalah AIDAS yaitu: Attention, Interest, Desire, Action, Satisfaction. Tujuan kemasan selain melindungi adalah menjual produk di dalamnya, menjual produk dengan kemasan dan desain yang tepat, untuk mendapatkan attention calon konsumen sehingga terjadi proses pembelian. Kemasan merupakan media iklan yang efektif, menurut Terence A Shimp (2000:261 via Rudika Harminingtyas) adalah informing, persuading, reminding, adding value dan assisting. Kemasan dengan atribut yang baik berfungsi untuk mengubah sikap konsumen. Produk yang didesain dengan baik maka akan memenangkan perhatian dan penjualan. Desain yang baik dapat meningkatkan performa produk, menekan biaya produksi, memberikan keunggulan kompetitif yang kuat pada produk di dalam pasar sasaran dan menarik minat beli konsumen terhadap suatu produk. METODE PENELITIAN Penelitian yang dilakukan peneliti bersifat gabungan kualitatif dan kualitatif melalui statistik deskriptif. Menurut Sugiyono (2013), adalah metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat postpositivisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah, (sebagai lawannya adalah eksperimen) di mana peneliti adalah sebagai instrumen kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara triangulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif/kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna daripada generalisasi. Menurut Sugiyono (2013), penelitian kuantitatif adalah penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu, teknik pengambilan sampel pada umumnya dilakukan secara random, pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian, analisis data bersifat kuantitatif/statistik dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan. Pendekatan deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan atau menjelaskan hasil penelitian. Menurut Sugiyono (2013), statistik deskriptif adalah statistik yang digunakan untuk menganalisis data dengan cara

8 mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum atau generalisasi. Teknik pengambilan data yang digunakan peneliti dalam penelitian adalah kuesioner dan wawancara. Menurut Sugiyono (2013), kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawab. Menurut Esterberg (2002, dalam Sugiyono 2013) wawancara merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu topik tertentu. Menurut Sugiyono (2013) wawancara dapat dilakukan secara terstruktur maupun tidak terstruktur, dan dapat dilakukan melalui tatap muka (face to face) maupun dengan menggunakan telepon. Peneliti membuat angket atau kuesioner berisi 15 pertanyaan yang terdiri dari pertanyaan mengenai identitas responden, dan pertanyaan inti permasalahan penelitian. Kuesioner dibuat menggunakan platform Google Form, dengan tautan berikut: https://forms.gle/L1NXgeTLsoWwhp8fA. Peneliti menyebarkan angket dari tanggal 26 Maret 2021 sampai tanggal 27 Maret 2021 ke beberapa masyarakat Indonesia di sekitar peneliti seperti teman, kakak kelas, orang tua, dan beberapa orang dewasa di beberapa kota di Indonesia. Target responden yang hendak peneliti capai adalah 100 orang responden. Untuk menguji validitas data yang didapat dari responden, peneliti melakukan wawancara kepada tiga orang responden. Wawancara dilakukan kepada tiga responden yang dipilih secara acak di tanggal 29 April untuk menguji validitas data. HASIL PENELITIAN Peneliti mendapatkan data setelah dua hari menyebarkan angket, didapatkan 114 orang responden. Dari 114 responden, data yang valid dan bisa diolah adalah 109 data responden, lima data lainnya tidak valid. Dari hasil wawancara, terbukti bahwa data yang didapatkan valid. Berikut adalah sebaran data respondennya: 1. Berdasarkan jenis kelamin responden yang mengisi angket, didapatkan 36 responden laki-laki yaitu sekitar 33%, 73 responden perempuan yaitu sekitar 67%, dan 0 responden yang jenis kelaminnya tidak ingin diketahui dari 109 responden. 2. Berdasarkan data pekerjaan yang diisi responden, didapatkan data yang beragam. Pekerjaan responden mulai dari: pelajar, karyawan swasta, pegawai

9 negeri sipil, penulis, business support, konsultan, driver, driver online, entrepreneur, guru, ibu rumah tangga, mahasiswa, notaris, percetakan, wirausaha, wiraswasta, hingga tidak bekerja. 3. Berdasarkan tahun lahir responden, data yang didapat sangat beragam. Berikut adalah tahun lahir responden: 1961, 1963, 1965, 1967, 1968, 1969, 1970, 1971, 1972, 1973, 1974, 1975, 1976, 1977, 1978, 1979, 1981, 1983, 1985, 1986, 1988, 1992, 1997, 1998, 1999, 2002, 2003, 2004, 2005, 2006, dan 2008. 4. Responden tersebar di seluruh Indonesia dan berdomisili di berbagai kota di Indonesia seperti: DI Yogyakarta, DKI Jakarta (Jakarta Selatan, Jakarta Timur, Jakarta Utara), Kota Bekasi, Kota bogor, Kota Depok, Kota Gorontalo, Kota Surakarta, Kota Tangerang, dan Kota Tangerang Selatan. Masuk ke bagian pertama, responden diberi dua pilihan gambar produk, yang satu menggunakan gambar atau desain kemasan, dan yang satu tidak. Peneliti bertanya kepada responden, dengan anggapan harga dan kualitas yang sama, produk mana yang responden akan beli. Pada bagian ini, terdapat dua pertanyaan, pertanyaan pertama untuk produk sampo, dan pertanyaan kedua untuk produk minuman kemasan. Seluruh gambar produk dalam bagian ini adalah hanyalah buatan peneliti sebagai alat penelitian, dan tidak ada sangkut pautnya dengan merek ataupun label tertentu. Pertanyaan pertama mengenai produk sampo, “Dari produk sampo berikut dengan harga dan kualitas yang sama, mana yang akan Anda beli?”. Berikut adalah opsi pilihan produknya: Gambar 1. Pilihan Sampo Opsi 1 (dengan desain Gambar 2. Pilihan Sampo Opsi 2 (tanpa desain kemasan) kemasan) Dari pertanyaan pertama, sebanyak 97 responden yaitu sekitar 89% memilih sampo opsi 1 (dengan desain kemasan) dan sebanyak 12 responden yaitu sekitar 11% memilih sampo opsi 2 (tanpa desain kemasan) dari 109 responden.

10 Diagram 1 Diagram Pilihan Minat Beli Responden Terhadap Dua Macam Kemasan Botol Sampo. Peneliti juga meminta responden untuk mendeskripsikan alasan responden memilih opsi satu atau opsi dua. Berikut pertanyaannya: “Jika Anda memilih opsi 1 apa alasannya? Jelaskan dengan rinci! Jika Anda memilih opsi 2, apa juga alasannya? Jelaskan dengan rinci!”. Deskripsi alasan responden ada beragam. Responden yang memilih opsi 1 memberikan alasannya, yaitu: 1. Kemasannya terlihat lebih menarik dan meyakinkan pembeli untuk membeli produk; 2. Produknya terlihat jelas dan legal serta memiliki kualifikasi yang jelas, sehingga terjamin kualitasnya dan terlihat profesionalitasnya; 3. Gambar dalam kemasan memberi harapan kepada pembeli akan produknya; 4. Banyak warnanya, eye catching atau mencolok, serta terdapat visualisasi; 5. Memberi kepercayaan kepada pembeli untuk membeli produk; 6. Enak dilihat atau dipandang mata; 7. Memiliki daya tarik yang bagus dan menarik minat pembeli; 8. Merepresentasikan kegunaan dan value atau nilai produk tersebut; 9. Memperlihatkan effort atau usaha yang dikeluarkan oleh produsen. Begitu juga bagi responden yang memilih opsi 2, berikut alasannya: 1. Lebih simple; 2. Membeli karena kebutuhan; 3. Tidak suka desain yang terlalu “ramai”; 4. Lebih mudah terbaca.

11 Pertanyaan berikutnya mengenai produk minuman kemasan, “Dari produk minuman kemasan berikut dengan harga dan kualitas yang sama , mana yang akan Anda beli?”. Berikut adalah opsi pilihan produknya: Gambar 3. Pilihan Minuman Kemasan Opsi 1 Gambar 4. Pilihan Minuman Kemasan Opsi 2 (dengan desain kemasan) (tanpa desain kemasan) Dari pertanyaan ketiga, sebanyak 97 responden yaitu sekitar 89% memilih botol opsi 1 (dengan desain kemasan) dan sebanyak 12 responden yaitu sekitar 11% memilih botol opsi 2 (tanpa desain kemasan) dari 109 responden. Diagram 2 Diagram Pilihan Minat Beli Responden Terhadap Dua Macam Kemasan Botol Minuman Kemasan. Pada pertanyaan botol minuman kemasan ini, peneliti juga meminta responden untuk mendeskripsikan alasan responden memilih opsi satu atau opsi dua di pertanyaan kedua. Berikut pertanyaannya: “Jika Anda memilih opsi 1 apa alasannya? Jelaskan dengan rinci! Jika Anda memilih opsi 2, apa juga alasannya? Jelaskan dengan rinci!” Deskripsi alasan responden sangat bervariasi. Responden yang memilih opsi 1 memberikan alasannya sebagai berikut: 1. Menampilkan kesegaran produk dan terlihat menggiurkan, sehingga menarik perhatian pembeli dan meyakinkan pembeli akan isinya;

12 2. Menampilkan daya jual yang kuat, sehingga terlihat lebih komersial; 3. Kemasannya lebih menarik dan lebih enak dilihat; 4. Terlihat lebih nyata dan hidup; 5. Produk terlihat jelas kualitas dan keamanannya, terlihat tidak main-main, serta terlihat lebih tegas, jelas, dan percaya diri; 6. Informasi yang diterima oleh konsumen lebih jelas; 7. Eye catching, visual yang menarik dan jelas membuat konsumen ingin membeli. Berikut adalah alasan dari responden yang memilih opsi 2: 1. Lebih minimalis dan modern, sesuai tren zaman sekarang; 2. Untuk produk F&B kemasan tidak perlu terlalu “ramai”; 3. Zaman sekarang lebih trend minimalistic; Pada bagian kedua kuesioner, responden diberi beberapa pertanyaan lanjutan mengenai hubungan desain kemasan produk dengan minat beli. Pada bagian ini, terdapat enam buah pertanyaan. Pertanyaan pertama, peneliti ingin mengetahui frekuensi belanja responden. Pertanyaannya yaitu: “Seberapa sering Anda berbelanja?”. Pertanyaan ini berbentuk skala Likert. Jawaban yang bisa diberikan responden adalah skala dari dari angka 1 yang mewakili jawaban “sangat jarang” sampai 10 yang mewakili jawaban “sangat sering”. Dari 109 jawaban responden, diperoleh rata-rata angka sekitar 6,91743119. Berikut adalah grafik dari jawaban responden: Grafik 1 Grafik Respon Jawaban Responden Terhadap Pertanyaan : “Seberapa sering Anda Berbelanja?” Pertanyaan kedua, peneliti ingin mengetahui apakah desain kemasan produk mempengaruhi minat beli konsumen atau tidak kepada responden. Pertanyaannya yaitu: “Apakah kemasan suatu produk mempengaruhi minat beli Anda?”. Pertanyaan ini berbentuk pilihan ganda dua jawaban yaitu “Ya” dan “Tidak”. Data jawaban mengatakan 105 responden

13 memilih “Ya” yaitu sekitar 96%, dan 4 responden memilih “Tidak” yaitu sekitar 4% dari 109 responden. Diagram 3 Diagram Respon Jawaban Responden Terhadap Pertanyaan : “Apakah kemasan suatu produk mempengaruhi minat beli Anda?”. Pertanyaan ketiga, peneliti ingin mengetahui seberapa besar pengaruh desain kemasan produk terhadap frekuensi berbelanja atau membeli konsumen kepada responden. Pertanyaan ini berbentuk skala Likert. Pertanyaannya adalah: “Seberapa sering Anda membeli produk karena kemasannya menarik?” Responden dapat menjawab dari skala angka 1 yang mewakili jawaban “Sangat jarang” sampai angka 10 yang mewakili jawaban “Sangat sering”. Jawaban dari 109 responden menghasilkan rata-rata angka sekitar 7,06422018. Berikut adalah grafik sebaran data jawaban responden: Grafik 2 Grafik Respon Jawaban Responden Terhadap Pertanyaan : “Seberapa sering Anda membeli produk karena kemasannya menarik?”. Pertanyaan keempat, peneliti ingin mengetahui seberapa besar pengaruh desain kemasan produk terhadap frekuensi konsumen dalam membeli suatu produk secara impulsif. Pertanyaannya yaitu: “Seberapa sering Anda tiba-tiba membeli produk karena kemasannya menarik walau sebelumnya tidak direncanakan (pembelian impulsif)?”. Pertanyaan ini berbentuk skala Likert. Tersedia angka dari 1 yang mewakili jawaban “Sangat jarang” sampai 10 yang mewakili jawaban “Sangat sering”. Dari pertanyaan ini, didapatkan 109 jawaban dan diperoleh rata-rata angka sekitar 5,69724771. Berikut adalah grafiknya:


Like this book? You can publish your book online for free in a few minutes!
Create your own flipbook